HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak, dimana pendidikan anak yang sudah diawali sejak dini dapat mengembangkan potensi anak secara optimal. Anak yang mengikuti PAUD akan menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal (Sudjarwo 2010). Sekolah merupakan salah satu lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi tumbuh kembang, termasuk stimulasi psikososial untuk perkembangan kognitifnya. Gambar 3 menyajikan sebaran sampel dalam keikutsertaan dalam PAUD. Hasil penelitian ini dimana hampir sebagian besar (82.2%) anak tidak terlibat dalam kegiatan pendidikan anak usia dini, baik PAUD, Taman Kanak-Kanak, atau Taman bermain. Hanya 17.8% anak yang terlibat dalam pendidikan usia dini. Serupa halnya dengan laporan Depdiknas tahun 2002 yang menyatakan bahwa dari 26 juta anak usia dini (0-6 tahun), baru 17% yang mengikuti pendidikan usia dini (Kemendiknas, 2002). Rendahnya keikutsertaan anak untuk terlibat dalam PAUD diduga karena tingkat pendidikan orang tua yang rendah (Tabel 7) serta pendapatan per kapita yang rendah yang diterima oleh orang tua (Tabel 9). Selain itu untuk mengikuti kegiatan PAUD ini, setiap anak harus membayar uang sekolah sebesar Rp p e r s e n PAUD Non PAUD Keikutsertaan dalam PAUD Gambar 3 Sebaran sampel dalam keikutsertaan dalam PAUD.

2 35 Usia Orang Tua Karakteristik Keluarga Sampel Usia ibu berkisar dari 20 tahun hingga 44 tahun, dan usia ayah berkisar dari 22 tahun hingga 65 tahun. Rata-rata usia ibu secara keseluruhan adalah ± 6.46 tahun dan rata-rata usia ayah secara keseluruhan adalah ± 8.52 tahun. Ini menunjukkan bahwa usia orang tua tergolong usia yang masih produktif (Hurlock 2000). Usia orang tua dikelompokkan menjadi dua kategori (Tabel 5), yaitu dewasa muda (20-39 tahun) dan dewasa madya (40-65 tahun). Berdasarkan kelompok tersebut maka sebagian besar ibu berada di usia dewasa muda (90.8%) dan demikian pula untuk ayah sebagian besar berada di usia dewasa muda (69.1%). Kondisi usia muda cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kualitas dan kuantitas pengasuhan kurang terpenuhi (Hurlock 1998). Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata usia ibu pada kelompok PAUD (30.18 ± 6.98 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan usia ibu pada kelompok non PAUD (29.83 ± 6.37 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa usia ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori usia dewasa muda. Oleh karena itu, usia ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Tabel 5 Sebaran sampel berdasarkan usia orang tua terhadap keikutsertaan PAUD Keikutsertaan PAUD Usia Orang Tua PAUD Non PAUD Usia Ibu Tahun Tahun Rata-rata ± SD ± ± ± 6.46 p-value (t-test) Usia Ayah Tahun Tahun Rata-rata ± SD ± ± ± 8.52 p-value (t-test) 0.283

3 36 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata usia ayah pada kelompok PAUD (33.96 ± 5.61 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan usia ayah pada kelompok non PAUD (35.42 ± 9.03 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa usia ayah pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori usia dewasa muda. Oleh karena itu, usia ayah tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Besar keluarga Rata-rata besar keluarga sampel secara keseluruhan adalah 4.34 ± 1.26 orang. Variabel besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu keluarga kecil ( 4 orang ) dan keluarga besar ( 4 orang). Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 6) diperoleh bahwa sebagian besar (63.2%) termasuk ke dalam kategori keluarga kecil dengan rata-rata besar keluarga berjumlah empat orang, dimana terdiri dari ayah, ibu dan dua anak. Menurut Kustiyah (2005) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga yang melebihi jumlah yang dianjurkan akan berdampak terhadap kurangnya curahan waktu, perhatian orang tua dan distribusi makanan untuk setiap anggota keluarga terutama anak. Bedasarkan hasil penelitian Salimar (2010) menyatakan besar keluarga akan berhubungan dengan pola asuh yang diberikan kepada anak, dimana keadaan sosial ekonomi yang kurang akan mempengaruhi konsumsi anggota keluarga. Kemudian ditambahkan Hajian-Tilaki et al. (2011) dalam penelitiannya di Iran terhadap 1000 anak sekolah dasar usia 7-12 tahun bahwa besar keluarga sangat berpengaruh pada jumlah makanan yang harus disediakan. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga atau sebaliknya. Tabel 6 Sebaran sampel berdasarkan besar keluarga terhadap keikutsertaan PAUD Besar Keluarga Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Keluarga Kecil Keluarga Besar Rata-rata ± SD 4.11 ± ± ± 1.26 p-value (t-test) 0.311

4 37 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata besar keluarga pada kelompok PAUD (4.11 ±1.12 orang) adalah tidak jauh berbeda dengan besar keluarga pada kelompok non PAUD (4.38 ± 1.29 orang). Hal ini menunjukkan bahwa besar keluarga pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori besar. Oleh karena itu, besar keluarga tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Pendidikan Orang Tua Pendidikan merupakan hak dari setiap warga negara dan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Lama dan tingginya pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang akan didapat, serta akan berpengaruh terhadap pendapatan keluarga. Program pendidikan yang saat ini pemerintah Indonesia terapkan adalah pendidikan dasar sembilan tahun, dimana setiap warga berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar sembilan tahun atau dengan kata lain sampai dengan jenjang pendidikan SMP, sesuai UU Pendidikan RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 17. Tabel 7 Sebaran sampel berdasarkan lama pendidikan orang tua Keikutsertaan PAUD Lama Pendidikan PAUD Non PAUD Orang Tua Lama pendidikan ibu Kurang dari 9 tahun Lebih dari 9 tahun Rata-rata ± SD 7.63 ± ± ± 1.87 p-value (t-test) Lama pendidikan ayah Kurang dari 9 tahun Lebih dari 9 tahun Rata-rata ± SD 7.33 ± ± ± 2.43 p-value (t-test) 0.708

5 38 Secara umum, lama pendidikan ibu bervariasi mulai dari 5 tahun hingga 12 tahun, begitu pula untuk lama pendidikan ayah sangat bervariasi mulai dari tidak sekolah hingga 16 tahun. Rata-rata lama pendidikan ibu secara keseluruhan adalah 7.46 ± 1.87 tahun dan rata-rata lama pendidikan ayah secara keseluruhan adalah 7.49 ± 2.43 tahun (Tabel 7). Dalam penelitian ini pengkategorian pendidikan ada dua, yaitu tingkat pendidikan rendah bila lama pendidikan kurang dari sembilan tahun dan tingkat pendidikan tinggi bila lama pendidikan lebih dari sembilan tahun. Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata lama pendidikan ibu pada kelompok PAUD (7.63 ± 1.71 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan lama pendidikan ibu pada kelompok non PAUD (7.42 ± 1.91 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori kurang dari 9 tahun. Oleh karena itu, lama pendidikan ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata lama pendidikan ayah pada kelompok PAUD (7.33 ± 2.09 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan lama pendidikan ayah pada kelompok non PAUD (7.53 ± 2.51 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa lama pendidikan ayah pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori kurang dari 9 tahun. Oleh karena itu, lama pendidikan ayah tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p- value>0.05, yaitu sebesar Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola pengambilan keputusan dalam keluarga. Pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola asuh konsumsi dan status gizi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Rahmawati dan Kusharto (2006) menyatakan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak. Menurut Engle et al. (1997) pendidikan dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan dapat mengapresiasikan mengenai pentingnya perawatan. Wanita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih menggunakan fasilitas jasa masyarakat, perawatan kesehatan, dan memiliki sikap yang baik pada saat

6 39 mengasuh anak balita. Sedangkan wanita yang tidak berpendidikan akan cenderung memegang kepercayaan nenek moyangnya dalam mengasuh anak balita. Ditambahkan Madanijah (2003) bahwa pendidikan ibu merupakan salah satu penentu mortalitas bayi dan anak karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap perawatan kesehatan, hygiene dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga. Pekerjaan Orang tua Pekerjaan orang tua berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga, karena berhubungan dengan pendapatan yang akan diterima, yang kemudian akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tabel 8 menunjukan sebaran pekerjaan orang tua terhadap keikutsertaan PAUD. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pada umumnya ibu tidak bekerja atau tergolong ibu rumah tangga yaitu sebesar 75.7% dan bekerja sebesar 24.3%. Adapun jenis pekerjaan ibu sebagai petani, buruh tani, dan pedagang. Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan bahwa porsi terbesar pendapatan diperoleh dari ayah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Selain itu, pengkategorian pekerjaan ayah dibagi menjadi dua, yaitu bekerja pada sektor pertanian dan bekerja pada sektor non pertanian (Tabel 8). Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada umumnya ayah bekerja pada sektor non pertanian sebesar 63.8%, sedangkan ayah yang bekerja di sektor pertanian sebesar 36.2%. Tabel 8 Sebaran sampel berdasarkan pekerjaan orang tua terhadap keikutsertaan PAUD Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ibu Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Tidak bekerja Bekerja p-value (t-test) Pekerjaan Ayah Sektor pertanian Non-sektor pertanian p-value (t-test) 0.074

7 40 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka pekerjaan ibu pada kelompok PAUD dan non PAUD relatif sama, yaitu tidak bekerja. Oleh karena itu pekerjaan ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Begitu pula pada pekerjaan ayah, jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka pekerjaan ayah pada kelompok PAUD dan non PAUD relatif sama, yaitu bekerja di non sektor pertanian. Oleh karena itu pekerjaan ayah tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Gambar 4 menunjukkan sebaran secara keseluruhan jenis pekerjaan ayah. Adapun jenis pekerjaan sektor non pertanian yaitu bekerja sebagai buruh bukan tani (27%), jasa (27%) dan pedagang (9.9%). Pekerjaan buruh non tani yang dijumpai dalam penelitian ini adalah buruh bangunan, sedangkan untuk pekerjaan jasa yang banyak di jumpai adalah tukang ojek dan supir angkot. Sedangkan jenis pekerjaan untuk sektor pertanian, yaitu petani (12.5%) dan buruh tani (23.7%), Bila dilihat sebaran usia dari ayah terhadap jenis pekerjaannya bahwa ayah yang memiliki usia dewasa muda lebih memilih pekerjaan di sektor non pertanian, yaitu buruh non tani (31.9%) dan jasa (31%) dari pada pekerjaan petani dan buruh tani. Sebaliknya untuk ayah yang usia dewasa madya lebih banyak yang memilih pekerjaan petani (25.7%) dan buruh tani (45.7%). Ini menunjukkan bahwa pekerjaan di sektor pertaniaan kurang diminati untuk ayah yang masih berusia dewasa muda. Jasa 27 Buruh Bukan Tani 27 Pedagang 9.9 Buruh Tani 23.7 Petani Persen Gambar 4 Sebaran berdasarkan jenis pekejaan ayah.

8 41 Pendapatan Per Kapita Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan keluarga yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan anggota keluarga (Kustiyah 2005). Pendapatan per kapita yang digunakan adalah standar dari Bank Dunia, yaitu US$ 2/hari. Nilai US$ 1 setara dengan Rp , sehingga pendapatan per kapita dalam satu bulan yang digunakan sebesar Rp Berdasarkan hasil penelitian bahwa pendapatan per kapita terendah sebesar Rp dan yang tertinggi sebesar Rp Sedangkan untuk rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp dengan standar deviasi Rp Dengan menggunakan ketentuan Bank Dunia maka dapat dikatakan bahwa seluruh keluarga sampel termasuk keluarga miskin. Sebagian besar sampel (52%) memiliki pendapatan di bawah rata-rata (rendah) (Tabel 9). Pendapatan per kapita yang rendah berasal dari keluarga yang ayahnya sebagai petani dan buruh tani. Ini menggambarkan bahwa masih rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga. Kustiyah (2005) menyatakan bahwa kondisi ekonomi yang tidak mendukung merupakan faktor yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan anak yang optimal. Ditambahakan Martianto dan Ariani (2004) menyatakan bahwa rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua kali dalam sehari. Tabel 9 Pendapatan per kapita dalam sebulan Pendapatan Per kapita Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Dibawah rata-rata Diatas rata-rata Rata-rata ± SD ± ± ± p-value (t-test) 0.364

9 42 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata pendapatan per kapita pada kelompok PAUD (Rp ± Rp ) adalah tidak jauh berbeda dengan pendapatan per kapita pada kelompok non PAUD (Rp ± Rp ). Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita pada kedua kelompok adalah relatif sama. Oleh karena itu, pendapatan per kapita tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p- value>0.05, yaitu sebesar Karakteristik Sampel Usia dan Jenis Kelamin Anak Prasekolah Usia anak berkisar dari 36 bulan hingga 60 bulan. Rata-rata usia anak secara keseluruhan ± 7.47 bulan. Kemudian usia anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bulan dan bulan. Tabel 10 menyajikan sebaran usia dan jenis kelamin dari anak terhadap keikutsertaan dalam kegiatan PAUD. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas berasal pada kelompok usia bulan (56.6%). Sementara itu, persentasi terbesar untuk jenis kelamin anak yang mengikuti penelitian ini adalah perempuan sebesar 53.9%, sedangkan persentasi untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 46.1%. Tabel 10 Sebaran sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin Keikutsertaan PAUD Karakteristik Anak PAUD Non PAUD Usia bulan bulan Rata-rata ± SD ± ± ± 7.47 p-value (t-test) Jenis kelamin Perempuan Laki-laki p-value (t-test) 0.508

10 43 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata usia anak pada kelompok PAUD (50.37 ± 7.62 bulan) sedikit lebih tua dibandingkan dengan usia anak pada kelompok non PAUD (46.68 ± 7.31 bulan). Oleh karena itu, usia anak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value= Anak yang mengikuti PAUD mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 9.3%, sedangkan untuk anak yang non PAUD mayoritas berjenis kelamin perempuan sebesar 45.4%. Oleh karena itu, jika dilihat dari keikutsertaan dalam PAUD, maka berdasarkan jenis kelamin anak tidak ada perbedaan yang signifikan. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Berat Badan Lahir Berat badan lahir anak berkisar dari 1800 gram hingga 4600 gram. Ratarata berat badan lahir anak sebesar ± gram. Berat badan lahir dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu barat badan lahir rendah ( 2500 gram) dan berat badan lahir normal ( 2500 gram). Tabel 11 menyajikan sebaran sampel berdasarkan berat badan lahir anak terhadap keikutsertaan dalam PAUD. Terlihat dari Tabel 11, sebagian besar (97.4%) lahir dengan berat badan normal dan terdapat 2.6% anak yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR). Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata berat badan lahir pada kelompok PAUD ( ± gram) adalah tidak jauh berbeda dengan berat badan lahir pada kelompok non PAUD (3232 ± gram). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan lahir pada kedua kelompok adalah relatif sama. Oleh karena itu, berat badan lahir tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Penelitaian Welsch dan Zimmer (2010) menyatakan bahwa berat badan lahir merupakan variabel yang signifikan akan mempengaruhi kognitif pada masa kecil. Ditambahkan Hack et al. (1991) menyatakan bahwa berat badan lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan fungsi kognitif yang rendah, prestasi akademik dan tingkah laku pada anak usia delapan tahun. Ini dimungkinkan dengan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuh untuk melakukan tugas dan fungsinya. Banyak faktornya menyebabkan terjadinya kejadian BBLR,

11 44 salah satu diantaranya tingginya kejadian KEP (Kekurangan Energi Protein) pada ibu hamil. Tabel 11 Sebaran sampel berdasarkan berat badan lahir anak terhadap keikutsertaan PAUD Karakteristik Anak Berat badan lahir Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Normal BBLR Rata-rata ± SD ± ± ± p-value (t-test) Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Pengetahuan Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Pengetahuan ibu yang dinilai meliputi pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Ada 15 soal pengetahuan gizi dan kesehatan dengan skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 15. Pengetahuan gizi dikategorikan menjadi dua, yaitu baik (>70%) dan kurang ( 70%). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 79.0% ibu memiliki pengetahuan yang kurang dan hanya 21.0% yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran sampel berdasarkan pengetahuan ibu dan keikutsertaan PAUD Pengetahuan Ibu Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Baik (>70%) Kurang ( 70%) Rata-rata ± SD ± ± ± p-value (t-test) 0.394

12 45 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata pengetahuan ibu pada kelompok PAUD (59.51 ± 13.1) adalah tidak jauh berbeda dengan pengetahuan ibu pada kelompok non PAUD (56.53 ± 17.0). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan tergolong memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, pengetahuan ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p- value>0.05, yaitu sebesar Gambar 5 menyajikan pertanyaan yang diajukan kepada ibu dan persentase ibu yang menjawab pertanyaan dengan benar. Secara keseluruhan, pertanyaan yang paling banyak (86.2%) ibu menjawab dengan benar adalah omega 3 susu berfungsi untuk kecerdasan otak. Ini berarti bahwa sebanyak 86.2 % ibu sudah mengetahui bahwa omega 3 yang terdapat pada susu berfungsi untuk kecerdasan otak anak. Selain itu pertanyaan yang paling sedikit (9.9%) ibu menjawab dengan benar adalah berat badan lahir rendah adalah berat bayi lahir dibawah 2500 gram. Ini berarti bahwa hanya 9.9% ibu yang mengetahui bahwa berat badan lahir rendah adalah berat badan bayi lahir dibawah 2500 gram. Dengan kata lain bahwa masih banyak (90.1%) ibu yang tidak mengetahui informasi tersebut. Mayoritas ibu masih banyak yang salah bila ditanya tentang pengetahuan gizi terkait jenis pangan yang mengandung zat gizi tertentu dan fungsinya. Terlihat dari persentase yang menjawab benar untuk pertanyaan pangan yang termasuk sumber protein sebesar 44.7%, telur merupakan pangan yang kaya vitamin sebesar 45.4%, jenis makanan yang berfungsi untuk kecerdasan otak sebesar 46.7%. dan zat gizi untuk mendukung pertumbuhan anak-anak adalah sebesa 23.0%. Begitu pula jika ditanya tentang pengetahuan kesehatan, banyak itu yang masih tidak mengetahui bila ditanyakan balita yang keadaan gizinya buruk, berat badan menurut usia pada KMS (Kartu Menuju Sehat) berwarna (50.0%) dan bila anak jarang makan pangan hewani (daging atau telur) maka mudah menderita (36.2%). Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan yang rendah sejalan dengan pendidikan ibu yang mayoritas rendah sebesar 93.4% dengan lama pendidikan kurang dari 9 tahun.

13 46 Jenis makanan yang berfungsi untuk kecerdasan otak adalah ikan Bila anak jarang makan pangan hewani (daging/telur) maka mudah menderita sariawan Berat bayi lahir rendah adalah berat bayi lahir < 2.5 kg 9.9 Telur adalah pangan yang kaya vitamin c Balita yang keadaan gizinya buruk, berat badan menurut umur pada KMS (Kartu Menuju Sehat) berwarna merah Masa pertumbuhan dan perkembangan otak anak melaju pesat saat usia 2 tahun pertama Jenis sayuran yang bermanfaat bagi penglihatan anak adalah bayam Susu diperlukan dalam pertumbuhan balita karena dapat memperkuat tulang Omega 3 pada susu berfungsi untuk kecerdasan otak Zat gizi untuk mendukung pertumbuhan anak-anak adalah protein 23 Pangan yang termasuk sumber protein telur 44.7 Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang mengandung zat gizi vitamin dan mineral Pada usia berapakah anak boleh diberikan makanan seperti orang dewasa setelah 1 tahun Untuk mendukung pertumbuhan anak sebaiknya makanan tambahan selain ASI diberikan setelah usia 6 bulan Yang dimaksud dengan ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja tanpa ada makanan apapun sampai usia 6 bulan persen Gambar 5 Sebaran ibu yang menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar. Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Sikap ibu meliputi sikap ibu tentang gizi dan kesehatan. Ada 15 pernyataan sikap gizi dan kesehatan dengan skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 45. Sikap gizi dikategorikan menjadi dua, yaitu baik (> 70%) dan kurang ( 70%). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 96.0% ibu memiliki sikap yang baik, sementara hanya 4.0% yang memiliki sikap yang kurang terhadap gizi dan kesehatan (Tabel 13). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu telah memiliki sikap yang baik terhadap gizi dan kesehatan.

14 47 Tabel 13 Sebaran sampel berdasarkan sikap ibu dan keikutsertaan PAUD Keikutsertaan PAUD Sikap Ibu PAUD Non PAUD Baik (>70%) Kurang ( 70%) Rata-rata ± SD 88.31± ± ± 8.27 p-value (t-test) Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata sikap ibu pada kelompok PAUD (88.31± 6.45) adalah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sikap ibu pada kelompok non PAUD (84.96 ± 8.519). Hal ini menunjukkan bahwa sikap ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan tergolong memiliki sikap yang baik terhadap gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, sikap ibu terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value= Gambar 6 menunjukkan pernyataan yang diajukan kepada ibu atau pengasuh, dan respon yang diharapkan adalah sikap setuju, ragu-ragu atau tidak setuju dari pernyataan yang diajukan. Terlihat bahwa sebanyak 98.2% ibu setuju untuk menggunakan garam yang beryodium saat memasak, karena pemeberian yodium tersebut akan membuat anak menjadi cerdas. Selain itu sebanyak 95.8% ibu setuju bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan penting untuk menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak. Namun, masih ada sebayak 61.3% ibu yang menyatakan setuju bahwa makan dengan lauk hewani lebih baik dari pada dengan tahu dan tempe. Ini menunjukkan bahwa protein nabati masih dianggap kurang berkualitas dibandingkan protein hewani. Praktik yang digali dari para ibu merupakan praktik pola asuh makan anak, dimana terdapat 12 pertanyaan yang mencakup penyiapan makanan anak, pemberian makan anak, serta penyajian porsi makan anak. Skor minimal adalah 1 dan skor maksimal adalah 30. Sikap gizi dikategorikan menjadi dua, yaitu baik (>70%) dan kurang ( 70%). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 77.6% ibu memiliki praktik yang baik, sementara hanya 22.4% yang memiliki praktik yang kurang terhadap gizi dan kesehatan (Tabel 14). Ini menunjukkan bahwa masih terdapat ibu yang memiliki praktik yang kurang terhadap gizi dan kesehatan sebanyak 22.4%.

15 48 Makan dengan lauk hewani lebih baik daripada makan dengan tahu tempe Tak perlu memberi makan sayur tiap hari untuk anak balita karena sayur tidak disukai anak minum susu untuk anak balita dengan gelas akan membuat pertumbuhan giginya lebih baik dibandingkan dengan botol Menimbang anak di posyandu tidak perlu tiap bulan apabila anaknya sehat Anak perlu dimarahi/dihukum bila ogah makan Ketika memasak, menggunakan garam beryodium penting karena yodium dapat mencerdaskan anak Jajanan bagi anak balita kadang tidak aman karena adanya formalin, boraks, atau pewarna berbahaya Ketika imunisasi anak sudah selesai maka anak balita tidak perlu lagi di bawa ke posyandu Cairan kolostrum sebaiknya segera diberikan pada bayi Anak balita perlu sesekali makan tempe karena tempe kaya akan protein untuk pertumbuhan Anak di bawah usia 1 tahun sudah boleh makan seperti makanan untuk orang dewasa Anak balita perlu dibiasakan sarapan pagi Minum susu perlu dibiasakan untuk seluruh anggota keluarga makan pangan hewan setiap hari untuk pertumbuhan tinggi badannya ASI ekslusif sampai 6 bulan penting untuk menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak % setuju ragu-ragu tidak setuju Gambar 6 Sebaran sikap ibu terhadap gizi dan kesehatan.

16 49 Tabel 14 Sebaran sampel berdasarkan praktik ibu dan keikutsertaan PAUD Keikutsertaan PAUD Praktik Ibu PAUD Non PAUD Baik (>70%) Kurang ( 70%) Rata-rata ± SD ± ± ± 9.6 p-value (t-test) Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata praktik ibu pada kelompok PAUD (80.49 ± 8.4) adalah tidak jauh berbeda dengan praktik ibu pada kelompok non PAUD (77.17 ± 9.7). Hal ini menunjukkan bahwa praktik ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan tergolong memiliki praktik yang baik terhadap gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, praktik ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Tabel 15 menyajikan sebaran sampel berdasarkan praktik pemberian makan anak usia prasekolah. Penilaian praktik ibu terhadap pemberian makan meliputi, yang mengasuh anak sehari-hari, yang menyiapkan makanan anak, kondisi anak apa masih disuapi, ibu mengawasi makan anak bila tidak disuapi, cara penyajian porsi makan anak, dan situasi saat memberikan makan anak. Terlihat bahwa praktik pengasuhan sehari-hari dan yang menyiapkan makanan anak sebagian besar (96.7%) dilakukan oleh ibu. Ini sejalan dengan pernyataan Hastuti et al. (2010) bahwa tugas pengasuhan umumnya dilakukan oleh ibu sebagai pengasuh utama. Sebayak 69.1% anak kadang-kadang masih disuapi dan sebanyak 36.8% ibu masih mengawasi makan anak jika sedang tidak disuapi. Penyajian porsi makan anak sebanyak 89.5% ibu menyajikan porsi makan sesuai kebutuhan anak dan sebanyak 54.6 % ibu mengusahakan situasi yang disiplin dan tidak boleh bermain saat makan. Sejalan dengan pernyataan Khomsan (2002) bahwa cara untuk membuat anak mau makan adalah dengan memperhatikan porsi makan sesuai kebutuhan, tidak perlu porsi maksimum disajikan dalam sekali makan. Oleh karena itu, saat porsi kecil sudah habis bisa ditawarkan porsi tambahan.

17 50 Tabel 15 Sebaran sampel berdasarkan praktik pemberian makan anak Praktik pemberian makan n % Yang sehari-hari mengasuh anak Ibu Ayah Nenek Kakak Yang menyiapkan makanan anak Ibu Ibu dan orang lain 3 2 Orang lain Anak sampai sekarang masih disuapi Kadang-kadang Selalu Tidak pernah Ibu mengawasi makan anak jika tidak menyuapi Ya, selalu Kadang-kadang Tidak pernah, percaya saja Cara ibu menyajikan porsi makan anak Porsi makan sesuai kebutuhan anak Porsi makan dihidangkan sekaligus banyak Situasi pada saat memberi makan anak Diusahakan disiplin dan tidak boleh bermain Sambil bermain di sekitar rumah Suasana tidak diperhatikan asal makanan habis Tabel 16 menyajikan sebaran sampel berdasarkan praktik jadwal makan anak. Sebanyak 72.4% yang menentukan jadwal makan anak adalah anak sendiri, dengan jadwal makan anak yang tidak teratur sebanyak 59.2%. Jika ditelusuri alasan mengapa jadwal makan anak tidak teratur, sebagian besar ibu menyatakan bahwa anak memiliki masalah kesulitan makan dan keinginannya hanya jajan saja. Untuk jadwal minum susu sebagian besar (78.9%) ditentukan oleh anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khomsan (2002) bahwa mengkonsumsi susu untuk anak jangan menjadi paksaan namun tetap menjadi perhatian. Oleh karena itu, secara keseluruhan praktik ibu terhadap jadwal

18 51 makan anak sebagian besar adalah baik, dimana ibu harus tetap bertanggung jawab untuk memperhatikan pola asuh makan anak. Tabel 16 Sebaran sampel berdasarkan jadwal makan anak Jadwal Makan Anak n % Yang menentukan Jadwal makan Ibu sendiri Ibu dan orang lain Semau anak sendiri Jadwal makan anak teratur Ya Tidak Yang menentukan jadwal minum susu anak Tidak minum susu Ibu Anak Ibu dan orang lain Tabel 17 menyajikan sebaran sampel berdasarkan sikap ibu dalam praktik pemberian makan anak. Jika anak menolak makanan tertentu sikap ibu tertinggi dengan cara memberikan jenis makanan tersebut dalam waktu tertentu 44.1% ibu tetap memberikan jenis makanan dalam waktu berbeda dan sebagian besar (40.8%) ibu memiliki sikap untuk membujuk atau merayu jika anak sulit makan. Bila anak menghabiskan makanannya maka sikap sebagian besar (62.5%) ibu adalah memujinya. Oleh karena itu, secara keseluruhan praktik ibu untuk pola asuh makan adalah baik. Penelitian yang dilakukan oleh Zeitlin et al. (2000) menunjukkan bahwa keluarga berpendapatan rendah dapat memiliki anak sehat dan bergizi baik bila ibu memberikan pengasuhan yang memadai dan tepat. Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk menyetujui atau tidak menyetujui terhadap suatu pernyataan yang diajukan terkait gizi dan kesehatan. Sikap sering kali terkait erat dengan pengetahuan, yaitu jika memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan baik maka cenderung memiliki sikap gizi dan kesehatan baik pula. Praktik atau perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya atau dengan kata lain praktik merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Pada penelitian ini ibu memiliki sikap dan praktik yang baik walaupun memiliki tingkat pengetahuan yang rendah.

19 52 Hal ini dimungkinkan dengan ibu mendapatkan informasi dari lingkungan sekitar, seperti saudara, tetangga dan kader di posyandu serta dari tradisi (adat istiadat) yang ada dalam keluarga dan tetangga. Karena pengalaman sesorang merupakan suatu pembelajaran tersendiri. Oleh karena itu, saat diberikan sebuah pernyataan, maka sikap yang diberikan adalah setuju, walaupun mereka tidak mengetahui alasan yang mendasarinya. Kemudian Suharjo (1996) menyatakan bahwa tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi Oleh karena itu, masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan gizi. Tabel 17 Sebaran sampel berdasarkan sikap ibu dalam memberi makan anak Sikap ibu dalam memberi makan anak n % Sikap ibu jika anak menolak makanan tertentu Membuat inovasi makanan baru dengan bahan sama Tetap diberikan dalam waktu berbeda Tidak diberikan lagi Lainnya Sikap ibu jika anak sulit makan Tidak pernah sulit makan Membujuk atau merayu Memberikan makanan yang sesuai keinginannya Memaksakan anak untuk makan Sikap ibu jika anak menghabiskan makanannya Memuji Diam saja Asupan Zat Gizi Kecukupan gizi merupakan gambaran banyaknya zat gizi yang diperlukan oleh individu. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan orang pada umumnya (LIPI 2004). Tabel 18 menyajikan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan menurut kelompok usia.

20 53 Jumlah energi yang dibutuhkan seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan berat badan seseorang. Dalam penelitian ini digunakan metode recall 2x24 jam untuk mengukur tingkat kecukupan gizi anak usia prasekolah. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila dilakukan hanya recall satu hari. Selain itu ketepatannya sangat bergantung pada daya ingat responden. Tabel 18 Angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan menurut kelompok usia anak Usia (Tahun) Berat badan (kg) Tinggi Badan (cm) Energi (kkal) Protein (g) Secara umum rata-rata konsumsi energi anak usia prasekolah dibagi dua, yaitu untuk usia 3 tahun kkal dan usia 4-5 tahun sebesar kkal. Begitu juga untuk rata-rata konsumsi protein anak usia prasekolah juga dibagi dua, yaitu untuk usia 3 tahun g, dan usia 4-5 tahun sebesar g. Ini berarti bahwa untuk kelompok usia 3 tahun, kecukupan energi dan protein tergolong berlebih. Namun, untuk kelompok usia 4-5 tahun, kecukupan energi tergolong defisit dan kecukupan protein tergolong berlebih. Tabel 19 menunjukkan sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan energi dan keikutsertaan PAUD. Tingkat kecukupan energi dikategorikan menjadi dua, yaitu normal (90-119% AKG) dan tidak normal (< 90% AKG dan > 120% AKG). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 32.9% anak memiliki tingkat kecukupan energi yang normal, sementara ada 67.1% anak yang memiliki tingkat kecukupan energi yang tidak normal (Tabel 19). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak memiliki tingkat kecukupan energi yang tidak normal. Tabel 19 Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan energi dan keikutsertaan PAUD Tingkat Kecukupan Energi Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Normal Tidak Normal Rata-rata ± SD ± ± ± p-value (t-test) 0.719

21 54 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata tingkat kecukupan energi pada kelompok PAUD (96.52% ± 29.15% ) adalah tidak jauh berbeda dengan tingkat kecukupan energi pada kelompok non PAUD (99.03% ± 33.48%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi pada kedua kelompok adalah relatif sama dan tergolong memiliki tingkat kecukupan energi yang normal. Oleh karena itu, tingkat kecukupan energi tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar Tabel 20 menunjukkan sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan protein dan keikutsertaan PAUD. Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata tingkat kecukupan protein pada kelompok PAUD (120.17% ± 43.30%) adalah tidak jauh berbeda dengan tingkat kecukupan protein pada kelompok non PAUD (117.85% ± 55.78%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein pada kedua kelompok adalah relatif sama dan tergolong memiliki tingkat kecukupan protein yang tidak normal. Oleh karena itu, tingkat kecukupan protein tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p- value>0.05, yaitu sebesar Tabel 20. Sebaran sampel berdasarkan tingkat kecukupan protein dan keikutsertaan PAUD Keikutsertaan PAUD Tingkat Kecukupan PAUD Non PAUD Protein Normal Tidak Normal Rata-rata ± SD ± ± ± p-value (t-test) Kondisi normal dan tidak normal ini akan diterangkan melalui Tabel 21 sebaran sampel secara keseluruhan berdasarkan tingkat asupan zat gizi anak usia prasekolah. Terlihat bahwa sebanyak 32.9% anak telah memiliki tingkat kecukupan energi yang normal. Namun, masih ditemukan sebanyak 21.1% anak memiliki defisit berat, dan sebanyak 24.3% anak memiliki tingkat kecukupan berlebih. Sementara untuk kecukupan protein, sebanyak 26.4% anak memiliki tingkat kecukupan protein yang norma. Namun masih ditemukan sebanyak 15.8% anak mengalami defisit berat dan sebanyak 42.6% anak yang mengalami tingkat kecukupan protein berlebihan.

22 55 Tabel 21 Sebaran tingkat asupan zat gizi anak usia prasekolah Tingkat Asupan Zat Gizi n % Tingkat Kecukupan Energi Defisit berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Berlebihan Tingkat kecukupan Protein Defisit Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Berlebihan Tingkat kecukupan energi anak yang berlebih ini disebabkan tingginya konsumsi makanan yang mengandung banyak gula seperti permen dan minuman kemasan, yang merupakan makanan atau minuman yang mengandung energi, namun tidak mengandung zat gizi yang lain. Tingkat kecukupan protein memiliki kondisi yang sedikit lebih baik, terlihat bahwa anak-anak yang mengalami kondisi normal sebanyak 26.3% dan yang berlebih sebesar 42.8%. Kondisi kecukupan protein berlebih ini terjadi karena mayoritas keluarga mengkonsumsi pangan hewani seperti telur dan pangan nabati seperti tahu dan tempe, yang merupakan sumper protein yang cukup terjangkau oleh kondisi ekonomi mereka. Selain itu mayoritas anak-anak juga sering jajan makanan yang cukup mengandung protein seperti batagor, siomay, bakso, dan sosis. Tingkat kecukupan anak yang defisit berat, sedang dan ringan ini, disebabkan kurangnya akses pangan. Akses pangan dapat terjadi bila adanya ketersediaan pangan dan daya beli. Pada penelitian ini daya beli merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kecukupan energi dan protein. Sunarti (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa daya beli keluarga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, konsumsi pangan dengan kualitas dan kuantitas yang baik

23 56 diharapkan akan menyediakan zat-zat gizi yang dibutuhkan secara memadai untuk pertumbuhan anak. Status Gizi Anak Usia Prasekolah Penilaian status gizi usia prasekolah didasarkan pada indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB. Sampel diukur tinggi badan dan berat badannya untuk kemudian di hitung nilai Z-score berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi berdasarkan indeks BB/U, memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum dan tidak spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi lebih, gizi kurang atau gizi buruk akan mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Status gizi berdasarkan indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini. Berat badan menggambarkan massa tubuh yang sensitif terhadap perubahan mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau penurunan makanan yang dikonsumsi. Tabel 22 menunjukkan sebaran sampel berdasarkan status gizi berdasarkan indeks BB/U dan keikutsertaan PAUD. Status gizi berdasarkan indeks BB/U dikategorikan menjadi dua, yaitu normal (Z-score SD s/d Z- score 2.0 SD) dan tidak normal (Z-score < dan Z-score > 2.00). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 73.7% anak memiliki status gizi yang normal berdasarkan indeks BB/U, sementara ada 26.3% anak yang memiliki status gizi yang tidak normal berdasarkan indeks BB/U (Tabel 22). Ini menunjukkan bahwa prevalensi anak memiliki status gizi yang normal ada 73.7% berdasarkan indeks BB/U. Tabel 22 Sebaran sampel menurut status gizi indeks BB/U dan keikutsertaan PAUD Status Gizi Indeks BB/U Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Normal Tidak normal , Rata-rata ± SD ± ± ± 1.00 p-value (t-test) 0.025

24 57 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata status gizi indeks BB/U pada kelompok PAUD (-1.02 ± 1.3) relatif berbeda dengan status gizi indeks BB/U pada kelompok non PAUD (-1.50 ± 0.89). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi indeks BB/U pada kedua kelompok tergolong memiliki status gizi indeks BB/U yang normal. Oleh karena itu, status gizi indeks BB/U terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value= Status gizi berdasarkan indeks TB/U, dapat dilihat apakah anak termasuk pendek atau normal. Indeks TB/U digunakan untuk menggambarkan status gizi yang bersifat kronis, artinya muncul akibat dari keadaan yang berlangsung lama dengan kata lain menilai status gizi anak balita pada masa lampau. Riyadi (2003) indeks TB/U menggambarkan pertumbuhan skeletal yang dalam keadaan normal berjalan seiring dengan pertambahan usia. Tabel 23 menunjukkan sebaran sampel berdasarkan status gizi berdasarkan indeks TB/U dan keikutsertaan PAUD. Status gizi berdasarkan indeks TB/U dikategorikan menjadi dua, yaitu normal (Z-score SD) dan pendek (Z-score < -2.00). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 65.1% anak memiliki status gizi yang normal berdasarkan indeks TB/U, sementara ada 34.9% anak yang memiliki status gizi yang tidak normal berdasarkan indeks TB/U (Tabel 23). Ini menunjukkan bahwa prevalensi anak memiliki status gizi yang pendek ada 34.9% berdasarkan indeks TB/U. Tabel 23 Sebaran sampel menurut status gizi indeks TB/U dan keikutsertaan PAUD Status Gizi Indeks TB/U Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Normal Pendek Rata-rata ± SD ± ± ± 1.01 p-value (t-test) Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata status gizi indeks TB/U pada kelompok PAUD (-1.36 ± 1.4) relatif berbeda

25 58 dengan status gizi indeks TB/U pada kelompok non PAUD (-1.53 ± 0.93). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi indeks TB/U pada kedua kelompok tergolong memiliki status gizi indeks TB/U yang normal. Oleh karena itu, status gizi indeks TB/U tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value= Status gizi berdasarkan indeks BB/TB, untuk melihat apakah anak termasuk status gizi kurus, normal atau gemuk. Indikator BB/TB mengambarkan status gizi yang sifatnya akut, sebagi akibat dari keadaan yang berlangsung dalam waktu yang pendek atau singkat, seperti menurunnya nafsu makanan akibat sakit atau karena menderita diare. Dalam keadaan demikian berat badan anak akan cepat turun, sehingga tidak proporsional lagi dengan tinggi badannya dan anak menjadi kurus. Di samping mengindikasikan masalah gizi yang bersifat akut, indeks BB/TB juga dapat digunakan sebagai indikator kegemukan. Dalam hal ini berat badan anak melebihi proporsi normal terhadap tinggi badannya. Tabel 24 menunjukkan sebaran sampel berdasarkan status gizi berdasarkan indeks BB/TB dan keikutsertaan PAUD. Status gizi berdasarkan indeks BB/TB dikategorikan menjadi dua, yaitu normal (Z-score SD s/d Z- score 2.0 SD) dan tidak normal (Z-score < dan Z-score >2.00). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 84.2% anak memiliki status gizi yang normal berdasarkan indeks BB/TB, sementara ada 15.8% anak yang memiliki status gizi yang tidak normal berdasarkan indeks BB/TB (Tabel 24). Ini menunjukkan bahwa prevalensi anak memiliki status gizi yang normal ada 84.2% berdasarkan indeks BB/TB. Tabel 24 Sebaran sampel menurut status gizi indeks BB/TB dan keikutsertaan PAUD Status Gizi Indeks BB/TB Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Normal Tidak Normal Rata-rata ± SD ± ± ± 1.00 p-value (t-test) 0.012

26 59 Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata status gizi indeks BB/TB pada kelompok PAUD (-0.31 ± 1.21) relatif berbeda dengan status gizi indeks BB/TB pada kelompok non PAUD (-0.91 ± 1.08). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi indeks BB/TB pada kedua kelompok tergolong memiliki status gizi indeks BB/TB yang normal. Oleh karena itu, status gizi indeks BB/TB terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value= Kondisi anak usia prasekolah yang mengalami tidak normal (underweight, stunting, dan wasting) ini sejalan dengan masih banyaknya anak yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya melalui asupan gizi terutama energi (42.3%) dan protein (31%). Selain faktor asupan gizi, kondisi status gizi anak usia prasekolah berkaitan langsung juga dengan penyakit infeksi (kerangka UNICEF 1990). Oleh karena itu, diharapkan orang tua dapat memperhatikan asupan dan status kesehatan anak, melalui pola asuh agar tidak berdampak pada status gizi anak usia prasekolah tersebut. Pola Asuh Lingkungan Pola asuh lingkungan adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar diri anak dan merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak. Bila anak mendapatkan stimulus terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulus. Dengan demikian dengan tingginya pemberian stimulus psikososial maka perkembangan anak khususnya perkembangan sosial akan lebih baik. Soedjatmiko (2008) menyatakan bahwa semakin sering, bervariasi dan teratur rangsangan yang diterima anak maka akan meningkatkan kualitas sel-sel otak. Pengukuran pola asuh lingkungan dilakukan dengan alat bantu HOME Inventory. Stimulasi psikososial untuk anak usia 3-5 tahun atau usia prasekolah dilihat dari stimulasi belajar, stimulasi bahasa, lingkungan fisik, kehangatan dan penerimaan, stimulasi akademik, modeling, variasi stimulasi, dan hukuman. Ada 55 pernyataan tentang pola asuh lingkungan yang diajukan kepada ibu, dengan skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 55. Rata-rata pola asuh lingkungan secara keseluruhan adalah ± Pola asuh lingkungan dikategorikan menjadi dua, yaitu baik ( 37 poin) dan kurang (<37 poin). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 77.0% anak memiliki pola asuh lingkungan yang kurang, dan terdapat sebanyak 23.0% anak yang

27 60 memiliki pola asuh lingkungan yang baik (Tabel 25). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu kurang melakukan pola asuh lingkungan kepada anak. Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata pola asuh lingkungan pada kelompok PAUD (35.03 ± 5.76) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pola asuh lingkungan pada kelompok non PAUD (31.97 ± 4.30). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh lingkungan pada kedua kelompok tergolong memiliki pola asuh lingkungan yang kurang. Oleh karena itu, pola asuh lingkungan terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value= Tabel 25 Sebaran sampel menurut status gizi berdasarkan indeks BB/TB dan keikutsertaan PAUD Pola Asuh Lingkungan Keikutsertaan PAUD PAUD Non PAUD Baik Kurang Rata-rata ± SD ± ± ± 4.72 p-value (t-test) Menurut Karyadi (1985) bahwa pengasuhan dipengaruhi oleh karakteristik pengasuh, antara lain status bekerja ibu, pendidikan formal, serta pengetahuan tentang gizi dan pengasuhan. Hal ini sesuai hasil penelitian ini, yaitu dengan pendidikan formal ibu yang rata-rata tingkat pendidikan yang rendah dengan lama pendidikan 7.46 tahun, serta rata-rata pengetahuan ibu tetang gizi dan kesehatan yang tergolong rendah. Sesuai dengan penelitian Latifah et al. (2009), di Kecamatan Ciawi yang keluarganya tergolong keluarga miskin, tidak memiliki pencapaian yang baik untuk pola asuh. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketidakmampuan keluarga miskin untuk mencapai pola asuh lingkungan yang baik terhalang dengan keterbatasan ekonomi, karena keluarga tersebut akan mencukupi kebutuhan primer dahulu baru sekunder, seperti vasilitas belajar anak. Persentase terbesar dalam pencapaian skor dari delapan subskala HOME untuk anak usia prasekolah adalah subskala hukuman sebesar 96.0% dan subskala bahasa 95.4% (Tabel 26).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) dikatakan berkualitas bila memiliki fisik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Desa Paberasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Paberasan yaitu: Sebelah utara : Desa Poja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita 6 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah investasi dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh. 22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Hasil pemilahan data dari sebanyak 2.822 rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-11 bulan yang berasal dari 10 provinsi di Sumatera, hanya 1.749 rumah tangga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1.

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1. KERANGKA PEMIKIRAN Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ada dua yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bersifat bawaan atau genetik, merupakan potensi

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Menurut Hidayat (2008), zat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Saya Meiti Mahar Resy sebagai mahasiswi Universitas Esa Unggul akan melakukan penelitian Skripsi di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah 68 69 68 Lampiran 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa Taman Kanak-Kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK sedang mengalami

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d² 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Usia Dini Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal dan masa akhir kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur dua tahun sampai enam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka panjang tahap ke dua ( PJP II) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga 20 TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumahtangga Konsep ketahanan pangan menurut World Food Conference on Human Rights 1993 dan World Food Summit 1996 memiliki arti setiap orang pada setiap saat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi untuk

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Pengasuhan Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA 94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan status kesehatannya. Melalui perbaikan gizi dan kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka

Lebih terperinci

HASIL PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

HASIL PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5 HASIL PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan yang ada di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang terdiri dari 7 rukun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, kemudian menjadi dewasa, dan pada siklus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Menurut Supariasa dkk (2002) status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu sedangkan menurut Almatsier

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci