Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan
|
|
- Iwan Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI PENANGANAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TINGKAT PEDAGANG PESISIR PANTAI MELALUI ANALISIS KEMUNDURAN MUTU FISIK, PEMBIAYAAN, DAN PERBANDINGAN ES PADA KOTAK PENDINGIN Andita Sayekti 1), Ag. Suryandono 2), M. Prasetya Kurniawan 2) Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM ABSTRAK Ikan cakalang merupakan jenis ikan tuna yang tergolong dalam famili Scombridae, species Katsuwonus pelamis yang paling banyak diperdagangkan di tempat wisata sepanjang pesisir pantai selatan Yogyakarta. Sebagaimana produk perikanan, ikan cakalang mempunyai sifat yang mudah rusak, mudah terkontaminasi, tingkat risiko keamanan pangan yang tinggi. Penanganan dengan pendinginan yang baik perlu dilakukan agar kesegaran dapat bertahan lama. Dampak dari aktifitas ini akan mengurangi kerugian yang seringkali diderita pedagang akibat tata cara penanganan yang kurang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemunduran mutu fisik ikan cakalang selama penyimpanan dingin. Tempat penyimpanan yang digunakan adalah kotak pendingin (cool box) dan es halus. Parameter yang digunakan adalah kadar air, tekstur, dan perubahan berat. Metode penyimpanan ikan cakalang dilakukan dengan perbandingan ikan:es 1:1 (cool box B), 1:2 (cool box C), dan cool box A (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air pada kedua penyimpanan dari hari ke-0 sampai ke-4 mengalami kenaikan. Kadar air pada cool box B yaitu 74,96 %, 75,91 %, 75,95 %, 77,50 %, dan 77,08 %. Pada cool box C yaitu 74,38 %, 75,58 %, 77,19 %, 78,27 %, 79,09 %. Nilai tekstur pada kedua penyimpanan fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Tekstur hari ke-0 sampai hari ke-4 pada cool box B yaitu 4,88 N, 5,12 N, 3,07 N, dan 5,18 N. Pada cool box C yaitu 5,48 N, 4,75 N, 5,63 N, dan 4,51 N. Perubahan berat pada kedua penyimpanan fluktuatif dan cenderung berkurang. Perubahan berat hari ke-0 sampai hari ke-4 pada cool box B yaitu -5,58 %, 2,97 %, -4,08 %, dan -1,25 %. Sedangkan pada cool box C yaitu -0,53 %, -7,26 %, 0,30 %, dan 3,04 %. Cool box B memerlukan biaya es Rp 7.590,00 selama 4 hari penyimpanan, untuk 1 kg ikan biayanya Rp 3.264,52. Pada cool box C memerlukan biaya es Rp ,00 selama 4 hari penyimpanan, untuk 1 kg ikan biayanya Rp 6.181,29. Penyimpanan yang direkomendasikan adalah cool box B (1:1) karena mutunya lebih baik dan biayanya lebih rendah. Hasil penelitian selanjutnya akan dipergunakan untuk evaluasi dan edukasi penanganan ikan yang baik (GMP) dan minimasi kerugian (loses) di tingkat pedagang kawasan pesisir pantai selatan Yogyakarta. Kata kunci : Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis), Kadar Air, Kotak Pendingin (Cool Box), Perubahan Berat, Tekstur PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak perairan yang merupakan tempat penghasil ikan. Hasil perikanan di Indonesia mempunyai ciri-ciri produksinya bersifat musiman, skala usaha kecil menengah, daerah produksi terpencil, bersifat mudah rusak, serta kualitas dan kuantitasnya yang selalu berubah. Ikan dikenal sebagai bahan pangan yang sangat mudah mengalami kerusakan atau kebusukan (highly perisable), lebih-lebih pada iklim tropis di Indonesia. Kondisi atau keadaan penanganan ikan sangat berpengaruh kepada harga ikan demikian juga nilai gizinya (Rangkuti, 1994). Kemunduran mutu ikan biasanya ditandai dengan hilangnya bau segar yang berubah menjadi bau busuk, kerusakan fisik seperti pada tekstur, insang, permukaan kulit dan mata, maupun perubahan penurunan kandungan nutrisinya. Ikan yang banyak digemari dan dipesan di daerah Bantul adalah cakalang (Katsuwonus pelamis). Ikan ini dimina karena komoditasnya banyak, mudah ditangkap, dan harganya relatif murah dibandingkan produk seafood lainnya. Harga cakalang mencapai kisaran /kilogram, selalu berubah tergantung hasil tangkapan. Ikan cakalang segar diperoleh dari daerah Semarang. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2007), dari total produksi penangkapan di laut yang mencapai
2 4,73 juta ton pada tahun 2007, ikan layang dan cakalang merupakan jenis terbesar yang dihasilkan yaitu sebesar 7,22 dan 7,12 persen dari total produksi tangkap. Produksi tuna, cakalang dan tongkol nasional pada tahun 2007 jumlahnya mencapai 888 ribu ton dengan nilai Rp. 7,6 milyar dan mengalami peningkatan pertahun sebesar 7,7 persen dalam volume atau 18,11 persen dalam nilai sejak tahun Penelitian tentang ikan cakalang masih belum banyak dilakukan. Oleh karena cukup banyaknya minat pembeli untuk mengonsumsi ikan cakalang dan ketersediaan ikan cakalang yang lebih mudah diperoleh, maka ikan cakalang digunakan sebagai obyek pada penelitian ini. Proses penanganan ikan dengan pendinginan merupakan metode yang paling efektif serta banyak dilakukan. Penggunaan es untuk mendinginkan ikan telah dianggap sebagai metode paling efektif untuk mempertahankan kesegaran ikan, selain itu juga tidak menimbulkan perubahan fisik pada ikan (Ilyas, 1983). Pemberian es juga harus sesuai dengan kondisi ikan. Selama ini perlakuan yang dilakukan di warung makan dan tempat penjualan ikan belum menggunakan patokan atau standar, yang penting pemakaian es banyak dan menutupi seluruh bagian ikan. Padahal kecukupan pemberian es merupakan hal yang penting untuk mempertahankan kesegaran ikan. Pemberian es yang kurang maupun berlebihan akan merusak tekstur dan menyebabkan kebusukan pada ikan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemunduran mutu ikan cakalang berdasarkan parameter fisik yaitu kadar air, tekstur, dan perubahan beratnya serta mengevaluasi perbandingan jumlah es yang optimal agar umur simpan, kualitas, dan kesegaran ikan tetap terjaga. METODE PENELITIAN Alat : a. Termometer Fluke, Food Pro Plus Termometer untuk mengukur suhu ikan. b. RH-meter, Lutron HT A untuk mengukur RH dalam cool box. c. Cool box Styrofoam, es batu halus (slush ice), termometer alkohol, dan malam (wax) sebagai seperangkat tempat penyimpanan ikan. d. Universal Testing Machine merk Zwick tipe DO-FB0.5TS untuk pengujian tekstur ikan. e. Drying Oven merk Sanyo Model MoV 112 effective capacity 97, botol timbang, eksikator, dan neraca Ohauss untuk analisis kadar air. f. Gelas ukur untuk mengukur es yang mencair. g. Timbangan es : Mitseda, capacity 3 kg x 20 g. h. Timbangan ikan : Lion Star, capacity 3 kg x 10 g. i. Pisau dan telenan. Bahan : Ikan cakalang segar. Teknik Pengerjaan Sampel Sampel ( g) ditimbang kemudian diberi label. Penyimpanan dilakukan menggunakan cool box stryrofoam selama 4 hari dengan perlakuan A (sebagai kontrol), B (ikan : es = 1 : 1), dan C (ikan : es = 1 : 2). Percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan. Kandungan kadar air, tekstur, dan perubahan berat dianalisis setiap hari sekali selama 4 hari. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti adalah kemunduran mutu ikan cakalang berdasarkan parameter fisik yaitu kadar air (%), tekstur (N), dan perubahan berat (%). Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode pengeringan menggunakan oven (termogravimetri). Persentase kadar air dihitung menggunakan rumus : % KA ' B S B S B S B dengan : x100%
3 B = berat botol kosong (B+S) = berat botol timbang + sampel (B+S) = berat botol timbang + sampel setelah dikeringkan Tekstur Pengujian tekstur (uji tusuk atau puncture test) menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). Perubahan Berat Persentase susut berat dihitung menggunakan rumus : A- B % perubahan berat x100% A Keterangan : A = berat sebelum penyimpanan (g) B = berat sesudah penyimpanan (g) (Rahmawati, 2009). Analisis Data Data hasil percobaan dianalisis menggunakan uji t-berpasangan yang menunjukkan perbedaan nyata dengan taraf kepercayaan 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kadar Air Gambar 1. Grafik Rata-Rata Perubahan Kadar Air Ikan Cakalang Gambar 1 menunjukkan bahwa kadar air pada perlakuan cool box A (kontrol) mengalami kenaikan pada hari ke-0 sebesar 74,56 % naik menjadi 75,65 % pada hari ke-1. Begitu pula kadar air baik dari penyimpanan cool box B dan cool box C dari hari ke-0 sampai hari ke-4 menunjukkan adanya kenaikan. Kadar air awal (hari ke-0) pada cool box B sebesar 74,96 %, hari ke-1 sebesar 75,91 %, hari ke-2 sebesar 75,95 %, hari ke-3 sebesar 77,50 %, dan hari ke-4 sebesar 77,08 %. Sedangkan pada cool box C kadar air pada hari ke-0 sebesar 74,38 %, 75,58 % pada hari ke-1, 77,19 % pada hari ke-2, 78,27 % pada hari ke-3, dan 79,09 % pada hari ke-4. Kadar air ikan cakalang mengalami kenaikan, hal ini berhubungan dengan tekstur ikan cakalang yang mengalami pelunakan sehingga kandungan partikel cair meningkat. Selain itu tingginya kadar air dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan. Kelembaban rendah akan mempercepat penurunan kadar air akibat penguapan uap air (dehidrasi). Sementara kelembaban tinggi memperlambat penguapan, tetapi bila diikuti suhu tinggi akan mendorong tumbuhnya bakteri dan jamur. Oleh karena itu, kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah adalah kondisi ideal untuk penyimpanan ikan cakalang (Efrianto, 2011).
4 Selama pendinginan, kadar air daging ikan akan berkurang. Penurunan kadar air tersebut disebabkan karena adanya peristiwa desikasi, yaitu penguapan air pada suhu rendah, dan adanya peristiwa penetesan (drip) cairan sel selama pelelehan. Pada ikan yang dilapisi es pengurangan kandungan airnya sedikit disebabkan karena peristiwa desikasi dari jaringan ikan tidak dapat berlangsung sebelum lapisan es yang ada pada permukaan tubuh ikan menguap atau mencair semua. Tingginya penguapan air selama pendinginan tergantung pada beberapa hal, antara lain besar kecilnya ikan, tipe pengepakan, macam bahan pengepak, kelembaban ruang penyimpan, dan suhu bahan pendingin (Hadiwiyoto, 1993). Kadar air merupakan salah satu sifat fisik ikan cakalang yang dapat dijadikan parameter kualitas. Kadar air diukur dengan metode termogravimetri. Setelah data kadar air diperoleh, selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji t-berpasangan. Uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan (paired sample). Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, seperti untuk mengetahui beda nyata antara kadar air dari masing-masing perlakuan. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka variabel terikat berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Nilai t tabel diperoleh dengan melihat pada tabel t 0,05. Dan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka variabel terikat berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Pengujian dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95 %. Variabel bebas dalam pengujian ini adalah ikan cakalang perlakuan cool box B dan ikan cakalang perlakuan cool box C. Setelah data kadar air diperoleh, selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji t- berpasangan. Berdasarkan hasil analisis uji t-berpasangan, didapatkan nilat t hitung sebesar 159,896. Sedangkan dari tabel t (0,05;9) didapatkan nilai t 1,833. Karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka kadar air berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, juga menandakan kadar air berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Kenaikan kadar air pada ikan berjalan seiring dengan terjadinya proses deteriorasi. Pada ikan yang disimpan dalam suhu dingin, kemampuan otot dalam menahan air dalam jaringan akan menurun sehingga air mudah terlepas dalam jaringan. Menurut Cepeda et all (1990) dalam Hultmann & Rustad (2002), penurunan kemampuan otot ini diawali dengan terjadinya proses hidrolisis berbagai macam protein dalam jaringan oleh enzim protease yang pada akhirnya menyebabkan tekstur ikan pada akhir penyimpanan menjadi lebih lembek atau tidak elastis. Tekstur Gambar 2. Grafik Rata-Rata Perubahan Tekstur Ikan Cakalang Gambar 2 menunjukkan bahwa tekstur ikan mengalami perubahan selama penyimpanan. Pada perlakuan kontrol (A), ikan hanya bertahan kurang dari 24 jam dan mengalami penurunan tesktur pada hari ke-0 sebesar 5,32 N menjadi 1,87 N pada hari ke-1. Pengujian pada variabel kontrol tidak dilakukan hingga penyimpanan hari terakhir karena kondisinya sudah tidak layak, terutama bau busuknya menyengat, keluar lendir, dan dikerumuni banyak lalat. Bau tidak sedap disebabkan karena aktivitas mikrobia yang menguraikan komponen protein daging ikan cakalang menjadi senyawasenyawa sederhana seperti amonia, indol, peripidin, dan grup amin lainnya yang berbau tidak enak.
5 Semakin tinggi nilai N (gaya yang dibutuhkan untuk menusuk ikan cakalang) maka tekstur yang dimiliki ikan semakin keras atau kompak. Nilai tekstur pada perlakuan penyimpanan cool box B hari ke-0 adalah 4,88 N, pada hari ke-1 naik menjadi 5,12 N, pada hari ke-3 mengalami penurunan menjadi 3,07 N, dan pada hari terakhir tekstur mengeras lagi menjadi 5,18 N. Sedangkan nilai tekstur pada perlakuan penyimpanan cool box C pada hari ke-0 sebesar 5,48 N, menurun pada hari ke-1 menjadi 4,75 N, pada hari ke-3 menurun menjadi 5,63 N, dan pada hari terakhir sebesar 4,51 N. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari hari ke-0 sampai hari ke-4 tekstur ikan mengalami pelunakan (penurunan nilai N) dan kehilangan kekompakannya. Kelunakan atau kehilangan kelenturan daging ini disebabkan terjadinya aktomiosin sebagai hasil interaksi protein aktin dan myosin. Perubahan tekstur juga dapat disebabkan oleh kerusakan struktur jaringan daging ikan. Kerusakan jaringan ikan dapat menyebabkan daging kehilangan sifat kelenturannya dan kelihatan menjadi lunak. Kerusakan jaringan ikan disebabkan oleh perubahan biokimia dan aktivitas mikrobia sehingga tidak ada kekuatan untuk menopang struktur daging dengan kompak. Tekstur merupakan parameter kualitas mutu yang umumnya dipengaruhi oleh kadar cairan. Pengukuran tekstur ikan cakalang dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine (UTM). Pengukuran tekstur dilakukan dengan menusuk produk tersebut (puncture test) sehingga diketahui besar gaya (N) yang diperlukan untuk mendorong pukulan atau probe ke dalam ikan. Setelah data tekstur diperoleh, selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji t- berpasangan. Berdasarkan hasil analisis uji t-berpasangan, didapatkan nilat t hitung sebesar 7,208. Sedangkan dari tabel t (0,05;9) didapatkan nilai t 1,833. Karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka tekstur berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, juga menandakan tekstur berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari hari ke-0 sampai hari ke-4 tekstur ikan mengalami pelunakan dan kehilangan kekompakannya. Kelunakan atau kehilangan kelenturan daging ini disebabkan terjadinya aktomiosin sebagai hasil interaksi protein aktin dan myosin. Perubahan tekstur juga dapat disebabkan oleh kerusakan struktur jaringan daging ikan. Kerusakan jaringan ikan dapat menyebabkan daging kehilangan sifat kelenturannya dan kelihatan menjadi lunak. Kerusakan jaringan ikan disebabkan oleh perubahan biokimia dan aktivitas mikrobia sehingga tidak ada kekuatan untuk menopang struktur daging dengan kompak. Perubahan Berat Gambar 3. Grafik Rata-Rata Perubahan Berat Ikan Cakalang Gambar 3 menunjukkan bahwa berat ikan mengalami perubahan selama penyimpanan. Pada perlakuan penyimpanan cool box A (kontrol) berat berkurang sebesar 9,38 % pada hari ke-1. Pada perlakuan penyimpanan cool box B hari ke-1 berat berkurang sebesar 5,58 %, selanjutnya hari ke-2 beratnya justru bertambah sebesar 2,97 %, hari ke-3 beratnya berkurang 4,08 %, dan hari terakhir beratnya berkurang sebesar 1,25 %. Sedangkan pada perlakuan penyimpanan cool box C nilai berat pada hari ke-1 berkurang sebesar 0,53 %, pada hari ke-2 berkurang sebesar 7,26 %, pada hari ke-3 bertambah sebesar 0,30 %, dan pada hari terakhir beratnya bertambah sebesar 3,04 %. Berdasarkan hasil pengujian, maka penyimpanan ikan cakalang menggunakan cool box B lebih direkomendasikan karena jumlah persen pengurangan beratnya lebih stabil daripada penyimpanan pada cool box C.
6 Perubahan berat yang cenderung stabil pada cool box B menandakan bahwa komposisi ikan masih baik. Daging ikan segar semula sangat kompak. Kerusakan protein dan senyawa-senyawa lainnya dapat menyebabkan daging ikan menjadi lebih berair. Salah satu penyebab perubahan berat adalah banyaknya cairan daging yang dikeluarkan dari jaringan daging ikan tersebut. Hal ini disebabkan karena protein dapat menyebabkan terlepasnya ikatan-ikatan airnya, sehingga air bebas menjadi lebih banyak dan dapat keluar dari jaringan daging berupa tetes-tetes air. Keluarnya air ini dapat membawa zat-zat makanan yang terlarut di dalamnya misalnya protein-protein albumin, garam-garam mineral, dan vitamin-vitamin. Daging ikan menjadi basah oleh air dan oleh karena itu berat daging ikan pun mengalami penurunan. Parameter kualitas yang ketiga adalah perubahan berat. Secara umum produk akan mengalami penyusutan pada saat penyimpanan. Menurut Efrianto (2011), faktor yang dapat mempengaruhi penyusutan adalah suhu lingkungan dan kepadatan wadah. Setelah data perubahan berat diperoleh, selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan uji t-berpasangan. Berdasarkan hasil analisis uji t-berpasangan, didapatkan nilat t hitung sebesar 93,827. Sedangkan dari tabel t (0,05;9) didapatkan nilai t 1,833. Karena nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka perubahan berat berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, juga menandakan perubahan berat berbeda nyata untuk masing-masing variabel bebasnya. Daging ikan segar semula sangat kompak. Kerusakan protein dan senyawa-senyawa lainnya dapat menyebabkan daging ikan menjadi lebih berair. Banyak cairan daging yang dikeluarkan dari jaringan daging ikan. Hal ini disebabkan karena protein dapat menyebabkan terlepasnya ikatan-ikatan airnya, sehingga air bebas menjadi lebih banyak dan dapat keluar dari jaringan daging berupa tetestetes air. Keluarnya air ini dapat membawa zat-zat makanan yang terlarut di dalamnya misalnya protein-protein albumin, garam-garam mineral, dan vitamin-vitamin. Daging ikan menjadi basah oleh air dan oleh karena itu berat daging ikan pun mengalami penurunan. Biaya Gambar 4. Total Pengeluaran Biaya Penggunaan Es Batu Jumlah uang yang digunakan untuk penggunaan es batu halus pada penyimpanan cool box C lebih mahal daripada penyimpanan cool box B. Penyimpanan Cool box B menghabiskan biaya es batu halus sebesar Rp 7.590,00 selama 4 hari penyimpanan, sehingga untuk 1 kg ikan membutuhkan biaya penggunaan es batu halus sebesar Rp 3.264,52. Sedangkan penyimpanan cool box C lebih boros yaitu menghabiskan biaya sebesar Rp ,00 selama 4 hari penyimpanan, sehingga untuk 1 kg ikan membutuhkan biaya penggunaan es batu halus sebesar Rp 6.181,29. Hal ini dikarenakan perbandingan es yang digunakan pada penyimpanan cool box C lebih banyak. Dari segi biaya, penggunaan es dengan perbandingan cool box B (1:1) lebih rendah diterapkan. KESIMPULAN 1. Kemunduran mutu ikan cakalang secara fisik pada cool box A (kontrol), cool box B (1:1), dan cool box C (1:2) selama penyimpanan 4 hari adalah sebagai berikut : a. Kadar Air
7 Kadar air pada penyimpanan cool box A, cool box B dan cool box C dari hari ke-0 sampai hari ke-4 menunjukkan kenaikan kadar air. b. Tekstur Tekstur pada penyimpanan cool box A, cool box B dan cool box C dari hari ke-0 sampai hari ke-4 fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan tekstur. c. Perubahan Berat Perubahan berat pada penyimpanan cool box A, cool box B dan cool box C dari hari ke-0 sampai hari ke-4 fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan berat. 2. Berdasarkan pertimbangan parameter fisik, kestabilan suhu, dan biaya yang dikeluarkan, penyimpanan ikan cakalang yang lebih direkomendasikan adalah menggunakan perlakuan cool box B (ikan:es 1:1) karena nilai kadar air dan perubahan beratnya lebih stabil, dan biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan es batu halus lebih rendah yaitu sebesar Rp 7.590,00 selama 4 hari penyimpanan, sehingga untuk 1 kg ikan membutuhkan biaya penggunaan es batu halus sebesar Rp 3.264, Hasil ini selanjutnya akan dipergunakan untuk melakukan evaluasi tata cara penanganan ikan segar (GMP dan pengurangan kerugian/loses) dan resiko kerugian yang lebih banyak kepada para pelaku usaha di pesisir pantai selatan D.I.Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kelautan dan Perikanan Analisis Data Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Efrianto Fisheries World. [Diakses pada 14 Februari 2011] Hadiwiyoto S Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid 1. Liberty. Yogyakarta. Hultmann L. &T Rustad, T Textural Changes during Iced Storage of Salmon (Salmo salar) and Cod (Gadus morhua). Journal of Aquatic Food Product Technology. The Haworth Press Inc, 105 pp. Ilyas S Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid 1 - Teknik Pendinginan Ikan. CV Paripurna. Jakarta. Rahmawati R dkk Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih (Capsicum frustescens). Jurnal Biologi Volume XIII No.2 Desember Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Bali. Rangkuti HE Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan. IPB. Bogor.
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR Sri Purwaningsih 1, Josephine W 2, Diana Sri Lestari 3 Abstrak Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan hasil laut yang
Lebih terperinciPENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN
PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan memiliki sumber daya laut yang melimpah. Wilayah perairan Indonesia memiliki
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam penanganan pasca panen (pembekuan) untuk hasil perikanan, yang merupakan milik Bapak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh
Lebih terperinciBAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi penanganan pasca panen Penanganan pasca panen dilakukan untuk memperbaiki cita rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom
Lebih terperinciCARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG
CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh:
Lebih terperinciPengeringan Untuk Pengawetan
TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik
Nilai Organoleptik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Organoleptik Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik ikan lolosi merah (C. chrysozona) dapat di lihat pada analisis
Lebih terperinciThe Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT
The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT The objective of this research was to determine the differences
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,
Lebih terperinciKAJIAN MUTU IKAN TUNA (Thunnus albacares) SEGAR DI PASAR BERSEHATI KELURAHAN CALACA MANADO
KAJIAN MUTU IKAN TUNA (Thunnus albacares) SEGAR DI PASAR BERSEHATI KELURAHAN CALACA MANADO Ade Neni Laismina, Lita A.D.Y Montolalu, Feny Mentang Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daging Itik Itik merupakan salah satu unggas air yang lebih dikenal dibanding dengan jenis unggas air lainnya seperti angsa dan entog. Itik termasuk ke dalam kelas Aves,
Lebih terperinci6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO
91 6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 6.1 Tingkatan Mutu Hasil Tangkapan yang Dominan Dipasarkan di PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa
20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat eksperimen. Dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pada percobaan ini terdapat 6 taraf perlakuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya
2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan adalah salah satu hasil komoditi yang sangat potensial, karena keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, suku, dan agama
Lebih terperinciKamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus
PEMANFAATAN UAP PANAS PADA AIR CONDITIONER (AC) UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus E-mail: kamariah@fkip.unmus.ac.id Martha Loupatty Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh
Lebih terperinciSouvia Rahimah Pengemasan Ikan
Souvia Rahimah Pengemasan Ikan Pendahuluan Karakteristik Ikan Segar Sangat Mudah Rusak Harus ditangani segera dengan pendinginan /pembekuan Pengemasan ikan mutu rendah akan menurunkan kualitas lebih cepat.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen baik di Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma yang sedap spesifik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia akan gizi menuntut dikembangkannya berbagai industri pangan. Salah satu sektor yang turut berperan penting dalam ketersediaan bahan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjaga keseimbangan ekosistem perairan (Komarawidjaja, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang banyak tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Rumput laut dapat tumbuh dengan baik terutama
Lebih terperinciDesain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering Alwi Asy ari Aziz, Alam Baheramsyah dan Beni Cahyono Jurusan
Lebih terperinciPAPER BIOKIMIA PANGAN
PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. freezer selama 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dapat dilihat pada table ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil perhitungasn jumlah bakteri pada ikan cakalang yang disimpan pada suhu freezer selama 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dapat dilihat pada table
Lebih terperinciSTUDI PROTEIN IKAN KEMBUNG SEGAR DAN IKAN KEMBUNG ASIN (RASTRELLIGER SPP) DI PASAR BUNGUR KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI.
STUDI PROTEIN IKAN KEMBUNG SEGAR DAN IKAN KEMBUNG ASIN (RASTRELLIGER SPP) DI PASAR BUNGUR KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI. Oleh : Nurhidayati, Rini Hertati, Djunaidi. nurhidayati@gmail.com ABSTRAK Uji protein
Lebih terperinciUji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo
Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo 1.2 Rimin Lasimpala, 2 Asri Silvana aiu 2 Lukman Mile
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa
Lebih terperinciPENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)
TUGAS PENDAHULUAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G 311 09 003 KELOMPOK : IV (EMPAT) LABORATORIUM PENGAWASAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi
Lebih terperinciBAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER
BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER 4.1. Tujuan Tujuan dari materi praktikum Pengemasan Vacuum Dan Cup Sealer adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui cara pengemasan menggunakan vacuum sealer. 2. Mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakso Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk yang strukturnya kompak atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Kandungan gizi yang ada pada ikan sangatlah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi
PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Makanan sebagai sumber zat gizi yaitu karbohidrat, lemak,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Proksimat Fillet Gurami Komponen penting dari komposisi kimia ikan adalah protein dan lemak. Ikan gurami mengandung 75-80% protein dan 6-9% lemak (basis kering) (Tabel 3).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah besar. Perikanan laut di Kabupaten Malang per tahunnya bisa menghasilkan 400 ton ikan segar dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian diperoleh hasil kadar ikan kembung yang diawetkan dengan garam dan khitosan ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil
Lebih terperinciNova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada 12 September 2011 mengenai perubahan fisik, kimia dan fungsional pada daging. Pada praktikum kali ini dilaksanakan pengamatan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan pada umumnya lebih banyak di kenal daripada hasil perikanan lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di konsumsi. Hasil perikanan
Lebih terperinciPENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN
PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahu adalah salah satu jenis makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan protein. Karena itu, tahu
Lebih terperinciIKAN ASAP 1. PENDAHULUAN
IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.
22 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017. Penelitian kadar air, aktivitas air (a w ), dan pengujian mutu hedonik dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Hasil perikanan di Indonesia pada umumnya disajikan dalam dua bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi dan Analisis Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil berupa kadar ikan tuna yang diawetkan dengan metode penggaraman dan khitosan,
Lebih terperinciSTUDI LAMA PENGERINGAN IKAN SELAR (Selaroides sp) ASIN DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR DAN NILAI ORGANOLEPTIK
STUDI LAMA PENGERINGAN IKAN SELAR (Selaroides sp) ASIN DIHUBUNGKAN DENGAN KADAR AIR DAN NILAI ORGANOLEPTIK Adel Tuyu, Hens Onibala, Daisy M. Makapedua Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Lebih terperinciIKAN PINDANG AIR GARAM
IKAN PINDANG AIR GARAM 1. PENDAHULUAN Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan
Lebih terperinciPRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE
PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinci1 BAB I. PENDAHULUAN
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu komponen penting bahan pangan bagi manusia. Hal ini disebabkan karena kandungan gizinya, terutama protein (Ababouch, 2012; Anene et al.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, juga didukung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berpotensi dikembangkan untuk agroindustri dan menjadi komoditas ekspor unggulan
Lebih terperinciMENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN
1 MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN Pengalengan Metode pengawetan dengan pengalengan ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Prancis. Pengertian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan
Lebih terperinciTanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI
Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan
Lebih terperinciPERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL. Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK
PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK Beberapa produsen ikan asap di daerah Bandarharjo Semarang menggunakan tawas sebagai perendam ikan sebelum
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING
PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI Oleh : Rendra Eka A 1. Kemunduran mutu ikan segar secara sensori umumnya diukur dengan metode sensori
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,
Lebih terperinciLOGO BAKING TITIS SARI
LOGO BAKING TITIS SARI PENGERTIAN UMUM Proses pemanasan kering terhadap bahan pangan yang dilakukan untuk mengubah karakteristik sensorik sehingga lebih diterima konsumen KHUSUS Pemanasan adonan dalam
Lebih terperinciNutrisi Pakan pada Pendederan kerapu
Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri
Lebih terperinci