V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. Proses Produksi Proses produksi merupakan rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya. Proses produksi di PT.Gasandry berdasarkan make to order yaitu tidak ada proses produksi yang dilakukan sebelum pesanan datang. Apabila pesanan datang barulah dibuat perencanaan sesuai dengan spesifikasi permintaan. Proses produksi pada PT.Gasandry termasuk ke dalam tipe intermittent atau kegiatan pengolahan yang terputus-putus, dimana bahan-bahan diolah melalui beberapa tahap tetapi tahap-tahap tersebut bukan merupakan suatu rangkaian yang terus menerus. Kapasitas produksi maksimal PT.Gasandry adalah 2000 dus/hari. Proses produksi di PT.Gasandry berlangsung setiap hari dengan menghasilkan berbagai jenis produk dengan jumlah sekitar ± 1200 dus/hari. Kegiatan produksi di PT.Gasandry dilakukan selama 6 hari kerja yakni Senin sampai Sabtu dengan 8 jam kerja dalam satu hari. PT.Gasandry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan dan mempunyai 6 jenis produk yang terdiri dari 5 jenis produk olahan kopi dan 1 jenis produk bukan olahan kopi. Setiap produk memiliki proses pengolahan yang berbeda-beda. Produk olahan kopi yang dihasilkan PT.Gasandry yaitu kopi jahe susu, kopi instan, kopi gula, kopi susu dan kopi moka. Sedangkan produk bukan kopi adalah gula jahe. Jenis produk yang diproduksi oleh PT. Gasandry dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan baku dari kelima jenis produk olahan kopi adalah kopi bubuk. Tahapan produksi kopi di PT. Gasandry secara garis besar meliputi pencampuran dan pengemasan, namun pada pengolahan kopi moka dan kopi susu terdapat tahap penggilingan. Hal ini dilakukan karena bubuk kopi yang diinginkan untuk kedua produk itu harus memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan bubuk kopi yang dibutuhkan untuk bahan baku produk kopi lain. Pada produk gula jahe hanya mengalami proses pengemasan dengan bahan

2 baku gula dan jahe. Adapun gambaran secara umum dari proses produksi kopi terdapat pada Gambar 13. Tabel 1. Jenis Produk pada PT.Gasandry No Jenis Produk 1 Kopi Jahe Susu Deskripsii Produk Produk minuman yang terdiri dari kopi. gula, jahe, kremer dan Gambar Produk 2 Kopi Instan Produk minuman yang terdiri dari kopi,gula dan kremer. 3 Kopi Moka Produk minuman yang terdiri dari kopi,gula kremer, susu dan coklat. 4 Kopi Susu Produk minuman yang terdiri dari susu. kopi,gula, kremer dan 5 Kopi Gula Produk minuman yang terdiri dari kopi dan gula. 6 Gula Jahe Produk minuman yang terdiri dari gula dan jahe. 31

3 Bahan Baku Penggilingan Penimbangan Pencampuran Pengemasan Produk Gambar 13. Proses produksi kopi Mesin yang digunakan pada proses produksi di perusahaan yaitu mesin penggilingan, mesin pencampuran,dan mesin pengemasan. Jumlah mesin yang tersedia bagi setiap produk dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Mesin yang Tersedia Untuk Setiap Produk No Produk Mesin Penggilingan Mesin Pencampuran Mesin Pengemasan Jumlah Mesin Kapasitas (kg/jam) Jumlah Mesin Kapasitas (kg/jam) Jumlah Mesin Kapasitas (kg/jam) 1 Kopi Jahe Susu Kopi Susu Kopi Moka Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Total Mesin penggilingan hanya dipakai oleh produk kopi susu dan kopi moka dengan 2 mesin masing-masing berkapasitas 120 kg/jam dan 2 mesin yang lain masing-masing berkapasitas 60 kg/jam. Kapasitas mesin penggilingan yang digunakan dalam proses produksi perusahaan yaitu 60 kg/jam atau 360 kg/hari 32

4 apabila diasumsikan jam kerja efektif adalah 6 jam per hari. Jika pada hari yang sama terdapat proses produksi kopi susu dan kopi moka maka proses penggilingan bubuk kopi untuk bahan baku produk kopi susu dan kopi moka dapat dilakukan pada mesin giling yang sama. Banyaknya kopi bubuk yang digiling merupakan jumlah total kopi bubuk yang dibutuhkan untuk memproduksi produk kopi susu dan kopi moka. Setelah bubuk kopi selesai digiling barulah dilakukan proses pemisahan bubuk kopi sesuai dengan kebutuhan masing-masing produk. Mesin pencampuran (mixing) berfungsi mendapatkan adonan kopi yang homogen. Jumlah mesin pencampuran yang tersedia untuk masing-masing produk berbeda-beda. Kopi jahe susu memiliki 3 mesin pencampuran yang kapasitas totalnya 1440 kg/jam dan kopi gula memiliki 2 mesin pencampuran dengan kapasitas totalnya 960 kg/jam. Sedangkan kopi susu, kopi moka, dan kopi instan masing-masing memiliki 1 mesin pencampuran dengan kapasitas 480 kg/jam. Setelah bahan baku mengalami proses pencampuran maka selanjutnya adalah proses pengemasan. Ruang pengemasan dibagi menjadi 2 yaitu ruang pengemasan 1 dan ruang pengemasan 2. Ruang pengemasan 1 merupakan ruang pengemasan untuk produk kopi jahe susu dan gula jahe, sedangkan ruang pengemasan 2 merupakan ruang pengemasan untuk produk kopi susu, kopi moka, kopi instan dan kopi gula. Pemisahan ruang ini didasarkan agar aroma jahe yang terdapat pada produk kopi jahe susu dan gula jahe tidak mencemari aroma kopi yang terdapat pada kopi susu, kopi moka, kopi instan maupun kopi gula. Jumlah mesin yang terdapat pada ruang pengemasan 1 adalah 6 mesin pengemasan yang terdiri dari 4 mesin untuk produk kopi jahe susu dan 2 mesin untuk produk gula jahe. Mesin pengemasan memiliki kapasitas 60 kg/jam atau 360 kg/hari. Pada ruang pengemasan 2, terdapat 10 mesin pengemasan yang digunakan untuk masing masing produk,jadi setiap 1 (satu) produk memiliki 2 mesin pengemasan yang berkapasitas 60 kg/jam. 33

5 b. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi di PT.Gasandry dilakukan oleh bagian produksi PT.Gasandry. Bagian produksi PT.Gasandry ini bertanggung jawab dalam melakukan perencanaan produksi sehingga permintaan konsumen dapat selalu terpenuhi. Perencanaan merupakan bagian penting dalam melakukan proses produksi, dimana penjadwalan termasuk didalamnya. Salah satu input untuk melakukan penjadwalan adalah data pesanan yang merupakan jumlah produk yang dipesan oleh distributor. Aliran informasi pesanan berawal dari permintaan konsumen melalui distributor pabrik yaitu PT. Sinar Gunung Sejati (SGS), yang merupakan perusahaan distributor di bawah PT.Gasandry. Permintaan konsumen berasal dari retail-retail dan distributor cabang yang selanjutnya masuk ke distributor utama. Distributor utama akan menginformasikan kepada divisi produksi dalam bentuk data pesanan. Data pesanan konsumen diberikan sekali dalam 3 bulan yang artinya terdapat empat periode pesanan dalam satu tahun. Data pesanan periode pertama merupakan data pesanan konsumen untuk tiga bulan pertama produksi. Batas waktu pemberian data pesanan ke divisi produksi adalah setiap tanggal 14 pada bulan terakhir periode yang bersangkutan. Hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan waktu penyerahan data pesanan yaitu agar terdapat tenggang waktu untuk menyiapkan bahan baku dan bahan kemasan yang dibutuhkan. Proses pengiriman pesanan dilakukan rutin pada setiap akhir bulan. Data pesanan PT. Gasandry untuk periode pertama yaitu untuk bulan Januari hingga Maret 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Pesanan PT.Gasandry Pada Bulan Januari-Maret 2010 Jenis Barang Januari 2010 (dus) Februari 2010 (dus) Maret 2010 (dus) Kopi Gula Kopi Susu Kopi Moka Kopi Jahe Susu Jahe Gula Instan Kopi Instan Total

6 Tahapan selanjutnya adalah proses penjadwalan produksi. Di perusahaan, proses penjadwalan produksi tidak dilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Hal ini menyebabkan tingginya waktu menganggur (idle time) dan banyaknya tenaga kerja yang mengganggur. Proses pemesanan sampai pengiriman produk jadi ke konsumen yang diterapkan di PT.Gasandry terdapat pada Gambar 14. c. Utilisasi Sumber Daya Gambar 14. Aliran Informasi Pesanan dan Perencanaan Produksi PT.Gasandry Sumber daya adalah berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk diolah guna membuat barang atau jasa yang lain, seperti sumberdaya mesin dan tenaga kerja. Penggunaan sumber daya produksi di PT.Gasandry selama ini belum optimal jika dilihat dari hasil perhitungan utilisasi sumber daya produksi dari bulan Januari-Maret Nilai utilisasi sumber daya sesuai dengan kondisi perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4. 35

7 Tabel 4. Utilisasi Sumber Daya Sesuai Dengan Kondisi Perusahaan Produk Utilisasi Mesin Mesin Penggilingan (%) Mesin Pencampuran (%) Mesin Pengemasan (%) Januari Februari Maret Januari Februari Maret Januari Februari Maret Utilisasi Tenaga Kerja (orang) Kopi Jahe Susu Kopi Moka Kopi Susu Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Rata-rata Pada tabel terlihat bahwa tenaga kerja di bagian produksi PT.Gasandry adalah 30 orang/hari. Penggunaan tenaga kerja tersebut dinilai kurang mempertimbangkan kesesuaian antara kebutuhan produksi dengan jumlah tenaga kerja yang seharusnya dipergunakan, sehingga ada beberapa tenaga kerja yang tidak memiliki tugas secara jelas pada saat jam kerja. Hal inilah yang menyebabkan banyak terciptanya waktu menganggur (idle) tenaga kerja selama kegiatan produksi berlangsung. Pada Tabel diatas juga dapat dilihat nilai utilisasi setiap mesin. Nilai utilisasi ini didapat dari perbandingan antara waktu sebenarnya (riil) pemakaian mesin dengan waktu pemakaian mesin menurut jadwal yang ada. Nilai utilisasi mesin penggilingan dari bulan Januari hingga Maret 2010 adalah 14 %, 8%, dan 8 %. Nilai utilisasi mesin pencampuran dari bulan Januari hingga Maret adalah 20,27 %, 34,86 %, dan 52,82 %. Sedangkan nilai utilisasi mesin pengemasan setiap bulannya adalah 14,33 %, 24,10 %, dan 35,58 %. Variasi nilai utilisasi mesin penggilingan dari Januari-Maret 2010 terjadi karena permintaan terhadap produk kopi susu dan kopi moka mengalami peningkatan. Proses penggilingan untuk kopi moka dan kopi susu dilakukan secara bersamaan, hal ini terjadi karena tidak terdapat perbedaan pada jenis kopi yang akan diolah menjadi kopi moka atau kopi susu. Hal ini menyebabkan mesin penggilingan yang digunakan tidak berbeda. Pada kondisi nyata, PT.Gasandry melakukan proses penggilingan kopi tidak pada hari yang sama dengan waktu proses produksi untuk kopi susu dan kopi moka. 36

8 Pada mesin pencampuran dan mesin pengemasan nilai utilisasi juga mengalami variasi nilai utilisasi. Perbedaaan nilai ini disebabkan karena adanya perbedaan permintaan terhadap masing-masing produk setiap bulannya sehingga jumlah waktu penggunaan mesin juga mengalami perbedaan. Masih rendahnya permintaan produk pada PT.Gasandry mengakibatkan tingkat penggunaan mesin (utilisasi) kecil, karena jumlah mesin yang tersedia lebih besar daripada kebutuhan produksi saat ini. B. PENYUSUNAN PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan produksi merupakan suatu unsur yang penting dalam perencanaan produksi pada suatu perusahaan. Penjadwalan produksi yang baik akan mengoptimalkan utilisasi sumber daya yang tersedia sehingga perusahaan dapat mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Penentuan teknik yang digunakan dalam penjadwalan produksi mempertimbangkan beberapa faktor yaitu volume produksi, keragaman produk, keadaan proses produksi, dan kompleksitas dari pekerjaan itu sendiri. Ketika melakukan penyusunan penjadwalan produksi di PT. Gasandry faktor yang utama yang harus diperhatikan adalah kapasitas mesin pengemasan. Proses pengemasan merupakan proses yang penting karena proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari proses lainnya. Jumlah bahan yang akan diproduksi setiap harinya akan menyesuaikan kapasitas mesin pengemasan yang tersedia pada masing-masing produk. Permasalahan penjadwalan produksi yang dihadapi oleh PT. Gasandry adalah banyaknya waktu menganggur tenaga kerja sehingga dibutuhkan suatu teknik penjadwalan yang dapat mengefektifkan penggunaan tenaga kerja di PT.Gasandry. Penyusunan penjadwalan produksi di PT.Gasandry dimulai dengan penentuan lini produksi untuk menentukan berapa jumlah produk yang diproduksi dalam satu hari. Penentuan lini produksi bertujuan agar jumlah hari kerja yang dibutuhkan kurang atau sama dengan hari kerja yang tersedia. Artinya, penentuan lini produksi dilakukan untuk menghindari kekurangan hari kerja agar dapat memenuhi pesanan pada bulan tertentu. 37

9 Berdasarkan hasil yang didapat, lini produksi bulan Januari 2010 hingga Maret 2010 berbeda-beda. Pada bulan Januari dibutuhkan 2 lini produksi, bulan Februari membutuhkan 3 lini produksi sedangkan bulan Maret membutuhkan 5 lini produksi. Penentuan lini produksi ini dibuat berdasarkan data pesanan bulan Januari hingga Maret dan waktu pengerjaan masing-masing produk untuk memenuhi pesanan pada bulan tersebut. Kedua faktor tersebut menyebabkan kebutuhan lini produksi pada setiap bulan berbeda. Diagram alir penentuan kebutuhan lini produksi dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Diagram Alir Kebutuhan Lini Produksi Setelah lini produksi ditentukan maka akan dilakukan penyusunan jadwal produksi. Penyusunan jadwal produksi didasarkan pada toleransi masa simpan produk. Toleransi masa simpan produk adalah rentang waktu yang dimulai dari produk selesai diproduksi hingga batas produk dianjurkan baik untuk dikonsumsi. Waktu toleransi masa simpan produk berbeda-beda, yaitu kopi instan memiliki toleransi masa simpan 9 bulan, kopi jahe susu dan gula jahe memiliki toleransi 38

10 masa simpan 6 bulan, sedangkan kopi moka,kopi susu dan kopi gula memiliki toleransi masa simpan 5 bulan. Diagram alir penyusunan jadwal produksi dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Diagram Alir Penyusunan Jadwal Produksi Pengurutan produk yang diproduksi berdasarkan toleransi masa simpan produk, artinya produk yang waktu toleransi masa simpan lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. Tetapi jika terdapat dua produk yang memiliki waktu toleransi masa simpan sama maka pengurutan pengerjaan produk menggunakan teknik Longest Processing Time (LPT) dimana produk yang waktu pengerjaannya lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. Menurut Machfud (1999), aturan pengurutan dengan menggunakan teknik LPT yaitu sebagai berikut : 1. Urutkan semua produk menurut aturan Longest Processing Time (LPT), yaitu tempatkan produk yang mempunyai waktu proses terlama pada urutan pertama, dan produk dengan waktu proses terlama kedua pada urutan berikutnya, demikian seterusnya sampai dengan ke-n produk. 39

11 2. Sesuai dengan urutan daftar tersebut, satu persatu tempatkan produk tersebut pada mesin/operator/lini produksi yang sudah menyelesaikan tugas paling dini. C. KONFIGURASI MODEL Program aplikasi Gasandry Production Schedule 1.0 atau lebih singkatnya disebut GSPS 1.0 merupakan paket program komputer yang bertujuan untuk membantu proses penjadwalan produksi. Program GSPS 1.0 akan digunakan oleh bagian produksi dalam melakukan proses penjadwalan yang lebih detail dalam memproduksi kopi kemasan. GSPS 1.0 terdiri atas sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, dan sistem manajemen dialog. Model penjadwalan GSPS 1.0 ini tidak hanya berfungsi sebagai model penjadwalan tetapi juga berfungsi sebagai perencanaan produksi. Model ini memperhitungkan kapasitas mesin pengemasan sebagai faktor kritis dalam melakukan penjadwalan. Tampilan awal dari program GSPS 1.0 adalah splash screen yang kemudian diikuti dengan menu login. Menu login meminta pengguna untuk memasukkan nama dan kata kunci. Tampilan splash screen dan menu login dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18. Gambar 17. Tampilan Splash Screen 40

12 Gambar 18. Tampilan Menu Input User Halaman utama akan tampil setelah pengguna memasukkan kata kunci. Halaman utama terdiri dari lima menu utama yaitu menu file, menu data master, menu input data, menu output data dan menu about. Pada menu file terdapat menu password dan exit. Menu password berguna untuk mengetahui jumlah pengguna program sedangkan menu exit berfungsi untuk keluar dari program aplikasi ini. Pada menu password terdapat fasilitas penambahan, pengurangan, dan perubahan data, sehingga jika ada penambahan pengguna program dapat dilakukan pada menu ini dan begitu juga jika sebaliknya. Tampilan menu utama dan menu password dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20. Gambar 19. Tampilan Menu Utama 41

13 Gambar 20. Tampilan Menu Password 1. Menu Data Master Menu data master terdiri atas sub menu master produk, master material, dan master hari kerja. Menu data master menyediakan data dasar untuk keperluan pengolahan data selanjutnya. a. Master produk Menu master produk berisi informasi mengenai jenis produk yang diproduksi di PT.Gasandry, bobot per sachet setiap produk, efisiensi, kapasitas mesin yang digunakan untuk memproduksi setiap produk, dan toleransi masa simpan produk. Selain itu pada menu ini juga terdapat informasi mengenai jumlah persediaan produk jadi di gudang. Model produk masuk dan model produk keluar menjadi masukan untuk mengetahui jumlah persediaan produk jadi yang terdapat pada menu master produk ini. Output dari menu master produk ini merupakan masukan untuk menu kebutuhan produksi. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan atau pengubahan. Tampilan menu master produk terdapat pada Gambar

14 Gambar 21. Tampilan Menu Master Produk b. Menu Master Material Menu master material merupakan menu yang menyediakan informasi mengenai jenis material pada setiap produk dan jumlah persediaan material tersebut di gudang. Material yang dihitung adalah dus (karton), kemasan, dan hanger. Model material masuk menjadi input dalam perhitungan persediaan material pada menu ini. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan atau pengubahan. Output dari menu master material ini merupakan input untuk menu kebutuhan produksi. Setiap produk memiliki jenis kebutuhan material yang sama sehingga dibutuhkan kode pada material untuk membedakannya. Pada menu master material ini terdapat informasi mengenai kode material. Kode D menunjukkan material karton (dus), kode K untuk material kemasan plastik, dan kode H untuk material hanger. Kode material D1 berarti kode untuk material karton (dus) pada kopi jahe susu sedangkan D2 adalah kode material karton (dus) untuk kopi susu. Tampilan menu master produk terdapat pada Gambar

15 Gambar 22. Tampilan Menu Master Material c. Menu Master Hari Kerja Menu master hari kerja berisi informasi mengenai jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan tertentu. Output dari menu ini akan menjadi input untuk menu penjadwalan. Pada menu ini tersedia fasilitas penambahan, pengurangan dan perubahan data. Tampilan menu master produk terdapat pada Gambar 23. Gambar 23. Tampilan Menu Master Hari Kerja 44

16 2. Menu Input Data a. Menu Kebutuhan Produksi Menu kebutuhan produksi berguna untuk mengetahui kebutuhan hari kerja untuk memproduksi suatu produk, kebutuhan tenaga kerja serta kebutuhan material. Untuk menggunakan model ini diperlukan input data berupa bulan, nama produk, dan jumlah permintaan yang akan digunakan untuk memanggil data yang yang dibutuhkan. Data yang dipanggil adalah data stok produk sebelumnya, bobot per sachet, utilisasi, kapasitas mesin yang digunakan dan stok material. Kapasitas mesin yang dipanggil tergantung dari data jenis produk yang dimasukkan ke model, karena terdapat produk yang proses produksinya tidak menggunakan mesin penggilingan dan mesin pencampuran. Setelah memasukkan data mengenai bulan, nama produk, dan jumlah permintaan maka output model berupa data kebutuhan material, kebutuhan kopi yang digiling, waktu dan tenaga kerja penggilingan, waktu dan tenaga kerja pencampuran, waktu dan tenaga kerja pengemasan, kebutuhan hari kerja, kebutuhan tenaga kerja, total produksi per bulan, dan sisa produk akan otomatis terisi. Proses perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah jumlah dari kebutuhan tenaga kerja penggilingan, pencampuran, dan pengemasan. Kemudian proses perhitungan kebutuhan hari kerja merupakan nilai yang sama dengan kebutuhan hari kerja pada mesin pengemasan, karena mesin pengemasan merupakan faktor kritis penjadwalan produksi pada GSPS 1.0. Perhitungan total produksi per bulan merupakan perhitungan produksi yang sesuai dengan kapasitas mesin. Dibawah ini merupakan rumus perhitungan dari total produksi per bulan. kapasitas mesin pengemasan 1000 HK 120 Perhitungan stok produk merupakan selisih dari jumlah permintaan produk dengan total produksi per bulan. Menu kebutuhan produksi 45

17 menggunakan masukan dari tabel data master produk, master material dan pesan material. Masukan dari tabel data master produk berupa informasi mengenai jumlah persediaan produk jadi, utilisasi, bobot per sachet tiap produk, dan kapasitas mesin yang digunakan. Sedangkan masukan dari tabel data master material memberikan informasi mengenai jumlah persediaan material dalam gudang sehingga pada menu ini dapat dilakukan pengecekan terhadap kecukupan jumlah material yang dibutuhkan. Jika persediaan material tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi maka akan tampil informasi atau peringatan mengenai jenis material apa yang jumlahnya tidak mencukupi. Begitu juga halnya jika pengguna memasukkan data yang sebelumnya sudah dimasukkan maka akan terdapat peringatan yang memberitahu bahwa data sudah ada dalam database. Pengguna tidak dapat memasukkan data yang sudah ada. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan atau pengubahan. Ouput dari model kebutuhan produksi ini merupakan input untuk menu penjadwalan produksi. Tampilan menu kebutuhan produksi terdapat pada Gambar 24. Gambar 24. Tampilan Menu Kebutuhan Produksi 46

18 b. Menu Persediaan Produk Pada menu ini terdapat dua model yaitu yaitu model produk masuk gudang dan model produk keluar gudang. Model produk masuk gudang berguna untuk memasukkan data mengenai jumlah produk jadi yang masuk ke gudang setelah mengalami proses produksi. Input dari model produk masuk gudang adalah nama produk, tanggal masuk dan jumlah produk masuk. Tanggal masuk adalah tanggal saat produk masuk ke dalam gudang. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan, pengubahan dan mencetak data. Tampilan menu produk masuk gudang terdapat pada Gambar 25. Gambar 25. Tampilan Menu Produk Masuk Pada model produk keluar gudang berguna untuk memasukkan data mengenai jumlah produk jadi yang telah dikirim ke distributor. Input dari model produk keluar gudang adalah nama produk, tanggal keluar dan jumlah produk keluar. Tanggal keluar adalah tanggal saat produk dikirim ke distributor. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan, pengubahan, dan mencetak data. Model produk masuk dan produk keluar ini merupakan masukan bagi model master produk dalam menentukan jumlah persediaan produk jadi yang terdapat dalam gudang. Tampilan menu produk keluar gudang terdapat pada Gambar

19 Gambar 26. Tampilan Menu Produk Keluar c. Menu Input Material Pada menu ini terdapat dua model yaitu model material masuk dan model pesan material. Model material masuk merupakan model untuk memasukkan data mengenai jumlah material yang datang dan masuk ke gudang. Input dari menu ini adalah jenis produk, nama material, tanggal masuk dan jumlah material masuk. Output dari model ini menjadi masukan bagi model master material dalam menghitung jumlah persediaan material dalam gudang. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan, pengubahan, dan mencetak data. Tampilan menu material masuk terdapat pada Gambar 27. Gambar 27. Tampilan Menu Material Masuk 48

20 Model pesan material merupakan model yang berguna untuk menyimpan data material yang belum dipesan. Masukan dari model ini berasal dari model kebutuhan produksi. Jika material sudah dipesan maka data tidak akan tampil pada model pesan material. Tampilan menu pesan material terdapat pada Gambar 28. Gambar 28. Tampilan Menu Pesan Material 3. Menu Output Data Menu output data merupakan menu yang menggunakan masukan dari menu input data. Pada menu ini tidak terdapat proses pemasukkan dan pengurangan data, namun terdapat fasilitas pengubahan data. Menu ouput data terdiri dari menu penjadwalan. Tampilan menu penjadwalan terdapat pada Gambar 29. Gambar 29. Tampilan Menu Penjadwalan 49

21 Pada menu penjadwalan terdapat fasilitas untuk mengetahui kebutuhan produksi dan jadwal produksi. Ketika pengguna memilih tombol kebutuhan produksi maka akan muncul tabel yang berisi data kebutuhan produksi setiap bulan pada setiap produk yaitu terdiri dari nama produk,bobot per sachet, permintaan, stok produk bulan lalu, jumlah diproduksi dalam satuan dus dan kilogram, utilisasi, kebutuhan produksi per bulan, kebutuhan kopi yang digiling, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan hari kerja, kebutuhan material, dan total produksi per bulan. Output kebutuhan produksi ini menggunakan masukan dari tabel data pesanan pada model kebutuhan produksi. Hasil perhitungan berupa output kebutuhan produksi bulan Januari, Februari, dan Maret dapat dilihat pada Lampiran 7, 8, dan 9. Pada tombol jadwal tersedia informasi mengenai jadwal produksi. Jadwal produksi ini menggunakan masukan dari tabel data hari kerja untuk menyusun jadwal produksi. Proses yang terjadi ketika memilih tombol jadwal adalah proses perhitungan jumlah lini produksi, selanjutnya penyusunan jadwal serta perhitungan jumlah tenaga kerja. Jadwal disusun berdasarkan toleransi masa simpan produk. Hal ini berarti produk yang memiliki waktu toleransi masa simpan lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. 4. Menu Tentang Program Menu ini berisi informasi yang berhubungan dengan program aplikasi ini baik mengenai program dan informasi mengenai pembuat program. a. Tentang Pembuat Program Menu ini berisikan informasi mengenai data diri pembuat program, yang terdiri dari nama, alamat, nomor telepon, serta foto diri. Tampilan menu tentang pembuat program terdapat pada Gambar

22 Gambar 30. Tampilan Menu Tentang Pembuat Program b. Tentang Program Menu ini berisi informasi lisensi program aplikasi penjadwalan produksi, serta informasi mengenai versi dari program ini sendiri. Tampilan menu tentang pembuat program terdapat pada Gambar 31. Gambar 31. Tampilan Menu Tentang Program 51

23 D. ALIRAN PENJADWALAN GSPS 1.0 Gambar 32. Aliran penjadwalan dengan menggunakan program GSPS 1.0 terdapat pada Gambar 32. Diagram alir penjadwalan program GSPS 1.0 Penjadwalan produksi menggunakan program GSPS 1.0 dimulai dengan memasukkan nama produk yang dipesan, maka secara otomatis akan muncul informasi mengenai persediaan produk jadi dalam gudang dan persediaan material 52

24 dalam gudang. Informasi mengenai persediaan produk jadi dalam gudang merupakan masukan dari model master produk. Sedangkan informasi mengenai persediaan material didapatkan dari model master material. Tahapan selanjutnya, data permintaan produk dimasukkan kedalam program sehingga akan diketahui jumlah produk yang akan diproduksi dengan mempertimbangkan persediaan produk jadi yang ada dalam gudang. Saat jumlah produk yang diproduksi telah diketahui maka kebutuhan material pun diketahui dan akan dilakukan pengecekan material. Jika material yang ada tidak mencukupi jumlahnya, maka data mengenai material yang belum dipesan akan masuk kedalam model pesan material dan dapat dilakukan pemesanan. Pada model kebutuhan produksi juga akan diketahui jumlah tenaga kerja dan jumlah hari kerja yang dibutuhkan yang menjadi masukan dalam penyusunan penjadwalan produksi. Penjadwalan produksi dilakukan berdasarkan toleransi masa simpan produk. Sebelum dilakukan penyusunan jadwal produksi akan dilakukan penentuan jumlah lini produksi. Tujuan dari penentuan jumlah lini produksi agar jumlah hari kerja yang dibutuhkan tidak lebih besar dari jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan bersangkutan. Model master hari kerja dibutuhkan untuk menyesuaikan hari kerja setiap bulan dengan hari kerja yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. E. VERIFIKASI PENJADWALAN PRODUKSI Verifikasi dimaksudkan untuk menguji program dengan melakukan pengaturan masukan dan melakukan pengecekan untuk melihat kesesuian dengan keluaran. Pengujian bertujuan untuk mengetahui kemampuan program dalam melakukan simulasi sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian tersebut dengan membandingkan hasil perhitungan dari sistem yang telah dibuat dengan hasil perhitungan menggunakan alat bantu lain (software). Program GSPS 1.0 diuji dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 untuk membandingkan hasilnya dengan keluaran dari GSPS 1.0. Algoritma yang digunakan untuk melakukan penyusunan penjadwalan produksi terdapat pada Lampiran 14. Salah satu masalah yang dihadapi pada kegiatan produksi PT. Gasandry adalah banyaknya penggunaan tenaga kerja yang menyebabkan banyaknya waktu 53

25 menganggur (idle time) pada lantai produksi. Selama ini pihak produksi dirasa kurang mempertimbangkan penggunaan tenaga kerja dalam melakukan kegiatan produksi. Kondisi tersebut mengakibatkan tenaga kerja tidak semuanya bekerja artinya terdapat idle time. Adanya permasalahan ini menyebabkan dibutuhkan suatu model penjadwalan yang dapat mengefektifkan penggunaan tenaga kerja sehingga jumlah waktu menganggur dapat dikurangi. Model GSPS 1.0 merupakan model penjadwalan yang dapat membantu pihak-pihak terkait untuk mengatasi permasalahan diatas. Model ini dapat melakukan perhitungan untuk kebutuhan jumlah hari kerja dan jumlah tenaga kerja yang menjadi masukan dalam penyusunan penjadwalan produksi. Model penjadwalan produksi merupakan suatu model yang bertujuan untuk mendapatkan suatu jadwal produksi dengan mempertimbangkan toleransi masa simpan produk. Jadwal produksi yang dihasilkan akan mengurutkan produk yang diproduksi sesuai waktu toleransi masa simpan. Produk yang toleransi masa simpannya lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. Tetapi sebelum dilakukan penyusunan jadwal produksi akan dilakukan penentuan kebutuhan lini produksi. Penentuan ini berguna agar tidak terjadi kekurangan jumlah hari kerja untuk memenuhi pesanan pada bulan bersangkutan. Data yang digunakan adalah data sales order pada periode pertama pemesanan yaitu bulan Januari-Maret 2010 dengan tingkat permintaan rata-rata per bulan adalah dus. Penjadwalan yang ada diasumsikan sebagai awal periode penjadwalan. Jumlah produk yang diproduksi per hari untuk setiap produk berbeda-beda. Hal ini tergantung dari kapasitas mesin pengemasan setiap produk. Kapasitas mesin pengemasan menjadi faktor kritis dalam kegiatan produksi yang membatasi jumlah produk yang dapat diproduksi setiap harinya, karena mesin pengemasan memiliki waktu proses yang lebih lama daripada mesin produksi lainnya. Adapun jumlah produk yang dipesan pada bulan Januari-Maret 2010 dan perhitungan kebutuhan tenaga kerja serta jumlah hari kerja yang dibutuhkan terdapat pada Lampiran 10, 11, dan 12. Proses produksi dilakukan dengan menggunakan kapasitas maksimal dari mesin pengemasan. Penggunaan kapasitas mesin pengemasan untuk produk kopi 54

26 jahe susu lebih besar daripada produk lainnya yaitu 1440 kg/hari dengan 4 orang tenaga kerja, sedangkan produk kopi lainnya hanya 720 kg/hari dengan 2 orang tenaga kerja. Hal ini disebabkan produk kopi jahe susu memiliki jumlah mesin pengemasan lebih banyak yaitu 4 unit sedangkan produk yang lainnya hanya 2 unit. Sedangkan penggunaan kapasitas mesin pencampuran untuk semua produk masing-masing adalah 2880 kg/hari dengan penggunaan tenaga kerja 1 orang setiap harinya. Begitu halnya dengan penggunaan mesin penggilingan yang membutuhkan 1 orang setiap harinya dengan kapasitas mesin yang digunakan adalah 360 kg/hari. Jumlah hari kerja yang dibutuhkan merupakan hasil pembagian dari kebutuhan produksi per bulan dengan kapasitas mesin pengemasan yang digunakan. Pada periode pertama pemesanan, kopi jahe susu memiliki total hari kerja yang paling banyak. Hal ini dikarenakan jumlah pesanan kopi jahe susu lebih besar dari produk lainnya. Selanjutnya, setelah jumlah hari kerja dan tenaga kerja diketahui maka akan dilakukan penetapan jumlah lini. Jumlah lini yang didapatkan dari perhitungan berbeda-beda pada rentang bulan Januari hingga Maret Pada bulan Januari membutuhkan 2 lini, bulan Februari membutuhkan 3 lini, dan bulan Maret membutuhkan 5 lini. Variasi kebutuhan jumlah lini disebabkan karena variasi jenis produk yang dipesan dan jumlah permintaan yang berbeda setiap bulannya. Adapun asumsi yang digunakan dalam penentuan jumlah lini yaitu : 1. Membandingkan total hari kerja yang dibutuhkan dengan jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan bersangkutan. 2. Jika hari kerja yang tersedia lebih sedikit daripada hari kerja yang dibutuhkan maka akan dilakukan penambahan lini produksi. 3. Jika dengan jumlah lini produksi yang sebelumnya hari kerja yang dibutuhkan masih lebih besar daripada hari kerja yang tersedia maka akan dilakukan penambahan lini produksi. Jumlah lini yang dapat digunakan pada model penjadwalan ini adalah maksimal 6 lini produksi. Hal ini disebabkan karena jenis produk yang diproduksi pada perusahaan adalah 6 produk. Jika permintaan pada bulan Januari mencapai dus, dengan permintaan kopi jahe susu sebesar dus, kopi susu 5500 dus, kopi instan 7000 dus, kopi moka 5600 dus, kopi gula 6200 dus, dan gula jahe 55

27 7000 dus maka jumlah lini yang dibutuhkan mencapai 6 lini produksi karena waktu pengerjaan masing-masing produk membutuhkan waktu yang lebih lama. Hasil penjadwalan pada bulan Januari jika permintaan mencapai dus terdapat pada Gambar 33. Dari hasil penjadwalan juga dapat dilihat jumlah kebutuhan tenaga kerja maksimal 21 orang dan minimal 7 orang. Januari Lini 1 Lini 2 Lini 3 Lini 4 Lini 5 Lini Kopi Kopi Gula Kopi Jahe 12 Kopi Kopi Instan Jahe Susu Susu Gula Moka 13 (3 (2 (4 (5 (3 (4 14 Orang) Orang) Orang) Orang) Orang) Orang) Tenaga Kerja orang 25 7 orang Gambar 33. Hasil Penjadwalan Pada Bulan Januari Jika Permintaan Mencapai Dus Setelah mendapatkan jumlah lini maka akan dilakukan penyusunan jadwal produksi. Penyusunan jadwal produksi didasarkan pada toleransi masa simpan produk. Toleransi masa simpan produk merupakan rentang waktu yang berawal dari produk selesai diproduksi hingga produk dianjurkan baik untuk dikonsumsi. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan jadwal produksi adalah : 56

28 1. Produk yang waktu toleransi masa simpannya lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. 2. Jika terdapat sejumlah produk yang waktu toleransi masa simpannya sama maka produk yang waktu pengerjaannya paling lama akan diproduksi terlebih dahulu. 3. Jika masih terdapat sisa hari kerja pada bulan A maka produksi untuk bulan selanjutnya (bulan B) akan dimulai tepat setelah produksi bulan A selesai. Sehingga total hari kerja untuk produksi bulan B merupakan sisa hari kerja bulan A ditambah jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan B. Hasil penjadwalan pada bulan Januari, Februari dan Maret 2010 terdapat pada Gambar 34, 35, dan 36. Januari Lini 1 Lini 2 Tenaga Kerja 1 Kopi 2 instan(3 orang) 8 orang Gula 6 Jahe(2 7 orang) Kopi Jahe Susu (5 orang) 7 orang Kopi 16 Susu (4 17 orang) 18 9 orang 19 Kopi Gula(3 orang) 7 orang 22 7 orang Kopi Kopi instan(3 Jahe (5 orang) 23 orang) Gambar 34. Hasil Penjadwalan Pada Bulan Januari

29 Februari Lini 1 Lini 2 Lini Gula 7 Jahe(2 Kopi 8 orang) Kopi Susu (4 9 Jahe orang) 10 Susu(5 11 orang) 12 Tenaga Kerja 10 orang orang orang 16 Kopi Kopi Moka (4 Gula(3 orang) 19 orang) 12 orang 20 Kopi 11 orang 21 Instan Kopi (3 Jahe orang orang) Susu (5 23 orang) Gambar 35. Hasil Penjadwalan Pada Bulan Februari

30 Maret Lini 1 Lini 2 Lini 3 Lini 4 Lini 5 Tenaga Kerja 1 Gula Kopi 2 Jahe(2 instan(3 orang) orang) orang 6 Kopi Moka (4 orang) Kopi Susu (4 orang) Kopi Jahe Susu(5 orang) Kopi Gula(3 orang) orang orang orang orang Gambar 36. Hasil Penjadwalan Bulan Maret 2010 Pada Gambar 34 terlihat bahwa terdapat 25 hari kerja pada bulan Januari yang terdiri dari 2 lini produksi. Hasil penjadwalan bulan Januari menunjukkan pada lini satu digunakan untuk memproduksi produk kopi instan, gula jahe, dan kopi susu. Sedangkan pada lini dua untuk memproduksi kopi gula jahe dan kopi gula. Produk yang diproduksi lebih dahulu pada lini 1 adalah kopi instan pada hari pertama dan kedua pada bulan Januari karena waktu toleransi masa simpan produk tersebut paling lama yaitu 9 bulan, selanjutnya ketika proses produksi untuk kopi 59

31 instan selesai maka akan dilakukan proses produksi untuk produk gula jahe pada hari ke-3 hingga hari ke-9 yang dilanjutkan dengan produksi kopi susu hingga hari ke-22. Pada lini 2, jenis produk yang diproduksi adalah kopi jahe susu dan kopi gula. Kopi jahe susu diproduksi pada hari pertama hingga hari ke-18 pada bulan Januari lalu dilanjutkan dengan memproduksi kopi gula hingga hari ke-21. Pada Gambar 33 juga dapat dilihat penggunaan tenaga kerja pada bulan Januari yaitu 7 sampai 9 orang. Jumlah penggunaan tenaga kerja untuk kopi instan adalah 3 orang, gula jahe adalah 2 orang, kopi susu 4 orang, kopi jahe susu 5 orang, dan kopi gula 3 orang. Jumlah penggunaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh jumlah mesin yang digunakan. Waktu total yang dibutuhkan untuk produksi bulan Januari adalah 22 hari pada lini satu dan 21 hari pada lini dua. Pada bulan Januari terdapat sisa hari kerja yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi pada bulan Februari. Hasil penjadwalan pada bulan Februari dimulai tepat ketika proses produksi bulan Januari selesai. Pada bulan Februari terdapat penambahan satu lini produksi dibandingkan bulan sebelumnya sehingga total lini produksi yang dibutuhkan adalah tiga lini produksi. Produksi kopi jahe susu untuk bulan Februari dimulai pada hari ke-23 bulan Januari dan dilanjutkan pada lini satu bulan Februari hingga hari ke-22. Produksi kopi instan bulan Februari juga dimulai pada hari ke-22 bulan Januari dan dilanjutkan hingga hari pertama bulan Februari yang dilakukan pada lini 2. Setelah kopi instan selesai diproduksi maka akan dilakukan produksi untuk kopi susu hingga hari ke-15 dan selanjutnya produksi kopi moka hingga hari ke-19. Pada lini tiga diproduksi produk gula jahe yang dimulai pada hari ke-1 hingga hari ke-13 bulan Februari. Setelah itu akan dilanjutkan memproduksi kopi gula hingga hari ke-20. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang digunakan untuk memenuhi pesanan bulan Februari adalah 10 sampai 12 orang. Sisa kerja yang terdapat pada bulan Februari digunakan untuk melakukan kegiatan produksi bulan Maret. Pada bulan Maret memiliki 26 hari kerja membutuhkan 5 lini produksi untuk memenuhi pesanan pada bulan tersebut. Produksi kopi instan pada bulan Maret dimulai saat produksi bulan Februari selesai, yaitu pada hari ke-20 bulan Februari. Begitu juga dengan produksi kopi jahe susu dan gula jahe yang 60

32 produksinya dimulai pada hari ke-21 dan 23 pada bulan Februari. Produk gula jahe diproduksi pada lini 1 yang dimulai dari hari ke-23 bulan Februari hingga hari ke-15 bulan Maret, kopi instan pada lini 2 yang dimulai dari hari ke-22 bulan Februari hingga hari ke-5 bulan Maret, kopi jahe susu pada lini 3 yang dimulai dari hari ke-21 bulan Februari hingga hari ke-19 bulan Maret, kopi gula pada lini 4 yang dimulai dari hari ke-1 bulan Maret hingga hari ke-24 bulan Maret, dan kopi susu pada lini 5 yang dimulai dari hari ke-1 bulan Maret hingga hari ke-16 bulan Maret. Sedangkan kopi moka akan diproduksi pada lini 2 setelah kopi instan selesai diproduksi yaitu pada hari ke-6 hingga hari ke-19 bulan Maret. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang digunakan untuk memenuhi pesanan bulan Maret adalah 3 sampai 18 orang. Berdasarkan hasil penjadwalan dengan mempertimbangkan toleransi masa simpan produk dapat dilihat bahwa tidak ada produk yang mengalami keterlambatan pengiriman. Artinya, semua pesanan dari pihak distributor dapat dikirim tepat waktu yaitu setiap akhir bulan. F. UTILISASI SUMBER DAYA HASIL PENJADWALAN Pada sub bab sebelumnya dapat dilihat bahwa dengan rata-rata tingkat permintaan penggunaan maksimal tenaga kerja bulan Januari sebanyak 9 orang, pada bulan Februari sebanyak 13 orang, dan pada bulan Maret sebanyak 18 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dengan tingkat permintaan per bulan dus maka jumlah penggunaan tenaga kerja adalah maksimal 18 orang/hari. Hal ini menunjukkan bahwa penjadwalan yang telah dibuat dapat lebih mengefektifkan jumlah tenaga kerja dari yang sebelumnya menggunakan 30 orang menjadi 18 orang, sehingga waktu mengganggur tenaga kerja dapat dikurangi. Penjadwalan produksi yang dibuat juga memberi pengaruh terhadap pemakaian mesin produksi. Nilai utilisasi mesin hasil penjadwalan dapat dilihat pada tabel 5. 61

33 Produk Tabel 5. Utilisasi Mesin Hasil Penjadwalan Utilisasi Mesin Mesin Penggilingan (%) Mesin Pencampuran (%) Mesin Pengemasan (%) Januari Februari Maret Januari Februari Maret Januari Februari Maret Kopi Jahe Susu Kopi Moka Kopi Susu Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Rata-rata Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata utilisasi mesin penggilingan pada bulan Januari hingga Maret adalah 1,70 %, 5,10 %, dan 7,50 %. Sedangkan rata-rata utilisasi mesin penggilingan sebelum dilakukan penjadwalan pada bulan yang sama adalah 14 %, 8%, dan 8 %. Pada penjadwalan berdasarkan toleransi masa simpan produk, proses penggilingan kopi dilakukan pada hari yang sama ketika produk kopi moka atau kopi susu akan diproduksi. Hal ini berbeda dengan kondisi nyata diperusahaan dimana penggilingan kopi tidak dilakukan pada hari yang sama dengan waktu produksi kopi susu atau moka. Kapasitas mesin penggilingan untuk produksi kopi susu dan kopi moka yang digunakan pada proses penjadwalan masing-masing adalah 360 kg/hari dengan waktu penggilingan 16 menit/hari. Nilai utilisasi mesin penggilingan hasil penjadwalan lebih kecil hasilnya dengan utilisasi mesin sebelum dilakukan penjadwalan karena waktu pemakaian mesin sebelum dilakukan penjadwalan lebih besar. Nilai utilisasi mesin pencampuran juga dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai utilisasi mesin pencampuran pada bulan Januari hingga Maret adalah 5,60 %, 9,38 %, dan 12,63%. Sedangkan nilai utilisasi sebelum dilakukan penjadwalan adalah 20,27 %, 34,86 %, dan 52,82 %. Nilai utilisasi mesin pencampuran hasil penjadwalan lebih kecil sebelum dilakukan penjadwalan karena waktu pemakaian mesin pencampuran hasil penjadwalan juga lebih kecil dibandingkan sebelum dilakukan penjadwalan. Berdasarkan jadwal yang dibuat waktu pemakaian mesin pencampuran adalah 30 menit/hari untuk produksi kopi jahe susu dan 15 menit/hari untuk produksi kopi yang lainnya. 62

34 Nilai utilisasi mesin pengemasan pada bulan Januari hingga Maret adalah 11,33 %, 20,11 %, dan 28,55 %. Sedangkan utilisasi sebelum dilakukan penjadwalan lebih tinggi yaitu 14,33 %, 24,10 %, dan 35,58 %. Hal yang menyebabkan nilai utilisasi mesin pengemasan hasil penjadwalan lebih kecil adalah waktu pemakaian mesin pengemasan hasil penjadwalan lebih kecil daripada sebelum penjadwalan. Jika dibandingkan dengan utilisasi mesin sebelum dilakukan penjadwalan maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penggunaan mesin hasil penjadwalan lebih kecil daripada penggunaan mesin sebelum dilakukan penjadwalan. Dengan menggunakan mesin dengan nilai utilisasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan pemakaian mesin dan juga tenaga kerja. 63

IV. PEMODELAN SISTEM B. KONFIGURASI MODEL

IV. PEMODELAN SISTEM B. KONFIGURASI MODEL IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Setiap perusahaan memiliki tujuan akhir untuk mencapai keuntungan maksimum. Beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan keuntungan diantaranya penjualan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. si produksi merupakan bagian terpenting dalam sebuah industri. produksi yang diterapkan oleh PT. Triteguh Manunggal Sejati (TRMS) termasuk ke dalam proses

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin.

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin. IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi

Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi Bulan Tahun Minggu Jenis Produk Persediaan Awal Masuk Keluar DESEMBER 2007 4 JDO 1 12106 34359 21060 25405 DESEMBER 2007 4 JDO 3 11421 42949 25550 28820 DESEMBER

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. GASANDRY, BOGOR

MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. GASANDRY, BOGOR MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. GASANDRY, BOGOR Oleh MITHA PRAWITHA F34060826 2010 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Mitha Prawitha. F34060826. Model Penjadwalan Produksi Di

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Dalam merancang dan membangun pembuatan aplikasi perhitungan penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini ada

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 81 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan proses untuk melakukan pembuatan perangkat lunak yang telah disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang dibangun

Lebih terperinci

Berikut ini adalah petunjuk pemakaian aplikasi sistem basis data. Petunjuk berikut ini disertai dengan tampilan layar. Keterangan selengkapnya

Berikut ini adalah petunjuk pemakaian aplikasi sistem basis data. Petunjuk berikut ini disertai dengan tampilan layar. Keterangan selengkapnya Petunjuk Pemakaian Sistem Berikut ini adalah petunjuk pemakaian aplikasi sistem basis data. Petunjuk berikut ini disertai dengan tampilan layar. Keterangan selengkapnya dapat dilihat bersamaan dengan tampilan

Lebih terperinci

- Pengoperasian program mudah untuk dijalankan. - Tampilan program aplikasi cukup baik Konversi Data, Backup dan Recovery Data

- Pengoperasian program mudah untuk dijalankan. - Tampilan program aplikasi cukup baik Konversi Data, Backup dan Recovery Data 344 4.3.4 Evaluasi Sistem Berikut adalah hasil evaluasi kepada para pengguna terhadap sistem yang telah kami buat, yaitu: - Aplikasi yang ada membuat pekerjaan mereka yang lebih mudah - Pengoperasian program

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Tahap implementasi sistem ini merupakan suatu tahap penerapan dari analisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Adapun kebutuhan dari sistem

Lebih terperinci

Rancangan Layar Form Login

Rancangan Layar Form Login Rancangan Layar Form Login Form Login bertujuan untuk memberikan hak akses user yang berhak menggunakan aplikasi ini. Pada form login ini, user harus memasukan Kode Karyawan, Password dan posisi. Jika

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dibangun, dikembangkan dengan bahasa pemrograman visual basic.net

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dibangun, dikembangkan dengan bahasa pemrograman visual basic.net BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Kebutuhan Sistem Dalam melakukan tahap implementasi program dilakukan penerapan dari analisa dan perancangan sistem yang telah dibuat sebelumnya. Perangkat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTATSI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTATSI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTATSI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Tahap implementasi sistem ini merupakan suatu tahap penerapan dari anaslisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Adapun kebutuhan dari sistem

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Impelentasi Implementasi sistem ini menggambarkan penerapan dan kebutuhan sistem untuk menjalankan program dimana aplikasi ini merupakan aplikasi administrasi gudang.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan antar perusahaan pada era sekarang tidak lagi terbatas secara lokal tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh 33 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

Lebih terperinci

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains.

`BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Material Requirement Planning (MRP) berbasis web pada CV. Mitra Techno Sains. 17 `BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang identifikasi masalah, analisis dan perancangan sistem, rancangan pengujian, dan evaluasi sistem dalam rancang bangun aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 APLIKASI DAN IMPLEMENTASI. Untuk implementasi basis data pada PD Rudy Motors dibutuhkan spesifikasi

BAB 4 APLIKASI DAN IMPLEMENTASI. Untuk implementasi basis data pada PD Rudy Motors dibutuhkan spesifikasi BAB 4 APLIKASI DAN IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Untuk implementasi basis data pada PD Rudy Motors dibutuhkan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang memandai. Berikut akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan urutan langkah-langkah yang dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang jelas dan mudah untuk menyelesaikan permasalahan. Tiap

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat lunak ini dibagi menjadi dua, yakni kebutuhan hardware dan kebutuhan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. perangkat lunak ini dibagi menjadi dua, yakni kebutuhan hardware dan kebutuhan 74 BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Fase implementasi sistem merupakan fase untuk mengeksekusi perangkat lunak yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Kebutuhan sistem ini

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 Implementasi Sistem Pada implementasi sistem ini akan dijelaskan mengenai perangkat yang digunakan saat pembuatan aplikasi ini. Berikut merupakan spesifikasi perangkat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. diterapkan berdasarkan kebutuhan. Selain itu aplikasi ini akan dibuat sedemikian

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. diterapkan berdasarkan kebutuhan. Selain itu aplikasi ini akan dibuat sedemikian BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sistem Tahap ini merupakan pembuatan perangkat lunak yang disesuaikan dengan rancangan atau desain sistem yang telah dibuat. Aplikasi yang dibuat akan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PART MESIN UNIT PABRIKASI DRUM PLANT MENGGUNAKAN DATA BASE MANAGEMENT SYSTEM (Studi kasus di PT. ABC)

SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PART MESIN UNIT PABRIKASI DRUM PLANT MENGGUNAKAN DATA BASE MANAGEMENT SYSTEM (Studi kasus di PT. ABC) D-1-1 SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PART MESIN UNIT PABRIKASI DRUM PLANT MENGGUNAKAN DATA BASE MANAGEMENT SYSTEM (Studi kasus di PT. ABC) * Agus Mansur, ** Budi Rianto Aribowo Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil IV.1.1. Tampilan Form Login Tampilan form login merupakan form untuk memasukan ID User dan Password agar program dapat dibuka seperti pada gambar IV.1 berikut ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Adapun hasil sistem informasi akuntansi jasa kontraktor adalah seperti berikut : 1. Form Login Adapun hasil form Login dapat dilihat pada gambar IV.1 berikut

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN INTERFACE

BAB IV PERANCANGAN INTERFACE BAB IV PERANCANGAN INTERFACE 4.1 Interface Perancangan antarmuka mendeskripsikan rencana tampilan dari setiap Form yang akan digunakan pada tampilan sistem informasi sebenarnya. Perancangan antarmuka pada

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem yang dibangun pengembang adalah berbasis web. Untuk dapat

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Sistem yang dibangun pengembang adalah berbasis web. Untuk dapat BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Implementasi Sistem yang dibangun pengembang adalah berbasis web. Untuk dapat menjalankan sistem tersebut dengan baik dibutuhkan beberapa persyaratan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

Manual. Alokasi Mengajar

Manual. Alokasi Mengajar Manual Alokasi Mengajar Binus University Software Laboratory Cente r 2011 Splash Screen Gambar 1. Tampilan Layar Halaman Splash Screen Pada saat pertama kali aplikasi dijalankan akan muncul layar Splash

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. 1. PC dengan Processor minimal 1800 MHz. sistem ini yaitu Windows 2000 atau XP, Microsoft Visual Basic.

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. 1. PC dengan Processor minimal 1800 MHz. sistem ini yaitu Windows 2000 atau XP, Microsoft Visual Basic. BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem yang Digunakan Perangkat keras maupun lunak yang digunakan untuk mendukung jalannya sistem ini yaitu: a. Hardware 1. PC dengan Processor minimal 1800 MHz 2.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Sebuah sistem informasi dapat efektif jika sistem tersebut dapat memberikan gambaran secara detail dari karakteristik informasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. produksi yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. produksi yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Aplikasi optimasi penjadwalan produksi merupakan media untuk membantu CV Azaria dalam membuat penjadwalan produksi, sehingga proses produksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan Pembuatan Sistem(Use Case Diagram) SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM Perancangan Pembuatan Sistem(Use Case Diagram) SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Perancangan Sistem 4.1.1 Perancangan Pembuatan Sistem(Use Case Diagram) SISTEM Gambar 4.1 Diagram Use Case Aplikasi Penjadwalan 35 1. Use Case Input pesanan Tabel 4.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang minimal harus dipenuhi sehingga sistem dapat berjalan dengan baik.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang minimal harus dipenuhi sehingga sistem dapat berjalan dengan baik. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Tahap implementasi sistem ini merupakan suatu tahap penerapan dari anaslisis dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Adapun kebutuhan dari sistem

Lebih terperinci

Prosedur Menjalankan Aplikasi

Prosedur Menjalankan Aplikasi Prosedur Menjalankan Aplikasi 1. Install & Jalankan Xampp. 2. Masukan folder yang berisikan data aplikasi(php,css) kedalam folder htdocs, yang berada di dalam folder xampp. 3. Kemudian buka browser anda

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Form Menu Utama Gambar 5.1 Form Menu Utama Form menu utama ini merupakan form utama untuk memanggil seluruh form lainnya. Melalui form ini, aplikasi perpustakaan ini dijalankan.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Agar aplikasi berjalan sesuai harapan, dalam kegiatan implementasi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Agar aplikasi berjalan sesuai harapan, dalam kegiatan implementasi BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Agar aplikasi berjalan sesuai harapan, dalam kegiatan implementasi aplikasi membutuhkan keras dan lunak. 4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 43 BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.A. TAHAP INVESTIGASI AWAL Tahap investigasi awal merupakan tahapan pertama dalam mengetahui jalannya sebuah proses bisnis yang berlangsung di toko kelontong Putra Jaya.

Lebih terperinci

7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL

7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL 7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL 7.1 Persyaratan Implementasi Model Model Proses Penerimaan Pesanan ini dirancang untuk mencapai empat tujuan, yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi informasi pesanan

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil Analisis Sistem

Bab IV. Hasil Analisis Sistem Bab IV Hasil Analisis Sistem 4.1 Hasil Analisis Sistem Pengembangan sistem RAD pada RM. Saputra menggunakan metode Rapid Application Development (RAD). Tahap pengembangan sistem RAD diantaranya adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Toko Buku Family merupakan sebuah toko yang menjual buku-buku

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Toko Buku Family merupakan sebuah toko yang menjual buku-buku BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Toko Buku Family merupakan sebuah toko yang menjual buku-buku pelajaran. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai Analisis Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. adalah mengoptimalkan kinerja semua mesin agar tidak ada karyawan yang

BAB III PERANCANGAN SISTEM. adalah mengoptimalkan kinerja semua mesin agar tidak ada karyawan yang BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi adalah mengoptimalkan kinerja semua mesin agar tidak ada karyawan yang menganggur dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil analisis dari permasalahanpermasalahan yang menjadi latar belakang masalah seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, namun

Lebih terperinci

BUKU MANUAL APLIKASI RUMAH MAKAN RESTOKU

BUKU MANUAL APLIKASI RUMAH MAKAN RESTOKU BUKU MANUAL APLIKASI RUMAH MAKAN RESTOKU IbM Rumah Makan di Depok-Jawa Barat Oleh: Dr. Lana Sularto, SE, MMSI, 950555 Dr. Wardoyo, SE, MM, 929354 I. INSTALASI APLIKASI RUMAH MAKAN RESTOKU Aplikasi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Unitama Sari Mas merupakan badan usaha yang memproduksi produk-produk kebutuhan rumah tangga, seperti kapur barus dan pengharum ruangan. PT Unitama Sari Mas mempunyai

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Administrasi Informasi Publik yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu:

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. menggunakan Aplikasi Administrasi Informasi Publik yaitu: Software yang mendukung aplikasi ini, yaitu: BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan Aplikasi Administrasi Informasi Publik yaitu: a. Software Pendukung

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1. Impelentasi Implementasi sistem ini menggambarkan penerapan dan kebutuhan sistem untuk menjalankan program dimana aplikasi ini merupakan aplikasi dashboard monitoring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Toko Sanjaya merupakan badan usaha yang menjual berbagai macam produk-produk hasil industri seperti kursi, meja,lemari, dan alat-alat perlengkapan kantor. Salah

Lebih terperinci

Bab 4. Rancangan sistem

Bab 4. Rancangan sistem Bab 4 Rancangan sistem 4.1 Rancangan yang diusulkan Bagian gudang akan mengirimkan Surat Permintaan Barang melalui form pesan barang apabila barang tersebut telah mencapai batas minimum (warning stock)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berdasarkan hasil analisa dan perancangan sistem yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dilanjutkan ke tingkat implementasi, implementasi program aplikasi menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Aplikasi Penerimaan Pesanan Barang dan Peramalan Penjualan dengan. Menggunakan Metode Single Moving Average.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Aplikasi Penerimaan Pesanan Barang dan Peramalan Penjualan dengan. Menggunakan Metode Single Moving Average. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dan uji coba dari Aplikasi Penerimaan Pesanan Barang dan Peramalan Penjualan dengan Menggunakan Metode Single Moving

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. komponen sistem yang diimplementasikan dan mengetahui kelemahan dari

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. komponen sistem yang diimplementasikan dan mengetahui kelemahan dari BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI 5.1. Pengujian Pengujian merupakan bagian yang terpenting dalam siklus pembangunan perangkat lunak. Pengujian dilakukan untuk untuk memeriksa kekompakan antara komponen

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak). BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi aplikasi adalah tahap penerapan hasil analisis dan perancangan aplikasi yang akan dibuat agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 31 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Sistem Yang Berjalan Analisa sistem yang berjalan bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap sistem yang telah ada pada perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan. Secara garis besar penulis dapat menganalisa sistem pengolahan data barang di Perum Damri Bandung. Pada saat ini bahwa sistem yang

Lebih terperinci

Buku Panduan Penggunaan. Program Aplikasi Ritel. Ver. 1.0

Buku Panduan Penggunaan. Program Aplikasi Ritel. Ver. 1.0 Buku Panduan Penggunaan MintPos +SMS Gateway Program Aplikasi Ritel Ver. 1.0 Jln. Kedurus 4 Delima 25 08175250082 http://www.itpartners.web.id nuansa.persada@itpartners.web.id Page 1 of 32 Penjelasan Singkat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. lunak yang digunakan untuk menjalankan sistem ini adalah sebagai berikut:

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. lunak yang digunakan untuk menjalankan sistem ini adalah sebagai berikut: BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi Sistem 4.1.1 Kebutuhan Sistem Implementasi program merupakan hasil implementasi dari analisis dan perancangan sistem yang telah dibuat sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan baik. Adapun kebutuhan perangkat lunak (software) dan perangkat keras BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Barang pada UD. Mekaryo Utomo dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab Implementasi dan Evaluasi ini berisi tentang implementasi dan evaluasi sistem. Terdiri dari 3 subbab, yaitu implementasi, penjelasan sistem dan evaluasi. 4.1 Implementasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Agar aplikasi berjalan, dalam kegiatan implementasi aplikasi. membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Agar aplikasi berjalan, dalam kegiatan implementasi aplikasi. membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak. BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Agar aplikasi berjalan, dalam kegiatan implementasi aplikasi membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak. 4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.2 SEJARAH RUMAH HIJAU PT. PRIMA ANDRIYANI LESTARI

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.2 SEJARAH RUMAH HIJAU PT. PRIMA ANDRIYANI LESTARI 39 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 TINJAUAN ORGANISASI Organisasi adalah suatu sistem yang paling berpengaruh, mempengaruhi diantara orang dalam kelompok berkerjasama untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Lebih terperinci

Gambar 4.57 Layar Ubah Pemasok. Data pemasok dapat diubah di sini. Data-data akan disimpan ke

Gambar 4.57 Layar Ubah Pemasok. Data pemasok dapat diubah di sini. Data-data akan disimpan ke 184 Gambar 4.57 Layar Ubah Pemasok Data pemasok dapat diubah di sini. Data-data akan disimpan ke tabel pemasok jika kolom nama, alamat dan telepon pemasok telah diisi. 185 Gambar 4.58 Layar Transaksi Pembelian

Lebih terperinci

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN BAB 4 RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN 4.1 Overview Sistem baru yang diusulkan untuk PT. Karya Mandiri Persada adalah bertujuan untuk meminimalisir masalah-masalah yang ada pada sistem yang sedang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pada bab ini akan dijelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada aplikasi Sistem Pendukung Keputusan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan program Sistem Informasi Manajemen Stock Pada Rumah Sakit Umum Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Langkah awal dalam pembuatan sistem adalah mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai dasar untuk membuat sebuah solusi yang disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PERANCANGAN SISTEM BAB IV PERANCANGAN SISTEM 4.1 Prosedur Usulan Perhitungan Harga Pokok Produk Di bawah ini adalah usulan prosedur perhitungan harga pokok produk dan pemberian label dengan menggunakan metode Specific Identification

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Supply chain adalah jaringan entitas-entitas yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Entitas yang

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN SISTEM

BAB III. PERANCANGAN SISTEM 22 BAB III. PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan DFD Diagram arus data dari sistem informasi website CV Saint De Valo terdiri dari : a. Registrasi dan Login Proses ini merupakan proses awal ketika user mengakses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terkomputerisasi. Berikut adalah uraian proses dari kegiatan pemesanan makanan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. terkomputerisasi. Berikut adalah uraian proses dari kegiatan pemesanan makanan BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan Sistem pemesanan makanan dan minuman yang saat ini sedang berjalan pada Rumah Makan Dapur Runi masih menggunakan cara manual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Apabila persediaan bahan baku tidak mencukupi, maka proses

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap implementasi sistem merupakan tahap yang bertujuan untuk merubah hasil analisis dan perancangan ke dalam bahasa pemrograman yang dimengerti oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di gudang tidak mengalami penumpukan ataupun kekurangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di gudang tidak mengalami penumpukan ataupun kekurangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Agar memenuhi order dari konsumen, maka perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya dalam perencanaan produksi. Salah satu bentuk perencanaan produksi adalah

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 43 BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Tahapan berikutnya dalam kegiatan perancangan SPK adalah tahapan implementasi atau uji coba terhadap hasil rancangan SPK pada sistem nyata. Berikut ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM PENGADAAN LANGSUNG UGM UNTUK USER PEJABAT PENGADAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM PENGADAAN LANGSUNG UGM UNTUK USER PEJABAT PENGADAAN PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM PENGADAAN LANGSUNG UGM UNTUK USER PEJABAT PENGADAAN Proses Pengadaan Langsung Dimulai dari Halaman Depan, klik login Login sebagai Pejabat Pengadaan dengan cara memasukkan Username

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah tertentu dalam setiap periode waktu tertentu. Untuk itu, perlu dibuat suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah tertentu dalam setiap periode waktu tertentu. Untuk itu, perlu dibuat suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan manufaktur pasti memiliki bagian khusus yang mengurusi pembuatan jadwal produksi. Suatu perusahaan pasti memiliki permintaan dalam jumlah tertentu

Lebih terperinci

PROSEDUR PROGRAM. Berikut ini adalah petunjuk pemakaian aplikasi basis data penjualan, pembelian

PROSEDUR PROGRAM. Berikut ini adalah petunjuk pemakaian aplikasi basis data penjualan, pembelian PROSEDUR PROGRAM Berikut ini adalah petunjuk pemakaian aplikasi basis data penjualan, pembelian dan persediaan berbasis web pada PT.Datacomindo Mitrausaha. 1. Halaman Home Pada halaman utama Home, user

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Berikut adalah salah satu tampilan error di mana ketika seorang Operational Manager

LAMPIRAN. Berikut adalah salah satu tampilan error di mana ketika seorang Operational Manager LAMPIRAN Keamanan Data Berikut adalah salah satu tampilan error di mana ketika seorang Operational Manager ingin memasukkan data barang pada basis data. Error ini terjadi karena Operational Manager tidak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 OBSERVASI LAPANG Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan. Perusahaan memproduksi berbagai

Lebih terperinci

Nama : Totok Suprawoto NIM : Program : Sistem Informasi

Nama : Totok Suprawoto NIM : Program : Sistem Informasi *SISTEM INFORMASI PEMASARAN ALAT-ALAT MEDIS TERPADU Nama : Totok Suprawoto NIM : 04202055 Program : Sistem Informasi Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sistem yang dibahas dalam skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Pada tahap implementasi dan pengujian sistem, akan dilakukan setelah tahap analisis dan perancangan selesai dilakukan. Pada sub bab ini akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi penerapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi penerapan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Konfigurasi Software dan Hardware Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan aplikasi penerapan Activity-Based Costing terlebih dahulu komponen-komponen utama

Lebih terperinci

Manual Sales Order Online (Distributor)

Manual Sales Order Online (Distributor) Manual Sales Order Online (Distributor) Daftar Isi 1. Proses Pemesanan Semen... 1 2. Fitur Aplikasi... 3 2.1 Pesan Semen... 4 2.2 Pesan Semen Gudang... 7 2.3 Tracking Pesanan... 9 2.4 Edit Pesanan... 10

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Identifikasi Permasalahan Dalam membangun sebuah sistem, sangat diperlukan untuk menganalisa masalah sehingga muncul kebutuhan. Pada tahap ini, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan produksi. Aktivitas produksi melibatkan banyak aspek dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan produksi. Aktivitas produksi melibatkan banyak aspek dalam perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Isu Konseptual Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dituntut untuk selalu menjaga kestabilan produksi. Aktivitas produksi melibatkan banyak aspek dalam

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab empat ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar Komputer Surabaya Jawa Timur meliputi

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem yang Digunakan Berikut ini adalah hardware dan software yang dibutuhkan untuk menggunakan program Sistem Informasi Pembelian dan Penjualan pada UD. ROHMAT JAYA,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville,

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, yang terbagi atas 4

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Persediaan Barang pada Afif Jaya Motor Surabaya dibutuhkan perangkat keras

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Persediaan Barang pada Afif Jaya Motor Surabaya dibutuhkan perangkat keras BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Sebelum mengimplementasikan dan menjalankan Sistem Informasi Persediaan Barang pada Afif Jaya Motor Surabaya dibutuhkan perangkat keras dan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. tersebut penting untuk mengetahui dimana letak kelemahan dari sistem yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. tersebut penting untuk mengetahui dimana letak kelemahan dari sistem yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Untuk merancang atau menyempurnakan sebuah Sistem Informasi, kita perlu lebih mengenal tentang sistem yang sedang berjalan. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. menganalisis sistem yang sedang berjalan di Bengkel BG Kawasaki Motor yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. menganalisis sistem yang sedang berjalan di Bengkel BG Kawasaki Motor yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Yang Sedang Berjalan Sebelum merancang suatu sistem, ada baiknya terlebih dahulu menganalisis sistem yang sedang berjalan di Bengkel BG Kawasaki Motor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berjalan. Salah satu kesulitan yang sering terjadi pada bagian internal perusahaan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berjalan. Salah satu kesulitan yang sering terjadi pada bagian internal perusahaan 50 BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Berdasarkan hasil pengamatan atau survey dilapangan yang berlokasi di Sabilla Distributor Bogor, penulis dapat menganalisa sistem

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Tahap kebutuhan sistem merupakan tahap menjelaskan kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi untuk menguji coba user interface serta menjalankan

Lebih terperinci

1. Form Login. 2. Form Utama User

1. Form Login. 2. Form Utama User 1. Form Login Gambar 1. Form Login Form Login terdiri dari kode karyawan, password dan bagian. Karyawan harus memasukkan kode karyawan dan password untuk mengakses ke menu utama. Setiap karyawan memilik

Lebih terperinci

Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi. Gambar 4.70 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi

Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi. Gambar 4.70 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi 202 4.12.34 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi Gambar 4.70 Layar Print Laporan Analisis ABC Investasi 203 4.12.35 Layar Print Laporan Analisis ABC Berdasarkan Pemakaian Gambar 4.71 Layar Print

Lebih terperinci