BAB II STUDI PUSTAKA. Keterbatasan dana (Budget Constraint) seringkali menjadi kendala dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI PUSTAKA. Keterbatasan dana (Budget Constraint) seringkali menjadi kendala dalam"

Transkripsi

1 BAB II STUDI PUSTAKA II.1 Umum Keterbatasan dana (Budget Constraint) seringkali menjadi kendala dalam memaksimalkan upaya perbaikan dan pemeliharaan jalan oleh Pemerintah, sehingga dibutuhkan efisiensi dan optimasi dalam alokasi pembiayaan untuk perbaikan dan pemeliharaan jalan yang ada, prediksi tingkat kualitas pelayanan suatu jalan akan mempengaruhi alokasi biaya perbaikan dan pemeliharaan jalan yang efisien. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menganalisis kondisi fungsional pada perkerasan lentur dan geometrik pada ruas Jalan Jembatan Merah Ranjau Batu. Evaluasi dilakukan dengan melihat kondisi fungsional permukaan dan geometrik jalan berdasarkan data yang didapatkan saat ini dari instansi terkait. Sedangkan analisis dilakukan untuk mendapatkan prediksi pengalokasian dana pemeliharaan jalan berdasarkan kondisi jalan yang dilihat dari tingkat ketidakrataan permukaan jalan dengan bantuan model HDM III, prediksi tersebut dilakukan untuk sepuluh tahun ke depan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu efisiensi dan optimasi alokasi biaya pemeliharaan jalan yang ditinjau dari segi ekonomi. Bank Dunia bekerja sama dengan negara-negara berkembang seperti India, Brazil,dan Kenya dan beberapa negara riset terkemuka dunia seperti MIT, TRRL, Badan Perencanaan Transport Brazil, serta UNDP, sejak tahun 1971 telah mengembangkan suatu model komputer yang dapat menilai berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan perencanaan atau alternatif pemeliharaan suatu jalan.

2 Model ini bekerja berdasarkan hubungan yang diperoleh antara biaya konstruksi, biaya pemeliharaan jalan, dan biaya operasional kendaraan. Studi kasus yang pernah dilakukan telah menitikberatkan pengumpulan data dan analisis statistik untuk dapat membuat hubungan yang terjadi dengan menggunakan parameter yang telah ditentukan. Hal ini timbul karena hampir lebih dari ratusan juta dolar yang telah dihabiskan setiap tahunnya untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan dinegaranegara berkembang dibenua Afrika, Asia dan Amerika Latin. Sementara di Eropa dan Amerika Utara, dimana perekonomian pada negara-negara tersebut mengalamai pertumbuhan yang sangat mengagumkan, namun tidak lupa harus memperhatikan juga dana yang dikeluarkan dalam hal pembangunan dan pemeliharaan jalan. Situasi yang terjadi di negara-negara berkembang, dimana bantuan dari Bank Dunia yang memperoleh dana dari negara-negara donor masih sangant diharapkan, usaha penghematan sangatlah penting. Persaingan untuk mendapatkan sumber dana yang terbatas menyebabkan bagi negara yang memiliki penghasilan rendah harus mendesain semua pengeluaran, termasuk dalam anggaran belanja disektor transportasi. Akan banyak proyek-proyek ekonomi yang tidak dapat dijalankan karena keterbatasan dana, mengakibatkan Pemerintah negara yang bersangkutan membuat suatu sistem yang dapat menaksir prioritas. Keuntungan untuk masyarakat dari setiap dana yang dikeluarkan untuk pembangunan jalan baru atau lebih ekonomis untuk menghabiskan sedikit biaya dengan membangun jalan yang lebih tahan lama atau lebih panjang umur rencananya.

3 Maka untuk itu, studi awalnya dilakukan oleh Bank Dunia dengan beberapa negara berkembang pada tahun 1969 membuat penentuan prioritas dari beberapa alternatif dan memberinya nama Desain dan Standar Pemeliharaan Jalan Raya atau lebih dikenal dengan Highway Design and Maintenance Standards (HDM), yang kemudian dipakai dan diuji dalam merencanakan suatu jalan baru atau pemeliharaan jalan. Pada awalnya program ini telah menjadi program utama untuk meneliti dengan melibatkan beberapa departemen negara berkembangyang kemudian menjadi dasar kuantitatif keputusan dibidang jalan raya, dan sekarang telah mengalamai pembaruan dan up date pada tahun-tahun berikutnya, sedangakan di Indonesia telah di adopsi oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dikenal dengan nama Integrated Raod Management System (IRMS). II.2 Metode Pemeliharaan Jalan Pemeliharaan Jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan dan peningkatan (PP No 26 Tahun 1985 tentang jalan). Menurut frekuensi penanganannya, pemeliharaan yang dilakukan tersebut dapat dikelompokkan atas beberapa kategori pemeliharaan yang masing-masing jenis kegiatan pemeliharaan. Sedangkan untuk kegiatan pelebaran jalan, perbaikan geometri jalan, dan pembangunan seksi jalan tidak termasuk dalam kegiatan pemeliharaan jalan, melainkan masuk dalam kegiatan pembangunan jalan. Kategori kegiatan pemeliharaan berdasarkan waktu penanganan tersebut adalah terdiri dari: 1. Pemeliharaan rutin 2. Pemeliharaan periodik 3. Pekerjaan darurat

4 Hasil pengukuran kinerja perkerasan jalan yang terdiri dari: roughness, kerusakan permukaan, dan struktur perkerasan akan digunakan untuk menentukan kondisi perkerasan dan kemudian metode penanganannya. Hasil evaluasi tersebut digunakan untuk jenis pemeliharaan di lapangan yang sesuai. Berdasarkan frekuensi penanganannya, operasi pemeliharaan perkerasan jalan dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis kegiatan pemeliharaan sesuai Standar Bina Marga ( Teknik Pengelolaan Jalan Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, 2005), antara lain: II.2.1 Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance) Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan (Riding Quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun. 1). Pekerjaan Perawatan Rutin (Cyclic Works) Pekerjaan ini dilakukan untuk seluruh ruas yang ada pada jaringan jalan sepanjang tahun dan tidak terpengaruh oleh jenis permukaan jalan (beraspal/tidak beraspal) ataupun volume lalu lintas yang melewatinya. Aktivitas kegiatan yang termasuk dalam jenis kegiatan pemeliharaan ini adalah: a) Pemeliharaan saluran drainase; b) Pembersihan jalan dan bangunan pelengkap jalan; c) Pengendalian tumbuhan/pemotongan rumput. 2). Pekerjaan Perbaikan Perkerasan (Recurrent/Reactive Works on Pavement) Pekerjaan ini dilakukan pada ruas-ruas yang mengalami kerusakan yang terjadi pada perkerasan jalan akibat dari pengaruh lalu lintas dan kondisi

5 lingkungan. Aktifitas yang dilakukan pada kegiatan perbaikan perkerasan jalan ini adalah antara lain: A) Perbaikan pada jalan beraspal a) Laburan pasir (sanding); b) Laburan aspal setempat (local sealing); c) Penyumbatan retak (crack sealing); d) Penambalan permukaan/perataan permukaan (skin patching/filling in); e) Penambalan struktural (deep patching); f) Perataan bahu dan lereng (filling on shoulder and slopes); g) Perbaikan drainase (improvement of drainage); h) Perbaikan bahu jalan (shoulder improvement). B) Perbaikan pada jalan tidak beraspal a) Perbaikan jalan kerikil setempat (spot regravelling/ patching); b) Perataan dengan penyapuan (dragging); c) Perataan dengan grader (grading). II.2.2 Pemeliharaan Periodik 1). Pekerjaan Perawatan Perkerasan (Preventive) Pemeliharaan Berkala (Periodik) adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural. Kegiatan ini khususnya dilakukan pada jalan beraspal dengan aktivitas kegiatan antara lain: 1) Pemberian laburan aspal taburan pasir buras (resealing); 2) Pemberian lapis tipis campuran aspal pasir latasir;

6 2). Pekerjaan Pelapisan Ulang Perkerasan (Resealing) Kegiatan ini adalah untuk melapisi kembali permukaan perkerasaan lama dengan lapisan tambah yang sifatnya tidak memberikan nilai struktural tetapi hanya untuk memperbaiki integritas perkerasan. Jenis aktifitas ini antara lain adalah: 1) Pemberian laburan permukaan aspal (surface dressing), yaitu dengan lapisan burtu dan burda; 2) Pemberian lapis tipis aspal beton lataston (thin overlay); 3) Pengkerikilan ulang pada jalan tidak beraspal (regravelling). 3). Pekerjaan Pelapisan Tambah Perkerasan (Overlay) Kegiatan ini adalah penambahan nilai struktural perkerasan yaitu antara lain dengan: 1) Pemberian lapis penetrasi macadam lapen (macadam); 2) Pemberian lapis aspal beton laston (asphalt concrete). 4). Pekerjaan Rekonstruksi Perkerasan (Reconstruction) 1) Inlay 2) Mill and replace 3) Full pavement reconstruction II.2.3 Peningkatan Maksud peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan. (Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga 1990).

7 II.2.4 Pekerjaan Darurat Pekerjaan Darurat tidak dapat dikategorikan sebagai pemeliharaan rutin, pemeliharaan peiodik, atau peningkatan jalan. Pekerjaan ini hanya untuk kondisi yang mendesak yang harus dilakukan dalam waktu singkat, biasanya hanya dengan sumber daya yang tersedia dilapangan. (Manual Pemeliharaan Rutin Untuk Jalan Nasional dan Jalan Provinsi, Dirjen Bina Marga, 1995). 1) Penyingkiran material longsoran; 2) Perbaikan darurat akibat kecelakaan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan strategi kegiatan pemeliharaan suatu ruas jalan, antara lain: a. Kerusakan (jenis, keparahan, luas, penyebaran); b. Jenis perkerasan (beraspal: lapen makadam, beton aspal; tidak beraspal); c. Lalu lintas; d. Cuaca (terutama curah hujan); e. Umur sisa perkerasan; f. Ketersediaan sumber daya. II.3 Studi Kelayakan Ekonomi Suatu pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang berpijak pada analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil yang terbaik. Kodoatie (1995) membagi aspek-aspek tersebut ke dalam empat tahapan yakni tahapan studi, tahapan perencanaan, tahapan pelaksaaan dan tahapan operasi dan pemeliharaan. (Aprianoor. 2008) Dalam tahapan tersebut secara umum meliputi beberapa aktivitas yaitu: a. Ide atau sasaran yang ingin dicapai

8 Pada tahap awal ini merupakan cikal bakal suatu kegiatan pembangunan biasanya muncul dari para stakeholder baik pemerintah atau masyarakat maupun dari kalangan swasta, misalnya ingin membangun jalan baru, pembuatan jembatan, gedung dan lainnya b. Pra studi kelayakan Pada tahap ini, ide atau sasaran dianalisis dengan maksud apakah bisa dilanjutkan dengan analisis yang lebih detail dan komprehensif. Analisis awal yang dilakukan biasanya berupa analisis dari aspek teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan yang menghasilkan kesimpulan layak atau tidak layak suatuide dilanjutkan namun lokasi kegiatan masih belum spesifik dan bisa saja berubah. c. Studi Kelayakan Tahap berikut ini akan dikerjakan jika sekiranya hasil rekomendasi dari para studi kelayakan menunjukkan arah positif, sehingga kemudian dikompilasi semua data primer dan data sekunder yang diperlukan dengan lengkap sehingga analisis teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan dengan lebih detail dan menyeluruh sehingga diperoleh kesimpulan yang matang dari beberapa alternatif pembangunan tersebut beserta penentuan lokasi kegiatan yang sudah spesifik dibanding para studi kelayakan. d. Seleksi perancangan Pada tahap ini diseleksi hasil rekomendasi studi kelayakan dari beberapa alternatif yang diajukan untuk dilanjutkan dengan detail desain - detail desain. Detail konstruksi, RAB (Rencana Anggaran Biaya), gambar rencana, serta RKS

9 (Rencana Kerja dan Syarat) merupakan hasil-hasil yang akan didapat pada pelaksanaan detail desain ini. e. Pelaksanaan fisik Merupakan tahapan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan berupa perwujudan dari detail desain menjadi suatu bangunan sipil rencana sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari pemilik pekerjaan f. Operasi dan Pemeliharaan Merupakan kegiatan rutin berjangka yang dilakukan agar suatu konstruksi dapat awet selama dioperasikan. Dari keenam tahapan tersebut posisi studi kelayakan mendapat porsi yang penting karena terdapat dua tahap yang bertujuan sama bagi suatu rencana pembangunan yaitu pra studi kelayakan dan studi kelayakan. Perbedaan keduanya pada situasi tertentu, kadang tak terlalu jauh, misalnya saja pada perencanaan pembangunan yang biayanya tidak besar, sehingga meski langsung dilaksanakan studi kelayakan tanpa evaluasi pendahaluan atau pra studi kelayakan sudah cukup memadai bagi kelanjutan kegiatan penanganan. Oleh karena itu dalam menilai kelayakan investasi untuk pembangunan jalan juga diperlukan analisis kelayakan ekonomi dan finansial. Umumnya analisis ini diperuntukkan pada investasi pembangunan jalan dengan lalu lintas menengah dan tinggi (medium/high volume roads). Jika analisis kelayakan finansial dilakukan dengan membandingkan biaya pembangunan (cost) dan keuntungan proyek (benefit), maka analisis kelayakan ekonomi dihasilkan dari manfaat langsung pembangunan jalan berupa penghematan biaya pengguna jalan (road user cost). Komponen utama biaya pengguna jalan antara lain terdiri dari

10 biaya operasi kendaraan (BOK) atau Vehicle Operating Cost (VOC), nilai waktu perjalanan (Value Of Travel Time Saving) dan biaya kecelakaan (accident cost) (Dept. PU, 2005, Pra Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan). II.4 Biaya Operasional Kendaraan Biaya operasi kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara ekonomi terjadi dengan adanya pengoperasian satu jenis kendaraan pada kondisi normal untuk satu tujuan tertentu. Biaya operasi kendaraan terdiri atas biaya tetap/standing cost dan biaya tidak tetap (running cost). Karena yang diperhitungkan sebagai manfaat proyek adalah selisih dalam BOK, maka yang perlu dihitung adalah biaya tidak tetap saja, baik untuk kondisi dengan proyek (with project) maupun untuk kondisi tanpa proyek (without project).(pedoman studi kelayakan proyek jalan dan jembatan) II.4.1 Komponen-komponen perhitungan BOK Dalam program HDM III, dihitung komponen-komponen BOK sebagai berikut: 1. Bahan bakar kendaraan 2. Ban 3. Suku cadang kendaraan 4. Upah pekerja bengkel 5. Minyak pelumas 6. Awak kendaraan 7. Depresisasi 8. Bunga 9. Pengeluaran tambahan/exploitasi (overhead) 10. Waktu penumpang

11 11. Angkutan barang (jenis angkutan) 12. Biaya lain-lain.(watanatada. 2004) II.4.2 Input Data Perhitungan BOK Dengan menggunakan program HDM III, input data yang diperlukan adalah sebagai berikut: A). Karakteristik Jalan Yang termasuk bagian dari karakteristik jalan adalah : 1). Tipe Permukaan Jalan Pada model ini telah ditentukan 2 pilihan tipe permukaan jalan yaitu (i) diperkeras dan (ii) tanpa perkerasan. Jalan yang diperkeras termasuk jalan dengan campuran utama aspal jalan dengan permukaan yang terawat, sementara jalan tanpa perkerasan termasuk jalan berkerikil dan tanah. 2). Average Roughness Kekasaran permukaan jalan dapat diartikan sebagai penyimpangan dari permukaan yang direncanakan semula, dengan karakteristik yang berpengaruh langsung pada dinamika pembebanan dan drainase. Satuan IRI (International Roughness Index ) adalah m/km. Apabila nilai roughness tidak tersedia dalam unit yang diatas maka acuan dibawah ini dapat digunakan sebagai skala standar:

12 Tabel 2.1 koefisien standar IRI Roughness IRI (m/km) Quantitatif Evaluation Paved Road Unpaved Road Smooth 2 4 Reasonably smooth 4 8 Medium rough 6 12 Rough 8 15 Very rough ( Watanatada. 2004) 3). Profil Vertikal Ada tiga perjalanan antara dua titik, sebut titik A dan B : i. Perjalanan searah dari A ke B ii. Perjalanan searah dari B ke A iii. Perjalanan dua arah, baik dari A ke B lalu kembali ke A, atau sebaliknya Untuk memperoleh prediksi yang diinginkan untu tiap-tiap tipe perjalanan, model membutuhkan tiga parameter dari geometrik vertikal dari jalan, yakni: a. Positif Gradient (PG, dalam persen) yang diartikan sebagai perbandingan dari jumlah seluruh kenaikan (atau peninggian) sepanjang jalan terhadap panjang bagian perjalanan mendaki b. Negatif Gradient (NG, dalam pesen) yang diartikan sebagai perbandingan jumlah nilai yang absolut dari seluruh penurunan sepanjang jalan terhadap panjang bagian perjalanan yang menurun.

13 c. Proporsi dari perjalanan yang menanjak (LP, dalam persen) yang diartikan sebagai perbandingan jumlah nilai total panjang bagian ruas jalan dengan gradient positif total seluruh panjang jalan. Tabel 2.2 Contoh Perhitungan Vertical Aggregates A B C d e f g h Section Panjang Gradien Gradien Gradien Peninggian Penurunan Perjalanan Mendaki (m) (fraksi) Positif Negatif (m) (m) (m) , , , ,044 0, , , , , ,037 0, , , , ,88 0 L=3420 PL=42.00 NL= P=1050 Dari titik A ke B Gradien Posisitf (PG) = 42 / 1.05 * 100 =4.0% Gradien Negatif (NG) = 115/( )100 =4.9% Perjalanan Mendaki (LP) = / *100 = 30.7% 4). Profil Horizontal Ada dua ukuran berdasarkan profil horizontal yaitu: a. Average Horizontal Curvature (Kelengkungan Horizontal ratarata), diartikan sebagai pembebanan rata-rata dari kelengkungan dari bagian lengkung. Dalam satuan degree/km. kelengkungan horizontal dari pada bagian lengkung merupakan sudut (dalm derajat). Catatan bahwa kelengkungan dari bagian lengkung adalah dari fungsi radius kelengkungan, yakni e s = /πrc s Dimana rc s adalah radius kelengkungan, dalam meter

14 b. Average Superelevation (Superelevasi Rata-Rata Sp) Diartikan sebagai pembebanan rata-rata dari superelevasi dari bagian lengkung jalan, beban menjadi proporsi dari panjang bagian lengkung. Hal ini merupakan kuantitas tidak berukuran. Superlevasi dari bagian lengkung adalah merupakan jarak vertikal antara ketinggian tepi bagian dalam dan luar dari jalan berdasarkan lebar jalan. 5). Ketinggian Medan Model ini menggunakan ketinggian medan (yang dimaksud dengan ketinggian medan rata-rata jalan diatas ketinggian dari permukaan laut, dalam meter) untuk menghitung hambatan udara terhadap pergerakan kendaraan. Range yang direkomendasikan untuk ketinggian mulai 0 sampai 5000 meter. 6). Jumlah Lajur Efektif Model ini menampilkan dua pilihan untuk jumlah lajur efektif yaitu: (i) satu lajur dan (ii) lebih dari satu lajur.masukkan 1 untuk memilih satu laju dan 0 untuk jalan yang memiliki lebih dari satu lajur Model ini membuat perbedaan antara lajur single dan jalan yang lain. Bila lebar jalan kurang dari 4.0 meter, jalan didesain sebagai satu lajur (kendaraan berjalan dalam dua arah yang belawanan dengan membagi kedua sisi jalan). Jika jalan lebih lebar dari 5.5 meter, maka dapat didesain dengan dua lajur. Yang menunjukkan perbedaan perbedaan antara lain lebar bahu dan kondisi, lalu lintas harian, dan komposisi lalu lintas.

15 B). Karakteristik Kendaraan Yang termasuk pada bagian ini adalah: a. Berat Tarra (Tare Weight) Pada model ini menggunakan berat tarra (gross) untuk menghitung berat kotor kendaraan (GVW) dengan memakai rumus: GVW = TARE + LOAD Dimana TARE, adalah berat tarr kendaraan, dalam kg LOAD, adalah kapasitas muatan kendaraan, dalam kg b. Kapasitas Muatan (Payload) Pada model ini, kemampuan muat digunakan untuk menghitung GVW dan untuk mengestimasi kecenderungan terhadap perbandingan gelincir (FRATIO) yang digunakan dalam menghitung VCURVE Model ini tidak menyediakan nilai standar untuk kapasitas muatan. Jika kendaraan sebagai mobil, bus, atau utility, kapasitas muatan ditampilkansebagai berat penumpang dan beberapa beban yang ringan. c. Kemampuan Mengemudi Maksimum Model ini mempunyai nilai standar untuk maximum driving power (HPRATED), Untuk kendaraan bahan bakar bensin: HPDRIVE = 2.0 HPRATED 0.7 dan untuk kendaraan bahan bakar solar: HPDRIVE = 0.7 HPRATED d. Kemampuan Mengerem Maksimum Model ini mempunyai nilai standar untuk maximum braking power, Nilai HPBRAKE dapat diperkirakan dari pertumbuhan rata-rata berat

16 kendaraan pabrikan (GVWRATED). Berdasarkan data percobaan dari studi kasus di Brazil, dapat menggunakan rumus sederhana berikut ini: HPBRAKE = 14 GVWRATED atau 15 GVWRATED e. Kecepatan Yang Diinginkan Kecepatan yang diinginkan (VDESIRE) adalah merupakan kecepatan yang diinginkan tanpa memiliki dampak pada beberapa faktor jalan raya. Model ini menggunakan kecepatan yang diinginkan berdasarkan pemakai jalan yang dispesifikasikan (VDESIR 0 ) untuk menghitung ketetapa kecepatan yang diinginkan. Berdasarkan data kecepatan yang diobservasi pada Negara Brazil, diperoleh kepuasan untuk memperkirakan VDESIR untu kelas kendaraan hanya bergantung pada tipe permukaan pada bagian yang sejenis. f. Koefisien Drag Aerodinamis Model ini menggunakan koefisien drag aerodinamis (CD) untuk menghitung hambatan udara terhadap pergerakan kendaraan. Range yang direkomendasikan untuk koefisien ini adalah (tanpa satuan). g. Projected Frontal Area Projected frontal area ini dipakai untuk menghitung hambatan udara terhadap pergerakan kedaraan. Efek dari hasil perhitungan ini terllihat pada VDRIVE, pemakaian bahan bakar dan penggunaan ban. h. Kalibrasi Kecepatan Mesin Kalibrasi kecepatan mesin (CPRM) digunakan untuku menghitung penggunaan bahan bakar. Perkiraan nilai CPRM ini dapat diperoleh dari

17 kecepatan maksimum rata-rata perputaran mesin (MRPM), yang dapat diperoleh dari pabrikan kendaraan. Penggunaan bahan bakar merupakan fungsi dari kecepatan gear. Masalahnya adalah untuk kombinasi dari kecepatan kendaraan dan tenaga dapat saja melebihi salah satu gear yang mungkin dapat dikerjakan dan gear pilihan, tergantung pada tingkah laku pribadi pengendara. i. Faktor Efisiensi-Energi Sampel dari pengujian kendaraan untuk studi di Brazil dipilih sebelum terjadinya krisis minyak pada awal dan akhir tahun 1970an, yang mendorong perubahan yang belum pernah terjadi pada teknologi kendaraan terhadap kemajuan ekonomi perminyakan. j. Faktor Penyesuaian Bahan Bakar Nilai standar untuk faktor penyesuaian bahan bakar, α2, diperoleh dari pengkalibrasian dari model prediksi mekanistik bahan bakar terhadap data hasil survey biaya penggunaan jalan di Brazil. Nilainya adalah 1.16 untuk mobil dan utility, 1.15 untuk bus dan truk. C). Data Pemakian Ban Model ini menggunakan variable berikut untuk memperkirakan data pemakaian ban: Jumlah ban tiap kendaraan Volume karet yang terpakai tiap-tiap ban (dm 3 ) Biaya penyusutan per rasio biaya ban baru (fraksi) Masa konstan dari pemakaian model menyentuh tanah (dm 3 /m) Koefisien pemakaian dari model menyentuh tanah (10-3 dm 3 /km)

18 D). Data Pemakaian Kendaraan Yang termasuk dalam data pemakaian kendaraa adalah: a. Pemakaian Kendaraan Tahunan Rata-Rata (Km) Pemakaian kendaraan tahunan rata-rata dalam kilometer (AKM) merupakan jumlah dari kilometer yang dilalui oleh kendaraan per tahunnya. Model ini menggunakan dasar pengguna spesifik tahunan ratarata dalam km (AKM 0 ) untuk menghitung perkiraan pemakaian kendaraan tahunan (AKM), sebagai fungsi dari kecepatan kenaraan yang diperkirakan. Pemakaian kendaraan tahunan rata-rata dalam kilometer ini berpengaruh pada depresiasi dari suku bunga. b. Pemakaian Kendaraan Tahunan Rata-Rata (Jam) Pemakaian kendaraan tahunan rata-rata dalam jam (HRD 0 ) sebagai jumlah jam yang dilalui oleh kendaraan dari jumlah jam yang tersedia untuk pengoperisan kendaraan. Model ini menggunakan dasar pengguna spesifik tahunan rata-rata dalam jam (HRD 0 ) utuk menghitung perkiraan pemakaian kendaraan tahunan (AKM). Pemakaian kendaraan tahunan rata-rata dalam jam ini berpengaruh pada depresiasi dan suku bunga c. Rasio Pemakaian Kendaraan Per Jam Rasio pemakaian kendaraan per jam (HURATIO) merupakan rasio dari jumlah jam yang dilalui tahunan terhadap jumlah jam yang tersedia untuk pengopersiannya. Model ini menggunakan perbandingan pemakaian

19 perjam untuk menghitung perkiraan pemakaian kendaraan tahunan (AKM). Perbandingan pemakaian perjam ini berpengaruh pada depresiasi dan suku bunga. d. Usia Pelayanan Rata-Rata Model menggunakan dasar pengguna khusus usia pelayanan ratarata (LIFE 0 ) untuk menghitung perkiraan usia pelayanan (LIFE) dimana dapat menjadi fungsi dari kecepatan kendaraan yang diperkirakan. Usia pelayanan rata-rata ini berpengaruh pada depresiasi. e. Usia Kendaraan Dalam Kilometer Model menggunakan umur rata-rata dari grup kendaraan dalam kilometer (CKM), ditentukan atas jumlah rata-rata kilometer yang dilalui kendaraan berdasarkan kendaraan tersebut untuk pertama kalinya dikendarai sejak di produksi, untuk memperkirakan dana pemeliharaan suku cadang dan biaya tenaga kerja f. Penumpang Per Kendaraan Model menggunakan jumlah per kendaraan (PAX) untuk menghitung biaya waktu penumpang. Jumlah penumpang per kendaraan berpengaruh pada perkiraan waktu penumpang. E). Unit Costs Model ini menghitung biaya operasional kendaraan dalam kondisi yang disesuaikan. Biaya finansial menggambarkan biaya aktual yang dibuat oleh operator transport dalam biaya yang sesungguhnya terhadap kepemilikan dan

20 operasional. Dimana penyesuaiannya diterapkan pada perubahan harga pasar seperti pajak, gaji perburuhan, dan sebagainya. Yang termasuk dalam unit costs ini adalah: 1. Harga kendaraan baru 2. Biaya bahan bakar 3. Biaya pelumas 4. Biaya ban baru 5. Biaya waktu crew 6. Biaya penundaan penumpang 7. Biaya buruh pemeliharaan 8. Biaya penundaan kargo 9. Suku bunga rata-rata tahunan F). Koefisien tambahan (Additional Coefficients) Koefisien untuk memperhitungkan biaya suku cadangkendaraan : KP, Cpo, CPq, dan QIPo Dimana: KP untuk eksponen umur Cpo untuk koefisien konstan dalam hubungan eksponensial antara pengguna suku cadang dan roughness CPq untuk koefisien roughness dalam hubungan eksponensial antara penggunaan suku cadang dan roughness QIPo untuk nilai transisi dari roughness 1. Koefisien untuk memperhitungkan upah pekerja bengkel/montir: Clo, CLp, dan CLq

21 Dimana: CLo untuk koefisien konstan dalam hubungan antara waktu kerja buruh dengan biaya suku cadang CLp untuk eksponen dari suku cadang dalam hubungan antara waktu buruh dengan biaya suku cadang CLq untuk koefisien roughness dalam hubungan antara waktu buruh dengan biaya suku cadang 2. Koefisien untuk memperhitungkan biaya minyak pelumas : Coo 3. Koefisien untuk memperhitungkan kecepatan kendaraan: FRATIO0, FRATIO1, ARVMAX, BW, BETA, dan E0 Dimana: FRATIO0 merupakan rasio pergeseran yang kelihatan (tidak didimensikan) FRATIO1 merupakan parameter muatan untuk rasio pergeseran yang tampak dan dapat disesuaikan (tons -1 ) ARVMAX merupakan kecepatan kecepatan pergerakan suspensi maksimum rata-rata BW merupakan parameter kelebaran untuk perubahan kecepatan yang diinginkan (tidak didimensikan) BETA merupakan parameter bentuk Weibull untuk distribusi kecepatan (tidak didimensikan) E0 merupakan faktor koreksi bias 4. Koefisien untuk memprediksi biaya bahan bakar yang dibutuhkan kendaraan: A0, A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, dan NH0.

22 Dimana: A0 sampai A7 merupakan koefisien yang digunakan dalam memperkirakan pemakaian unit bahan bakar NHo merupakan limit terendah pada tenaga negatif Tabel 2.3 Nilai Standar Pemeliharaan Suku Cadang Small Car Medium Car Large Car Utility Bus Light Gas Truck Light Deisel Truck Medium Truck Heavy Truck Artc. Truck KP Cpo CPq QIPo Tabel 2.4 Nilai Standar Untuk Perkiraan Pemeliharaan Buruh Small Car Medium Car Large Car Utility Bus Light gas Truck Light deisel Truck Medium Truck Heavy Truck Artc. Truck Cio CLp CLq II.5 Penghematan Nilai Waktu Perjalanan Penghematan nilai waktu perjalanan diperoleh dari selisih perhitungan waktu tempuh untuk kondisi dengan proyek (with project) dan tanpa proyek (without project).

23 Nilai waktu yang digunakan dapat digunakan dapat ditetapkan dari hasil studi nilai waktu yang menggunakan metode produktivitas, stated preference atau revealed preference. 1).Metode produktivitas adalah metode penetapan nilai waktu yang menggunakan nilai rata-rata penghasilan atau product domestic regional bruto (PDRB) perkapita pertahun yang dikonversi kedalam satuan nilai moneter persatuan waktu yang lebih kecil, rupiah perjam. 2).Metode Stated Preference adalah nilai waktu yang diperoleh melalui wawancara individu untuk kondisi hipotetikan tentang berbagai skenario waktu dan biaya perjalanan. 3).Metode Revealed Preference adalah nilai waktu yang diperoleh dari kenyataan pilihan perjalanan yang terjadi dan dikaitkan dengan biaya perjalanan yang ada. Perkiraan waktu tempuh perjalanan (travel time) pada tahun dasar untuk berbagai jenis kendaraan diperoleh melalui survay lapangan dengan menggunakan pedoman yang ada. (Pra Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, 2005). II.6 Karakteristik Lalu Lintas II.6.1 Satuan Mobil Penumpang Menurut Manual KapasitasJalan Indonesia (MKJI) Satuan Mobil Penumpang merupakan satuan arus lalu lintas dari berbagai tipe kendaraan yang diubah menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan faktor emp (ekivalen mobil penumpang)

24 Sedangkan emp adalah factor dari berbagai tipe tipe kendaraan sehubungan dengan keperluan waktu hijau untuk keluar dari antrian apabila dibandingkan dengan sebuah kendaraan ringan (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan yang sisanya sama emp=1,0). II.6.2 Kapasitas Kapasitas merupakan arus lalu lintas maksimum (mantap) yang dapat dipertahankan sepanjang potongan jalan dalam kondisi tertentu, sebagai contoh : rencana geometrik, lingkungan, lalulintas, dan lain-lain. II.6.3 Volume Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati titik yang diberikan atau bagian dari laju rata rata untuk badan jalan selama interval waktu yang diberikan, biasanya dalam satan jam-jaman, harian, atau tahunan. II.7 Analisis Ekonomi Untuk mengetahui besarnya User Benefit dalam analisis ekonomi, perhitungan keungan perlu dilakukan. Besar keuntungan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) pada ruas jalan yang bersangkutan adalah penjumlahan dari biaya gerak (running cost) dan biaya tetap (standing cost). Untuk menghitung besarnya biaya operasi kendaraan ini digunakan Program HDM III, termasuk analisis ekonominya juga dari program HDM III, dimana kriteria kelayakan ekonomi tersebut adalah: II.7.1 Benefit Cost Ratio Benefit cost ratio adalah perbandingan antara present value benefit dibagi dengan present value cost. Hasil B/C-R dari suatu proyek dikatakan layak secara ekonomi, bila nilai B/C-R adalah lebih besar dari 1 (satu).metoda ini dipakai

25 untuk mengevaluasi kelayakan proyek dengan membandingkan total manfaat terhadap total biaya yang telah didiskonto ke tahun dasar dengan memakai nilai suku bunga diskonto (discount rate) selama tahun rencana. Persamaan untuk metoda ini adalah sebagai berikut : B/C-R = present value benefit/ present value cost Nilai B/C-R yang lebih kecil dari 1 (satu) menunjukkan investasi ekonomi yang tidak menguntungkan, sedangkan nilai B/C-R yang lebih besar dari 1(satu) menunjukkan investasi ekonomi yang menguntungkan. II.7.2 Net Present Value Metoda ini dikenal sebagai metoda present worth dan digunakan untuk menentukan apakah suatu rencana mempunyai manfaat dalam periode waktu analisis. Hal ini dihitung dari selisih present value of the benefit (PVB) dan present value of the cost (PVC). Dasar dari metoda ini adalah bahwa semua manfaat (benefit) ataupun biaya (cost)mendatang yang berhubungan dengan suatu proyek didiskonto ke nilai sekarang (present values), dengan menggunakan suatu suku bunga diskonto. Persamaan umum untuk metode ini adalah sebagai berikut : dengan pengertian : NPV = n 1 i=0 NPV nilai sekarang bersih ; bi : manfaat pada tahun i ; ci : biaya pada tahun i ; [ b i c i (1 + ( r 100 )i ) 1 ] r : suku bunga diskonto (discount rate);

26 n : umur ekonomi proyek, dimulai dari tahap perencanaan sampai akhir umur rencana jalan. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara ekonomi adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif II.7.3 Economic Internal Rate Of Return Economic Internal Rate Of Return (EIRR) merupakan tingkat pengembalian berdasarkan pada penentuan nilai tingkat bunga (discount rate), dimana semua keuntungan masa depan yang dinilai sekarang dengan discount rate tertentu adalah sama dengan biaya kapital atau present value dari total biaya. Dalam perhitungan nilai EIRR adalah dengan cara mencoba beberapa tingkat bunga. Guna perhitungan EIRR dipilih tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif yang terkecil dan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil. Selanjutnya diadakan interpolasi dengan perhitungan: NPV1 EIRR = i 1 + (i 2 i 1 ) NPV 1 NPV 2 dengan pengertian : EIRR : economic internal rate of return ; i 1 : suku bunga diskonto yang menghasilkan NPV negatif terkecil ; i 2 : suku bunga diskonto yang menghasilkan NPV positif terkecil ; NPV 1 : nilai sekarang dengan i 1 ; NPV 2 : nilai sekarang dengan i 2. II.8 Keterbatasan Dana Keterbatasan dana (Budget Constrain), merupakan salah satu kendala penanganan jalan di Sumatera Utara khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Keterbatasan dana pembangunan khususnya untuk sub sektor transportasi menjadi

27 constraint (kendala) dalam upaya menciptakan jaringan jalan yang mantap dan handal. Apalagi sejak krisis ekonomi pertengahan tahun 1997 anggaran yang disediakan pemerintah guna pemeliharaan jalan dan jembatan terus berkurang. Keadaan ekonomi Indonesia yang diperburuk dengan krisis ekonomi menambah keterbatasan pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan baru. Dengan kata lain Adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan dana untuk penanganan jalan dengan kemampuan keuangan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Dan juga Adanya hambatan dalam pengalokasian anggaran penanganan jalan akibat besarnya tingkat kerusakan di Propinsi Sumatera. Walaupun demikian Pemerintah Propinsi Sumatera sedang berupaya untuk mengatasi masalah penanganan jaringan jalan tersebut dengan anggaran yang terbatas tersebut. Salah satu bentuk penanganan tersebut adalah berupa pemeliharaan dan peningkatan jaringan jalan. Artinya, dengan berbagai kendala yang ada pada Pemerintah Propinsi Sumatera Utara baik internal maupun eksternal harus bisa di-manage sehingga tercapai alokasi dana yang maksimal dan optimal. Untuk itu, maka perlu dilakukan upaya perencanaan yang baik untuk jangka menengah dan panjang serta dikoordinasi dan integrasikan dengan pemerintah kabupaten/kota. (Laporan PJM Penanganan Jalan Propinsi Di Wilayah Sumatera Utara). Dengan keterbatasan dana pembangunan infrastruktur, terutama infrastruktur jalan, maka skenario penanganan jalan perlu diperhitungkan oleh pengambil keputusan, penanganan jalan yang seperti apa yang paling optimal, ada beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan penanganan jalan seperti : kondisi

28 eksisting ruas jalan (volume dan kekasaran permukaan jalan), pemerataan integrasi antar moda, efektifitas dalam mendukung kawasan andalan/prioritas seperti objek pariwisata dan wilayah strategis dan cepat tumbuh, termasuk juga karena alasan politik dan keamanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghindari pemborosan dana, semestinya suatu proyek terutama BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Konsep mengenai penentuan biaya konstruksi dan pemeliharaan jalan sering menimbulkan kesulitan serta membutuhkan pengeluaran yang tidak sedikit dan menjadi beban bagi anggaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mencakup keseluruhan langkah pelaksanaan penelitian dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah kerja

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN Oleh : CITTO PACAMA FAJRINIA 3109100071 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung TAUPIK HIDAYAT¹,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sesuai tujuan yang hendak dicapai, maka konsep rancangan penelitian secara skematis ditunjukkan Gambar 3.1 Studi Pendahuluan Studi Pustaka Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan disampaikan bagan alir dimana dalam bagan alir ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dan langkah-langkah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. alir kegiatan yang telah dibuat, sebagai berikut: 7. Studi Pustaka, yang berupa pengumpulan teori yang mendukung penulisan

BAB III METODE PENELITIAN. alir kegiatan yang telah dibuat, sebagai berikut: 7. Studi Pustaka, yang berupa pengumpulan teori yang mendukung penulisan BAB III METODE PENELITIAN III.1 Umum Sebelum mengerjakan Tugas Akhir ini, maka perlu disusun langkahlangkah pengerjaan sesuai dengan uraian kegiatan yang akan dilakukan dan bagan alir kegiatan yang telah

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI PERBAIKAN JALAN JEMBATAN MERAH RANJAU BATU

EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI PERBAIKAN JALAN JEMBATAN MERAH RANJAU BATU EVALUASI KELAYAKAN EKONOMI PERBAIKAN JALAN JEMBATAN MERAH RANJAU BATU Ahmad Royhan M Harahap 1, Indra Jaya Pandia 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA II - 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tarif Tol Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol. Menurut UU No.38 2004 tentang Jalan, tarif tol dihitung berdasarkan kemampuan bayar

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan terbentuk atas beberapa lapisan perkerasan yang akan mengalami penurunan kondisi selama masa layannya. Menurunnya tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini. BAB II DASAR TEORI 2.1. Umum Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam konektifitas suatu daerah, sehingga kegiatan distribusi barang dan jasa dapat dilakukan secara

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Amalia F. Mawardi, Djoko Sulistiono, Widjonarko dan Ami Asparini Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Data Primer: -Foto Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol. Besarnya tarif tol tidak boleh melebihi 70 % nilai BKBOK yang merupakan selisih antara BOK

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. BAB IV DESKRIPSI DATA 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. Gatot Subroto Timur melewati ruas-ruas jalan dengan volume

Lebih terperinci

OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK

OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK Pengoperasian angkutan umum di kotamadya Banjarmasin ke kota kota lain dipusatkan pada Terminal Induk km. 6 Banjarmasin, dimana terlihat secara visual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum U-Turn Secara harfiah gerakan u-turn adalah suatu putaran di dalam suatu sarana (angkut/kendaraan) yang dilaksanakan dengan cara mengemudi setengah lingkaran

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - RC

TUGAS AKHIR - RC TUGAS AKHIR RC09 1380 EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus : Jl. Yogyakarta Magelang Km 21

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda Jurnal Rekayasa Hijau No.1 Vol. I ISSN 2550-1070 Maret 2017 Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda Rahmi Zurni, Welly Pradipta,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA

PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA PENGARUH PEMBUKAAN JALAN RUAS WAMENA- KARUBAGA-MULIA TERHADAP LALU LINTAS DAN PERKERASAN DI JALAN ARTERI DI KOTA WAMENA 1 Manahara Nababan dan 2 A Agung Gde Kartika, ST, MSc 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Dalam PP No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, disebutkan definisi dari jalan tol

BAB II STUDI PUSTAKA. Dalam PP No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, disebutkan definisi dari jalan tol BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan umum Dalam PP No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, disebutkan definisi dari jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembangunan Flyover Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan Ekonomi Jalan Raya

Studi Kelayakan Pembangunan Flyover Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan Ekonomi Jalan Raya E64 Studi Kelayakan Pembangunan Flyover Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan Ekonomi Jalan Raya Nanang Firmansyah dan Istiar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad )

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad ) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad ) Disusun Oleh : MARIA PARULIAN SITANGGANG L2A3 01 027 TEGUH ANANTO UTOMO L2A3 01 037 Semarang,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan memiliki umur layan atau umur rencana. Jika umur layan telah terlampaui, maka perlu adanya suatu lapisan tambahan (overlay) untuk meremajakan struktur perkerasan.

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN Novia Endhianata, Retno Indriyani Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email:

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Bagan Alir Penelitian Pada penelitian ini komponen biaya yang dikaji difokuskan pada biaya tidak tetap (pemeliharaan jalan) yang didefinisikan bahwa penambahan pengguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan suatu tahap awal yang cukup penting dari serangkaian kegiatan fisik, dimana hasil dari suatu studi kelayakan adalah rekomendasi mengenai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Umum Pengumpulan data pada tesis ini diambil dari instansi terkait serta dari laporan-laporan terdahulu yang semuanya itu akan berhubungan serta menunjang pelaporan tesis pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder III - 1 BAB III METODOLOGI Persiapan Mulai Studi Pustaka Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Alternatif Pendekatan Masalah Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder T Data Cukup Y Analisa Jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Digunakan untuk kendaraan bermotor. Digunakan untuk publik. Dibiayai oleh badan publik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya adalah jalan besar atau main road yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain. Biasanya jalan besar ini memiliki fitur fitur berikut (www.academia.edu)

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PADA PEMBANGUNAN JALAN. Noor Salim

ANALISIS BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PADA PEMBANGUNAN JALAN. Noor Salim ANALISIS BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PADA PEMBANGUNAN JALAN Noor Salim ABSTRACT Improved roads are expected to increase vehicle travel time. The achievement of the travel time in accordance with the plan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNGAN FLYOVER MELINTANG REL KERETA API

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNGAN FLYOVER MELINTANG REL KERETA API Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNGAN FLYOVER MELINTANG REL KERETA API Risdiyanto Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam proses perencanaan jalan perlu dilakukan analisis yang teliti. Semakin rumit masalah yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula analisis yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR METODE ANNUAL WORTH. Retna Hapsari Kartadipura 1)

STUDI PERBANDINGAN BIAYA PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR METODE ANNUAL WORTH. Retna Hapsari Kartadipura 1) 54 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 STUDI PERBANDINGAN BIAYA PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR METODE ANNUAL WORTH Retna Hapsari Kartadipura 1) Abstrak Kerusakan jalan sering terjadi karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Istilah Jalan 1. Jalan Luar Kota Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan merupakan semua bagian dari jalur gerak (termasuk perkerasan),

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KAJIAN PELURUSAN JALAN DESA MRONJO KECAMATAN SELOPURO KABUPATEN BLITAR (AKSES JALAN KE IBUKOTA KABUPATEN)

PENYUSUNAN KAJIAN PELURUSAN JALAN DESA MRONJO KECAMATAN SELOPURO KABUPATEN BLITAR (AKSES JALAN KE IBUKOTA KABUPATEN) 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor prasarana jalan merupakan salah satu urat nadi dalam pertumbuhan ekonomi wilayah, sehingga ketepatan penyediaannya melalui besarnya investasi adalah suatu hal yang

Lebih terperinci

I S B N : TEKNIK PENGELOLAAN JALAN

I S B N : TEKNIK PENGELOLAAN JALAN I S B N : 9 7 9 9 5 9 5 9 5 9 TEKNIK PENGELOLAAN JALAN SERI PANDUAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN Cetakan Pertama, April 2005 I S B N : 9 7 9 9 5 9 5 9 5 9 Teknik Pengelolaan Jalan Seri Panduan Pemeliharaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA 14+650 18+100 KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR Dosen Pembimbing : Ir. CHOMAEDHI. CES, Geo 19550319 198403 1 001 Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat terdiri dari 12 kabupaten yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan diatasnya sehingga diperlukan suatu konstruksi yang dapat menahan dan mendistribusikan beban lalu lintas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jalan Raya Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang jalan memuat bahwa jalan sebagai sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA

3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA BAB III METODOLOGI 3.1 GARIS BESAR LANGKAH KERJA Tahap kegiatan ini adalah sebelum kita memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

RISKI RAMADHAN

RISKI RAMADHAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN RUAS JALAN DIATAS BOX CULVERT DI DAERAH BANYU URIP- BENOWODARI SEGI LALU LINTAS DAN EKONOMI JALAN RAYA RISKI RAMADHAN 3106.100.061 Latar Belakang Pembangunan ruas jalan didaerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Perkembangan Teknologi Jalan Raya Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia itu sendiri yang selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh) KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh) Zufrimar 1, Junaidi 2 dan Astuti Masdar 3 1 Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Menurut Tamin 2000, model dapat didefinisikan sebagai bentuk penyederhanaan suatu realita (atau dunia yang sebenarnya); termasuk diantaranya: a. Model fisik (model arsitek,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuannya adalah untuk mengarahkan proses berpikir untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS Program Studi MMTITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU LINTAS Hery Wiriantoro Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Infrastruktur Menurut Grigg, 19888 infrastruktur merupakan sistem fisik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Infrastruktur

Lebih terperinci

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI

TESIS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL BENOA-BANDARA-NUSA DUA A.A. ASTRI DEWI TESIS A.A. ASTRI DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS A.A ASTRI DEWI NIM 1091561021 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

ANALISA INVESTASI PEMBANGUNAN JALAN PALANGKA RAYA BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

ANALISA INVESTASI PEMBANGUNAN JALAN PALANGKA RAYA BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH C-4-1 ANALISA INVESTASI PEMBANGUNAN JALAN PALANGKA RAYA BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Sangkurun Alex, Christiono Utomo, Rianto B. Adihardjo Laboratorium Manajemen Konstruksi

Lebih terperinci

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov.

PROYEK AKHIR PU. Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA STA Kab. Luwu Utara Prov. PROYEK AKHIR PU Perencanaan Pelaksanaan Proyek Pengaspalan Jalan Bungadidi Poreang STA 0+000 - STA 1+500 Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. Dipresentasikan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi sebagai urat-nadi berkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional yang sangat penting perannya dalam ketahanan nasional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perencanaan dan perancangan secara umum adalah kegiatan awal dari rangkaian fungsi manajemen. Inti dari sebuah perencanaan dan perancangan adalah penyatuan pandangan

Lebih terperinci

Kata kunci : Jalan tol Gempol-Pasuruan, analisa kelayakan, Analisa ekonomi,analisa finansial

Kata kunci : Jalan tol Gempol-Pasuruan, analisa kelayakan, Analisa ekonomi,analisa finansial ANALSS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PASURUAN Citto Pacama Fajrinia, Hera Widiyastuti Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, nstitut Teknologi Sepuluh Nopember (TS) Jl. Arief

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan beberapa kajian teoretis dari literature dan kajian normatif dari dokumen perundangan dan statutory product lainnya yang diharapkan dapat menjadi dasar pijakan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina Abstrak Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi berdampak

Lebih terperinci

TUGAS REKAYASA LALU LINTAS (RESUME ANALISIS KINERJA JALAN BEBAS HAMBATAN)

TUGAS REKAYASA LALU LINTAS (RESUME ANALISIS KINERJA JALAN BEBAS HAMBATAN) TUGAS REKAYASA LALU LINTAS (RESUME ANALISIS KINERJA JALAN BEBAS HAMBATAN) OLEH : UMMU SHABIHA D11114302 TEKNIK SIPIL KELAS B JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2016 Jalan bebas hambatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. 3.1 Bagan Alir Program Kerja BAB III METODOLOGI Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. Persiapan Penyusunan Program Kerja dan Metodologi Data Sekunder Pengumpulan Data Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk jaringan transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga roda perekonomian dan pembangunan dapat

Lebih terperinci

MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA

MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR ǁ DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA MENGGAPAI PELAYANAN PRIMA DENGAN KERJA CEPAT MUTU TINGGI LATAR BELAKANG Peningkatan jumlah, jenis dan beban kendaraan, perilaku masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 21 BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi yang dimaksud dalam tugas akhir ini adalah metode pengumpulan data dan pengolahan data, guna menunjang penyelesaian laporan Tugas akhir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kemacetan lalu lintas Kemacetan adalah keadaan dimana pada saat tertentu kendaraan yang sedang berjalan melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama.

Lebih terperinci

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN Muslim Hamidi, Anak Agung Gde Kartika, ST,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN - GEMPOL

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN - GEMPOL 1 STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN - GEMPOL Wisnu Arif Hergayasa, Cahya Buana, ST., MT., Istiar, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Bina Marga Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan saat melakukan survei visual adalah kekasaran permukaan, lubang, tambalan, retak, alur,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 III-1 BAB III METODOLOGI III.1 PENDAHULUAN Dalam proses perencanaan jalan perlu dilakukan analisa yang teliti, semakin rumit masalah yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula analisa yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI Abstrak Elsa Tri Mukti 1) Jaringan jalan dapat meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi produksi serta kualitas interaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA Awal mulanya jalan hanya berupa jejak manusia dalam menjalani kehidupannya dan berinteraksi dengan manusia lain (jalan setapak). Baru setelah manusia menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan tugas akhir ini berdasarkan referensi beberapa buku dan skripsi sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan skripsi sebelumnya. Penelitian

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Fungsi utama dari sistem jalan adalah memberikan pelayanan untuk pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman, nyaman, dan cara pengoperasian

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur E69 Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur Muhammad Bergas Wicaksono, Istiar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diabaikan bertambahnya kendaraan, terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan raya, dan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIMPANG KALI PENTUNG NGLANGGERAN - PUTAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIMPANG KALI PENTUNG NGLANGGERAN - PUTAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIMPANG KALI PENTUNG NGLANGGERAN - PUTAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Lebih terperinci

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN Analisa Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur Menggunakan Untreated Based dan Cement Treated Based Pada Ruas Jalan Ketapang-Bts. Kab. Pamekasan Ditinjau dari Segi Ekonomi Reza Cahyo Wicaksono, Ir Hera

Lebih terperinci

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung JURNAL TEKNIK ITS Vol 1 Sept 2012 ISSN 2301-9271 E-63 Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung Oktodelina

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Tipikal Simpang APILL dan Sistem Pengaturan Berdasarkan Peraturan Kapasitas Jalan Indonesia tahun 2014, Persimpangan merupakan pertemuan dua atau lebih jalan yang sebidang. Pertemuan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kinerja perkerasan adalah merupakan fungsi dari kemampuan relatif dari perkerasan untuk melayani lalu lintas dalam suatu periode tertentu (Highway Research

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

STUDI KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN HARAPAN JAYA) KOTA PONTIANAK

STUDI KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN HARAPAN JAYA) KOTA PONTIANAK STUDI KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN HARAPAN JAYA) KOTA PONTIANAK Daryoto 1). Slamet Widodo 2)., Siti Mayuni 2) e-mail : daryoto_yoto99@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, teknologi yang berkembang pun semakin pesat. Salah satu teknologi tersebut adalah kendaraan roda

Lebih terperinci

3.1. IDENTIFIKASI MASALAH

3.1. IDENTIFIKASI MASALAH BAB III METODOLOGI Secara garis besar, langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi : 3.1. IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah merupakan peninjauan pokok permasalahan untuk dijadikan dasar

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci