BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Merencanakan girder Sturktur perencanaan crane dengan H-beam atau Wide Flange untuk kepastian 5 (lima) ton terdiri atas dua girder utama memanjang yang ujungnya diikatkan pada dua girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan. Faktor Utama dalam penyelesaian perencanaan girder H-Beam adalah tegangan lentur atau tegangan bengkok suatau aman dan defleksi girder yang diinginkan. Dibawah ini direncanakan bagaimana cara menentukan pemilihan bahan yang cocok untuk mendapatkan momen bengkok dan gaya lateral dalam batasan aman, untuk pembuatan girder yang sesuai dengan kapasitas 5 Ton. - Beban angkat maksimum (Q) 5000 kg 5 ton - Berat Troli Hoisting Crane ( G ) 640 kg 0.64 ton - Panjang Bentangan girder Utama ( L ) 1800 cm 18 m - Jarak antara roda troli hoisting crane ( a ) 32 cm 0.32 m - Berat balok profil gelegar percentimeter ( q ) 1,055 kg/cm Menentuka beban yang dipikul oleh girder memanjang utama adalah : P Q+G kg [AUTHOR NAME] 38

2 4.1.1 Merencanakan momen bengkok dan gaya lateral akibat beban konstan Menentukan momen bengkok akibat beban konstan Mb q. x 2. (L x), dimana x 450 cm, dianggap merupakan jarak tumpu dari sebelah kiri. ( lihat gambar 4.1 ) 1, ,25 kg-cm. ( ) Menentukan momen bengkok maksimum bila x L 2 adalah : G 1 q. L 1,055 x MBmaks G 1. L 8, ( dimana G 1 q. L ) 1899 x kg-cm Dari perhitungan diatas Mb ,25 kg/cm < MBmaks kg/cm, maka momen bengkok terhadap beban konstan memenuhi syarat. Tabel 1.1 Hasil perhitungan momen bengkok terhadap beban konstan Momen bengkok akibat beban konstan Momen bengkok maksimum ,25 kg/cm kg/cm [AUTHOR NAME] 39

3 Dan kurva momen bengkok akan merupakan suatu parabola yang digambarkan sesuai girder sepanjang L dengan koordinat maksimum MBmaks. Gambar 4.1 Kurva momen bengkok akibat beban konstan Merencanakan momen bengkok dan gaya lateral akibat beban gerak ( troli dan muatan) Menentukan momen bengkok akibat beban gerak karena beban troli dan muatan. Bila roda troli berbeban didistribusikan seragam pada rodanya, maka beban pada satu roda adalah : P Q+G kg Dapat diasumsikan dalam hal ini bahwa girder akan menahan dua buah beban P yang identic terpisah jauh a 32 cm. P Q+G 4 [AUTHOR NAME] 40

4 kg Jadi momen bengkok terhadap beban gerak adalah : Mb 2.P L [ ( L - a 2 ) x ] x 2 x [ ( ) 450 ] kg-cm Momen bengkok maksimum akan terjadi pada penampang yang berjarak a dari bagian 2 tengah bentangan girder WF-Beam tersebut, adalah : Mb maks P 2 L (L a 2 ) x 1800 ( ) ,53 kg-cm Dari perhitungan diatas Mb < Mb maks ,53, maka momen bengkok terhadap beban gerak memenuhi syarat. Tabel 1.2 Hasil perhitungan momen bengkok terhadap beban gerak Momen bengkok akibat beban gerak Momen bengkok maksimum kg/cm ,53 kg/cm Dan kurva momen bengkok didistribusikan dengan bentuk parabola dengan kordinat terbesar pada panjang (L a 2 ). [AUTHOR NAME] 41

5 Gambar 4.2 Kurva momen bengkok terhadap beban gerak Gaya lateral akibat beban gerak T X 2. P 2 { (L a 2 ) x } ,867 kg { ( ) 450 } Gaya lateral maksimum akibat beban gerak, bila x 0 cm pada penumpuan sebelah kiri adalah : T maks 2P P a L T maks 2 x ,867 kg Dari perhitungan diatas T X 4179,867 kg < T maks 5589,867 kg, maka gaya lateral akibat beban gerak memenuhi syarat. [AUTHOR NAME] 42

6 Gambar 4.3 Kurva gaya lateral akibat beban gerak Perencanaan bahan profil wide flange untuk girder Dibawah ini diperhitungkan bagaimana memilih material untuk mendapatkan harga momen inersia dalam batas aman yang sesuai dengan besarnya beban yang diterima oleh girder guna mendapatkan defleksi yang diinginkan. Untuk mendapatkan defleksi maksimum dalam rumus sebagai berikut : ẟmaks ẟmaks L ,57 cm Besarnya reaksi tumpuan yang dipikul satu girder akibat beban terhadap momen pada bidang A B, adalah : RA RB P kg [AUTHOR NAME] 43

7 Momen bengkok maksimum yang terjadi : Mbmaks RA. L x kg-cm Luas bidang momen ditinjau terhadap beban titik pada A1 A2, adalah sebagai berikut. Am Mbmaks 1 4. L ,7105 x 10 8 kg-cm 2 Gambar 4.4 Kurva momen akibat reaksi tumpuan Jika ditinjau berdasarkan reaksi tumpuan dititik B, terhadap jarak X1 adalah : X L [AUTHOR NAME] 44

8 cm Dan jika ditinjau berdasarkan reaksi tumpuan dititik B, terhadap jarak X2 adalah : X2 X L X cm Menentukan lenturan titik-titik B : δ b ( A1. X1 )+( A2. X2 ), ( Dimana E 2,2 x 10 6 kg/cm 2 ) E. 1x δ b ( 5,7105x ) + ( 5,7105x ) 2,2 x Ix ,818 Ix Jadi harga δ , Ix ,909 Ix ,909 25,7 7572,60 cm 4 Menentukan lenturan δ 2 δ 2 ( 5,7105x ) 2,2 x Ix [AUTHOR NAME] 45

9 ( A2. X2 ) E. Ix ,818 Ix Jadi Ix ,818 δ maks, ( Dimana δ maks 25,7 cm ) ,818 25, ,151 cm 4 Dari perhitungan diatas kita mencoba menggunakan balok profil H-Beam atau WF 800 x 200 x 11 x 17, apakah profil tersebut memenuhi syarat atau tidak : Keterangan : H 800 mm 80 cm B 200 mm 20 cm T 17 mm 1,7 cm t 11 mm 1.1 cm Menentukan momen inersia maksimum pada I-section terhadap sumbu x-axis b B t 20 1,1 18,9 cm h H ( 2 x T ) 80 ( 2 x 1,7 ) 76,6 cm I x. maks B. H3 12 b. h3 12 [AUTHOR NAME] 46

10 I x. maks 20 x ,9 x 76,63 12 I x. maks ,55 cm , Dari perhitungan diatas bahwa Ix ,151 cm 4 < Ix maks ,55 cm 4. Maka momen inersia dengan menggunkan balok profil WF 800 x 200 x 11 x 1. Terbukti memenuhi syarat untuk girder memanjang utama. Tabel 1.3 Hasil perhitungan momen inersia pada profil WF-beam 800. Momen inersia WF Momen inersia WF maksimum ,15 cm ,55 cm 4 Modulus section profil WF-Beam Zx terhadap x-axis Zx ( B. H3 )+( b. h 3 ) 6. H ( )+(18,9. 76,6 3 ) , ,039 cm 3 [AUTHOR NAME] 47

11 4.1.4 Perencanaan deformasi defleksi girder Defleksi girder memanjang utama yang berlebihan akan memnyebabkan seluruh jembatan bergetar dan berpengaruh besar pada operasi crane. Untuk menjaga defleksi girder memanjang utama dalam batas aman, penyelesaian diantara salah satunya yaitu badan girder harus dibuat cukup tinggi dan memiliki momen inersia yang memadai. ( A ) ( B ) Gambar 4.5 Defleksi girder memanjang utama crane jalan a. Perencanaan difleksi akibat beban konstan δ δ G1 E. Ix x 5. L ,2 x ,55 x 5 x ,9 x ( 7,5 x 10 7 ) 0,44 cm b. Menentukan defleksi girder akibat beban gerak untuk satu girder dipakai rumus (b) δ δ P 48. E. Ix. ( L a). [L2 + (L + a 2 )] (2,2 x 10 6 ) ,55. ( ). [ ( )] [AUTHOR NAME] 48

12 2820 1,53x ( 1769). (3,2x ,3x10 6 ) 3,2x1013 1,53x ,09 cm Jadi defleksi total yang terjadi pada girder memanjang utama δ tot δ + δ 0,44 + 2,09 2,53 cm Dari perhitungan diatas δ 1.tot 2,53 cm < δ maks 2,57 cm, maka perencanaan defleksi untuk satu girder tersebut memenuhi syarat dan aman untuk digunakan. Karena perhitungan perencanaan diatas hanya untuk satu girder, sehingga perlu mengecek perencanaan secara keseluruhan untuk kedua girder sesuai dengan persyaratan atau tidak. Besarnya beban yang diterima oleh kedua girder : P Q + G kg Defleksi total double girder digunakan rumus : δ 2.tot P. L E. Ix + 5. q. L E. Ix , x (2,2x10 6 ) x , x (2,2x10 6 ) x ,55 [AUTHOR NAME] 49

13 3,3x ,5x1013 1,6x ,3x ,06 + 0,45 2,51 cm Dari perhitungan diatas δ 2.tot 2,51 cm < δ maks 2,57 cm, maka perencanaan defleksi untuk double girder untuk kapasitas 5 ton dengan menggunakan profil WFbeam (WF.800) tersebut memenuhi syarat dan aman untuk digunakan. Tabel 1.4 Hasil perhitungan defleksi total satu girder dan double girder Defleksi Girder Defleksi Total Girder Defleksi maksimum Satu Girder 2,53 cm 2,57 cm Double Girder 2,51 cm 2,57 cm Menetukan tegangan bengkok terhadap arah horizontal ( lendutan lateral profil ) Flens tekan balok profil cenderung menekuk sisi mendatar apabila balok profil terlalu panjang. Lendutan lateral balok profil dapat diindari dengan cara menggunakan system lantai atau tegangan yang diijinkan dengan penuh bisa dipergunakan. Jika tidak, tegangan harus dikurangi. Dalam perencanaan ini dianggap semua balok profil diperkuat secara sempurna melawan lendutan lateral. Gaya horizontal terhadap beban pengangkatan dan beban troli hoisting crane akibat pengereman adalah : H (Q+G 2 ) H (5000 ) 2 [AUTHOR NAME] 50

14 282 kg Perencanaan gaya horizontal akibat berat girder memanjang utama H3 1/7 Gtot, Dimana Gtot G 5292,02 kg 1/7 x 5292,09 756,01 kg Menentukan momen bengkok horizontal MBH 1 2. H 2 8. L. ( 2. L a) H 3 L M BH 1 2 x L x ( 2x ) x 756,01 x , , ,67 kg-cm Menentukan tegangan bengkok lateral yang diijinkan ( σ BH ) σ BH M BH Z γ Dimana, Z γ H. B3 h. t 3 6. B ( ) (76, ) ,77 cm 3 Maka : σ BH M BH Z γ , ,77 287,91 kg/cm 2 [AUTHOR NAME] 51

15 Menentukan gaya geser karena beban hidup ( troli dan muatan ) Kita menentukan diagram gaya lintang ( geser ) akibat gaya pembebanan pada jarak x 1000 cm, untuk perencanaan girder diatas, perhitungan ini berdasarkan satu profil girder memanjang utama. RA ƩMB 0 RB ƩMA 0 -H x RA x H x RB x RA x 1800 H x 800 RB x 1800 H x x 800 RA x 1000 RB ,3 kg 156,7 kg Gambar 4.6 Diagram gaya lintang akibat beban hidup dimana : gaya horizontal P H2 282 kg Perencanaan Modulus section yang terjadi terhadap sumbu y y ( Z γ ) Z γ Z γ P. x σ BH ,79 979,58 cm 3 [AUTHOR NAME] 52

16 Dari hasil perhitungan di atas diperoleh hasil bahwa Z γ 1023,77 cm 3 Z γ 979,58 cm 3, maka modulus tahanan profil terhadap gaya horizontal memenuhi syarat dan aman digunakan Merencanakan Pelat Penggantung Monorel Troli Hoisting Crane Konstruksi pelat berfungsi sebagai penggantung monorel troli hoisting crane dan pelat tersebut juga menahan beban pengangkatan dan beban troli. Besarnya beban yang ditahan oleh pelat P Q + G 2 Gambar 4.7 Pelat penggantung kg Menetukan momen inersia pelat ( Ix ) Keterangan : b 16 mm 1,6 cm h 100 mm 10 cm [AUTHOR NAME] 53

17 Maka : Ix b. h3 12 1, ,3 cm 4 Perencanaan defleksi pelat penggantung troli Perencanaan defleksi pada pelat akibat beban berat pelat (δ tot ) Dimana : E : 2,2x10 6 L : 60 cm Menentukan defleksi akibat beban berat pelat ( δtot ) δ tot P. L E. Ix ,2x ,3 6,091x108 1,408x ,043 cm Dimana harga defleksi maksimum yang diijinkan adalah : δ maks x L x 60 0,086 cm [AUTHOR NAME] 54

18 Dari hasil perhitungan diatas δ tot 0,043 cm < δ maks 0,086 cm, maka pelat tersebut memenuhi syarat dan aman digunakan penggantung monorel troli Perencanaan Flens Bawah INP Monorel Troli Hoisting Crane Profil monorel troli hoisting crane menerima beban merata, beban titik dan beban bergerak, sehingga pada monorel troli mengalami bending down force yang mana terjadi pada bagian flens bawah. Perencanaan perhitungan kekuatan flens bawah terhadap profil besi INP adalah supaya bahan yang digunakan untuk monorel benarbenar aman terhadap beban pengangkatan dan berat troli itu sendiri. Digunakan : Bahan yang diambil dari JIS E 4502 lambang SF A 60 A, yang mempunyai tegangan Tarik bahan ( σt ) 60 kg / mm 2 Faktor keamanan untuk beban 5,64 ton ( fk ) 3,5 Keterangan : h 300 mm b 125 mm s 10,8 mm t 16,2 mm r 6,5 mm Gambar 4.8 Bending down force pada monorel troli [AUTHOR NAME] 55

19 Menentukan tegangan Tarik yang diizinkan ( σ t ) σt σ t fk 60 3,5 17,1 kg / mm 2 Tegangan akibat bending down force pada lens bawah akibat beban dapat ditentukan dengan rumus menggunakan rumus : Perencanaan tegangan kekuatan flens bawah akibat beban ( σ ) σ 3,05. P t 2, Dimana : P 1410 kg 4 3, (16,2) 2 16,4 kg / mm 2 Dari hasil perhitungan diatas σ 16,4 kg / mm 2 < σt 17,1 kg / mm 2, maka kekuatan flens bawah dari profil INP 300 memenuhi syarat dan aman. Tabel 1.5 Hasil perhitungan flens bawah Profil INP 300 Tegangan Tarik akibat beban Tegangan Tarik yang diizinkan 16,4 kg/mm 2 17,1 kg/mm 2 [AUTHOR NAME] 56

20 4.2 Merencanakan End Carriage Perhitungan menentukan end carriage meliputi antara : Menentukan Profil End Carriage a. Beban akibat berat girder memanjang utama Gambar 4.9 Beban akibat batang girder memanjang utama Besarnya beban yang diterima oleh girder melintang ( end carriage ), sesuai dengan perencanaan yaitu double girder memanjang utama : RA1 RB1 Di mana : RA 1 2. L. q x 1, ,5 kg Karena dalam perencanaan menggunakan daouble girder memanjang utama, maka berat yang ditahan oleh end carriage adalah : RA1 2. RA 2 x 949,5 [AUTHOR NAME] 57

21 1889 kg b. Beban akibat berat troli dan berat pengangkatan Dalam perencanaan jarak x 51 cm, merupakan jarak tumpuan atau pembatas gerak troli hoisting saat membawa beban pengangkatan pada waktu melintas di monorel troli dengan jarak end carriage supaya tidak kandas. Gambar 4.10 End carriage akibat berat troli dan berat pengangkatan Besarnya reaksi tumpuan ( RA2 ) adalah : R A2 P. ( L x ), Di mana P Q + G kg ( ) ,2 kg Sehingga dari perhitungan di atas gaya total yang diterima oleh end carriage adalah : F R A1 + R A kg [AUTHOR NAME] 58

22 4.2.2 Menentukan Defleksi Pada End Carriage Untuk itu perlu ditinjau berdasarkan pemerikasaan terhadap lenturan atau defleksi yang terjadi. Dalam merencanakan defleksi pada end carriage perlu diperhatikan akibat beban-beban yang terjadi, yaitu : a. Defleksi end carriage ditinjau terhadap beban merata ( Berat Profil UNP 200 ) Gambar 4.11 Defleksi end carriage akibat beban merata Di mana : q 0,279 kg/cm x 2 profil end carriage ( Lampiran 9 ) 0,558 kg/cm Ix 18,2 x 10 6 mm cm 4 x 2 profil end carriage 3640 cm 4 δ δ 5. q. L E. Ix 5 x 0,558 x x (2,2x10 6 ) x ,0035 cm [AUTHOR NAME] 59

23 b. Defleksi end carriage ditinjau terhadap gaya Gambar 4.12 Defleksi end carriage akibat gaya total δ F 48. E. Ix ( L a). [L2 + (L + a 2 )], dimana : a jarak antara girder (2,2x10 6 ) ( ). [ ( )] 0,208 cm Defleksi total yang terjadi pada End Carriage (δ tot ) δ tot δ + δ 0, ,208 0,211 cm Dimana defleksi maksimal adalah : δ maks 0,0015. L 0,0015 x 250 0,357 cm Karena nilai defleksi yang terjadi pada end carriage dari hasil perhitungan lebih kecil dari nilai defleksi maksimal, maka profil tersebut aman dan dapat digunakan. Tabel 1.6 Hasil Perhitungan Defleksi End Carriage Defleksi Total End Carriage Defleksi Maksimal 0,211 cm 0,357 cm [AUTHOR NAME] 60

24 4.2.3 Menentukan Daya Motor End Carriage A. Motor penggerak Putaran roda gigi pinion ( n 1 ) output dari gear motor / reducer : n 1 155,03 rpm ( lampiran 4 ) Diameter jarak bagi roda gigi pinion ( d b1 ) d b1 90 mm Dari data di atas, maka dapat ditentukan kecepatan keliling sebagai berikut : v 1 π. d b1. n 1 60 x ,14 x 90 x 155,03 0,730 m/s 60 x 1000 B. Roda jalan atau roda penggerak Diameter roda jalan ( d ) 256 mm Diameter jarak bagi roda jalan ( d b2 ) 270 mm Menentukan kecepatan putaran roda gigi jalan atau roda gigi penggerak ( n 2 ) n 2 v1. 60 x 1000 π. d b2 0,730 x 60 x , ,66 rpm Menentukan kecepatan keliling roda jalan atau roda penggerak ( v 2 ) [AUTHOR NAME] 61

25 v 2 π. d. n ,14 x 256 x 51, ,671 m/s Jadi kecepatan jalan untuk penggerak overhead crane ( v ) dalam m/menit adalah : v 0,671 x 60 41,52 m/menit 0,7 m/s C. Menentukan tahanan gerak antara roda jalan dengan rel Dimana kita menentukan dahulu berat komponen secara keseluruhan kerangka overhead crane ( Go ), diantaranya adalah : a. Berat komponen end carriage - Berat roda jalan ( G1 ), terdiri dari 4 buah roda jalan Gambar 4.13 Roda jalan Dimana, roda jalan mempunyai data berikut : Bahan dari besi tuang mempunyai berat jenis ( ρ ) 0,00722 kg/cm 2 do 28,6 cm [AUTHOR NAME] 62

26 d 6,5 cm d1 25,6 cm L b 8,5 cm 2 cm Menentukan volume pada roda jalan : v [ 1 4. π. (do2 d 2 ). b]. 2 + [ 1 4. π. (d 1 2 d 2 ). L] [ 1. 3,14. 4 (28, ). 2]. 2 + [ 1. 3,14. 4 (25,62 6,5 2 ). 8,5] [ 0,785. (860,2). 2]. 2 + [ 0,785. (613,1) ]. 8,5 2701, ,9 6791,92 cm 3 Jadi Berat roda jalan ( G1 ) adalah : G1 v. ρ. 4 buah roda jalan 6791,92 x 0,00722 x 4 196,1 kg - Berat bantalan roda jalan G2, terdiri dari 8 buah bantalan Gambar 4.14 Bantalan roda jalan [AUTHOR NAME] 63

27 Dari gambar diatas dengan data sebagai berikut : D 120 mm d 65 mm B 23 mm Berat bantalan ( G2 ) 0,9 x 8 7,2 kg - Berat profil UNP 200 End Carriage ( G3 ), terdiri dari 4 buah profil Gambar 4.15 Profil UNP 200 Dari gambar di atas terdapat data sebagai berikut : Berat profil per meter ( q ) 27,9 kg/m L 3 meter Jadi Profil ( G3 ) adalah : G1 ( q. L ). 4 buah poros ( 27,9 x 3 ) x 4 334,8 kg [AUTHOR NAME] 64

28 - Berat poros roda jalan ( G4 ), terdiri dari 4 buah poros Gambar 4.16 Poros roda jalan Dimana : bahan poros dari baja dengan berat jenis ( ρ ) 0,0079 kg/cm 2 L 250 mm D 65 mm Jadi berat poros ( G4 ) adalah : G 4 [ 1. π. 4 d2. L. ρ]. 4 buah poros [ 1 x 3,14 x x 0,25 x 0,0079] x 4 26,20 kg - Berat motor penggenggerak ( G5 ), terdiri dari 2 buah motor : ( G5 ) 48 kg x 2 96 kg - Berat roda gigi pinion ( G6 ), terdiri dari 2 buah roda gigi. Gambar 4.17 Roda gigi pinion [AUTHOR NAME] 65

29 Menentukan volume roda gigi pinion adalah : v [ 1. π. 4 (di2 d 2 ) ]. B + [ 1. π. 4 (do2 d 2 ). L] [ 0,785. (10 2 3,5 2 ) ]. 3,2 + [ 0,785. (6 2 3,5 2 ). 9] 220, ,79 388,21 cm 3 Jadi berat roda gigi pinion ( G6 ) v. 2. ρ 388,21 x 0,0079 x 2 6,13 kg Sehingga berat total end carriage ( G ) G G1 + G2 + G3 + G4 + G5 + G6 196,1 + 7, ,8 + 26, ,13 666,43 kg b. Berat Komponen Girder - Berat profil girder ( WF.800 ), terdiri dari 2 buah profil. Gambar 4.18 Profil Wide Flange 800 [AUTHOR NAME] 66

30 Dari gambar diatas didapat data sebagai berikut : Berat profil ( q ) 105,5 kg/m L 18 m Jadi berat girder memanjang utama ( g 1 ) ( q. L ). 2 ( 105,5 x 18 ) x kg - Berat profil INP 300 monorel troli ( g 2 ) Gambar 4.19 Profil INP 300 Dari gambar diatas didapat data sebagai berikut : Berat profil ( q ) 55,08 kg/m L 17 m Jadi berat profil ( g 2 ) ( q. L ) ( 55,08 x 17 ) 936,36 kg [AUTHOR NAME] 67

31 Berat pelat penggantung monorel dan penahan girder ( g 3 ), terdiri dari 74 buah pelat. Gambar 4.20 Pelat Dari gambar diatas didapat data sebagai berikut : Berat jenis untuk baja ( ρ ) 0,00785 kg/cm 3 L 0,6 m b 100 mm h 16 mm Jadi berat pelat ( g 3 ) ( h. b. L. ρ ) x 74 Pelat ( 16 x 100 x 0,6 x 0,00785 ) x ,66 kg Sehingga berat total girder memanjang utama dan perlengkapan lainnya ( G ) G g 1 + g 2 + g , , ,02 kg c. Berat total overhead crane ( Go ) Go G + G ,02 5,95 Ton Maka tahanan gerak ( W ) adalah : W β ( Q + G + Go ) ω 1,25. ( 5 + 0,64 + 5,95 ). 20,5 [AUTHOR NAME] 68

32 296,9 kg Menentukan daya statik motor ( N ) N W. v 75. η 296,9 x 41,52 75 x 60 x 0,85 3,2 HP 2,4 kw Untuk mendapatkan daya maksimum motor maka perlu adanya factor koreksi ( fc ), untuk mendapatkan factor keamanan. Dimana harga factor koreksi berkisar 0,8 sampai dengan 1,2, sehingga daya motor rencana listrik ( Pd ) adalah : Dimana : N p Pd p x fc 2,4 x 1,2 2,88 kw Direncanakan pada motor en carriage dilengkapi dengan 2 (dua) unit motor listrik, sehingga masing-masingend carriage memerlukan daya listrik : N Pd 2 2,88 2 1,44 kw Dikarenakan harga standar daya motor berdasarkan katalog ( lampiran 4 ), kami mementukan harga lebih tinggi dari hasil perhitungan yaitu type CHENTA 45E dengan data sebagai berikut : [AUTHOR NAME] 69

33 Pd 1,5 kw 2 HP n 1450 rpm Menentukan Bahan Roda Gigi End Carriage Dalam perencanaan roda gigi yang paling penting adalah bagaimana mendapatkan beban yang sesuai dengan tegangan lentur beban yang diijinkan disamping itu kekuatan tegangan tarik bahan. ( Lampiran 6 ) a) Memilih bahan untuk roda gigi pinion Rencana bahan diambil baja karbon ( S 45 C ) dengan data : Tegangan tarik ( σ tp ) 58 kg/mm 2 Tegangan lentur ijin ( σ p ) 30 kg/mm 2 Kekerasan permukaan sisi gigi ( HBp ) 200 HB b) Memilih bahan untuk roda gigi jalan Rencana bahan diambil besi cor ( FC 30 ) mempunyai data : Tegangan tarik ( σ tp ) 30 kg/mm 2 Tegangan lentur ijin ( σ p ) 13 kg/mm 2 Kekerasan permukaan sisi gigi ( HBg ) 200 HB c) Direncakan roda gigi lurus, dengan data sebagai berikut : Sudut tekan ( α ) 20 full depth involute system ( lampiran 10 ) Diameter jarak bagi roda gigi pinion ( dp ) 90 mm Diameter jarak bagi roda gigi jalan ( dg ) 270 mm Modul ( m ) 5 Menentukan jumlah gigi ( z ) [AUTHOR NAME] 70

34 - Jumlah gigi pinion ( Zp ) dp m gigi - Jumlah gigi pinion ( Zg ) dp m gigi Menentukan jarak sumbu poros ( a ) a (Z 1 + Z 1 ). m 2 ( ) mm Menentukan Harga untuk factor levis berdasarkan bentuk gigi ( Y ) Harga untuk factor levis berdasarkan bentuk gigi sesuai masing-masing jumlah gigi yaitu diambil berdasarkan sudut tekan ( α ) 20 full depth involute system adalah sebagai berikut : a) Roda gigi pinion ( Yp ) Yp 0,154-0,912 Zp (lampiran 11) 0,154-0, ,104 b) Roda gigi jalan ( Yg ) [AUTHOR NAME] 71

35 Yg 0,154-0,912 Zg 0,154-0, ,137 Kita membandingkan hasil dari perhitungan di atas berdasarkan tegangan lentur bahan yang diijinkan, dimana hasil yang terkecil diambil untuk menentukan besarnya gaya tangesial. σp. Yp : σg. Yg 30 x 0,104 : 13 x 0,137 3,12 > 1,781 Maka yang dipergunakan persamaan untuk menghitung besarnya gaya tangesial adalah persamaan untuk roda gigi jalan. Di dalam perencanaan biasanya besarnya gaya tangesial digunakan persamaan yang dikalikan dengan factor koreksi. Maka, Ft 4500 x Pd v. Cs, di mana : Pd 2 HP v 41,52 m/menit 4500 x 2 41,52 x 1,25 270,95 kg [AUTHOR NAME] 72

36 Tabel 1.7 Untuk mementukan harga factor koreksi ( Cs ) Type Beban 3 jam/hari ( sumber : CAT. No. E1102c 2006 J-2 Printed in Japan NSK Ltd ) Menentukan factor kecepatan ( Cv ) Type Service 8 s/d 10 jam/hari 24 jam/hari Steady 0,8 1 1,25 Tumbukan Ringan 1 1,25 1,54 Tumbukan Medium 1,25 1,54 1,8 Tumbukan Berat 1,54 1,8 2 Cv v, dimana : v kecepatan keliling roda jalan 0,692 m/detik ,692 0,813 Menentukan bahan permukaan yang diijinkan untuk persatuan lebar sisi gigi ( F G Tabel 1.8 Faktor tegangan kontak pada bahan roda gigi ( sumber : CAT. No. E1102c 2006 J-2 Printed in Japan NSK Ltd ) Dimana harga ( k ) 0,079 kg/mm 2 [AUTHOR NAME] 73

37 Maka, F G Cv. kh. dp. 2. Z 1 Z 1 + Z 2 0,813 x 0,079 x ,671 kg/mm 2 Menentukan lebar sisi gigi ( b ) b Ft F H 270,95 8,671 31,3 mm Dengan mempertimbangakan keamanan maka lebar sisi gigi diambil ( b ) 32mm Menentukan tegangan lentur pada sisi gigi ( σ ) - Tegangan lentur yang terjadi pada roda gigi pinion ( σpl ) σpl Ft b. m. Yp 270,95 32 x 5 x 0,103 16,44 kg/mm 2 Dari hasil perhitungan diatas bahwa harga tegangan lentur terjadi pada roda gigi pinion lebih kecil dari tegangan lentur bahan yang diijinkan, maka bahan tersebut aman dan dapat digunakan. - Tegangan lentur yang terjadi pada roda gigi jalan ( σg1 ) σg1 Ft b. m. Yg [AUTHOR NAME] 74

38 270,95 32 x 5 x 0,137 12,36 kg/mm 2 Dari hasil perhitungan diatas bahwa harga tegangan lentur terjadi pada roda gigi jalan lebih kecil dari tegangan lentur bahan yang diijinkan, maka bahan tersebut aman dan dapat digunakan Menentukan Bahan Poros Pada Roda Jalan Direncanakan bahan poros diambil dari bahan karbon ( S 45 C ), dengan mempunyai data : Tegangan Tarik ( σt ) 58 kg/mm 3 Faktor Keamanan ( sfi ) 6,0 Faktor Keamanan ( sfi ) 2,0 Menentukan tegangan lentur yang diijinkan ( σb ) σb σ 1 Sf 1 +Sf ,8 kg/mm kg/cm 2 Menentukan beban yang diterima oleh setiap poros ( P ), poros terdiri dari 4 poros P Q+G+Go ,92 4 [AUTHOR NAME] 75

39 2882,48 kg Gambar 4.21 Momen lentur pada poros Karena poros dalam keadaan diam, maka poros hanya mengalami momen lentur ( Mb ) Mb P. a ,48 x 9, ,77 kg/cm Menentukan tegangan bengkok yang terjadi berdasarkan perencanaan poros (σb) direncanakan diameter poros ( d ) 6,5 cm σb 10,2. Mb d 3 10,2 x 6701,77 6, ,91 kg/cm 2 Maka dari perhitungan diatas tegangan lentur terjadi pada poros lebih kecil dari tegangan lentur bahan yang diijinkan, maka bahan tersebut aman dan dapat digunakan. [AUTHOR NAME] 76

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Girder Crane Kerangka girder crane adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk mendukung semua mekanisme operasi, perlengkapan listrik, motor dan peralatan pengendali

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN KERANGKA OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER KAPASITAS 5 TON

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN KERANGKA OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER KAPASITAS 5 TON LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN KERANGKA OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER KAPASITAS 5 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API 3.1. Kerangka Berpikir Dalam melakukan penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir, penulis melakukan penelitian berdasarkan pemikiran: LATAR

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN PERHITUNGAN DAN ANALISA 1.1 Pengumpulan Data Sebelum melakukan analisa perlu adanya dilakukan pengumpulan data. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran secara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip), dimana sumbu kedua poros tersebut

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK) Pengertian Balok 5- STRUKTUR LENTUR (BALOK) Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban tegak lurus ( ) sumbu memanjang batang (beban lateral beban lentur) Beberapa jenis balok pada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PENGHITUNGAN SPESIFIKASI OVERHEAD HOISTING CRANE PADA BEBAN MAKSIMUM 3 TON

TUGAS AKHIR ANALISA PENGHITUNGAN SPESIFIKASI OVERHEAD HOISTING CRANE PADA BEBAN MAKSIMUM 3 TON TUGAS AKHIR ANALISA PENGHITUNGAN SPESIFIKASI OVERHEAD HOISTING CRANE PADA BEBAN MAKSIMUM 3 TON Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sidang Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK DATA PERENCANAAN : Panjang jembatan = 20 m Lebar jembatan = 7,5 m Tebal plat lantai = 20 cm (BMS 1992 K6 57) Tebal lapisan aspal = 5 cm (BMS 1992 K2 13) Berat isi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG IV PERHITUNGN KOMPONEN UTM ELEVTOR RNG 4.1 Perhitungan obot Pengimbang. obot pengimbang berfungsi meringkankan kerja mesin hoist pada saat mengangkat box. obot pengimbang yang akan kita buat disini adalah

Lebih terperinci

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kw (138 HP) pada putaran 5600 rpm. Pada mobil Opel Blazer DOHC dan direncanakan menggunakan roda

Lebih terperinci

Perhitungan Roda Gigi Transmisi

Perhitungan Roda Gigi Transmisi Perhitungan Roda Gigi Transmisi 3. Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 03 kw pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic.8L MT dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Sambungan Sambungan-sambungan pada konstruksi baja hampir tidak mungkin dihindari akibat terbatasnya panjang dan bentuk dari propil propil baja yang diproduksi. Sambungan bisa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Analisa Perhitungan/ 413041-051 BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Mesin pembersih burry system kerjanya sama dengan mesin bor jenis peluassecara garis besar

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka: BAB VIII SAMBUNGAN MOMEN DENGAN PAKU KELING/ BAUT Momen luar M diimbangi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

FINAL PROJECT DENGAN JUDUL

FINAL PROJECT DENGAN JUDUL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR ACHADI RAHARJA 6607040005 MEMPERSEMBAHKAN FINAL PROJECT DENGAN JUDUL PERANCANGAN OVERHEAD CRANE 5 TON SWL PADA WORKSHOP

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM 1 PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp A cp Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b bo bw C C m Cc Cs d DAFTAR NOTASI = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas bruto penampang (mm²) = Luas bersih penampang (mm²) = Luas penampang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus menerus mengalami peningkatan, kontruksi bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan pernah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia sekarang ini memiliki proyek pembangunan dalam banyak jenis. Proyek pembangunan pembangunan yang paling umum dijumpai adalah proyek pembangunan industri.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya Macam-macam Tegangan dan ambangnya Tegangan Normal engetahuan dan pengertian tentang bahan dan perilakunya jika mendapat gaya atau beban sangat dibutuhkan di bidang teknik bangunan. Jika suatu batang prismatik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN A. Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui rintangan yang permukaannya lebih rendah. Rintangan ini biasanya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011 TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Mampu meneruskan daya besar

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : ANTON PRASTOWO 3107 100 066 Dosen Pembimbing : Ir. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR 1. Perhitungan Lantai Kendaraan Direncanakan : Lebar lantai 7 m Tebal lapisan aspal 10 cm Tebal plat beton 20 cm > 16,8 cm (AASTHO LRFD) Jarak gelagar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut.

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut. BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY.1 Diagram Alir Proses Perancangan Data proses perancangan kendaraan hemat bahan bakar seperti terlihat pada diagram alir berikut ini : Mulai Perhitungan

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah: Contoh soal: POROS:. Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 0 (kw) pada putaran 450 rpm. Bahan diambil baja dingin S45C. Solusi: Daya P = 0 kw n = 450 rpm f c =,0 Daya rencana = f c

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran Bab 5 Puntiran 5.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

Bab 6 Defleksi Elastik Balok Bab 6 Defleksi Elastik Balok 6.1. Pendahuluan Dalam perancangan atau analisis balok, tegangan yang terjadi dapat diteritukan dan sifat penampang dan beban-beban luar. Untuk mendapatkan sifat-sifat penampang

Lebih terperinci

STUDI KUAT LENTUR BALOK PROFIL C GANDA DENGAN PERANGKAI TULANGAN DIAGONAL. Oleh : JONATHAN ALFARADO NPM :

STUDI KUAT LENTUR BALOK PROFIL C GANDA DENGAN PERANGKAI TULANGAN DIAGONAL. Oleh : JONATHAN ALFARADO NPM : STUDI KUAT LENTUR BALOK PROFIL C GANDA DENGAN PERANGKAI TULANGAN DIAGONAL Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : JONATHAN

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT adalah jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat

Lebih terperinci

TUGAS MAHASISWA TENTANG

TUGAS MAHASISWA TENTANG TUGAS MAHASISWA TENTANG o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK KANTILEVER. o DIAGRAM BIDANG MOMEN, LINTANG, DAN NORMAL PADA BALOK SEDERHANA. Disusun Oleh : Nur Wahidiah 5423164691 D3 Teknik

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci