POTRET ANGKATAN KERJA DAN PEKERJA KALIMANTAN TENGAH 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTRET ANGKATAN KERJA DAN PEKERJA KALIMANTAN TENGAH 2013"

Transkripsi

1

2

3 POTRET ANGKATAN KERJA DAN PEKERJA KALIMANTAN TENGAH 2013

4 POTRET ANGKATAN KERJA DAN PEKERJA KALIMANTAN TENGAH 2013 Nomor Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku Jumlah halaman : 15 x21 cm : x halaman Naskah, Gambar Kulit dan Tata Letak : Tim Penyusunan Analisis Gini Ratio dan Konsumsi Rumah Tangga, Analisa Data Kemiskinan, Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah 2013 Diterbitkan oleh: Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

5

6

7 DAFTAR ISI Kata pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... ix Bab I Pendahuluan... 1 Bab II Metodologi Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Bagan Ketenagakerjaan Konsep dan Definisi Bab III Gambaran Umum Geografi dan Iklim Pemerintahan Penduduk PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Bab IV Ketenagakerjaan Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Penduduk Bekerja (Tenaga Kerja) Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama Bekerja Menurut Pendidikan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013 v

8 Bekerja Menurut Jam Kerja Bab V Indikator Ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pekerja Tidak Penuh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Kesempatan Kerja Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Elastisitas Kesempatan Kerja Produktivitas Pekerja BAB VI Kesimpulan vi Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah 2013

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Batasan Kegiatan Formal/Informal Tabel 3.1. Realisasi Anggaran Daerah, Tabel 3.2. Perkembangan PDRB Kalimantan Tengah, Tabel 4.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama, Tabel 4.2. Persentase Angkatan Kerja Menurut Pendidikan dan Kabupaten/Kota, Tabel 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, Tabel 4.4. Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Lapangan Pekerjaan Utama, Tabel 4.5. Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Sektor Ekonomidan Kabupaten/Kota, Tabel 4.6. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Kabupaten/Kota, Tabel 4.7. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama, Tabel 4.8. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Kabupaten/Kota, Tabel 4.9. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Status Pekerjaan, Tabel Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja dan Kabupaten/Kota, Tabel Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja dan Status Pekerjaan, Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013 vii

10 Tabel 5.1. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, Tabel 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kelompok Umur, Tabel 5.3. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/ Kota dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, Tabel 5.4. Persentase Pekerja Tidak Penuh Terhadap Total Pekerja menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, Tabel 5.5. Persentase Pekerja Tidak Penuh Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Kabupaten/Kota dan Kriteria Pekerja Tidak Penuh, Tabel 5.6. Persentase Setengah Penganggur dan Pekerja Paruh Waktu menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Tabel 5.7. Produktifitas Pekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, viii Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah 2013

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Bagan Ketenagakerjaan Gambar 3.1. Persentase PNS Daerah Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, Gambar 3.2. Piramida Penduduk, Gambar 3.3. Indeks Pembangunan Manusia, Gambar 3.4. Distribusi PDRB, Gambar 4.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur, Gambar 4.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan, Gambar 4.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota, Gambar 4.4. Persentase Angkatan Kerja terhadap Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota, Gambar 4.5. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, Gambar 4.6. Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, Gambar 4.7. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Gambar 4.8. Persentase Tenaga Kerja Menurut Status PekerjaanUtama, Gambar 4.9. Persentase Tenaga Kerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin, Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Pekerjaan Utama, Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013 ix

12 Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin, Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Jam Kerja dan Lapangan Pekerjaan, Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Jam Kerja dan Pendidikan, Gambar 5.1. TPT Provinsi Kalimantan Tengah, Gambar 5.2. Persentase Pekerja Tidak Penuh Provinsi Kalimantan Tengah, Gambar 5.3. Pekerja Tidak Penuh Kalimantan Tengah, Gambar 5.4. TPAK Provinsi Kalimantan Tengah, Gambar 5.5. Persentase TPAK menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, Gambar 5.6. TKK menurut Kabupaten/Kota, Gambar 5.7. Laju Pertumbuhan KK, x Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah 2013

13 BAB I PENDAHULUAN Program pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Daerah Provinsi Kalimantan Tengah, selalu diarahkan kepada tercapainya suatu tatanan kehidupan penduduk yang selaras, serasi dan seimbang yang merupakan pencerminan dari masyarakat yang adil dan makmur secara merata berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Salah satu misi pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun untuk mewujudkan Kalimantan Tengah yang Maju, Mandiri dan Adil, yang diwujudkan dalam peningkatan kualitas kependudukan dan ketenagakerjaan, keluarga kecil berkualitas, serta pemuda dan olahraga di seluruh wilayah Kalimantan Tengah. Peningkatan kualitas kependudukan dan ketenagakerjaan merupakan salah satu refleksi perwujudan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan sendiri diukur dari seberapa banyak masyarakat yang dapat hidup layak. Mereka yang tidak dapat hidup layak akan masuk ke dalam kemiskinan. Secara absolut, penduduk dikatakan miskin ketika tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs). Kebutuhan pokok tersebut meliputi kemampuan memenuhi pangan, sandang, papan dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses berbagai pelayanan dasar seperti air bersih, transportasi umum, fasilitas kesehatan, dan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

14 pendidikan. Ketidakmampuan yang menjerumuskan penduduk ke dalam kemiskinan tersebut tidak lain adalah kemampuan daya beli yang tidak memadai. Secara ekonomi, daya beli penduduk sangat tergantung pada keterlibatan secara aktif penduduk di pasar tenaga kerja. Penduduk yang aktif bekerja memproduksi barang/jasa akan memperoleh timbal balik dari perusahaan tempatnya bekerja berupa upah/gaji. Sebaliknya mereka yang tidak aktif bekerja dalam angkatan kerja akan menjadi pengangguran yang akan menjadi beban bagi diri dan keluarganya. Salah satu tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak (decent work) bagi angkatan kerja yang besar dan cenderung terus meningkat karena perubahan struktur umur penduduk. Tantangan tersebut mencakup dua hal sekaligus, yaitu penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja yang belum bekerja dan peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja sehingga memperoleh imbalan kerja yang memadai untuk dapat hidup layak (decent living). Tantangan itu sangat besar untuk dihadapi oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Walaupun demikian, peran yang dimainkan pihak pemerintah dapat sangat menentukan melalui pembangunan yang secara konsisten dirancang berbasis ketenagakerjaan, serta dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi. 2 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah 2013

15 Pengangguran dapat dilihat sebagai akibat dari tidak bekerjanya pasar tenaga kerja dengan baik. Dari sisi penawaran, secara umum di Indonesa mengalami masalah labor market missmatch. Sedangkan dari sisi permintaan, ada keterbatasan daya serap pasar tenaga kerja. Pengangguran senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan laju pertumbuhan penduduk usia kerja. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah di bidang ekonomi saja, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Selain dihadapkan pada masalah pengangguran, keadaan ketenagakerjaan juga dihadapkan pada masalah setengah pengangguran, yang secara ekonomi tergolong bekerja namun jam kerjanya berada di bawah jam kerja normal. Hal ini tentunya juga terkait dengan masalah produktivitas tenaga kerja dalam mewujudkan decent living. Dalam menjawab tantangan untuk mewujudkan decent work dan decent living, agar upaya penurunan tingkat pengangguran pada khususnya, dan pemantauan situasi ketenagakerjaan yang lebih baik pada umumnya, pemerintah sangat memerlukan data yang lengkap, akurat, relevan, mutakhir, dan berkesinambungan. Untuk memenuhi kebutuhan data tersebut BPS telah melaksanakan sebuah survei yang khusus dirancang untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS). Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

16 Melalui publikasi Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013, diharapkan dapat bermanfaat secara lebih luas kepada para pengguna data dari berbagai kalangan, terutama pemerintah daerah untuk mendapatkan gambaran ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan demikian, hal ini bisa merangsang terealisirnya decent work dan decent living untuk kesejahteraan masyarakat. Pembahasan pada tulisan ini terbatas pada variabel-variabel yang terdapat pada kuesioner SAKERNAS dan indikator-indikator ketenagakerjaan yang dibentuk dari pengembangan variabel-variabel tersebut. Hal-hal yang dibahas didasarkan pada bagan ketenagakerjaan untuk lebih memudahkan bagi para pengguna informasi dalam memahami gambaran dan permasalahan ketenagakerjaan, seperti penduduk usia kerja, angkatan kerja, pengangguran terbuka, sektor informal, sektor usaha/lapangan pekerjaan utama dan lain sebagainya. Selain itu dibahas juga mengenai indikator-indikator terkait ketenagakerjaan seperti Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja (TKK), dan indikator lainnya. Tujuan secara umum dalam tulisan ini adalah memberikan gambaran mengenai keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun Sedangkan tujuan yang lebih khusus adalah: 1. Untuk mengetahui karakteristik keadaan penduduk usia kerja, angkatan kerja, dan bukan 4 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah 2013

17 angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah. 2. Untuk mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi pada angkatan kerja dan pekerja di Provinsi Kalimantan Tengah. 3. Untuk mengetahui karakteristik ketenagakerjaan yang lebih spesifik di Provinsi Kalimantan Tengah melalui indikator-indikator ketenagakerjaan. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

18

19 BAB II METODOLOGI 2.1. Sumber Data Sejauh ini sumber data makro mengenai situasi ketenagakerjaan yang secara luas dianggap paling kredibel adalah berasal dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS). Survei tersebut diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) secara rutin dalam mengintegrasikan data ketenagakerjaan yang mempunyai peran penting. SAKERNAS dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan antar periode survei. Semula data SAKERNAS yang memiliki jumlah total sampel sekitar rumah tangga hanya dapat dipakai untuk estimasi level propinsi. Namun sejak SAKERNAS Semester II yang dilaksanakan bulan Agustus 2007, dengan sampel sebanyak rumah tangga. Sehingga data ketenagakerjaan yang dihasilkan mempunyai ketercukupan sampel untuk dapat dipergunakan mengestimasi sampai level kabupaten/kota. Dengan semakin besar jumlah sampel SAKERNAS, menjadikan SAKERNAS lebih representatif dan lebih memungkinkan untuk dibuat analisis yang lebih komprehensif. Gambaran umum ketenagakerjaan yang diperoleh lebih tajam, sehingga cerminan situasi ketenagakerjaan yang sebenarnya dapat teraktualisasikan. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

20 Berdasarkan pertimbangan tersebut, data hasil pengolahan SAKERNAS Agustus 2013 ini digunakan sebagai sumber data dalam menggambarkan situasi tenaga kerja dalam publikasi Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah Metode Pengumpulan Data Sejarah pengumpulan data ketenagakerjaan melalui SAKERNAS mengalami berbagai perubahan-perubahan sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun Sampai dengan saat ini, SAKERNAS mengalami berbagai perubahan baik dalam periode pencacahan maupun cakupan sampel wilayah dan rumah tangga. Tahun 1986 sampai dengan tahun 1993 SAKERNAS dilaksanakan secara triwulanan. Sedangkan tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 SAKERNAS dilakukan secara semesteran pada bulan Februari dan Agustus. Untuk SAKERNAS Februari, level estimasi hanya sampai tingkat provinsi dan jenis survei yang digunakan adalah panel survey, dengan memakai sampel rumah tangga yang sama untuk periode survei semester pertama. Sedangkan pada SAKERNAS semester kedua, jenis survei yang digunakan adalah cross sectional survey. Dengan semakin mendesaknya tuntutan data ketenagakerjaan baik variasi, kontinuitas, kemutakhiran dan peningkatan akurasi data yang dihasilkan, maka pengumpulan data SAKERNAS sejak tahun 2011 mulai dilakukan kembali secara triwulanan yaitu : bulan Februari (Triwulan I), Mei (Triwulan II), Agustus (Triwulan III) dan November (Triwulan IV) yang penyajian 8 Potret Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Tengah 2013

21 datanya dirancang sampai tingkat provinsi. Untuk kegiatan SAKERNAS pada bulan Agustus 2013 selain dengan sampel triwulanan juga terdapat sampel tambahan, dimaksudkan untuk memperoleh angka tahunan sebagai estimasi penyajian data sampai tingkat kabupaten/kota. Jumlah sampel SAKERNAS Agustus 2013 di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sekitar rumah tangga (tersebar pada 464 blok sensus) dari total rumah tangga (tersebar pada blok sensus) di seluruh Indonesia. Dari 464 blok sensus ( blok sensus secara nasional) di antaranya 116 blok sensus (5.000 blok sensus secara nasional) adalah sampel SAKERNAS triwulanan III dan 348 blok sensus ( blok sensus secara nasional) yang merupakan sampel SAKERNAS tambahan. Penambahan sampel tambahan sebesar 348 blok sensus ( blok sensus secara nasional) dimaksudkan untuk memperoleh estimasi data hingga tingkat kabupaten/kota. Rumah tangga korps diplomatik, rumah tangga dalam blok sensus khusus dan rumah tangga khusus yang tinggal dalam blok sensus biasa tidak tercakup dalam sampel SAKERNAS Data dan informasi yang dikumpulkan melalui SAKERNAS 2013 dilakukan dengan wawancara langsung kepada rumah tangga sampel terpilih. Jumlah rumah tangga sampel terpilih dari setiap blok sensus terpilih adalah 10 rumah tangga dengan metode systematic sampling dari daftar listing rumah tangga. Dari setiap rumah tangga terpilih dikumpulkan keterangan mengenai keadaan umum setiap anggota rumah Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

22 tangga yang mencakup nama, hubungan dengan kepala rumah tangga, jenis kelamin dan umur. Khusus untuk anggota rumah tangga yang berumur 10 tahun ke atas akan ditanyakan keterangan mengenai status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, pengangguran dan pengalaman kerja Metode Analisis Interpretasi mengenai gambaran keadaan ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah dari hasil pengolahan data mentah dan tabulasi, dipaparkan melalui analisis dekriptif sederhana. Melalui grafik dan tabel-tabel yang lebih mudah ditangkap secara visual dan praktis sehingga akan memudahkan konsumen dalam memperoleh informasi, mengidentifikasi kondisi sebuah indikator, dan membandingkan indikator baik antar periode maupun antar wilayah Bagan Ketenagakerjaan Pemahaman mengenai konsep ketenagakerjaan sangat penting untuk dapat mengidentifikasi penduduk yang termasuk kedalam kelompok angkatan kerja, bukan angkatan kerja, berkerja atau pengangguran. Indikator-indikator ketenagakerjaan harus mempunyai konsep yang jelas dan tidak ambigu. Diperlukan suatu konsep dan definisi yang dapat membedakan antar indikator dengan indikator lainnya dengan batasan-batasan yang logis, bisa diterima secara umum dan berlaku untuk cakupan wilayah yang luas. 10 Potret Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Tengah 2013

23 Dalam rangka memudahkan pemahaman konsep dan definisi, diagram ketenagakerjaan akan membantu mengidentifikasikan indikator-indikator ketenagakerjaan seperti terlihat pada gambar 2.1. di bawah ini. Gambar 2.1. Bagan Ketenagakerjaan 2.5. Konsep dan Definisi Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh BPS mengacu pada The Labour Force Concept yang disarankan oleh International Labour Organization (ILO). Berdasarkan bagan ketenagakerjaan, penduduk dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

24 penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/ kegiatan ekonomi. Pengangguran Terbuka adalah Angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja (have a job in future start) adalah keadaan dari seseorang yang mempunyai 12 Potret Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Tengah 2013

25 pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu panenan, mogok dan sebagainya, termasuk mereka yang sudah diterima bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja. Contoh: Pekerja tetap/pegawai pemerintah/swasta yang sedang tidak masuk bekerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, mesin/peralatan perusahaan mengalami kerusakan dan sebagainya. Petani yang mengusahakan tanah pertanian dan sedang tidak bekerja karena alasan sakit atau menunggu pekerjaan berikutnya (menunggu panen atau menunggu hujan untuk menggarap sawah). Orang-orang yang bekerja atas tanggungan/resiko sendiri dalam suatu bidang keahlian (pekerja profesional/mempunyai keahlian khusus), yang sedang tidak bekerja karena sakit, menunggu pesanan dan sebagainya. Mencari pekerjaan (looking for work) adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti: Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

26 sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain. Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum pencacahan saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu yang lalu asalkan seminggu yang lalu masih menunggu jawaban apabila sedang bekerja/dibebastugaskan baik akan dipanggil kembali ataupun tidak, dan berusaha umtuk mendapatkan pekerjaan, tidak dapat disebut sebagai pengangguran. Mempersiapkan Usaha (establishing a new bussiness/firm) adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tidak dibayar Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah apabila tindakan nyata, seperti mengumpulkan modal, perlengkapan/alat, mencari lokasi/tempat, mengurus izin usaha dan sebagainya telah/sedang dilakukan. Pekerja Tidak Penuh (Setengah Penganggur) adalah orang yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) Setengah penganggur dibagi menjadi dua, yaitu: Setengah Penganggur (Setengah penganggur terpaksa) adalah orang yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. Pekerja Paruh Waktu (Setengah penganggur sukarela) 14 Potret Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Tengah 2013

27 adalah orang yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sebagian pihak menyebutnya sebagai pekerja paruh waktu/part time worker). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja dan biasanya dinyatakan dalam persen. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah penduduk angkatan kerja, biasanya dinyatakan dalam persen. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) dengan jumlah penduduk usia kerja, dan biasanya dinyatakan dalam persen. Sekolah adalah kegiatan seseorang untuk bersekolah di sekolah formal, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi selama seminggu yang lalu sebelum pencacahan. Termasuk pula kegiatan dari mereka yang sedang libur sekolah. Mengurus rumah tangga adalah kegiatan seseorang yang mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah, misalnya: ibuibu rumah tangga dan anaknya yang membantu mengurus rumah tangga. Sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapatkan upah walaupun pekerjaannya mengurus rumah tangga dianggap bekerja. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

28 Kegiatan lainnya adalah kegiatan seseorang selain bekerja, sekolah, dan mengurus rumah tangga, termasuk didalamnya mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan seperti orang lanjut usia, cacat jasmani (buta, bisu dan sebagainya) dan penerima pendapatan/pensiun yang tidak bekerja lagi selama seminggu yang lalu. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tingkat pendidikan yang dicapai seseorang setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu tingkatan sekolah dengan mendapatkan tanda tamat (ijazah). Jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah jumlah jam kerja yang dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja, seperti mampir ke rumah famili/kawan dan sebagainya. Untuk pembantu rumah tangga yang melakukan pekerjaan yang terus menerus didalam rumah tangga dihitung banyaknya jam kerja sehari rata-rata 12 jam. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat bekerja/perusahaan/kantor dimana seseorang bekerja. Klasifikasi baku yang digunakan dalam penggolongan lapangan pekerjaan/lapangan usaha adalah Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Dalam pengumpulan datanya menggunakan 16 Potret Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Tengah 2013

29 18 kategori tetapi dalam penyajian data/publikasinya menggunakan sembilan kategori/sektor yaitu: 1. Pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan; 2. Pertambangan dan penggalian; 3. Industri pengolahan; 4. Listrik, gas dan air; 5. Bangunan/konstruksi; 6. Pedagang besar, eceran, rumah makan dan hotel; 7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi; 8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan; dan 9. Jasa kemasyarakatan. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang termasuk golongan bekerja atau orang-orang yang sementara tidak bekerja. Jenis/jabatan pekerjaan dibagi dalam 8 golongan besar, yaitu: 1. Tenaga professional, teknisi dan yang sejenisnya; 2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan; 3. Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis; 4. Tenaga usaha penjualan; 5. Tenaga usaha jasa; 6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, Perikanan; dan 7. Tenaga produksi, operator alat angkut, pekerja kasar lainnya. Upah/gaji bersih adalah penerimaan buruh/karyawan yang biasanya diterima selama sebulan, berupa uang atau barang, yang Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

30 dibayarkan melalui perusahaan/kantor/majikan. Penerimaan bersih yang dimaksud tersebut adalah setelah dikurangi dengan potongan-potongan iuran wajib, pajak penghasilan dan lainnya. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Mulai tahun 2001 status pekerjaan dibedakan menjadi 7 kategori, yaitu: 1) Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan pekerja tidak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus. Contoh: Tukang becak yang membawa becak atas resikonya sendiri. Sopir taksi yang membawa mobil atas resiko sendiri. Kuli-kuli di pasar, stasiun, atau tempat-tempat lainnya yang tidak mempunyai majikan tertentu. 2) Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri danmenggunakan buruh/karyawan/pegawai tak dibayar dan atau buruh/karyawan/pegawai tidak tetap. Contoh: Pengusaha warung yang dibantu oleh anggota rumah tangganya atau orang lain yang diberi upah tidak tetap. Penjaja keliling yang dibantu anggota rumah 18 Potret Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Tengah 2013

31 tangganya atau seseorang yang diberi upah hanya pada saat membantu saja. Petani yang mengusahakan tanah pertaniannya dengan dibantu anggota rumah tangga atau orang lain. Walaupun pada waktu panen, petani memberikan bagi panen (bawon, paro, dan sebagainya). Pembantu pemanen tidak dianggap sebagai buruh tetap, sehingga petani digolongkan sebagai berusaha dengan bantuan anggota rumah tangga/buruh tidak tetap. 3) Berusaha dengan buruh tetap, adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/karyawan/pegawai tetap yang dibayar. Contoh: Pemilik toko mempekerjakan satu atau lebih buruh tetap. Pengusaha sepatu yang memakai buruh tetap. 4) Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi (baik pemerintah atau swasta) dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan/pegawai, tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika mempunyai 1 (satu) majikan (orang/rumah tangga) yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pada sektor bangunan/konstruksi batasannya tiga bulan Apabila majikannya instansi/kantor/perusahaan, boleh lebih dari satu. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

32 5) Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha pertanian meliputi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk pertanian. 6) Pekerja bebas di non pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan. Usaha non pertanian meliputi: usaha sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi/bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan, sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. 7) Pekerja tak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha, dengan tidak mendapatkan upah/gaji, baik berupa uang maupun barang. 20 Potret Angkatan Kerja dan Pengangguran Kalimantan Tengah 2013

33 Penjelasan: Pekerja tak dibayar tersebut dapat: Sebagai anggota rumah tangga dari orang yang dibantu, seperti istri/anak yang membantu suaminya/ayahnya bekerja di sawah. Bukan sebagai anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti famili yang membantu melayani penjualan di warung. Bukan sebagai anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada industri rumah tangga tetangganya. Kegiatan Informal diambil dari kombinasi antara jenis pekerjaan utama dan status pekerjaan utama. Batas kegiatan informal dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1. sebagai berikut: Tabel 2.1. Batasan Kegiatan Formal/Informal Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

34

35 BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Geografi dan Iklim Provinsi Kalimantan Tengah terletak antara 0 45 Lintang Utara, 3 30 Lintang Selatan dan Bujur Timur. Terletak diantara tiga Provinsi tetangga yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan Luas wilayah Kalimantan Tengah sebesar km² atau 8,04 persen dari total luas daratan Indonesia. Dengan sebelas sungai besar dan tidak kurang dari 33 sungai kecil/ anak sungai, keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Provinsi Kalimantan Tengah. Sungai Barito dengan panjang mencapai 900 km dengan rata-rata kedalaman 8 m merupakan sungai terpanjang dan dapat dilayari hingga 700 km. Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Provinsi Kalimantan Tengah rata-rata mendapat penyinaran matahari sekitar 55,02% per tahun. Udaranya relatif panas yaitu siang hari mencapai 32,8 C dan malam hari 22,5 C sedangkan rata-rata banyaknya curah hujan pertahunnya relatif tinggi yaitu mencapai 224,50 mm. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

36 3.2. Pemerintahan Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan tahun 2013 membawahi 13 kabupaten dan satu kota, terdiri atas 136 kecamatan dan desa/kelurahan termasuk unit pemukiman transmigrasi (UPT). Pada tahun 2013 tidak ada pemekaran kecamatan, sementara itu terjadi pemekaran desa/kelurahan di 2 kabupaten yakni Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kapuas. Selanjutnya data yang ada juga menunjukkan adanya peningkatan kualitas PNS dari sisi pendidikan yaitu semakin berkurangnya jumlah pegawai yang berpendidikan SMA kebawah, sementara jumlah pegawai yang berpendidikan tinggi semakin meningkat. Pada tahun 2013, 39 persen PNS di Kalimantan Tengah berpendidikan Sarjana Strata 1, sementara masih ada 1 persen diantara mereka yang berpendidikan SD. Gambar 3.1. Persentase PNS Daerah Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan, 2013 S2/S3 8,58% SD 1,27% SLTP 2,18% S1 38,94% SLTA 35,98% Diploma 13,05% 24 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

37 Dari total penerimaan daerah sebesar 2,80 triliun, penerimaan asli daerah (PAD) menyumbang sebesar 1,09 triliun rupiah atau hampir 39 persen, ada peningkatan kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah Kalimantan Tengah pada tahun 2013, dimana pada tahun 2011 PAD menyumbang 38 persen terhadap penerimaan daerah. Sementara itu persentase dana perimbangan pada tahun 2013 menurun. Dana perimbangan pada tahun 2012 sebesar 52 persen menurun kontribusinya pada tahun 2013 menjadi 51 persen. Tabel 3.1. Realisasi Anggaran Daerah, Anggaran (1) (2) (3) (4) Penerimaan (Milyar Rp) PAD Dana Perimbangan Lain-lain Belanja (Milyar Rp) Belanja Modal Belanja langsung Penduduk Dari analisis piramida menggambarkan bahwa penduduk Provinsi Kalimantan Tengah tergolong penduduk muda, sedangkan pada kelompok umur penduduk tua menunjukkan penduduk perempuan cenderung lebih banyak dibandingkan laki-laki. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

38 Gambar 3.2. Piramida Penduduk, 2013 Laki-laki Perempuan Rata-rata laju pertumbuhan penduduk untuk periode tahun berada pada kisaran 2 persen. Hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menekan angka kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB). Penyebaran penduduk Kalimantan Tengah masih belum merata khususnya di daerah pedesaan karena masih kurangnya sarana jalan darat, sehingga daerah sepanjang aliran sungai menjadi daerah pemukiman penduduk. Dengan luas wilayah sekitar km², tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2013 mencapai 16 orang per km 2. Penduduk laki-laki Provinsi Kalimantan Tengah lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat 26 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

39 ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100. Pada tahun 2013, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 109 penduduk laki-laki. Gambar 3.3. Indeks Pembangunan Manusia, ,00 3,00 76,00 75,00 74,00 73,00 72,00 71,00 74,36 1,84 74,64 1,09 75,06 75,46 1,66 1,62 75,68 0,88 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 70, ,00 IPM Reduksi Shortfall Secara keseluruhan tingkat keberhasilan pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Tengah yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi dapat digambarkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tahun 2013, IPM mencapai 75,68 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012 dengan nilai indeks 75,46. Reduksi shortfall selama periode tersebut adalah positif 0,88 dan ini artinya IPM Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2013 dibanding tahun 2012 relatif naik 0,88 persen ke sasaran indeks pembangunan manusia ideal sebesar PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Perekonomiam China dan India yang kian membaik selama tahun 2013, membawa dampak positif bagi perekonomian Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

40 Kalimantan Tengah. Kedua negara tersebut merupakan tujuan ekspor utama Kalimantan Tengah. Dengan membaiknya perekonomian kedua negara tersebut menyebabkan permintaan batubara meningkat cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja perekonomian Kalimantan Tengah selama tahun 2013 mengalami peningkatan dibanding tahun 2012, ditandai dengan pertumbuhan PDRB sebesar 7,37 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh komoditi andalan ekspor Kalimantan Tengah yakni CPO dan batubara. Tabel 3.2. Perkembangan PDRB Kalimantan Tengah, Indikator (1) (2) (3) (4) PDRB ADHK (miliar rupiah) PDRB ADHB (miliar rupiah) PDRB per Kapita ADHK (ribu rupiah) PDRB per Kapita ADHB (ribu rupiah) Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,77 6,69 7,37 Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 15,35 persen, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 11,66 persen, diikuti sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 11,21 persen. 28 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

41 Perdaganga n, Hotel & Restoran 21,49% Gambar 3.4. Distribusi PDRB, 2013 Pengangkut an & Komunikasi 8,80% Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 6,22% Jasa-jasa 13,69% Bangunan 5,39% LGA 0,70% Industri Pengolahan 6,65% Pertambang an & Penggalian 9,96% Pertanian 27,11% Selama tiga tahun terakhir, distribusi PDRB Kalimantan Tengah di dominasi sektor Pertanian, dan pada tahun 2013 sebesar 27,11 persen sekaligus menjadi unggulan perekonomian Kalimantan Tengah. Kontributor kedua terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (21,49%), kemudian disusul sektor Jasa-jasa (13,69%). Selama sepuluh tahun terakhir, PDRB Kalimantan Tengah telah naik 3,5 kali lipat Kenaikan ini terutama didominasi oleh pertumbuhan sektor tersier. Sedangkan PDRB perkapitanya naik 2,7 kali selama sepuluh tahun terakhir. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

42

43 BAB IV KETENAGAKERJAAN Gambaran keadaan ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2013 akan disajikan pada bab ini yang akan membahas mengenai situasi dan kondisi ketenagakerjaan di daerah ini, termasuk di dalamnya karakteristik tenaga kerja yang ada seperti jenis dan status pekerjaan, pendidikan, jam kerja dan karakteristik lainnya. Melalui publikasi ini, penulis mencoba untuk mengulas keadaan ketenagakerjaan di Bumi Tambun Bungai ini dengan menggunakan konsep-konsep ketenagakerjaaan yang lazim digunakan baik secara nasional maupun internasional Penduduk Usia Kerja Untuk bisa dibandingkan antar wilayah atau negara maka konsep ketenagakerjaan yang digunakan adalah konsep Labour Force Framework sesuai yang telah direkomendasikan International Labour Organization (ILO). Penduduk dikelompokkan menjadi beberapa bagian Kelompok-kelompok tersebut digambarkan dalam bagan ketenagakerjaan (lihat bab II). Penduduk dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja Indonesia. Batasan umur pada penduduk usia kerja, menggunakan batas bawah usia kerja (economically active population) 15 tahun (meskipun dalam survei SAKERNAS dikumpulkan informasi mulai dari penduduk usia 10 tahun) dan tanpa batas atas usia kerja. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

44 Pemberian batas bawah dan batas atas bervariasi dari setiap negara sesuai dengan kebutuhan dan situasi. Sebagai contoh penggunaan batas bawah: Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA (16 tahun), Canada (14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 Tahun), dan Venezuela (10 dan 15 tahun), sementara penggunaan batas atas penduduk usia kerja contohnya: Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia, Mexico (65 tahun). Beberapa negara termasuk Indonesia tidak menggunakan batas atas. Dalam publikasi ini digunakan batasan penduduk usia kerja dengan batas bawah 15 tahun dan tanpa batas atas menganut pada konsep yang selama ini dipakai oleh BPS. Distribusi dan komposisi penduduk usia kerja digolongkan menurut kelompok umur dengan interval 5 tahun untuk memudahkan dalam menginterpretasikan dan menganalisis data ketenagakerjaan. Gambar 4.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur, Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

45 Gambar 4.1 menyajikan kondisi sebaran penduduk usia kerja di Provinsi Kalimantan Tengah. Seperti halnya daerah berkembang lainnya, Kalimantan Tengah yang tergolong dalam piramida penduduk muda. Hal tersebut merupakan potensi yang besar sebagai pemasok angkatan kerja dan juga bisa menjadi pemasok bukan angkatan kerja. Porsi penduduk usia tahun merupakan salah satu kelompok umur yang tertinggi, umumnya mereka berada pada usia sekolah. Secara umum penduduk usia tersebut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah sehingga mereka akan menyumbang porsi besar pada kelompok bukan angkatan kerja dan sebaliknya akan mengurangi porsi kelompok angkatan kerja. Dalam struktur penduduk muda, porsi penduduk usia dan tahun juga menyumbang porsi besar pada penduduk usia kerja. Pada interval umur tersebut biasanya banyak terdapat new entrance pada dunia kerja. Setelah lulus dari SLTA atau pendidikan tinggi, lapangan kerja siap diperebutkan oleh para pencari kerja. Dengan besarnya komposisi penduduk pada usia tersebut penyediaan lapangan pekerjaan harus sebanding dengan penduduk usia kerja yang siap masuk angkatan kerja. Di dalam Tabel 4.1, dapat diperoleh informasi persebaran penduduk usia kerja atau penduduk 15 tahun menurut kegiatan utama yang dilakukan berdasarkan wilayah perkotaan dan perdesaan serta jenis kelamin. Jumlah penduduk usia kerja di perdesaan hampir dua kali lipat yang berada di perkotaan. Hal Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

46 ini wajar karena persebaran penduduk Kalimantan Tengah masih terkonsentrasi di perdesaan. Tabel 4.1. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama, 2013 Kegiatan Utama Kota Desa Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Penduduk Usia Tahun ke atas 2. Angkatan Kerja Bekerja Tidak Bekerja (Penganggura n terbuka) 3. Bukan Angkatan Kerja - Sekolah Mengurus RMT Lainnya TPAK (Tingkat 64,24 70,28 85,67 48,94 Partisipasi Angkatan Kerja) 5. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) 4,77 2,29 2,8 3,65 Namun dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), wilayah perkotaan lebih besar dibandingkan di perdesaan. Persentase jumlah penganggur atau orang yang mencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja di perkotaan lebih tinggi dari wilayah perdesaan. Para pendatang baru di pasar tenaga kerja yang jumlahnya tidak sedikit ini akan mendatangkan masalah baru jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menyerap mereka semua. Meskipun mereka berperan sebagai penyebab meningkatnya partisipasi angkatan kerja, namun bila mereka tidak bekerja maka 34 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

47 mereka akan masuk ke dalam kelompok para pencari kerja atau pengangguran. Pada kenyataannya, pertambahan jumlah angkatan kerja tidak secepat pertambahan lapangan pekerjaan. Akibatnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja yang jumlahnya terus meningkat. Lapangan pekerjaan semakin menjadi rebutan sekian banyak para pencari kerja yang yang terdapat di pasar tenaga kerja. Mereka yang kalah bersaing harus tersingkir dari lapangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Semakin lebar gap antara jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dengan jumlah para pencari kerja, maka semakin lama jumlah pengangguran juga akan terakumulasi. Kemudian beban pasar tenaga kerja untuk menyediakan lapangan pekerjaan akan semakin berat. Permasalahan lain yang timbul dari gap tersebut adalah latar belakang penduduk usia kerja yang menjadi salah satu tolak ukur kualitas tenaga kerja nantinya. Gambar 4.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Pendidikan, 2013 SMK 4,61% Diploma/ Universitas 6,87% SMA 16,63% SMP 24,71% Tidak/ belum tamat SD 14,52% SD 32,66% Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

48 Gambar 4.2 memperlihatkan komposisi penduduk usia kerja Kalimantan Tengah menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Terlihat bahwa 50 persen penduduk usia kerja di daerah ini berpendidikan SD ke bawah. Sedangkan penduduk usia kerja yang telah menamatkan pendidikan tinggi (diploma/ universitas) hanya 6 persen. Gambar 4.3. Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota, Didalam Gambar 4.3, dapat diperoleh informasi persebaran penduduk usia kerja dari masing-masing kabupaten/kota. Potensi yang dapat dihasilkan dari penduduk tersebut semestinya dapat dioptimalkan. Jumlah penduduk usia kerja yang besar seharusnya dapat menggerakkan roda perekonomian bila penduduk usia kerja tersebut mampu bersaing dalam dunia kerja. Dengan catatan man power sebanyak itu mendapatkan tempat untuk berusaha dan bekerja. Namun bila tidak tertampung dalam 36 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

49 pasar tenaga kerja, justru potensi negatiflah yang nantinya akan dihasilkan. Sekilas tampak komposisi jumlah penduduk usia kerja di Provinsi Kalimantan Tengah terkonsentrasi di kelompok umur muda. Kondisi ini memungkinkan terdapat banyak angkatan kerja baru yang siap bersaing di pasar tenaga kerja. Persaingan dalam mendapatkan pekerjaan terjadi bukan hanya terbatas pada para new comers yang baru lulus dari jenjang pendidikan, tetapi juga para pencari kerja yang sebelumnya pernah bekerja maupun yang masih bekerja tetapi kurang puas dengan pekerjaan yang dijalaninya sekarang, sehingga masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Lebih dari setengah penduduk Kalimantan Tengah berdomisili di empat kabupaten/kota, yakni Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kapuas dan Palangka Raya. Jumlah penduduk usia kerja tentu saja berkorelasi positif dengan jumlah penduduknya. Besarnya jumlah penduduk usia kerja bagaikan pedang bermata dua, ada sisi positif dan negatif, tergantung pada pemerintah daerah dalam mengelola wilayahnya apakah dapat mengasah potensi sumber daya manusianya untuk mendulang permata atau bisa jadi akan menuai bencana yang ditimbulkan dari sampah masyarakat yang salah kelola Angkatan Kerja Angkatan kerja (labour force) adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan termasuk di dalamnya pengangguran. Peran Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

50 serta penduduk usia kerja dalam pasar tenaga kerja mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh bertambahnya jumlah penduduk usia kerja yang diikuti dengan bertambahnya jumlah angkatan kerja. Keadaan ini merupakan suatu kondisi ekonomi yang positif. Peran serta aktif penduduk usia kerja dalam pasar tenaga kerja ditunjukkan oleh semakin banyaknya penduduk usia kerja yang terserap dalam lapangan kerja. Ketika jumlah angkatan kerja terus bertambah, pertambahan tersebut lebih banyak menyumbang besaran jumlah penduduk yang bekerja atau terserap pada lapangan pekerjaan Sebaliknya jumlah yang menganggur terus mengalami penurunan. Gambar 4.4. Persentase Angkatan Kerja terhadap Penduduk Usia Kerja Menurut Kabupaten/Kota, ,00 77,52 75,00 70,00 68,21 65,00 60,00 55,00 50,00 38 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

51 Gambar 4.4 menunjukkan bahwa di Kalimantan Tengah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja tahun 2013 sebesar 68,21 persen, artinya tingkat partisipasi angkatan kerja pada pasar tenaga kerja hampir 70 persen. Peran atau partisipasi angkatan kerja tertinggi terjadi di Kabupaten Barito Timur yakni lebih dari 80 persen. Hal itu kemungkinan diakibatkan sektor pertambangan yang mulai berkembang di samping didukung oleh sektor perkebunan, khususnya perkebunan karet di Barito Utara. Partisipasi angkatan kerja di tiga kabupaten, yakni, Barito Timur, Gunung Mas dan Barito Utara persentasenya sudah lebih dari 75 persen. Artinya, kurang dari seperempat penduduk usia di kabupaten tersebut yang termasuk bukan angkatan kerja. Tabel 4.2. Persentase Angkatan Kerja Menurut Pendidikan dan Kabupaten/Kota, 2013 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kabupaten/Kota SLTP ke Diploma/ SLTA bawah Universitas Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Kotawaringin Barat 70,17 22,02 7,81 100,00 Kotawaringin Timur 68,34 25,34 6,33 100,00 Kapuas 77,59 13,17 9,24 100,00 Barito Selatan 62,74 27,98 9,27 100,00 Barito Utara 76,52 16,41 7,08 100,00 Sukamara 72,20 18,15 9,65 100,00 Lamandau 72,04 15,71 12,24 100,00 Seruyan 76,67 17,88 5,44 100,00 Katingan 65,49 28,30 6,21 100,00 Pulang Pisau 68,54 20,76 10,69 100,00 Gunung Mas 71,32 22,13 6,55 100,00 Barito Timur 63,54 27,80 8,66 100,00 Murung Raya 73,30 20,59 6,11 100,00 Palangka Raya 43,61 36,36 20,03 100,00 Kalimantan Tengah 68,29 22,71 9,00 100,00 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

52 Tabel 4.2 menginformasikan bahwa angkatan kerja di Kalimantan Tengah yang berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 68,29 persen. Lebih dari dua pertiga angkatan kerja di daerah ini berpendidikan SLTP ke bawah. Bila dilihat menurut kabupaten/kota, lebih dari 75 persen angkatan kerja di Kabupaten Kapuas, Barito Utara dan Seruyan masih berpendidikan SLTP ke bawah. Persentase angkatan kerja yang berpendidikan SLTA, termasuk di dalamnya SMK yang terbesar adalah Kota Palangka Raya, yakni sebesar 36,36 persen. Untuk angkatan kerja dengan persentase pendidikan diploma/universitas cukup tinggi dibandingkan kabupaten lain, terdapat di Palangka Raya, Lamandau dan Pulang Pisau. Gambar 4.5. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2013 Barito Timur Barito Utara Barito Selatan Gunung Mas Sukamara Palangka Raya Lamandau Pulang Pisau Murung Raya Kapuas Kotawaringin Barat Katingan Seruyan Kotawaringin Timur 0% 20% 40% 60% 80% 100% Laki-laki Perempuan 40 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

53 Gambar 4.5 menunjukkan komposisi angkatan kerja di Kalimantan Tengah didominasi oleh laki-laki. Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Katingan dan Seruyan memiliki komposisi angkatan kerja laki-laki terbesar dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Hal ini wajar, karena di empat kabupaten tersebut merupakan daerah dimana banyak perusahaan perkebunan sawit dan industri, dimana banyak didominasi tenaga kerja laki-laki. Kabupaten Barito Timur, Barito Utara, dan Barito Selatan merupakan tiga kabupaten dengan peran perempuan dalam angkatan kerja terbesar dibandingkan kabupaten lain. Seperti kita ketahui di ketiga kabupaten tersebut merupakan daerah potensi perkebunan karet. Sektor perkebunan karet cukup banyak menyerap tenaga kerja perempuan Bukan Angkatan Kerja Penduduk usia kerja yang dibatasi pada umur 15 tahun ke atas dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk bukan angkatan kerja ini diantaranya dirinci menjadi tiga kelompok besar kegiatan, yaitu penduduk yang sedang sekolah, penduduk yang sedang mengurus rumah tangga dan penduduk yang sedang melakukan kegiatan lainnya. Jumlah penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja tahun 2013 adalah orang (31,79 persen dari total penduduk usia kerja) dengan rincian orang (28,32 persen) sedang sekolah, orang (61,49 persen) sedang mengurus rumahtangga, dan orang (10,19 persen) sedang Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

54 melakukan kegiatan lainnya. Jumlah penduduk bukan angkatan kerja mengalami kenaikan dari Agustus 2011 ke kondisi Agustus 2013 dari keadaan semula orang menjadi orang. Sebaran proporsi penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja, seperti yang dijelaskan pada Gambar 4.6 memiliki pola yang seragam di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Mayoritas penduduk bukan angkatan kerja merupakan kegiatan mengurus rumah tangga kemudian kegiatan sedang bersekolah berada di posisi berikutnya dan selanjutnya adalah kegiatan lainnya menjadi kontributor terkecil dalam proporsi penduduk bukan angkatan kerja. Gambar 4.6. Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2013 Palangka Raya Murung Raya Barito Timur Gunung Mas Pulang Pisau Katingan Seruyan Lamandau Sukamara Barito Utara Barito Selatan Kapuas Kotawaringin Timur Kotawaringin Barat Sekolah Mengurus Rumah Tangga Kegiatan Lainnya 42 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

55 4.4. Penduduk Bekerja (Tenaga Kerja) Angkatan kerja, dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja dan pengangguran. Penduduk yang bekerja juga dibagi menjadi dua, penduduk yang sedang bekerja dan penduduk yang bekerja tetapi selama referensi survei seminggu yang lalu sementara tidak bekerja (cuti, sakit, mogok, dll). Dalam tulisan ini untuk kategori sementara tidak bekerja tidak diulas karena persentasenya sangat kecil. Pengelompokan lapangan pekerjaan yang dilaksanakan dalam SAKERNAS Agustus 2011 berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Penyusunan KBLI berpedoman pada International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC) revisi 3 tahun Namun pada penyajian datanya hanya dikelompokkan menjadi sembilan sektor besar dan atau berdasarkan sektor primer, sekunder dan tersier tergantung dari keperluan analisis. Sembilan sektor yang dimaksud adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik/gas/air, konstruksi/bangunan, perdagangan hotel dan restoran, angkutan/pergudangan/komunikasi, lembaga keuangan & jasa perusahaan, dan jasa kemasyarakatan. Namun kadangkala untuk keperluan analisis global, sektor-sektor tersebut disederhanakan lagi menjadi sektor agriculture, sektor manufacture, dan sektor sevices. Sektor agriculture merupakan sektor pertanian dalam arti luas, sektor manufacture terdiri dari sektor pertambangan, listrik air gas, industri pengolahan dan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

56 konstruksi sedangkan sektor services merupakan pengelompokan dari sektor perdagangan, angkutan dan komunikasi, lembaga keuangan, serta jasa. Berdasarkan rekomendasi International labour Organization (ILO) sebagaimana tercantum dalam buku Surveys of Economically Avtive Population, Employment, Unemployment and Underemployment, An ILO Manual on Concept and Methods, untuk memperhatikan the one hour criterion, yaitu digunakannya konsep/definisi satu jam dalam referensi tertentu untuk menentukan seseorang dikategorikan sebagai (employed) bekerja. Berdasarkan hal dimaksud, maka dalam pelaksanaan SAKERNAS digunakan konsep/definisi bekerja paling sedikit 1 jam dalam seminggu yang lalu (refensi survei) untuk mengkategorikan seseorang (currently economically active population) sebagai bekerja, tanpa melihat lapangan usaha, jabatan, maupun status pekerjaannya. Konsep bekerja satu jam selama seminggu yang lalu juga digunakan oleh banyak negara antara lain Pakistan, Filipina, Bulgaria, Hungaria, Polandia, Rumania, Federasi Negara-negara Rusia dan yang lainnya. Tabel 4.3 memberikan informasi bahwa sebanyak orang atau hampir 68,37 persen penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Tengah berada di wilayah perdesaan. Bahkan di Kabupaten Pulang Pisau dan Murung Raya, kurang dari 15 persen tenaga kerja yang bekerja di wilayah perkotaan. Hampir semua kabupaten lainnya kecuali Kota Palangka Raya, persentase 44 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

57 86 persen. Sedangkan di Kota Palangka Raya lebih dari 90 persen tenaga kerja berada di perkotaan. Tabel 4.3. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota, 2013 penduduk yang bekerja di wilayah perdesaan berkisar antara 59- Kabupaten/Kota Perkotaan Perdesaan Laki- Perempuan laki (1) (2) (3) (4) (5) Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Palangka Raya Kalimantan Tengah Jumlah penduduk yang bekerja di dalam angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah orang dengan proporsi berjenis kelamin laki-laki (66,09 persen) dan jumlah penduduk perempuan yang bekerja sebanyak orang (33,91 persen). Perbandingan pekerja laki-laki dan pekerja perempuan di Kalimantan Tengah pada tahun 2013 adalah 6:4 Artinya adalah dari 6 pekerja laki-laki terdapat 4 pekerja perempuan. Kondisi serupa berlaku untuk sebagian kabupaten/kota Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

58 kecuali Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Seruyan dan Katingan berbanding 7:3. Daerah tersebut merupakan sentra perkebunan sawit dan industri CPO yang banyak menyerap tenaga kerja laki-laki. Di era emansipasi wanita, kesetaraan gender menuntut persamaan antara laki-laki dan perempuan di segala bidang, baik itu pendidikan, kesehatan, maupun dalam hal memperoleh pekerjaan. Dari Tabel 4.3 belum tampak adanya keseimbangan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang bekerja. Peran perempuan yang bekerja yang paling menonjol terdapat di Kabupaten Barito Timur dan Barito Utara yang ditunjukkan dengan perbandingan 6:4. Angka ini cukup menunjukkan bahwa perempuan Barito Timur dan Barito Utara mampu bersaing dengan penduduk laki-laki dalam hal memperoleh pekerjaan, khususnya di sektor pertanian dan perdagangan Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk bekerja di bermacam-macam lapangan pekerjaan. Variasi lapangan pekerjaan ini diakomodir sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sampai dengan lima digit (meliputi 18 kategori/sektor) sehingga dapat menangkap lapangan pekerjaan dengan rinci. Namun dalam penyajian datanya tidak memungkinkan untuk menampilkan seluruh lapangan pekerjaan lima digit kode KBLI. Kemudian lapangan-lapangan pekerjaan tersebut dikelompokkan dalam sembilan sektor lapangan pekerjaan utama. 46 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

59 Gambar 4.7. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, ,70 7,32 2,97 0,18 4,19 13,86 3,21 1,60 13,96 Pada keadaan Agustus 2013, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak digeluti oleh sebagian besar penduduk di Kalimantan Tengah, yang menjadikan sektor ini menempati peringkat pertama dengan 52,70 persen. Sedangkan sektor jasa kemasyarakatan dan perdagangan berada pada peringkat kedua dan ketiga dengan besaran masing-masing 13,96 persen dan 13,86 persen. Sementara itu sektor keuangan dan jasa perusahaan dan listrik, gas dan air menjadi sektor yang jumlah pekerjanya paling sedikit. Pada sektor listrik, gas, dan air menyerap tenaga kerja sebesar 0,18 persen dan sektor keuangan dan jasa perusahaan sebesar 1,60 persen dari total tenaga kerja. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

60 Secara umum, partisipasi penduduk untuk bekerja pada tiap lapangan usaha menunjukkan pola yang hampir sama. Pada kelompok umur dan tahun, partisipasi penduduknya dalam bekerja biasanya masih rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk dari kelompok umur tersebut biasanya masih sekolah atau masih baru mencari pekerjaan. Kemudian partisipasi penduduk untuk bekerja pada umur 25 tahun sampai 44 tahun biasanya akan terus meningkat. Seiring bertambahnya usia, partisipasi tersebut cenderung akan turun. Tabel 4.4. Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2013 Lapangan Usaha / Pekerjaan Utama Kelompok Umur Industri Listrik, Gas, dan Air Pertanian Pertambangan Konstruksi (1) (2) (3) (4) (5) (6) Jumlah Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

61 Lanjutan Tabel 4.4 Kelompok Umur Lapangan Usaha / Pekerjaan Utama Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Lembaga Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa Jumlah (1) (7) (8) (9) (10) (11) Jumlah Tabel 4.4 menunjukkan bahwa lebih dari separuh persen tenaga kerja di Kalimantan Tengah yang bergelut di sektor pertanian. Sebagian besar diantaranya merupakan tenaga pada kelompok usia tahun. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki pola yang cukup unik dibandingkan sektor lainnya. Jika sektor lainnya biasanya didominasi oleh kelompok umur tertentu. Dan kemudian seiring bertambahnya umur, perlahan persentase penduduk yang bekerja di sektor tersebut akan turun. Namun khusus sektor pertambangan dan penggalian, penduduk yang bekerja di sektor tersebut terkonsentrasi di tiga kelompok umur. Penduduk pada kelompok umur tahun, tahun, dan tahun yang bekerja di sektor pertambangan hampir sama Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

62 besarnya. Bekerja di sektor pertambangan biasanya menuntut kondisi fisik yang prima sehingga pada kelompok umur tersebut partisipasinya cukup besar. Tabel 4.5. Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Sektor Ekonomidan Kabupaten/Kota, 2013 Kabupaten/ Kota Primer Sekunder Tersier (1) (2) (3) (4) Kotawaringin Barat 49,50 15,89 34,62 Kotawaringin Timur 57,44 8,88 33,69 Kapuas 72,74 4,93 22,32 Barito Selatan 72,83 3,51 23,66 Barito Utara 70,90 2,94 26,17 Sukamara 59,45 8,51 32,05 Lamandau 62,50 7,21 30,29 Seruyan 72,24 4,59 23,17 Katingan 70,26 4,37 25,36 Pulang Pisau 66,47 7,16 26,38 Gunung Mas 73,36 2,65 23,99 Barito Timur 64,44 7,31 28,25 Murung Raya 63,51 5,21 31,28 Palangka Raya 13,61 10,26 76,13 Kalimantan Tengah 60,02 7,34 32,64 Catatan 1. Sektor Primer : Pertanian dan pertambangan/penggalian 2. Sektor Sekunder ; Indutri, Listrik Gas Air dan Konstruksi 3. Sektor Tersier :Perdagangan, Transportasi Komunikasi, Lembaga Keuangan dan Jasa Pola persebaran tenaga kerja pada kelompok sektor ekonomi (sektor primer, sekunder dan tersier) menurut kabupaten/kota tergambar dalam Tabel 4.5. Hampir semua kabupaten kecuali Kota Palangka Raya, lebih dari separuh bekerja di 50 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

63 sektor primer. Hal ini wajar karena sektor pertanian khususnya perkebunan serta sektor pertambangan berkembang pesat dibanding sektor lainnya. Kabupaten Kapuas, Barito Utara, Seruyan dan Gunung Mas merupakan kabupaten dengan persentase tenaga kerja sektor primer di atas 70 persen. Kabupaten Kapuas sebagai lumbung padi Kalimantan Tengah cukup memberikan kontribusi dalam tenaga kerja di sektor pertanian. Kabupaten Seruyan, salah satu kabupaten di pesisir laut jawa, memberikan kontribusi tenaga kerja, terutama di perikanan dan perkebunan. Kabupaten Barito Utara juga banyak menyerap tenaga kerja di sektor primer, khususnya sektor pertambangan dan perkebunan. Demikian pula dengan Kabupaten Gunung Mas yang penduduknya banyak mengusahakan perkebunana karet. Di sektor sekunder, Kota Palangka Raya memberikan andil dalam penyerapan tenaga kerja yang cukup besar bila dibandingkan kabupaten lain. Hal ini salah satunya dikarenakan peranan sektor kontruksi dalam menyerap tenaga kerja. Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur juga memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja di sektor sekunder, khususnya di sektor industri pengolahan termasuk indutri kecil/rumah tangga. Fenomena ekonomi di Kalimantan Tengah, yakni mulai terjadinya pergeseran ekonomi dari sektor primer ke tersier. Hal ini salah satunya ditunjukkan dengan persentase penyerapan tenaga kerja sektor tersier sebesar 32,64 persen melebihi penyerapan sektor sekunder yang hanya sebesar 7,34 persen. Kota Palangka Raya, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

64 Kotawaringin Barat menyerap tenaga kerja sektor tersier yang besar dibandingkan kabupaten lainnya Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Status pekerjaan utama adalah jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan pada suatu unit usaha/kegiatan. Status pekerjaan utama dibedakan menjadi tujuh kelompok pada saat proses pengumpulan data, namun kadang-kadang dalam melakukan analisis status usaha yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dapat digabungkan sesuai kebutuhan penyajian dan analisis data. Bila penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama dikombinasikan dengan jenis pekerjaan utama maka akan diperoleh kategori apakah seseorang tergolong bekerja di sektor formal atau informal (lihat pembahasan bab II). Gambar 4.8. Pekerja Bebas Di Non Pertanian 2,30% Pekerja Bebas Di Pertanian 1,33% Persentase Tenaga Kerja Menurut Status PekerjaanUtama, 2013 Pekerja Keluarga/ Pekerja Tak Dibayar 17,44% Buruh/ Karyawan 38,00% Berusaha Sendiri 20,91% Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/ Buruh Tak Dibayar 16,80% Berusaha Dibantu Buruh Tetap/Buruh Dibayar 3,23% 52 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

65 Lebih dari sepertiga pekerja di Kalimantan Tengah berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai. Sedangkan yang berstatus berusaha atau yang mempunyai usaha baik yang berusaha sendiri maupun dibantu oleh buruh sebesar 40,94 persen. Yang cukup memprihatinkan dan perlu diperhatikan adalah persentase pekerja yang berstatus sebagai pekerja tak dibayar yang mencapai sekitar 17,44 persen dari pekerja yang ada di Kalimantan Tengah pada tahun Mereka hanya membantu keluarga untuk memperoleh penghasilan tanpa dibayar, baik uang maupun barang. Untuk tenaga kerja dengan status pekerja bebas, baik di sektor pertanian maupun diluar sektor pertanian hanya sebesar 3,63 persen dari total tenaga kerja yang ada di Kalimantan Tengah. Bila diperhatikan menurut kabupaten/kota, nampak variasi besaran persentase status pekerjaan utama di setiap daerah. Untuk status pekerjaan berusaha sendiri, Kabupaten Barito Selatan mempunyai persentase paling besar yaitu 35,74 persen. Sedangkan Kabupaten Kapuas dan Katingan memiliki persentase tenaga kerja dengan status berusaha sendiri terkecil yakni masingmasing 14,22 persen dan 15,01 persen. Kabupaten Kapuas merupakan penyumbang terbanyak pada status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar dengan persentase sekitar 31,47 persen. Seiring dengan hal itu, persentase pekerja keluarga atau pekerja tak dibayar di kabupaten ini juga tinggi, yaitu sebesar 30,95 persen Sedangkan Palangka Raya sebagai penyumbang terkecil pada status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

66 dibayar dengan persentase sekitar 4 persen. Untuk persentase tenaga kerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap atau buruh dibayar relaif kecil, kisaran 0,91 6,48 persen. Tabel 4.6. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Kabupaten/Kota, 2013 Kabupaten/Kota Status Pekerjaan Utama (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kotawaringin Barat 25,20 5,49 5,82 54,57 0,43 1,20 7,30 Kotawaringin Timur 20,46 12,71 5,13 49,34 0,49 0,00 11,86 Kapuas 14,22 31,47 1,40 20,26 1,69 0,00 30,95 Barito Selatan 35,74 17,93 0,91 20,07 2,80 0,78 21,78 Barito Utara 22,17 22,09 1,80 23,84 2,14 0,92 27,03 Sukamara 17,97 6,62 3,52 64,68 0,00 0,40 6,80 Lamandau 12,03 22,73 2,64 51,70 2,06 0,27 8,58 Seruyan 18,20 12,95 2,57 56,20 1,55 0,66 7,88 Katingan 15,01 20,36 6,48 26,38 0,76 7,93 23,08 Pulang Pisau 18,24 20,57 2,66 25,61 4,22 11,12 17,58 Gunung Mas 16,39 20,01 3,67 24,42 0,83 6,85 27,83 Barito Timur 23,91 23,67 1,88 24,83 0,97 1,11 23,62 Murung Raya 22,90 15,81 1,57 28,78 3,04 7,72 20,18 Palangka Raya 27,81 4,88 2,09 53,85 0,28 2,43 8,66 Kalimantan Tengah 20,91 16,80 3,23 38,00 1,33 2,30 17,44 Catatan*) 1. Berusaha Sendiri 2. Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/ Buruh Tak Dibayar 3. Berusaha Dibantu Buruh Tetap/ Buruh Dibayar 4. Buruh/ Karyawan 5. Pekerja Bebas Di Pertanian 6. Pekerja Bebas Di Non Pertanian 7. Pekerja Keluarga/Pekerja Tak Dibayar 54 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

67 Lebih dari separuh pekerja di Kota Palangka Raya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Sukamara, Lamandau dan Seruyan yang bekerja sebagai buruh dan karyawan. Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Timur menjadi salah satu pusat perekonomian di Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya sebagai pusat pemerintahan. Sukamara, Lamandau dan Seruyan sebagai daerah yang mulai berkembang sektor perkebunannya. Dengan karakteristik daerah tersebut mengakibatkan lebih dari separuh tenaga kerjanya bekerja sebagai buruh/karyawan. Yang perlu dicermati adalah pekerja dengan status pekerja keluarga yang tak dibayar ternyata cukup besar persentasenya di beberapa kabupaten di Kalimantan Tengah, seperti di Kabupaten Kapuas (30,95 persen), Kabupaten Barito Utara (27,03 persen) serta Kabupaten Gunung Mas (27,83 persen). Lebih dari tiga puluh persen pekerja di Kabupaten Kapuas tak berpenghasilan meskipun mereka melakukan usaha/kerja. Hal ini menandakan secara ekonomi kurang menguntungkan karena tidak sedikit mereka yang bekerja namun tak berpenghasilan Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) mengakomodir jenis pekerjaan utama dari Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu pada ISCO 1988 dengan uraian jenis pekerjaan yang lebih rinci. Agar bisa dibandingkan dengan data-data sebelumnya, dalam penyajian ini klasifikasi tersebut dikonversikan ke Klasifikasi Jenis Pekerjaan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

68 Indonesia (KJI) Dalam KBJI, jenis pekerjaan dikelompokkan menjadi 10 golongan pokok, yaitu: golongan 1 terdiri dari pejabat lembaga legislatif, pejabat tinggi, dan manager; golongan 2: tenaga profesional; golongan 3: teknisi dan asisten tenaga profesional; golongan 4: tenaga tata usaha; golongan 5: tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan; golongan 6: tenaga usaha pertanian dan peternakan; golongan 7: tenaga pengolahan dan kerajinan; golongan 8: operator dan perakit mesin; golongan 9: tenaga kasar dan tenaga kebersihan; dan golongan 10: anggota TNI dan POLRI. Tabel 4.7. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama, Jenis Pekerjaan (1) (2) (3) (4) Tenaga Profesional, Teknisi dan yang 7,42 6,34 7,59 Sejenis Tenaga Kepemimpinan dan 1,12 0,95 1,33 Ketatalaksanaan Tenaga Tata Usaha dan yang Sejenisnya 3,84 4,2 4,35 Tenaga Usaha Penjualan 13,27 12,38 12,52 Tenaga Usaha Jasa 3,28 3,5 3,73 Tenaga Usaha Pertanian, Kehutanan, 52,95 53,62 50,78 Perburuan dan Perikanan Tenaga Produksi, Operator Alat-alat 17,73 18,58 19,27 Angkutan dan Pekerja Kasar Lainnya 0,39 0,43 0,43 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sesuai dengan mayoritas penduduknya yang berprofesi di kegiatan pertanian, maka sudah bisa dipastikan bahwa komposisi jenis pekerjaan utama di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 sebagian besar adalah sebagai tenaga usaha pertanian, 56 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

69 kehutanan, perburuan dan perikanan dengan persentase mencapai 50,78 persen. Kondisi ini konsisten dengan keadaan penduduk yang bekerja mayoritas pada lapangan pekerjaan utama pada sektor pertanian yang mencapai 52,70 persen (Gambar 4.7.). Sedangkan tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan adalah jenis pekerjaan yang paling sedikit di Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 1,33 persen cukup relevan, karena dalam piramida sebuah organisasi maka semakin tinggi level pimpinan maka jumlahnya akan semakin sedikit Bekerja Menurut Pendidikan Berdasarkan partisipasi angkatan kerja kita dapat mengukur kualitas ketenagakerjaan seperti tingkat pengangguran, tingkat pendidikan pekerja, produktifitas tenaga kerja, dan tingkat upah. Gambaran pekerja menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk melihat kondisi ketenagakerjaan saat kini bahkan prediksi di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin baik kualitas ketenagakerjaan. Tingkat pendidikan berbanding lurus dengan produktifitas dan tingkat upah. Pendidikan yang semakin tinggi berbanding lurus dengan kemampuan dan keterampilan kerja. Namun di balik itu semua, tingkat pendidikan yang tinggi berpengaruh pada pilihan-pilihan pekerjaan. Tenaga kerja dengan pendidikan tinggi tidak akan sembarangan menentukan jenis pekerjaan. Dengan tingkat pendidikannya mereka berharap mendapat pekerjaan dengan tingkat penghasilan yang lebih baik. Akibatnya, semakin tinggi Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

70 tingkat pendidikan semakin besar pula persentase yang menganggur. Artinya banyak yang masih mencari kerja terkait dengan pilihanpilihan mereka pada pekerjaan-pekerjaan yang lebih menjanjikan. Gambar 4.9. Persentase Tenaga Kerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin, ,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Tidak/ belum tamat SD SD SMP SMA SMK Diploma /Universitas Laki-laki 13,14 34,64 21,58 18,34 5,18 7,12 Perempuan 17,92 34,73 16,79 14,08 4,64 11,85 Tingkat pendidikan penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Tengah digambarkan dalam Gambar 4.9. Secara global, tingkat pendidikan penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Tengah masih tergolong rendah, hampir separuh lebih pekerja berpendidikan SD ke bawah. Jika dilihat dari pendidikan dasar 9 tahun, tercatat 69,39 persen pekerja berpendidikan SLTP ke bawah. Pekerja terdidik (SLTA ke atas) hanya 30,61 persen. Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase tenaga kerja perempuan berpendidikan diploma/universitas terhadap total tenaga kerja wanita lebih besar bila dibandingkan pada kondisi yang sama untuk tenaga kerja laki-laki. Demikian pula untuk 58 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

71 jenjang pendidikan terendah (SD ke bawah), persentase pekerja perempuan juga lebih besar. Untuk jenjang pendidikan lainnya, persentasenya pekerja laki-laki lebih banyak daripada pekerja perempuan. Keadaan ini secara umum berlaku di kabupaten/kota se Kalimantan Tengah. Lebih dari separoh pekerja di sebagian besar kabupaten adalah pekerja dengan pendidikan sangat rendah yaitu tamatan SD atau bahkan ada juga yang belum pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Sedangkan kabupaten/kota dengan persentase pekerja tidak terdidik relatif kecil antara lain Kabupaten Barito Selatan, Katingan, Barito Timur dan Kota Palangka Raya. Jika membahas keadaan ketenagakerjaan di Kalimantan Tengah maka bisa diketahui yang lebih baik kondisinya adalah Kota Palangka Raya, tercatat pekerja yang berpendidikan SD ke bawah hanya sebesar 28,60 persen. Kecilnya persentase pekerja dengan pendidikan rendah berbanding terbalik dengan persentase pekerja terdidik (SMA ke atas) di wilayah ini, yang mencatat pekerja terdidiknya sebesar 55,19 persen. Demikian pula sejumlah kabupaten penyangga ibukota Provinsi Kalimantan Tengah seperti Kabupaten Barito Selatan dan Katingan memiliki persentase pekerja terdidik cukup besar, masing-masing dengan besaran 36,21 persen dan 35,52 persen. Lain halnya Kabupaten Barito Timur, meskipun cukup jauh dari ibukota provinsi, tetapi mempunyai persentase pekerja terdidik yang cukup besar, yaitu sebesar 35,78 persen karena di daerah Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

72 ini banyak terdapat perusahaan pertambangan batu bara dimana banyak menyerap tenaga kerja dengan keahlian tertentu. Tabel 4.8. Kabupaten/ Kota Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Kabupaten/Kota, 2013 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan SD ke bawah SLTP SLTA Diploma/ Universitas Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kotawaringin Barat 50,63 20,64 21,00 7,73 100,00 Kotawaringin Timur 52,25 17,31 24,13 6,31 100,00 Kapuas 62,09 16,37 12,52 9,02 100,00 Barito Selatan 36,43 27,37 27,00 9,21 100,00 Barito Utara 55,94 21,12 15,64 7,30 100,00 Sukamara 52,44 20,44 17,40 9,72 100,00 Lamandau 57,12 15,58 15,52 11,78 100,00 Seruyan 58,38 19,14 16,92 5,56 100,00 Katingan 40,04 27,44 26,60 5,92 100,00 Pulang Pisau 48,35 21,68 19,70 10,27 100,00 Gunung Mas 39,58 32,83 21,00 6,59 100,00 Barito Timur 43,22 21,00 26,98 8,81 100,00 Murung Raya 60,91 12,44 20,85 5,80 100,00 Palangka Raya 28,60 16,21 37,04 18,15 100,00 Kalimantan Tengah 49,43 19,95 21,89 8,72 100,00 Seperti diuraikan sebelumnya bahwa perbedaan tenaga kerja terdidik dan tak terdidik adalah dalam hal penentuan pekerjaannya. Tenaga kerja tak terdidik tidak mempermasalahkan jenis dan status pekerjaan yang akan digelutinya. Minimnya keterampilan dan keahlian memaksa mereka bekerja pada lapangan pekerjaan apapun tanpa meperhitungkan besaran upah/penghasilan yang akan 60 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

73 diperolehnya. Akhirnya mereka masuk pada lapangan pekerjaan yang tidak menuntut kualifikasi tertentu yang memberikan penghasilan tidak optimal. Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2013 SLTP ke bawah SLTA SLTA ke atas Lapangan Pekerjaan SLTP ke bawah SLTA SLTA ke atas Pertanian 85,58 13,37 1,05 Pertambangan 75,91 21,83 2,27 Industri 79,16 18,50 2,33 Listrik, Gas & 31,45 68,55 0,00 Air Konstruksi 69,18 26,62 4,20 Perdagangan 63,17 34,67 2,17 Angkutan & 62,95 36,04 1,01 Komunikasi Lembaga 15,91 49,51 34,58 Keuangan Jasa 17,13 33,68 49,19 Catatan : Agriculture : Pertanian Manufacture : Pertambangan, Industri, LGA, Konstruksi Service : Perdagangan, Angkutan, Lembanga Keuangan, Jasa Tidak sama halnya dengan tenaga kerja-tenaga kerja terdidik, karena berbekal kemampuan dan keahlian yang dimilikinya mereka tidak sembarangan menentukan jenis dan status pekerjaannya. Perhitungan rate of return dari masa pendidikan yang telah dikeluarkannya harus lebih tinggi. Harapan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

74 akan tingkat penghasilan/pendapatan yang tinggi harus sesuai dengan tingkat pendidikan/keterampilan/keahlian yang dimiliki. Bisa disimpulkan bahwa di Kalimantan Tengah separuh lebih pekerja masuk dalam pasar tenaga kerja dan bekerja pada lapangan pekerjaan karena ketiadaan pilihan atas pendidikan rendah yang melekat pada diri mereka. Keterpaksaan ini berdampak pada tingkat penghasilan yang diperoleh pekerjapekerja ini yaitu terletak pada tingkat yang rendah. Tingginya persentase pekerja dengan pendidikan rendah harus perlu diperhatikan keberadaannya pada pasar tenaga kerja Kalimantan Tengah. Jika dipilah-pilah menurut lapangan pekerjaan utama, sesuai dengan Gambar 4.10, tingkat pendidikan tenaga kerja dari sektor pertanian mempunyai sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan paling rendah diantara sektor lainnya. Sebaliknya, pada sektor service persentase tenaga kerja terdidiknya cukup besar, dengan pekerja tak terdidik relatif kecil. Pertanian adalah sektor subsisten yang tidak menuntut kualifikasi pendidikan/keterampilan bagi para pekerjanya. Sektor ini sangat mudah dimasuki. Ketika pencari kerja tidak mungkin bersaing dengan para pencari kerja lainnya yang berlatar belakang pendidikan lebih tinggi, ketika dengan latar belakang pendidikan yang tidak memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor manufacture dan service, maka mereka tidak punya pilihan selain bergelut di sektor agriculture. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin kecil persentase pekerja pada sektor agriculture. Ini menunjukkan bahwa 62 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

75 pertanian semakin ditinggalkan oleh para tenaga kerja terdidik. Pertanian hanya dilirik oleh tenaga kerja berpendidikan rendah. Tingkat penghasilan yang rendah dan pekerjaan yang dianggap kotor dan menguras fisik menjadi penyebab rendahnya persentase pekerja terdidik di sektor ini. Justru sebaliknya, sektor manufacture maupun service merupakan sektor yang paling banyak dilirik oleh pekerja terdidik (SMA ke atas). Setara dengan kualifikasi pendidikan yang disyaratkan sektor ini bagi para pekerjanya, maka tidak salah jika ke dua sektor ini memiliki persentase paling besar untuk pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi. Dan nilainya sangat jauh lebih besar dibandingkan sektor agriculture dengan tingkat pendidikan sama. Apabila membandingkan antara manufacture dan service, maka pada persentase tenaga terdidik untuk sektor service memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan sektor manufacture. Setelah dicermati, pekerja di sektor informal yakni mereka yang bekerja sebagai pekerja yang tidak dibayar atau pekerja keluarga didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah. Hal ini memberikan gambaran bahwa sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan yang rendah menentukan status pekerjaan yang digelutinya. Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa pekerja di Kalimantan Tengah dengan pendidikan tinggi (sarjana muda/sarjana) sebanyak 90,05 persen merupakan buruh/karyawan, sedangkan yang menjadi pengusaha dengan buruh tetap hanya sebesar 1,73 persen. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

76 Tabel 4.9. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Status Pekerjaan, 2013 Status Pekerjaan SD Ke bawah SLTP SLTA/ SMK Diploma/ Univ. (1) (2) (3) (4) (5) Berusaha Sendiri 23,57 24,75 17,74 4,99 Berusaha Dibantu Buruh Tidak 22,24 17,21 10,02 2,03 Tetap/Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap/ 2,68 3,89 4,47 1,73 Dibayar Buruh/Karyawan/ Pegawai 25,46 30,40 52,50 90,05 Pekerja Bebas 4,51 4,24 2,49 0,06 Pekerja Keluarga/ Tak Dibayar 21,54 19,51 12,79 1,14 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100, Bekerja Menurut Jam Kerja Dalam mengukur produktivitas tenaga kerja, variabel jam kerja seringkali digunakan sebagai tolok ukurnya. Idealnya semakin banyak jam kerja yang digunakan maka diharapkan output (produktivitas) yang dihasilkan juga semakin banyak. Dalam konsep yang dipakai BPS dalam SAKERNAS, jam kerja juga digunakan sebagai penentu lapangan pekerjaan utama bila seseorang mempunyai lebih dari satu jenis pekerjaan. Maksudnya, bila seseorang bekerja pada lebih dari satu lapangan pekerjaan yang berbeda (berlainan kode KBLI), maka yang dianggap sebagai lapangan pekerjaan utama adalah lapangan pekerjaan yang jam kerjanya lebih banyak dari lapangan pekerjaan lainnya. Sedangkan untuk lapangan pekerjaan yang jam kerjanya lebih kecil dianggap sebagai pekerjaan tambahan/pekerjaan sampingan. 64 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

77 Dalam menentukan jam kerja normal, BPS berpatokan pada jumlah jam kerja minimal 35 jam dalam seminggu. Bila seorang pekerja bekerja dibawah jam kerja normal, maka dikategorikan sebagai setengah pengangguran, karena dengan jam kerja yang kurang dari jam kerja normal, produktivitasnya dianggap rendah tidak seperti tenaga kerja yang menggunakan jam kerja secara penuh. Sedangkan bila seorang pekerja dalam seminggu yang lalu (dalam periode survei) sementara tidak bekerja, atau jam kerjanya nol jam, maka tidak dikategorikan sebagai setengah pengangguran atau pengangguran terbuka. Pengecualian ini berlaku karena sebenarnya statusnya adalah sebagai pekerja, tetapi karena selama pencacahan sedang cuti, sakit, menunggu panen dan sebagainya, maka yang bersangkutan sementara tidak bekerja. Perlu dicatat, sementara tidak bekerja selama seminggu yang lalu pada kasus ini dalam bagan ketenagakerjaan masih masuk kedalam angkatan kerja. Distribusi penduduk yang bekerja berdasarkan kelompok jam kerja digambarkan dalam Tabel 4.10 Secara global, bila dikelompokkan dalam jam kerja, lebih dari separuh pekerja di Provinsi Kalimantan Tengah bekerja di atas jam kerja normal (35 jam seminggu), tepatnya sebanyak 55,27 persen memiliki jamkerja di atas 35 jam seminggu. Dapat dikatakan bahwa produktivitas penduduk yang bekerja di Kalimantan Tengah sudah baik dari segi penggunaan jam kerja. Namun masih terdapat 40,33 persen yang bekerja di bawah jam kerja normal. Sebanyak itu Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

78 merupakan setengah pengangguran Kalimantan Tengah tahun Tabel Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja dan Kabupaten/Kota, 2013 Kabupaten/Kota 0 Jam 1-34 Jam 35 Jam atau Lebih Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Kotawaringin Barat 5,24 18,76 76,00 100,00 Kotawaringin Barat 2,37 39,34 58,29 100,00 Kapuas 12,24 62,03 25,73 100,00 Barito Selatan 1,76 57,76 40,48 100,00 Barito Utara 1,22 61,67 37,11 100,00 Sukamara 8,66 23,15 68,20 100,00 Lamandau 11,94 36,09 51,97 100,00 Seruyan 2,54 27,87 69,59 100,00 Katingan 1,06 41,84 57,11 100,00 Pulang Pisau 0,67 45,65 53,68 100,00 Gunung Mas 3,00 26,13 70,87 100,00 Barito Timur 4,37 59,26 36,36 100,00 Murung Raya 3,21 43,45 53,34 100,00 Palangka Raya 1,52 17,65 80,84 100,00 Kalimantan Tengah 4,39 40,33 55,27 100,00 Diantara kabupaten/kota di Kalimantan Tengah, tenaga kerja di Kabupaten Kotawaringin Barat telah menggunakan jam kerja secara maksimal, hal ini terlihat dari persentase penduduk yang bekerja di atas jam kerja normalnya sangat tinggi. Tenaga kerja Kota Palangka Raya yang bekerja di atas 35 jam seminggu sebanyak 80,84 persen. Jadi hanya sekitar 17,65 persen sisanya adalah tergolong sebagai setengah pengangguran dan dalam kategori sementara tidak bekerja sebesar 1,52 persen. Sementara itu, kabupaten-kabupaten yang berada di DAS Barito-yakni 66 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

79 Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara dan Barito Timur kecuali Murung Raya, memiliki tenaga kerja dengan jam kerja relatif tidak maksimal. Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin, 2013 Sementara Tidak Bekerja 1-34 Jam 35 Jam atau lebih 62,02 42,12 33,40 53,84 4,57 4,04 Laki-laki Perempuan Jam kerja pekerja laki-laki dan perempuan bila dilihat perbandingannya, menunjukkan bahwa pekerja lakilaki mempunyai jam kerja yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pekerja perempuan. Persentase pekerja laki-laki yang bekerja 35 jam ke atas perminggu melebihi persentase pekerja perempuan. Masing-masing sebesar 62,02 persen (pekerja laki-laki) dan 42,12 persen (pekerja perempuan). Tahun 2013 terdapat 40,33 persen pekerja yang tergolong sebagai setengah pengangguran. Setengah pengangguran laki-laki mencapai 33,40 persen dari total penduduk laki-laki yang bekerja dan setengah penganggur perempuan sebanyak 53,84 persen dari total penduduk perempuan yang bekerja. Pada subbab berikutnya, pembahasan yang lebih rinci mengenai setengah pengangguran akan dijelaskan. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

80 Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Jam Kerja dan Lapangan Pekerjaan, 2013 Sementara Tidak Bekerja 1-34 Jam 35 Jam atau lebih Jasa Lembaga Keuangan Angkutan & Komunikasi Perdagangan Konstruksi Listrik Gas Air Industri Pertambangan Pertanian 39,68 13,72 20,60 21,25 17,58 25,27 35,77 12,15 53,57 53,77 82,14 79,19 75,44 76,59 74,73 54,04 84,51 42,34 Gambar 4.12 memberikan informasi bahwa pekerja di semua sektor atau lapangan usaha mempunyai proporsi yang lebih besar pada penggunaan jam kerja diatas 35 jam seminggu. Dari kesembilan sektor tadi, sektor pertambangan dan lembaga keuangan memiliki persentase paling besar dibandingkan sektor yang lainnya dengan besaran masing-masing adalah 84,51 persen (sektor pertambangan) dan 82,41 persen (sektor lembaga keuangan). Jika ingin melihat perbandingan setengah pengangguran, tampak bahwa lapangan usaha di sektor pertanian yang memiliki persentase setengah pengangguran paling besar dibandingkan lainnya yakni sebesar 53,57 persen, disusul dengan sektor industri pengolahan dan jasa masing-masing sebesar 35,77 persen dan 39,68 persen. 68 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

81 Tabel Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jam Kerja dan Status Pekerjaan, 2013 Status Pekerjaan 0 Jam 1-34 Jam 35 Jam atau Lebih Jumlah. (1) (2) (3) (4) (5) Berusaha Sendiri 5,60 42,79 51,61 100,00 Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Tidak Dibayar 7,63 47,92 44,44 100,00 Berusaha Dibantu Buruh Tetap/ Dibayar 2,43 29,88 67,69 100,00 Buruh/Karyawan/ Pegawai 4,90 24,30 70,80 100,00 Pekerja Bebas 4,74 38,40 61,60 100,00 Pekerja Keluarga/ Tak Dibayar 0,00 67,36 32,64 100,00 Jumlah 4,39 40,33 55,27 100,00 Sebelumnya telah disinggung bahwa, jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja berkaitan dengan produktivitas dari output yang dihasilkan. Dari hasil tabulasi silang antara jam kerja dengan lapangan pekerjaan utama/sektor usaha, dengan asumsi bahwa semakin tinggi jam kerja yang digunakan maka semakin tinggi produktivitas kerjanya. Diperoleh hasil bahwa jam kerja pada sektor pertambangan merupakan sektor yang tenaga kerjanya memiliki jam kerja yang relatif maksimal dibandingkan dengan sektor lain. Penggunaan jam kerja pada status pekerjaan utama pekerja digunakan untuk melihat sebaran keefektifan penggunaan jam kerja pada masing-masing status pekerjaan utama atau untuk mengamati pada status pekerjaan utama yang manakah penduduk yang bekerja tergolong sebagai setengah pengangguran atau sebagai tenaga kerja yang sepenuhnya produktif. Tabel memberikan gambaran bahwa hampir di seluruh status pekerjaan utama penggunaan waktu kerja 35 jam ke Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

82 atas per minggu lebih banyak persentasenya dibandingkan yang kurang dari 35 jam kerja. Yang paling tinggi adalah status buruh/karyawan/pegawai. Secara otomatis persentase pada status ini akan besar karena sektor ini merupakan sektor formal yang secara resmi mengatur jumlah jam kerja minimal pegawai setiap harinya. Aturan resmi masuk kerja minimal 8 jam kerja sehari berdampak pada tingginya jam kerja pekerja berstatus ini. Tercatat persentase pekerja pada status buruh/karyawan yang bekerja di atas 35 jam perminggu sebesar 70,80 persen. Persentase pekerja dengan status sebagai pekerja tak dibayar atau pekerja keluarga yang di atas jam kerja normal besarannya lebih kecil dibandingkan yang bekerja di bawah jam kerja normal. Tingginya persentase pekerja tak dibayar yang bekerja di bawah jam kerja normal kemungkinan besar karena pekerja-pekerja ini hanya merupakan pelengkap yang bekerja sekedar membantu keluarga. Sehingga tidak dipatok harus bekerja selama 8 jam sehari. Ketika kegiatan utamanya telah selesai, para pekerja ini baru meluangkan waktunya untuk ikut bekerja membantu keluarganya untuk memperoleh penghasilan. Penggunaan jam kerja yang paling efektif diantara status pekerjaan utama adalah penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dengan persentase penduduk yang bekerja diatas 35 jam seminggu sebesar 70,80 persen. Pada status pekerjaan utama ini untuk penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal juga relatif paling rendah, sehingga produktivitas pada status pekerjaan ini juga baik. 70 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

83 Gambar Persentase Tenaga Kerja Menurut Jam Kerja dan Pendidikan, 2013 Sementara Tidak Bekerja 1-34 jam 35 jam atau lebih 67,57 49,61 46,07 40,18 55,41 29,35 35,74 56,19 4,32 4,41 3,08 8,07 SD ke bawah SLTP SLTA Diploma/ Universitas Penduduk yang bekerja menurut kelompok jam kerja dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan memiliki model yang terpola, semakin tinggi pendidikan maka akan semakin tinggi persentase pekerja yang bekerja 35 jam ke atas perminggu. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja maka semakin rendah persentase pekerja yang bekerja di bawah jam kerja normal. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan menentukan produktifitas pekerja jika ditilik dari lamanya jam kerja selama seminggu. Para pekerja terdidik lebih produktif terutama karena mereka paling banyak terserap di pekerjaan-pekerjaan formal non pertanian sehingga menuntut disiplin terhadap waktu kerja yang sudah ditentukan oleh perusahaan atau tempat mereka bekerja. Namun tidak sama halnya dengan pekerja berpendidikan rendah, meskipun persentase yang bekerja di atas jam kerja normal melebihi persentase yang bekerja di bawah jam Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

84 kerja normal, jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka persentasenya lebih kecil. Persentase yang semakin meningkat menurut tingkat pendidikan terbatas hingga tingkat pendidikan SLTA. Ketika mencapai pendidikan diploma/sarjana maka persentase pekerja yang bekerja 35 jam lebih mengalami penurunan dan sebaliknya persentase yang bekerja di bawah jam kerja normal semakin berkurang. Kemungkinan karena level manajerial kebanyakan diisi oleh pekerja dengan kapasitas ini. Padahal manager/pimpinan seringkali tidak berada di kantor karena urusan perjalanan bisnis/dinas dan lain-lain yang mengurangi jam kerja perminggunya. Tingkat pendidikan pekerja di Provinsi Kalimantan Tengah yang sebagian besar adalah berpendidikan rendah (SD kebawah) yakni sebesar 61,06 persen. Tidak sedikit yang jam kerjanya di bawah jam kerja normal. Implikasinya adalah produktivitas tenaga kerja yang rendah hal ini yang menyebabkan penurunan angka pengangguran di Kalimantan Tengah mengalami perlambatan yang berimbas juga pada melambatnya penurunan angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah. Kemiskinan merupakan lingkaran setan. Rendahnya pendapatan perkapita rumah tangga berpengaruh pada kemampuan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Ketidakcukupan pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan bergizi akan berpengaruh pada gizi dan derajat kesehatan para pekerja 72 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

85 yang ada di rumah tangga tersebut. Dampaknya secara langsung akan berpengaruh pada produktifitas dari pekerja tersebut. Disamping itu, dengan pendapatan yang hanya pas-pasan untuk kebutuhan pokok menyulitkan bagi para pekerja untuk menyisihkan pendapatannya untuk kebutuhan non makanan seperti investasi pendidikan. Bisa dibayangkan bagaimana rumah tangga-rumah tangga miskin akan menciptakan individuindividu yang miskin pula. Ketiadaan kualitas sumber daya manusia pada akhirnya pasti mendorong mereka masuk ke jurang kemiskinan. Sehingga ketika harus bersaing di pasar tenaga kerja untuk merebut lapangan-lapangan pekerjaan dengan tingkat output yang lebih baik dengan kualifikasi pendidikan tertentu memaksa mereka harus tersingkir dari kesempatankesempatan kerja pada lapangan pekerjaan ini. Mau tidak mau karena tidak mampu bersaing kerja, dengan ketidaaan pilihan lain mereka masuk ke dalam lapangan kerja subsisten seperti pertanian yang dengan mudah dimasuki oeh pekerja tak terdidik tanpa keahlian dan kemampuan. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

86

87 BAB V INDIKATOR KETENAGAKERJAAN Masih terdapat beberapa indikator ketenagakerjaan penting lainnya yang dihasilkan dari SAKERNAS yang menjadi primadona dari sekian banyak output yang dikeluarkan BPS dari berbagai jenis survei. Pengangguran menjadi isu penting yang selalu hangat diperbincangkan. Angka pengangguran yang secara rutin dirilis (setelah kegitan survei selesai) mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, pengamat ekonomi, peneliti dan para pengguna data khususnya data-data sosial. Angka pengangguran selalu menjadi bahan pembicaraan banyak pihak karena angka tersebut merupakan nilai rapor bagi pemerintah untuk mengukur sejauh mana keberhasilan penerapan kebijakankebijakan ketenagakerjaan dalam menyelesaikan masalah pengangguran dan penciptaan lapangan pekerjaan. Bukan hanya pemerintah pusat yang mendapatkan penilaian atas kinerjanya, tetapi juga pemerintah daerah, baik itu provinsi dan kabupaten/kota yang secara administratif telah diberikan kewenangan untuk secara otonom mengelola pemerintahannya sendiri Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pengangguran dari sisi ekonomi merupakan produk ketidakmampuan pasar tenaga kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia, antara lain seperti: jumlah lapangan kerja Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

88 yang tersedia lebih kecil dibandingkan jumlah pencari kerjanya, kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, dan kurang lengkapnya informasi pasar tenaga kerja bagi pencari kerja. Selain itu, pengangguran juga dapat disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi karena perusahaan menutup/mengurangi bidang usahanya sebagai akibat dari krisis ekonomi, keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, dan lain-lain. Akibat dari ketidakmampuan pasar tenaga kerja dalam menyerap para pencari kerja menyebabkan pengangguran senantiasa bertambah setiap tahunnya seiring dengan penambahan jumlah penduduk. Tidak seimbangnya antara demand dan supply tenaga kerja menyebabkan angka pengangguran bergerak fluktuatif. Bila jumlah demand (permintaan) tenaga kerja lebih besar dari jumlah tenaga kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja, maka yang terjadi adalah tenaga kerja akan memiliki pilihan yang lebih banyak untuk menentukan kemana akan bekerja. Namun pada kenyataannya, di setiap negara mempunyai kecenderungan bahwa jumlah demand tenaga kerja lebih kecil dari pada ketersediaan tenaga kerja (supply) yang ada di pasar tenaga kerja, dengan kata lain jumlah lapangan pekerjaan yang diperebutkan para pencari kerja kurang sebanding dengan jumlah pencari kerja. Implikasi dari lebih kecilnya jumlah lapangan pekerjaan dibandingkan dengan jumlah pencari kerja tidak lain adalah terlahirnya pengangguran. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang 76 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

89 terbatas, berdampak pada ketidakmampuan pasar tenaga kerja menyerap seluruh tenaga kerja yang tersedia. Semakin besar gap antara jumlah para pencari kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan yang diciptakan, maka semakin besar pula jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran senantiasa akan bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk setiap tahun. Semakin lama, jumlah penduduk yang menganggur akan terakumulasi bila tidak segera diatasi. Padahal tingginya angka pengangguran tidak hanya akan menimbulkan masalah-masalah ekonomi saja, melainkan juga berbagai masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Konsep lama menerangkan bahwa yang termasuk pengangguran adalah mereka yang mencari pekerjaan (looking for work) dan mempersiapkan usaha (establishing a new bussiness/ firm), namun sekarang konsep tersebut telah diperbaharui dengan menambahkan kategori termasuk yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (hopeless of job) dan yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (have a job in a future start). Bila salah satu dari syarat tersebut terpenuhi maka seorang dapat dikategorikan sebagai pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) biasa dipakai untuk mengukur persentase jumlah orang yang menganggur dalam angkatan kerja. Tidak termasuk di dalamnya penduduk usia kerja tetapi bukan angkatan kerja seperti siswa yang sedang sekolah/kuliah, sedang mengurus rumah tangga dan sedang Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

90 melakukan kegiatan lainnya selain bekerja. Secara matematis cara penghitungan TPT adalah: TPT = (Jml Pengangguran/Jml Angkatan Kerja) x 100% Nilai TPT inilah yang sering kali disebut-sebut berkaitan dengan tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Semakin rendah angka TPT maka jumlah penganggur dalam angkatan kerja semakin sedikit, yang berarti daya serap lapangan pekerjaan terhadap pencari kerja semakin baik. Gambar 5.1. TPT Provinsi Kalimantan Tengah, Persentase (%) 3,4 3,2 3 2,8 2,6 2,4 2,2 2 2,55 3,17 3, Bila diperhatikan dengan cermat pola pada grafik di atas, TPT di Provinsi Kalimantan Tengah memiliki tren yang cenderung semakin menurun. Di Provinsi Kalimantan Tengah nilai TPT mengalami peningkatan dari kondisi Agustus 2011 ke kondisi Agustus 2013 sebanyak 0,54 poin dari 2,55 persen menjadi 3,09 persen. Peningkatan cukup tajam berlangsung sepanjang 2011 hingga 2012 yakni sebesar 0,62 poin (dari 2,55 persen menjadi 3,17 persen), namun ketika menuju 2013 TPT turun sebesar 0,08 poin (dari 3,17 persen menjadi 3,09 persen). 78 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

91 Tabel 5.1. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/ Kota dan Jenis Kelamin, 2013 Kabupaten/Kota Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Kotawaringin Barat 2,45 6,32 3,68 Kotawaringin Timur 2,58 2,08 2,45 Kapuas 2,09 0,41 1,51 Barito Selatan 2,05 2,36 2,17 Barito Utara 4,02 1,48 3,01 Sukamara 0,51 4,04 1,85 Lamandau 0,50 3,70 1,67 Seruyan 3,79 6,61 4,65 Katingan 5,76 5,95 5,82 Pulang Pisau 1,18 4,51 2,40 Gunung Mas 0,98 6,29 3,00 Barito Timur 2,12 1,05 1,68 Murung Raya 3,62 3,39 3,54 Palangka Raya 4,53 6,09 5,12 Kalimantan Tengah 2,80 3,65 3,09 SAKERNAS bulan Agustus dirancang untuk estimasi sampai dengan level kabupaten/kota, terutama angka pengangguran sudah mulai diperhitungkan seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penganggur. Hal ini memungkinkan untuk melihat bagaimana sebaran TPT di setiap kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Dari 13 kabupaten dan satu kota di Provinsi Kalimantan Tengah, TPT tertinggi terdapat di Kabupaten Katingan yaitu sebesar 5,82 disusul Kota Palangka Raya dengan TPT sebesar 5,12 dan Kabupaten Seruyan dengan TPT sebesar Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

92 4,65. Ketiga kabupaten/kota tersebut memiliki TPT terbesar yang mencapai di atas angka 4, sebuah besaran tingkat pengangguran yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah daerah setempat. Bila dicermati lebih dalam, bahwa angka TPT yang tinggi tersebut kontribusi terbesarnya disumbang dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Selain dari ketiga daerah tersebut, Kabupaten Kotawaringin Barat, Barito Selatan, Sukamara, Lamandau, Pulang Pisau, dan Gunung Mas, pengangguran perempuan juga memberikan share yang cukup besar terhadap angka TPT di wilayah tersebut. TPT perempuan tertinggi adalah TPT perempuan Kabupaten Seruyan senilai 6,61 persen yang menunjukkan bahwa di wilayah ini lebih dari seperduapuluh angkatan kerja perempuan adalah pengangguran (Tabel 5.1). Komposisi jumlah penganggur menurut kelompok umur terlihat pada Tabel 5.2 dimana terjadi penumpukan pada kelompok umur ke bawah. Mereka adalah angkatan kerja-angkatan kerja muda yang secara usia masuk ke dalam kelompok usia sekolah. Bisa ditarik kesimpulan bahwa pada kelompokkelompok inilah terisi lulusan-lulusan sekolah atau perguruan tinggi yang masuk ke dalam pasar tenaga kerja untuk mencari kerja. Dengan berbekal kemampuan yang diperoleh selama mengenyam pendidikan, kelompok ini secara aktif terlibat mencari kerja. Karena posisi mereka di pasar tenaga kerja sebagai new entrance tanpa kepemilikan pengalaman kerja bisa 80 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

93 menjadi penyebab tidak semua bisa langsung terserap dalam lapangan kerja. Tabel 5.2. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kelompok Umur, 2013 Kelompok Umur Tingkat Pengangguran Terbuka (persen) (1) (2) , , , , , , , , , ,39 Jumlah 3,09 Di samping itu, keterbatasan lapangan kerja yang ada tidak mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang lebih cepat tiap tahunnya. Para new entrance harus bersaing juga dengan para tenaga kerja-tenaga kerja yang sudah terjun lebih lama di pasar tenaga kerja. Tidak mengherankan bila pada kelompok umur ini angka TPT-nya paling tinggi di antara kelompok umur lainnya. Penumpukan jumlah penganggur biasa terjadi pada kelompok umur 15-19, 20-24, dan tahun, pada bulan Agustus berlangsung musim lulusan dari masing-masing tingkatan Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

94 pendidikan SMP, SMA dan diploma/ perguruan tinggi. Sebagian lulusan tersebut tidak meneruskan sekolahnya baik karena motif ekonomi maupun non ekonomi, namun ada pula yang berniat untuk mencari pekerjaan. Bila diperhatikan dari sisi angkatan kerja, pada kelompok umur memiliki jumlah angkatan kerja terbesar diantara kelompok umur lainnya, namun jumlah penganggurnya lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok umur 20-24, dimana jumlah angkatan kerja pada kelompok umur tersebut lebih kecil. Fenomena ini diduga sebagian dari angkatan kerja yang sebelumnya berada pada masa tunggu mencari pekerjaan, pada kelompok umur berikutnya telah mendapatkan pekerjaan. Keadaan umum yang terjadi di Indonesia, secara agregrat juga berlaku di Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, terjadi suatu fenomena yang mengkhawatirkan yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula TPT-nya. TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah. Sebaliknya TPT pendidikan SMA ke atas tercatat sebesar 11,65 persen (Tabel 5.3). Kondisi ini menggambarkan bahwa pada tahun 2013 lapangan pekerjaan paling banyak menyerap pekerja yang berpendidikan rendah. Lapangan pekerjaan masih begitu sulit dikeluti oleh para pencari kerja berpendidikan SMA ke atas. Apakah lapangan pekerjaan yang ada sudah tersedia untuk angkatan kerja dengan pendidikan tinggi? Dengan melihat TPT pendidikan SMA ke atas 82 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

95 bisa disimpulkan bahwa belum tersedia banyak lapangan pekerjaan bagi mereka yang berpendidikan tinggi. Tabel 5.3. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/ Kota dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, 2013 Pendidikan Kabupaten/Kota Diploma/ Total SD SMP SMA Universitas (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kotawaringin Barat 1,34 0,87 6,14 0,00 2,36 Kotawaringin Timur 4,22 5,32 7,57 6,27 4,61 Kapuas 2,36 2,68 7,09 11,22 3,08 Barito Selatan 1,69 0,00 2,59 7,71 1,73 Barito Utara 1,71 1,76 3,82 0,00 1,63 Sukamara 0,00 0,00 1,28 0,00 0,32 Lamandau 0,23 1,83 3,08 0,00 0,89 Seruyan 3,68 7,13 9,29 0,00 3,99 Katingan 2,42 3,33 6,38 0,00 3,39 Pulang Pisau 0,73 3,20 7,11 0,00 2,59 Gunung Mas 1,39 4,99 7,88 9,08 4,41 Barito Timur 0,74 1,89 1,38 0,00 0,95 Murung Raya 0,00 1,91 2,64 9,93 1,52 Palangka Raya 5,08 4,35 7,82 9,43 6,38 Kalimantan Tengah 2,25 3,09 6,05 5,60 3,17 Pola serupa berlaku pada masing-masing kabupaten/kota dengan kecenderungan yang sama yaitu besaran TPT yang pendidikan tertinggi (SMA atau lebih) lebih besar dibandingkan TPT pendidikan rendah (SD). Bisa dikatakan bahwa angkatan kerja berpendidikan rendah lebih mudah terserap oleh lapangan pekerjaan dibandingkan dengan mereka yang terdidik. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

96 Jika ingin melihat keterbandingan antar kabupaten maka kita bisa mengatakan bahwa pada tahun 2013, Kabupaten Kapuas, merupakan daerah yang TPT terdidiknya yang paling tinggi. Kemudian disusul oleh Kota Palangka Raya, Kabupaten Gunung Mas, Kotawaringin Timur, Murung Raya dan Seruyan. Tingginya TPT total Kabupaten Kapuas dan Kota Palangka Raya ternyata disumbang oleh besarnya TPT terdidik (SMA ke atas). Fenomena lainnya adalah kondisi TPT Kota Palangka Raya. sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah yang merupakan pusat bisnis, pendidikan, dan tujuan migrasi, diduga menjadi penyebab TPT di daerah ini merupakan yang tertinggi di Provinsi Kalimantan Tengah. Sesuai dengan ciri-ciri yang dimilikinya seperti keberadaan fasilitas publik dan sosial yang lebih lengkap, tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih banyak, perekonomian yang lebih maju, merupakan daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk bermigrasi ke Kota Palangka Raya. Semakin banyak penduduk luar yang bermigrasi masuk semakin banyak pula persedian jumlah angkatan kerja. Akibatnya persaingan menjadi semakin ketat dalam memperebutkan kursikursi pekerjaan. Dilihat dari sisi pengalaman bekerja sebelumnya dari karakteristik penganggur pada interval kelompok umur tahun, apabila dikaitkan antara tingginya persentase pengangguran terdidik dengan tingginya persentase penduduk yang belum mempunyai pengalaman untuk bekerja sebelumnya pada kelompok umur tahun, terungkap bahwa pada 84 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

97 interval kelompok umur tersebut umumnya seseorang tamat dari pendidikan baik SMP, SMA maupun diploma/sarjana. Terdapat kecenderungan bahwa dimasa tersebut, mereka sedang menjalani masa tunggu (job search period) sembari mencari pekerjaan setelah lulus dari pendidikan. Pergeseran dari sektor tradisional ke sektor modern yang bersifat remuneratif, sangat terbatas jumlahnya diduga menjadi penyebab tingginya persentase pengangguran tenaga kerja terdidik di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah sehingga tenaga terdidik yang berjumlah besar dan muncul dalam waktu yang bersamaan sering tidak tertampung dalam pasar tenaga kerja pada sektor tersebut. Atau kemungkinan lain, yaitu ketidaksiapan lulusan pendidikan untuk bekerja sesuai dengan harapan lapangan kerja, sehingga banyak dunia usaha/industri yang harus melatih tenaga kerja tersebut dalam waktu yang relatif lama agar mereka siap kerja, sehingga akan memunculkan perspektif yang menyatakan asumsi bahwa pendidikan formal mampu menyediakan tenaga kerja terampil dan mampu bekerja tidak sepenuhnya benar. Dugaan lainnya adalah ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk usia kerja dengan laju pertumbuhan tersedianya lapangan pekerjaan. Bila laju pertumbuhan penduduk usia kerja lebih tinggi atau jumlah angkatan kerja lebih besar dari ketersediaan lapangan pekerjaan maka jumlah pengangguran akan terjadi dan semakin lama akan terakumulasi seiring dengan pertumbuhan penduduk setiap tahun, sehingga akan menjadi bom Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

98 waktu yang setiap saat bisa meledak yang akan berdampak pada tingkat kemiskinan dan kerawanan sosial. Kemungkinan lainnya lagi adalah kurang berkualitasnya lulusan yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang ada. Pasar tenaga kerja tidak dapat menyerap para pencari kerja tersebut karena mereka tidak memenuhi kualifikasi standar yang ditetapkan oleh perusahaan atau pasar tenaga kerja. Atau bisa jadi lulusan yang dihasilkan sudah jenuh atau melimpah pada jurusan pendidikan tertentu. Misalnya tidak berimbangnya lulusan dari berbagai macam jurusan, seperti terlalu banyak lulusan yang berasal dari jurusan ekonomi membuat persaingan pada jurusan ini menjadi ketat, padahal lapangan pekerjaan yang dibutuhkan pasar untuk jurusan tersebut juga terbatas. Kemungkinan terakhir yang paling berbahaya terhadap sustainable development adalah sikap skeptis pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang saling melempar tanggung jawab dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan, terutama penurunan jumlah pengangguran pada batas yang wajar. Penciptakan lapangan kerja yang padat karya masih bisa dijadikan salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan terakumulasinya pengangguran. Namun, kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi. Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan biaya yang telah mereka keluarkan selama menempuh pendidikan dan mengharapkan 86 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

99 tingkat pengembalian (rate of return) yang sebanding. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau pegawai, dalam artian bekerja pada orang lain atau instansi atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah atau gaji rutin Pekerja Tidak Penuh Masalah ketenagakerjaan yang perlu mendapat perhatian adalah pekerja tidak penuh. Ini erat kaitannya dengan produktifitas pekerja yang berpengaruh pada output produksi yang secara langsung akan mempengaruhi perekonomian suatu wilayah. Selain dihadapkan pada masalah pengangguran, Provinsi Kalimantan Tengah juga dihadapkan pada masalah pekerja tidak penuh, yaitu penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam per minggu, namun tidak termasuk yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja (jam kerja nol). Sementara tidak bekerja memang masuk kedalam kategori angkatan kerja dan masih dikategorikan sebagai bekerja, tetapi walaupun jam kerjanya selama seminggu yang lalu adalah nol jam, mereka tidak termasuk sebagai pekerja tidak penuh. Sebagian dari pekerja tidak penuh adalah yang terpaksa bekerja walaupun jabatannya lebih rendah dari tingkat pendidikannya, upah yang diterima rendah, yang mengakibatkan produktivitasnya pun menjadi rendah. Semakin tinggi tingkat pekerja tidak penuh maka semakin rendah tingkat utilisasi pekerja dan produktivitasnya. Akibatnya, pendapatan pekerjapun rendah dan tidak ada jaminan sosial atas Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

100 pekerja. Hal ini sering terjadi disektor informal yang rentan terhadap kelangsungan pekerja, pendapatan dan tidak tersedianya jaminan sosial. Sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan kemampuan bekerja mereka seperti penambahan balai latihan kerja. Ada sebuah kecenderungan mengapa seseorang masuk sebagai pekerja tidak penuh, sebabnya adalah tingkat kesempatan kerja yang semakin lamasemakin kecil membuat para pekerja menerima untuk bekerja atau melakukan pekerjaan walaupun berada di bawah jam kerja normal dari pada menganggur dan tidak mempunyai penghasilan, lebih baik pekerjaan tersebut mereka lakukan. Pekerja tidak penuh termasuk di dalamnya setengah penganggur dan pekerja paruh waktu (part time). Jumlah pekerja tidak penuh Provinsi Kalimantan Tengah mencapai orang pada kondisi Agustus 2011 atau sekitar 32,65 persen dari total penduduk yang bekerja. Angka ini pada periode Agustus 2012 naik secara jumlah menjadi orang atau dengan kata lain pada Agustus 2012 persentase pekerja tidak penuh terhadap penduduk yang bekerja lebih tinggi dari keadaan Agustus 2011, yaitu sebesar 35,72 persen. Kondisi ini meningkat lagi pada Agustus 2013 menjadi 40,33 persen dan atau secara absolut, jumlah pekerja tidak penuh mencapai orang. (Gambar 5.2). 88 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

101 Gambar 5.2. Persentase Pekerja Tidak Penuh Provinsi Kalimantan Tengah, ,33 Persentase (%) ,65 35, Tanpa memperhatikan jenis kelaminnya, secara total di tiap kabupaten/kota persentase pekerja tidak penuh nilainya bervariasi. Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki persentase pekerja tidak penuh terkecil di Provinsi Kalimantan Tengahyaitu 11,73 persen (Tabel 5.4). Sebaliknya, Kabupaten Barito Utara merupakan daerah dengan persentase tertinggi pekerja tidak penuhnya di Provinsi Kalimantan Tengah. Dari sisi gender terungkap bahwa di Provinsi Kalimantan Tengah persentase pekerja tidak penuh perempuan lebih tinggi dibandingkan pekerja tidak penuh lakilaki, dan ini berlaku untuk semua kabupaten/kota. Persentase tertinggi pekerja tidak penuh perempuan ada di Kabupaten Kapuas danyang terendah ada di Kabupaten Sukamara. Dominasi perempuan pekerja tidak penuh kemungkinan karena pekerjaan tersebut dilakukan untuk mengisi waktu luang sambil Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

102 mengurus rumah tangga, disamping untuk menambah penghasilan rumah tangga. Tabel 5.4. Persentase Pekerja Tidak Penuh Terhadap Total Pekerja menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2013 Kabupaten / Kota Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Kotawaringin Barat 14,42 28,48 18,76 Kotawaringin Timur 32,85 57,36 39,34 Kapuas 56,08 72,89 62,03 Barito Selatan 50,39 69,57 57,76 Barito Utara 56,15 69,81 61,67 Sukamara 21,07 26,67 23,15 Lamandau 32,11 43,21 36,09 Seruyan 16,66 54,29 27,87 Katingan 31,97 64,35 41,84 Pulang Pisau 40,63 54,71 45,65 Gunung Mas 18,84 38,63 26,13 Barito Timur 49,59 72,83 59,26 Murung Raya 37,35 54,67 43,45 Palangka Raya 12,19 26,80 17,65 Kalimantan Tengah 33,40 53,84 40,33 Menurut konsep dari BPS, pekerja tidak penuh terdiri dari setengah penganggur dan pekerja paruh waktu. Keduanya sama-sama bekerja di bawah jam kerja normal (35 jam seminggu), namun terdapat sedikit perbedaan di antara keduanya. Pada setengah penganggur walaupun bekerja kurang dari 35 jam 90 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

103 seminggu namun masih mencari pekerjaan lain dan masih bersedia menerima pekerjaan, sedangkan pada pekerja paruh waktu, walaupun bekerja dibawah 35 jam seminggu tetapi sudah tidak mencari pekerjaan lagi dan tidak bersedia untuk menerima pekerjaan lain (atau biasanya disebut dengan setengah pengangguran sukarela/part time worker). Gambar 5.3. Pekerja Tidak Penuh Kalimantan Tengah, Orang Setengah Penganggur Paruh Waktu Dari waktu ke waktu selama periode tahun di Provinsi Kalimantan Tengah proporsi banyaknya setengah penganggur selalu lebih kecil dibandingkan dengan pekerja paruh waktu. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 5.3. Namun perkembangannya menunjukkan bahwa besaran setengah penganggur semakin menjauh terhadap pekerja paruh waktu. Semakin lama, semakin banyak mereka yang setengah penganggur waktu menjadi pekerja paruh waktu. Semakin banyak yang merasa cocok dengan pekerjaan yang sedang Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

104 dijalaninya. Semakin banyak yang bekerja sesuai dengan harapannya dan tidak ingin mendapat pekerjaan di tempat lain dengan penghasilan yang sesuai dengan harapannya. Tabel 5.5. Persentase Pekerja Tidak Penuh Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Kabupaten/Kota dan Kriteria Pekerja Tidak Penuh, 2013 Kabupaten / Kota Setengah Penganggur Pekerja Paruh Waktu Total (1) (2) (3) (4) Kotawaringin Barat 8,90 91,10 100,00 Kotawaringin Timur 12,48 87,52 100,00 Kapuas 13,05 86,95 100,00 Barito Selatan 33,97 66,03 100,00 Barito Utara 36,01 63,99 100,00 Sukamara 9,71 90,29 100,00 Lamandau 16,51 83,49 100,00 Seruyan 24,76 75,24 100,00 Katingan 26,76 73,24 100,00 Pulang Pisau 32,27 67,73 100,00 Gunung Mas 42,85 57,15 100,00 Barito Timur 27,99 72,01 100,00 Murung Raya 28,94 71,06 100,00 Palangka Raya 27,64 72,36 100,00 Kalimantan Tengah 22,44 77,56 100,00 Secara global, proporsi antara setengah penganggur dan pekerja paruh waktu di Provinsi Kalimantan Tengah adalah tidak sebanding. Masing-masing tercatat sebesar 22,44 dan 77,56 persen. Pola pekerja tidak penuh kabupaten/kota bervariasi dan terbagi dalam satu kelompok, yaitu yang proporsi 92 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

105 setengah penganggur lebih rendah dibanding yang pekerja paruh waktu (Tabel 5.5). Diantara kabupaten/kota yang mempunyai proporsi pekerja paruh waktu tertinggi adalah Kabupaten Kotawaringin Barat, sebesar 91,10 persen. Sementara proporsi pekerja paruh waktu yang terkecil berada di Kabupaten Gunung Mas yaitu sebesar 57,15 persen. Rendahnya angka pekerja paruh waktu di kabupaten tersebut menandakan bahwa penduduk yang bekerja tetapi masih berstatus sebagai pekerja tidak penuh belum sepenuhnya puas dengan pekerjaan yang sekarang dijalani, sehingga masih berkeinginan untuk merubah keadaan dengan mau mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan lain. Ditinjau dari sisi sektor pertanian (agriculture), industri (manufacture) dan jasa-jasa (services), Tabel 5.6 menunjukkan kondisi bahwa pada sektor pertanian, lebih banyak persentase setengah penganggur dibandingkan yang pekerja paruh waktu. Situasi ini memberikan gambaran bahwa pada tahun 2013 lebih banyak yang terpaksa bekerja di pertanian dibandingkan yang secara sukarela menerima pekerjaannya. Sebaliknya pada sektor industri dan jasa-jasa lebih banyak yang secara sukarela bekerja di sektor ini daripada yang ingin beralih ke pekerjaan lain. Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa sesuai dengan dugaan sebelumnya bahwa tingginya persentase pekerja pada sektor pertanian karena ketiadaan pilihan angkatan kerja. Sektor ini hanya menjadi lompatan sebelum mereka masuk sektor industri atau jasa-jasa. Lebih banyak pekerja sektor pertanian yang Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

106 akan beralih dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih menjanjikan. Sekali lagi membuktikan bahwa sektor pertanian bukan merupakan pilihan terakhir. Tabel 5.6. Persentase Setengah Penganggur dan Pekerja Paruh Waktu menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2013 Kriteria Tidak Lapangan Pekerjaan Utama Penuh Pertanian Manufaktur Jasa Total (1) (2) (3) (4) (5) Setengan Penganggur 71,82 8,58 19,59 100,00 Pekerja Paruh Waktu 69,47 6,25 24,28 100,00 Kalimantan Tengah 70,00 6,78 23,23 100, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator untuk melihat perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk angkatan kerja. Secara umum, apabila tingginya TPAK disebabkan oleh tingginya penduduk yang bekerja, maka TPAK tersebut menunjukkan kinerja partisipasi angkatan kerja yang baik. Namun bila tingginya diiringi dengan rendahnya tingkat kesempatan kerja (persentase penduduk yang bekerja), hal ini cukup mengkhawatirkan, karena berarti penduduk yang mencari pekerjaan meningkat yang selanjutnya dapat memicu tingginya angka pengangguran. 94 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

107 Gambar 5.4. TPAK Provinsi Kalimantan Tengah, Persentase (%) ,89 69,90 68, TPAK di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan sejak Agustus 2011 hingga Agustus TPAK berkurang dari 72,89 persen menjadi 68,21 persen. Ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan partisipasi tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja. Keterlibatan tenaga kerja secara aktif dalam perekonomian semakin mengecil. Jumlah penduduk usia kerja (tenaga kerja) yang semakin meningkat akan membawa beberapa konsekuensi dalam ketenagakerjaan. Sebagian penduduk usia kerja akan masuk dalam angkatan kerja dan sebagian lainnya masuk dalam kategori bukan angkatan kerja. Penduduk usia kerja yang masuk ke dalam kelompok angkatan kerja bila tidak terserap pada pasar tenaga kerja maka menjadi pengangguran. Padahal kemampuan pasar tenaga kerja dalam menyediakan lapangan pekerjaan sangat terbatas. Bila semakin banyak angkatan kerja yang tidak terserap pasar tenaga kerja, jumlah penganggur terbuka Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

108 otomatis juga akan semakin bertambah. Jika pasar tenaga kerja bisa menyerap semua angkatan kerja dalam lapangan kerja, peningkatan TPAK yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah ini akan memberikan nilai positif bagi perekonomian dan pembangunan di wilayah ini. Pada keadaan Agustus 2013 besarnya angka TPAK Provinsi Kalimantan Tengah sekitar 68,21 persen, artinya dari total jumlah penduduk yang termasuk usia kerja atau tenaga kerja, sebesar 68,21 persen masuk sebagai angkatan kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian. Jadi hanya sekitar sepertiga dari penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja. Bila ingin dilihat menurut jenis kelamin, sangat jelas sekali bahwa partisipasi tenaga kerja laki-laki dalam pasar tenaga kerja jauh lebih banyak dibandingkan partisipasi tenaga kerja perempuan. Masih kuatnya norma-norma sosial dan adat yang menempatkan perempuan pada posisinya sebagai pengurus rumah tangga dan anak-anaknya menjadi alasan kuat kecilnya partisipasi mereka dalam pasar tenaga kerja. Besarnya angka TPAK tahun 2013 dirinci menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin diterangkan dalam Gambar 5.5 Angka TPAK tertinggi berada di Kabupaten Barito Timur yaitu sebesar 77,52 persen dan TPAK terendah berada di Kabupaten Kotawaringin Timur yakni sekitar 62,10 persen. Rendahnya TPAK Kabupaten Kotawaringin Timur terutama disebabkan oleh terlalu rendahnya TPAK perempuan di Kabupaten Kotawaringin Timur. 96 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

109 Gambar 5.5. Persentase TPAK menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2013 Kalimantan Tengah Palangka Raya Murung Raya Barito Timur Gunung Mas Pulang Pisau Katingan Seruyan Lamandau Sukamara Barito Utara Barito Selatan Kapuas KotawaringinTimur Kotawaringin Barat 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Total Perempuan Laki-laki Bila dilihat secara gender, besarnya angka TPAK laki-laki dibandingkan dengan TPAK perempuan sangat besar gap-nya (Gambar 5.5). TPAK laki-laki memiliki kecenderungan yang lebih besar dari pada TPAK perempuan, besarnya perbedaan yang paling nyata berada di Kabupaten Kotawaringin Timur. Selisih angka TPAK di kabupaten tersebut paling besar di antara daerah lainnya, gap-nya mencapai 50,62 persen (dengan rincian TPAK laki-laki sebesar 85,72 persen dan TPAK perempuan sebesar 35,10 persen). Daerah dengan gap terkecil adalah Kabupaten Barito Timur dan Sukamara, masing-masing sebesar 22,84 persen dan 24,56 persen. Peran serta tenaga kerja perempuan di daerah ini dalam pasar tenaga kerja hampir mendekati partisipasi tenaga kerja laki-laki. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

110 5.4. Tingkat Kesempatan Kerja Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja. Indikator ini mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja di suatu wilayah. TKK digunakan untuk mencerminkan daya serap tenaga kerja pada suatu angkatan kerja. Artinya seberapa banyak angkatan kerja yang terserap masuk dalam lapangan kerja. Sementara angkatan kerja yang tidak terserap oleh lapangan pekerjaan tergolong sebagai pengangguran terbuka. Perbandingan antara banyaknya pengangguran terbuka terhadap angkatan kerja disebut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Besarnya daya serap angkatan kerja yang masuk dalam lapangan kerja berbanding terbalik dengan besarnya pengangguran terbuka. Semakin tinggi daya serap angkatan kerja maka proporsi pengangguran terbuka semakin kecil nilainya, begitu juga sebaliknya. Gambar 5.6, memberikan informasi bahwa tingkat kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebesar 96,91 persen (tanda garis merah). Sementara 3,09 persen sisanya merupakan angka tingkat pengangguran terbuka (TPT). Bila dibedakan menurut wilayah administrasi, Kabupaten Kapuas tercatat memiliki angka tingkat kesempatan kerja yang paling tinggi, yakni sebesar 98,49 persen. Hal ini berarti bahwa dari total angkatan kerja di daerah tersebut, sebesar 98,49 persen terserap 98 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

111 menjadi pekerja. Atau dengan kata lain dari 100 orang angkatan kerja, sebanyak 98 orang diantaranya terserap menjadi pekerja. Sehingga secara otomatis kabupaten tersebut mempunyai angka pengangguran terbuka yang paling kecil. Daerah yang memiliki TPT di bawah 6-7 persen dikatakan daerah yang penganggurannya normal dan bisa disebut daerah full employment. Pada tahun 2013, hampir semua daerah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai nilai TPT-nya di bawah 6-7 persen. Hal ini berarti keempat belas daerah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 tingkat penganggurannya dianggap normal, dan bisa disebut full employement. Dengan klasifikasi ini maka Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2013 tingkat penganggurannya sudah normal, dan provinsi ini sudah bisa disebut full employement. Gambar 5.6. TKK menurut Kabupaten/Kota, 2013 Kalimantan Tengah Palangka Raya Murung Raya Barito Timur Gunung Mas Pulang Pisau Katingan Seruyan Lamandau Sukamara Barito Utara Barito Selatan Kapuas KotawaringinTimur Kotawaringin Barat 94,18 96,91 98,49 92,00 93,00 94,00 95,00 96,00 97,00 98,00 99,00 Persentase (%) Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

112 Di lain pihak, Kota Palangka Raya merupakan daerah yang memiliki tingkat kesempatan kerja yang paling rendah di antara kabupaten lainnya. TKK Kabupaten Katingan hanya mencapai angka sebesar 94,18 persen atau banyaknya angkatan kerja yang dapat terserap menjadi pekerja hanya sebesar 94,18 persen saja. Dapat dibayangkan, berarti tingkat pengangguran di Kabupaten Katingan termasuk tinggi, yaitu mencapai 5,82 persen Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Laju pertumbuhan kesempatan kerja adalah perbandingan antara selisih jumlah kesempatan kerja dalam dua periode waktu terhadap jumlah kesempatan kerja pada periode waktu awal. Indikator ini untuk menyajikan laju pertumbuhan penduduk yang bekerja. Gambar 5.7. Laju Pertumbuhan KK, ,00 1,50 1,59 1,00 LP KK 0,50 0,00-0,50-1,00-0,62 0, Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

113 Laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan cukup signifikan pada periode Agustus ( ) dibandingkan ( ), yaitu dari pertumbuhan sebesar 1,59 persen menjadi minus 0,62 persen. Namun memasuki periode laju pertumbuhan kesempatan kerja naik menjadi 0,08. Tanda negatif pada pertumbuhan TKK periode berarti pada Agustus 2012 nilainya lebih kecil dibandingkan Agustus Pada periode terjadi penyerapan tenaga kerja yang cukup besar pada lapangan kerja. Namun sebaliknya, hal ini tidak terjadi pada periode Elastisitas Kesempatan Kerja Tidak selamanya kenaikan output sektor ekonomi selalu diikuti dengan kenaikan kesempatan kerja pada sektor yang bersangkutan. Perkembangan teknologi yang ditandai dengan terciptanya alat-alat industri yang lebih efisien dan efektif mampu menghasilkan output yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga manusia, atau dengan kata lain sektor tersebut lebih terfokus pada usaha yang padat modal bukan padat karya. Namun apakah sektor yang ada sekarang pro terhadap tenaga kerja yang tersedia? Artinya penyerapan lapangan pekerjaan masih rendah atau sudah tinggi. Sektor mana yang menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar. Apakah sektor pertanian, industri atau jasa-jasa. Jika perekonomian disumbang oleh sektor sektor modern yang tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, maka kesempatan kerja tidak akan terbuka Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

114 lebar. Mau setinggi apapun pertumbuhan ekonomi maka pengangguran akan tetap tinggi. Elastisitas digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh dari pergeseran peran sektor ekonomi terhadap kesempatan kerja. Tingkat elastisitas kesempatan kerja dapat dihitung dengan cara membandingkan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah, pertumbuhan PDRB tanpa migas dari tahun adalah sebesar 7,37 persen. Sementara pertumbuhan kesempatan kerja pada periode yang sama adalah sekitar 0,08 persen. Sehingga tingkat elastisitas kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 adalah 0,011 persen, artinya setiap kenaikan output (PDRB) sebanyak satu persen akan menambah kesempatan kerja sebanyak 0,011 persen. Pengangguran akan selalu muncul karena secara alami tidak mungkin ada suatu bangsa yang full employement. Mengapa demikian? Pertama, penduduk terus bertambah sehingga otomatis melahirkan para pencari kerja baru yaitu mereka yang telah menuntaskan pendidikan dan memutuskan tidak melanjutkan sekolah dengan alasan ingin berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi yaitu mencari kerja. Kedua, tingkat UMR yang bervariasi yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk terlibat dalam lapangan pekerjaan atau tidak. Tingkat upah yang rendah akan menjadi alasan kuat 102 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

115 bagi tenaga kerja untuk tetap mencari pekerjaan hingga mendapatkan upah yang sesuai. Ini berlaku terutama bagi tenaga kerja berpendidikan. Dengan demikian, kebijakan yang paling nyata bagi pemerintah adalah bagaimana menciptakan banyak lapangan kerja yang berkualitas yang mampu memberikan upah/ penghasilan yang lebih baik sehingga bisa meningkatkan pendapatan perkapita penduduk yang secara otomatis akan mampu meningkatkan daya beli penduduk. Ketika pendapatan perkapita semakin tinggi maka konsumsi perkapita penduduk juga akan semakin meningkat. Pada akhirnya semakin banyak penduduk yang jauh dari garis kemiskinan dan semakin sedikit penduduk yang jatuh di jurang kemiskinan Produktivitas Pekerja Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, asalkan tenaga kerja tersebut sebagai sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Peningkatan produksi dan produktivitas kerja sangat ditentukan oleh kemampuan pekerja, baik di tingkat bawah maupun di level pimpinan yang mampu menjadi penggerak tenaga kerja yang ada di bawahnya untuk bekerja secara produktif. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas seseorang di antaranya melalui pendidikan, pelatihan, pengalaman, keterampilan dan lain-lain. Salah satu cara untuk mengukur produktivitas pekerja adalah membuat rasio antara PDRB dengan jumlah penduduk Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

116 yang bekerja. Produktivitas pekerja dapat digolongkan menurut lapangan pekerjaan utama atau menurut kabupaten/kota. Atau dapat juga PDRB dibedakan antara PDRB dengan minyak dan gas (migas) dan PDRB tanpa minyak dan gas (non migas). Satuan dari produktivitas pekerja di sini adalah juta rupiah per pekerja per tahun. Provinsi Kalimantan Tengah yang sebagian besar tenaga kerja bergerak di sektor primer ternyata mencatat produktivitas yang paling rendah di antara sektor lainnya. Produktivitas pada sektor ini hanya mencapai 42,00 juta rupiah. Hal ini sebagai bukti pada pembahasan sebelumnya bahwa sektor primer yang menjadi penyumbang terbesar tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Tengah (52,70 persen), serta sebagai penyumbang terbesar penduduk yang bekerja di sektor informal dan setengah pengangguran mempunyai produktivitas pekerja yang paling rendah di antara lapangan pekerjaan utama lainnya. Tabel 5.7. Produktifitas Pekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama, 2013 Lapangan Pekerjaan PDRB Tanpa Migas (jutaan rupiah) Penduduk Bekerja Produktivitas Pekerja (1) (2) (3) (4) Primer ,00 Sekunder ,88 Tersier ,83 Total ,71 Pada sektor tersier, produktivitas pekerjanya tercatat sebagai yang paling tinggi yaitu sebesar orang dengan besaran produktifitas senilai 91,83 artinya setiap pekerja 104 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

117 menghasilkan produktivitas sebesar 91,83 juta rupiah dalam setahun. Sedangkan pada sektor sekunder dengan jumlah pekerja sekitar orang mampu menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dari pada sektor pertanian, yaitu sebesar 51,88 juta rupiah per pekerja. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah

118

119 BAB VI KESIMPULAN 1. Struktur Penduduk Provinsi Kalimantan Tengah termasuk dalam kategori penduduk muda. Jumlah penduduk usia kerja terbanyak berada pada kelompok umur tahun. 2. Angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebanyak orang dengan komposisi orang berjenis kelamin laki-laki dan orang berjenis kelamin perempuan. Artinya bahwa angkatan kerja di Kalimantan Tengah pada tahun 2013 sebagian besarnya adalah laki-laki. Perbandingan angkatan kerja laki-laki terhadap angkatan kerja perempuan sekitar 2:1. 3. Konsep bekerja yang digunakan oleh BPS menggunakan rujukan dari ILO dengan memakai pendekatan the one hour criterion atau konsep bekerja paling sedikit satu jam yang lalu dalam periode survei. Persentase penduduk yang bekerja di dalam angkatan kerja sebesar 96,91 persen. 4. Sebagian besar tenaga kerja Kalimantan Tengah bekerja di sektor pertanian dalam arti luas, dengan persentase sebesar 52,70 persen, didukung dengan dominasi jenis pekerjaaan utama yang digeluti para pekerja ini yakni sebagai tenaga usaha tani, kebun, ternak, ikan, hutan dan perburuan sebesar 50,78 persen. Dilihat dari status pekerjaannya, lebih dari sepertiga (38,00 persen) tenaga kerja di Kalimantan Tengah sebagai buruh/karyawan/ Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

120 pegawai, sedangkan pekerja yang tidak dibayar masih sebesar 17,44 persen dari total tenaga kerja. 5. Secara global, tingkat pendidikan penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Tengah masih tergolong rendah, separuh lebih pekerja berpendidikan SD ke bawah. Jika dilihat dari pendidikan dasar 9 tahun, tercatat 69,39 persen pekerja berpendidikan SLTP ke bawah. Pekerja terdidik (SLTA ke atas) hanya 30,61 persen. 6. Lebih dari separuh tenaga kerja di Kalimantan Tengah bekerja di atas jam kerja normal (35 jam seminggu), tepatnya sebanyak 55,27 persen memiliki jam kerja diatas 35 jam seminggu. Dapat dikatakan bahwa produktivitas penduduk yang bekerja di Kalimantan Tengah sudah baik dari segi penggunaan jam kerja. Namun masih terdapat 40,33 persen yang bekerja di bawah jam kerja normal, kelompok tersebut merupakan setengah pengangguran Kalimantan Tengah tahun TPT di Provinsi Kalimantan Tengah memiliki tren yang cenderung semakin menurun. Di Provinsi Kalimantan Tengah nilai TPT mengalami peningkatan dari kondisi Agustus 2011 ke kondisi Agustus 2013 sebanyak 0,54 poin dari 2,55 persen menjadi 3,09 persen. Peningkatan cukup tajam berlangsung sepanjang 2011 hingga 2012 yakni sebesar 0,62 poin (dari 2,55 persen menjadi 3,17 persen), namun ketika menuju 2013 TPT turun sebesar 0,08 poin (dari 3,17 persen menjadi 3,09 persen). 8. TPT yang tinggi tersebut disumbang dari TPT tenaga kerja perempuan. TPT perempuan tertinggi adalah TPT 108 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

121 perempuan Kabupaten Seruyan senilai 6,61 persen. 9. Secara agregrat, di Provinsi Kalimantan Tengah bila ditinjau menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, terjadi sebuah fenomena mengkhawatirkan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula TPTnya. TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah (2,25 persen). Sebaliknya TPT pendidikan SMA ke atas tercatat sebesar 11,65 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia paling banyak menyerap pekerja berpendidikan rendah. Lapangan pekerjaan masih sulit diperoleh para pencari kerja berpendidikan SMA ke atas. 10. Jumlah pekerja tidak penuh Provinsi Kalimantan Tengah mencapai orang pada kondisi Agustus 2011 atau sekitar 32,65 persen dari total penduduk yang bekerja. Angka ini pada periode Agustus 2012 naik secara jumlah menjadi orang atau dengan kata lain pada Agustus 2012 persentase pekerja tidak penuh terhadap penduduk yang bekerja lebih tinggi dari keadaan Agustus 2011, yaitu sebesar 35,72 persen. Kondisi ini meningkat lagi pada Agustus 2013 menjadi 40,33 persen dan atau secara absolut, jumlah pekerja tidak penuh mencapai orang. 11. TPAK di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan sejak Agustus 2011 hingga Agustus TPAK berkurang dari 72,89 persen menjadi 68,21 persen. Ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan partisipasi tenaga kerja dalam pasar tenaga kerja. Keterlibatan tenaga Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

122 kerja secara aktif dalam perekonomian semakin mengecil. Nilai TPAK sebesar 68,21 persen dari total jumlah penduduk yang termasuk usia kerja atau tenaga kerja. Dari total jumlah penduduk yang termasuk usia kerja atau tenaga kerja, sebesar 68,21 persen masuk sebagai angkatan kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian. Jadi hanya sekitar sepertiga dari penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja. 12. Tingkat kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2013 adalah sebesar 96,91 persen. Sementara 3,09 persen sisanya merupakan angka tingkat pengangguran terbuka (TPT). 13. Laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami penurunan cukup signifikan pada periode Agustus ( ) dibandingkan ( ), yaitu dari pertumbuhan sebesar 1,59 persen menjadi minus 0,62 persen. Namun memasuki periode laju pertumbuhan kesempatan kerja naik menjadi 0,08. Tanda negatif pada pertumbuhan TKK periode berarti pada Agustus 2012 nilainya lebih kecil dibandingkan Agustus Pada periode terjadi penyerapan tenaga kerja yang cukup besar pada lapangan kerja. Namun sebaliknya, hal ini tidak terjadi pada periode Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah, pertumbuhan PDRB tanpa migas dari tahun adalah sebesar 7,37 persen. Sementara pertumbuhan kesempatan kerja pada periode 110 Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Kalimantan Tengah 2013

123 yang sama adalah sekitar 0,08 persen. Sehingga tingkat elastisitas kesempatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 adalah 0,011 persen, artinya setiap kenaikan output (PDRB) sebanyak satu persen akan mengurangi kesempatan kerja sebanyak 0,011 persen. 15. Provinsi Kalimantan Tengah yang sebagian besar tenaga kerja bergerak di sektor primer ternyata mencatat produktivitas yang paling rendah di antara sektor lainnya. Produktivitas pada sektor ini hanya mencapai 42,00 juta rupiah. Hal ini sebagai bukti pada pembahasan sebelumnya bahwa sektor primer yang menjadi penyumbang terbesar tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Tengah (52,70 persen), serta sebagai penyumbang terbesar penduduk yang bekerja di sektor informal dan setengah pengangguran mempunyai produktivitas pekerja yang paling rendah di antara lapangan pekerjaan utama lainnya. Potret Angkatan Kerja dan Pekerja Provinsi Kalimantan Tengah

124

125

126

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini terdiri dari data sekunder. Sumber data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

Lebih terperinci

Katalog BPS No

Katalog BPS No Katalog BPS No. 2302003.1218 KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2012 Katalog BPS : 2302003.1218 No. Publikasi : 12182.12.007 Ukuran Buku : 13.50 X 19.50 Jumlah Halaman : v + 23 Naskah / Gambar Kulit : Seksi

Lebih terperinci

ANALISIS KETENAGAKERJAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT

ANALISIS KETENAGAKERJAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT ANALISIS KETENAGAKERJAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT 2015 LAMBANG DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT 1. PERISAI berbentuk segi lima, melambangkan bahwa rakyat dan Pemerintah Lombok Barat telah mempertahankan dan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017 No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PROFIL KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT LABOR PROFILE of PAPUA BARAT PROVINCE 2010 BPS PROVINSI PAPUA BARAT STATISTICS of PAPUA BARAT PROVINCE PROFIL KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT 2010 LABOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian-pengertian 2.1.1 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja identik dengan Sasaran Pembangunan Nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Oleh karena kesempatan kerja merupakan

Lebih terperinci

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA

ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA KETENAGAKERJAAN Pendekatan Labour Force : Seseorang masuk angkatan kerja adalah yang aktif secara ekonomi (mencari pekerjaan),

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012 No. 08/11/62/Th.VI, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012 Agustus 2012 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,17 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014 No.08/11/62/Th.VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014 Agustus 2014 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,24 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016 No. 66/11/36/Th.X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai 5,6 juta orang, naik sekitar 253 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Statistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Staistik Ketenagakerjaan Sektor Pertanian Tahun 2013 Ukuran

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, AGUSTUS 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH, AGUSTUS 2010 No. 02/01/62/Th.IV, 1 DESEMBER 2010 Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2010 mencapai 1.066.733 orang berkurang sekitar 34.279 orang dibandingkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017 No. 29/05/36/Th.XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017 Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2017 sebesar 5,51 juta orang, meningkat sekitar 273 ribu pekerja jika dibandingkan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Banten Agustus 2017 sebesar 9,28 persen Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebesar 5,08

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/03/Th. IV, 20 Maret 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI PEKERJA USIA MUDA AGUSTUS 2013

DATA DAN INFORMASI PEKERJA USIA MUDA AGUSTUS 2013 DATA DAN INFORMASI PEKERJA USIA MUDA AGUSTUS 2013 PUSAT DATA DAN INFORMASI KETENAGAKERJAAN Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2014 TIM PENYUSUN Pembina

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KATALOG: 2303004.64 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR KEADAAN ANGKATAN KERJA KALIMANTAN TIMUR 2015 No. Publikasi: 64520.1603 No. ISSN: 9 772503 401004 Katalog BPS: 2303004.64 Ukuran Buku:

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

STATISTIK PENGANGGURAN. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA

STATISTIK PENGANGGURAN.  BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA STATISTIK PENGANGGURAN 2001 2006 BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA-INDONESIA STATISTIK PENGANGGURAN 2001-2006 ISSN. No. Publikasi: Katalog BPS: Ukuran Buku: 21,5 cm x 29,5 cm Jumlah Halaman: 100 Halaman Naskah:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI MALUKU UTARA FEBRUARI 2016 ISBN : No. Publikasi : 82520.1609 Katalog BPS : 2302003.82 Ukuran Buku : B5 (17,6 x 25 cm) Jumlah Halaman : 27 Naskah : Bidang Statistik Sosial

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/11/18/Th.IX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,62 PERSEN Penduduk yang bekerja pada

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.35 /05/33/Th.X, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,20 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2016 sebanyak 17,91 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.79 /11/33/Th.X, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,63 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2016 sebanyak 17,31 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.81 /11/33/Th.IX, 05 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2015 sebanyak 17,30 juta orang,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian. BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi adalah struktur ekonomi yang berimbang, yaitu industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Untuk mencapai sasaran tersebut,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan. batukota.bps.go.id

Ringkasan Eksekutif Ketenagakerjaan. batukota.bps.go.id i Ringkasan Eksekutif KetenagakerjaanKota Batu 2015 ISSN. No. Publikasi :35792.15.01 KatalogBPS :4107.3579 UkuranBuku :15 cm X 21 cm JumlahHalaman: vii + 47 Halaman Pengarah: Sri Kadarwati, S.Si., MT (Kepala

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

No. Katalog :

No. Katalog : No. Katalog : 23303003.3375 No. Katalog: 2303003.3375 PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,54 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/11/18/Th.VIII, 5 Nopember 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja (penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.VIII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,44 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.66/11/72/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,29 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No 81/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 76/11/19/Th.XIV, 7 November 2016 KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Jumlah angkatan kerja Agustus 2016 mencapai 705.173 orang, bertambah sebanyak 17.525 orang dibandingkan jumlah angkatan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,18 persen Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 5,77 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) No. 13/12/Th. VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 29.083 RUMAH TANGGA, TURUN 36,17 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah rumah tangga usaha

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAMBI Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 3,87 Persen Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 80/11/64/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2015 tercatat sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.36/05/52/Th. IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,69 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 No. 34/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2017 mencapai 2.469.104 orang, bertambah 86.638 orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No.36/05/52/Th. IX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,66 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 96/11/64/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Agustus 2016 tercatat sebanyak 1.717.892

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 30/05/12/Th. XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,41 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 77/11/21/Th. VIII, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,25

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 28/5/13/Th XX, 05 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,80 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Februari 2017 sebanyak 2,62 juta,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015 No. 56/11/36/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015 Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 mencapai 5,34 juta orang, turun sebesar tiga ribu orang dibandingkan jumlah angkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.33/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada 2015 mencapai 287 ribu orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 9,84 PERSEN No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci