BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan. Diharapkan dengan adanya analisa perhitungan terhadap alat ini, maka hasil pembuatan pembuatan dan perakitan dari alat Aero-mechanical Conveyor ini dapat diketahui secara lebih detail dan akurat. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mencoba untuk mengadakan analisa perhitungan yang dilakukan berdasarkan pengambilandata di lapangan dan literatur-literatur dari buku referensi. Adapun analisa perhitungan yang akan dilakukan sesuai dengan batasan masalah yang penulis sudah ungkapkan pada bab I pendahuluan. Aero-mechanical Conveyor 1

2 4.1 Perhitungan pada bagian Penggerak Perhitungan Besarnya Torsi ( beban ) pada Motor Penggerak ( Motor Listrik ). Perhitungan terhadap beasarnya torsi atau beban pada motor bertujuan untuk mengetahui besarnya daya ( kapasitas ) dari motor penggerak yang akan digunakan pada alat ini. Untuk menghitung torsi motor, perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi beban pada motor, yaitu : Berat material yang dibawa oleh disc Berat dari disc Berat dari rope/sling Berat pulley Berat material yang dibawa oleh Disc. Material yang dipilih dalam perhitungan ini adalah material yang mempunyai berat jenis terbesar, yaitu Pasir kering dengan berat jenis sebesar 144 lb/ft³ atau bila dikonversikan menjadi 2306 kg/m³. Berat material dihitung dengan menggunakan rumus : Wm = ρ x Vt x g dimana : Wm = Berat material yang dibawa oleh disc ( N ) ρ = Berat jenis material ( kg/m³ ) Vt = Volume material dalam satu siklus ( m³ ) g = percepatan gravitasi = 9,81 ( m/dt² ) Aero-mechanical Conveyor 2

3 Jumlah material yang dibawa/diangkut oleh disc dalam satu siklus dihitung dengan cara sebagai berikut : Jumlah disc efektif yang membawa material pada saat alat beroperasi ( dari Feed-Housing sampai ke Discharge-Housing ) adalah sebanyak n buah dimana : n = t + ¼ Sd + ¼ S p n = jumlah disc efektif dalam satu siklus t = tinggi alat ( mm ) Sd = keliling lingkaran discharge-housing ( mm ) Sf = keliling lingkaran feed-housing ( mm ) f p = jarak antar disc ( disc pitch ) dalam mm n = ¼ ( 3,14 x 298 ) + ¼ ( 3,14 x 298 ) 160 = 21,67 buah dibulatkan menjadi n = 22 buah Jumlah material antar disc adalah : Vm = A x p dimana : Vm = volume/jumlah material antar disc ( mm³ ) A = luas penampang pipa bagian dalam ( mm² ) p = jarak antar disc ( disc pitch ) dalam mm A = ¼ π x D² ( D = diameter bagian dalam pipa ) Aero-mechanical Conveyor 3

4 = ¼ x 3,14 x (76)² = 4.534,16 mm² V = A x p = 4.546,1 x 160 = ,6 mm³ dalam satu siklus : Vt = n x V = 22 x ,6 = ,2 mm³ sehingga berat material dalam satu siklus : Wm = ρ x Vt = ( 2306x10-9 ) x ,2 = 361 N Berat Disc. disc yaitu : Untuk menghitung berat disc, perlu dihitung lebih dahulu volume Vd = A x td = ¼ π x D d ² x td dimana : Vd = volume disc ( mm³ ) D d = diameter disc ( mm² ) td = tebal disc ( mm ) diameter disc ( D d ) = diameter pipa - clearance clearance ( celah ) antara pipa dan disc adalah 2 mm, sehingga : Aero-mechanical Conveyor 4

5 D d = 76 - ( 2 x 2 ) = 72 mm Ketebalan disc diasumsikan sebesar 10 mm Bahan yang digunakan untuk disc adalah polyurethane yang mempunyai berat jenis ( ρ ) sebesar 59 lb/ft, dikonversikan menjadi 945,09 kg/m³. Vd = ¼ x 3,14 x ( 72 )² x 10 = ,4 mm³ Jadi berat disc : Wd = ρ x Vd x 9,81 = ( 945,09 ) x 10-9 x ( ,4 ) x 9,81 = 0,378 N Berat disc dalam satu siklus : Wd = 0,378 x 22 = 8,316 N Berat Wire Rope ( sling ) yang digunakan Jenis Wire Rope (sling) yang dipilih untuk digunakan dalam perancangan alat ini adalah jenis Galvanized Steel dengan ukuran sebagai berikut : Diameter Wire Rope ( DW ) = 6 mm Panjang Wire Rope ( LW ) dihitung dengan cara : LW = t + ½ Sd + ½ Sf dimana : t = tinggi alat ( mm ) Sd = keliling lingkaran discharge-housing ( mm ) Aero-mechanical Conveyor 5

6 Sf = keliling lingkaran feed-housing ( mm ) sehingga : Lw = ½ ( 935,72 ) + ½ ( 935,72 ) = 3.935,72 mm = 3,936 m Volume Wire rope : Vw = ¼ x 3,14 x ( 0,006 )² x 3,936 = 0, m³ Berat Wire rope ( Ww ) : Ww = ρ x Vw x g = 7850 x 0, x 9,81 = 8,566 N Berat Pulley yang digunakan Dalam perhitungan kapasitas motor penggerak, berat pulley sementara diabaikan, karena pulley duduk pada poros yang ditopang oleh bantalan ( bearing ). Dari data-data yang diperoleh dari perhitungan-perhitungan tersebut, maka dapat dihitung besarnya kapasitas motor yang akan digunakan, yaitu dengan cara : P = 2 x π x N x T 60 dimana : P = Daya/kapasitas motor ( Watt ) Aero-mechanical Conveyor 6

7 N2 = putaran pulley 2 ( rpm ) T = Torsi yang terjadi pada pulley 2 ( N.m ) Untuk menghitung putaran ( rpm) pada pulley 2, maka perlu diketahui jumlah hasil ( output ) dari proses yang dilakukan oleh alat ini. Material yang dipilih untuk diproses pada alat ini adalah Pasir Kering, dimana jumlah yang dihasilkan sebesar 22 ton/jam atau kg/jam, sedangkan telah diketahui bahwa jumlah material yang dihasilkan dalam satu siklus ( lintasan ) sebesar 0,16 m³ atau 36,8 kg. Dalam satu siklus, panjang lintasan untuk membawa material adalah : = 2 x t + ½ Sd + ½ Sf = 2 x ½ x 935,72 + ½ x 935,72 = m Jumlah putaran dalam satu siklus ( lintasan ) sepanjang 6,936 m adalah : = 935 = 7,412 putaran untuk menghasilkan output material sebesar 366,67 kg/menit, maka : 366,67 N2 = x 7,412 36,85 = 73,634 rpm ( dibulatkan menjadi 75 rpm ) Menghitung Torsi yang dialami oleh Feed-Housing dengan menggunakan rumus: Aero-mechanical Conveyor 7

8 T = F x r dimana : T = Torsi pada Feed-Housing ( Nm ) F = Gaya pada Feed-Housing ( N ) r = Jari-jari feed-housing ( m ) F = Wm + Wd + Ww = , ,566 = 377,88 N T = 377,88 x ½ ( 0,298 ) = 56,3 Nm sehingga Daya Motor ( P ) : 2 x 3,14 x 75 x 56,3 P = 60 = 441,955 Watt = 0,44 kw Perhitungan Dimensi Pulley yang digunakan. Pada perencanaan dimensi/ukuran pulley, putaran motor disesuaikan agar diperoleh diameter pulley feed-housing yang proporsional dengan menggunakan Gear Motor dengan perbandingan rasio 1 : 2, sehingga putaran motor ( N1 ) menjadi 700 rpm. Untuk menghitung dimensi pulley feed-housing, rumus yang digunakan adalah : N1 N = D 2 2 D1 Aero-mechanical Conveyor 8

9 dimana : N1 = putaran motor dalam ( rpm ) N2 = putaran feed-housing ( rpm ) D1 = diameter pulley motor ( mm ) D2 = diameter pulley feed-housing ( mm ) D = x = 320 mm Perhitungan Sabuk - V. Perhitungan sabuk-v yang dilakukan meliputi : 1. Panjang Sabuk-V. 2. Kecepatan linier Sabuk-V. 3. Sudut kontak. 4. Gaya tarik ( tegangan ) pada sabuk. Panjang Sabuk-V ( L mm ). Untuk menghitung panjang sabuk-v dapat digunakan rumus sebagai berikut : L = 2. C + ½. π ( D1 + D2 ) C ( D1 + D2 ) ( ref. Sularso, hal. 170 ) dimana : L = panjang keliling sabuk ( mm ) C = jarak sumbu poros ( mm ) D1 = diameter pulley motor ( mm ) D2 = diameter pulley feed-housing ( mm ) untuk menghitung jarak sumbu poros, digunakan rumus : C = ( 1,5 sampai 2 ) x D2 ( ref. Sularso, hal. 166 ) Aero-mechanical Conveyor 9

10 = 2 x 320 = 640 mm maka selanjutnya dapat dihitung panjang sabuk-v yaitu : L = 2 ( 640 ) + ½ x 3,14 ( ) x 640 ( )² = ,2 + 30,65 = 1875,85 mm Tabel 4.1. Panjang sabuk-v standar ( ref. Sularso, hal.168 ) Aero-mechanical Conveyor 10

11 dari table panjang sabuk-v standar diperoleh ukuran 74 inch dengan L = 1880 mm Kecepatan Sabuk-V ( L mm ). Untuk menghitung kecepatan sabuk-v, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut : V = π x D2 x N 60 2 dimana : V = kecepatan sabuk dalam m/s D2 = diameter pulley 2 dalam m N2 = putaran pulley 2 dalam rpm sehingga : 3,14 x 0,320 x 75 V = 60 = 1,256 m/s Sudut Kontak - θ. θ Ф Aero-mechanical Conveyor 11

12 Gambar 4.1. Sudut kontak Sudut kontak θ, dapat dihitung dengan menggunakan rumus : - untuk pulley kecil ( D1 ) π θ = ( Ф ) ( ref. RS. Khurmi, hal. 666 ) untuk pulley besar ( D 2 ) π θ = ( Ф ) ( ref. RS. Khurmi, hal. 666 ) 180 r2 - r1 Sin Ф = ( ref. RS. Khurmi, hal. 666 ) C dimana : r1 = jari-jari pulley kecil ( ½ D1 ) dalam mm r2 = jari-jari pulley besar ( ½ D2 ) dalam mm C = jarak sumbu poros dalam mm sehingga : Sin Ф = ( ) 640 = 0,2188 Ф = 12,64 Untuk pulley kecil : 3,14 Aero-mechanical Conveyor 12

13 θ = { ( 12,64 ) } 180 = ( 154,72 ) x ( 0,0174 ) = 2,692 rad Untuk pulley kecil : 3,14 θ = { ( 12,64 ) } 180 = ( 205,28 ) x ( 0,0174 ) = 3,5472 rad Gaya Tarik ( tegangan ) pada sabuk. F 1 θ F2 Ф Gambar 4.2. Gaya Tarik pada sabuk Untuk menghitung gaya tarik pada sabuk, terlebih dahulu dihitung sebagai berikut : - Daya rencana, Pd : Pd = P x fc dimana : Pd = Daya perencanaan ( Watt ) P = Daya motor ( Watt ) fc = faktor koreksi ( dilihat pada tabel 4.2 ) Aero-mechanical Conveyor 13

14 Pd = 441,96 x 1,4 = 618,7 Watt Tabel 4.2. Faktor Koreksi Aero-mechanical Conveyor 14

15 - Torsi Rencana : Dari persamaan pada halaman 7 diketahui rumus untuk menghitung daya motor adalah : 2 x π x N x T P = ( Watt ) 60 T = Pd x 60 2 x π x N T = 618,7 x 60 2 x 3,14 x 75 = 78,82 Nm diketahui bahwa : ) T = ( F1 - F2 ) x r... ( ref. RS. Khurmi, hal.664 dimana : T = torsi rencana dalam Nm F1 = tegangan pada sisi tarik dalam N F2 = tegangan pada sisi kendor dalam N r = jari-jari pulley besar ( ½ D2 ) dalam mm sehingga : T = ( F 1 - F2 0,320 ) 2 ( 78,82 ) x 2 ( F1 - F2 ) = Aero-mechanical Conveyor 15

16 0,320 ( F1 - F2 ) = 492,63. ( i ) diketahui juga persamaan sebagai berikut : F1 2,3 log = µ x θ Cosec α ( ref. RS. Khurmi, hal.682 ) F 2 dimana : α = 20 µ = 0,3 ( dari tabel koefisien gesek ) sehingga : F1 2,3 log = ( 0,3 ) x ( 3,5472 ) x Cosec 20 F 2 F1 log = 1,497 F 2 F F 1 2 = 31,372 F1 = 31,32 F2. ( ii ) Substitusi persamaan ( ii ) ke persamaan ( i ), maka diperoleh : ( F1 - F2 ) = 492,63 31,32 F2 - F2 = 492,63 F2 = 15,24 N F1 = 31,32 F2 = 31,32 x 15,24 = 477,32 N Aero-mechanical Conveyor 16

17 Perhitungan Pada Poros / Shaft. Gambar dan perhitungan beban pada poros F1 F 2 Bantalan W Feed Housing Pulley Gambar 4.3. Poros Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan adalah : Gaya tarik sabuk pada sisi kencang, F Gaya tarik sabuk pada sisi kendur, F Berat feed housing, W f 2 1 = 477,32 N = 15,24 N = 8,32 kg = 81,61 N F AY F DY A B C D F BY FCY Gambar 4.4. Diagram gaya-gaya pada poros. FDY = F1 + F2 + Wf Aero-mechanical Conveyor 17

18 = 477, , ,61 = 574,17 N FAY = Berat dari feed housing = 81,61 N Asumsi arah gaya : - arah gaya kebawah ( tanda panah kebawah ) negatif - arah gaya keatas ( tanda panah keatas ) positif dari dimensi panjang poros diambil dua buah titik tumpu yaitu di bantalan kiri ( B ) dan bantalan paling kanan ( C ) FAY F DY A B C D F BY FCY Σ My = 0 ( tumpuan di B ) ( 81,61 x 38 ) + ( FCY x 67 ) - ( 574,17 x 117 ) = , FCY ,89 = 0 FCY = ,71 67 Aero-mechanical Conveyor 18

19 = 956,37 N Σ Fy = 0-81,61-574,17 + FBY + 956,37 = 0 FBY = - 300,59 N ( arah panah terbalik ) 81,61 300,59 574,17 A B C D 956,37 Gambar 4.5. Diagram gaya pada poros. Tegangan Lentur dan Momen Lentur. - pada 0 X 38 mm Q = - 81,61 N M = 81,61 x 38 = 3100,8 Nmm - pada 38 mm X 105 mm Q = - 81,61-300,59 = - 382,2 N M = ( 81,61 x 105 ) + ( 300,59 x 38 ) = ,47 Nmm - pada 105 mm X 155 mm Q = - 81,61-300,59-956,37 = ,57 N M = ( 81,61 x 155 ) + ( 300,59 x 117 ) + ( 956,37 x 50 ) = 0 81,61 300,59 574,17 Aero-mechanical Conveyor 19

20 A B C D 956, ,47 Nmm 3100,8 Nmm 0 Aero-mechanical Conveyor 20

21 Gambar 4.6. Diagram Momen Lentur. maka : ML di A = 0 ML di C = ,47 Nmm = 1999,147 Ncm T = 78,82 Nm ( Torsi rencana ) = 7882 Ncm menentukan diameter poros minimum dengan tegangan puntir maksimum menggunakan teori lingkaran Mohr, bahwa tegangan puntir maksimum adalah : 3 32 x n d = ML² + T²... ( ref. Joseph E. Shigley ) π x Sy dimana : d = diameter minimum di titik tumpu C ( tumpuan dengan beban terbesar ) dalam mm Sy = kekuatan mengalah/mulur dalam N/cm² n = faktor keamanan Aero-mechanical Conveyor 21

22 Dalam menghitung pemilihan bahan poros, maka diambil data dari tabel sifat-sifat mekanis yang khas dari Baja Tahan Karat yang ditempa, yaitu : Nomor UNS : S41600 Pengerjaan : Annealed dan ditarik pada 1400 F Kekuatan mengalah/mulur (Sy) : N/cm² Kekuatan tarik ( SUT ) : N/cm² Faktor keamanan ( n ) : 1,8 maka : 3 32 x 1,8 d = ( 1999,147 )² + ( 7882 )² ( 3,14 ) x ( ) = ( 0, ) x ,73 = 1,58 cm = 15,8 mm diameter rancangan poros dipilih sebesar = 20 mm Tabel 4.3. Sifat-sifat mekanis Baja Tahan Karat Aero-mechanical Conveyor 22

23 ref : Joseph Shigley Perhitungan Pada Bantalan ( bearing ). Mesin dipasang dengan sejumlah N bantalan, masing-masing memiliki keandalan R, maka keandalan dari kelompok bantalan : RN = ( R ) N Design Optimum dari AFBMA : Keandalan bantalan > 90 % N = 2 bearing R = 97 % = 0,97 ( asumsi yang sering dipilih oleh pabrikasi ) maka : RN = ( 0,97 )² = 0, Menghitung Gaya ( F ) Maksimum Pembebanan Untuk Bantalan. Dari perhitungan gaya-gaya pembebanan maksimum terhadap poros didapat : F di B = 300,59 N F di C = 956,37 N Dari kedua hasil perhitungan pembebanan terhadap poros, maka diambil untuk gaya F = 956,37 N, yang adalah pembebanan maksimum ( di titik C ). Dalam pemakaian beban harus dikalikan dengan faktor pemakaian beban. Adapun harga nilai-nilai faktor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Aero-mechanical Conveyor 23

24 Tabel 4.4. Faktor pemakaian beban Jenis Pemakaian Faktor Beban Roda gigi presisi 1-1,1 Roda gigi perdagangan 1,1-1,3 Pemakaian dengan segel bantalan yang jelek 1,2 Mesin tanpa tumbukan 1-1,2 Mesin dengan tumbukan ringan 1,2-1,5 Mesin dengan tumbukan sedang 1,5-3 ref : Joseph Shigley Jenis dari alat ini adalah termasuk klasifikasi Mesin dengan tumbukan ringan maka : FR = F x 1,3 = 956,37 x 1,3 = 1243,28 N Distribusi Kegagalan Bantalan. di bawah ini : Teori yang sering dipakai oleh pabrikan dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.5. Teori distribusi kegagalan bantalan Aero-mechanical Conveyor 24

25 ref : Joseph Shigley dari tabel di atas dipilih salah satu teori yang akan digunakan dalam menghitung keandalan dari suatu bantalan, yaitu teori MISCHKE : CR = F LD nd 1 / a 1 1 LR nr 6,84 1/1,17 a ln ( 1/R ) Nilai ketentuan : LR = 3000 jam nr = 500 jam Aero-mechanical Conveyor 25

26 Bilangan : LR x nr = 10 6 dimana : R = keandalan ( dalam % ) untuk menentukan umur bantalan mesin, dapat dipakai tabel di bawah ini : Tabel 4.6. Saran umur bantalan untuk berbagai kelas mesin (ref : Joseph Shigley) Dari tabel dipilih jenis pemakaian adalah Mesin untuk pelayanan selama 24 jam, terus menerus dengan umur bantalan jam LD = jam nd = 75 rpm a = 2 ( untuk bantalan peluru ) R = 0,97 maka : ½ ( ). ( 75 ) 1 Aero-mechanical Conveyor 26

27 CR = 1243,28 ( 6,84 ) /1,17 ( 2 ) ln ( 1/0,97 ) CR = 4483,63 N Pemilihan Bantalan Peluru. Sesuai hasil perhitungan keandalan bantalan dimana CR = 4483,63 N, tabel dari AFBMA di bawah ini dapat digunakan untuk pemilihan bantalan : Diameter Dalam (mm) Diameter Luar (mm) Tabel 4.7. Pemilihan Bantalan Peluru Lebar Bantalan (mm) Jari-jari lengkung (mm) Diameter bahu (mm) Nilai beban (kn) DS dh (ref. Sularso) Dari tabel di atas dipilih 5,21 kn, karena yang paling mendekati dengan harga CR = 4483,63 N ( 4,484 kn ) sehingga diperoleh : Diameter dalam = 12 mm Diameter luar = 32 mm Lebar bantalan = 10 mm Aero-mechanical Conveyor 27

28 12 mm 32 mm Gambar 4.7. Bantalan Peluru Perhitungan Pada Feed-Housing. Dalam perhitungan pada feed-housing diketahui data-data sebagai berikut : Diameter ( df ) = 298 mm Putaran ( Nf ) = 75 rpm Berat ( mf ) = 8,32 kg Gaya penumbukan : F = mf x ω dimana : F = gaya Penumbukan ( N ) mf = berat dari feed-housing ( kg ) ω = percepatan angular ( m/s 2 ) Kecepatan dari feed-housing, νf ( m/s ) : ν f = = π x df x N 60 3,14 x ( 0,298 ) x f Aero-mechanical Conveyor 28

29 = 1,1697 ( m/s ) Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali putaran : t = S νf dimana : t = waktu ( second ) S = jarak ( lintasan ) satu kali putaran ( m ) S = π x df = 3,14 x 0,298 = 0,936 m maka : t = 0,936 1,1697 = 0,8 detik sehingga percepatan angular, ω ( m/s² ) menjadi : ω = ν t f 1,1697 = 0,8 = 1,46 m/s² dari hasil perhitungan diatas, maka gaya pada feed-housing dapat dihitung : F = mf x ω = 8,32 x 1,46 = 12,16 N daya yang diperlukan pada feed-housing adalah : Aero-mechanical Conveyor 29

30 Pf = F x νf = 12,16 x 1,1697 = 14,23 Watt Daya tersebut merupakan daya rata-rata yang diperlukan dalam membawa material pada waktu alat dioperasikan Perhitungan Pada Sambungan Las Pada sambungan las hanya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan panjang lasan pada salah satu lasan saja, sedangkan untuk lasan yang lain dianggap sama. Adapun data-data yang digunakan dalam perhitungan adalah : Lebar pelat : bp = 40 (mm) Tebal pelat : t Tegangan Tarik maksimum yang diijinkan (dari tabel) : f t = 350 (kg/cm) p = 4 (mm) Tegangan Geser yang diijinkan diambil 75% dari tegangan tarik, sehingga f s = 262,5 ( kg/cm ) Beban maksimum yang dapat ditahan oleh pelat adalah Pl ( kg ), sehingga digunakan rumus : P l = bp x tp x ft = 4 x 0,4 x 350 = 560 ( kg ) Dari hasil diatas maka dapat dihitung panjang lasan, s ( mm ) yaitu menggunakan rumus : P l = 2 x s x tp x ft P l s = 2 x tp x ft Aero-mechanical Conveyor 30

31 = x 0,4 x 350 = 2,82 ( cm ) = 28,2 ( mm ) untuk ujung lasan pada awal dan akhir ditambah dengan 1,25 (mm) Kekuatan geser pada lasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : P s = 2 x s x tp x f b = 2 x (2,82) = 418,75 (kg) x (0,4) x (262,5) Perhitungan Pada Rangka Pendukung. Untuk pembahasan pada rangka tidak dilakukan secara terperinci, namun hanya dilakukan pada salah satu rangka saja yaitu rangka pendukung alat Aero-mechanical Conveyor. Diketahui bahwa rangka pendukung alat menggunakan besi profil (siku) L dengan ukuran 40 x 40 x 4 (mm), serta berat beban yang dipikul diasumsikan sebesar 30 (kg). Perhitungan dilakukan dengan menganggap bahwa kedua ujung rangka batang dijepit dan beban merata. F Aero-mechanical Conveyor 31

32 A B FA FB Gambar 4.8. Batang dengan kedua ujung dijepit Untuk menghitung besarnya gaya ( FA & FB ) dimana kedua tumpuan dijepit dan beban merata, maka : FA = FB F = FA + FB F = 2 FA atau 2 FB FA = FB = ½ F Beban F yang diterima oleh batang adalah : F = m x g = 30 x 9,81 = 294,3 ( N ) sehingga : FA = FB = ½ x ( 294,3 ) = 147,15 ( N ) Untuk menghitung momen lentur ( ML ) yang terjadi pada batang, dugunakan rumus : ML = - F x L 12 dimana : ML = Momen lentur ( Nm ) F = Gaya ( N ) L = Panjang batang ( m ) maka : ML = - (147,5) x (0,4) 12 Aero-mechanical Conveyor 32

33 = - 4,9 ( Nm ) Untuk menghitung Momen Inersia terhadap sumbu netral digunakan rumus : I = b h³ 12 dimana : I = Momen Inersia ( m 4 ) b = Lebar siku ( m ) h = tinggi siku ( m ) 40 (mm) y 1 a1 y a 2 y 4 (mm) Siku L 40 x 40 x 4 a 1 = (0,4) x (3,6) = 1,44 (cm²) y1 = (0,4) x ½ (3,6) = 2,2 (cm²) a2 = (0,4) x 4 = 1,6 (cm²) y2 = (0,4) x ½ (0,4) = 0,2 (cm²) y = a1 + y1 + a2 + y2 a1 + a2 Aero-mechanical Conveyor 33

34 = ( 1,44 x 2,2 ) + ( 1,6 x 0,2 ) 1,44 + 1,6 = 1,147 (cm) 1,15 (cm) Ix = b h³ 12 x y² x a 0,4 x (3,6)³ 0,4 x (3,6)³ = x (1,15)² x 1,14 + x (0,95) x 1, Iy = b h³ 12 3,6 x (0,4)³ = x 12 0,4 x (4)³ 12 = 0, ,1333 = 2,1525 ( cm 4 ) = 2,15 x 10-8 ( m 4 ) Karena Iy < dari Ix, maka harga I diambil sama dengan Iy = 2,15 x 10-8 (m 4 ) Untuk menghitung tegangan lentur digunakan rumus : TL = M x y 12 dimana : TL = Tegangan lentur ( N/m² ) M = Momen lentur ( Nm ) y = Jarak dari sumbu netral ke elemen terjauh ( m ) I = Momen Inersia ( m 4 ) Aero-mechanical Conveyor 34

35 TL = 4,9 x ( 11,5 x 10-3 ) 2,15 x 10-8 = ( N/m² ) = 5,2 x 10-6 ( N/m² ) Untuk menghitung tegangan maksimum pada sumbu netral : τ = Q x S b x I dimana : Q = Gaya pada tumpuan ( N ) τ = Tegangan geser maksimum ( N/m² ) S = Momen statis ( m 3 ) b = Lebar siku ( m ) I = Momen Inersia ( m 4 ) Momen statis dihitung menggunakan rumus : S = Σ ( yi x Ai ) = ( y1 x A1 ) + ( y2 x A2 ) = ( 3,75 x 10-3 ) x ( 7,5 x 10-3 ) x ( 4 x 10-3 ) + ( 9,5 x 10-3 ) x ( 4 x 10-3 ) x ( 40 x 10-3 ) = ( 2,325 x 10-7 ) + ( 1,25 x 10-6 ) sehingga : τ = 147,15 x ( 1,75 x 10-6 ) ( 40 x 10-3 ) x ( 2,15 x 10-8 ) = ,366 ( N/m² ) = 2,99 x 10 5 ( N/m² ) Aero-mechanical Conveyor 35

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN Pada rancangan mesin penghancur plastic ini ada komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu daya motor,kekuatan rangka,serta komponenkomponen elemen mekanik lainnya,perhitungan

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pemotong kerupuk rambak kulit ditunjukan pada diagram alur pada gambar 3.1 : Mulai Pengamatan dan pengumpulan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Gambar 3.1 : Proses perancangan sand filter rotary machine seperti terlihat pada Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah LAMPIRAN 84 85 Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah 1. Aliran Massa Serasah Tebu 3 a. Bulk Density serasah tebu di lahan, ρ lahan = 7.71 kg/m b. Kecepatan maju mesin, Vmesin = 0.3 m/s c. Luas penampang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Lampiran 1. Prosedur penelitian Kentang yang seragam dikupas dan dicuci Ditimbang kentang sebanyak 1 kg Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan Kentang dimasukkan ke dalam mesin melalui hopper

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD HUSNAN EFENDI NIM I8613023 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG IV PERHITUNGN KOMPONEN UTM ELEVTOR RNG 4.1 Perhitungan obot Pengimbang. obot pengimbang berfungsi meringkankan kerja mesin hoist pada saat mengangkat box. obot pengimbang yang akan kita buat disini adalah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN TURBIN VENTILATOR SEBAGAI SUMBER LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA DENGAN KAPASITAS 900 W

ANALISA PEMANFAATAN TURBIN VENTILATOR SEBAGAI SUMBER LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA DENGAN KAPASITAS 900 W ANALISA PEMANFAATAN TURBIN VENTILATOR SEBAGAI SUMBER LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA DENGAN KAPASITAS 900 W Ellysa Kusuma Laksanawati, Efrizal, Miftakhul Rohman Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

POROS dengan BEBAN PUNTIR

POROS dengan BEBAN PUNTIR POROS dengan BEBAN PUNTIR jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan, misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada poros, maka kemungkinan adanya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV PERHITUGA DA HASIL PEMBAHASA Pada proses perancangan terdapat tahap yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu perancangan, yaitu tahap perhitungan. Perhitungan di lakukan untuk menentukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH KULIT ARI JAGUNG. ANDRI YONO ;

RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH KULIT ARI JAGUNG. ANDRI YONO  ; RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH KULIT ARI JAGUNG ANDRI YONO Email; Andriyono1974@yahoo.co.id Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Musamus Merauke ABSTRAK Rancang Bangun Mesin Pemisah Kulit Ari

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Perhitungan Roda Gigi Transmisi

Perhitungan Roda Gigi Transmisi Perhitungan Roda Gigi Transmisi 3. Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 03 kw pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic.8L MT dan

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dibuat Oleh : Nama : Nuryanto

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM. Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung, 40124

PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM. Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung, 40124 PERANCANGAN MESIN PENEPUNG RUMPUT LAUT SKALA LABORATORIUM Encu Saefudin 1, Marsono 2, Wahyu 3 1,2,3 Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Jl. PKH. Mustapha No. 23. Bandung,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN BAB II LANDASAN TEORI & PERANCANGAN 2.1. Metode Perancangan. Pada sebuah perancangan sebuah alat/mesin/system akan didapatkan sebuah metode perancangan, dimana metode ini dinamakan metode perancangan teknik.

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III ETODOLOGI PEELITIA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji teoritis kekuatan gear box hand tractor. 3.1 etode Penyelesaian asalah Dalam mengkaji teoritis

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: MUH ARIES SETYAWAN NIM. I8113022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Merencanakan girder Sturktur perencanaan crane dengan H-beam atau Wide Flange untuk kepastian 5 (lima) ton terdiri atas dua girder utama memanjang yang ujungnya diikatkan

Lebih terperinci

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir IV. PENDEKATAN RANCANGAN dan ANALISIS TEKNIK 4.1. Rancangan Fungsional Rancangan fungsional merupakan penjelasan mengenai fungsi-fungsi yang ada, yang dilakukan oleh sistem atau dalam model pemisah ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kw (138 HP) pada putaran 5600 rpm. Pada mobil Opel Blazer DOHC dan direncanakan menggunakan roda

Lebih terperinci

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral Kopling tak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros penggerak ke poros yang digerakkan degan putaran yang sama dalam meneruskan daya, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci