PERSEPSI PERSONIL POLRI MENGENAI POLISI SUKSES BERDASARKAN KELOMPOK KEPANGKATAN BINTARA
|
|
- Herman Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERSEPSI PERSONIL POLRI MENGENAI POLISI SUKSES BERDASARKAN KELOMPOK KEPANGKATAN BINTARA Riana K. Wardani and Reza I. Amriel Departemen Psikologi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia, ABSTRAK Personil anggota Polri merupakan figur yang menjadi pelindung dan pengayom masyarakat. Sering kali kita sebagai masyarakat atau publik beranggapan bahwa kesuksesan seorang anggota kepolisian dinilai berdasarkan lima aspek kesuksesan, yaitu keluarga, profesionalitas kerja, nilai religiusitas, responsibilitas kerja, serta aspek finansial. Tanpa buktibukti empiris, bukanlah tidak mungkin kelima unsur kesuksesan tersebut dijadikan alasan untuk menilai kinerja anggota kepolisian. Penelitian ini merupakan respon terhadap kian maraknya tuntutan masyarakat terhadap kerja profesional personil Polri. Berbeda dengan sekian banyaknya riset-riset yang menemukan adanya unsur-unsur dominan penentu kesuksesan pekerja pelayanan publik yang profesional, penelitian ini yang melibatkan 60 responden di lingkungan Polda Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya). Dan mengaplikasikan penghitungan berupa pearson product moment sebagai metode statistiknya, justru menemukan bahwa tidak ada hubungan atau tidak ada korelasional antara unsur kesuksesan dengan jenjang kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai korelasional sebesar 0,103 dengan nilai signifikan 0,435 > 0,05. Dengan demikian, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, yang artinya adalah tidak ada hubungan secara signifikan antara unsur kesuksesan dengan jenjang kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara. Namun jika diurutkan berdasarkan nilai rata-rata (mean) persepsi sukses personil Polri berpangkat Bintara, nilai tertinggi adalah kepangkatan Aiptu, Bripka, Briptu, Brigadir, dan nilai terendah pada kepangkatan Aipda. Kata Kunci : Persepsi; Sukses; Polisi PENDAHULUAN Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Manusia memiliki persepsi akan kesuksesan dalam diri masing-masing, sukses yang digambarkan dalam pekerjaan, sukses dalam kehidupan, sukses dalam karir, dan lain sebagainya. Melibatkan proses kognitif yang kompleks, persepsi merupakan sensasi dalam mengirimkan makna pesan ke dalam otak yang tersusun berdasarkan struktur saraf yang kompleks untuk selanjutnya diinterpretasikan atau diorganisasikan pada suatu objek (Lahey, 2007). Persepsi sukses bukan hanya dalam kehidupan pribadi, tetapi juga persepsi sukses pada pekerjaan atau perkembangan karir seseorang.
2 Dalam perkembangan karir seseorang, sukses dapat digambarkan sebagai proses psikologis yang terkait dengan kinerja positif atau prestasi yang telah terakumulasi sebagai hasil dari pengalaman kerja (Hakim & Bretz dalam Hannequin, 2007). Menurut Parker dan Chusmir (dalam Dyke & Murphy, 2006) lima dimensi keberhasilan atau sukses berdasarkan domain kehidupan adalah status finansial, tanggungjawab atau kontribusi terhadap masyarakat, hubungan keluarga, pemenuhan profesional atau karir yang progresif, serta pemenuhan pribadi. Munadi, (2007) memaparkan bahwa kesuksesan yang hakiki tidak terlepas dari nilai religius atau keimanan seseorang. Dengan demikian, peneliti mengacu pada dimensi keberhasilan atau sukses subjektif dalam kehidupan yang didasarkan pada hubungan keluarga, profesionalitas kerja untuk mencapai karir yang progresif, aspek religiusitas, responsibilitas atau tanggung jawab kerja terhadap masyarakat, serta aspek finansial. McClelland dalam Simamora (2008), memaparkan kombinasi keberhasilan dari n-ach atau motivasi keberhasilan berdasarkan tiga faktor, yaitu keberhasilan pendidikan, keberhasilan dalam melaksanakan tugas, dan pengalaman sukses atau gagal dalam pelaksanaan tugas. Keberhasilan atau sukses dalam suatu pekerjaan dibangun berdasarkan kepentingan individu. Menurut Deutschendorf dan Tolson (dalam Dyke & Murphy, 2006) sukses di dalam suatu pekerjaan menjadi mekanisme utama untuk memenuhi peran lainnya. Pekerja pelayanan publik memiliki tanggungjawab kerja bukan hanya untuk kemajuan organisasi melainkan juga tanggungjawab terhadap kepentingan publik (Anderson dalam Howitt, 2012). Menurut Howitt (2012), polisi merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan publik. Oleh sebab itu, penilaian kinerja polisi yang sukses secara objektif dilakukan oleh publik. Sebagai petugas penegakan hukum, polisi diberi pelatihan agar selalu dapat mengendalikan situasi dan dapat mengendalikan emosi ketika berhadapan dengan publik (Corey dalam Howitt, 2012). Berdasarkan survei yang dilakukan di Inggris pada tahun , mayoritas masyarakat Inggris sebanyak 56% responden meyakini bahwa polisi di negara mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan sangat baik dan sangat memuaskan (British Crime Survey dalam Howitt, 2012). Lebih jauh, survei yang sama menunjukkan 50% responden setuju bahwa kinerja polisi lokal (di negara bagian) dapat diandalkan dan 84% responden mengaku mendapat pelayanan dengan sangat baik dan adil. Pada tahun 2011 menurut survei Mirrless-Black tentang kejahatan di Inggris, jika dibandingkan dengan organisasi sistem peradilan lainnya, kinerja polisi di Inggris dapat bekerja dengan sangat baik dan memuaskan (dalam Howitt, 2012). Penelitian yang sama di Amerika oleh Graber pada tahun 1980 dan Skogan pada tahun 1996, memperlihatkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja polisi, organisasi kepolisian di Amerika mendapat apresiasi atau penghormatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan organisasi peradilan lainnya. Selye dkk. (dalam Myendeki, 2008) menjelaskan bahwa bekerja sebagai anggota kepolisian dipandang memiliki tekanan kerja yang tinggi dan memiliki tingkat resiko kerja yang tinggi. Keterbukaan terhadap opini publik mengenai kualitas kinerja polisi menciptakan tekanan tambahan. Menurut Cherniss (dalam Moore & Braga 2003), hal tersebut dikarenakan para personil polisi memiliki keterlibatan langsung dengan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat menilai bahwa personil polisi memiliki tanggungjawab kerja terhadap kepentingan publik. Di Indonesia, polisi memegang peran sentral dalam masyarakat. Sebagaimana Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 dalam BAB II Pasal 6 Ayat (1), Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Kendati Polri memiliki slogan yang berbunyi
3 Melindungi dan Mengayomi Masyarakat, namun berdasarkan Global Corruption Barometer (GBC) 2007, citra organisasi ini dipersepsikan kian luntur di mata publik. Statistik kasus kejahatan wilayah hukum Polda Metro Jaya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Peningkatan kejahatan terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar dari kasus pada tahun Pada tahun 2008, kasus kejahatan turun menjadi kasus, dan tahun 2009 kasus kejahatan kembali mengalami penurunan menjadi 687 kasus. Menurut Amriel (2012), menurunnya data statistik kejahatan dapat disebabkan keengganan masyarakat untuk melaporkan kasus yang dihadapi kepada pihak kepolisian. Hal tersebut mengindikasikan pudarnya kepercayaan publik terhadap kinerja anggota Polri. Jadi, alih-alih menunjukkan penurunan kasus kejahatan secara faktual, statistik seperti di atas justru lebih memaparkan menurunnya kepercayaan publik terhadap polisi. Pada tahun 2006, Lynch dan Addington dalam statistik kinerja aparat kepolisian Inggris yang menjelaskan tingkat kejahatan di Inggris cenderung mengalami penurunan yang disebabkan keengganan publik untuk melaporkan kejahatan yang dialaminya kepada pihak kepolisian. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya kepercayaan publik terhadap kinerja aparat kepolisian dan kekhawatiran akan banyaknya jatuh korban pada kasus-kasus berikutnya (dalam Barton, 2011). Laporan mengenai penurunan tingkat kejahatan merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan publik terhadap kinerja aparat kepolisian (Decker dalam Brown, 2002). Ketidakpercayaan publik terhadap kinerja aparat kepolisian akan berdampak pada kemampuan aparat kepolisian dalam menangani kasus kejahatan. Keengganan publik untuk melaporkan kejahatan dapat berdampak pada menurunnya evaluasi kinerja aparat kepolisian (Percy, Reisig, & Giacomazzi dalam Brown, 2002). Dengan demikian, persepsi negatif publik terhadap kinerja polisi dapat berkontribusi pada menurunnya efektifitas peran aparat kepolisian, meningkatnya tindak kejahatan yang terjadi di masyarakat, serta menurunnya kepercayaan publik terhadap kinerja polisi. Temuan lain yang menunjukkan kesan lunturnya citra organisasi Polri berdasarkan survey Global Corruption Barometer (2007), survei tersebut menunjukkan pada tahun 2005 indeks korupsi Polri mencapai angka 4,0; tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 4,2; tahun 2007 indeks korupsi Polri masih menetap diangka 4,2; dari skala penilaian tertinggi 5,0. Semakin tinggi indeks, semakin organisasi tersebut dipersepsikan koruptif. Tingginya indeks kepolisian di Indonesia dalam Global Corruption Barometer (GBC) 2007 menunjukkan buruknya citra institusi ini di mata publik. Selanjutnya, korupsi yang terjadi di manajemen personalia Polri, saat berlangsung perekrutan, mulai dari promosi, mutasi bahkan diklat untuk jabatan yang strategis (Sinaga dalam Tranparency Internasional Indonesia, 2007). Penyimpangan yang dilakukan oleh oknum polisi yang tidak bertanggungjawab tersebut membekas di hati masyarakat. Sehingga menimbulkan sikap negatif masyarakat terhadap institusi Polri. Menurut Ketua Dewan Pengurus Transparency International Indonesia (TII) Todung Mulya Lubis dalam Media Indonesia (2012), buruknya persepsi publik bukan hanya diakibatkan lambannya penanganan kasus-kasus besar oleh penegak hukum, tetapi juga disebabkan munculnya kasus-kasus yang menyakiti rasa keadilan masyarakat. Maraknya penyalahgunaan kekuasaan termasuk yang ditujukan untuk memperkaya diri sendiri tidak terbantahkan merupakan bukti adanya target-target menyimpang yang ingin dicapai oleh masing-masing oknum Polri. Target-target tersebut bukan merupakan sasaran kerja formal apalagi indikator kinerja kunci yang harus dicapai oleh para personil Polri. Atas dasar itu, kendati seluruh Polri sudah bersumpah dan berjanji menjadi anggota Polri dengan kewajiban mencapai kesuksesan yang sesuai dengan pranata organisasi Polri, namun pada kenyataannya
4 masih saja terdapat indikator-indikator keberhasilan yang walaupun tidak resmi, namun justru menjadi sasaran utama sebagian personil Polri untuk memperkaya diri sendiri. Bertitik tolak dari kesenjangan antara sasaran-sasaran pencapaian formal Polri dengan sasaran subjektif sebagaimana maraknya penyalahgunaan kekuasaan personil Polri, penelitian ini mengangkat topik mengenai persepsi personil Polri mengenai keberhasilan mereka sebagai pekerja profesional. Penelitian ini juga memetakan persepsi keberhasilan mereka sebagai pekerja profesional berdasarkan jenjang kepangkatan Polri khususnya personil Polri yang menjalankan tugas di Polda Metro Jaya. Jenjang kepangkatan Polri yang digolongkan berdasarkan kepangkatan bertaraf Bintara dan Bintara Tinggi. Dengan demikian, simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memaparkan ada tidaknya hubungan atau korelasi antara jenjang kepangkatan personil Polri dengan persepsi mereka mengenai indikator polisi sukses. Identifikasi Masalah Apakah ada korelasi antara kelompok kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara dengan indikator polisi sukses pada khususnya polisi yang bertugas dalam wilayah hukum Polda Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya)? Jawaban atas pertanyaan ini menghasilkan korelasi antara kepangkatan Bintara dengan indikator keberhasilan atau kesuksesan para responden sebagai personil polisi. Tujuan Penelitian Sebagai penelitian dalam ranah psikologi sosial, tujuan diadakannya penelitian ini adalah 1. Menyajikan gambaran penilaian anggota Polri sebagai polisi sukses yang dikelompokkan berdasarkan kelompok kepangkatan bertaraf Bintara. 2. Mengkorelasikan kelompok kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara dengan kriteria indikator polisi sukses. TINJAUAN PUSTAKA Keberhasilan atau sukses dalam suatu pekerjaan dibangun berdasarkan kepentingan individu. Sukses di dalam suatu pekerjaan menjadi mekanisme utama untuk memenuhi peran lainnya (Deutschendorf & Tolson dalam Dyke & Murphy, 2006). Sukses didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam mencapai target yang telah ditentukan (Khera dalam Munadi, 2007). Persepsi mengenai keberhasilan karir atau sukses dalam karir mengacu pada tujuan pribadi dan bersifat subjektif. Menurut Gattiker, Larwood, dan Peluchette (dalam Dyke & Murphy, 2006) konsep keberhasilan subjektif mengacu pada prestasi individu sehingga sukses ditentukan berdasarkan kriteria pribadi. Dalam penelitiannya Gattiker dan Larwood (dalam Dyke & Murphy, 2006) mengukur lima aspek keberhasilan karir secara subjektif yaitu, tanggungjawab kerja, hubungan interpersonal, aspek finansial, karir yang progresif dan pemenuhan pribadi. Dalam perkembangan karir seseorang, sukses dapat digambarkan sebagai proses psikologis yang terkait dengan kinerja positif atau prestasi yang telah terakumulasi sebagai hasil dari pengalaman kerja (Hakim & Bretz dalam Hannequin, 2007).
5 Indikator Kinerja Kunci Menurut Parker dan Chusmir (dalam Dyke & Murphy, 2006) lima dimensi keberhasilan atau sukses berdasarkan domain kehidupan adalah status finansial, tanggungjawab atau kontribusi terhadap masyarakat, hubungan keluarga, pemenuhan profesional atau karir yang progresif, serta pemenuhan pribadi. Munadi, (2007) memaparkan bahwa kesuksesan yang hakiki tidak terlepas dari nilai religius atau keimanan seseorang. Dengan demikian, peneliti mengacu pada dimensi keberhasilan atau sukses subjektif dalam kehidupan yang didasarkan pada hubungan keluarga, profesionalitas kerja untuk mencapai karir yang progresif, aspek religiusitas, responsibilitas atau tanggung jawab kerja terhadap masyarakat, serta aspek finansial. Definisi Keluarga Keluarga merupakan rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan (Hill dalam Lestari, 2008). Definisi Profesionalitas Profesionalitas adalah kemampuan untuk merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan fungsi tugasnya secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja yang tinggi (Tjokrowinoto dalam Nogi, 2005). Definisi Religiusitas Menurut Ancok dan Suroso (dalam Octaviani, Rustam, & Rohmatun, 2011) religiusitas merupakan perilaku terhadap agama berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah, adanya keyakinan, pengamalan, dan pengetahuan mengenai agama yang dianutnya. Definisi Responsibilitas Responsibilitas adalah kemampuan dalam melaksanakan atau memenuhi tanggung jawab atas suatu pekerjaan yang dipercayakan (Atosokhi & Panca, 2005). Definisi Finansial Menurut Effendi (2002), kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai imbalan dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang, gaji, bonus, insentif, dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan, dan lain-lain. METODE PENELITIAN Hipotesis Penelitian Ho : Tidak adanya korelasi atau hubungan indikator polisi sukses dengan kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara. Ha : Ada hubungan atau korelasional antara indikator polisi sukses dengan kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara.
6 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel merupakan usaha penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan sampel yang mewakili atau menggambarkan populasinya (Nasution, 2003). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling sebab tidak semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel dalam penelitian (Mustafa, 2000). Menurut Connaway dan Powell (2010), non probability sampling dibagi menjadi empat jenis yaitu accidental sampling, quota sampling, snowball sampling, dan purpossive sampling. Dalam penelitian ini penulis menggunakan purpossive sampling sebab hanya anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia khususnya Polri yang menjalankan tugas di wilayah hukum Polda Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) sebagai sampel dalam penelitian ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitian. Menurut Guilford (dalam Indria dan Nindyati, 2007) kriteria penentuan jumlah sampel dalam populasi yang besar, yaitu dengan jumlah yang tidak kurang dari tiga puluh sampel dari jumlah populasi. Berdasarkan teori Abrami, Cholmsky, dan Gordon (dalam Indria dan Nindyati, 2007), sampel penelitian sebesar tiga puluh responden dianggap mendekati ditribusi normal. Hal ini berarti, semakin besar jumlah sampel akan semakin menyerupai distribusi normal. Jumlah responden pada penelitian ini, didasarkan pada teori Guilford (dalam Indria dan Nindyati, 2007), yaitu dengan jumlah responden sebanyak enam puluh responden. Dengan uji coba penelitian yang dilakukan kepada tiga puluh personil polisi yang menjalankan tugas di wilayah hukum Polda Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya). Desain Penelitian Menurut Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2009), jenis penelitian dikelompokkan menjadi tiga perspektif, yaitu perspektif berdasarkan aplikasi, tujuan dan tipe informasi. Perspektif Aplikasi Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan atau korelasi persepsi personil Polri mengenai indikator polisi sukses dengan kelompok kepangkatan Polri bertaraf Bintara. Dalam penyusunan penelitian, peneliti menggunakan perspektif aplikasi berupa basic research yaitu, penelitian yang dilakukan untuk memahami perilaku dan proses mental (Shaughnessy, Zechmeister, & Zechmeister, 2009). Dalam hal ini, proses persepsi mempengaruhi indikator penentu polisi sukses dan kesesuaian perilaku personil Polri dalam mengindikasikan polisi sukses. Perspektif Tujuan Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, yaitu melihat kekuatan dan arah hubungan antar dua variabel berdasarkan data yang ada (Kaplan & Saccuzzo, 2005). Guna merealisasikan tujuan penelitian, peneliti menggunakan statistik inferensial yaitu pearson product-moment correlation. Menurut Santoso, (2009) pearson product moment correlation merupakan koefisien korelasi yang mengukur keeratan hubungan berdasarkan hasil pengamatan dari populasi yang memiliki dua varian (bivariate) dan berdistribusi normal. Guilford dan Fruchter (dalam Indria dan Nindyati, 2007) memaparkan teknik statistik pearson product moment correlation dapat digunakan apabila penelitian terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat serta memiliki skala interval.
7 Korelasi data yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi data ordinal, variabel yang pertama dalam penelitian ini adalah jenjang kepangkatan personil Polri, yaitu kelompok kepangkatan bertaraf Bintara. Selanjutnya, variabel kedua yang merupakan data nominal menggambarkan indikator polisi sukses. Dengan demikian, hasil yang didapat dari penelitian ini adalah melihat hubungan atau korelasional jenjang kepangkatan Polri bertaraf Bintara dengan indikator polisi sukses. Perspektif Informasi Dalam pengumpulan data berdasarkan perspektif tipe informasi, penelitian ini merupakan kuantitatif non-ekperimental. Kuantitatif non-eksperimental, dalam pengumpulan data penelitian tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakukan terhadap variabel-variabel panel itu sendiri (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2009). Metode pengumpulan data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner mengenai persepsi polisi sukses bertujuan untuk mengkorelasikan persepsi sukses para personil Polri dengan jenjang kepangkatan. Alat Ukur Penelitian Metode Kuesioner Metode pengumpulan data kuantitatif desain survei melalui kuesioner. Kuesioner bertujuan untuk menggambarkan indikator polisi sukses berdasarkan kelompok kepangkatan personil Polri bertaraf Bintara. Dalam pengumpulan data kuantitatif, indikator item kuesioner disusun berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa personil Polri. Pedoman wawancara lihat lampiran 5. Selain itu, indikator item kuesioner juga disusun berdasarkan hasil studi kepustakaan mengenai kinerja kunci keberhasilan personil polisi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data multiple response dikotomi, yaitu multiple respon yang hanya memuat dua jawaban saja setuju atau tidak setuju (Santoso, 2009). Menurut Carey dan Warner (2005), central tendency effect merupakan kecenderungan responden untuk memilih jawaban tengah atau jawaban aman. Kesalahan dari central tendency effect berasal dari kecenderungan responden untuk memilih jawaban aman. Multiple response dikotomi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menghindari kecenderungan responden dalam memilih jawaban aman, atau jawaban tengah. Dengan demikian, responden dipaksa memilih dua jawaban setuju atau tidak setuju untuk mendapatkan informasi penting. Dalam pengambilan data, peneliti menggunakan perhitungan uji reliabilitas dan uji validitas. Uji Reliabilitas Penelitian Tipe pengukuran reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah internal consistency reliability dengan metode Kuder-Richardson menggunakan Formula-20 (KR-20) atau Formula- 21 (KR-21). Metode Kuder Richardson (KR-20) digunakan dalam penelitian ini sebab item-item pada penelitian ini berbentuk dikotomi yaitu dengan hanya memiliki dua kemungkinan jawaban (Gravetter & Forzano, 2012). Uji coba alat ukur yang dilakukan kepada 30 personil polisi yang bertugas di wilayah hukum Polda Metro Jaya didapatkan nilai reliabilitas alat ukur persepsi sukses personil polisi sebagai berikut Tabel 3.2 Uji Reliabilitas 55 Item Cronbach's Alpha N of Items
8 Sumber: Hasil SPSS 20 Tabel 3.3 Uji Reliabilitas 15 Item Cronbach's Alpha N of Items Sumber: Hasil SPSS 20 Berdasarkan Tabel 3.1 Hasil uji reliabilitas kuesioner persepsi sukses memiliki nilai reliabilitas 0,776 yang diinterpretasikan bahwa nilai reliabilitas tinggi. Nilai reliabilitas tinggi menandakan adanya konsistensi skor individu apabila item kuesioner persepsi sukses digunakan pada masa yang akan datang. Uji Validitas Penelitian a. Validitas Isi (Content Validity) Validitas isi bertujuan untuk melihat item-item dalam tes sudah merepresentasikan domain konseptual dari tes atau kualitas yang ingin diukur. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan expert judgement, untuk merepresentasikan domain konseptual dari tes yang sudah di desain. Expert Judgment dilakukan oleh seorang pakar psikologi forensik yaitu Reza Indragiri Amriel, M.Crim (ForPsych) dan seorang personil polisi bagian psikologi Polda Metro Jaya dengan latar belakang pendidikan psikologi yaitu Komisaris Polisi Ida Bagus Gede Adi Putra Yadnya M.Psi, Psikolog. b. Validitas Konstruk Validitas konstruk bertujuan untuk melihat sejauh mana sebuah tes tepat mengukur konstruk pada kesusaian item penelitian (Anastasi & Urbina, 2007). Koefisien validitas konstruk yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pengukuran korelasi pearson product moment. Menurut Guilford dan Fruchter (dalam Indria dan Nindyati, 2007) memaparkan teknik statistik pearson product moment correlation dapat digunakan apabila penelitian terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat serta memiliki skala interval. Uji coba alat ukur penelitian atau pilot study diberikan kepada 30 partisipan dengan karakteristik personil polisi yang bertugas di wilayah hukum Polda Metropolitan Jakarta Raya. Hasil uji validitas kuesioner persepsi polisi dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan SPSS 20, terdapat tiga puluh delapan item yang tidak signifikan dengan nilai total correlation dibawah 0,25. Menurut Kaplan (2005), standar validitas item alat ukur yaitu dengan skor minimal 0,25. Item yang valid pada kuesioner persepsi polisi sukses adalah item 11,26,46 (domain keluarga), item 27,47,51 (domain profesionalitas), item 3,8,23 (domain religiusitas), item 24,55 (domain responsibilitas), item 5,20,25,30,35,45 (domain finansial). Item-item yang tidak valid mengindikasikan bahwa item tersebut tidak mampu mengukur variabel yang ingin peneliti ukur. Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan penelitian melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Membangun instrumen wawancara untuk menggali informasi yang dibutuhkan. 2. Melakukan teknik wawancara kepada beberapa orang personil Polri untuk menentukan indikator polisi sukses.
9 3. Menyusun item kuesioner berdasarkan studi kepustakaan yang didasarkan pada indikator polisi sukses dari hasil wawancara. 4. Melakukan pendekatan dan mengurus perizinan penelitian di Polda Metro Jaya 5. Melakukan uji coba alat ukur penelitian kepada beberapa partisipan. Pelaksanaan Penelitian Untuk menggali informasi yang di butuhkan dalam penelitian, peneliti melakukan sebar kuesioner kepada partisipan. Masing-masing partisipan mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengisi instrumen kuesioner yang sudah peneliti rancang sesuai dengan hasil studi kepustakaan. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Statistical Program fro Social Science versi 20.0 (SPSS 20). Selanjutnya, hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS diinterpretasikan untuk dikemas menjadi penyajian hasil penelitian. Hasil dan Pembahasan Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, BAB I Ketentuan Umum Pasal 5, Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Sesuai dengan fungsi dan tugas pokok Polri membangun kedekatan dan memelihara keamanan dalam negeri, mengharuskan para personil Polri untuk menjalin keterlibatan langsung dengan publik atau masyarakat. Guna mengkaji wewenang serta tanggungjawab dalam pelaksanaan setiap tugas, anggota Polri disusun berdasarkan kepangkatan. Merujuk pada Surat Keputusan Kapolri (2005), kepangkatan di lingkungan Polri disusun berdasarkan ketentuan yang berlaku dan secara garis besar terbagi menjadi lima golongan, yaitu golongan Perwira Tinggi, golongan Perwira Mengah, golongan Perwira Pertama, Bintara, dan Tamtama. Dengan dilengkapi bukti empiris, peneliti melakukan pengkajian mengenai persepsi sukses personil polri dari sudut pandang psikologi. Peneliti menganalisis berdasarkan kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara dan Bintara Tinggi, yaitu Brigadir Polisi Satu, Brigadir Polisi, Brigadir Polisi Kepala, Ajun Inspektur Polisi Dua, Ajun Inspektur Polisi Satu. Analisis Hasil Pada sub bab ini memuat hasil penelitian mengenai deskriptif statistik penelitian, perbandingan nilai rata-rata (mean) antar kelompok kepangkatan Bintara, serta hasil uji korelasi dengan menggunakan pearson product moment. Analisis Deskriptif Statistik
10 Analisis deskriptif statistik adalah analisis yang digunakan untuk menggambarkan mengenai ringkasan data-data penelitian (Priyatno, 2011). Analisis deskriptif dalam penelitian ini dengan memberikan gambaran mengenai jumlah data, nilai maksimum, minimum, mean atau nilai tengah dan standar deviasi. Berikut tabel analisis deskriptif statistik: Tabel 4.6 Deskriptif Statistik N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kepangkatan Bintara Persepsi sukses Valid N (listwise) 60 Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel deskriptif statistik tersebut dapat dilihat bahwa variabel kepangkatan Bintara dengan jumlah (N) sebanyak 60 responden mempunyai nilai rata-rata 2,20; dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 5. Sedangkan standar deviasi sebesar 1,162. Dan variabel persepsi sukses dengan jumlah data sebanyak (N) 60 responden mempunyai nilai rata-rata sebesar 12,03; dengan nilai minimum 7 dan nilai maksimum 16. Sedangkan standar deviasi untuk unsur sukses sebesar 1,931. Hasil Uji Korelasi Hasil pengukuran uji korelasi unsur kesuksesan dengan kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara melalui perhitungan SPSS 20.0 dengan metode pearson product moment correlation sebagai berikut Tabel 4.7 Korelasi Persepsi Sukses dengan Kepangkatan Bintara Unsur Kesuksesan Kepangkatan Polri Pearson Correlation Persepsi Sukses Sig. (2-tailed).435 N Pearson Kepangkatan Correlation Polri Sig. (2-tailed).435 N Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.7, responden yang terlibat dalam penelitian sebanyak 60 personil polisi bertaraf Bintara. Uji korelasi antara unsur kesuksesan dengan kepangkatan anggota Polri adalah 0,103 dengan nilai signifikan 0,435 > 0,05. Nilai signifikansi 0,435 lebih besar dari 0,05 menginterpretasikan bahwa Ho diterima, yang artinya bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara persepsi sukses dengan jenjang kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara. Parker dan Chusmir (dalam Dyke & Murphy, 2006) memaparkan lima dimensi keberhasilan berdasarkan kehidupan pribadi yaitu, status finansial, tanggungjawab atau kontribusi terhadap masyarakat, hubungan keluarga, pemenuhan profesional atau karir yang progresif, serta pemenuhan pribadi. Selain itu, menurut Munadi (2007), kesuksesan yang hakiki tidak terlepas dari nilai religius atau keimanan seseorang. Berdasarkan teori tersebut, peneliti berasumsi bahwa polisi memiliki gambaran diri atau persepsi pribadi yang sukses berdasarkan lima persepsi sukses, yaitu keluarga, profesionalitas kerja, religiusitas, responsibilitas, serta
11 aspek finansial. Namun pada nyatanya, teori mengenai keberhasilan kehidupan pribadi tersebut jika diterapkan atau dilakukan penelitian pada kelompok anggota Polri berpangkat Bintara tidak memiliki korelasi yang signifikan. Dengan demikian, teori tersebut belum dapat menggambarkan keberhasilan atau tidak terbukti jika diterapkan dalam sampel kelompok kepangkatan Polri bertaraf Bintara. Analisis Tambahan Pada sub bab analisis tambahan ini memuat hasil penelitian mengenai perbandingan nilai rata-rata (mean) persepsi sukses dengan kelompok usia responden, kelompok pendidikan terakhir responden, status pernikahan responden, serta satuan kerja responden. Perbandingan Nilai Rata-Rata Persepsi Sukses dengan Kepangkatan Bintara Perbandingan korelasi kelompok kepangkatan Bintara ini bertujuan untuk melihat nilai rata-rata (mean) pada kelompok kepolisian Bintara. Berikut tabel nilai rata-rata kelompok kepangkatan Bintara. Tabel 4.8 Deskriptif Kelompok Kepangkatan Bintara Persepsi Sukses N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max Deviation Error Mean Lower Bound Upper Bound Briptu Brigadir Bripka Aipda Aiptu Total Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.8, rata-rata atau (mean) untuk kelompok kepangkatan Briptu adalah 12,28; Brigadir sebesar 11,50; Bripka sebesar 12,45; Aipda sebesar 11,00; dan Aiptu sebesar 13,20. Nilai rata-rata atau (mean) tersebut dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata nilai persepsi sukses untuk personil polisi berpangkat Aiptu merupakan yang paling tinggi, selanjutnya polisi berpangkat Bripka, Briptu, Brigadir, dan anggota polisi berpangkat Aipda memiliki nilai persepsi sukses yang paling rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata (mean) persepsi sukses tertinggi sebesar 13,20 pada kelompok personil polisi berpangkat Aiptu. Dan nilai rata-rata (mean) persepsi sukses terendah sebesar 11,00 pada kelompok personil polisi berpangkat Aipda. Perbandingan Nilai Rata-Rata Persepsi Sukses Dengan Kelompok Usia Responden Perbandingan korelasi persepsi sukses dengan kelompok usia responden ini bertujuan untuk melihat nilai rata-rata (mean) pada kelompok kepolisian Bintara berdasarkan kelompok usia responden. Berikut tabel nilai rata-rata persepsi sukses berdasarkan kelompok usia: Tabel 4.9 Deskriptif Nilai Persepsi Sukses berdasarkan Kelompok Usia Persepsi Sukses
12 N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max Deviation Error Mean Lower Bound Upper Bound > Total Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.9, rata-rata (mean) untuk kelompok usia responden antara tahun sebesar 11,87; usia tahun sebesar 11,90; usia tahun sebesar 13,25; dan untuk usia diatas 50 tahun sebesar 13,00. Nilai rata-rata (mean) tersebut dapat diinterpretasikan bahwa nilai persepsi sukses untuk personil Polri yang berada pada rentang usia antara tahun merupakan yang paling tinggi, pada urutan kedua adalah polisi dengan rentang usia lebih dari 50 tahun, pada urutan ketiga polisi dengan rentang usia antara tahun, dan pada urutan keempat adalah polisi dengan rentang usia antara20-29 tahun merupakan kelompok yang paling rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata (mean) persepsi sukses tertinggi sebesar 13,25 kelompok personil polisi yang berada pada rentang usia tahun. Dan nilai rata-rata (mean) persepsi sukses terendah sebesar 11,87 pada rentang usia personil polisi antara tahun. Perbandingan Nilai Rata-Rata Persepsi Sukses Dengan Pendidikan Terakhir Responden Perbandingan korelasi persepsi sukses dengan jenjang pendidikan terakhir responden ini bertujuan untuk melihat secara berurut nilai rata-rata (mean) dari yang paling tinggi sampai dengan yang paling rendah pada kelompok kepolisian Bintara. Berikut tabel nilai rata-rata persepsi sukses berdasarkan pendidikan terakhir responden: Tabel 4.10 Deskriptif Nilai Persepsi Sukses berdasarkan Jenjang Pendidikan Terakhir Persepsi Sukses N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Min Max Deviation Error Lower Bound Upper Bound SMA Diploma Sarjana Total Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.10, rata-rata (mean) untuk kelompok pendidikan terakhir SMA sebesar 12,09; pendidikan terakhir responden bergelar diploma sebesar 14,00; pendidikan terakhir responden bergelar sarjana sebesar 11,88; Nilai rata-rata (mean) tersebut dapat diinterpretasikan bahwa nilai persepsi sukses untuk personil Polri yang bergelar diploma merupakan yang paling tinggi, pada urutan kedua adalah polisi yang memiliki pendidikan terakhir SMA atau SMK atau STM, pada urutan ketiga polisi yang memiliki pendidikan terakhir sarjana merupakan kelompok dengan nilai persepsi sukses yang paling rendah.
13 Kesimpulannya adalah nilai rata-rata (mean) persepsi sukses tertinggi berdasarkan pendidikan terakhir anggota polisi sebesar 14,00 pada kelompok personil polisi yang bergelar diploma. Dan nilai rata-rata (mean) persepsi sukses terendah sebesar 11,88 pada kelompok personil polisi bergelar sarjana. Berdasarkan hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Bland (1999), yang memaparkan bahwa kualifikasi pendidikan tidak dapat memprediksi pencapaian keberhasilan karir seorang personil polisi. Dengan demikian, persepsi sukses personil polisi memiliki kecenderungan meningkat berdasarkan pada pengalaman mereka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, bukan ditentukan oleh harapan pribadi ataupun kualifikasi pendidikan. Perbandingan Nilai Rata-Rata Persepsi Sukses Dengan Status Pernikahan Responden Perbandingan korelasi persepsi sukses dengan kelompok status pernikahan responden ini bertujuan untuk melihat secara berurut nilai rata-rata (mean) dari yang paling tinggi sampai dengan yang paling rendah pada kelompok kepolisian Bintara. Berikut tabel nilai rata-rata persepsi sukses berdasarkan status pernikahan responden: Tabel 4.11 Deskriptif Nilai Persepsi Sukses berdasarkan Status Pernikahan Persepsi Sukses N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Mean Min Max Deviation Error Lower Bound Upper Bound Belum Menikah Menikah Total Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.11, rata-rata (mean) untuk personil polisi yang berstatus belum menikah sebesar 12,90; dan para personil polisi berstatus menikah memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 11,86. Nilai rata-rata (mean) tersebut dapat diinterpretasikan bahwa nilai persepsi sukses tertinggi untuk personil Polri dengan status belum menikah. Sedangkan para personil Polri dengan status menikah memiliki nilai persepsi sukses yang lebih rendah. Perbandingan Nilai Rata-Rata Persepsi Sukses Dengan Satuan Kerja Responden Perbandingan korelasi persepsi sukses dengan satuan kerja responden ini bertujuan untuk melihat secara berurut nilai rata-rata (mean) dari yang paling tinggi sampai dengan yang paling rendah pada kelompok kepolisian Bintara. Berikut tabel nilai rata-rata persepsi sukses berdasarkan satuan kerja responden: Tabel 4.12 Deskriptif Nilai Persepsi Sukses berdasarkan Satuan Kerja Persepsi Sukses N Mean Std. Std. 95% Confidence Interval for Min Max Deviation Error Mean Lower Bound Upper Bound Polsek Polres Dit. Sabhara
14 Dit. Pam Obvit Den. Gegana Dit. Lantas Intel Brimob Yamma Reskrim Total Sumber: Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.9, rata-rata (mean) untuk kelompok satuan kerja personil Polri di Polsek sebesar 11,00; satuan kerja Polres sebesar 12,25; satuan kerja Dit.Sabhara sebesar 13,40; satuan kerja Dit.Pam Obvit atau pengamanan objek vital sebesar 12,50; satuan kerja Densus Gegana sebesar 12,00; satuan kerja Dit.Lantas Polda Metro Jaya sebesar 12,67; satuan kerja Intel sebesar 12,00; satuan kerja Brimob sebesar 11,20; satuan kerja Yamma sebesar 7,00; dan satuan kerja Reskrim sebesar 11,00. Jika diurutkan berdasarkan nilai rata-rata (mean) persepsi sukses personil Polri berdasarkan kepangkatan Bintara, nilai tertinggi berada pada satuan kerja Dit.Sabhara, kedua adalah satuan kerja Dit.Lantas Polda Metro Jaya, ketiga adalah Dit.Pengamanan Objek Vital (Dit.Pam Obvit), keempat adalah satuan kerja polisi di Polres, kelima dan keenam adalah satuan kerja Densus Gegana dan Intel, urutan ketujuh adalah satuan kerja Brimob, urutan satuan kerja kedelapan dan kesembilan adalah Polsek dan Reskrim, serta urutan kesepuluh adalah satuan kerja Yamma. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata (mean) persepsi sukses tertinggi berdasarkan satuan kerja sebesar 13,40 yaitu satuan kerja Dit.Sabhara. Dan nilai ratarata (mean) persepsi sukses terendah sebesar 7,00 adalah satuan kerja Yamma. Simpulan dan Saran Simpulan Sering kali kita sebagai masyarakat atau publik beranggapan bahwa kesuksesan seorang anggota kepolisian dinilai berdasarkan lima aspek kesuksesan, yaitu keluarga, profesionalitas kerja, nilai religiusitas, responsibilitas kerja, serta aspek finansial. Tanpa bukti-bukti empiris, bukanlah tidak mungkin kelima unsur kesuksesan tersebut dijadikan alasan untuk menilai kinerja anggota kepolisian. Atas dasar itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkorelasikan persepsi sukses personil Polri dengan jenjang kepangkatan bertaraf Bintara. Personil anggota Polri merupakan figur yang menjadi pelindung dan pengayom masyarakat. Dengan menggunakan uji korelasional pearson moment product, penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran penilaian anggota Polri sebagai polisi sukses yang dikelompokkan berdasarkan kelompok kepangkatan bertaraf Bintara serta mengkorelasikan kelompok kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara dengan kriteria indikator polisi sukses. Kelompok anggota Polri dalam penelitian ini adalah personil polisi bertaraf Bintara serta Bintara Tinggi dalam wilayah hukum Polda Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya).
15 Berdasarkan hasil deskriptif antara kepangkatan Bintara dengan nilai rata-rata (mean) persepsi sukses tertinggi sebesar 13,20 pada kelompok kepangkatan Aiptu, selanjutnya kepangkatan Bripka sebesar 12,45; Briptu sebesar 12,28; Brigadir sebesar 11,50; dan untuk kelompok kepangkatan Aipda sebesar 11,00. Dengan demikian, jika diurutkan nilai rata-rata persepsi sukses adalah kelompok Aiptu, Bripka, Briptu, Brigadir, dan Aipda. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara unsur kesuksesan dengan jenjang kepangkatan bertaraf Bintara adalah 0,103 dengan signifikasi 0,435 > 0,05. Dengan demikian, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, yang artinya adalah tidak ada hubungan secara signifikan antara persepsi sukses dengan jenjang kepangkatan anggota Polri bertaraf Bintara. Diskusi Dari hasil penelitian didapat bahwa kepangkatan Aiptu, Bripka, Briptu, Brigadir, dan Aipda merupakan urutan kelompok kepangkatan dengan nilai rata-rata (mean) tertinggi sampai dengan terendah. Melalui metode kuesioner terkait persepsi sukses dengan kepangkatan anggota Polri, personil polisi bertaraf Bintara selaku responden dalam penelitian ini dapat memberikan jawaban yang informatif. Item kuesioner dalam peneltiain ini dibangun berdasarkan lima domain yaitu domain keluarga, profesionalitas, religiusitas, responsibilitas, dan finansial. Jika dibandingkan dengan item valid dari keempat domain lainnya, item pada domain finansial merupakan item paling banyak dengan jumlah 6 buah item valid dari total item domain finansial sebanyak 10 item. Hal tersebut memungkinkan bahwa aspek finansial menjadi motivasi utama para personil polisi dalam menilai pribadi yang sukses. Menurut Effendi (2002), uang merupakan salah satu konsekuensi yang sangat penting bagi seorang karyawan, sebab uang dapat menjadi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer. Selain itu, Nawawi (dalam Latief, 2010) menjelaskan aspek finansial berupa insentif merupakan penghargaan yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerja lebih tinggi. Dengan demikian, kebutuhan finansial menjadi keutamaan seorang pegawai untuk bekerja, serta dapat mempengaruhi produktivitas kinerja yang dihasilkan. Banyaknya item kuesioner yang tidak valid dalam penelitian ini, memungkinkan itemitem kuesioner dipersepsikan tidak penting atau tidak menggambarkan kondisi responden. Hal tersebut dapat disebabkan acuan unsur sukses menurut responden tidak berdasarkan lima dimensi tersebut. Dimensi kesuksesan berbeda-beda sesuai dengan konsep dan tujuannya. Selain itu, perbedaan persepsi dalam diri setiap manusia dipengaruhi oleh perbedaan budaya, pengalaman masa lalu, memori atau ingatan, motivasi serta emosi individu (Lahey, 2008). Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi peneliti dalam pengambilan data kuesioner, banyaknya responden untuk menolak atau tidak bersedia mengisi kuesioner juga mempengaruhi nilai validitas item. Responden melihat atau meniru jawaban oranglain tidak berdasarkan persepsi dan pemahaman dalam dirinya, beberapa pernyataan terlewat atau tidak diisi oleh responden, dalam satu jawaban responden mengisi lebih dari satu jabawan, serta identitas responden yang tidak diisi dengan lengkap. Hal-hal tersebut juga mempengaruhi nilai validitas item dalam penelitian. Dengan demikian, nilai validitas item yang rendah tidak berarti item kuesioner dalam penelitian ini lemah. Tetapi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan responden dalam penelitian, serta acuan sukses yang dipersepsikan oleh responden. Saran Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat peneliti berikan untuk pengembangan penelitian ini maupun penelitian pada masa yang akan datang, pertama adalah
16 untuk mendapatkan nilai validitas item yang tinggi ada baiknya jika jumlah item dalam penelitian ditambah agar item-item pada masing-masing domain serta indikator perilaku dapat setara jumlahnya. Kedua, item-item dalam penelitian ini penting untuk digali lebih mendalam agar item-item tersebut dapat benar-benar menggambarkan kondisi atau persepsi para responden. Ketiga, sampel dalam penelitian dapat diperluas agar dapat mewakili populasi. Sebab, semakin banyak jumlah responden dalam penelitian maka dapat menggambarkan populasi penelitian dalam jumlah besar. Keempat, untuk memperkaya penelitian di masa yang akan datang, penelitian ini dapat diterapkan pada kepangkatan anggota Polri lainnya. Melibatkan kepangkatan anggota Polri bertaraf Perwira Pertama sampai dengan Perwira Tinggi membuat penelitian jauh lebih variatif dan menarik agar dapat tergambarkan peran sukses Polri. Ataupun penelitian ini dapat diterapkan pada populasi yang berbeda lainnya. Kelima, hasil penelitian ini menyajikan bukti empiris yang didukung dengan penghitungan statistik. Penggunaan metode yang lebih variatif membuat penelitian ini maupun penelitian di masa yang akan datang terasa lebih menarik dibandingkan hanya sebatas informasi statistik. REFERENSI Anastasi,A., Urbina,S. (2007). Tes Psikologi (Psychological Testing). Jakarta: PT Indeks. Atosokhi, A, G., Panca, A, Y, W. (2005). Character Building IV Relasi dengan Dunia (Alam, Iptek & Kerja). Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Bland, N., Mundy, G., Russell, J., Tuffin, R. (1999). Career Progression of Ethnic Minority Police Officers. London: Policing and Reducing Crime Unit. Carey, P., Warner, J. (2005). Measuring the Pulse of the Enterprise: Getting the Most from Organizational Surveys. Amherst: HRD Press. Connaway, L, S., Powell, R, R. (2010). Basic Research Methods For Librarians (5 th ed.). California : Americans Association of School Librarians. Corey, S, H. (2003). Police Stress and The Effects on The Family. Amerika: Madison Heights Police Department. Dyke, L, S., Murphy, S, A. (2006). How We Define Success: A Qualitative Study of What Matters Most to Women and Men. Sex Roles Effendi, M, T, H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Grasindo. Gravetter, F, J., Forzano, L, B. (2012). Research Methods: For the Behavioral Science (4 th ed.). Wadsworth: Cengage Learning. Hannequin, E. (2007). What Career Success Means to Blue Collar Workers. Career Development International 12 (6) Howitt, D. (2012). Introduction to Forensic and Criminal Psychology (4 th ed.). England: Pearson Education Limited. Indria, K., & Nindyati, A. D. (2007). Kajian Konformitas dan Kreativitas Affective Remaja. Jurnal provitae, 3(1), 97. Kaplan, Robert M., Dennis P. Saccuzzo. (2005). Psychological Testing: Principles, Applications, and issues (7 th Ed.).
17 Lahey, B. (2007). Psychology an Introuction (9 th ed.). New York: The Mc Graw Hill Companies. Latief, B. (2010). Faktor Berpengaruh Terhadap Kinerja Personil Kepolisian Polres Pangkep Kabupaten Pangkep. Jurnal Economic Resources, (11) 31. Laurens, J, M. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT Grasindo. Lestari, S. (2008). Psikologi Keluarga-Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: PT Prenada Media Group. Mustafa, H. (2000). Teknik Sampling. Diunduh Mei 22, 2012, dari hasan/ SAMPLING Myendeki, A, N. (2008). Job Stress, Burnout and Coping Strategies of South African Police Officers. Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. Diunduh Mei 10, 2012, dari Nogi, H, S, T. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT Grasindo. Norris, R, A. (2006). Issues of Religious Diversity Affecting Visible Minority Ethnic Police Personnel in The Workplace. Birmihgam: University of Birmingham. Nursalam., Effendi, F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Octaviani, E, D., Rustam, A., Rohmatun. (2011). Religiusitas dan Kedisiplinan Pada Anggota Polri. Proyeksi, 6 (2) Priyatno, D. (2011). Buku Pintar Statistik Komputer. Yogyakarta: MediaKom. Priyatno, D. (2011). Buku Saku Analisis Statistik Data SPSS. Yogyakarta: MediaKom. Rahardjo, S. (2002). Membangun Polisi Sipil. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Sanders, B, A. (2008). Using Personality Traits to Predict Police Officer Performance. Criminology And Law Enforcement, 31 (1) Diunduh Desember 29, 2011, dari Santoso, S. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sarwono, S, W. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rajawali. Satiadarma, M, P. (2004). Pendidikan Kreativitas Ataukah Pendidikan Moral?. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Schultz, D., Ellen, S, S. (2006). Psychology and Work Today (9 th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc. Seniati,. Liche,. Aries Yulianto,. Bernadette N. Setiadi. (2009). Psikologi Eksperimen. Jakarta : PT Indeks. Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B, & Zechmeister, J. S. (2009). Research methods in psychology (8 th ed.). New York, NY: McGraw-Hill. Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. RIWAYAT PENULIS
18 Nama Penulis : Riana Kusumawardani Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang/09 April 1990 Pendidikan S1 : Universitas Bina Nusantara Tahun : Jurusan : Psikologi Fakultas : Humaniora
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Manusia memiliki persepsi akan kesuksesan dalam diri masing-masing, sukses yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan
Lebih terperinciLampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013
Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi Jakarta, Januari 2013 Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya, Riana Kusumawardani, mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah temuan empiris yang relevan dengan judul
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah temuan empiris yang relevan dengan judul penelitian ini, yaitu persepsi personil Polri mengenai polisi sukses berdasarkan dua kelompok kepangkatan.
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu masalah penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel, populasi dan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menjelaskan mengenai definisi operasional, subyek penelitian, desain
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai definisi operasional, subyek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, pengukuran, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian &
Lebih terperinci4. METODOLOGI PENELITIAN
4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu proses pengambilan keputusan dan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV. A. Subyek Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan mengenai karakteristik subyek, jumlah subyek, dan teknik pengambilan sampel. IV. A. 1. Karakteristik Subyek Dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2007:3) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian dilakukan pada awal bulan Mei 2017 sampai dengan pertengahan bulan Juli 2017. Berikut ini adalah uraian gambaran umum subjek berdasarkan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable
BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, desain
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel, dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian ini bertujuan untuk 1) menginformasikan gambaran sikap tokoh agama terhadap praktik
Lebih terperinciBab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
Bab 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis sebuah model yang telah dikembangkan pada bab sebelumnya. Langkah-langkah yang akan dijelaskan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai desain penelitian, variabel penelitian dan subyek penelitian. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode pengumpulan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
23 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun isi dari metode penelitian adalah permasalahan, hipotesis, dan variabel yang
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur
Lebih terperinciPsikometri. Aplikasi uji Reliabilitas dan. Validitas
Psikometri Modul ke: Aplikasi uji Reliabilitas dan Fakultas Psikologi Validitas Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Perhitungan Manual Uji Reliabilitas 2 Kruder-Richardson (K-R 20) =
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel adalah gejala yang dipersoalkan (Purwanto, 2010). Gejala bersifat membedakan
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai metodelogi penelitian yang meliputi Variabel Penelitian & Definisi Operasional, Subyek Penelitian & Tehnik Sampling, Desain Penelitian, Alat
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
29 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai desain penelitian, masalah yang diteliti secara konseptual dan operasional, penjabaran variabel-variabel yang terkait, dan beberapa hal berkaitan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
30 3. METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ini akan dibahas mengenai pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel terkait, subjek penelitian, penyusunan alat ukur penelitian, prosedur penelitian,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian ini menganalisis hal-hal yang berhubungan dengan produktivitas kerja pegawai, khususnya produktivitas kerja pegawai yang berada di lingkungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang
Lebih terperinciBerikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:
METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka yang diolah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel independent (X) : Iklim Organisasi
31 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini menguji hubungan variabel x dan y, kedua variabel tersebut adalah sebagai
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
29 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan masalah penelitian, hipotesis berdasarkan permasalahan dalam penelitian, variabel-variabel penelitian yang akan diteliti, populasi dan
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian non-eksperimental tidak ada treatment/ perlakuan
Lebih terperinciBab 3 Desain Penelitian
Bab 3 Desain Penelitian Bab ini akan menjabarkan variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), responden penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, objek adalah hal, perkara, atau orang menjadi pokok pembicaraan; dijadikan sasaran diteliti, diperhatikan. Objek dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan
22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dengan tujuan dapat menjawab masalah dalam penelitian. Melalui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner
48 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 34 responden, yang merupakan pengguna produk
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai desain dari penelitian, subjek penelitian (populasi, sampel, dan metodologi pengambilan sampel), definisi operasional variabel penelitian, setting
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung.
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan anggota
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Nampu dan Sekolah Dasar Negeri 01 Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi
Lebih terperinciBab 3. Metodologi Penelitian
Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Berikut ini merupakan variabel-variabel dari penelitian: Motorik kasar adalah keterampilan-keterampilan
Lebih terperinci27 Universitas Indonesia
3. METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan metode yang digunakan dalam penelitian ini, dimulai dengan deskripsi permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian sedangkan untuk menguji validitas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel kecemasan trait dan variabel acceptance
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
16 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel menurut Christensen (dalam Seniati, L., dkk, 2009) merupakan karakteristik atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan berdasarkan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti
Lebih terperinciBAB IV HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI SALAFIYAH BEJI TULIS BATANG
BAB IV HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI SALAFIYAH BEJI TULIS BATANG A. Analisis data tentang Profesionalitas Guru Dalam Pembelajaran di MI Salafiyah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
23 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian pertama berisi permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Selain itu,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan datanya. Sebagaimana Sugiyono (2012: 14)
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang dituntut untuk menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Tujuan analisis penelitian ini adalah menjawab
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan
45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan keterikatan kerja. Peneliti mendeskripsikan skor budaya
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab
Lebih terperinciBAB IV KORELASI ANTARA PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI MA YIC BANDAR BATANG
BAB IV KORELASI ANTARA PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI MA YIC BANDAR BATANG A. Analisis Pemahaman Peserta Didik Tentang Tata Tertib Sekolah di MA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran beberapa istilah yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu penjelasan beberapa istilah tersebut agar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70
Lebih terperinciBAB III. Metode Penelitian. Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel
BAB III Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis Pada bagian ini akan dibahas mengenai identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi operasional dan hipotesis. 3.1.1 Variabel penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan signifikan keharmonisan keluarga Islami dengan penyesuaian diri pada peserta didik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan ilmiah yang dirancang untuk menjawab pernyataan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Brain Gym dan seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan sampel sebanyak 140 orang. Data penelitian diambil menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)
Lebih terperinci4. METODE PENELITIAN
23 4. METODE PENELITIAN 4.1. Responden Penelitian 4.1.1. Karakteristik Responden Dalam penelitian ini yang akan menjadi responden adalah karyawan sales dan marketing pada perusahaan yang bergerak dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian. kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel, baik mengenai
61 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian Statistik deskriptif ini digunakan sebagai dasar untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. variabel. Besar atau tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Azwar (2003), penelitian korelasional untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara beberapa
Lebih terperinciPsikometri Validitas 1
Modul ke: Psikometri Validitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Pengertian: VALIDITAS Berkaitan dengan apa yang diukur oleh tes dan seberapa tepat tes mengukur
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korealasional kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
Lebih terperinci3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN
30 3. MASALAH, HIPOTESIS DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang masalah dan metode penelitian yang terdiri dari masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, subyek
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket 1) Validitas Pengujian validitas penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menunjukkan sejauh mana alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Keberadaan manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dan lembaga dalam mengelola, mengatur, mengurus, dan menggunakan sumber daya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian baik secara deskriptif maupun uji hipotesis serta Pembahasan. A. Analisis Deskripsi Subjek Pada bagian ini, peneliti akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di beberapa Sekolah Menengah Atas dan sederajat yang tersebar di Kota Bandung. Adapun populasinya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner berisi tentang persepsi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji suatu teori dan menunjukan hubungan antar variabel. Data yang digunakan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel 1 : Motivasi penggunaan Twitter Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
22 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Maholtra (1996) dalam Istijanto (2006) menyatakan bahwa desain riset merupakan kerangka kerja yang secara detail merinci prosedur yang diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu dari data responden
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 2. Populasi Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, tipe disain penelitian yang digunakan bersifat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, tipe disain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif-asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Panelis Agar hasil yang didapat menjadi lebih akurat, maka panelis yang digunakan oleh penulis merupakan sampel jenuh dimana penulis menggunakan seluruh anggota populasi
Lebih terperinciARTIKEL SKRIPSI OLEH : RITA BUDIANTO NPM:
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI CAMPURDARAT TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 014/015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Ciri-ciri sebuah penelitian kuantitatif
Lebih terperinci