Daftar Isi. Daftar Isi...1. Kata Pengantar...2. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Rumusan Masalah...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Daftar Isi. Daftar Isi...1. Kata Pengantar...2. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Rumusan Masalah..."

Transkripsi

1 Daftar Isi Halaman Daftar Isi...1 Kata Pengantar...2 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Rumusan Masalah...4 BAB II Pembahasan Penilaian Kualitas Pangan Pengertian dan Tujuan Penilaian Kualitas Pangan Cara-cara Penilaian Kualitas Pangan Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Kualitas Pangan Prinsip dan Teknik Penilaian Kualitas Pangan...32 BAB III Penutup Kesimpulan Saran...35 Daftar Pustaka...36 Kata Pengantar 1

2 Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan tugas makalah ini kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Pangan, Ibu Meilinasari, SKM, M.Kes dalam membimbing makalah ini dan semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini. Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Kerusakan Pangan dan Penilaian Kualitas Pangan. Memang makalah kami ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik lagi. Demikian kata pengantar pada makalah ini, mudah-mudahan makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Jakarta, 18 Februari 2015 Penulis BAB I Pendahuluan 2

3 1.1. Latar Belakang Pengawasan kualitas mencakup pengertian yang luas, meliputi aspek kebijaksanaan, standardisasi, pengendalian, jaminan kualitas, pembinaan kualitas dan perundangundangan (Soekarto, 1990). Hubeis (1997) menyatakan bahwa pengendalian kualitas pangan ditujukan untuk mengurangi kerusakan atau cacat pada hasil produksi berdasarkan penyebab kerusakan tersebut. Hal ini dilakukan melalui perbaikan proses produksi (menyusun batas dan derajat toleransi) yang dimulai dari tahap pengembangan, perencanaan, produksi, pemasaran dan pelayanan hasil produksi dan jasa pada tingkat biaya yang efektif dan optimum untuk memuaskan konsumen (persyaratan kualitas) dengan menerapkan standardisasi perusahaan/industri yang baku. Tiga kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian kualitas yaitu, penetapan standar (pengkelasan), penilaian kesesuaian dengan standar (inspeksi dan pengendalian), serta melakukan tindak koreksi (prosedur uji). Menurut Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, kualitas pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Berdasarkan pengertian tersebut, kualitas pangan tidak hanya mengenai kandungan gizi, tetapi mencakup keamanan pangan dan kesesuaian dengan standar perdagangan yang berlaku. Pengawasan kualitas pangan juga mencakup penilaian pangan, yaitu kegiatan yang dilakukan berdasarkan kemampuan alat indera. Cara ini disebut penilaian inderawi atau organoleptik. Di samping menggunakan analisis kualitas berdasarkan prinsip-prinsip ilmu yang makin canggih, pengawasan kualitas dalam industri pangan modern tetap mempertahankan penilaian secara inderawi/organoleptik. Nilai-nilai kemanusiaan yaitu selera, sosial budaya dan kepercayaan, serta aspek perlindungan kesehatan konsumen baik kesehatan fisik yang berhubungan dengan penyakit maupun kesehatan rohani yang berkaitan dengan agama dan kepercayaan juga harus dipertimbangkan Tujuan Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup dalam penilaian kualitas makanan secara subjektif dan objektif yang meliputi ; pengertian dan tujuan, cara-cara penilaian, serta kelebihan dan kekurangan masing-masing penilaian tersebut Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut. a. Pengertian dan tujuan penilaian kualitas makanan 3

4 b. Cara-cara penilaian kualitas makanan (Objektif : fisik, biologis, kimia, mikrobiologi; Subjektif : organoleptik) c. Kelebihan dan kekurangan masing-masing penilaian kualitas makanan d. Prinsip dan teknik penilaian kualitas makanan secara objektif dan subjektif (sifat, persyaratan, metoda, pengolahan data) BAB II Pembahasan 4

5 2.1. Penilaian Kualitas Pangan Pengertian dan Tujuan Penilaian Kualitas Pangan - Pengertian Penilaian Kualitas Pangan Kualitas pangan merupakan seperangkat sifat atau factor pada produk pangan yang membedakan tingkat pemuas/aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen. Kualitas pangan bersifat multidimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek kualitas pangan tersebut antara lain adalah aspek gizi (karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-lain) serta aspek selera (inderawi, enak, menarik, segar), aspek bisnis (standar kualitas, kriteria kualitas), serta aspek kesehatan(jasmani dan rohani). Kepuasan konsumen berkaitan dengan kualitas. Kualitas pangan (food quality) adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman (UU RI No.7 Tahun 1996). Kramer dan Twigg (1983) mengklasifikasikan karakteristik kualitas bahan pangan menjadi dua kelompok, yaitu : (1) karakteristik fisik/tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk, dan cacat fisik; kinestetika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi; flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip. (2) karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologi. Berdasarkan karakteristik tersebut, profil produk pangan umumnya ditentukan oleh ciri organoleptik kritis, misalnya kerenyahan pada keripik. Namun demikian, ciri organoleptik lain seperti bau, aroma, rasa, dan warna, juga ikut menentukan profil produk pangan. Pemenuhan spesifikasi dan fungsi produk pada produk pangan yang bersangkutan dilakukan menurut standar estetika (warna, rasa, bau, dan kejernihan), kimiawi (mineral, logam berat dan bahan kimia yang ada dalam bahan pangan) dan mikrobiologi (tidak mengandung bakteri Eschericia coli dan pathogen). Penilaian merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen yang bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran (Depkes RI, 2003). Baik kualitas pangan intrinsik maupun ekstrinsik mempengaruhi perilaku konsumen. Kualitas pangan tersebut merupakan sumber informasi bagi 5

6 konsumen untuk mengevaluasi karakter produk sebelum menentukan keputusan pembelian. Konsumen bisa saja memandang kualitas produk tersebut secara objektif maupun subjektif. Kualitas pangan objektif dilihat berdasarkan karakteristik fisik produk, sedangkan kualitas pangan subjektif dilihat berdasarkan pemikiran dan pertimbangan konsumen. Kualitas objektif bersifat teknis, sehingga proses dan kontrol kualitas dapat diukur dan diverifikasi (Espejel et al. 2007). Secara subjektif, penilaian terhadap kualitas pangan ditentukan oleh proses yang dilalui konsumen untuk dapat menggali informasi yang ada pada produk. Proses ini dimulai dari awal terbentuknya kebutuhan sampai dengan penilaian kualitas pasca pembelian produk. Pertimbangan yang dilakukan oleh konsumen dapat juga dipengaruhi oleh faktor tertentu, seperti faktor internal (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan) maupun faktor eksternal (informasi yang diperoleh dari lingkungan). - Tujuan Penilaian Kualitas Pangan Penilaian kualitas pangan berperan penting dalam hal seperti pemeriksaan produk pangan, pengendalian proses pengolahan pangan, hingga menghasilkan produk akhir yang juga penting dalam pengendalian kualitas Cara-Cara Penilaian Kualitas Pangan a. Subjektif Uji organoleptik merupakan pengujian secara subjektif, pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari rasa, bau/aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat makanan dimakan. Sebagai contoh, rasa enak adalah hasil dari sejumlah faktor pengamatan yang masing-masing mempunyai sifat tersendiri. Contoh keterlibatan panca indera dalam uji organoleptik, yaitu: 1. Rasa (taste) dengan 5 dasar sifat rasa, yaitu manis, asam, asin, umami, dan pahit. 2. Tekstur (konsistensi) adalah hasil pengamatan yang berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan sebagainya. 3. Bau (odour) dengan berbagai sifat seperti harum, amis, apek, busuk, dan sebagainya. 4. Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat membedakan antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan sebagainya. 6

7 5. Suara merupakan hasil pengamatan dengan indera pendengaran yang akan membedakan antara kerenyahan (dengan cara mematahkan sampel), melempem, dan sebagainya. Pengujian organoleptik meliputi : 1) Warna Warna makanan memiliki peranan utama dalam penampilan makanan, meskipun makanan tersebut lezat, tetapi bila penampilan tidak menarik waktu disajikan akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang. Warna merupakan hasil pengamatan dengan penglihatan yang dapat membedakan antara satu warna dengan warna lainnya, cerah, buram, bening, dan sebagainya. Warna biasanya merupakan tanda kemasakan atau kerusakan dari makanan, seperti perlakuan penyimpanan yang memungkinkan adanya perubahan warna. Oleh karena itu untuk mendapatkan warna yang sesuai dan menarik harus digunakan tehnik memasak tertentu atau dengan penyimpanan yang baik. 2) Penampilan Ungkapan look good enough for food bukanlah suatu ungkapan yang berlebihan. Makanan harus baik dilihat saat berada di piring, dimana hal tersebut adalah salah satu faktor terpenting. Kesegaran dan kebersihan dari makanan yang disajikan adalah contoh penting yang akan mempengaruhi penampilan makanan baik atau tidak untuk dinikmati. 3) Bentuk Bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik mata. Bentuk makanan yang menarik bisa diperoleh lewat cara pemotongan bahan makanan yang bervariasi, misalnya wortel yang dipotong dengan bentuk dice atau yang biasa disebut dadu digabung dengan salada yang dipotong dengan chiffonade adalah potongan tidak beraturan pada sayur. 4) Aroma Aroma adalah rasa dan bau yang sangat subyektif serta sulit diukur, karena setiap orang mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda. Meskipun mereka dapat mendeteksi, tetapi setiap individu memiliki kesukaan yang berlainan. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap. Aroma yang dikeluarkan setiap makanan berbeda-beda, seperti harum, amis, apek, busuk, dan sebagainya. Selain itu, cara memasak 7

8 yang berbeda akan menimbulkan aroma yang berbeda pula. Rasa makanan merupakan faktor kedua yang mempengaruhi citarasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. 5) Rasa Rasa (taste) merupakan tanggapan atas adanya rangsangan kimiawi yang sampai di indera pengecap lidah, khususnya jenis rasa yaitu manis, asin, asam, pahit, dan umami. Pada konsumsi tinggi indera pengecap akan mudah mengenal rasa-rasa tersebut. Beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah aroma makanan, bumbu masakan dan bahan makanan, keempukan atau kekenyalan makanan, kerenyahan makanan, tingkat kematangan dan temperatur makanan. 6) Tekstur (Keempukan) Penilaian tekstur (konsistensi) makanan dapat dilakukan dengan jari, gigi, dan langit-langit (palatum). Dari nilai yang diperoleh diharapkan dapat diketahui kualitas makanan. Faktor tekstur diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan, kemudahan dikunyah serta kerenyahan makanan. Hasil pengamatan dapat berupa sifat lunak, liat, keras, halus, kasar, dan sebagainya. Untuk itu cara pemasakan bahan makanan dapat mempengaruhi kualitas tekstur makanan yang dihasilkan. Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indera mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai/tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran. Panel Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptic diperlukan panel. Dalam penilaian mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak 8

9 sebagai instrument atau alat. Alat ini terdiri dari orang atau kelompok orang yang disebut panel yang bertugas menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Jadi, penilaian makanan secara panel berdasarkan kesan subjektif dari para panelis dengan prosedur sensorik tertentu yang harus dituruti. Ada 6 macam panel yang biasa digunakan dalam penilaian organoleptic, yaitu sebagai berikut. 1. Panel Pencicip Peorangan (Individual Expert) Pencicip perorangan juga disebut pencicip tradisional. Pencicip demikian telah lama digunakan dalam industri-industri makanan, seperti teh, kopi, anggur, es krim, atau penguji bau pada industry minyak wangi (parfum). Pencicip perorangan ini mempunyai kepekaan yang sangat tinggi, jauh melebihi kepekaan rata-rata manusia. Tingkat kepekaan ini diperoleh selain dari pembawaan lahir, juga dari pengalaman dan latihan yang lama. Ketajaman atau kepekaan ini biasanya hanya terhadap satu jenis komoditi. Keistimewaan seorang pencicip ini adalah dalam waktu singkat ia dapat menilai suatu hasil dengan tepat bahkan dapat menilai pengaruh dari macam-macam perlakuan, misalnya bahan asal, macam-macam cara pengolahan. 2. Panel Pencicip Terbatas (Small Expert Panel) Untuk menghindari ketergantungan pada pencicip perorangan, maka beberapa industri menggunakan 3-5 orang penilai yang mempunyai kepekaan tinggi yang disebut panel pencicip terbatas. Biasanya panel ini diambil dari personal laboratorium yang sudah mempunyai pengalaman yang luas terhadap suatu komoditi tertentu. Keputusan diambil secara musyawarah di antara anggota panel. 3. Panel Terlatih (Trained Panel) Anggota panel terlatih lebih besar daripada panel pencicip terbatas, yaitu Antara orang. Angotanya tidak hanya personal laboraorium tetapi dapat pula karyawan atau pegawai lain. Tingkat kepekaan yang diharapkan tidak perlu setinggi panel pencicip terbatas, sedangkan tugas penilaian dan tanggung jawabnya juga tidak sebesar panel pencicip terbatas. 4. Panel Tak Terlatih (Untrained Panel) 9

10 Jika panel terlatih biasanya untuk menguji perbedaan (difference test), maka panel tak terlatih umumnya untuk menguji kesukaan (preference test). Panel tak terlatih diambil dari luar dan pemilihannya lebih mengutamakan segi social, seperti latar belakang pendidikan, asal daerah, kelas ekonomi, dll. 5. Panel Agak Terlatih (Semi-Trained Panel) Di antara panel terlatih dan panel tak terlatih terdapat suatu panel yang disebut panel agak terlatih. Panel ini tidak dipilih menurut prosedur pemilihan panel terlatih, tetapi juga tidak diambil dari orang-orang awam yang tidak mengenal sifat-sifat sensorik dan penilaian organoleptic. Termasuk dalam katagori panel agak terlatih adalah sekelompok masiswa atau staf peneliti yagn dijadikan panelis secara musiman atau hanya kadang-kadang. Jumlah anggota panel agak terlatih berkisar Antara orang. Makin kurang terlatih makin besar jumlah panelis yang diperlukan. 6. Panel Konsumen Panel ini biasanya mempunyai anggota yang besar jumlahnya, 30 sampai 1000 orang. Pengujiannya biasanya mengenai uji kesukaan (preference test) dan dilakukan sebelum pengujian pasar. Hasil uji kesukaan dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu jenis makanan dapat diterima oleh masyarakat. Laboratorium Penilaian Organoleptik Laboratorium penilaian organoleptic adalah suatu laboratorium yang menggunakan manusia sebagai alat pengukur berdasarkan kemampuan penginderaannya. Pengukuran ini menggantungkan pada kesan atau reaksi kejiwaan (psikis) manusia dengan jujur, spontan, dan murni tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor luar atau faktor kecenderungan (bias). Untuk memperoleh reaksi kejiwaan yang jujur dan murni diperluan persyaratan tertentu pada laboratorium penilaian ini. Suasana yang paling penting dalam tempat penilaian ini ialah kebersihan, ketenangan, menyenangkan, kerapihan, teratur, serta cara penyajian yang estetis. Yang paling utama dalam laboratorium penilaian organoleptic adalah ruang pencicipan, tempat para anggota panelis dapat melakukan penilaian. Unsur-unsur lain yang juga penting dalam laboratorium ini ialah ruang penyiapan contoh/dapur, ruang panelis, ruang tunggu, dan ruang pertemuan para panelis. Peralatan dan sarana yang penting dalam laboratorium penilaian organoleptic yaitu peralatan dan sarana untuk persiapan contoh, penyajian contoh, dan peralatan komunikasi Antara penyaji dan panelis. 10

11 Peralatan untuk persiapan contoh dapat berupa seperti layaknya peralatan dapur, misalnya panci, kompor, pisau, dll. Sarana dapur diperlukan dalam laboratorium penilaian organoleptic. Peralatan penyajian contoh meliputi peralatan untuk menghidangkan makanan atau minuman seperti sendok, garpu, piring, gelas, nampan, dll. Peralatan untuk komunikas dapat berupa system kode lampu, formulir isian, formulir instruksi tertulis, dan alat tulis. Persyaratan Laboratorium Penilaian Organoleptic 1. Isolasi Untuk menjamin keadaan tenang, sebaiknya laboratorium terpisah dari kegiatan-kegiatan lain. Perlu disiapkan ruangan khusus untuk pencicipan yang tenang. Ruangan tersebut hendaknya terpisah dari keramaian proses pengolahan, ruang pertemuan, dan jauh dari keramaian lalu lintas. 2. Kedap Suara Ruangan tempat bilik-bilik pencicip harus dibangun kedap suara (soundproof). Cara yang paling mudah dan murah adalah dengan memiliki ruang laboratorium yang jauh dari keramaian. Jika hal itu tidak memungkinkan, dapat melapisi dinding ruangan dengan bahan kedap suara. 3. Kedap Bau Ruangan penilaian tersebut juga harus bebas dari bau-bauan asing atau yang datang dari luar. Ruang pencicip harus diusahakan jauh dari ruang pengolahan, daerah pembuangan kotoran, atau daerah yang menghasilkan baubauan. Lubang-lubang ventilasi ruangan di tempat yang tinggi perlu dilengkapi dengan rangkap atau saringan gas. Ruangan itu juga harus bebas dari baubauan rokok dan parfum yang berasal dari panelis. 4. Suhu dan Kelembapan Suhu ruangan harus dibuat tetap dan setinggi suhu kamar (20º-25ºC). Kelembapan diatur kira-kira 65%. Untuk mengatur suhu ruangan biasanya digunakan penyejuk ruangan (air conditioning). 5. Cahaya Cahaya dalam ruangan sedapat mungkin tidak terlalu kuat, tetapi juga tidak telalu redup. 11

12 6. Dapur Persiapan Contoh Dapur tempat persiapan contoh harus terpisah dari ruang pencicipan tetapi tidak terlalu jauh. Bau-bauan dari dapur tidak boleh mencemari ruang pencicip. Kesibukan persiapan contoh tidak boleh terdengar oleh panelis di ruang pencicipan. Bilik Pencicip (Booth) Bilik pencicip terdapat dalam ruang pencicipan, berupa ruangan kecil atau bilik yang cukup terisolir. Tiap-tiap bilik cukup untuk duduk seorang anggota panelis. Bilik pencicip ini biasanya berupa sekat-sekatan. Ukuran bilik yaitu panjang cm dan lebar cm. Tingginya dari lantai kira-kira 150 cm. Bilik pencicip dimaksud agar tiap-tiap panelis dapat melakukan penilaian secara individual, bebas, tidak dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan sekitarnya. Persiapan Pengujian Organoleptik A. Organisasi Pengujian Ada 4 unsur penting yang tersangkut dalam pekerjaan pengujian organoleptik yaitu meliputi pengelola pengujian, panel, seperangkat sarana pengujian, dan bahan yang diuji atau dinilai. Suasana demikian harus diciptakan agar data penelitian dapat diandalkan sehingga dapat dianalisa dan diinterpretasi. 1. Pengelola Pengujian Orang yang sangat penting dan paling sibuk dalam pengujian organoleptik adalah pengelola pengujian atau disebut juga penguji. Di lembaga penelitian, penguji mungkin seorang kepala laboratorium pengujian organoletik atau seorang staff yang diserahi tugas khusus untuk melaksanakan itu. Penguji dapat pula seorang peneliti atau seorang mahasiswa Pasca Sarjana yang sedang melakukan penelitian organoleptik. Penguji inilah yang mengorganisasi pelaksanaan pengujian. Dialah yang merancang pengujian, memilih metode pengujian, menyiapkan dan menyelenggarakan pengujian, dia pula yang mengelola persiapan yang diperlukan seperti penyiapan panelis, tempat pengujian, peralatan yang digunakan, contoh yang diujikan, dan sarana pengujian lainnya. Dalam persiapan itu pengelola dapat dibantu oleh beberapa asisten. 2. Suasana Pengujian 12

13 Meskipun disiplin penting dalam pengujian organoleptik tapi suasana tegang dan tertekan harus dihindarkan. Suasana bersemangat, bersungguh sungguh tapi santai. Persyaratan tersebut sepertinya kontradiktif tapi sebetulnya tidak demikian. Suasana demikian dapat dan perlu diciptakan, tidak hanya meliputi di laboratorium pengujian tetapi meliputi juga hubungan antara pengelola dan panelis. Meskipun suasananya santai, kesungguhan dan kedisiplinan diperlukan karena keandalan data sedikit banyak bergantung pada suasana demikian. 3. Penyiapan Panelis Dalam melaksanakan pengujian organoleptik, suatu tim panel harus sudah dibentuk. Sebelum ujian dilaksanakan para panelis harus sudah diberitahu dan diharapkan datang tepat apda waktunya. Jika panelis telah datang, engujian juga sudah harus siap dilaksanakan. Disinilah pentingnya disiplin waktu bagi panelis. Jangan sampai terjadi panelis dibiarkan menunggu terlalu lama. Jika hal ini terjadi maka dapat menurunkan tingkat antusiasme panelis dan dapat menurunkan tingkat keandalan. Panelis perlu mendapatkan penjelasan sebelum melakukan penilaian. Meskipun pekerjaan itu sudah terlalu biasa bagi panelis, tetapi setiap melakukan penilaian contoh baru harus mendapatkan penjelasan. 4. Penyiapan Peralatan dan Sarana Peralatan untuk melaksanakan uji organoleptik perlu direncanakan dengan tentu. Alat alat perlu dipilih yang sesuai atau cocok dengan contoh yang diujikan. Begitu pula peralatan dan sarana penyuguhan contoh perlu disiapkan dan direncanakan dengan seksama, jangan sampai saat ujian sedang uji dan berlangsung ada peralatan atau sarana yang kurang sehingga terpaksa pengujian terputus. Apabila hal tersebut terjadi dapat menggelisahkan panelis. B. Komunikasi Penguji dan Panelis Antara penguji dan panelis perlu ada komunikasi yang tepat. Informasi yang diberikan hanya secukupnya. Informasi itu tidak boleh kurang tetapi juga tidak boleh berlebihan, supaya tidak menimbulkan kecenderungan (bias). Keandalan hasil penelitian sangat bergantung pada ketepatan komunikasi antara penguji dengan panelis. 1. Penjelasan Umum 13

14 Penjelasan umum dapat disebut juga (briefing). Dalam penjelasan umum ini dikumpulkan calon panelis atau tim panelis yang telah dibentuk. Kepada mereka diberikan informasi secara umum tentang seluk buluk pengujian organoleptik, meliputi pengertian praktik, kegunaan dan kepentingan. Peranan tugas panelis juga perlu mereka ketahui. Dalam enjelasan umum ini perlu ditimbulkan minat panelis (interest) agar mereka bersemangat dan berkemauan baikm dalam melakukan uji organoleptik. Dalam memberikan semangat atau motivasi dalam organoleptik harus sangat dijaga jangan sampai panelis terlalu bersemangat atau fanatic karena dapat menimbulkan kecenderungan (bias). Dalam enjelasan umum perlu juga diberitahukan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan panelis didalam bilik pencicip. 2. Penjelasan Khusus Maksud dari penjelasan khusus adalah memberikan informasi atau instruksi pada suatu panel yang berhubungan dengan suatu tugas pengujian organoleptik pada suatu komoditi tertentu. Misalnya cara mencicip kecap dan lain sebagainya. Penjelasan khusus dapat diberikan saat akan mulai penyelenggaraan atau beberapa waktu sebelum enyelenggaraan pengujian dimulai. 3. Instruksi Pemberian tugas pada panelis untuk menyatakan kesan sensorik pada tiap-tiap pengujian disebut instruksi. Instruksi harus diberikan sebelum panelis melakukan penelitian dan dapat diberikan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Instruksi harus jelas dan singkat supaya mudah dipahami dan ditangkap maksudnya. Jika panelis telah masuk bilik pencicip hendaknya tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan. 4. Formulir Pertanyaan Instruksi dibuat dalam bentuk formulir pertanyaan (questionnaire). Formulir pertanyaan harus mengandung unsur-unsur yang terdiri dari informasi, intruksi, responsi serta harus disusun secara jelas, singkat dan rapi. Metode Pengujian Organoleptik Pengujian organoleptik mempunyai bermacam-macam cara. Cara-cara pengujian itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Cara pengujian yang paling populer 14

15 adalah kelompok pembedaan (difference tests) dan kelompok pengujian pemilihan (preference tests). 1. Pengujian Pembedaan Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptic antara 2 contoh. Uji-uji ini digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara 2 produk dari komoditi yang sama. Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian. Uji pembedaan biasanya menggunakan anggota panelis yang berjumlah panelis terlatih. Dengan demikian, biaya penyelenggaraan lebih kecil dan hasil pengujiannya cukup peka. a. Uji Pasangan Uji pasangan disebut juga paired comparison, paired test, atau dual comparation. Cara pengujian ini termasuk paling sederhana dan paling tua, sehingga itu sering digunakan. Dalam pengujian dengan uji pasangan, dua contoh disajikan bersamaan atau berurutan dengan nomer kode yang berlainan. Masingmasing anggota panel diminta menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat yang diujikan. Ada dua cara uji pasangan yaitu dengan dan tanpa dengan bahan pembanding (reference). Dari dua contoh yang disajikan, salah satunya merupakan bahan pembanding atau sebagai control, sedangkan yang lainnya sebagai yang dibandingkan, dinilai, atau yang diuji. Dalam uji pasangan, pengujian dapat dianggap cukup jika panelis telah dapat menyatakan ada atau tidaknya perbedaan. b. Uji Segitiga Uji segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Pengujian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji pasangan. Dalam pengujian ini kepada masing-masing panelis, disajikan secara acak 3 contoh yang 15

16 sudah diberi kode. Pengujian ketiga contoh itu biasanya dilakukan secara bersamaan tetapi dapat pula berurutan. Dua dari tiga contoh itu sama dan yang ketiga berbeda. Panelis diminta memilih satu di antara 3 contoh yang berbeda dari 2 yang lain. Dalam uji ini tidak ada pembanding. c. Uji Duo-Trio Uji ini seperti halnya pada uji segitiga, tiap-tiap anggota panel disajikan 3 contoh, 2 contoh dari bahan yang sama dan contoh ketiga dari bahan yang berbeda. Bedanya ialah bahwa salah satu dari 2 contoh yang sama itu dicicip atau dikenali dulu dan dianggap sebagai contoh baku/pembanding, sedangkan kedua contoh lainnya kemudian. Dalam penyuguhannya, ketiga contoh tersebut dapat diberikan bersamaan atau pembandingnya diberikan terlebih dahulu kemudian baru contoh yang lainnya diberikan. Dalam pelaksanaa uji, panelis diminta untuk memilih salah satu di Antara 2 contoh terakhir yang sama dengan pembanding. d. Uji Pembanding Ganda Uji pembanding ganda disebut juga dual standards. Bentuk pengujian pembanding ganda menyerupai uji duo-trio namun jika pada uji duo-trio digunakan satu pembanding, pada uji pembanding ganda digunakan 2 contoh baku sebagai pembanding. Kedua contoh pembanding itu disuguhkan bersamaan sebelum contoh-contoh yang akan diuji diberikan. Dalam pengujian ini panelis diminta menyebutkan yang mana dari kedua contoh yang diujikan sama dengan pembanding A dan yang mana yang sama dengan pembanding B. 16

17 e. Uji Pembanding Jamak Uji pembanding jamak disebut juga multiple standards. Dalam uji pembanding jamak digunakan 3 atau lebih contoh pembanding. Contoh-contoh pembanding itu biasanya mempunyai kesamaan sifat atau hanya berbeda kecil dalam tingkat. Contoh pembanding dan contoh yang diuji disuguhkan bersamaan secara acak. Panelis diminta menunjuk satu contoh yang paling berbeda dari contoh yang disuguhkan. Uji pembanding jamak tidak cocok untuk uji cicip karena terlalu banyak contoh yang disajikan, tetapi baik untuk uji baud an uji penglihatan atau warna. f. Uji Rangsangan Tunggal Uji rangsangan tunggal disebut juga uji A dan uji bukan A. Uji ini dikembangkan di Universitas Brown. Pengertian contoh bukan A ialah semua contoh yang tidak mempunyai sifat-sifat sensorik seperti yang dispesifikasikan dengan contoh A. Contoh bukan A dapat pula diganti dengan contoh B yaitu contoh dengan sifat sensorik tertentu atau yang telah dispesifikasikan tetapi beda dengan A. Mula-mula panelis diwajibkan mengenal dan menghafal suatu contoh baku A. Caranya dengan menyuguhkan contoh baku A berkali-kali sampai kenal betul. Untuk lebih mengenal contoh baku A kadang-kadang perlu contoh lain (bukan A) juga disuguhkan. Setelah panelis mengenal dan hafal contoh baku A, sejumlahh contoh yang diuji disuguhkan secara acak. Penyuguhannya dapat diberikan berurutan tetapi dapat juga bersamaan kalau jumlahnya kecil. Panelis diminta untuk memasukkan masing-masing contoh ke dalam kategori A atau bukan A. Penyajiannyapun harus 17

18 dibuat acak. Hal ini juga dimaksud untuk memudahkan mengenal kembali contoh baku. g. Uji Pasangan Jamak Uji pasangan jamak disebut juga multiple pairs. Uji ini mirip dengan uji rangsangan tunggal tetapi lebih sulit. Dalam uji pasangan jamak sekelompok contoh A dan sekelomok contoh bukan A atau contoh B disajikan secara acak. Panelis diwajibkan mengenali masing-masing kelompok. Contoh baku atau pembanding tidak ada. Tugas panelis adalah mengelompokkan masing-masing contoh atau mensortasi ke dalam kelompok A atau bukan A. Kelompok bukan A juga dapat diganti kelompok B. Penyajian contoh biasanya berurutan atau satu persatu, tetapi dapat juga bersama-sama secara acak. Dalam uji ini tidak ada contoh baku, tetapi sudah diketahui bahwa dalam contoh-contoh yang diuji hanya ada dua golongan. Uji ini baik untuk sortasi atau contoh pengkelasan mutu (grading). Besarnya peluang acak tergantung dari banyaknya contoh yang disajikan. h. Uji Tunggal atau Monadic Uji tunggal juga disebut uji monadic. Uji ini terutama diperuntukan bagi komoditi atau contoh yang mempunyai kesan kemudian (after taste) yang kuat. Bahan-bahan contoh demikian jika disajikan dalam jumlahh banyak dan bersamaan waktunya, contoh yang satu akan mempengaruhi penilaian contoh berikutnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan cara uji skor atau uji skala. Uji tunggal juga dapat untuk menguji ada atau tidaknya suatu sifat sensorik, dengan menggunakkan metode uji pembanding. Jadi uji tunggal atau uji monadic, sebenarnya bukan suatu metode pengujian tetapi lebih tepat sebagai suatu metode penyajian contoh. 18

19 2. Uji Skalar Pada uji skalar panelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis lurus berarah dengan pembagian skala den gan jarak yang sama atau dalam bentuk pita skalar dengan gradasi yang mengarah. a. Uji Skalar Garis Bentuk garis lurus berarah adalah bentuk yang paling biasa dalam menunjukkan besaran skalar. Garis itu mempunyai pangkal dan mempunyai arah. Sepanjang garis itu dapat dibuat skala dengan jarak yang sama. Arah skalar dapat satu dapat pula dua. Dalam pengujian panelis diminta menyatakkan besaran kesan dengan menempatkannya pada suatu lokasi di garis skalar. Caranya dengan membuat tanda berupa garis vertical, atau tanda X pada titik digaris skalar. Seperti halnya pada skala hedonic, data penilaian uji skalar juga dapat dinyatakkan dengan angka yang kemudian dianalisis dengan statistic. Tanda garis vertical Tanda garis horizontal Garis Skalar dengan Contoh Penilaian b. Uji Skor Uji skor juga disebut pemberian skor atau scoring. Pemberian skor adalah memberikan angka nilai atau menetapkan nilai mutu sensorik terhadap bahan yang diuji pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonic. Tingkat skala mutu ini dapat dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan skala mutu yang sudah menjadi baku. Uji skor dapat dilakukan pada penilaian sifat sensorik yang spesifik seperti tekstur pejet pada nasi, warna merah pada tomat, rasa langu pada hasil olahan kedelai atau sifat sensorik umum seperti sifat hedonic atau juga sifat-sifat sensorik kolektif seperti pada pengawasan mutu komoditi. Skala Mutu Nilai Ujian Sempurna 10 19

20 Luar biasa 9 Sangat bagus 8 Bagus 7 Sedang 6 Kurang 5 Sangat kurang 4 Buruk 3 Contoh Skala Mutu Daya Tangkap Pelajaran Murid Dengan Nilai c. Uji Perbandingan Pasangan Uji perbandingan pasangan disebut juga paired comparison. Uji ini hampir menyerupai uji pasangan. Bedanya terletak pada pertanyaan. Jika pada uji pasangan dinyatakkan ada atau tidak adanya perbedaan maka pada uji perbandingan pasangan pertanyaan itu dapat ditambahkan lagi mana yang lebih dari dua contoh yang diuji. Kelebihan ini dapat berarti lebih baik dapat pula lebih buruk. Pertanyaan dapat disambung dengan menanyakan tingkat lebihnya lebih lanjut. Skala Perbandingan Skala Numerik Sangat lebih baik +3 Lebih baik +2 Agak lebih baik +1 Tidak berbeda 0 Agak lebih buruk -1 Lebih buruk -2 Sangat lebih buruk -3 Contoh Skala Uji Perbandingan Pasangan dengan Skala Numeriknya d. Uji Perbandingan Jamak Uji perbandingan jamak juga disebut multiple comparison. Uji perbandingan jamak pada prinsipnya hampir sama dengan uji perbandingan pasangan. Jika pada uji perbandingan pasangan hanya dua contoh disajikan maka pada uji perbandingan jamakk banyak contoh, yaitu tiga atau lebih contohh disuguhkan secara bersamaan. Contoh pembanding dapat pula diberikan. Dalam pelaksanaannya panelis diminta memberikan skor berdasarkan skala kelebihan, yaitu lebih baik atau lebih buruk. Masing-masing contoh diberi skor. Skala Perbandingan Skala Numeric Amat sangat lebih baik 1 Sangat lebih baik 2 20

21 Lebih baik 3 Agak lebih baik 4 Sama 5 Agak lebih buruk 6 Lebih buruk 7 Sangat lebih buruk 8 Amat sangat lebih buruk 9 Contoh Skala Uji Perbandingan Jamak dengan Skala Numeric e. Uji Penjenjangan Uji penjenjangan juga disebut uji pengurutan atau ranking. Dalam uji ini panelis diminta membuat urutan contoh-contoh yang diujimenurut perbedaan tingkat mutu sensorik. Dalam urutan jenjang ini, jarak (interval) antara jenjang ke atas dan ke bawah tidak harus sama. Misalnya jenjang no.1 dan 2 tidak harus sama dengan perbedaan jenjang no.2 dan 3. Uji penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji penjenjangan komoditi diurutkan atau diberi nomor urut. Urutan ertama selalu menyatakan yang paling tinggi, makin kebawah nomor urut makin besar. Angka-angka ini tidak menyatakan besaran skalar melainkan nomor urut. Dalam uji penjenjangan, contoh pembanding tidak dinyatakan. 3. Pengujian Deskripsi Pengujian deskripsi merupakan penilaian sensorik yang berdasarkan sifat-sifat sensorik yang lebih kompleks, meliputi banyak sifat sensorik. Dalam pengujian deskripsi banyak sifat sensorik di nilai dan dianalisis secara keseluruhan. Jadi, sifatsifat sensorik itu menyusun mutu sensorik secara keseluruhan, tetapi tidak semua sifat sensorik itu cukup relevan terhadap atau peka sebagai pengukur mutu. Hanya sebagian saja dari sifat-sifat sensorik diilih, terutama yang paling relevan terhadap mutu atau yang paling peka terhadap erubahan mutu dipilih untuk menyatakkan deskripsi mutu sensorik suatu komuditi. Sifat-sifat sensorik mutu itu disebut atribut mutu. Dalam engujian deskripsi pada mulanya masing-masing atribut mutu diujikan secara rating. Hasil keseluruhan dari masing-masing pengujian atribut disajikan dalam bentuk pengujian rating. Pada tahap selanjutnya data hasil pengujian rating ditransformasikan dalam bentuk grafik majemuk. Dalam pengujian deskripsi grafik disusun secara radial. Masing-masing garis menggambarkan himpunan nilai mutu. Titik pusatnya menyatakan nilai mutu tertinggi. Angka tertinggi ditetapkan secara arbiter, misalnya nilai antara Dapat pula ditetapkan di bawah angka 50 21

22 misalnya angka 35. Biasanya sudut antara 2 garis radial sama dan ditetapkan dengan cara membagi suut keliling dengan jumlah atribut mutu. Misalnya ada 9 atribut mutu maka sudut antara 2 garis atribut adalah 360 / 9 = 40. Penggunaan Analisis Deskriptif berikut. Menurut Zook da Wessman (1977), penggunaan analisis deskriptif adalah sebagai 1. Menilai pengembangan produk Disini analisis deskriptif digunakan untuk menilai mutu produk baru terhadap produk lama, mutu produk terhadap produk siangannya, pengaruh penanganan terhadap suatu produk atau terhadap beberapa perubahan dalam pengolahan. 2. Mempertahankan atau menyeragamkan mutu Untuk mendapatkan mutu yang seragam dari waktu ke waktu, dari pengolahan ke pengolahan, analisis deskriptif dapat menolong penyidikan. Penyebab perubahan atau ketidakseragaman dapat segera diketahui dengan analisis ini dengan tindakan-tindakan pembetulan segera dapat dilakukan. 3. Sebagai alat diagnosis Jika pasaran suatu produk mundur, maka dapat dilakukan diagnosis penyebab kemunduran. Dengan analisis ini dapat didiagnosis penyebab kemunduran pemasaran itu. 4. Pengukuran pengawasan mutu Analisis deskriptif dapat memberikan gambaran mutu suatu komoditi. Dengan analisis ini dapat pula diketahui mutu hasil pengolahan. Disamping itu analisis deskriptif dapat pula digunakan sebagai alat pengukur, apakah mutu komuditi mengalami penyimpangan dari waktu ke waktu. b. Objektif Fisik Uji fisik adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif berdasarkan hal-hal fisik yang nampak dari suatu produk. Prinsip uji fisik yaitu pengujian dilakukan dengan cara kasat mata, penciuman, perabaan dan pengecapan dan alat-alat tertentu yang sudah di akui secara akademis. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menguji sifat fisik bahan pangan. Pertama, menggunakan indera manusia, dengan cara 22

23 menyentuh, memijit, menggigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita sampaikan apa yang kita rasakan. Ini yang disebut dengan analisa sensori. Karena reaksi kita sebagai manusia yang menguji berbeda-beda, maka diperlukan analisa statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji terhadap produk tersebut. Cara uji kedua dengan pendekatan fisik, menggunakan instrument atau peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter (m), kilogram (kg) dan detik (dt). Pendekatan fisik untuk mempelajari sifat mekanis bahan disebut rheology. Kualitas produk diukur secara objektif berdasarkan hal-hal fisik yang nampak dari suatu produk. Metode penilaian kualitas dengan alat dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik atau sifat-sifat kualitas pangan yang tersembunyi. Umumnya, hasil pengukuran karakteristik kualitas dengan uji sensori memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan hasil pengukuran karakteristik kualitas dengan alat. Metode pengukuran uji fisik digunakan untuk menguji warna, volume, tekstur, viskositas atau kekentalan dan konsistensi, keempukan dan keliatan, serta bobot jenis. Sifat fisik memiliki kaitan sangat erat dengan kualitas bahan pangan karena dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam menentukan tingkat metode penanganan dan atau bagaimana mendesain peralatan pengolahan terutama peralatan pengolahan yang bersifat otomatis. Kelebihan memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu produk metode ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, hasil pengukuran dan pengamatannya juga cepat diperoleh dapat membantu analisis usaha untuk meningkatkan produksi atau pemasarannya Kekurangan keterbatasan akibat beberapa sifat inderawi tidak dapat dideskripsikan objektif alat/instrumen harus dapat dilakukan dan selalu terkalibrasi untuk menjamin keakuratan menggunakan alat-alat dan kecermatan hasil alat yang sederhana dapat terjadi salah komunikasi antara manajer dan panelis Kimia Uji kimia adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif berdasarkan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu produk. 23

24 Kelebihan Kekurangan sangat objektif, memiliki prosedur terstandar Mahal hasil dapat dipercaya (realibility tinggi), Kompleks dapat menentukan kualitas makanan dari kimia zat gizi yang terkandung di dalamnya. menuntut keahlian dan pengetahuan di bidang analisa kimia membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian dalam pengerjaannya, karena melibatkan reagen-reagen kimia Dalam metode kimia kita menggunakan beberapa metode di antaranya : 1. Gravimetri Gravimetri adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada pengukuran berat, yang melibatkan pembentukan, isolasi dan pengukuran berat dari suatu endapan. Analisis gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif dengan penimbangan. Tahap awal analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan. Pengukuran dalam metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan hasil reaksi.analisis gravimetri dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan dan elektrolisis. 2. Volumetri Volumetri adalah analisa volumetri merupakan bagian dari kimia analisa kuantitatif, di mana penentuan zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan tadi. Dalam volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui 24

25 konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang ditentukan atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi sampai sempurna dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir titrasi. Untuk mengetahui kesempurnaan berlangsungnya reaksi antara larutan baku dan larutan yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai indikator, yang dapat membantu dalam menentukan kapan penambahan titran harus dihentikan. Bila reaksi antara larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya dengan adanya perubahan warna atau pembentukan endapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan. Dalam volumetri dikenal 2 macam larutan baku, yaitu baku primer dan baku sekunder. a. Baku Primer Yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung, karena diperoleh dari hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dapat dinyatakan dalam N (mol.equivalen/l) atau M (mol/l). Contoh larutan baku primer adalah NaCl, asam oksalat, Natrium Oksalat. b. Baku Sekunder Yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan, dengan larutan baku primer atau dengan metode gravimetri yang tepat. Contoh : NaOH (dibakukan dengan primer asam oksalat). Syarat-syarat suatu bahan baku adalah sebagai berikut. - Susunan kimianya diketahui dengan pasti - Harus murni dan mudah dimurnikan - Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis - Stabil, baik dalam keadaan murni, maupun dalam larutannya - Dapat larut dalam pelarut yang cocok dan dapat bereaksi secara stokiometri dengan larutan yang akan dibakukan atau dengan zat yang akan ditentukan kadarnya - Bobot equivalennya besar, agar pengaruh kesalahan penimbangan dapat diperkecil. 3. Spektrofotometri 25

26 Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra 2009). 4. Kromatografi Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam.molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisa lebih lanjut. Prinsip dasar kromotografi adalah pemisahan yang di dasarkan atas distribusi diferenbsial dua fase di anataranya fase diam dan fase gerak. Gerakan fase gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial komponen dalam sampel. Penilaian Kimiawi mutu makanan secara kimiawi terdiri dari : Mutu Karbohidrat Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar(misalnya, glukosa), cadangan makanan (misalnya, pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya, selulosa pada tumbuhan, kitin, pada hewan dan jamur). Mutu Protein 26

27 Mutu protein bahan makanan ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein komplit atau protein dengan nilai biologi tinggi atau bermutu tinggi adalah protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan, yaitu semua protein hewani kecuali gelatin, merupakan protein komplit. Protein tidak komplit atau protein bermutu rendah adalah protein yang tidak mengandung atau mengandung dalam jumlah yang kurang satu atau lebih asam amino esensial, yaitu sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacangkacang lain merupakan protein tidak komplit. Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas untuk memungkinkan pertumbuhan dinamakan asam amino pembatas (limiting amino acid). Metionin merupakan asam amino pembatas kacang-kacangan dan lisin dari beras. Mutu Lemak Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting dalam diet karena beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber utama energi dan mengandung lemak esensial. Namun konsumsi lemak berlebihan dapat merugikan kesehatan, misalnya kolesterol dan lemak jenuh. Dalam berbagai makanan, komponen lemak memegang peranan penting yang menentukan karakteristik fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampilan. Karena itu sulit untuk menjadikan makanan tertentu menjadi rendah lemak (low fat), karena jika lemak dihilangkan, salah satu karakteristik fisik menjadi hilang. Lemak juga merupakan target untuk oksidasi, yang menyebabkan pembentukan rasa tak enak dan produk menjadi berbahaya. Analisis lemak dalam makanan meliputi : - Kadar lemak total - Jenis lemak yang ada - Sifat fisikokima lemak, seperti kristalisasi, titik leleh, titik asap, rheologi, densitas dan warna Prinsip : Pengujian menggunakan alat tertentu dan metode terstandar 27

28 Dalam melakukan pengujian kimia dibutuhkan dasar pengetahuan kimia Terbagi menjadi dua kelompok, yaitu analisa proksimat dan analisa kualitatif & kuantitatif Mikrobiologi Metode penilaian uji mikrobiologi, digunakan untuk analisis kualitatif mikroorganisme, seperti bakteri, kapang, ragi dan protozoa untuk mengetahui keberadaan cemaran mikroorganisme dalam bahan pangan sebagai indikator apakah makanan tersebut tercemar atau tidak. Serta jenis mikroorganisme yang mencemari bahan pangan dapat berubah/berganti akibat proses pengolahan. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993). Pada uji mikrobiologi kualitas produk diukur secara objektif berdasarkan keberadaan mikroorganisme yang terdapat dalam suatu produk. Uji ini berperan besar dalam mengetahui higieni sanitasi makanan akan tetapi juga memiliki beberapa kekurangan yaitu adanya risiko kontaminasi terhadap penguji dan butuh waktu lama karena mikroba harus diinkubasi. Berbagai macam uji mokrobiologi dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Dirjen POM, 1979). Kelebihan Kekurangan 28

29 berperan besar untuk mengetahui higienis resiko kontaminasi terhadap penguji dan butuh dan sanitasi makanan waktu lama karena mikroba harus di inkubasi Tabel Seleksi Bakteri (SesiliaR.2011) Bakteri 1. E. Coli 2. Salmonella thypi 3. Pseudomonas aeruginosa 4. Staphylococcus aureus Media Enrichmen BGLBB, LB, BHIB BSA, SCB, SELENITIF BHIB BHIB Media Selektif EMBA,Mc concey SSA, BSA MHA, CETA VJA 5. Vibrio cholera APW TCBSA Hasil Positif Koloni hijau metalik dengan bintik hitam di tengah Koloni keruh atau bening, tidak berwarna bagian tengah mungkinberwarna hitam Koloni kecil dan sedang, jernih, sedikit keruh Koloni hijau berfluoresen Koloni berukuran kecil dan berwarna hitam, dikelilingi oleh areal berwarna kuning yang enunjukkan terjadinya fermentasi manitol. Koloni kuning permukaan agak datar, bagian tengah keruh dan bagian pinggir bening atau koloni kuning agak kering dilingkari zone kuning. Mikroba yang terkandung dalam makanan bisa menyebabkan terjadinya kerusakan mikrobiologi pada makanan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi oleh masyarakat, perlu dilakukan pengujian mikroba yang terkandung dalam makanan tersebut, salah satu cara tersebut adalah dengan analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan (Buckle 1987). Cara ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Caracara tersebut dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1. Perhitungan Jumlah Sel - Hitungan mikroskopis 29

PENILAIAN ORGANOLEPTIK

PENILAIAN ORGANOLEPTIK PENILAIAN ORGANOLEPTIK HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Handout : PENILAIAN ORGANOLEPTIK (Oleh :

Lebih terperinci

LABORATORIUM PENGUJIAN INDERAWI

LABORATORIUM PENGUJIAN INDERAWI LABORATORIUM PENGUJIAN INDERAWI MAKALAH SENSORI PANGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sensori pangan yang diampu oleh: Dewi Nur Azizah, S.TP.,M.P. Oleh : Meti Maryati (1405875) PROGRAM

Lebih terperinci

Uji mutu organoleptik. Pramudya Kurnia

Uji mutu organoleptik. Pramudya Kurnia Uji mutu organoleptik Pramudya Kurnia Organoleptik Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karbohidrat biji jagung manis juga fraksi-fraksi gula bebas sebesar 1%-3% yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karbohidrat biji jagung manis juga fraksi-fraksi gula bebas sebesar 1%-3% yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Komponen terbesar di dalam biji jagung manis adalah karbohidrat, selain karbohidrat biji jagung manis juga fraksi-fraksi gula bebas sebesar 1%-3% yang terdapat

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVI PENGUJIAN BAHAN SECARA ORGANOLEPTIK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK Laporan Praktikum Hari/tgl : Kamis/16 FebruarI 2012 Analisis Organoleptik PJ Praktikum : Elza Nur Fadhila, S.KM Tim Penyaji : Kelompok 1 Asisten Praktikum : Dewi Fitriyanti, A.Md PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

Lebih terperinci

MAKALAH PENGAWASAN MUTU BAHAN HASIL PERTANIAN (Aplikasi Pengawasan Mutu Pangan dan Pengujian Sensoris di Bidang Pangan)

MAKALAH PENGAWASAN MUTU BAHAN HASIL PERTANIAN (Aplikasi Pengawasan Mutu Pangan dan Pengujian Sensoris di Bidang Pangan) MAKALAH PENGAWASAN MUTU BAHAN HASIL PERTANIAN (Aplikasi Pengawasan Mutu Pangan dan Pengujian Sensoris di Bidang Pangan) Oleh : Nama : Eki Dwiyan Saputra NPM : 240110140023 Kelas : TEP 2014 LABORATORIUM

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:72) Penelitian Eksperimen atau Experimental Research dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS ACARA III UJI RANKING OLEH PENINA J1A KELOMPOK XIV

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS ACARA III UJI RANKING OLEH PENINA J1A KELOMPOK XIV LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS ACARA III UJI RANKING OLEH PENINA J1A013100 KELOMPOK XIV PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTASTEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM 2015 HALAMAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Tempe Berbahan Baku Biji Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Perlakuan lama waktu fermentasi sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS

PENUNTUN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS PENUNTUN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 1 PRAKTIKUM 1 AMBANG MUTLAK DAN PENGENALAN UNTUK RASA (Absolute and Recognition Threshold

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Konsumen Oleh : 1. Avida Ayu Pramesti (5402411052) 2. Rana Bella (5402411053) 3. Inayatul Munawaroh (5402411054) 4.

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil 4... Penelitian Pendahuluan Sebelum dilakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan pembuatan permen cokelat dengan penambahan daging ikan

Lebih terperinci

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat A. KEPUASAN PASIEN 1. Definisi Pengertian kepuasan pasien Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan BAB II Penampilan makan Rasa makanan TINJAUAN PUSTAKA Keramahan pramusaji Kebersihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerupuk Kerupuk merupakan jenis makanan kering dengan bahan baku tepung tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa misalnya, kerupuk udang, kerupuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA ACARA V EVALUASI PERKEMBANGAN BUAH

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA ACARA V EVALUASI PERKEMBANGAN BUAH LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA ACARA V EVALUASI PERKEMBANGAN BUAH Oleh : Apriliane Briantika Louise NIM A1L013055 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI UJI SEGITIGA DISUSUN OLEH: WAHYU TRI JATMIKO J1A THPIV A TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI UJI SEGITIGA DISUSUN OLEH: WAHYU TRI JATMIKO J1A THPIV A TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORI UJI SEGITIGA DISUSUN OLEH: WAHYU TRI JATMIKO J1A114095 THPIV A TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah pertanian Penggunaan bahan pakan ternak yang umum digunakan sering menimbulkan persaingan, sehingga harga pakan tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter BAB V PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter 1. Kualitas Fisik dan Organoleptik Berdasarkan Parameter Warna Tempe Parameter warna pemberian dosis ragi sebanyak 0,5-3 grafik berpengaruh

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Makanan Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap di evaluasi dengan pengamatan sisa makanan tidak di konsumsi setelah makanan disajikan (Sutarjo, 1999 dalam

Lebih terperinci

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi UJI SENSORIS PADA PEMBUATAN MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN SURIMI DAGING IKAN TOMAN (Channa micropeltes) NATALLO BUGAR DAN HERMANSYAH Dosen pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya taraf

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM UJI SEGITIGA DAN PEMBEDA SEDERHANA

LAPORAN PRAKTIKUM UJI SEGITIGA DAN PEMBEDA SEDERHANA LAPORAN PRAKTIKUM UJI SEGITIGA DAN PEMBEDA SEDERHANA Oleh : KELOMPOK 1 YOGA SETIAWAN 115100800111027 ISMIZANA JATI PRASIDDHA 115100807111007 CATUR SETYA BUDIRINI 115100800111009 ANASTASIA APRILANI 115100800111019

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

Sifat Sensoris (Sensory Properties)

Sifat Sensoris (Sensory Properties) Analisis Sifat Sensoris Bahan Pangan By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2016 Sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. MenKes No.l34/MenKes/IV/1978 menyebutkan bahwa instalasi gizi merupakan wadah yang melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

LABORATORIUM TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR

LABORATORIUM TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR LABORATORIUM TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR Praktikum : UJI INDERAWI Percobaan : UJI PEMBEDAAN Tanggal : 08 OKTOBER 2015 Pembimbing : Dr. Dra. Jariyah, MP Nama : NUR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan

Lebih terperinci

UJI RANGE METHOD. Oleh: : Hilda Rani Dwitama NRP : No. Meja : 6 (Enam) Kelompok : B Tgl Praktikum : 13 Maret 2013 Asisten : Sri Mulyati

UJI RANGE METHOD. Oleh: : Hilda Rani Dwitama NRP : No. Meja : 6 (Enam) Kelompok : B Tgl Praktikum : 13 Maret 2013 Asisten : Sri Mulyati UJI RANGE METHOD Oleh: Nama : Hilda Rani Dwitama NRP : 103020030 No. Meja : 6 (Enam) Kelompok : B Tgl Praktikum : 13 Maret 2013 Asisten : Sri Mulyati JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

Uji Segitiga. Uji Hedonik

Uji Segitiga. Uji Hedonik Nama : Elya Hidayati Nim : 135080301111003 Kelompok : 2 Kelas : T03 Uji Segitiga 1. Judul jurnal : Analisa Asam Lemak Tidak Jenuh pada Tepung Sorghum (Sorghum bicolor L.) Termodifikasi dan Aplikasinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di PT. Graha Insan Sejahtera yang berlokasi di salah satu Perusahaan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jalan Muara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Ayam Bakso merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari daging. Dihasilkan dengan mencampur daging, garam, bawang, dan tepung tapioka menjadi adonan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Kita mengenal tempe, oncom, kecap, tahu, yang dibuat

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan sebagai salah satu pendukung sektor ekonomi memiliki peran dalam pembangunan ekonomi nasional, yaitu memberikan nilai tambah dan mempunyai nilai strategis,

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

UJI SEGITIGA I PENDAHULUAN

UJI SEGITIGA I PENDAHULUAN UJI SEGITIGA I PENDAHULUAN Evaluasi sensori atau analisis sensori merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, kenampakan, aroma, dan rasa pada produk pangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan alami adalah bahan pangan yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, dan diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Manusia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia bahkan dunia. Kondisi geografis yang berlekuk mengakibatkan Kalimantan memiliki banyak aliran sungai (Nurudin,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu limbah yang banyak terdapat

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN ORGANOLEPTIK / INDERAWI

METODE PENGUJIAN ORGANOLEPTIK / INDERAWI (PART 2) METODE PENGUJIAN ORGANOLEPTIK / INDERAWI UJI PEMBEDAAN UJI PENERIMAAN/PEMILIHAN Byk digunakan dalam penelitian, analisa proses, penilaian hasil akhir UJI SKALAR UJI DESKRIPSI Byk digunakan dalam

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasapan Ikan Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk mempertahankan daya awet ikan dengan mempergunakan bahan bakar kayu sebagai penghasil

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM Acara 1 Acara 2 Acara 3 Acara 4 Acara 5 Acara 6 Acara 7 Uji Ambang Batas (Threshold Test) Identifikasi Aroma Uji Pembeda Berpasangan

MATERI PRAKTIKUM Acara 1 Acara 2 Acara 3 Acara 4 Acara 5 Acara 6 Acara 7 Uji Ambang Batas (Threshold Test) Identifikasi Aroma Uji Pembeda Berpasangan PETUNJUK MATERI PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS Disusun oleh: Nur Aini Gunawan Wijonarko PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2016 MATERI PRAKTIKUM Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksperimen, metode ini ditempuh dalam pembuatan Chiffon cake dengan subtitusi tepung kulit singkong 0%, 5%, 10%,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Makanan sebagai sumber zat gizi yaitu karbohidrat, lemak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bubur kacang hijau Bubur kacang hijau adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok kacang hijau dengan perebusan, penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Semakin maju suatu bangsa, tuntutan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan dikonsumsi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU 1 Taufik Rahman, 2 Agus Triyono 1,2 Balai Besar

Lebih terperinci

BAB XII TUGAS KHUSUS 12.1 Penerapan Metode-Metode Uji Organoleptik di Industri Es Krim Oleh: Stefanus Kristianto ( ) 12.1.

BAB XII TUGAS KHUSUS 12.1 Penerapan Metode-Metode Uji Organoleptik di Industri Es Krim Oleh: Stefanus Kristianto ( ) 12.1. BAB XII TUGAS KHUSUS 12.1 Penerapan Metode-Metode Uji Organoleptik di Industri Es Krim Oleh: Stefanus Kristianto (6103008043) 12.1.1 Pendahuluan Industri pangan pada umumnya melakukan uji organoleptik

Lebih terperinci

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com

Lebih terperinci

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst) Quality of Noodle with Substitution of Kluwih (Artocarpus communis G. Forst) Seed Flour Agustina Arsiawati Alfa Putri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenang adalah salah satu hasil olahan dari tepung ketan. Selain tepung ketan, dalam pembuatan jenang diperlukan bahan tambahan berupa gula merah dan santan kelapa. Kedua bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

UJI PEMBEDAAN [UJI PASANGAN, DUO TRIO, SEGITIGA]

UJI PEMBEDAAN [UJI PASANGAN, DUO TRIO, SEGITIGA] Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat/16 Maret 2012 Analisis Organoleptik PJ Dosen : Mira Miranti, STP, MSi. Tim Penyaji : Kelompok 5 Asisten : Ummi Rufaizah UJI PEMBEDAAN [UJI PASANGAN, DUO TRIO, SEGITIGA]

Lebih terperinci

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci