HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 42 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah SD Negeri Polisi 4 Bogor Sekolah Dasar Negeri Polisi 4 terletak di Jalan Polisi No. 7, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Sekolah ini didirikan di atas tanah yang luasnya mencapai 1343 m 2 dengan luas bangunan sebesar 977 m 2. Sekolah yang didirikan pada tahun 1930 ini memiliki jumlah siswa/i sebanyak 1062 jiwa pada awal tahun ajaran 2010/2011. Kepala Sekolah Negeri Polisi Empat dipegang oleh Drs. Taufan Hermawan, M. Pd yang membawahi empat bidang, yaitu Bidang Ketenagaan, Bidang Ketatausahaan, Bidang Kurikulum, dan Bidang Kesiswaan. Setiap institusi pendidikan memiliki motto, visi, dan misi tersendiri yang menjadi cita-cita dan tujuan institusi tersebut. Motto yang dimiliki oleh SDN Polisi 4, yaitu Harus Lebih Baik. Visi dan misi dari SDN Polisi 4, yaitu: Visi : Unggul dalam Prestasi dan Berbudaya dalam Perilaku berdasarkan Iman dan Takwa. Misi : Menciptakan Siswa yang Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri, dan Menjadi Warga Negara yang Demokratis dan Bertanggung Jawab. Tenaga pengajar di SDN Polisi 4 berjumlah 42 orang. Terdapat enam tingkatan kelas yang masing-masing kelas mempunyai 4 Rombel (rombongan belajar). Kurikulum yang digunakan di SDN Polisi 4 untuk Tahun Ajaran 2007/2008 menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran di SDN Polisi 4 mengembangkan pola pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan). Khusus pembelajaran kelas 1, 2, dan 3 menggunakan pembelajaran TEMATIK. Jumlah siswa/i pada setiap kelas mencapai siswa/i. Terdapat 4 rombongan belajar kelas 5 yang terbagi menjadi kelas 5A, 5B, 5C, dan 5D. Sehingga jumlah siswa/i untuk kelas 5, yaitu sebanyak ± 176 siswa/i. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SD Negeri Polisi 4 meliputi 1 buah ruang kepala sekolah dan ruang guru, 1 buah ruang tata usaha, 1 buah mushola, 1 buah perpustakaan, 1 buah aula serba guna, 1 buah ruang multimedia, 1 buah lapangan olahraga dan ruang kamar mandi.

2 43 Berikut ini merupakan tabel pembagian waktu KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang diterapkan oleh SDN Polisi 4. Tabel 9 Pembagian waktu KBM SDN Polisi 4 Bogor No Kelas Waktu Rombel 1 I II III IV V VI Sumber: Arsip SDN Polisi 4 Bogor SD Negeri Pengadilan 5 Bogor Lokasi Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 5 terletak di Jl. Pengadilan No. 10 Kecamatan. Bogor Tengah Kelurahan Pabaton Kota Bogor. Sekolah ini dikepalai oleh seorang kepala sekolah bernama Drs. Ade Sutisna, MM. Jumlah guru kelas sebayak 13 orang dan jumlah guru bidang studi sebanyak 6 orang. Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 5 memiliki jumlah siswa/i sebanyak 616 jiwa pada Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah Rombel (rombongan belajar) sebanyak 15 Rombel. Jumlah Rombel untuk kelas 5 sebanyak 2 Rombel yang terbagi menjadi kelas 5A dengan jumlah siswa/i 49 jiwa dan kelas 5B dengan jumlah siswa/i 44 jiwa. Wali kelas 5A dipegang oleh Hj. Sunengsih, S. Pd, sedangkan wali kelas 5B dipegang oleh Sri Lusniasari, S. Pd. Program kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SD Negeri Pengadilan 5 meliputi: A. Keagamaan C. Non Akademik (Kesenian) 1. Baca Tulis Al-Quran 1. Seni Tari B. Akademik 2. Seni Lukis 1. Sain Club 3. Karawitan 2. Matematika Club 4. Seni Musik 3. English Club D. Non Akademik (Olahraga) 4. Apresiasi Sastra 1. Futsal E. Lainnya 2. Bulu Tangkis 1. Pramuka 3. Tenis Lapangan 2. Club Pecinta Lingkungan 4. Catur

3 44 3. Pasus 4. Bela Diri Silat Waktu belajar mengajar untuk kelas 5 dimulai pada pukul WIB. Terdapat dua kali waktu istirahat, yaitu pada pukul WIB untuk istirahat pertama dan pada pukul WIB untuk istirahat kedua. Jam berakhirnya sekolah yaitu pada pukul WIB. Jumlah ruangan yang terdapat di SD Negeri Pengadilan 5 Bogor sebanyak 10 ruang, yang terdiri atas 1 buah ruang kepala sekolah, 1 buah ruang guru, 1 buah ruang komputer, 1 buah perpustakaan, 1 buah mushola, dan 5 buah kamar mandi. SD Bina Insani Bogor Sekolah Dasar Bina Insani berdiri pada tahun 1990, didirikan oleh H. Muchtar Mandala, SE selaku Ketua Yayasan Bina Insani. Sekolah Dasar Bina Insani terletak di Jalan KH. Sholeh Iskandar, Tanah Sereal Bogor. Kepala Sekolah Dasar Bina Insani pertama kali dipegang oleh Hj. Enah Suhaenah (almarhumah). Saat ini Kepala Sekolah Dasar Bina Insani dipegang oleh Subana Hazarpriadi, S. Pd SD. Kepala Sekolah tersebut membawahi tiga bidang yang meliputi Bidang Kurikulum, Bidang Kesiswaan, serta Bidang Administrasi Keuangan dan Umum. Visi dari SD Bina Insani yaitu Menjadikan Sekolah Dasar yang Berkualitas Bernapaskan Islam, Dipercaya, Diminati Oleh Masyarakat dan Berorientasi Global. Misi dari SD Bina Insani, yaitu: 1. Menyelenggarakan sekolah dasar yang bermutu dengan konsep pendidikan berbasis kompetensi 2. Turut serta dalam membangun dan membentuk generasi muslim yang tangguh dan siap menghadapi tantangan zaman 3. Menciptakan suasana belajar yang kondusif guna berkembangnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual 4. Menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia, fasih membaca Al-Quran. Tenaga pengajar SD Bina Insani berjumlah 47 orang, yaitu 46 orang guru tetap dan 1 orang guru honorer. Terdapat 5 Rombel (rombongan belajar) kelas 5 di SD Bina Insani, yaitu kelas 5A, 5B, 5C, 5D, dan 5E. Jumlah keseluruhan siswa/i kelas 5, yaitu 100 siswa dan 62 siswi. Waktu belajar mengajar pada siswa/i kelas 5 selama 5 hari (Senin- Jum at) dimulai pada pukul WIB. Waktu istirahat untuk para siswa

4 45 disediakan sebanyak dua kali, yaitu pada pukul WIB dan pada pukul WIB. Kurikulum yang digunakan SD Bina Insani yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah Dasar Bina Insani menyediakan pelayanan katering bagi siswa/i kelas 5 untuk makan siang. Pelayanan katering diserahkan kepada Jasa Katering. Seluruh tanggung jawab menu dan porsi makan diserahkan sepenuhnya pada pihak katering. Jumlah katering yang menjadi rekanan SD Bina Insani berjumlah 1 buah. Siswa/i SD Bina Insani diberikan kebebasan untuk memesan makanan melalui katering. Sarana pembelajaran yang disediakan oleh SD Bina Insani meliputi Lab Komputer, Perpustakaan Digital, Masjid, Kantin, dan Lapangan Olahraga. Bagi anak yang memiliki karakteristik Cerdas Istimewa (CI) dikelola dalam Program Akselerasi. Program ini untuk melayani siswa yang mempunyai kemampuan istimewa/tinggi di bidang MIPA dengan masa studi selama 5 tahun. Kegiatan kesiswaan yang terdapat di SD Bina Insani meliputi Outdoor Study CIBI, Robotic, Pramuka, Keagamaan, Upacara Bendera, Drum Band, dan UKS. SD Islam Terpadu Ummul Quro Bogor Yayasan Ummul Quro didirikan pada tanggal 3 Februari 1996 dan berlokasi di Jalan Baru Salabenda no.1, Parakan Jaya, Kemang Bogor. Yayasan ini didirikan di atas tanah waqaf dari H. M. Nawir (almarhum) seluas 1111 m 2 dan dari dr. H. Mursidin (almarhum) seluas 1130 m 2. Bangunan masjid berlantai dua berukuran 20 x 20 didirikan di atas tanah ini dan satu unit gedung sekolah berlantai dua (6 lokal) yang sebagian dananya merupakan bantuan dari lembaga Rabithah Alam Islami. Pada perkembangannya, kegiatan pendidikan yang pada tahun 1996 berawal program SDIT sebanyak 5 kelas (kelas 2 6 yang dilimpahkan dari SDIT Sholahuddin YPI Annizariyah), maka pada tahun 1998 berdiri TKIT Ummul Quro, pada tahun 2002 berdiri SMPIT Ummul Quro, dan pada tahun 2011 berdiri SMAIT Ummul Quro. Sehingga jumlah siswa sampai tahun 2010 mencapai 1225 siswa, yang terdiri dari: Siswa TKIT sebanyak 117 siswa, siswa SDIT sebanyak 764 siswa, siswa SMPIT sebanyak 344 siswa. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Terpadu, yaitu Kurikulum Nasional yang telah diperkaya dengan kurikulum lokal dan sistem pendekatan yang Islami. Kurikulum ini mencakup: Kurikulum Depdiknas, Kurikulum Madah

5 46 Diniyah, Kurikulum Al Qur an (Tahsin Tilawah dan Tahfidz), dan Kurikulum Ekstra Kurikuler. Sistem pendidikan di Lembaga Pendidikan Ummul Quro dilakukan dengan pendekatan PAKEM (Pengajaran yang Aktif, Kreatif dan Menyenangkan) dan dengan memperpanjang waktu belajar di sekolah (Full Day School). SDIT Ummul Quro yang semula bernama SDIT Sholahuddin YPI Annizariyah menjadi bagian dari Yayasan Ummul Quro yang telah mempunyai institusi tersendiri. SDIT Ummul Quro dikepalai oleh seorang Kepala Sekolah yang bernama Entin Sutini, A.Ma. Kepala Sekolah tersebut membawahi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Al Qur an. Berikut ini merupakan Visi, Misi, dan Tujuan SDIT Ummul Quro. Visi : Menjadi sekolah terbaik dalam membentuk generasi saleh dan cendekia Misi : 1. Menjadikan SDIT Ummul Quro sebagai lembaga pendidikan Islami 2. Menjadikan SDIT Ummul Quro Bogor sebagai lingkungan yang baik 3. Menjadikan SDIT Ummul Quro Bogor sebagai sekolah percontohan Tujuan : Membentuk generasi saleh dan cendekia Terdapat dua blok dalam bidang pembelajaran Al Qur an, yaitu Blok I untuk kelas 1, 2, dan 3 serta Blok II untuk kelas 4, 5, dan 6. Masing-masing tingkatan kelas dipegang oleh seorang koordinator level yang terbagi menjadi 6 level, yaitu level I untuk kelas 1, level II untuk kelas 2, level III untuk kelas 3, level IV untuk kelas 4, level V untuk kelas 5, dan level VI untuk kelas 6. Koordinator level V dipegang oleh Gun Gun Gunawan, S. Hut yang membawahi empat wali kelas 5. Terdapat 4 Rombel (rombongan belajar) untuk kelas 5 SDIT Ummul Quro. Keempat rombongan belajar tersebut terdiri atas kelas 5A, 5B, 5C, dan 5D. Waktu belajar mengajar pada siswa/i kelas 5 selama 5 hari (Senin- Jum at) dimulai pada pukul WIB. Waktu istirahat untuk para siswa disediakan sebanyak dua kali, yaitu pada pukul WIB dan pada pukul WIB. Pihak sekolah menyediakan pelayanan katering bagi siswa/i kelas 5. Semua tanggung jawab menu dan porsi makan siswa/i diberikan sepenuhnya kepada pihak pengelola katering yang menjadi rekanan SDIT

6 47 Ummul Quro. Keikutsertaan pemesanan katering diberikan kebebasan memilih kepada siswa/i. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SDIT Ummul Quro meliputi 1 buah masjid, 1 buah lapangan olahraga, 1 buah perpustakaan, 1 buah ruang kepala sekolah, 1 buah ruang tata usaha, 1 ruang koordinator level, 1 buah ruang Lab Multimedia, kamar mandi, dan kantin. Umur Siswi Karakteristik Siswi Siswi dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu siswi yang telah mengalami menstruasi dan siswi yang belum mengalami menstruasi. Siswi merupakan siswi kelas 5 Sekolah Dasar dari empat SD di Bogor yang mempunyai karakteristik ekonomi yang baik, baik untuk siswi yang telah mengalami menstruasi maupun siswi yang belum mengalami menstruasi. Berikut ini merupakan sebaran siswi menurut umur pada siswi yang telah mengalami menstruasi dan siswi yang belum mengalami menstruasi. Tabel 10 Sebaran siswi menurut umur (tahun) Umur n % n % 9 tahun tahun tahun Total Rata-rata ± SD (tahun) 10.4 ± ± 0.5 Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sebanyak 60.5% siswi yang sudah menstruasi berada pada usia 11 tahun. Sebaran siswi yang belum menstruasi diperoleh sebanyak 52.6% berada pada usia 11 tahun. Menurut klasifikasi World Health Organization (WHO) (2000) dalam Nugroho (2001), umur tersebut merupakan awal siswi memasuki masa remaja atau umur dimulainya masa remaja. Rata-rata umur siswi yang sudah menstruasi yaitu (10.4 ± 1.8) tahun sedangkan rata-rata umur siswi yang belum menstruasi berada pada angka (10.5 ± 0.5) tahun. Berdasarkan uji independent t-test diperoleh hasil tidak terdapat perbedaan umur siswi yang signifikan pada uji ini, p= Uang Saku Siswi Setiap anak yang bersekolah dibekali uang saku oleh orang tuanya sebagai uang untuk pegangan anak selama di sekolah. Uang saku tersebut

7 48 umumnya digunakan anak sekolah untuk membeli jajanan sekolah baik berupa makanan maupun non makanan (Muasyaroh 2006). Berikut ini disajikan tabel sebaran siswi menurut besarnya uang saku. Tabel 11 Sebaran siswi menurut besarnya uang saku Uang Saku n % n % Rp Rp 6000-Rp Rp > Rp Total Rata-rata ± SD (Rp) 5435 ± ± 5233 Sebaran siswi menurut besarnya uang saku dapat diketahui pada tabel di atas bahwa persentase tertinggi berada pada kisaran nominal Rp 6000-Rp 10000, baik pada siswi yang sudah menstruasi maupun yang belum menstruasi. Secara berturut-turut persentase uang saku siswi tertinggi yaitu 52.6% dan 44.7% dengan rata-rata Rp 5435 ± 3716 dan Rp ± Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widjayanti (1989) dalam Mardayanti (2008) tentang alokasi uang saku pada siswa sekolah di Bogor menyimpulkan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima oleh anak. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada uang saku siswi yang sudah menstruasi dengan siswi yang belum menstruasi. Nilai signifikansi untuk uji t yang diperoleh yaitu p= Status Gizi Siswi Status gizi siswi dihitung menurut TB/U dan IMT/U. IMT/U direkomendasikan sebagai indikator terbaik yang dapat digunakan pada remaja (WHO 2008). Perhitungan status gizi menggunakan Z-score untuk remaja umur 9-12 tahun. Sebaran status gizi siswi menurut TB/U pada siswi yang sudah menstruasi diperoleh sebanyak 97.4% memiliki status gizi normal dan sebanyak 2.6% berstatus gizi lebih. Status gizi normal pada siswi yang belum menstruasi diperoleh sebanyak 92.1% dan siswi yang berstatus gizi pendek sebanyak 7.9%. Sebanyak 76.3% siswi yang sudah menstruasi berstatus gizi normal menurut IMT/U dan sebanyak 23.7% berstatus gizi risiko overweight. Sebaran status gizi pada siswi yang belum menstruasi diperoleh sebanyak 71.0% yang berstatus gizi normal sedangkan untuk status gizi risiko overweight sebanyak

8 % dan overweight sebanyak 5.3%. Terdapat siswi yang memiliki status gizi underweight pada kelompok ini, yaitu sebanyak 5.3%. Tabel 12 di bawah ini merupakan sebaran status gizi siswi menurut TB/U dan IMT/U. Tabel 12 Sebaran status gizi siswi menurut TB/U dan IMT/U Status Gizi n (38) % (100) n (38) % (100) TB/U Pendek Normal Lebih IMT/U Underweight Normal Risiko Overweight Overweight Pemenuhan gizi yang baik pada anak akan berdampak pada perkembangan pubertal di masa remaja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Buyken et al. (2009) bahwa komposisi tubuh prepubertas pada anak laki-laki dan perempuan yang sehat mempunyai efek terhadap kemajuan perkembangan pubertas. Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel di atas terdapat siswi yang memiliki status gizi tidak normal baik pada kelompok siswi yang sudah menstruasi maupun kelompok siswi yang belum menstruasi. Hal ini dapat mempengaruhi waktu pubertas pada siswi (Sunarto&Mayasari 2010). Pengetahuan Gizi Siswi Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985). Pengetahuan gizi pada siswi dilakukan dengan memberikan 20 butir soal pilihan ganda. Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Terdapat tiga kategori untuk penilaian tingkat pengetahuan gizi, yaitu kategori kurang, sedang, dan baik. Siswi yang mendapatkan total skor <60% dikategorikan kurang. Jika siswi mendapatkan total skor antara 60 sampai 80% maka termasuk kategori sedang dan jika siswi mendapatkan total skor >80% maka termasuk kategori baik (Khomsan 2000). Penting bagi anak dan remaja untuk memperoleh pengetahuan gizi dari berbagai sumber informasi karena perilaku yang didasarkan pada pengetahuan

9 50 akan bertahan lebih lama (Amelia 2008). Pengetahuan gizi pada siswi yang sudah menstruasi berada pada kategori kurang sampai dengan sedang. Berikut disajikan sebaran siswi yang menjawab pertanyaan dengan benar. Tabel 13 Sebaran siswi yang menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar Pertanyaan n % n % Istilah lain dari gizi adalah nutrisi Susunan menu seimbang yaitu nasi, telur, tumis kangkung, buah semangka Protein merupakan kumpulankumpulan dari asam amino Jenis protein menurut asalnya yaitu protein hewani dan protein nabati Zat gizi yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur adalah protein Fungsi zat gizi pembangun yaitu pembentuk jaringan baru Kandungan zat gizi pada ikan adalah protein Pangan sumber protein hewani adalah ikan Konsumsi protein berlebihan akan berdampak tidak baik bagi kesehatan KEP, penyakit akibat kekurangan protein Akibat dari kekurangan protein timbul penyakit kwashiorkor Jenis protein yang kandungan asam amino esensialnya lengkap adalah protein hewani Pangan hewani berasal dari hewan Sumber protein hewani tertinggi terdapat pada telur Dampak dari konsumsi pangan sumber protein hewani yang kurang adalah anemia Kelompok usia yang paling banyak membutuhkan protein adalah anakanak dan remaja Fungsi protein untuk anak-anak dan remaja adalah untuk kecerdasan dan pertumbuhan Kandungan zat gizi yang banyak terdapat pada telur adalah protein Keju merupakan pangan sumber protein Kecukupan protein harus selalu terpenuhi pada remaja dan anakanak

10 51 Pengetahuan gizi pada siswi yang belum menstruasi berada pada ketiga kategori, yaitu kurang, sedang, dan baik. Sebanyak 36.8% siswi yang sudah menstruasi memiliki pengetahuan gizi kategori kurang dan sebanyak 63.2% memiliki pengetahuan gizi kategori sedang. Siswi yang belum menstruasi memiliki sebaran pengetahuan gizi untuk kategori kurang sebanyak 23.7%, sedang sebanyak 55.3%, dan baik sebanyak 21.1%. Sebaran pengetahuan gizi siswi yang berbeda pada kedua kelompok siswi diduga karena adanya perbedaan informasi yang diperoleh tentang gizi dan lingkungan sekitar yang mendukung sehingga tingkat pengetahuan gizi yang dimiliki masih terbatas. Tabel 14 Sebaran siswi menurut pengetahuan gizi Variabel n % n % Kurang (<60%) Sedang (60-80%) Baik (>80%) Total Rata-rata ± SD (%) 60.5 ± ± 11.1 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan gizi siswi yang sudah menstruasi dengan siswi yang belum menstruasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi uji t sebesar p= Karakteristik Keluarga Siswi Umur Orang Tua Siswi Umur orang tua menentukan besarnya pengalaman keluarga dan anak dalam mengkonsumsi makanan terutama konsumsi pangan hewani. Tingkat umur dapat mempengaruhi cara berpikir serta bertindak dan emosi seseorang, karena seseorang yang mempunyai umur lebih dewasa relatif lebih stabil emosinya dibandingkan dengan orang yang lebih muda (Hurlock 1980). Menurut Ghozaly (2011) umur orang tua siswi dapat dikelompokkan ke dalam usia dewasa muda (20-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan dewasa akhir atau usia lanjut (>60 tahun). Sebaran siswi yang sudah mengalami menstruasi untuk umur orang tua pada ayah yang paling tinggi dengan persentase 50.0% berada pada kisaran umur tahun, sedangkan sebaran siswi yang belum mengalami menstruasi untuk umur orang tua pada ayah paling tinggi dengan persentase 57.9% berada

11 52 pada kisaran umur yang sama dengan siswi yang sudah menstruasi. Berikut ini merupakan hasil pengamatan terhadap sebaran siswi menurut umur orang tua. Tabel 15 Sebaran siswi menurut umur orang tua Umur n (38) % (100) n (38) % (100) Ayah < 35 tahun tahun tahun > 54 tahun Ibu < 30 tahun tahun tahun >49 tahun Umur ibu pada sebaran siswi yang sudah menstruasi dan yang belum menstruasi persentase tertinggi berada pada kisaran umur tahun dengan persentase secara berturut-turut 57.9% dan 47.4%. Berdasarkan uji Mann- Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara umur orang tua kedua kelompok siswi. Nilai signifikansi yang ditunjukkan untuk semua variabel umur orang tua siswi yaitu p > Pendidikan Orang Tua Siswi Sebaran siswi untuk pendidikan akhir orang tua pada kedua siswi memiliki persentase tertinggi pada pendidikan Sarjana baik untuk pendidikan ayah maupun pendidikan ibu. Persentase sebesar 63.2% terdapat pada siswi yang sudah menstruasi untuk pendidikan ayah (Sarjana) sedangkan persentase sebesar 55.4% terdapat pada siswi yang belum menstruasi untuk pendidikan ayah. Pendidikan ibu (Sarjana) pada siswi yang sudah menstruasi diperoleh persentase 39.5%, sedangkan pada siswi yang belum menstruasi diperoleh persentase 47.4%. Secara keseluruhan pendidikan orang tua siswi dapat dikatakan termasuk kategori baik. Semakin baik pendidikan dan pengetahuan gizi orang tua maka keadaan gizi anak akan baik pula (Riyadi et al. 2006). Tabel 16 di bawah ini menyajikan sebaran siswi menurut pendidikan orang tua pada masing-masing siswi. Berdasarkan uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan orang tua kedua kelompok siswi. Nilai

12 53 signifikansi yang ditunjukkan untuk semua variabel pendidikan orang tua kedua keompok siswi yaitu p > Tabel 16 Sebaran siswi menurut pendidikan orang tua Pendidikan n (38) % (100) n (38) %(100) Ayah SMA/sederajat Diploma/Akademi Sarjana Pasca Sarjana Ibu SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Akademi Sarjana Pasca Sarjana Pekerjaan Orang Tua Siswi Pendidikan yang tinggi akan memberikan peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Menurut Suhardjo et al (1988), makin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga semakin besar sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh oleh seseorang. Tabel 17 Sebaran siswi menurut pekerjaan orang tua Pekerjaan n (38) % (100) n (38) %(100) Ayah PNS Pegawai Swasta BUMN TNI/Polri Wiraswasta Lainnya Ibu PNS Pegawai Swasta BUMN TNI/Polri Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Lainnya

13 54 Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa pekerjaan ayah pada kedua kelompok contoh memiliki nilai tertinggi untuk jenis pekerjaan pegawai swasta dengan persentase berturut-turut sebesar 47.4% dan 31.6%. Pekerjaan ibu pada kedua kelompok siswi juga memiliki nilai tertinggi yang sama pada jenis pekerjaan ibu rumah tangga. Secara berturut-turut persentase sebaran siswi untuk pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga yaitu 60.5% dan 57.9%. Berikut ini disajikan tabel sebaran siswi menurut pekerjaan orang tua. Berdasarkan uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerjaan orang tua kedua kelompok siswi. Nilai signifikansi yang ditunjukkan untuk semua variabel pekerjaan orang tua kedua kelompok siswi yaitu p > Kepemilikan Kendaraan Pribadi dan Alat Elektronik Kepemilikan kendaraan pribadi dan sejumlah alat elektronik menjadi indikator dalam menilai penghasilan orang tua siswi. Menurut Rifusua (2010), tingkat pendapatan dapat diketahui melalui pendekatan kepemilikan kendaraan pribadi. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka kemampuan daya belinya semakin meningkat. Penggunaan kepemilikan kendaraan pribadi sebagai pendekatan dalam menentukan penghasilan orang tua siswi dalam penelitian dilakukan sebab dari empat lokasi penelitian terdapat satu sekolah yang tidak bersedia memberikan keterangan mengenai penghasilan orang tua sehingga agar data yang diperoleh seragam maka untuk penghasilan orang tua siswi pada semua lokasi menggunakan pendekatan terhadap kepemilikan kendaraan pribadi dan alat elektronik. Terdapat 12 unit kendaraan dan alat elektronik yang diberikan kepada siswi untuk selanjutnya diisi jenis dan banyaknya barang tersebut yang dimiliki. Berikut ini merupakan tabel sebaran siswi menurut kepemilikan kendaraan pribadi dan alat elektronik. Tabel 18 Sebaran siswi menurut kepemilikan kendaraan pribadi dan alat elektronik Kepemilikan Kendaraan Sudah Menstruasi Belum Menstruasi Pribadi dan n % n % Alat Elektronik 10 unit unit unit unit >25 unit Total

14 55 Persentase tertinggi (28.9%) terdapat pada kepemilikan kendaraan pribadi dan alat elektronik sebanyak unit pada siswi yang sudah menstruasi sedangkan persentase tertinggi (28.9%) terdapat pada kepemilikan kendaraan pribadi dan alat elektronik sebanyak unit pada siswi yang belum menstruasi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa siswi yang sudah menstruasi memiliki penghasilan orang tua yang lebih baik dibandingkan dengan penghasilan orang tua pada siswi yang belum menstruasi. Berdasarkan uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kepemilikan kendaraan pribadi dan alat elektronik kedua kelompok siswi. Nilai signifikansi yang ditunjukkan untuk semua variabel kepemilikan kendaraan pribadi dan alat elektronik kedua kelompok siswi yaitu p > Jumlah Anggota Keluarga Menurut Sediaoetama (2006) pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak mencukupi kebutuhan. Berikut ini disajikan tabel sebaran siswi menurut jumlah anggota keluarga. Tabel 19 Sebaran siswi menurut jumlah anggota keluarga Jumlah Anggota Keluarga Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % Kecil ( 4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar (> 6 orang) Total Baik pada siswi yang sudah menstruasi maupun siswi yang belum menstruasi, jumlah anggota keluarga memiliki persentase tertinggi pada kategori sedang dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 4-5 orang. Secara berturutturut persentase tertinggi untuk siswi yang sudah menstruasi maupun yang belum menstruasi yaitu 55.3% dan 68.4%. Berdasarkan jumlah anggota keluarga menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (1997), maka pada keluarga kedua kelompok siswi termasuk keluarga sedang.

15 56 Frekuensi Makan Siswi Sehari Kebiasaan Makan Siswi Frekuensi makan yang baik adalah 3 kali makan utama dalam sehari (Khomsan 2005). Sebaran siswi menurut frekuensi makan sehari pada kedua kelompok siswi dapat dilihat bahwa persentase tertinggi terdapat pada frekuensi sebanyak 3 kali. Artinya sebagian besar siswi mengonsumsi makan utama dalam sehari sebanyak 3 kali. Secara berturut-turut persentase frekuensi makan sehari (3 kali) pada siswi yang sudah menstruasi dan yang belum menstruasi yaitu 84.2% dan 73.7%. Nilai persentase pada siswi yang sudah menstruasi untuk frekuensi makan 3 kali sehari lebih besar daripada nilai persentase pada siswi yang belum menstruasi. Rata-rata siswi yang sudah menstruasi dan siswi yang belum menstruasi secara berturut-turut memiliki frekuensi makan harian sebanyak 2.9 ± 0.4 kali dan 2.8 ± 0.5 kali. Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua kelompok siswi, frekuensi makan siswi dalam sehari disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 20 Sebaran siswi menurut frekuensi makan sehari Frekuensi Makan Sehari n % n % 2 kali kali kali Total Rata-rata ± SD (kali) 2.9 ± ± 0.5 Kebiasaan Sarapan Menurut Khomsan (2005), sarapan adalah suatu kegiatan makan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Kebiasaan penting tersebut yang sering kali diabaikan oleh para orang tua padahal sarapan bermanfaat dalam pemenuhan zat gizi anak selama belajar di sekolah. Sarapan yang rutin dilakukan akan memberikan kontribusi tenaga di pagi hari dan mencegah konsumsi yang berlebihan pada waktu makan siang. Remaja, terutama remaja putri biasanya percaya bahwa cara mengontrol berat badannya dengan tidak makan pagi (Robert&Williams 2000). Siswi yang sudah menstruasi memiliki kebiasaan sarapan dengan persentase 89.5%. Persentase ini lebih besar dibandingkan dengan persentase siswi yang belum menstruasi (78.9%). Hal ini diduga pada siswi yang sudah menstruasi terdapat frekuensi makan sehari yang melebihi 3 kali makan utama

16 57 sehingga secara tidak langsung kebiasaan sarapan menjadi kegiatan yang banyak dilakukan oleh siswi yang sudah menstruasi. Berikut ini merupakan tabel sebaran siswi menurut kebiasaan sarapan. Tabel 21 Sebaran siswi menurut kebiasaan sarapan Belum Kebiasaan Sudah Menstruasi Menstruasi Sarapan n % n % Ya Tidak Total Konsumsi Pangan Hewani Konsumsi lauk hewani pada kedua kelompok siswi memiliki persentase yang sama. Sebanyak 84.2% siswi memberikan jawaban Ya untuk konsumsi lauk hewani pada setiap makan utama. Hal yang serupa juga ditunjukkan oleh siswi yang belum menstruasi. Jumlah lauk hewani yang minimal dikonsumsi oleh kedua kelompok siswi yaitu sebanyak 3 jenis/potong. Tabel 22 di bawah ini menyajikan data konsumsi lauk hewani pada kedua kelompok siswi di setiap waktu makan utama. Tabel 22 Sebaran siswi menurut konsumsi lauk hewani pada setiap makan Konsumsi Lauk Hewani n % n % Ya Tidak Total Preferensi terhadap pangan hewani siswi menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam studi konsumsi pangan hewani ini. Terdapat empat jenis pangan hewani yang menjadi pilihan pangan yang paling disukai siswi. Berikut ini adalah hasil pengumpulan informasi mengenai sebaran siswi menurut pangan hewani yang paling disukai. Tabel 23 Sebaran siswi menurut pangan hewani yang paling disukai Pangan Hewani n % n % daging ikan susu telur suka semua Total

17 58 Susu merupakan jenis pangan hewani yang menjadi kesukaan pada kedua kelompok siswi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 23, sebesar 68.4% siswi yang sudah menstruasi memilih susu sebagai sumber pangan hewani yang paling disukai. Konsumsi yang sama juga terdapat pada siswi yang belum menstruasi. Sebanyak 50.0% siswi memilih susu sebagai sumber pangan hewani yang paling disukai. Konsumsi susu di usia muda akan berdampak pada kebiasaan yang terus berlanjut hingga di kehidupan mendatang (Teegarden et al. 1999). Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rich-Edwards et al. (2007) tentang pengaruh konsumsi susu terhadap hormon somatotropik. Hasilnya sesuai dengan hipotesis bahwa peningkatan konsumsi susu pada remaja awal akan meningkatkan hormon-hormon pertumbuhan seperti hormon somatotropik. Berbeda dengan susu, sumber pangan hewani berupa ikan dan telur menjadi sumber pangan hewani yang paling banyak tidak disukai oleh kedua kelompok siswi. Hal ini sejalan dengan data tingkat konsumsi ikan provinsi Jawa Barat yang masih rendah, yaitu hanya sebesar 15.6 kg/kapita/tahun (Lampiran 4). Berikut ini disajikan hasil sebaran siswi menurut pangan hewani yang paling tidak disukai. Tabel 24 Sebaran siswi menurut pangan hewani yang paling tidak disukai Pangan Hewani n % n % daging ikan susu telur suka semua Total Nilai persentase tertinggi telur dan ikan pada siswi yang sudah menstruasi sama banyak, yaitu 36.8%. Bagi siswi yang belum menstruasi, siswi memilih telur saja sebagai sumber pangan hewani yang tidak disukai dengan (36.8%). Sebaran siswi menurut pangan hewani yang paling jarang/tidak dikonsumsi pada kedua kelompok siswi yaitu sebanyak 44.7% siswi yang sudah menstruasi memilih ikan. Sebanyak 31.6% siswi yang belum menstruasi memilih ikan sebagai sumber pangan hewani yang paling jarang atau tidak dikonsumsi. Berikut ini adalah tabel sebaran siswi menurut pangan hewani yang jarang/tidak dikonsumsi oleh siswi.

18 59 Tabel 25 Sebaran siswi menurut pangan hewani yang paling jarang/tidak dikonsumsi Pangan Hewani n % n % daging ikan susu telur tidak ada Total Alasan yang diberikan oleh kedua kelompok siswi untuk pangan hewani yang paling jarang/tidak dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 26. Siswi pada kedua kelompok memberikan alasan tidak suka sebagai alasan untuk paling jarang/tidak mengonsumsi pangan hewani. Sebanyak 86.8% pada siswi yang sudah menstruasi dan sebanyak 68.4% pada siswi yang belum menstruasi. Berikut adalah tabel sebaran siswi menurut pangan hewani yang paling jarang/tidak dikonsumsi. Tabel 26 Sebaran siswi menurut alasan tidak/jarang mengonsumsi pangan hewani Alasan n % n % alergi kepercayaan tidak suka tidak boleh tidak ada Total Anggota keluarga yang mengatur dan menyusun menu makan di rumah siswi memiliki nilai persentase tertinggi pada pilihan ibu. Sikap afektif dan tingkat pendidikan orang tua, khususnya ibu sebagai pemegang peranan dalam penentuan menu makan harian keluarga berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan hewani anak (Waysima 2010). Tabel 27 Sebaran siswi menurut anggota keluarga yang mengatur dam menyusun menu makan di rumah Anggota Keluarga Sudah Menstruasi Belum Menstruasi n % n % ayah ibu nenek pembantu lainnya Total

19 60 Sebesar 84.2% siswi yang sudah menstruasi memilih ibu sebagai pengatur dan penyusun menu makan di rumah, sedangkan 89.3% siswi yang belum menstruasi memilih ibu juga sebagai pengatur dan penyusun menu makan di rumah. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Selain itu, menurut Madanijah (2004), terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak yang baik. Preferensi Cara Pengolahan Pangan Hewani Preferensi pangan (food preference) merupakan faktor yang sangat penting sebagai penentu utama konsumsi pangan terutama yang terjadi pada anak usia sekolah (Birch 2000). Penentu konsumsi pangan ini berbeda dengan penentu konsumsi pada orang dewasa. Umumnya orang dewasa akan mempertimbangkan harga, nilai gizi, dan atau kemudahan dalam menyiapkan makanan setiap kali melakukan kebiasaan konsumsi pangan. Anak-anak mulai dari anak sekolah dasar sampai pada remaja akhir akan mengkonsumsi makanan yang disukai dan jika tidak suka akan meninggalkannya dan bersisa (Fisher & Birch 1999). Sebaran siswi menurut preferensi terhadap cara pengolahan pangan hewani diketahui bahwa pada siswi yang sudah menstruasi banyak yang memilih digoreng untuk olahan daging, yaitu sebanyak 47.4%. Pilihan disate untuk olahan daging banyak dipilih oleh siswi yang belum menstruasi, yaitu sebanyak 34.2%. Cara pengolahan ikan yang menjadi pilihan pada kedua kelompok siswi yang diteliti yaitu dengan cara dibakar. Sebanyak 50.0% pada siswi yang sudah menstruasi dan 47.4% pada siswi yang belum menstruasi memilih dibakar. Terdapat perbedaan persentase pada kedua kelompok siswi terhadap preferensi cara pengolahan telur. Siswi yang sudah menstruasi memiliki persentase tertinggi pada cara pengolahan telur dengan didadar, yaitu 42.1%. Cara pengolahan telur dengan diceplok banyak dipilih oleh siswi yang belum menstruasi. Nilai n dan persentasenya mencapai 13 contoh (34.2%). Produk susu/olahan susu uang menjadi pilihan terbanyak pada kedua kelompok siswi adalah es krim. Masing-masing contoh memiliki persentase secara berturut-turut sebesar 39.5% dan 36.8%.

20 61 Berikut ini adalah Tabel 28 yang menyajikan sebaran siswi menurut preferensi terhadap cara pengolahan pangan hewani. Tabel 28 Sebaran siswi menurut preferensi terhadap cara pengolahan pangan hewani Variabel n (38) % (100) n (38) % (100) Daging dibakar digoreng dipanggang disate suka semua Ikan dibakar digoreng dipepes dipresto suka semua Telur dibalado diceplok didadar direbus suka semua Susu/Olahan Susu es krim keju susu yoghurt suka semua Alasan Mengonsumsi Jajanan Sumber Pangan Hewani enak lapar murah suka Anak dan remaja merupakan individu yang tidak jauh dari konsumsi pangan jajanan. Pangan jajanan dapat dengan mudah diperoleh dan ditemui di pasar, terminal bis, pinggir-pinggir jalan, baik yang telah menempati kios-kios maupun yang masih menggunakan gerobak dan berpindah tempat. Para penjaja makanan jajanan akan cenderung banyak berkumpul di dekat pasar. jalur perdagangan, halaman kantor atau halaman sekolah (Sibarani 1985). Variabel lainnya yang juga diteliti yaitu alasan siswi mengonsumsi jajanan sumber pangan hewani. Siswi diberikan empat pilihan jawaban alasan dalam mengonsumsi

21 62 jajanan sumber pangan hewani. Berdasarkan Tabel 28 di atas dapat dilihat bahwa pada kedua kelompok siswi terdapat perbedaan alasan dalam mengonsumsi jajanan sumber pangan hewani. Siswi yang sudah menstruasi memilih alasan Suka terhadap jajanan sumber pangan hewani sehingga siswi mengkonsumsi pangan jajanan tersebut. Nilai persentase untuk pilihan Suka pada siswi yang sudah menstruasi yaitu 50.0%. Rasa yang enak menjadi pilihan alasan terbanyak pada siswi yang belum menstruasi mengonsumsi jajanan sumber pangan hewani, yaitu sebanyak 50.0%. Waktu Pubertas Siswi Masa remaja sering juga disebut sebagai masa pubertas. Menurut Monks (2002), pubertas berasal dari kata puber yaitu pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan. yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Pubertas menurut Root dalam Hurlock (2004) merupakan suatu tahap dalam perkembangan yang ditandai dengan kematangan alat alat seksual dan tercapainya kemampuan reproduksi. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya menstruasi (Hurlock 2004). Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita, biasanya terjadi pada umur tahun (Wiknjosastro 2005). Menurut Parwieningrum (2008), awal masa puber berkisar antara usia tahun (perempuan) dan berakhir sekitar usia tahun. Batasan umur ini tidak mutlak karena kondisi setiap individu tidak sama, yang antara lain dipengaruhi oleh gizi dan lingkungan keluarga. Namun kini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda yang disebut menarche dini (Wiknjosastro 2005), yaitu antara tahun (Must 2005). Sebagian besar siswi mengalami menstruasi pertama kali pada umur 9-11 tahun dengan nilai n=32 (84.2%) sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswi mengalami menarche dini. Menurut Halim (2008), dampak yang dapat ditimbulkan dari menarche dini antara lain terhambatnya pertumbuhan, stres emosional dan peningkatan resiko terjadinya kanker payudara serta meningkatnya penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak disengaja (Martaadisoebrata 2005). Reaksi yang diberikan saat menstruasi pertama kali bermacam-macam, seperti biasa saja, senang, takut, dan terkejut. Kurangnya persiapan untuk

22 63 menghadapi masa puber dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi anak. Anak puber tidak diberitahu atau secara psikologis tidak dipersiapkan tentang perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa puber, pengalaman akan perubahan itu dapat merupakan pengalaman traumatis (Hurlock 2004). Reaksi siswi yang paling banyak diberikan adalah biasa saja dan terkejut. Nilai persentase pada kedua reaksi tersebut sama yaitu 42.1%. Lama menstruasi berlangsung pada sebagian besar siswi yaitu selama 4-8 hari dengan persentase 89.5%. Terdapat siswi yang mengalami nyeri selama menstruasi sebanyak 53.8%. Namun, hanya 4 siswi (10.5%) dari 21 siswi yang mengonsumsi jamu/minuman pereda nyeri selama menstruasi. Selain perubahan primer yang terjadi, perubahan sekunder juga terjadi pada remaja puteri selama pubertas. Perubahan sekunder yang terjadi yaitu membesarnya payudara. Umur saat pertama kali payudara membesar pada siswi sebagian besar terjadi pada umur 9-11 tahun (97.4%). Rambut mulai tumbuh di bagian ketiak sebagian besar juga sudah dialami oleh siswi dengan persentase 81.6%. Perubahan psikologis yang terjadi pada masa pubertas yang mengiringi perubahan sekunder yaitu adanya ketertarikan dengan lawan jenis. Remaja yang sedang puber memiliki ciri-ciri tingkah laku seperti tertarik pada lawan jenis dan ingin menjalin hubungan yang lebih dekat pada lawan jenisnya (Parwieningrum 2008). Sebagian besar siswi mengakui bahwa pada kisaran umur 9-11 tahun (79.0%) mulai tertarik pada lawan jenis (laki-laki). Adanya perubahan hormon menyebabkan perubahan fisik pada remaja. Menurut Sarwono (2009), pada perempuan terjadi perubahan pada lengan dan tungkai kaki yang bertambah panjang, pertumbuhan payudara, tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina, panggul mulai melebar, tangan dan kaki bertambah besar, tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, vagina mengeluarkan cairan; keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai berminyak, pantat bertambah lebih besar. Kulit yang mulai berminyak dapat menimbulkan jerawat. Sebagian besar siswi menyatakan bahwa pada kisaran umur 9-11 tahun mulai muncul jerawat (84.2%). Sebanyak n=30 (78.9%) siswi mengalami keputihan, yaitu cairan kental yang keluar dari vagina. Umur siswi mulai mengalami keputihan pada kisaran 9-11 tahun dengan persentase 73.7%. Hal ini sebagaimana yang telah diuraikan oleh Sarwono (2009) di atas. Tabel di bawah ini menyajikan sebaran siswi menurut waktu pubertas.

23 Tabel 29 Sebaran siswi menurut waktu pubertas Variabel n (38) % (100) Umur Pertama Kali Menstruasi < 9 tahun tahun Reaksi Saat Menstruasi Pertama Kali Biasa saja Senang Takut Terkejut Lama Menstruasi 3hari hari hari > 15 hari Nyeri Saat Menstruasi Ya Tidak Konsumsi Jamu/Minuman Pereda Nyeri Ya Tidak Umur Saat Pertama Kali Payudara Membesar < 9 tahun tahun > 11 tahun Tumbuh Rambut di Ketiak Sudah Belum Umur Mulai Tertarik pada Laki-laki < 9 tahun tahun > 11 tahun 0 0 belum pernah Umur Saat Mulai Muncul Jerawat < 9 tahun tahun > 11 tahun tidak pernah Mengalami Keputihan Ya Tidak Umur Mulai Mengalami Keputihan < 9 tahun tahun > 11 tahun belum pernah

24 65 Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani Frekuensi konsumsi pangan hewani pada kedua kelompok siswi dilakukan dengan menanyakan 20 jenis pangan hewani yang umumnya sering dikonsumsi siswi. Terdapat 5 dari 20 jenis pangan hewani pada masing-masing kelompok siswi yang memiliki tingkat frekuensi konsumsi paling tinggi. Semua jenis pangan hewani yang dikonsumsi dikonversi ke dalam minggu. Jenis pangan hewani yang memiliki frekuensi konsumsi pangan hewani tertinggi pada siswi yang sudah menstruasi, yaitu ayam, sosis daging, telur, chicken nugget (kaki naga), dan susu. Berikut ini disajikan tabel kelima jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswi. Tabel 30 Frekuensi konsumsi pangan hewani siswi yang sudah menstruasi Pangan Waktu n % Rata-rata Frekuensi ± SD(kali) ayam mingguan ± 2.3 sosis daging mingguan ± 2.8 telur mingguan ± 2.6 chicken nugget mingguan ± 2.6 susu mingguan ± 7.0 Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa frekuensi pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah susu dengan rata-rata frekuensi konsumsi 9.8 ± 7.0 kali/minggu. Hal ini diduga karena susu memiliki pilihan rasa yang bervariasi dengan kemasan yang variatif dan praktis sehingga sebagian besar siswi memilih konsumsi susu sebagai sumber pangan hewani lebih banyak dibandingkan sumber pangan hewani lainnya. Ayam dan susu menjadi pilihan pangan yang paling sering dikonsumsi oleh siswi. Terlihat dari persentase konsumsi ayam dan susu yang tinggi, yaitu 97.4%. Jenis pangan hewani yang memiliki frekuensi konsumsi pangan hewani tertinggi pada siswi yang belum menstruasi, yaitu sosis daging, telur, susu, es krim, dan yoghurt. Frekuensi pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah susu dengan rata-rata frekuensi konsumsi 13.3 ± 8.4 kali/minggu. Alasan yang sama dengan frekuensi pangan hewani pada siswi yang sudah menstruasi, diduga karena susu memiliki pilihan rasa yang bervariasi dengan kemasan yang variatif dan praktis sehingga sebagian besar siswi memilih konsumsi susu sebagai sumber pangan hewani lebih banyak dibandingkan sumber pangan hewani lainnya. Telur menjadi bahan pangan yang paling sering dikonsumsi oleh siswi dengan persentase 100%. Berikut ini disajikan Tabel 31.

25 66 Tabel 31 Frekuensi konsumsi pangan hewani siswi yang belum menstruasi Pangan Waktu n % Rata-rata Frekuensi ± SD(kali) sosis daging mingguan ± 2.8 telur mingguan ± 2.2 susu mingguan ± 8.4 es krim mingguan ± 2.0 yoghurt mingguan ± 2.4 Tingkat Kecukupan Gizi Siswi Tingkat kecukupan gizi (TKG) siswi dihitung dari konsumsi harian siswi yang diperoleh berdasarkan hasil Food Recall 48 jam. Sebelum menentukan tingkat kecukupan gizi siswi terlebih dahulu menghitung konsumsi zat gizi siswi. Setelah konsumsi zat gizi dihitung kemudian angka kecukupan zat gizi (AKG) dapat dihitung pula dengan rumus: Keterangan: BBi BBj AKG = BBi BBj = berat badan contoh = berat badan standar x Zat gizi yang dianjurkan Nilai AKG yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menghitung TKG. Rumus yang digunakan untuk menghitung TKG yaitu: TKG = Konsumsi zat gizi AKG x 100 Rata-rata konsumsi energi pada siswi yang sudah menstruasi lebih tinggi (1420 kkal) dibandingkan dengan rata-rata konsumsi energi pada siswi yang belum menstruasi (1356 kkal). Namun pada rata-rata konsumsi protein siswi yang sudah menstruasi lebih rendah (40.6 gram) dibandingkan dengan rata-rata konsumsi protein pada siswi yang belum menstruasi (45.6 gram). Hal ini diduga pada siswi yang belum menstruasi mendapatkan kontribusi protein tidak hanya berasal dari pangan hewani namun juga berasal dari pangan nabati yang lebih tinggi. Tabel 32 Konsumsi zat gizi dan angka kecukupan zat gizi siswi Energi (kkal) Protein (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Vit. A (RE) Vit. C (mg) Konsumsi Zat Gizi menstruasi belum menstruasi Angka Kecukupan Zat Gizi menstruasi belum menstruasi

26 67 Angka kecukupan untuk semua zat gizi pada tabel di atas yang mempunyai nilai lebih tinggi yaitu pada siswi yang sudah menstruasi sedangkan untuk tingkat kecukupan sebagian besar zat gizi yang mempunyai nilai lebih tinggi yaitu pada siswi yang belum menstruasi. Perbedaan hasil ini diduga karena adanya faktor berat badan pada kedua kelompok siswi saat menghitung AKG, sehingga nilai AKG pada siswi yang sudah menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswi yang belum menstruasi. Faktor angka kecukupan zat gizi yang lebih tinggi pada siswi yang sudah menstruasi saat menghitung TKG (angka kecukupan zat gizi sebagai unsur pembagi) menyebabkan nilai TKG pada siswi yang belum menstruasi lebih tinggi dibandingkan dengan nilai TKG pada siswi yang sudah menstruasi. Berdasarkan Tabel 33 diketahui bahwa persentase tertinggi untuk tingkat kecukupan gizi siswi berada pada kelompok siswi yang belum menstruasi. Tabel 33 Tingkat kecukupan gizi pada siswi Energi (%) Protein (%) Kalsium (%) Besi (%) Vit. A (%) Vit. C (%) menstruasi belum menstruasi Uji beda pada penelitian ini juga dilakukan untuk melihat perbedaan konsumsi zat gizi, angka kecukupan gizi, dan tingkat kecukupan gizi kedua kelompok siswi. Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada semua variabel tersebut. Artinya, siswi yang sudah menstruasi dan siswi yang belum menstruasi memiliki persamaan pada semua variabel yang diuji (p > 0.025). Kontribusi Zat Gizi Pangan Hewani Selain menghitung konsumsi zat gizi, AKG, dan TKG yang berasal dari seluruh pangan yang dikonsumsi oleh kedua kelompok siswi, kontribusi zat gizi pangan hewani yang dikonsumsi oleh kedua kelompok siswi juga diperhitungkan. Hasil perhitungan dimaksudkan untuk melihat banyaknya zat gizi yang dikonsumsi oleh siswi khusunya pada pangan hewani. Berikut ini merupakan Tabel 34 yang menyajikan hasil perhitungan kontribusi zat gizi pangan hewani pada kedua kelompok siswi. Tabel 34 Kontribusi zat gizi pangan hewani pada siswi Energi (kkal) Protein (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Vit. A (RE) Vit. C (mg) menstruasi belum menstruasi

27 68 Berdasarkan di atas dapat diketahui rata-rata kontribusi konsumsi zat gizi pangan hewani tertinggi pada siswi yang sudah menstruasi yaitu kalsium (94.9%). Rata-rata kontribusi konsumsi energi dan protein pangan hewani pada siswi yang sudah menstruasi lebih rendah (E= 32.6%, P= 63.3%) dibandingkan dengan rata-rata kontribusi konsumsi energi dan protein pangan hewani pada siswi yang belum menstruasi (E= 52.7%, P= 104.2%). Perbedaan ini diduga saat dilakukan recall konsumsi selama dua hari sebelum wawancara, siswi yang belum menstruasi kemungkinan mengonsumsi pangan hewani dalam kuantitas yang tinggi dibandingkan dengan siswi yang sudah menstruasi. Tingkat kecukupan zat gizi asal pangan hewani pada siswi ditunjukkan pada Tabel 35. TKG asal pangan hewani pada siswi yang sudah menstruasi lebih rendah dibandingkan dengan TKG pada siswi yang belum menstruasi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai TKG pada energi dan protein kedua kelompok. Menurut Sukandar (2007), kebutuhan zat gizi individu dapat diketahui dari tingkat kecukupan energi dan proteinnya. Dapat diduga bahwa pada siswi yang sudah menstruasi konsumsi pangan hewani selama recall 48 jam memiliki kuantitas yang rendah jika dibandingkan dengan konsumsi pangan hewani pada siswi yang belum menstruasi sehingga berdampak pada tingkat kecukupan gizinya. Tabel 35 Tingkat kecukupan zat gizi pangan hewani pada siswi Energi (%) Protein (%) Kalsium (%) Besi (%) Vit. A (%) Vit. C (%) menstruasi belum menstruasi Hubungan Frekuensi Konsumsi Pangan Hewani Siswi dengan Berbagai Variabel Berdasarkan hasil penelitian terdapat lima jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi oleh kedua kelompok siswi. Kelima jenis pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh siswi yang sudah mengalami menstruasi yaitu ayam, sosis daging, telur, chicken nugget (kaki naga), dan susu. Pangan hewani yang memiliki frekuensi konsumsi tinggi pada siswi yang belum menstruasi yaitu sosis daging, telur, susu, es krim, dan yoghurt. Selanjutnya dilakukan uji hubungan kelima pangan hewani tersebut terhadap beberapa variabel yang diduga memiliki hubungan dengan frekuensi konsumsi pangan hewani tersebut pada kedua kelompok siswi.

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 35 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi observasional cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi. distribusi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1. L A M P I R A N 50 Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1. Proses Penyelenggaraan Makanan 2. Karakteristik Responden a. Umur (Depkes 2005) b. Uang saku 3. Karakteristik

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia masih berada pada pola konsumsi tunggal, yaitu beras. Tingginya ketergantungan pada beras tidak saja menyebabkan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di

BAB V HASIL PENELITIAN. Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di bawah yayasan Pondok Pesantren Darul Ulum, berada di Desa Rejoso, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian 33 HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Batu 2. Sekolah ini terletak di Jalan Mayjend Ishak Djuarsa No. 2 RT. 01/RW. 03, Kelurahan Loji, Kecamatan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Penelitian dilakukan di salah satu sekolah dasar negeri di Jakarta yang memiliki sistem pembelajaran akselerasi. Sekolah yang terpilih adalah Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan investasi dan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Kualitas anak sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Sekolah Dasar (SD) Insan Kamil beralamat di Jalan Raya Dramaga Km. 6 Bogor. Sekolah ini pertama kali didirikan pada tahun 1986. SD Insan Kamil memiliki 2 gedung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya. Melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang. pedesaan. Salah satu alasan tingginya tingkat kesukaan pada makanan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu alasan tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Faktor Internal Usia. Usia mahasiswa dalam penelitian ini berksar antara 18-22 tahun Rata-rata usia mahasiswa sebesar 19,8 tahun dan standar deviasi sebesar 1,0 tahun. Rata-rata

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok anak sekolah merupakan salah satu segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN A. Profil SD Muhammadiyah 8 Banjarmasin SD Muhammadiyah 8 Banjarmasin adalah salah satu sekolah swasta dengan akreditasi A. Sekolah ini memiliki NSS 104156002086. Sekolah

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN Taman Kanak-kanak yang menjadi responden pada penelitian berjumlah empat sekolah di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, DKI Jakarta. Keempat Taman Kanak-kanak tersebut adalah TK

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN 58 Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP DISMENORE PADA SISWI SMPN 191 KEBUN JERUK JAKARTA BARAT Saya Vina Edika Rosmawati Simorangkir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan, salah satu aktivitas yang bersifat individual adalah konsumsi pangan. Bagi individu,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi di tingkat nasional (International Conference on Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Karakteristik Remaja Putri Usia Remaja Putri

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Karakteristik Remaja Putri Usia Remaja Putri HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Sekolah SMA Budi Mulia terletak di Jalan Kapten Muslihat nomor 22 Bogor. Sekolah ini terletak di pusat keramaian dan letaknya sangat strategis sehingga banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci