1. LATAR BELAKANG MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. LATAR BELAKANG MASALAH"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan, dukungan, dan kesehatan. Dalam kehidupan berjemaat, kebutuhan di atas berusaha dipenuhi dengan adanya penggembalaan. Mengingat kebutuhan setiap manusia berbeda dan selalu berkembang, maka penggembalaan juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan manusia dan selalu mengikuti perkembangan yang ada. Melalui studi dan penelitian tentang pendampingan pastoral atau yang lebih kita kenal dengan istilah penggembalaan, Donald Capps menemukan tiga peran yang dapat dijalankan oleh seorang pendeta dalam tugas penggembalaannya di jemaat lokal. Tiga peran pendeta tersebut adalah pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan sebagai personal comforter atau seseorang yang membuat warga jemaat merasa nyaman dengan eksistensinya sebagai manusia yang utuh dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, 1 atau dapat juga kita sebut sebagai pribadi yang memberikan penghiburan kepada semua warga jemaat. Pada mulanya, ketiga peran ini muncul, berawal dari ketertarikan Donald Capps dengan teori Erik H. Erikson tentang delapan tahap lingkaran kehidupan manusia yang didasarkan pada ilmu psikologi. Dalam teori tersebut, Erikson mengungkapkan ada tiga hal mendasar yang dapat mengancam eksistensi manusia, yaitu kebingungan moral, kebutuhan akan penemuan arti hidup, dan perasaan malu sebagai efek luka yang dapat menyebabkan disorientasi. 2 Menurut Donald Capps, tiga peran pendeta yang ditawarkannya, dapat menolong setiap warga jemaat untuk memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar, yaitu memiliki moralitas yang baik, menemukan arti hidupnya secara positif, dan memperoleh kebahagiaan atau kenyamanan. Bagi Donald Capps, teori Erikson ini sangat bermanfaat dalam upaya penggembalaan, karena akan sangat membantu para pendeta untuk menjalankan sebuah penggembalaan yang dapat menolong warga jemaat untuk menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif, 3 sehingga warga jemaat lebih mampu menjalani hidup dengan lebih bijaksana dalam berbagai keadaan. Dengan memiliki orientasi hidup yang positif, setiap orang akan mampu melewati setiap peristiwa dalam kehidupannya dengan lebih bijaksana, karena mereka percaya bahwa Tuhan selalu bekerja dalam setiap peristiwa dalam hidupnya untuk membentuknya menjadi manusia yang lebih baik. 1 Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, Philadelphia : Fortress Press, 1983, hal Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, hal Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, hal. 9

2 2 Dalam konteks Gereja Kristen Indonesia (selanjutnya disebut dengan GKI) juga dikenal istilah penggembalaan. Berdasarkan tata gereja GKI, penggembalaan merupakan pelayanan yang dilakukan di dalam kasih untuk mendukung, membimbing, menyembuhkan, dan mendamaikan agar anggota jemaat baik secara individu ataupun komunal dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. 4 Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua jenis penggembalaan yang dikenal di GKI, yaitu penggembalaan khusus dan penggembalaan umum. Penggembalaan khusus juga sering disebut dengan istilah disiplin gereja. Penggembalaan khusus dikenakan bagi warga jemaat yang tindakannya bertentangan dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI, serta menjadi batu sandungan bagi orang lain. Tujuan penggembalaan khusus, ialah supaya warga jemaat yang bersangkutan menyesal dan mohon pengampunan dari Tuhan, serta bertobat. 5 Sedangkan penggembalaan umum adalah penggembalaan yang dilakukan secara terus-menerus melalui kebaktian, perkunjungan pastoral, percakapan pastoral, surat penggembalaan, dan bentuk-bentuk penggembalaan yang lain. 6 Jadi penggembalaan umum merupakan penggembalaan yang ditujukan kepada semua warga jemaat, baik yang sedang mengalami permasalahan yang berat ataupun mereka yang tidak sedang mengalami permasalahan, tetapi tetap membutuhkan bimbingan dan pemeliharaan. Sedangkan penggembalaan khusus ditujukan kepada warga jemaat yang tindakannya bertentangan dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI. Selama tindakan warga jemaat tidak bertentangan dengan Firman Tuhan atau ajaran GKI, mereka tetap berada dalam penggembalaan umum. Melalui dua bentuk penggembalaan ini, GKI berusaha untuk memenuhi tugas dan fungsi penggembalaannya, supaya warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. Nampaknya, tujuan GKI dalam penggembalaan tidak bertentangan dengan penemuan Donald Capps tentang arti penting seseorang untuk menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif. Dengan memiliki orientasi hidup yang positif, orang dapat bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai keadaan. Dengan demikian, anggota atau warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. Namun, apakah bentuk-bentuk penggembalaan yang dilakukan oleh GKI juga mampu menolong warga jemaatnya untuk memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar sesuai yang dijelaskan di awal, sehingga warga jemaat mampu menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif? Dan bagaimanakah peran pendeta GKI dalam penggembalaan? 2. PERMASALAHAN YANG DIANGKAT Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, kita dapat melihat bahwa GKI memiliki konsep yang cukup menarik dalam penggembalaan. Namun dengan adanya tawaran tiga peran pendeta dari Donald Capps yang tidak kalah menarik, maka penulis akan melakukan penelitian. Melalui penelitian 4 Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, Jakarta : BPMS GKI, 2003, pasal 33, hal Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, pasal 35, hal Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, pasal 34, hal. 64

3 3 tersebut, penulis akan mengamati fakta di lapangan, khususnya berkaitan dengan pelaksanaan tiga peran pendeta yang ditawarkan tersebut dalam konteks GKI. Penelitian ini dilakukan untuk melihat, sejauh mana para pendeta GKI dapat menolong untuk memenuhi kebutuhan dasar warga jemaatnya dan memampukan warga jemaat untuk menemukan orientasi hidupnya secara positif. Oleh sebab itu, ada beberapa point permasalahan yang akan dibahas oleh penulis, yaitu : 2.1. Peran pendeta apa saja, yang menurut Donald Capps sangat diperlukan dalam penggembalaan? 2.2. Apakah pendeta GKI sudah menjalankan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu sebagai seorang konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter dalam penggembalaannya? 2.3. Peran pendeta mana saja yang telah dilakukan oleh pendeta GKI dalam usaha penggembalaan dan bagaimana mereka menjalankan peran tersebut? 2.4. Apakah pendeta di GKI memiliki kecenderungan pada peran tertentu? 2.5. Jika terdapat kecenderungan pada peran tertentu, apa yang menyebabkan kecenderungan peran itu muncul, apa pengaruhnya terhadap penggembalaan di GKI dan bagaimana upaya mengatasi kecenderungan tersebut? 2.6. Apa yang dapat dilakukan oleh GKI untuk menjalankan peran pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter dalam rangka mewujudkan sebuah penggembalaan yang terintegrasi yang memampukan semua warga jemaat menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif, dalam rangka menolong jemaat untuk hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah? 3. BATASAN MASALAH Mengingat luasnya konteks pelayanan dan pemahaman yang dimiliki oleh GKI tentang penggembalaan, maka dalam proses penulisan kali ini, penulis membuat batasan masalah. Batasan masalah tersebut berkaitan dengan pemilihan responden, wilayah yang akan diteliti dan bentuk penggembalaan apa yang akan diteliti. Dalam proses penulisan kali ini, penulis akan membatasi penelitian pada peran pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta, secara khusus berkaitan dengan penggembalaan umum yang mereka jalankan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diperjelas, antara lain: 3.1. Pendeta jemaat dipilih sebagai responden, karena mereka adalah fulltimer di jemaat. Harapan penulis dengan memilih pendeta jemaat sebagai responden adalah supaya peran yang dijalankan oleh setiap pendeta jemaat akan nampak lebih jelas GKI Klasis Yogyakarta dipilih sebagai area penelitian dengan pertimbangan : Selama ini penulis aktif dalam pelayanan di GKI Klasis Yogyakarta, sehingga penulis dapat lebih mudah memahami konteks yang ada di GKI Klasis Yogyakarta dan lebih mudah bergerak untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

4 Penulis berdomisili di daerah Yogyakarta, sehingga penelitian dapat dilakukan dengan lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu, serta biaya Mengingat kesibukan responden yang bervariasi, maka akan lebih mudah bagi penulis untuk menjalin komunikasi dengan responden, jika berada dalam wilayah yang berdekatan. Jika penulis mengambil responden yang berada di luar kota Yogyakarta, maka penulis harus menyesuaikan dengan kesibukan setiap responden. Dan hal ini akan memakan banyak waktu serta biaya yang tidak sedikit Penggembalaan umum dipilih sebagai pokok permasalahan, karena : Bentuk penggembalaan ini bukan hanya ditujukan kepada warga jemaat yang sedang mengalami masalah dan menjalani disiplin gereja, tetapi ditujukan kepada semua warga jemaat. Di samping itu, penggembalaan umum juga dilakukan secara terus-menerus Bentuk penggembalaan khusus yang juga disebut sebagai disiplin gereja, jarang sekali dilakukan dalam konteks GKI, kecuali pada kasus khusus dimana ada warga jemaat atau aktivis gereja yang tindakan dan ajarannya tidak sesuai dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI. Bahkan sedapat mungkin penggembalaan khusus tidak perlu dilakukan selama masih dapat diatasi dengan penggembalaan umum. Dengan batasan masalah tersebut, penulis berharap dapat melakukan penelitian ini dengan lebih baik dan mendalam, sehingga dapat menemukan jawaban-jawaban dari permasalahan yang telah ditentukan dengan lebih fokus. 4. JUDUL DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL Dengan permasalahan yang akan dibahas dan bertolak pada batasan masalah, maka penyusun memberi judul : Peran Pendeta dalam Penggembalaan Umum di Jemaat GKI Klasis Yogyakarta Penjelasan istilah : Peran pendeta: Peran pendeta jemaat adalah peran pendeta yang dijalankan oleh para pendeta yang bertugas memimpin jemaat tertentu. Peran pendeta ini didasarkan pada tiga peran pendeta ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter.

5 5 Penggembalaan: Penggembalaan adalah semua kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk perhatian untuk mendukung dan memelihara setiap orang baik secara pribadi maupun dalam setiap relasi yang dijalinnya dengan orang lain, yang diwujudkan dalam bentuk pelayanan kebaktian, penghiburan, pengajaran, sakramen, perkunjungan, dan lain-lain. 7 Umum : Kata umum yang dimaksudkan di sini diperuntukkan bagi warga jemaat secara keseluruhan, dalam berbagai keadaan. Sehingga penggembalaan umum, dapat diartikan sebagai semua bentuk kegiatan penggembalaan yang dilakukan secara terus-menerus kepada semua warga jemaat, yang disesuaikan dengan kebutuhan warga jemaat. Jemaat GKI Klasis Yogyakarta: Jemaat yang dimaksudkan adalah jemaat lokal. Sehingga, jemaat GKI Klasis Yogyakarta dapat dipahami sebagai beberapa jemaat GKI yang terletak di daerah Yogyakarta-Klaten 8, yang terdiri dari : GKI Ngupasan, GKI Wongsodirjan, GKI Gondomanan, GKI Gejayan, GKI Prambanan, dan GKI Klaten, dimana pendeta jemaatnya berpartisipasi sebagai responden. Alasan pemilihan judul : 5. Judul ini menarik, karena bagaimanapun juga peran seorang pendeta selalu dibutuhkan dalam penggembalaan, bahkan dapat dikatakan bahwa pendeta memiliki peran yang cukup dominan dalam penggembalaan, karena pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya tentang ilmu penggembalaan. Namun sayang, peran pendeta dalam penggembalaan di GKI masih jarang dibahas secara detail. Oleh sebab itu, peran seorang pendeta dalam penggembalaan perlu dibahas lebih mendalam dan lebih detail untuk melihat sejauh mana, pendeta GKI dapat menjalankan tugas penggembalaannya yang memampukan setiap warga jemaat menemukan orientasi hidup dengan lebih positif. Hal ini perlu dilakukan mengingat betapa pentingnya bagi warga jemaat untuk menemukan orientasi hidup yang lebih positif. Di samping itu, judul ini bermanfaat untuk memberikan pegangan yang lebih kuat kepada para pendeta GKI untuk menjalankan perannya sebagai gembala di GKI. 6. Judul ini bermanfaat dalam rangka membantu GKI untuk mencapai tujuan penggembalaannya, yaitu supaya warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah, sesuai dengan yang tercantum dalam tata gereja GKI, seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah. 7. Bagi penulis, pembahasan judul ini merupakan kesempatan yang baik dalam rangka belajar sebagai bekal untuk melayani jemaat di kemudian hari. 7 R.J. Hunter, Pastoral Care and Counseling, dalam Dictionary of Pastoral Care dan Counseling, Nashville : Abingdon Press, 1990, hal Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, BAB II, hal penataan klasis, hal. 42

6 6 5. TUJUAN PENULISAN Melalui tulisan ini, penulis bertujuan : 5.1. Menggali dan memetakan tiga peran pendeta yang menurut Donald Capps sangat diperlukan dalam penggembalaan Menggali fakta apakah pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta sudah menjalankan tiga peran pendeta sesuai dengan yang ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual dan personal comforter Memetakan peran pendeta yang telah dijalankan oleh pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta dan bagaimana mereka menjalankan ketiga peran tersebut Menggali kecenderungan peran pendeta yang dimiliki oleh pendeta jemaat di GKI Klasis Yogyakarta Menggali dan memetakan penyebab dari kecenderungan tersebut dan apa pengaruhnya terhadap penggembalaan yang dilakukan, jika dalam pelaksanaannya terdapat kecenderungan pada peran tertentu, serta memberikan usulan bagaimana mengatasi kecenderungan peran tersebut Memberikan usulan bagaimana menjalankan peran pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter di GKI Klasis Yogyakarta untuk mewujudkan sebuah penggembalaan yang terintegrasi yang memampukan semua warga jemaat menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif, dalam rangka menolong jemaat untuk dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. 6. METODE PENULISAN Dalam proses penulisan kali ini, penulis akan menggunakan metode diskriptif-analitis, yaitu dengan cara memaparkan dan menjelaskan data-data yang diperoleh, baik melalui studi literatur ataupun penelitian di lapangan. Setelah itu, penulis akan membuat analisa untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang peran pendeta yang perlu dijalankan dalam penggembalaan Metode Penelitian Dalam rangka mengumpulkan bahan bagi penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua metode penelitian, yaitu : Studi Literatur Untuk menyusun tulisan ini, penulis akan melakukan studi literatur. Pertama, karena pada awalnya, tulisan ini bermula dari teori Donald Capps, tentang tiga peran pendeta dalam buku Life Cycle Theory and Pastoral Care, sehingga penulis akan menjadikan teori Donald Capps tersebut sebagai bahan utama dalam penelitian. Kedua, dengan menggunakan studi literatur, penulis dapat memperoleh lebih banyak informasi pendukung dan membuka wacana penulis untuk mengembangkan penemuannya.

7 Penelitian Lapangan Selain melakukan studi literatur, penulis akan melakukan penelitian lapangan. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kombinasi, antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dimana pendekatan kualitatif digunakan sebagai pendekatan utama dan pendekatan kuantitatif sebagai fasilitator. Dengan demikian, diharapkan bahwa kedua hasil penelitian tersebut, dapat saling melengkapi dan memperkaya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh dari subyek yang diteliti. 9 Sedangkan proses pengumpulan data akan menggunakan theoretrical sampling 10, karena penelitian ini dipandu oleh pengembangan teori peneliti dengan mengambil sampel pendeta jemaat di GKI Klasis Yogyakarta. Pengumpulan data akan dilakukan melalui pengisian angket 11 dan wawancara kepada pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta berdasarkan pertanyaan yang telah disusun dalam angket. Pengumpulan data dilakukan pada Mei-Juli Di samping itu, penulis juga melakukan wawancara kepada beberapa pendeta jemaat yang mendalami bidang pastoral untuk mendapatkan data-data pendukung Tujuan penelitian Sesuai dengan tujuan penulisan yang ingin dicapai, maka penelitian kali ini dilakukan dengan tujuan : Menggali fakta peran pendeta apa saja yang diperlukan dalam penggembalaan menurut Donald Capps Menggali dan memetakan fakta peran pendeta yang telah dijalankan oleh pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta, apa saja yang mereka lakukan untuk menjalankan peran tersebut, dan sejauh mana mereka menjalankan peran tersebut Menggali kecenderungan peran yang dimiliki oleh pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta Menemukan cara untuk mengatasi kecenderungan peran yang ada dan menemukan cara untuk menerapkan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps untuk konteks GKI Klasis Yogyakarta. 7. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan, penulis akan menjelaskan tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, judul dan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan yang akan digunakan. 9 Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, hal Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, hal S. Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah, Jakarta : Bumi Aksara,2004, hal. 130

8 BAB II 8 PERAN PENDETA DALAM PENGGEMBALAAN Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter, serta apa yang dapat dilakukannya dalam menjalankan penggembalaan untuk konteks Asia, khususnya Indonesia. BAB III PERAN PENDETA DALAM PENGGEMBALAAN UMUM DI JEMAAT GKI KLASIS YOGYAKARTA Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitiannya berkenaan dengan fakta peran yang dimiliki oleh para pendeta di jemaat GKI Klasis Yogyakarta berdasarkan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps. Di samping itu, penulis akan menjelaskan tentang kecenderungan peran yang dimiliki oleh para pendeta tersebut, apa yang menyebabkan mereka memiliki kecenderungan terhadap peran itu, dan apa pengaruhnya terhadap penggembalaan di GKI Klasis Yogyakarta. BAB IV USULAN PENINGKATAN PERAN PENDETA DALAM PENGGEMBALAAN UMUM DI JEMAAT GKI KLASIS YOGYAKARTA Pada bagian ini, penulis akan membuat refleksi teologis berdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada bab II dan bab III. Setelah itu, penulis akan memberikan usulan bagaimana cara menjalankan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps secara sadar, seimbang, dan optimal dalam penggembalaan umum di GKI Klasis Yogyakarta, serta kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk mendukung berjalannya tiga peran pendeta tersebut dalam mewujudkan penggembalaan yang memampukan warga jemaat untuk menemukan orientasi hidup dengan lebih positif. BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan pembahasan pada bab I-IV dan akan diakhiri dengan memberikan saran-saran kepada semua pihak yang bersangkutan.

UKDW. Bab I. Pendahuluan

UKDW. Bab I. Pendahuluan Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Tak dapat dipungkiri bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, maka dari itu kehidupan seorang manusia yang dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan berkembangnya jaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Maka kehidupan manusia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang di dunia lahir dan tumbuh dalam keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga asuh. Peran keluarga memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi. BAB I P E N D A H U L U A N 1. LATAR BELAKANG Konseling pastoral adalah salah satu bentuk pertolongan dalam pendampingan pastoral yang hingga kini mengalami perkembangan. Munculnya golongan kapitalis baru

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI Permasalahan hidup yang dihadapi oleh warga jemaat Pola Tribuana Kalabahi meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Sumba (GKS) Nggongi adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di Indonesia. Gereja hadir untuk membawa misi menyampaikan kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia),

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia), BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam rangka pembinaan kategorial 1, gereja senantiasa memberikan program-program pembinaan. Begitu juga dengan kategorial status pernikahan, yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani proses kehidupan, peristiwa kematian tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Namun, peristiwa kematian sering menjadi tragedi bagi orang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perubahan jaman yang mengalir begitu cepat pada masa ini membuat banyak orang kehilangan arah. Orang-orang Kristenpun juga bisa kehilangan arah. Hanya orang-orang yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005. Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menjalani kehidupan di dunia ini manusia seringkali harus berhadapan dengan berbagai macam permasalahan. Permasalahan yang ada bisa menjadi beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Peran pendeta secara umum dapat dilihat dalam fungsi konseling pastoral, yakni menyembuhkan, menopang, membimbing, memperbaiki hubungan, dan mengasuh. Dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran BAB V Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran I. Refleksi Kehadiran saksi Yehova di tengah masyarakat Kelurahan Kawua yang merupakan bagian dari wilayah pelayanan GKST, pada akhirnya telah melahirkan tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan ini, manusia tercipta sebagai laki-laki dan perempuan. Mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Seorang laki-laki membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Kematian merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapa saja bisa mengalami hal itu, baik tua atau pun muda, miskin atau pun kaya, baik perempuan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Menurut Erik Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Dari pendekatan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran seorang pendeta sangat penting di dalam kehidupan sebuah gereja. Demikian juga halnya di Greja Kristen Jawi Wetan (selanjutnya disingkat GKJW). Pendeta dalam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah Bab Empat Penutup 1. Kesimpulan Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah peraturan/tata gereja definitif yang berisi uraian teologis-eklesiologis tentang identitas GTM secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia yang ditata dalam empat tatanan dasar. Tatanan dasar itu berupa tatanan pengakuan,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Keadaan Umum Gereja Saat Ini Gereja yang dahulu hanya berfungsi dan dianggap jemaat sebagai tempat bersekutu, merasa tenang, menikmati liturgi yang menarik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kehidupan manusia tidak pernah statis, ia senantiasa berada dalam sebuah proses yang tidak pernah berhenti. Dari pembuahan hingga berakhir dengan kematian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Kanker sebetulnya bukanlah nama penyakit atau rasa sakit. Kanker merupakan sebuah nama untuk sekelompok besar bermacam-macam perasaan tidak sehat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

Spiritualitas Penatalayanan

Spiritualitas Penatalayanan Spiritualitas Penatalayanan Oleh: Pnt. Virgo Tri Septo A. Lokakarya Penatalayanan Majelis dan Badan Pelayanan Jemaat GKI Madiun Minggu, 24 September 2017 Apa itu Penatalayanan? Penatalayanan adalah segala

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja? LAMPIRAN INSTRUMENT PERTANYAAN KEPADA PENDETA JEMAAT 1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 2. Apa itu TIM DOA? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. Oleh karena itu, dia harus dapat menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah BAB V PENUTUP Dari penjelasan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah Pendampingan Pastoral terhadap Pelayanan Kerohanian di

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam gereja ditemukan berbagai kepentingan yang berbeda. Sebagai akibat, perbedaan itu dapat memunculkan konflik yang selanjutnya dinilai sebagai sesuatu yang wajar. 1 Ketika

Lebih terperinci

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? JTA 4/6 (Maret 2002) 15-24 KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT? Agung Gunawan D i pertengahan tahun 30an, ada beberapa pemimpin gereja mulai tertarik dalam bidang konseling untuk dipakai di dalam pelayanan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan 1 Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan Tidak ada yang kekal dalam kehidupan ini selain perubahan. Artinya, manusia setiap hari diperhadapkan pada serangkaian perubahan baik itu perubahan di dalam maupun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan Pada Bab II telah dijelaskan bahwa cara pandang Jemaat Gereja terhadap

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kasus hamil sebelum menikah saat ini bukan lagi menjadi hal yang aneh dan tabu dalam masyarakat. Dalam pemikiran banyak orang hasil akhirnya yang sangat menentukan

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, di berbagai tempat di dunia, terkhusus di Indonesia, terjadi perubahan yang cukup mencolok dalam partisipasi jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja dan Tata Laksana Gereja Sinode X Bab XXIV dan Bab XXVII, pendeta

BAB I PENDAHULUAN. Gereja dan Tata Laksana Gereja Sinode X Bab XXIV dan Bab XXVII, pendeta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemuka agama dalam Agama Kristen dinamakan Pendeta. Berdasarkan Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Sinode X Bab XXIV dan Bab XXVII, pendeta yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. A. Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB II GEREJA DAN PASTORAL BAB II GEREJA DAN PASTORAL 2.1. Pengertian Gereja Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada ditengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat

Lebih terperinci

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147 IV. PERAN MAJELIS JEMAAT SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PEMBERDAYAAN WARGA JEMAAT 4.1 Pemberdayaan sebagai Pembangunan Gereja Dalam Tata Gereja GKI Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Gereja memiliki tugas untuk memelihara kehidupan warga jemaatnya secara utuh melalui berbagai kegiatan yang meliputi dimensi fisik, sosial, psikologis dan spiritual.

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah 1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemikiran dan ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan. Dunia di sekitarnya juga turut merasakan perubahan tersebut, terutama mempengaruhi pola pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Penulis akan menggunakan dua pihak yang saling berhubungan dalam kehidupan beragama di Indonesia secara umum dan di Bali secara khusus. Dua pihak yang penulis

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda Bab I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sosial, akan terdapat keberagaman di dalam masyarakat. Ada keberagaman golongan, suku, dan agama. Keberagaman bukanlah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal 1 Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Kesetaraan laki-laki dan perempuan sudah seringkali dibicarakan dan diperjuangkan. Meski demikian, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan kodrat seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah pengkhianatan terhadap komitmen yang telah diikrarkan dan berdampak serius terhadap individu dan hubungan

Lebih terperinci

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Erik

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan 86 BAB IV PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan pendidikan pranikah di Klasis Kota Ambon, maka berikut ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan serta mengusulkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE (1) Logo GKJ adalah hasil keputusan Sidang Sinode XIX GKJ tahun 1989 di Manahan, Surakarta. (gambar dan makna Logo terlampir).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB I

BAB I BAB I PENDAHULUAN 11. LATAR BELAKANG Kepemimpinan yang baik merupakan salah satu syarat bagi pertumbuhan, kestabilan, dan kemajuan kelompok apa pun. Ini berlaku bagi kelompok berskala raksasa, seperti

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M RAMBU SOLO SEBAGAI TINDAKAN PASTORAL TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains (M.Si) OLEH: Yekhonya F.T. Timbang 75 2011 033 Pembimbing:

Lebih terperinci