MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. GASANDRY, BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. GASANDRY, BOGOR"

Transkripsi

1 MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. GASANDRY, BOGOR Oleh MITHA PRAWITHA F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 Mitha Prawitha. F Model Penjadwalan Produksi Di PT. Gasandry, Bogor. Di bawah bimbingan Machfud RINGKASAN Penjadwalan produksi merupakan suatu unsur yang penting dalam perencanaan produksi pada suatu industri. Dalam hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya proses produksi. Banyak perusahaan mengalami permasalahan tidak dapat merealisasikan pengiriman barang tepat pada waktunya, banyak pekerjaan terlambat, overtime, dan jumlah stasiun kerja yang menganggur. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pemborosan aktivitas maupun biaya produksi. PT.Gasandry (GS) Bogor merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri minuman kemasan yaitu industri kopi. Banyaknya waktu menganggur (idle time) yang terdapat pada lantai produksi PT. Gasandry menjadi salah satu masalah penjadwalan produksi. Untuk mencapai utilitas dan efektifitas produksi, maka diperlukan adanya pengaturan mekanisme terhadap rangkaian aktifitas. Aktifitas-aktifitas tersebut terdiri dari aktifitas transformasi bahan baku dengan urutan tertentu, penggunaan fasilitas mesin, peralatan dan tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan penjadwalan di perusahaan dan mendapatkan model penjadwalan produksi yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode heuristik yang merupakan pengembangan dari proses aritmatika dan matematika logika. Penggunaan metode ini di anggap mampu untuk mengefektifkan penjadwalan produksi di PT Gasandry. PT.Gasandry memproduksi 6 jenis produk yaitu kopi jahe susu, kopi susu, kopi moka, kopi instan, kopi gula dan gula jahe. Terdapat 3 jenis proses produksi kopi kemasan di PT.Gasandry yaitu melalui tahapan penggilingan, tidak melalui tahapan penggilingan dan proses produksi yang hanya melalui proses pengemasan. Hasil dari penelitian berupa model penjadwalan produksi yang dapat meminimalkan waktu menganggur (idle time). Model yang dikembangkan dalam proses penjadwalan produksi di PT.Gasandry bernama GSPS 1.0 (Gasandry Production Schedule ). GSPS 1.0 merupakan suatu model yang membantu dalam melakukan penjadwalan produksi secara lebih mudah. Program GSPS 1.0 terdiri dari beberapa model yaitu model master produk, model master material, model master hari kerja, model kebutuhan produksi, model produk masuk dan keluar gudang, model material masuk, model pesan material serta model penjadwalan. Pembuatan sistem penjadwalan diimplementasikan dalam bentuk program komputer Borland Delphi 7.0 sebagai perangkat lunak untuk user interface dan Ms. Access 2007 yang digunakan sebagai basis data. Dari hasil penjadwalan yang dibuat, pada kondisi tingkat permintaan ratarata per bulan dus maka jumlah penggunaan tenaga kerja adalah maksimal 18 orang/hari. Penjadwalan produksi di PT.Gasandry dipengaruhi oleh variasi jenis produk yang diproduksi, jumlah permintaan setiap produk, waktu produksi, toleransi masa simpan, dan kapasitas mesin pengemasan. Kapasitas mesin

3 pengemasan merupakan faktor kritis dalam penyusunan penjadwalan produksi di PT.Gasandry. Dari hasil penjadwalan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan nilai utilitas sumberdaya mengalami perubahan nilai. Nilai utilitas awal sebelum dilakukan penjadwalan untuk mesin penggilingan, pencampuran, dan pengemasan dari bulan Januari sampai Maret 2010 adalah 14 %, 8 %,dan 8 % untuk mesin penggilingan, 20,27%, 34,86 %, dan 52,82 % untuk mesin pencampuran, dan 14,33 %, 24,10 %, dan 35,58 % untuk mesin pengemasan. Hasil utilitas setelah penjadwalan untuk mesin penggilingan, pencampuran, dan pengemasan adalah 1,70 %, 5,10 %, 7,50 % untuk mesin penggilingan, 5,60 %, 9,38 %, 12,63% untuk mesin pencampuran, dan 11,33 %, 20,11 %, 28,55 % untuk mesin pengemasan. Waktu penggunaan mesin setelah dilakukan penjadwalan yang lebih kecil menyebabkan nilai utilitas mesin hasil penjadwalan juga lebih kecil. Waktu penggunaan mesin penggilingan adalah 16 menit/hari dengan kapasitas mesin yang digunakan 360 kg/hari. Waktu penggunaan mesin pencampuran adalah 15 menit/hari dengan kapasitas mesin yang digunakan 2880 kg/hari. Sedangkan kapasitas mesin pengemasan yang digunakan untuk kopi jahe susu adalah 1440 kg/hari dan untuk produk yang lainnya adalah 720 kg/hari.

4 Mitha Prawitha. F Model of Production Scheduling At PT. Gasandry, Bogor. Supervised by Machfud SUMMARY Production scheduling is an important element in industry planning production. In the hierarchy of decision making, scheduling is the last step before the commencement of production. Many companies have problems to deliver goods on time, late of work, overtime, and the number of idle workstations. All these will lead to wasteful activities and the high production cost. PT.Gasandry (GS) Bogor is a beverage packaging coffee company. Number of idle time is becoming one of the production scheduling problems. There should be mechanisms of activities to achieve an efficiency and effectiveness of production. Those activities consist of the transformation of raw materials with a particular sequence, use of machinery facilities, equipment and labor. This research is aimed to identify factors associated with the company scheduling and find the best production alternative scheduling model, which is appropriate with the conditions and characteristics of the company. This research is using heuristic method which is developed from the process of arithmetic and mathematical logic. This method is considered as a good method to streamline the production scheduling in PT Gasandry. PT.Gasandry is producing six products, such as ginger coffee milk, coffee milk, coffee mocha, instant coffee, original coffee and sugar ginger. There are three types in the coffee production process. They are milling process, without milling process and packaging process only. The result of this research is production scheduling model that can minimize the idle time. The model was called GSPS 1.0 (Gasandry Production Schedule) which had several models, consisted of product master model, a master model material, model master working days, production needs model, product model in and out of warehouses, enter the material model, material model and message scheduling model. GSPS 1.0 will help the production scheduling easier. For implementation purposes, GSPS 1.0 is an integrated system of a computer program Borland Delphi 7.0 as the software for user interfaces and Ms. Access 2007 as base data. From the result of scheduling that has been made, PT Gasandry will be able to optimize the working time of workers by reducing the number of workers to a maximum of 18 person / days of the initial 30 man / days in average of demand is dozen/month. Production scheduling in PT.Gasandry is influenced by product varian, products demand, product tolerance store, production time, and capacity of packaging machinery. Critical factor in the preparation of production scheduling in PT.Gasandry is the capacity of packaging machinery. The result of scheduling that has been done shows that the overall efficiency value has been changed. Initial efficiency value prior to milling machine scheduling, blending, and packaging from January to March 2010 was 14 %, 8 %, and 8 % for milling machines, 20,27%, 34,86 %, and 52,82 % for mixing machine, and 14,33 %, 24,10 %, and 35,58 % for packaging machinery. Results for machine scheduling efficiency after milling, mixing, and packaging is 1.70%, 5.10%, 7.50% for milling

5 machines, 5.60%, 9.38%, 12.63% for the mixing machine, and 11.33%, 20.11%, 28.55%. Time of using machine after scheduling is smaller then before, it causes utility value after scheduling is small too. The milling machine use 16 minute/days with used capacity is 360 kg/days. The mixing machine use 15 minute/days with used capacity is 2880 kg/days. While packaging machine capacity that used for milk ginger coffee is 1440 kg/days and for the other products are 720 kg/days.

6 MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.GASANDRY, BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh MITHA PRAWITHA F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

7 Judul Skripsi : MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.GASANDRY, BOGOR Nama NRP : MITHA PRAWITHA : F Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir.Machfud, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Prof.Dr.Ir.Nastiti Siswi Indrasti NIP Tanggal Lulus : 10 Agustus 2010

8 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan Skripsi dengan judul MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.GASANDRY, BOGOR merupakan karya tulis saya pribadi dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, kecuali yang dengan jelas disebutkan rujukannya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya-benarnya tanpa tekanan dari siapapun. Bogor, Agustus 2010 Yang Membuat Pernyataan, Mitha Prawitha NRP. F

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Maret 1988 dengan nama lengkap Mitha Prawitha. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Pasangan Endang Asikin dan T.Nurlela. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1993 di TK Sari Teladan. Kemudian penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SDN I Beringin Raya dari 1994 sampai tahun Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2000 sampai tahun 2003 di SLTPN 4 Bandar Lampung. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA). Pada tahun , penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) sebagai staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pada tahun 2008 penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Analisis Bahan dan Produk Agroindustri. Selanjutnya pada tahun 2009 penulis melakukan praktek lapang dengan judul "Mempelajari Aspek Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Di PT.Dharma Medipro, Serang. Pada tahun 2010, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Peralatan Industri Pertanian dan kemudian pada tahun yang sama, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul Model Penjadwalan Produksi Di PT.Gasandry, Bogor.

10 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan nikmat-nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Model Penjadwalan Produksi di PT Gasandry, Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Machfud, MS selaku dosen pembimbing akademik, yang banyak memberikan bimbingan berupa arahan dan saran dalam penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Erliza Noor dan Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng selaku dosen penguji yang bersedia memberikan berbagai masukan yang sangat bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Rivan selaku Production Manager PT Gasandry yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 4. Seluruh staf dan karyawan PT Gasandry yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan keramahannya. 5. Ayahanda Endang Asikin, Ibunda T.Nurlela, Adinda Rurry dan Syfana atas kasih sayang serta dukungan yang tidak terhingga untuk penulis. 6. Dosen-dosen Teknologi Industri Pertanian yang sudah memberikan pembekalan ilmu kepada penulis. 7. Pak Agus yang telah memberikan bantuan dalam pembuat program. 8. Muhammad Ainur Rofik dan Widya rekan satu bimbingan, atas kerjasama dan bantuannya selama ini. 9. Pak Mul, Bu Nina, Bu Yuli dan seluruh staff UPT dan Departemen TIN atas bantuan yang tidak terhingga kepada penulis. 10. Teman-teman TIN 43 dan TIN 42 atas semangat, kebersamaan, dan keceriaan yang telah diberikan selama ini. 11. Pihak-pihak yang turut membantu terlaksanannya penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. i

11 Penulis menyadari bahwa bahasan mengenai penjadwalan produksi memiliki ruang lingkup yang amat luas, dan bahwa skripsi ini hanya mencakup sebagian kecil dari bahasan tersebut. Walaupun demikian, penulis berharap adanya skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi diadakannya penelitian lainnya, dan memberi manfaat bagi pembacanya. Bogor, Agustus 2010 Penulis ii

12 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 2 C. Ruang Lingkup... 2 D. Manfaat dan Keluaran... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Penjadwalan Produksi... 4 B. Model... 6 C. Teknik Heuristik... 7 III. METODOLOGI PENELITIAN... 9 A. Kerangka Pemikiran... 9 B. Pendekatan Berencana... 9 C. Tata Laksana D. Metode Pemecahan Masalah IV. PEMODELAN SISTEM A. Asumsi Perhitungan Model B. Konfigurasi Model iii

13 C. Rancangan Model a. Kerangka Model b. Struktur Basis Data c. Sistem Manajemen Dialog V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Perusahaan B. Penyusunan Penjadwalan Produksi C. Konfigurasi Model D. Aliran Penjadwalan GSPS E. Verfikasi Penjadwalan Produksi F. Utilisasi Sumber Daya VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tahapan pendekatan berencana Gambar 2. Diagram alir kerangka pemikiran Gambar 3. Diagram alir tahapan penelitian Gambar 4. Diagram alir metode pemecahan masalah secara heuristik Gambar 5. Diagram alir deskriptif model produk masuk Gambar 6. Diagram alir deskriptif model produk keluar Gambar 7. Diagram alir deskriptif model master produk Gambar 8. Diagram alir deskriptif model material masuk Gambar 9. Diagram alir deskriptif model master material Gambar 10. Diagram alir deskriptif model kebutuhan produksi Gambar 11. Diagram alir deskriptif model penjadwalan Gambar 12. Entity Relationship GSPS Gambar 13. Proses produksi kopi Gambar 14. Aliran informasi pesanan dan perencanaan produksi PT.Gasandry Gambar 15. Diagram alir kebutuhan lini produksi Gambar 16. Diagram alir penyusunan penjadwalan produksi Gambar 17. Tampilan splash screen Gambar 18. Tampilan menu input user Gambar 19. Tampilan menu utama Gambar 20. Tampilan menu password v

15 Gambar 21. Tampilan menu master produk Gambar 22. Tampilan menu master material Gambar 23. Tampilan menu master hari kerja Gambar 24. Tampilan menu kebutuhan produksi Gambar 25. Tampilan menu produk masuk Gambar 26. Tampilan menu produk keluar Gambar 27. Tampilan menu material masuk Gambar 28. Tampilan menu pesan material Gambar 29. Tampilan menu penjadwalan Gambar 30. Tampilan menu pembuat program Gambar 31. Tampilan menu tentang program Gambar 32. Diagram alir penjadwalan GSPS Gambar 33. Hasil penjadwalan jika permintaan bulan Januari mencapai dus Gambar 33. Hasil penjadwalan bulan Januari Gambar 34. Hasil penjadwalan bulan Februari Gambar 35. Hasil penjadwalan bulan Maret vi

16 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis produk pada PT.Gasandry Tabel 2. Jumlah mesin yang tersedia untuk setiap produk Tabel 3. Data pesanan PT.Gasandry pada bulan Januari-Maret Tabel 4. Utilisasi sumber daya sesuai dengan kondisi perusahaan Tabel 5. Utilisasi sumber daya hasil penjadwalan vii

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Proses produksi kopi jahe susu Lampiran 2. Proses produksi kopi susu Lampiran 3. Proses produksi kopi moka Lampiran 4. Proses produksi kopi instan Lampiran 5. Proses produksi kopi gula Lampiran 6. Proses produksi gula jahe Lampiran 7. Output model penjadwalan bulan Januari Lampiran 8. Output model penjadwalan bulan Februari Lampiran 9. Output model penjadwalan bulan Maret Lampiran 10. Perhitungan kebutuhan produksi bulan Januari Lampiran 11. Perhitungan kebutuhan produksi bulan Februari Lampiran 12. Perhitungan kebutuhan produksi bulan Maret Lampiran 13. Petunjuk penggunaan program GSPS Lampiran 14. Algoritma penentuan kebutuhan lini produksi dan penyusunan penjadwalan produksi viii

18 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan dunia industri di Indonesia ditandai dengan semakin tumbuh dan berkembangnya industri-industri yang bergerak di bidang jasa dan manufaktur. Perkembangan dunia industri yang semakin kompetitif menuntut industri atau perusahaan untuk menyusun strategi dan langkah nyata agar dapat berkompetisi dan tetap bertahan. Salah satunya adalah dengan melakukan perencanaan yang terstruktur dan terencana dengan matang di bagian produksi. Faktor penting dalam aktivitas perencanaan yang sering tidak digunakan secara optimal adalah penjadwalan produksi. Banyak perusahaan mengalami permasalahan tidak dapat merealisasikan pengiriman barang tepat pada waktunya, banyak pekerjaan terlambat, overtime, dan jumlah stasiun kerja yang menganggur. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pemborosan aktivitas maupun biaya produksi. Penjadwalan produksi merupakan suatu unsur yang penting dalam perencanaan produksi pada suatu industri. Dalam hierarki pengambilan keputusan, penjadwalan merupakan langkah terakhir sebelum dimulainya proses produksi. Penyelesaian suatu pesanan yang telah direncanakan sebelumnya tidak menutup kemungkinan akan mengalami keterlambatan. Hal ini dapat disebabkan karena adanya hambatan-hambatan yang bersifat teknis dan nonteknis. Keterlambatan penyelesaian pesanan menyebabkan timbulnya biaya tambahan dan dapat mengurangi keuntungan perusahaan serta berdampak pada nama baik perusahaan. Keterlambatan pesanan juga mengakibatkan keterlambatan pada pesanan yang lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu metode atau cara agar pesanan dapat selesai tepat waktu. Penelitian terhadap aspek penjadwalan produksi perlu dilakukan untuk menjamin kontinyuitas produksi, kuantitas, dan kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan penjadwalan dapat menentukan susunan pekerjaan yang akan dilakukan secara teratur dan berurutan. Penentuan susunan pekerjaan ini berhubungan dengan jumlah operasi produksi, yaitu waktu dimulainya produksi, waktu pengerjaan produk hingga waktu pengiriman produk kepada konsumen.

19 PT. Gasandry (GS) merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri minuman kemasan yaitu industri kopi. Banyaknya waktu menganggur (idle time) yang terdapat pada lantai produksi PT. Gasandry menjadi salah satu masalah penjadwalan produksi. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas produksi, maka diperlukan adanya pengaturan mekanisme terhadap rangkaian aktifitas. Aktifitasaktifitas tersebut terdiri dari aktifitas transformasi bahan baku dengan urutan tertentu, penggunaan fasilitas mesin, peralatan dan tenaga kerja. B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan penjadwalan di perusahaan. 2. Mendapatkan model penjadwalan produksi yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik proses produksi. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Merencanakan jadwal produksi yang dapat mengefektifkan penggunaan tenaga kerja. 2. Menerapkan model penjadwalan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik proses produksi perusahaan. D. MANFAAT DAN KELUARAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah masukan kepada perusahaan berupa perencanaan penjadwalan produksi dengan suatu metode atau aturan tertentu. Aturan yang digunakan merupakan aturan yang dapat mencapai target produksi dengan penggunaan tenaga kerja secara efektif sehingga waktu menganggur produksi (idle time) berkurang. Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ialah model penjadwalan produksi yang terbaik dengan menggunakan suatu aturan tertentu. Aturan tersebut sesuai dengan kriteria yang ditentukan yaitu jumlah pesanan setiap 2

20 bulan, jumlah tenaga kerja, dan waktu penyelesaian produk. Banyaknya jumlah penggunaan tenaga kerja menjadi kriteria yang terpenting karena akan mempengaruhi banyaknya waktu menganggur (idle time) selama proses produksi. 3

21 II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan dan penetepan penggunaan sumber daya dalam rangka melaksanakan semua aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan luaran (output) yang diinginkan pada saat yang telah direncanakan, dengan pembatas waktu dan hubungan antara aktivitas dan sumber daya tertentu (Morton & Pentico, 1993). Penjadwalan merupakan tahap terakhir dari perencanaan sebelum dilaksanakannya proses produksi. Selain itu, penjadwalan merupakan penjabaran kegiatan-kegiatan yang direncanakan yaitu yang berisikan kapan dimulainya kegiatan produksi sehingga perencanaan kebutuhan yang telah ditetapkan dapat dipenuhi tepat pada waktunya (Russel dan Taylor, 2006). Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui suatu aktivitas atau tugas. Penjadwalan dapat dibedakan menurut proses produksi, yaitu : 1. Penjadwalan proses yang terus menerus (line process scheduling). Penjadwalan proses ini digunakan untuk jalur perakitan dan pada proses pengolahan. Penjadwalan tergantung pada rancang bangun proses tersebut terutama untuk satu jenis produk. 2. Penjadwalan proses yang terputus-putus (intermittent process scheduling). Berbeda dengan penjadwalan pada proses line maka penjadwalan pada proses intermittent masing-masing pekerjaan (job) mengalir melalui pergerakan yang tidak teratur dan penuh dengan jadwal mulai dan berhenti. Aliran yang tidak teratur disebabkan pusat kerja dikelompokkan berdasarkan jenis mesin dan keterampilan pekerja yang sama, sehingga pekerjaan (job) akan mengalir dari satu pusat kerja satu ke pusat kerja yang lain sesuai dengan jadwal dan tahapan yang telah ditentukan. Penjadwalan digambarkan sebagai alokasi sumber daya dari waktu ke waktu untuk melaksanakan suatu kumpulan pekerjaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Pardede,2003) adalah :

22 1. Jumlah dan jenis pekerjaan yang harus diselesaikan selama periode tertentu. Jumlah dan jenis pekerjaan ini sangat tergantung pada rencana produksi yang disusun serta negoisasi antara perusahaan dengan pelanggan. 2. Perkiraan waktu pelaksanaan suatu pekerjaan (processing time). Perkiraan waktu penyelesaian pekerja ini merupakan masukan yang sangat penting dalam penjadwalan pekerjaan. Perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan sering kali digunakan untuk menentukan urutan prioritas pekerjaan yang akan dikerjakan lebih dahulu. 3. Batas waktu (due time) penyelesaian pekerjaan. Batas waktu pekerjaan digunakan untuk memperkirakan keterlambatan yang mungkin akan terjadi. Besaran ini penting untuk mengantisipasi denda atau penalty yang timbul akibat keterlambatan pengiriman. 4. Situasi pekerjaan yang dihadapai. Penentuan jadwal pekerjaan akan dipengaruhi situasi pekerjaan seperti pekerjaan disuatu prosesor, pekerjaan di beberapa prosesor seri atau paralel, atau pekerjaan di fasilitas produksi jobshop. Penjadwalan operasi produksi bertujuan untuk memperoleh suatu tradeoffs antar sasaran yang saling bertentangan, yaitu antara penggunaan pekerja, mesin-peralatan dan fasilitas yang efisien dan meminimumkan waktu tunggu pelanggan, inventori dan waktu proses operasi (Machfud,1999). Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu dimana terdapat banyak pekerjaan secara bersamaan bersaing untuk menggunakan sumber daya yang sama (Heizer dan Reinder, 2004). Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume pesanan, sifat alami operasi, dan kompleksitas pekerjaan keseluruhan. Kriteria penjadwalan adalah sebagai berikut : 1. Minimasi waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan. 2. Minimasi persediaan barang setengan jadi (work-in-process-wip). Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem tersebut. Hubungan antara banyaknya pekerjaan dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena itu, lebih sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang ada akan rendah. 5

23 3. Minimasi waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah keterlambatan rata-rata. Sasaran yang dituju dalam penyusunan penjadwalan adalah mengurangi keterlambatan pekerjaan, mengurangi waktu proses dalam sistem, memaksimalkan kerja mesin dan tenaga kerja, mengurangi waktu tunda dan jumlah produk yang tertahan dalam pusat kerja (Russel dan Taylor, 2006). Persolaan dalam penjadwalan adalah menentukan urutan atau produk dalam mesin yang akan memproses pekerjaan sehingga mengoptimalkan ukuran performa. Elemen-elemen yang perlu diketahui dalam proses penjadwalan produksi adalah sebagai berikut : 1. Job, didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang harus diselesaikan untuk memperoleh suatu produk atau hasil. Job umumnya terdiri atas satu atau beberapa proses. 2. Proses, didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah sebuah job. Setiap job minimal terdiri dari suatu proses. Setiap proses memiliki deskripsi, waktu proses, waktu set-up, tempat, dan alat pemrosesan. 3. Sumber daya. Sumber daya dapat berupa mesin atau pekerja yang digunakan untuk menyelesaikan proses suatu job. Setiap mesin hanya dapat mengerjakan satu job pada satu waktu tertentu. (Herjanto, 2006). B. MODEL Model merupakan abstraksi atau representasi ideal dari sistem nyata. Tujuan pembentukan model ialah sebagai alat untuk menganalisis perilaku sistem guna meningkatkan performansi sistem tersebut. Solusi yang diperoleh dari model tergantung pada validasi model dalam mewakili sistem nyata (Moskow dan Wright, 1979). Dari terminologi penelitian operasional,secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta timbal balik dalam istilah sebab akibat (Eriyatno, 2003). 6

24 Menurut Simatupang (1996), ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam memodelkan suatu sistem, antara lain : (a) model harus mewakili (mempersentasikan) sistem nyatanya dan (b) model merupakan penyederhanaan dari kompleksnya sistem, sehingga diperbolehkan adanya penyimpangan pada batas-batas tertentu. C. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara pendekatan permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan dalam permasalahan yang dikaji. Teknik heuristik digunakan dengan harapan didapatkan suatu hasil yang baik dan mendekati ratarata meskipun tidak optimal. Menurut Eriyatno (2003), tidak ada metode yang baku digunakan untuk teknik heuristik, sehingga untuk setiap permasalahannya menggunakan teknik heuristik yang spesifik. Eriyatno (2003) menjelaskan bahwa teknik heuristik merupakan pengembangan dari proses aritmatika dan matematika logika. Ciri-ciri teknik heuristik secara umum adalah sebagai berikut : 1. Adanya operasi aljabar, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. 2. Adanya suatu perhitungan yang bertahap. 3. Mempunyai tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat dengan algoritma komputer. Pengambilan keputusan dalam program heuristik menggunakan aturan situasi/aksi. Jika (s1 sn), maka (a1 an), (s1 sn) merupakan situasi yang dinyatakan dengan operasi dan, atau; (a1 an) adalah aksi atau keputusan yang diambil. (Sugiyono, 2009). Teknik heuristik tidak menjamin penyelesaian yang optimal, tetapi dapat memberikan pemecahan yang memuaskan bagi pengambil keputusan. Menurut Eriyatno (2003) alasan penggunaan teknik heuristik diantaranya adalah : 1. Heuristik mempermudah lingkungan pembuat keputusan sehingga memungkinkan membuat suatu keputusan dengan cepat tanpa tergantung caranya. 7

25 2. Jumlah permasalahan begitu kompleks dan tidak ada perangkat keras (komputer) yang dapat menyelesaikannya walaupun intisari dari permasalahan dapat dibuat pola matematikanya. 3. Masalah perencanaan dan kebijakan yang harus diatasi oleh seorang manajer sulit untuk dikuantitatifkan dan bersifat ill-structure, sehingga tidak dapat diperoleh faktor-faktor yang diperlukan dalam model matematika. 4. Pengguna model sering tidak mengerti tahapan sebelum sampai permodelan walaupun model matematika berhasil dikembangkan. 8

26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Setiap perusahaan memiliki tujuan akhir untuk mencapai keuntungan maksimum. Beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan keuntungan diantaranya penjualan tinggi, efektifitas dan efisiensi penggunaan input produksi dan minimasi loss berupa produk sisa dan atau kehilangan penjualan. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila pihak manajemen mampu mengendalikan rangkaian produksi, mulai dari perencanaan, aktifitas produksi dan pemasaran. Proses produksi yang memiliki berbagai variable input memerlukan suatu penjadwalan yang fleksibel terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi. Selain itu, pada era globalisasi sekarang ini perusahaan dituntut untuk mampu bersaing tidak hanya dengan perusahaan lokal tetapi juga perusahaan asing atau mancanegara agar tetap bertahan dan berkembang. Tiga hal yang menjadi ajang persaingan yaitu harga, mutu dan pelayanan. Perusahaan harus mampu meningkatkan pelayanan agar dapat memenuhi keinginan konsumen. Penjadwalan produksi merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan perusahaan karena aspek ini memiliki peranan dalam mengatur jadwal produksi yang optimal. Oleh karena itu diperlukan penjadwalan produksi karena penjadwalan yang baik akan memberikan dampak yang positif yaitu waktu pengiriman yang tepat waktu yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Pada penelitian ini akan dilakukan perencanaan penjadwalan produksi dengan mempertimbangkan kapasitas mesin, jumlah tenaga kerja, jumlah permintaan dan jumlah hari kerja sehingga penggunaan tenaga kerja lebih efektif dan waktu menganggur juga dapat diminimalkan. B. PENDEKATAN BERENCANA Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan berencana. Pendekatan berencana merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan model-model kuantitatif dalam pemecahan masalah-masalah spesifik. Menurut Thierauf dan Klekamp (1975), pendekatan

27 berencana dimulai dari pengamatan gejala-gejala permasalahan, sedangkan metode penyelesaian disesuaikan dengan tujuan, peubah, batasan dan asumsiasumsi dari alternatif solusi permasalahan yang ada. Pada Gambar 1 dapat dilihat secara garis besar langkah-langkah dalam pendekatan berencana. Gambar 1. Tahapan-tahapan dalam Pendekatan Berencana 1. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi secara nyata, serta observasi terhadap fakta dan opini yang mengarah terhadap permasalahan. 2. Definisi permasalahan yang sebenarnya adalah banyaknya idle time pada lantai produksi perusahaan yang berimbas pada pemborosan aktivitas. 3. Pengembangan alternatif melalui analisis data serta kendala yang ada di perusahaan. 10

28 4. Pemilihan penyelesaian optimal melalui tahap alternatif-alternatif dengan bantuan komputer. 5. Verikifikasi solusi optimal melalui tahap implementasi. C. TATA LAKSANA 1. Observasi Lapang dan Studi Pustaka Observasi lapang dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan proses produksi di PT.Gassandry. Waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih dua bulan terhitung bulan Maret sampai dengan bulan April Studi pustaka dilakukan untuk mempelajari sistem penjadwalan yang diterapakan di perusahaan. 2. Identifikasi Masalah Pada tahapan ini identifikasi dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan jadwal produksi serta kebijakan-kebijakan yang berlaku di perusahaan. 3. Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan pada bagian produksi. Pengambilan data dilakukan dengan observasi di lapangan secara langsung dan wawancara dengan pihak-pihak terkait dalam proses produksi. Data diperoleh dari baguan produksi. Data yang dikumpulkan berupa data permintaan (sales order) bulan Januari-Maret 2010, data waktu tiap tahapan produksi, data jumlah mesin dan tenaga kerja bagian produksi, dan data jenis produk. 4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik heuristik. Data yang dijadikan masukkan dalam model penjadwalan adalah data permintaan/ pesanan, data kapasitas produksi, data jenis produk dan data kebutuhan material. 5. Perancangan Model Pada perancangan model, input model berupa data permintaan/ pesanan meliputi peridode pemesanan, jumlah pemesanan, data jenis produk, dan kapasitas produksi. Output dari model berupa penjadwalan produksi dengan 11

29 menggunakan teknik heuristik yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik perusahaan. 6. Implementasi dan Verifikasi Pada tahapan implementasi hasil perancangan sistem diimplementasikan dalam bentuk program komputer menggunakan Borland Delphi 7.0 sebagai perangkat lunak untuk user interface dan Ms. Acces 2007 digunakan sebagai perangkat lunak basis data. Diagram alir kerangka pemikiran dan tahapan penelitian disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Gambar 2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran 12

30 Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Penelitian D. METODE PEMECAHAN MASALAH Metode heuristik yang digunakan untuk memecahkan permasalahan ini didasarkan pada Machfud (1999) bahwa penjadwalan produksi dapat ditentukan oleh faktor kritis dari proses yang ada pada perusahaan. Pada penelitian di PT.Gasandry ini faktor kritis produksi yang dimaksud yaitu kapasitas mesin pengemasan. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan tahap ke-3 di bawah ini, di mana kapasitas mesin pengemasan akan mempengaruhi jumlah hari kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan pada bulan tertentu. Metode ini secara sederhana dapat ditulis sebagai berikut : 1. Menentukan jumlah permintaan yang akan diproses. 2. Mengkonversi nilai kebutuhan produksi. 13

31 Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui jumlah permintaan dalam satuan kilogram sehingga dapat diperkirakan mengenai jumlah bahan baku yang dibutuhkan. Untuk mengetahui jumlah permintaan da lam satuan kilogram digunakan rumus : Permintaan kg permintaan dus bobot produk 120 sct/dus /1000 gr/kg Bobot produk untuk setiap produk berbeda yaitu kopi jahe susu dan kopi gula 23 gram/sachet, kopi susu dan kopi moka 25 gram/sachet, kopi instan dan gula jahe 20 gram/sachet. Setelah diketahui jumlah permintaan dalam kilogram maka akan dilakukan perhitungan kebutuhan produksi/bulan dengan mempertimbangkan efisiensi proses produksi. Rumus yang digunakan yaitu : 3. Menentukan jumlah hari kerja untuk setiap produk. Perhitungan hari kerja ini untuk mengetahui kebutuhan waktu pengerjaan pesanan. Rumus yang digunakan yaitu : : 4. Menentukan tenaga kerja yang dibutuhkan. Kebutuhan tenaga kerja akan tergantung dengan pemakaian mesin, dimana 1 operator/tenaga kerja untuk 1 mesin. Rumus yang digunakan yaitu : 5. Menentukan kebutuhan lini produksi dan penyusunan penjadwalan produksi berdasarkan toleransi masa simpan produk. Pengambilan keputusan untuk menentukan kebutuhan lini produksi dan penyusunan penjadwalan produksi menggunakan aturan situasi aksi, dimana jika (a1 an), maka (y1 yn), (a1 an) merupakan situasi yang dinyatakan dengan operasi dan, atau; (y1 yn) adalah aksi atau keputusan yang diambil. 14

32 Gambar 4. Diagram alir metode pemecahan masalah secara heuristik terdapat pada Gambar 4. Diagram Alir Metode Pemecahan Masalah Secara Heurisik 15

33 IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan. Asumsi-asumsi yang digunakan antara lain : 1. Penjadwalan yang dilakukan mencakup enam jenis produk kopi kemasan yang menggunakan fasilitas produksi yang berbeda, dalam arti mesin dan tenaga kerja berbeda. 2. Ruang lingkup penjadwalan hanya dalam rentang bulan Januari Maret Selama proses produksi berlangsung, mesin-mesin yang digunakan dalam kondisi baik, sehingga peluang terjadinya kerusakan pada mesin sangat kecil dan dapat diabaikan. 4. Mesin-mesin yang digunakan untuk memproduksi kopi kemasan diasumsikan aktif. Proses produksi kopi kemasan dilakukan dengan asumsi bahwa selalu tersedia bahan baku dan bahan kemasan seperti gula, kremer, coklat, kardus, plastik kemasan, dan sebagainya. 5. Perhitungan hal-hal yang terdapat dalam model antara lain : jumlah produk diproduksi, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan hari kerja, dan kebutuhan material. 6. Tenaga kerja selalu tersedia dan tidak ada overtime. 7. Penyusunan jadwal produksi didasarkan pada toleransi masa simpan produk. B. KONFIGURASI MODEL Model penjadwalan produksi yang diberi nama GSPS 1.0 (Gasandry Production Schedule Versi 1.0) merupakan program aplikasi yang berguna untuk membantu proses penjadwalan produksi di PT.Gasandry. GSPS 1.0 dirancang untuk membantu pihak terkait dalam mengambil keputusan penjadwalan produksi yang dapat meminimalkan waktu menganggur (idle time) selama proses produksi berlangsung dengan mengoptimalkan pemakaian jumlah tenaga kerja.

34 GSPS 1.0 terdiri dari sistem manajemen tabel data, sistem manajemen basis model dan sistem manajemen dialog. Pengembangan model GSPS 1.0 menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 untuk pengembangan sistem, Microsoft Office Access 2007 untuk pengembangan tabel datanya dan Adobe Photoshop untuk pengembangan user interface. C. RANCANGAN MODEL Untuk membantu proses perencanaan produksi, dikembangkan model penjadwalan produksi. Model penjadwalan produksi digunakan untuk mempermudah pengambilan keputusan mengenai urutan pengerjaan pesanan yang akan dilaksanakan pada bagian produksi sehingga dapat meminimalkan waktu menganggur selama proses produksi. Didalam model penjadwalan ini terdapat model perhitungan kebutuhan produksi yang meliputi perhitungan kebutuhan produk yang diproduksi, kebutuhan material, kebutuhan tenaga kerja serta kebutuhan hari kerja. Selain itu terdapat perhitungan kebutuhan jumlah lini yang terdapat pada model jadwal produksi. Proses produksi kopi ditentukan oleh ketersediaan bahan baku dan bahan kemasan. Pada penelitian ini hanya bahan kemasan yang diperhitungkan dalam penjadwalan. Pemesanan material dilakukan ketika telah diketahui material yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan produksi, yaitu pada rentang waktu dari data pesanan didapatkan dari distributor hingga pelaksanaan produksi pada periode baru akan dilaksanakan. Sehingga proses produksi dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. GSPS 1.0 memiliki 8 tabel utama dalam sistem, yaitu tabel pesanan, tabel master produk, tabel data produk masuk, tabel data produk keluar, tabel data master material, tabel data material masuk, tabel data pesan material dan tabel data hari kerja. Selain tabel data juga terdapat basis model yaitu model kebutuhan produksi, model penjadwalan, model master produk, model master material, model produk masuk, model produk keluar, model material masuk, model pesan material dan model hari kerja. 17

35 a. Kerangka Model Basis model memiliki keterkaitan dalam menganalisis data yang dimasukkan maupun yang terdapat pada tabel data pada penentuan perencanaan perusahaan. Basis model yang dikembangkan yaitu model kebutuhan produksi, model jadwal produksi, model master produk, model master material, model produk masuk, model produk keluar, model pesan material dan model hari kerja. 1. Model Produk Masuk Model ini digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah produk yang masuk ke gudang setelah selesai diproduksi. Input dari model ini adalah nama produk, tanggal masuk gudang, dan jumlah produk yang masuk kedalam gudang. Output dari model ini adalah jumlah produk yang terdapat digudang. Model ini akan berhubungan dengan model master produk untuk mengetahui jumlah persediaan produk didalam gudang. Diagram alir deskriptif model produk masuk dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini. Gambar 5. Diagram Alir Deskriptif Model Produk Masuk 18

36 2. Model Produk Keluar Model ini digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah produk yang keluar dari gudang atau produk yang akan dikirim kepada distributor. Input dari model ini adalah nama produk, tanggal keluar gudang, dan jumlah produk yang keluar dari gudang. Output dari model ini adalah jumlah produk yang keluar dari gudang atau telah dikirim. Model ini akan berhubungan dengan model master produk untuk mengetahui jumlah persediaan produk yang tersisa didalam gudang. Diagram alir deskriptif model produk keluar dapat dilihat pada Gambar 6 dibawah ini. Gambar 6. Diagram Alir Deskriptif Model Produk Keluar 3. Model Master Produk Model ini berisi informasi mengenai produk serta persediaan produk jadi dalam gudang. Informasi mengenai produk yang terdapat pada model master produk yaitu kode produk,nama produk, bobot per sachet, efisiensi proses, kapasitas mesin penggilingan, mesin pencampuran dan mesin penggilingan yang digunakan, toleransi masa simpan, serta persediaan produk didalam gudang. Persediaan produk didalam gudang ini 19

37 didapatkan dari model produk masuk dan model produk keluar. Adapun rumus untuk mengetahui total persediaan produk dalam gudang yaitu : Total Persediaan = Persediaan awal + Jumlah produk masuk Jumlah Produk Keluar Diagram alir deskriptif model master produk dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini. Mulai Input : - Kode Produk - Nama Produk - Satuan - Persediaan Produk Jadi - Efisiensi - Bobot/Sachet - Kapasitas Mesin Penggilingan - Kapasitas Mesin Pencampuran - Kapasitas Mesin Pengemasan - Toleransi Masa Simpan Model Master Produk Output: Data Produk Baru - Kode Produk - Nama Produk - Satuan - Persediaan Produk Jadi - Efisiensi - Bobot/Sachet - Kapasitas Mesin Penggilingan - Kapasitas Mesin Pencampuran - Kapasitas Mesin Pengemasan - Toleransi Masa Simpan Selesai Gambar 7. Diagram Alir Deskriptif Model Master Produk 4. Model Material Masuk Model ini digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah material yang masuk ke gudang. Input dari model ini adalah nama produk, jenis material, tanggal masuk gudang, dan jumlah produk yang masuk kedalam gudang. 20

38 Output dari model ini adalah jumlah material yang masuk kegudang dan total persediaan material yang berhubungan dengan model master material. Diagram alir deskriptif model material masuk dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini. Gambar 8. Diagram Alir Deskriptif Model Material Masuk 5. Model Master Material Model ini berisi informasi mengenai jumlah persediaan material yang ada didalam gudang. Input dari model ini adalah nama produk, jenis material, kode material dan jumlah material. Output dari model ini adalah jumlah persediaan material yang terdapat didalam gudang. Model ini berhubungan dengan model material masuk untuk menghitung jumlah persediaan material. Diagram alir deskriptif model master masuk dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini. 21

39 Gambar 9. Diagram Alir Deskriptif Model Master Material 6. Model Kebutuhan Produksi Model kebutuhan produksi digunakan untuk mengetahui jumlah produk yang akan diproduksi, jumlah kebutuhan hari kerja, jumlah kebutuhan tenaga kerja dan jumlah kebutuhan material. Model kebutuhan produksi ini dihubungkan dengan tabel data master produk, master material dan tabel data pesan material. Tabel data master produk digunakan untuk mengetahui persediaan produk jadi, bobot produk setiap sachet serta efisiensi proses. Tabel data master material digunakan untuk mengetahui persediaan material sedangkan tabel data pesan material digunakan untuk menyimpan data material yang belum dipesan jika terjadi kekurangan material untuk melaksanakan kegiatan produksi. Input dari model ini yaitu data nama produk dan jumlah pesanan. Jumlah produk yang akan diproduksi diketahui dengan mengurangi jumlah pesanan dengan persediaan produk jadi. Input model yaitu data jumlah persediaan produk jadi menggunakan masukan dari tabel master produk.adapun rumus perhitungan yang digunakan yaitu : 22

40 Total produksi = jumlah pesanan jumlah persediaan produk Selain itu masukan dari tabel data master produk juga digunakan untuk mengetahui kapasitas mesin yang dipakai dalam berproduksi sehingga didapatkan output berupa kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan hari kerja. Kebutuhan material dihitung berdasarkan jumlah produk yang diproduksi dibagi dengan besarnya nilai konversi masing-masing material. Informasi kebutuhan material ini berguna bagi bagian produksi dan bagian pembelian untuk menentukan jumlah material yang harus disediakan pada periode tiga bulan kedepan. Perhitungan yang digunakan yaitu : Satu dus produk kopi jahe susu berisi 120 sachet atau 12 renceng, untuk memproduksi satu dus produk kopi jahe susu memerlukan 12 hanger dan 1260 cm kemasan. Perhitungan kebutuhan material adalah sebagai berikut: Hanger : Jumlah produk diproduksi (Dus) 12 hanger (tiap dus) Kemasan : Jumlah produk diproduksi (Dus) 12,6 m / 1000 m Pada saat perhitungan kebutuhan material juga dilakukan pengecekan persediaan material. Informasi mengenai persediaan material menggunakan masukan dari tabel data master material. Jika saat pengecekan material terdapat kekurangan jumlah material maka dapat langsung dilakukan pemesanan dan data material yang belum dipesan akan masuk kedalam tabel data pesan material. Hasil perhitungan pada model kebutuhan produksi ini akan disimpan pada tabel data pesanan yang akan menjadi acuan dalam penyusunan jadwal produksi. Diagram alir deskriptif model kebutuhan produksi dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah ini. 23

41 Gambar 10. Diagram Alir Deskriptif Model Kebutuhan Produksi 7. Model Penjadwalan Model penjadwalan produksi digunakan untuk menghasilkan suatu jadwal produksi berdasarkan toleransi masa simpan produk. Model ini menekankan prioritas pengurutan pengerjaan pesanan yang akan dikerjakan terlebih dahulu adalah pesanan yang waktu toleransi masa simpannya lebih lama. Sebelum dilakukan penyusunan penjadwalan produksi, terlebih dahulu akan ditentukan jumlah lini produksi yang dibutuhkan. Penentuan jumlah lini produksi bertujuan untuk menyesuaikan total waktu pengerjaan pesanan dengan jumlah hari yang tersedia sehingga tidak terjadi kekurangan hari kerja. Selain berdasarkan toleransi masa simpan produk, penyusunan penjadwalan juga menggunakan teknik Longest Processing Time (LPT). Teknik LPT merupakan salah satu metode sequencing yang memproses terlebih dahulu produk yang memiliki waktu pemrosesan terpanjang. Teknik ini digunakan jika terdapat lebih dari satu produk yang memiliki waktu toleransi masa simpan yang sama dengan waktu pemrosesan yang 24

42 berbeda. Aturan LPT digunakan untuk meminimumkan waktu penyelesaian produk (make span) dan rata-rata waktu alir (flow time). Penjadwalan didapatkan setelah melakukan penentuan terhadap bulan dilakukannya produksi. Model menggunakan masukan dari model kebutuhan produksi yaitu data kebutuhan tenaga kerja dan waktu pengerjaan pesanan. Selain itu, model juga menggunakan masukan dari model master hari kerja yang berupa data jumlah hari kerja tersedia pada bulan produksi bersangkutan. Keluaran dari model ini berupa jadwal produksi yang dihubungkan dengan software Microsoft Excel 2007 yang berisi informasi mengenai jumlah hari kerja, jumlah tenaga kerja, jumlah lini produksi yang dibutuhkan serta urutan produk yang diproduksi. Diagram alir deskriptif model penjadwalan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Diagram Alir Deskriptif Model Penjadwalan 25

43 b. Struktur Basis Data Basis data adalah kumpulan dari struktur record atau data yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis (Fatansyah, 2004). Basis data pada model terdiri atas beberapa tabel. Tabel data berfungsi sebagai pemasukan, penghapusan, penyimpanan, pengolahan, pengorganisasian, pemanggilan, penyedia data serta sebagai masukan dalam model penjadwalan produksi. Tabel data dalam model program GSPS 1.0 menggunakan Microsoft Access 2007 untuk pengolahan tabel data. Manajemen tabel data pada program aplikasi GSPS 1.0 mempunyai fasilitas dalam memanipulasi data seperti input, ubah, simpan, hapus serta mencetak hasil penjadwalan. Model GSPS 1.0 disusun atas basis data dan basis model. Basis data yang digunakan dalam pengembangan program GSPS 1.0 terdiri atas tabeltabel data yaitu tabel data pesanan, tabel data master produk, tabel data produk masuk, tabel data produk keluar, tabel data master material, tabel data material masuk, tabel data pesan material,dan tabel data hari kerja. Dibawah ini merupakan diagram keterkaitan antar tabel (entity relationship diagram) dalam program GSPS 1.0. produk_masuk nomor_masuk jumlah_produk_masuk nama_produk_masuk master_produk tanggal_produk_masuk kode_produk jumlah_produk_masuk nama_ produk satuan persediaan_produk bobot jumlah_produk_keluar produk_keluar nomor_keluar nama_produk_keluar tanggal_produk_keluar jumlah_produk_keluar kapasitas_mesin_giling kapasitas_mesin_pencampuran kapasitas_mesin_pengemasan masa_berlaku nama_produk master_hari_kerja bulan tahun jumlah_hari_kerja bulan pesanan nomor_input nama_produk jumlah_pesanan stok_produk kebutuhan_produksi kebutuhan_tenaga_kerja kebutuhan_hari_kerja kebutuhan_material pesan_material nama_material kode_produksi nama_produk jenis_material jumlah_pesan_material jumlah_pesan_material kode_material master_material kode_material nama_produk jenis_material jumlah_material... jumlah_material_masuk material_masuk nomor_material_masuk nama_produk jenis_kemasan tanggal_material_masuk jumlah_material_masuk Gambar 12. Entity Relationship GSPS

44 Tabel data penyusun program dibagi menjadi dua yaitu tabel data master dan tabel data transaksi. Tabel data master terdiri atas tabel data master produk, tabel data master material, dan tabel data hari kerja. Untuk tabel data transaksi terdiri atas tabel data produk masuk, tabel data produk keluar, tabel data material masuk, tabel data pesanan, tabel data pesan material. Uraian tabel data adalah sebagai produk : 1. Tabel data produk masuk Tabel data produk masuk merupakan tabel data yang berisi informasi mengenai jumlah produk yang masuk kedalam gudang setelah selesai diproduksi. Selain itu, terdapat juga informasi mengenai tanggal produk masuk kedalam gudang. Tabel data ini bersifat dinamis sehingga pengguna dapat melakukan penambahan, perubahan dan pengurangan data. 2. Tabel data produk keluar Tabel data produk keluar merupakan tabel data yang berisi informasi mengenai jumlah produk yang keluar gudang untuk dikirim kepada distributor. Selain itu, terdapat juga informasi mengenai tanggal produk keluar gudang. Tabel data ini bersifat dinamis sehingga pengguna dapat melakukan penambahan, perubahan dan pengurangan data. 3. Tabel data master produk Tabel data master produk berisi informasi mengenai jenis produk yang terdapat pada PT.Gasandry serta informasi lain seperti bobot produk per sachet, kapasitas mesin yang digunakan, toleransi masa simpan produk serta jumlah persediaan produk. Informasi mengenai jumlah persediaan produk menggunakan masukan dari tabel data produk masuk dan tabel data produk keluar. Pada tabel data ini dapat dilakukan penambahan,pengurangan serta perubahan data. 4. Tabel data material masuk Tabel data material masuk merupakan tabel data yang berisi informasi mengenai jumlah material yang masuk kedalam gudang beserta 27

45 tanggal masuk material tersebut. Tabel data ini menjadi masukan dalam perhitungan jumlah persediaan material pada tabel data master material. Tabel data ini dirancang secara dinamis sehingga pengguna dapat melakukan kegiatan penambahan, pengurangan, serta perubahan data. 5. Tabel data master material Tabel data master material berisi informasi mengenai jumlah persediaan material yang ada digudang. Pada tabel data ini dapat dilakukan penambahan,pengurangan serta perubahan data. Tabel data ini akan menjadi masukan pada tabel data pesanan untuk membandingkan kebutuhan material untuk melakukan kegiatan produksi dengan persediaan material yang ada didalam gudang. 6. Tabel data pesan material Tabel data pesan material merupakan tabel data yang berisi informasi mengenai material yang belum dipesan. Tabel data ini berhubungan dengan pengecekan material dalam model kebutuhan produksi. 7. Tabel data pesanan Tabel data pesanan merupakan tabel data yang berhubungan dengan pesanan produk. Tabel data ini berisi informasi mengenai bulan pemesanan, nama produk, jumlah pesanan, jumlah produk diproduksi, kebutuhan material,kebutuhan tenaga kerja, dan kebutuhan hari kerja (waktu pengerjaan produk). Tabel data ini dirancang secara dinamis sehingga pengguna dapat melakukan kegiatan penambahan, pengurangan, serta perubahan data. 8. Tabel data hari kerja Tabel data hari kerja berisi informasi mengenai jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan tertentu. Tabel data ini berguna dalam penyusunan jadwal produksi dalam model penjadwalan. Tabel data ini dirancang secara dinamis sehingga pengguna dapat melakukan kegiatan penambahan, pengurangan, serta perubahan data. 28

46 c. Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog merupakan fasilitas yang dapat mengatur interaksi antar pengguna dengan program ketika menjalankan program. Interaksi ini dapat berupa keadaan ketika pengguna memberikan input kepada program, seperti menambah, mengurangi, atau memodifikasi input di tempat yang telah disediakan oleh program. Kondisi lainnya adalah ketika pengguna memerintahkan program untuk menjalankan fungsi tertentu, atau ketika pengguna memperoleh output yang ditampilkan oleh program dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pengguna, misalnya dalam bentuk tulisan, angka, satuan, tabel, gambar, dan lain-lain. 29

47 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. Proses Produksi Proses produksi merupakan rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya. Proses produksi di PT.Gasandry berdasarkan make to order yaitu tidak ada proses produksi yang dilakukan sebelum pesanan datang. Apabila pesanan datang barulah dibuat perencanaan sesuai dengan spesifikasi permintaan. Proses produksi pada PT.Gasandry termasuk ke dalam tipe intermittent atau kegiatan pengolahan yang terputus-putus, dimana bahan-bahan diolah melalui beberapa tahap tetapi tahap-tahap tersebut bukan merupakan suatu rangkaian yang terus menerus. Kapasitas produksi maksimal PT.Gasandry adalah 2000 dus/hari. Proses produksi di PT.Gasandry berlangsung setiap hari dengan menghasilkan berbagai jenis produk dengan jumlah sekitar ± 1200 dus/hari. Kegiatan produksi di PT.Gasandry dilakukan selama 6 hari kerja yakni Senin sampai Sabtu dengan 8 jam kerja dalam satu hari. PT.Gasandry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan dan mempunyai 6 jenis produk yang terdiri dari 5 jenis produk olahan kopi dan 1 jenis produk bukan olahan kopi. Setiap produk memiliki proses pengolahan yang berbeda-beda. Produk olahan kopi yang dihasilkan PT.Gasandry yaitu kopi jahe susu, kopi instan, kopi gula, kopi susu dan kopi moka. Sedangkan produk bukan kopi adalah gula jahe. Jenis produk yang diproduksi oleh PT. Gasandry dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan baku dari kelima jenis produk olahan kopi adalah kopi bubuk. Tahapan produksi kopi di PT. Gasandry secara garis besar meliputi pencampuran dan pengemasan, namun pada pengolahan kopi moka dan kopi susu terdapat tahap penggilingan. Hal ini dilakukan karena bubuk kopi yang diinginkan untuk kedua produk itu harus memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan bubuk kopi yang dibutuhkan untuk bahan baku produk kopi lain. Pada produk gula jahe hanya mengalami proses pengemasan dengan bahan

48 baku gula dan jahe. Adapun gambaran secara umum dari proses produksi kopi terdapat pada Gambar 13. Tabel 1. Jenis Produk pada PT.Gasandry No Jenis Produk 1 Kopi Jahe Susu Deskripsii Produk Produk minuman yang terdiri dari kopi. gula, jahe, kremer dan Gambar Produk 2 Kopi Instan Produk minuman yang terdiri dari kopi,gula dan kremer. 3 Kopi Moka Produk minuman yang terdiri dari kopi,gula kremer, susu dan coklat. 4 Kopi Susu Produk minuman yang terdiri dari susu. kopi,gula, kremer dan 5 Kopi Gula Produk minuman yang terdiri dari kopi dan gula. 6 Gula Jahe Produk minuman yang terdiri dari gula dan jahe. 31

49 Bahan Baku Penggilingan Penimbangan Pencampuran Pengemasan Produk Gambar 13. Proses produksi kopi Mesin yang digunakan pada proses produksi di perusahaan yaitu mesin penggilingan, mesin pencampuran,dan mesin pengemasan. Jumlah mesin yang tersedia bagi setiap produk dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Mesin yang Tersedia Untuk Setiap Produk No Produk Mesin Penggilingan Mesin Pencampuran Mesin Pengemasan Jumlah Mesin Kapasitas (kg/jam) Jumlah Mesin Kapasitas (kg/jam) Jumlah Mesin Kapasitas (kg/jam) 1 Kopi Jahe Susu Kopi Susu Kopi Moka Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Total Mesin penggilingan hanya dipakai oleh produk kopi susu dan kopi moka dengan 2 mesin masing-masing berkapasitas 120 kg/jam dan 2 mesin yang lain masing-masing berkapasitas 60 kg/jam. Kapasitas mesin penggilingan yang digunakan dalam proses produksi perusahaan yaitu 60 kg/jam atau 360 kg/hari 32

50 apabila diasumsikan jam kerja efektif adalah 6 jam per hari. Jika pada hari yang sama terdapat proses produksi kopi susu dan kopi moka maka proses penggilingan bubuk kopi untuk bahan baku produk kopi susu dan kopi moka dapat dilakukan pada mesin giling yang sama. Banyaknya kopi bubuk yang digiling merupakan jumlah total kopi bubuk yang dibutuhkan untuk memproduksi produk kopi susu dan kopi moka. Setelah bubuk kopi selesai digiling barulah dilakukan proses pemisahan bubuk kopi sesuai dengan kebutuhan masing-masing produk. Mesin pencampuran (mixing) berfungsi mendapatkan adonan kopi yang homogen. Jumlah mesin pencampuran yang tersedia untuk masing-masing produk berbeda-beda. Kopi jahe susu memiliki 3 mesin pencampuran yang kapasitas totalnya 1440 kg/jam dan kopi gula memiliki 2 mesin pencampuran dengan kapasitas totalnya 960 kg/jam. Sedangkan kopi susu, kopi moka, dan kopi instan masing-masing memiliki 1 mesin pencampuran dengan kapasitas 480 kg/jam. Setelah bahan baku mengalami proses pencampuran maka selanjutnya adalah proses pengemasan. Ruang pengemasan dibagi menjadi 2 yaitu ruang pengemasan 1 dan ruang pengemasan 2. Ruang pengemasan 1 merupakan ruang pengemasan untuk produk kopi jahe susu dan gula jahe, sedangkan ruang pengemasan 2 merupakan ruang pengemasan untuk produk kopi susu, kopi moka, kopi instan dan kopi gula. Pemisahan ruang ini didasarkan agar aroma jahe yang terdapat pada produk kopi jahe susu dan gula jahe tidak mencemari aroma kopi yang terdapat pada kopi susu, kopi moka, kopi instan maupun kopi gula. Jumlah mesin yang terdapat pada ruang pengemasan 1 adalah 6 mesin pengemasan yang terdiri dari 4 mesin untuk produk kopi jahe susu dan 2 mesin untuk produk gula jahe. Mesin pengemasan memiliki kapasitas 60 kg/jam atau 360 kg/hari. Pada ruang pengemasan 2, terdapat 10 mesin pengemasan yang digunakan untuk masing masing produk,jadi setiap 1 (satu) produk memiliki 2 mesin pengemasan yang berkapasitas 60 kg/jam. 33

51 b. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi di PT.Gasandry dilakukan oleh bagian produksi PT.Gasandry. Bagian produksi PT.Gasandry ini bertanggung jawab dalam melakukan perencanaan produksi sehingga permintaan konsumen dapat selalu terpenuhi. Perencanaan merupakan bagian penting dalam melakukan proses produksi, dimana penjadwalan termasuk didalamnya. Salah satu input untuk melakukan penjadwalan adalah data pesanan yang merupakan jumlah produk yang dipesan oleh distributor. Aliran informasi pesanan berawal dari permintaan konsumen melalui distributor pabrik yaitu PT. Sinar Gunung Sejati (SGS), yang merupakan perusahaan distributor di bawah PT.Gasandry. Permintaan konsumen berasal dari retail-retail dan distributor cabang yang selanjutnya masuk ke distributor utama. Distributor utama akan menginformasikan kepada divisi produksi dalam bentuk data pesanan. Data pesanan konsumen diberikan sekali dalam 3 bulan yang artinya terdapat empat periode pesanan dalam satu tahun. Data pesanan periode pertama merupakan data pesanan konsumen untuk tiga bulan pertama produksi. Batas waktu pemberian data pesanan ke divisi produksi adalah setiap tanggal 14 pada bulan terakhir periode yang bersangkutan. Hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan waktu penyerahan data pesanan yaitu agar terdapat tenggang waktu untuk menyiapkan bahan baku dan bahan kemasan yang dibutuhkan. Proses pengiriman pesanan dilakukan rutin pada setiap akhir bulan. Data pesanan PT. Gasandry untuk periode pertama yaitu untuk bulan Januari hingga Maret 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Pesanan PT.Gasandry Pada Bulan Januari-Maret 2010 Jenis Barang Januari 2010 (dus) Februari 2010 (dus) Maret 2010 (dus) Kopi Gula Kopi Susu Kopi Moka Kopi Jahe Susu Jahe Gula Instan Kopi Instan Total

52 Tahapan selanjutnya adalah proses penjadwalan produksi. Di perusahaan, proses penjadwalan produksi tidak dilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Hal ini menyebabkan tingginya waktu menganggur (idle time) dan banyaknya tenaga kerja yang mengganggur. Proses pemesanan sampai pengiriman produk jadi ke konsumen yang diterapkan di PT.Gasandry terdapat pada Gambar 14. c. Utilisasi Sumber Daya Gambar 14. Aliran Informasi Pesanan dan Perencanaan Produksi PT.Gasandry Sumber daya adalah berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk diolah guna membuat barang atau jasa yang lain, seperti sumberdaya mesin dan tenaga kerja. Penggunaan sumber daya produksi di PT.Gasandry selama ini belum optimal jika dilihat dari hasil perhitungan utilisasi sumber daya produksi dari bulan Januari-Maret Nilai utilisasi sumber daya sesuai dengan kondisi perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4. 35

53 Tabel 4. Utilisasi Sumber Daya Sesuai Dengan Kondisi Perusahaan Produk Utilisasi Mesin Mesin Penggilingan (%) Mesin Pencampuran (%) Mesin Pengemasan (%) Januari Februari Maret Januari Februari Maret Januari Februari Maret Utilisasi Tenaga Kerja (orang) Kopi Jahe Susu Kopi Moka Kopi Susu Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Rata-rata Pada tabel terlihat bahwa tenaga kerja di bagian produksi PT.Gasandry adalah 30 orang/hari. Penggunaan tenaga kerja tersebut dinilai kurang mempertimbangkan kesesuaian antara kebutuhan produksi dengan jumlah tenaga kerja yang seharusnya dipergunakan, sehingga ada beberapa tenaga kerja yang tidak memiliki tugas secara jelas pada saat jam kerja. Hal inilah yang menyebabkan banyak terciptanya waktu menganggur (idle) tenaga kerja selama kegiatan produksi berlangsung. Pada Tabel diatas juga dapat dilihat nilai utilisasi setiap mesin. Nilai utilisasi ini didapat dari perbandingan antara waktu sebenarnya (riil) pemakaian mesin dengan waktu pemakaian mesin menurut jadwal yang ada. Nilai utilisasi mesin penggilingan dari bulan Januari hingga Maret 2010 adalah 14 %, 8%, dan 8 %. Nilai utilisasi mesin pencampuran dari bulan Januari hingga Maret adalah 20,27 %, 34,86 %, dan 52,82 %. Sedangkan nilai utilisasi mesin pengemasan setiap bulannya adalah 14,33 %, 24,10 %, dan 35,58 %. Variasi nilai utilisasi mesin penggilingan dari Januari-Maret 2010 terjadi karena permintaan terhadap produk kopi susu dan kopi moka mengalami peningkatan. Proses penggilingan untuk kopi moka dan kopi susu dilakukan secara bersamaan, hal ini terjadi karena tidak terdapat perbedaan pada jenis kopi yang akan diolah menjadi kopi moka atau kopi susu. Hal ini menyebabkan mesin penggilingan yang digunakan tidak berbeda. Pada kondisi nyata, PT.Gasandry melakukan proses penggilingan kopi tidak pada hari yang sama dengan waktu proses produksi untuk kopi susu dan kopi moka. 36

54 Pada mesin pencampuran dan mesin pengemasan nilai utilisasi juga mengalami variasi nilai utilisasi. Perbedaaan nilai ini disebabkan karena adanya perbedaan permintaan terhadap masing-masing produk setiap bulannya sehingga jumlah waktu penggunaan mesin juga mengalami perbedaan. Masih rendahnya permintaan produk pada PT.Gasandry mengakibatkan tingkat penggunaan mesin (utilisasi) kecil, karena jumlah mesin yang tersedia lebih besar daripada kebutuhan produksi saat ini. B. PENYUSUNAN PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan produksi merupakan suatu unsur yang penting dalam perencanaan produksi pada suatu perusahaan. Penjadwalan produksi yang baik akan mengoptimalkan utilisasi sumber daya yang tersedia sehingga perusahaan dapat mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Penentuan teknik yang digunakan dalam penjadwalan produksi mempertimbangkan beberapa faktor yaitu volume produksi, keragaman produk, keadaan proses produksi, dan kompleksitas dari pekerjaan itu sendiri. Ketika melakukan penyusunan penjadwalan produksi di PT. Gasandry faktor yang utama yang harus diperhatikan adalah kapasitas mesin pengemasan. Proses pengemasan merupakan proses yang penting karena proses ini membutuhkan waktu yang lebih lama dari proses lainnya. Jumlah bahan yang akan diproduksi setiap harinya akan menyesuaikan kapasitas mesin pengemasan yang tersedia pada masing-masing produk. Permasalahan penjadwalan produksi yang dihadapi oleh PT. Gasandry adalah banyaknya waktu menganggur tenaga kerja sehingga dibutuhkan suatu teknik penjadwalan yang dapat mengefektifkan penggunaan tenaga kerja di PT.Gasandry. Penyusunan penjadwalan produksi di PT.Gasandry dimulai dengan penentuan lini produksi untuk menentukan berapa jumlah produk yang diproduksi dalam satu hari. Penentuan lini produksi bertujuan agar jumlah hari kerja yang dibutuhkan kurang atau sama dengan hari kerja yang tersedia. Artinya, penentuan lini produksi dilakukan untuk menghindari kekurangan hari kerja agar dapat memenuhi pesanan pada bulan tertentu. 37

55 Berdasarkan hasil yang didapat, lini produksi bulan Januari 2010 hingga Maret 2010 berbeda-beda. Pada bulan Januari dibutuhkan 2 lini produksi, bulan Februari membutuhkan 3 lini produksi sedangkan bulan Maret membutuhkan 5 lini produksi. Penentuan lini produksi ini dibuat berdasarkan data pesanan bulan Januari hingga Maret dan waktu pengerjaan masing-masing produk untuk memenuhi pesanan pada bulan tersebut. Kedua faktor tersebut menyebabkan kebutuhan lini produksi pada setiap bulan berbeda. Diagram alir penentuan kebutuhan lini produksi dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Diagram Alir Kebutuhan Lini Produksi Setelah lini produksi ditentukan maka akan dilakukan penyusunan jadwal produksi. Penyusunan jadwal produksi didasarkan pada toleransi masa simpan produk. Toleransi masa simpan produk adalah rentang waktu yang dimulai dari produk selesai diproduksi hingga batas produk dianjurkan baik untuk dikonsumsi. Waktu toleransi masa simpan produk berbeda-beda, yaitu kopi instan memiliki toleransi masa simpan 9 bulan, kopi jahe susu dan gula jahe memiliki toleransi 38

56 masa simpan 6 bulan, sedangkan kopi moka,kopi susu dan kopi gula memiliki toleransi masa simpan 5 bulan. Diagram alir penyusunan jadwal produksi dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Diagram Alir Penyusunan Jadwal Produksi Pengurutan produk yang diproduksi berdasarkan toleransi masa simpan produk, artinya produk yang waktu toleransi masa simpan lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. Tetapi jika terdapat dua produk yang memiliki waktu toleransi masa simpan sama maka pengurutan pengerjaan produk menggunakan teknik Longest Processing Time (LPT) dimana produk yang waktu pengerjaannya lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. Menurut Machfud (1999), aturan pengurutan dengan menggunakan teknik LPT yaitu sebagai berikut : 1. Urutkan semua produk menurut aturan Longest Processing Time (LPT), yaitu tempatkan produk yang mempunyai waktu proses terlama pada urutan pertama, dan produk dengan waktu proses terlama kedua pada urutan berikutnya, demikian seterusnya sampai dengan ke-n produk. 39

57 2. Sesuai dengan urutan daftar tersebut, satu persatu tempatkan produk tersebut pada mesin/operator/lini produksi yang sudah menyelesaikan tugas paling dini. C. KONFIGURASI MODEL Program aplikasi Gasandry Production Schedule 1.0 atau lebih singkatnya disebut GSPS 1.0 merupakan paket program komputer yang bertujuan untuk membantu proses penjadwalan produksi. Program GSPS 1.0 akan digunakan oleh bagian produksi dalam melakukan proses penjadwalan yang lebih detail dalam memproduksi kopi kemasan. GSPS 1.0 terdiri atas sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, dan sistem manajemen dialog. Model penjadwalan GSPS 1.0 ini tidak hanya berfungsi sebagai model penjadwalan tetapi juga berfungsi sebagai perencanaan produksi. Model ini memperhitungkan kapasitas mesin pengemasan sebagai faktor kritis dalam melakukan penjadwalan. Tampilan awal dari program GSPS 1.0 adalah splash screen yang kemudian diikuti dengan menu login. Menu login meminta pengguna untuk memasukkan nama dan kata kunci. Tampilan splash screen dan menu login dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18. Gambar 17. Tampilan Splash Screen 40

58 Gambar 18. Tampilan Menu Input User Halaman utama akan tampil setelah pengguna memasukkan kata kunci. Halaman utama terdiri dari lima menu utama yaitu menu file, menu data master, menu input data, menu output data dan menu about. Pada menu file terdapat menu password dan exit. Menu password berguna untuk mengetahui jumlah pengguna program sedangkan menu exit berfungsi untuk keluar dari program aplikasi ini. Pada menu password terdapat fasilitas penambahan, pengurangan, dan perubahan data, sehingga jika ada penambahan pengguna program dapat dilakukan pada menu ini dan begitu juga jika sebaliknya. Tampilan menu utama dan menu password dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20. Gambar 19. Tampilan Menu Utama 41

59 Gambar 20. Tampilan Menu Password 1. Menu Data Master Menu data master terdiri atas sub menu master produk, master material, dan master hari kerja. Menu data master menyediakan data dasar untuk keperluan pengolahan data selanjutnya. a. Master produk Menu master produk berisi informasi mengenai jenis produk yang diproduksi di PT.Gasandry, bobot per sachet setiap produk, efisiensi, kapasitas mesin yang digunakan untuk memproduksi setiap produk, dan toleransi masa simpan produk. Selain itu pada menu ini juga terdapat informasi mengenai jumlah persediaan produk jadi di gudang. Model produk masuk dan model produk keluar menjadi masukan untuk mengetahui jumlah persediaan produk jadi yang terdapat pada menu master produk ini. Output dari menu master produk ini merupakan masukan untuk menu kebutuhan produksi. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan atau pengubahan. Tampilan menu master produk terdapat pada Gambar

60 Gambar 21. Tampilan Menu Master Produk b. Menu Master Material Menu master material merupakan menu yang menyediakan informasi mengenai jenis material pada setiap produk dan jumlah persediaan material tersebut di gudang. Material yang dihitung adalah dus (karton), kemasan, dan hanger. Model material masuk menjadi input dalam perhitungan persediaan material pada menu ini. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan atau pengubahan. Output dari menu master material ini merupakan input untuk menu kebutuhan produksi. Setiap produk memiliki jenis kebutuhan material yang sama sehingga dibutuhkan kode pada material untuk membedakannya. Pada menu master material ini terdapat informasi mengenai kode material. Kode D menunjukkan material karton (dus), kode K untuk material kemasan plastik, dan kode H untuk material hanger. Kode material D1 berarti kode untuk material karton (dus) pada kopi jahe susu sedangkan D2 adalah kode material karton (dus) untuk kopi susu. Tampilan menu master produk terdapat pada Gambar

61 Gambar 22. Tampilan Menu Master Material c. Menu Master Hari Kerja Menu master hari kerja berisi informasi mengenai jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan tertentu. Output dari menu ini akan menjadi input untuk menu penjadwalan. Pada menu ini tersedia fasilitas penambahan, pengurangan dan perubahan data. Tampilan menu master produk terdapat pada Gambar 23. Gambar 23. Tampilan Menu Master Hari Kerja 44

62 2. Menu Input Data a. Menu Kebutuhan Produksi Menu kebutuhan produksi berguna untuk mengetahui kebutuhan hari kerja untuk memproduksi suatu produk, kebutuhan tenaga kerja serta kebutuhan material. Untuk menggunakan model ini diperlukan input data berupa bulan, nama produk, dan jumlah permintaan yang akan digunakan untuk memanggil data yang yang dibutuhkan. Data yang dipanggil adalah data stok produk sebelumnya, bobot per sachet, utilisasi, kapasitas mesin yang digunakan dan stok material. Kapasitas mesin yang dipanggil tergantung dari data jenis produk yang dimasukkan ke model, karena terdapat produk yang proses produksinya tidak menggunakan mesin penggilingan dan mesin pencampuran. Setelah memasukkan data mengenai bulan, nama produk, dan jumlah permintaan maka output model berupa data kebutuhan material, kebutuhan kopi yang digiling, waktu dan tenaga kerja penggilingan, waktu dan tenaga kerja pencampuran, waktu dan tenaga kerja pengemasan, kebutuhan hari kerja, kebutuhan tenaga kerja, total produksi per bulan, dan sisa produk akan otomatis terisi. Proses perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah jumlah dari kebutuhan tenaga kerja penggilingan, pencampuran, dan pengemasan. Kemudian proses perhitungan kebutuhan hari kerja merupakan nilai yang sama dengan kebutuhan hari kerja pada mesin pengemasan, karena mesin pengemasan merupakan faktor kritis penjadwalan produksi pada GSPS 1.0. Perhitungan total produksi per bulan merupakan perhitungan produksi yang sesuai dengan kapasitas mesin. Dibawah ini merupakan rumus perhitungan dari total produksi per bulan. kapasitas mesin pengemasan 1000 HK 120 Perhitungan stok produk merupakan selisih dari jumlah permintaan produk dengan total produksi per bulan. Menu kebutuhan produksi 45

63 menggunakan masukan dari tabel data master produk, master material dan pesan material. Masukan dari tabel data master produk berupa informasi mengenai jumlah persediaan produk jadi, utilisasi, bobot per sachet tiap produk, dan kapasitas mesin yang digunakan. Sedangkan masukan dari tabel data master material memberikan informasi mengenai jumlah persediaan material dalam gudang sehingga pada menu ini dapat dilakukan pengecekan terhadap kecukupan jumlah material yang dibutuhkan. Jika persediaan material tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi maka akan tampil informasi atau peringatan mengenai jenis material apa yang jumlahnya tidak mencukupi. Begitu juga halnya jika pengguna memasukkan data yang sebelumnya sudah dimasukkan maka akan terdapat peringatan yang memberitahu bahwa data sudah ada dalam database. Pengguna tidak dapat memasukkan data yang sudah ada. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan atau pengubahan. Ouput dari model kebutuhan produksi ini merupakan input untuk menu penjadwalan produksi. Tampilan menu kebutuhan produksi terdapat pada Gambar 24. Gambar 24. Tampilan Menu Kebutuhan Produksi 46

64 b. Menu Persediaan Produk Pada menu ini terdapat dua model yaitu yaitu model produk masuk gudang dan model produk keluar gudang. Model produk masuk gudang berguna untuk memasukkan data mengenai jumlah produk jadi yang masuk ke gudang setelah mengalami proses produksi. Input dari model produk masuk gudang adalah nama produk, tanggal masuk dan jumlah produk masuk. Tanggal masuk adalah tanggal saat produk masuk ke dalam gudang. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan, pengubahan dan mencetak data. Tampilan menu produk masuk gudang terdapat pada Gambar 25. Gambar 25. Tampilan Menu Produk Masuk Pada model produk keluar gudang berguna untuk memasukkan data mengenai jumlah produk jadi yang telah dikirim ke distributor. Input dari model produk keluar gudang adalah nama produk, tanggal keluar dan jumlah produk keluar. Tanggal keluar adalah tanggal saat produk dikirim ke distributor. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan, pengubahan, dan mencetak data. Model produk masuk dan produk keluar ini merupakan masukan bagi model master produk dalam menentukan jumlah persediaan produk jadi yang terdapat dalam gudang. Tampilan menu produk keluar gudang terdapat pada Gambar

65 Gambar 26. Tampilan Menu Produk Keluar c. Menu Input Material Pada menu ini terdapat dua model yaitu model material masuk dan model pesan material. Model material masuk merupakan model untuk memasukkan data mengenai jumlah material yang datang dan masuk ke gudang. Input dari menu ini adalah jenis produk, nama material, tanggal masuk dan jumlah material masuk. Output dari model ini menjadi masukan bagi model master material dalam menghitung jumlah persediaan material dalam gudang. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan, pengubahan, dan mencetak data. Tampilan menu material masuk terdapat pada Gambar 27. Gambar 27. Tampilan Menu Material Masuk 48

66 Model pesan material merupakan model yang berguna untuk menyimpan data material yang belum dipesan. Masukan dari model ini berasal dari model kebutuhan produksi. Jika material sudah dipesan maka data tidak akan tampil pada model pesan material. Tampilan menu pesan material terdapat pada Gambar 28. Gambar 28. Tampilan Menu Pesan Material 3. Menu Output Data Menu output data merupakan menu yang menggunakan masukan dari menu input data. Pada menu ini tidak terdapat proses pemasukkan dan pengurangan data, namun terdapat fasilitas pengubahan data. Menu ouput data terdiri dari menu penjadwalan. Tampilan menu penjadwalan terdapat pada Gambar 29. Gambar 29. Tampilan Menu Penjadwalan 49

67 Pada menu penjadwalan terdapat fasilitas untuk mengetahui kebutuhan produksi dan jadwal produksi. Ketika pengguna memilih tombol kebutuhan produksi maka akan muncul tabel yang berisi data kebutuhan produksi setiap bulan pada setiap produk yaitu terdiri dari nama produk,bobot per sachet, permintaan, stok produk bulan lalu, jumlah diproduksi dalam satuan dus dan kilogram, utilisasi, kebutuhan produksi per bulan, kebutuhan kopi yang digiling, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan hari kerja, kebutuhan material, dan total produksi per bulan. Output kebutuhan produksi ini menggunakan masukan dari tabel data pesanan pada model kebutuhan produksi. Hasil perhitungan berupa output kebutuhan produksi bulan Januari, Februari, dan Maret dapat dilihat pada Lampiran 7, 8, dan 9. Pada tombol jadwal tersedia informasi mengenai jadwal produksi. Jadwal produksi ini menggunakan masukan dari tabel data hari kerja untuk menyusun jadwal produksi. Proses yang terjadi ketika memilih tombol jadwal adalah proses perhitungan jumlah lini produksi, selanjutnya penyusunan jadwal serta perhitungan jumlah tenaga kerja. Jadwal disusun berdasarkan toleransi masa simpan produk. Hal ini berarti produk yang memiliki waktu toleransi masa simpan lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. 4. Menu Tentang Program Menu ini berisi informasi yang berhubungan dengan program aplikasi ini baik mengenai program dan informasi mengenai pembuat program. a. Tentang Pembuat Program Menu ini berisikan informasi mengenai data diri pembuat program, yang terdiri dari nama, alamat, nomor telepon, serta foto diri. Tampilan menu tentang pembuat program terdapat pada Gambar

68 Gambar 30. Tampilan Menu Tentang Pembuat Program b. Tentang Program Menu ini berisi informasi lisensi program aplikasi penjadwalan produksi, serta informasi mengenai versi dari program ini sendiri. Tampilan menu tentang pembuat program terdapat pada Gambar 31. Gambar 31. Tampilan Menu Tentang Program 51

69 D. ALIRAN PENJADWALAN GSPS 1.0 Gambar 32. Aliran penjadwalan dengan menggunakan program GSPS 1.0 terdapat pada Gambar 32. Diagram alir penjadwalan program GSPS 1.0 Penjadwalan produksi menggunakan program GSPS 1.0 dimulai dengan memasukkan nama produk yang dipesan, maka secara otomatis akan muncul informasi mengenai persediaan produk jadi dalam gudang dan persediaan material 52

70 dalam gudang. Informasi mengenai persediaan produk jadi dalam gudang merupakan masukan dari model master produk. Sedangkan informasi mengenai persediaan material didapatkan dari model master material. Tahapan selanjutnya, data permintaan produk dimasukkan kedalam program sehingga akan diketahui jumlah produk yang akan diproduksi dengan mempertimbangkan persediaan produk jadi yang ada dalam gudang. Saat jumlah produk yang diproduksi telah diketahui maka kebutuhan material pun diketahui dan akan dilakukan pengecekan material. Jika material yang ada tidak mencukupi jumlahnya, maka data mengenai material yang belum dipesan akan masuk kedalam model pesan material dan dapat dilakukan pemesanan. Pada model kebutuhan produksi juga akan diketahui jumlah tenaga kerja dan jumlah hari kerja yang dibutuhkan yang menjadi masukan dalam penyusunan penjadwalan produksi. Penjadwalan produksi dilakukan berdasarkan toleransi masa simpan produk. Sebelum dilakukan penyusunan jadwal produksi akan dilakukan penentuan jumlah lini produksi. Tujuan dari penentuan jumlah lini produksi agar jumlah hari kerja yang dibutuhkan tidak lebih besar dari jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan bersangkutan. Model master hari kerja dibutuhkan untuk menyesuaikan hari kerja setiap bulan dengan hari kerja yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi. E. VERIFIKASI PENJADWALAN PRODUKSI Verifikasi dimaksudkan untuk menguji program dengan melakukan pengaturan masukan dan melakukan pengecekan untuk melihat kesesuian dengan keluaran. Pengujian bertujuan untuk mengetahui kemampuan program dalam melakukan simulasi sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian tersebut dengan membandingkan hasil perhitungan dari sistem yang telah dibuat dengan hasil perhitungan menggunakan alat bantu lain (software). Program GSPS 1.0 diuji dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 untuk membandingkan hasilnya dengan keluaran dari GSPS 1.0. Algoritma yang digunakan untuk melakukan penyusunan penjadwalan produksi terdapat pada Lampiran 14. Salah satu masalah yang dihadapi pada kegiatan produksi PT. Gasandry adalah banyaknya penggunaan tenaga kerja yang menyebabkan banyaknya waktu 53

71 menganggur (idle time) pada lantai produksi. Selama ini pihak produksi dirasa kurang mempertimbangkan penggunaan tenaga kerja dalam melakukan kegiatan produksi. Kondisi tersebut mengakibatkan tenaga kerja tidak semuanya bekerja artinya terdapat idle time. Adanya permasalahan ini menyebabkan dibutuhkan suatu model penjadwalan yang dapat mengefektifkan penggunaan tenaga kerja sehingga jumlah waktu menganggur dapat dikurangi. Model GSPS 1.0 merupakan model penjadwalan yang dapat membantu pihak-pihak terkait untuk mengatasi permasalahan diatas. Model ini dapat melakukan perhitungan untuk kebutuhan jumlah hari kerja dan jumlah tenaga kerja yang menjadi masukan dalam penyusunan penjadwalan produksi. Model penjadwalan produksi merupakan suatu model yang bertujuan untuk mendapatkan suatu jadwal produksi dengan mempertimbangkan toleransi masa simpan produk. Jadwal produksi yang dihasilkan akan mengurutkan produk yang diproduksi sesuai waktu toleransi masa simpan. Produk yang toleransi masa simpannya lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. Tetapi sebelum dilakukan penyusunan jadwal produksi akan dilakukan penentuan kebutuhan lini produksi. Penentuan ini berguna agar tidak terjadi kekurangan jumlah hari kerja untuk memenuhi pesanan pada bulan bersangkutan. Data yang digunakan adalah data sales order pada periode pertama pemesanan yaitu bulan Januari-Maret 2010 dengan tingkat permintaan rata-rata per bulan adalah dus. Penjadwalan yang ada diasumsikan sebagai awal periode penjadwalan. Jumlah produk yang diproduksi per hari untuk setiap produk berbeda-beda. Hal ini tergantung dari kapasitas mesin pengemasan setiap produk. Kapasitas mesin pengemasan menjadi faktor kritis dalam kegiatan produksi yang membatasi jumlah produk yang dapat diproduksi setiap harinya, karena mesin pengemasan memiliki waktu proses yang lebih lama daripada mesin produksi lainnya. Adapun jumlah produk yang dipesan pada bulan Januari-Maret 2010 dan perhitungan kebutuhan tenaga kerja serta jumlah hari kerja yang dibutuhkan terdapat pada Lampiran 10, 11, dan 12. Proses produksi dilakukan dengan menggunakan kapasitas maksimal dari mesin pengemasan. Penggunaan kapasitas mesin pengemasan untuk produk kopi 54

72 jahe susu lebih besar daripada produk lainnya yaitu 1440 kg/hari dengan 4 orang tenaga kerja, sedangkan produk kopi lainnya hanya 720 kg/hari dengan 2 orang tenaga kerja. Hal ini disebabkan produk kopi jahe susu memiliki jumlah mesin pengemasan lebih banyak yaitu 4 unit sedangkan produk yang lainnya hanya 2 unit. Sedangkan penggunaan kapasitas mesin pencampuran untuk semua produk masing-masing adalah 2880 kg/hari dengan penggunaan tenaga kerja 1 orang setiap harinya. Begitu halnya dengan penggunaan mesin penggilingan yang membutuhkan 1 orang setiap harinya dengan kapasitas mesin yang digunakan adalah 360 kg/hari. Jumlah hari kerja yang dibutuhkan merupakan hasil pembagian dari kebutuhan produksi per bulan dengan kapasitas mesin pengemasan yang digunakan. Pada periode pertama pemesanan, kopi jahe susu memiliki total hari kerja yang paling banyak. Hal ini dikarenakan jumlah pesanan kopi jahe susu lebih besar dari produk lainnya. Selanjutnya, setelah jumlah hari kerja dan tenaga kerja diketahui maka akan dilakukan penetapan jumlah lini. Jumlah lini yang didapatkan dari perhitungan berbeda-beda pada rentang bulan Januari hingga Maret Pada bulan Januari membutuhkan 2 lini, bulan Februari membutuhkan 3 lini, dan bulan Maret membutuhkan 5 lini. Variasi kebutuhan jumlah lini disebabkan karena variasi jenis produk yang dipesan dan jumlah permintaan yang berbeda setiap bulannya. Adapun asumsi yang digunakan dalam penentuan jumlah lini yaitu : 1. Membandingkan total hari kerja yang dibutuhkan dengan jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan bersangkutan. 2. Jika hari kerja yang tersedia lebih sedikit daripada hari kerja yang dibutuhkan maka akan dilakukan penambahan lini produksi. 3. Jika dengan jumlah lini produksi yang sebelumnya hari kerja yang dibutuhkan masih lebih besar daripada hari kerja yang tersedia maka akan dilakukan penambahan lini produksi. Jumlah lini yang dapat digunakan pada model penjadwalan ini adalah maksimal 6 lini produksi. Hal ini disebabkan karena jenis produk yang diproduksi pada perusahaan adalah 6 produk. Jika permintaan pada bulan Januari mencapai dus, dengan permintaan kopi jahe susu sebesar dus, kopi susu 5500 dus, kopi instan 7000 dus, kopi moka 5600 dus, kopi gula 6200 dus, dan gula jahe 55

73 7000 dus maka jumlah lini yang dibutuhkan mencapai 6 lini produksi karena waktu pengerjaan masing-masing produk membutuhkan waktu yang lebih lama. Hasil penjadwalan pada bulan Januari jika permintaan mencapai dus terdapat pada Gambar 33. Dari hasil penjadwalan juga dapat dilihat jumlah kebutuhan tenaga kerja maksimal 21 orang dan minimal 7 orang. Januari Lini 1 Lini 2 Lini 3 Lini 4 Lini 5 Lini Kopi Kopi Gula Kopi Jahe 12 Kopi Kopi Instan Jahe Susu Susu Gula Moka 13 (3 (2 (4 (5 (3 (4 14 Orang) Orang) Orang) Orang) Orang) Orang) Tenaga Kerja orang 25 7 orang Gambar 33. Hasil Penjadwalan Pada Bulan Januari Jika Permintaan Mencapai Dus Setelah mendapatkan jumlah lini maka akan dilakukan penyusunan jadwal produksi. Penyusunan jadwal produksi didasarkan pada toleransi masa simpan produk. Toleransi masa simpan produk merupakan rentang waktu yang berawal dari produk selesai diproduksi hingga produk dianjurkan baik untuk dikonsumsi. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan jadwal produksi adalah : 56

74 1. Produk yang waktu toleransi masa simpannya lebih lama akan diproduksi terlebih dahulu. 2. Jika terdapat sejumlah produk yang waktu toleransi masa simpannya sama maka produk yang waktu pengerjaannya paling lama akan diproduksi terlebih dahulu. 3. Jika masih terdapat sisa hari kerja pada bulan A maka produksi untuk bulan selanjutnya (bulan B) akan dimulai tepat setelah produksi bulan A selesai. Sehingga total hari kerja untuk produksi bulan B merupakan sisa hari kerja bulan A ditambah jumlah hari kerja yang tersedia pada bulan B. Hasil penjadwalan pada bulan Januari, Februari dan Maret 2010 terdapat pada Gambar 34, 35, dan 36. Januari Lini 1 Lini 2 Tenaga Kerja 1 Kopi 2 instan(3 orang) 8 orang Gula 6 Jahe(2 7 orang) Kopi Jahe Susu (5 orang) 7 orang Kopi 16 Susu (4 17 orang) 18 9 orang 19 Kopi Gula(3 orang) 7 orang 22 7 orang Kopi Kopi instan(3 Jahe (5 orang) 23 orang) Gambar 34. Hasil Penjadwalan Pada Bulan Januari

75 Februari Lini 1 Lini 2 Lini Gula 7 Jahe(2 Kopi 8 orang) Kopi Susu (4 9 Jahe orang) 10 Susu(5 11 orang) 12 Tenaga Kerja 10 orang orang orang 16 Kopi Kopi Moka (4 Gula(3 orang) 19 orang) 12 orang 20 Kopi 11 orang 21 Instan Kopi (3 Jahe orang orang) Susu (5 23 orang) Gambar 35. Hasil Penjadwalan Pada Bulan Februari

76 Maret Lini 1 Lini 2 Lini 3 Lini 4 Lini 5 Tenaga Kerja 1 Gula Kopi 2 Jahe(2 instan(3 orang) orang) orang 6 Kopi Moka (4 orang) Kopi Susu (4 orang) Kopi Jahe Susu(5 orang) Kopi Gula(3 orang) orang orang orang orang Gambar 36. Hasil Penjadwalan Bulan Maret 2010 Pada Gambar 34 terlihat bahwa terdapat 25 hari kerja pada bulan Januari yang terdiri dari 2 lini produksi. Hasil penjadwalan bulan Januari menunjukkan pada lini satu digunakan untuk memproduksi produk kopi instan, gula jahe, dan kopi susu. Sedangkan pada lini dua untuk memproduksi kopi gula jahe dan kopi gula. Produk yang diproduksi lebih dahulu pada lini 1 adalah kopi instan pada hari pertama dan kedua pada bulan Januari karena waktu toleransi masa simpan produk tersebut paling lama yaitu 9 bulan, selanjutnya ketika proses produksi untuk kopi 59

77 instan selesai maka akan dilakukan proses produksi untuk produk gula jahe pada hari ke-3 hingga hari ke-9 yang dilanjutkan dengan produksi kopi susu hingga hari ke-22. Pada lini 2, jenis produk yang diproduksi adalah kopi jahe susu dan kopi gula. Kopi jahe susu diproduksi pada hari pertama hingga hari ke-18 pada bulan Januari lalu dilanjutkan dengan memproduksi kopi gula hingga hari ke-21. Pada Gambar 33 juga dapat dilihat penggunaan tenaga kerja pada bulan Januari yaitu 7 sampai 9 orang. Jumlah penggunaan tenaga kerja untuk kopi instan adalah 3 orang, gula jahe adalah 2 orang, kopi susu 4 orang, kopi jahe susu 5 orang, dan kopi gula 3 orang. Jumlah penggunaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh jumlah mesin yang digunakan. Waktu total yang dibutuhkan untuk produksi bulan Januari adalah 22 hari pada lini satu dan 21 hari pada lini dua. Pada bulan Januari terdapat sisa hari kerja yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi pada bulan Februari. Hasil penjadwalan pada bulan Februari dimulai tepat ketika proses produksi bulan Januari selesai. Pada bulan Februari terdapat penambahan satu lini produksi dibandingkan bulan sebelumnya sehingga total lini produksi yang dibutuhkan adalah tiga lini produksi. Produksi kopi jahe susu untuk bulan Februari dimulai pada hari ke-23 bulan Januari dan dilanjutkan pada lini satu bulan Februari hingga hari ke-22. Produksi kopi instan bulan Februari juga dimulai pada hari ke-22 bulan Januari dan dilanjutkan hingga hari pertama bulan Februari yang dilakukan pada lini 2. Setelah kopi instan selesai diproduksi maka akan dilakukan produksi untuk kopi susu hingga hari ke-15 dan selanjutnya produksi kopi moka hingga hari ke-19. Pada lini tiga diproduksi produk gula jahe yang dimulai pada hari ke-1 hingga hari ke-13 bulan Februari. Setelah itu akan dilanjutkan memproduksi kopi gula hingga hari ke-20. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang digunakan untuk memenuhi pesanan bulan Februari adalah 10 sampai 12 orang. Sisa kerja yang terdapat pada bulan Februari digunakan untuk melakukan kegiatan produksi bulan Maret. Pada bulan Maret memiliki 26 hari kerja membutuhkan 5 lini produksi untuk memenuhi pesanan pada bulan tersebut. Produksi kopi instan pada bulan Maret dimulai saat produksi bulan Februari selesai, yaitu pada hari ke-20 bulan Februari. Begitu juga dengan produksi kopi jahe susu dan gula jahe yang 60

78 produksinya dimulai pada hari ke-21 dan 23 pada bulan Februari. Produk gula jahe diproduksi pada lini 1 yang dimulai dari hari ke-23 bulan Februari hingga hari ke-15 bulan Maret, kopi instan pada lini 2 yang dimulai dari hari ke-22 bulan Februari hingga hari ke-5 bulan Maret, kopi jahe susu pada lini 3 yang dimulai dari hari ke-21 bulan Februari hingga hari ke-19 bulan Maret, kopi gula pada lini 4 yang dimulai dari hari ke-1 bulan Maret hingga hari ke-24 bulan Maret, dan kopi susu pada lini 5 yang dimulai dari hari ke-1 bulan Maret hingga hari ke-16 bulan Maret. Sedangkan kopi moka akan diproduksi pada lini 2 setelah kopi instan selesai diproduksi yaitu pada hari ke-6 hingga hari ke-19 bulan Maret. Jumlah penggunaan tenaga kerja yang digunakan untuk memenuhi pesanan bulan Maret adalah 3 sampai 18 orang. Berdasarkan hasil penjadwalan dengan mempertimbangkan toleransi masa simpan produk dapat dilihat bahwa tidak ada produk yang mengalami keterlambatan pengiriman. Artinya, semua pesanan dari pihak distributor dapat dikirim tepat waktu yaitu setiap akhir bulan. F. UTILISASI SUMBER DAYA HASIL PENJADWALAN Pada sub bab sebelumnya dapat dilihat bahwa dengan rata-rata tingkat permintaan penggunaan maksimal tenaga kerja bulan Januari sebanyak 9 orang, pada bulan Februari sebanyak 13 orang, dan pada bulan Maret sebanyak 18 orang. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dengan tingkat permintaan per bulan dus maka jumlah penggunaan tenaga kerja adalah maksimal 18 orang/hari. Hal ini menunjukkan bahwa penjadwalan yang telah dibuat dapat lebih mengefektifkan jumlah tenaga kerja dari yang sebelumnya menggunakan 30 orang menjadi 18 orang, sehingga waktu mengganggur tenaga kerja dapat dikurangi. Penjadwalan produksi yang dibuat juga memberi pengaruh terhadap pemakaian mesin produksi. Nilai utilisasi mesin hasil penjadwalan dapat dilihat pada tabel 5. 61

79 Produk Tabel 5. Utilisasi Mesin Hasil Penjadwalan Utilisasi Mesin Mesin Penggilingan (%) Mesin Pencampuran (%) Mesin Pengemasan (%) Januari Februari Maret Januari Februari Maret Januari Februari Maret Kopi Jahe Susu Kopi Moka Kopi Susu Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Rata-rata Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata utilisasi mesin penggilingan pada bulan Januari hingga Maret adalah 1,70 %, 5,10 %, dan 7,50 %. Sedangkan rata-rata utilisasi mesin penggilingan sebelum dilakukan penjadwalan pada bulan yang sama adalah 14 %, 8%, dan 8 %. Pada penjadwalan berdasarkan toleransi masa simpan produk, proses penggilingan kopi dilakukan pada hari yang sama ketika produk kopi moka atau kopi susu akan diproduksi. Hal ini berbeda dengan kondisi nyata diperusahaan dimana penggilingan kopi tidak dilakukan pada hari yang sama dengan waktu produksi kopi susu atau moka. Kapasitas mesin penggilingan untuk produksi kopi susu dan kopi moka yang digunakan pada proses penjadwalan masing-masing adalah 360 kg/hari dengan waktu penggilingan 16 menit/hari. Nilai utilisasi mesin penggilingan hasil penjadwalan lebih kecil hasilnya dengan utilisasi mesin sebelum dilakukan penjadwalan karena waktu pemakaian mesin sebelum dilakukan penjadwalan lebih besar. Nilai utilisasi mesin pencampuran juga dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai utilisasi mesin pencampuran pada bulan Januari hingga Maret adalah 5,60 %, 9,38 %, dan 12,63%. Sedangkan nilai utilisasi sebelum dilakukan penjadwalan adalah 20,27 %, 34,86 %, dan 52,82 %. Nilai utilisasi mesin pencampuran hasil penjadwalan lebih kecil sebelum dilakukan penjadwalan karena waktu pemakaian mesin pencampuran hasil penjadwalan juga lebih kecil dibandingkan sebelum dilakukan penjadwalan. Berdasarkan jadwal yang dibuat waktu pemakaian mesin pencampuran adalah 30 menit/hari untuk produksi kopi jahe susu dan 15 menit/hari untuk produksi kopi yang lainnya. 62

80 Nilai utilisasi mesin pengemasan pada bulan Januari hingga Maret adalah 11,33 %, 20,11 %, dan 28,55 %. Sedangkan utilisasi sebelum dilakukan penjadwalan lebih tinggi yaitu 14,33 %, 24,10 %, dan 35,58 %. Hal yang menyebabkan nilai utilisasi mesin pengemasan hasil penjadwalan lebih kecil adalah waktu pemakaian mesin pengemasan hasil penjadwalan lebih kecil daripada sebelum penjadwalan. Jika dibandingkan dengan utilisasi mesin sebelum dilakukan penjadwalan maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penggunaan mesin hasil penjadwalan lebih kecil daripada penggunaan mesin sebelum dilakukan penjadwalan. Dengan menggunakan mesin dengan nilai utilisasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan pemakaian mesin dan juga tenaga kerja. 63

81 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN PT.Gasandry memproduksi 6 jenis produk yang terdiri dari kopi jahe susu, kopi susu, kopi moka, kopi instan, kopi gula, dan gula jahe. PT.Gasandry berproduksi sesuai pesanan (make to order). Banyaknya waktu menganggur (idle time) pada lantai produksi PT. Gasandry disebabkan karena permintaan konsumen masih rendah sedangkan sumberdaya produksi yang dimiliki perusahaan tinggi. Hal inilah yang menjadi salah satu masalah penjadwalan produksi pada PT.Gasandry. Penjadwalan produksi di PT.Gasandry dipengaruhi oleh variasi jenis produk yang diproduksi, jumlah permintaan setiap produk, waktu produksi, toleransi masa simpan, dan kapasitas mesin pengemasan. Kapasitas mesin pengemasan merupakan faktor kritis dalam penyusunan penjadwalan produksi di PT.Gasandry. Model yang dikembangkan dalam proses penjadwalan produksi di PT.Gasandry bernama GSPS 1.0 (Gasandry Production Schedule ). Program yang dikembangkan bersifat fleksibel dalam penentuan penjadwalan produksi yang sesuai dengan target produksi yang mengacu pada permintaan terhadap produk. Program GSPS 1.0 terdiri dari beberapa model yaitu model master produk, master material, master hari kerja, kebutuhan produksi, produk masuk dan keluar gudang, material masuk, pesan material serta model penjadwalan. Model master produk, master material dan pesan material merupakan masukan untuk model kebutuhan produksi. Pada model kebutuhan produksi terdapat perhitungan mengenai total kebutuhan material, total kebutuhan hari kerja dan tenaga kerja. Output dari model kebutuhan produksi berupa total kebutuhan tenaga kerja dan hari kerja inilah yang menjadi masukan dalam model penjadwalan. Selain itu, pada model kebutuhan produksi juga terdapat proses pengecekan material yang menjadi masukan untuk model pesan material. Model GSPS 1.0 mampu menghasilkan penjadwalan produksi yang dapat meminimumkan waktu menganggur dengan penggunaan tenaga kerja yang lebih efektif dengan mempertimbangkan toleransi masa simpan produk. Dari hasil

82 penjadwalan yang dibuat, pada kondisi tingkat permintaan rata-rata per bulan dus maka jumlah penggunaan tenaga kerja adalah maksimal 18 orang/hari. Nilai utilitas awal sebelum dilakukan penjadwalan untuk mesin penggilingan, pencampuran, dan pengemasan dari bulan Januari sampai Maret 2010 adalah 14 %, 8 %,dan 8 % untuk mesin penggilingan, 20,27%, 34,86 %, dan 52,82 % untuk mesin pencampuran, dan 14,33 %, 24,10 %, dan 35,58 % untuk mesin pengemasan. Hasil utilitas setelah penjadwalan untuk mesin penggilingan, pencampuran, dan pengemasan adalah 1,70 %, 5,10 %, 7,50 % untuk mesin penggilingan, 5,60 %, 9,38 %, 12,63% untuk mesin pencampuran, dan 11,33 %, 20,11 %, 28,55 % untuk mesin pengemasan. Nilai utilitas mesin hasil penjadwalan lebih kecil hasilnya dibandingkan utilitas mesin sebelum dilakukan penjadwalan karena waktu pemakaian mesin sebelum dilakukan penjadwalan lebih besar. B.SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan hal-hal sebagai berikut : a. Menghitung efektifitas model penjadwalan dengan melakukan analisis biaya. b. Mempertimbangkan faktor terjadinya kerusakan mesin dan keterlambatan kedatangan material. c. Mempertimbangkan kondisi jika permintaan terhadap produk lebih besar dari kapasitas produksi perusahaan. 2. Model ini akan baik diimplementasikan apabila diintegrasikan dengan model pengendalian persediaan (inventory control). 3. Perusahaan dapat melakukan pengaturan jadwal kerja tenaga kerja agar setiap tenaga kerja memiliki tugas yang lebih jelas sehingga idle time dapat dikurangi. 4. Perusahaan dapat melakukan upaya peningkatan permintaan atau mengurangi jumlah mesin yang tersedia di perusahaan untuk meningkatkan utilisasi mesin. 65

83 DAFTAR PUSTAKA Eriyatno Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. Bogor. Fatansyah Basis Data. Penerbit Informatika. Bandung. Heizer, J dan B.Render Operation Management. Edisi Ketujuh. Prentice Hall. New Jersey. Herjanto, E Manajemen Produksi dan Operasi. Grasindo. Jakarta. Machfud Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Diktat. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Morton TE, Pentico DW Heuristic Scheduling System. John Wiley & Sons. New York. Moskowitz dan Wright Operations Research Techniques Management. Prentice Hall Inc. New Jersey. Pardede, P.M Manajemen Operasi dan Produksi. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Russell, R dan B. Taylor Production and Operations Management. Focusing on Quality and Competitiveness. Prentice Hall Intl. New Jersey. Simatupang Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. UI-Press, Jakarta. Sugiyono, Andre Pengantar Inteligensia Buatan-Heuristic Searching. Online (20 Mei 2010). Didalam http ://andresugiyono.edublogs.org Sumayang, Lalu. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Thierauf,R. J dan R. C. Klekamp Decision Making Through Operation Research. Second Edition. Jhon Willey and Son. New York. 66

84

85 Lampiran 1. Proses Produksi Kopi Jahe Susu 68

86 Lampiran 2. Proses Produksi Kopi Susu 69

87 Lampiran 3. Proses Produksi Kopi Moka 70

88 Lampiran 4. Proses Produksi Kopi Instan 71

89 Lampiran 5. Proses Produksi Kopi Gula 72

90 Lampiran 6. Proses Produksi Gula Jahe 73

91 Lampiran 7. Ouput Model Penjadwalan Bulan Januari Bulan Janu -ari (25) Produk Kopi Jahe Susu Kopi Susu Kopi Moka Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Bobot/ Sachet Permintaan (dus) Stok Produk Bulan Lalu Jumlah Diproduksi (Dus) Jumlah Diproduksi (kg) Efisiensi (%) Kebutuhan Produksi/bulan (kg) Kebutuhan Kopi Yang Digiling (kg) Kebutuhan Tenaga Kerja Total Tenaga Kerja Total Hari Kerja Total Produksi (Dus) Sisa Produk Jadi Kebutuhan Material Dus Penggilingan Pencampuran Pengemasan Kemasan Hanger

92 Lampiran 8. Ouput Model Penjadwalan Bulan Februari Bulan Febru -ari (23) Produk Bobot/ Sachet Permintaan (dus) Stok Produk Bulan Lalu Jumlah Diproduksi (Dus) Jumlah Diproduksi (kg) Efisiensi (%) Kebutuhan Produksi/ bulan (kg) Kebutuhan Kopi Yang Digiling (kg) Kebutuhan Tenaga Kerja Total Tenaga Kerja Total Hari Kerja Total Produksi (Dus) Sisa Produk Jadi Dus Kebutuhan Material Kopi Jahe Susu Kopi Susu Kopi Moka Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Penggilingan Pencampuran Pengemasan Kemasan Hanger

93 Lampiran 9. Ouput Model Penjadwalan Bulan Maret Bulan Maret (26) Produk Bobot/ Sachet Permintaan (dus) Stok Produk Bulan Lalu Jumlah Diproduksi (Dus) Jumlah Diproduksi (kg) Efisie nsi (%) Kebutuh an Produksi/ bulan (kg) Kebutuhan Kopi Yang Digiling (kg) Kebutuhan Tenaga Kerja Total Tenaga Kerja Total Hari Kerja Total Produksi (Dus) Sisa Produk Jadi Kebutuhan Material Kopi Jahe Susu Kopi Susu Kopi Moka Kopi Instan Kopi Gula Gula Jahe Dus Penggilingan Pencampuran Pengemasan Kemasan Hanger

94 Lampiran 10. Perhitungan Kebutuhan Produksi Bulan Januari 2010 Bulan Janua -ri (25 HK) N o Produk Bobot /Sct Permintaan/bulan Dus Kg Efisiensi (%) Kebutuhan Produksi/ bulan (kg) Penggilingan (kg/hari) Kapasitas Pencampu -ran (kg/hari) Pengemasan (kg/hari) Kopi Yang Digiling/ Hari (kg) Jumlah Hari Kerja (hari) Tenaga Kerja Pengemasasn (orang) Waktu Pencampuran/ Hari Waktu Giling/Hari 1 Kopi Jahe orghari Susu orgharhari org Kopi Susu Kopi Moka Kopi orghari Instan orghari Kopi Gula Gula Jahe Total TK (orang) Total HK (hari)

95 Lampiran 11. Perhitungan Kebutuhan Produksi Bulan Februari 2010 Bulan N o Produk Bobot /Sct Permintaan/bulan Dus Kg Efisiensi (%) Kebutuhan Produksi/ bulan (kg) Penggilingan (kg/) Kapasitas Pencampu -ran (kg/) Pengemasan (kg/) Kopi Yang Digiling/ Hari (kg) Jumlah Hari Kerja (hari) Tenaga Kerja Pengemasasn (orang) Waktu Pencampuran/ Hari waktu Giling/Hari Total TK (orang) Total HK (hari) Febru -ari (23 HK) 1 Kopi Jahe orghari Susu Kopi Susu orgharhari org Kopi Moka orgharhari org Kopi Instan orghari Kopi Gula orghari Gula Jahe

96 Lampiran 12. Perhitungan Kebutuhan Produksi Bulan Maret 2010 Bulan N o Produk Bobot /Sct Permintaan/bulan Dus Kg Efisiensi (%) Kebutuhan Produksi/ bulan (kg) Waktu Pencampuran/hari Penggilingan (kg/) Kapasitas Pencampu -ran (kg/) Pengemasan (kg/) Kopi Yang Digiling/ Hari (kg) Jumlah Hari Kerja (hari) Tenaga Kerja Pengemasasn (orang) Waktu Giling/hari Total TK (orang) Total HK (hari) Maret (26 HK) 1 Kopi Jahe orghari Susu orgharhari org Kopi Susu orgharhari org Kopi Moka orghari Kopi Instan orghari Kopi Gula Gula Jahe

97 Lampiran 13. Petunjuk penggunaan program 1. Untuk memulai program, akan ditampilkan splash screen terlebih dahulu, kemudian muncul menu login yang meminta pengguna (user) memasukkan nama pengguna (user name) dan password. Tampilan menu splash screen dapat dilihat pada Gambar 1 dan tampilan menu login dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Tampilan awal program GSPS 1.0 Gambar 2. Tampilan login program GSPS 1.0 Pada tampilan menu login, masukkan nama pengguna dan password. Kemudian klik login untuk masuk kedalam program atau exit untuk keluar program. 2. Setelah memasukkan nama pengguna dan password, akan tampil halaman utama program. Halaman utama program terdapat pada Gambar 3. 80

98 Gambar 3. Tampilan halaman utama program GSPS 1.0 Pada halaman pertama terdapat lima pilihan yaitu file, data master, input data, output data, dan about. Pada pilihan file terdapat menu password dan exit. Menu password berguna untuk mengetahui jumlah pengguna program dan untuk melakukan penambahan,pengurangan atau perubahan data pengguna program. Sedangkan menu exit berfungsi untuk keluar dari program aplikasi ini. Tampilan menu password terdapat pada Gambar 4. Gambar 4. Tampilan menu password program GSPS 1.0 Pilihan data master terdiri dari menu master produk, master material, dan master hari kerja. Input data terdiri dari menu kebutuhan produksi, menu persediaan produk, dan menu input material. Pada menu output data terdapat menu penjadwalan. About terdiri dari menu tentang pembuat program dan menu tentang program. 81

99 3. Jika ingin mengetahui persediaan akhir produk jadi, pengguna dapat memilih menu master produk pada pilihan data master yang berada pada halaman muka. Tampilan menu master produk terdapat pada Gambar 5. Gambar 5. Tampilan menu master produk program GSPS 1.0 Selain itu pada menu master produk, pengguna dapat melakukan penambahan,pengurangan ataupun perubahan data. 4. Jika ingin mengetahui persediaan akhir material, pengguna dapat memilih menu master material pada pilihan data master yang berada pada halaman muka. Tampilan menu master material terdapat pada Gambar 6. Gambar 6. Tampilan menu master material program GSPS Menu master hari kerja yang terdapat pada pilihan data master berfungsi untuk menginputkan data berupa jumlah hari kerja aktif pada bulan tertentu. Pengguna dapat memilih tombol Tambah setelah masuk ke menu master hari kerja, lalu 82

100 inputkan data berupa bulan, tahun dan jumlah hari kerja. Setelah data diinputkan tekan tombol Simpan. Tampilan menu master hari kerja terdapat pada Gambar 7. Gambar 7. Tampilan menu master hari kerja program GSPS Untuk memasukkan pesanan dan mengetahui jumlah yang dapat diproduksi maka pilih menu kebutuhan produksi yang terdapat pada input data. Setelah masuk kedalam menu kebutuhan produksi, maka tekan tomol Tambah lalu masukkan bulan, nama produk, dan jumlah permintaan/pesanan. Tampilan menu kebutuhan produksi terdapat pada Gambar 8. Gambar 8. Tampilan menu kebutuhan produksi program GSPS

IV. PEMODELAN SISTEM B. KONFIGURASI MODEL

IV. PEMODELAN SISTEM B. KONFIGURASI MODEL IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Setiap perusahaan memiliki tujuan akhir untuk mencapai keuntungan maksimum. Beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan keuntungan diantaranya penjualan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan dan penetepan penggunaan sumber daya dalam rangka melaksanakan semua aktivitas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. Proses Produksi Proses produksi merupakan rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin.

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin. IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan antar perusahaan pada era sekarang tidak lagi terbatas secara lokal tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR

PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR Oleh DIAN PANCA PERMATA SARI F34101097 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Dian Panca Permata Sari. F34101097. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRACT Competition in the manufacturing companies continue to increase along times. Every company always tries to produce a quality product and match with consumer desire. Especially companies based

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Efficiency, Productivity, Line Balancing, Idle Time. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Efficiency, Productivity, Line Balancing, Idle Time. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT In this era of globalization, competition in industry become tighter. The company is required to have good productivity. In order to achieve maximum productivity and efficiency, then one aspect

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha v ABSTRACT Competition in the manufacturing companies continue to increase along times. Every company always tries to produce a quality product and match with consumer desire. Especially companies based

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016 ISSN X

JSIKA Vol. 5, No. 11, Tahun 2016 ISSN X RANCANG BANGUN APLIKASI PERENCANAAN PRODUKSI KEBUTUHAN BAHAN BAKU PADA CV. MITRA TECHNO SAINS BERBASIS WEB Kentdra Handyono 1) Sri Hariani Eko Wulandari 2) Rudi Santoso 3) S1 / Jurusan Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Manajemen rantai pasok merupakan salah satu alat bersaing di industri, mulai dari pasokan bahan baku, bahan tambahan, kemasan, pasokan produk akhir ke tangan konsumen

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. si produksi merupakan bagian terpenting dalam sebuah industri. produksi yang diterapkan oleh PT. Triteguh Manunggal Sejati (TRMS) termasuk ke dalam proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG

KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG KAJIAN AWAL SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) PADA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI DI MILK TREATMENT KPBS PENGALENGAN BANDUNG SKRIPSI ELLYTA WIDIA PUTRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal ini mendorong perkembangan semua sektor usaha yang ada di Indonesia. Salah satu sektor

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI

PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI PERENCANAAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU UHT (Ultra High Temperature) PADA PT. INDOLAKTO - SUKABUMI Oleh : M I A W I D H I A S T U T I A14102009 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk memenangkan persaingan ini. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

APLIKASI RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) BERBASIS JARINGAN CLIENT-SERVER

APLIKASI RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) BERBASIS JARINGAN CLIENT-SERVER APLIKASI RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) BERBASIS JARINGAN CLIENT-SERVER Alvi Fajar Purnama Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer - Universitas Komputer Indonesia e-mail : Alvirey_1982@yahoo.com

Lebih terperinci

DEVIS ZENDY NPM :

DEVIS ZENDY NPM : PENERAPAN LEAN MANUFACTURING GUNA MEMINIMASI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. KHARISMA ESA ARDI SURABAYA SKRIPSI Oleh : DEVIS ZENDY NPM : 0732010126 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Aplikasi Perhitungan Jumlah Pesanan Produksi dan Frekuensi Produksi per Tahun dengan Metode Economic Production Quantity

Aplikasi Perhitungan Jumlah Pesanan Produksi dan Frekuensi Produksi per Tahun dengan Metode Economic Production Quantity Aplikasi Perhitungan Jumlah Pesanan Produksi dan Frekuensi Produksi per Tahun dengan Metode Economic Production Quantity Production Order and Production Frequency Calculation Using Economic Production

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: penjadwalan produksi, algoritma CDS, waktu produksi, efisiensi produksi. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci: penjadwalan produksi, algoritma CDS, waktu produksi, efisiensi produksi. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam ketatnya persaingan industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk lebih kompetitif dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dalam hal memuaskan kebutuhan konsumen, perusahaan sangatlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan badan usaha, perusahaan, organisasi dan

Lebih terperinci

Aplikasi Perhitungan Jumlah Pesanan Produksi dan Frekuensi Produksi per Tahun dengan Metode Economic Production Quantity

Aplikasi Perhitungan Jumlah Pesanan Produksi dan Frekuensi Produksi per Tahun dengan Metode Economic Production Quantity ISSN : 2442-5826 e-proceeding of Applied Science : Vol.2, No.2 Agustus 2016 Page 661 Aplikasi Perhitungan Jumlah Pesanan Produksi dan Frekuensi Produksi per Tahun dengan Metode Economic Production Quantity

Lebih terperinci

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

Introduction to. Chapter 9. Production Management. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing Introduction to Chapter 9 Production Management Sasaran Pembelajaran Identifikasi sumber daya kunci yang digunakan untuk produksi. Identifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi pabrik. Uraikan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Proyeksi Permintaan, Optimasi, Integer Linear Programming.

ABSTRAK. Kata Kunci: Proyeksi Permintaan, Optimasi, Integer Linear Programming. ABSTRAK Saat ini terdapat banyak UMKM yang berkembang di Yogyakarta. Salah satunya adalah usaha Phia Deva yang memproduksi penganan phia dengan berbagai macam varian rasa. Phia Deva adalah industri kecil

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERSEDIAAN DI GUDANG BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TURN OVER RATIO (TOR) PADA INDUSTRI MANUFAKTUR

PENGUKURAN KINERJA PERSEDIAAN DI GUDANG BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TURN OVER RATIO (TOR) PADA INDUSTRI MANUFAKTUR PENGUKURAN KINERJA PERSEDIAAN DI GUDANG BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TURN OVER RATIO (TOR) PADA INDUSTRI MANUFAKTUR Program Studi Manajemen Logistik Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi Email :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia teknologi khususnya komputer yang semakin baik halam hal perangkat lunak maupun perangkat keras dan pentingnya informasi yang dikelolah,

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk pengolahan masukan

Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk pengolahan masukan BAB I PENDAHULUAN Produksi dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk mengolah atau membuat bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.produksi

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN BATCH DAN SEQUENCE OPTIMAL DALAM SISTEM PRODUKSI DUA STAGE

PENENTUAN UKURAN BATCH DAN SEQUENCE OPTIMAL DALAM SISTEM PRODUKSI DUA STAGE PENENTUAN UKURAN BATCH DAN SEQUENCE OPTIMAL DALAM SISTEM PRODUKSI DUA STAGE Performa (2006) Vol. 5, No.1: 60-69 Penentuan Ukuran Batch dan Sequence Optimal Dalam Sistem Produksi Dua Stage I Wayan Suletra1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya bermunculan industri-industri baru yang memproduksi berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini meskipun kondisi perekonomian sudah mengalami kemajuan, namun hal tersebut belumlah cukup untuk negara ini bisa bersaing pada era pasar bebas. Hal ini tercemin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN. Arus globalisasi dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin besar,

PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN. Arus globalisasi dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin besar, PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin besar, perusahaan-perusahaan mulai menjalankan usahanya tanpa mengenal batasan negara,

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar industri ada dua macam, yaitu industri jasa dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar industri ada dua macam, yaitu industri jasa dan industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara garis besar industri ada dua macam, yaitu industri jasa dan industri manufaktur. Industri jasa merupakan suatu industri yang bersifat padat karya

Lebih terperinci

PERENCANAAN UNIT PENGGUDANGAN PADA PABRIK KOPI 3 IN 1 INSTAN DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2400 KG PER HARI

PERENCANAAN UNIT PENGGUDANGAN PADA PABRIK KOPI 3 IN 1 INSTAN DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2400 KG PER HARI PERENCANAAN UNIT PENGGUDANGAN PADA PABRIK KOPI 3 IN 1 INSTAN DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2400 KG PER HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: GIOVANI KARTOSUGONDO 6103012122 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengendalian kualitas, diagram pareto, peta kendali p, diagram sebab-akibat. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: pengendalian kualitas, diagram pareto, peta kendali p, diagram sebab-akibat. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Barly Joy Collection merupakan sebuah home industry yang bergerak di bidang manufaktur pakaian. Adapun produk yang dihasilkan adalah baju dengan bahan kaos. Banyak perusahaan pesaing

Lebih terperinci

BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP

BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP Bab ini berisi data yang diperoleh dari perusahaan, seperti waktu kerja, pesanan, waktu proses tiap job pada tiap mesin, aliran proses dan rekaman jadwal produksi

Lebih terperinci

JURNAL INFORMATIKA APLIKASI SIMULATOR PEMBELAJARAN SISTEM MANUFAKTUR BERBASIS JOB ORDER

JURNAL INFORMATIKA APLIKASI SIMULATOR PEMBELAJARAN SISTEM MANUFAKTUR BERBASIS JOB ORDER APLIKASI SIMULATOR PEMBELAJARAN SISTEM MANUFAKTUR BERBASIS JOB ORDER Youllia Indrawaty [1], R Cahyadi [2], Nugraha Herry Syahrial [3] Jurusan Teknik Informatika, Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI DAN SUB KONTRAK PADA PERUSAHAAN GARMEN X

PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI DAN SUB KONTRAK PADA PERUSAHAAN GARMEN X PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI DAN SUB KONTRAK PADA PERUSAHAAN GARMEN X Candra Septiani Putri Jurusan Teknik Informatika / Fakultas Teknik Universitas Surabaya candraseptiani.putri@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

EVALUASI BEBAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI CV. MOGA JAYA ABADI - SIDOARJO

EVALUASI BEBAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI CV. MOGA JAYA ABADI - SIDOARJO EVALUASI BEBAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS ( WLA ) DI CV. MOGA JAYA ABADI - SIDOARJO DISUSUN OLEH : PUSPITA SARI 0832010012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

SKRIPSI PENERAPAN AKTIVITAS KAIZEN VALUE STREAM MAPPING UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DI BAGIAN FALLBOARD ASSY GRAND PIANO DI PT.

SKRIPSI PENERAPAN AKTIVITAS KAIZEN VALUE STREAM MAPPING UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DI BAGIAN FALLBOARD ASSY GRAND PIANO DI PT. SKRIPSI PENERAPAN AKTIVITAS KAIZEN VALUE STREAM MAPPING UNTUK MENGURANGI PEMBOROSAN DI BAGIAN FALLBOARD ASSY GRAND PIANO DI PT. YAMAHA INDONESIA Disusun Oleh: SUKARNO NIM : 201210215314 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan urutan langkah-langkah yang dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang jelas dan mudah untuk menyelesaikan permasalahan. Tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi SAP ERP

Perencanaan Produksi SAP ERP Materi #8 Perencanaan Produksi SAP ERP 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sales Forecasting 3 Peramalan Penjualan dapat menggunakan data tahun lalu dikombinasikan dengan target keuangan dan inisiatif marketing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Sygma Examedia merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang berlokasi di Jalan Babakan Sari I No 71, Kiaracondong. PT Sygma Examedia bergerak di bidang pencetakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah tertentu dalam setiap periode waktu tertentu. Untuk itu, perlu dibuat suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah tertentu dalam setiap periode waktu tertentu. Untuk itu, perlu dibuat suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan manufaktur pasti memiliki bagian khusus yang mengurusi pembuatan jadwal produksi. Suatu perusahaan pasti memiliki permintaan dalam jumlah tertentu

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004).

BAB III LANDASAN TEORI. Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004). BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Inventaris Menurut Soemarsono S.R. (l994,pl5) inventaris adalah daftar barangbarang yang digunakan di perusahaan atau di kantor yang menyertakan barga, jumíah, jenis dan keadaannya.

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN

ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN 0 ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT. SURABAYA PERDANA ROTOPACK SKRIPSI Oleh : RIDUWAN ARIF NPM. 0832010039

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA, SIDOARJO

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA, SIDOARJO PERENCANAAN DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA, SIDOARJO SKRIPSI Diajukan Oleh : ADIK ALFAN ARIANDI NPM : 0732010022 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UD Eka merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan sepatu, sandal berbahan dasar karet dan bahan baku dasar untuk pembuatan sol. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan human resource, yang mempunyai fungsi untuk melakukan satu atau beberapa proses operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah Pada zaman era globalisasi ini, bidang usaha yang berbasis produksi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama industri manufaktur. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Dan Liris merupakan industri yang bergerak di bidang textile yang memproduksi benang, kain dan juga pakaian jadi. Pada bagian textile khususnya divisi Weaving

Lebih terperinci

PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA

PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA oleh MAULIDA HAYUNINGTYAS F34102058 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN

PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN Roy Iskandar, Nurhadi Siswanto, Bobby O. P. Soepangkat Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK PENENTUAN JALUR KRITIS DARI SUATU JARINGAN KERJA PROYEK SKRIPSI AYU NURIANA SEBAYANG

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK PENENTUAN JALUR KRITIS DARI SUATU JARINGAN KERJA PROYEK SKRIPSI AYU NURIANA SEBAYANG PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK PENENTUAN JALUR KRITIS DARI SUATU JARINGAN KERJA PROYEK SKRIPSI AYU NURIANA SEBAYANG 041401047 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

Kata Kunci: Perencanaan Pendistribusian Produk, Distribution Requirement Planning, Lot For Lot, Economic Order Quantity.

Kata Kunci: Perencanaan Pendistribusian Produk, Distribution Requirement Planning, Lot For Lot, Economic Order Quantity. ABSTRAK CV. Rajawali Indah Tekstil merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, khususnya dalam pembuatan baju senam, baju diving, dan baju olahraga lainnya. Perusahaan tersebut memiliki aktivitas

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY

PENERAPAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY PENERAPAN METODE ECONOMICAL ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK SISTEM STOK BARANG PERGUDANGAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION (RFID) Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Raw material inventory control, MRP, lot sizing. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords : Raw material inventory control, MRP, lot sizing. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Nowadays, the snack food industry has rapidly growing. With so many snack food company established, it creates high level competition between them. To maintain the quality of the products is not

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analisis Sistem Yang Berjalan. Secara garis besar penulis dapat menganalisa sistem pengolahan data barang di Perum Damri Bandung. Pada saat ini bahwa sistem yang

Lebih terperinci

ABSTRACT. (Key words: Cost of goods production, Standard Cost, Production Cost Efficiency) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. (Key words: Cost of goods production, Standard Cost, Production Cost Efficiency) Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Companies whose business activities to produce food from raw materials into finished products to be competitive in marketing their products require management and control of the cost of production.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi pada saat ini, pertumbuhan perdagangan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi pada saat ini, pertumbuhan perdagangan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi pada saat ini, pertumbuhan perdagangan secara global dan persaingan internasional terbuka lebar dengan kemajuan pada sistem komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG

MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG Oleh : DYNA PUSPITA SARI F 34104073 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERKOMPUTERISASI PADA SISTEM PENJUALAN PERUSAHAAN DAGANG BAHAN BANGUNAN (STUDI KASUS PADA PT.

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERKOMPUTERISASI PADA SISTEM PENJUALAN PERUSAHAAN DAGANG BAHAN BANGUNAN (STUDI KASUS PADA PT. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERKOMPUTERISASI PADA SISTEM PENJUALAN PERUSAHAAN DAGANG BAHAN BANGUNAN (STUDI KASUS PADA PT. MAP) OLEH: MARIA FEBE GUNAWAN 3203013105 JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Quality is the most important element in bussines world competition. A company can be compete and survive by always produce a very good quality product and appropriate with customer expectation.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA EIGENFACE PADA SISTEM ABSENSI KARYAWAN BERBASIS WEBCAM SKRIPSI MAULINA SARI

PENERAPAN ALGORITMA EIGENFACE PADA SISTEM ABSENSI KARYAWAN BERBASIS WEBCAM SKRIPSI MAULINA SARI PENERAPAN ALGORITMA EIGENFACE PADA SISTEM ABSENSI KARYAWAN BERBASIS WEBCAM SKRIPSI MAULINA SARI 060823011 PROGRAM STUDI SARJANA MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN MARLIA PRATIWI.

Lebih terperinci