BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi Dan Demografi 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Pekalongan adalah salah satu daerah otonom yang termasuk dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pekalongan memiliki wilayah dengan luas 836,13 Km² yang terbagi menjadi 19 kecamatan, dan terdiri dari 272 desa dan 13 kelurahan. Dari total luas tersebut 30,36% (253,86 Km²) diantaranya berupa tanah basah atau sawah, dan sisanya 69,64% ( 582,27 Km²) merupakan tanah kering. Kabupaten Pekalongan secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan di sebelah timur, dengan Kabupaten Pemalang di sebelah barat, berbatasan langsung dengan laut Jawa dan Kota Pekalongan di sebelah utara, serta dengan Kabupaten Banjarnegara di bagian selatan. b. Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Pekalongan mempunyai bentuk yang memanjang dari utara ke selatan. Di bagian utara termasuk wilayah pantura dan merupakan jalur utama di Pulau Jawa. Secara astronomis letak Kabupaten ini berada di antara 6º - 7º 23 Lintang Selatan dan antara 109º - 109º 78 Bujur Timur. Karena sebagian wilayahnya berbatasan langsung dengan Laut Jawa maka dari 285 desa/kelurahan yang ada, terdapat 6 desa pantai. c. Topografi Wilayah Kabupaten Pekalongan merupakan perpaduan antara wilayah dataran rendah di bagian utara dan dataran tinggi di bagian selatan yang termasuk dalam kawasan dataran tinggi Dieng. Kawasan dataran tinggi di kabupaten ini berada pada meter dari permukaan laut. Secara topografis, ada 60 desa/kelurahan (20%) berada di kawasan dataran tinggi dan 225 desa/kelurahan (80%) berada di kawasan dataran rendah. d. Geologi Dilihat dari jenis tanah, Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi Sembilan (9) kategori yaitu: a. Latosal Coklat, berada di wilayah Kecamatan Paninggaran, Kandangserang dan Doro b. Aluvial Kelabu Tua, di wilayah Sragi dan Kedungwuni. c. Komplex Gromosal Mediteran di wilayah Kecamatan Kandangserang. d. As Alatosal Coklat, di Kecamatan Paninggaran, Doro, Karanganyar, Kajen, Kesesi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni. e. As Aluvial Kelabu, di kawasan wilayah Sragi, Bojong, Kajen, Kesesi, Buaran, Tirto, dan Wiradesa. f. As Aluvial Coklat, berada di Kecamatan Sragi, Bojong, Wonopringgo, Kedungwuni, Buaran, dan Tirto. g. Aluvial Hidromorf, antara lain di wilayah Kecamatan Sragi, Wiradesa, dan Tirto. h. Komplex Latosal merah kekuning-kuningan dan Latosal Coklat kemerahan di wilayah Kandangserang, Paninggaran, Lebakbarang, dan Petungkriyono. i. As Adrosal Coklat di wilayah Kandangserang. e. Hidrologi Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Pekalongan dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Air Permukaan Hal II - 1

2 Sumber air permukaan di Kabupaten Pekalongan adalah sungai-sungai yang termasuk dalam DAS Comal (sub DAS Genteng), DAS Sengkarang, DAS Kupang dan DAS Sragi. 2) Mata Air Mata air di Kabupaten Pekalongan terletak di beberapa kecamatan, sebagai berikut : a) Kecamatan Kandangserang, terdiri dari mata air: Wedang Atas, Wedang Bawah, Rancah, Longsong, Watesan, Poh, Sumurup l, Sumurup ll, Bubakan dan Seruni; b) Kecamatan Doro, yaitu mata air Rogoselo; c) Kecamatan Kesesi, terdiri dari mata air Mejarum dan Gersali; d) Kecamatan Karanganyar, terdiri dari mata air Pedawang, Paseh/Beluk/Soga, Ontobogo dan Sido Sukmo; e) Kecamatan Kajen, yaitu mata air Banyu Mudal; dan f) Kecamatan Bojong, terdiri dari mata air Sendang, Sumur Watu, Pancuran, Santen dan Grugak. 3) Air Tanah Kabupaten Pekalongan memiliki cadangan air tanah yang berada di kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah Pekalongan-Pemalang yang terdapat di Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi. f. Klimatologi Kondisi iklim dan cuaca di wilayah Kabupaten Pekalongan menurut data daerah dalam angka tahun 2009 yaitu curah hujan mencapai mm, dengan rata-rata hari hujan adalah 147 hari. Sedangkan wilayah yang mempunyai curah hujan tertinggi adalah Kecamatan Lebakbarang dengan curah hujan sebesar mm. Rata-rata hari hujan terbanyak juga berada di wilayah ini, yaitu sebesar 321 hari. 2. Potensi Pengembangan Wilayah a. Kawasan Lindung Kawasan lindung di Kabupaten Pekalongan terbagi atas : 1) Kawasan Hutan lindung Kawasan yang termasuk disini adalah kawasan hutan lindung yang dikelola negara. Kawasan hutan lindung ini terletak di Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang dan Kecamatan Petungkriyono dengan luasan kurang lebih ha (seribu sembilan ratus tiga puluh dua hektar). 2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya Adalah wilayah/kawasan resapan air. Kawasan Resapan air Kabupaten Pekalongan memiliki luas kurang lebih ha (dua puluh delapan ribu empat ratus sembilan puluh empat hektar) yang tersebar di wilayah Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi. 3) Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Perlindungan setempat terdiri atas kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan RTH Perkotaan. a) Kawasan Sempadan Sungai Kawasan ini meliputi sungai-sugai yang termasuk dalam DAS Comal (sub DAS Genteng), DAS Sengkarang, DAS Kupang dan DAS Sragi. b) Kawasan Sempadan Pantai Kawasan sempadan pantai Kabupaten Pekalongan terletak di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, dan Kecamatan Tirto Hal II - 2

3 dengan jarak 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. c) Kawasan sekitar mata air Kawasan sekitar mata air merupakan kawasan sekitar mata air dengan jari-jari sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter yang tersebar di Kecamatan Kandangserang (10 mata air), Kecamatan Doro (1 mata air), Kecamatan Kesesi (2 mata air), Kecamatan Karanganyar (4 mata air) Kecamatan Kajen (1 mata air) dan Kecamatan Bojong (5 mata air). d) RTH Perkotaan RTH Perkotaan meliputi: luas seluruh RTH Perkotaan kurang lebih 9.897,16 ha (sembilan ribu delapan ratus sembilan puluh tujuh koma enambelas hektar), minimal 57,42 % (lima puluh tujuh koma empat dua persen) dari rencana luas perkotaan sebesar kurang lebih ,11 ha (tujuh belas ribu dua ratus tiga puluh enam koma satu satu hektar) yang terletak di Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Buaran, Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong Kecamatan Doro, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Siwalan dan Kecamatan Wonokerto; jalur hijau; lahan-lahan berupa taman; lahan-lahan sekitar bangunan perumahan dan bangunan umum; dan tempat pemakaman. 4) Kawasan Cagar Budaya Kawasan cagar budaya meliputi: a) Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau terletak di kawasan pantai, yaitu Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto seluas kurang lebih 600 ha (enam ratus hektar). b) Cagar budaya dan ilmu pengetahuan Termasuk dalam kawasan ini yaitu hutan wisata Linggoasri, Kecamatan Kajen serta situs purbakala di Kecamatan Kesesi dan Kecamatan Petungkriyono seluas kurang lebih 880 Ha. 5) Kawasan Rawan Bencana a) Kawasan Rawan Longsor, yaitu terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kajen, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Doro. b) Kawasan Rawan Banjir, terletak di wilayah Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Sragi, Kecamatan Bojong, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Kajen, Kecamatan Buaran, Kecamatan Karangdadap dan Kecamatan Wonopringgo. c) Kawasan Rawan Abrasi dan Gelombang Pasang, antara lain wilayah Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Tirto, dan Kecamatan Siwalan. d) Kawasan Rawan Kekeringan, yaitu daerah Kecamatan Siwalan, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Bojong, dan Kecamatan Talun. 6) Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah di kawasan imbuhan air tanah pada Cekungan Air Tanah Pekalongan-Pemalang yang terdapat di Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Kajen, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Kesesi. Hal II - 3

4 7) Kawasan Lindung Lainnya Adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menciptakan jenis tumbuhan maupun hewan dan jasad renik. Kawasan ini berada di wilayah Kecamatan Petungkriyono, Lebakbarang, dan Kandangserang. b. Kawasan Budidaya Adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, yang termasuk dalam kawasan budidaya ini yaitu : kawasan peruntukan hutan produksi; kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; kawasan peruntukan hutan rakyat; kawasan peruntukan pertanian; kawasan peruntukan perikanan; kawasan peruntukan pertambangan; kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata; kawasan peruntukan permukiman; dan kawasan peruntukan lainnya. 1) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Terbatas Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas memiliki luasan kurang lebih Ha, terdapat di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Karanganyar, dan Kecamatan Kajen. 2) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan produksi tetap. Kawasan ini mempunyai luasan sekitar Ha, yang meliputi wilayahwilayah yang ada di Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Kesesi, dan Kecamatan Bojong. 3) Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud adalah yang memiliki luasan sebesar kurang lebih Ha dan terdapat di : Kecamatan Kandangserang, Kecamatan Paninggaran, Kecamatan Lebakbarang, Kecamatan Petungkriyono, Kecamatan Kedungwuni, Kecamatan Talun, Kecamatan Doro, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Kajen, Kecamatan Kesesi, Kecamatan Sragi, Kecamatan Siwalan, Kecamatan Bojong, Kecamatan Wonopringgo, Kecamatan Karangdadap, Kecamatan Buaran, Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Wonokerto. 4) Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan peruntukan pertanian terbagi atas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Kawasan peruntukan pertanian lahan sawah sebesar ,37 ha dan luas peruntukan pertanian pangan berkelanjutan sebesar ha. Sedangkan Kawasan peruntukan pertanian lahan holtikultura sebesar ha. 5) Kawasan Peruntukan Perikanan Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. a) Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto. Sedangkan kawasan perikanan tangkap di perairan umum, terletak di semua sungai yang mengalir di Kabupaten Pekalongan. b) Kawasan perikanan budidaya dibagi menjadi budidaya air tawar di kolam dan embung dengan total luasan 408,48 dan budidaya ikan air payau dikonsentrasikan di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto seluas kurang lebih 645 Ha. Hal II - 4

5 c) Kawasan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dibagi atas sentra pengolahan di Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Tirto, dan Sentra Pemasaran di Kecamatan Wonokerto dan Kecamatan Wiradesa. d) Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana perikanan, yang terdiri atas: Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang tersebar di seluruh kecamatan; Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) Karanganyar di Kecamatan Karanganyar; Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Jambean di Desa Jambean, Kecamatan Wonokerto dan Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto; Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Wonokerto di Desa Wonokerto Kulon, Kecamatan Wonokerto; dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Api-Api di Desa Api-Api, Kecamatan Wonokerto. 6) Kawasan Peruntukan Pertambangan Pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Pekalongan yaitu mineral logam, batuan, dan mineral bukan logam, panas bumi, serta minyak dan gas bumi. Penyebarannya meliputi: a) Pertambangan mineral logam di wilayah Kecamatan Lebakbarang, Doro, Petungkriyono, Kandangserang dan Paninggaran. b) Pertambangan batuan dan mineral bukan logam tersebar di beberapa wilayah seperti Desa Lambur, Desa Klesem dan Desa Bodas di Kecamatan Kandangserang berupa andesit, batu gamping, diorit, serta kalsit di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kandangserang; Desa Windurojo, Kecamatan Kesesi berupa andesit, diorit dan tanah urug; Desa Pododadi di Kecamatan Karanganyar berupa andesit, lempung/tanah liat dan tanah urug; Desa Randusari di Kecamatan Doro berupa andesit, kaolin serta lempung/tanah liat di Desa Larikan dan Desa Kolimojosari di Kecamatan Doro; Kecamatan Petungkriyono dan Kecamatan Lebakbarang berupa andesit; Desa Paninggaran, Kecamatan Paninggaran berupa oker serta Desa Domiyang dan Desa Tenogo, Kecamatan Paninggaran berupa trass; Desa Mulyorejo, Desa Sidosari, Desa Krandon, Desa Watupayung dan Desa Kwasen, Kecamatan Kesesi berupa lempung/tanah liat; Desa Wangandowo dan Desa Kalipancur, Kecamatan Bojong berupa lempung/tanah liat dan tanah urug; Desa Kalirejo, Kecamatan Talun berupa lempung/tanah liat dan tanah urug; dan Desa Langkap, Kecamatan Kedungwuni berupa lempung/tanah liat. c) Pertambangan panas bumi berada di wilayah Kecamatan Lebakbarang dan Petungkriono. d) Sedangakan pertambangan minyak dan gas bumi terletak di wilayah kerja migas di Kabupaten Pekalongan. 7) Kawasan Peruntukan Industri Rencana pengembangan industri di Kabupaten Pekalongan, yaitu: a) kawasan industri besar terdapat di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Tirto dan Kecamatan Wonokerto b) kawasan industri menengah terdapat di Kecamatan Siwalan, Kecamatan Wiradesa, Kecamatan Tirto, Kecamatan Wonokerto, Kecamatan Buaran, Kecamatan Bojong, Kecamatan Sragi, Kecamatan Kedungwuni dan Kecamatan Wonopringgo c) kawasan industri kecil dan mikro terdapat di sentra-sentra industri di seluruh kecamatan. 8) Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan yang dikonsentrasikan untuk pariwisata di Kabupaten Pekalongan terbagi atas: Hal II - 5

6 a) Kawasan wisata alam terdapat di : Pantai Depok di Desa Depok, Kecamatan Siwalan; kawasan hutan wisata Linggoasri di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen; Kabalong (Karanggondang, Limbangan, Lolong) di Kecamatan Karanganyar; Pantai Wonokerto di Kecamatan Wonokerto; dan wisata air Kali Pencongan di Kecamatan Tirto, Kecamatan Wiradesa dan Kecamatan Wonokerto (sepanjang 5 km aliran Sungai Sengkarang). b) Kawasan wisata buatan/rekreasi terdapat di : kolam renang Langkap Indah di Kecamatan Kedungwuni; kolam renang Banyu Biru di Kecamatan Wiradesa; kolam renang Kulu Asri di Kecamatan Karanganyar; kolam renang Tirta Alam di Kecamatan Karanganyar; dan kolam renang Prima Graha Wisata di Kecamatan Karanganyar. c) Kawasan wisata belanja terdapat di : Kampung Batik di Desa Kemplong, Desa Kepatihan, Desa Gumawang dan Desa Kauman di Kecamatan Wiradesa; Pasar Grosir Pantura di Kecamatan Wiradesa; International Batik Centre di Kecamatan Wiradesa; Sentra alat tenun bukan mesin (ATBM) Pakumbulan di Kecamatan Buaran; Sentra kerajinan tempurung kelapa di Kecamatan Wonopringgo; dan Sentra bordir di Kecamatan Kedungwuni. d) Kawasan ekowisata terdapat di Desa Gumelem, Desa Kayupuring, Desa Yosorejo dan Desa Curugmuncar, Kecamatan Petungkriyono. e) Kawasan wisata budaya meliputi : Seni kuntulan, terdapat di seluruh kecamatan; Sintren, terdapat di seluruh kecamatan; Seni rebana, terdapat di seluruh kecamatan; Kuda kepang, terdapat di seluruh kecamatan; dan Seni ketoprak, terdapat di seluruh kecamatan. f) Kawasan wisata religius terdapat di : Makam Siti Ambaryah di Desa Bukur, Kecamatan Bojong; Makam Ki Ageng Rogoselo di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro; Makam Atas Angin di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro; Makam Mbah Gendhon di Desa Kesesi, Kecamatan Kesesi; Makam Mbah Faqih di Desa Kauman, Kecamatan Wiradesa; Makam Syekh Siti Jenar di Desa Lemahabang, Kecamatan Doro; Makam Habib Abdurrahman di Desa Lolong, Kecamatan Karanganyar; Makam Syekh Abu Bakar Bin Toha Bin Yahya di Desa Kayugeritan, Kecamatan Karanganyar; Masjid Wonoyoso di Desa Wonoyoso, Kecamatan Buaran; Benda cagar budaya lingga yoni di Desa Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono; dan Makam Wali Tanduran di Kecamatan Paninggaran. 9) Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Permukiman dibagi atas kawasan perdesaan dan perkotaan. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang permukiman perdesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan serta perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya. Sedangkan Kawasan permukiman perkotaan mencakup wilayah pengembangan perkotaan. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan Hal II - 6

7 pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi: penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang kota. 10) Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya ini diperuntukan bagi rencana pengembangan kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan yang merupakan kewenangan pemerintahsesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berupa: Batalyon Infanteri 407/Padma Kusuma Kompi Senapan - C di Kecamatan Wonopringgo Komando Distrik Militer (Kodim) di Kecamatan Kajen Komando Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh kecamatan Pos Angkatan Laut (Posal) Wonokerto di Kecamatan Wonokerto Kepolisian Resort (Polres) Pekalongan di Kecamatan Kajen Kepolisian Sektor (Polsek) di seluruh kecamatan. 3. Kondisi Demografi Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan adalah sebesar jiwa mengalami peningkatan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada sensus tahun 2000 yaitu jiwa. Berdasarkan data BPS pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan sebesar jiwa, dengan demikian jumlah penduduk tahun 2010 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009, hal ini dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk tahun 2009 tidak diperoleh dari sensus namun hasil perhitungan prediktif berdasarkan data sensus penduduk sebelumnya (SP 1990 dan SP 2000) dan data Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun Grafik 2. 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan (jiwa) Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Grafik diatas kita pada tahun 2010 jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Persentase penduduk perempuan pada tahun 2010 sebesar 50,23% dan laki-laki sebesar 49,77%. Sex rasio penduduk pada tahun 2010 adalah 99. Berdasarkan data BPS tahun 2009 distribusi penduduk Kabupaten Pekalongan tidak merata, distribusi penduduk tertinggi berada di wilayah Kecamatan Kedungwuni (9,6%), kemudian Kecamatan Kesesi (7,94%) dan Kecamatan Bojong Hal II - 7

8 (7,63%). Sedangkan sebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Lebakbarang dengan persentase sebesar 1,14%. Selain distribusi penduduk, tingkat kepadatan penduduk juga tidak merata. Tahun 2010 menurut hitungan jumlah penduduk hasil sensus, kepadatan penduduk Kabupaten Pekalongan adalah 1.002,54 jiwa per km². Tingkat kepadatan tertinggi berada di wilayah Kecamatan Wiradesa, sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Petungkriono. B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Domestik (PDRB) Kabupaten Pekalongan dari tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan harga konstan tahun 2000 PDRB pada tahun 2006 sebesar Rp. 2,71 trilyun meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar Rp.3,23 trilyun. Sedangkan PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2006 sebesar Rp.4,57 triliyun, meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp.6,99 triliyun. Tabel 2. 1 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pekalongan Tahun No Lapangan PDRB (jutaan rupiah) Usaha Pertanian , , , , ,35 2 Pertambangan , , , , ,01 dan Penggalian 3 Industri , , , ,72 1,941,608,02 Pengolahan 4 Listrik, Gas , , , , ,90 dan Air Bersih 5 Bangunan 258,318, , , , ,55 6 Perdagangan, , , , , ,37 Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan , , , , ,52 dan Komunikasi 8 Keuangan, , , , , ,51 Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa , , , , ,31 J U M L A H , , , , ,53 Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Tabel 2. 2 PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Pekalongan Lapangan PDRB (jutaan rupiah) No Usaha Pertanian , , , , ,08 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan , , , , , , , , , ,07 Hal II - 8

9 No Lapangan PDRB (jutaan rupiah) Usaha Listrik, Gas , , , , ,24 dan Air Bersih 5 Bangunan , , , , ,53 6 Perdagangan, , , , , ,22 Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan , , , , ,58 dan Komunikasi 8 Keuangan, , , , , ,51 Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa , , , , ,81 Jumlah , , , , ,23 Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun berkisar antara 4,19% - 4,78%, termasuk pertumbuhan ekonomi yang moderat. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan mengalami penurunan dari tahun Pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,21% menurun pada tahun 2010 menjadi 4,19%. Apabila diperbandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan lebih rendah. Secara rinci perbandingan pertumbuhan ekonomi dari tahun sebagai berikut : Grafik 2. 2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pekalongan dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun (%) Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan BPS Kabupaten Pekalongan( ) Berdasarkan analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan dari tahun , diproyeksikan pertumbuhan ekonomi selama waktu perencanaan akan berkisar antara 4,3 4,7%. Prediksi pertumbuhan ekonomi tersebut dikarenakan beberapa perkiraan meningkatnya iklim usaha yang semakin kondusif dan berkembangnya pertumbuhan sektor riil, stabilitas politik nasional semakin baik, menurunnya suku bunga kredit dan menguatnya nilai Rupiah terhadap valuta asing. Disisi lain, berlakunya kebijakan pasar bebas ASEAN (C- AFTA) dapat menjadi pendorong bagi meningkatnya sektor perdagangan skala kecil dan menengah, industri UMKM dan agroindustri di Kabupaten Pekalongan. Hal II - 9

10 b. Laju Inflasi Tingkat inflasi di Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu mencapai 10,61 % dan mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 6,54 %. Inflasi di Kabupaten Pekalongan masih dibawah 2 digit, kecuali pada tahun Grafik 2. 3 Laju Inflasi di Kabupaten Pekalongan dan Provinsi Jawa Tengah (%) Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010 c. PDRB per Kapita Pertumbuhan pendapatan per kapita menurut harga berlaku sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 pendapatan perkapita mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 10,62%. No Tabel 2. 3 Perkembangan Pendapatan Perkapita (ADHB) Kabupaten Pekalongan Tahun Pendapatan Perkapita Tahun Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) , , , , ,19 Rata-rata pertumbuhan 8,96 Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Dari tingginya pendapatan per kapita penduduk tersebut dapat digambarkan mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro di Kabupaten Pekalongan. d. Indeks Gini Indeks Gini adalah tolok ukur untuk melihat tingkat kesenjangan kemakmuran penduduknya. Kian kecil angkanya, kian baik tingkat pemerataannya. Nilai koefisien Gini dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti kemerataan sempurna dan nilai 1 berarti ketidakmerataan sempurna. Berdasarkan data dari BPS Jawa Tengah tahun Hal II - 10

11 2009, indeks gini di Kabupaten Pekalongan adalah 0,2008. Nilai tersebut lebih baik dibandingkan dengan indeks gini di beberapa wilayah kabupaten di sekitarnya dan juga Provinsi Jawa Tengah. Indeks gini Kabupaten Pekalongan dibandingkan dengan wilayah sekitarnya secara lengkap adalah sebagai berikut. Grafik 2. 4 Perbandingan Indeks Gini Kabupaten Pekalongan dengan Kabupaten/Kota di Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 e. Indeks Williamson Persoalan lain yang perlu mendapat perhatian adalah ketimpangan/kesenjangan ekonomi antar wilayah. Untuk menghitung kesenjangan ini memakai perhitungan pendapatan per kapita pada masing-masing kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Pekalongan. Kriteria pengukuran kesenjangan antar wilayah berdasarkan metode Williamson adalah antara 0 1. Jika indeks mendekati nol (0) maka tingkat kesenjangan ekonomi antar daerah rendah dan pemerataan telah tercapai, begitu juga sebaliknya jika indeks mendekati satu (1) maka pemerataan belum tercapai di daerah tersebut. Untuk mengetahui tingkat kesenjangan ekonomi antar wilayah di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Hal II - 11

12 Grafik 2. 5 Indeks Williamson di Kabupaten Pekalongan Tahun Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Apabila dilihat dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesenjangan di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. f. Persentase Penduduk Miskin. Salah satu masalah dihadapi dalam pembangunan daerah adalah masalah kemiskinan, yang perlu mendapatkan perhatian serius dari segenap pemangku kepentingan pembangunan daerah. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pekalongan darri tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Jika diperbandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, persentase penduduk miskin Kabupaten Pekalongan sejak tahun selalu lebih rendah, namun berbeda dengan tahun 2010, lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penduduk miskin Jawa Tengah. Data penduduk miskin Kabupaten Pekalongan secara lengkap adalah sebagai berikut. Tabel 2. 4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk % Penduduk No Tahun Jumlah penduduk (jiwa) miskin Miskin Jawa Jumlah % Tengah ,10 22, ,88 20, ,58 19, ,80 17, *) ,08 16,11 *) jumlah penduduk berdasarkan hasil SP 2010 Sumber: BPS Kabupaten Pekalongan dan BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 g. Angka Kriminalitas Yang Tertangani Jenis kriminalitas yang terjadi di wilayah Kabupaten Pekalongan antara lain pencurian, penipuan, penyalahgunaan narkoba, perjudian, dan lain sebagainya. Angka kriminalitas yang terjadi di wilayah hukum Kabupaten Pekalongan selama tahun 2010 dan dilaporkan kepada pihak yang berwenang sebanyak 643 kasus. Hal II - 12

13 Dari 643 kasus tersebut 77,76% (500 kasus) diantaranya telah tertangani dan terselesaikan oleh kepolisian. 2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat a. Angka Melek Huruf Jumlah penduduk yang mampu baca tulis (melek huruf) di Kabupaten Pekalongan relative lebih baik dibandingkan dengan angka melek huruf penduduk di kabupaten sekitarnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah di bawah ini menunjukkan perbandingan angka melek huruf di Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten di sekitarnya. Tabel 2. 5 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Pekalongan dan Wilayah Sekitarnya Tahun No. Wilayah Angka Melek Huruf (%) Kabupaten Pekalongan 89,39 89,94 90,60 2. Kabupaten Tegal 88,46 89,09 89,21 3. Kabupaten Pemalang 87,34 87,34 87,75 4. Kabupaten Brebes 84,85 84,85 85,21 Jawa Tengah 88,62 89,24 89,46 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa angka melek huruf Kabupaten Pekalongan tertinggi dibandingkan dengan tiga kabupaten lain di sekitarnya. b. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Sedangkan angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pekalongan menurut data BPS Provinsi Jawa Tengah dibandingkan dengan Kabupaten lainnya dan juga Provinsi dapat dilihat dalam grafik di bawah ini. Grafik 2. 6 Perbandingan Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Pekalongan dan Wilayah Sekitarnya Tahun (th) Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 Grafik di atas menunjukkan bahwa angka rata-rata lama sekolah kabupaten Pekalongan berada pada peringkat kedua setelah Kota Pekalongan namun angka tersebut masih sedikit dibawah angka rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Tengah. Hal II - 13

14 c. Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai APK bisa lebih besar dari 100 % karena terdapat murid yang berusia di luar usia resmi sekolah, atau berasal dari luar wilayah kabupaten. APK juga digunakan, mengingat masih tingginya siswa berusia lebih tua dari kelompok usia yang semestinya (over-age), sehingga APM di tingkat SD, SLTP dan SMU lebih rendah dibandingkan dengan APK. Angka Partisipasi Kasar berbagai jenjang pendidikan yang ada di Kabupaten Pekalongan secara rinci adalah sebagai berikut. Tabel 2. 6 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun No Uraian 1. Angka Partisipasi Kasar SD/MI 2. Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs 3. Angka Partisipasi Kasar SMA/MA dan SMK ,45 106,30 103,28 102,57 102,57 85,93 89,93 94,68 99,43 99,43 36,97 39,81 43,57 61,11 61,13 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Tabel di atas menunjukkan APK SD/MI cenderung menurun selama kurun waktu Sedangkan untuk APK SMP/MTS dan SMA/MA/SMK selama kurun waktu yang sama cenderung meningkat. d. Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat pendidikan tertentu, Nilai ideal APM = 100%. Adapun angka partisipasi murni di Kabupaten Pekalongan untuk jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK secara rinci adalah sebagai berikut. Tabel 2. 7 Angka Partsipasi Murni (APM) Di Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun Hal II - 14

15 No Uraian Angka Partisipasi Murni 97,35 98,24 87,94 86,80 87,26 SD/MI 2. Angka Partisipasi Murni 81,42 83,74 72,37 73,15 75,55 SMP/MTs 3. Angka Partisipasi Murni SMA/MA dan SMK 26,73 28,78 31,45 40,94 40,95 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Tabel di atas menunjukkan APM SD/MI cenderung menurun selama kurun waktu Sedangkan untuk APM SMP/MTS fluktuatif dan APM SMA/MA/SMK selama kurun waktu yang sama cenderung meningkat. e. Angka Kelangsungan Hidup Bayi Angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2006 dan 2007 angka kelangsungan hidup bayi mencapai 995 per kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 angkanya meningkat menjadi 996, kemudian turun menjadi 992 pada tahun 2009, dan terakhir tahun 2010 angka kelangsungan hidup bayi per kelahiran hidup turun menjadi 989. f. Angka Usia Harapan Hidup Sebagai salah satu indikator meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Pekalongan dapat dilihat dari meningkatnya angka usia harapan hidup (UHH). Peningkatan UHH sejak tahun 2007 di Kabupaten Pekalongan belum signifikan dan bahkan menurun pada tahun UHH penduduk Kabupaten Pekalongan menurut data BPS adalah 68,13 pada tahun 2007, 68,45 pada tahun 2008, dan menjadi 68,73 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 sebesar 69,01. g. Persentase Balita Gizi Buruk Persentase balita yang mengalami gizi buruk mengalami fluktuasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun Angka tersebut berada di kisaran antara 2,2% sampai 2,5%. Lebih detailnya angka persentase balita gizi buruk di Kabupaten Pekalongan adalah sebagai berikut. Grafik 2. 7 Grafik Angka Persentase Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Pekalongan Tahun Hal II - 15

16 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2010 h. Rasio Penduduk Yang Bekerja Apabila dilihat dari tingkat rasio penduduk yang bekerja, Kabupaten Pekalongan mempunyai angka yang cukup baik. Jumlah kelompok usia produktif (15-64 tahun) tahun 2010 menurut BPS Kabupaten Pekalongan adalah sebanyak jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan yang bekerja tahun 2010 adalah jiwa. Rumus rasio penduduk yang bekerja adalah jumlah penduduk yang bekerja dibagi dengan jumlah angkatan kerja (usia produktif), sehingga diperoleh angka sebesar 0, Fokus Seni Budaya dan Olahraga a. Kebudayaan Potensi sosial budaya masyarakat Kabupaten Pekalongan yang bersifat majemuk yang dapat menjadi potensi bagi pengembangan keswadayaan dan pengembangan perekonomian rakyat. Sebagian besar penduduk Kabupaten Pekalongan terdiri dari Suku Jawa dan lainnya terdiri dari Keturunan Arab dan Tionghoa. Sebagian besar masyarakat menganut agama Islam, sehingga kultur masyarakat Kabupaten Pekalongan sangat dipengaruhi oleh tradisi masyarakat Jawa dan Agama Islam, seperti pengajian, sholawat, nyadran, sedekah bumi bagi petani dan sedekah laut bagi masyarakat pesisir. Kesenian rebana dan pendidikan pesantren serta tradisi sosial lainnya. Berdasarkan perincian penduduk berdasarkan pemeluk agama diketahui sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam sebanyak orang (99,50%) dan sebagian kecil lainnya penganut Agama Kristen Protestan sebanyak orang (0,21%), Katolik sebanyak orang (0,16%), Hindu sebanyak 518 orang (0,01%), dan Agama Budha sebanyak 135 orang (0,01%) serta penganut Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebanyak 45 orang. Dukungan sarana peribadatan yang terdapat di Kabupaten Pekalongan sebagian besar tentunya sarana peribadatan bagi pemeluk Agama Islam yaitu Mushola sebanyak unit dan Mesjid sebanyak 560 unit yang tersebar di 19 kecamatan. Banyaknya Gereja Kristen sebanyak 10 unit dan Gereja Katolik sebanyak 3 unit. Namun demikian kerukunan hidup dan toleransi antar umat beragama cukup baik, di Kabupaten Pekalongan tidak pernah terjadi konflik antar suku, agama dan antar golongan, sehingga kondisi ini sangat kondusif bagi pembangunan daerah dan pengembangan dunia usaha. Di Kabupaten Pekalongan pendidikan pesantren memadukan pendidikan keagamaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan cukup menonjol. Pendidikan pesantren banyak diselenggarakan oleh yayasan/lembaga keagamaan dan mendapatkan dukungan/fasilitasi pemerintah Kabupaten Pekalongan. Jumlah Hal II - 16

17 pesantren tahun 2010 sebanyak 115 unit dengan jumlah Ustad sebanyak orang, atau rata-rata setiap unit pesantren diasuh oleh 11 orang Ustad. Banyaknya santri yang belajar di pesantren tahun 2010 diketahui sebanyak orang, atau setiap unit pesantren rata-rata mengasuh lebih kurang sebanyak 110 orang santri. b. Pemuda dan Olahraga Dari sisi pembangunan kepemudaan, di Kabupaten Pekalongan terdapat banyak wadah organisasi yang bisa dimanfaatkan oleh para pemuda. Organisasi tersebut sifatnya beragam, mulai dari organisasi kepemudaan yang berbasis keagamaan seperti Gerakan Pemuda Anshor, Pemuda Muhamadiyah, IPNU, IPPNU, Fatayat NU, Nasiyatul Aisiyah (NA). Selain itu juga organisasi kepemudaan yang bersifat nasionalis misalnya KNPI, Pemuda Pancasila, Karang Taruna, PKK remaja dan sebagainya. Semua organisasi tersebut tentunya harus mendapatkan pembinaan yang berkelanjutan karena potensi pemuda tersebut bisa dimanfaatkan dalam berbagai proses pembangunan. Sedangkan pembinaan bidang olahraga belum menunujukan prestasi yang optimal, untuk mencapai prestasi yang optimal harus dibutuhkan kinerja yang keras membina atlet sejak dini dan membina klub-klub olahraga secara berkesinambungan dan kerjasama dengan dinas terkait dan pihak lain yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi olahraga Kabupaten Pekalongan yang lebih optimal. C. Aspek Pelayanan Umum 1. Pelayanan Urusan Wajib a. Pendidikan Pendidikan merupakan urusan strategis di Kabupaten Pekalongan untuk menciptakan insan yang cerdas, berkualitas dan berbudipekerti luhur. Dengan demikian urusan pendidikan harus memperoleh perhatian yang cukup dari pemerintah kabupaten. Pemerintah Kabupaten Pekalongan memiliki kewajiban meningkatkan kualitas pendidikan di wilayahnya serta meningkatkan pelayanan pendidikan ke semua kelompok masyarakat dan ke seluruh pelosok wilayah. Pembangunan pendidikan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional memiliki 5 aspek yang disebut dengan 5K. Aspek tersebut adalah Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan, dan Keterjaminan. Pelayanan tersebut mencakup semua jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Secara umum gambaran kondisi pendidikan Kabupaten Pekalongan adalah sebagai berikut: 1) Gambaran Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK) a) Ketersediaan Jumlah TK di Kabupaten Pekalongan cukup besar. Pada tahun 2009 Jumlah TK /RA di Kabupaten Pekalongan sebesar 391 unit dengan perincian 388 TK/RA swasta dan 3 TK negeri. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebanyak 386 unit. Jumlah guru TK/RA pada tahun 2010 sebesar orang, jumlah guru tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009, jumlah guru TK pada tahun 2009 sebesar orang. Secara lebih rinci jumlah TK, murid dan guru terlihat pada tabel berikut: Tabel 2. 8 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-Kanak (TK) dan RA di Kabupaten Pekalongan Tahun No Tahun Jumlah Jumlah Murid r Guru r Rasio Hal II - 17

18 TK (unit) kelas (unit) (orang) (%) (orang) (%) Guru: Murid : 13, , ,50 1: 12, , ,32 1: 13, , ,96 1: 16, , ,80 1: 13,74 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah TK di Kabupaten cenderung meningkat. Pada tahun 2006 jumlah TK sebanyak 333 unit meningkat pada tahun 2010 menjadi 385 unit. Sedangkan jumlah murid TK juga cenderung meningkat dari murid tahun 2006 menjadi pada tahun Jumlah guru TK juga mengalami peningkatan dari orang pada tahun 2006 menjadi orang. Demikian juga untuk rasio guru terhadap murid juga cenderung mengalami peningkatan dari 1:13,48 pada tahun 2006 menjadi 13,74 pada tahun Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan sarana dan prasarana TK termasuk guru di Kabupaten Pekalongan semakin baik. b) Keterjangkauan Angka Partisipasi Kasar PAUD dan TK di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 sebesar 16,89%. Kondisi ini lebih besar dibandingkan tahun 2009 sebesar 14,67%. Selama kurun waktu APK PAUD cenderung meningkat. Perkembangan APK PAUD/TK terlihat pada tabel berikut: Tabel 2. 9 APK PAUD/TK pada tahun APK PAUD Total Laki-laki Perempuan Tahun ,43 0,44 0, ,33 1,33 1, ,17 2, ,77 16,67 14, ,54 18,89 16,89 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 c) Kualitas Kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan PAUD dan TK diukur melalui jumlah guru layak mengajar dan persentase guru layak mengajar. Guru TK yang layak mengajar di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 sebesar 7,39%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 6,64%. Sedangkan Jumlah Guru PAUD layak mengajar pada tahun 2010 sebesar 77,81% lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 70,31%. Perkembangan guru layak mengajar TK/RA dan PAUD terlihat pada tabel berikut: Tabel Jumlah Guru Layak Mengajar Jenjang Pendidikan TK/RA dan PAUD Kabupaten Pekalongan Tahun Hal II - 18

19 Tahun Jumlah Guru TK/RA Layak Mengajar Jumlah Guru PAUD Formal Jumlah Guru PAUD Formal Layak Mengajar Total L P Total L P Total L P (3,84%) (20,00%) (3,41%) (100%) (100%) (100%) (5.29%) (28,13%) (4,66%) (100%) (100%) (100%) (5.33%) (27,03%) (4,70%) (100%) (100%) (100%) (6.64%) (27,50%) (6,02%) (70,31%) (6,02%) (69,94%) (7.39%) (34,88%) (6,57%) 1, ,214 (77.81%) (100%) (77,59%) Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan ) Gambaran Pelayanan Pendidikan Dasar 9 Tahun a) Ketersediaan a.1. Jumlah SD/MI Jumlah SD/MI di Kabupaten Pekalongan selama kurun waktu cenderung meningkat. Gambaran perkembangan jumlah SD/MI selama kurun waktu terlihat pada tabel berikut: Tabel Jumlah SD/MI di Kabupaten Pekalongan Tahun No Tahun Jumlah SD (unit) % pertumbuhan ,78 % ,00 % ,00 % ,15 % Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 a.2. Jumlah Guru dan Murid SD/MI Jumlah murid SD/MI selama kurun waktu menurun. Jumlah Murid SD/MI di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebesar orang lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar orang. Sedangkan jumlah guru SD/MI cenderung meningkat. Jumlah guru SD/MI pada tahun 2010 sebesar orang. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan tahun Gambaran Jumlah Murid dan Guru SD/MI serta rasio guru terhadap murid terlihat pada tabel berikut: No Tabel Jumlah Murid dan Guru SD/MI di Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun Murid (orang) r (%) Guru (orang) r % Rasio Guru: Murid : , ,01 1: , ,03 1: , ,02 1: , ,16 1: 16 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 a.3. Kondisi Ruang kelas SD/MI Kondisi ruang kelas SD/MI pada tahun untuk ruang kelas dalam kondisi baik, mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 ruang kelas Hal II - 19

20 dalam kondisi baik sebesar 65,50% meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 56,94%. Gambaran kondisi ruang kelas terlihat pada tabel berikut: Tabel Perkembangan Kondisi Ruang Kelas SD/MI di Kabupaten Pekalongan Tahun Uraian Persentase ruang kelas SD/MI dalam kondisi baik 47,59 51,69 48,41 56,94 65,50 Persentase ruang kelas SD/MI dalam kondisi rusak ringan 27,39 25,05 25,65 20,39 19,61 Persentase ruang kelas SD/MI dalam kondisi rusak berat 25,02 23,26 25,94 22,67 14,89 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 No a.4. Jumlah SMP/MTs Jumlah SMP/MTs di Kabupaten Pekalongan sebanyak 110 unit dengan jumlah murid sebanyak orang. Tabel Jumlah SMP/MTs di Kabupaten Pekalongan Tahun Jumlah Jumlah Murid r Guru r Tahun SMP/MTs kelas (orang) (%) (orang) (%) (unit) (unit) Rasio Guru: Murid : 13, , ,98 1: 12, , ,04 1: 13, , ,42 1: 16, , ,27 1: 16,78 Sumber: BPS kabupaten Pekalongan tahun 2010 Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sekolah dan jumlah murid serta jumlah guru pada jenjang pendidikan SMP selama kurun waktu tahun mengalami peningkatan. Rasio sekolah terhadap murid pada tahun 2010 sebesar 1:370,54 lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 1: 277,58, kondisi ini menunjukkan bahwa daya tampung sekolah meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk usia sekolah SMP yang masuk ke jenjang pendidikan SMP/MTs. Apabila dilihat rasio kelas terhadap murid terlihat bahwa pada tahun 2010 sebesar 1: 36,01, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 1: 36,93, kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah siswa per kelas sudah sesuai dengan Standar pelayanan Minimal Bidang Pendidikan yaitu 36 siswa per kelas. b) Keterjangkauan Keterjangkauan diukur melalui indikator Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka putus Sekolah (APS), Angka melanjutkan (AM). Kondisi tingkat keterjangkauan pendidikan jenjang pendidikan dasar terlihat pada tabel berikut: Tabel Gambaran Capaian APK, APM, APS, Angka Melanjutkan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Pekalongan Tahun Hal II - 20

21 NO URAIAN Tahun (%) Angka Partisipasi Kasar (APK) a. SD/MI 108,45 106,30 103,28 102,57 102,57 Laki-laki 112,46 109,62 108,34 105,40 104,34 Perempuan 104,46 106,37 103,21 99,78 98,90 b. SMP/MTs 85,93 89,93 94,68 99,43 99,43 Laki-laki 72,35 74,66 78,52 79,14 83,93 Perempuan 80,96 85,05 87,31 87,95 93,93 2 Angka Partisipasi Murni (APM) a. SD/MI 97,35 98,24 87,94 86,80 87,26 Laki-laki 100,06 98,81 100,62 90,35 89,12 Perempuan 92,94 95,88 95,86 85,53 84,48 b. SMP/MTs 81,42 83,74 72,37 73,15 75,55 Laki-laki 73,82 76,12 79,30 68,55 69,04 Perempuan 82,60 86,72 88,18 76,19 77,26 3 Angka Putus Sekolah a. SD/MI 0,6 0, 7 0, 6 0,5 0, 4 Laki-laki 0,86 0,82 0,99 0,77 0,42 Perempuan 0,45 0,36 0,58 0,40 0,21 b. SMP/MTs 1,90 1,80 1,50 1,40 1,20 Laki-laki 2,20 2,76 2,49 2,05 2,00 Perempuan 1,36 1,32 1,16 1,00 0,85 4 Angka Melanjutkan dari 71,50 80,49 80,68 93,76 80,41 SD/MI ke SMP/MTs Laki-laki 70,84 74,48 79,36 79,91 85,87 Perempuan 72,06 76,31 78,47 82,08 87,40 5 Angka Melanjutkan dari 52,38 58,68 68,28 83,90 74,41 SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Laki-laki 52,29 64,55 71,80 76,69 77,02 Perempuan 44,65 54,37 58,24 67,38 65,39 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan tahun 2010 Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa APK SD/MI cenderung mengalami penurunan dan APK SMP/MTs menunjukkan kecenderungan meningkat. Sementara itu, APM SD/MI dan SMP/MTs cenderung mengalami penurunan. Sedangkan angka melanjutkan baik dari SD/MI ke SMP/MTs, maupun dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK mengalami penurunan pada tahun Rendahnya angka melanjutkan bukan berarti banyak lulusan SD atau SMP yang melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, namun banyak lulusan SD ataupun SMP yang melanjutkan sekolah ke Kabupaten atau Kota lain seperti ke Batang, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Pemalang. Sehingga angka melanjutnya tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai gambaran kondisi yang sesungguhnya. Gambaran kondisi ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi baik dari tahun cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar 83,27% mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 77,82% dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 82,14%, secara lengkap terlihat pada tabel berikut: Hal II - 21

22 No Tabel Perkembangan Kondisi Ruang Kelas SMP/MTs di Kabupaten Pekalongan Tahun Tahun Uraian Persentase ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi baik 83,24 89,72 77,82 81,39 82,14 Persentase ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi rusak ringan 13,38 8,29 14,82 14,91 14,96 Persentase ruang kelas SMP/MTs dalam kondisi rusak berat 3,37 1,99 7,36 3,70 2,90 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 NO c) Kualitas Gambaran kualitas pendidikan dasar 9 tahun terlihat dari Angka kelulusan, dan jumlah guru layak mengajar. Gambaran capaian angka kelulusan dan jumlah yang memenuhi kualifikasi serta rata-rata nilai UASBN dan UN terlihat pada tabel berikut: Tabel Perkembangan Angka Kelulusan, Guru Berkualifikasi dan Nilai rata-rata UASBN dan UN Jenjang Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Pekalongan Tahun URAIAN Capaian Kinerja Angka Kelulusan (%) a. SD/MI 100,00 99,71 99,85 99,89 99,90 Laki-laki 100,00 99,28 99,79 99,72 96,66 Perempuan 100,00 99,73 99,11 99,91 95,98 b. SMP/MTs 97,57 81,57 84,29 84,21 87,14 Laki-laki 97,32 80,44 84,84 83,12 85,56 Perempuan 98,48 82,59 85,88 85,96 88,04 2 Guru Yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV (%) 58,00 63,00 67,53 72,65 78,28 a. SD/MI 15,74 17,35 17,47 19,81 24,58 Laki-laki 17,45 19,07 19,18 20,73 25,21 Perempuan 14,03 15,62 15,76 18,90 23,95 b. SMP/MTs 76,27 76,92 79,23 82,32 86,22 Laki-laki 76,30 76,88 71,88 76,16 81,25 Perempuan 76,24 76,95 86,58 88,48 91,19 3 Guru bersertifikasi (%) SD/MI SMP/MTs 4 Pencapaian Nilai Ratarata UASBN dan UN 0,82 4,92 8,31 13,28 19,00 1,09 5,69 18,69 24,22 29,70 a. Pencapaian Nilai Ratarata UASBN SD/MI 6,53 6,88 6,86 6,74 6,78 b. Pencapaian Nilai Ratarata UN SMP/MTs 6,63 6,68 6,23 6,34 6,36 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan 2010 Hal II - 22

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pembangunan. Bersama-sama dengan

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH A. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1. Aspek Geografi dan Demografi Analisis pada aspek geografi di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Analisis pada aspek geografi di Kabupaten Pekalongan perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeirntahan Daerah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN... I-3 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-5 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Evaluasipelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu dengan memperhatikan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : H.

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun

DAFTAR TABEL. Miskin Kabupaten Pati Tahun Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun DAFTAR TABEL Tabel. 2.1. Perbandingan Penduduk Kabupaten Pati dan Prov Jateng Tahun 2007- II 8 Tabel. 2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan & Atas Dasar Harga II 8 Berlaku Kabupaten Pati Tahun 2007- Tabel.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi a. Karakteristik Wilayah 1) Luas

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 6

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 6 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 6 BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH... 10 A. Visi dan Misi... 10 B. Strategi dan Kebijakan Daerah... 11 1. Isu

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH ( R P J P D ) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2005-2025 PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2010

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lain... I-4 1.4 Sistematika Penulisan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci