BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 2.1 Kinerja Perkerasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kinerja perkerasan adalah merupakan fungsi dari kemampuan relatif dari perkerasan untuk melayani lalu lintas dalam suatu periode tertentu (Highway Research Board, 1962). Kinerja perkerasan jalan ditentukan berdasarkan evaluasi kondisi fungsional dan kondisi struktural. Evaluasi kondisi fungsional, yaitu evaluasi berupa informasi tentang karakteristik perkerasan jalan yang secara langsung mempengaruhi keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Karakteristik utama yang disurvey menyangkut ketidakrataan, kekesatan permukaan perkerasan, dan kerusakan permukaan. Sedangkan evaluasi kondisi menyangkut kekuatan atau daya dukung perkerasan dalam melayani beban dan volume lalu lintas rencana. Evaluasi kinerja perkerasan tersebut digunakan untuk membantu dalam penentuan penanganan dalam kegiatan penyelenggaraan jalan (Hicks and Mahoney, 1981) Pavement Condition Indeks (PCI) Pavement Condition Index (PCI) adalah sistem penilaian kinerja perkerasan berdasarkan jenis, tingkat dan luas kerusakan yang merupakan slah satu evaluasi kondisi fungsional jalan. Berikut diperlihatkan kondisi permukaan perkerasan berdasarkan nilai PCI : Gambar 2.1 Diagram Nilai PCI Sumber. Shahin, 1994 Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...4

2 Gambar 2.1 menjelaskan kondisi permukaan perkerasan jalan berdasarkan nilai PCI. PCI membagi rentang nilai kondisi perkerasan antara 0 100, dimana nilai 0 berarti kondisi jalan dalam keadaan rusak, sedangkan nilai 100 berarti kondisi jalan sangat baik International Rougness Index (IRI) International Roughness Index (IRI) atau tingkat ketidakrataan permukaan jalan, dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun 1980an (UMTRI, 1998). IRI digunakan untuk menggambarkan suatu profil memanjang dari suatu jalan dan digunakan sebagai standar pengukuran ketidakrataan permukaan jalan. Satuan yang biasa direkomendasikan adalah meter per kilometer (m/km), atau milimeter per meter (mm/m). Nilai IRI didapatkan berdasarkan survey menggunakan alat Roughometer yang telah banyak dikembangkan oleh beberapa institusi. Menurut studi yang dilakukan oleh Paterson (1987) dan Perera (1998) kondisi ketidakrataan akan cenderung naik seiring bertambahnya usia perkerasan suatu ruas jalan. Berikut diperlihatkan tabel hubungan nilai IRI dengan kondisi permukaan secara visual. Tabel 2.1 Hubungan nilai IRI dengan kondisi permukaan secara visual Nilai IRI Kondisi Permukaan Secara Visual 0-3 Sangat rata dan teratur 3-4 Sangat baik dan umumnya rata 4-6 Baik 6-8 Sedikit atau tidak ada lubang namun permukaan tidak rata 8-10 Ada lubang, permukaan tidak rata Rusak, bergelombang, dan banyak lubang Rusak berat, banyak lubang dan seluruh perkerasan hancur Sumber : LAPI ITB, 1997 Tabel 2.1 diatas menjelaskan hubungan nilai IRI dengan kondisi permukaan secara visual, dimana nilai IRI yang kecil berarti kondisi permukaan semakin baik/rata, sedangkan semakin besar nilai IRI maka kondisi jalan semakin jelek/tidak rata. Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...5

3 2.1.3 Prediksi Kinerja Perkerasan. Kegiatan Pemeliharaan tidak hanya kegiatan perbaikan kerusakan jalan berdasarkan kebutuhan penanganan untuk saat ini, namun perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan untuk masa yang akan datang, biasanya untuk suatu periode analisis perencanaan dilakukan selama tahun. (FHWA, 2002) Dalam menentukan kegiatan pemeliharaan jalan selama periode analisis (20 tahun), Pelu dilakukan prediksi kinerja perkerasan, dalam tugas akhir ini dilakukan prediksi kinerja menggunakan pendekatan penurunan kondisi jalan berdasarkan model kerusakan perkerasan, pada gambar dibawah ini : Gambar 2.2 Kurva Hubungan Kondisi Perkerasan Dengan Umur Perkerasan. Sumber : Pusjatan, 2005 Gambar 2.2 diatas menjelaskan hubungan antara kondisi perkerasan dengan umur perkerasan jalan, dimana kondisi perkerasan akan semakin buruk seiring dengan bertambahnya umur perkerasan. 2.2 Pengertian Analisis Biaya Siklus Hidup Analisis biaya siklus hidup (ABSH) merupakan teknik dalam melakukan evaluasi, yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Menurut Coley Nathaniel (Undated), ABSH adalah sebuah alat analisis yang menyediakan perbandingan biaya antara dua atau lebih alternatif desain yang menghasilkan keuntungan. Sebagai contoh, ketika proyek pemeliharaan suatu jalan akan dilaksanakan, ABSH dapat membantu dalam menentukan alternatif terbaik dengan biaya yang terendah. Semua biaya yang Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...6

4 relevan yang terjadi sepanjang periode analisis, tidak hanya pengeluaran dari biaya pemeliharaan yang disertakan, Namun pengaruh dari proses transportasi, seperti biaya pemakai jalan (user cost) dan biaya eksternal (external cost) juga akan dihitung. Periode analisis dalam sebuah analisis biaya siklus hidup biasanya selama tahun (FHWA, 2002). Biaya-biaya yang ada akan diproyeksikan untuk setiap alternatif desain menggunakan teknik ekonomi yang dikenal sebagai diskonto dapat menentukan alternatif biaya mana yang paling efektif. 2.3 Proses Analisis Biaya Siklus Hidup Terdapat beberapa Proses dalam melakukan ABSH, proses tersebut diperlihatkan pada poin dibawah ini : 1. Perancangan strategi pemeliharaan selama periode analisis. 2. Estimasi biaya pengelola jalan selama periode analisis. 3. Estimasi biaya pengguna jalan selama periode analisis. 4. Estimasi Biaya Eksternal selama periode analisis. 5. Menghitung nilai sekarang (present value). Proses ABSH diawali dengan melakukan perancangan strategi pemeliharaan jalan selama periode analisis, kemudian dari hasil strategi perancangan tersebut dihitung biaya pengelola jalan, biaya pengguna jalan dan biaya eksternal. Biaya biaya tersebut dihitung selama periode analisis, dalam Tugas Akhir ini periode analisis yang dilakukan adalah selama 20 tahun. Setelah diketahui seluruh biaya dari setiap strategi, maka dilakukan analisis ekonomi berupa Net Present Value (NPV) untuk medapatkan strategi yang paling efektif dan efisien. Berikut diperlihatkan tahapan perhitungan ABSH : Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...7

5 2.3.1 Perancangan Strategi Pemeliharaan Jalan Tahapan awal dari ABSH adalah melakukan perancangan alternatif strategi pemeliharaan jalan selama periode analisis, dimana perancangan alternatif strategi tersebut diperoleh dari 2 metode, yaitu strategi berdasarkan metode Pre-Define dan Condition Triggers (Suherman, 2009). Berikut diperlihatkan gambaran metode Pre-Define dan Condition Triggers : Mengembangkan Strategi Pemeliharaan Gambar 2.3 Metode pengembangan strategi pemeliharaan. Gambar 2.3 diatas menjelaskan metode untuk merancang strategi pemeliharaan jalan, dimana terdapat 2 metode utama yaitu berdasarkan Pre-define atau penjadwalan dan Condition Triggers atau kondisi yang memicu dilakukan pemeliharaan jalan. Metode Pre-define bisa dilakukan berdasarkan interval yang tetap atau tidak tetap yang mengacu pada tahun, kumulatif beban atau kumulatif cuaca. Sedangkan metode Condition Triggers dapat dilakukan dengan pengukuran fungsional jalan seperti Roughness, PCI, PSI, atau pengukuran kerusakan seperti retak, alur, dll. Dalam Tugas akhir ini metode yang digunakan untuk perancangan strategi pemeliharaan jalan yaitu metode Condition Triggers berdasarkan pengukuran fungsional jalan dengan PCI yang kemudian dikonversi ke nilai IRI (roughness). Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...8

6 Strategi Condition Triggers Pemeliharaan berdasarkan Condition Triggers, merupakan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan kondisi eksisting jalan yang memicu dilakukannya aktifitas pemeliharaan, sebagai contoh pemeliharaan jalan akan dilakukan ketika nilai IRI mencapai 4 m/km. Berikut diperlihatkan contoh strategi pemeliharaan yang didasarkan pada Condition Triggers, yaitu grafik hubungan antara nilai IRI dengan umur perkerasan selama periode analisis: Gambar 2.4 Hubungan IRI dengan umur perkerasan selama periode analisis. Sumber : Hasil Analisis Gambar 2.4 merupakan hubungan antara nilai IRI dengan umur perkerasan selama periode analisis, gambar diatas merupakan salah satu contoh strategi pemeliharaan jalan yang didasarkan oleh metode Condition Triggers, dimana pemeliharaan periodik dilakukan dilakukan ketika nilai IRI lebih besar dari 4 m/km yaitu pada tahun 2012, 2015, 2018, 2021, 2024, 2027 dan Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...9

7 2.3.2 Biaya Pengelola Jalan Biaya pengelola jalan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengelola jalan (Bina Marga) untuk mempertahankan kinerja prasarana jalan, dalam Tugas Akhir ini biaya pengelola jalan yang diperhitungkan kedalam analisis biaya siklus hidup yaitu biaya pemeliharaan jalan yang terdiri dari pemeliharaan rutin, pemeliharaan periodik dan nilai umur sisa pemeliharaan, berikut dijelaskan deskripsi tersebut : Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan ringan dan pekerjaan rutin umum yang dilaksanakan pada jangka waktu yang teratur dalam setahun. Jenis kegiatan dalam pekerjaan ini antara lain Pemotongan rumput, pembersihan jalan dan pengerukan saluran drainase. Berikut tabel kegiatan pemeliharaan rutin serta biayanya : Tabel 2.2 Jenis pekerjaan pemeliharaan rutin serta biayanya Jenis Pekerjaan Total Biaya (RP) Pemotongan Rumput Pembersihan Jalan Lump Sum Pengerukan saluran drainase TOTAL Sumber : Dinas Bina Marga, Pemeliharaan Periodik Pemeliharaan yang dilakukan secara periodik dengan interval penanganan beberapa tahun. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan baik untuk menambah nilai struktural ataupun memperbaiki nilai fungsional yang meliputi kegiatan-kegiatan penutupan retak dan sambungan, leveling dan pelapisan ulang. Dalam Tugas Akhir ini pemeliharaan periodik dilakukan sesuai dengan kondisi jalan, berikut tabel kegiatan pemeliharaan periodik jalan berdasarkan nilai IRI : Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...10

8 Tabel 2.3 Jenis Pemeliharaan Periodik berdasarkan Nilai IRI Jenis Pemeliharaan Periodik Nilai IRI (m/km) Penutupan Retak, Lubang dan Sambungan 0-4 Pelapisan Ulang, t = 2 cm (fungsional) 4 6 Pelapisan Ulang, t = 5 cm (Struktural) 6-8 Leveling dan Pelapisan Ulang, t = 5 cm 8-10 Sumber : Dinas Bina Marga, 2010 Tabel 2.4 biaya pemeliharaan periodik Kegiatan Pemeliharaan Periodik Total Biaya Penutupan retak, sambungan, dan lubang Pelapisan Ulang, t = 2 cm (fungsional) Pelapisan Ulang, t = 5 cm (Struktural) Leveling dan Pelapisan Ulang, t = 5 cm Sumber : Dinas Bina Marga, Nilai Umur Sisa Pemeliharaan Parameter lain yang mempengaruhi biaya pengelola jalan adalah nilai dari alternatif strategi pemeliharaan pada akhir periode analisis, atau biasa disebut nilai umur sisa yaitu nilai investasi pemeliharaan jalan pada akhir umur analisis (Suherman, 2009). Metode yang digunakan untuk menghitung nilai umur sisa, yaitu biaya pemeliharaan periodik terakhir selama periode analisis, dikali dengan hasil bagi antara umur pemeliharaan periodik selama periode analisis dengan waktu pemeliharaan periodik yang berada di luar periode analisis. Berikut ini akan disajikan persamaan untuk menghitung nilai umur sisa :..(2.1) Dimana: RSL = Remaining Service Life (nilai umur sisa) LB = umur yang diharapkan dari alternatif pemeliharaan berkala LA = bagian dari umur yang diharapkan C = biaya pemeliharaan periodik Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...11

9 2.3.3 Biaya Pengguna Jalan Biaya pengguna jalan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengguna jalan dalam melakukan aktifitas transportasi. Dalam tugas akhir ini biaya pengguna jalan yang diperhitungkan kedalam analisis biaya siklus hidup yaitu biaya operasional kendaraan. Menurut Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI-ITB), Biaya Operasional Kendaraan (BOK) merupakan suatu nilai yang menyatakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian suatu kendaraan. Biaya Operasi Kendaraan biasanya di ukur dengan kendaraan bergerak dalam suatu jaringan jalan dari awal hingga akhir perjalanan dengan kecepatan tertentu. Biaya Operasi kendaraan terdiri atas dua komponen yaitu biaya tidak tetap (variable cost atau running cost) dan biaya tetap (standing cost atau fixed cost). Untuk biaya tidak tetap merupakan penjumlahan atas biaya konsumsi bahan bakar, biaya konsumsi oli, biaya konsumsi suku cadang, biaya upah tenaga pemeliharaan, dan biaya konsumsi ban. Sedangkan untuk biaya tetap penjumlahan dari biaya depresiasi, asuransi, dan bunga modal. Metode yang dilakukan dalam menghitung biaya operasional kendaraan pada Tugas Akhir ini menggunakan metode Pacific Consultan International. Dalam metode ini jenis kendaraan dibagi kedalam 3 golongan yaitu : Golongan I : Sedan, Jip, Pick Up, Bus Kecil, Truk (3/4), dan Bus Sedang Golongan IIa : Truk Besar dan Bus Besar, dengan 2 (dua) Gandar Golongan IIb : Truk Besar dan Bus Besar dengan 3 (tiga) Gandar atau lebih. Dari sekian banyak metode perhitungan BOK yang telah ada, tidak didapatkan suatu model untuk menghitung BOK sepeda motor, padahal pada ruas jalan Pelajar Pejuang, jumlah sepeda motor mencapai 60% dari jumlah kendaraan total, oleh karena itu pada tugas akhir ini BOK sepeda motor tidak akan diabaikan, melainkan mengacu pada penelitian Imam Basuki, 2008 yang menghasilkan BOK sepeda motor seperempat dari BOK kendaraan golongan I (kendaraan ringan). Dengan kata lain, BOK empat buah sepeda motor setara dengan BOK satu buah kendaraan golongan I ( kendaraan ringan). Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...12

10 BOK Dasar a. Konsumsi Bahan Bakar Dari beberapa komponen yang dihitung untuk menetukan biaya operasional kendaraan, konsumsi bahan bakar merupakan salah satu komponen utamanya, dimana konsumsi bahan bakar dapat diketahui melalui perhitungan berikut : Kendaraan golongan I ; Y = * S * S Kendaraan golongan IIa Y = * S 2-24,15490 * S Kendaraan golongan IIb; Y = * S * S Dimana Y = konsumsi bahan bakar per 1000 km. S = kecepatan b. Konsumsi minyak pelumas Konsumsi dasar minyak pelumas dipengaruhi oleh kecepatan dan jenis kendaraan, berikut diperlihatkan perhitungan konsumsi minyak pelumas: Kendaraan golongan I ; Y = * S * S Kendaraan golongan IIa ; Y = * S * S Kendaraan golongan IIb ; Y = * S * S Dimana Y = konsumsi minyak pelumas per 1000 km. S = kecepatan c. Biaya Pemakaian Ban Biaya pemakaian ban dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan dan jenis kendaraan. Perhitungan biaya pemakaian ban diperlihatkan dibawah ini : Kendaraan golongan I ; Y = 0, S - 0, Kendaraan golongan IIa ; Y = 0, S - 0, Kendaraan golongan IIb ; Y = 0, S - 0, Dimana Y = pemakaian ban per 1000 km. S = kecepatan Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...13

11 d. Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan biaya operasional kendaraan adalah biaya suku cadang dan upah montir. Perhitungan biaya pemeliharaan diperlihatkan dibawah ini : I. Suku cadang Kendaraan golongan I ; Y = 0, S + 0, Kendaraan golongan IIa ; Y = 0, S + 0, Kendaraan golongan IIb ; Y = 0, S + 0, Dimana Y = biaya pemeliharaan suku cadang per 1000 km S = kecepatan II. Montir Kendaraan golongan I ; Y = 0,00362 S +,36267 Kendaraan golongan IIa ; Y = 0,02311 S + 1, Kendaraan golongan IIb ; Y = 0,01511 S + 1,21200 Dimana Y = jam kerja montir per 1000 km S = kecepatan e. Biaya Depresiasi Biaya depresiasi hanya berlaku untuk perhitungan BOK pada jalan tol dan arteri, dan besarnya berbanding terbalik dengan kecepatan kendaraan. Perhitungan biaya depresiasi diperlihatkan dibawah ini : Kendaraan golongan I ; Y = 1/(2,5 S + 125) Kendaraan golongan IIa ; Y = 1/(9,0 S + 450) Kendaraan golongan IIb ; Y = 1/(6,0 S + 300) Dimana Y depresiasi per 1000 km = ½ nilai depresiasi kendaraan S = kecepatan Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...14

12 f. Asuransi Biaya asuransi diperlihatkan pada rumus dibawah ini : Kendaraan golongan I ; Y = 38/(500 S) Kendaraan golongan IIa ; Y = 6/(2571,42857 S) Kendaraan golongan IIb ; Y = 61/(1714,28571 S) Dimana Y = asuransi per 1000 km S = kecepatan G. Bunga modal Biaya asuransi diperlihatkan pada rumus dibawah ini : Kendaraan golongan I ; Y = 150/(500 S) Kendaraan golongan IIa ; Y = 150/(2571,42857 S) Kendaraan golongan IIb ; Y = 150/(1714,28571 S) Dimana Y = bunga modal per 1000 km S = kecepatan BOK Aktual Untuk menghitung biaya operasi kendaraan aktual, besaran biaya operasi kendaraan dihitung dengan menggunakan formula dasar berikut ini: BOK Aktual t = BOK Base BOK Indeks t Jumlah kendaraan per tahun...(2.2) dimana: BOK Aktual t BOK Base = Nilai moneter aktual besaran biaya operasi kendaraan pada tahun t = Nilai besaran biaya operasi kendaraan pada tahun dasar. BOK Indeks t = Nilai-nilai indeks biaya operasi kendaraan pada tahun t. t = Periode waktu pengamatan Sedangkan indeks-indeks biaya operasi kendaraan per tahun dihitung dengan menggunakan formula berikut ini: BOK Indeks t = k 1 + k 2 /V + k 3.V 2 + k 4.V.IRI t + k 5.IRI t (2.3) Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...15

13 dimana: BOK Indeks t = Nilai indeks biaya operasi kendaraan pada tahun t. k l... k 5 = Nilai-nilai koefisien regresi (Tabel 2.5) V IRI t = Kecepatan rata-rata kendaraan, yaitu 30 km/jam (Jalan Arteri Sekunder, Pdt 18 tahun 2004B). = Nilai roughness efektif jalan. Tabel 2.5 Koefisien Perhitungan BOK Indeks Jenis Kendaraan k 1 k 2 k 3 k 4 k 5 Car Utility Small bus Large bus Light bus Heavy bus Parameter berikutnya untuk menghitung BOK aktual yaitu jumlah kendaraan per tahun, yang didapat dengan cara melakukan survey volume lalu lintas selama jam sibuk satu jam (studi kasus, 2012), kemudian dikonversi menjadi Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) sesuai dengan manual kapasistas jalan indonesia 1997 (MKJI, 1997) dimana volume lalu lintas pada satu jam dibagi faktor penyesuaian kendaraan (faktor K). Berikut diperlihatkan model perhitungan LHR tersebut : LHR =..(2.4) dimana: LHR Faktro K = Jumlah kendaraan yang melewati jalan selama satu hari = Faktor penyesuaian dari jumlah kend/jam menjadi kend/hari Berikut nilai faktor K berdasarkan MKJI, 1997 : Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...16

14 Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kendaraan Faktor K ( % ) Fungsi Jalan 7-8 Arteri 9-10 Non Arteri Sumber : MKJI, 1997 Setelah didapatkan jumlah kendaraan per hari dengan membagi jumlah kendaraan per jam dengan faktor k pada tabel 2.6 diatas, selanjutnya jumlah kendaraan per tahun dapat dihitung dengan mengalikan jumlah kendaraan per hari dengan total jumlah hari selama satu tahun, berikut diperlihatkan model perhitungannya : Jumlah Kendaraan per tahun = LHR x (2.5) Dimana : LHR = Jumlah Kendaraan/hari 2.4 Biaya Eksternal Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan (Daraba, 2001). Dalam Tugas Akhir ini Eksternalitas yang akan ditinjau yaitu dampak yang merugikan sebagai akibat dari kegiatan transportasi, secara khusus akan dihitung berapa biaya eksternal yang harus dikeluarkan akibat polusi udara dan kebisingan Biaya Polusi Udara Polusi udara adalah hadirnya bahan pencemar udara diatmosfer/udara luar dalam jumlah dan waktu tertentu yang cenderung melukai/menyakiti manusia, tanaman, hewan, atau benda milik manusia. Dalam transportasi, permasalahan polusi udara merupakan fungsi dari emisi kendaraan yang melewati suatu jalan. Dimana emisi kendaraan di jalan disebabkan oleh dua faktor utama yaitu volume total kendaraan bermotor dan karakteristik kendaraan bermotor, berikut diperlihatkan faktor emisi dari tiap jenis kendaraan (Suhadi, 2008): Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...17

15 Tabel 2.7 Faktor Emisi Kendaraan CO HC Nox PM 10 (g/km) (g/km) (g/km) (g/km) Sepeda Motor 14 5,9 0,29 0,24 Mobil Penumpang ,01 Bus 11 1,3 11,9 1,4 Truk 8,4 1,8 17,7 1,4 Sumber : Suhadi, 2008 Untuk menghitung emisi dari ruas jalan, Bentuk persamaan intensitas emisi adalah sebagai berikut (Suhadi, 2008) : Ep =..(2.6) Dimana: L Ni = Panjang jalan yang diteliti = Jumlah kendaraan x yang melintas ruas jalan (kendaraan/jam) Fpi = Faktor emisi kendaraan x (g/km) I Ep P = Tipe kendaraan bermotor = Intensitas emisi dari suatu ruas (g/jam/km) = Jenis polutan yang diestimasi Setelah intensitas emisi dari suatu ruas didapatkan, selanjutnya hasil tersebut dikalikan dengan biaya polusi udara yang mengacu pada penelitian Parsons, 2008 mengenai biaya polusi udara di California berikut : Tabel 2.8 Biaya Polusi Udara di California Amerika Serikat ($/ton) Emisi $/ton Rp/(gram) Carbon Monoxide (CO) 127 1,207 Fine Particulates (PM 10) 422,985 4,018 Nitrogen Oxide (NOx) 51,635 0,491 Hydrocarbons (HC) 7,407 0,070 Sumber : Parsons, 2008 Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...18

16 2.4.2 Biaya Kebisingan Purnomosidi (1995) menjelaskan, bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki atau tenaga getaran yang tidak terkendali. Umumnya ada tiga sumber kebisingan, yaitu kebisingan lalu lintas/transportasi, kebisingan pekerjaan/industri dan kebisingan penduduk/permukiman. Dalam Tugas Akhir ini kebisingan yang akan dibahas adalah kebisingan yang diakibatkan oleh kegiatan transportasi secara khusus yaitu kebisingan yang diakibatkan oleh aktifitas di jalan raya. Kebisingan jalan raya disebabkan oleh pemakaian kendaraan bermotor. Sumber kebisingan kendaraan bermotor berasal dari mesin, transmisi rem, klakson, knalpot, dan gesekan ban dengan jalan (White dan Walker 1982). Secara umum, dampak negatif dari kebisingan transportasi dapat dibedakan dalam 2 jenis, yaitu Biaya akibat gangguan kebisingan dan biaya kesehatan. Biaya akibat gangguan ini didasarkan pada masing masing individu, karena setiap individu memiliki standar masing masing dalam hal kebisingan, sedangkan biaya kesehatan didasarkan pada ukuran kebisingan (CE Delft, 2008). Ukuran kebisingan adalah derajat tinggi rendahnya kebisingan yang dinyatakan dalam satuan decibel (db). Ukuran yang digunakan dalam Tugas Akhir ini didasarkan pada CE delft, 2008 dimana kebisingan transportasi dibagi kedalam 3 jenis dengan ukuran masing masing seperti terlihat pada tabael dibawah ini : Tabel 2.9 Ukuran kebisingan akibat transportasi Kebisingan Akibat Transportasi Nilai Decibel (db) Jalan Raya 50 Jalan Rel 55 Penerbangan 50 Sumber : CE delft, 2008 Tabel 2.9 menjelaskan ukuran kebisingan akibat transportasi, dimana CE delft, 2008 menyebutkan bahwa kebisingan akibat transportasi dibagi dalam 3 jenis, yaitu kebisingan akibat jalan raya, rel dan penerbangan. Dengan ukuran decibel yang diijinkan berturut turut 50, 55 dan 60 db. Kemudian untuk menghitung besarnya biaya yang harus dikeluarkan akibat kebisingan tersebut diperlihatkan pada tabel dibawah ini Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...19

17 Tabel 2.10 Biaya kebisingan Jalan per orang yang terkena dampak per tahun. db(a) (Euro/orang/tahun) (Rp/orang/tahun) Sumber : CE delft, 2008 Tabel 2.10 menjelaskan biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap orang per tahun, sebagai akibat dari kebisingan jalan raya. Biaya kebisingan akibat jalan raya dihitung setelah intensitas kebisingan melebihi 50 db. Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...20

18 Perhitungan jumlah orang yang terkena dampak kebisingan jalan raya, didasarkan pada kondisi Tata Guna Lahan (TGL) samping jalan yang ditinjau, dimana terdapat perbedaan jumlah orang yang terkena dampak kebisingan pada kondisi TGL samping jalan berupa Rumah, Kantor, Toko, Hotel dan Restoran. Pada Tugas Akhir ini, untuk menentukan jumlah orang yang terkena dampak kebisingan jalan, digunakan asumsi: 1. Kondisi TGL samping jalan berupa Rumah berdampak terhadap 4 orang. 2. Kondisi TGL samping jalan berupa Hotel berdampak terhadap 20 orang. 3. Kondisi TGL samping jalan berupa Kantor berdampak terhadap 15 orang. 4. Kondisi TGL samping jalan berupa Toko berdampak terhadap 6 orang. 5. Kondisi TGL samping jalan berupa Restoran berdampak terhadap 8 orang. Untuk menghitung jumlah orang yang terkena dampak kebisingan jalan pada jalan yang ditinjau, dilakukan survey langsung dilapangan untuk mengetahui kondisi TGL samping jalan yang ditinjau. Setelah diketahui kondisi TGL samping jalan yang ditinjau, kemudian dikalikan dengan asumsi jumlah orang yang tekena dampak seperti tersebut diatas. Berikut diperlihatkan model perhitungan biaya kebisingan berdasarkan CE delft, 2008 : TNC = NCP x TP...(2.7) Dimana : TNC = Total Biaya Kebisingan NCP = Harga kebisingan per orang setahun (Tabel 2.10) TP = Jumlah orang yang terkena dampak 2.5 Menghitung Biaya Masa Depan Analisis Biaya Siklus Hidup (ABSH) adalah suatu proses perhitungan biaya biaya siklus hidup. Menrut teori ekonomi, nilai uang hari tidak sama dengan nilai uang tahun depan, oleh karena itu untuk menghitung kebutuhan biaya pada masa depan harus dikalikan dengan nilai inflasi, berikut diperlihatkan rumus dan ilustrasi perhitungan biaya masa depan : F = P (1+r) n..(2.8) Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...21

19 Dimana: r n F P = Inflasi = Jumlah tahun dimasa depan ketika biaya akan terjadi = Biaya Masa Depan = Biaya Sekarang Gambar 2.6 ilustrasi biaya masa depan Sumber : Suherman, 2008 Gambar 2.6 diatas menjelaskan ilustrasi biaya yang harus dikeluarkan selama periode analisis, terdapat tanda panah pada tahun artinya biaya yang dikeluarkan pada tahun tersebut, seluruh biaya tersebut dikonversi ke tahun yang sama (tahun 2032) agar seluruh biaya pada periode analisis dapat dijumlahkan berdasarkan nilai ekonomi yang sama. 2.6 Net Present Value Net Present Value dikenal pula sebagai metoda Present Worth. Digunakan untuk menentukan apakah suatu strategi alternatif mempunyai manfaat dalam periode waktu analisis. Hasil NPV dari suatu strategi alternatif yang ekonomis adalah yang menghasilkan nilai NPV yang paling kecil. Metode perhitungan NPV yaitu mengkonversi biaya masa depan ke biaya sekarang dengan rumus : P = F NPV = F......(2.9)..(2.10) Dimana: r n F P = Inflasi = Jumlah tahun dimasa depan ketika biaya akan terjadi = Biaya Masa Depan = Biaya Sekarang Ridho Septian, Analisis Biaya Siklus...22

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Data Primer: -Foto Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol. Besarnya tarif tol tidak boleh melebihi 70 % nilai BKBOK yang merupakan selisih antara BOK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA II - 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tarif Tol Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol. Menurut UU No.38 2004 tentang Jalan, tarif tol dihitung berdasarkan kemampuan bayar

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Dalam PP No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, disebutkan definisi dari jalan tol

BAB II STUDI PUSTAKA. Dalam PP No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, disebutkan definisi dari jalan tol BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan umum Dalam PP No. 15 Tahun 2005 tentang jalan tol, disebutkan definisi dari jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan jalan dan sebagai jalan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERADAAN PARKIR DAN PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP BIAYA KEMACETAN DAN POLUSI UDARA DI JALAN KOLONEL SUGIONO MALANG

PENGARUH KEBERADAAN PARKIR DAN PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP BIAYA KEMACETAN DAN POLUSI UDARA DI JALAN KOLONEL SUGIONO MALANG PENGARUH KEBERADAAN PARKIR DAN PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP BIAYA KEMACETAN DAN POLUSI UDARA DI JALAN KOLONEL SUGIONO MALANG Anna Aga Pertiwi, Achmad Wicaksono, Mustika Anggraeni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI III - 1

BAB III METODELOGI III - 1 III - 1 BAB III METODELOGI Secara garis besar, langkah kerja dalam penyusunan Tugas Akhir ini meliputi: 1. Identifikasi masalah 2. Persiapan awal dan studi literatur 3. Pengumpulan dan pengolahan data

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN Oleh : CITTO PACAMA FAJRINIA 3109100071 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini. BAB II DASAR TEORI 2.1. Umum Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam konektifitas suatu daerah, sehingga kegiatan distribusi barang dan jasa dapat dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan disampaikan bagan alir dimana dalam bagan alir ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dan langkah-langkah apa saja yang

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klaten merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang mengalami perkembangan yang sangat pesat dari aspek ekonomi, pembangunan dan infrastruktur. Disamping itu kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Fungsi Jalan Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung TAUPIK HIDAYAT¹,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pendahuluan. Rumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Pengumpulan Data. Analisis Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Sesuai tujuan yang hendak dicapai, maka konsep rancangan penelitian secara skematis ditunjukkan Gambar 3.1 Studi Pendahuluan Studi Pustaka Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membangun jalan tol di Indonesia sepertinya merupakan investasi yang cukup menguntungkan. Tapi, anggapan ini belum tentu benar sebab resiko yang ada ternyata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah

BAB III METODE PENELITIAN. dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mencakup keseluruhan langkah pelaksanaan penelitian dari tahap awal sampai dengan tahap akhir. Pada bab ini akan dijelaskan langkah kerja

Lebih terperinci

RISKI RAMADHAN

RISKI RAMADHAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN RUAS JALAN DIATAS BOX CULVERT DI DAERAH BANYU URIP- BENOWODARI SEGI LALU LINTAS DAN EKONOMI JALAN RAYA RISKI RAMADHAN 3106.100.061 Latar Belakang Pembangunan ruas jalan didaerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar BAB III METODE PENELITIAN III. 1 Pendahuluan Dalam melakukan analisis dampak kemacetan lalu lintas terhadap kualitas udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar Balaraja

Lebih terperinci

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN Muslim Hamidi, Anak Agung Gde Kartika, ST,

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM. 1 ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.Noor ) Faisal 1) Purwanto, ST.,MT 2) Zonny Yulfadly, ST.,MT

Lebih terperinci

3.1. IDENTIFIKASI MASALAH

3.1. IDENTIFIKASI MASALAH BAB III METODOLOGI Secara garis besar, langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi : 3.1. IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah merupakan peninjauan pokok permasalahan untuk dijadikan dasar

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA Ujian Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA Oleh : BONUS PRASETYO 4105.100.058 Pembimbing : FIRMANTO HADI, S.T., M.Sc. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Jawa dan Sumatra merupakan

Lebih terperinci

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL 63 Bab V Analisa Data V.1. Pendahuluan Dengan melihat kepada data data yang didapatkan dari data sekunder dan primer baik dari PT. Jasa Marga maupun dari berbagai sumber dan data-data hasil olahan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Umum Pengumpulan data pada tesis ini diambil dari instansi terkait serta dari laporan-laporan terdahulu yang semuanya itu akan berhubungan serta menunjang pelaporan tesis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bila dibanding dengan sejumlah negara, Indonesia bisa dikatakan masih tertinggal dalam pembangunan jalan tol. Buktinya, selama 25 tahun, PT Bina Marga (BUMN yang bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Amalia F. Mawardi, Djoko Sulistiono, Widjonarko dan Ami Asparini Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG Fernanda Gilsa Rahmatunnisa 1, Mutia Ravana Sudarwati 1, Angga Marditama Sultan Sufanir

Lebih terperinci

Dewa Ketut Sudarsana 1, Nyoman Swastika 1. ABSTRAK

Dewa Ketut Sudarsana 1, Nyoman Swastika 1.   ABSTRAK KERUGIAN BIAA SOSIAL AKIBAT DAMPAK PELAKSANAAN PROEK PEMERLIHARAN JALAN (STUDI KASUS : PROEK PENINGKATAN JALAN ARTERI PROVINSI BALI TAHUN 2012) (256K) Dewa Ketut Sudarsana 1, Nyoman Swastika 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

Kata kunci : Jalan tol Gempol-Pasuruan, analisa kelayakan, Analisa ekonomi,analisa finansial

Kata kunci : Jalan tol Gempol-Pasuruan, analisa kelayakan, Analisa ekonomi,analisa finansial ANALSS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PASURUAN Citto Pacama Fajrinia, Hera Widiyastuti Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, nstitut Teknologi Sepuluh Nopember (TS) Jl. Arief

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN 2337-3539 (2301-9271 Printed) E-16 Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN - GEMPOL

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN - GEMPOL 1 STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL KRIAN - GEMPOL Wisnu Arif Hergayasa, Cahya Buana, ST., MT., Istiar, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENGHEMATAN BIAYA OPERASI KENDARAAN AKIBAT KONDISI PERMUKAAN JALAN

PENGHEMATAN BIAYA OPERASI KENDARAAN AKIBAT KONDISI PERMUKAAN JALAN PENGHEMATAN BIAYA OPERASI KENDARAAN AKIBAT KONDISI PERMUKAAN JALAN CESILLIA RIEN DAMAYANTI NRP : 0021071 Pembimbing : V. HARTANTO, Ir.,M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999) BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Jalan adalah merupakan prasarana yang digunakan untuk memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan hasil akhir yang dikehendaki adalah cepat, aman dan

Lebih terperinci

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota yang diabaikan bertambahnya kendaraan, terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan raya, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Bagan Alir Penelitian Pada penelitian ini komponen biaya yang dikaji difokuskan pada biaya tidak tetap (pemeliharaan jalan) yang didefinisikan bahwa penambahan pengguna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN JALAN ARTERI RAYA SIRING-PORONG. Oleh : Giscal Dwi Sagita

TUGAS AKHIR ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN JALAN ARTERI RAYA SIRING-PORONG. Oleh : Giscal Dwi Sagita TUGAS AKHIR ANALISA MANFAAT BIAYA PEMBANGUNAN JALAN ARTERI RAYA SIRING-PORONG Oleh : Giscal Dwi Sagita 3108.100.641 Dosen Pembimbing : I Putu Artama Wiguna, Ir.MT.PhD Christiono Utomo, ST.MT.PhD LATAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan suatu tahap awal yang cukup penting dari serangkaian kegiatan fisik, dimana hasil dari suatu studi kelayakan adalah rekomendasi mengenai

Lebih terperinci

Perhitungan biaya operasi kendaraan Bagian I : Biaya tidak tetap

Perhitungan biaya operasi kendaraan Bagian I : Biaya tidak tetap Perhitungan biaya operasi kendaraan Bagian I : Biaya tidak tetap 1 Ruang lingkup Pedoman ini merupakan panduan dalam melakukan perhitungan biaya operasi kendaraan (BOK) pada ruas jalan. Dalam Bagian I

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Edward K. Morlok, transportasi adalah memindahkan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Edward K. Morlok, transportasi adalah memindahkan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Kata transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, dimana trans adalah seberang atau sebelah lain dan portrare mengangkut atau membawa,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata,

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata, EVALUASI TINGKAT KERUSAKAN PERMUKAAN JALAN UNTUK MENENTUKAN JENIS PENANGANAN DENGAN SISTEM PENILAIAN MENURUT BINA MARGA (Studi Kasus Jalan Nasional Bireuen Bts. Kota Lhokseumawe, Kecamatan Krueng Geukueh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, teknologi yang berkembang pun semakin pesat. Salah satu teknologi tersebut adalah kendaraan roda

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS Program Studi MMTITS, Surabaya 3 Pebruari 2007 STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU LINTAS Hery Wiriantoro Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Tipikal Simpang APILL dan Sistem Pengaturan Berdasarkan Peraturan Kapasitas Jalan Indonesia tahun 2014, Persimpangan merupakan pertemuan dua atau lebih jalan yang sebidang. Pertemuan

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. KENDARAAN RENCANA Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi (termasuk radius putarnya) dipilih sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan raya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kendaraan Bermotor Roda Dua (Sepeda Motor) Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perlintasan Sebidang Jalan Tata Bumi Selatan ialah jalan kelas III, dengan fungsi jalan lokal sekunder yang menghubungkan antara kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I BIAYA OPERASI KENDARAAN

BAB I BIAYA OPERASI KENDARAAN BAB I BIAYA OPERASI KENDARAAN Kompetensi Umum : Mahasiswa mampu menjelaskan komponen biaya transportasi, analisis Multy Criteria Analysis (MCA), Analysis Hierarchy Process (AHP), melakukan kajian analisis

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Lingkar Barat Dalam Kota Surabaya

Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Lingkar Barat Dalam Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Lingkar Barat Dalam Kota Surabaya Muchammad Maulana Faridli, A.A. Gde Kartika, ST, MSc. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Infrastruktur Menurut Grigg, 19888 infrastruktur merupakan sistem fisik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Infrastruktur

Lebih terperinci

Gol I. Gol IIb. Gol I

Gol I. Gol IIb. Gol I 22 Tipe Kendaraan Toyota Avanza 1.3 G Manual Harga : Rp 154.350.000,- (www.toyota.com) Tipe Ban TURANZA HR ER-37 (185/55 R16): Rp 1.156.000,-/Buah (www.situsotomotif.com) Bahan Bakar Bensin : Rp 4.500,-/liter

Lebih terperinci

Bab V Analisa. V.1 Perhitungan Faktor ESAL per Kendaraan. Faktor ESAL pada Kondisi Beban Ijin

Bab V Analisa. V.1 Perhitungan Faktor ESAL per Kendaraan. Faktor ESAL pada Kondisi Beban Ijin Bab V Analisa Pendekatan beban kendaraan diasumsikan sebagai suatu bentuk yang paling adil dalam mengkompensasi biaya pemeliharaan jalan kepada pengguna jalan. Hal ini dilakukan karena kerusakan jalan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN TANJUNG ANOM DALEMAN KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

ANALISIS KINERJA JALAN TANJUNG ANOM DALEMAN KABUPATEN SUKOHARJO TESIS ANALISIS KINERJA JALAN TANJUNG ANOM DALEMAN KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembangunan Flyover Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan Ekonomi Jalan Raya

Studi Kelayakan Pembangunan Flyover Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan Ekonomi Jalan Raya E64 Studi Kelayakan Pembangunan Flyover Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan Ekonomi Jalan Raya Nanang Firmansyah dan Istiar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

2. Bagaimana kelayakan proyek tersebut bila dihitung dengan metode Benefit Cost Ratio? BAB I PENDAHULUAN

2. Bagaimana kelayakan proyek tersebut bila dihitung dengan metode Benefit Cost Ratio? BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan yang pesat di bidang transportasi merupakan tuntutan dari kebutuhan akan sarana dan prasana transportasi untuk mengangkut atau untuk memindahkan barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi yang

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur Oleh: Fitri Arini 3306 100 073 Latar Belakang Masalah Surabaya sebagai kota metropolitan, dagang dan jasa Perkembangan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Penentuan Kerusakan Jalan Ada beberapa metode yang digunakan dalam menentukan jenis dan tingkat kerusakan jalan salah satu adalah metode pavement condition index (PCI). Menurut

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. 3.1 Bagan Alir Program Kerja BAB III METODOLOGI Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja. Persiapan Penyusunan Program Kerja dan Metodologi Data Sekunder Pengumpulan Data Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sebagai salah satu prasarana perhubungan dalam kehidupan bangsa, kedudukan dan peranan jaringan jalan pada hakikatnya menyangkut hajat hidup orang banyak serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pasar mempunyai daya tarik yang besar bagi masyarakat, karena kebutuhan hidup sehari hari akan dipenuhi di sini. Begitu besar bangkitan yang sanggup ditimbulkannya sehingga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - RC

TUGAS AKHIR - RC TUGAS AKHIR RC09 1380 EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus : Jl. Yogyakarta Magelang Km 21

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan di sektor ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan

Lebih terperinci

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014) Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014) PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ANTARA BINA MARGA DAN AASHTO 93 (STUDI KASUS: JALAN LINGKAR UTARA PANYI NG KI RA N- B ARI BIS AJ AL E NGKA) Abdul Kholiq, S.T.,

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) Christian Yosua Palilingan J.A. Timboeleng, M. J. Paransa Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman dari pihak bank atau pihak lain, merupakan kekuatan dalam kompetisi

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman dari pihak bank atau pihak lain, merupakan kekuatan dalam kompetisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semua kegiatan bisnis akan dihadapkan dengan kemampuan finansial. Hal tersebut dikarenakan kemandirian finansial dalam aspek milik sendiri maupun pinjaman

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa serta pembahasan terhadap kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI K DALAM PENENTUAN VOLUME JAM PERENCANAAN DI KOTA BITUNG

ESTIMASI NILAI K DALAM PENENTUAN VOLUME JAM PERENCANAAN DI KOTA BITUNG ESTIMASI NILAI K DALAM PENENTUAN VOLUME JAM PERENCANAAN DI KOTA BITUNG Theo Kurniawan Sendow Abstrak Dalam perencanaan Geometrik Jalan dikenal itilah nilai k. Adapun estimasi nilai k dalam menentukan volume

Lebih terperinci

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma 3306 100 097 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Umum Untuk menganalisa lalu lintas pada ruas jalan Ir. H. Djuanda (Dago) diperlukan data lalu lintas pada lajur jalan tersebut. Dalam bab ini akan dibahas hasil

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN

PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN PENGARUH JUMLAH LALU LINTAS TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI JALAN ASPAL KELAS III A DI KABUPATEN LAMONGAN Rio Rahma Dhana¹, Zulkifli Lubis² ¹Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

Prakata. Pd T B

Prakata. Pd T B Prakata Pedoman perhitungan biaya operasi kendaraan, ini disusun oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus Kerja Ekonomi Transportasi pada Sub Panitia Teknik Bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kondisi lalu lintas Kota Medan yang kian hari kian semrawut termasuk kemacatan lalu lintas perlu dicarikan solusi yang tepat. Pemerintah kota Medan telah berusaha mengurai kemacatan

Lebih terperinci

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda Jurnal Rekayasa Hijau No.1 Vol. I ISSN 2550-1070 Maret 2017 Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda Rahmi Zurni, Welly Pradipta,

Lebih terperinci

Fitria Yuliati

Fitria Yuliati EVALUASI PARAMETER KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN (C) UNTUK JALAN TIPE 4/2UD UNTUK PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR CARA BINA MARGA (Studi Kasus: Jl. Yogyakarta Magelang Km 21 22 dan JL. Ahmad Yani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada awal bulan Mei 2008 hingga bulan Nopember 2008. Lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan Undang-undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR TIMUR MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR TIMUR MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO MAKALAH STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR TIMUR MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO ARIEF ISTIYAWAN NRP 3106 100 528 Dosen Pembimbing ANAK AGUNG Gde KARTIKA, ST, MSc ISTIAR, MT JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Metodologi yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh kesimpulan yang ingin dicapai dalam penelitian. Metodologi yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dan selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan di suatu negara sangat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan di suatu negara sangat BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan di suatu negara sangat dibutuhkan alat penunjang transportasi sebagai sarana dan prasarana yang dapat membantu mempercepat dan melancarkan

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TARIF TOL RENCANA RUAS JALAN MANADO-BITUNG

STUDI PENENTUAN TARIF TOL RENCANA RUAS JALAN MANADO-BITUNG STUDI PENENTUAN TARIF TOL RENCANA RUAS JALAN MANADO-BITUNG Pingkan Petracia, F. Jansen, E. Lintong, A.L.E. Rumajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: sky_qrey_5@yahoo.com

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNGAN FLYOVER MELINTANG REL KERETA API

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNGAN FLYOVER MELINTANG REL KERETA API Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNGAN FLYOVER MELINTANG REL KERETA API Risdiyanto Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Motto dan Persembahan iv ABSTRAK v ABSTRACT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi DAFTAR NOTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan terbentuk atas beberapa lapisan perkerasan yang akan mengalami penurunan kondisi selama masa layannya. Menurunnya tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Bersamaan dengan berlangsungnya periode pertumbuhan dan perkembangan Indonesia pada berbagai bidang, transportasi menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. BAB IV DESKRIPSI DATA 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. Gatot Subroto Timur melewati ruas-ruas jalan dengan volume

Lebih terperinci

PEMILIHAN RUTE PADA KORIDOR BANDUNG-BOGOR MENGGUNAKAN MODEL ALL-OR-NOTHING

PEMILIHAN RUTE PADA KORIDOR BANDUNG-BOGOR MENGGUNAKAN MODEL ALL-OR-NOTHING PEMILIHAN RUTE PADA KORIDOR BANDUNG-BOGOR MENGGUNAKAN MODEL ALL-OR-NOTHING Angga Nugraha Fatharany NRP : 0421059 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK

OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK OPTIMALISASI UMUR GUNA KENDARAAN ANGKUTAN UMUM ABSTRAK Pengoperasian angkutan umum di kotamadya Banjarmasin ke kota kota lain dipusatkan pada Terminal Induk km. 6 Banjarmasin, dimana terlihat secara visual

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER PASAR KEMBANG DARI SEGI EKONOMI. Disusun oleh: Wahyu Kartika Sari ( )

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER PASAR KEMBANG DARI SEGI EKONOMI. Disusun oleh: Wahyu Kartika Sari ( ) ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER PASAR KEMBANG DARI SEGI EKONOMI Disusun oleh: Wahyu Kartika Sari (3103 100 006) Latar Belakang Kota Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan

Lebih terperinci