BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH A. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1. Aspek Geografi dan Demografi Analisis pada aspek geografi di Kabupaten Pekalongan perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu di Kabupaten Pekalongan. a. Aspek Geografis 1) Karakteristik Lokasi dan Wilayah Gambaran umum pada aspek geografi akan menjelaskan tentang luas dan batas wilayah administrasi, letak dan kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi, klimatologi dan penggunaan lahan di Kabupaten Pekalongan. a) Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Pekalongan adalah salah satu daerah otonom yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pekalongan memiliki wilayah dengan luas 836,13 Km² yang terbagi menjadi 19 kecamatan, dan terdiri dari 272 desa dan 13 kelurahan. Dari total luas tersebut 30,36% (253,86 Km²) diantaranya berupa tanah basah atau sawah, dan sisanya 69,64% (582,27 Km²) merupakan tanah kering. Kabupaten Pekalongan secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan di sebelah timur, dengan Kabupaten Pemalang di sebelah barat, berbatasan langsung dengan laut Jawa dan Kota Pekalongan di sebelah utara, serta dengan Kabupaten Banjarnegara di bagian selatan.

2 Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Pekalongan No Kecamatan Luas Desa/ (Km 2 ) Kelurahan 1 Kandangserang 60, Paninggaran 92, Lebakbarang 58, Petungkriyono 73, Talun 58, Doro 68, Karanganyar 63, Kajen 75,15 24/1 9 Kesesi 68, Sragi 32,40 16/1 11 Siwalan 25, Bojong 40, Wonopringgo 18, Kedungwuni 22,94 16/3 15 Karangdadap 20, Buaran 9,54 7/3 17 Tirto 17, Wiradesa 12,71 11/5 19 Wonokerto 15,90 11 Jumlah 836,13 272/13 Sumber : Kabupaten Pekalongan Dalam Angka, 2012 b) Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Pekalongan mempunyai bentuk yang memanjang dari utara ke selatan. Di bagian utara termasuk wilayah pantura dan merupakan jalur utama di Pulau Jawa. Secara astronomis letak Kabupaten ini berada di antara 6º - 7º 23 Lintang Selatan dan antara 109º - 109º 78 Bujur Timur. Karena sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Jawa maka dari 285 desa/kelurahan yang ada, terdapat 6 desa pantai. c) Topografi Wilayah Kabupaten Pekalongan merupakan perpaduan antara wilayah dataran rendah di bagian utara dan dataran tinggi di bagian selatan yang termasuk dalam kawasan dataran tinggi Dieng. Kawasan dataran tinggi di kabupaten ini berada pada meter dari permukaan laut. Secara topografis, ada 60 desa/kelurahan (20%) II.2

3 berada di kawasan dataran tinggi dan 225 desa/kelurahan (80%) berada di kawasan dataran rendah. d) Geologi Sebaran jenis tanah di Kabupaten pekalongan adalah sebagai berikut : (1) Latosal Coklat : Kec. Paninggaran, Kandangserang, Doro (2) Aluvial Kelabu Tua : Kec. Sragi dan Kedungwuni (3) Komplex Gromosal Mediteran : Kec. Kandangserang (4) As Alatosal Coklat : Kec. Paninggaran, Doro, Karanganyar, Kajen, Kesesi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni (5) As Aluvial Kelabu : Kec. Sragi, Kajen, Kesesi, Bojong, Buaran Tirto, Wiradesa (6) As Aluvial Coklat : Kec. Sragi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni Buaran, Tirto (7) Aluvial Hidromorf : Kec. Sragi, Wiradesa, Tirto (8) Komplek Latosal merah kekuning-kuningan dan Latosal Coklat kemerahan : Kec. Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono (9) As Adrosal Coklat : Kec. Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono e) Hidrologi Pemenuhan jaringan air bersih melalui swadaya masyarakat tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Pekalongan. Sumber-sumber air tersebut harus memenuhi syarat-syarat air minum agar dapat digunakan, baik syarat fisik, syarat kimia maupun syarat bakteriologi. Diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan tentang air bersih dan bagaimana cara untuk mendapatkan air bersih tersebut, misalnya dengan teknik penjernihan air sederhana (water treatment). Hal tersebut sesuai dengan adanya kerja sama antara PDAM Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan mengenai penyediaan air baku yang memanfaatkan di DAS Kupang dengan sistem treatment tahun Secara keseluruhan, pengembangan jaringan II.3

4 air baku untuk air minum di Kabupaten Pekalongan meliputi : (1) Pembersihan bangunan-bangunan yang masuk di area sempadan sungai terutama pada sungai-sungai yang masuk ke kawasan pusat kota maupun kawasan strategis. (2) Pengembangan biopori dan sumur resapan pada kawasan permukiman penduduk di kawasan perkotaan yang padat. (3) Program konversi lahan tidak produktif milik masyarakat sebagai area resapan air dengan pola insentif kepada pemilik lahan. (4) Peningkatan pembangunan bendung atau bendungan di sungai-sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak tampungan air bagi keperluan cadangan air baku. (5) Pembatasan penambahan dan penggunaan sumur bor bagi kepentingan non rumah tangga dalam skala besar (industri, perdagangan, dan jasa) lebih dari 10% dari jumlah eksisting pada wilayah Cekungan Air Tanah di Kecamatan Siwalan, Wiradesa, Wonokerto, dan Tirto. (6) Peningkatan pelayanan perpipaan PDAM di semua wilayah kota kecamatan hingga 80% yang terlayani dan peningkatan SPAM untuk wilayah perdesaan hingga 60% yang terlayani. f) Klimatologi Pada tahun 2012, Kabupaten Pekalongan mengalami rata-rata curah hujan mm, lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2011 yang mengalami rata-rata curah hujan mm. Untuk ratarata hari hujan tahun 2012 adalah 120 hari, lebih rendah bila dibandingkan rata-rata hari hujan tahun 2011 sebesar 144 hari. Curah hujan yang tertinggi terjadi di Kecamatan Lebakbarang sebesar mm, sedangkan rata-rata hari hujan terbanyak terjadi di Kecamatan Talun yaitu sebesar 177 hari. II.4

5 g) Penggunaan Lahan Menurut penggunaannya tanah dibagi menjadi tanah sawah dan tanah kering. Tahun 2012 luas tanah sawah sebesar ,23 ha (29,60%) dan luas tanah kering sebesar ,83 ha (70,40%). Sebagian besar luas tanah sawah merupakan sawah beririgasi ,79 ha (86,75%) baik merupakan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, maupun irigasi desa/pu, sedangkan sisanya 3.279,45 ha (13,25%) merupakan tanah sawah tadah hujan. 2) Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwasata dan industry dan lain-lain dengan berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan Tahun a) Kawasan Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan itensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai di bawah 125. Keberadaan kawasan hutan produksi mendukung kegiatan konservasi pada hutan produksi agar ekosistem hutan tetap terjaga. Kawasan hutan produksi yang ada di Kabupaten Pekalongan yang memiliki luasan ± Ha. Kawasan peruntukan hutan produksi tersebut terletak di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Karangdadap, Kesesi, dan Bojong. Sedangkan kawasan peruntukan hutan produksi II.5

6 terbatas seluas ± Ha terletak di Kecamatan Kesesi, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang dan Kecamatan Petungkriyono. b) Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah, yang diatasnya didominasi pepohonan dalam satu ekosistem yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota. Keberadaan kawasan hutan rakyat mendukung kegiatan konservasi pada hutan rakyat agar ekosistem hutan tetap terjaga. Kawasan peruntukan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan memiliki luasan kurang lebih ha dan terletak di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono, Kedungwuni, Talun, Doro, Karanganyar, Kajen, Kesesi, Sragi, Siwalan, Bojong, Wonopringgo, Karangdadap, Buaran, Tirto, Wiradesa dan Wonokerto. c) Kawasan Pertanian Kawasan peruntukan pertanian yang ada di Kabupaten Pekalongan dapat terdiri dari 4 jenis peruntukan antara lain: (1) Peruntukan pertanian tanaman pangan; Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan memiliki luasan sebesar kurang lebih ha. Kawasan pertanian lahan basah berfungsi untuk mempertahankan jumlah kawasan budidaya pertanian demi kepentingan budidaya tanaman pangan seperti padi demi menjaga kemampuan daerah dalam swasembada pangan. (2) Peruntukan hortikultura; Pertanian hortikultura sayuran dan bunga-bungaan, meliputi: pertanian hortikultura sayuran yang dipanen sekali (bawang merah, bawang putih, kentang, kubis, II.6

7 petai/sawi, wortel, dan lobak, termasuk bayam dan kangkung yang dipanen dengan akarnya); hortikultura sayuran yang dipanen lebih dari sekali (kacang panjang, kacang merah, cabe, tomat, terong, buncis, ketimun, labu siam, bayam, kangkung dan jamur); hortikultura bunga-bungaan (anggrek, mawar, melati, dan sedap malam), termasuk tanaman hias yang dipanen selain bunganya, serta pembibitan dan pembenihan hortikultura sayuran dan bunga-bungaan. Kawasan hortikultura memiliki luasan kurang lebih ha. Kawasan peruntukan hortikultura di Kabupaten Pekalongan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Bojong terutama bagian selatan, Kecamatan Wonopringgo terutama bagian selatan, barat dan timur, serta sebagian wilayah Kecamatan Kajen. (3) Peruntukan perkebunan; Areal/Bidang tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon. Kawasan perkebunan berfungsi untuk mengembangkan pruduktivitas kawasan dengan pengembangan komoditas pertanian untuk keperluan budidaya jenis perkebunan. Terdapat 11 komoditas yang berkembang di Kabupaten Pekalongan, yaitu kelapa, cengkeh, kopi, tebu, teh, jambu mete, aren, panili, panili, lada, dan nilam. (4) Peruntukan peternakan. Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu ternak besar (sapi, kerbau, kambing, domba, dan kuda) dan aneka unggas (ayam, itik, dan jenis unggas lainnya). Untuk II.7

8 peternakan hewan besar paling tidak harus tersedia atau dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan unggas biasa menyebar diseluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi. Kawasan peternakan berfungsi untuk mewujudkan kelangsungan pengembangan dalam usaha pengembangan peternakan. Peternakan hewan besar tersebar di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Talun, Doro, Kajen dan Kesesi. Untuk ternak unggas tersebar di Kecamatan Kajen, Kesesi, Wonopringgo dan Paninggaran. d) Kawasan Perikanan Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan. Kawasan perikanan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perikanan dan melestarikan kekayaan sumber daya perikanan. Kawasan Perikanan di Kabupaten Pekalongan terdapat di daerah-daerah aliran sungai yang ada di wilayah Daerah dengan peruntukan kawasan budidaya kolam air tawar yaitu terletak di Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wonopringgo. Selain itu juga di Kecamatan Tirto, Wonokerto dan Siwalan dengan peruntukan kawasan budidaya air laut dan tambak. e) Kawasan Pertambangan Kawasan pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi sumberdaya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah II.8

9 daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun kawasan lindung. Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Pekalongan masih membutuhkan beberapa tahapan sebelum sampai pada tahapan eksploitasi. Hal tersebut karena masih belum diketahui mengenai kondisi volume kandungan bahan tambang yang ada. Meskipun sudah terindikasikan luasan hamparan tambang yang merata di wilayah kabupaten Pekalongan. Sedangkan sampai saat sekarang penguasaan dan pengusahaan bahan galian tambang yang ada masih ditangani oleh masyarakat umum awam dengan sistem pengelolaan informal. Kawasan pertambangan yang ada di Kabupaten Pekalongan terdiri dari: (1) Pertambangan mineral logam, (2) Pertambangan batuan, (3) Pertambangan panas bumi; dan (4) Pertambangan minyak dan gas bumi. f) Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasan peruntukan industri berfungsi untuk mengembangkan kawasan peruntukan industri dengan tidak mengganggu kawasan budidaya lain. Kawasan peruntukan industri tersebut meliputi: (1) Peruntukan industri besar; (2) Peruntukan industri menengah; (3) Peruntukan industri kecil dan mikro. Peruntukan industri diarahkan di seluruh wilayah kabupaten Pekalongan terutama untuk industri besar tersebar di sepanjang pantura seperti di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Tirto, Buaran, dan Kedungwuni. Sedangkan industri menengah terdapat di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Tirto, II.9

10 Kecamatan Buaran, Kecamatan Bojong, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Wonopringgo. Peruntukan industri kecil dan rumah tangga terdapat di sentra-sentra industri di seluruh kecamatan. g) Kawasan Pariwisata Kawasan Peruntukan Pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pengelompokan kawasan peruntukan pariwisata didasarkan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana kemudahan aksesibilitas, karakteristik potensi pariwisata dan wilayah serta sosial budaya, keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan melalui pengembangam kawasan berdasarkan koridor, pendekatan pengembangan kawasan berdasarkan prioritas sesuai kekuatan daya tarik wisata. Kawasan peruntukan pariwisata berfungsi untuk melestarikan kawasan wisata agar tidak rusak dan selalu dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan wisata. Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Pekalongan adalah: (1) Wisata Alam (2) Wisata buatan/ rekreasi (3) Wisata belanja (4) Ekowisata (5) Wisata Budaya (6) Wisata Religius h) Kawasan Permukiman Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Pekalongan sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya. (1) Permukiman Kota Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan kota (untuk ibukota Kabupaten dan IKK baik yang telah mempunyai RUTRK maupun belum). II.10

11 Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi : penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi, revisi) rencana tata ruang kota. (2) Permukiman Pedesaan Kebijaksanaan pemanfaatan ruang Permukiman Pedesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan yang terdapat dalam KTP2D. Sedangkan, permukiman pedesaan diluar KTP2D mencakup perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya. i) Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Pekalongan adalah kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan. Rencana pengembangan kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan merupakan kewenangan pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Kawasan kepentingan pertahanan keamanan berupa: (1) Batalyon Infanteri 407/Padma Kusuma Kompi Senapan - C di Kecamatan Wonopringgo; (2) Komando Distrik Militer (Kodim) di Kecamatan Kajen; (3) Komano Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh kecamatan; (4) Pos Angkatan Laut (Posal) Wonokerto di Kecamatan Wonokerto; (5) Kepolisian Resort (Polres) Pekalongan di Kecamatan Kajen; dan (6) Kepolisian Sektor (Polsek) di seluruh kecamatan. 3) Wilayah Rawan Bencana Di Kabupaten Pekalongan terdapat beberapa lokasi wilayah yang sering mengalami bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu II.11

12 dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana yang ada tersebut. Kawasan rawan bencana berfungsi untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di Kabupaten Pekalongan daerah yang memiliki kerawanan terhadap bencana adalah: a) Daerah yang mempunyai kerawanan terhadap bencana tanah longsor adalah di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kesesi (Windurojo, Ujungnegoro), Karanganyar (Legokkalong, Lolong), Kajen (Brengkolang, Kutorojo dan Linggoasri), Kecamatan Talun, dan Kecamatan Doro. b) Daerah yang mempunyai kerawanan banjir di Kabupaten Pekalongan adalah di Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, Buaran, Karangdadap, Kajen, dan Kecamatan Sragi. c) Daerah rawan bencana kekeringan di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Talun. d) Daerah rawan bencana abrasi dan gelombang pasang juga terjadi di Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Tirto dan Kecamatan Siwalan terutama di Desa Semut dan Api-api. b. Aspek Demografi Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan tahun 2013 sebanyak jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Apabila dibanding tahun 2012 sebanyak jiwa, yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa, berarti mengalami pertumbuhan sekitar 7,9 %. II.12

13 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 NO. KECAMATAN LAKI LAKI PEREMPUAN TOTAL 1 Kandangserang Paninggaran Lebakbarang Petungkriono Talun Doro Karanganyar Kajen Kesesi Sragi Siwalan Bojong Wonopringgo Kedungwuni Karangdadap Buaran Tirto Wiradesa Wonokerto JUMLAH Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan, Dari tabel di atas pada tahun 2013 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Persentase penduduk perempuan pada tahun 2013 sebesar 50,32% dan laki-laki sebesar 49,68%. 2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pembangunan daerah yang merupakan upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik a. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. PDRB merupakan hasil penjumlahan nilai produksi neto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokan menjadi II.13

14 TAHUN 9 sektor yaitu 1) Pertanian; 2) Pertambangan dan penggalian; 3) Industri pengolahan; 4) Listrik, gas dan Air minum; 5) Konstruksi; 6) Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7) Pengangkutan dan Komunikasi; 8) Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan; dan 9) Jasa-jasa. Pada tahun 2013 PDRB atas dasar harga berlaku diperkirakan sebesar 10,073 milyar rupiah mengalami kenaikan 12,75% dibanding tahun 2012 yang sebesar 8,93 milyar, sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2000, tahun 2013 sebesar 3,76 milyar, naik 5,53% dibanding tahun 2012 yang sebesar 3,56 milyar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pekalongan Tahun (JUTAAN RUPIAH) HARGA BERLAKU HARGA KONSTAN 2000 PERTUMBUHAN (%) (JUTAAN RUPIAH) PERTUMBUHAN (%) ,01 9, ,49 4, ,36 12, ,23 4, ,43 11, ,72 4, ,25 11, ,07 5, * ) ,36 12, ,94 5,53 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2014 (diolah) * ) Angka Sementara 2) Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan kinerja pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu. Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil, maka digunakan angka PDRB atas dasar harga konstan. Angka pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari perubahan nilai PDRB pada harga konstan dari tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Salah satu untuk mengukur kinerja Pemerintah Kabupaten Pekalongan tahun 2013 digambarkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Pada Tahun 2013 diperkirakan sebesar 5,53% lebih tinggi dibanding tahun 2012 yang mampu tumbuh sebesar 5,32%. Untuk tahun 2013 II.14

15 sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan secara positif. Pertumbuhan tercepat terjadi pada Sektor Keuangan Real Estate dan Jasa Perusahaan yang tumbuh 6,92%, diikuti Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 6,14%, Konstruksi sebesar 6,04%, Listrik, Gas dan Air sebesar 5,92%, dan Industri Pengolahan sebesar 5,85%. Secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 2.4 berikut ini : Tabel 2.4 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Pekalongan atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun SEKTOR TAHUN * ) 1. Pertanian -0,09 3,83 4,12 2. Pertambangandan Penggalian 3,97 5,57 3,82 3. Industri Pengolahan 6,74 5,38 5,85 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,50 6,14 5,92 5. Konstruksi 5,57 5,00 6,04 6. Perdagangan,Hotel dan Restauran 7,16 6,21 5,81 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,11 6,72 6,14 8. Keuangan Real Estate. dan Jasa Perusahaan 4,99 6,90 6,92 9. Jasa-jasa 5,19 5,37 5,76 Pertumbuhan PDRB (%) 4,77 5,32 5,53 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2014 *) Angka Sementara 3) Pendapatan Perkapita Pendapatan Perkapita berdasarkan harga berlaku di Kabupaten Pekalongan selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dilihat dari angka nominalnya, pada tahun 2013 telah mencapai Rp ,00 sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp ,00. Angka-angka tersebut masih terdapat unsur inflasi di dalamnya sehingga nampak tinggi. Akan tetapi bila dilihat atas dasar Harga Konstan Tahun 2000, pendapatan perkapita tahun 2013 mencapai Rp ,00. Pendapatan atas dasar harga konstan inilah yang dikatakan sebagai pendapatan perkapita riil. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2.5 di bawah ini : II.15

16 NO. Tabel 2.5 Pendapatan Perkapita Kabupaten Pekalongan Tahun TAHUN HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (Rp.) HARGA BERLAKU (Rp.) *) Sumber : BPS Kab. Pekalongan, ) Laju Inflasi *) Angka Sementara Sepanjang tahun 2013 (Januari-Desember), Kabupaten Pekalongan telah terjadi inflasi yang sangat tinggi yang mencapai 8,18% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 133,52 pada bulan Desember 2012 menjadi 144,44 pada Desember Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang diumumkan pemerintah pada 21 Juni 2013 yang diikuti kenaikan komoditas lainnya menjadi penyebab tingginya inflasi pada tahun 2013 ini. Namun demikian inflasi 2013 ini masih lebih rendah dibanding tahun 2008 yang mencapai 10,49%, namun menjadi yang tertinggi sejak 5 tahun terakhir, dimana pada tahun-tahun sebelumnya tercatat pada 2012 inflasi sebesar 2,98%; 2011 sebesar 2,65%; 2010 sebesar 6,54% dan 2009 sebesar 3,39%. Perbandingan Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun dapat dilihat dalam Tabel 2.6 dan Gambar 2.1 di bawah ini Tabel 2.6 Tingkat Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun DAERAH TINGKAT INFLASI (%) *) Kab. Pekalongan 3,39 6,54 2,65 2,98 8,18 Jawa Tengah 3,32 6,88 2,68 4,24 7,99 Nasional 2,78 6,96 3,79 4,30 8,38 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014 *) Angka Sementara II.16

17 Gambar 2.1 Tingkat Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah, BPS Kab. Pekalongan, ) Indeks Williamson Indeks Wlliamson sebagai ukuran untuk menggambarkan ketimpangan/kesenjangan ekonomi antar wilayah dengan memakai perhitungan pendapatan per kapita pada masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Pekalongan. Kriteria pengukuran kesenjangan antar wilayah berdasarkan metode Williamson adalah antara 0 1. Jika indeks mendekati nol (0) maka tingkat kesenjangan ekonomi antar daerah rendah dan pemerataan telah tercapai, begitu juga sebaliknya jika indeks mendekati satu (1) maka pemerataan belum tercapai di daerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam gambar 2.7 berikut ini. Tabel 2.7 Indeks Williamson Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun DAERAH INDEKS WILLIAMSON Kab. Pekalongan 0,39 0,39 0,49 0,49 Jawa Tengah 0,7035 0,6971 0,6972 0,7042 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013 II.17

18 Apabila dilihat dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesenjangan di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun cenderung mengalami sedikit kesenjangan. 6) Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pekalongan selama cenderung mengalami penurunan. Prosentase penduduk miskin pada tahun 2013 sebesar 13,35% turun dari Tahun 2012 sebesar 13,86%. Hal ini lebih baik jika dibandingkan Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 14,44% pada tahun Dengan demikian hal tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah kabupaten Pekalongan dalam upaya untuk selalu mengurangi dan menanggulangi kemiskinan menuju target Millenium Development Goal s (MDG s) tahun Tabel 2.8 Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun DAERAH PROSENTASE PENDUDUK MISKIN (%) Kab. Pekalongan 17,93 16,29 15,00 13,86 13,35 Jawa Tengah 17,48 16,11 16,21 14,98 14,44 Nasional 14,15 13,33 11,86 11,66 11,47 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, ) Angka Kriminalitas yang Tertangani Dinamika perkembangan Kabupaten Pekalongan yang pesat dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu meningkatnya angka kriminalitas. Angka kriminalitas pada suatu daerah semakin rendah menggambarkan tingginya rasa aman masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Tingkat kriminalitas di Kabupaten Pekalongan selama dua tahun terakhir termasuk dalam kategori rendah, hal tersebut ditunjukkan oleh kondisi dikalangan masyarat yang aman, nyaman dan tentram tidak adanya gejolak di II.18

19 masyarakat. Angka Kriminalitas yang tertangani sebagaimana terlihat pada Tabel 2.9 di bawah ini Tabel 2.9 Jumlah Tindak Pidana di Kabupaten Pekalongan Tahun KAB. PEKALONGAN JAWA TENGAH NO. TAHUN JUMLAH TINDAK PIDANA JUMLAH TINDAK PIDANA LAPOR SELESAI LAPOR SELESAI Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, ) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menggambarkan kualitas pembangunan manusia suatu wilayah pada suatu kurun waktu tertentu. Indeks Pembangunan Manusia mencakup tiga dimensi pembangunan manusia, yakni Angka Harapan Hidup (AHH) yang mengukur peluang hidup, Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah, serta Pengeluaran Riil Per Kapita guna mengukur akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup Riil. Dari ketiga komponen tersebut yang paling signifikan mempengaruhi IPM adalah pengeluaran per kapita riil, diikuti rata-rata lama sekolah (pendidikan), dan Usia Harapan Hidup. Sejalan dengan meningkatnya kinerja Pemerintah Kabupaten Pekalongan, perkembangan IPM Kabupaten Pekalongan selama periode menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yang dapat dijelaskan pada Tabel 2.10 di bawah ini. Tabel 2.10 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun NO. IPM KAB. PEKALONGAN IPM PROVINSI JAWA TENGAH KETERANGAN ,83 72,10 Peringkat 23 dari 35 kab/kota ,40 72,49 Peringkat 22dari 35 kab/kota ,86 72,94 Peringkat 22dari 35 kab/kota ,37 73,36 Peringkat 23 dari 35 kab/kota Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013 II.19

20 b. Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya seharihari. Dalam kurun waktu Tahun , Angka Melek Huruf di Kabupaten Pekalongan Tahun 2012 sebesar 92,11% meningkat dari Tahun 2011 sebesar 92,08%. Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.11 di Bawah ini : Tabel 2.11 Angka Melek Huruf Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun NO. ANGKA MELEK HURUF KAB. PEKALONGAN (%) ANGKA MELEK HURUF PROVINSI JAWA TENGAH (%) ,60 89, ,05 89, ,08 90, ,11 90,45 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, ) Angka Rata-Rata Lama Sekolah Angka Rata-Rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pedidikan formal yang di jalani. Dalam kurun waktu Tahun , Angka Rata- Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pekalongan Tahun 2012 sebesar 6,80% meningkat dari Tahun 2011 sebesar 6,70%. Perkembangan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.12 di bawah ini : II.20

21 TAHUN Tabel 2.12 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kab. Pekalongan dan Prov. Jawa Tengah Tahun ANGKA RATA-RATA LAMA SEKOLAH KAB. PEKALONGAN (%) ANGKA RATA-RATA LAMA SEKOLAH PROV. JAWA TENGAH (%) ,66 7, ,66 7, ,70 7, ,80 7,39 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, ) Angka Partisipasi Kasar (APK) NO. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Dalam kurun waktu Tahun , Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Pekalongan untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah cenderung meningkat. Untuk jenjang SD/MI Tahun 2013 sebesar 103% meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 102,59%. Untuk jenjang SMP/MTs Tahun 2013 sebesar 99,71% meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 99,48%. Untuk jenjang SMA/SMK/MA Tahun 2013 sebesar 66,31% meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 65,07%. Secara lengkap, Perkembangan APK Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah untuk semua jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.13 di bawah ini : Tabel 2.13 Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenjang Pendidikan Tahun TAHUN SD/MI (%) SMP/MTS (%) SMA/SMK/MA (%) KAB. PROV. KAB. PROV. KAB. PROV ,28 107,31 94,68 96,93 43,57 54, ,57 108,00 99,43 99,40 61,11 64, ,57 114,93 99,43 99,72 61,13 64, ,59 109,06 99,48 100,50 65,07 67, ,00 109,08 99,71 100,52 66,31 70,00 Sumber Dindikbud Kab. Pekalongan dan Dindik Prov Jateng, 2013 II.21

22 4) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. Dalam kurun waktu Tahun , Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Pekalongan untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah cenderung meningkat. Untuk jenjang SD/MI Tahun 2013 sebesar 92,15% meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 87,33%. Untuk jenjang SMP/MTs Tahun 2013 sebesar 81,19% meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 75,56%. Untuk jenjang SMA/SMK/MA Tahun 2013 sebesar 45,11% meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 43,76%. Secara lengkap, Perkembangan APM Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah untuk semua jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.14 di bawah ini : NO. Tabel 2.14 Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenjang Pendidikan Tahun TAHUN SD/MI (%) SMP/MTS (%) SMA/SMK/MA (%) KAB. PROV. KAB. PROV. KAB. PROV ,94 95,82 72,37 75,29 31,45 49, ,80 97,08 73,15 76,87 40,94 50, ,26 96,04 75,55 78,33 40,95 51, ,33 98,30 75,56 78,92 43,76 53, ,15 98,60 81,19 79,00 45,21 55,00 Sumber Dindikbud Kab. Pekalongan dan Dindik Prov Jateng, 2013 II.22

23 5) Angka Pendidikan yang Ditamatkan Selama kurun waktu jumlah penduduk usia sekolah baik dasar maupun menengah relatif cukup tinggi dengan tingkat kelulusan yang relatif tinggi. Untuk lulusan SD Tahun 2013 sebanyak orang lebih tinggi dari tahun 2012 sebesar orang. Untuk lulusan SLTP tahun 2013 sebanyak orang lebih tinggi dari tahun 2012 sebesar orang. Untuk lulusan SLTA tahun 2013 sebanyak lebih tinggi dari tahun 2012 sebanyak orang. Perkembangan Angka Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 2.15 di bawah ini : Tabel 2.15 Angka Pendidikan yang Ditamatkan Kabupaten Pekalongan Tahun SD SLTP SLTA TAHUN PENDUDUK 7-12 TH (ORANG MURID 7-12 TH (ORANG) TAMATAN PENDUDUK TH (ORANG MURID TH (ORANG) TAMATAN PENDUDUK TH (ORANG MURID TH (ORANG) TAMATAN Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Pekalongan, ) Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah ratarata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk II.23

24 kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Dalam kurun waktu Tahun , Angka Harapan Hidup di Kabupaten Pekalongan Tahun 2012 sebesar 69,56 tahun meningkat dari Tahun 2011 sebesar 69,28 tahun. Angka tersebut di bawah angka Provinsi Jawa Tengah yaitu 71,71 tahun. Kondisi ini menunjukkan semakin meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat Kabupaten Pekalongan. Perkembangan AHH Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.16 di bawah ini : NO. Tabel 2.16 Angka Harapan Hidup Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun AHH KAB. PEKALONGAN (TAHUN) AHH PROVINSI JAWA TENGAH (TAHUN) ,73 71, ,01 71, ,28 71, ,56 71,71 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, ) Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per kelahiran hidup. Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang cukup penting. Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Angka Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kesehatan II.24

25 menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric. Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di Kabupaten Pekalongan dari 184,04 per kelahiran hidup pada tahun 2012 turun menjadi 183,24 per kelahiran hidup tahun 2013 dengan jumlah kematian ibu sebanyak 29 kasus. Angka tersebut diatas angka Provinsi Jawa Tengah yaitu 118,62 per kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian ibu adalah pre eklamsi berat, eklamsi dan pendarahan selain itu kematian ibu tidak secara langsung karena proses persalinan tetapi adanya penyakit penyerta yang sudah diderita ibu tersebut. Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.17 di bawah ini : NO. Tabel 2.17 Angka Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun AKI KAB. PEKALONGAN (/ KLH) AKI PROVINSI JAWA TENGAH (/ KLH) , , , ,04 116, ,24 118,62 Sumber : Dinkes Kab. Pekalongan dan Dinkes Prov. Jateng, ) Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten pekalongan dari 10,98 per kelahiran hidup tahun 2012 turun menjadi 9,92 per kelahiran hidup tahun 2013, angka tersebut dibawah Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,41 per kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tertinggi adalah II.25

26 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Asfiksia. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.18 di bawah ini : NO. Tabel 2.18 Angka Kematian Bayi Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun AKB KAB. PEKALONGAN (/1.000 KLH) AKB PROVINSI JAWA TENGAH (/1.000 KLH) , , ,51 10, ,98 10, ,92 10,41 Sumber : Dinkes Kab. Pekalongan dan Dinkes Prov. Jateng, ) Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) mengukur tingkat pencapaian kemampuan dasar yang sama seperti IPM, yakni harapan hidup, tingkat pendidikan, dan pendapatan dengan memperhitungkan ketimpangan gender. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Apabila nilai IPG sama dengan IPM, maka dapat dikatakan tidak terjadi kesenjangan gender, tetapi sebaliknya IPG lebih rendah dari IPM maka terjadi kesenjangan gender laki-laki dan perempuan. IPG Kabupaten Pekalongan dalam kurun waktu empat tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 IPG Kabupaten Pekalongan sebesar 56,49, pada tahun 2010 menjadi sebesar 57,6 tahun 2011 sebesar 58,2 dan tahun 2012 menjadi sebesar 58,75. Perkembangan IPG di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.19 di bawah ini : II.26

27 Tabel 2.19 Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun DAERAH INDEKS PEMBANGUNAN GENDER (IPG) Kab. Pekalongan 56,49 56,70 58,20 58,75 Jawa Tengah 65,03 65,79 66,45 66,80 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2013 c. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga Kondisi lain dalam fokus kesejahteraan sosial adalah usaha meningkatkan ekspresi masyarakat dalam melestarikan seni budaya dan olahraga. Beberapa kegiatan untuk pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah adalah dengan penyelenggaraan acara Syawalan, Grebeg Maulud, Malam Paingan, Pekan Raya Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah; pemberian dukungan penghargaan dan kerjasama di bidang budaya; pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah dengan pagelaran wayang kulit. Pentas seni daerah yang diselenggarakan tahun 2013 antara lain Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Pekan Seni, Pekan Seni Karesidenan, Festival Dalang Remaja, Festival Band dan Kemah Budaya. Selanjutnya jumlah grup kesenian di Kabupaten Pekalongan baik kesenian tradisional, modern, maupun keagamaan sebanyak 146 kelompok. Animo masyarakat untuk berolahraga juga meningkat terlihat dari event-event olahraga bersama yang sering digelar oleh pemerintah kabupaten, seperti acara jalan sehat yang rutin dilakukan setiap Jumat pagi, juga acara bersepeda (gowes) maupun senam pagi bersama di halaman kantor Sekretariat Daerah. II.27

28 Tabel 2.20 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun Kabupaten Pekalongan NO CAPAIAN PEMBANGUNAN Jumlah grup kesenian per penduduk. Jumlah gedung kesenian per penduduk Jumlah klub olahraga per penduduk Jumlah gedung olahraga per penduduk. Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, Aspek Pelayanan Umum a. Fokus Pelayanan Urusan Wajib 1) Pendidikan a) Pendidikan Dasar Penyelenggaraan Urusan Pendidikan ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Pekalongan cerdas, kreatif, berbudaya, berkarakter dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi berdasarkan nilai - nilai kearifan lokal. Pelaksanaan program pendidikan telah menyebabkan makin berkembangnya kegiatan belajar mengajar di berbagai jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya program pendidikan, pelayanan pendidikan diharapkan dapat menjangkau semua daerah di Kabupaten Pekalongan (1) Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi II.28

29 sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah Tabel 2.21 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG PENDIDIKAN SD/MI a. jumlah murid usia 7-12 thn b. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun c. APS SD/MI 837, , , ,76 2 SMP/MTs a. jumlah murid usia thn b. jumlah penduduk kelompok usia tahun c. APS SMP/MTs Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) (2) Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia pendidikan. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah penduduk usia Data selengkapnya terkait jumlah sekolah, penduduk usia sekolah dan rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada Tabel berikut ini : II.29

30 Tabel 2.22 Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG PENDIDIKAN SD/MI a Jumlah gedung sekolah b jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun c Rasio 50,43 63,93 66,26 68,54 2 SMP/MTs a Jumlah gedung sekolah b jumlah penduduk kelompok usia tahun c Rasio 17,57 21,63 21,96 23,00 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2012 (diolah) (3) Rasio Guru terhadap Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Untuk menghitung rasio guru terhadap murid dapat disusun tabel sebagai berikut : Tabel 2.23 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG PENDIDIKAN SD/MI a Jumlah Guru b Jumlah Murid c Rasio 58,45 65,55 61,19 64,35 2 SMP/MTs a Jumlah Guru b Jumlah Murid c Rasio 56,91 59, ,29 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) II.30

31 (4) Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata-Rata Ketersediaan guru terhadap murid per kelas rata-rata dapat ditunjukkan dengan rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata Tabel 2.24 Jumlah Guru dan Murid Per Kelas Rata-Rata Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG PENDIDIKAN SD/MI a Jumlah kelas b Rasio Guru dan Murid per kelas Rata-Rata 1,53 1,58 1,47 1,51 2 SMP/MTs a Jumlah kelas b Rasio Guru dan Murid per kelas Rata-Rata Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) 5,2 5,38 5,52 5,68 b) Pendidikan Menengah (1) Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Tabel 2.25 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun NO Jenjang Pendidikan SMA/MA a. jumlah murid usia thn b. jumlah penduduk kelompok usia tahun c. APS SMA/MA 302, , , ,422 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) (2) Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan menengah per jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio II.31

32 ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah. Tabel 2.26 Rasio Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG PENDIDIKAN SMA/MA a Jumlah gedung sekolah b jumlah penduduk kelompok usia 16-18tahun c Rasio 7,44 10,82 11,19 10,63 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) (3) Rasio Guru terhadap Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Tabel 2.27 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG PENDIDIKAN SMA/MA a Jumlah Guru b Jumlah Murid c Rasio 72,28 75,38 79,01 76,89 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) (4) Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata-Rata Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan menengah per kelas per jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran. II.32

33 Tabel 2.28 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG PENDIDIKAN SMA/MA a Jumlah kelas b Rasio Guru dan Murid per kelas Rata-Rata Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) 6,61 6,86 6,94 6,59 c) Angka Putus Sekolah (APS) Tabel 2.29 Angka Putus Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG ANGKA PUTUS SEKOLAH (%) PENDIDIKAN SD/MI 0,003 0,004 0,42 0,18 2 SMP/MTS 0,004 0,009 0,60 0,49 3 SMA/MA 0,011 0,012 1,10 0,80 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Pekalongan, 2013 d) Angka Kelulusan Tabel 2.30 Angka Kelulusan Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun NO JENJANG ANGKA PUTUS SEKOLAH (%) PENDIDIKAN SD/MI 99,89 99,90 99,50 100,00 2 SMP/MTS 87,21 99,14 91,90 97,82 3 SMA/MA 90,12 99,10 99,80 99,92 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Pekalongan, 2013 e) Angka Melanjutkan NO JENJANG PENDIDIKAN 1 Melanjutkan dari SD/MI ke SLTP/MTs 2 Melanjutkan dari SLTP/MTs ke SMA/MA Tabel 2.31 Angka Melanjutkan Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun ANGKA PUTUS SEKOLAH (%) ,76 80,41 84,38 85,17 83,90 74,41 71,19 69,81 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Pekalongan, 2013 II.33

34 2) Kesehatan a) Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) per Satuan Balita Istilah Posyandu yang dikenal sebagai Pos Pelayanan Terpadu menurut Shakira (2009) adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumberdaya manusia sejak dini. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Tujuan penyelenggaraan Posyandu: 1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu Hamil, melahirkan dan nifas). 2. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. 3. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. Tabel 2.32 Jumlah Posyandu dan Balita Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio 13,36 18,24 18,62 18,50 20,01 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2012 (diolah) II.34

35 b) Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Tabel 2.33 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik Jumlah Pustu Jumlah Penduduk * 5. Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 6. Rasio Poliklinik persatuan penduduk 0,19 0,20 0,19 0,20 0,20 7. Rasio Pustu persatuan penduduk 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2012 dan Dinkes Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) Ket : * Data sementara c) Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk Tabel 2.34 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Rumah Sakit Umum (Pemerintah) Jumlah Rumah Sakit Daerah Jumlah seluruh Rumah Sakit Jumlah Penduduk * 5. Rasio 0,003 0,003 0,006 0,006 0,003 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2012 dan Dinkes Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) d) Rasio Dokter per Satuan Penduduk Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani penduduk. Jumlah dokter dan dokter spesialis di Indonesia belum memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk Indonesia. Selain itu distribusi dokter dan dokter spesialis II.35

36 tidak merata serta kualitasnya masih perlu ditingkatkan Tabel 2.35 Rasio Jumlah Dokter Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio 0,104 0,083 0,070 0,065 0,062 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2012 dan Dinkes, 2013 (diolah) e) Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk Rasio Tenaga Medis per jumlah penduduk menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada penduduk Tabel 2.36 Rasio Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio 0,104 0,083 0,089 0,086 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) 3) Pekerjaan Umum a) Prasarana Jalan Kinerja jaringan berdasarkan kondisi dengan terminologi baik, sedang, sedang rusak, rusak dan rusak berat. Terminologi ini didasarkan pada besarnya persentase tingkat kerusakan dengan penjelasan sebagai berikut: Tabel 2.37 Kondisi Jalan Kabupaten Pekalongan Tahun NO KONDISI JALAN PANJANG JALAN (KM) Kondisi Baik 212,05 281,82 318,77 346,52 425,58 2. Kondisi Rusak Sedang 200,23 135,31 130,57 111,40 58,25 3. Kondisi Rusak 107,25 92,50 85,29 77,83 41,58 4. Kondisi Rusak Berat 38,55 48,45 23,45 22,33 32,67 5. Jalan secara keseluruhan kabupaten 558,08 558,08 558,08 558,08 558,08 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pekalongan, 2013 II.36

37 NO b) Prasarana Sumber Daya Air/Jaringan irigasi Pengertian jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Selanjutnya secara operasional dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier. Dari ketiga kelompok jaringan tersebut, yang langsung berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi ke dalam petakan sawah adalah jaringan irigasi tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan pelengkapnya JARINGAN IRIGASI Tabel 2.38 Jaringan Irigasi Kabupaten Pekalongan Tahun PANJANG JARINGAN (KM) Jaringan primer 20,06 20,26 20,52 20,26 2. Jaringan Sekunder 391,90 391,90 391,90 369,32 3. Jaringan Tersier 480,86 480,86 480,86 480,86 Sumber : Dinas PSDA ESDM Kab. Pekalongan, ) Perumahan Pembangunan perumahan tidak hanya bersifat pembangunan perumahan dalam arti sempit, tapi juga meliputi infrastruktur dasar perumahan permukiman, misal pembangunan sarana air bersih, perbaikan fasilitas umum, dan juga perbaikan lingkungan sehingga dapat tercipta perumahan permukiman yang sehat. II.37

38 a) Rumah Tangga Pengguna Air Bersih NO Tabel 2.39 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (Non PDAM) Kabupaten Pekalongan Tahun URAIAN Jumlah Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (jiwa) Jumlah Seluruh Rumah Tangga TAHUN (%) 91,96 91,65 97,35 97,32 Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2014 NO b) Rumah Tangga Pengguna Listrik Tabel 2.40 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik Kabupaten Pekalongan Tahun URAIAN Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik Jumlah Seluruh Rumah Tangga TAHUN (%) 66,80 73,83 78,10 82,18 88,25 Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2013 c) Rumah Tangga Bersanitasi NO Tabel 2.41 Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi Kabupaten Pekalongan Tahun URAIAN Jumlah Rumah Tangga Bersanitasi Jumlah Seluruh Rumah Tangga TAHUN (%) 4,47 2,65 2,70 2,75 Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2014 II.38

39 d) Rasio Rumah Layak Huni Tabel 2.42 Rumah Layak Huni Kabupaten Pekalongan Tahun TAHUN NO URAIAN Rumah Layak Huni 66,127 66,911 69,082 69, Jumlah Penduduk Rasio 7,90 7,94 8,14 8,02 Sumber : Profil Daerah Kab. Pekalongan, ) Penataan Ruang Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan pengendalian ruang dan pengendalian ruang. Urusan Penataan Ruang Kabupaten Pekalongan adalah untuk mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat, serta efisien dalam alokasi investasi. Penataan ruang Kabupaten Pekalongan disusun sesuai potensi dan permasalahan baik internal maupun eksternal serta memperhatikan perencanaan tata ruang pada tingkat yang lebih tinggi seperti RTRWN, RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan RTRW Kawasan Petanglong. Salah satu permasalahan dalam penataan ruang adalah adanya alih fungsi lahan terutama lahan pertanian yang terjadi pada setiap tahun. Penataan tata ruang Kabupaten Pekalongan tahun adalah untuk mewujudkan daerah sebagai sentra pengembangan industri pengolahan dan perdagangan dengan tetap mempertahankan pertanian untuk mendukung perkembangan wilayah. Penataan tata ruang Kabupaten Pekalongan disusun dengan memperhatikan kecenderungan dan arahan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaanya. Kinerja makro urusan penataan ruang dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) per satuan luas wilayah ber HPL/HGB, ruang publik yang berubah peruntukkanya (%); rasio bangunan ber-imb II.39

40 per satuan bangunan (%); dan jumlah pengelolaan pertamanan. a) Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau kota merupakan kawasan perlindungan, yangditetapkan dengan kriteria: a. Lahan dengan luas paling sedikit (dua ribu lima ratus) meter persegi; b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan c. didominasi komunitas tumbuhan. Agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan, pengembangan ruang terbuka hijau dari luas kawasan perkotaan paling sedikit 30% (tiga puluh persen). Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Tabel 2.43 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Rasio Ruang Terbuka Hijau Sumber : DPU Kab. Pekalongan, II.40

41 Tabel 2.44 Rasio Bangunan ber-imb per Satuan Bangunan Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Bangunan ber- IMB Rasio bangunan ber- IMB Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2013 dan BPS Kab Pekalongan, ) Perencanaan Pembangunan Dokumen perencanaan yang telah disusun tahun 2013 antara lain Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2014; Kebijakan Umum Anggaran (KUA); Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS); serta RPJM Pembangunan Ekonomi Daerah. Perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Pekalongan meliputi perencanaan umum (RPJPD, RPJMD, RENSTRA, RKPD, dan Renja) dan perencanaan yang bersifat khusus misalnya perencanaan tata ruang, perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam, perencanaan pembangunan di bidang ekonomi, dan bidang sosial budaya. Tabel 2.45 Perencanaan Pembangunan Kabupaten Pekalongan Tahun NO DOKUMEN PERENCANAAN Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD Sumber : Bappeda Kab. Pekalongan, 2014 ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada II.41

42 7) Perhubungan a) Rasio Ijin Trayek Izin Trayek adalah izin untuk mengangkut orang dengan mobil bus dan/ atau mobil penumpang umum pada jaringan trayek. Jaringan trayek terdiri atas: (1) jaringan trayek lintas batas negara; (2) jaringan trayek antarkota antarprovinsi; (3) jaringan trayek antarkota dalam provinsi; (4) jaringan trayek perkotaan; dan (5) jaringan trayek perdesaan. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap,lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayektrayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang. Tabel 2.46 Rasio Ijin Trayek Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Izin Trayek perdesaan Jumlah Izin Trayek Jumlah penduduk Rasio Izin Trayek 0,048 0,048 0,047 0,046 0,046 Sumber : Dinhubkominfo Kab. Pekalongan, 2014 b) Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Uji kir angkutan umum merupakan pengujian setiap angkutan umum yang diimpor, baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian dimaksud meliputi: (1) uji tipe yaitu pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap dan penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan II.42

43 NO ANGKUTAN UMUM Bermotor yang dilakukan terhadap rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tipenya. (2) uji berkala yaitu diwajibkan untuk mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang dioperasikan di Jalan, meliputi pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan bermotor dan pengesahan hasil uji. Tabel 2.47 Jumlah Kir Angkutan Umum Kabupaten Pekalongan Tahun JMLH JMLH % JMLH JMLH % JMLH JMLH % JMLH JMLH % JMLH JMLH KIR KIR KIR KIR KIR 1. Mobil bus , , , , ,09 2. Mobil barang , , , , ,26 3. Kereta tempelan , , , , ,00 Jumlah , , , ,3 Sumber : Dinhubkominfo Kab. Pekalongan, 2013 % 8) Lingkungan Hidup a) Persentase Penanganan Sampah Tabel 2.48 Persentase Penanganan Sampah Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Persentase sampah yang ditangani (%) Sumber : DPU Kab. Pekalongan, ,19 13,67 14,04 14,14 b) Persentase Penduduk Berakses Air Minum Tabel 2.49 Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum PDAM Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum (jiwa) 2. Jumlah penduduk (jiwa) Persentase penduduk berakses air bersih (%) Sumber : PDAM Kab. Pekalongan, ,78 6,48 6,94 7,68 8,37 II.43

44 9) Pertanahan Penyelenggaraan Urusan Pertanahan ditujukan untuk peningkatan tertib administrasi pertanahan di Kabupaten Pekalongan, baik menyangkut fasilitasi penyelesaian pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan pemerintah, penanganan permohonan alih fungsi lahan, penetapan lokasi, tukar menukar tanah Pemda dan penyelesaian permasalahan tanah lainnya; Tabel 2.50 Luas Lahan Bersertifikat Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Luas Lahan Bersertifikat (ha) Sumber : BPN Kab. Pekalongan, ) Kependudukan dan Catatan Sipil Kegiatan Peningkatan Pelayanan Bidang Kependudukan terdiri dari pembuatan Akta Catatan Sipil, pembuatan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Akta Catatan Sipil tersebut berupa Akta Kelahiran, Perkawinan, Kematian, Perceraian, Pengesahan Anak, Pengakuan Anak, Pengangkatan Anak, Kutipan Kedua dan Perubahan Nama. Tabel 2.51 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Kepemilikan KTP Jumlah Kartu Keluarga (KK) Jumlah Akta Kelahiran Jumlah Akta Perkawinan Ketersediaan database kependudukan skala provinsi 6. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK ada ada ada belum Sudah Sudah Sumber : Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pekalongan, 2014 II.44

45 11) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tabel 2.52 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah (%) 40,89 42,08 43,81 44,66 2. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta (%) 4,92 4,97 4,77 4,93 3. Rasio KDRT dalam setiap ruamh tangga 0,005 0,006 0,009 0, Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan 67,18 74,12 72,70 70,70 5. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan Sumber : BPMPKB Kab. Pekalongan, ) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Dalam pembangunan urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera dapat disampaikan bahwa jumlah peserta KB aktif pria mengalami kenaikan dari orang pada tahun 2012 menjadi orang pada tahun 2013 dan peserta KB aktif wanita meningkat dari orang pada tahun 2012 menjadi orang pada tahun Selanjutnya untuk jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) meningkat dari dari tahun 2012 menjadi PUS pada tahun 2013 dan terbagi dalam 3 (tiga) kelompok umur yaitu kurang dari 20 tahun sebanyak orang; usia tahun sebanyak orang dan usia sebanyak orang. Tabel 2.53 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Peserta KB aktif pria Peserta KB aktif wanita Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) PUS kurang dari 20 tahun PUS usia tahun PUS usia tahun Sumber : BPMPKB Kab. Pekalongan, 2013 II.45

46 13) Sosial Kondisi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang ada di Kabupaten Pekalongan terbagi dalam 26 kriteria. Prioritas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang mendapat penanganan dan pelayanan sosial yang paling menonjol berdasarkan Pemutahiran Data PMKS tahun 2013 adalah Keluarga Fakir Miskin (KFM) sejumlah kk, dengan tanggungan jiwa, Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) sebanyak orang, Penyandang Disabilitas sebanyak orang. Lanjut Usia Terlantar (LUT) sebanyak orang. Tabel 2.54 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Sosial Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi 2. Jumlah PMKS yg memperoleh bantuan sosial Penanganan penyandang masalah kesejahteraan social (%) Sumber : Dinsosnakertrans Kab. Pekalongan, ,87 0,55 14) Ketenagakerjaan Di bidang ketenagakerjaan salah satu Indikator makro yang digunakan untuk melihat perkembangan pengangguran adalah TPT. Tahun 2011 TPT di Kabupaten Pekalongan menunjukkan angka 6,12 persen. Artinya bahwa dari penduduk angkatan kerja, 612 jiwa adalah penduduk yang mencari pekerjaan. Angka ini naik 2,08 persen dibanding tahun 2010 yang hanya 4,04 persen. Pada tahun 2012 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 5,07%, hal ini lebih baik daripada tahun 2011 dengan TPT mencapai 6,12%. Penurunan TPT sebesar 1,05% ini menunjukkan adanya penurunan jumlah pengangguran. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah ukuran yang menggambarkan perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja dan dihitung dari jumlah angkatan kerja dibagi jumlah penduduk 15 tahun ke atas. II.46

47 Besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi produktif tercermin dalam angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 adalah 71,64 persen. Hal ini berarti bahwa dari 100 orang penduduk usia kerja, sekitar 72 orang termasuk angkatan kerja. TPAK Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2011 yang hanya sebesar 71,08 persen. Tabel 2.55 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Ketenagakerjaan Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN jumlah pencari kerja (orang) jumlah penempatan kerja (orang) Tingkat Partisipasi Aktif Angkatan kerja (%) 70,42 71,08 71,64 4. Tingkat pengangguran terbuka (%) 4,04 6,12 5,07 5. Tingkat Upah Minimum Kabupaten (UMK) (Rp) Kebutuhan Hidup Layak (KHL) minimum (Rp) Sumber : Dinsosnakertrans dan BPS Kab. Pekalongan, 2013 (diolah) 15) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tabel 2.56 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Koperasi Jumlah Usaha Kecil Menengah 3. Nilai Produksi (juta) Sumber : Dinperindagkop UMKM Kab. Pekalongan ) Penanaman Modal Tabel 2.57 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Penanaman Modal Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) (Rp.) , ,42 3. Rasio daya serap tenaga kerja (orang) Sumber : BPMPPT Kab. Pekalongan, 2013 II.47

48 17) Kebudayaan Beberapa kegiatan untuk pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah adalah dengan penyelenggaraan acara Syawalan, Grebeg Maulud, Malam Paingan, Pekan Raya Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah; pemberian dukungan penghargaan dan kerjasama di Bidang Budaya; pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah dengan pagelaran wayang kulit. Pentas seni daerah yang diselenggarakan tahun 2013 sebanyak 15 kegiatan yaitu Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), Pekan Seni, Pekan Seni Karesidenan, Festival Dalang Remaja, Festival Band dan Kemah Budaya. Selanjutnya jumlah grup kesenian di Kabupaten Pekalongan baik kesenian sebanyak 146 kelompok. tradisional, modern, maupun keagamaan Tabel 2.58 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Penyelenggaraan festival seni dan budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, ) Kepemudaan dan Olahraga Pembangunan dan pembinaan generasi muda dilakukan melalui organisasi-organisasi kepemudaan yang ada. Perkembangan jumlah organisasi kepemudaan mengalami peningkatan dari 28 organisasi pada tahun 2012 menjadi 32 organisasi pada tahun Perkembangan kepemudaan dan olahraga di Kabupaten Pekalongan ditandai dengan diraihnya Juara II Bakti Pemuda tingkat Provinsi Tengah. Selanjutnya capaian prestasi olahraga tertinggi tingkat nasional adalah Juara III Kejurnas PPLP II.48

49 Tabel 2.59 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah organisasi pemuda Jumlah organisasi olahraga Jumlah kegiatan kepemudaan Jumlah kegiatan olahraga Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) Lapangan olahraga Sumber : Dinporapar Kab. Pekalongan, ) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan, diperlukan ketahanan nasional dalam bidang ideolgi, politik, ekonomi, sosial, agama, dan budaya. Organisasi kemasyarakatan dan Lembaga Nirlaba lainnya berkewajiban memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional. Untuk mengoptimalkan pemeliharaan kesatuan dan persatuan bangsa dan politik dalam negeri, diperlukan kerjasama antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan organisasi kemasyarakatan dan lembaga nirlaba lainnya. Organisasi kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga negara republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Berikut ini adalah tabel indikator capaian pembangunan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di kabupaten Pekalongan tahun Jumlah Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat meningkat yang semula pada tahun 2012 ada 70 Ormas dan 25 LSM menjadi 71 Ormas dan 26 LSM pada tahun II.49

50 Tabel 2.60 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Ormas Jumlah LSM Sumber : Kankesbangpol Kab. Pekalongan, ) Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Dalam rangka mewujudkan pemerintah yang bersih dan baik (Good Goverment) serta sejalan dengan prioritas pembangunan nasional yaitu Reformasi Birokrasi serta dalam rangka peningkatan kinerja telah dilakukan penyusunan uraian tugas jabatan struktural pada 8 SKPD, analisis jabatan pada 14 SKPD, serta evaluasi kinerja pelayanan publik pada 3 SKPD. Di bidang kepegawaian jumlah PNS sampai dengan tahun 2013 adalah orang atau berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebanyak orang. Selanjutnya dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan sumber daya aparatur, pada tahun 2013 telah dilaksanakan ujian dinas dan penyesuaian ijazah; pengiriman Diklatpim Tingkat II sebanyak 2 orang dan Diklatpim Tingkat III sebanyak 7 orang. Selain itu juga telah dilaksanakan Diklat Fungsional, Pelatihan ESQ-Outbond, bintek, tugas belajar, workshop maupun seminar. Kegiatan untuk mendukung pembangunan bidang hukum tahun 2013 antara lain Penyusunan Produk Hukum Daerah, Rakor Prolegda, Sosialisasi Perda, Penyuluhan Hukum, dan Pembinaan Kelompok Kadarkum. Produk hukum yang dihasilkan tahun 2013 berupa 9 Peraturan Daerah, 56 Peraturan Bupati, dan 809 Keputusan Bupati. Dalam rangka pelaksanaan demokrasi di tingkat desa untuk mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam II.50

51 pembangunan desa tahun 2013, dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa di 213 desa dan pengisian perangkat desa di Kabupaten Pekalongan. Selain itu dilakukan pembinaan terhadap aparat pemerintahan desa dan penyaluran Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah berupa Bantuan Sarana Prasarana Desa. Tabel 2.61 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah PNS Jumlah Polisi Pamong Praja Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2012 (diolah) dan Kantor Satpol PP, ) Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan khususnya beras dalam kondisi aman bahkan selalu mengalami surplus. Pada tahun 2012 ketersediaan beras mencapai ton, tingkat kebutuhan ton, mengalami surplus ton. Selanjutnya kondisi tahun 2013 lebih baik yaitu ketersediaan beras ton, tingkat kebutuhan ton, mengalami surplus ton. Ketersediaan beras dan tingkat kebutuhan beras dari tahun 2009 sampai tahun 2013 di Kabupaten Pekalongan selalu mengalami surplus hal ini berarti tingkat kebutuhan beras untuk konsumsi masyarakat Kabupaten Pekalongan tercukupi. Tabel 2.62 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Ketahanan Pangan Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Ketersediaan Beras (ton) , Tingkat kebutuhan (ton) Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Pekalongan, 2013 II.51

52 22) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan keberdayaan masyarakat (sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan) melalui upaya penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial masyarakat, penguatan kelembagaan dan modal sosial masyarakat serta peningkatan keswadayaan masyarakat luas guna membantu masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Tabel 2.63 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah PKK Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat (%) Sumber : BPMPKB Kab. Pekalongan, ) Statistik Pada tahun 2013, kinerja makro urusan statistik telah menghasilkan beberapa buku/dokumen yang menunjang perencanaan pembangunan, yaitu a) Buku Kabupaten Pekalongan Dalam Angka (DDA) b) Buku Kecamatan Dalam Angka 2013 sebanyak 19 kecamatan c) Buku PDRB Kabupaten Pekalongan d) Buku Profil Daerah Kabupaten Pekalongan e) Buku Nilai Tukar Petani f) Buku Indek Harga Konsumen dan Inflasi g) Buku Indek Harga Bangunan h) Buku Potensi Pertanian i) Buku Profil Tenaga Kerja II.52

53 24) Kearsipan Tabel 2.64 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Kearsipan Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Pengelolaan arsip secara baku (%) Jumlah aparatur yang mengikuti kegiatan pengelola kearsipan (orang) Sumber : Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Pekalongan, 2014 Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No 78 tahun 2012 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, maka setiap SKPD diharuskan melakukan pengelolaan arsip secara baku. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Pekalongan sebagai SKPD yang bertugas melaksanakan koordinasi pengelolaan kearsipan dimulai tahun 2011 dengan indikator pencapaian 74%, naik menjadi 76% pada tahun 2012, kemudian pada tahun 2013 naik menjadi 80% (sebagaimana pada tabel 2.62). Adapun SKPD yang wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan arsip secara baku adalah 46 SKPD karena Setda dihitung satu SKPD. 25) Komunikasi dan Informatika Pembangunan urusan komunikasi dan informatika di Kabupaten Pekalongan diarahkan untuk mendukung pelaksanaan Elektronik Government (e-gov). Pada tahun 2013 pengguna jaringan Wifi Kominfo Jaringan WAP (Wireless Acces Point) bertambah dari 25 titik menjadi 31 titik. Tabel 2.65 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah jaringan komunikasi (wifi) Jumlah surat kabar nasional/lokal Jumlah penyiaran radio/tv lokal Web site milik pemerintah daerah Jumlah Pameran/expo Sumber : Dinhubkominfo Kab. Pekalongan, 2013 II.53

54 26) Perpustakaan Budaya baca di kalangan masyarakat telah menunjukan peningkatan, hal ini terlihat dari semakin meningkatnya perpustakaan desa yang ada pada tahun 2012 sejumlah 114 perpustakaan desa, pada tahun 2013 sejumlah 171 perpustakaan desa naik 50%, jumlah pengunjung perpustakaan tahun 2012 sebanyak pengunjung dan pada tahun 2013 sebanyak pengunjung naik 10,48% sedangkan jumlah bahan pustaka pada tahun 2012 sebanyak eksemplar pada tahun 2013 sebanyak tetap atau tidak ada kenaikan ini dikarenakan buku yang dipinjam tidak kembali. Tabel 2.66 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Perpustakaan Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Sumber : Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Pekalongan, Jumlah perpustakaan yang ada di Kabupaten Pekalongan cenderung meningkat, di mana pada tahun 2012 sebanyak 114 tempat menjadi 171 tempat pada tahun Jumlah pengunjung perpustakaan mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 (sebagaimana terlihat dalam tabel 2.64.). Dengan demikian minat baca masyarakat dan tingkat kebutuhan masyarakat kabupaten Pekalongan dalam meningkatkan pengetahuan semakin baik. Jumlah koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah kabupaten Pekalongan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 semakin banyak, hal ini dapat dilihat dalam tabel II.54

55 b. Fokus Pelayanan Urusan Pilihan 1) Pertanian Pada tahun 2013 produktivitas komoditas utama pertanian yaitu padi mengalami peningkatan dibanding tahun 2012, yaitu dari 50,97 kuintal/ha menjadi 51,20 kuintal/ha, sedangkan jagung mengalami peningkatan dari 43,21 kuintal/ha menjadi 44,24 kuintal/ha. Di bidang perkebunan, beberapa komuditas utama mengalami kenaikan produksi seperti Kelapa dari butir menjadi butir, Kopi dari 212,95 ton menjadi 234,84 ton. Hal yang sama dialami pula pada komoditas strategis tebu yang mengalami kenaikan dari kuintal menjadi kuintal serta cengkeh dari 109,58 ton menjadi 150,46 ton. Di bidang peternakan, produksi daging meningkat 14,26% dari kg pada tahun 2012 menjadi kg, produksi telur meningkat 188,24% dari kg pada tahun 2012 menjadi kg dan produksi susu menurun 37,86% dari liter pada tahun 2012 menjadi liter. Selanjutnya populasi ternak tahun 2013 antara lain populasi sapi perah meningkat sebesar 202,48% yaitu dari 121 ekor menjadi 366 ekor. Sapi potong mengalami penurunan sebesar 18,78% yaitu dari ekor pada tahun 2012 menjadi ekor. Sedangkan ayam buras menurun 38,46% yaitu dari ekor pada tahun 2012 menjadi ekor. Penurunan populasi sapi potong di Kabupaten Pekalongan disebabkan mahalnya harga daging sapi sehingga banyak ternak sapi dijual ke luar daerah. II.55

56 NO INDIKATOR KINERJA A. PERTANIAN Tabel 2.67 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Pertanian Kabupaten Pekalongan Tahun Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar SATUAN a. Padi kuintal/ha 48,16 52,00 45,28 50,97 51,20 b. Jagung kuintal/ha 37,95 40,81 39,53 43,21 44,24 c. Kedelai kuintal/ha 11,38 12,38 12,03 11,47 11,43 2. Produktivitas komoditas hortikultura a. Durian Kuintal b. Mangga Kuintal , c. Pisang Kuintal d. Rambutan Kuintal , e. Melon Kuintal f. Kentang Kuintal g. Bawang Daun Kuintal B. PERKEBUNAN a. Kelapa Butir b. Tebu Kuintal , , , c. Cengkeh Ton 46,28 69,80 70,48 109,58 150,40 d. Kopi Ton 122,37 176,44 194,08 212,95 223,60 C. PETERNAKAN 1. Populasi Produksi Komoditas Peternakan Utama a. Sapi potong Ekor b. Kerbau Ekor c. Kambing Ekor d. Domba Ekor e. Ayam Ras Ekor f. Ayam Buras Ekor Produksi Peternakan a. Daging Kg b. Telur Kg c. Susu Liter d. Kulit Lembar Jumlah Konsumsi Protein Hewani a. Daging Kg/kapita/th 5,79 5,79 5,8 6,04 6,32 b. Telur Kg/kapita/th 2,17 2,18 2,18 2,23 2,35 c. Susu Liter/kapita/th 0,33 0,33 0,33 0,34 0,35 d. Protein Hewani gr/kapita/tahun 3,0 3,0 3,27 3,3 3,5 Sumber : DPPK dan DKPP Kabupaten Pekalongan, ) Kehutanan Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi lahan di Kabupaten Pekalongan sehingga lahan kritis dapat dikurangi. Lahan sangat kritis semula tahun 2012 seluas 428,02 hektar berkurang menjadi 0 hektar, lahan kritis semula 1.836,43 II.56

57 hektar menjadi 587,869 hektar, lahan agak kritis semula 3.569,31 hektar menjadi 9.136,408 hektar, lahan potensial kritis semula 7.732,71 hektar menjadi ,164 hektar sedangkan lahan tidak kritis semula ,17 hektar dapat ditingkatkan menjadi ,732 hektar. Untuk luas hutan rakyat mengalami peningkatan dari ,31 hektar menjadi ,313 hektar. Produksi hutan rakyat tahun 2012 yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu Sengon dari ,25 M 3 menjadi ,946 M 3, dan Rimba Campur dari 488,10 M 3 menjadi 278,51 M 3, selanjutnya Jati dari 854,26 M 3 menjadi 342,624 M 3, sedangkan Pinus mengalami penurunan yaitu dari 474,11 M 3 menjadi 86,490 M 3. Penurunan produksi kayu ini disebabkan kondisi tanaman siap tebang jumlahnya mengalami penurunan. Tabel 2.68 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Kehutanan Kabupaten Pekalongan Tahun NO. INDIKATOR SATUAN Sebaran Tingkat Kekritisan Lahan a. Sangat Kritis ha 733,02 503,02 448,02 428,02 0 b. Kritis ha 2.316, , , ,43 587,87 c. Agak Kritis ha 4.184, , , , ,41 d. Tidak Kritis ha , , , , ,73 2 Luas Hutan Rakyat ha , , , , ,31 Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan, ) Energi dan Sumberdaya Mineral Sampai dengan tahun 2013, dari 56,27 hektar areal penambangan liar yang ada dengan di lakukan upaya Evaluasi dan Pengawasan Usaha Pertambangandan Air Tanah sudah dapat di tertibkan areal penambangan seluas 46,24 hektar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di wilayah terpencil yang belum terjangkau jaringan PLN, telah di upayakan Pembangunan Pembangkit Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Surya (PLTS) Bantuan Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2013 PLTMH di Kabupaten Pekalongan bertambah satu unit, yaitu di Dukuh II.57

58 Sawangan Desa Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono yang menjangkau 50 Rumah, sehingga jumlah PLTMH di Kabupaten Pekalongan sebanyak 16 unit. Sementara untuk jumlah PLTS sampai dengan tahun 2013 berjumlah unit. Pada tahun 2013 juga telah dilakukan peningkatan daya PLTMH Bantar Kulon menjadi 30 KW serta pembangunan Jaringan Listrik Masuk Desa yang meliputi Dukuh Sipetung Desa Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono, Desa Kutorembet Kecamatan Lebakbarang, Dukuh Bantul Desa Kesesi Kecamatan Kesesi, Desa Tosaran Kecamatan Kedungwuni, Desa Werdi Kecamatan Wonokerto, Desa Petukangan Kecamatan Wiradesa, serta Dukuh Gandu Ngasinan Desa Talun Kecamatan Talun. Disamping itu juga perbaikan PJU PLTS di Desa Werdi Kecamatan Wonokerto sebanyak 15 unit. 4) Pariwisata Kunjungan wisatawan di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 di obyek wisata Linggoasri, Pantai Depok dan Bumi Perkemahan Linggoasri orang, meningkat 5,37% dibandingkan tahun 2012 yang jumlahnya orang. Sejalan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, pendapatan dari obyek wisata tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 6,08% dari semula Rp ,00 menjadi Rp ,00. Selain itu pengembangan dilakukan pada obyek wisata arung jeram di Lolong, obyek wisata budaya, wisata belanja dan wisata pendidikan. Prestasi yang dicapai dalam urusan pariwisata tahun 2013 adalah Juara I Kemah Saka Pariwisata Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Peran serta masyarakat dalam pengembangan dunia pariwisata cukup tinggi hal ini terbukti dengan makin banyaknya tempat wisata keluarga berupa kolam renang, pemancingan, toko oleh-oleh khas Pekalongan baik makanan maupun batik. II.58

59 Tabel 2.69 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Pariwisata Kabupaten Pekalongan Tahun NO INDIKATOR SATUAN Kunjungan wisata orang Sumber : Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Pekalongan, 2013 NO Tabel 2.70 Daftar Objek Wisata Kabupaten Pekalongan URAIAN JUMLAH (UNIT) Obyek Wisata Alam : 1 OW Linggo Asri Kajen 1 2 OW Pantai Depok Siwalan 1 3 OW Pantai Wonokerto - Wonokerto 1 4 Eko Wisata Pegunungan - Petungkriyono 1 5 Curug Muncar - Petungkriyono 1 Obyek Wisata Buatan : 1 Kolam Renang Tirta Alam - Karanganyar 1 2 Kolam Renang Graha Wisata - Karanganyar 1 3 Kolam Renang Kulu Asri - Karanganyar 1 4 Kolam Renang Banyu Biru - Wiradesa 1 Wisata Minat Khusus : 1 Arung Jeram Sungai Lolong 1 2 Arung Jeram Kali Pahingan 1 3 Bumi Perkemahan Linggo Asri 1 Sumber : Dinas Pemuda, Olah Raga dan Pariwisata Kab.Pekalongan, ) Kelautan dan Perikanan Produksi perikanan tangkap pada tahun 2013 sebesar 2.318,48 ton meningkat dari tahun 2012 sebesar 2.104,68 ton karena jumlah armada perikanan tangkap mengalami peningkatan yaitu dari 486 armada pada tahun 2012 menjadi 496 armada pada tahun Sedangkan jumlah produksi ikan di TPI Wonokerto dan Jambean pada tahun 2013 sebanyak kilogram turun sebesar 18,67% jika dibandingkan produksi tahun 2012 sebesar kilogram. Namun demikian nilai produksi ikan yang dilelang pada tahun 2013 sebanyak Rp ,- naik dari nilai produksi tahun 2012 sebanyak Rp ,- atau naik 4,79%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas ikan yang dilelangkan semakin baik karena walaupun jumlah produksinya turun namun nilai produknya naik. II.59

60 Pada perikanan budidaya, lahan tambak yang diusahakan pada tahun 2013 seluas 735,64 Ha dengan jumlah pembudidaya tambak sebanyak orang dan produksinya mencapai 3.780,32 meningkat 3,22% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 3.663,50 ton. Sedangkan untuk budidaya kolam, lahan yang digunakan pada tahun 2013 seluas 37,76 dengan produksi sebanyak 659,84 ton, meningkat 11,82% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 590,10 ton. Tabel 2.71 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pekalongan Tahun NO INDIKATOR KINERJA SATUAN Perikanan Tangkap ton 1.599, , , , ,48 2. Perikanan Budidaya - Tambak ton 1.128, , , , ,32 - Kolam ton 177, ,3 590,1 659,84 3. Konsumsi Ikan kg/kap/th 14,30 14,86 15,52 16,29 17,12 4. Cakupan bina kelompok nelayan 5. Cakupan bina Pokdakan 6. Rata-rata Pendapatan Nelayan 7. Rata-rata Pendapatan Pembudidaya Ikan 8. Jumlah usaha pengolah ikan 9. Luas Kawasan Mangrove % % Rp/bulan Rp/bulan unit Ha Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, 2013 Capaian indikator kinerja pembangunan Urusan Kelautan dan Perikanan antara lain : a) Pengembangan Budidaya Perikanan Program Pengembangan Budidaya diutamakan untuk peningkatan produksi perikanan budidaya baik air payau maupun air tawar dan penataan infrastrukstur budidaya berupa pembuatan jalan produksi tambak, normalisasi tanggul dan saluran tambak, pembuatan kolam permanen dan kolam air deras serta pemberian bantuan II.60

61 sarana produksi kolam dan tambak berupa benih ikan, pakan dan waring untuk sarana budidaya ikan memanfaatkan lahan yang terendam rob di Kecamatan Tirto dan Wonokerto. Perkembangan dari produksi perikanan budidaya, penggunaan lahan dan jumlah pembudidaya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.72 Perkembangan Produksi, Luas Lahan dan Jumlah Pembudiya Perikanan Budidaya Kabupaten Pekalongan Tahun NO INDIKATOR SATUAN Produksi Tambak Ton 1.128, , , , ,32 2. Produksi Kolam Ton ,3 590,10 659, Jumlah Pembudidaya Tambak Jumlah Pembudidaya Kolam Luas Lahan Tambak Orang Orang Ha 640, ,25 712,25 735,64 6. Luas Lahan Kolam Ha 25,9 30, ,01 37,76 7. Produksi Benih BBI Ekor Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, 2013 b) Pengembangan Perikanan Tangkap Program Pengembangan Perikanan Tangkap dilaksanakan dalam mendukung peningkatan produksi perikanan tangkap, penyediaan sarana penangkapan ikan dan peningkatan fasilitas TPI baik TPI Wonokerto maupun TPI Jambean. Pengembangan dan peningkatan Perkembangan dari produksi perikanan Tangkap, Jumlah Perahu, Alat Tangkap dan Jumlah Nelayan dapat dilihat pada tabel berikut ini : II.61

62 Tabel 2.73 Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap, Jumlah Perahu, Alat Tangkap, Jumlah Nelayan dan Ikan yang dilelang Kabupaten Pekalongan Tahun NO INDIKATOR SATUAN Produksi Perikanan Tangkap Jumlah Alat Tangkap Jumlah Perahu Motor Tempel Jumlah Kapal Motor Jumlah Nelayan Produksi TPI Wonokerto Nilai Raman Lelang TPI Wonokerto Produksi TPI Jambean Nilai Raman Lelang TPI Jambean Ton 1.599, , , , ,48 Unit Unit Unit Ha Kg Rp Kg Rp Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, 2013 c) Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan diutamakan untuk mendukung peningkatan produksi pengolahan ikan dengan kegiatankegiatan seperti penyediaan sarana pengolahan ikan, promosi produk perikanan dan penunjang operasional PUMP P2HP yang tahun ini Kabupaten Pekalongan mendapatkan alokasi untuk 6 Kelompok Pengolah dan Pemasar Ikan. Perkembangan Pengolahan Ikan di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel berikut ini : II.62

63 Tabel 2.74 Perkembangan Produksi Pengolahan, Jumlah Bakul dan Pengolah Ikan, Unit Pengolah Ikan dan Los Pasar Ikan Tahun 2013 NO INDIKATOR SATUAN Jumlah Ikan yang diolah Ton , ,36 2. Nilai Rupiah Rp Jumlah Unit Pengolah Ikan Jumlah Bakul/Pemasar Ikan Unit Orang Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Pekalongan, 2013 NO 6) Perdagangan Perdagangan sebagai salah satu kekuatan pendorong pembangunan ekonomi daerah diharapkan dapat berperan dalam pengembangan iklim usaha yang kompetitif. Tujuannya adalah untuk membangun perilaku bisnis yang sehat, meningkatkan kemampuan dan profesionalisme pelaku usaha. Iklim usaha yang sehat akan meningkatkan efisiensi alokasi dan penggunaan sumberdaya ekonomi di dalam negeri, sehingga dunia usaha akan mempunyai daya saing yang tinggi terutama dalam menghadapi pasar global. Capaian indikator keberhasilan urusan perdagangan tahun seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.75 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Perdagangan Kabupaten Pekalongan Tahun URUSAN, INDIKATOR KINERJA SATUAN Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB % 18,76 18,68 18,39 18,51 18,61 2. Pertumbuhan perdagangan % 2,53 4,31 7,16 6,21 - Sumber : PDRB Kab. Pekalongan, 2012 dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kab.Pekalongan, 2013 Kontribusi sektor perdagangan dalam PDRB di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2013 sebesar 18,61 %. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontribusinya di tahun 2012 yang mencapai 18,51%. Hal ini menunjukkan II.63

64 bahwa peranan sektor industri di tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding tahun Pertumbuhan sektor perdagangan mengalami penurunan, di mana pada tahun 2011 sebesar 7,16% menjadi 6,21% pada tahun ) Industri Jumlah usaha Industri tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,16% dibandingkan tahun 2012, semula unit usaha menjadi unit usaha. Tenaga kerja mengalami kenaikan sebesar 0,34%, semula menyerap tenaga kerja sebanyak orang di tahun 2012 menjadi orang di tahun Jumlah investasi mengalami kenaikan sebesar 1,2%, dari Rp ,00 pada tahun 2012 menjadi Rp ,00 di tahun Adapun nilai produksi di tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 1,53% dari Rp ,00 di tahun 2013 menjadi Rp ,00. Pada tahun 2013 berdasarkan skala industri, jumlah industri besar sebanyak 10 unit, industri menengah meningkat dari unit menjadi unit, industri kecil meningkat 0,62% dari unit menjadi unit, sedangkan industri rumah tangga berjumlah unit. Tabel 2.76 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Industri Kabupaten Pekalongan Tahun NO INDIKATOR KINERJA 1. Kontribusi sektor industri terhadap PDRB 2. Pertumbuhan industry SATUAN % 27,25 26,85 27,29 27,46 27,59 % 1,44 4,23 6,74 5,38 - Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2012 dan Dinas Perindutrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Pekalongan, 2013 Pada Tabel menunjukkan peranan dan perubahan kontribusi sektor industri dalam PDRB di Kabupaten Pekalongan selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan tahun II.64

65 Kontribusi sektor industri dalam PDRB di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2013 sebesar 27,59%. Capaian angka tahun 2013 lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontribusinya di tahun 2012 yang mencapai 27,46%. Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan sektor industry di tahun 2013 mengalami kenaikkan dibanding tahun Pertumbuhan sektor industry mengalami penurunan, di mana pada tahun 2011 sebesar 6,74% menjadi 5,38% pada tahun ) Ketransmigrasian Pembangunan bidang transmigrasi diselenggarakan melalui pengiriman masyarakat calon transmigrans yang ingin meningkatkan taraf hidupnya melalui program transmigrasi ke daerah tujuan yang telah ditetapkan oleh Pusat. Capaian realisasi program dan kegiatan Urusan Transmigrasi disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.77 Indikator Capaian Pembangunan Urusan Transmigrasi Kabupaten Pekalongan Tahun NO INDIKATOR KINERJA SATUAN Jumlah transmigran yang diberangkatkan ke lokasi transmigrasi Jumlah calon transmigran (KK) Sumber : Dinsosnakertrans Kabupaten Pekalongan, 2013 kk 4 5 kk Pada tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Pekalongan mengirimkan 5 KK sesuai target ke Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah sesuai dengan Kesepakatan Antar Daerah (KSAD) Kabupaten Pekalongan Nomor 475/3.1/PK/2013 dan Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 29/2013 tanggal 30 April II.65

66 4. Aspek Daya Saing Daerah Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. a. Kemampuan Ekonomi Daerah Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah. Kemampuan ekonomi daerah memicu daya saing daerah dalam beberapa tolok ukur, sebagai berikut: 1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita (Angka Konsumsi RT per Kapita) Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. 2) Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat II.66

67 kesejahteraan petani dengan mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi penurunan daya beli petani. Nilai Tukar Petani dapat dihitung dengan membandingkan faktor produksi dengan produk, yaitu perbandingan antara indeks yang diterima (It) petani dan yang dibayar (Ib) petani. Tabel 2.78 Nilai Tukar Petani Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Indeks yang diterima petani (lt) Indeks yang dibayar petani (lb) NTP 99,34 100,52 103, Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan, ) Pengeluaran Konsumsi Non Pangan per Kapita (Persentase Konsumsi RT untuk Non Pangan) Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita dibuat untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dapat dicari dengan menghitung persentase konsumsi RT untuk non pangan, yaitu proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran. 4) Produktivitas Total Daerah Produktivitas total daerah dihitung untuk mengetahui tingkat produktivitas tiap sektor per angkatan kerja yang menunjukan seberapa produktif tiap angkatan kerja dalam mendorong ekonomi daerah per sektor. Produktivitas Total Daerah dapat diketahui dengan menghitung produktivitas daerah per sektor (9 sektor) yang merupakan jumlah PDRB II.67

68 dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan) sektor. Tabel 2.79 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pekalongan Tahun * (Jutaan Rupiah) LAPANGAN USAHA Pertanian , , , ,66 2. Pertambangan & Penggalian , , , ,94 3. Industri Pengolahan , , , ,79 4. Listrik, Gas & Air Bersih , , , ,01 5. Konstruksi , , , ,97 6. Perdag., Hotel & Restoran , , , ,29 7. Pengangkutan & Komunikasi , , , ,03 8. Keu. Realestat, & Jasa Perusahaan , , , ,88 9. Jasa-jasa , , , ,79 PDRB , , , ,36 Sumber data : BPS Kabupaten Pekalongan 2013 Menurut tahun dasar 2000, agregat PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 1.138,87 Trilyun yaitu dari 8.934,75 milyar di tahun 2012 menjadi ,63 milyar pada tahun 2013 atau sebesar 12,75%. Tabel 2.80 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Pekalongan Tahun * (Ribuan Rupiah) LAPANGAN USAHA *) 1. Pertanian , , , ,04 2. Pertambangan & Penggalian , , , ,87 3. Industri Pengolahan , , , ,21 4. Listrik, Gas & Air Bersih , , , ,15 5. Konstruksi , , , ,05 6. Perdag., Hotel & Restoran , , , ,91 7. Pengangkutan & Komunikasi , , , ,46 8. Keu. Realestat, & Jasa Perusahaan , , , ,76 9. Jasa-jasa , , , ,49 PDRB , , , ,94 Sumber data : BPS Kabupaten Pekalongan 2013 Agregat PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar ,87 juta. Pada tahun 2012 sebesar ,07 milyar menjadi ,94 milyar II.68

69 pada tahun 2013 atau sebesar 5,53%. Seperti terlihat dalam tabel Tabel 2.81 Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Pekalongan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun * (Persen) LAPANGAN USAHA *) 1. Pertanian ,71 20,55 20,35 19,98 2. Pertambangan & Penggalian 1,04 0,96 0,94 0,92 0,89 3. Industri Pengolahan 27,25 26,85 27,29 27,46 27,59 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1,38 1,36 1,34 1,32 1,29 5. Konstruksi 6,20 6,13 5,98 5,90 5,93 6. Perdag., Hotel & Restoran 18,76 18,68 18,39 18,51 18,61 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,80 3,84 3,64 3,64 3,66 8. Keu. Real estate, & Jasa Perusahaan 4,80 4,75 4,57 4,59 4,67 9. Jasa-jasa 16,87 16,72 17,30 17,31 17,37 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber data : PDRB Kab. Pekalongan 2013 Kontribusi terbesar dalam PDRB di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2013, diberikan oleh sektor industri sebesar 27,59%. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2012 dengan kontribusinya mencapai 27,46%. Hal ini menunjukkan bahwa peranan sektor industri pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibanding tahun Pemberi peranan terbesar berikutnya adalah sektor pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 19,98% pada tahun 2013, lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2012 yang bisa mencapai 20,35% dan tahun 2011 bisa mencapai 20,55%. Faktor alam pada tahun 2012 dan tahun 2011 sangat mempengaruhi produksi pertanian, sehingga produksi tanaman bahan makanan mengalami penurunan, disamping faktor harga terutama harga produk tanaman bahan makanan yang relatif lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun sektor yang mempunyai kontribusi cenderung meningkat dari tahun ke tahun dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Pekalongan adalah sektor jasa-jasa. Selama kurun waktu lima tahun, sektor ini mengalami pergeseran positif menjadi 17,37% pada tahun 2013 dibanding tahun 2009 yang memberikan peran sebesar 16,87%. II.69

70 b. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Ketersediaan fasillitas wilayah/infrastruktur Kabupaten Pekalongan meliputi aksesibilitas wilayah, penataan wilayah, ketersediaan air bersih, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon, fasilitas perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kabupaten Pekalongan dalam meningkatkan daya saing daerah. 1) Aksesibiltas Daerah Wilayah Kabupaten Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Pekalongan di utara, Kabupaten Batang di timur, Kabupaten Banjarnegara di selatan, serta Kabupaten Pemalang di barat. Kabupaten Pekalongan berada di jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Angkutan umum antarkota dilayani oleh bus dan kereta api (di Kota Pekalongan). 2) Penataan Wilayah Penataan wilayah Kabupaten Pekalongan berdasarkan RTRW Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan lindung meliputi : Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Dibawahnya, Kawasan Perlindungan Setempat, Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Rawan Bencana Alam, Kawasan Lindung Geologi, Kawasan Lindung Lainnya. Sedangkan Kawasan Budidaya meliputi : Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Produksi Terbatas, Kawasan Hutan Rakyat, Kawasan Pertanian, Kawasan Perikanan, Kawasan Pertambangan, Kawasan Pariwisata, Peruntukan Industri, Kawasan Permukiman, Kawasan peruntukan lainnya 3) Ketersediaan air bersih Sedangkan untuk sub sektor air minum di Kabupaten Pekalongan dilayani dari PDAM Kota Pekalongan dan PDAM Kabupaten Pekalongan. Berdasarkan data dari PDAM Kota Pekalongan menunjukkan adanya kenaikan jumlah pelanggan II.70

71 rumah tangga di tahun 2012 yakni sebesar persen (dari 647pelanggan di tahun 2011 menjadi 725 pelanggan di tahun 2012). Untuk pelanggan Instasi dibanding tahun 2011 tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 30 pelanggan.sedangkan untuk nilai produksinya terjadi kenaikan dari Rp di tahun 2011 menjadi Rp ,00 di tahun Selanjutnya di tahun yang sama jumlah pelanggan rumah tangga di PDAM Kabupaten Pekalongan justru mengalami kenaikan sebesar 9,66 persen yaitu dari pelanggan menjadi di tahun Hal ini berpengaruh terhadap kenaikan nilai produksinya yang juga mengalami kenaikan sebesar 5,40 persen. a. Fasilitas Listrik dan Telepon Untuk sektor Listrik, pada tahun 2012 nilai produksinya sebesar Rp ,00 naik persen dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar Rp ,00. Hal ini disebabkan naiknya jumlah pelanggan PLN sebesar 6,79 persen (dari pelanggan pada akhir tahun 2011 menjadi pelanggan pada akhir tahun 2012), juga karena banyak perusahaan yang membuka usahanya atau menambah kegiatan produksinya dan pemasangan baru pada perumahan. b. Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kondisi perekonomian di Indonesia khususnya di Kabupaten Pekalongan, secara umum membaik demikian pula sektor perdagangan. Meskipun terjadi krisis global yang menyebabkan permintaan barang ekspor menurun namun untuk sektor perdagangan arus barang masih tetap tumbuh positif. Pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan meningkat dari 4,31% pada tahun 2011 menjadi 6,21% pada tahun c. Fokus Iklim Berinvestasi Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar II.71

72 yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antara lain kondisi keamanan dan ketertiban wilayah serta kemudahan proses perijinan. 1) Keamanan dan Ketertiban Untuk membantu menciptakan keamanan dan ketertiban di masyarakat, diperlukan partisipasi masyarakat yang terhimpun dalam organisasi Perlindungan Masyarakat (LINMAS) atau dulu dikenal Pertahanan Sipil (Hansip) disamping peran dari aparat TNI dan POLRI. Di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 jumlah Linmas sebanyak orang sama dengan jumlah tahun ) Kemudahan Perijinan Proses perijinan dalam berinvestasi dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu, melalui Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Pekalongan. Penyelesaian ijin usaha bagi investor dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan publik. Kondisi iklim usaha Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sangat kondusif sehingga berpengaruh secara langsung pada perkembangan penanaman modal. Apabila dilihat dari banyaknya penerbitan surat ijin usaha perdagangan (SIUP), ada penurunan yaitu sebesar 3.99 persen yaitu dari jumlah 648 perusahaan di tahun 2010 menjadi 628 perusahaan di tahun Jika dilihat menurut bentuk badan hukumnya, usaha perorangan masih tetap menempati urutan pertama, yaitu sebanyak 488 perusahaan, disusul oleh CV sebanyak 118 perusahaan dan PT sebanyak 13 perusahaan, sisanya 9 perusahaan berbentuk Koperasi. 3) Pengenaan Pajak Pengenaan pajak daerah di Kabupaten Pekalongan terbagi kedalam 3 kelompok yaitu: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, serta Bagi Hasil Pajak & Bukan Pajak. Pada tahun 2012 dan 2013, pajak daerah dan retribusi daerah menunjukkan jumlah yang meningkat yaitu pajak daerah adalah sebesar Rp ,00 pada tahun 2012 dan II.72

73 meningkat menjadi Rp ,00 pada tahun 2013 atau telah terjadi peningkatan sebesar 69,11%. Sedangkan untuk retribusi daerah adalah sebesar Rp ,00 pada tahun 2012 menjadi Rp ,00 pada tahun 2013 atau telah terjadi penurunan sebesar 53,29%. d. Fokus Sumber Daya Manusia Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional. Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauhmana beban ketergantungan penduduk. 1) Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3) Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan S1, S2 dan S3. II.73

74 Tabel 2.82 Rasio lulusan S1/S2/S3 Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Julah lulusan S1/S2/S Jumlah penduduk Rasio lulusan S1/S2/S3 (4/5) Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan, 2013 (diolah) 0,46 1,23 1,28 1,28 2) Tingkat Ketergantungan Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung II.74

75 penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia tahun Tabel 2.83 Rasio Ketergantungan Kabupaten Pekalongan Tahun NO URAIAN Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun Jumlah Penduduk usia > 64 tahun Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif (1) &(2) Jumlah Penduduk Usia tahun Rasio ketergantungan (3) / (4) 59,96 52,73 48,36 50,59 Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan, 2013 (diolah) B. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 1. Alokasi Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 Dalam dokumen RKPD Tahun 2013, kegiatan pembangunan di Kabupaten Pekalongan meliputi 34 urusan, yang terdiri dari 26 Urusan Wajib dan 8 Urusan Pilihan dengan alokasi anggaran sebesar Rp ,00. Tabel 2.84 Realisasi Anggaran Belanja Langsung Urusan Tahun 2013 (Tidak Termasuk Belanja Langsung Program Umum/Rutin SKPD) NO. URUSAN / BIDANG ANGGARAN REALISASI Rp. % URUSAN WAJIB ,31 1 Pendidikan ,26 2 Kesehatan ,38 3 Pekerjaan Umum ,20 4 Perumahan ,62 5 Penataan Ruang ,44 6 Perencanaan Pembangunan ,15 II.75

76 NO. URUSAN / BIDANG ANGGARAN REALISASI Rp. % 7 Perhubungan ,17 8 Lingkungan Hidup ,08 9 Pertanahan ,76 10 Kependudukan dan Catatan Sipil ,92 11 Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak ,01 12 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera ,83 13 Sosial ,64 14 Ketenagakerjaan ,57 15 Koperasi dan Usaha Kecil ,44 Menengah 16 Penanaman Modal ,91 17 Kebudayaan ,83 18 Pemuda Dan Olah Raga ,77 19 Kesatuan Bangsa dan Politik ,18 Dalam Negeri 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan ,67 Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 21 Ketahanan Pangan ,53 22 Pemberdayaan Masyarakat dan ,39 Desa 23 Statistik ,82 24 Kearsipan ,10 25 Komunikasi dan Informatika ,70 26 Perpustakaan ,92 URUSAN PILIHAN ,13 1 Pertanian ,54 2 Kehutanan ,82 3 Energi dan Sumber Daya Mineral ,78 4 Pariwisata ,20 5 Kelautan dan Perikanan ,81 6 Perdagangan ,66 7 Perindustrian ,57 8 Transmigrasi ,48 T O T A L ,24 Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, 2013 (Data Diolah) Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa anggaran Urusan Wajib sebesar 94,39% dan Urusan Pilihan sebesar 5,61% dari total belanja Langsung Urusan (Tidak Termasuk Belanja Langsung Program Umum/Rutin SKPD). Dari total anggaran pada Urusan Wajib yang II.76

77 terbesar digunakan untuk membiayai urusan Urusan Kesehatan (31,65%), Pekerjaan Umum (26,02%), dan Urusan Pendidikan (25,30%). 2. Capaian Kinerja Program Masing-masing Urusan a. Urusan Wajib 1) Pendidikan a) Program dan Kegiatan Urusan Pendidikan tahun 2013 dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan program dan kegiatan sebagai berikut : (1) Program Pendidikan Anak Usia Dini, dengan kegiatan : (a) Rehabilitasi Sedang/Berat Ruang Kelas Sekolah; (b) Pengadaan Alat Praktek Dan Peraga Siswa PAUD; (c) Pelatihan Guru Paud Kabupaten Pekalongan; (d) Ajang Kreativitas Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal Tk Kabupaten; (e) Penyelenggaraan Gebyar PAUD; (f) Kesejahteraan Pendidik PAUD; (g) Peningkatan Kualifikasi Ke S1/D4 Pendidik PAUD; (h) Pembinaan Lomba PAUD Ke Tingkat Provinsi Dan Nasional; (i) Penyelenggaraan Lomba Gugus PAUD Dan Lomba KB/TK. (2) Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, dengan kegiatan : (a) Penambahan Ruang Kelas Sekolah; (b) Operasional Pengelola Bantuan Pendidikan; (c) Rehabilitasi Sedang/Berat Laboratorium Dan Praktikum Sekolah; (d) Fasilitasi Kantin Sehat; (e) Fasilitasi Program Makanan Tambahan Anak Sekolah; (f) Rehab Ruang Kelas Rusak SMP/SMPLB; (g) Pengadaan Alat Lab IPA SMP; II.77

78 (h) Manajemen Berbasis Sekolah SD; (i) Manajemen Berbasis Sekolah SMP; (j) Pembangunan Perpustakaan Sekolah SD/SDLB; (k) Pengadaan Mebelair Sekolah SD/SDLB,SMP/Mts (47 Paket); (l) Pembinaan Kelembagaan Dan Manajemen Sekolah Dengan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Satuan Pendidikan Dasar; (m) Pembinaan Minat Bakat Dan Kreativitas Siswa; (n) Penyelenggaraan Paket A Setara SD Dan Paket B Setara SMP; (o) Operasional TKN, UPT Pendidikan Dan SKB; (p) DAK Dikdas Dan Pendampingan (DAK); (q) Bimbingan Teknis Tiga Mata Pelajaran UN Berstandar Nasional; (r) Fasilitasi Manajemen Operasional BOS SD/SMP; (s) DAK Dikdas dan Pendampingan Tahun 2011; (t) Pelatihan KTSP SD; (u) Pelatihan KTSP SMP; (v) Pengadaan Buku Perpustakaan SD dan SMP; (w) Pengadaan Mebelair Pengganti SD/SDLB,SMP/SMPLB; (x) Pengadaan Buku Mulok Bahasa Jawa SD/SDLB,SMP/SMPLB; (y) Pendampingan BOS SD/SDLB/MI Dan SMP/SMPLB,MTs; (z) Tim Pengembangan Kurikulum SD Dan SMP; (aa) Fasilitasi Pendidikan Inklusi SD Dan SMP; (bb) Rehabilitasi Dan Pembangunan Gedung Sekolah; (cc) Lomba Sekolah Sehat SD Dan SMP; (dd) Jasa Konsultan Perencana Dan Pengawasan; (ee) Fasilitasi Pembinaan Potensi Siswa SD/SDLB; (ff) DAK SD/SMP dan Pendampingan 2013; (gg) Pelatihan Penilaian Kinerja Guru TK/SD/SMP/SMA/SMK; (hh) Rehab Ruang Kelas Rusak SD/SDLB; II.78

79 (ii) Pengadaan Alat Tik Pembelajaran SD/SDLB; (jj) Rehab SD Jetaklengkong Kecamatan Wonopringgo; (kk) Pembangunan RKB SMPN 2 Wiradesa; (ll) Pengurugan Dan Pavingisasi Halaman SD 01 Pecakaran Dan SD Muhamadiyah Wonosari; (mm) Pembangunan Gedung Serbaguna Dan Pagar Keliling SMP 1 Tirto; (nn) Pavingisasi Dan Pembangunan Drainase Lingkungan Sekolah (SMP 2 Kedungwuni Dan SDN 8 Kedungwuni); (oo) Penyempurnaan SD N 01 Podosari; (pp) Pembangunan Ruang Kelas SMP N 2 Siwalan. (3) Program Pendidikan Menengah, dengan kegiatan : (a) Penyediaan Beasiswa Bagi Keluarga Tidak Mampu; (b) Penyelenggraan Paket C Setara SMU; (c) Lomba Kreativitas Siswa SMA/SMK; (d) Liga Pendidikan; (e) Operasional Rutin SMA Dan SMK; (f) Pembangunan Ruang Praktikum SMK Karangdadap (2 Ruang); (g) Pelatihan KTSP SMA/SMK; (h) Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) SMA/SMK; (i) Rehabilitasi Gedung SMA/SMK; (j) Pembangunan Ruang Perpustakan SMA/SMK; (k) Pengadaan Komputer SMA/SMK; (l) Pengadaan Buku Perpustakaan SMA/SMK; (m) Pengadaan Alat Lab SMA/SMK; (n) Pengadaan Alat Bengkel SMK; (o) Pembangunan Lab IPA SMA/SMK; (p) Fasilitasi Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal; (q) Fasilitasi Kantin Kejujuran; (r) Beasiswa SMA/SMK Dari Keluarga Kurang Mampu; II.79

80 (s) Deklarasi Vokasi SMK; (t) DAK SMA/SMK Pendampingan; (u) Pembangunan Gedung Olahraga SMAN 1 Bojong. (4) Program Pendidikan Non Formal, dengan kegiatan : (a) Pemberian Bantuan Operasional Pendidikan Non Formal; (b) Fasilitasi Hari Aksara Internasional Dinas Pendidikan. (5) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dengan kegiatan : (a) Pelaksanaan Sertifikasi Pendidik; (b) Pengembangan Sistem Penghargaan Dan Perlindungan Terhadap Profesi Pendidik; (c) Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik Mitra Program Bermutu; (d) Lomba Kreativitas Guru,Kepala Sekolah, Dan Pengawas; (e) Tes Kompentensi Calon Kepala Sekolah; (f) Jambore PTK PNFI Dan Pemasaran Produk Desa Vokasi; (g) Pengelolaan Penilaian Angka Kredit Dan Sertifikasi Pendidik; (h) Penyelenggaraan Jambore Pendidik Dan Tenaga Kependidikan; (i) Penyelenggaraan Pemilihan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Formal; (j) Kesejahteraan Pendidik Wiyata Bhakti Pendidikan Formal; (k) Peningkatan Kualifikasi Ke S1 Pendidik Formal; (l) Pengembangan Profesi Pendidikan Formal. (6) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, dengan kegiatan : (a) Fasilitasi Penyelenggaraan UN Dan UNPK; (b) Fasilitasi Pembinaan Nasionalisme Dan Karakter Bangsa Melalui Jalur Pendidikan; (c) Manajemen Pendataan Pendidikan. II.80

81 NO b) Realisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dilaksanakan dengan target menggunakan anggaran belanja langsung (tidak termasuk anggaran belanja langsung rutin SKPD) sebesar Rp ,00 dan terealisasi sebesar Rp ,00 atau 96,26%. Capaian target indikator sasaran Urusan Pendidikan tercermin dari terealisasinya indikator kinerja berupa outcome yang menunjukkan keberhasilan pembangunan melalui pelaksanaan program-program dan kegiatankegiatan yang mendukungnya dalam tahun Keberhasilan pembangunan pada Urusan Pendidikan dapat dilihat lebih rinci dari indikator kinerja pelayanan yang telah dicapai pada tahun 2013 adalah seperti dalam tabel berikut: URUSAN DAN INDIKATOR KINERJA 1 TK dan PAUD Tabel 2.85 Capaian Urusan Pendidikan Tahun 2013 SAT UAN CAPAI AN NAIK / TARGET REALISASI % TURUN (%) APK PAUD % ,00 40,00 Jumlah TK/RA sesuai standar 2 SD/MI Unit ,00 - APK SD/MI % 102, ,10 0,40 APM SD/MI % 87, ,15 100,16 5,52 Angka Lulus UASBN SD/MI % ,00 - Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI Jumlah SD/MI sesuai Standar Nasional Pendidikan 3 SMP/MTs % 0,42 0,225 0,18 80,00 (57,14) Unit ,00 12,50 APK SMP/MTs % 99,48 99,67 99,71 100,04 0,23 APM SMP/MTs % 75, ,19 95,52 7,45 Angka kelulusan UN SMP/MTs (%) Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs (%) Jumlah SMP/MTs RSBI (unit) % ,3 99,29 1,34 % 0,6 0,5 0,49 98,00 (18,33) Unit ,00 - II.81

82 NO URUSAN DAN INDIKATOR KINERJA 4 SMA/SMK/MA SAT UAN CAPAI AN NAIK / TARGET REALISASI % TURUN (%) APK SMA/SMK/MA % 65, ,31 94,73 1,91 APM SMA/SMK/MA % 43, ,21 100,47 3,31 Angka kelulusan UN SMA/SMK/MA Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA Jumlah SMA/SMK/MA RSBI 5 Pendidikan Kesetaraan a. 7% mendukung capaian APK Dikdas b. Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket A 97% c. Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket B 95% d. Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket C 90% e. 60% usia th belum sekolah terlayani pendidikan kesetaraan % ,75 100,76 (0,25) % 1,1 0,9 0,8 88,89 (27,27) Unit ,00 - % ,00 12,50 % ,00 1,03 % ,00 - % ,00 1,10 % ,00 (3,45) 6 Pendidikan Masyarakat (Dikmas) a. Angka Buta Aksara usia 15 tahun keatas selesai tahap pelestarian b. 15% Desa/Kelurahan di Jawa Tengah memiliki Taman Bacaan Masyarakat 7 Kursus dan Kelembagaan a. 5% pengangguran usia th memperoleh layanan pendidikan Kecakapan Hidup % ,00 1,27 % ,00 6,25 % ,00 16,67 b. 10% lembaga PNF terakreditasi Jumlah Lembaga kursus yang bersertifikasi % ,00 9,09 % ,00-8 Angka Melek Huruf % ,45 4,65 9 Pendidik dan Tenaga kependidikan a. Jumlah Guru TK/RA Layak Mengajar b. Persentase Guru SD/MI layak Mengajar c. Persentase Guru SD/MI Sertifikasi % ,00 (16,67) % ,00 75,00 % ,33 66,67 II.82

83 NO URUSAN DAN INDIKATOR KINERJA d. Persentase Guru SMP/MTs layak Mengajar e. Persentase Guru SMP/MTs Sertifikasi f. Prosentase Guru SMK Layak mengajar SAT UAN CAPAI AN NAIK / TARGET REALISASI % TURUN (%) % ,00 14,94 % ,56 55,56 % ,00 4,17 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, 2013 NO (1) Pemerataan dan Akses Layanan Pendidikan (a) Meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 2.86 Capaian APK Kabupaten Pekalongan tahun INDIKATOR TAHUN 2012 TARGET TAHUN 2013 REALISASI % NAIK / TURUN (%) 1 APK PAUD ,00 40,00 2 APK SD/MI 102, ,10 0,40 3 APK SMP/MTs 99,48 99,67 99,71 100,04 0,23 4 APK SMA/SMK 65, ,31 94,73 1,91 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, 2013 NO Tabel 2.87 Capaian APM Kabupaten Pekalongan Tahun INDIKATOR TAHUN 2012 TARGET TAHUN 2013 REALISASI % NAIK / TURUN (%) 1 APM SD/MI 87, ,15 100,16 5,52 2 APM SMP/MTs 75, ,19 95,52 7,45 3 APM SMA/SMK 43, ,21 100,47 3,31 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, 2013 (b) Menurunnya Angka Putus Sekolah Tabel 2.88 Angka Putus Sekolah (APS) Kabupaten Pekalongan tahun NO JENJANG TAHUN 2012 TARGET TAHUN 2013 REALISASI % NAIK / TURUN (%) 1 SD/MI 0,42 0,30 0,18 60,00 (57,14) 2 SMP/MTs 0,60 0,50 0,49 98,00 (18,33) 3 SMA/SMK 1,10 0,90 0,80 88,89 (27,27) Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, 2013 II.83

84 NO (c) Angka Melanjutkan Sekolah Tabel 2.89 Angka Melanjutkan Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun JENJANG TAHUN 2012 TARGET TAHUN 2013 REALISASI % NAIK / TURUN (%) 1 SMP/MTs 84, ,48 100,57 0,12 2 SMA/SMK 71, ,62 103,64 4,82 Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, 2013 (d) Meningkatnya rasio ketersedian sekolah yang menunjukan semakin meningkatnya akses pemerataan pendidikan di Kabupaten Pekalongan. Untuk SD/MI dan SMP/MTs masih utuh sejumlah 657 sekolah dan 115 sekolah. Tetapi jenjang SMA/SMK ada peningkatan dari 57 menjadi 60 sekolah, sehingga terjadi penambahan 3 sekolah baru, yaitu SMK Muhammadiyah Kesesi, SMK Muhammadiyah Bojong dan SMK Islam Bojong. (e) Meningkatnya Angka Melek Huruf sebesar 4,65% pada tahun 2013 yaitu sebesar 90% dari tahun sebelumnya yang sebesar 86%. Peningkatan ini di karenakan adanya peningkatan kinerja dari PKBM yang ada di Kabupaten Pekalongan, sehingga proses pembebasan dari buta aksara dapat optimal. Perkembangannya dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Gambar 2.2 Grafik Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pekalongan Tahun Sumber : Dindikbud Kabupaten Pekalongan, 2013 II.84

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pembangunan. Bersama-sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeirntahan Daerah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Analisis pada aspek geografi di Kabupaten Pekalongan perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR : 431 / 02 / XI / 2015 TANGGAL : 3 NOVEMBER 2015 TENTANG : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROVINSI GORONTALO 1. Nama Organisasi : Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi Dan Demografi 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Pekalongan adalah salah satu daerah otonom yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN SKPD: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014 % capaian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. Perbandingan Penduduk Kabupaten Pati dan Prov Jateng Tahun 2007- II 8 Tabel. 2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan & Atas Dasar Harga II 8 Berlaku Kabupaten Pati Tahun 2007- Tabel.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (viii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii xxi Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen I-6 1.4 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM

BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM BAB I GEOGRAFIS DAN IKLIM LUAS WILAYAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2015... 1 STATISTIK GEOGRAFIS PROVINSI JAMBI... 2 NAMA IBUKOTA KAB/KOTA DAN JARAK KE IBUKOTA PROVINSI MENURUT KAB/KOTA TAHUN 2015... 3 JUMLAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci