BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah temuan empiris yang relevan dengan judul

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah temuan empiris yang relevan dengan judul"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah temuan empiris yang relevan dengan judul penelitian ini, yaitu persepsi personil Polri mengenai polisi sukses berdasarkan dua kelompok kepangkatan. Sub bab pertama memuat pembahasan mengenai nilai-nilai persepsi, dan atribusi. Sub bab kedua memuat mengenai hasil studi kepustakaan mengenai perspektif sukses. Sub bab ketiga memuat hasil studi kepustakaan mengenai perekrutan dan seleksi polisi, dan karakteristik psikologi pada polisi. Selanjutnya pada sub bab keempat memuat sejarah terbentuknya Polri, visi dan misi Polri, fungsi dan tugas pokok Polri, kode etik profesi Polri, serta definisi kepangkatan polisi di dalam organisasi Polri. Dan Sub bab kelima memuat kerangka berfikir penelitian. 2.1 Persepsi Alat penghubung antara individu dengan dunia luar adalah alat indera (Sunaryo, 2002). Persepsi visual melibatkan alat indera yaitu mata dengan struktur saraf yang kompleks, sebelum pada akhirnya sensori pesan tersebut dikirim ke dalam otak (Hochberg dalam Lahey, 2008). Sensasi dalam mengirimkan makna pesan ke dalam otak yang tersusun berdasarkan struktur saraf yang kompleks untuk selanjutnya diinterpretasikan atau diorganisasikan pada suatu objek disebut dengan persepsi (Lahey, 2008). Persepsi melibatkan proses kognitif yang kompleks, proses terjadinya persepsi dapat digambarkan sebagai berikut :

2 Gambar 2.1 Proses Persepsi Objek Stimulus Reseptor Saraf Sensorik Otak Saraf Motorik Persepsi Sumber: Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Menurut Bell (dalam Laurens, 2004), persepsi bukan sekedar penginderaan tetapi persepsi juga sebagai penafsiran pengalaman. Pada tahun 2008, Lahey mengidentifikasikan beberapa aspek yang mempengaruhi persepsi manusia, yaitu perbedaan budaya, pengalaman masa lalu, memori atau ingatan, motivasi, dan emosi individu. Persepsi melibatkan proses organisasi dan interpretasi dari stimulus-stimulus untuk memberikan makna tertentu (Seamon & Kenrick dalam Satiadarma, 2004). Menurut Sunaryo (2002), dengan persepsi individu dapat memahami lingkungan sosial dan keadaan dirinya (selfperception). 2.2 Sukses Keberhasilan atau sukses dalam suatu pekerjaan dibangun berdasarkan kepentingan individu. Sukses di dalam suatu pekerjaan menjadi mekanisme utama untuk memenuhi

3 peran lainnya (Deutschendorf & Tolson dalam Dyke & Murphy, 2006). Sukses didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam mencapai target yang telah ditentukan (Khera dalam Munadi, 2007). Persepsi mengenai keberhasilan karir atau sukses dalam karir mengacu pada tujuan pribadi dan bersifat subjektif. Menurut Gattiker, Larwood, dan Peluchette (dalam Dyke & Murphy, 2006) konsep keberhasilan subjektif mengacu pada prestasi individu sehingga sukses ditentukan berdasarkan kriteria pribadi. Dalam penelitiannya Gattiker dan Larwood (dalam Dyke & Murphy, 2006) mengukur lima aspek keberhasilan karir secara subjektif yaitu, tanggungjawab kerja, hubungan interpersonal, aspek finansial, karir yang progresif dan pemenuhan pribadi. Dalam perkembangan karir seseorang, sukses dapat digambarkan sebagai proses psikologis yang terkait dengan kinerja positif atau prestasi yang telah terakumulasi sebagai hasil dari pengalaman kerja (Hakim & Bretz dalam Hannequin, 2007) Indikator Kinerja Kunci Menurut Parker dan Chusmir (dalam Dyke & Murphy, 2006) lima dimensi keberhasilan atau sukses berdasarkan domain kehidupan adalah status finansial, tanggungjawab atau kontribusi terhadap masyarakat, hubungan keluarga, pemenuhan profesional atau karir yang progresif, serta pemenuhan pribadi. Munadi, (2007) memaparkan bahwa kesuksesan yang hakiki tidak terlepas dari nilai religius atau keimanan seseorang. Dengan demikian, peneliti mengacu pada dimensi keberhasilan atau sukses subjektif dalam kehidupan yang didasarkan pada hubungan keluarga, profesionalitas kerja

4 untuk mencapai karir yang progresif, aspek religiusitas, responsibilitas atau tanggung jawab kerja terhadap masyarakat, serta aspek finansial Profesionalisme dan Peran Keluarga terhadap Kinerja Personil Polisi Mayoritas polisi memilih karir mereka untuk menjadi seorang anggota kepolisian dengan alasan yang beragam yaitu, polisi merupakan pekerjaan yang menantang, polisi berperan dalam menjaga keamanan, polisi memiliki tingkat penghasilan atau gaji yang tinggi, dan polisi memiliki peluang untuk mencapai pangkat atau karir tertinggi (Bland, Mundy, Russell, & Tuffin, 1999). Mengacu pada hubungan antara kualifikasi pendidikan dan kemajuan karir, menurut Bland (1999) kualifikasi pendidikan tidak dapat memprediksi pencapaian keberhasilan karir seorang personil polisi. Perkembangan karir personil polisi memiliki kecenderungan meningkat yang didasarkan pada pengalaman mereka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, bukan ditentukan oleh harapan pribadi maupun kualifikasi pendidikan. Menurut Bland, Mundy, Russell, dan Tuffin, (1999) dalam pelaksanaan tugas dan pelatihan, personal control atau pengendalian pribadi seorang anggota kepolisian berperan dalam mengarahkan perkembangan karir mereka. Hal demikian berkontribusi terhadap pencapaian karir seorang anggota kepolisian demi tercapainya etos kerja yang professional. Profesionalitas adalah kemampuan untuk merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan fungsi tugasnya secara efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja yang tinggi (Tjokrowinoto dalam Nogi, 2005).

5 Bucke (dalam Bland, Mundy, Russell, dan Tuffin, 1999) memperkaya konsep perkembangan karir polisi, berdasarkan hasil penelitian yang memaparkan bahwa peran keluarga dan rekan seprofesi memiliki pengaruh yang sangat penting dalam menentukan suatu keputusan. Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan (Hill dalam Lestari, 2008). Penelitian Reiner (dalam Corey, 2003) turut memaparkan keberhasilan personil polisi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang didasari dorongan dari lingkungan, peran keluarga berupa dukungan positif, serta sikap yang positif akan berpengaruh secara signifikan dalam mendapatkan promosi jabatan atau pangkat yang lebih tinggi. Temuan berbeda (dalam Corey, 2003) data kepolisian Amerika sampai dengan tahun 2003, memaparkan tingkat perceraian tertinggi didominasi oleh pasangan yang berprofesi sebagai personil polisi, dengan persentase sebesar 60 sampai dengan 75% perceraian. Hal tersebut dikarenakan ketidakpahaman pasangan mereka dalam memahami peran profesi sebagai personil polisi. Selain itu menurut Terry (dalam Corey, 2003) hal tersebut terjadi dikarenakan timbulnya faktor penyebab stres pada polisi yaitu, perubahan kepemimpinan supervisor, hilangnya waktu kebersamaan dengan keluarga, upah yang rendah, waktu istirahat yang tidak teratur, konflik dengan keluarga dan rekan seprofesi. Kurangnya waktu kebersamaan dengan keluarga, membuat keluarga merasa bahwa secara signifikan personil polisi menempatkan profesi mereka diatas kepentingan keluarganya. Guna mendapatkan

6 pemahaman yang komprehensif penelitian Terry (dalam Corey, 2003) menjelaskan mayoritas polisi berpangkat perwira mengutamakan profesi mereka sebagai seorang polisi dan menomor duakan hubungan dengan keluarga. Hal tersebut berdampak pada hubungan keharmonisan dan kebersamaan anggota kepolisian dengan keluarga mereka. Ketika seorang polisi mampu mengendalikan stres atau tekanan yang terjadi di rumah dan di tempat kerja maka akan menghasilkan efisiensi kinerja yang lebih besar, memiliki sikap yang lebih baik terhadap pekerjaan. Selain itu, pasangan dan keluarga mereka pun dapat lebih mendukung perkembangan karir sebagai personil polisi. Dan jika instansi kepolisian mampu mengendalikan serta mengatasi stres yang terjadi pada personilnya maka suatu keuntungan bagi kemajuan dan perkembangan instansi polisi (Corey, 2003) Peran Agama dalam Organisasi Kepolisian Pada awal abad ke 20, dalam menyelesaikan konflik atau kerusuhan antar ras yang terjadi di Eropa, sikap dan tindakan polisi dinilai tidak memberikan peran yang signifikan, aparat kepolisian mendominasi perlindungan pada kaum mayoritas dibandingkan kaum minoritas. Keputusan Komisi Etnis Inggris, pada tahun 2000 memaparkan bahwa organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan publik sebaiknya dapat membangun etos kerja profesional yang sesuai, tegas, serta tidak terpengaruh adanya perbedaan etnis, agama dan budaya. Menurut Norris (2006), identitas etnis merupakan kombinasi dari kategori sosial, agama merupakan salah satu variabel yang terkandung di dalam identitas etnis. Sarwono (1999), memaparkan faktor agama mempengaruhi perilaku seseorang termasuk kedisiplinan. Menurut Ancok dan Suroso (dalam Octaviani, Rustam, &

7 Rohmatun, 2011) religiusitas merupakan perilaku terhadap agama berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai dengan ketaatan dalam menjalankan ibadah, adanya keyakinan, pengamalan, dan pengetahuan mengenai agama yang dianutnya. Hasil penelitian yang dilakukan Lange (dalam Norris, 2006) agama dan budaya merupakan suatu keputusan tunggal. Agama berperan penting dalam pengambilan suatu keputusan yang memungkinkan para karyawan untuk mengevaluasi keimanan dalam diri mereka masing-masing (Fahy dalam Norris, 2006). Sedangkan budaya di dalam instansi kepolisian, menjadi faktor utama dalam menentukan perilaku aparat kepolisian. Perbedaan agama di dalam masyarakat berguna dalam mengarahkan respon tanggungjawab pada instansi kepolisian dan instansi pemerintahan. Peran agama memiliki potensi untuk mendamaikan konflik atau perpecahan yang terjadi di masyarakat. Selain itu, kepemimpinan di setiap level memiliki peran penting untuk mengedepankan etika kerja dalam membangun budaya untuk menghormati sesama, dan melibatkan tanggungjawab kepolisian demi terwujudnya standar etika pada unit layanan kepolisian (Neyroud & Beckley dalam Norris, 2006). Penelitian Norris pada tahun 2006 terhadap anggota kepolisian Inggris memaparkan, mayoritas responden setuju bahwa agama memiliki peran sebagai identitas etnis dan mengarahkan dalam pengambilan keputusan atau respon yang tepat. Dengan demikian, peran agama dapat mengarahkan para personil polisi dalam meningkatkan pelayanan dan melindungi masyarakat yang rentan akan konflik dan perseteruan.

8 Responsibilitas Personil Polisi Tanggungjawab dalam bahasa Inggris disebut dengan responsibility atau responsibilitas. Responsibilitas adalah kemampuan dalam melaksanakan atau memenuhi tanggung jawab atas suatu pekerjaan yang dipercayakan (Atosokhi & Panca, 2005). Besarnya tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan dapat dilihat dari hasil pekerjaan dan kemampuan kita dalam menanggung segala konsekuensi yang telah dikerjakan. Dalam pencapaian perubahan di dalam sebuah organisasi, tolok ukur karyawan yang dilakukan dengan evaluasi kinerja berperan penting dalam meningkatkan tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan demi membangun promosi jabatan dan pemberian reward atau penghargaan. Di dalam budaya organisasi kepolisian Inggris, perubahan yang dilakukan berdasarkan evaluasi kinerja polisi dapat membantu organisasi dalam membangun proses promosi dan membangun budaya organisasi untuk kemajuan instansi kepolisian (Ikerd & Walker, 2010). Tolok ukur kinerja aparat kepolisian dapat mendorong terwujudnya strategi baru untuk meningkatkan kinerja anggota polisi. Evaluasi kinerja karyawan menurut Schultz dan Ellen, (2006) bertujuan untuk melihat kesesuaian values atau nilai-nilai yang dianut suatu organisasi dengan performance atau kinerja karyawan. Tanpa ekspektasi dan tujuan yang jelas memungkinkan para karyawan tidak dapat memahami tujuan organisasi. Pada tahun 2010, temuan Ikerd dan Walker terhadap kinerja para petinggi kepolisian Inggris menjelaskan bahwa evaluasi kinerja anggota kepolisian didasarkan pada kemampuan pemecahan suatu masalah yang berorientasi pada tujuan organisasi kepolisian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

9 kemampuan memecahkan masalah yang berorientasi pada tujuan organisasi kepolisian dapat mendorong mereka untuk mendapatkan promosi jabatan dan membangun keterlibatan antar anggota polisi lainnya dan keterlibatan di dalam organisasi kepolisian. Guna mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai kinerja kunci anggota kepolisian, Green (dalam Ikerd & Walker, 2010) memaparkan kemampuan pemecahan suatu masalah dapat berjalan dengan efektif jika masyarakat dapat dilibatkan dalam proses orientasi. Hubungan kerja anggota polisi dengan masyarakat bukan merupakan suatu kewajiban dalam proses orientasi organisasi kepolisian. Survey penelitian pada tahun 1995 terhadap 1400 personil polisi menunjukkan bahwa sikap polisi terhadap terbentuknya Alternatif Community Policing Strategi (CAPS) di Inggris telah membantu sikap para personil polisi menjadi lebih terbuka dan optimis mengenai terbentuknya organisasi kepolisian masyarakat (Green dalam Ikerd & Walker, 2010) Aspek Finansial Personil Polisi Menurut Effendi (2002), kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai imbalan dari pelaksanaan pekerjaan di organisasi dalam bentuk uang, gaji, bonus, insentif, dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan pendidikan, dan lain-lain. Tujuan utama pemberian kompensasi adalah untuk menarik pegawai yang berkualitas, mempertahankan pegawai, memotivasi kinerja, membangun komitmen karyawan, dan mendorong pengetahuan serta ketrampilan karyawan dalam meningkatkan kompetensi organisasi. Gaji merupakan salah satu alasan bagi karyawan

10 untuk berprestasi, berafiliasi dengan oranglain, mengembangkan diri dan untuk mengaktualisasikan diri. Untuk meningkatkan kinerja, perusahaan dapat mengkaitkan kinerja dengan jumlah pembayaran yang diterima seseorang dalam bentuk insentif. Insentif menurut Effendi (2002), diartikan sebagai bentuk pembayaran langsung yang didasarkan atau dikaitkan langsung dengan kinerja individual dan gain sharing. Pada tahun 2010, Latief memaparkan hasil penelitian mengenai keberhasilan personil Polri dalam melaksanakan tugas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan kerja, motivasi, pemberian insentif, serta lingkungan kerja yang kondusif. Masyarakat tidak dapat memperlakukan polisi seperti kerbau yang harus tahu pengabdian saja, polisi juga manusia yang harus diperhatikan hak-hak asasi manusianya Rahardjo (2002). Untuk dapat bekerja dengan baik, polisi harus diberi gaji yang cukup. Pemberian insentif merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya kinerja anggota polisi dalam melaksanakan tugas terutama dalam memberikan pelayanan ketertiban dan keamanan masyarakat. Schuler (dalam Latief, 2010) insentif merupakan pemberian hak-hak pegawai berupa penghargaan dan uang kepada pengawai yang berhak menerimanya. Lebih jauh lagi, Nawawi (dalam Latief, 2010) menjelaskan insentif merupakan penghargaan yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerja lebih tinggi. Tujuan pemberian insentif adalah untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam mencapai tujuan organisasi dengan memberikan dorongan finansial melebihi upah dan gaji pokok pegawai. Uang merupakan salah satu konsekuensi yang sangat penting bagi seorang karyawan, sebab uang

11 dapat menjadi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan primer (Effendi, 2002). Dengan demikian, kebutuhan finansial menjadi keutamaan seorang pegawai untuk bekerja, sehingga pemberian insentif diluar gaji pokok dapat mendorong motivasi kerja yang lebih baik karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan primernya Karakteristik Polisi Sukses Menurut Fyfe (dalam Sanders 2007), kinerja kepolisian yang baik sulit untuk diukur sebab peran dan fungsi tugas polisi sulit untuk dipahami jika dibandingkan dengan organisasi pelayanan publik lainnya. Ada pun penelitian yang dilakukan oleh Bartol (dalam Sanders, 2007) mengidentifikasi karakteristik polisi dengan kinerja yang baik, yaitu : 1. Polisi dengan karakteristik yang baik adalah polisi yang berpenampilan maskulin, berwibawa, serta tegas dalam mengambil keputusan, memiliki tanggungjawab tugas yang dapat diandalkan, dan tidak mempersulit keadaan atau situasi. 2. Polisi dengan karakteristik yang baik adalah polisi yang menikah muda, berasal dari latar belakang yang stabil, serta disosialisasikan atau mendapat promosi jabatan dengan baik. 3. Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan lingkungan, tidak menggunakan personanya atau tidak menjadi orang lain, melainkan menampilkan dirinya sendiri.

12 Survey yang dilakukan oleh Hogue (dalam Sanders, 2007), departemen atau organisasi kepolisian menilai kinerja polisi dengan karakteristik yang baik, dengan cara : 1. Mengutamakan nilai kejujuran, memiliki karakter, dapat mengendalikan stabilitas emosional yang terarah. 2. Berdasarkan ciri-ciri kepribadian dapat menjadi prediktor yang baik untuk menilai kinerja polisi, yaitu kinerja yang dapat diandalkan, berorientasi pada tujuan, gigih atau pekerja keras, memiliki rangkaian aktivitas yang terorganisir. Skala kepribadian dapat menjadi prediktor yang baik dalam menilai kinerja polisi (Sanders, 2007). Teori big five personality dapat merangkum seluruh kepribadian individu yang memiliki keterkaitan antara hubungan kinerja karyawan dengan pekerjaan, termasuk kinerja aparat kepolisian (Black, Cortina, Barrick dalam Sanders, 2007). Menurut Hellen, John, dan Srivistava (dalam Sanders, 2007) big five personality dapat menggambarkan aspek kepribadian yang dominan. Kelima faktor kepribadian tersebut adalah : 1. Openess (Keterbukaan) Sifat keterbukaan yang tinggi digambarkan dengan imajinatif, berwawasan luas, memiliki ketertarikan terhadap pengalaman baru (Barrick & Mount dalam Sanders, 2007). Individu dengan keterbukaan yang tinggi memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap pengalaman baru, sedangkan individu dengan keterbukaan yang rendah cenderung menghindari pengalaman baru (Digman dalam Sanders, 2007). Menurut Barick dalam

13 Sanders (2007), sifat kepribadian openess (keterbukaan) tidak memiliki keterkaitan dengan kinerja polisi. 2. Conscientiousness (Kesadaran) Sifat conscientiousness berkaitan dengan ketekunan dan motivasi individu dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Barrick & Mount dalam Sanders, 2008). Beberapa psikolog kepribadian di Inggris berpendapat bahwa dengan sifat conscientiousness yang tinggi, menggambarkan individu tersebut teliti, bertanggungjawab, selalu berhati-hati dalam bertindak, dan memiliki program yang terorganisir, selain itu juga memiliki kemauan untuk mencapai suatu tujuan (Sanders, 2007). 3. Extroversion (Keterbukaan) Dilihat berdasarkan kualitas dan keterkaitan dengan respon positif terhadap rangsangan atau lingkungan dan sosialisasi umum (Heller dalam Sanders, 2007). Individu dengan kepribadian yang terbuka (extravert) memiliki gaji yang lebih tinggi, promosi yang lebih dan memiliki kepuasan terhadap karir mereka. 4. Agreebleness (Keramahan) Digambarkan sebagai pribadi yang menyenangkan, yaitu sopan, fleksibel, saling percaya, baik hati, kooperatif, pemaaf dan memiliki toleransi yang tinggi (Barick, Mount, Digman dalam Sanders, 2007). Meskipun demikian, dalam penelitian kepolisian, menunjukkan bahwa aparat kepolisian cenderung menampilkan perilaku yang kurang menyenangkan yaitu melakukan pelanggaran di tempat kerja (Cuttler & Muchinsky dalam Sanders, 2007).

14 5. Neuroticism Terkait dengan ketegasan, responsible terhadap stabilitas emosi, tingkat kecemasan yang tinggi (Sanders, 2007). Umumnya neuroticism dipandang sebagai sifat yang negatif, karyawan dengan neuroticism yang tinggi cenderung tidak puas terhadap kinerjanya dan cenderung untuk murung (John & Srivistava dalam Sanders, 2007). Nilai neuroticism dapat memprediksi ketidakpuasan dalam karir karyawan (Seibert & Kreimer dalam Sanders, 2007). 2.3 Kepolisian Negara Republik Indonesia Pada tanggal 1 Juli 1947, Presiden mengesahkan dengan resmi berdirinya Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Sejak saat itu, tanggal 1 Juli ditetapkan sebagai hari lahirnya Kepolisi Negara Republik Indonesia (Polri). Merujuk pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Nomor VI/MPR/2000, menimbang bagian b, tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai kekuatan keamanan dan ketertiban masyarakat Tugas dan Fungsi Polri Tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia secara umum sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, BAB I Ketentuan Umum Pasal 4 adalah : 1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

15 2. Menegakan hukum. 3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi HAM. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, BAB I Ketentuan Umum Pasal 5, menerangkan bahwa Polri juga merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri Kepangkatan Polisi di dalam Organisasi Polri Purwanto (2005), mendefinisikan jabatan serta pangkat di dalam suatu organisasi, yaitu sukses diukur dari otoritas suatu jabatan atau posisi yang ditempati. Sedangkan pangkat merujuk pada organisasi berbasis proses, sukses yang ditentukan berdasarkan ketrampilan atau kompetensi yang dimiliki oleh individu. Merujuk pada Surat Keputusan Kapolri nomor Pol : SKEP/232/IV/2005 pada tanggal 19 April 2005, pangkat adalah kedudukan anggota Polri dalam rangkaian susunan anggota Polri yang digunakan sebagai dasar pengkajian dan kehormatan serta keabsahan wewenang dan tanggungjawab dalam hirarki yang diberikan negara kepada anggota Polri sesuai dengan kemampuan dan klasifikasi yang dimiliki. Dan definisi golongan kepangkatan berdasarkan Surat Keputusan Kapolri (2005) adalah kepangkatan di lingkungan Polri yang disusun menurut ketentuan yang berlaku dan secara garis besar terbagi menjadi lima

16 golongan, yaitu golongan Perwira Tinggi, golongan Perwira Mengah, golongan Perwira Pertama, Bintara. Tabel 2.1 Kepangkatan Anggota Polri TARAF PANGKAT PANGKAT LAMA Jenderal Polisi Jenderal Polisi Perwira Komisaris Jenderal Polisi Letnan Jenderal Polisi Tinggi Inspektur Jenderal Polisi Mayor Jenderal Polisi Brigadir Jenderal Polisi Brigadir Jenderal Polisi Komisaris Besar Polisi Kolonel Perwira Menengah Ajun Komisaris Besar Polisi Letnan Kolonel Komisaris Polisi Mayor Ajun Komisaris Polisi Kapten Perwira Pertama Inspektur Polisi Satu Letnan Satu Inspektur Polisi Dua Letnan Dua Bintara Ajun Inspektur Polisi Satu Pembantu Letnan Satu Tinggi Ajun Inspektur Polisi Dua Pembantu Letnan Dua Brigadir Polisi Kepala Sersan Mayor Bintara Brigadir Polisi Sersan Kepala Brigadir Polisi Satu Sersan Satu Brigadir Polisi Dua Sersan Dua Sumber: Kepangkatan Polri. (2009). Diunduh Mei 29, 2012, dari 114&Itemid=115 dan Berdasarkan tabel kepangkatan Polri, kepangkatan anggota Polri yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah para personil Polisi bertaraf Bintara dan Bintara Tinggi yang memiliki tugas dan wewenang atau tanggung jawab hukum di wilayah Polda Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya).

17 2.4 Kerangka Berfikir Penelitian Religiusitas Keluarga Karir Persepsi Polisi Sukses Financial Responsibilitas

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi. Jakarta, Januari 2013 Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Persepsi Sukses Polisi Jakarta, Januari 2013 Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya, Riana Kusumawardani, mahasiswi Universitas Bina Nusantara, Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Personil Polri adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah memiliki kedudukan sebagai pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukses merupakan harapan setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik. Manusia memiliki persepsi akan kesuksesan dalam diri masing-masing, sukses yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentan

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 3. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentan No.75, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Tunjangan Jabatan. Fungsional. POLRI. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA

Lebih terperinci

PERSEPSI PERSONIL POLRI MENGENAI POLISI SUKSES BERDASARKAN KELOMPOK KEPANGKATAN BINTARA

PERSEPSI PERSONIL POLRI MENGENAI POLISI SUKSES BERDASARKAN KELOMPOK KEPANGKATAN BINTARA PERSEPSI PERSONIL POLRI MENGENAI POLISI SUKSES BERDASARKAN KELOMPOK KEPANGKATAN BINTARA Riana K. Wardani and Reza I. Amriel Departemen Psikologi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia, Kusumawardani09@yahoo.com

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat S1 Diajukan oleh : DIAH ARIYANINGSIH F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1767, 2016 POLRI. Calon Angoota POLRI. Penerimaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENERIMAAN CALON ANGGOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu instansi pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan misi dan tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa penyuluhan pertanian masih perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berguna untuk mengantisipasi kejadian-kejadian serta perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. berguna untuk mengantisipasi kejadian-kejadian serta perubahan-perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menghadapi perubahan yang semakin pesat dan beraneka ragam, organisasi dituntut agar dapat mengembangkan kemampuan manajemen. Hal tersebut berguna untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua negara di dunia pasti memiliki institusi yang bertugas sebagai badan pertahanan dan keamanan negara, tak terkecuali Indonesia. Sebelum reformasi, Indonesia

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta No.1957, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Jabatan ASN. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PRAJURIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. publik harus bersikap independen terhadap berbagai kepentingan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pemimpin menjadi penentu keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai suatu organisasi di bidang jasa keuangan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karyawan sebagai sumber daya utama perusahaan dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dan memberikan kinerja yang optimal sehingga konsumen

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan sumber daya yang paling penting untuk mencapai keberhasilan visi dan misi perusahaan. Oleh karena itu, betapapun sempurnanya aspek teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu organiasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang dimiliki, karena sumber daya manusia yang akan

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai ragam tujuan. Aktivitas di dalam instansi pemerintah selalu diarahkan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam berbagai industri merupakan bagian yang tidak bisa dihi ndari. Banyak faktor yang mendukung tingginya persaingan di berbagai industri tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu institusi pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu institusi pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang biasa kita kenal POLRI merupakan salah satu institusi pemerintahan yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negri Sipil yang kuat,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen Bab I Pengantar 1.1. Latar Belakang Studi ini bermaksud untuk menjelaskan kondisi kinerja dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK Unib). Dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam berjalannya suatu perusahaan untuk mencapai visi, misi, strategi serta

Lebih terperinci

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera i KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 TENTANG KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dunia dalam fase globalisasi yang berkembang sangat cepat dengan berbagai perubahan-perubahannya, sehingga organisasi diharuskan untuk selalu siap terhadap

Lebih terperinci

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera i KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 TENTANG KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN DOSEN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Negeri Makassar Dokumen

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Ada berberapa pendapat para ahli mengenai pengertian manajemen sumber daya manusia seperti: Menurut Hasibuan (2013:10), Manajemen Sumber

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan peningkatan kemampuan di bidang perencanaan,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN INDEKS PENERAPAN NILAINILAI DASAR BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA LINGKUP DEPARTEMEN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat mencapai tujuan sesuai apa yang diharapkan perusahaan. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat mencapai tujuan sesuai apa yang diharapkan perusahaan. Sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan beroperasi dengan cara mengkombinasikan antara sumber daya yang ada, untuk menghasilkan produk dan jasa yang dapat dipasarkan dan dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah surat kabar Harian Jogja Express tertanggal 13 September 2012 menulis sebuah artikel yang sangat menarik. Dalam tulisannya, diinformasikan bahwa batas

Lebih terperinci

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani KOMPETENSI KONSELOR Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani 1. Menghargai dan menjunjung tinggi 1.1. Mengaplikasikan pandangan positif nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang bergerak dalam bidang perindustrian tentunya memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang bergerak dalam bidang perindustrian tentunya memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang perindustrian tentunya memerlukan karyawan, dengan demikian faktor sumber daya manusia yang ada harus dikelola dan dipelihara

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2003 TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2001 KE DALAM PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam kehidupan individu. Pemenuhan tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2003 TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2003 TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2003 TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2001 KE DALAM PERATURAN

Lebih terperinci

A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010-

A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010- A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010-2014 Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2010-2014 terakhir disempurnakan dengan Peraturan Menteri Sekretaris Negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Sebelum kita lebih jauh mengupas masalah kompensasi dan motivasi, ada perlunya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak berpisahnya Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dari tubuh organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Departemen Pertahanan dan Keamanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas pelayanan publik di Indonesia saat ini belum baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kekecewaan masyarakat terhadap pelayanan publik yang kian meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan suatu institusi negara yang bertugas memastikan keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat. POLRI mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu terhadap terselenggaranya proses pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai berbagai macam teknologi yang dapat membantu manusia dalam membuat, menyusun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang ditempuh Pemerintah dalam mewujudkan landasan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang ditempuh Pemerintah dalam mewujudkan landasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu usaha yang ditempuh Pemerintah dalam mewujudkan landasan pembangunan yang kokoh yaitu dengan meningkatkan disiplin Nasional yang dipelopori oleh Aparatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen yang efektif. Untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam manajemen yang efektif memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan berisi penjelasan mengeai teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori komitmen profesi, komitmen organisasi, dan guru, serta hubungan antara komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations.

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations. Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Fakultas FIKOM Kompetensi komunikasi PR: Motivasi yang positif dan membangun komunikasi efektif dua arah dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi hakekatnya memiliki sumber daya manusia yang seharusnya dapat digali pada setiap potensi masing-masing individu. Serta dalam pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;

b. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Loyalitas Kerja a. Pengertian Loyalitas Kerja Hasibuan (2005), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu organisasi juga dituntut mengelola lingkungan internalnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu organisasi juga dituntut mengelola lingkungan internalnya agar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini persaingan antar organisasi semakin kompetitif, agar tetap exist organisasi harus selalu fleksibel terhadap perubahan disekitarnya. Selain itu

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA IKA STAR BPKP, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, kompetensi dan kapabilitas kepala sekolah harus memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepemimpinan memiliki arti peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang pemimpin dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 Tentang KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. bahwa Universitas Baiturrahmah

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi atau perusahaan pada umumnya memiliki tujuan-tujuan tertentu, dimana tujuan tersebut

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BAPPEDA KABUPATEN BOYOLALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

BUKU KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BAPPEDA KABUPATEN BOYOLALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013 2 BUKU KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BAPPEDA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 iv i v KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas perkenannya, kita dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran dari hasil diskusi yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik suatu simpulan mengenai OCB perawat pelaksana ruang rawat inap Rumah Sakit X di Lampung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH/MADRASAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kinerja Karyawan 2.1.1 Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu tertentu, dimana dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian Manajemen Setiap kegiatan organisasi perusahaan dituntut adanya suatu manajemen yang baik agar pemerintahan dapat terus dijamin. Karena tanpa adanya manjemen yang baik

Lebih terperinci