Bab I.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I."

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Seringkali, dogma agama, sebagaimana yang telah dirumuskan dianggap sudah paling sempurna dan statis, tidak bisa dan tidak boleh diubah. Orang hanya harus menerima dan mempelajarinya. 1 Dewasa ini konsep dogma khususnya tentang penggambaran akan gambaran Allah juga hanya disuguhkan secara indoktrinasi. 2 Doktrin atau ajaran tersebut hanya diberikan tanpa adanya kekritisan. Ini seperti pendidikan gaya bank yang justru dikritik oleh pendidikan progresif menurut Paulo Freire. 3 Begitu juga dengan indoktrinasi gambaran Allah. Gambaran Allah seringkali diterima oleh jemaat tetapi bukan apa yang mereka hidupi. Jemaat kurang diberi wadah dan kesempatan untuk mengkritisi gambaran Allah yang diberikan oleh gereja. Pengkritisan menjadi penting agar jemaat dapat menggali dan membangun sendiri gambaran Allah yang hidup di dalam dirinya. Menggali dan membangun gambaran Allah merupakan upaya jemaat untuk mempertanggung jawabkan imannya. Mempertanggungjawabkan imannya berarti merumuskan iman mereka kedalam suatu gagasan atau konsep. Gagasan atau konsep kepercayaan merupakan pernyataan formal untuk membuat dunia agama yang bersifat pribadi dapat diperlihatkan dan disampaikan kepada orang lain, termasuk pengalaman mistik yang tidak bisa diungkapkan. 4 Penulis melihat hal ini terjadi di GKI Kutoarjo Bajem Prembun. Jemaat hanya menerima suatu konsep yang telah jadi dan didoktrinasi untuk memahami serta mempelajari gambaran Allah yang disuguhkan misalnya gambaran Allah yang terdapat di dalam Kitab Suci, Allah yang adalah pengasih, pengampun, penyelamat. Secara satu arah diberikan kepada jemaat tanpa mendialogkannya dengan penglaman kehidupan jemaat. Itu artinya, jemaat kurang diberi kesempatan untuk mengkritisi dan mengenali gambaran Allahnya sendiri dengan lebih lanjut. Akibatnya jemaat di GKI ini cenderung dengan mudahnya berbicara tentang Allah. Namun, gambaran Allah yang dibicarakan adalah gambaran Allah yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Contoh konkritnya ketika mereka mereka mengungkapkan Allah sebagai penyelamat 1 Agus M. Hardjana, 2005, Religiositas, Agama & Spiritualitas, Yogyakarta: Kanisius, hal 53 2 in dok tri na si n pemberian ajaran secara mendalam (tanpa kritik) atau penggemblengan mengenai suatu paham atau doktrin tertentu dng melihat suatu kebenaran dr arah tertentu saja. 3 Paulo Freire, 1993, Pendidikan Masyarakat Kota, Yogyakarta: LkiS, hal 71 4 Robert W. Crapps, 1994, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, Yogyakarta: Kanisius, hal

2 apakah memang benar mereka menghidupi gambaran Allah tersebut, ataukah hal tersebut hanya pengetahuan umum jemaat mengenai Allah yang sesuai dengan keinginan mereka. Di lain pihak ada juga jemaat yang sulit dan takut untuk untuk menggambarkan Allah dan pada akhirnya mereka membuat Allah yang tak terjangkau manusia. Jika memang gambaran Allah yang hidup adalah memang benar tak terjangkau hal tersebut bukan menjadi masalah namun jika bukan gambaran tersebut yang hidup maka itu akan menjadi masalah. Kondisi jemaat seperti ini mirip seperti jemaat yang digambarkan Niftrik dan Boland. Jemaat hanya memahami gambaran Allah sesuai dengan yang mereka terima dari doktrin tersebut. Bahkan, ada pula jemaat yang sulit dan takut untuk untuk menggambarkan Allah, sehingga pada akhirnya mereka membuat gambaran Allah yang tak terjangkau manusia. 5 Allah lebih digambarkan sebagai sesuatu yang mengatasi ruang dan waktu. Misalnya sebutan Yang Mutlak dan Tak Terhingga sebenarnya ini identik dengan keseluruhan alam raya dan di luar akal manusia atau tidak masuk akal. Kebenaran dan kebebasannya sudah jauh dan mengingalkan segala alam fisik jasmani dan hanya masuk dalam kenyataan transenden rohani. Makanya disebut sebagai Yang Mutlak dan Tak Terhingga. 6 Contoh lainnya ialah Yang Kudus, sebutan ini juga masuk ke dalam kategori utama di kitab Perjanjian Lama yang menyatakan transendensi Allah. 7 Sebutan lain ialah Yang Mutlak, Yang Absolut, Yang pertama dan Yang terakhir (Yesaya 48:12). Jadi jelas bahwa tidak ada gambar apapun di dunia ini yang secara adekuat atau memenuhi syarat; memadai; sama harkatnya dengan Allah. 8 Salah satu contoh konkrit dimana jemaat tidak diberi kesempatan untuk mengkritisi gambar Allah yang mereka terima adalah seperti yang terjadi dalam kebaktian umum. Jemaat hanya mendengar khotbah tanpa ada kesempatan di hari lain untuk membicarakan lebih lanjut mengenai isi atau substansi khotbah yang disampaikan dan mendialogkannya dengan pengalaman hidup yang mereka jalani. Memang, ibadah atau mendengarkan khotbah adalah hal yang tidak salah, karena melalui khotbah inilah jemaat memperoleh gambaran Allah. Namun yang menjadi masalah kemudian adalah bahwa mereka tidak benar-benar diberi kesempatan untuk mengkritisinya. Mereka tidak punya kesempatan untuk menggali lebih dalam dan berusaha mengkontekstualkan ajaran dan iman mereka dengan pengalaman hidupnya. Sehingga jemaat mampu untuk memahami apa yang selama ini mereka lakukan dan mereka hidupi. 5 G.C. van Niftrik dan B.J. Boland,1995, Dogmatika Masakini, Jakarta: BPK Gunung mulia, hal Franz Magnis-Suseno, 2006, Menalar Tuhan, Yogyakarta : Kanisius, hal Georg Kirchberger, 2007, Allah Menggugat Sebuah Dogmatika Kristiani, Maumere : Ledalero 8 Georg Kirchberger, 2007, Allah Menggugat Sebuah Dogmatika Kristiani, Maumere : Ledalero 2

3 Sebenarnya sudah ada wadah yang baik di dalam gereja yang bisa dimanfaatkan dengan tepat. Diskusi dalam bentuk Pemahaman Alkitab (PA) sesungguhnya bisa dimanfaatkan bagi jemaat untuk mengenali gambaran Allah mereka sendiri. Namun, ternyata kegiatan ini hampir sama dengan khotbah, di mana jemaat mendengar dan hanya berdiskusi seputar apa yang dibicarakan. Biasanya, jemaat hanya ingin mempelajari bahan PA dengan mengajukan pertanyaan seputar topik yang disampaikan pembawa PA. Seharusnya, dalam kegiatan PA inilah jemaat memiliki kesempatan untuk saling membantu dalam melihat dan mengkritisi kehidupan beriman mereka. PA juga sepatutnya bisa jadi wadah untuk membentuk gambaran Allah yang hidup dan khas bagi setiap jemaat. Kegiatan lain seperti biston, persekutuan doa, kebaktian kebangunan rohani memiliki konsep yang serupa, yakni hanya menyampaikan ide atau suatu konsep kepada jemaat. Adalah sangat penting bagi seseorang untuk menggali dan mengeali gambaran Allah yang kontekstual dalam dirinya. Pasalnya, pengenalan akan gambaran Allah yang baik akan membantu untuk lebih mengenal identitas kita sebagai gereja. Jan Hendrik berpendapat, pengenalan pada hal-hal inti gereja termasuk gambaran Allah akan membantu kita mengenal konsepsi gereja. Kita akan lebih tahu siapa diri kita, tujuan atau misi kita, serta apa yang akan kita perjuangkan. Oleh karena itu, konsepi identitas merupakan hal yang penting. Gereja bukanlah tradisi, bukan seperti apa yang dikhotbahkan. Sebaliknya, gereja adalah jemaat itu sendiri. 9 Dengan demikian, sudah jelas bahwa yang menjadi masalah adalah tidak tergalinya gambaran Allah yang merupakan bagian dari konsepsi identitas jemaat sebagai gereja, serta tidak kritisnya jemaat pada doktrin atau ajaran gereja. Seharusnya, setiap jemaat menemukan gambaran Allah yang hidup dalam dirinya sehingga memiliki konsepsi identitas yang jelas. Dengan demikian, jemaat akan mampu memberikan kesaksian tentang iman mereka. Jika jemaat tidak mengetahui identitas dirinya sebagai gereja maka secara otomatis jemaat tidak mengetahui siapa dirinya dan misi apa yang akan ia lakukan di dunia ini. Hal ini bisa berdampak ke luar maupun ke dalam. Yang dimaksud ke luar di sini adalah bahwa jemaat tak dapat lagi menjalankan misinya keluar karena ia tak lagi mengerti siapa dirinya dan apa tujuannya hidup, sementara ke dalam, ialah tidak adanya identitas yang jelas dalam dirinya sehingga mengakibatkan tindak tanduk sesorang 9 Jan Hendrik, 2002, Jemaat Vital & Menarik: Membangun Jemaat dengan Mengunakan Metode Lima Faktor, Yogyakarta: Kanisius, hal 173 3

4 semakin tidak menentu. Rasa nyaman pun mulai terganggu sehingga semangat partisipasi juga memudar. 10 Atas dasar itulah, gereja harus mengadakan sebuah gerakan pemulihan untuk menemukan kembali identitas jemaatnya melalui pengenalannya terhadap gambaran Allah. Pasalnya, perlu diingat, jika jemaat hanya mengambil gambaran Allah dari luar dirinya dan bukan menggali dari dalam dirinya, hal ini tak ubahnya seperti proses pencangkokan. Jemaat hanya dicangkok dengan suatu ideologi yang baik dan jemaat hanya berperan sebagai boneka. Yang harus dilakukan adalah menggali dan menemukan gambaran Allah yang khas yang dimiliki jemaat sehingga ia dapat memperjelas identitasnya sebagai gereja. Konsepsi identitas bisa menghilang atau, kalaupun masih ada, tidak berfungsi. Bisa pula, konsepsi identitas mulai memudar dan jemaat puas akan dirinya. Hal seperti ini yang mengakibatkan jemaat mulai mengalami kelesuan dan tidak punya daya tarik lagi. 11 Oleh karena itu, jemaat seharusnya bukan hanya menerima doktrin yang diberikan tetapi harus mendialogkannya dengan pengalaman. Inilah konteks yang melatarbelakangi penulis mengadakan penelitian mengenai gambaran Allah dan faktor-faktor yang membentuknya. Faktor-faktor disini adalah pemahaman jemaat pada teks dan pengalaman kehidupan jemaat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengamati faktor-faktor yang membentuk gambaran Allah yakni pemahaman jemaat pada teks dan pengalaman jemaat dalam kehidupan sehari-hari. 12 Penelitian ini juga ditujukan untuk melihat perjumpaan antara pemahaman akan teks dan pengalaman jemaat sehingga membentuk gambaran Allah yang hidup di jemaat. Oleh karena itu penulis akan menjabarkannya sebagai berikut: Pemahaman Teks Pemahaman teks di sini meliputi tradisi dan sejarah gereja, cara jemaat melihat teks Alkitab, dan dari teks Alkitab itu sendiri. Jadi, pemahaman jemaat ini akan membentuk gambaran Allah di dalam dirinya. Misalnya saja kisah Abraham yang mengorbankan anaknya Ishak. Dalam kisah itu, Allah bertindak sebagai penyedia domba jantan guna menggantikan Ishak. Dari teks tersebut 10 Jan Hendrik, 2002, Jemaat Vital & Menarik: Membangun Jemaat dengan Mengunakan Metode Lima Faktor, Yogyakarta: Kanisius, hal Jan Hendrik, 2002, Jemaat Vital & Menarik: Membangun Jemaat dengan Mengunakan Metode Lima Faktor, Yogyakarta: Kanisius, hal Georg Kirchberger, 2007, Allah Menggugat : Sebuah Dogmatika Kristiani, Yogyakarta : Ledalero, hal 4 4

5 tertulis dan tersirat gambaran Allah yang menyediakan (Keluaran 22:14). Contoh lainnya ialah ketika bangsa Israel keluar dari Mesir dan diserang oleh bangsa Amalek. Di sana, Allah turut serta dalam peperangan. Keikutsertaan Allah tampak ketika tongkat Allah yang dipegang oleh Musa diangkat di puncak bukit. Dari cerita ini Allah memiliki gambar bahwa Allah sebagai panji kemenangan (Keluaran 17:15) Pengalaman Selain pemahaman akan teks, ternyata pengalaman juga memiliki andil dalam membentuk gambaran Allah. Pengalaman tersebut dapat berupa berbagai macam hal. Beberapa diantaranya adalah keterlibatan orang lain yang mempengaruhi jemaat, agama, lingkungan masyarakat, keadaan ekonomi, pekerjaan, tempat tinggal, dan adat istiadat. 14 Ada juga yang lainnya, yakni tingkat kedewasaan orang, pendidikan, karakter dan pengalaman orang tersebut. 15 Namun, yang akan kita bahas dalam hal ini adalah pengalaman yang telah dirumuskan berdasarkan penelitian empiris yang telah dilakukan oleh Capucao. Di dalam penelitiannya, Capucao memberi kesimpulan bahwa pengalaman juga mempengaruhi gambaran Allah pada jemaat. Pengalaman tersebut meliputi karakter demografi, karakter sosial, dan karakter religius seseorang. 16 Misalnya, orang yang terlibat aktif dalam pelayanan gereja akan memiliki gambaran Allah yang panenteistik yakni Allah dipahami dalma relasi-relasi yang mereka jalin secara konkrit di dunia. Oleh sebab itu, gambaran Allah yang terbentuk ketika jemaat pasif dalam kegiatan gereja, kemungkinan akan berbeda. 17 Selain melihat gambaran Allah yang terbentuk dari pemahaman jemaat pada teks dan pengalaman, penulis juga mencoba mencari tahu gambaran Allah yang terbentuk dari perjumpaan pemahaman jemaat pada teks dengan pengalaman hidup sehari-hari jemaat. Dengan demikian, hal-hal yang akan diteliti oleh penulis dapat dirumuskan dalam pertanyaanpertanyaan berikut ini. 1. Gambaran Allah apa yang hidup di jemaat GKI Kutoarjo Bajem Prembun? a. Sampai sejauh mana pemahaman jemaat pada teks membentuk gambaran Allah? 13 Elmer L. Towns, 1995, Nama-Nama Allah, Yogyakarta : Andi, hal 7 14 Paul Suparno, 2009, Discernment : Panduan Mengambil Keputusan, Yogyakarta: Kanisius, hal Paul Suparno, 2009, Discernment : Panduan Mengambil Keputusan, Yogyakarta: Kanisius, hal Dave Dean Capucao, 2010, Religion and Ethnocentrism : an empirical-theological Study, Leiden : Koninklijke Brill NV, hal Dave Dean Capucao, 2010, Religion and Ethnocentrism : an empirical-theological Study, Leiden : Koninklijke Brill NV, hal 46 5

6 b. Sampai sejauh mana pengalaman jemaat membentuk gambaran Allah? c. Bagaimana korelasi antara pemahaman teks dengan pengalaman jemaat? 2. Sumbangsih apa yang bisa diberikan penulis untuk GKI Kutoarjo Bajem Prembun? 1.3 Batasan Masalah Untuk menjaga agar permasalahan tidak meluas dan tidak terdapat kerancuan dalam penggunaan tema, maka penulis memberikan batasan masalah pada: Gambaran Allah yang akan diulas secara teologis adalah gambaran Allah yang hidup di jemaat GKI Kutoarjo Bajem Prembun. Oleh karena itu pembahasan ini adalah berfokus pada jemaat GKI Kutoarjo Bajem Prembun konteks saat ini serta faktor yang mempengruhi gambaran Allah tersebut. Faktor ini pun akan penulis batasi dengan cara menggolongkannya menjadi faktor dari pemahaman teks (tradisi gereja, teks kitab suci) dan pengalaman (demografi individu, konteks sosial, dan sikap religius). Selanjutnya, penulis akan mengevalusi gambaran Allah yang hidup di jemaat ini dengan menggunakan kajian teologi. Penulis akan mengartikulasikan atau menggolongkan gambaran Allah tersebut dengan teori yang penulis batasi yakni gambaran Allah yang antropormofik. Dalam gambaran Allah antropormofik yang lebih umum ini penulis akn mencoba menganalisa secara spesifik gambar Allah yang hidup di HKI Bajem Prembun. Dengan demikian inilah yang penulis sebut sebagai pengkritisan gambaran Allah yang hidup di GKI Kutoarjo Bajem Prembun. Pembatasan ini penulis lakukan agar pembahasan tidak meluas dan dengan melihat kemampuan penulis serta batas waktu penulisan. 1.4 Judul Skripsi Gambaran Allah di Jemaat Gereja Kristen Indoneia Kutoarjo Bajem Prembun Sebuah Evaluasi Empiris-Teologis Pembangunan Jemaat 1.5 Tujuan Penulisan Selain untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar sarjana, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Allah yang terbentuk di jemaat GKI Kutoarjo Bajem Prembun dan mengartikulasikan dan menggolongkannya sesuai dengan teori yang ada. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu jemaat untuk mengenali identitas dirinya sebagai gereja agar jemaat 6

7 dapat mengetahui siapa dirinya, misi dan apa yang dia perjuangkan. Namun tidak hanya jemaat GKI Kutoarjo Bajem Prembun. Semoga gereja-gereja lain juga diharapkan dapat mengintropeksi kegiatan-kegiatan dan substansi dari kegiatan yang selama ini mereka jalankan di gereja tersebut. Hal ini dilakukan agar gereja juga semakin mengetahui identitas diri, misi dan apa yang diperjuangkan. Selain itu, diharapkan pula skripsi ini dapat memberi manfaat kepada setiap orang yang membaca dan mempelajari apa yang telah dijabarkan oleh penulis. 1.6 Metode Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan metode kualitatif. Untuk memperoleh data, penulis akan mengumpulkan data melalui wawancara dan terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari jemaat. 18 Proses penelitian berjalan sebagai berikut: Pertama penulis menyusun teori yang penulis butuhkan untuk penelitian dengan menggunakan literatur yang ada. Penelitian literatur dilakukan untuk melengkapi kebutuhan analisa teoritis. Dengan adanya penelitian ini penulis semakin memperkaya diri dalam pemahaman mengenai permasalahan dan proses pemikiran jemaat mengenai pangenalannya terhadap Allah dan konsep Allah yang terbentuk. Penelitian Kualitatif berarti dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap seluruh anggota jemaat di GKI Kutoarjo Bajem Prembun. Maka dari itu dari teori yang telah disusun tersebut penulis menemukan dan menentukan variabel dan indikator penelitian. Varabel dan indikator tersebut akan menjadi acuan penyusunan daftar pertanyaan untuk mewanwancarai informan Dalam proses wawancara ini penulis menggali lebih dalam mengenai gambaran Allah yang hidup di jemaat. Dalam prosesnya, penulis terbuka untuk mendengarkan cerita-cerita kehidupan jemaat untuk akhirnya melihat nilai-nilai berharga yang ada di balik cerita tersebut serta penyataan Allah yang personal di setiap pengalaman jemaat itu. Dengan cara itu, penulis mampu meninjau gambaran atau konsep seperti apa yang hidup di jemaat tersebut. Selain itu, penulis juga melakukan penelitian secara partisipatif dengan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan jemaat sehingga penulis mampu melihat apakah gereja telah menjawab kebutuhan jemaat itu. Penulis juga ingin melihat sejauh mana gereja merespon atau menanggapi penggalian jemaat atas gambaran Allah yang hidup secara personal. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh jemaat seperti kebaktian, PA, dan kegiatan lain sehingga 18 John Mansford Prior,1997, Meneliti Jemaat : Pedoman Riset Partisipatoris, Jakarta : Grasindo, hal 65 7

8 kemudian dijadikan data dan bahan analisa. Penelitian lapangan ini dilakukan dalam kurun waktu dua bulan secara intensif. Setelah mendapatkan data yang lengkap maka penulis akn mengkaji hasil penelitian dengan menggunakan kajian teologi. Dari evaluasi tesebut maka akan muncul strategi pembangunn jemaat yang meruakan sumbangsih penulis kepada gereja GKI Kutoarjo Bajem Prembun. 1.7 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II : Konsep Gambaran Allah Bab ini berisi penjabaran teori mengenai pengertian gambaran Allah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bab III : Hasil Penelitian Bab ini berisi penjabaran atas hasil penelitian terkait dengan proses terbentuknya gambaran Allah. Terbentuknya gambar Allah ini iaah dari faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran Allah dan hasil gambaran Allah yang hidup di jemaat GKI Kutoarjo Bajem Prembun. Bab IV: Evaluasi Teologis Terhadap Konsep Gambaran Allah yang hidup DI GKI Kutoarjo Bajem Prembun Bab ini berisi evaluasi teologis terhadap konsep Gambaran Allah yang Hidup Di GKI Kutoarjo Bajem Prembun. Bab IV: Strategi Pembangunan Jemaat dan Penutup Bab ini berisi strategi pembangunan jemaat yang sesuai dengan isu yang telah dijabarkan penulis di dalam evaluasi yang telah dilakukan dalam bab sebelumnya. Berikutnya dalam bab ini akan berisi kesimpulan dari seluruh skripsi yang telah ditulis oleh penulis dan yang terakhir adalah penutup. 8

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW. Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan umat Kristen, Allah merupakan sosok yang memiliki peranan penting. Bahkan sebelum masa Kekristenan muncul, yaitu pada masa Perjanjian Lama

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Berbicara mengenai gereja tentu saja ada berbagai permasalahan yang terdapat dalam setiap jemaat-jemaat, bukan hanya soal perkembangan jumlah anggota jemaat,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman merupakan sebuah konsep yang telah lama ada dan berkembang diantara orang-orang percaya. Umumnya mereka selalu menghubungkan konsep pertumbuhan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan sesuatu yang tidak asing lagi dalam keseharian hidup manusia. Bencana alam terjadi dalam kehidupan manusia tidak dapat diprediksi secara tepat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Prinsip dasar bahwa untuk beriman kita membutuhkan semacam jemaat dalam bentuk atau wujud manapun juga. Kenyataan dasar dari ilmu-ilmu sosial ialah bahwa suatu ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini pertanyaan perihal Siapa Allah? merupakan bagian dari sebuah problematika yang sangat sensitif begitu pun ketika kita berbicara mengenai iman,

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Gereja Bali atau singkatannya GKPB, adalah salah satu dari sedikit gerejagereja

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat, seperti perubahan pola pikir, perubahan gaya hidup, perubahan sosial, perubahan teknologi, dan sebagainya, memiliki

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dilihat secara objektif, gereja merupakan suatu institusi yang di dalamnya terjadi perjumpaan antara manusia dengan Allah. Manusia berjumpa dengan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberadaan gereja di dunia ini menjadi tanda dan alat bagi misi Allah. Misi Allah ini terkait dengan kehendak Allah yang menyelamatkan seluruh umat manusia. Dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jemaat GKI Arcamanik, Bandung. Mengapa katekisasi, Pendalaman Alkitab, khotbahkhotbah, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. jemaat GKI Arcamanik, Bandung. Mengapa katekisasi, Pendalaman Alkitab, khotbahkhotbah, UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini bergulat di dalam batin penulis, berdasarkan pengalaman hidup bersama dengan

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan The Meeting Place of World Religions. 1 Demikianlah predikat yang dikenakan pada Indonesia berkaitan dengan kemajemukan agama yang ada. Selain majemuk

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Keadaan Umum Gereja Saat Ini Gereja yang dahulu hanya berfungsi dan dianggap jemaat sebagai tempat bersekutu, merasa tenang, menikmati liturgi yang menarik,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) para pelayanan kebaktian anak dan remaja dikenal dengan sebutan pamong. Istilah pamong ini tidak ada dalam buku Tata Pranata GKJW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik.

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. dalam keluarga dengan orang tua beda agama dapat dipahami lebih baik. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Dalam bab IV ini akan dipaparkan suatu refleksi teologis tentang PAK dalam keluarga dengan orang tua beda agama. Refleksi teologis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu PAK keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian Sejak lahir manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk merealisasikan hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak didefinisikan sebagai kekuasaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial dan religi masyarakat Tionghoa dipengaruhi oleh prinsip hidup kekeluargaan. Hidup kekeluargaan menempatkan pentingnya hubungan

Lebih terperinci

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Teks Membuka Kitab Suci Perjanjian Baru, kita akan berjumpa dengan empat karangan yang cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Kristiani (PK) merupakan suatu proses pengajaran tentang kekristenan. 1 Dalam prosesnya, PK membutuhkan ruang untuk menjalankan aktivitasnya.

Lebih terperinci

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik RESENSI BUKU Judul : Keselamatan Milik Allah Kami Penulis : Christopher Wright Penerbit : Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur Tahun : 2011 Halaman : 225 halaman Dalam buku ini Christopher Wright berupaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Konflik dapat dipahami dalam dua dimensi, yaitu bahaya dan peluang 1. Bila dalam krisis, seseorang atau kelompok orang memiliki pikiran negatif yang kuat, ia atau mereka

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari spiritualitas. Spiritualitas melekat dalam diri setiap manusia dan merupakan ekspresi iman kepada Sang Ilahi. Sisi spiritualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pada saat ini, bangsa Indonesia dilanda dan masih berada di tengah-tengah krisis yang menyeluruh, krisis multidimensi. Kita dilanda oleh krisis politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah 1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Kekristenan di tanah air tidak bisa dilepaskan dari peran badanbadan zending yang bekerja mengabarkan Injil kepada masyarakat. Untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian atau

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan, atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keahlian-keahlian atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan mendapat perhatian khusus dari pemerintah Indonesia, seperti adanya program wajib belajar 12 tahun. Hal ini menandakan bahwa pendidikan merupakan hal yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Khotbah mempunyai tempat yang penting bagi jemaat. Hal ini sempat penyusun amati, yaitu bagaimana jemaat menunjukkan keseriusan mereka ketika khotbah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.

Lebih terperinci

Pendahuluan Teologi Biblika PB

Pendahuluan Teologi Biblika PB Pendahuluan Teologi Biblika PB A. Defenisi Teologi Biblika merupakan cabang ilmu Teologia yang secara sistematis mempelajari perkembangan pernyataan Allah dalam sejarah sebagaimana yang dinyatakan Alkitab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Di dalam sebuah gereja, peran dan fungsi seorang pendeta sangatlah vital. Secara sederhana, kita bisa melihat bahwa pendeta adalah seorang pemimpin dalam sebuah gereja.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

Silabus. MPK 1020 Pendidikan Agama Kristen. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Silabus. MPK 1020 Pendidikan Agama Kristen. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Silabus MPK 1020 Pendidikan Agama Kristen Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas Jalan Perbanas, Karet Kuningan, Setiabudi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Bagi orang Asia, adat merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan melekatnya identitas sebagai masyarakat suku. Hampir setiap suku mengenal adat sebagai bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

Pdt Gerry CJ Takaria

Pdt Gerry CJ Takaria KESATUAN ALKITAB DAN GEREJA ATAU JEMAAT Roh Kudus merupakan kekuatan penggerak di belakang kesatuan Jemaat (Ef. 4:4-6). Dengan memanggil mereka dari pelbagai suku-bangsa, Roh Kudus membaptiskan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pulungdowo adalah sebuah desa di wilayah kecamatan Tumpang, kabupaten Malang Jawa Timur. Desa ini didominasi oleh masyarakat yang memeluk agama Islam, sementara

Lebih terperinci

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J. Isi singkat 1. Semangat mistik 2. Semangat kenabian 3. Spiritualitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci