BAB I PENDAHULUAN. Gereja Bethel Indonesia Keluarga Allah (GBI-KA) Solo dimulai dari. di tahun 2006 dengan jumlah anggota sekitar orang.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Gereja Bethel Indonesia Keluarga Allah (GBI-KA) Solo dimulai dari. di tahun 2006 dengan jumlah anggota sekitar orang."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja Bethel Indonesia Keluarga Allah (GBI-KA) Solo dimulai dari persekutuan doa yang dilakukan di rumah dan dihadiri 7 orang pada tahun 1988, hingga menjadi sebuah gereja yang memiliki bangunan yang besar dan megah di tahun 2006 dengan jumlah anggota sekitar orang. 1 Pembangunan gedung gereja yang besar dan megah dengan berbagai fasilitas pendukung lainnya, termasuk stasiun radio dan televisi lokal yang dimiliki oleh GBI-KA, tentu membutuhkan dana yang besar. Padahal GBI-KA, seperti pada umumnya di gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik lainnya, independen dan tidak menerima bantuan dana dari luar negeri. Sehingga dana yang besar untuk berbagai pembangunan tentu merupakan swadaya dari anggota jemaat 2 setempat. Sampai pada saat penelitian ini (Februari 2006), pembangunan masih berlangsung dan telah menghabiskan biaya Rp. 42 Milyar. 1 Pada saat penelitian ini dilakukan proses pembangunan beberapa gedung penunjang seperti ruang kelas dan kantor masih berlangsung. Jumlah jemaat menurut buku induk adalah orang, kemudian dikurangi dengan jumlah yang meninggal dan pindah hingga jumlah yang aktif sekitar orang. Namun jumlah kehadiran dalam 5 kali Ibadah hari Minggu mencapai sekitar orang. Karena kapasitas tempat duduk mencapai kursi. Dimana 2 kali kebaktian penuh dan 3 kali kebaktian kurang lebih separuh yang terisi. 2 Dalam tulisan ini saya akan memakai istilah anggota jemaat untuk menyebut anggota gereja, sedangkan istilah gereja dan GBI-KA akan dipakai untuk menunjuk pada gereja lokal. Namun pada beberapa kutipan dari sumber GBI-KA maupun hasil wawancara sering dipakai istilah jemaat yang maksudnya ialah anggota jemaat dan gereja yang maksudnya ialah gereja lokal, 1

2 Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa anggota jemaat bersedia memberikan persembahan dalam jumlah besar dan secara berkesinambungan? Apakah karena anggota jemaat berasal dari kelas sosial tertentu dan memang mampu secara finansial? Jika memang jemaat mampu secara finansial maka, menurut saya, hal ini tidak selalu berbanding lurus dengan kesediaan mereka untuk memberikan persembahan dalam jumlah besar dan secara berkesinambungan kepada GBI-KA. Apakah pembangunan gedung gereja dan berbagai fasilitasnya ini menjadi indikasi dari terbuktinya pengajaran GBI-KA mengenai berkat materi yang sering disebut sebagai Teologi Sukses atau Teologi Kemakmuran. 3 Teologi Kemakmuran terkait dengan ajaran GBI-KA mengenai persembahan, berkat materi, kekayaan, dan keuangan. Di mana didapati bahwa di GBI-KA ajaran mengenai berkat dan kemakmuran selain menjadi tema dari berbagai kotbah, juga adalah bagian dari materi utama pengajaran gereja yang diberikan melalui kelas Sekolah Orientasi Melayani (SOM). Saya menduga, ada keterkaitan dan pengaruh dari pengajaran Teologi Kemakmuran di GBI-KA terhadap perkembangan ekonomi dari anggota jemaat. Sehingga timbulnya kesediaan untuk memberikan persembahan dalam jumlah pemakaian istilah ini biasa digunakan di kalangan Karismatik. Para pemimpin sering menyebut diri mereka sebagai gereja dan menyebut anggota gereja sebagai jemaat, hal ini antara lain dipengaruhi oleh pemahaman mengenai hirarki dalam sistem pemerintahan gereja, yang menjadikan para pemimpin sebagai penyelenggara dan pengambil keputusan. 3 Sebutan untuk berbagai ajaran mengenai berkat, kemakmuran, persepuluhan, keuangan, dan yang berkaitan dengan itu, dalam tulisan ini selanjutnya akan disebut: Teologi Kemakmuran. Selain untuk alasan praktis, juga karena sebutan ini sudah umum dikenal dalam diskursus mengenai pengajaran kemakmuran, khususnya di Indonesia. 2

3 besar dan berpartisipasi dalam pembangunan gedung gereja. Hal ini terjadi tidak hanya karena anggota jemaat mampu secara finansial, namun lebih karena adanya kesadaran bahwa peningkatan finansial mereka memiliki keterkaitan secara langsung dengan GBI-KA, khususnya pengajaran Teologi Kemakmuran. 2. Rumusan Masalah Permasalahan dalam tesis ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: - Bagaimana keterkaitan Teologi Kemakmuran GBI-KA dengan perkembangan bisnis anggotanya dalam kurun waktu ? - Bagaimana tinjauan teologis kontekstual mengenai keterkaitan Teologi Kemakmuran dengan perkembangan bisnis di GBI-KA? 3. Hipotesis - Diduga pengajaran Teologi Kemakmuran GBI-KA berpengaruh secara positif terhadap etos kerja anggota jemaat sehingga kemudian meningkatkan perkembangan bisnis yang mengakibatkan peningkatan kondisi sosial ekonomi anggota jemaat. - Diduga Teologi Kemakmuran merupakan bentuk pergumulan teologis anggota jemaat, khususnya yang berasal dari etnis Tionghoa dan yang bergerak dalam bidang bisnis. Teologi Kemakmuran sebagai pergumulan teologis anggota jemaat perlu diapresiasi, namun juga perlu ditransformasi sehingga dapat menjadi bentuk pergumulan teologis yang kontekstual. 3

4 B. Alasan Pemilihan Judul 1. Judul Berkaitan dengan studi ini, maka judul dalam penulisan Tesis ini adalah: GEREJA KARISMATIK DAN BISNIS ETNIS TIONGHOA Studi Historis-Teologis Mengenai Relasi Gereja dan Bisnis di Gereja Bethel Indonesia Keluarga Allah Solo, Studi historis yang dimaksudkan dalam tulisan ini berkaitan dengan rekonstruksi historis mengenai keterkaitan pengajaran Teologi Kemakmuran GBI-KA dengan perkembangan bisnis anggotanya dan mengenai keterkaitan perkembangan bisnis terhadap pembangunan gereja dalam kurun waktu Studi teologis yang dimaksud ialah refleksi teologis mengenai relasi gereja dan bisnis yang terjadi di GBI-KA dengan memperhatikan konteks pergumulan bisnis etnis Tionghoa. Anggota jemaat GBI-KA yang diteliti akan dibatasi pada mereka yang bergerak dalam bidang bisnis, sebagai pengusaha maupun pedagang, dan berasal dari etnis Tionghoa. Namun sebagai pembanding juga akan dilakukan wawancara dengan etnis Tionghoa yang bekerja sebagai profesional dan karyawan. Batasan temporal dalam penelitian ini ialah antara tahun , batasan ini dipilih karena GBI KA Solo dimulai pada tahun 1988 dan mengalami perkembangan pesat hingga waktu penelitian ini dilakukan, yaitu

5 Secara spasial maka ruang lingkup penelitian akan dibatasi pada kota Solo. Namun tidak hanya dalam batasan administratif, karena ada wilayahwilayah kota satelit yang ada dalam lingkup kota Solo, namun secara administratif tidak termasuk dalam wilayah kota Solo. 2. Alasan Studi ini dipilih karena studi mengenai Sejarah Gereja aliran Karismatik masih minim dan umumnya dilakukan secara konvensional (naratif dan deskriptif). Tulisan-tulisan yang ada mengenai Gerakan Karismatik di Indonesia kebanyakan masih dilakukan oleh kalangan di luar kelompok tersebut dan biasanya masih menggunakan pendekatan dogmatis dan apologetis. Tulisan semacam ini dapat dijumpai pada tulisan Sugiri (dkk) 4 dan Hans Marris. 5 Sedangkan Djaka C. Silalahi 6 yang berasal dari kalangan Karismatik juga menggunakan pendekatan apologetis. Pendekatan yang berbeda dilakukan oleh Jan S. Aritonang. 7 Tidak seperti beberapa tulisan sebelumnya yang menggunakan pendekatan dogmatis dan apologetis, maka buku Aritonang ditulis dengan pendekatan 4 Sugiri, dkk, Gerakan Kharismatik Apakah Itu? (Jakarta: BPK GM, 1995). 5 Hans Maris, Gerakan Karismatik dan Gereja Kita (Surabaya: Momentum, 2004). 6 Djaka Christianto Silalahi, Karismatik Bercampur dengan Perdukunan?: Tanggapan atas Metode Kritik Ir Herlianto, M. Th Terhadap Gerakan Karismatik (Yogyakarta: ANDI, 2001). 7 Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK GM, 2000). Sebagai seorang sejarawan gereja dan pendeta dari gereja arus utama yang juga dididik dalam lembaga pendidikan teologi yang sealiran, maka Aritonang menunjukkan suatu penulisan yang bernuansa historis, sehingga kecenderungan penilaian negatif serta pendekatan penulisan yang bersifat apologetis sudah tidak nampak lagi. 5

6 fenomenologis-historis. Sehingga cara pandang terhadap berbagai aliran dalam kekristenan lebih penuh dengan penghargaan dan masing-masing aliran yang berbeda dengan aliran penulisnya ditanggapi dengan lebih positif. Berkaitan dengan wacana mengenai Teologi Kemakmuran, maka tulisan Herlianto 8 menunjukkan perspektif evangelical dan konservatif dalam menanggapi ajaran ini, sehingga nampak kuat nuansa apologetis dalam tulisan ini. Sedangkan E. G. Singgih 9 dalam artikelnya yang menyoroti mengenai Teologi Sukses, menyatakan bahwa pada umumnya ia setuju dengan garis besar dari kecaman yang diberikan Herlianto, namun mengkritik pendekatan doktrinal yang dilakukan kalangan Protestan konservatif, seperti yang dilakukan Herlianto, karena kurang memperhatikan segi konteks dan pastoral. Karena itu Singgih menawarkan pendekatan yang interdisipliner dalam menyikapi gejalagejala keagamaan, salah satunya ialah dengan memanfaatkan ilmu psikologi. Studi mengenai keterkaitan antara bisnis etnis Tionghoa dan kekristenan dilakukan oleh Yahya Wijaya. 10 Studi ini dilakukan dalam lingkup Gereja Kristen Indonesia, di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ajaran gereja tidak memberikan pengaruh terhadap semangat bisnis/etos kerja dari anggotanya. 11 Hal ini antara lain disebabkan kurangnya, atau bahkan tidak ada, 8 Herlianto, Teologi Sukses: Antara Allah dan Mamon (Jakarta: BPK GM, 1996). 9 E. G. Singgih, Mentransformasikan Narsisisme: Tinjauan Kritis atas Gejala Teologi Sukses dalam Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke-21 (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h Yahya Wijaya, Business, Family, and Religion (Oxford: Peter Lang, 2002). 11 Wijaya, Business, Family, and Religion, h

7 perhatian khusus yang diberikan gereja terhadap permasalahan bisnis. Dalam sarannya untuk studi lebih lanjut, Wijaya menyarankan untuk melihat keterkaitan antara bisnis etnis Tionghoa dan kekristenan dalam gereja Katolik, Evangelical dan juga Karismatik, karena besarnya prosentase etnis Tionghoa dalam tiga aliran ini. Keterkaitan antara Gereja-gereja aliran Karismatik dengan bidang bisnis dan dengan etnis Tionghoa sering disebut, 12 namun, sepengetahuan saya, belum ada studi empiris yang mendalam yang mencoba melihat mengenai keterkaitan tersebut. Karena itu melalui studi ini, selain memberikan perspektif dan pendekatan baru dalam studi mengenai Gerakan Karismatik di Indonesia, diharapkan dapat diketahui sejauh mana keterkaitan antara Teologi Kemakmuran dengan perkembangan bisnis dan juga keterkaitan antara perkembangan bisnis dengan perkembangan gereja. Sehingga diharapkan hasil dari studi ini dapat dipakai untuk melihat dan menanggapi Gerakan Karismatik secara lebih berimbang (tidak hanya apologetis dan dogmatis) namun dengan memperhatikan aspek dan konteks yang terkait. C. Metodologi 1. Metode Pembahasan Dalam wacana historiografi, berkembang pendekatan yang sering disebut sebagai sejarah baru yang sering dibedakan dengan sejarah lama. Jika dalam 12 Band. Rijn van Kooij, Spiritualitas Kharismatis (Yogyakarta: makalah tidak diterbitkan, 2005), h. 10. Yahya Wijaya, Business, Family, and Religion, h E. G. Singgih, Mentransformasikan Narsisisme, h

8 sejarah lama yang ditonjolkan adalah aspek politik, maka dalam sejarah baru ini pendekatan yang dipakai ialah pendekatan dengan memperhatikan dan menekankan analisis terhadap faktor-faktor dan ranah-ranah sosial yang mempengaruhi peristiwa sejarah itu sendiri. 13 Dalam tulisannya Azra 14 menunjukkan bahwa pertanyaan mengenai esensi dari sejarah sosial atau sejarah baru tersebut tidak begitu mudah didefinisikan dan setidaknya ada tiga pengertian dari sejarah sosial ini. Pertama, ialah sejarah mengenai gerakan sosial yang muncul dan berkembang dalam sejarah, hal ini mengacu pada Sartono Kartodirdjo yang merupakan sejarawan terkemuka Indonesia. Kedua, sejarah sosial mengacu pada sejumlah aktivitas manusia yang agak sulit diklasifikasikan karena begitu luasnya, seperti kebiasaan, adat istiadat, dan kehidupan sehari-hari. Ketiga, istilah sejarah sosial juga digunakan sebagai kombinasi dari sejarah ekonomi, kombinasi ini terjadi berdasarkan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi akan menjelaskan banyak tentang struktur dan perubahan dalam masyarakat, khususnya tentang kelaskelas dan kelompok sosial. Sejarah sosial dalam pengertian terakhir inilah yang akan dipakai dalam studi ini. Penulisan sejarah sosial perlu menggunakan pendekatan model tertentu. Penggunaan model dalam penulisan sejarah akan memberikan inspirasi 13 Lihat. Azyumardi Azra, Kata Pengantar dalam Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia (Jakarta : BPK GM, 2004), h. x. Azyumardi Azra, Historiografi Kontemporer Indonesia dalam Henri Chambert-Loir dan Hasan Muarif Ambary, Ed., Panggung Sejarah (Jakarta : YOI, 1999), h Azra, Historiografi Kontemporer Indonesia, h

9 heuristik yang berguna dalam pencarian, pengumpulan bahan, dan penyusunan. Secara khusus dalam penyusunan tulisan sejarah, model berguna untuk mengorganisasikan dan mensintesakan tulisan sejarah tersebut. 15 Hobsbawm, 16 seperti yang dikutip Kuntowijoyo, mengatakan bahwa setiap penulisan sejarah sosial memerlukan sebuah model, yang sekalipun tidak sangat formal dan terperinci strukturnya, setidak-tidaknya sebagai sebuah kerangka akan tampak lingkaran pusat atau lingkar hubungan dari permasalahan yang akan digarap. Sistem sejarah, seperti halnya sistem sosial, merupakan kesatuan dari unit-unit yang saling berhubungan, karena itu lingkaran sebab akibat, pengaruh, dan perbuatan dapat merupakan sebuah sistem apabila strukturnya menjadi jelas. 17 Model yang dipilih dalam penulisan ini ialah Model Lingkaran Sentral. Model ini dimulai dengan gambaran sinkronis tentang masyarakat (atau obyek) yang diteliti, baru kemudian secara diakronis ditunjukkan pertumbuhannya. Dinamika sejarah merupakan perkembangan logis dari serentetan gejala sejarah yang saling berpautan, karena itu dalam model ini akan ditunjukkan suatu kejadian A yang mempunyai akibat-akibat di sekitarnya (karena A merupakan pusat dari sebuah lingkaran), kemudian A dan lingkarannya (akibat-akibatnya) 15 E. J. Hobsbawm, From Social History to the History of Society dalam Felix Gilbert and Stephen R. Graubard (Eds), Historical Studies Today (New York: W. W. Norton and Company. Inc, 1972), h Seperti yang dikutip dalam Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, h Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, h

10 akan menyebabkan terjadinya pusat B, dimana B juga akan menimbulkan sejumlah gejala, dan demikian seterusnya. 18 Dalam tulisan ini akan diberikan gambaran mengenai pergumulan bisnis etnis Tionghoa, Teologi Kemakmuran di Indonesia, dan GBI-KA Solo. Kemudian akan ditunjukkan keterkaitan antara pengajaran Teologi Kemakmuran di GBI-KA Solo dengan perkembangan bisnis dan finansial dari anggota jemaatnya, dan keterkaitan perkembangan bisnis dan finansial anggota jemaat terhadap perkembangan pembangunan (gedung) gereja di GBI-KA Solo, dalam kurun waktu Hasil dari studi historis ini kemudian akan direfleksikan secara teologis dengan memakai acuan Teologi Rakyat sebagai metode berteologi kontekstual. Yaitu dengan melakukan evaluasi empiris, evaluasi teologi dan kemudian mentransformasi pergumulan dari Teologi Rakyat tersebut Metode Pengumpulan Sumber Penelitian ini akan menggunakan sumber tertulis, artifact, dan lisan. Sumber tertulis dapat berupa statistik, buku-buku, maupun tulisan lainnya yang berkaitan dengan GBI-KA. Sumber artifact dapat berupa foto-foto yang berkaitan dengan perkembangan GBI KA. Sedangkan sejarah lisan akan digunakan sehingga dapat menghasilkan teks baru yang merupakan hasil dari 18 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, h. 49, 51. Model yang dipakai dalam tulisan ini lebih dimaksudkan untuk menjadi inspirasi heuristik dan membuat kerangka mengenai keterkaitan antara Gereja dan Bisnis di GBI-KA dalam rentang waktu Uraian lebih lanjut akan diberikan dalam Bab V. 10

11 wawancara dengan pelaku-pelaku sejarah. Dalam hal ini pelaku sejarah yang akan diwawancarai adalah Gembala Sidang, staf penggembalaan, anggota jemaat yang berlatar belakang bisnis dan etnis Tionghoa, serta nara sumber lainnya yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan tipe wawancara terbuka. Dengan wawancara terbuka ini, maka pertanyaan yang diajukan tidak hanya sekadar dijawab melainkan juga ditanggapi, dikomentari, diolah, diperbaiki, dibahas dan dianalisis bersama, sehingga hal seperti ini akan memperluas pemahaman serta mempertajam gagasan. Selain itu, dengan wawancara terbuka maka nara sumber dapat dengan bebas menceritakan pengalamannya, namun demikian kebebasan bercerita ini tentu juga dibangun dalam suatu kerangka tertentu, dimana pewawancara terlibat dalam mengarahkan dan menilai relevansi dari cerita yang sedang disampaikan nara sumber dan kemudian jika cerita itu relevan maka perlu diarahkan untuk menceritakan secara lebih konkrit dan terperinci, bahkan juga perlu diuji silang dengan kesaksian dari nara sumber lain. 20 Setelah hasil wawancara ditranskrip menjadi teks, maka perlu dilakukan pengujian antara hasil wawancara yang satu dengan yang lainnya maupun dengan dokumen maupun literatur lainnya yang ada dan berkaitan langsung dengan topik penelitian. Barulah setelah itu dilakukan interpretasi, yang 20 Lihat. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, h John Mansford Prior, Meneliti Jemaat- Pedoman Riset Partisipatoris (Jakarta: Grasindo, 1997), h Daniel Chew, Metodologi Sejarah Lisan-Pendekatan Pengalaman Hidup dalam P. Lim Pui Huen, James H. Morrison, dan Kwa Chong Guan, Sejarah Lisan Di Asia Tenggara (Jakarta: LP3ES, 2000), h

12 merupakan ruang bagi subyektivitas penulis sejarah, namun demikian subyektivitas ini terbuka untuk direinterpretasi karena adanya pencantuman sumber sejarah. 21 D. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan. Berisi Permasalahan, Alasan Pemilihan Judul, Metodologi, dan Sistematika Penulisan. Bab II: Etnis Tionghoa dan Pergumulan Bisnis. Bab ini akan memaparkan pergumulan bisnis etnis Tionghoa dengan berbagai kebijakan politik. Pengaruh Konfusianisme terhadap bisnis etnis Tionghoa. Serta kondisi sosial dan berbagai kerusuhan yang menimpa etnis Tionghoa di Solo. Bab III: Teologi Kemakmuran: Bab ini akan berisi konteks sosio-historis lahirnya Teologi Kemakmuran di lingkungan Pentakosta dan Karismatik, Perkembangan Teologi Kemakmuran di Indonesia, serta wacana mengenai Teologi Kemakmuran di Indonesia. Bab IV: GBI-Keluarga Allah Solo: Relasi Gereja dan Bisnis, Bab ini akan berisi mengenai konteks kota Solo yang mencakup kondisi sosial dan kekristenan di kota Solo. Profil GBI-Keluarga Allah Solo. Kemudian akan ditunjukkan relasi gereja dan bisnis di GBI Keluarga Allah Solo dalam kurun waktu Bab V: Mentransformasikan Teologi Kemakmuran: Upaya Refleksi Teologis Kontekstual. Bab ini akan berisi refleksi teologis kontekstual sebagai upaya 21 Lihat. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2001), h

13 mentransformasikan Teologi Kemakmuran. Refleksi akan dilakukan dengan memakai acuan Teologi Rakyat yang didapat dari studi historis, kemudian dilakukan evaluasi empiris, evaluasi teologis, dan kemudian ditransformasikan. Bab VI: Penutup, berisi kesimpulan dan saran untuk studi lebih lanjut. 13

BAB I PENDAHULUAN. dalam Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Dewan Pantekosta, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Dewan Pantekosta, dan BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Persoalan penahbisan perempuan dalam denominasi gereja yang tergabung dalam Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Dewan Pantekosta, dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Gereja Bali atau singkatannya GKPB, adalah salah satu dari sedikit gerejagereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW

BAB I. Pendahuluan. Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Gereja Bethel Indonesia Pahlawan, Magelang lahir pada bulan maret 2001 di kota Magelang dengan anggota jemaat awal sebesar 26 jiwa. Saat ini jumlah jemaat yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1.

PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. 1 Bab I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Kerusakan hutan di Indonesia saat ini dalam tahap yang sangat memprihatinkan. Longgena Ginting eksekutif nasional WALHI menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Greja Kristen Jawi Wetan (baca: Grejo 1, selanjutnya disebut dengan GKJW). GKJW merupakan salah satu gereja yang peduli dengan pendidikan bagi anak bangsa.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya yang menghubungkan dan mengikat anggota masyarakat satu dengan yang lain. Tradisitradisi

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konflik dapat dipahami dalam dua dimensi, yaitu bahaya dan peluang 1. Bila dalam krisis, seseorang atau kelompok orang memiliki pikiran negatif yang kuat, ia atau mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU SEJARAH

PENGANTAR ILMU SEJARAH Resume Buku PENGANTAR ILMU SEJARAH Karya: Prof. Dr. Kuntowijoyo Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya industri-industri besar maupun kecil di Indonesia. Pembangunan sektor-sektor industri ini muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia, dalam Eka Darmaputera (peny.), Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam tulisannya yang berjudul Menuju Teologi Kontekstual Di Indonesia 1, Eka Darmaputera memaparkan tentang pentingnya teologi kontekstual dengan bertolak dari keprihatinan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 21 Maret 2006, bertempat di Jakarta ditetapkanlah sebuah peraturan pemerintah yang baru, yang dikenal sebagai Peraturan Bersama dua Menteri (selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri Sandal Barepan selama 38 tahun tersebut, maka perlu digunakan suatu metode penelitian sejarah sebagai

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Secara umum kita dapat mengamati bahwa para pelayan jemaat atau pendeta, pengerja maupun para calon pendeta yang ditempatkan di berbagai gereja-gereja arus utama di

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Keadaan Umum Gereja Saat Ini Gereja yang dahulu hanya berfungsi dan dianggap jemaat sebagai tempat bersekutu, merasa tenang, menikmati liturgi yang menarik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Kata Methodist berasal dari kata Method yang artinya cara, jadi arti dari kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak monoton).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran kristus) dimulai dari kesadaran teologis oleh seorang pendeta Inggris bernama John Wesley,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia. Orang-orang Tionghoa asli sudah datang ke pulau Jawa jauh sebelum kedatangan orang Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

Bab I.

Bab I. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Seringkali, dogma agama, sebagaimana yang telah dirumuskan dianggap sudah paling sempurna dan statis, tidak bisa dan tidak boleh diubah. Orang hanya harus menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH

STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH STUDI LAPANGAN BAGI PENELITIAN SEJARAH MAKALAH disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Penelitian, diselengggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, di Hotel Agusta Jl.

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses industrialisasi dan pengembangan industri merupakan salah satu jalur kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta Kelurahan Gondokusuman

Gambar 2 Peta Kelurahan Gondokusuman ibadah ini semakin lama semakin penuh dengan jemaat sehingga perlu tempat ibadah yang baru. Ps. Jonatan Setiawan juga memiliki visi untuk GBI Keluarga Allah yaitu satu juta jiwa diselamatkan. Visi tersebut

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014 PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014 KEPEMIMPINAN PENDETA BERETNIS TIONGHOA (Studi Kasus Pada Gereja-gereja Aliran Pentakosta di Kota Salatiga)

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Khotbah mempunyai tempat yang penting bagi jemaat. Hal ini sempat penyusun amati, yaitu bagaimana jemaat menunjukkan keseriusan mereka ketika khotbah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA DI SUSUN OLEH ENDANG AYU PURWANINGTYAS (752013020) MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia I. Penelitian sebagai keterampilan dalam belajar Penelitian merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan lokasi penelitian adalah : 1. Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur ada di Salatiga. 2. Salatiga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. juga akan mencoba mengajukan beberapa rekomendasi atau saran.

BAB V PENUTUP. juga akan mencoba mengajukan beberapa rekomendasi atau saran. BAB V PENUTUP Pada bagian penutup ini akan disajikan kesimpulan yang didasarkan pada fokus penelitian serta paparan data yang ditemukan. Kesimpulan ditarik dari uraian bab-bab sebelumnya, terutama bab

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya usaha budidaya benih ikan di Kecamatan Bojongpicung tidak terlepas dari berkembangnya budidaya perikanan air tawar di Propinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

Untuk penulisan skripsi/tesis, minimal harus duduk dulu mencari dan membaca buku sekurangnya 50 jam di perpustakaan.

Untuk penulisan skripsi/tesis, minimal harus duduk dulu mencari dan membaca buku sekurangnya 50 jam di perpustakaan. Mahasiswa yang baru masuk biasanya bingung bila disuruh menulis makalah, karena hal ini belum biasa dilakukan. Untuk itu ada beberapa langkah bagaimana menulis makalah yang baik dan berbobot: 1. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan berkembangnya jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Maka kehidupan manusia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam interaksinya tersebut, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.sebagai sistem kepercayaan

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci