BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Handoko Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi kesehatan swasta memainkan peran besar dan meningkat di seluruh dunia. Pengalaman internasional dan menunjukkan bahwa peran asuransi kesehatan swasta signifikan di negara-negara dengan disparitas tingkat pendapatan dan struktur sistem kesehatan yang sangat tinggi. Pada negara-negara dengan tingkat pengeluaran pribadi yang sangat tinggi, para pembuat kebijakan menyadari peran asuransi kesehatan swasta dalam sistem kesehatan mereka dan mengatur sektor ini dengan tepat sehingga mendukung tujuan tercapainya cakupan universal dan ekuitas (Sekhri, 2014). Bagaimana Peran Asuransi Kesehatan Swasta dalam Kebijakan Kesehatan Negara Berkembang. Pengalaman menunjukkan bahwa sistem asuransi kesehatan swasta yang buruk memang bisa memperparah ketidaksetaraan, menyediakan cakupan hanya untuk muda dan sehat, dan menyebabkan eskalasi biaya Namun, ketika diatur dengan baik, asuransi kesehatan swasta dapat memainkan peran positif dalam meningkatkan akses dan pemerataan di banyak negara. Akhirnya, asuransi kesehatan swasta terus menjadi penting bahkan di negara-negara di mana cakupan universal telah dicapai. Peran Asuransi swasta akan melengkapi system public karena mereka berkembang. (Sekhri, 2014) Sejak diberlakukannya Undang Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) maka Indonesia mengalami reformasi dalam pembiayaan Kesehatan meskipun demikian kebijakan ini tetap memberikan peluang kepada Asuransi Komersial untuk bersinergi melaksanakan JKN sebagai mitra dengan melaksanakan skema Coordination of Benefit (COB). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per 31 Desember 2013, jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha untuk beroperasi di Indonesia adalah 400 perusahaan, terdiri atas 140 perusahaan asuransi dan reasuransi, dan 260 perusahaan penunjang asuransi. Jumlah premi bruto industri asuransi pada 1
2 2 tahun 2013 mencapai Rp193,06 triliun, meningkat 9,76% dari angka tahun sebelumnya Rp 175,89 triliun. Datam lima tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata premi bruto adalah sekitar 16,3%. Hwang dan Greenford (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan industri perasuransian di China memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perkembangan ekonomi makro negara tersebut. Menurut hasil penelitian Beck dan Levine (2004), negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan industriyang tinggi, asuransi berpengaruh secara positif terhadap faktor produksi, tabungan dan akumulasi modal investasi. Bukti lain pentingnya peran industri asuransi juga ditunjukkan oleh Feyen et al (2011) yang melakukan pengujian dan analisis antar negara (cross country analysis) tentang kontribusi industri asuransi terhadap perkembangan perekonomian 15 negara Eropa. Hasil studi Ward dan Zurbruegg (2002) di negara-negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa, terdapat hubungan kausalitas yang signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan asuransi. Di Australia, sejak diperkenalkannya asuransi kesehatan masyarakat di pertengahan tahun 1980-an, proporsi masyarakat Australia yang dijamin oleh asuransi komersial mengalami penurunan sehingga pemerintah Australia membuat kebijakan pada tahun 1990-an dengan memberikan subsidi premi sebesar 30% untuk tetap menaikkan proporsi asuransi komersial(stavrunova, Yerokhin, 2014). Berbeda dengan Di Uganda, setelah skema)national Health Insurance (NHI) yang bersifat wajib diterapkan maka 44% pekerja dan 65% pemberi kerja akan meninggalkan asuransi komersial untuk beralih ke NHI karena potensi kerjasama dan saling melengkapi antara keduanya tidak mungkin terjadi (Zikusooka, et al, 2009) Penelitian di Ghana menunjukkan bahwa 61,1% responden saat ini sedang terdaftar di NHIS, 23,9% tidak diperpanjang asuransi mereka setelah mendaftar pemerintah dan 15% belm pemah terdaftar. Alasan adalah kualitas layanan yang buruk (58%), keterbatasan financial (49%) dan provider (23%). Jenis kelamin, status perkawinan, agama dan persepsi status kesehatan responden secara
3 3 signifikan mempengaruhi keputusan mereka untuk mendaftarkan diri dan tetap NHIS (Boateng, Awunyor-Vitor, 2013). Pengenalan Undang-Undang Asuransi Kesehatan (HIA) pada tahun 2006 merupakan langkah penting menuju peraturan persaingan datam sistem kesehatan Belanda. Pilihan asuransi merupakan prasyarat penting untuk efisiensi datam sistem kesehatan berdasarkan peraturan tersebut. Selain asuransi dasar yang bersifat wajib, sekitar 90% dari penduduk Belanda memiliki asuransi sukarela. Penanggung dapat menerapkan risk rating dan seleksi risiko asuransi sukarela, tetapi tidak untuk asuransi dasar. Karena hampir semua perusahaan asuransi Belanda menawarkan asuransi dasar dan asuransi sukarela sebagai produk bersama, pilihan konsumen perusahaan asuransi untuk asuransi dasar dapat dibatasi oleh asuransi sukarela (Due imelinck, van de Ven, 2014). Pada era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), perusahaan asuransi komersial ikut bersinergi datam mensukseskan pelaksanaan JKN dengan menjadi mitra dan melakukan koordinasi manfaat atau Coordination Of Benefit (COB) serta telah dibuktikan dengan ditandatangani kesepakatan bersama antara PT ASKES (Persero) dengan AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia) dan AAUI (Asosiasi Asuransi Umum Indonesia) No 260/SPK/1113 jo. No. 774/AAJI/2013 jo. No. 02/Moll/AAUI-ASKES/2013 tentang Koordinasi Manfaat dalam Implementasi Jaminan Sosial Bidang Kesehatan pada tanggal 14 November Industri asuransi menjadi salah satu pilar dalam pertumbuhan ekonomi menurut data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Tahun 2015, Maka di Indonesia jumlah masyarakat yang memiliki polis private health insurance di Indonesia cukup besar, tetapi pada periode implementasi JKN jumlah tertanggung dan premi cenderung mengalami penurunan.
4 4 Tabel 1. Data Kepesertaan Private Health Insurance di Indonesia Parameter Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Q Total Tertanggung (orang) Total Premi (dalam jutaan rupiah) Total Klaim (dalam jutaan rupiah) Catatan: Tahun 2015 data realisasi sampai dengan Bulan Juni 2015 Sumber :Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Tahun 2015 Ada 19 perusahaan asuransi jiwa dan 11 perusahaan asuransi umum yang telah melakukan koordinasi manfaat dengan BPJ S kesehatan. Koordinasi manfaat adalah suatu proses koordinaasi, pelayanan kesehatan diantara dua atau lebih asuradur yang menjamin orang yang sama, tujuannya untuk mencegah terjadinya Pembayaran yang berlebih dari biaya yang harus dibayarkan kepada provider atau tertanggung. Koordinasi manfaat atau coordination of benefit (COB) antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi asuransi, memiliki peran ganda. selain, dapat dijadikan sebagai sarana sosialisasi program JKN, kalangan asuransi swasta diijinkankan memasarkan produk kesehatan itu. Intinya, koordinasi manfaat berlaku apabila peserta BPJS Kesehatan membeli asuransi kesehatan tambahan dari Penyelenggara Program Asuransi Kesehatan Tambahan atau badan penjamin lainnya yang notabene asuransi komersial yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Koordinasi manfaat yang diperoleh peserta BPJS Kesehatan tidak melebihi total jumlah biaya pelayanan kesehatannya artinya mempunyai dua asuransi tidak menyebabkan peserta mendapatkan keuntungan dari sakit yang dideritanya. Koordinasi manfaat yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang sesuai kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asuransi komersial(samosir, 2014). Peraturan Presiden nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan, pada pasal
5 5 24 dimana peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya dapat mengikuti asuransi kesehatan tambahan. Selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya atas kelas yang lebih tinggi dari haknya dapat dibayar oleh peserta yang bersangkutan, Pemberi kerja, atau Asuransi kesehatan tambahan. Dijelaskan datam Peraturan Direksi BPJS nomor 04 tahun 2014 pada pasal 1 ayat 2 bahwa BPJS Kesehatan merupakan penjamin utama atas program jaminan kesehatan. Permasalahan yang terjadi pada koordinasi manfaat program jaminan kesehatan adalah mekanisme pelayanan yang meliputi sistem rujukan berjenjang. sistem rujukan berjenjang diberlakukan oleh BPJS Kesehatan tujuannya untuk memastikan bahwa kasus yang dirujuk adalah benar-benar diperlukan secara medis dan ditentukan oleh dokter sehingga, bukan merupakan keinginan sendiri dari pasien (tanpa indikasi medis) karena pelayanan kesehatan yang diberikan tanpa indikasi medis adalah salah satu pelayanan yang tidak dijamin BPJS Kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut akan merujuk ke rnmah sakit yang dituju dengan jenjang diatasnya. peserta pemilik duajaminan kesehatan BPJS Kesehatan dan asuransi komersial tidak dapat langsung mengawinkan manfaat dari kedua jaminan tersebut. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dituju dan asuransi komersial, peserta koordinasi manfaat tidak bisa memilih rumah sakit sesuai dengan keinginannya. Selain permasalahan sistem rujukan dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang melayani peserta koordinasi manfaat, ada permasalahan double cost yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dimana perusahaan harus membayar premi dua asuransi bagi karyawannya namun manfaat yang didapatkan hanya satu. Sesuai dengan prinsip koordinasi manfaat BPJS Kesehatan, koordinasi manfaat yang diperoleh peserta tidak melebihi total jumlah biaya pelayana kesehatannya artinya jika jumlah biaya perawatan yang diklaim rumah sakit Iebih besar dari tarif Indonesia Case Based Groups (Ina CBG's), asuransi tambahan yang akan membayar selisihnya namun jika tidak melebihi dari tarif Ina CBG maka tidak akan ada pembayaran dari asuransi tambahan sebagai penjamin kedua. Salah satu contoh asuransi komersial yang telah melakukan koordinasi
6 6 manfaat dengan BPJS Kesehatan adalah Asuransi Mandiri Inhealth (PT. AJII). Hal ini dapat dilakukan karena Asuransi Mandiri Inhealth mempunya Produk Managed Care dimana mempunyai pola pelayanan rujukan berjenjang, seperti pola yang diterapkan dalam program JKN. B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah : 1. Bagaimana mekanisme pembiayaan peserta Asuransi dalam kerangka COB di Rumah Sakit swasta di semarang. 2. Bagaimana Persepsi Peserta terhadap pembiayaan dan pelayanan COB. 3. Bagaimana Persepsi Manajemen rumah Sakit terhadap pembiayaan COB. C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian : 1. Mengkaji pelaksanaan koordinasi manfaat antara BPJS Kesehatan dengan Asuransi Mandiri Inhealth. 2. Mendeskripsikan proporsi pembiayaan pada Program COB Antara PT. Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia dan BPJS Kesehatan 3. Mengetahui persepsi peserta asuransi dan manajemen Rumah Sakit terhadap pelaksanaan koordinasi manfaatantara BPJS Kesehatan dengan Asuransi Mandiri Inhealth. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Asuransi Mandiri Inhealth a. Memberikan informasi mengenai implementasi program COB. b. Memberikan Informasi tentang persepsi peserta dan manajemen Rumah Sakit. c. Memberikan masukan dalam hal pengembangan produk COB. 2. Bagi Penulis Memperluas pengetahuan tentang pelaksanaan koordinasi manfaat dan
7 7 proporsi pembiayaan antara BPJS Kesehatan dengan PT. Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia E. Keaslian Penelitian Penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya tentang penetapan premi, antara lain: 1. (Irse Desy Yana, 2012) Analisa Sistem Koordinasi Manfaat Jaminan Kesehatan antara PT. Jasa Raharja dan Bapel Jamkesos Propinsi DIY. a. Penelitian ini mengkaji proses COB pada kasus kecelakaan lalu lintas, sedangkan penelitian Saya untuk semua kasus yang dijamin oleh PT. AJ. Inhealth Indonesia. b. Pelaksanaan koordinasi manfaat antara PT. Jasa Raharja (Persero) dengan Bapel Jamkesos Propinsi DIY dan Penelitian Saya antara BPJS Kesehatan dengan PT. AJ. Inhealth Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan diterbitkannya peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan
Lebih terperinciHarian Kontan 14/07/2016, hal. 24 Chubb Life Fokus Digital EX-CC-AAJI
Harian Kontan 14/07/2016, hal. 24 Chubb Life Fokus Digital EX-CC-AAJI-06-001 Investor Daily 14/07/2016, hal 24 (Berita Photo) Panin Dai-Ichi Academy Bisnis Indonesia 14/07/2016, hal. 19 (Berita Photo)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri dalam lima tahun terakhir yaitu periode , terdapat kenaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia tahun 2013 mencapai lebih dari 63 juta polis. Melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan Tambahan)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: ISNAL FARDI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Bukan Perokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jenis Jaminan Kesehatan Jumlah (Jiwa) Persentase TOTAL
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini masih mencari suatu sistem yang tepat dalam segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA
PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA LEMBAGA PENYELENGGARA TERINTEGRASI (UPTD PPK BLUD JAMKESOS, UPTD JAMKESDA,UPTD PJKM) AMANAH PERGUB.
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI INHEALTH MANAGED CARE*) PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia. 1.6 Usia Peserta 15 (lima belas) hari 64 (enam puluh empat) tahun.
RINGKASAN INFORMASI INHEALTH MANAGED CARE*) 1. Ringkasan Produk : 1.1 Nama 1.2 Jenis 1.3 Nama Penerbit 1.4 Tertanggung 1.5 Masa Pertanggungan Inhealth Managed Care (Asuransi Kesehatan- Yearly Renewable
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara cross sectional retrospektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28 H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak hidup
Lebih terperinciBADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) DASAR HUKUM 1 JANUARI 2014, PT ASKES (PERSERO) MENJADI BPJS KESEHATAN 1 DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBisnis Indonesia 02/03/2017, Hal. 22 Indonesia Re Incar Pasar Asean
Bisnis Indonesia 02/03/2017, Hal. 22 Indonesia Re Incar Pasar Asean Harian Kontan 02/03/2017, Hal. 24 Skema Baru CoB bagi Auransi Komersial Warta Ekonomi Edisi Februari, Hal. 43 Allianz Life Terpilih menjadi
Lebih terperinciESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014
ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai risiko dalam kehidupan sehari-hari, seperti risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, asuransi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian proteksi bagi manusia yang bersifat komersial maupun bukan komersial.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perlindungan kesehatan adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, namun fasilitas kesehatan di Indonesia masih relatif mahal. Biro Pusat Statistik merilis jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian persepsi Notoatmodjo (2010), menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
Lebih terperinciPERAN PERSI DAN PERSI DAERAH. Dr.dr.Sutoto,M.Kes
PERAN PERSI DAN PERSI DAERAH DALAM KONTRAK BPJS DENGAN RS Dr.dr.Sutoto,M.Kes NEGOSIASI DAN KONTRAK BPJS DENGAN RUMAH SAKIT BEBERAPA HAL YANG DITUANGKAN DALAM KONTRAK, YAITU 1. Indepedensi Verificator 2.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan sosial ekonomi sebagai salah satu pelaksanaan kebijakan pembangunan nasional telah menghasilkan banyak kemajuan, diantaranya telah meningkatkan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL. dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan
IMPLEMENTASI JKN DAN MEKANISME PENGAWASANNYA DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL dr. Mohammad Edison Ka.Grup Manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan Yogyakarta, 15 Maret 2014 Agenda Dasar Hukum Kepesertaan,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini
PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini 1 Latar Belakang Salah satu masalah dalam pembiayaan kesehatan di Indonesia:
Lebih terperinciDr Gede Subawa. M. Kes. AAAK
Dr Gede Subawa. M. Kes. AAAK 27/06/2013 dr Gede Subawa,M.Kes, AAAK 2 27/06/2013 dr Gede Subawa,M.Kes, AAAK 3 27/06/2013 dr Gede Subawa,M.Kes, AAAK 4 TUJUAN SJSN untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan Tambahan)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: ANDI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Bukan Perokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir terus mengalami peningkatan. Puluhan perusahaan lokal maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Puluhan perusahaan lokal maupun internasional mulai merambah
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap orang demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan
Lebih terperinciINSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015
INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015 Perkembangan Industri Perasuransian Brief Overview Triliun Rupiah Triliun Rupiah..Secara umum, dibandingkan triwulan
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: Jenis Kelamin: SOFIE SALSABILA Perempuan Tanggal Lahir: 13/08/2001 Usia: 12 Status Merokok: Tidak Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik
Lebih terperinciOPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*
OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hal mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI INHEALTH GROUP PERSONAL ACCIDENT*) PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia.
RINGKASAN INFORMASI INHEALTH GROUP PERSONAL ACCIDENT*) 1. Ringkasan Produk : 1.1 Nama produk 1.2 Jenis Produk 1.3 Nama Penerbit 1.4 Tertanggung 1.5 Masa Pertanggungan Inhealth Group Personal Accident (Asuransi
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilaksan akan secara bertahap sejak 01 Januari 2014 yang membawa kesatuan reformasi dari segi pembiayaan kesehatan (health-care
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pernafasan dan prematuritas, kemudian angka kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan di Indonesia bisa kita lihat sekilas dari angka kematian bayi di Indonesia yang masih di angka 34 per 1000 kelahiran hidup, penyebab utama kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,
Lebih terperinciPeran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016
Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016 KESEIMBANGAN KEPENTINGAN : Pemerintah: Derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BPJS sebagai salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu fungsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setelah sukses dengan Kartu Indonesia Sehat, pemerintah saat ini bekerja melalui BPJS sebagai salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu fungsi
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: DAVID Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Tidak Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Republik pasal 246, Asuransi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Asuransi Di Indonesia Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Republik pasal 246, Asuransi adalah Asuransi atau pertanggungan adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciKESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN
KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN Oleh Dr. Mus Aida, MARS (Ketua ARSSI Pusat) Disampaikan Pada: Seminar Nasional: Mengelola Rumah Sakit Menyesuaikan SJSN Kesehatan 26-27 Juni 2013,
Lebih terperinciBisnis Indonesia 04/04/2017, Hal. 22 Asuransi dan Dapen Belum Kecipratan
Bisnis Indonesia 04/04/2017, Hal. 22 Asuransi dan Dapen Belum Kecipratan Harian Kontan 04/04/2016, Hal. 24 Mandiri Inhealth Raih Premi Rp 475 Miliar di Kuartal 1 Bisnis Indonesia 04/04/2017, Hal. 21 Mandiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat
Lebih terperinciQUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes
QUO VADIS JAMKESDA KULON PROGO? Drg. Hunik Rimawati, M.Kes LATAR BELAKANG Sebagaimana kita ketahui bahwa Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: ANTONI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: 21/05/1974 Usia: 39 Status Merokok: Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan
Lebih terperinciDR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)
DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) AGENDA KESIAPAN SEBAGAI BPJS TANTANGAN 2 2 PERJALANAN PANJANG ASKES Menkes 1966-1978 Prof Dr GA Siwabessy Cita-cita: Asuransi kesehatan bagi rakyat semesta BPDPK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang begitu pesat menuntut perubahan pola pikir bangsa - bangsa di dunia termasuk Indonesia dari pola pikir tradisional menjadi pola pikir
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinci- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1392, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penyelenggaraan. Kesehatan. Tarif. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan
Lebih terperinciAccidental & Health. Hospital Income& Surgical Benefit
Accidental & Health Hospital Income& Surgical Benefit Persiapkan segala sesuatunya dengan Hospital Income & Surgical Benefit Perlindungan lengkap akan biaya finansial atas perawatan di rumah sakit, dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis keuangan yang terjadi di Eropa dan beberapa negara Asia megancam perekonomian negara-negara berkembang, termasuk industri asuransi. Namun di Indonesia industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pemerintah sebagai instansi tertinggi yang bertanggungjawab atas pemeliharaan harus pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaminan Kesehatan di Indonesia bukanlah barang baru, dahulu pada awalnya Indonesia memiliki asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil yang merupakan lanjutan dari
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: YUDI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 30 Status Merokok: Tidak Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan
Lebih terperinciInvestor Daily 16/05/2017, Hal. 23 Sequis Life Bukukan Premi Rp 2,9 Triliun
Investor Daily 16/05/2017, Hal. 23 Sequis Life Bukukan Premi Rp 2,9 Triliun 15/05/2017 Laba Commonwealth Life 2016 Tumbuh 17 Persen http://mediaasuransinews.co.id/2017/05/15/laba-commonwealth-life-2016-tumbuh-17-persen/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati komitmen global
Lebih terperinciInvestor Daily 18/01/2017, Hal. 23 Aset Asuransi Syariah Naik 28%
Investor Daily 18/01/2017, Hal. 23 Aset Asuransi Syariah Naik 28% Republika 18/01/2017, Hal. 20 Unit Syariah Siap Pisah Rakyat Merdeka 18/01/2017, Hal. 18 AJB Bumiputera Pisahkan Unit Usaha Syariah Media
Lebih terperinciBisnis Indonesia 01/03/2017, Hal. 22 Bancassurance Jadi Andalan
Bisnis Indonesia 01/03/2017, Hal. 22 Bancassurance Jadi Andalan Investor Daily 01/03/2017, Hal. 23 Joint Venture Kuasai 60% Produk Asuransi Jiwa Harian Kontan 01/03/2017, Hal. 24 Unitlink Pendapatan Tetap
Lebih terperinciASURANSI KESEHATAN. Oleh : AEP NURUL HIDAYAH (RKM ) REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN POLITEKNIK TEDC BANDUNG
ASURANSI KESEHATAN Oleh : AEP NURUL HIDAYAH (RKM 126201) REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN POLITEKNIK TEDC BANDUNG Pendahuluan Ada empat sumber utama pembiayaan kesehatan : 1. Pemerintah 2. Swasta 3.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan paling mendasar. Deklarasi PBB tahun 1948 dan UUD 1945 pasal 28 telah jelas menyebutkan bahwa kesehatan
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: DEDY Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: - Usia: 35 Status Merokok: Tidak Merokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan
Lebih terperinciDALAM SISTEM. Yulita Hendrartini
PERAN STAKEHOLDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PRINSIP PENYELENGGARAAN ASKESKIN PROGRAM DISELENGGARAKAN DENGAN PRINSIP NIRLABA DAN DANA AMANAH DISELENGGARAKAN SECARA SERENTAK DI SELURUH
Lebih terperinciRINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan Tambahan)
Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: LILI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: 10/05/1975 Usia: 38 Status Merokok: Bukan Perokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
Lebih terperinciBisnis Indonesia 15/07/2016, hal. 7 Asuransi Tawarkan Alternatif EX-CC-AAJI
Bisnis Indonesia 15/07/2016, hal. 7 Asuransi Tawarkan Alternatif EX-CC-AAJI-06-001 Investor Daily 15/07/2016, hal. 23 Semester I, BCA Life Bukukan 70% Target Premi Bisnis Indonesia 15/07/2016, hal. 19
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah merupakan hak yang fundamental bagi setiap penduduk, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai industri asuransi syariah di Indonesia pada lima tahun terakhir terindikasi mengalami perlambatan pertumbuhan kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan masyarakat menjadi tugas utama dari pemerintah. Perihal ini tercantum jelas dalam pasal 34 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Republik
Lebih terperinciAccident & Health Hospital Income & Surgical Benefit
Accident & Health Hospital Income & Surgical Benefit Sakit apapun tidak jadi beban lagi. Mulai sekarang. Mengapa Saya perlu memiliki perlindungan ini? Saat Anda harus mendapat tindakan medis, apakah Anda
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI I. UMUM Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perasuransian merupakan salah satu bentuk Lembaga Keuangan Non Bank yang berperan menjadi salah satu pilar perekonomian nasional. Peran tersebut terkait dengan
Lebih terperinciKOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
KOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL MOKHAMMAD CUCU ZAKARIA Kepala Cabang Utama Surabaya Surabaya, 14 Desember 2016 1 Dasar Hukum COB Pelaksanaan COB sebelumnya Perbandingan COB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5618 EKONOMI. Asuransi. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciData Bisnis Asuransi dan Reasuransi Syariah TW IV 2014
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia Data Bisnis Asuransi dan Reasuransi Syariah TW IV 2014 Sumber Data (an audited): OJK, AAUI dan AAJI tahun 2014 Divisi Statistik dan Riset - AASI DAFTAR ISI (1) 1. Jumlah
Lebih terperinciDr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK
Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK Tahun 2000, Perdebatan jaminan kesehatan daerah di DIY, sebaiknya Badan Pengelola ditingkat Pusat, Provinsi atau Kabupaten/kota. Bapel Jamkesos (jaminan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemerintah Indonesia dalam memajukan kesehatan masyarakat terutama kesejahteraan dibidang kesehatan mempunyai suatu program yang disebut asuransi kesehatan. Salah
Lebih terperinciPELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DIAN HASTUTY, APT BPJS Kesehatan Cabang Utama Surabaya 1 Per.Pres. RI Nomor : 111 Tahun 2013 pasal 6 : (1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat WAJIB dan mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah
Lebih terperinciKomisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia
VERSI PUBLIK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01/KPPU/PDPT/I/2015 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT. ASURANSI
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENERBITAN DAN TATA LAKSANA SURAT PERNYATAAN MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredensialing dan Rekredensialing Ada beberapa definisi mengenai kredensialing dan rekredensialing yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Payne (1999) mendefinisikan kredensialing
Lebih terperinciRINGKASAN INFORMASI INHEALTH CREDIT LIFE*) Inhealth Credit Life (Asuransi Jiwa Berjangka). PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia.
RINGKASAN INFORMASI INHEALTH CREDIT LIFE*) 1. Ringkasan Produk : 1.1 Nama produk 1.2 Jenis Produk 1.3 Nama Penerbit 1.4 Tertanggung 1.5 Masa Pertanggungan Inhealth Credit Life (Asuransi Jiwa Berjangka).
Lebih terperinci