KERANGKA ACUAN FGD OUTLOOK PERUMAH SAKITAN INDONESIA TAHUN DAN PERAN PERSI
|
|
- Irwan Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KERANGKA ACUAN FGD OUTLOOK PERUMAH SAKITAN INDONESIA TAHUN DAN PERAN PERSI 1. LATAR BELAKANG Pendahuluan Selama 3 tahun berlangsungnya program JKN, penerapan sistem akreditasi rumah sakit versi 2012, serta mulai berlakunya MEA Masyarakat Ekonomi ASEAN, telah terjadi perubahan signifikan dalam model manajemen dan pelayanan rumah sakit dibanding 5 tahun yang lampau. Model pembayaran fee for service bergeser ke arah pembayaran prospective akibat dorongan JKN. Terjadi beberapa kali perubahan tarif INA CBG dan regulasi pelaksanaannya, yang mendorong perumahsakitan Indonesia secara dinamis merubah pola manajemennya, sebagai bagian dari adaptasi demi sustainabilitas dan pertumbuhan rumah sakit. Beberapa regulasi turunan Undang-Undang yang berkaitan dengan SJSN bidang kesehatan, belum dipenuhi sesuai amanah undang-undang, dan beberapa regulasi masih ditafsirkan kontradiksi oleh sekelompok orang, misalnya klausul tentang iur biaya dan penerapan pola tarif pembayaran rumah sakit. Pada saat jumlah penduduk berjumlah jiwa ditahun 2015, terdaftar fakir miskin orang tak mampu sebanyak 96,4 juta yang berhak memperoleh bantuan APBN untuk membayar iuran JKN, disebut PBI. Diantara PBI tersebut, terdapat lansia berusia > 60 tahun, yang pada tahun 2015 berjumlah 21,6 juta dan diproyeksi akan berjumlah 40,9 juta ditahun Sumber: BPS Selama dua tahun pertama reformasi jaminan kesehatan dilaksanakan, jumlah iuran yang dikelola BPJS Kesehatan adalah sebesar Rp triliun. Pada periode tersebut sumber pendapatan BPJS Kesehatan yang paling dominan adalah berasal dari PBI dan PNS, TNI, Polri dan pensiunan beserta keluarganya. Keduanya teratur diterima karena keduanya bersumber pada APBN. Sumber iuran lainnya adalah dari peserta pekerja/karyawa (buruh) atau Pekerja Penerima Upah/PPU, dan dari Pekerja Bukan Penerima Upah/mandiri. Jumlah peserta JKN per tanggal 10 Februari 2017 sebanyak peserta, sekitar 69 persen dari proyeksi penduduk Indonesia tahun 2017.
2 Kategori Jumlah Keterangan PBI APBN % PBI APBD % PPU PNS % PPU TNI % PPU POLRI % PPU BUMN % PPU SWASTA % PBPU PEKERJA MANDIRI % PBPU BUKAN PEKERJA % Dilihat dari komposisi peserta, maka peserta PBI APBN masih mendominasi sebesar 54 %, sedangkan peserta PPU BUMN dan PBPU bukan pekerja relatif rendah partisipasi kepesertaannya. Menurut BPS, proyeksi penduduk Indonesia tahun 2020 sebanyak 271,1 juta jiwa, yang berarti masih ada target penambahan peserta sekitar 100 juta hingga tahun BPJS Kesehatan menggunakan upaya persuasif dan menggunakan kewenangan sebagai pengelola untuk meningkatkan jumlah peserta dan kepatuhannya. Dilihat dari sisi utilitas, maka pengguna manfaat program JKN terbesar adalah kelompok PBPU. Dengan manfaat pelayanan tingkat lanjutan dilakukan di kelas III, II dan I serta empat type rumah sakit, klaim rasio diantara empat kelompok peserta, rasio klaim tertinggi adalah PBPU/mandiri yang pernah mencapai >400%, kemudian 85% pada PNS, TNI, Polri dan pensiunannya serta keluarga, 85 % PPU dan 75% klaim rasio pada fakir miskin/pbi. Hal ini menunjukkan terjadinya adverse selection,
3 khususnya pada peserta PBPU yang ikut secara mandiri, dimana sebagian besar peserta adalah kelompok orang yang memerlukan layanan kesehatan secara rutin. Dalam tahun 2015 dilaporkan sebanyak 100,6 juta memanfaatkan FKTP (Puskesmas/dokter praktek perorangan/klinik pratama); 39,8 juta memanfaatkan poliklinik rawat jalan rumah sakit; dan 6,3 juta pemanfaatan rawat inap. Seperti diungkapkan diatas, bahwa selama dua tahun pertama, sebanyak 73% dari pada biaya pelayanan kesehatan digunakan untuk pembiayaan FKRTL senilai Rp triliun, dan dibayarkan kepada FKTP berupa kapitasi sebesar Rp triliun. Fakta lain adalah pada tahun 2015, sebanyak 23,90% biaya pelayanan kesehatan digunakan untuk membiayai penyakit katastropik yang terdiri dari Penyakit Jantung (13%), Gagal Ginjal Kronik (7%), Kanker (4%); Stroke (2%); Thalasemia (0.7%); Haemofilia (0.2%); dan Leukemia (0.3%). Kendala besar yang dihadapi BPJS Kesehatan dari sisi kepesertaan adalah meningkatkan kolektibilitas iuran, khususnya pada peserta PBPU mandiri, yang saat ini baru mencapai tingkat kolektibilitas sekitar 60 %, dan di sisi lain BPJS Kesehatan berusaha mencegah adverse selection khususnya pada peserta PBPU Mandiri dengan cara meningkatkan jumlah peserta yang relatif sehat. Kendala dalam percepatan pertumbuhan peserta, khususnya PPU adalah kekhawatiran pemberi kerja untuk merubah skema manfaat jaminan kesehatan karyawan, khususnya yang menganggap memiliki standar lebih baik dibanding manfaat sesuai hak BPJS Kesehatan. Kekhawatiran pembengkakan biaya jaminan kesehatan karena anggaran ganda membayar iuran BPJS Kesehatan dan masih menanggung biaya jaminan kesehatan yang lalu. Akibatnya beberapa memilih untuk menunda pendaftaran peserta ke BPJS Kesehatan, walau dengan resiko melanggar regulasi. Landskap Rumah Sakit Indonesia Ada rumah sakit di Indonesia, yang terdiri dari rumah sakit umum dan 557 rumah sakit khusus (data Rumah Sakit Online Januari 2017). Dari jumlah itu (73,8 %) rumah sakit dan 14 rumah sakit D Pratama yang bermitra dengan BPJS Kesehatan. Dibanding jumlah rumah sakit pada tahun 2016, sebanyak rumah sakit, maka dalam kurun waktu singkat terjadi pertumbuhan sebanyak 582 rumah sakit. Pada tahun 2015 tercatat hanya ada rumah sakit, yang berarti pertumbuhan rumah sakit baru sangat pesat dalam kurun waktu setahun terakhir. Sebagai akibat pertumbuhan rumah sakit yang cepat, namun terkonsentrasi di kota besar, maka kompetisi antar rumah sakit makin ketat, meskipun ada sisi positifnya dimana selalu ada upaya perbaikan fasilitas dan mutu layanan untuk merebut pangsa pasar. Hal ini juga menunjukkan bahwa investasi rumah sakit di Indonesia masih menarik bagi investor, sedangkan pemerintah berkewajiban mendirikan dan meningkatkan kompetensi rumah sakit di daerah-daerah tertentu sebagai bagian dari pola rujukan nasional.
4 Standar klasifikasi dan perijinan rumah sakit diatur melalui Permenkes 56 tahun 2014, sayangnya bila ditelusur lebih mendalam, belum semua klasifikasi yang ditentukan sesuai dengan kompetensi rumah sakit, karena ada banyak faktor yang berpengaruh, antara lain faktor politis, mobilitas dan mutasi dokter spesialis khususnya di daerah yang kurang strategis, sulitnya mencari profesional kesehatan dan faktor-faktor lainnya. Jumlah rumah sakit terakreditasi sampai awal Februari 2017, sebanyak 867 rumah sakit, termasuk 356 rumah sakit yang lulus perdana. Masih banyak rumah sakit yang belum terakreditasi, sebagai bukti standarisasi mutu layanan dan manajemen. Berdasarkan data itu dapat disimpulkan bahwa tantangan standarisasi mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia masih menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah, KARS dan PERSI bersama seluruh asosiasi perumah sakitan di dalamnya. Berdasarkan rasio kecukupan tempat tidur perawatan, secara nasional, dengan rasio 1 TT untuk 1000 penduduk, maka jumlah tempat tidur sudah memadai, namun bila dilihat secara detail, akan terlihat konsentrasi rumah-rumah sakit di kota besar. Demikian juga dengan rumah sakit type A dan B sebagai pelayanan tersier dalam sistem rujukan belumlah merata. Permasalahan tersebut diatas semakin komplek dengan di berlakukannya pasar bebas Asean (MEA). Dimana kesiapan Rumah Sakit di Indonesia sangat mungkin belum sepenuhnya bisa menjawab tuntutan dan tantangan dari pasar bebas Asean (MEA) tersebut. Kesiapan manajemen Rumah Sakit, kompetensi tenaga kesehatan, peralatan medis, service yang mumpuni, serta dukungan dari pemerintah yang masih belum maksimal menjadi hambatan tersendiri bagi Rumah Sakit di Indonesia untuk bersaing di wilayah regional Asean. Posisi rumah sakit Indonesia belum dibedakan jelas, antara rumah sakit publik nirlaba, sebagai lembaga layanan publik, yang berkewajiban memenuhi pelayanan kesehatan tingkat sekunder dan tersier seluruh masyarakat, dengan rumah sakit privat sebagai entitas industri untuk menggali pendapatan sebesarbesarnya atas investasi pemodal. Belum ada perbedaan signifikan dari sisi kebijakan pemerintah antara dua kelompok entitas itu, yang mendorong pertumbuhan rumah sakit. Rumah sakit nirlaba seharusnya mendapat insentif berdasar kebijakan pemerintah, sebagai kompensasi bila ada kebijakan pengendalian tarif pelayanan. Dengan regulasi tata kelola obat melalui e-catalog, dimana hanya ada satu pemenang untuk penyediaan obat tertentu disuatu wilayah, menimbulkan permasalahan baru dalam hal ketersediaan obat, walaupun pemerintah telah berhasil menurunkan dan mengendalikan harga obat, khususnya obat generik dan obat fornas.
5 BPJS Kesehatan sebagai pembeli pelayanan kesehatan terbesar Dengan jumlah peserta lebih dari 171 juta, dan akan terus bertambah sampai tercapai jaminan semesta (universal coverage), maka BPJS Kesehatan menjadi pembeli pelayanan terbesar. Namun dengan terjadi defisit akibat pembayaran kapitasi dan klaim lebih besar dari pendapatan premi, maka dilakukan upaya penyelarasan melalui regulasi pelayanan dan regulasi tarif. Persepsi rumah sakit terhadap tari INA CBG sangat beragam, sebagian besar menganggap cukup baik, namun ada rumah sakit yang menganggap tarif INA CBG yang berlaku saat ini sesuai PMK 64 tahun 2017 belum memenuhi harapan. Memang secara obyektif harus diakui masih ada beberapa grouping tarif yang belum sempurna dan sesuai dengan pola pelayanan di Indonesia pada umumnya, dan pengaruh hospital based rate belum terakomodir secara baik dalam perhitungan tarif INA CBG. Selama dua tahun awal JKN, biaya manfaat jaminan pelayanan kesehatan berjumlah Rp.108,038 triliun. Dalam tahun , program JKN mengalami mismatch antara pendapatan premi dan pembayaran klaim sekitar Rp 3,3 Triliun (2014) dan sekitar Rp 5,85 Triliun (2015). Dari jumlah pembayaran manfaat tersebut, sebesar Rp triliun atau 73% digunakan membayar dengan tarif INA CBG kepada Rumah Sakit yang melayani pasien JKN. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan tersebut terdiri dari milik Pemda Provinsi 123, Kabupaten/Kota: 555, milik pemerintah Pusat Kementerian, TNI dan Polri sebanyak 187 buah dan rumah sakit milik swasta, BUMN dan BUMD sebanyak Sisanya dibayarkan dalam bentuk kapitasi sebesar Rp triliun setara 17,3 persen kepada FKTP yaitu Puskesmas, klinik swasta dan dokter praktek serta dokter gigi. BPJS Kesehatan juga membayar manfaat lainnya berupa non-cbg dan kapitasi sebesar Rp triliun atau 9 persen. Proporsi pembayaran biaya manfaat pelayanan 2014 dan 2015, digambarkan berikut: (Prof.Budi Hidayat):
6 FKRTL menyerap lebih 73% biaya kesehatan. [Apakah FKTP inferior; apa terjadi over-referral?] Total biaya 2014: Rp T Total Biaya 2015: Rp T BHidayat 15/05/ Tantangan maupun peluang yang di hadapi oleh Rumah Sakit di Indonesia semakin beragam, manakala kebijakan makro SJSN dan JKN di isuekan akan berubah. Memang benar dengan adanya JKN beberapa Rumah Sakit mendapatkan penghasilan operasional yang cukup signifikan. Bila disandingkan dengan pasar bebas Asean, (MEA) yang juga membuka peluang bagi para investor, baik lokal maupun asing, untuk berinvestasi dalam industri perumahsakitan di Indonesia, maka investor yang berani mengambil risiko pada era JKN adalah yang berhasil dengan menyulap tantangan JKN sebagai peluang. Dengan strategi yang jitu, peluang memenuhi kebutuhan 257 juta penduduk dengan sebaran usia dan potensi pertumbuhan kemampuan ekonomi, merupakan potensi usaha bagi investor dari dalam maupun luar negeri. Kemitraan Pemerintah dengan Swasta juga harusnya menjadi salahsatu peluang dalam pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia, dengan jaminan upaya investasi pihak swasta di daerah yang ditetapkan pemerintah, akan dimanfaatkan sepenuhnya dan memberikan imbal usaha yang wajar selain misi filantropis. Terdapat kecenderungan, untuk merumuskan postioning usaha yang membimbing pada strategy focus pada kebutuhan segmen kebutuhan pasar. Mengingat besarnya dan luasnya kebutuhan pelayanan kesehatan sejak diberlakukannya wajib JKN, maka masih terbuka untuk kemungkinan melakukan bauran proporsi layanan sesuai positioning masing-masing. CoB berpotensi membuat tatanan baru pelayanan RS di era JKN Dengan adanya Peraturan BPJS Kesehatan No 4 tahun 2016 tentang Petunjuk Tehnis Penyelenggaraan Koordinasi Manfaat dalam Program JKN, dimana antara lain tercantum peluang CoB dengan BPJS Kesehatan sebagai penanggung pertama dan Asuransi Kesehatan Komersial sebagai pembayar pertama, maka diperkirakan akan menggairahkan rumah sakit untuk meningkatkan investasinya dalam fasilitas dan peralatan.
7 Bila skema ini dilaksanakan, melengkapi skema CoB pola Indemnity, yang hanya bisa dipakai pada kasus naik kelas perawatan, maka secara tidak langsung akan terjadi berbagai varian pola managed care selain pola BPJS Kesehatan. Dengan Asuransi Kesehatan sebagai pembayar pertama, maka akan terjadi kesepakatan pola kerjasama rumah sakit dengan asuransi kesehatan komersial, yang mungkin beda standar dengan pola BPJS Kesehatan. Meski demikian, harus dipahami bahwa pola manfaat BPJS Kesehatan tidak lebih inferior dibanding skema manfaat yang diberikan asuransi kesehatan. Namun dengan adanya fleksibilitas pola dan standar managed care dari asuransi kesehatan komersial yang ber CoB dengan BPJS Kesehatan, maka keinginan peserta dapat lebih terakomodir, tentu saja dengan konsekwensi besaran premi tambahan. Dengan skema CoB managed care, maka akan mengambil segmen pasar tertentu yang masih enggan dengan pola manfaat standar BPJS Kesehatan. Rumah sakit juga akan diuntungkan, khususnya yang memiliki sasaran kelompok menengah atas, karena dapat meningkatkan standar fasilitas layanannya secara optimal, BPJS Kesehatan diuntungkan dengan membayar klaim sesuai standar RS type C, dan asuransi kesehatan komersial akan mendapat segmen pasar tertentu dari kalangan peserta BPJS Kesehatan. Peran PERSI PERSI sebagai lembaga payung berbagai asosiasi perumah sakitan di Indonesia, mengambil posisi Loyalis Kritis, terhadap kebijakan yang menyangkut perumah sakitan di Indonesia. PERSI akan berupaya agar standar perumahsakitan di Indonesia sejajar dengan rumah-rumah sakit di wilayah regional, ada standarisasi kompetensi dan mutu rumah sakit yang setara di seluruh Indonesia, ada iklim investasi yang baik untuk mendorong perkembangan rumah sakit di Indonesia, baik dalam kualitas dan kuantitas, serta PERSI akan menjadi mediator dan fasilitator untuk menjaga hubungan harmonis antara perumahsakitan Indonesia dengan pemangku kepentingan lainnya. Peran yang akan diambil PERSI adalah sebagai advokat dan fasilitator rumah sakit di Indonesia untuk terus bertumbuh. 2. TUJUAN FGD 1. Merumuskan prospek rumah sakit di Indonesia tahun dalam hal peluang pertumbuhan usaha dan daya tarik investasi baru. 2. Merumuskan peran Persi dalam mendukung perumah sakitan Indonesia Merumuskan sikap PERSI terhadap regulasi pelaksanaan JKN yang ada. 4. Menyusun rekomendasi Persi kepada Pemerintah, BPJS Kesehatan dan Perumah sakitan Indonesia. 3. WAKTU, AGENDA DAN TEMPAT
8 Kamis, 23 Februari 2017, pk di Kantor PERSI Pusat, Jakarta sd : Registrasi dan makan siang : Pembukaan dan Sambutan Ketua Umum PERSI : Pengantar diskusi (Ketua Kompartemen Jaminan Kesehatan) : FGD topik 1 Prospek RS : FGD topik 2 Peran PERSI : FGD topik 3 Sikap PERSI terhadap berbagai regulasi : FGD topik 4 Rekomendasi PERSI : Diskusi dan penyimpulan : Penutup oleh ketua Persi Moderator: Dr. Tonang Dwi Ardyanto, PhD. Drs. Odang Muchtar, MBA, AAAJI-QIP Notulis: Fajaruddin Sihombing, SE, MM dr. Ediansyah, MARS Partua Sitompul, S.Kom 4. Peserta Pengurus harian PERSI : 4 orang Dewan Penyantun PERSI : 2 orang Akademisi (UI dan UGM) : 3 orang Wakil rumah sakit (RS Pelni, RSJ HK, RSCM) : 3 orang P2 JK - Kemenkes : 3 orang Staf Ahli Menkes : 1 orang DJSN : 2 orang BPJS Kesehatan : 3 orang Mandiri InHealth : 2 orang Kompartemen Manajemen Keperawatan PERSI : 2 orang Kompartemen Manajemen Mutu Klinis PERSI : 2 orang Kompartemen Manajemen Mutu i : 2 orang Kompartemen Manajemen Penunjang : 2 orang
9 Kompartemen Hukum. Advokasi dan Mediasi : 3 orang Kompartemen Manajemen Farmasi Rumah Sakit : 2 orang Kompartemen Jaminan Kesehatan : 5 orang Asosiasi perumah sakitan : 16 orang Total : 57 peserta 5. Keluaran FGD Kajian umum dan Pernyataan PERSI terhadap situasi serta prospek perumah sakitan di Indonesia tahun , dan rekomendasi ke berbagai pihak terkait untuk menjadikan landskap perumah sakitan Indonesia lebih baik. 6. Webinar Bapak/ Ibu/ Sdr yang tidak dapat hadir secara tatap muka dapat tetap mengikusi diskusi webinar melalui link Registrasi berikut: Webinar ID: Arsip diskusi selengkapnya dapat diakses melalui website Informasi dan kontak: Sekretariat PERSI Pusat Jakarta, 17 Februari 2017.
Harapan dan Kekhawatiran RS Publik swasta. Daniel Budi Wibowo. Kongres XII PERSI Jakarta, 7 November 2012
Harapan dan Kekhawatiran RS Publik swasta terhadap UU SJSN / BPJS Daniel Budi Wibowo Kongres XII PERSI Jakarta, 7 November 2012 Rumah Sakit NOT FOR PROFIT Yang dimaksud dengan rumah sakit not for profit
Lebih terperinciUpah Minimum atau Iuran PBI
Upah Minimum atau Iuran PBI Disampaikan oleh: Mundiharno Direktur Perencanaan Pengembangan & MR BPJS Kesehatan Forum Diskusi Publik Nasional Penguatan Jaminan Sosial Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Layak
Lebih terperinciInovasi PERSI dalam Mutu Pelayanan Kesehatan di RS dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional
Inovasi PERSI dalam Mutu Pelayanan Kesehatan di RS dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional DR Dr.Sutoto M.Kes Dr. Daniel Budi Wibowo M.Kes Forum Mutu IHQN - 2013 Jakarta, 20 November 2013 Visi Persi Persi
Lebih terperinciPerbaikan PKS antara
Usulan PERSI Perbaikan PKS antara RS dengan BPJS-K tahun 2017 Hasil rapat di Semarang 24 Juli 2016 Disampaikan pada : Halal bil Halal PERSI, Jakarta 2 Agustus 2016 DANIEL BUDI WIBOWO KOMPARTEMEN JAMKES
Lebih terperinciPeran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016
Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016 KESEIMBANGAN KEPENTINGAN : Pemerintah: Derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperincidrg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional
Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 28 Desember 2017 1. Pendahuluan 2. Asas Dan Prinsip 3. Pencapaian JKN 4. Tantangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Lebih terperinciNotulen Diskusi Panel Indonesia Healthcare Forum II HARAPAN KENYATAAN & SOLUSI JKN. Terkait Regulasi & Pembiayaan 26 April 2016
Notulen Diskusi Panel Indonesia Healthcare Forum II - 2016 HARAPAN KENYATAAN & SOLUSI JKN Terkait Regulasi & Pembiayaan 26 April 2016 Tim Notulis : Fajaruddin Sihombing & drs. Syarifuddin, UH. MM Diskusi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
KEMENKES PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN NASIONAL PUSAT PEMBIAYAAN DAN JAMINAN JAKARTA, 2016 JAMINAN NASIONAL Perkembangan penyelenggaraan JKN Jaminan Kesehatan Nasional UU NOMOR 24 TAHUN
Lebih terperinciPERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Oleh : Dr. Hj. Rosnini Savitri, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Pendahuluan Luas wilayah 42.297,30
Lebih terperinciPELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN. Pembukaan Majenas II SPN
PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN Pembukaan Majenas II SPN Semarang, 10 Februari 2016 JKN-KIS DAN KONTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI Penelitian Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) selama tahun 2014, kontribusi
Lebih terperinciReformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia
Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
Lebih terperinciHARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit
HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit Dr Kuntjoro Adi Purjanto, Mkes Ketua Umum PERSI Diskusi Panel VIII - 2016 JKN Hotel Ritz Carlton Jakarta, 29
Lebih terperinciPERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT
PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak azazi setiap warga negara sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Lebih terperinciPerbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage
Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage dr. Kalsum Komaryani, MPPM Kepala Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan Jaminan Kesehatan Bagi Seluruh
Lebih terperinciThere are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS
There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS 1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya? JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan
Lebih terperinciPOTENSI FRAUD DAN MORAL HAZARD DALAM PENYELENGGARAAN JKN BPJS KESEHATAN
POTENSI FRAUD DAN MORAL HAZARD DALAM PENYELENGGARAAN JKN BPJS KESEHATAN disampaikan oleh DR. Chazali H. Situmorang, A.Pt, M.Sc.PH (Ketua DJSN) Pada Seminar Dimensi Hukum Atas Pelayanan Jaminan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan
Lebih terperinciHASIL MONITORING DAN EVALUASI SEMESTER I TAHUN Bandung, 25 Agustus 2015
HASIL MONITORING DAN EVALUASI SEMESTER I TAHUN 2015 Bandung, 25 Agustus 2015 1 1 PENDAHULUAN 2 DJSN mempunyai kewenangan untuk melakukan monitoring dan evaluasi DJSN melakukan pengawasan eksternal terhadap
Lebih terperinciNotulen Diskusi Panel Indonesia Healthcare Forum III HARAPAN KENYATAAN & SOLUSI JKN. TENTANG SISTEM RUJUKAN & KLINIK EKSEKUTIF 24 Mei 2016
Notulen Diskusi Panel Indonesia Healthcare Forum III - 2016 HARAPAN KENYATAAN & SOLUSI JKN TENTANG SISTEM RUJUKAN & KLINIK EKSEKUTIF 24 Mei 2016 Tim Notulis : Fajaruddin Sihombing & drs. Syarifuddin, UH.
Lebih terperinciJAMINAN KESEHATAN NASIONAL:
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: Pengawasan dan Potensi Fraud Seminar Implementasi JKN dan Mekanisme Pengawasannya dalam Sistem Kesehatan Nasional Jogjakarta, 15 Maret 2014 Dewan Jaminan Sosial Nasional 1 BPJS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tahun 2003 pemerintah menyiapkan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 1. Rancangan SJSN disosialisasikan ke berbagai pihak termasuk ke Perguruan Tinggi dan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan
IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan Yogyakarta, 15 Maret 2014 Agenda Dasar Hukum Kepesertaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan
Lebih terperinciProgram Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)
Program Jaminan Kesehatan Nasional-kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) Sosialisasi Universitas Gajah Mada Kamis, 17/06/2016 1 OUTLINE PENDAHULUAN KEPESERTAAN MANFAAT JAMINAN KESEHATAN SANKSI DAN DENDA 2 A.
Lebih terperinciProsedur Pendaftaran Peserta JKN
Tanggal 17 Juli 2014 Prosedur Pendaftaran Peserta JKN Bagaimana prosedur pendaftaran peserta JKN? Pendaftaran peserta JKN ditentukan berdasarkan kategori peserta. A. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran
Lebih terperinciNotulen Diskusi Panel Indonesia Healthcare Forum I HARAPAN KENYATAAN & SOLUSI JKN 28 Maret 2016
Notulen Diskusi Panel Indonesia Healthcare Forum I - 2016 HARAPAN KENYATAAN & SOLUSI JKN 28 Maret 2016 Team notulist : Dr Daniel Wibowo, dr Tonang dkk A. Dr Daniel (Kompartemen Jamkes PERSI): 1. Diuraikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini
PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini 1 Latar Belakang Salah satu masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia:
Lebih terperinciBagaimana Hubungan antara Rumah Sakit dengan Dinas Kesehatan di Era JKN?
Outlook Manajemen Rumah Sakit Bagaimana Hubungan antara Rumah Sakit dengan Dinas Kesehatan di Era JKN? Pengantar Outlook merupakan suatu sikap mental dalam menginterpretasikan apa yang akan terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi setiap penduduk yang hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun mental.
Lebih terperinciPenyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
MENTERI Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Peluncuran Peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 Jakarta, 29 November 2012 1 MENTERI SISTEMATIKA 1. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi: Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciDEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL. Sambutan Ketua DJSN. Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017
DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Sambutan Ketua DJSN Pada Pembukaan Kaleidoskop Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tahun 2017 Hotel Aryaduta, Jakarta, 28 Desember 2017 Assalamu alaikum
Lebih terperinciSistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan
Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Harus disadari bahwa hidup dan kebebasan manusia akan menjadi tanpa makna jika kesehatannya tidak terurus. karena itu kesehatan sebagai isu HAM, dalam hal ini hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
Lebih terperinciLAPORAN BULANAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/SEOJK.05/2014 TENTANG LAPORAN BULANAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN - 1 - BAB I PENJELASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa
Lebih terperinciBUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciHARAPAN-KENYATAAN & SOLUSI JKN (Terkait Regulasi) SUNDOYO, SH, MKM, MH KOMPARTEMEN HUKUM PERSI
HARAPAN-KENYATAAN & SOLUSI JKN (Terkait Regulasi) SUNDOYO, SH, MKM, MH KOMPARTEMEN HUKUM PERSI UUD 45 Pasal 28 H (1) Setiap Penduduk berhak atas pelayanan kesehatan Pasal 34 (1) Fakir miskin dan anak terlantar
Lebih terperinciHasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta
Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 7-8 Desember 2012 Yogyakarta Topik Pembahasan Regulasi Jaminan Kesehatan Kepesertaan Jaminan
Lebih terperinciLaksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT KOTA PADANG PANJANG WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar
Lebih terperinciREGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN
REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015
Lebih terperinciKasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya
Kasus-kasus Perselisihan antara Hak Pasien dan Standar Biaya dr. Aris Jatmiko, MM, AAK Deputi Direksi BPJS Kesehatan Kedeputian Wilayah Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta, 8 Maret 2018 OUTLINE 1. Overview
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan masyarakat menjadi tugas utama dari pemerintah. Perihal ini tercantum jelas dalam pasal 34 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Republik
Lebih terperinciPUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD. Center for Health Policy and Administration UI
PUSKESMAS : Suprijanto Rijadi dr PhD Center for Health Policy and Administration UI srijadi08@gmail.com Rakerkesnas 1968 : kordinasi layanan tingkat pertama di kecamatan BP, KIA, P4M dll menjadi satu
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek kehidupan turut mengalami perubahan. Arus teknologi dan informasi sedemikian berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang
Lebih terperinciPOTENSI FRAUD DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA & RUJUKAN TINGKAT LANJUT (FKTP&FKTL)
POTENSI FRAUD DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA & RUJUKAN TINGKAT LANJUT (FKTP&FKTL) Hasil Sidang Komisi VIII Rakerkesnas Regional Barat, Batam Pengertian Fraud dalam JKN Tindakan yang dilakukan dengan
Lebih terperinciKebijakan JKN: Apakah akan mencapai Pelayanan Semesta?
Kebijakan JKN: Apakah akan mencapai Pelayanan Semesta? Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Isi Paper 1. Membahas situasi terakhir
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG
RENCANA PELAKSANAAN SJSN MELALUI BPJS KESEHATAN DI KOTA BANDUNG Rahmanto Fauzi Kabag Kepesertaan KCU Bandung Disampaikan pada acara PERTEMUAN KONTAK PERSON INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN Tahun 2013 PT ASKES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di
Lebih terperinciBUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan yang
Lebih terperinciDukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.
Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.Si 2 JAMINAN KESEHATAN SEBAGAI HAK WARGA NEGARA Pembukaan UUD NRI Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan
Lebih terperinciPeran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS
Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN
Lebih terperinciBEBAN PENYAKIT TERKAIT ROKOK TERHADAP JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BEBAN PENYAKIT TERKAIT ROKOK TERHADAP JAMINAN KESEHATAN NASIONAL dr. Dwi Martiningsih, M.Kes, AAK Deputi Direksi Bidang Riset dan Pengembangan 18 Oktober 2017 Simposium Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1392, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penyelenggaraan. Kesehatan. Tarif. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi kesehatan swasta memainkan peran besar dan meningkat di seluruh dunia. Pengalaman internasional dan menunjukkan bahwa peran asuransi kesehatan swasta signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik
Lebih terperinciBPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial
BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan Oleh: Novijan Janis Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial Email: janis912@gmail.com Pendahuluan Pemerintah telah mencanangkan
Lebih terperinciKESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN
KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN Oleh Dr. Mus Aida, MARS (Ketua ARSSI Pusat) Disampaikan Pada: Seminar Nasional: Mengelola Rumah Sakit Menyesuaikan SJSN Kesehatan 26-27 Juni 2013,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan diterbitkannya peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berupaya untuk memberikan kemudahan kepada setiap warganya tanpa terkecuali untuk akses ke pelayanan kesehatan dengan memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak setiap orang untuk hidup yang memadai termasuk dalam memperoleh kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem jaminan kesehatan di Indonesia mulai berlaku dan dikenal dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun 2004. Program-program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tanggal 1 Januari 2014, pemerintah mulai menerapkan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) melalui program jaminan kesehatan nasional (JKN). Program JKN
Lebih terperinciSebuah program di ANNUAL SCIENTIFIC MEETING dalam rangka DIES NATALIES FK UGM ke 68 dan ULANG TAHUN RSUP DR. SARDJITO ke 32
Seminar PERAN KEPALA DINAS KESEHATAN, DIREKTUR RUMAH SAKIT DAN KETUA KOMITE MEDIK DALAM MENCEGAH FRAUD PADA PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL 15 Maret 2014 Sebuah program di ANNUAL SCIENTIFIC MEETING
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG NORMA PENETAPAN BESARAN KAPITASI DAN PEMBAYARAN KAPITASI BERBASIS PEMENUHAN KOMITMEN PELAYANAN PADA FASILITAS KESEHATAN
Lebih terperinciDUKUNGAN REGULASI DALAM PENGUATAN PPK PRIMER SEBAGAI GATE KEEPER. Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada
DUKUNGAN REGULASI DALAM PENGUATAN PPK PRIMER SEBAGAI GATE KEEPER Yulita Hendrartini Universitas Gadjah Mada POTENSI KENAIKAN BIAYA YANG MENGANCAM SUSTAINABILITAS JKN Peran gate keeper masih lemah rujukan
Lebih terperinciPERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT
PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT 1 2 Penanggung Jawab : Sekjen Kemenkes Pimpinan Sidang : Kadinkes Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,
Lebih terperinciSubsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin. Lola Amelia
Subsidi Kesehatan (bukan) untuk Orang Miskin Lola Amelia Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara resmi diimplementasikan pada 1 Januari 2014 silam. Untuk kepesertaan per September 2015, total ada 146,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah
Lebih terperinci