BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Analisis pada aspek geografi di Kabupaten Pekalongan perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu di Kabupaten Pekalongan. 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang berada di daerah Pantura bagian barat sepanjang pantai utara Laut Jawa yang memanjang ke selatan dengan Kota Kajen sebagai ibukota pusat pemerintahan. Sumber : RTRW Kabupaten Pekalongan Gambar 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Pekalongan terhadap Provinsi Jawa Tengah Secara administratif, Kabupaten Pekalongan dibagi dalam 19 Wilayah kecamatan yang terdiri 272 desa dan 13 kelurahan dengan luas total wialyah keseluruhan 836,13 Km2. Kecamatan Paninggaran merupakan kecamatan yang terluas di Kabupaten Pekalongan dengan luasan yaitu Km2 atau sebesar 11.12% dari keseluruhan luas total Kabupaten Pekalongan. Sedangkan Kecamatan Buaran merupakan

2 kecamatan yang mempunyai luasan paling sempit di Kabupaten Pekalongan dengan luas wilayah yaitu 9.54 Km2 atau sebesar 1.14% dari total keseluruhan luas wilayah Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Pekalongan secara administratif berbatasan dengan : Sebelah Utara : Laut Jawa & Kota Pekalongan Sebelah Timur : Kabupaten Batang & Kota Pekalongan Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Purbalingga Sebelah Barat : Kabupaten Pemalang Sumber : RTRW Kabupaten Pekalongan Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Pekalongan II.2

3 Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Pekalongan No Kecamatan Luas (Km 2 ) Desa / Kelurahan 1 Kandangserang 60, Paninggaran 92, Lebakbarang 58, Petungkriyono 73, Talun 58, Doro 68, Karanganyar 63, Kajen 75,15 24/1 9 Kesesi 68, Sragi 32,40 16/1 11 Siwalan 25, Bojong 40, Wonopringgo 18, Kedungwuni 22,94 16/3 15 Karangdadap 20, Buaran 9,54 7/3 17 Tirto 17, Wiradesa 12,70 11/5 19 Wonokerto 15,91 11 Jumlah 836,13 272/13 Sumber : Kabupaten Pekalongan Dalam Angka, 2016 b. Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Pekalongan mempunyai bentuk yang memanjang dari utara ke selatan. Di bagian utara termasuk wilayah pantura dan merupakan jalur utama di Pulau Jawa. Secara astronomis letak Kabupaten ini berada di antara 6º - 7º 23 Lintang Selatan dan antara 109º - 109º 78 Bujur Timur. Karena sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Jawa maka dari 285 desa/kelurahan yang ada, terdapat 6 desa pantai. 1) Topografi Wilayah Kabupaten Pekalongan merupakan perpaduan antara wilayah dataran rendah di bagian utara dan dataran tinggi di bagian selatan yang termasuk dalam kawasan dataran tinggi Dieng. Kawasan dataran tinggi di kabupaten ini berada pada meter dari permukaan laut. Dari 285 desa/kelurahan yang ada, 11 desa merupakan desa pantai dan 274 desa bukan desa pantai. Menurut topografi desa, terdapat 66 desa/kelurahan (23,16 %) yang berada di dataran tinggi dan selebihnya 219 desa/kelurahan (76,84 %) berada di dataran rendah. Kelerengan lahan di wilayah Kabupaten Pekalongan cukup bervariasi. Secara umum rona kelerengan di Pekalongan merupakan pegunungan dibagian selatan yang melandai ke arah utara (pantai). Keragaman kelerengan di Kabupaten Pekalongan Bervariasi mulai dari 0-2 % yang meliputi bagian utara sampai dengan bagian tengah Kabupaten Pekalongan, 0-15 % bagian tengah Pekalongan (Kecamatan Doro dan Talun), 15-40% yang meliputi bagian selatan Kecamatan Talun, Doro, sebagian Kecamatan Kandangserang dan Paninggaran serta kelerengan lebih dari 40 % yang meliputi sebagian besar Kecamatan Lebakbarang, Petungkriyono, bagian utara dan selatan Kecamatan Paninggaran, bagian barat Kecamatan Kajen dan bagian selatan Kecamatan Kandangserang. Secara morfologi rona fisik Kabupaten Pekalongan sebagian besar berupa dataran dan sebagian lagi berbentuk perbukitan dan pegunungan. Kondisi topografi Kabupaten Pekalongan bervariasi yaitu mulai 0 mdpl (meter dari permukaan laut) sampai 2177 mdpl. II.3

4 Secara penggolongan ketinggian Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi: a. Daerah dengan tinggi 0-7 m seluas 9.026,660 Ha atau sebesar 10, 06% dari luas keseluruhan b. Daerah dengan tinggi 7-25 m seluas ,791 Ha atau sebesar 18,77% dari luas keseluruhan c. Daerah dengan tinggi m seluas ,000 Ha atau sebesar 12,35 % dari luas keseluruhan d. Daerah dengan tinggi 0-7 m seluas 9.026,660 Ha atau sebesar 10, 06% dari luas keseluruhan e. Daerah dengan tinggi m seluas ,421 Ha atau sebesar 22,95% dari luas keseluruhan f. Daerah dengan tinggi m seluas ,662 Ha atau sebesar 24,76 % dari luas keseluruhan g. Daerah dengan tinggi lebih dari 1000 m seluas 9.980,625 Ha sebesar 11,12 % dari luas keseluruhan. Tabel 2.2 Ketinggian wilayah per-kecamatan Dari permukaan laut No Kecamatan Tinggi dari permukaan laut (mdpl) 1 Kandangserang Paninggaran Lebakbarang Petungkriyono Talun 3 6 Doro Karanganyar 70 8 Kajen 60 9 Kesesi Sragi 9 11 Siwalan 9 12 Bojong Wonopringgo Kedungwuni Karangdadap Buaran 8 17 Tirto 4 18 Wiradesa 4 19 Wonokerto 4 Sumber : RTRW Kabupaten Pekalongan ) Geologi Geomorfologi wilayah Kabupaten Pekalongan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentang alam, yaitu : a) Daerah Endapan Aluvial Daerahnya tersebar pada daerah dengan ketinggian antara 0-5 meter DPL terdiri dari: (1) Aluvium, yang terletak pada ketinggian 0-25 m dpl. Jenis ini umumnya masih relatif muda, namun dapat menjadi daerah pertanian yang baik dan subur jika mendapat cukup pengairan. Daerah meliputi Kecamatan Sragi, Wiradesa, Tirto, Buaran, Kedungwuni, Doro, Wonopringgo, Karanganyar, Kajen, Kesesi dan Bojong dengan luas keseluruhan ,9516 Ha atau sebesar 30,23% dari luas keseluruhan. (2) Aluvium Facies Gunung Api, terlelak pada ketinggian antara dpi. Daerah ini merupakan lahan dengan kualitas II.4

5 yang baik bagi pengembangan pertanian karena memiliki sifat menyerap dan menampung air. Struktur geologi ini meliputi daerah - daerah di Kecamatan Petungkriono, Talun, Kandangserang, Kajen, Kesesi, Wonopringgo dan Kedungwuni; luas cakupan wilayahnya seluas ,6250 Ha atau sekitar 14,45% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. b) Daerah Hasil Gunung Api Kwarter Tua Daerah ini terletak pada daerah dengan ketinggian sekitar 500 meter dpl atau lebih. Umumnya bersifat kurang subur, dengan kondisi topografi relatif kasar dimana pelapukan dari daerah ini mudah terbawa oleh hanyutan sungai yang melintasi kawasan tersebut yang berdampak pada penurunan tingkat kesuburan lahan. Struktur geologi ini terdapat di Kecamatan Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriono, Talun, Doro, Karanganyar,Kajen, Kesesi, dan Karanganyar; dengan luas cakupan wilayahnya sebesar ,250 Ha atau sekitar 19,70% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. c) Daerah Hasil Gunung Api Terdapat di Kecamatan Kesesi, Paninggaran dengan luas keseluruhan mencapai 6.555,8333 Ha atau 7,30% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. d) Daerah Hasil Gunung Api tak teruraikan Pada umumnya daerah ini berupa batuan breksi, lava, lapili dan tupa. Umumnya batuan tersebut membentuk bukitbukit tinggi yang tertutup dan berwarna abu-abu tua sampai coklat dan kuning kemerahan. Jenis lahan ini mencakup wilayahwilayah di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Talun, Doro, Kajen, Kesesi, Wonopringgo dan Kedungwuni. e) Daerah Miosen Facies Sedimen Terdapat pada daerah dengan ketinggian lebih dari 500 m ataupun lebih dari 1000 m dpl. Pada umumnya merupakan daerah dengan potensi kehutanan dengan total luasan mencapai ,000 Ha atau sekitar 20,26% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. Terletak di Kecamatan Kesesi, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriono, Karanganyar, Kajen dan sebagian kecil Kecamatan Kesesi. f) Daerah Pra Tertier Sedimen Terdapat di Kecamatan Petungkriono dengan luasan sekotar Ha atau sekitar 2,25% darai luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. g) Daerah Pliosen Facies Sedimen Terdapat di kecamatan kesesi dan Kajen dengan luasan sekitar 572 Ha atau 0,64% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. h) Daerah Oligosen Terdapat di Kecamatan Kandangserang dan Paninggaran dengan luasan sekitar 262,500 Ha atau sekitar 0,29% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. i) Daerah Granit Terdapat di Kecamatan Kesesi dengan luasan sekitar 150 ha atau sekitar 0,13% dari luas keseluruhan Kabupaten Pekalongan. 3) Jenis Tanah Sebaran jenis tanah di Kabupaten pekalongan adalah sebagai berikut : a) Latosal Coklat : Kec. Paninggaran, Kandangserang, Doro b) Aluvial Kelabu Tua : Kec. Sragi dan Kedungwuni c) Komplex Gromosal Mediteran : Kec. Kandangserang II.5

6 d) As Alatosal Coklat : Kec. Paninggaran, Doro, Karanganyar, Kajen, Kesesi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni e) As Aluvial Kelabu : Kec. Sragi, Kajen, Kesesi, Bojong, Buaran Tirto, Wiradesa f) As Aluvial Coklat : Kec. Sragi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni Buaran, Tirto g) Aluvial Hidromorf : Kec. Sragi, Wiradesa, Tirto, Wonokerto, Siwalan h) Komplek Latosal merah kekuning-kuningan dan Latosal Coklat kemerahan : Kec. Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono i) As Adrosal Coklat : Kec. Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono 4) Hidrologi dan Hidrogeologi a) Air Permukaan Keadaan hidrologi ditunjukkan oleh keberadaan sungai, mata air,dan waduk yang terdapat di Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Pekalongan secara hidrologi terbagi ke dalam 4 Daerah Aliran Sungai, yaitu DAS Kupang, DAS Sekarang, DAS Sragi dan DAS Genteng. Keempat daerah aliran sungai ini merupakan daerah aliran sungai utama yang mencakup beberapa aliran sungai yang ada di Kabupaten Pekalongan yang kesemuanya bermuara di Laut Jawa. Selain itu sumber air di Kabupaten Pekalongan selain berasal dari sungai juga berasal dari beberapa daerah irigasi serta wadung/embung/lumbung air yang ada di Kabupaten Pekalongan. Sumber daya air permukaan tersebut sebagian besar dimanfaatkan untuk pertanian. Dari sumber air tersebut, terbagi dalam 4 daerah irigasi, yaitu: (1) Daerah Irigasi Rancah (2) Daerah Irigasi Longsong (3) Daerah Irigasi Watesan (4) Daerah Irigasi Ontobogo Sebagai salah satu strategi dalam upaya konservasi sumber daya air yang ditujukan untuk meningkatkan, memulihkan dan mempertahankan daya dukung, daya tampung, dan fungsi daerah aliran sungai untuk menjamin ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan yang berkelanjutan dilakukan melalui upaya pemeliharaan berbagai sumber daya air yaitu kawasan danau, waduk, rawa, situ/embung dan mata air sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UU No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Dalam upaya peningkatan pemeliharaan sumber air, salah satu strategi dalam pengawetan air yaitu dengan pembangunan waduk atau embung. b) Air Bawah Tanah Air tanah yang terdapat di Kabupaten Pekalongan meliputi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal dapat diketahui keberadaannya melalui sumur-sumur penduduk sebagai pengguna utama, sedang air tanah dalam diidentifikasi melalui sumur-sumur artesis yang umumnya dimiliki oleh pengguna sektor industri. Berdasarkan hasil penelitian dari Direktorat Geologi Bandung, potensi air tanah di Kabupaten Pekalongan adalah sebesar m3 yang terdiri dari : (1) Potensi air tanah dangkal diperkirakan dengan sumur penduduk = x4.051 m3 = m3. (2) Potensi air tanah dalam = m3. II.6

7 5) Klimatologi Iklim Kabupaten Pekalongan termasuk dalam kategori iklim tropis basah. Curah hujan dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Jumlah hari dan curah hujan selama setahun sangat bervariasi. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah hari hujan dan curah hujan paling banyak terjadi pada tahun 2011 dengan hari hujan sebanyak 144 hari dan curah hujan sebanyak mm, sedangkan penurunan paling signifikan terjadi pada tahun 2012 dengan hari hujan sebanyak 120 hari dan curah hujan sebanyak mm. Pada tahun 2015 ini, Kabupaten Pekalongan mengalami rata - rata curah hujan mm, lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2014 yang mengalami rata -rata curah hujan mm. Untuk rata -rata hari hujan tahun 2015 adalah 126 hari, lebih rendah bila dibandingkan rata -rata hari hujan tahun 2014 sebesar 136 hari. Curah hujan yang tertinggi terjadi di Kecamatan Lebakbarang sebesar mm, demikian juga rata rata hari hujan terbanyak terjadi di Kecamatan Lebakbarang yaitu sebesar 157 hari. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.3. dan grafik pada gambar 2.3., berikut ini : Tabel 2.3 Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Pekalongan Tahun No Kecamatan Tahun Hari Hujan Curah Hujan 1 Kandangserang Paninggaran Lebakbarang Petungkriyono Talun Doro Karanganyar Kajen Kesesi Sragi Siwalan Bojong Wonopringgo Kedungwuni Karangdadap Buaran Tirto Wiradesa Wonokerto - - Rata-Rata Sumber : Kabupaten Pekalongan Dalam Angka 2016 II.7

8 Gambar 2.3 Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Pekalongan Tahun ) Penggunaan Lahan Penggunaan tanah dibedakan menjadi tanah sawah dan kering. Luas tanah di Kabupaten Pekalongan tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, namun apabila dilihat dari fungsi/penggunaannya maka mengalami pergeseran. Tanah sawah luasnya setiap tahun berkurang, sebaliknya tanah kering mengalami peningkatan perluasan. Tahun 2015 luas tanah sawah sebesar ,00 ha (29,17 %) dan luas tanah kering sebesar ,00 ha (70,83 %). Sebagian besar luas tanah sawah merupakan sawah beririgasi ,00 ha (84,46 %), baik merupakan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, maupun irigasi desa / PU, sedangkan sisanya 3.791,00 ha (15,54 %) merupakan sawah tadah hujan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.4. dan dapat diperjelas dengan melihat grafik pada gambar 2.4. Tabel 2.4 Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun Lahan Sawah Lahan Bukan Jumlah Total Sawah , , , , , , , , , , , , , , ,07 Sumber : Kabupaten Pekalongan Dalam Angka 2016 Gambar 2.4 Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Pekalongan Tahun II.8

9 2. Potensi Pengembangan Wilayah Tujuan pengembangan Wilayah Kabupaten Pekalongan dirumuskan, sebagai, pedoman dalam mengarahkan rencana pengembangannya. Bedasarkan kondisi dan permasalahan di Kabupaten Pekalongan tujuan dari pengembangan wilayah Kabupaten Pekalongan adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan sistem interaksi antar ruang wilayah terutama perhubungan dan prasarana wilayah; b. Menjamin pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan, dengan membuka wilayah yang secara geografis relatif terisolir dibandingkan dengan wilayah lainnya; c. Menjaga dan melestarikan lingkungan dengan pemantapan kawasan yang berfungsi lindung dan pengarahan pemanfatan kawasan budidaya; d. Mengembangkan perekonomian berbasiskan potensi ekonomi lokal; dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dengan tetap rnemperhatikan kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan, untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi wilayah; e. Mengembangkan industri yang berwawasan lingkungan, didukung oleh pengembangan pertanian dan perikanan/kelautan yang mantap; f. Mengembangkan sistem prasarana wilayah terpadu, sehingga tercipta suatu susunan interrelasi dan interkoneksi jaringan masing-masing komponen prasarana dan sarana wilayah; g. Pengembangan kawasan-kawasan khusus yang perlu mendapat perhatian/ seperti kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya, maupun kawasan yang perlu dipacu perkembangannya. Berikut diuraikan potensi pengembangan wilayah Kabupaten Pekalongan, sebagaimana tertuang pada Rencana Pola Ruang RTRW Kota Pekalongan Tahun a. Kawasan Lindung 1) Kawasan Hutan Lindung Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Adanya fungsi kawasan lindung adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjadi fungsi hidrologik tanah untuk menjamin unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. a) Kawasan Lindung yang dikelola oleh Negara Kawasan hutan lindung yang dikelola oleh negara yang ada di Kabupaten Pekalongan antara lain di Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Talun dengan luasan ± Ha. b) Kawasan Lindung yang dikelola oleh Masyarakat Kawasan lindung yang dikelola masyarakat adalah kawasan lindung di luar kawasan hutan adalah kawasan yang sepenuhnya diperuntukan bagi konservasi hidrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan kesuburan tanah. Kawasan lindung yang dikelola masyarakat bertujuan untuk memberikan ruangan yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah dan penanggulangan banjir. Di Kabupaten Pekalongan kawasan lindung yang dikelola masyarakat terletak di Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Talun. II.9

10 2) Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya di Kabupaten Pekalongan berupa kawasan resapan air. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan ini diperuntukan bagi tanaman yang mampu menyimpan air tanah sebagai cadangan air bagi kawasan di bawahnya. Kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan resapan air yang ada di Kabupaten Pekalongan adalah di Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi. 3) Kawasan Perlindungan Setempat a) Kawasan sempadan sungai Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan sempadan sungai berfungsi untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kabupaten Pekalongan merupakan wilayah yang banyak dialiri oleh sungai-sungai yang termasuk dalam DAS Comal dan DAS Sengkarang dengan Sub DAS Kupang, Sengkarang dan Sragi, yaitu di sepanjang Sungai Sragi Lama, Sungai Sragi Baru, Sungai Paingan, Sungai Genteng, Sungai Keruh, Sungai Sengkarang, Sungai Pencongan dan Sungai Kupang dengan jarak sempadan meter termasuk jalan inspeksi. b) Kawasan sempadan pantai Adalah deretan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai. Kawasan sempadan pantai berfungsi untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan sempadan pantai yang ada di Kabupaten Pekalongan terletak di Kecamatan Siwalan, Wonokerto dan Tirto dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. c) Kawasan sekitar mata air Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kawasan sekitar mata air berfungsi untuk melindungi mata air dari kegiatan pemanfaatan yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Di Kabupaten Pekalongan kawasan perlindungan sekitar mata air merupakan kawasan sekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 meter yang terdapat di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Petungkriyono, Karanganyar, Doro, Talun, Kajen, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni dan Kesesi. II.10

11 d) RTH Perkotaan Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah baik dalam bentuk area memanjang/ jalur hijau, yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka tanpa bangunan. Ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan ditujukan agar berfungsi sebagai areal penghijauan kota. Dalam skala besar, secara alamiah ruang terbuka hijau dapat berwujud sebagai hutan kota yang memiliki fungsi ekologis dan estetis. RTH perkotaan meliputi: (1) Luas seluruh RTH perkotaan minimal kurang lebih ha. (2) Jalur hijau. (3) Lahan-lahan berupa taman. (4) Lahan-lahan sekitar bangunan perumahan dan bangunan umum. (5) Tempat pemakaman. 4) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Merupakan kawasan lindung yang pemanfaatannya untuk menjaga kelestarian dan atau menyempurnakan unsur-unsur yang menunjang kemantapan fungsi lindungnya yang dilandaskan pada mekanisme saling menguntungkan antara lingkungan eksternal dengan mahkluk hidup di dalamnya. a) Taman Wisata Alam Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia. Kawasan taman wisata berfungsi untuk melestarikan keindahan alam berupa hutan untuk kepentingan wisata dan daerah perlindungan. Kawasan hutan wisata di Kabupaten Pekalongan terletak di Hutan wisata Linggoasri di Kecamatan Kajen dan Kecamatan Petungkriyono. b) Taman Wisata Laut Kawasan taman wisata laut adalah kawasan yang mempunyai gugus karang kepulauan dan perairan khusus yang berbatasan dengan daratan. Kawasan taman wisata laut berfungsi untuk melestarikan agar kehidupan laut tidak rusak dan punah meskipun digunakan sebagai wisata. Di Kabupaten Pekalongan kawasan taman wisata laut terdapat di Kecamatan Siwalan dan Wonokerto. c) Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap pantai dan lautan. Kawasan pantai berhutan bakau berfungsi untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dari pengikisan air laut serta penunjang usaha budidaya lainnya. Di Kabupaten Pekalongan kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Siwalan, Wonokerto dan Tirto. d) Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan diperuntukan bagi kegiatan yang bertujuan untuk melindungi atau melestarikan budaya dan kegiatan pengembangan ilmu pengatahuan. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat berupa peninggalan bersejarah yang berguna bagi pengembangan budaya dan ilmu pengetahuan. Usaha ini dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan bernilai II.11

12 budaya tinggi, situs arkeologi, monumen nasional dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Hutan wisata Linggoasri di Kecamatan Kajen dan Situs purbakala di Kecamatan Kesesi, situs purbakala di kecamatan Petungkriyono. 5) Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi yang ada di Kabupaten Pekalongan adalah berupa kawasan imbuhan air yaitu kawasan resapan air yang mampu menambah jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah.kawasan imbuhan air terdapat di cekungan Pekalongan-Pemalang. 6) Kawasan Lindung Lainnya / Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah Kawasan lindung lainnya yang ada di Kabupaten Pekalongan adalah berupa perlindungan plasma nutfah. Kawasan perlindungan plasma nutfah adalah kawasan yang memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang belum terdapat di kawasan konservasi yang telah ditetapkan. Kawasan ini bertujuan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan perlindungan plasma nutfah berada di Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Lebakbarang dan Kecamatan Kandangserang. b. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari : 1) Kawasan Hutan Produksi Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan produksi dengan faktorfaktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan itensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 125. Keberadaan kawasan hutan produksi mendukung kegiatan konservasi pada hutan produksi agar ekosistem hutan tetap terjaga. Kawasan hutan produksi yang ada di Kabupaten Pekalongan yang memiliki luasan ± Ha yang terbagi dalan peruntukan hutan produksi terbatas seluas ± Ha dan peruntukan hutan produksi tetap seluas ± Ha, terletak di Kecamatan Kesesi, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang dan Kecamatan Petungkriyono. 2) Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah, yang diatasnya didominasi pepohonan dalam satu ekosistem yang ditunjuk oleh Bupati/ II.12

13 Walikota. Keberadaan kawasan hutan rakyat mendukung kegiatan konservasi pada hutan rakyat agar ekosistem hutan tetap terjaga. Kawasan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan terletak di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Petungkriyono, Kedungwuni,Talun, Doro, Karanganyar, Kajen, Kesesi, Sragi, Siwalan, Bojong, Wonopringgo, Karangdadap, Buaran, Tirto, Wiradesa dan Wonokerto. 3) Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan pertanian yang ada di Kabupaten Pekalongan dapat terdiri dari 4 jenis peruntukan antara lain: a) Pertanian tanaman pangan; Kawasan pertanian tanaman pangan memiliki luasan sebesar kurang lebih ha. Kawasan pertanian lahan basah berfungsi untuk mempertahankan jumlah kawasan budidaya pertanian demi kepentingan budidaya tanaman pangan seperti padi demi menjaga kemampuan daerah dalam swasembada pangan. Kawasan peruntukan tamanaman pangan di Kabupaten Pekalongan terdiri dari: (1) Tanaman Padi Kecamatan yang dapat dijadikan sebagai sentra-sentra pengembangan pertanian tanaman pangan padi, dengan didasarkan kriteria prosentase luas lahan basah (sawah) cukup besar (>25%) dan produktivitas tanaman padi cukup besar adalah Kecamatan Kajen, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Sragi. Sedangkan untuk pengembangan secara umum dilakukan di seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan. (2) Tanaman Padi Gogo Kecamatan yang dapat dijadikan sebagai sentra pengembangan pertanian tanaman pangan padi gogo adalah Kecamatan Wonopringgo. (3) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dialokasikan seluas kurang lebih ha (dua puluh empat ribu seratus sembilan puluh lima hektar) di semua kecamatan yang dilihat dari status irigasi berupa irigasi teknis, indeks pertanaman lebih dari satu kali tanam dan produktivitas lebih besar dari atau sama dengan 4,5 ton. b) Pertanian hortikultura; Pertanian hortikultura sayuran dan bunga-bungaan, meliputi: pertanian hortikultura sayuran yang dipanen sekali (bawang merah, bawang putih, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, dan lobak, termasuk bayam dan kangkung yang dipanen dengan akarnya); hortikultura sayuran yang dipanen lebih dari sekali (kacang panjang, kacang merah, cabe, tomat, terong, buncis, ketimun, labu siam, bayam, kangkung dan jamur); hortikultura bunga- bungaan (anggrek, mawar, melati, dan sedap malam), termasuk tanaman hias yang dipanen selain bunganya, serta pembibitan dan pembenihan hortikultura sayuran dan bunga-bungaan. Kawasan hortikultura memiliki luasan kurang lebih ha. Kawasan peruntukan hortikultura di Kabupaten Pekalongan meliputi sebagian wilayah Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Bojong terutama bagian selatan, Kecamatan Wonopringgo terutama bagian selatan, barat dan timur, serta sebagian wilayah Kecamatan Kajen. II.13

14 Sentra-sentra penghasil tanaman pangan yang dapat dikembangkan antara lain: (1) Kecamatan Kandangserang dengan komoditas jagung dan ubi kayu. (2) Kecamatan Kesesi dengan komoditas jagung, ubi kayu dan kacang hijau. (3) Kecamatan Kajen dengan komoditas jagung, ubi kayu dan kacang tanah. (4) Kecamatan Bojong dengan komoditas jagung dan kacang hijau. (5) Kecamatan Tirto dengan komoditas jagung, ubi kayu,kacang tanah dan kedelai. (6) Kecamatan Wiradesa dengan komoditas jagung, kacang tanah dan kedelai. (7) Kecamatan Paninggaran dengan komoditas ubi kayu. (8) Kecamatan Sragi dengan komoditas ubi kayu dan kacang tanah. (9) Kecamatan Siwalan dengan komoditas ubi kayu dan kacang tanah. (10) Kecamatan Kedungwuni dengan komoditas ubi kayu dan kacang hijau. (11) Kecamatan Buaran dengan komoditas ubi kayu. (12) Kecamatan Doro dengan komoditas ubi jalar. (13) Kecamatan Wonopringgo dengan komoditas ubi jalar. (14) Kecamatan Karanganyar dengan komoditas ubi jalar. (15) Kecamatan Wonokerto dengan komoditas kedelai. Sentra-sentra pengembangan tanaman buah-buahan dan tanaman hias adalah: (1) Kecamatan Kandangserang dengan komoditas buah alpokat, brokoli, tomat, mentimun, kacang panjang, buncis dan buah durian. (2) Kecamatan Kesesi dengan komoditas tomat, mentimun, cabai, duku, manggis, buah mangga. (3) Kecamatan Kajen dengan komoditas buah alpokat, brokoli, bawang daun, tomat, mentimun, cabai, buncis. (4) Kecamatan Bojong dengan komoditas tomat, mentimun, manggis, buah mangga. (5) Kecamatan Tirto dengan komoditas tomat, mentimun, manggis, buah mangga. (6) Kecamatan Wiradesa dengan komoditas buah mangga. (7) Kecamatan Paninggaran dengan komoditas wortel, lobak, brokoli, bawang daun, tomat, mentimun, kacang panjang, buncis dan bayam. (8) Kecamatan Sragi dengan komoditas tomat, mentimun, manggis. (9) Kecamatan Siwalan dengan komoditas mentimun, manggis, buah mangga. (10) Kecamatan Kedungwuni dengan komoditas tomat, mentimun, manggis. (11) Kecamatan Buaran dengan komoditas mentimun dan buah mangga. (12) Kecamatan Doro dengan komoditas buah alpokat, kubis, brokoli, bawang daun, tomat, mentimun, kacang panjang, cabai, buncis, bayam, melati gambir, manggis, buah durian. (13) Kecamatan Wonopringgo dengan komoditas mentimun, tomat, cabai, duku, manggis, buah mangga. (14) Kecamatan Karanganyar dengan komoditas tomat, cabai, mentimun, buah durian. (15) Kecamatan Petungkriyono dengan komoditas wortel, kentang, bawang daun. II.14

15 (16) Kecamatan Wonokerto dengan komoditas mentimunm melati putihm buah mangga. (17) Kecamatan Lebakbarang dengan komoditas lobak, brokoli, bawang daun, kacang panjang, buncis, buah durian. (18) Kecamatan Talun dengan komoditas lobak, brokoli, bawang daun, tomat, mentimun, cabai, buncis, duku, manggis, buah durian. (19) Kecamatan Karangdadap dengan komoditas tomat, mentimun, cabai, duku, manggis. c) Perkebunan Terdapat 11 komoditas yang berkembang di Kabupaten Pekalongan, yaitu kelapa, cengkeh, kopi, tebu, teh, jambu mete, aren, panili, panili, lada, dan nilam. Untuk pengembangan lebih lanjut ditentukan sentra-sentra pengembangan sebagai berikut: (1) Kecamatan Kajen dengan komoditas kelapa, tebu, karet, lada. (2) Kecamatan Kedungwuni dengan komoditas kelapa. (3) Kecamatan Tirto dengan komoditas kelapa. (4) Kecamatan Bojong dengan komoditas kelapa. (5) Kecamatan Paninggaran dengan komoditas cengkeh, kapuk, kopi, teh, aren, nilam. (6) Kecamatan Kandangserang dengan komoditas cengkeh, kapuk, nilam. (7) Kecamatan Wiradesa dengan komoditas cengkeh, kapuk. (8) Kecamatan Talun dengan komoditas kapuk, kopi, teh, aren, lada. (9) Kecamatan Doro dengan komoditas kapuk, kopi, karet. (10) Kecamatan Lebakbarang dengan komoditas kopi, aren, panili. (11) Kecamatan Petungkriyono dengan komoditas kopi, teh, aren, panili. (12) Kecamatan Kesesi dengan komoditas kopi, tebu, nilam. (13) Kecamatan Karangdadap dengan komoditas kopi. (14) Kecamatan Bojong dengan komoditas tebu. (15) Kecamatan Karanganyar dengan komoditas teb, karet, lada. (16) Kecamatan Sragi dengan komoditas tebu. d) Peternakan. Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu ternak besar (sapi, kerbau, kambing, domba, dan kuda) dan aneka unggas (ayam, itik, dan jenis unggas lainnya). Untuk peternakan hewan besar paling tidak harus tersedia atau dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan unggas biasa menyebar diseluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi. Kawasan peternakan berfungsi untuk mewujudkan kelangsungan pengembangan dalam usaha pengembangan peternakan. Peternakan hewan besar tersebar di Kecamatan Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, Talun, Doro, Kajen dan Kesesi. Untuk ternak unggas tersebar di Kecamatan Kajen, Kesesi, Wonopringgo dan Paninggaran. II.15

16 c. Kawasan Perikanan Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan. Kawasan perikanan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perikanan dan melestarikan kekayaan sumber daya perikanan. Kawasan Perikanan di Kabupaten Pekalongan terdapat di daerah-daerah aliran sungai yang ada di wilayah Daerah dengan peruntukan kawasan budidaya kolam air tawar yaitu terletak di Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Doro, Kecamatan Talun, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wonopringgo. Selain itu juga di Kecamatan Tirto, Wonokerto dan Siwalan dengan peruntukan kawasan budidaya air laut dan tambak d. Kawasan Pertambangan Kawasan pertambangan adalah wilayah yang memiliki potensi sumberdaya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/ data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/ eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun kawasan lindung. Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Pekalongan masih membutuhkan beberapa tahapan sebelum sampai pada tahapan eksploitasi. Hal tersebut karena masih belum diketahui mengenai kondisi volume kandungan bahan tambang yang ada. Meskipun sudah terindikasikan luasan hamparan tambang yang merata di wilayah kabupaten Pekalongan. Sedangkan sampai saat sekarang penguasaan dan pengusahaan bahan galian tambang yang ada masih ditangani oleh masyarakat umum awam dengan sistem pengelolaan informal. Kawasan pertambangan yang ada di kabupaten Pekalongan terdiri dari: Pertambangan mineral logam, bukan logam batuan yang terdapat di: 1) Kecamatan Kandangserang berupa andesit, batu gamping, diorit (Desa Lambur, Desa Klesem, Desa Bodas) serta kalsit (Desa Sukoharjo). 2) Kecamatan Kajen berupa andesit, diorit (Desa Windurojo) dan tanah urug. 3) Kecamatan Karanganyar berupa andesit, lempung/tanah liat (Desa Curug, Pododadi) dan tanah urug. 4) Kecamatan Doro berupa andesit, kaolin (Desa Randusari) serts lempung/tanah liat (Desa Larikan,Kolimojosari). 5) Kecamatan Petungkriyono berupa andesit. 6) Kecamatan Lebakbarang berupa andesit. 7) Kecamatan Paninggaran berupa oker (Desa Paninggaran) dan trass (Desa Domiyong, Tenogo). 8) Kecamatan Kesesi berupa lempung/tanah liat (Desa Mulyorejo, Sidosari, Kradon, Wotupayung dan Kuasen). 9) Kecamatan Bojong berupa lempung/tanah liat (Desa Wongandono, Kalipancur) dan Tanah Urug. 10) Kecamatan Talun berupa lempung/tanah liat (Desa Kalirejo) dan Tanah Urug. 11) Kecamatan Kedungwuni berupa Lempung/Tanah Liat (Desa Langkap). II.16

17 e. Kawasan Peruntukan Industri Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasan peruntukan industri berfungsi untuk mengembangkan kawasan peruntukan industri dengan tidak mengganggu kawasan budidaya lain. Kawasan peruntukan industri tersebut meliputi: 1) Peruntukan industri besar; 2) Peruntukan industri menengah; 3) Peruntukan industri kecil dan mikro. Peruntukan industri diarahkan di seluruh wilayah kabupaten Pekalongan terutama untuk industri besar tersebar di sepanjang pantura seperti di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Wonokerto. Sedangkan industri menengah terdapat di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Tirto, Kecamatan Buaran, Kecamatan Bojong, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Wonopringgo. Peruntukan industri kecil dan rumah tangga terdapat di sentra-sentra industri di seluruh kecamatan. f. Kawasan Pariwisata Kawasan Peruntukan Pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pengelompokan kawasan peruntukan pariwisata didasarkan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana kemudahan aksesibilitas, karakteristik potensi pariwisata dan wilayah serta sosial budaya, keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan melalui pengembangam kawasan berdasarkan koridor, pendekatan pengembangan kawasan berdasarkan prioritas sesuai kekuatan daya tarik wisata. Kawasan peruntukan pariwisata berfungsi untuk melestarikan kawasan wisata agar tidak rusak dan selalu dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan wisata. Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Pekalongan adalah: 1) Wisata alam : - Pantai Depok terletak di desa Depok, Kecamatan Siwalan - Daya tarik Wisata Linggoasri terletak di Desa Linggoasri sebelah selatan Kecamatan Kajen - Kabalong (Karanggondang, Limbangan, Lolong) terletak di Kecamatan Karanganyar - Pantai Wonokerto terletak di Kecamatan Wonokerto - Wisata air Kali Pencongan terletak di Kecamatan Tirto, Wiradesa, Wonokerto (5 km sepanjang Sungai Sengkarang) 2) Wisata buatan/ rekreasi - Kolam renang Langkap Indah terletak di Kecamatan Kedungwuni - Kolam Renang Banyu Biru terletak di Kecamatan Wiradesa - Kolam Renang Kulu Asri terletak di Kecamatan Karanganyar - Kolam Renang Tirta Alam terletak di Kecamatan Karanganyar - Kolam renang Prima Graham Wisata terletak di Kecamatan Karanganyar 3) Wisata belanja - Kampung Batik di Desa Kemplong, Desa Kapatihan, Desa Gumawang dan Desa Kauman di Kecamatan Wiradesa; - Pasar Grosir Pantura dan Pasar Grosir Bondansari di Kecamatan Wiradesa; - Sentra alat tenun bukan mesin (ATBM) Pakumbulan di Kecamatan Buaran; - Sentra kerajinan tempurung kelapa di Kecamatan Wonopringgo; II.17

18 - Sentra bordir di Kecamatan Kedungwuni. 4) Ekowisata - Ekowisata Petungkriyono terletak di Kecamatan Petungkriyono tepatnya di lereng Gunung Ragajambangan ( mdpl) 5) Wisata Budaya - Seni Kuntulan berupa seni shalawatan berlatar belakang agama Islam yang terletak di Kecamatan Paninggaran - Sintren berupa pertunjukan sebagai kelengkapan upacara ritual desa - Seni Rebana terletak di kecamatan Siwalan - Kuda Kepang terletak di Kecamatan Karanganyar - Seni ketoprak terletak di Kecamatan Kesesi 6) Wisata Religius - Makam Siti Ambaryah terletak di Desa Bukur, Kecamatan Bojong - Makam Ki Ageng Rogoselo terletak di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro - Makam Atas Angin terletak di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro - Makam Mbah Gendhon terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kesesi - Makam Mbah Faqih terletak di Desa Kauman, Kecamatan Wiradesa - Makam Syekh Siti Jenar terletak di Desa Lemahabang, Kecamatan Doro - Makam Habib Abdurrahman terletak di Desa Lolong, Kecamatan Karanganyar - Makam Syekh Abu Bakar Bin Toha Bin Yahya terletak di Desa Kayugeritan, Kecamatan karanganyar - Masjid Wonoyoso terletak di Desa Wonosoyo, Kecamatan Buaran - Benda Cagar Budaya Lingga Yoni terletak di Desa Tlogopakis Kecamatan, Petungkriyono - Makam Wali Tanduran terletak di Kecamatan Paninggaran g. Kawasan Permukiman Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Pekalongan sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya. 1) Permukiman Perkotaan Mencakup wilayah pengembangan perkotaan dengan kebijakan pemanfaatan ruang berpedoman pada tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi penataan ruang kota, yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang kota. 2) Permukiman Pedesaan Lokasi kawasan peruntukan permukiman perdesaan tersebar di seluruh kecamatan di luar lokasi yang direncanakan untuk kawasan peruntukan permukiman perkotaan. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang Permukiman Pedesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian. h. Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Pekalongan adalah kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan. Rencana pengembangan kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan merupakan kewenangan pemerintah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasan kepentingan pertahanan keamanan berupa: II.18

19 1) Batalyon Infanteri 407/Padma Kusuma Kompi Senapan - C di Kecamatan Wonopringgo; 2) Komando Distrik Militer (Kodim) di Kecamatan Kajen; 3) Komano Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh kecamatan; 4) Pos Angkatan Laut (Posal) Wonokerto di Kecamatan Wonokerto; 5) Kepolisian Resort (Polres) Pekalongan di Kecamatan Kajen; dan 6) Kepolisian Sektor (Polsek) di seluruh kecamatan. 7) Kepolisian Resort (Polres) Pekalongan di Kecamatan Kajen; dan 8) Kepolisian Sektor (Polsek) di seluruh kecamatan. Sumber : RTRW Kabupaten Pekalongan Gambar 2.5 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Pekalongan II.19

20 3. Wilayah Rawan Bencana Di Kabupaten Pekalongan terdapat beberapa lokasi wilayah yang sering mengalami bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana yang ada tersebut. Kawasan rawan bencana berfungsi untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di Kabupaten Pekalongan daerah yang memiliki kerawanan terhadap bencana adalah: a. Daerah yang mempunyai kerawanan terhadap bencana tanah longsor adalah di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kajen, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Doro. b. Daerah yang mempunyai kerawanan banjir di Kabupaten Pekalongan adalah di Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, Buaran, Karangdadap, Kajen, dan Kecamatan Sragi. c. Daerah rawan bencana kekeringan di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Talun. d. Daerah rawan bencana abrasi dan gelombang pasang juga terjadi di Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Tirto dan Kecamatan Siwalan. Sumber : RTRW Kabupaten Pekalongan Gambar 2.6 Peta Rawan Bencana Kabupaten Pekalongan II.20

21 4. Aspek Demografi Jumlah penduduk di Kabupaten Pekalongan semakin meningkat setiap tahunnya, baik penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan. Tercatat pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan sebanyak jiwa, kemudian naik di tahun 2013 sebanyak jiwa. Jika dilihat jumlah penduduk dalam kurun dua tahun terakhir juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 sebanyak jiwa, terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Apabila dibanding tahun 2014 sebanyak jiwa, yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa, berarti mengalami pertumbuhan sekitar 0,73 %. Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk pada masingmasing kecamatan di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat di Tabel 2.5 dan gambar 2.7 di bawah ini : Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total 1 Kandangserang Paninggaran Lebakbarang Petungkriono Talun Doro Karanganyar Kajen Kesesi Sragi Siwalan Bojong Wonopringgo Kedungwuni Karangdadap Buaran Tirto Wiradesa Wonokerto JUMLAH *) *) Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan, 2016 (diolah) Dari tabel di atas pada tahun 2015 jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Persentase penduduk laki-laki pada tahun 2015 sebesar 49,68% dan perempuan sebesar 50,32%. II.21

22 Gambar 2.7 Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 B. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir dari penyelenggaraan pembangunan daerah yang merupakan upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. 1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan (riil) PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil) disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke Perubahan tahun dasar PDB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008System of National Accounts (SNA2008) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT). Perubahan tahun dasar PDB dilakukan secara bersamaan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan. Untuk Perkembangan PDRB menurut lapangan usaha di Kabupaten Pekalongan dirinci menjadi 17 kategori lapangan usaha dan sebagian besar kategori dirinci lagi menjadi subkategori. Pemecahan menjadi subkategori ini disesuaikan dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Ke-17 kategori lapangan tersebut meliputi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan II.22

23 Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa lainnya. Produk Domestik Regional Bruto maupun agregat turunannya disajikan dalam 2 (dua) versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Disebut sebagai harga berlaku karena seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan harga konstan penilaiannya didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. Dalam publikasi di sini digunakan harga tahun 2010 sebagai dasar penilaian Selama kurun waktu 5 (lima) tahun nilai dan kontribusi sektor PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.6; gambar 2.8 dan 2.9 sebagai berikut : Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Juta Rupiah) No Sektor * 2015** (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % A Pertanian, Kehutanan ,18 20, ,83 19, ,68 19, ,07 18, ,75 19,10 dan Perikanan B Pertambangan & Penggalian ,85 2, ,06 2, ,16 2, ,52 3, ,32 3,45 C Industri pengolahan ,91 29, ,75 30, ,95 30, ,40 31, ,45 31,38 D Pengadaan Listrik dan ,72 0, ,47 0, ,19 0, ,49 0, ,11 0,13 Gas E Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, 6.685,27 0, ,12 0, ,85 0, ,33 0, ,41 0,04 Limbah dan Daur ulang F Konstruksi ,16 6, ,09 6, ,73 6, ,35 6, ,45 6,17 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi ,93 15, ,93 14, ,82 14, ,02 13, ,87 13,32 Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan ,73 2, ,18 2, ,24 2, ,09 2, ,27 2,46 Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan ,27 5, ,55 5, ,59 4, ,78 4, ,12 5,07 Minum J Informasi dan Komunikasi ,87 1, ,52 1, ,06 1, ,72 1, ,97 1,88 K Jasa keuangan dan ,01 2, ,48 2, ,53 2, ,57 2, ,17 2,48 Asuransi L Real Estat ,39 1, ,18 1, ,35 1, ,84 1, ,98 1,35 M,N Jasa Perusahaan ,53 0, ,75 0, ,59 0, ,40 0, ,70 0,28 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib ,38 3, ,06 3, ,68 3, ,40 3, ,37 3,36 P Jasa ,92 4, ,51 5,35 Pendidikan ,07 5, ,36 6, ,21 6,20 Q Jasa kesehatan ,59 1, ,82 1,20 dan Kegiatan ,55 1, ,16 1, ,17 1,32 Sosial R,S,T,U Jasa lainnya ,41 2, ,94 1, ,27 1, ,23 2, ,35 1,98 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) , , , , , Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2015 (diolah) *) Angka sementara; **) Angka sangat sementara II.23

24 Gambar 2.8 Nilai Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Juta Rupiah) Gambar 2.9 Kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 Dari Tabel 2.6; gambar 2.8 dan 2.9, kontribusi sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 yang terbesar dihasilkan oleh sektor industri pengolahan sebesar 31,38%, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 19,10%, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 13,32% dan sektor pendidikan sebesar 6,20%. Sedangkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun nilai dan kontribusi sektor PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.7; Gambar 2.10 dan 2.11 sebagai berikut : Tabel 2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Juta Rupiah) No A B C D Sektor * 2015** (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pertanian, Kehutanan ,59 20, ,30 19, ,64 18, ,43 17, ,44 17,10 dan Perikanan Pertambangan & Penggalian ,43 2, ,57 2, ,91 2, ,72 2, ,09 3,00 Industri pengolahan ,97 29, ,62 30, ,78 31, ,41 32, ,21 32,22 Pengadaan Listrik dan Gas ,07 0, ,88 0, ,90 0, ,43 0, ,36 0,17 II.24

25 No Sektor * 2015** (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pengadaan Air, E Pengolahan Sampah, 6.599,09 0, ,21 0, ,11 0, ,81 0, ,46 0,05 Limbah dan Daur ulang F Konstruksi ,85 6, ,39 6, ,74 6, ,86 6, ,22 6,06 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi ,26 15, ,45 15, ,33 15, ,66 14, ,90 14,70 Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan ,97 2, ,20 2, ,78 2, ,63 2, ,71 2,77 Penyediaan I Akomodasi ,56 5, ,42 5,33 dan Makan ,39 5, ,00 5, ,61 5,20 Minum J Informasi dan Komunikasi ,76 2, ,09 2, ,76 2, ,32 2, ,90 2,65 K Jasa keuangan dan ,64 2, ,55 2, ,28 2, ,95 2, ,00 2,36 Asuransi L Real Estat ,66 1, ,26 1, ,16 1, ,05 1, ,16 1,53 M,N Jasa Perusahaan ,05 0, ,76 0, ,19 0, ,86 0, ,03 0,28 Administrasi Pemerintahan, O Pertahanan ,98 3,74 3, ,14 3, ,00 3, ,07 3, ,94 dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan ,67 4, ,78 4, ,95 4, ,98 5, ,03 5,27 Q Jasa kesehatan dan Kegiatan ,00 1, ,83 1, ,32 1, ,81 1, ,04 1,27 Sosial R,S,T,U Jasa lainnya ,52 2, ,65 1, ,50 2, ,37 2, ,53 2,11 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) , , , , , Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2015 (diolah) *) Angka sementara; **) Angka sangat sementara Gambar 2.10 Nilai Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Juta Rupiah) II.25

26 Gambar 2.11 Kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 Dari Tabel 2.7; Gambar 2.10 dan 2.11, kontribusi Sektor dalam PDRB atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan tahun 2015 yang terbesar dihasilkan oleh sektor industri pengolahan sebesar 32,22%, kemudian sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 17,10%, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,70% dan sektor konstruksi sebesar 6,06%. Sedangkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun Perkembangan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.8; gambar 2.12 dan 2.13 sebagai berikut : Tabel 2.8 Perkembangan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Persen) No Sektor * 2015** Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 20,53 20,16 19,99 19,32 19,90 18,50 19,15 17,36 17,10 19,10 B Pertambangan & Penggalian 2,94 2,98 2,85 2,97 2,82 2,95 3,18 2,98 3,00 3,45 C Industri pengolahan 29,75 29,16 30,43 30,18 30,88 31,46 31,22 32,07 32,22 31,38 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,17 0,18 0,17 0,19 0,15 0,19 0,14 0,18 0,17 0,13 E Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, 0,06 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 0,04 0,05 0,05 0,04 Limbah dan Daur ulang F Konstruksi 6,23 6,32 6,22 6,27 6,10 6,14 6,17 6,12 6,06 6,17 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 15,57 15,91 14,82 15,41 14,38 15,13 13,66 14,84 14,70 13,32 dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan 2,37 2,52 2,33 2,55 2,33 2,63 2,45 2,74 2,77 2,46 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,21 5,38 5,00 5,33 4,89 5,13 4,98 5,16 5,20 5,07 J Informasi dan Komunikasi 1,99 2,10 1,95 2,19 1,88 2,25 1,88 2,48 2,65 1,88 K Jasa keuangan dan Asuransi 2,44 2,47 2,51 2,41 2,47 2,35 2,46 2,36 2,36 2,48 L Real Estat 1,42 1,47 1,37 1,47 1,34 1,48 1,34 1,50 1,53 1,35 M,N Jasa Perusahaan 0,23 0,23 0,23 0,24 0,26 0,26 0,27 0,27 0,28 0,28 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 3,57 3,74 3,65 3,57 3,56 3,44 3,40 3,26 3,27 3,36 Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 4,40 4,15 5,35 4,73 5,80 4,85 6,26 5,20 5,27 6,20 Q Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,08 1,07 1,20 1,14 1,24 1,16 1,35 1,29 1,27 1,32 R,S,T,U Jasa lainnya 2,04 2,09 1,88 1,97 1,95 2,05 2,03 2,13 2,11 1,98 II.26

27 No Sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2015 (diolah) * 2015** Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) Hb (%) Hk (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 *) Angka sementara; **) Angka sangat sementara Gambar 2.12 Perkembangan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Hb) Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Persen) Gambar 2.13 Perkembangan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Konstan (Hk) Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Persen) b. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi diperoleh dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Laju pertumbuhan tersebut dihitung dengan cara mengurangi nilai PDRB pada tahun ke-n terhadap nilai pada tahun ke n-1 (tahun sebelumnya), dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan menunjukkan perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap waktu sebelumnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB Harga Konstan) Kabupaten Pekalongan dapat dijelaskan dalam tabel 2.9 dan grafik pada gambar 2.14 di bawah ini. II.27

28 Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (%) No Sektor A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0,64 0,46 1,49-1,39 3,03 B Pertambangan & Penggalian 3,54 4,57 5,00 6,16 5,44 C Industri pengolahan 7,93 8,48 10,49 7,02 5,24 D Pengadaan Listrik dan Gas 7,99 11,49 7,35 0,83-2,43 E Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur ulang 3,08-6,27-3,09 4,00 2,46 F Konstruksi 1,38 3,97 3,79 4,50 3,88 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,39 1,52 4,00 2,93 3,80 H Transportasi dan Pergudangan 3,82 6,34 9,09 9,38 5,90 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,74 3,86 2,01 5,69 5,47 J Informasi dan Komunikasi 8,80 9,15 8,93 15,86 11,81 K Jasa keuangan dan Asuransi 4,71 1,93 3,34 5,50 4,92 L Real Estat 6,16 4,40 7,04 6,60 6,49 M,N Jasa Perusahaan 11,28 5,89 15,18 11,12 8,03 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 0,55 0,17 1,92-0,42 5,06 Wajib P Jasa Pendidikan 21,63 19,45 8,77 12,50 6,18 Q Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 13,01 11,54 7,48 14,37 5,16 R,S,T,U Jasa lainnya 1,93-1,35 10,07 9,00 4,07 Laju Pertumbuhan Riil PDRB 5,66 4,81 5,99 4,95 4,78 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2015 (diolah) *) Angka sementara; **) Angka sangat sementara Gambar 2.14 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (%) Dalam Kurun waktu lima tahun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan sebesar 5,66% lebih cepat jika dibanding tahun 2012 yaitu 4,81%, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 5,99% lebih cepat dibanding tahun Pada tahun 2015 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan mencapai 4,78%, lebih lambat dibandingkan tahun 2014 dengan pertumbuhan 4,95%. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh sektor informasi dan komunikasi sebesar 11,81%. Sedangkan sektor pengadaan listrik dan gas mengalami pertumbuhan negatif yaitu sebesar 2,43%. II.28

29 c. Laju Inflasi Laju inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Sepanjang kurun tahun 2011 dan 2012, laju inflasi Kabupaten Pekalongan berada dibawah laju inflasi Provinsi dan nasional, sedangkan Pada tahun 2013 laju inflasi Kabupaten Pekalongan sebesar 8,18 % berada diatas laju inflasi Provinsi yaitu 7,99 dan dibawah laju inflsi nasional yaitu 8,38. Pada tahun 2015 di Kabupaten Pekalongan telah terjadi inflasi sebesar 3,42%. Secara umum laju inflasi di tahun 2015 menurun dibandingkan tahun 2014 baik itu di Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, Namun demikian laju inflasi di Kabupaten Pekalongan lebih tinggi dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Inflasi yang terjadi terutama disebabkan naiknya harga-harga atau indeks pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau karena kenaikan harga komoditas beras dan sayur-sayuran serta makanan jadi dan minuman. Perbandingan Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun dapat dilihat dalam Tabel 2.10 dan Gambar 2.15 di bawah ini : Tabel 2.10 Laju Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Uraian Laju Inflasi (%) Kab. Pekalongan 2,65 2,98 8,18 8,32 3,42 Jawa Tengah 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73 Nasional 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan; Provinsi Jawa Tengah, 2015 Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah, BPS Kab. Pekalongan, 2015 Gambar 2.15 Laju Inflasi Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun II.29

30 d. PDRB Per kapita PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB perkapita. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 2.11, gambar 2.16 dan 2.17 di bawah ini. Tabel 2.11 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha Kabupaten PekalonganTahun 2011 s.d 2015 (Juta Rupiah) No Sektor * 2015** A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,79 2,93 3,18 3,37 3,66 B Pertambangan & Penggalian 0,40 0,42 0,45 0,56 0,66 C Industri pengolahan 4,04 4,46 4,93 5,50 6,01 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 E Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur ulang 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 F Konstruksi 0,85 0,91 0,97 1,09 1,18 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,11 2,17 2,30 2,41 2,55 H Transportasi dan Pergudangan 0,32 0,34 0,37 0,43 0,47 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,71 0,73 0,78 0,88 0,97 J Informasi dan Komunikasi 0,27 0,28 0,30 0,33 0,36 K Jasa keuangan dan Asuransi 0,33 0,37 0,39 0,43 0,47 L Real Estat 0,19 0,20 0,21 0,24 0,26 M,N Jasa Perusahaan 0,03 0,03 0,04 0,05 0,05 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,48 0,53 0,57 0,60 0,64 P Jasa Pendidikan 0,60 0,78 0,93 1,10 1,19 Q Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,15 0,18 0,20 0,24 0,25 R,S,T,U Jasa lainnya 0,28 0,28 0,31 0,36 0,38 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita 13,57 14,64 15,98 17,56 19,14 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2015 (diolah) *) Angka sementara; **) Angka sangat sementara Gambar 2.16 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Juta Rupiah) II.30

31 Gambar 2.17 PDRB Per Kapita Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 s.d 2015 (Juta Rupiah) Pada tahun 2015, PDRB per kapita Kabupaten Pekalongan mencapai rupiah dengan pertumbuhan sebesar 9,01 persen. Pertumbuhan PDRB per kapita tahun 2011 meningkat 11,17 persen, pada tahun 2012 menurun sebesar 7,90 persen, tahun 2013 sebesar 9,14 persen dan pertumbuhan tahun 2014 sebesar 9.90 persen. e. Pemerataan Pendapatan berdasarkan Indeks Gini Selama kurun waktu tahun perkembangan Indeks Gini di Kabupaten Pekalongan menunjukkan angka yang cenderung semakin meningkat, namun hal tersebut menggambarkan kondisi ketimpangan pendapatan antar masyarakat di Jawa Tengah semakin melebar walaupun nilainya tidak begitu besar. Indeks Gini pada tahun 2012 sebesar 0,28 turun menjadi 0,28 pada tahun 2013 kemudian naik sebesar 0,29 di Tahun Selengkapnya perkembangan Indeks Gini di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.12 Indeks Gini Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Daerah Indeks Gini Kab. Pekalongan 0,28 0,28 0,27 0,29 Jawa Tengah 0,346 0,38 0,387 0,37 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 f. Pemerataan Pendapatan versi Bank Dunia Berdasarkan kriteria Bank Dunia distribusi pendapatan penduduk Jawa Tengah dapat diukur menjadi tiga kelompok pendapatan. Sesuai kriteria Bank Dunia tahun 2013, distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Pekalongan tergolong merata dengan posisi ketimpangan rendah. Pemerataan pendapatan penduduk Kabupaten Pekalongan versi Bank Dunia dapat dilihat pada Tabel II.31

32 Tabel 2.13 Pemerataan Pendapatan Penduduk versi Bank Dunia Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun No. Tahun Kriteria Bank Dunia Kabupaten Pekalongan Kriteria Bank Dunia Provinsi Jawa Tengah 40% I 40% II 20% III 40% I 40% II 20% III ,53 36,29 42,18 18,64 34,66 46, ,01 35,35 43,65 18,54 34,63 46, ,10 37,99 37,91 18,38 34,55 47, ,83 36,16 40,01 18,59 35,39 46,02 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 Dari tabel 2.13 di atas untuk pemerataan pendapatan versi Bank Dunia untuk Kabupaten Pekalongan di Tahun 2014 angka 23,83% pendapatan dinikmati oleh 40% penduduk berpenghasilan rendah, sebesar 36,16% oleh 40% penduduk berpenghasilan menengah dan sebesar 40,01% oleh 20% penduduk berpenghasilan tinggi. Capaian tersebut lebih baik dari pada tahun 2011 dimana tercatat 42,18% dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tinggi. g. Indeks Ketimpangan Williamson Indeks Wlliamson sebagai ukuran untuk menggambarkan ketimpangan/kesenjangan ekonomi antar wilayah dengan memakai perhitungan pendapatan per kapita pada masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Pekalongan. Kriteria pengukuran kesenjangan antar wilayah berdasarkan metode Williamson adalah antara 0 1. Jika indeks mendekati nol (0) maka tingkat kesenjangan ekonomi antar daerah rendah dan pemerataan telah tercapai, begitu juga sebaliknya jika indeks mendekati satu (1) maka pemerataan belum tercapai di daerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 2.14 berikut ini. Tabel 2.14 Indeks Williamson Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Daerah Indeks Williamson Kab. Pekalongan 0,49 0, Jawa Tengah 0,6973 0,6356 0,6305 0,6272 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 h. Persentase Penduduk Miskin Penduduk miskin adalah Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan menggambarkan batas minimum pengeluaran perkapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan yang memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak. Adapun Garis kemiskinan di Kabupaten Pekalongan Tahun dapat dilihat pada tabel 2.15 dan gambar di bawah ini. Tabel 2.15 Garis kemiskinan Kabupaten Pekalongan Tahun No Indikator Garis Kemiskinan (perkapita / bulan) Sumber : TNP2K, II.32

33 Garis Kemiskinan di Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 sebesar Rp ,00 naik sebesar 27,14 % dari tahun Rata rata kenaikan Garis Kemiskinan pada tahun sebesar Rp ,00. Gambar 2.18 Garis kemiskinan Kabupaten Pekalongan Tahun Sedangkan persentase penduduk miskin Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.16 dan gambar 2.19 di bawah ini. Tabel 2.16 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Daerah Persentase Penduduk Miskin (%) Kab. Pekalongan 15,00 13,85 13,51 12,57 12,84 Jawa Tengah 16,21 14,98 14,44 13,58 13,32 Nasional 11,86 11,66 11,47 10,96 11,13 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2016 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.19 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun II.33

34 Persentase penduduk miskin di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 sebesar 12,84 %, cenderung turun dari Tahun 2011 sebesar 15,00 dan berada di bawah rata rata Jawa Tengah yaitu 13,32%. Namun rata-rata penurunan persentase penduduk miskin Kabupaten Pekalongan pada tahun sebesar 0,54% masih lebih rendah dari capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu 0,72%. Jumlah Rumah Tangga dan Individu menurut status kesejahteraan berdasarkan PPLS 2011 dan BDT 2015 dapat di dilihat dalam tabel Tabel 2.17 Jumlah Rumah Tangga dan Individu menurut status kesejahteraan Status Kesejahteraan Rumah Tangga PPLS 2011 BDT 2015 Individu Rumah Tangga Individu Desil Desil Desil Desil Sumber : Bappeda Kab. Pekalongan, 2016 (Diolah) Jika disandingkan status kesejahteraan antara PPLS 2011 dan BDT 2015 terdapat peningkatan Jumlah Rumah Tangga pada desil 1 dan 2. Sedangkan untuk jumlah individu terdapat penurunan pada desil 1 dan 3 namun terdapat peningkatan pada desil 2 i. Angka Kriminalitas yang tertangani Dinamika perkembangan Kabupaten Pekalongan dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu meningkatnya angka kriminalitas. Angka kriminalitas pada suatu daerah semakin rendah menggambarkan tingginya rasa aman masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Tingkat kriminalitas di Kabupaten Pekalongan selama 5 (lima) tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut menandakan kondisi yang aman, nyaman dan tenteram, tidak adanya gejolak di masyarakat. Upaya penanggulangan kejahatan telah dan terus dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan sambil terus menerus mencari cara paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Langkah-langkah preventif sebagai upaya penanggulangan terhadap tindak pidana antara lain (1) peningkatan kesejahteraan rakyat untuk mengurangi pengangguran, yang dengan sendirinya akan mengurangi kejahatan; (2) memperbaiki sistem administrasi dan pengawasan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan; (3) peningkatan penyuluhan hukum untuk memeratakan kesadaran; (4) menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk lebih meningkatkan tindakan represif maupun preventif; dan (5) meningkatkan ketangguhan moral serta profesionalisme bagi para pelaksana penegak hukum Angka Kriminalitas yang tertangani sebagaimana terlihat pada Tabel 2.18 dan gambar 2.20 di bawah ini : II.34

35 Tabel 2.18 Jumlah Tindak Kriminal di Kabupaten Pekalongan Tahun No. Tahun Jumlah Tindak Kriminal Lapor Selesai % , , , , ,04 Sumber : Polres Pekalongan, 2016 Gambar 2.20 Jumlah Tindak Kriminal di Kabupaten Pekalongan Tahun Pada tebel 2.18 dan gambar 2.20 menunjukkan bahwa jumlah tindak kriminal di Kabupaten Pekalongan yang dilaporkan paling banyak terjadi pada tahun 2012 sebesar 230 kasus, sedangkan terendah terjadi pada tahun 2015 sebanyak 113 kasus. Tindak kriminal di Kabupaten Pekalongan yang dapat diselesaikan setiap tahunnya sekitar % kasus, dengan penyelesaian tertinggi pada tahun 2015 sebesar 92,04%. 2. Fokus Kesejahteraan Sosial a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan metode penghitungan direvisi pada tahun BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standard hidup layak (decent standard of living). Umur panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani II.35

36 pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli. IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks. Perkembangan IPM Kabupaten Pekalongan dalam kurun waktu cenderung meningkat, namun demikian apabila dibandingkan dengan IPM Jawa Tengah tahun 2015 yang mencapai 69,49, IPM Kabupaten Pekalongan tahun 2015 lebih rendah (67,40). Perkembangan IPM Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.19 dan grafik pada gambar 2.21 di bawah ini. Tabel 2.19 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Metode Baru Kabupaten Pekalongan dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun *) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Daerah Kab. Pekalongan 64,72 65,33 66,26 66,98 67,40 Jawa Tengah 66,64 67,21 68,02 68,78 69,49 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.21 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Metode Baru Kabupaten Pekalongan dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun Dari Tabel 2.19 dan Gambar 2.21 menunjukkan secara umum, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Pekalongan terus mengalami kemajuan selama periode 2011 hingga IPM Kabupaten Pekalongan meningkat dari 64,72 pada tahun 2011 menjadi 67,40 pada tahun Pada periode , IPM Kabupaten Pekalongan meningkat 0,42 poin. Peningkatan pada periode tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode , yang naik sebesar 0,72 poin. Meskipun selama periode 2011 hingga 2015 IPM kabupaten Pekalongan menunjukkan kemajuan yang besar, status pembangunan manusia kabupaten Pekalongan masih stagnan. Hingga saat ini, pembangunan manusia kabupaten Pekalongan masih berstatus sedang, dan masih sama sejak tahun 2011 (kelompok sedang : 60 IPM<70). II.36

37 Sedangkan apabila dlihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi IPM Kabupaten Pekalongan Tahun dapat dilihat pada tabel Tabel 2.20 Capaian IPM Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun AHH Harapan Lama Sekolah/EYS Rata-rata Lama Sekolah/MYS Pengeluaran IPM ,15 10,99 6, , ,23 11,17 6, , ,30 11,55 6, , ,33 11,93 6, , ,35 12,00 6, ,40 Sumber : BPS Kab. Pekalongan dan BPS Prov. Jawa Tengah, 2016 (diolah) b. Angka Harapan Hidup (AHH) Angka Harapan hidup (AHH) adalah rata-rata jumlah tahun hidup yang diperkirakan dapat ditempuh oleh seseorang. AHH merupakan indikator penting yang mencerminkan taraf kesehatan masyarakat di suatu wilayah sebagai dampak dari pelaksanaan hasil pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Dalam kurun waktu Tahun , AHH di Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan dari 73,15 tahun pada tahun 2011 menjadi sebesar 73,35 tahun pada tahun Namun angka tersebut masih di bawah angka Provinsi Jawa Tengah yaitu 73,96 tahun. Perkembangan AHH Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.21 dan grafik pada gambar di bawah ini : Tabel 2.21 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Daerah Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) Kab. Pekalongan 73,15 73,23 73,30 73,33 73,35 Jawa Tengah 72,91 73,09 73,28 73,88 73,96 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.22 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun II.37

38 Dari tabel 2.26 dapat dilihat bahwa secara umum tren AHH cenderung mengalami peningkatan dari periode 2011 hingga Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang kesehatan di Kabupaten Pekalongan telah berdampak pada kualitas kesehatan penduduk. c. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun dapat dilihat pada Tabel 2.22 dan Gambar 2.23 di bawah ini : Tabel 2.22 Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Daerah Angka Harapan Lama Sekolah (Tahun) Kab. Pekalongan 10,99 11,17 11,55 11,93 12,00 Jawa Tengah 11,18 11,39 11,89 12,17 12,38 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.23 Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Dari Tabel 2.22 dan Gambar 2.23 di atas terlihat bahwa Harapan Lama Sekolah Kabupaten Pekalongan tahun 2015 sebesar 12,00 tahun masih lebih rendah dari capaian Provinsi Jawa Tengah sebesar 12,38 tahun. Rata rata peningkatan HLS dari tahun Kabupaten Pekalongan sebesar 0,2525 tahun masih lebih rendah dari capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu 0,3 tahun. Rata-rata pertumbuhan HLS per tahun dari Kabupaten Pekalongan 3,39 % dan Provinsi Jawa II.38

39 Tengah 2,42 %. Meskipun capaian HLS Kabupaten Pekalongan di bawah Jawa Tengah, namun peningkatan HLS nya lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah. d. Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. Perkembangan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.23 dan Gambar 2.24 di bawah ini : Tabel 2.23 Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kab. Pekalongan dan Prov. Jawa Tengah Tahun Daerah Angka Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Kab. Pekalongan 6,04 6,15 6,37 6,53 6,55 Jawa Tengah 6,74 6,77 6,80 6,93 6,93 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.24 Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kab. Pekalongan dan Prov. Jawa Tengah Tahun Dalam kurun waktu Tahun , Angka Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 sebesar 6,55 tahun meningkat dari Tahun 2011 sebesar 6,04. Meskipun capaian RLS Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 di bawah Jawa Tengah, namun peningkatan rata-rata lama sekolah Kabupaten Pekalongan jauh lebih cepat dibandingkan Jawa Tengah. Rata-rata peningkatan RLS Kabupaten Pekalongan per tahun dari sebesar 0,16 tahun dan Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,06 tahun. e. Pengeluaran Perkapita disesuaikan (PPP) Pengeluaran per kapita (PPP) yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar II.39

40 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao. Pengeluaran rumah tangga yang terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Pengeluaran per kapita menjadi salah satu ukuran tingkat kesejahteraan hidup masyarakat di suatu daerah. Pengeluaran Perkapita di Kabupaten Pekalongan cenderung meningkat dalam kurun waktu yaitu dari Rp ,00 tahun 2011 menjadi Rp ,00 tahun 2014 dan mengalami penurunan sebesar Rp ,00 tahun Capaian kinerja tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat Kabupaten Pekalongan. Perkembangan pengeluaran per kapita (disesuaikan) Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel 2.24 dan gambar Tabel 2.24 Pengeluaran Perkapita (Disesuaikan) Kab. Pekalongan dan Prov. Jawa Tengah Tahun Daerah Pengeluaran Perkapita (Ribu Rupiah/Orang/Tahun) Kab. Pekalongan Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.25 Pengeluaran Perkapita (Disesuaikan) Kab. Pekalongan dan Prov. Jawa Tengah Tahun Dari Tabel 2.24 dan gambar 2.25 menunjukkan rata-rata pertumbuhan pengeluaran per kapita (disesuaikan) per tahun dari Kab. Pekalongan sebesar 1,59 % dan Jawa Tengah sebesar 1,80 %. Laju pertumbuhan PPP Kabupaten Pekalongan di bawah pencapaian Provinsi Jawa Tengah, namun lebih tinggi dari Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengeluaran perkapita semakin meningkat. Namun peningkatan daya beli rumah tangga masih di bawah Provinsi Jawa Tengah. f. Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Dalam upaya mewujudkan kesetaraan gender di segala bidang pembangunan, Pemerintah Kabupaten Pekalongan telah mengimplementasikan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam seluruh bidang pembangunan. II.40

41 Terkait pelaksanaan PUG, tolok ukur untuk melihat keberhasilan peningkatan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan adalah dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IPG memiliki indikator komposit yang sama dengan IPM, perbedaannya adalah IPG telah dipilah berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan IDG diukur dengan memperhatikan indikator komposit Tenaga Manager Profesional, Administrasi, Teknisi, Perempuan di Parlemen dan Perempuan dalam Angkatan Kerja yang terpilah antara laki-laki dan perempuan. 1) Indeks Pembangunan Gender (IPG) IPG merupakan ukuran pembangunan manusia yang merupakan komposit dari indikator umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life); pengetahuan (knowledge); dan standar hidup layak (decent standard of living), yang lebih menekankan status perempuan khususnya dalam mengukur kemampuan dasar. Pada tahun 2014, UNDP kembali melakukan penghitungan IPG dengan menggunakan metode baru. Perubahan metode ini merupakan penyesuaian dengan perubahan yang terjadi pada IPM. Pada metode baru, interpretasi dari angka IPG berubah. Interpretasi angka IPG tidak perlu dibandingkan lagi dengan angka IPM. Semakin kecil jarak angka IPG dengan nilai 100, maka semakin setara pembangunan antara laki-laki dengan perempuan. Namun semakin besar jarak angka IPG dengan nilai 100, maka semakin terjadi ketimpangan pembangunan antara laki-laki dengan perempuan. Angka 100 dijadikan patokan untuk menginterpretasikan angka IPG karena angka tersebut merupakan nilai rasio paling sempurna. Perbandingan Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Pekalongan dengan Kabupaten/Kota Sekitar Tahun dapat dilihat dalam tabel 2.25 dan gambar 2.26 berikut : Tabel 2.25 Perbandingan Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Pekalongan dengan Kabupaten/Kota Sekitar Tahun No Daerah Indeks Pembangunan Gender (IPG) Purbalingga 88,51 88,93 89,12 90,12 90,74 2 Banjarnegara 91,26 91,64 92,51 94,97 94,98 3 Batang 88,66 88,98 89,90 90,79 90,99 4 Pekalongan 91,12 91,45 91,65 91,88 91,84 5 Pemalang 80,51 83,13 83,51 83,85 84,46 6 Kota Pekalongan 93,55 94,31 94,62 94,65 94,71 Jawa Tengah 90,92 91,12 91,50 91,89 92,21 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.26 Perbandingan Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Pekalongan dengan Provinsi Jawa Tengah II.41

42 Dari tabel 2.25 dan gambar 2.26 di atas capaian IPG Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun semakin meningkat. IPG tahun 2011 mencapai 91,12, tahun 2012 mencapai 91,45, tahun 2013 mencapai 91,65, tahun 2014 mencapai 91,88 dan tahun 2015 sedikit turun mencapai 91,84. Bila dibandingkan dengan IPG dengan kabupaten/kota sekitar, capaian IPG Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 termasuk kategori menengah. 2) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) IDG Kabupaten Pekalongan bersifat fluktuatif, naik dari kemudian turun pada tahun tahun 2011 sebesar 56,81, naik tahun 2012 menjadi 57,35 dan naik signifikan tahun 2013 menjadi 67,03 dan pada tahun 2014 IDG turun menjadi 66,84. Selanjutnya naik sebesar 68,09 di Tahun Capaian tersebut bila dibandingkan dengan kabupaten/kota tetangga lebih rendah dari Kabupaten Batang (68,12) dan Kabupaten Pemalang (68,73) dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten Banjarnegara (65,72) dan Kota Pekalongan (67,44). Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 2.26 dan grafik pada gambar 2.27 berikut : Tabel 2.26 Perbandingan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Pekalongan dengan Kabupaten/Kota sekitar Tahun No Daerah Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Pemalang 69,95 68,20 70,21 68,41 68,73 2 Kota Pekalongan 68,44 66,22 68,67 63,88 67,44 3 Pekalongan 56,81 57,35 67,03 66,84 68,09 4 Batang 64,74 64,48 65,62 66,61 68,12 5 Banjarnegara 59,23 61,07 61,03 67,78 65,72 Jawa Tengah 68,99 70,82 71,22 74,46 74,80 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 Gambar 2.27 Perbandingan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kabupaten Pekalongan dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun Dari Tabel 2.26 dan Gambar 2.27 diatas menunjukkan grafik perbandingan indeks pemberdayaan gender antara Kabupaten Pekalongan dengan Provinsi Jawa Tengah. Indeks pemberdayaan gender Kabupaten Pekalongan masih berada di bawah indeks pemberdayaan gender Provinsi Jawa Tengah. II.42

43 Capaian IPG dan IDG Kabupaten Pekalongan selama 5 tahun ( ) terus mengalami peningkatan/membaik, namun semuanya masih di bawah capaian rerata Provinsi Jawa Tengah. Apabila dianalisis lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa kinerja pencapaian IPG dan IDG di Kabupaten Pekalongan masih belum optimal. Idealnya nilai IPG dapat mendekati/sama dengan nilai 100 atau dapat dinyatakan telah terjadi kesetaraan dan keadilan gender. Kenyataannya pada tahun 2015 IPG Kabupaten Pekalongan sebesar 91,84 masih di bawah 100 yang mengindikasikan masih terjadi kesenjangan gender. g. Pendidikan 1) Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Secara lengkap, Perkembangan APK Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah untuk semua jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.27, Gambar 2.28; 2.29 dan Tabel 2.27 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun NO. TAHUN SD/MI (%) SMP/MTS (%) SMA/SMK/MA (%) KAB. PROV. KAB. PROV. KAB. PROV ,57 114,93 99,43 99,72 61,13 64, ,59 109,06 99,48 100,50 65,07 67, ,00 109,08 99,71 100,52 66,31 70, ,34 109,10 99,84 100,54 67,66 73, ,73 110,36 99,85 91,40 67,96 82,18 Sumber Dindikbud Kab. Pekalongan dan Dindik Prov Jateng, 2016 Gambar 2.28 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI Gambar 2.29 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs II.43

44 Gambar 2.30 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK Dari Tabel 2.27, Gambar 2.28; 2.29 dan 2.30, dalam kurun waktu Tahun , Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Pekalongan untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah cenderung meningkat. Untuk jenjang SD/MI Tahun 2015 sebesar 103,73% meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 102,57%. Untuk jenjang SMP/MTs Tahun 2015 sebesar 99,85% meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 99,43%. Untuk jenjang SMA/SMK/MA Tahun 2015 sebesar 67,96% meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 61,13%. Walaupun mengalami peningkatan selama 5 tahun, namun masih perlu upaya peningkatan APK khususnya untuk jenjang SMA/SMK/MA. 2) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. Secara lengkap, Perkembangan APM Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah untuk semua jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.28, Gambar 2.31; 2.32 dan 2.33.di bawah ini : Tabel 2.28 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun NO. TAHUN SD/MI (%) SMP/MTS (%) SMA/SMK/MA (%) KAB. PROV. KAB. PROV. KAB. PROV ,26 96,04 75,55 78,33 40,95 51, ,33 98,30 75,56 78,92 43,76 53, ,15 98,60 81,19 79,00 45,21 55, ,46 98,32 81,32 77,83 46,73 59, ,61 96,57 81,34 81,34 46,93 58,27 Sumber Dindikbud Kab. Pekalongan dan Dindik Prov Jateng, 2016 II.44

45 Gambar 2.31 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 2.32 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 2.33 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Dari Tabel 2.28, Gambar 2.31; 2.32 dan 2.33, dalam kurun waktu Tahun , Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Pekalongan untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah terus mengalami peningkatan. Untuk jenjang SD/MI Tahun 2015 sebesar 92,61% meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 87,26%. Untuk jenjang SMP/MTs Tahun 2015 sebesar 81,34% II.45

46 meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 75,55%. Untuk jenjang SMA/SMK/MA Tahun 2015 sebesar 46,93% meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 40,95%. Namun demikian masih menjadi tugas Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk meningkatkan APM untuk menuntaskan program pendidikan dasar. 3) Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) Sejalan dengan capaian angka rata-rata lama sekolah, angka pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator untuk mengukur kualias sumber daya manusia di Kabupaten Pekalongan. APT adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Perkembangan Angka Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 2.29 dan 2.30 di bawah ini : Tabel 2.29 Perkembangan Angka Pendidikan yang Ditamatkan Berdasarkan Penduduk Usia Kerja (15-64 Th) Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun Jumlah Penduduk Usia Kerja (15-64 Th) Tidak/Blm Tamat SD Pendidikan tertinggi yang ditamatkan (jiwa) SD SLTP SLTA /SMK Dipl. I/II Dipl. III S1/Dipl. IV Jumlah Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Tabel 2.30 Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) Kabupaten Pekalongan Tahun Jumlah Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) (%) Penduduk Tahun Jumlah Usia Kerja Tidak/Blm SLTA Dipl. Dipl. S1/Dipl. SD SLTP (15-64 Th) Tamat SD /SMK I/II III IV ,73 54,22 22,14 13,00 0,84 0,92 1, ,56 54,42 22,23 13,04 0,83 0,91 1, ,10 53,81 21,98 12,90 0,82 0,90 1, ,14 53,66 21,92 12,86 0,82 0,90 1, ,21 53,53 21,87 12,83 0,82 0,90 1, Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Dari Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) selama tahun di Kabupaten Pekalongan sebagian besar penduduk hanya menamatkan SD yaitu sebesar 53,53% di Tahun Untuk SMP baru 21,87%, sehingga ini merupakan pekerjaan yang harus dituntaskan untuk memenuhi Wajib belajar 9 Tahun. II.46

47 h. Kesehatan 1) Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Pekalongan terus mengalami penurunan, pada tahun 2011 AKB sebesar 8.5 per kelahiran hidup, ada kenaikan di tahun 2012 (10.98) namun pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 7.25 per1.000 KH dan naik lagi sebesar 8,07 per1.000 KH di tahun Penyebab terbesar kematian bayi adalah BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) sekitar 25,86%, disusul kasus Akfisia (sesak napas) sebesar 23,28%, Diare 1.72%, Pneumonia 2,59%, Sepsis 2,59% sedangkan sisanya 43.97% kasus lainnya (Infeksi, kongenital,ikterus,dll). Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.31 dan grafik pada gambar 2.34 di bawah ini : Tabel 2.31 Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Daerah AKB (per KLH) Kab. Pekalongan 8,5 10,98 9,92 7,25 8,07 Jawa Tengah 10,34 10,75 10,41 10,08 7,2 Sumber : Dinkes Kab. Pekalongan dan Dinkes Prov. Jateng, 2016 Gambar 2.34 Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah. 2) Kasus Kematian Ibu Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Pekalongan selama periode bersifat fluktuatif, pada tahun 2011 sebesar 17, meningkat pada tahun 2012 menjadi 31, turun pada tahun 2013 menjadi 29, naik pada tahun 2014 menjadi 39. Dengan adanya pendampingan EMAS, kasus kematian ibu dapat ditekan di tahun 2015 menjadi 22 kasus. II.47

48 Penyebab terbesar kematian Ibu hamil antara lain dari 39 kematian ibu di Tahun 2014, 16 diantaranya disebabkan keracunan kehamilan, 6 disebabkan pendarahan, 4 kasus jantung/decomp, 3 karena Infeksi, 2 karena TB paru dan sisanya karena penyakit penyerta lainnya (8 kasus). Perkembangan Kasus Kematian Ibu melahirkan di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.32 dan grafik pada gambar 2.35 di bawah ini : Tabel 2.32 Kasus Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Daerah Kasus Kematian Ibu Kab. Pekalongan Jawa Tengah Sumber : Dinkes Kab. Pekalongan dan Dinkes Prov. Jateng, 2016 Gambar 2.35 Kasus Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Tingginya Kasus Kematian Ibu melahirkan di Kabupaten Pekalongan menunjukkan belum optimalnya program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran. 3) Persentase Balita Gizi Buruk Persentase Balita gizi buruk di Kabupaten Pekalongan Tahun bersifat fluktuatif, dari 0,10 di tahun 2011 turun/ membaik menjadi 0,08 namun naik/ memburuk di tahun 2013 menjadi 0,70 kemudian turun di tahun 2014 menjadi 0,09 dan turun lagi di tahun 2015 menjadi 0,07. Secara Rinci persentase balita gizi buruk dapat dilihat pada tabel 2.33 di bawah ini. II.48

49 Tabel 2.33 Persentase Balita Gizi Buruk Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Daerah Balita Gizi Buruk (%) Kab. Pekalongan Jawa Tengah 0,12 0,04 0,03 0,03 0,04 Sumber : Dinkes Kab. Pekalongan dan Dinkes Prov. Jateng, 2016 Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya.penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal. 3. Fokus Seni Budaya dan Olah Raga Kondisi lain dalam fokus kesejahteraan sosial adalah usaha meningkatkan ekspresi masyarakat dalam melestarikan seni budaya dan olahraga. Beberapa kegiatan untuk pelestarian dan aktualisasi adat budaya daerah adalah dengan penyelenggaraan acara Syawalan, Grebeg Maulud, Malam Paingan, pemberian dukungan penghargaan dan kerjasama di bidang budaya, pengembangan kesenian dan kebudayaan daerah dengan pagelaran wayang kulit. Sedangkan dalam bidang olahraga di Kabupaten Pekalongan mulai mengalami peningkatan dalam pembinaan, pembangunan kelengkapan sarana prasarana, kemajuan prestasi dan penghargaan. Aktivitas olahraga tidak hanya berakhir pada pencapaian prestasi yang tinggi yang diukur dengan medali, namun olahraga merupakan wahana untuk peningkatan kualitas hidup manusia yang menyangkut fisik, mental, emosional dan sosial. Olahraga merupakan alat pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat. Secara Rinci Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel 2.34 di bawah ini. Tabel 2.34 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Jumlah grup kesenian per pddk Jumlah gedung kesenian per pddk Jumlah klub olahraga per pddk Jumlah gedung olahraga per pddk Sumber : Dindikbud, Dinporapar Kab. Pekalongan, 2016 C. ASPEK PELAYANAN UMUM 1. Fokus Layanan Urusan Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar a. Pendidikan 1) Pendidikan Dasar a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. II.49

50 Naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah. Secara Rinci Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel 2.35, gambar 2.36 dan Tabel 2.35 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun No Uraian APS Kab. Pekalongan 1 SD/MI (7-12 tahun) 97,81 99,01 99,46 99,50 2 SLTP/MTs (13-15 tahun) 76,16 83,59 86,39 91,00 APS Provinsi Jawa Tengah 1 SD/MI (7-12 tahun) 98,62 98,87 99,28 99,51 2 SLTP/MTs (13-15 tahun) 88,39 89,59 90,73 94,85 Sumber : BPS Kab. Pekalongan; BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.36 Angka Partisipasi Sekolah (APS) SD/MI Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 2.37 Angka Partisipasi Sekolah (APS) SLTP/MTs Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah Tahun II.50

51 b) Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah adalah indikator untuk mengukur kemampuan jumlah sekolah dalam menampung penduduk usia sekolah. Rasio ini bisa diartikan jumlah sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per jumlah penduduk usia sekolah. Data selengkapnya terkait jumlah sekolah, penduduk usia sekolah dan rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Pekalongan jenjang pendidikan dasar dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.36 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Jumlah SD/MI Jumlah penduduk usia 7-12 th Rasio SD/MI per penduduk usia 7-12 tahun 66,31 67,19 67,48 67,59 65,00 1 Jumlah SMP/MTs Jumlah penduduk kelompok usia th Rasio SMP/MTS per penduduk usia tahun 22,29 22,60 22,69 22,83 23,18 Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 Berdasarkan data rasio ketersediaan sekolah SD/MI per penduduk usia 7-12 tahun, pada kurun waktu tahun , rasio tersebut mengalami penurunan dari 66,31 menjadi 65,00. Hal ini disebabkan karena terjadi regrouping. Untuk SMP/MTs, meningkat dari 22,29 menjadi 23,18. c) Rasio Guru terhadap Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Perkembangan rasio guru dan murid di Kabupaten Pekalongan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.37, Gambar 2.38 dan Tabel 2.37 Rasio Guru terhadap Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI a Jumlah Guru b Jumlah Murid c Rasio 16,41 15,54 15,76 14,37 16,29 2 SMP/MTs a Jumlah Guru b Jumlah Murid c Rasio 15,90 15,08 15,95 16,99 19,75 Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 II.51

52 Gambar 2.38 Rasio Guru terhadap Murid SD/MI Kabupaten pekalongan Tahun Gambar 2.39 Rasio Guru terhadap Murid SMP/MTs Kabupaten Pekalongan Tahun Dari Tabel 2.37, Gambar 2.38; dan 2.39, dalam kurun waktu Tahun , rasio guru terhadap murid SD/MI di Kabupaten Pekalongan turun dari 16,41 di Tahun 2011 menjadi 16,29 di Tahun 2015, sedangkan untuk jenjang SMP/MTs, yaitu rasio yang naik dari 15,90 pada tahun 2011 menjadi 19,75 pada tahun Rasio Guru dan Murid baik untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Pekalongan menunjukan bahwa ketersediaan guru tidak menjadi permasalahan. Permasalahan yang ada adalah belum terwujudnya pemerataan distribusi guru khususnya antara wilayah perkotaan dan pedesaan. II.52

53 d) Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata-Rata Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah perbandingan antara jumlah guru per kelas dengan jumlah murid dalam satuan pendidikan tertentu. Perkembangan rasio guru terhadap murid per kelas ratarata di Kabupaten Pekalongan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.38 Rasio Guru terhadap Murid Per Kelas Rata-Rata Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Pekalongan Tahun NO Jenjang Pendidikan SD/MI a Jumlah Kelas b Jumlah Guru c Jumlah Murid d Rasio Guru dan Murid per kelas Rata-Rata 0,15 0,15 0,15 0,17 0,15 2 SMP/MTs a Jumlah Kelas b Jumlah Guru c Jumlah Murid d Rasio Guru dan Murid per kelas Rata-Rata Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, ,55 0,57 0,53 0,47 0,41 Dari Tabel 2.38, Rasio guru/murid per kelas rata-rata untuk jenjang SD/MI Tahun capaiannya relatif sama dari Tahun sebesar 0,15 dan hanya mengalami kenaikan di tahun 2014 sebesar 0,17. Sedangkan pada tahun mengalami fluktuatif dan kurun waktu yang sama untuk jenjang SMP/MTs capaiannya relatif turun dari 0,47 di tahun 2014 menjadi 0,41 di Tahun ) Pendidikan Menengah a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Secara rinci Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel 2.39 dan grafik pada gambar 2.40 di bawah ini. Tabel 2.39 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian APS Kab. Pekalongan 1 SMA/SMK/MA(16-18 tahun) ,71 APS Provinsi Jawa Tengah 2 SMA/SMK/MA(16-18 tahun) ,54 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2016 (diolah) II.53

54 Gambar 2.40 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun b) Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan menengah per jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah. Data selengkapnya terkait jumlah sekolah, penduduk usia sekolah dan rasio ketersediaan sekolah jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 2.40 berikut ini : Tabel 2.40 Rasio Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun No Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA a Jumlah gedung sekolah b jumlah penduduk kelompok usia 16-18th c Rasio 11,91 11,78 12,24 12,09 12,64 Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 Berdasarkan data rasio ketersediaan sekolah SMA/SMK/MA per penduduk usia tahun, pada kurun waktu tahun mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2012 ke 2013 mengalami kenaikan dari 11,78 menjadi 12,24 sedangkan, rasio tersebut mengalami penurunan dari 12,09 menjadi 12,64 pada tahun c) Rasio Guru terhadap Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Perkembangan rasio guru terhadap murid Jenjang Pendidikan Menengah di Kabupaten Pekalongan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II.54

55 Tabel 2.41 Rasio Guru terhadap Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun No Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA a Jumlah Guru b Jumlah Murid c Rasio 12,66 13,01 13,12 14,06 11,45 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2016 (diolah) Gambar 2.41 Rasio Guru terhadap Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun Dari tabel 2.41 dan gambar 2.41, pada periode waktu tahun , rasio guru terhadap murid SMA/SMK/MA di Kabupaten Pekalongan menurun dari 12,66 di Tahun 2011 menjadi 11,45 di Tahun d) Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata-Rata Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan menengah per kelas per jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran. Perkembangan rasio guru terhadap murid per kelas ratarata Jenjang Pendidikan Menengah di Kabupaten Pekalongan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel dan gambar Tabel 2.42 Rasio Guru terhadap Murid Per Kelas Rata-Rata Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun No Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA a Jumlah kelas b Jumlah Guru c Jumlah Murid d Rasio Guru dan Murid per kelas Rata-Rata 1,20 1,09 1,05 0,86 1,05 Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2016 (diolah) II.55

56 Gambar 2.42 Rasio Guru terhadap Murid Per Kelas Rata-Rata Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Pekalongan Tahun Dari tabel 2.42 dan gambar 2.42, Rasio guru/murid per kelas rata-rata untuk jenjang SMA/SMK/MA relatif turun dari Tahun 2011 sebesar 1,20 menjadi 1,05 di Tahun ) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Selama kurun waktu tahun , perkembangan APK PAUD Kabupaten Pekalongan sebagaimana Tabel dan gambar Tabel 2.43 APK PAUD Kabupaten Pekalongan Tahun Jenjang Pendidikan APK PAUD (%) 33,48 35,00 35,09 37,89 58,28 Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.43 APK PAUD Kabupaten Pekalongan Tahun Kondisi Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di Kabupaten Pekalongan dari tahun terus mengalami peningkatan, Namun demikian APK PAUD masih perlu di tingkatkan guna mendukung upaya perwujudan pendidikan untuk semua di Kabupaten Pekalongan. 4) Fasilitas Pendidikan Fasilitasi penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat salah satunya dengan indikator kondisi bangunan/ruang kelas sesuai standar nasional pendidikan. Capaian fasilitas pendidikan pada tahun , sebagaimana Tabel dan gambar II.56

57 Tabel 2.44 Kondisi Bangunan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Pekalongan Dalam Kondisi Baik Tahun No. Jenjang Pendidikan Kondisi Bangunan Dalam Kondisi Baik (%) SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 Pada tahun , kondisi ruang kelas dalam kondisi baik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mengalami peningkatan. dari Tahun 2011 sampai dengan 2015, jenjang SD/MI dari 60 % menjadi 80%; SMP/MTs meningkatdari 65% menjadi 86%; dan SMA/ SMK/MA tetap dari 70% menjadi 95%. Namun demikian masih perlu peningkatan kondisi ruang, terutama untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Gambar 2.44 Kondisi Bangunan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kabupaten Pekalongan Dalam Kondisi Baik Tahun ) Angka Putus Sekolah (APS) Angka putus sekolah (APS) menunjukkan tingkat putus sekolah di suatu jenjang pendidikan, misalnya angka putus sekolah SD menunjukkan persentase anak yang berhenti sekolah sebelum tamat SD yang dinyatakan dalam persen. Perkembangan Angka Putus Sekolah (APS) tahun dapat dilihat pada Tabel dan gambar Tabel 2.45 Angka Putus Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun No. Jenjang Pendidikan Angka Putus Sekolah (%) SD/MI ,42 0,38 0,33 0,30 2. SMP/MTs ,60 0,49 0,29 0,19 3. SMA/SMK/MA ,10 0,80 0,30 0,38 Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 Pada kurun waktu , angka putus sekolah untuk jenjang pendikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) dan menengah (SMA/SMK/MA) terus mengalami penurunan. Oleh karena itu perlu menajdi perhatian pemerintah mencari penyebab dan solusi Anak Putus Sekolah tersebut agar capaian APS dapat mendekati 0%. II.57

58 Gambar 2.45 Angka Putus Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun ) Angka Kelulusan Angka kelulusan menunjukkan tingkat kelulusan siswa dalam menyelesaikan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan. Capaian Angka Kelulusan pada tahun mengalami peningkatan, kecuali pada jenjang SD/MI yang tidak berubah. Angka kelulusan sekolah di Kabupaten Pekalongan pada tahun sebagaimana Tabel dan gambar Tabel 2.46 Angka Kelulusan Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun No. Jenjang Pendidikan Angka Kelulusan Sekolah (%) SD/MI 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 2 SMP/MTs 97,00 97,00 97,82 98,00 100,00 3 SMA/SMK/MA 96,00 99,00 99,92 98,00 100,00 Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2015 Gambar 2.46 Angka Kelulusan Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun Angka kelulusan sekolah di semua jenjang telah mencapai 100%, oleh karena itu perlu upaya yang sinergi mempertahankan capaian tersebut. II.58

59 7) Angka Melanjutkan Sekolah Angka Melanjutkan Sekolah merupakan Persentase jumlah lulusan yang melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Angka melanjutkan sekolah dapat dilihat pada Tabel 2.47 dan gambar Tabel 2.47 Angka Melanjutkan Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun No. Jenjang Pendidikan Angka Melanjutkan Sekolah (%) SD/MI ke SLTP/MTs 84,38 85,17 84,48 90,50 92,75 2 SLTP/MTs ke SMA/SMK/MA 71,19 69,81 74,62 77,40 79,84 Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.47 Angka Melanjutkan Sekolah Kabupaten Pekalongan Tahun Persentase lulusan SD/MI dan SMP/MTs yang melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya selama kurun waktu tahun di Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan di seluruh jenjang. Namun demikian masih perlu upaya peningkatan Angka melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs agar menjadi 100% guna mendukung program wajib belajar 9 tahun. 8) Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D IV Persentase guru yang memenuhi kualifikasi S1/DIV pada semua jenjang pendidikan baik SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun dari setiap jenjang pendidikan, hanya Guru SD/MI berkualifikasi S1/DIV yang pencapaiannya cukup rendah yaitu 75% di tahun Selengkapnya kondisi tersebut dapat dilihat pada Tabel dan gambar No. Tabel 2.48 Persentase Guru Berkualifikasi SI/D4 Kabupaten Pekalongan Tahun Uraian 1 Guru SD/MI berkualifikasi S1/D IV 2 Guru SLTP/MTs berkualifikasi S1/D IV 3 Guru SMA/SMK/MA berkualifikasi S1/D IV Sumber : Dindikbud Kab. Pekalongan, 2016 guru yg memenuhi kualifikasi S1/DIV (%) ,14 50,15 60,00 75,00-87,26 95,25 92,50 93,50-95,56 97,24 98,00 100,00 II.59

60 Gambar 2.48 Persentase Guru Berkualifikasi SI/D4 Kabupaten Pekalongan Tahun Walaupun SPM Pendidikan Dasar hanya mensyaratkan 2 guru SD/MI yang memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV, dan 70% guru SMP/MTs dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV, namun perlu guna meningkatkan kualifikasi pendidik. b. Kesehatan 1) Rasio Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Poliklinik Kesehatan Desa Rasio Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa di Kabupaten Pekalongan tahun cenderung fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 2.49 di bawah ini. Tabel 2.49 Rasio Puskesmas, Pustu dan Poliklinik Kesehatan Desa Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Jumlah Puskesmas Induk (unit) Jumlah Puskemas Pembantu (unit) Jumlah Poliklinik Kesehatan Desa Jumlah Penduduk (jiwa) Rasio Puskesmas persatuan 1: : : : : penduduk 6. Rasio Pustu persatuan penduduk 1: : : : : Rasio Poliklinik persatuan penduduk Sumber : BPS, Dinkes Kab. Pekalongan, : : : : :4.829 Data pada Tabel 2.49 menggambarkan rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk setiap tahunnya masih dibawah standar Kementerian Kesehatan RI yaitu satu Puskesmas melayani penduduk. Namun demikian dengan adanya puskesmas pembantu dan poliklinik kesehatan desa dapat membantu melayani kesehatan masyarakat. 2) Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) per Satuan Balita Rasio Posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per balita. Sedang Posyandu adalah pos pelayanan terpadu yang merupakan kegiatan pelayanan terpadu untuk imunisasi, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, penanggulangan diare dan gizi (melakukan penimbangan dan pemberian makanan tambahan untuk II.60

61 balita). Posyandu diselenggarakan oleh masyarakat melalui kader kesehatan di bawah bimbingan Puskesmas. Rasio Posyandu dan Balita di Kabupaten Pekalongan pada tahun sebagaimana Tabel Tabel 2.50 Rasio Posyandu dan Balita Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio 1 : 51 1 : 52 1 : 50 1 : 44 1 : 49 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.49 Jumlah Posyandu dan Balita Kabupaten Pekalongan Tahun Satu unit Posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Berdasarkan data pada tabel 2.45, rasio Posyandu terhadap balita di Kabupaten Pekalongan tahun 2015 adalah 1 : 49, ini dapat dikatakan sudah ideal dan dapat diartikan tingkat kemampuan daerah dalam penyelenggaraan layanan bidang kesehatan melalui posyandu sudah tinggi. 3) Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk. Rasio rumah sakit per jumlah penduduk di Kabupaten Pekalongan pada tahun sebagaimana Tabel Tabel 2.51 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Jumlah RSU (Pemerintah) Jumlah Rumah Sakit Daerah Jumlah seluruh Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio 1: : : : : Sumber : BPS Kab. Pekalongan, Dinkes Kab. Pekalongan, 2016 (diolah) II.61

62 Standar yang ditetapkan pemerintah, 1 unit rumah sakit dengan kualitas : lokasi di pusat lingkungan/kecamatan, bersih, mudah dicapai, tenang, jauh dari sumber penyakit, sumber bau/sampah, dan pencemaran lainnya adalah jiwa. Jika melihat data pada tabel 2.46 maka rasio rumah sakit di Kabupaten Pekalongan dimana unit rumah sakit melayani lebih dari jiwa, maka dapat dikatakan belum memenuhi standar. 4) Rasio Dokter per Satuan Penduduk Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Rasio Jumlah Dokter per satuan penduduk di Kabupaten Pekalongan pada tahun sebagaimana Tabel Tabel 2.52 Rasio Jumlah Dokter per satuan penduduk Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio 1: : : : : Sumber : BPS Kab. Pekalongan, Dinkes Kab. Pekalongan, 2016 Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani penduduk. Jumlah dokter di Kabupaten Pekalonggan berdasarkan data tabel 2.47 dimana satu orang dokter melayani penduduk, maka dapat dikatakan belum memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk. 5) Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk Rasio Tenaga Medis per jumlah penduduk menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada penduduk. Rasio Jumlah Tenaga Medis per satuan penduduk di Kabupaten Pekalongan pada tahun sebagaimana Tabel Tabel 2.53 Rasio Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio 1: : : : : Sumber : BPS Kab. Pekalongan, 2016 (diolah) Secara ideal angka rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk untuk Indonesia adalah 141 per penduduk. Rasio Tenaga Medis per satuan penduduk di Kabupaten Pekalonggan berdasarkan data tabel 2.53 dimana tiap penduduk dilayani 60 orang tenaga medis, maka dapat dikatakan belum memenuhi kondisi ideal. II.62

63 6) Kondisi Penyakit Menular yang Terdeteksi Penyakit menular yang menjadi prioritas di Kabupaten Pekalongan adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), TB dan HIV/AIDS. Angka Kesakitan/Incidence Rate (IR) penyakit DBD per penduduk di Kabupaten Pekalongan dari Tahun cenderung fluktuatif. IR DBD per penduduk Tahun 2015 sebesar 1,00 sedikit naik dari 0,94 di Tahun Sedangkan Angka Kematian/Case Fatality Rate (CFR) akibat penyakit DBD masih terjadi, dimana pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 1,79% dari 6,49% di Tahun Sedangkan Penemuan Penderita Baru/Case Detection Rate (CDR) TB cenderung mengalami penurunan yaitu sebesar 87,00% di Tahun 2015 dari 96,00% di Tahun Kondisi penyakit menular yang terdeteksi di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada Tabel Tahun Tabel 2.54 Kondisi Penyakit Menular Kabupaten Pekalongan Tahun IR DBD Per penduduk CFR DBD (%) CDR TB (%) Cakupan penemuan HIV/AIDS tertangani (%) Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pekalongan, 2016 c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1) Pekerjaan Umum Urusan Pekerjaan Umum yang harus ditangani sesuai kewenangan Kabupaten Pekalongan meliputi prasarana jalan, jembatan, sumberdaya air, air bersih, sanitasi, persampahan. a) Jalan dan Jembatan Pada tahun 2015, panjang jalan yang menjadi kewenangan Kabupaten Pekalongan sepanjang 573,58 km. Berdasarkan jenis permukaannya, di Kabupaten Pekalongan terdapat 5 (lima) jenis jalan, yaitu jalan aspal, jalan batu/kerikil, jalan beton, jalan tanah dan jalan paving. Panjang jalan berdasarkan jenis permukaannya dari tahun ke tahun terjadi penambahan dan pengurangan, hal ini dikarenakan adanya perubahan jenis permukaannya, dari jalan aspal menjadi jalan beton/paving, dari jalan batu/kerikil menjadi jalan aspal/beton/paving, dari jalan tanah menjadi jalan batu /kerikil/paving/aspal/beton. Sebagaimana pada tabel 2.55 berikut ini. Tabel 2.55 Kondisi Jalan berdasarkan Jenis Permukaan Kabupaten Pekalongan Tahun No Jenis Jalan Panjang Jalan (Km) Jalan Aspal 509,48 503,45 508,91 510,44 508,74 2. Jalan Batu/kerikil 39,19 39,20 20,20 26,89 26,54 3. Jalan Beton 3,42 9,09 26,17 27,37 28,20 4. Jalan Tanah 6,00 6,00 2,00 0,70 0,30 5. Jalan Paving 0,00 0,34 0,80 8,20 9,80 6. Total 558,08 558,08 558,08 573,58 573,58 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pekalongan, 2016 II.63

64 Berdasarkan kondisi fisiknya, panjang jalan di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 yaitu 448,94 km dalam kondisi baik, sepanjang 88,40 km kondisi sedang, dan sepanjang 25,14 km kondisi rusak serta sepanjang 11,10 km kondisi rusak berat, sebagaimana pada tabel 2.56 dan gambar 2.50 berikut ini. Tabel 2.56 Kondisi Jalan Kabupaten Pekalongan Tahun No Kondisi Jalan Panjang jalan (Km) Kondisi Baik 318,77 346,52 425,58 430,79 448,94 2. Kondisi Rusak Sedang 130,57 111,40 58,25 87,62 88,40 3. Kondisi Rusak 85,29 77,83 41,58 41,22 25,14 4. Kondisi Rusak Berat 23,45 22,33 32,67 13,95 11,10 5. Total 558,08 558,08 558,08 573, , 58 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.50 Kondisi Jalan Kabupaten Pekalongan Tahun Sedangkan prasarana jembatan di Kabupaten Pekalongan di Tahun 2015 sejumlah 312 buah, berdasarkan jenis konstruksinya terdapat 44 buah jembatan komposit, 3 buah jembatan busur, 246 buah jembatan beton, 13 buah jembatan plat dan 5 buah jembatan rangka baja, serta 1 buah jembatan gantung, sebagaimana tabel 2.57 berikut ini : Tabel 2.57 Jenis Jembatan berdasarkan Konstruksinya Kabupaten Pekalongan Tahun No Jenis Jembatan Jumlah (Buah) Jembatan Komposit Jembatan Busur Jembatan Beton Jembatan Plat Jembatan Rangka Baja Jembatan Gantung Total Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pekalongan, 2016 II.64

65 Berdasarkan kondisi fisiknya, pada tahun 2015 di Kabupaten Pekalongan terdapat 298 buah jembatan dengan kondisi baik, 13 buah jembatan dengan kondisi sedang, dan 4 buah jembatan dengan kondisi rusak, sebagaimana pada tabel 2.58 dan gambar 2.51 berikut : Tabel 2.58 Jembatan Berdasarkan Kondisi Fisiknya Kabupaten Pekalongan Tahun No Kondisi Jembatan Jumlah (Buah) Jembatan Baik Jembatan Sedang Jembatan Rusak Jembatan Rusak Berat Total Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.51 Jembatan Berdasarkan Kondisi Fisiknya Kabupaten Pekalongan Tahun b) Prasarana Sumber Daya Air/Jaringan irigasi Pengertian jaringan irigasi adalah saluran, bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Selanjutnya secara operasional dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier. Dari ketiga kelompok jaringan tersebut, yang langsung berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi ke dalam petakan sawah adalah jaringan irigasi tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan pelengkapnya. Jenis dan Panjang Jaringan Irigasi di Kabupaten Pekalongan dapat dijelaskan dalam tabel Tabel 2.59 Jenis dan Panjang Jaringan Irigasi Kabupaten Pekalongan Tahun No. Jenis Jaringan Panjang Jaringan (Km) Irigasi Non Teknis 228,26 228,26 228,26 228,6 228,6 2. Teknis a. Jaringan primer 20,62 20,62 20,26 20,26 20,26 b. Jaringan Sekunder 368,96 368,96 368,96 368,96 368,96 II.65

66 No. Jenis Jaringan Panjang Jaringan (Km) No. Irigasi c. Jaringan Tersier 430,66 430,66 430,66 352,66 352,66 Sumber : Dinas PSDA ESDM Kab. Pekalongan, 2016 Sedangkan kondisi jaringan irigasi baik di kabupaten Pekalongan selama kurun waktu Tahun mengalami peningkatan. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.60 Luas Daerah Irigasi Kabupaten Pekalongan Tahun Jenis Jaringan Irigasi Luas (m2) Luas Irigasi , , , , , Luas Irigasi Dalam Kondisi Baik Luas Sawah Non Irigasi Sumber : Dinas PSDA ESDM Kab. Pekalongan, , , , , ,00 228,26 228,26 228,26 228,26 228,26 c) Akses Air Minum dan Sanitasi Cakupan pelayanan air minum sampai dengan Tahun 2015 adalah sebesar 76,55 % naik dibandingkan Tahun 2011 sebesar 73,69% baik dalam bentuk Jaringan Perpipaan (JP) dan Bukan Jaringan Perpipaan (BJP). Sedangkan pelayanan sanitasi mengalami kenaikan dari Tahun 2011 sebesar 52,26% menjadi 68,54% di Tahun 2015 Cakupan pelayanan air minum dan sanitasi di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2.61 dan gambar 2.52 berikut : Tabel 2.61 Cakupan Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Pekalongan Tahun No. Uraian Tahun Air Minum 73,69 78,35 78,73 78,84 73,78 2. Sanitasi (%) 52,26 53,30 61,73 61,82 58,79 Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.52 Cakupan Pelayanan Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Pekalongan Tahun II.66

67 d) Persampahan Penanganan sampah terangkut di Kabupaten Pekalongan belum optimal. Minimnya fasilitas pengelolaan sampah, membuat sampah belum terkelola dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penanganan sampah mengalami penurunan dari 18 % pada Tahun 2011 menjadi 9,36% pada Tahun Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.62 dan gambar 2.53 berikut : Tabel 2.62 Penanganan Sampah Kabupaten Pekalongan Tahun No. Uraian Tahun Produksi Timbunan Sampah (m³) Sampah Terangkut (m³) Penanganan Sampah (%) 18 14,62 14,14 12,75 9,36 Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2016 Gambar 2.53 Penanganan Sampah Kabupaten Pekalongan Tahun ) Penataan Ruang Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan pengendalian ruang dan pengendalian ruang. Urusan Penataan Ruang Kabupaten Pekalongan adalah untuk mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat, serta efisien dalam alokasi investasi. Penataan ruang Kabupaten Pekalongan disusun sesuai potensi dan permasalahan baik internal maupun eksternal serta memperhatikan perencanaan tata ruang pada tingkat yang lebih tinggi seperti RTRWN, RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan RTR Kawasan Strategis Petanglong. Salah satu permasalahan dalam penataan ruang adalah adanya alih fungsi lahan terutama lahan pertanian yang terjadi pada setiap tahun. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pekalongan tahun bertujuan untuk mewujudkan daerah sebagai sentra pengembangan industri pengolahan dan perdagangan dengan tetap mempertahankan pertanian untuk mendukung perkembangan wilayah. Rencana tata ruang Kabupaten Pekalongan disusun dengan memperhatikan kecenderungan dan II.67

68 arahan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaanya. Capaian pelayanan urusan penataan ruang dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) per satuan luas wilayah ber HPL/HGB, ruang publik yang berubah peruntukkanya (%); rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan (%); dan jumlah pengelolaan pertamanan. Hal ini dapat dijelaskan dalam tabel Tabel 2.63 Capaian Pelayanan Urusan Penataan Ruang Kabupaten Pekalongan Tahun No Uraian Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB (%) ,51 2. Ruang Publik yang Berubah Peruntukannya Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan , Jumlah pengelolaan pertamanan (buah) Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2016 d. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Pembangunan perumahan tidak hanya bersifat pembangunan perumahan dalam arti sempit, tapi juga meliputi infrastruktur dasar perumahan permukiman, misal pembangunan sarana air bersih, perbaikan fasilitas umum, dan juga perbaikan lingkungan sehingga dapat tercipta perumahan permukiman yang sehat. Salah satu indikator pelayanan pada urusan Perumahan yaitu meningkatnya jumlah rumah layak huni. Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kabupaten Pekalongan sesuai dengan Basis Data Terpadu (BDT) Tahun 2015 Provinsi Jawa Tengah adalah sejumlah unit. Sedangkan untuk backlog kebutuhan rumah di Kabupaten Pekalongan pada Tahun 2015 sebanyak unit naik dari unit di Tahun Hal ini dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.64 Backlog Kebutuhan Rumah dan Lingkungan Permukiman Kumuh Kabupaten Pekalongan Tahun No Indikator Kinerja 1. Backlog Kebutuhan Rumah (unit) Sumber : DPU Kab. Pekalongan, 2016 Tahun Permukiman kumuh masih menjadi permasalahan yang dihadapi Kabupaten Pekalongan, sesuai dengan SK Bupati Pekalongan nomor 663/408 Tahun 2014, luas kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Pekalongan adalah 671,844 ha yang berlokasi pada 34 desa di 7 wilayah kecamatan, dengan rincian sesuai tabel Tabel 2.65 Luas Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Pekalongan No Kelurahan/ Desa Kecamatan Luas (ha) 1 Bligo Buaran 21,844 2 Kertijayan Buaran 17,378 II.68

69 No Kelurahan/ Desa Kecamatan Luas (ha) 3 Sapugarut Buaran 14,740 4 Wonoyoso Buaran 15,337 5 Simbang Kulon Buaran 3,737 6 Simbang Wetan Buaran 18,708 7 Pekuncen Wiradesa 0,820 8 Gumawang Wiradesa 27,750 9 Kampil Wiradesa 33, Kauman Wiradesa 17, Kemplong Wiradesa 11, Mayangan Wiradesa 6, Kemasan Bojong 19, Babalanlor Bojong 63, Karangsari Bojong 25, Bukur Bojong 53, Pegaden Tengah Wonopringgo 0, Tangkil Kulon Kedungwuni 8, Kedungwuni Timur Kedungwuni 1, Ambokembang Kedungwuni 1, Tosaran Kedungwuni 19, Podo Kedungwuni 1, Jeruksari Tirto 40, Mulyorejo Tirto 13, Tegaldowo Tirto 22, Karangjompo Tirto 10, Pacar Tirto 35, Samborejo Tirto 36, Pecakaran Wonokerto 32, Tratebang Wonokerto 12, Wonokerto Kulon Wonokerto 7, Semut Wonokerto 23, Api-Api Wonokerto 25, Wonokerto Wetan Wonokerto 25,596 Jumlah 671,844 Sumber : SK Bupati Pekalongan Nomor 663/408 Tahun 2014 e. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat Tujuan Pelayanan Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat adalah dalam rangka menciptakan lingkungan yang aman dan tertib serta antisipatif terhadap munculnya kerawanan-kerawanan sosial, politik, ekonomi dan bencana yang dapat meresahkan masyarakat, serta meningkatkan iklim politik yang kondusif dan stabilitas politik daerah guna mendukung terselenggaranya optimalisasi pembangunan daerah secara dinamis. Untuk mengoptimalkan pemeliharaan kesatuan dan persatuan bangsa dan politik dalam negeri, diperlukan kerjasama antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan organisasi kemasyarakatan dan lembaga lainnya. 1) Kondusivitas Wilayah Kondusivitas daerah di Kabupaten Pekalongan selama kurun waktu secara umum menunjukkan situasi yang aman dan tertib, meskipun masih terjadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, seperti unjuk rasa. Selain itu, tingkat kriminalitas ditunjukkan melalui Jumlah Tindak Pidana (crime total) di Tahun 2015 sebanyak 188 kasus dan Tindak Pidana Menonjol (crime index) yang terdiri dari narkoba, pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, pencurian, penipuan dan pemalsuan uang di Tahun 2015 sebanyak 113 kasus. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.66 dan 2.67 serta gambar 2.54, 2.55 dan II.69

70 Tabel 2.66 Unjuk Rasa Berdasarkan Tuntutan Kabupaten Pekalongan Tahun No Tuntutan (kasus) Politik Ekonomi Bidang lainnya Sumber : Polres Pekalongan, 2016 No. Gambar 2.54 Unjuk Rasa Berdasarkan Tuntutan Kabupaten Pekalongan Tahun Tabel 2.67 Jumlah Tindak Pidana dan Tindak Pidana Menonjol Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun Jumlah Tindak Pidana Tindak Pidana Menonjol Lapor Selesai Lapor Selesai Sumber : Polres Pekalongan, 2016 Gambar 2.55 Jumlah Tindak Pidana Kabupaten Pekalongan Tahun II.70

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeirntahan Daerah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi Dan Demografi 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Pekalongan adalah salah satu daerah otonom yang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH A. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1. Aspek Geografi dan Demografi Analisis pada aspek geografi di

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pembangunan. Bersama-sama dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Bentukan kawasan yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.1 Tinjauan Umum Kondisi dari DAS Sengkarang meliputi kondisi alam (topografi, cuaca, geologi), hidrologi, sosial ekonomi (kependudukan, ekonomi reegional, infrastruktur),

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur 71 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 18 Kecamatan dengan luas wilayah 3.877.21 ha. Luas wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci