BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan
|
|
- Hadi Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Dalam pembahasan tentang kesiapan PT PAL Indonesia (Persero), penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) pada prinsipnya memiliki kesiapan terbatas untuk membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah menghadapi berbagai permasalahan yang menjadi kendala untuk mampu melaksanakan proyek pembangunan kapal perang jenis PKR secara mandiri. Meskipun sejumlah upaya telah dilaksanakan, masih banyak persyaratan kesiapan pembangunan proyek kapal perang jenis PKR yang belum dapat dipenuhi oleh PT PAL Indonesia. Untuk itu penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) untuk membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri dilaksanakan dengan membandingkan hasil wawancara penelitian dengan persyaratan kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah galangan kapal sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan landasan teori penelitian ini. Kajian pustaka di bidang manajemen dan tekonologi serta proyek pembangunan kapal berteknologi tinggi seperti kapal perang jenis PKR telah mengungkapkan kemampuan yang harus dimiliki sebuah galangan kapal untuk mampu membangun kapal tersebut. Secara singkat, untuk mampu membangun kapal perang yang melibatkan teknologi dan kompleksitas tinggi seperti kapal perang jenis PKR secara mandiri, sebuah galangan kapal membutuhkan kemampuan sebagai berikut:
2 98 1. Penguasaan desain dan rekayasa teknis: a. Pemahaman detail kebutuhan pengguna (operation requirements TNI Angkatan Laut); b. Penyusunan detail spesifikasi teknik kapal yang dibutuhkan; c. Penyusunan strategi pembangunan kapal; d. Penyusunan kontrak pembangunan kapal; 2. Penguasaan proyek pembangunan kapal: a. Manajemen proyek; b. Rekayasa desain dan teknologi; c. Supply chain management; d. Sistem produksi; e. Manajemen integrated logistics support; f. Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi; g. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja; h. Manajemen sumber pendanaan proyek; Analisis data dalam penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah memiliki kemampuan di bidang sistem produksi (2.d). Oleh karenanya PT PAL Indonesia (Persero) masih harus meningkatkan kemampuannya untuk menguasai persyaratan-persyaratan yang lain untuk mampu membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri. Untuk mencapai tujuan strategis tersebut diperlukan komitmen yang kuat dari Manajemen PT PAL Indonesia (Persero) dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dan
3 99 kapabilitas PT PAL Indonesia (Persero) agar mampu membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri. Penelitian ini telah berhasil menyimpulkan esensi pengertian yang dimaksud dengan kalimat siap membangun kapal perang jenis PKR yang dimaksudkan oleh informan wawancara. Kesiapan yang dimaksud merupakan kesiapan terbatas hanya pada bidang produksi proyek pembangunan kapal perang PKR. Sedangkan untuk proses rekayasa desain dan pengendalian proyek kapal, PT PAL Indonesia (Persero) masih membutuhkan asistensi dari pihak galangan kapal DSNS Belanda melalui pendekatan sistem mentoring. Keterbatasan kesiapan PT PAL Indonesia (Persero) juga terlihat dalam bidang penyiapan logistik yang dibutuhkan untuk pembangunan kapal perang jenis PKR. Dalam proyek pembangunan kapal PKR I dan II, seluruh gambar kerja, perencanaan proyek dan logistik pembangunan kapal dipasok dan dikendalikan langsung oleh pihak galangan kapal DSNS Belanda. Potensi pasar yang dimiliki PT PAL Indonesia (Persero) untuk menerima hasil produksi kapal perang jenis PKR saat ini hanya dari Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertahanan; yang memesan kapal tersebut untuk TNI Angkatan Laut. Selain itu, PT PAL Indonesia (Persero) terikat perjanjian bahwa mereka harus mendapatkan persetujuan pihak galangan kapal DSNS Belanda untuk memasarkan jenis kapal tersebut selain kepada TNI Angkatan Laut. Hal ini menyebabkan ketergantungan PT PAL Indonesia (Persero) terhadap Pemerintah dan galangan kapal DSNS Belanda dalam mengembangkan dan mempertahankan kemampuannya untuk membangun kapal perang jenis PKR.
4 100 Penelitian ini telah menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) hanya memiliki kesiapan fasilitas produksi secara terbatas serta kesiapan sebagai pelaksanakan produksi (sebagai pekerja) dalam proyek pembangunan kapal perang jenis PKR. Sedangkan persyaratan kesiapan lainnya (kemampuan galangan, kemampuan teknis, manajemen galangan, manajemen keselamatan kerja, manajemen rantai pasok dan logistik (logistics and supply chain management) dan manajemen sistem informasi yang terintegrasi) belum dimiliki oleh PT PAL Indonesia (Persero). Oleh karenanya, melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) belum siap untuk melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR secara mandiri. Kedua, penelitian ini telah mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi PT PAL Indonesia (Persero) untuk mampu melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR secara mandiri. Beberapa tantangan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapannya telah berhasil diatasi oleh PT PAL Indonesia (Persero); namun masih ada tantangan yang perlu mendapatkan perhatian dan komitmen lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia maupun pihak Manajemen PT PAL Indonesia (Persero). Tantangan di bidang penyiapan sumber daya manusia bidang produksi dalam proyek pembangunan kapal perang jenis PKR telah berhasil diatasi oleh PT PAL Indonesia (Persero). Meskipun demikian, kompleksitas proses pembangunan kapal perang jenis PKR mengharuskan PT PAL Indonesia (Persero) untuk mengatasi tantangan-tantangan berikutnya yang antara lain meliputi:
5 Ketersediaan tenaga ahli di bidang penguasaan desain dan rekayasa teknis, termasuk tenaga ahli di bidang konstruksi dan kekuatan kapal, getaran dan kebisingan kapal, sistem hidro-dinamika kapal; 2. Akses terhadap sistem supply chain dan logistics material pembangunan kapal; 3. Akses terhadap sumber-sumber pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan kapal; 4. Jaminan ketersediaan pasar melalui kemampuan dan komitmen Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan kapal PKR selanjutnya; 5. Budaya disiplin kerja dan kualitas hasil kerja yang perlu diawasi secara ketat; 6. Sistem birokrasi pemerintah untuk menjamin adanya good governance dalam proyek pembangunan kapal sekelas kapal PKR. Selain tantangan tersebut, untuk membangun kapal perang jenis PKR PT PAL Indonesia (Persero) juga masih membutuhkan dukungan dalam bentuk asistensi dari galangan kapal DSNS Belanda sebagai galangan kapal yang mengembangkan rekayasa desain dan spesifikasi teknis kapal tersebut. Asistensi tersebut dapat dilaksanakan melalui sistem mentoring yang disampaikan oleh tenaga ahli dari galangan kapal DSNS Belanda untuk melaksanakan pembangunan kapal di galangan kapal PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Indonesia. Dalam bidang manajemen logistik pembangunan kapal perang jenis PKR, PT PAL Indonesia (Persero) masih membutuhkan asistensi dari galangan kapal DSNS
6 102 Belanda karena pada proyek pembangunan kapal PKR I dan II seluruh manajemen logistik ditangani langsung oleh DSNS. Penelitian ini menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah mengubah pola pandangnya terhadap kendala yang dihadapi menjadi suatu tantangan untuk mancapai kemajuan yang diharapkan. Kendala atau tantangan yang dihadapi bersifat internal dan eksternal PT PAL Indonesia (Persero). Kendala internal terkait pengalaman dan sistem kerja serta birokrasi organisasi PT PAL Indonesia (Persero). Kendala eksternal berupa ketidaksiapan tenaga ahli dan industri dalam negeri untuk mendukung kebutuhan penguasaan teknologi dan material pembangunan kapal perang jenis PKR. Hal ini menimbulkan ketergantungannya terhadap dukungan tenaga ahli dari luar negeri serta pengadaan material pembangunan kapal yang harus diimpor dari luar negeri. Ketiga, strategi yang dilaksanakan PT PAL Indonesia (Persero) untuk mengatasi kendala-kendala tersebut di atas dalam rangka meningkatkan kesiapannya melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR yang dibutuhkan TNI Angkatan Laut meliputi: 1. Bidang SDM. PT PAL Indonesia (Persero) melaksanakan perpanjangan jangka waktu kontrak dengan para tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan serta terus melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja dalam bentuk part-time maupun full-time, serta kerja sama dengan galangan kapal maupun badan sertifikasi untuk menguji keterampilan para personelnya; 2. Bidang Penyiapan Dana. Selain mengoptimalkan dukungan Pemerintah, PT PAL Indonesia (Persero) juga mengadakan kerja sama dengan
7 103 purchasing agent dari negara pengekspor material yang dibutuhkan untuk membangun kapal dalam rangka memperoleh sumber pendanaan dari negara tersebut; 3. Bidang Penyiapan Logistik. PT PAL Indonesia (Persero) tetap menjalin kerja sama dengan DSNS Belanda, selain kerja sama yang sudah dimiliki dengan Mitsui Jepang dan Daewoo Korea, untuk memperoleh akses terhadap kebutuhan logistik pembangunan kapal perang terutama kebutuhan logistik yang terkait teknologi tinggi; 4. Strategi Penguasaan Metode pembangunan kapal. PT PAL Indonesia (Persero) membentuk Tim Pengembangan Metode pembangunan kapal yang bertugas merekam dan mempelajari serta mengembangkan setiap metode pembangunan kapal yang digunakan dalam proyek pembangunan kapal PKR I dan II. Tim tersebut bertanggung jawab mengembangkan pola pelatihan dan produksi yang diperlukan untuk menguasai teknologi produksi kapal yang kompleks. 5. Strategi Pemasaran. PT PAL Indonesia (Persero) berusaha secara aktif meningkatkan kualitas hasil produksinya serta bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut untuk mempromosikan kapal produksi PT PAL Indonesia (Persero) dalam kegiatan-kegiatan internasional; 6. Bidang Sistem Informasi. PT PAL Indonesia (Persero) mengembangkan sistem IFS yang sudah ada dengan mengadaptasi sistem BAAN yang digunakan galangan kapal DSNS Belanda;
8 104 Penelitian ini menemukan bahwa strategi yang ditempuh PT PAL Indonesia (Persero) meliputi strategi internal dan eksternal. Secara internal, PT PAL Indonesia (Persero) menyusun usaha-usaha peningkatan kemampuan SDM dan sistem manajemen internal sistem produksi maupun pengelolaan galangan kapal secara total. Strategi eksternal PT PAL Indonesia (Persero) dilaksanakan melalui peningkatan dan pengembangan kerja sama dengan galangan-galangan kapal lainnya yang sudah berskala international untuk memperoleh akses terhadap teknologi terkini serta sumber-sumber logistik yang dibutuhkan. 6.2 Rekomendasi Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh PT PAL Indonesia (Persero), penelitian ini mengajukan rekomendasi sebagai berikut. Pertama, untuk mengatasi kendala ketersediaan tenaga ahli PT PAL Indonesia dapat melaksanakan pendidikan dan atau pelatihan meliputi metode di luar pekerjaan (off the job/full time study/training) dan metode sambil bekerja (on the job/part time study/training) (Zainun 2001). Selain merumuskan bagaimana materi pendidikan dan pelatihan dapat disampaikan, PT PAL Indonesia (Persero) perlu merumuskan pola penentuan personel untuk dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan agar seluruh know-how yang disampaikan dapat diserap secara maksimal dengan menggunakan sumber daya yang ada. PT PAL Indonesia (Persero) juga harus merumuskan materi pendidikan dan pelatihan yang perlu disampaikan. Selain hal di atas, keterbatasan kesiapan maupun kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) dalam membangun kapal perang jenis PKR secara mandiri,
9 105 harus dipandang sebagai tantangan nasional untuk meningkatkan dan mensinergikan berbagai upaya dan sumber daya yang dimiliki. Upaya-upaya tersebut diarahkan dalam rangka menyerap seluruh know-how yang dapat diperoleh melalui proses transfer of technology berupa pelatihan di galangan kapal DSNS Belanda, di bengkel pelatihan di PT PAL Indonesia (Persero), serta merekam seluruh proses produksi yang dilaksanakan di lapangan (karena tidak diperoleh melalui pelatihan di Belanda), upgrade sarana dan prasarana produksi sesuai saran tenaga ahli dari galangan kapal DSNS Belanda dan disertifikasi oleh Biro Klasifikasi Lloyd s Register Inggris. Kedua, untuk menghadapi kendala sistem supply chain dan logistics material pembangunan kapal perang jenis PKR, selain kerja sama dengan DSNS Belanda, Mitsui Jepang dan Daewoo Korea, PT PAL Indonesia (Persero) perlu meningkatkan kemampuan modal dan memperbaiki catatan kreditnya untuk meningkatkan kepercayaan rantai pasok internasional terhadap kemampuan PT PAL Indonesia dalam membangun kapal berteknologi tinggi (kapal perang permukaan air dan kapal selam). Kepercayaan rantai pasok internasional tersebut dapat membuka akses PT PAL Indonesia (Persero) kepada para pemasok logistik internasional kebutuhan bahan baku dan komponen yang dibutuhkan untuk membangun kapal tersebut di atas. Selain meningkatkan kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) sebagai galangan kapal penghasil kapal-kapal perang jenis PKR, industri dalam negeri penghasil bahan baku maupun komponen kapal juga perlu mendapat perhatian. Hampir seluruh material dan komponen pembangunan kapal PKR I dan II didatangkan dari luar negeri. Meskipun Pemerintah sudah mensyaratkan adanya
10 106 komponen dalam negeri, namun produksi dalam negeri yang ada tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Selain itu kemampuan dan kemauan sumber finansial dalam negeri juga perlu diperhatikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa sumber pendanaan kapal PKR dikelola oleh pihak DSNS dan diperoleh dari luar negeri. Meskipun PT PAL Indonesia berhasil menemukan sumber pendanaan dari Korea untuk membangun kapal SSV pesanan Philipina, namun peningkatan kemampuan sumber pendanaan dalam negeri perlu ditingkatkan untuk mendukung upaya kemandirian sistem pertahanan nasional. Keberhasilan PT PAL Indonesia (Persero) membangun kapal perang jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) pesanan Pemerintah Philipina merupakan salah satu bukti kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) melaksanakan rekayasa desain dan produksi kapal perang secara mandiri. Oleh karenanya dengan strategi yang tepat dan komitmen dari pihak Manajemen maka PT PAL Indonesia (Persero) akan mampu membangun kapal perang jenis PKR maupun kapal perang sejenisnya yang melibatkan teknologi tinggi dan sistem yang kompleks. Proyeksi postur TNI Angkatan Laut hingga tahun 2024 yang memerlukan penambahan alutsista kapal perang jenis PKR atau sekelasnya merupakan potensi pangsa pasar yang harus dapat digunakan untuk memacu semangat dan komitmen seluruh jajaran PT PAL Indonesia (Persero) untuk mampu menguasai manajemen dan teknologi yang dibutuhkan dalam rangka membangun kapal tersebut secara mandiri. Kemampuan ini akan dapat meningkatkan kredibilitas PT PAL Indonesia (Persero) sebagai galangan kapal yang mampu membangun kapal perang pada tingkat internasional. Selain itu, kemampuan tersebut dapat
11 107 meningkatkan ketahanan alutsista TNI Angkatan Laut, serta posisi politik luar negeri Bangsa Indonesia di kawasan regional Asia maupun Internasional. Ketiga, permasalahan sumber pendanaan untuk membiayai proyek pembangunan kapal bernilai tinggi seperti kapal perang jenis PKR maupun kapal selam PT PAL Indonesia (Persero) dapat mengembangkan strategi pendanaan yang digunakan dalam pembangunan kapal SSV pesanan Pemerintah Filipina. Melalui skema pendanaan tersebut, PT PAL Indonesia (Persero) berhasil mengurangi beban perusahaan maupun Negara yang harus melakukan investasi dalam proyek pembangunan sebuah kapal berteknologi tinggi. Keempat, untuk menjamin ketersediaan pasar pengguna kapal perang produksi PT PAL Indonesia (Persero), selain memastikan komitmen dukungan Pemerintah PT PAL Indonesia (Persero) juga harus meningkatkan kemampuan internalnya agar proyek-proyek pembangunan kapal yang ditangani dapat selesai dengan tepat waktu atau bila memungkinkan lebih cepat dari waktu yang direncanakan. Komitmen Pemerintah dapat dilihat dari adanya peraturan perundang-undangan tentang penggunaan produk dalam negeri, selain itu kebutuhan kapal perang TNI Angkatan Laut merupakan pasar potensial yang dapat digunakan PT PAL Indonesia untuk memastikan pasar yang dibutuhkan. Dengan percepatan waktu penyelesaian proyek yang dikerjakan, maka PT PAL Indonesia (Persero) dapat menangkap setiap kesempatan yang muncul dalam pasar kebutuhan kapal perang berteknologi tinggi, selain kebutuhan dalam negeri dari TNI Angkatan Laut maupun Kementerian/Lembaga Pemerintah lainnya. Kelima, PT PAL Indonesia perlu mengembangkan budaya kerja yang produktif untuk meningkatkan kedisiplinan kerja dan kualitas hasil kerja yang
12 108 dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saingnya di tingkat internasional. Selain itu, PT PAL Indonesia (Persero) dapat merumuskan penerapan sistem manajemen berstandard internasional seperti ISO (International Standard Organisation), ASTM, DIN, dll, yang sesuai dengan budaya lokal dan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan kedisiplinan budaya kerja SDM PT PAL Indonesia (Persero). Keenam, PT PAL Indonesia perlu menumbuhkan integritas, kedisiplinan, kejujuran, proses yang efektif sebagai budaya kerja perusahaan. Penanaman nilainilai tersebut sebagai budaya kerja perusahaan dapat mendukung terciptanya good governance dalam sistem manajemen PT PAL Indonesia (Persero) yang mengarah pada peningkatan efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan (Armstrong, 2009). Selain itu, PT PAL Indonesia (Persero) perlu mengartikulasikan secara jelas dan tegas tugas dan tanggung jawab perbedaan pengawasan, peraturan dan penegakan sistem autorisasi (Johnston, 2004). Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mendukung terciptanya budaya good governance dalam sistem manajemen PT PAL Indonesia (Persero) antara lain: i) menetapkan kebijakan perusahaan secara formal (melalui pengkodean dan panduan petunjuk), ii) menciptakan hubungan sinergi antara Dewan Komisaris dengan Manajemen Eksekutif PT PAL Indonesia (Persero), iii) mendukung terlaksananya hak-hak setiap pemangku-kepentingan antara lain para pekerja dan masyarakat sekitar PT PAL Indonesia, iv) meningkatkan sistem control internal dan eksternal, v) penyampaian informasi secara transparan, dan vi) mendukung terciptanya keberlangsungan bisnis PT PAL Indonesia (Persero) (Johnston, 2004).
13 109 Penelitian ini berhasil menemukan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) telah mampu secara terbatas untuk membangun kapal perang jenis PKR. Selain manfaat praktis yang telah dibahas, penelitian ini juga telah memberikan manfaat akademis di bidang manajemen dalam arti luas maupun dalam arti khusus di bidang peningkatan ketahanan nasional. Penelitian ini juga memberikan manfaat berupa alternatif topik penelitian lanjutan dalam rangka meningkatkan ketahanan nasional melalui dukungan kesiapan dan kemampuan PT PAL Indonesia (Persero) untuk melaksanakan pembangunan kapal perang jenis PKR atau yang lebih besar yang dibutuhkan TNI Angkatan Laut maupun lembaga Negara lainnya. Demikian tesis ini disusun sebagai hasil penelitian yang telah dilaksanakan.
STUDI KELAYAKAN PT PAL INDONESIA (PERSERO) DALAM PEMBANGUNAN KAPAL PERUSAK KAWAL RUDAL (PKR) GUNA MENDUKUNG KETAHANAN ALUTSISTA TNI AL
Prasetya Nugraha, Armaidy Armawi, Edhi Martono -- Studi Kelayakan PT PAL Indonesia (Persero) Dalam Pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) Guna Mendukung Ketahanan Alutsista TNI AL JURNAL KETAHANAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing terhadap perusahaan dalam industri sejenis agar mampu merebut pangsa pasar dan meraih keuntungan. Oleh karena itu,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetapkan cetak biru (blue print) postur kekuatannya (Keputusan Kasal Nomor
1 HULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN TNI Angkatan Laut sebagai bagian dari sistem pertahanan negara telah menetapkan cetak biru (blue print) postur kekuatannya (Keputusan Kasal Nomor Kep/2/II/2006).
Lebih terperinci-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciGambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM
BAB V TINDAK LANJUT UNTUK ARSITEKTUR INFORMASI Tindak lanjut untuk arsitektur informasi BBM memberikan langkah berikutnya setelah dihasilkan rancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM. Tindak lanjut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pertumbuhan industri baja saat ini sedang tumbuh dengan cepat (fast growing), seiring meningkatnya konsumsi baja nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic State) terbesar di dunia, memiliki 17.508 pulau besar dan kecil, luas wilayah darat 1,937 juta km2, luas laut 5,8
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam suatu perusahaan memerlukan biaya yang besar dan memungkinkan terjadinya resiko kegagalan yang cukup tinggi. Di sisi lain
Lebih terperinciProgram Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?
Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang
Lebih terperinciMRP Pertemuan 6 BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN
BAB 6 IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Implikasi Secara Umum 1. Pengembangan manajemen logistik Manajemen Rantai Pasokan pada hakikatnya pengembangan lebih lanjut dari manajemen logistik, yaitu
Lebih terperinciAnalisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan
Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Materials Supply Chain Analysis In The Maritime Industrial Estate On The Productivity Of Shipbuilding
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari tahun 2013 mencapai 114,1 juta orang dengan jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar
Lebih terperinciMENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA
MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA PENDAHULUAN Kunci kemajuan suatu bangsa sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh potensi dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV diketahui bahwa: 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan pendatang baru yang belum memiliki
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, industri alat berat Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan industri
Lebih terperinciCV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development
Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para pelaku bisnis akan menambah nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan era globalisasi menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah seyogyanya bertumpuh pada sumberdaya lokal yang dimiliki dan aktivitas ekonomi yang mampu melibatkan dan menghidupi sebagian besar penduduk. Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era globalisasi dan pasar bebas
Lebih terperinciSTUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI
STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI Steven 1, Richard Ch Ali 2, Ratna Setiawardani Alifen 3 ABSTRAK : Pengadaan material dalam sebuah proyek konstruksi merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep Supply Chain Management (SCM) telah menerima banyak perhatian dalam literatur marketing (pemasaran), logistic (logistik), dan purchasing (pembelian).
Lebih terperinciKRITERIA SNI AWARD 2015
Halaman : 1 dari 10 KRITERIA SNI AWARD 2015 KUESIONER SNI AWARD 2015 DAN BESAR BARANG DAN JASA 1 Halaman : 2 dari 10 A. KEPEMIMPINAN A.1 Visi, Misi dan Tata Nilai Klausul ini dimaksudkan untuk menilai
Lebih terperinciRantai Pasokan Global (Global Supply Chains)
Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.
BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO
BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.
Lebih terperinciBUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN
BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN A. LATAR BELAKANG Business Plan akan menjadi dasar atau pijakan bagi
Lebih terperinciPenyusunan COBIT, ITIL, dan iso 17799
Penyusunan COBIT, ITIL, dan iso 17799 Pengantar : COBIT, ITIL DAN ISO 17799 berkaitan dengan praktek manajemen berbasis IT yang pada dasarnya menuju pada standarisasi, Praktek ini sangat membantu karena
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang
12 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1. Kerangka Teknologi ATLAS... 1 2. Gambar.1.2. Diagram Keterkaitan... 4 3. Gambar 1.3. Alur Penelitian... 7 4. Gambar 2.1. Proses Input dan Output... 8 5. Gambar 2.2. Skema
Lebih terperinciBAB I PROFIL PERUSAHAAN
BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Sumber yang dipergunakan untuk membuat profil PT PINDAD adalah www.pindad.com dan www.wikipedia.org. Dengan menggunakan kedua website tersebut sebagai sumber,
Lebih terperinciALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices
Lebih terperinciPEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN
P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.
Lebih terperinciBab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU
Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU Sistem Informasi Korporat Terpadu Konsep manajemen supply chain memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiga tahapan utama dalam manajemen operasi adalah pengaturan input, proses dan output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.
Lebih terperinciIT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT)
with COBIT Framework introductory IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT) Oleh: Ahmad Syauqi Ahsan 1 Tujuan Memahami manfaat IT Governance Mengerti kapan perlu mengaplikasikan IT Governance Mengerti prinsip2 dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi, dan juga kemampuan untuk bertahan hidup, merupakan hasil implementasi misi organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk R & D Center merupakan salah satu unit bisnis pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Pengelolaan unit bisnis yang ada di PT. Telekomunikasi
Lebih terperinciPOLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA. Manajemen Bisnis Konstruksi
POLA-POLA PENGEMBANGAN SISTIM RANTAI PASOK PERUSAHAAN DALAM MEMBANGUN DAYA SAING USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA Manajemen Bisnis Konstruksi ISI PRESENTASI Pendahuluan Tinjauan Pustaka Pola rantai pasok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian ini untuk menguji dampak kebermanfaatan penerapan e-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini untuk menguji dampak kebermanfaatan penerapan e- procurement pada fungsi pengadaan dan khususnya pada manajer yang terlibat dalam pelaksanaannya.penulis
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM PT. PAL INDONESIA(Persero) Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor Industri Maritim
BAB II GAMBARAN UMUM PT. PAL INDONESIA(Persero) 2.1 Sejarah Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di sektor Industri Maritim maka dalam hal ini pemerintah membuka perusahaan galangan kapal yaitu PT. PAL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian dalam setiap perilaku bisnis. Seiring dengan dinamika zaman, perspektif bisnis pun
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. KONDISI UMUM SEKARANG DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Perubahan peraturan di bidang pemerintahan daerah yang berdampak pada bidang kepegawaian membutuhkan antisipasi
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Beberapa permasalahan yang masih dihadapi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Lebih terperinciPembahasan Materi #8
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Implikasi Secara Umum Implikasi Terhadap Manajemen Mutu Implikasi Terhadap Arus Barang Implikasi Terhadap Organisasi Implikasi Biaya & Nilai Tambah Implikasi
Lebih terperinciOleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif
Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PAL INDONESIA (PERSERO), bermula dari sebuah galangan kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1939.
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR
BAB III OBJEK DAN METODE TUGAS AKHIR 3.1 Objek Penelitian Tugas Akhir Objek tugas akhir ini adalah mengenai akuntansi penggajian serta prosedur penggajian yang dilakukan pada perusahaan PT. Pindad (Persero)
Lebih terperinciI. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan
Lebih terperinciSUPPLY DEMAND MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI DALAM RANGKA MENDUKUNG INVESTASI INFRASTRUKTUR NASIONAL
SUPPLY DEMAND MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI DALAM RANGKA MENDUKUNG INVESTASI INFRASTRUKTUR NASIONAL Disampaikan dalam rangka CONBUILD MINING and RENEWABLE INDONESIA 2012 PUBLICWORKS DAY : SEMINAR NASIONAL
Lebih terperinciPembahasan Materi #11
1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Konsep, Pengelolaan, Kolaborasi SCM Sistem Informasi Terpadu Tahapan Evolusi Pengembangan Aspek Pengembangan 6623 - Taufiqur Rachman 1 Konsep SCM 3 SCM Memperlihatkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat P.T. PAL INDONESIA P.T. PAL INDONESIA (PERSERO), bermula dari sebuah galangan kapal yang bernama MARINE ESTABLISHMENT (ME) dan diresmikan oleh pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciSTANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN
Lebih terperinciSistem manajemen mutu Persyaratan
Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...
Lebih terperinciPemenuhan Alutsista dan Kemandirian Industri Pertahanan. Tubagus Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR RI)
Pemenuhan Alutsista dan Kemandirian Industri Pertahanan Tubagus Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR RI) Pendahuluan Kemandirian Alutsista merupakan hal krusial dalam membangun kapasitas dan kredibilitas
Lebih terperinciRingkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional
Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI
Lebih terperinci11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi
Information System Strategic Design 11-12 Struktur, Proses dan Mekanisme Tata Kelola Teknologi Informasi Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Sumber :
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Perilaku Korporasi
Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah
Lebih terperinciVII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK
BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional
Lebih terperinciPIAGAM INTERNAL AUDIT
PIAGAM INTERNAL AUDIT PT INTILAND DEVELOPMENT TBK. 1 dari 8 INTERNAL AUDIT 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Piagam Audit Internal merupakan dokumen penegasan komitmen Direksi dan Komisaris serta
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan
Lebih terperinciBAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap
BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang berlokasi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. PEST dan Analisis 5 Kekuatan Porter, diperoleh hasil mengenai
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan 1. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dengan menggunakan Analisis PEST dan Analisis 5 Kekuatan Porter, diperoleh hasil mengenai a. Gambaran kondisi Lingkungan
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
No. 5768 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 279). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2012 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan lingkungan dunia usaha industri di Indonesia saat ini berlangsung dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hampir semua aspek kehidupan manusia. Dengan majunya perkembangan teknologi, manusia dapat bekerja dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling terkait mendukung perlunya integrasi ke hulu agar perusahaan mendapatkan pasokan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan tentang posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciWritten by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46
RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis khususnya penerapan teknologi pada manajemen proyek, agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan teknologi dalam perusahaan memerlukan perencanaan yang strategis khususnya penerapan teknologi pada manajemen proyek, agar penerapan dapat sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinci2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik
Lebih terperinci