BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR"

Transkripsi

1 BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan mekanikal Sketsa prototype Pemilihan material & komponen Perhitungan Gambar 3D & simulasi Tidak Kuat? FOS > 2 Ya Proses produksi & perakitan Pengujian sukses Pembuatan laporan gagal Perbaikan Selesai Gambar 3.1 Diagram Alur Perencanaan 27

2 Prinsip Kerja Gambar 3.2 Mesin Copy Camshaft Mesin copy camshaft adalah mesin dengan gerak utama berputar. Gaya putar ini disebabkan karena putaran dari motor listrik. Motor listrik dipasang pada kerangka dan dipasang puli kecil, kemudian dipasangkan dengan sabuk yang berhubungan dengan puli besar pada poros roda gerinda. Roda gerinda melakukan pemakanan pada camshaft yang berputar melalui putaran motor weapher. Motor weapher dipasangkan pada three handle alumunium dan dipasang puli kecil, kemudian dipasangkan sabuk yang berhubungan dengan chuck. Chuck terhubung dengan chuck yang lain melalui poros sehingga kedua chuck bisa berputar bersamaan mengikuti putaran motor weapher. Putaran motor weapher bekerja searah jarum jam sehingga kedua camshaft bisa berputar mengenai roda copy dan roda gerinda untuk melakukan pemakanan benda kerja. Komponen-komponen mesin copy camshaft terlihat seperti Gambar 3.2. Keterangan mesin copy camshaft : 1. Rangka (frame) 9. Cross vice 2. Motor listrik 1. Roda copy 3. V-belt 11. Dudukan roda copy 4. Pulley 12. Three handle alumunium 5. Sabuk chuck 13. Chuck 6. Houshing center camshaft 14. Motor weapher 7. Dudukan roda gerinda 15. Shaft 8. Roda gerinda 16. Bosch

3 29 Penempatan benda kerja dilakukan dengan cara mencekam benda kerja pada chuck spindle. Posisi benda kerja yang satu mengikuti posisi benda kerja yang lain. Untuk posisi benda kerja agar membantu presisi dilakukan center camshaft. Berikut ini bagian-bagian utama dari mesin copy camshaft yaitu motor listrik, motor weapher, roda gerinda, roda copy, pulley, poros transmisi, belt, shaft hollow, center camshaft, chuck, dudukan shaft, dudukan roda gerinda, dudukan roda copy, dudukan cross vice, rangka, three handle shaft. 3.3 Daya yang Dibutuhkan dalam Perencanaan Daya yang dibutuhkan untuk memutarkan roda gerinda dapat dihitung dengan menentukan torsi yang bekerja pada putaran roda gerinda dengan asumsi mampu menahan beban yang ada pada three handle camshaft. Data yang diambil dari spesifikasi roda gerinda yaitu massa roda gerinda (m) =,8 kg, jari- jari roda gerinda (r) =,75 m dan putaran yang dialami roda gerinda (n) = 1237 rpm. Diasumsikan roda gerinda menempuh putaran 1237 rpm dalam rad/s dengan waktu 1 detik (waktu kritis yang diambil dalam menentukan percepatan sudut roda gerinda) dan inersia roda gerinda (I = 1/2 m.r²). Dilihat dari spesifikasi yang ada dilakukan analisa perhitungan sebagai berikut: ( ) ( ) Sehingga daya yang dibutuhkan untuk memutarkan roda gerinda secara matematis dapat dihitung sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan, daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda gerinda adalah 37,6 watt. Maka daya motor listrik yang digunakan adalah 1/4 Hp (186,5 watt).

4 3 3.4 Perencanaan Puli dan Sabuk Berdasarkan tabel lampiran tentang sabuk, untuk daya sebesar 1/4 HP menggunakan sabuk-v tipe A yang terbuat dari bahan rubber. Diketahui untuk sabuk-v tipe A dari bahan rubber, daya yang mampu ditransmisikan sebesar,7-3,5 kw dan puli yang digunakan dari bahan alumunium dengan asumsi koefisien gesek (µ) =,34 terhadap sabuk rubber. Massa jenis sabuk ρ = 1,14 gr/cm³, tegangan ijin sabuk ( ) 2 N/mm² dan sudut kontak puli yang dipakai 2ß = 38. Diketahui spesifikasi transmisi pada motor dan putaran roda gerinda sebagai berikut: 1. Putaran motor ( ) = 145 rpm 2. Putaran roda gerinda yang diharapkan ( ) = 1237 rpm 3. Diameter puli penggerak ( ) = 64 mm 4. Panjang sumbu motor (x) = 22 mm Dari spesifikasi yang ada bisa dihasilkan analisa perhitungan sebagai berikut: 1. Diameter puli yang digerakkan Diameter puli yang digerakan di rencanakan bisa menghasilkan putaran pada roda gerinda ( ) = 1237 rpm untuk melakukan penggerindaan pada camshaft. Secara matematis dapat dihitung dengan persamaan 2.1: 2. Panjang sabuk yang digunakan Panjang sabuk yang akan digunakan menyesuaikan jarak antara poros motor dan poros roda gerinda (x) = 22 mm. Melalui persamaan 2.12 sebagai berikut:

5 31 = 26 inch (25,4 mm = 1 inchi) Jadi, sabuk yang dipakai adalah sabuk jenis V tipe A - 26 dengan inside length = 66 mm dan pitch length = Sudut kontak ( ) yang terjadi pada puli motor dan puli roda gerinda Sudut kontak puli secara matematis dihitung menggunakan persamaan 2.13 dan persamaan Dari perhitungan dapat digambarkan skematik perencanaan puli dan sabuk seperti Gambar 3.3. Gambar 3.3 Skematik Puli dan Sabuk. 4. Perbandingan tegangan sisi kencang (T 1 ) dan sisi kendor sabuk (T 2 ) Perbandingan tegangan sisi kencang dan sisi kendor sabuk secara matematis dapat dihitung dengan persamaan 2.15.

6 32 5. Luas penampang sabuk Gambar 3.4 Luas Penampang Sabuk Berdasarkan tabel yang tersedia luas penampang sabuk diketahui sudut alur (2ß) = 38 atau (ß) = 19 dengan lebar sabuk (b) = 13 mm dan tinggi sabuk (t) = 8 mm. Untuk mencari luasannya dapat diperoleh dengan menggunakan rumus trapesium sebagai berikut: x = t. tan 19 = 8.,344 = 2,75 mm a = b 2x = 13 mm 2. 2,75 mm = 7,5 mm A = 1/2 (a + b) t = 1/2 (7,5 mm + 13 mm).8 mm = 82 mm²

7 33 6. Massa per meter panjang sabuk Diketahui dari tabel yang tersedia asumsi massa jenis sabuk bahan rubber (ρ) = 114 kg/m³. Secara matematis bisa diperoleh menggunakan rumus: m/l = ρ. A = 114 kg/m³.(82. )m² =,93 kg/m 7. Kecepatan linear sabuk Kecepatan linear sabuk dapat diperoleh dengan persamaan 2.11 sehingga putaran pada motor dan gerinda bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kecepatan linear sabuk. Berikut ini perhitungan dilihat dari putaran poros motor: 8. Gaya tarik sentrifugal Gaya tarik sentrifugal jika tidak diabaikan dapat mempengaruhi kekencangan pada sabuk. Secara matematis dapat dihitung dengan rumus: Tc = m. v² =,93 kg/m. = 2,187 N 9. Gaya tarik maksimum Diketahui tegangan tarik ijin sabuk ( ) = 2 N/mm² sehingga secara matematis dapat dihitung dengan rumus: T =. A = 2 N/mm². 82 mm² = 164 N 1. Gaya tarik sisi kencang (T 1 ) dan sisi kendor (T 2 ) sabuk Gaya tarik sisi kencang dan sisi kendor sabuk dapat diperoleh melalui persamaan 2.15 yang telah dihitung sebelumnya, sehingga untuk mencari sisi kencang (T 1 ) terhadap sisi kendor (T 2 ) diperoleh rumus: T 1 = T T C = 164 N 2,187 N = 161,81 N

8 Daya yang mampu ditransmisikan sabuk Sehingga dari semua perhitungan dapat diperoleh daya yang mampu ditransmisikan sabuk yaitu: P = ( )V.n = (161,81 N 6,4 N ) 4,85 m/s. 1 = 753,73 watt = 1,1 Hp 3.5 Perencanaan Poros Poros penerus daya pada mesin copy camshaft berfungsi untuk meneruskan daya dari motor listrik ke roda gerinda. Poros menerima beban di kedua ujungnya yaitu beban puli alumunium (m) = 25 gram dan beban roda gerinda (m) =,8 kg. Beban yang dijadikan pertimbangan dalam perhitungan adalah beban tarik pegas yang menumbuk gerinda dan tegangan total sabuk pada puli (T.cos25 ). Berikut ini jarak penumpu poros yang di rencanakan dapat dilihat seperti Gambar 3.6. (T1+T2).cos 25 T1+T2 Gambar 3.5 Poros Diketahui gaya pada puli (F 1 ): F 1 = (T 1 +T 2 ).cos 25 = ( N + 6,4 N).cos25 = 152,45 N

9 35 Beban pada roda gerinda diakibatkan oleh gaya tarik pegas (F 2 ) : F 2 = k. x = 8 N/mm. 2 mm = 16 N` Kesetimbangan Gaya Luar Gambar 3.6 Reaksi Pembebanan Poros Dalam kesetimbangan gaya luar dibutuhkan skematik seperti Gambar 3.6 untuk melakukan perhitungan kesetimbangan gaya horizontal, kesetimbangan gaya vertikal, dan momem yang terjadi pada poros. -kesetimbangan gaya horizontal pada poros. Σ F X = -kesetimbangan gaya vertikal pada poros. Σ F Y = = R Ay + R By - F 1 - F 2 = = R Ay + R By = F 1 + F 2 = 4,356 N/mm. 35 mm + 4,572 N/mm. 35 mm = 152,45 N + 16 N = 312,45 N Σ Ma = -(F 1. 35/2) - (R By. 1) + (F 2. (1 + 35/2)) = -(152,45. 17,5) - (R By. 1) + ( ,5) = , R By = -1. R By = ,125 N R By = 161,32 N

10 36 Jadi gaya reaksi pada titik B adalah 161,32 N, maka gaya reaksi pada titik A dapat di substitusikan sebagai berikut: R Ay + R By = 312,45 N R Ay = 312,45 N - R By = 312,45 N 161,32 N = 151,13 N Kesetimbangan Gaya Dalam Gambar 3.7 Potongan Gaya Dalam Dalam kesetimbangan gaya dalam dibutuhkan skematik potongan seperti Gambar 3.7 untuk melakukan perhitungan dilihat dari potongan x-x, potongan y- y, potongan z-z dalam menentukan gaya normal (Nx), gaya geser (Vx) dan momen (Mx) yang terjadi pada poros. Potongan kiri (x-x) C A Gambar 3.8 Potongan x-x N 1 = V 1 M 1 = - 4,356 N/mm. x mm = - 4,356.x N = (- 4,356x. x/2) N.mm

11 37 Potongan kiri (y-y) A B Gambar 3.9 Potongan y-y N 2 = V 2 = - (4.356 N/mm. 35 mm) + (151,13 N) = - 152,45 N + 151,13 N = -1,32 N M 2 = - 152,45 N.(x-35/2) mm + 151,13 N.(x-35) mm Potongan kiri (z-z) B - D Gambar 3.1 Potongaan z-z N 3 = V 3 = -(4,356 N/mm.35 mm) + 151,13 N + 161,32 N 4,572 N/mm(x- 135)mm = - 152,45 N + 151,13 N + 161,32 N 4,572 N/mm (x-135)mm = 16 N 4,572 N/mm (x-135)mm M 3 = - 152,45 N(x- 35/2) mm + 151,13 N(x-35) mm + 161,32 N(x-135) mm 4,572 N/mm (x-135)mm.(x/2-135/2)mm

12 38 Tabel 3.1 Hasil Reaksi Pada Potongan Kesetimbangan Gaya Dalam. Potongan Jarak (mm) Titik Gaya dalam Normal (N) Geser (N) Momen lentur (N.mm) X-X Y-Y Z-Z C A B -1, , , A B D 152,45-1, , ,875 Dari tabel 3.1 dapat digambarkan diagram gaya normal (Normal Force Diagram (NFD)), diagram gaya geser (Shear Force Diagram (SFD)), diagram momen bending (Bending Moment Diagram (BMD)) seperti Gambar NFD C A B D SFD 152,45 N 16 N C A B A BMD 1,32N 1,32 N C A B A 2667,875 N.mm 2799,875 N.mm Gambar 3.11 Gaya normal, gaya geser dan momen lentur.

13 Analisa Kekuatan Poros Pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya adalah poros dengan beban torsi dan momen lentur menggunakan ST 37 dengan SF = 8 memiliki tegangan tarik ijin 29,375 N/mm² dan tegangan geser ijin 14,68 N/mm². Sehingga torsi ekuivalen dan momen ekuivalen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 1. Torsi yang bekerja pada poros 2. Momen yang terjadi pada poros Dari perhitungan kesetimbangan gaya dalam dihasilkan momen lentur terbesar yaitu M = 2799,875 N.mm 3. Torsi ekuivalen ( ) ( ) ( ) N.mm 4. Momen Ekuivalen ( ) ( ) 5. Diameter poros terhadap torsi ekuivalen

14 4 6. Diameter poros terhadap momen ekuivalen Jadi diameter minimal yang harus dipilih adalah 1,2 mm, namun dalam kenyataanya poros yang digunakan adalah 15 mm yang dipertimbangkan berdasarkan roda gerinda yang ada dipasaran. 3.6 Kekuatan Rangka Berikut rangka dari mesin copy camshaft : Gambar 3.12 Rangka Mesin Copy Camshaft. Gambar 3.13 Kesetimbangan Gaya Keterangan : Beban yang menumpu rangka bagian depan adalah beban yang paling besar yaitu 19 kg yang diteruskan ke dua dudukan camshaft dengan beban sama rata, sehingga:

15 Kesetimbangan Gaya Luar -kesetimbangan gaya horizontal pada rangka. Σ Fx = -kesetimbangan gaya vertikal pada rangka. Σ Fy = = R Ay + R by - W 1 - W 2 = = R Ay + R by = W 1 + W 2 = 19 kg + 19 kg = 38 kg Σ Ma = W 1. r 1 + W 2. r 2 R By. r 2 = R By.468 = R By.468 = 468. R By = R By = 27,28 kg Jadi gaya reaksi pada titik B adalah 27,28 kg, maka gaya reaksi pada titik A dapat di substitusikan sebagai berikut: R Ay + R By = 38 kg R Ay = 38 kg R By = 38 kg 27,28 kg = 1,72 kg Kesetimbangan Gaya Dalam Dalam kesetimbangan gaya dalam perhitungan dilihat dari potongan x-x, potongan y-y dalam menentukan gaya normal (Nx), gaya geser (Vx) dan momen (Mx) yang terjadi pada rangka. Potongan kiri (x-x) A C Gambar 3.14 Potongan x-x

16 42 N 1 = V 1 M 1 = 1,72 kg = 1,72. x kg.mm Potongan kiri (y-y) C B Gambar 3.15 Potongan y-y N 2 = V 2 = R Ay W 1 M 2 = 1,72 kg 19 kg = -8,28 kg = 1,72. x 19(x - 24) kg.mm Tabel 3.2 Hasil Reaksi Pada Potongan Kesetimbangan Gaya Dalam. Potongan Jarak (mm) Titik Gaya dalam Normal (kg) Geser (kg) Momen lentur (kg.mm) X-X Y-Y 24 A C 1,72-8, , C B 1,72-8, ,88 Dari tabel 3.2 dapat digambarkan diagram gaya normal (Normal Force Diagram (NFD)), diagram gaya geser (Shear Force Diagram (SFD)), diagram momen bending (Bending Moment Diagram (BMD)) seperti Gambar 3.16, Gambar 3.17, Gambar NFD A C B Gambar 3.16 Normal Force Diagram

17 43 SFD 1,72 kg 1,72 kg A C B BMD 8,24 kg 8,24 kg Gambar 3.17 Shear Force Diagram 2186,88 kg.mm A C B Gambar 3.18 Bending Moment Diagram Analisa Tegangan 1. Tegangan tarik yang terjadi pada profil L 4 mm x 4 mm x 3 mm (ditinjau dari tegangan bending maksimum adalah 2186,88 kgmm) Gambar 3.19 Profil L 4 x 4 x 3 2. Perhitungan momen inersia pada profil L 4 mm x 4 mm x 3 mm (ditinjau dari perhitungan tabel Ixx = 463,93 mm 4 dan y = 28,89 mm) Tabel 3.3 Momen inersia untuk penampang rectangle (Khurmi 25)

18 44 Gambar 3.2 Skematik Inersia 1. Luas Bidang A 1 = 4.3 = 12 mm 2 A 2 = 37.3 = 111 mm 2 2. Titik Berat Bidang x 1 = 1,5 mm y 1 = 2 mm x 2 = 21,5 mm y 2 = 1,5 mm 3. CG (center of gravity) X = = = = 11,11 mm Y = = = = 11,11 mm 4. Ketinggian CG ke Titik Bidang Diagonal h x1 = X x 1 = 11,11 1,5 = 9,61 mm h x2 = x 2 X = 21,5 11,11 = 1,39 mm 5. Inersia terhadap sumbu y (I xx ) a. Inersia bidang 1 I 1(xx) = 1/12 b.h 3 + A 1.h 2 x1 = 1/12.3.(4) (9,61) 2 = 2782,25 mm 4 b. Inersia bidang 2 I 2(xx) = 1/12 b.h 3 + A 2.h 2 x2 = 1/12.37.(3) (1,39) 2 = 12981,68 mm 4 c. Inersia total I (xx) = I 1(xx) + I 2(xx) = 2782,25 mm ,68 mm 4 = 463,93 mm 4

19 45 3. Perhitungan tegangan lentur pada balok dan di asumsikan material menggunakan baja St-37 dengan tegangan ijin bahan sebagai berikut: a. Tegangan ijin bahan b. Tegangan lentur pada profil L Karena tegangan lentur sebesar 15,7 N/mm², hasil perhitungan tersebut jauh lebih kecil dari tegangan tarik ijin material yaitu 19,6 N/mm 2 maka kekuatan rangka yang digunakan AMAN 3.7 Perencanaan Mur dan Baut Dalam perencanaan mesin copy camshaft terdapat mur dan baut digunakan untuk merangkai beberapa elemen mesin. Perhitungan yang dilakukan hanya ditinjau pada kondisi yang mengalami beban dinamik akibat putaran diantaranya: 1. Baut pada dudukan rangka motor, untuk mengunci posisi motor. 2. Baut pada dudukan roda gerinda, untuk mengunci posisi roda gerinda. Gambar 3.21 Dudukan Sistem Transmisi Baut pada Motor Terhadap Dudukan Motor Perencanaan baut pada dudukan rangka motor digunakan untuk mengatur posisi kekencangan sabuk saat pemasangan dan juga seiring waktu kondisi sabuk

20 46 berkurang kinerjanya sehingga kekencangan sabuk dapat diatur kembali. Baut yang digunakan menyesuaikan desain dudukan motor yaitu M8 sebanyak 4 buah, terbuat dari baja ST 37 dengan faktor keamanan (SF) = 8 yang diambil berdasarkan tabel. Dari tabel yang tersedia tentang ukuran baut diketahui mengenai spesifikasi baut M8 antara lain sebagai berikut: Diameter mayor (d) = 8 mm Diameter minor (dc) = 6,466 mm Tegangan yield (σ) = 235 N/mm² Tegangan geser (τ) = 117,5 N/mm² W 1 = (T 1 +T 2 )sinα W 2 = T 1 +T 2 25 W = (T 1 +T 2 )cosα L L 2 L 1 Gambar 3.22 Baut Atas Dudukan Motor Listrik Gambar 3.23 Alas Dudukan Motor Listrik W 1 = (T 1 +T 2 )sinα = 168,21. sin 25 = 71 N W 2 = T 1 + T 2 = 161,81 N + 6,4 N = 168,21 N W = (T 1 +T 2 )cosα = 168,21. cos 25 = 152,45 N

21 47 L 1 = 1,5 cm = 15 mm L 2 = 12 cm = 12 mm L = 1 cm = 1 mm 1. Tegangan tarik ijin (σ ijin) 2. Tegangan geser ijin (τ ijin) 3. Beban geser langsung yang diterima baut (Ws) 4. Beban tarik akibat gaya tarik sisi kencang dan sisi kendor sabuk, beban maksimal yang terjadi pada baut 3 dan baut 4 5. Diasumsikan beban tarik dan geser ekuivalen yang diterima baut a) Beban tarik ekuivalen ( ) * + [ ] [ ] [ ] b) Beban geser ekuivalen * + [ ] [ ]

22 48 [ ] 6. Tegangan tarik (σ baut) dan geser (τ baut) yang terjadi pada baut a) σ baut Tegangan tarik pada baut (σ baut) < tegangan tarik ijin σ t, maka baut AMAN. b) τ baut Tegangan geser pada baut (τ sbaut) < tegangan geser ijin τ, maka baut AMAN Baut pada Dudukan Motor Terhadap Plat Perencanaan baut pada dudukan rangka motor terhadap plat digunakan untuk menyambung dudukan motor ke meja rangka dengan tinjauan beban geser dan beban tarik. Baut yang digunakan menyesuaikan desain dudukan motor yaitu M8 sebanyak 4 buah, terbuat dari baja ST 37 dengan faktor keamanan (SF) = 8 yang diambil berdasarkan tabel. Dari tabel yang tersedia tentang ukuran baut diketahui mengenai spesifikasi baut M8 antara lain sebagai berikut: Diameter mayor (d) = 8 mm Diameter minor (dc) = 6,466 mm Tegangan yield (σ) = 235 N/mm² Tegangan geser (τ) = 117,5 N/mm² W 1 = (T 1 +T 2 )sinα = 168,21. sin 25 = 71 N W 2 = T 1 + T 2 = 161,81 N + 6,4 N = 168,21 N

23 49 W = (T 1 +T 2 )cosα = 168,21. cos 25 = 152,45 N L 1 = 2,5 cm = 25 mm L 2 = 12,5 cm = 125 mm L = 12 cm = 12 mm W 1 = (T 1 +T 2 )sinα W 2 = T 1 +T 2 25 W = (T 1 +T 2 )cosα L L 1 L 2 Gambar 3.24 Baut Dudukan Motor Listrik Bawah 1. Tegangan tarik ijin (σ ijin) Gambar 3.25 Panjang Baut Dudukan Motor 2. Tegangan geser ijin (τ ijin)

24 5 3. Beban geser langsung yang diterima baut (Ws) 4. Beban tarik akibat gaya tarik sisi kencang dan sisi kendor sabuk, beban maksimal yang terjadi pada baut 3 dan baut 4 5. Diasumsikan beban tarik dan geser ekuivalen yang diterima baut a) Beban tarik ekuivalen ( ) * + [ ] * + [ ] b) Beban geser ekuivalen * + [ ] * + [ ] 6. Tegangan tarik (σ baut) dan geser (τ baut) yang terjadi pada baut a) σ baut

25 51 Tegangan tarik pada baut (σ baut) < tegangan tarik ijin σt, maka baut AMAN. b) τ baut Tegangan geser pada baut (τ baut) < tegangan geser ijin τ, maka baut AMAN Baut pada Dudukan Roda Gerinda Perencanaan pada dudukan roda gerinda dipilih menggunakan sambungan baut karena merupakan sambungan semi permanen sehingga dapat dibongkar dan dipasang kembali. Baut yang digunakan sebanyak 4 buah, terbuat dari baja ST 37 dengan faktor keamanan (SF) = 8 yang diambil berdasarkan tabel. W = (T 1 +T 2 )cosα 25 W 1 = T 1 +T 2 L Gambar 3.26 Dudukan Roda Gerinda

26 52 Pembebanan yang terjadi pada perancangan baut roda gerinda antara lain sebagai berikut: W 1 W 2 = T 1 + T 2 = 161,81 N + 6,46 N = 168,21 N = beban tarik pegas = 16 kg = 16 kg. 1 m/s² = 16 N W = (T 1 +T 2 )cosα = 168,21 N. cos 25 = 152,45 N W total = W + W 2 = 152,45 N + 16 N = 312,45 N L = 21 cm = 21 mm L 1 = 3,5 cm = 35 mm L 2 = 5 cm = 5 mm 1. Tegangan tarik ijin (σ ijin) 2. Tegangan geser ijin (τ ijin) 3. Beban geser langsung yang diterima oleh baut (Ws) 4. Beban tarik akibat gaya putar gerinda, beban maksimal terjadi pada baut 1 dan baut Diasumsikan beban tarik dan geser ekuivalen yang diterima baut a) Beban tarik ekuivalen ( ) * + [ ]

27 53 [ ] [ ] b) Beban geser ekuivalen * + [ ] [ ] [ ] 6. Diameter baut yang mampu menahan beban tarik (σ baut) dan geser (τ baut) a) Diameter minor (dc) b) Diameter mayor (d) Berdasarkan tegangan tarik ijin didapatkan diameter minor baut minimum adalah dc = 4,43 mm dengan SF = 8 dan tegangan geser ijin didapatkan diameter mayor adalah d = 4,5 mm dengan SF = 8, sehingga dapat diketahui diameter mayor dan diameter minor, namun pada kenyatannya baut yang dipilih adalah M6x1,25 dengan pertimbangan baut pada dudukan roda gerinda yang dibuat dengan posisi baut masuk kedalam rongga untuk mempermudah proses produksi, sehingga pemilihan baut masih AMAN.

28 Simulasi Analisis Rangka Simulasi analisis rangka berfungsi untuk mengetahui kualitas rangka yang akan dibuat. Dengan asumsi beban yang digunakan serta tumpuan yang digunakan seperti pada Gambar Model Reference Properties Component Name : 1.38 S235JR (RST37-2) Model type : Linear Elastic Isotropic Default failure Max von Mises criterion : Stress Yield strength : 2.35e+8 N/m 2 Tensile 3.7e+8 N/m 2 strength: Elastic 2.1e+11 N/m 2 modulus: Poisson's ratio:.28 Mass density : 78 kg/m 3 Shear modulus: 7.9e+1 N/m 2 Thermal 1.1e-5 /Kelvin expansion coefficient: Name Contact Image Load Frame F3 =1 N F5 = 12 N F1=19 N Rangka mesin copy camshaft F1 : Three handle F2 : Three handle F3 : Cross vice F4 : komponen roda gerinda F5 : Komponen motor F4 = 1 N F2=19 N Gambar 3.27 Properties material Tegangan (stress) Tegangan (stress) adalah kumpulan gaya (force) pada suatu permukaan benda. Semakin sempit luasan permukaan namun gaya tetap, maka tegangan semakin besar. Tegangan terbesar ditunjukkan pada gradasi warna paling merah, dan yang terkecil adalah warna paling biru. Sedangkan area dengan tegangan sedang adalah area dengan warna kuning -hijau- biru muda seperti ditunjukkan

29 55 pada Gambar Metode tegangan yang digunakan pada solidwork adalah von mises stress. Metode von mises stress memiliki keakuratan lebih besar dibandingkan metode lain, karena melibatkan tegangan tiga dimensi. Von mises itu sendiri merupakan kegagalan untuk jenis material. Untuk menentukan konstruksi dari material tersebut dinyatakan aman dapat menggunakan hasil analisis ini, jika nilai von mises stress lebih kecil dari yield strength material yang digunakan maka kekuatan struktur tersebut aman. Name Type Min Max Stress VON: von Mises Stress N/m^2 Node: e+7 N/m^2 Node: 5764 Gambar 3.28 Hasil Simulasi Tegangan Pada Rangka.

30 Perubahan Bentuk (Displacement) Perubahan bentuk (displacement) adalah perubahan bentuk (melengkung) pada benda yang dikenai gaya. Bagian yang paling melengkung dari rangka mesin copy camshaft ini adalah daerah berwarna paling merah dan bagian yang paling lurus adalah bagian yang paling berwarna biru seperti ditunjukkan pada Gambar Name Type Min Max Displacement URES: Resultant mm mm Displacement Node: 3529 Node: 4871 Gambar 3.29 Hasil Simulasi Displacement Pada Rangka

31 Faktor Keamanan (Factor of safety) Faktor keamanan adalah angka keamanan yang digunakan untuk menentukan kualitas produk. Jika angka keamanan minimal suatu produk kurang dari 2 maka produk tersebut memiliki kualitas jelek dan cenderung membahayakan ketika digunakan, sebaliknya jika angka keamanan minimal suatu produk lebih dari 2 (biasanya bernilai 8 untuk beban dinamik dengan material baja) maka kualitas produk tersebut baik dan aman apabila digunakan. Sehingga pada simulasi rangka mesin copy camshaft (Gambar 3.3) dinyatakan baik dan aman yaitu memiliki angka keamanan yang sama dengan analisis perhitungan. Name Type Min Max Factor of Max von Mises Safety Stress Node: 5764 Node: 3435 Gambar 3.3 Hasil Simulasi Factor of Safety Pada Rangka. Namun ada batasan dalam penggunaan angka keamanan, jika angka keamanan suatu material mencapai 3 digit atau lebih, maka produk tersebut aman, berkualitas baik namun harganya cenderung mahal dan tergolong boros. Sehingga dalam pengambilan angka keamanan juga dipertimbangkan biaya produksi.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Gambar 3.1 : Proses perancangan sand filter rotary machine seperti terlihat pada Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: AFRIKO JADI PRAYOGA PUTRA PRATAMA NIM I8613002 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pemotong kerupuk rambak kulit ditunjukan pada diagram alur pada gambar 3.1 : Mulai Pengamatan dan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses yang mengolah dari bahan mentah menjadi suatu barang jadi. Berikut ini pemilihan bahan yang digunakan dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Aliran Diagram aliran merupakan suatu gambaran dasar yang digunakan dasar dalam bertindak. Seperti pada proses perencanaan diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD HUSNAN EFENDI NIM I8613023 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan ini diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone :

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone : Pendahuluan Materi : Belt Datar, V-Belt & Pulley, Rantai Elemen Mesin 2 Belt Datar Elemen Mesin 2 Belt (sabuk) atau rope (tali) digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu ke poros yang lain

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: MUH ARIES SETYAWAN NIM. I8113022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD RIZA PURWANTO NIM I8613025 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA)

MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA) MESIN PENGAYAK PASIR (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: RAHMAD WAHYU NUGROHO NIM I8613029 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs)

PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs) PEMBANGKIT LISTRIK METODE PUMP AS TURBINES (PATs) Asep Rachmat, Ali Hamdani Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email: asep18rachmat75@gmail.com ABSTRACK Pump As Turbines (PATs) merupakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1. Desain Mesin 4.1.1. Tahap Klarifikasi Tujuan Pada Tahap ini diberikan penjelasan tujuan atas pertimbangan yang dilakukan dalam proses perancangan serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1) 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Motor adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah sebuah putaran poros. Komponen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN PRESS SERBUK KAYU (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md) Disusun oleh: WAHYU TRI ARDHIYANTO NIM. I 8613038 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER Oleh: Ichros Sofil Mubarot (2111 030 066) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Eddy Widiyono, MSc. NIP. 19601025 198701 1 001 2. Hendro Nurhadi, Dipl.-lng.,Ph.D NIP.

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Analisa Perhitungan/ 413041-051 BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Mesin pembersih burry system kerjanya sama dengan mesin bor jenis peluassecara garis besar

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Abstraksi ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN INCH PADA SALUTE GUN 75 mm INCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH

PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH PERANCANGAN DAN ANALISIS PEMBEBANAN GERGAJI RADIAL 4 ARAH Michael Wijaya, Didi Widya Utama dan Agus Halim Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: mchwijaya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Mulai. Pengumpulan Data

Mulai. Pengumpulan Data 15 BAB III PERANCANGAN 3.1 Ketentuan Umum Perancangan teknik merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan penemuan-penemuan baru untuk membuat mesin-mesin yang dapat melakukan berbagai pekerjaan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN ROL STRIP PLAT (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi D III Teknik Mesin Disusun oleh : YUSUF ABDURROCHMAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Sedangkan pengertian produksi adalah suatu kegiatan untuk

Lebih terperinci

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. No. 1, Januari 2017 ISSN : 2502-2040 PERHITUNGAN DIAMETER MINIMUM DAN MAKSIMUM POROS MOBIL LISTRIK TARSIUS X BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Disusun Oleh : TRIANTO NIM I 8111039 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : EKO SULISTIYONO NIM. I 8111022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA)

RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA) RANCANG BANGUN MESIN DOWEL UNTUK PEMBUATAN KAYU SILINDER DENGAN DIAMETER 10 SAMPAI 20 MM UNTUK INDUSTRI GAGANG SAPU DAN SANGKAR BURUNG (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN 4.1 Konsep Pembuatan Mesin Potong Sesuai dengan definisi dari mesin potong logam, bahwa sebuah mesin dapat menggantikan pekerjaan manual menjadi otomatis, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PERENCANAAN DAN PENJELASAN PRODUK Tahap perencanaan dan penjelasan produk merupakan tahapan awal dalam metodologi perancangan. Tahapan perencanaan meliputi penjelasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE 4.1 Momen Lentur Akibat Ledakan Dalam Ruang Bakar Sebuah poros engkol motor bakar yang sedang melakukan kerja akan mendapatkan pembebanan berupa

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci