Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR
|
|
- Deddy Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun. Laporan Tahunan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Direktorat Perbenihan selama Tahun Laporan Tahunan ini berisikan tentang kegiatan Direktorat Perbenihan mencakup kegiatan teknis, ketatausahaan dan rapat koordinasi. Pelaksanaan kegiatan teknis meliputi kegiatan Penilaian Varietas, Pemasukan dan Pengeluaran Benih, Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih, Areal Produksi Benih Sumber, Unit Prosesing Benih (UPB), Pemberdayaan Penangkar Benih, Insentif Pengawas Benih, serta kegiatan lain yang mendukung kegiatan teknis seperti tingkat penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), Cadangan Benih Nasional (CBN) dan Subsidi Harga Benih. Sedangkan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan meliputi kepegawaian, surat-menyurat, rumah tangga dan perlengkapan, realisasi keuangan DIPA TA 2012 serta rapat koordinasi yang mendukung pelaksanaan kegiatan perbenihan. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyajian Laporan Tahunan ini, oleh karena itu saran dan masukan kami harapkan untuk penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta hasil-hasil yang telah dicapai di bidang perbenihan tanaman pangan. Jakarta, April 2013 Direktur Perbenihan, Bambang Budhianto Nip Page i
3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... iv I. PENDAHULUAN... 1 A Latar Belakang... 1 B Tujuan... 1 C Sasaran... 1 II. DASAR HUKUM... 2 III. KELEMBAGAAN PERBENIHAN... 4 A Badan Benih Nasional (BBN)... 4 B Direktorat Perbenihan... 4 C Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH)... 4 D Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH)... 7 E Lembaga Penelitian/Perguruan Tinggi... 7 F Produsen dan Pengedar Benih... 8 G Asosiasi Produsen Benih (Asbenindo)/Masyarakat Perbenihan H Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) I Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih (Provinsi dan Kabupaten/Kota) IV. KEBIJAKAN V. KEGIATAN TEKNIS A Penilaian Varietas Pengujian Adaptasi/Multilokasi Pelepasan Varietas... 3 Inventarisasi Penyebaran B Pemasukan dan Pengeluaran Benih C Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Sertifikasi Benih Pengecekan Mutu Benih Penyaluran Benih Non Subsidi (Pasar Bebas) Page ii
4 D Areal Produksi Benih Sumber E Unit Prosesing Benih (UPB) Penumbuhan/Pengembangan UPB (Seed Center) Optimalisasi Balai Benih Palawija F Pemberdayaan Penangkar Benih G Insentif Pengawas Benih Tanaman V. TOPIK KHUSUS A Tingkat Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat B Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) TA C Cadangan Benih Nasional (CBN) TA D Subsidi Harga Benih TA VII. KEGIATAN ADMINISTRASI A Urusan Kepegawaian Keadaan Pegawai Mutasi Pegawai B Kesejahteraan Pegawai Cuti Pembinaan Pegawai Pemeriksaan Kesehatan Pendidikan dan Pelatihan Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3) C Urusan Surat Menyurat D Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan Pemeliharaan Kendaraan Operasional Pemeliharaan Gedung dan Sarana Kantor Pelayanan Rapat E Telepon F Faximile G Keuangan VIII. Rapat Koordinasi dan Workshop LAMPIRAN Page iii
5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jumlah Produsen Benih Tanaman Pangan dan Kemampuan Produksi Benih Tahun Tabel 2. Jumlah Pengedar (Pedagang/Penyalur) Benih Tanaman Pangan dan Kemampuan Penyalurannya Benih Tahun Tabel 3. Nama dan Jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tahun Tabel 4. Rencana dan Realisasi Pengiriman Galur /Mutan Uji Adaptasi/Multilokasi Rahun Tabel 5. Pelepasan Varietas Tanaman Pangan Tabel 6. Penyebaran Varietas Padi MT 2011/2012 dan MT Tabel 7. Penyebaran Varietas Jagung MT 2011/2012 dan MT Tabel 8. Penyebaran Varietas Kedelai MT 2011/2012 dan MT Tabel 9. Daftar Pemasukan Benih Tanaman Pangan Tahun Tabel 10. Daftar Pengeluaran Benih Tanaman Pangan Tahun Tabel 11. Realisasi Luas Areal Penangkaran BD,BP, BR dan Hibrida 26 Tabel 12. Realisasi Produksi Benih Kelas BD,BP,BR dan Hibrida Tabel 13. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Tahun Tabel 14. Penyaluran Benih Pasar Bebas per Provinsi Tahun Tabel 15. Rencana dan Realisasi Areal Produksi Benih Sumber Tahun Tabel 16. Realisasi Fisik dan Keuangan Penumbuhan/Pengembangan UPB (Seed Centre).. 32 Tabel 17. Rincian Anggaran Optimalisasi Balai Benih Palawija 33 Tabel 18. Rencana dan Realisasi Kegiatan Pemberdayaan Penangkar Benih Tahun Tabel 19. Rencana dan Realisasi Anggaran dan Fisik Pemberdayaan Penangkar Benih Tahun Tabel 20. Insentif Pengawas Benih Tanaman (PBT) Tahun Tabel 21. Rencana dan Realisasi Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Tanaman Pangan 40 Tabel 22. Perkembangan Pengadaan /Penyediaan dan Realisasi Penggunaan Cadangan Benih Nasional (CBN) s/d Desember Tabel 23. Realisasi Penggunaan CBN Tahun 2012 untuk Kegiatan Pemulihan, Pengembangan, Peningkatan Produkstivitas dan Produksi, SLPTT dan LMDH. 42 Page iv
6 Tabel 24. Rencana dan Realisasi Penyaluran Benih Bersubsidi Tahun Tabel 25. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Golongan Tahun Tabel 26. Rekapitulasi Jumlah Pegawai Direktorat Perbenihan Berdasarkan Tingkat Pendidikan. 46 Tabel 27. Rekapitulasi Jumlah Pegawai Direktorat Perbenihan Berdasarkan Status Perkawinan dan Jenis Kelamin.. 46 Tabel 28. Nama Pegawai yang Memasuki Masa Purna Bakti.. 48 Tabel 29. Penanganan Pelanggaran Disiplin Pegawai sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun Tabel 30. Pegawai yang Mengikuti Diklat/Pelatihan. 50 Tabel 31. Surat Masuk/Keluar Tahun Tabel 32. Pelayanan Rapat Dinas Tahun Tabel 33. Penggunaan Telepon Tahun Tabel 34. Penggunaan Faximile Tahun Page v
7 RINGKASAN EKSEKUTIF Sasaran kegiatan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan adalah terlaksananya pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan melalui pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam upaya mendukung pelaksanaan kegiatan secara efisien dan efektif. Hasil kegiatan TA 2012 dapat disampaikan sebagai berikut : 1. Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat kelas Benih Sebar (BR) pada tahun 2012 untuk padi sebesar 55,93%, jagung sebesar 61,20% dan kedelai sebesar 64,15%. 2. Selama periode Januari Desember 2012, telah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Pelepasan Varietas Tanaman Pangan sebanyak 46 varietas terdiri dari 8 varietas padi hibrida, 17 varietas padi sawah inbrida, 4 varietas padi rawa, 2 varietas padi pasang surut lokal, 2 varietas padi gogo, 10 varietas jagung hibrida dan 2 varietas kacang tanah serta 1 varietas ubi kayu. 3. Sampai dengan Desember 2012 realisasi pengiriman galur uji adaptasi ke provinsi-provinsi untuk padi sebanyak 76 unit dan palawija sebanyak 11 unit sehingga jumlahnya 87 unit atau 100% dari target 87 unit. 4. Inventarisasi luas penyebaran varietas pada TA 2012 yang meliputi MT 2011/2012 dan MT 2012 sebagai berikut : a. Penyebaran varietas padi pada MT 2011/MT 2012 dan MT 2012 seluas ,30 ha, sebesar 64,45% atau 8.599,11 ha telah menggunakan varietas produksi tinggi (VPT), 8,67% atau 1.156,78 ha menggunakan varietas produksi sedang (VPS) dan 26,88% atau 3.586,41 ha menggunakan varietas produksi rendah (VPR). b. Penyebaran varietas jagung pada MT 2011/2012 dan MT 2012 seluas 4.065,22 ha, sebanyak 69,12% atau 2.809,88 ha menggunakan varietas produksi tinggi (VPT), 20,41% atau 829,71 ha menggunakan varietas produksi sedang (VPS) dan 10,47% atau 425,63 ha menggunakan varietas yang potensi produksi rendah (VPR). c. Penyebaran varietas kedelai pada MT 2011/2012 dan MT 2012 seluas 672,07 ha, sebanyak 53,28% atau 358,08 ha menggunakan varietas produksi tinggi (VPT), 19,08% atau 128,23 ha menggunakan varietas produksi sedang dan 27,64% atau 185,76 ha menggunakan varietas produksi rendah (VPR). Page vi
8 d. Penyebaran varietas kacang tanah pada MT 2011/2012 dan MT 2012 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah varietas Gajah (14,59), Kelinci (11,58%), Kidang (5,06%), Macan (3,16%), Kancil (2,68%) dan varietas unggul lain (9,25%). e. Penyebaran varietas kacang hijau pada MT 2011/2012 dan MT 2012 seluas ha dan varietas yang dominan adalah Sampeong (4,68%), Betet (3,07%) dan Nuri (2,22%). f. Penyebaran varietas Ubikayu pada MT 2011/2012 dan MT 2012 seluas ha dan varietas yang dominan adalah varietas Adira 1 (18,55%) dan Adira 4 (2,92%). g. Penyebaran varietas Ubijalar pada MT 2011/2012 dan MT 2012 seluas ha dan varietas yang dominan adalah varietas Taiwan 45 (13,44%) dan Cilembu (2,56%). 5. Berdasarkan Surat Izin Pemasukan (SIP) benih padi hibrida F1 (komersial) sebanyak kg terealisasi kg, galur 1.075,70 kg terealisasi 4 kg dan benih induk kg terealisasi kg. Sedangkan untuk jagung hibrida izin pemasukan F1 (komersial) sebanyak kg terealisasi kg, benih galur 3.250,60 kg terealisasi kg dan benih induk kg terealisasi kg. 6. Sertifikasi Dan Pengawasan Mutu Benih : a. Sertifikasi Luas sertifikasi untuk komoditas tanaman pangan pada tahun 2012 (padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) seluas ,45 ha dengan rincian untuk luas sertifikasi benih padi ,13 ha, jagung ,27 ha, kedelai ,42 ha, kacang tanah 1.599,75 ha dan kacang hijau 168,88 ha. Jumlah produksi benih sebesar ,44 ton dengan rincian untuk produksi benih padi sebesar ,64 ton, jagung sebesar ,50 ton, kedelai sebesar ,52 ton, kacang tanah sebesar 1.203,56 ton dan kacang hijau sebesar 120,18 ton. b. Pengawasan Mutu Benih : 1) Pengecekan Mutu Benih Sampai dengan akhir bulan Desember 2012, jumlah benih yang dicek mutunya terdiri dari benih padi sebesar 1.443,30 ton, jagung hibrida 670,60 ton, jagung komposit 62,12 ton, kedelai 445,25 ton dan kacang tanah 4,30 ton. Sedangkan kacang hijau dan gandum belum ada pengecekan mutu benih. Dari jumlah tersebut yang masih memenuhi standar mutu benih, untuk benih padi sebesar 1.191,07 ton (82,52%), benih jagung hibrida 603,58 ton (90,01%), Page vii
9 benih jagung komposit 31,32 ton (52,41%), benih kedelai 208,23 ton (46,77%), benih kacang tanah 3,63 ton (84,32%). Benih kacang hijau dan gandum belum ada pengecekan. 2) Penyaluran Benih Non Subsidi Pasar Bebas Sampai dengan bulan Desember 2012, jumlah benih tersalur baik yang ada di produsen maupun pengedar benih, untuk benih padi sebesar ,58 ton terdiri dari kelas BD 1.260,56 ton, BP ,85 ton, BR ,36 ton dan Hibrida 964,80 ton. Benih jagung sebesar ,54 ton terdiri dari kelas BD 1.727,05 ton, BP 6.376,25 ton, BR 2.343,05 ton dan Hibrida ,19 ton. Benih kedelai sebesar 4.507,84 ton terdiri dari kelas BD 29,81 ton, BP 740,67 ton dan BR 3.737,35 ton. Benih kacang tanah sebesar 163,63 ton untuk kelas BD 1,36 ton, BP 8,75 ton dan BR 153,51 ton. Kacang Hijau sebesar 10,49 ton untuk kelas BD 0,39 ton dan BR 10,10 ton. 7. Rencana dan Realisasi Produksi Benih Sumber : a. Areal produksi benih padi kelas BD seluas 115,00 ha direvisi menjadi 110,00 ha dan kelas padi BP seluas 171,00 ha direvisi menjadi 176 ha. b. Areal produksi benih jagung kelas BD seluas 34,50 ha dan kelas BP seluas 67,00 ha. c. Areal produksi benih kedelai kelas BD seluas 53,50 ha dan kelas BP seluas 94,00 ha. d. Areal produksi benih kacang tanah kelas BD seluas 28,50 ha dan kelas BP seluas 43,00 ha. e. Areal produksi benih kacang hijau kelas BD seluas 12,00 ha dan kelas BP seluas 16,00 ha. f. Areal produksi benih ubi kayu kelas BD seluas 4,00 ha dan kelas BP seluas 5,00 ha. g. Areal produksi benih ubi jalar kelas BD seluas 3,00 ha dan kelas BP seluas 2,00 ha.a h. real produksi benih sorgum kelas BD seluas 1,00 ha dan kelas BP seluas 1,00 ha. 8. Dari rencana produksi Benih Sumber 650,00 ha sudah terealisasi seluas 540,72 ha (83,13%), dengan rincian sebagai berikut : a. benih padi kelas BD seluas 87,00 ha (79,09%) dan kelas BP seluas 143,50 ha (81,53%). b. Benih jagung kelas BD seluas 25,50 ha (73,91%) dan kelas BP seluas 57,00 ha (85,07%). Page viii
10 c. Benih kedelai kelas BD seluas 45,75 ha (85,51%) dan kelas BP seluas 80,50 ha (85,63%). d. Benih kacang tanah kelas BD seluas 26,72 ha (93,75%) dan kelas BP seluas 40,00 ha (93,75%). e. Benih kacang hijau kelas BD seluas 9,25 ha (77,08%) dan kelas BP seluas 13,00 ha (81,25%). f. Benih ubi kayu kelas BD seluas 3,50 ha (87,50%) dan kelas BP seluas 4,00 ha (80%). g. Benih ubi jalar kelas BD seluas 3,00 ha (100%) dan BP 2,00 ha (100%). 11. Insentif Pengawas Benih Tanaman (PBT) tahun 2012 dialokasikan untuk 31 Provinsi di Indonesia sejumlah Rp ,00 (Dua Milyar Empat Ratus Lima Puluh Satu Juta Rupiah) untuk 817 orang PBT, sedangkan 2 Provinsi yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung tidak mendapatkan alokasi insentif PBT karena belum terdapat petugas Pengawas Benih Tanaman. 12. Anggaran yang tersedia untuk kegiatan Pemberdayaan Penangkar Benih Tahun 2012 untuk komoditas padi sebesar Rp ,00 (Tiga Puluh Lima Milyar Lima Puluh Juta Rupiah) dengan luas lahan penangkaran ha (200 unit), jagung sebesar Rp ,00 (Dua Milyar Empat Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) dengan luas penangkaran 700 ha (14 unit) dan kedelai sebesar Rp ,00 (Delapan Milyar Rupiah) dengan luas lahan penangkaran ha (100 unit). Dari rencana tersebut realisasi tanam kegiatan pemberdayaan penangkar benih TA 2012, untuk komoditas padi mencapai ha atau 150 unit (75,12%) dengan produksi benih ton, jagung mencapai 442 ha atau 9 unit (63,14%) dengan produksi benih 2 ton dan kedelai mencapai ha atau 77 unit (76,68%) dengan produksi benih 553 ton. 13. Realisasi penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) SL-PTT dan Non SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebesar ,95 ton (91,33%) dengan rincian padi inbrida ,15 ton (90,80%), padi hibrida 2.899,30 ton (96,64%), padi lahan kering ,90 ton (90,62%), jagung hibrida 3.956,34 ton (99,04%) dan kedelai ,26 ton (91,18%). 14. Realisasi penggunaan Candangan Benih Nasional (CBN) berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangansampai dengan 31 Desember 2012 untuk komoditas padi inbrida sebesar ,28 ton, padi hibrida 59,93 ton, jagung komposit 193,51 ton, jagung hibrida 343,83 ton, dan kedelai 3.661,70 ton. Stok akhir Cadangan Benih Nasional (CBN) sampai dengan 31 Desember 2012 untuk komoditas padi inbrida ,29 Page ix
11 ton, padi hibrida 1.170,54 ton, jagung komposit 1.012,39 ton, jagung hibrida 1.566,30 ton dan kedelai 7.527,84 ton. 15. Rencana alokasi subsidi harga benih Tahun 2012, meliputi komoditas padi inbrida ,00 ton, jagung komposit 1.000,00 ton, jagung hibrida 2.500,00 ton dan kedelai 2.500,00 ton. Realisasi sampai dengan bulan Desember untuk komoditas padi inbrida ,28 ton (47,46%); jagung komposit 231,07 ton (23,11%); jagung hibrida 199,62 ton (7,98%) dan Kedelai 811,32 ton (32,45%). 16. Keadaan pegawai Direktorat Perbenihan sampai dengan Desember 2012 berjumlah 70 orang pegawai. Pegawai yang mendapatkan kenaikan pangkat 15 orang, yang mendapatkan gaji berkala 46 orang, yang berpindah/alih tugas 15 orang dan yang memasuki masa purna tugas ada 2 orang. 17. Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tahun 2012, Direktorat Perbenihan dalam melaksanakan pembinaan/kegiatan melalui program peningkatan ketahanan pangan mendapatkan alokasi dana awalnya sebesar Rp ,00 (Tujuh Ratus Sembilan Puluh Empat Milyar Tujuh Ratus Sembilan Puluh Enam Juta Lima Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah) direvisi menjadi Rp ,00 (Satu Trilyun Dua Ratus Tiga Belas Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Juta Seratus Enam Ribu Rupiah) termasuk belanja lembaga sosial lainnya. Sampai dengan 31 Desember 2012 terealisasi sebesar Rp ,00 (Sembilan Ratus Enam Puluh Enam Milyar Dua Ratus Tiga Puluh Satu Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Empat Ribu Enam Ratus Sembilan Puluh Enam Rupiah) atau 79,62%. Page x
12 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian Tanaman Pangan mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional, karena sub-sektor ini menyediakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan yaitu bahan pangan, yang saat ini menopang kehidupan lebih dari 60% petani di Indonesia. Fokus utama kegiatan perbenihan dalam rangka mendukung peningkatan produksi tanaman pangan adalah mendorong peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Upaya peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat dilakukan melalui pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan perbenihan, peningkatan penyediaan/produksi benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan/pemberdayaan penangkar dan kegiatan lain yang mendukung pengembangan perbenihan. Berdasarkan Rencana Strategi Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan tahun sasaran peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat padi, jagung dan kedelai pada tahun 2012 adalah padi 67,00%, jagung 71,00%, dan kedelai 65,26%, serta perbaikan sistem produksi benih aneka kacang dan umbi. Upaya ini cukup baik, namun penggunaan benih varietas unggul bersertifikat belum sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, untuk padi sebesar 55,93%, jagung sebesar 61,20% dan kedelai sebesar 64,15%. Permasalahan yang mendasar dalam hal ini adalah ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat belum mencukupi apabila hanya mengandalkan potensi aktual sumber benih yang ada saat ini. B. Tujuan Laporan Tahunan bertujuan untuk memberikan informasi hasil capaian kegiatan Direktorat Perbenihan selama tahun C. Sasaran Terinformasinya hasil kegiatan Direktorat Perbenihan selama tahun Page 1
13 II. DASAR HUKUM Dalam mewujudkan tercapainya peningkatan penggunaan benih unggul bersertifikat secara berkesinambungan, Direktorat Perbenihan dituntut untuk meningkatkan ketersediaan benih unggul bersertifikat, meningkatkan kualitas pengawasan dan sertifikasi benih serta memberdayakan dan meningkatlan peranan kelembagaan benih. Untuk itu Pemerintah menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan yang dijadikan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan pengelolaan sistem penyediaan benih Tanaman Pangan. Peraturan Perbenihan tersebut meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman; 3. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1971 tentang Badan Benih Nasional; 4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah; 5. Keputusan Menteri Pertanian Nomor /Kpts/KP.150/10/1999 juncto 361/Kpts/KP.150/5/2002 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura; 6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 593/Kpts/OT.160/11/2007 tentang Tim Penilai dan Pelepasan Varietas (TP2V); 7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3517/Kpts/OT.160/10/2012 tentang Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi Benih (TP2S) Tanaman Pangan dan Perkebunan; 8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih; 9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/9/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina; 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 55/Permentan/SR.120/12/2009 tentang Produksi Benih Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi kayu dan Ubi Jalar; 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/SR.120/7/2011 tentang Pedoman Umum Cadangan Benih Nasional; 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas Page 2
14 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/OT.140/1/2012 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 63/Permentan/SR.120/10/2012 tentang Pedoman Subsidi Benih TA 2012; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.120/12/2012 tentang Pedoman Cadangan Benih Nasional; 16. Surat Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 01/Kpts/HK.301/C/1/2009 tentang Tata Cara dan Ketentuan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan; 17. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 40/KPA/SK.130/C/2/2012 tentang Pedoman Teknis Bantuan Langsung Benih Unggul Tahun Anggaran 2012; 18. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 67/HK.30/C/10/2012 tentang Petunjuk Teknis Subsidi Benih Tahun Anggaran Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor : 78/HK.310/C/12/2012, tentang Petunjuk Teknis Cadangan Benih Nasional (CBN); Page 3
15 III. KELEMBAGAAN PERBENIHAN A. Badan Benih Nasional (BBN) Badan Benih Nasional (BBN) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun Badan ini merupakan kelembagaan non struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Mempunyai tugas merumuskan peraturan-peraturan pembinaan produksi dan pemasaran, mengajukan pertimbangan kepada Menteri Pertanian tentang peraturan benih meliputi penetapan varietas dan pengawasan produksi serta pemasaran dan berfungsi membantu Menteri Pertanian dalam merencanakan dan merumuskan kebijakan dibidang Perbenihan. Struktur BBN terdiri dari Kesekretariatan, Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi (TP2S) serta Tim Penilai dan Pelepasan Varietas (TP2V). B. Direktorat Perbenihan Direktorat Perbenihan pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005, sedangkan susunan organisasi dan tata kerjanya ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010. Direktorat Perbenihan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan tanaman pangan. Direktorat Perbenihan terdiri dari Sub Direktorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih, Sub Direktorat Produksi Benih Serealia, Sub Direktorat Kelembagaan Benih, Sub Direktorat Produksi Benih Aneka Kacang dan Umbi dan Sub Bagian Tata Usaha. C. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH) 1. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH) adalah lembaga yang melekat pada Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Perbenihan Direktorat Page 4
16 Jenderal Hortikultura, yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu pada pelaku agribisnis perbenihan. 2. LSSMBTPH dibentuk sejak tahun 1999, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor /Kpts/KP.150/10/1999 Tahun 1999 jo Nomor 361/Kpts/ KP.150/5/2002 Tahun 2002 sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, sedangkan operasional LSSMBTPH berlandaskan pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina. Lembaga ini juga telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan Sertifikat Akreditasi LSSM-020-IDN tanggal 28 Januari Re-akreditasi oleh KAN yang terakhir telah dilaksanakan dengan Sertifikat Nomor LSSM-033-IDN tanggal 18 Agustus 2011 sesuai acuan ISO 17021: Jumlah perusahaan produsen benih yang telah menerapkan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (jumlah akumulasi dari sebelum tahun 2008) sampai dengan Desember 2012 sebanyak 13 (tigabelas) perusahaan/produsen benih, yaitu: 1) PT Dupont Indonesia, 2) PT Branita Sandhini, 3) PT East West Seed Indonesia, 4) PT BISI Internasional Tbk, 5) PT Asian Hybrid Seed Technologies Indonesia, 6) PT Sang Hyang Seri (Persero) PBS Cabang Khusus Sukamandi, 7) PT Benih Citra Asia, 8) PT Agri Makmur Pertiwi, 9) UPBS Balai Besar Padi Sukamandi, 10) PT Tunas Agro Persada, 11) CV Aditya Sentana Agro, 12) PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Pasuruan, dan 13) PT Aura Seed Indonesia. Saat ini ada 6 (enam) perusahaan benih yang telah mengajukan permohonan untuk menerapkan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu dan sedang dalam proses penilaian, yaitu: 1) PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Pujon, 2) PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Sidrap, 3) PT Syngenta Seed Indonesia, 4) PT Advanta Seeds Indonesia, 5) UPBS Balitsa Lembang dan 6) CV Riawan Tani. 4. Peningkatan SDM melalui pelatihan untuk mengikuti perkembangan Sistem Manajemen Mutu telah dilaksanakan oleh LSSMBTPH. Pada tahun 2012, 3 (tiga) personil LSSMBTPH dari Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan telah mengikuti pelatihan ISO 17021:2011. Page 5
17 5. Sarana dan prasarana kerja LSSMBTPH tersedia di Lantai 3 Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, antara lain berupa komputer (2 unit), pendingin ruangan, meja kerja, meja rapat serta lemari arsip. Selain itu, juga telah dipasang jaringan internet, yang merupakan salah satu persyaratan yang diminta oleh Komite Akreditasi Nasional. 6. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan LSSMBTPH selama ini adalah: a. Pengelolaan LSSMBTPH belum optimal, seluruh personil yang menangani LSSMBTPH merupakan PNS dari Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Hortikultura, yang juga melaksanakan tugas pokok Direktoratnya masingmasing. b. Belum adanya persamaan persepsi dalam pemahaman sistem manajemen mutu (ISO dan ISO 9001) pada personil LSSMBTPH. c. Saat ini sudah ada LSSM swasta dibidang perbenihan (dengan nama LSSM Bebi), yang pada awal pembentukannya tidak melapor kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan maupun Direktur Jenderal Hortikultura, sehingga pengawasan terhadap produsen-produsen benih yang telah disertifikasi oleh LSSM swasta ini sulit dilaksanakan oleh Direktorat Perbenihan, karena tidak pernah ada laporan aktivitasnya, padahal ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh produsen benih yang telah disertifikasi oleh LSSM Bebi yaitu kewajiban melaporkan kegiatannya secara berkala kepada BPSB setempat dan Direktur Jenderal melalui Direktur Perbenihan, sebagaimana dinyatakan pada Permentan Nomor 39 tahun 2006 Pasal 23 ayat (1). d. Keberadaan LSSM swasta ini perlu ditelaah secara mendalam terkait dengan peraturan perundangan yang berlaku. Tidak menutup kemungkinan jika kedepan berdiri LSSM Swasta lainnya, terutama dalam hal : 1) Syarat dan kriteria, perorangan atau Badan Hukum yang dapat diberikan kewenangan menyelenggarakan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu. 2) Pengawasan terhadap produsen-produsen benih yang telah disertifikasi oleh LSSM Swasta tersebut. Page 6
18 3) Kompetensi SDM yang dimiliki LSSM Swasta tersebut, apakah telah benar mempunyai kompetensi secara teknis perbenihan dan pemahamannya terhadap peraturan perbenihan, selain pemahamannya terhadap Sistem Manajemen Mutu yang disyaratkan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). D. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) merupakan Unit Pelaksana Teknis Pusat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang berkedudukan di Tapos, Depok yang secara administrasi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan melalui Direktur Perbenihan dan secara teknis dibina oleh Direktur Jenderal Hortikultura melalui Direktur Perbenihan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2006, BBPPMBTPH mempunyai tugas melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura. Sebagai UPT Pusat BBPPMBTPH berupaya menjadikan lembaga yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi laboratorium pengujian benih daerah (khususnya BPSBTPH), memfasilitasi hal-hal yang terkait dengan aturan perbenihan internasional, penyusunan Dokumen Sistem Mutu berdasarkan sistem manajemen mutu yang mengacu pada SNI ISO/IEC 17025:2008. E. Lembaga Penelitian/Perguruan Tinggi Kegiatan penelitian dan pemuliaan tanaman pangan tidak hanya dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan yang berkedudukan dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian yaitu Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Sukamandi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) di Malang, Balai Penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL) di Maros, namun dapat dilaksanakan juga oleh lembaga penelitian lain seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta baik nasional maupun multinasional. Untuk Page 7
19 penelitian komoditi spesifik lokasi dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berkedudukan di provinsi, sedangkan perguruan tinggi yang biasa menyelenggarakan penelitian dan pemuliaan dalam rangka penemuan varietas unggul baru, antara lain Institut Pertanian Bogor, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Negeri Jember, Universitas Pajajaran, dan Universitas Lampung. F. Produsen dan Pengedar Benih. 1. Produsen Benih Tanaman Pangan Berdasarkan hasil rekapitulasi, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 secara nasional jumlah produsen benih tanaman pangan dari 33 provinsi sebanyak 1.371unit, yang terdiri atas produsen benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan palawija dengan kapasitas kemampuan produksinya ,98 ton. Provinsi yang paling banyak terdapat produsen benih tanaman pangan adalah Provinsi Jawa Timur 231 unit, Jawa Tengah 229 unit, Jawa Barat 166 unit dan NTB 118 unit sedangkan provinsi yang paling sedikit produsen benih tanaman pangan adalah DKI Jakarta 2 unit, Papua Barat 5 unit, Bengkulu 6 unit, Papua 7 unit dan Kaltim 9 unit. Provinsi yang belum mempunyai produsen benih tanaman pangan Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sulawesi Barat dan Maluku Utara. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Page 8
20 Tabel 1. Jumlah Produsen Benih Tanaman Pangan dan Kemampuan Produksi Tahun 2012 JUMLAH PRODUSEN BENIH KAPASITAS PRODUKSI BENIH (TON/TAHUN) NO PROVINSI PALAWIJA PADI/ PALAWIJA PADI JUMLAH PADI JAGUNG KEDELAI KC. TANAH JML PLJ JAGUNG KEDELAI KC. TANAH PLJ LAIN JML JUMLAH 1 NAD ,00 663, ,00 50, , ,00 2 SUMUT ,00 33,50 6, , ,50 3 RIAU ,37 56,70 313,00 2,05-371,75 664,12 4 KEPRI SUMBAR , ,56 6,80 17, , ,38 6 JAMBI ,00 25,00 316,00 3,00-344,00 749,00 7 SUMSEL , ,60 8 BABEL BENGKULU ,00 520, , , ,00 10 LAMPUNG ,00 30, , ,00 11 BANTEN ,00 30,74-10,00-40, ,74 12 DKI JAKARTA , ,00 13 JABAR ,50 349,00 173, ,00 101, , ,50 14 JATENG , , ,00 140,83 40, , ,16 15 DIY ,00 510,00 307,00 10,00-827, ,00 16 JATIM , , ,00 250, , ,00 17 BALI , ,00 7, , , ,45 18 NTB ,14 70, , , ,53 19 NTT ,70 87,98 11,60-6,00 105,58 627,28 20 KALBAR ,90 28,00 27, , ,90 21 KALSEL ,00 30,00 330,00 31,00-391, ,00 22 KALTENG ,33 13,00 4,50 6,50-24,00 91,33 23 KALTIM ,20 2, ,50 569,70 24 SULSEL ,30 159, ,00 43, , ,27 25 SULBAR SULUT , ,00 100,00 200,00 3, , ,00 27 SULTENG ,67 5,00 153, , ,67 28 SULTRA ,00 19,00 65,75 3,00-87, ,75 29 GORONTALO ,50 714,00 50, , ,50 30 MALUKU ,50 252,00 2, ,00 367,50 31 MALUKU UTARA PAPUA ,00 27,00 24,00 12,60-63,60 380,60 33 PAPUA BARAT ,50 20,00 3, ,00 98,50 JUMLAH , , , ,02 150, , ,98 Sumber data: Subdit Kelembagaan Page 9
21 2. Pengedar (Pedagang/ Penyalur) Benih Berdasarkan hasil rekapitulasi menunjukkan bahwa pada tahun 2012 secara nasional jumlah pengedar (penyalur/pedagang) benih tanaman pangan dari 33 provinsi sebanyak unit, yang terdiri dari pengedar benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan palawija. Provinsi yang paling banyak terdapat pengedar benih tanaman pangan adalah Provinsi Jawa Barat 236 unit, Maluku 179 unit, dan Provinsi Sumatera Utara 144 unit. Provinsi yang paling sedikit pengedar benih tanaman pangan adalah Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 6 unit, Papua Barat 7 unit dan Provinsi Papua 8 unit, sedangkan di Provinsi DKI Jakarta tidak terdapat pengedar benih tanaman pangan dan Provinsi Sulawesi Barat sampai saat ini belum melaporkan data pengedar (penyalur/pedagang) benih tanaman pangan. Secara nasional kemampuan penyaluran benih oleh pengedar benih mencapai ,21 ton/tahun yang terdiri atas benih padi sebesar ton/tahun, benih jagung 2.107,19 ton/tahun, benih kedelai 3.154,15 ton/tahun, benih kacang tanah 1.501,91 ton/tahun, benih kacang hijau 1.603,94 ton/tahun dan benih palawija 779,02 ton/tahun. Provinsi yang paling tinggi dalam kemampuan penyaluran benihnya adalah Papua sebesar ton/tahun, Jawa Barat ton/tahun, dan Jawa Tengah 389,55 ton/tahun. Sedangkan yang paling rendah kemampuan penyaluran benihnya adalah Provinsi Bangka Belitung sebesar 0,11 ton/tahun, Bengkulu 1,74 ton/tahun dan Maluku 4,09 ton/tahun. Jumlah pengedar benih tanaman pangan dan kemampuan penyalurannya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Page 10
22 Tabel 2. Jumlah Pengedar (Pedagang/Penyalur) Benih Tanaman Pangan dan Kemampuan Penyaluran Benih Tahun 2012 JUMLAH KAPASITAS BENIH YG DIJUAL/DISALURKAN (TON/TAHUN) NO PROVINSI PENGEDAR JUMLAH PADI JAGUNG KEDELAI KC. TANAH KC. HIJAU PALAWIJA (PEDAGANG/PENYALUR) 1 NAD ,67 22,57 19,42 14, ,40 2 SUMUT 144 1,49 3,90 0,22 0, ,83 3 RIAU 33 20,70 2,68 5, ,38 4 SUMBAR 70 10, ,33 74,92 5 JAMBI 23 25,88 7,78 17, ,16 6 SUMSEL 18 8, ,49 7 BABEL 19-0, ,11 8 BENGKULU 10 1,14 0, ,74 9 LAMPUNG 34 66,91 38,45 50, ,36 10 BANTEN ,00 18,00 55,00 18,00-4,00 119,00 11 DKI JAKARTA JABAR , , ,00 13 JATENG ,38 37, ,55 14 DIY 49 80,52 26,08 7, ,00 15 JATIM 38 91,76 250, ,76 16 BALI 61 32,81 1, ,98 17 NTB 43 17,71 5,06 4, ,00 32,27 18 NTT 71 12,48 6,45-0,34 2,44-21,71 19 KALBAR 42 5, ,32 20 KALSEL 75 7,70 9,44 12,25 1,94 1,50-32,83 21 KALTENG 24 8,35-1, ,85 22 KALTIM 86 31,08 1,99 9, ,69 44,43 23 SULSEL 94 61,76 56,53 46, ,08 24 SULUT 31 21,57 14,83 7, ,80 25 SULBAR SULTENG 39 22,00 5,00 7, ,00 37,00 27 SULTRA 6 201,60-10, ,10 28 GORONTALO ,67 38,45 50, ,12 29 MALUKU 179 4, ,09 30 MALUT 10 40,00 0,90 100, ,90 31 PAPUA , , , , , ,00 32 PABAR 7 5,00 0, ,03 JUMLAH , , , , ,94 779, ,21 Sumber data Subdit Kelembagaan Page 11
23 G. Asosiasi Produsen Benih (ASBENINDO)/Masyarakat Perbenihan Asosiasi Produsen Benih (ASBENINDO) adalah asosiasi resmi yang bergerak di bidang Perbenihan Tanaman di Indonesia, didirikan sejak tanggal 12 Desember 1991 yang berkedudukan di Jakarta, mempunyai kemampuan untuk menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pemuliaan, dan menghasilkan varietas hibrida pada umumnya adalah perusahaan multinasional seperti PT Sang Hyang Seri (Persero), PT Pertani (Persero), PT BISI, PT Dupont (Pioneer), PT Kondo Internasional, PT Monsanto dan PT Asian Hybrid Seed Technology Indonesia. H Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Berdasarkan Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 46/M.PAN/2/2001 tanggal 26 Februari 2001 perihal Penyampaian Daftar Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan LPND dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 168/Kpts/PL.810/3/2001 tanggal 8 Maret 2001 tentang Penghapusan Barang Milik/Kekayaan Negara (BM/KN) Departemen Pertanian yang ditindaklanjuti dengan pengalihan kepada Pemerintah Daerah, kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih yang telah diserahkan ke daerah dan menjadi kewenangan daerah berjumlah 25 BPSB di 25 provinsi. Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur atau Peraturan Pemerintah Daerah, telah terbentuk institusi yang menangani pengawasan dan sertifikasi benih yang berbentuk UPTD yaitu UPTD BPSB. Dari hasil inventarisasi kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih, sampai dengan bulan Desember 2012, dari 33 provinsi di Indonesia telah terbentuk 32 UPTD Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih, sementara 1 provinsi pengembangan yaitu Kepulauan Riau belum membentuk UPTD BPSB, untuk kegiatan pengawasan dan sertifikasi benih masih dilaksanakan di provinsi terdekat. Untuk Provinsi Kepulauan Riau dilaksanakan oleh UPTD Riau. Secara rinci nama dan jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih dapat dilihat pada Tabel 3. Page 12
24 Tabel 3. Nama dan Jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tahun 2012 NO JENIS/NAMA INSTITUSI JUMLAH PROVINSI 1 UPTD Balai Perbenihan Pertanian 1 Aceh 2 UPT Balai Pengawasan Sertifikasi Benih 1 Sumut 3 UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih 2 Sumbar, Jawa Tengah 4 UPT Pengawasan dan Sertifikasi 2 Riau, Jawa Timur Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 5 UPTD Balai Pengawasan dan 1 Jambi Sertifikasi Benih Tanaman 6 UPTD Balai Pengawasan Sertifikasi Benih 14 Bengkulu, Lampung, Jawa Barat Tanaman Pangan dan Hortikultura Banten, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulut, NTB, Gorontalo, Sulsel Sultra, Sulbar, Papua Barat 7 UPT Balai Perbenihan Tanaman 1 Sumsel 8 UPT Balai Pengawasan dan 1 Babel Sertifikasi Mutu benih 9 UPT Pengujian Mutu dan 1 DKI Jakarta Sertifikasi Hasil Pertanian dan Hasil Hutan 10 UPTD Balai Pengawasan dan 1 DIY Sertifikasi Benih Pertanian 11 UPT Balai Pengawasan dan 1 Bali Sertifikasi Benih Tanaman Pangan 12 Unit Pengawasan dan Sertifikasi Benih 1 Kalbar Tanaman Pangan dan Hortikultura 13 UPT Pengawasan Mutu dan 1 Sulteng Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 14 UPT Pengawasan dan Sertifikasi 1 NTT Benih 15 UPTD Balai Pengawasan dan 1 Maluku Sertifikasi Benih/Bibit Pertanian dan Peternakan 16 UPTD Balai Pengawasan, 1 Malut Pengujian dan Sertifikasi Benih Tanaman Pertanian 17 Balai Pengawasan dan Sertifikasi 1 Papua Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Jumlah 32 Sumber data : Subdit Kelembagaan Page 13
25 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura memiliki tugas dan fungsi melaksanakan berbagai kegiatan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura, pengujian benih secara laboratories, penilaian varietas tanaman pangan dan hortikultura, pengawasan peredaran benih, tugastugas ketatausahaan dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka meningkatkan tugas dan fungsi serta kompetensi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) khususnya laboratorium benih, maka perlu menerapkan Sistem Manajemen Laboratorium berdasarkan SNI ISO/IEC , dengan tujuan didapatkan suatu standar yang sama dari hasil suatu pengujian laboratorium, untuk itu laboratorium BPSB perlu diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Dari Jumlah laboratorium pengujian benih di 33 Provinsi yang telah mendapatkan akreditasi sebanyak 16 laboratorium terdiri dari Balai Besar PPMBTPH Cimanggis, BPSBTPH Provinsi Jawa Barat, BPSBTPH Provinsi Jawa Tengah, BPSBTPH Provinsi Jawa Timur, BPSBTPH Provinsi DI Yogyakarta, BPSBTPH Provinsi DKI Jakarta, BPSBTPH Provinsi Lampung, BPSBTPH Provinsi Sumatera Selatan, BPSBTPH Provinsi Sumatera Utara BPSBTPH Provinsi Sumatera Barat, BPSBTPH Provinsi Kalimantan Selatan, BPSBTPH Provinsi Kalimantan Barat, BPSBTPH Provinsi Sulawesi Selatan, BPSBTPH Provinsi Sulawesi Tenggara, BPSBTPH Provinsi Nusa Tenggara Barat dan BPSBTPH Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sedang dalam proses akreditasi 7 laboratorium yang terdiri dari BPSBTPH Provinsi Maluku, BPSBTPH Provinsi Sulawesi Utara, BPSBTPH Provinsi Kalimantan Timur, BPSBTPH Provinsi Kalimantan Tengah, BPSBTPH Provinsi Aceh, BPSBTPH Provinsi Banten dan BPSBTPH Provinsi Bengkulu dan yang dalam 9 laboratorium BPSBTPH Provinsi Papua Barat, BPSBTPH Provinsi Jambi, BPSBTPH Provinsi Riau, BPSBTPH Provinsi Bali, BPSBTPH Provinsi Sulawesi Tengah, BPSBTPH Provinsi Gorontalo, BPSBTPH Provinsi Sulawesi Barat, BPSBTPH Provinsi Maluku Utara, BPSBTPH Provinsi Papua. Page 14
26 I. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih (Provinsi dan Kabupaten/Kota) Keberadaan kelembagaan Balai Benih setelah diberlakukannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, pada umumnya telah menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian Provinsi, dan menjadi kewenangan daerah. Sampai dengan tahun 2012, dari 33 provinsi baru 32 provinsi yang telah membentuk UPTD Balai Benih. Sedangkan 1 provinsi yaitu Kepulauan Riau secara struktural berada dibawah Seksi Benih pada Subdin Produksi Dinas Pertanian Provinsi yang berfungsi sebagai unit produksi benih sumber. Dengan beragamnya organisasi di daerah, maka nomenklatur (penamaan) kelembagaan Balai Benih sangat beragam, antara lain: Balai Benih Induk (BBI), Balai Benih Utama (BBU), Instalasi Kebun Benih, Unit Produksi Benih, Kebun Benih, Balai Perbenihan dan Pembibitan, Instalasi Benih Induk, Balai Benih/Bibit, Unit Pengembangan Benih, Unit Perbenihan Induk, dan Kebun Benih Kabupaten. Dari hasil inventarisasi kelembagaan Balai Benih, telah terbentuk 32 UPTD Balai Benih di 33 provinsi, dan terdiri dari beberapa unit produksi yang penamaannya beragam sesuai dengan keadaan daerah masing-masing. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman Pangan dan atau Hortikultura, adapun tugas pokok Balai Benih adalah melaksanakan produksi dan penyebarluasan benih varietas unggul bersertifikat kelas Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP), sedangkan fungsi Balai Benih yaitu melaksanakan Produksi Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP), Penyebarluasan (penyaluran) Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP) kepada produsen benih, melaksanakan observasi penerapan teknologi perbenihan, baik teknologi produksi maupun pasca panen, melaksanakan pemurnian kembali varietas unggul, melaksanakan pembinaan teknis kepada produsen benih, melaksanakan penyebarluasan informasi perbenihan dan melaksanakan pengawasan internal. Page 15
27 IV. KEBIJAKAN Sesuai tugas dan fungsi Direktorat Perbenihan, kebijakan pengembangan perbenihan diprioritaskan pada: a. Plasma Nutfah untuk Pemuliaan dapat dari dalam dan luar negeri. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pada penjelasan Pasal 9 Ayat (4) disebutkan bahwa Plasma Nutfah mempunyai peran sangat mendasar dan merupakan kekayaan yang terpendam dan tidak ternilai harganya, sehingga menjadi kewajiban Pemerintah bersama masyarakat untuk melestarikan dan memanfaatkannya. Dalam rangka pemuliaan tanaman dapat dilakukan tukar menukar plasma nutfah dengan luar negeri,tanpa mengurangi kepentingan nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RepubIik Indonesia Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman bahwa plasma nutfah merupakan unsur yang sangat mendasar dalam kegiatan pemuliaan tanaman dan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perolehan benih bermutu, sehingga pelestarian plasma nutfah yang merupakan kekayaan nasional perlu ditingkatkan guna menunjang usaha pengembangan budidaya tanaman. Disebutkan pada Pasal 1 Ayat (2) bahwa plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Disebutkan pada Pasal 14 Ayat (1) bahwa pengeluaran plasma nutfah dari wilayah negara Repubik Indonesia hanya untuk keperluan penelitian dalam rangka pemuliaan tanaman dan dilakukan secara tukar menukar plasma nutfah. Dalam Pasal 18 Ayat (1) disebutkan bahwa varietas unggul berasal dari varietas baru atau varietas lokal yang mempunyai potensi tinggi. b. Benih yang diedarkan harus memenuhi peraturan perundangan (Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Pertanian). Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pada Pasal 13 Ayat (2) disebutkan bahwa benih bina yang diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman Pasal 1 Ayat (7) bahwa benih bina adalah benih varietas Page 16
28 unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina dijelaskan bahwa calon pengedar benih harus mengajukan permohonan sebagai pengedar benih kepada Bupati/Walikota melalui Dinas Pertanian yang menangani perbenihan dengan melengkapi administrasi yang telah ditentukan. c. Perlakuan yang sama pada Industri/Produsen Benih dan Distributor/Penyalur Pedagang Benih. Pemerintah memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada Industri/Produsen Benih dan Distributor/Penyalur Benih untuk memproduksi dan mengedarkan benih. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2006 Pasal 7 yang menyatakan bahwa setiap produsen benih (perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah) yang akan memproduksi benih bina harus menguasai lahan dan memiliki sarana pengolahan benih yang memadai, sarana penunjang sesuai dengan jenis benihnya, dan tenaga yang mempunyai pengetahuan di bidang perbenihan. Sedangkan hak dan kewajiban distributor/penyalur benih, diatur dalam Pasal 47 antara lain diberikan tanda daftar pengedar benih bina jika telah memenuhi persyaratan yang ditentukan mematuhi peraturan perundang-undangan perbenihan yang berlaku, memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan, menjaga mutu benih bina yang diedarkan, mendaftar ulang pada setiap akhir tahun. d. Fasilitasi penumbuhkembangan peran swasta dalam pengembangan perbenihan. Pemerintah mendukung sepenuhnya instansi/swasta terkait untuk mengembangkan program perbenihan tanaman pangan, antara lain melalui kegiatan pemberdayaan penangkar benih, dan peningkatan kemampuan industri perbenihan, baik yang dikelola oleh Pemerintah maupun swasta, melalui peningkatan aspek-aspek strategis antara lain penelitian dan pengembangan varietas, perbanyakan benih, pengawasan mutu dan sertifikasi benih, distribusi/pemasaran dan penggunaan benih di tingkat petani. Peranan penangkar benih dalam penyediaan benih varietas unggul bersertifikat sangat penting tetapi disisi lain masih memiliki keterbatasan seperti luas areal produksi dan sumber daya manusia. Untuk mendukung dan meningkatkan kinerja para penangkar benih tersebut maka lembaga/institusi yang ada di aderah antara lain seperti Dinas Page 17
29 Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Balai Benih Padi/Palawija dan Produsen Benih Swasta/Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tentunya harus selalu melakukan pembinaan dan memberikan dukungan kepada penangkar benih untuk aspek teknis maupun manajemen. Page 18
30 V. KEGIATAN TEKNIS A. Penilaian Varietas 1. Pengujian Adaptasi/Multilokasi Rencana pengiriman galur/mutan untuk kegiatan uji adaptasi/multilokasi yang dilaksanakan oleh BPSBTPH dibeberapa provinsi pada tahun 2012 sebanyak 87 galur. Rincian rencana dan realisasi pengiriman galur/mutan uji adaptasi/multilokasi ke provinsi seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Rencana dan Realisasi Pengiriman Galur/Mutan Uji Adaptasi/Multilokasi Tahun 2012 No Propinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Bali NTB NTT Kalsel Kaltim Kalteng Kalbar Sulsel Sulteng Sultra Sulut Maluku Papua Bengkulu Malut Banten Gorontalo Sulbar Papua Barat Babel Rencana (Unit) Realisasi (Unit) Padi Palawija Total Padi Palawija Total Jumlah Sumber data : Subdit PVMB Page 19
31 Realisasi pengiriman galur uji adaptasi ke seluruh provinsi pada tahun 2012 untuk padi sebanyak 76 unit dan palawija sebanyak 11 unit sehingga jumlahnya 87 unit atau 100% dari rencana 87 unit. 2. Pelepasan Varietas Selama periode Januari Desember 2012, telah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Pelepasan Varietas Tanaman Pangan sebanyak 46 varietas terdiri dari 8 varietas padi hibrida, 17 varietas padi sawah inbrida, 4 varietas padi rawa, 2 varietas padi pasang surut lokal, 2 varietas padi gogo, 10 varietas jagung hibrida dan 2 varietas kacang tanah dan 1 varietas ubi kayu. Data seperti pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Pelepasan Varietas Tanaman Pangan Komoditas Nama Varietas Pengusul 1. Padi A. Padi Hibrida 1. Lestari 3 PT. Multiagro Pangan Lestari 2. Lestari 5 PT. Multiagro Pangan Lestari 3. Lestari 6 PT. Multiagro Pangan Lestari 4. Pramitha PT. Nusantara Surya Benih 5. Chandra PT. Nusantara Surya Benih 6. BS 88 SHS Boshima Seed Co. & PT SHS (Persero) 7. BS 99 SHS Boshima Seed Co. & PT SHS (Persero) 8. DG 5 SHS Devgen NV & PT SHS (Persero) B. Padi Inbrida a. Padi Sawah 1. Inpari 21 Batipuah BB Padi & BPTP Sumatera Barat 2. IPB 3S Institut Pertanian Bogor 3. IPB 4S Institut Pertanian Bogor 4. Inpari 26 Balai Besar Penelitian Padi 5. Inpari 27 Balai Besar Penelitian Padi 6. Inpari 28 Kerinci Balai Besar Penelitian Padi 7. Inpari 29 Rendaman Balai Besar Penelitian Padi 8. Inpari 30 Ciherang Balai Besar Penelitian Padi Sub 1 9. Inpari Mugibat BATAN & Balai Besar Penelitian Padi 10. Inpari 22 Balai Besar Penelitian Padi 11. Inpari 23 Bantul Balai Besar Penelitian Padi & 12. Inpari 24 Gabusan Pemda Kab. Bantul 13. Inpari 25 Opak Jaya 14. Suluttan Unsrat 1 BATAN, Univ. Sam Ratulangi & Diptannak 15. Suluttan Unsrat 2 Prov. Sulawesi Utara 16. Pak Tiwi 1 PT. Agri Makmur Pertiwi 17. Pak Tiwi 2 PT. Agri Makmur Pertiwi b. Padi Rawa 1. IPB Batola 5R IPB & Pemda Kab. Barito Kuala, Kalsel 2. IPB Batola 6R IPB & Pemda Kab. Barito Kuala, Kalsel 3. Inpara 7 Balai Besar Penelitian Padi 4. Inpara IPB Kapuas 7R Konsorsium Padi Nasional, IPB dan Kab. Kapuas c. Padi Pasang 1. Cekau Pelalawan Dinas Pertanian TP Kab. Pelalawan, BPTP Surut Lokal 2. Karya Pelalawan dan BPSB Provinsi Riau d. Padi Gogo 1. Inpago 9 Balai Besar Penelitian Padi 2. Inpago LIPI Puslit. Biotek, LIPI 2. Jagung Hibrida 1. N 37 PT. Citra Nusantara Mandiri & 2. NT 104 PT. Pertani 3. NT 105 PT. Pertani 4. Bima 16 PT. Parisona Alam Sejahtera 5. RK 457 PT. Parisona Alam Sejahtera 6. SHS 022 PT. Bangun Desa WICO 7. SHS 024 PT. Bangun Desa WICO 8. PAC 313 PT. Advanta Seed Indonesia 9. PAC 339 PT. Advanta Seed Indonesia 10. PAC 105S PT. Advanta Seed Indonesia 3. Kacang Tanah 1. HypoMa 1 Balitkabi, Malang 2. HypoMa 2 4. Ubi Kayu 1. Litbang UK2 Balitkabi, Malang Sumber data : Subdit PVMB Page 20
LAPORAN TAHUNAN 2013 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2013
LAPORAN TAHUNAN 2013 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya
Lebih terperinciLAPORAN TAHUNAN 2015 DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN
LAPORAN TAHUNAN 2015 DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan
Lebih terperinciDirektorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014. Laporan
Lebih terperinciDirektorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP
KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan secara nasional, Pemerintah telah memprogramkan
Lebih terperinciPEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016
PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP
2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-undang
Lebih terperinciEVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013
KEMENTERIAN PERTANIAN EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 DIREKTUR PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Pada Konsolidasi Hasil Pembangunan PSP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya
Lebih terperinciKegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian
Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian
Lebih terperinciKEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN
Lebih terperinciEvaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)
Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan
Lebih terperinciCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014
CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun
Lebih terperinciVI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN
VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)
WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016
KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan
PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSistem Perbenihan Jagung
Sistem Perbenihan Jagung Bahtiar, S. Pakki, dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Benih merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usahatani jagung, sehingga
Lebih terperinciSEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN
SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG
Lebih terperinciSTATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013
STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN
Lebih terperinciPEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG SUBSIDI BENIH PADI, KEDELAI, JAGUNG HIBRIDA DAN JAGUNG KOMPOSIT BERSERTIFIKAT HASIL
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH
PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 78/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengembangan
Lebih terperinciRENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018
RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017
PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Tanggal 4 Januari 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OUTLINE 1. Evaluasi 2016 2. Sasaran luas tanam
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Jl. Merdeka No. 147 Bogor, 16111 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.1-/215 DS8665-5462-5865-5297 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman
Lebih terperinciPUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015
PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015
Lebih terperinciUPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional
UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2011
No. 46 /09/63/Th.XV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2011 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI ( NTP) AGUSTUS 2011 SEBESAR 108,22
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciKeragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya No Kategori Satuan Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri Potensi Lahan Ha Air 76.7 0 7.9 690.09 0.9 60. 069.66 767.9 79.6. Air
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATAKERJA BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA PADA DINAS PERTANIAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2016
Direktorat Perbenihan Hortikultura Lt. 3 Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Telp. (021) 7815911 Fax. (021) 78847047 Email : benihhorti@pertanian.go.id Homepage : http://ditbenih.hortikultura.pertanian.go.id
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN.60/Kpts/RC.0//08 TENTANG SATUAN BIAYA MAKSIMUM PEMBANGUNAN KEBUN PESERTA PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DI LAHAN KERING TAHUN 008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman pangan berupa Serealia yaitu Padi, Jagung dan Serealia lain (antara lain gandum dan sorgum) mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional,
Lebih terperinciDATA INSPEKTORAT JENDERAL
DATA INSPEKTORAT JENDERAL 1. REALISASI AUDIT BERDASARKAN PKPT TAHUN 2003-2008 No. Tahun Target Realisasi % 1 2 3 4 5 1 2003 174 123 70,69 2 2004 174 137 78,74 3 2005 187 175 93,58 4 2006 215 285 132,55
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-.10-0/2013 DS 5053-2593-2071-0017 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004
Lebih terperinci4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciJakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP
KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian
Lebih terperinciPAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012
No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN
Lebih terperinci6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
-,.. DS:598-75-3511-324 Jakarta. 7 Desember 215 A.N MENTERI KEUANGAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN / rv ASKOLANI NIP.19666111992211 t SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 24/05/63/Th.XIX, 2 Mei NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN APRIL TURUN 0,14 PERSEN Pada NTP Kalimantan
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.1-/216 DS286-9928-784-242 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA BALAI BENIH HORTIKULTURA DAN ANEKA TANAMAN PADA DINAS
Lebih terperinciPEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015
PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 36/07/63/Th.XIX, 1 Juli NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN JUNI TURUN 0,18 PERSEN Pada NTP Kalimantan
Lebih terperinciINDONESIA Percentage below / above median
National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan pelayanan publik utamanya melalui pelayanan masyarakat dibidang penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian secara rutin melakukan
Lebih terperinciPENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI
Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan
Lebih terperinciPOTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)
POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional
Lebih terperinciVIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN
185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Wb.
Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya
Lebih terperinciPENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017
PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Samarinda, 1 Maret 2017 1 LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 15/03/63/Th.XIX, 1 Maret NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN FEBRUARI TURUN 0,22 PERSEN Pada NTP
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan
Lebih terperinciINDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan pelayanan publik utamanya melalui pelayanan masyarakat dibidang penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian secara rutin melakukan
Lebih terperincidalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013
Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014
PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014 DIREKTORAT JENDERAL HOLTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan
Lebih terperinciDUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS INSENTIF PETUGAS PENGAMAT TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Insentif Petugas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017
Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus
Lebih terperinciKRONOLOGIS PELELANGAN UMUM (E-PROC) PENGADAAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2012
KRONOLOGIS PELELANGAN UMUM (E-PROC) PENGADAAN BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL (BLBU) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2012 1. Jadwal Lelang secara elektronik (e-proc) yang dilaksanakan oleh
Lebih terperinciDESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH
DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH Deskriptif Statistik Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pendataan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 mencakup 33 propinsi,
Lebih terperinciPENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG
BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa
Lebih terperinci