LAPORAN TAHUNAN 2013 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TAHUNAN 2013 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2013"

Transkripsi

1 LAPORAN TAHUNAN 2013 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2013

2 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya dapat disusun. Laporan Tahunan ini dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Direktorat Perbenihan selama Tahun Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Perbenihan, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perbenihan merupakan salah satu unit kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang mempunyai fungsi pengaturan di bidang perbenihan untuk menunjang tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Peran Direktorat Perbenihan adalah mendorong peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat melalui penguatan sistem penyediaan benih. Dalam proses penyediaan benih, Direktorat Perbenihan melibatkan beberapa kelembagaan seperti institusi pengawasan dan sertifikasi (BPSB, LSSM dsb) dan institusi produksi benih antara lain Balai Benih, UPBS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, BATAN, Produsen Benih Swasta/BUMN/Penangkar Benih dan lain-lain. Terkait dengan peran Direktorat Perbenihan tersebut dan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai selama tahun 2013, Laporan Tahun 2013 ini disusun. Laporan ini berisikan kegiatan Direktorat Perbenihan mencakup kegiatan teknis dan kegiatan administrasi serta kegiatan lain yang mendukung kegiatan teknis seperti rapat koordinasi dan workshop. Direktorat Perbenihan juga mendapat tugas untuk pelaksanaan kegiatan Subsidi Benih dan Cadangan Benih Nasional (CBN). Pelaksanaan kegiatan teknis meliputi kegiatan Penilaian Varietas, Pemasukan dan Pengeluaran Benih, Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih, Produksi Benih Sumber, Revitalisasi/Optimalisasi Balai Benih, Pemberdayaan Penangkar Benih dan Insentif Pengawas Benih. Sedangkan pelaksanaan kegiatan administrasi meliputi kepegawaian, suratmenyurat, rumah tangga dan perlengkapan, serta keuangan DIPA TA i

3 Disadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyajian Laporan Tahunan ini, oleh karena itu diharapkan saran dan masukan untuk penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta hasil-hasil yang telah dicapai di bidang perbenihan tanaman pangan. Jakarta, Maret 2014 Direktur Perbenihan, Bambang Budhianto NIP ii

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vi RINGKASAN EKSEKUTIF... viii I. PENDAHULUAN... 1 A Latar Belakang... 1 B Tujuan... 2 C Sasaran... 2 II. DASAR HUKUM... 3 III. KEBIJAKAN... 5 IV. KETERKAITAN ANTARA DIREKTORAT PERBENIHAN DENGAN KELEMBAGAAN PERBENIHAN LAINNYA... 8 A Badan Benih Nasional (BBN)... 8 B Lembaga Pemuliaan Tanaman... 8 C Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih... 9 D Produsen Benih E Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) F Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) G Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH) H Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) I Pengedar Benih V. KEGIATAN TEKNIS A Penilaian Varietas Pengujian Adaptasi/Multilokasi Pelepasan Varietas... 3 Inventarisasi Penyebaran Varietas B Pemasukan dan Pengeluaran Benih C Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Sertifikasi Benih Pengecekan Mutu Benih iii

5 3 Penyaluran Benih Pasar Bebas D Produksi Benih Sumber di UPTD Balai Benih E Pemberdayaan Penangkar Benih F Revitalisasi/Optimalisasi Balai Benih G Tingkat Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Tanaman Pangan H Insentif Pengawas Benih I Rapat Koordinasi dan Workshop J Subsidi Benih TA K Cadangan Benih Nasional (CBN) L Audit Sistem Manajemen Mutu M Jumlah Produsen dan Pengedar Benih VI. KEGIATAN ADMINISTRASI A Koordinator Kepegawaian Keadaan Pegawai Pengadaan Pegawai Mutasi Pegawai B Kesejahteraan Pegawai Cuti Pembinaan Pegawai Pemeriksaan Kesehatan Pendidikan dan Pelatihan Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3) C Koordinator Pengurusan Surat D Koordinator Rumah Tangga Pemeliharaan Gedung dan Sarana Kantor Pelayanan Rapat Telepon Faximili E Koordinator Perlengkapan F Koordinator Keuangan LAMPIRAN iv

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Penyebaran Varietas Padi MT 2012/2013 dan MT Tabel 2. Penyebaran Varietas Jagung MT 2012/2013 dan MT Tabel 3. Penyebaran Varietas Kedelai MT 2012/2013 dan MT Tabel 4. Daftar Pemasukan Benih Tanaman Pangan Tahun Tabel 5. Daftar Pengeluaran Benih Tanaman Pangan Tahun Tabel 6. Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Tanam untuk Perbanyakan Benih Sumber pada Areal Produksi Benih Sumber di Balai Benih TA Tabel 7. Pencapaian Optimalisasi Balai Benih Tahun 2013 Dibanding Tahun Tabel 8. Alur produksi benih berdasarkan kelas benih, tipe lahan dan produsen dalam sistem JABALSIM Tabel 9. Rencana dan Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi Padi Inbrida, Padi Hibrida, Jagung Hibrida, Jagung Komposit dan Kedelai TA Tabel 10. Stok Cadangan Benih Nasional (CBN) Berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangan s/d 31 Desember Tabel 11. Stok dan Realisasi Penggunaan Cadangan Benih Nasional (CBN) s/d 31 Desember Tabel 12. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Golongan Tabel 13. Rekapitulasi Jumlah Pegawai Direktorat Perbenihan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 14. Rekapitulasi Jumlah Pegawai Direktorat Perbenihan Berdasarkan Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tabel 15. Pegawai yang beralih tugas atau mutasi Direktorat Perbenihan Tabel 16. Pegawai yang Memasuki Masa Purna Bakti Tabel 17. Pegawai yang mengikuti pendidikan dan pelatihan Tabel 18. Surat Masuk dan Surat Keluar Tabel 19. Pelayanan Rapat Dinas Tahun Tabel 20. Penggunaan Telepon Tahun Tabel 21. Penggunaan Faximile Tahun v

7 DAFTAR LAMPIRAN Tabel Lampiran 1 Nama dan Jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tahun 2013 Tabel Lampiran 2 Rencana dan Realisasi Pengiriman Galur/Mutan Uji Adaptasi/Multilokasi Tahun 2013 Tabel Lampiran 3 Pelepasan Varietas Tanaman Pangan Tabel Lampiran 4 Realisasi Penangkaran Benih Padi Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 Tabel Lampiran 5 Realisasi Penangkaran Benih Jagung Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 Tabel Lampiran 6 Realisasi Penangkaran Benih Kedelai Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 Tabel Lampiran 7 Realisasi Penangkaran Benih Kacang Tanah Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 Tabel Lampiran 8 Realisasi Penangkaran Benih Kacang Hijau Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 Tabel Lampiran 9 Realisasi Produksi Benih Padi Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 Tabel Lampiran 10 Realisasi Produksi Benih Jagung Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 Tabel Lampiran 11 Realisasi Produksi Benih Kedelai Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 Tabel Lampiran 12 Realisasi Produksi Benih Kacang Tanah Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 Tabel Lampiran 13 Realisasi Produksi Benih Kacang Hijau Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 Tabel Lampiran 14 Realisasi Pengecekan Mutu Benih Padi Tahun 2013 Tabel Lampiran 15 Realisasi Pengecekan Mutu Benih Jagung Komposit Tahun 2013 Tabel Lampiran 16 Realisasi Pengecekan Mutu Benih Jagung Hibrida Tahun 2013 Tabel Lampiran 17 Realisasi Pengecekan Mutu Benih Kedelai Tahun 2013 Tabel Lampiran 18 Realisasi Pengecekan Mutu Benih Kacang Tanah Tahun 2013 Tabel Lampiran 19 Realisasi Pengecekan Mutu Benih Kacang Hijau Tahun 2013 Tabel Lampiran 20 Realisasi Penyaluran Benih Pasar Bebas Tahun 2013 vi

8 Tabel Lampiran 21 Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Padi per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 22 Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Jagung per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 23 Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Kedelai per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 24 Rencana dan Realisasi Perbanyakan Benih Sumber Kacang Tanah per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 25 Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Kacang Hijau per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 26 Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Ubi Kayu per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 27 Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Ubi Jalar per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 28 Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Sorgum per Provinsi Tahun 2013 Tabel Lampiran 29 Rencana dan Realisasi Pemberdayaan Penangkar Benih Padi Inbrida dan Kedelai TA 2013 Grafik Lampiran 1 Perkembangan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Padi Tahun 2012 s/d 2013 Tabel Lampiran 30 Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Padi Tahun 2012 s/d 2013 Grafik Lampiran 2 Perkembangan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Jagung Tahun 2012 s/d 2013 Tabel Lampiran 31 Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Jagung Tahun 2012 s/d 2013 Grafik Lampiran 3 Perkembangan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Kedelai Tahun 2012 s/d 2013 Tabel Lampiran 32 Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Kedelai Tahun 2012 s/d 2013 Tabel Lampiran 33 Alokasi Anggaran Insentif Pengawas Benih Tanaman (PBT) dan Kendaraan Roda Dua pada UPTD BPSBTPH TA 2013 Tabel Lampiran 34 Rencana dan Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi Padi Inbrida per Provinsi per BUMN Tabel Lampiran 35 Rencana dan Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi Padi Hibrida per Provinsi per BUMN Tabel Lampiran 36 Rencana dan Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi vii

9 Jagung Hibrida per Provinsi per BUMN Tabel Lampiran 37 Rencana dan Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi Jagung Komposit per Provinsi per BUMN Tabel Lampiran 38 Rencana dan Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi Kedelai per Provinsi per BUMN Tabel Lampiran 39 Perusahaan/Produsen Yang Diaudit, Waktu Pelaksanaan Audit, dan PNBP Yang Disetorkan LSSMBTPH Ke Kas Negara Tabel Lampiran 40 Jumlah Produsen Benih Tanaman Pangan dan Kemampuan Produksi Benih Tahun 2013 Tabel Lampiran 41 Jumlah Pengedar (Pedagang/Penyalur) Benih Tanaman Pangan dan Kemampuan Penyalurannya Benih Tahun 2013 viii

10 RINGKASAN EKSEKUTIF Sasaran kegiatan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan adalah terlaksananya pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan melalui pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam upaya mendukung pelaksanaan kegiatan secara efisien dan efektif. Hasil kegiatan TA 2013 dapat disampaikan sebagai berikut : 1. Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat kelas Benih Sebar (BR) pada tahun 2013 untuk padi sebesar 46,63%, jagung sebesar 47,29% dan kedelai sebesar 39,59%. 2. Selama periode Januari Desember 2013, telah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Pelepasan Varietas Tanaman Pangan sebanyak 50 varietas terdiri dari 6 (enam) varietas padi sawah inbrida, 2 (dua) varietas padi gogo inbrida, 7 (tujuh) varietas padi hibrida, 20 (dua puluh) varietas jagung hibrida, 2 (dua) varietas jagung pulut komposit, 4 (empat) varietas kedelai, 1 (satu) varietas ubi jalar, 3 (tiga) varietas gandum, 3 (tiga) varietas sorgum, 1 (satu) varietas kacang tanah dan 1 (satu) varietas kacang hijau. 3. Realisasi pengiriman galur uji adaptasi ke provinsi-provinsi sampai dengan Desember 2013 untuk padi sebanyak 67 unit dan palawija sebanyak 20 unit sehingga jumlahnya 87 unit atau 100% dari rencana 87 unit. Laporan pelaksanaan uji adaptasi telah dilaporkan sebanyak 59 unit dari 87 unit (67,81%). 4. Inventarisasi luas penyebaran varietas pada TA 2013 yang meliputi MT 2012/2013 dan MT 2013 sebagai berikut : a. Penyebaran varietas padi pada MT 2012/MT 2013 dan MT 2013 seluas ha, sebesar 83,45% atau ha telah menggunakan varietas unggul yang produksinya tinggi (VPT), 7,75% atau ha menggunakan varietas unggul yang produksinya sedang (VPS) dan 8,81% atau ha menggunakan varietas yang produksinya rendah (VPR). b. Penyebaran varietas jagung pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, sebanyak 82,40% atau ha menggunakan varietas unggul yang produksinya tinggi (VPT), 1,10% atau ha menggunakan varietas yang produksinya sedang (VPS) dan 16,50% atau ha menggunakan varietas produksinya rendah (VPR). ix

11 c. Penyebaran varietas kedelai pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas 684,087 ha, sebanyak 81,04% atau , ha menggunakan varietas unggul yang produksinya tinggi (VPT), 14,33% atau ha menggunakan varietas yang produksinya sedang dan 4,63% atau ha menggunakan varietas yang produksinya rendah (VPR). d. Penyebaran varietas kacang tanah pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah varietas Gajah (24,78), Kelinci (9,26%), dan Kancil (7,63%). e. Penyebaran varietas kacang hijau pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah Parkit (18,02%), Bakti (14,42%) dan Walet (8,74%). f. Penyebaran varietas ubi kayu pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah varietas UJ5 (10,93%) dan Adira 4 (7,88%). g. Penyebaran varietas ubi jalar pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah varietas Taiwan 45 (4,70%) dan Kuningan Putih (3,40%). 5. Berdasarkan Surat Izin Pemasukan (SIP), realisasi pemasukan benih padi hibrida tahun 2013 untuk benih F1 sebanyak kg, galur sebanyak kg, dan induk sebanyak kg, sedangkan untuk benih jagung hibrida realisasi pemasukan benih F1 sebanyak kg, galur sebanyak 192 kg dan benih induk sebanyak kg. Selain itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas nama Menteri Pertanian telah menerbitkan Surat Izin Pengeluaran (SIP), realisasi pengeluaran benih padi hibrida tahun 2013 untuk benih galur sebanyak 79 kg, sedangkan untuk benih jagung hibrida realisasi pengeluaran benih F1 sebanyak kg dan benih galur sebanyak kg. 6. Sertifikasi Dan Pengawasan Mutu Benih : a. Sertifikasi Luas penangkaran benih tanaman pangan untuk kelas benih BD, BP dan BR pada tahun 2013 (padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau) seluas ,37 ha dengan rincian untuk luas penangkaran benih padi ,83 ha, jagung ,86 ha, kedelai ,30 ha, kacang tanah 602,19 ha dan kacang hijau 108,19 ha. Jumlah produksi benih sebesar ,95 ton dengan rincian untuk produksi benih padi sebesar ,07 ton, jagung sebesar ,26 x

12 ton, kedelai sebesar ,92 ton, kacang tanah sebesar 412,91 ton dan kacang hijau sebesar 40,79 ton. b. Pengawasan Mutu Benih : 1) Pengecekan Mutu Benih Sampai dengan bulan Desember 2013, jumlah benih beredar di pasar yang dicek mutunya terdiri dari benih padi sebesar 7.196,58 ton, jagung hibrida 5.193,44 ton, jagung komposit 271,69 ton, kedelai 871,41 ton dan kacang tanah 15,99 ton dan kacang hijau 0,93 ton sedangkan gandum belum ada pengecekan mutu benih. Dari jumlah tersebut yang masih memenuhi standar mutu benih, untuk benih padi sebesar 5.530,26 ton (76,85%), benih jagung hibrida 3.591,58 ton (69,16%), benih jagung komposit 158,93 ton (58,50%), benih kedelai 508,15 ton (58,31%), benih kacang tanah 11,12 ton (69,52%) dan benih kacang hijau 0,68 ton (72,97%). 2) Penyaluran Benih Pasar Bebas Sampai dengan bulan Desember 2013, jumlah benih tersalur baik yang ada di produsen maupun pengedar benih sebanyak ,27 ton. Benih padi sebanyak ,86 ton terdiri dari kelas BD sebanyak 2.198,60 ton, BP sebanyak ,69 ton, BR sebanyak ,27 ton dan Hibrida sebanyak 1.528,31 ton. Benih jagung sebanyak ,05 ton terdiri dari kelas BD sebanyak 300,33 ton, BP sebanyak 2.694,29 ton, BR sebanyak 5.411,67 ton dan Hibrida sebanyak ,75 ton. Benih kedelai sebanyak 9.562,32 ton terdiri dari kelas BD sebanyak 203,67 ton, BP sebanyak 996,82 ton dan BR sebanyak 8.361,83 ton. Benih kacang tanah jumlah 390,41 ton untuk kelas BD sebanyak 8,25 ton, BP sebanyak 19,01 ton dan untuk BR sebanyak 363,15 ton. Benih kacang hijau sebesar 11,62 ton terdiri dari kelas BD sebanyak 3,60 ton, BP sebanyak 5,04 ton dan BR sebanyak 3,68 ton. 7. Rencana dan Realisasi Produksi Benih Sumber di UPTD Balai Benih : 1. Luas areal penangkaran benih sumber padi kelas BD semula seluas 124,00 ha direvisi menjadi 95,00 ha dan kelas BP semula seluas 195,00 ha direvisi menjadi 202,00 ha. 2. Luas areal penangkaran benih sumber jagung kelas BD semula seluas 37,50 ha direvisi menjadi 32,50 ha dan kelas BP semula seluas 100,00 ha direvisi menjadi 90,00 ha. xi

13 3. Luas areal penangkaran benih sumber kedelai kelas BD seluas 63,50 ha, direvisi menjadi 60,50 ha dan kelas BP yang semula seluas 161,00 ha direvisi menjadi 146,00 ha. 4. Luas areal penangkaran benih sumber kacang tanah kelas BD semula seluas 17,00 ha direvisi menjadi 16,00 ha dan kelas BP semula seluas 39,00 ha direvisi menjadi 34,00 ha. 5. Luas areal penangkaran benih kacang hijau kelas BD semula seluas 7,25 ha direvisi menjadi 6,25 ha dan kelas BP semula seluas 19,00 ha direvisi menjadi 11,00 ha. 6. Luas areal penangkaran benih sumber ubi kayu kelas BD semula seluas 4 ha direvisi menjadi 3,00 ha dan kelas BP semula seluas 6,00 direvisi menjadi 5,00 ha. 7. Luas areal penangkaran benih ubi jalar kelas BD seluas 4,00 ha (tetap tidak ada revisi) dan kelas BP semula seluas 4,00 ha direvisi menjadi 2,00 ha. 8. Luas areal penangkaran benih sorgum kelas BD seluas 1,00 ha dan kelas BP seluas 1,00 ha. 8. Dari rencana tanam perbanyakan benih sumber seluas 709,25 ha, tahun 2013 terealisasi seluas 643,00 ha (90,66%) dengan rincian sebagai berikut: a. Benih padi kelas BD seluas 83,00 ha (87,37%) dan kelas BP seluas 172,25 ha (85,27%). b. Benih jagung kelas BD seluas 27,00 ha (83,08%) dan kelas BP seluas 85,00 ha (94,44%). c. Benih kedelai kelas BD seluas 59,50 ha (98,35%) dan kelas BP seluas 138,00 ha (94,52%). d. Benih kacang tanah kelas BD seluas 16,00 ha (100%) dan kelas BP seluas 31,00 ha (91,20%). e. Benih kacang hijau kelas BD seluas 6,25 ha (100%) dan kelas BP seluas 11,00 ha (100%). f. Benih ubi kayu kelas BD seluas 3,00 ha (100%) dan kelas BP seluas 4,00 ha (80%). g. Benih ubi jalar kelas BD seluas 4,00 ha (100%) dan BP 2,00 ha (100%). h. Benih sorgum kelas BD seluas 1,00 ha (100%) dan BP 0,00 ha (0%). xii

14 11. Insentif Pengawas Benih Tanaman (PBT) tahun 2013 dialokasikan untuk 31 Provinsi di Indonesia sejumlah Rp ,00 (Dua Milyar Empat Ratus Delapan Puluh Empat Juta Rupiah) untuk 828 orang PBT, sedangkan 2 Provinsi yaitu Provinsi Kepulauan Riau tidak mendapatkan alokasi insentif PBT karena belum terdapat petugas Pengawas Benih Tanaman. 12. Anggaran yang tersedia untuk kegiatan Pemberdayaan Penangkar Benih Tahun 2013 untuk komoditas padi seluas ha di 30 provinsi dan pemberdayaan penangkar benih kedelai seluas ha di 23 provinsi. Berdasarkan laporan yang diterima dari daerah, realisasi pemberdayaan penangkar benih padi ,00 ha (92,41%) dan kedelai 3.014,00 ha (86,11%). 13. Kegiatan revitalisasi/optimalisasi Balai Benih telah dilaksanakan di 11 provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Papua, Papua Barat dan Sulawesi Barat, sedangkan pada Provinsi Sumatera Selatan tidak jadi dilaksanakan. 14. Realisasi penggunaan Cadangan Benih Nasional (CBN) berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangan sampai dengan 31 Desember 2013 untuk komoditas padi inbrida sebesar 1.542,83 ton, padi hibrida 485,50 ton, jagung hibrida 454,42 ton dan kedelai 902,80 ton. Stok akhir Cadangan Benih Nasional (CBN) sampai dengan 31 Desember 2013 untuk komoditas padi inbrida ,87 ton, padi hibrida 715,34 ton, jagung hibrida 1.979,54 ton, jagung komposit 1.075,42 ton dan kedelai 7.621,68 ton. 15. Rencana alokasi Subsidi Benih TA 2013 sebanyak kg terdiri dari benih padi inbrida kg, padi hibrida kg, jagung hibrida kg, jagung komposit kg dan kedelai kg. Realisasi penjualan benih bersubsidi padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida, jagung komposit, dan kedelai sebanyak kg (34,33%) terdiri dari benih padi inbrida kg (39,16%), padi hibrida kg (24,14%), jagung hibrida kg (7,98%), jagung komposit kg (18,24%) dan kedelai kg (16,17%). 16. Keadaan pegawai Direktorat Perbenihan sampai dengan Desember 2013 berjumlah 64 orang pegawai. Pegawai yang mendapatkan kenaikan pangkat 16 orang, yang mendapatkan kenaikan gaji berkala 50 orang, xiii

15 yang berpindah/alih tugas 2 orang dan yang memasuki masa purna tugas ada 3 orang. 17. Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tahun 2013, Direktorat Perbenihan dalam melaksanakan pembinaan/kegiatan melalui program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan mendapatkan alokasi dana Rp ,00. Realisasi keuangan pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 (79,84%). xiv

16 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu wujud pembangunan nasional bertujuan untuk mendukung usaha-usaha peningkatan produksi serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sampai saat ini masih cukup banyak luas lahan usaha petani yang belum mencapai produktivitas yang optimal, antara lain disebabkan belum diterapkannya paket anjuran teknologi secara tepat. Diantara faktor-faktor produksi, penggunaan benih varietas unggul bersertifikat memegang peranan yang cukup penting, karena selain dapat meningkatkan produktivitas juga dapat meningkatkan mutu hasil serta sarana dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pertanian tanaman pangan mempunyai arti strategis dalam perekonomian nasional, karena sub-sektor ini menyediakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan yaitu bahan pangan, yang saat ini menopang kehidupan lebih dari 60% petani di Indonesia. Dalam pembangunan tanaman pangan, benih memegang peran yang sangat penting dan menentukan. Kontribusi penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang didukung dengan penerapan teknologi lainnya, berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produktivitas, produksi dan mutu hasil komoditas tanaman pangan. Fokus utama kegiatan perbenihan dalam rangka mendukung peningkatan produksi tanaman pangan adalah mendorong peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Upaya peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat dilakukan melalui pemberdayaan dan pengembangan kelembagaan perbenihan, peningkatan penyediaan/produksi benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan/pemberdayaan penangkar benih dan kegiatan lain yang mendukung pengembangan perbenihan. Berdasarkan Penetapan Kinerja Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan tahun 2013, sasaran strategis Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan adalah terwujudnya peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat secara berkesinambungan, yaitu penggunaan benih varietas unggul bersertifikat padi 50%, jagung 50% dan kedelai 44%. 1

17 B. Tujuan Laporan Tahunan bertujuan untuk memberikan informasi hasil capaian kegiatan Direktorat Perbenihan selama tahun C. Sasaran Terinformasinya hasil kegiatan Direktorat Perbenihan selama tahun

18 II. DASAR HUKUM Dalam mewujudkan tercapainya peningkatan penggunaan benih unggul bersertifikat secara berkesinambungan, Direktorat Perbenihan berupaya untuk meningkatkan ketersediaan benih unggul bersertifikat, meningkatkan kualitas pengawasan dan sertifikasi benih serta memberdayakan dan meningkatkan peranan kelembagaan benih. Untuk itu Pemerintah menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan yang dijadikan sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan pengelolaan sistem penyediaan benih Tanaman Pangan. Peraturan Perbenihan tersebut meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman; 3. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1971 tentang Badan Benih Nasional; 4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Permentan/OT.140/8/2006 juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/OT.140/11/2007 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih; 5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina; 6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas; 7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.120/12/2012 tentang Pedoman Cadangan Benih Nasional; 8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 67/Permentan/OT.140/6/2013 juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/OT.140/7/2013 tentang Pedoman Subsidi Benih Tahun Anggaran 2013; 9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor /Kpts/KP.150/10/1999 juncto 361/Kpts/KP.150/5/2002 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura; 10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman Pangan dan atau Hortikultura; 11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3517/Kpts/OT.160/10/2012 tentang Tim Pembinaan, Pengawasan dan Sertifikasi Benih (TP2S) Tanaman Pangan dan Perkebunan; 3

19 12. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4472/Kpts/OT.160/7/2013 tentang Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V) Tanaman Pangan, Perkebunan dan Tanaman Pakan Ternak; 13. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 01/Kpts/HK.301/C/1/2009 tentang Tata Cara dan Ketentuan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan; 14. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 78/HK.310/C/12/2012, tentang Petunjuk Teknis Cadangan Benih Nasional (CBN); 15. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 39/HK.310/C/7/2013 tentang Petunjuk Teknis Subsidi Benih; 16. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 14/HK.310/C/3/2013 tentang Penetapan Benih Kedelai dapat Diperbanyak Melalui Pola Perbanyakan Benih Ganda (Poly Generation Flow). 4

20 III. KEBIJAKAN Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan tanaman pangan. Dan mempunyai fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih,produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, produksi benih serealia, produksi benih aneka kacang dan umbi, dan kelembagaan benih; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. Sesuai tugas dan fungsi Direktorat Perbenihan, kebijakan perbenihan diprioritaskan pada: a. Plasma Nutfah untuk Pemuliaan dapat dari dalam dan luar negeri. Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pada penjelasan Pasal 9 Ayat (4) disebutkan bahwa Plasma Nutfah mempunyai peran sangat mendasar dan merupakan kekayaan yang terpendam dan tidak ternilai harganya, sehingga menjadi kewajiban Pemerintah bersama masyarakat untuk melestarikan dan memanfaatkannya. Dalam rangka pemuliaan tanaman dapat dilakukan tukar menukar plasma nutfah dengan luar negeri,tanpa mengurangi kepentingan nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman bahwa plasma nutfah merupakan unsur yang sangat mendasar dalam kegiatan pemuliaan tanaman dan mempunyai 5

21 peranan yang sangat menentukan bagi perolehan benih bermutu, sehingga pelestarian plasma nutfah yang merupakan kekayaan nasional perlu ditingkatkan guna menunjang usaha pengembangan budidaya tanaman. Disebutkan pada Pasal 1 Ayat (2) bahwa plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Selanjutnya pada Pasal 14 Ayat (1) bahwa pengeluaran plasma nutfah dari wilayah negara Repubik Indonesia hanya untuk keperluan penelitian dalam rangka pemuliaan tanaman dan dilakukan secara tukar menukar plasma nutfah. Dalam Pasal 18 Ayat (1) disebutkan bahwa varietas unggul berasal dari varietas baru atau varietas lokal yang mempunyai potensi tinggi. b. Benih yang diedarkan harus memenuhi peraturan perundangan (Undang Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Pertanian). Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pada Pasal 13 Ayat (2) disebutkan bahwa benih bina yang diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman Pasal 1 Ayat (7) bahwa benih bina adalah benih varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina dijelaskan bahwa calon pengedar benih harus mengajukan permohonan sebagai pengedar benih kepada Bupati/Walikota melalui Dinas Pertanian yang menangani perbenihan dengan melengkapi administrasi yang telah ditentukan. c. Perlakuan yang sama pada Industri/Produsen Benih dan Distributor/Penyalur Pedagang Benih. Pemerintah memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada Industri/Produsen Benih dan Distributor/Penyalur Benih untuk memproduksi dan mengedarkan benih. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun 2006 Pasal 7 yang menyatakan bahwa setiap produsen benih (perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah) yang akan memproduksi benih bina harus menguasai lahan dan memiliki sarana pengolahan benih yang memadai, sarana penunjang sesuai dengan jenis benihnya, dan tenaga yang mempunyai pengetahuan dibidang 6

22 perbenihan. Sedangkan hak dan kewajiban distributor/penyalur benih, diatur dalam Pasal 47 antara lain diberikan tanda daftar pengedar benih bina jika telah memenuhi persyaratan yang ditentukan mematuhi peraturan perundang-undangan perbenihan yang berlaku, memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan, menjaga mutu benih bina yang diedarkan, mendaftar ulang pada setiap akhir tahun. d. Fasilitasi penumbuhkembangan peran swasta dalam pengembangan perbenihan. Pemerintah mendukung sepenuhnya instansi/swasta terkait untuk mengembangkan program perbenihan tanaman pangan, antara lain melalui kegiatan pemberdayaan penangkar benih, dan peningkatan kemampuan industri perbenihan, baik yang dikelola oleh Pemerintah maupun swasta, melalui peningkatan aspek-aspek strategis antara lain penelitian dan pengembangan varietas, perbanyakan benih, pengawasan mutu dan sertifikasi benih, distribusi/pemasaran dan penggunaan benih di tingkat petani. Peranan penangkar benih dalam penyediaan benih varietas unggul bersertifikat sangat penting tetapi disisi lain masih memiliki keterbatasan seperti luas areal produksi dan sumber daya manusia. Untuk mendukung dan meningkatkan kinerja para penangkar benih tersebut maka lembaga/institusi yang ada di aderah antara lain seperti Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Balai Benih Padi/Palawija dan Produsen Benih Swasta/Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tentunya harus selalu melakukan pembinaan dan memberikan dukungan kepada penangkar benih untuk aspek teknis maupun manajemen. 7

23 IV. KETERKAITAN ANTARA DIREKTORAT PERBENIHAN DENGAN KELEMBAGAAN PERBENIHAN LAINNYA Selain Direktorat Perbenihan ada kelembagaan benih lain di antaranya Badan Benih Nasional (BBN), Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH), Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH), Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP), Lembaga Pemuliaan Tanaman, Produsen dan Pengedar Benih, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih. Kegiatan perbenihan juga dilakukan oleh lembaga lain tersebut dengan anggaran dari Direktorat Perbenihan diantaranya pada LSSMBTPH, UPTD BPSBTPH, dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih. Ada juga yang hanya bersifat koordinasi fungsi administrasi yaitu pada Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Tugas dan fungsi kelembagaan perbenihan lainnya adalah sebagai berikut : A. Badan Benih Nasional (BBN) Badan Benih Nasional (BBN) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun Badan ini merupakan kelembagaan non struktural yang bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Mempunyai tugas merumuskan peraturan-peraturan pembinaan produksi dan pemasaran, mengajukan pertimbangan kepada Menteri Pertanian tentang peraturan benih meliputi penetapan varietas dan pengawasan produksi serta pemasaran dan berfungsi membantu Menteri Pertanian dalam merencanakan dan merumuskan kebijakan dibidang Perbenihan. Struktur BBN terdiri dari Kesekretariatan, Tim Pembinaan Pengawasan dan Sertifikasi (TP2S) serta Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V). B. Lembaga Pemuliaan Tanaman Kegiatan penelitian dan pemuliaan tanaman pangan tidak hanya dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan yang berkedudukan dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian yaitu Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Sukamandi, Balai Penelitian Tanaman 8

24 Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) di Malang, Balai Penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL) di Maros, namun dapat dilaksanakan juga oleh lembaga penelitian lain seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta baik nasional maupun multinasional. Untuk penelitian komoditi spesifik lokasi dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang berkedudukan di provinsi, sedangkan perguruan tinggi yang biasa menyelenggarakan penelitian dan pemuliaan dalam rangka penemuan varietas unggul baru, antara lain Institut Pertanian Bogor, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Negeri Jember, Universitas Pajajaran, dan Universitas Lampung. C. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Keberadaan kelembagaan Balai Benih setelah diberlakukannya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, pada umumnya telah menjadi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pertanian Provinsi, dan menjadi kewenangan daerah. Sampai dengan tahun 2013, dari 33 provinsi baru 31 provinsi yang telah membentuk UPTD Balai Benih. Sedangkan 2 provinsi yaitu Kepulauan Riau dan DKI Jakarta belum membentuk UPTD Balai Benih. Di Kepulauan Riau UPTD Balai Benih secara struktural berada dibawah Seksi Benih pada Subdin Produksi Dinas Pertanian Provinsi yang berfungsi sebagai unit produksi benih sumber sedangkan di Provinsi DKI Jakarta hanya ada UPTD Balai Benih Hortikultura. Dengan beragamnya organisasi di daerah, maka nomenklatur (penamaan) kelembagaan Balai Benih sangat beragam, antara lain: Balai Benih Induk (BBI), Instalasi Kebun Benih, Unit Produksi Benih, Kebun Benih, Balai Perbenihan dan Pembibitan, Instalasi Benih Induk, Balai Benih/Bibit, Unit Pengembangan Benih dan Unit Perbenihan Induk. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman Pangan dan atau Hortikultura, adapun tugas pokok Balai Benih adalah melaksanakan produksi dan penyebarluasan benih varietas unggul bersertifikat kelas Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP), sedangkan fungsi Balai Benih yaitu melaksanakan Produksi Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP), Penyebarluasan (penyaluran) Benih 9

25 Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP) kepada produsen benih, melaksanakan observasi penerapan teknologi perbenihan, baik teknologi produksi maupun pasca panen, melaksanakan pemurnian kembali varietas unggul, melaksanakan pembinaan teknis kepada produsen benih, melaksanakan penyebarluasan informasi perbenihan dan melaksanakan pengawasan internal. D. Produsen Benih. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, yang dimaksud dengan produsen benih bina adalah perorangan, badan hukum atau instansi Pemerintah yang melakukan proses produksi benih bina bisa swasta/bumn/penangkar. E. Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Pertanian No: 78/Permentan/OT.140/11/2011. Balai Besar PPMB-TPH sebagai Unit Pelaksana Teknis Pusat yang secara administratif bertanggungjawab kepada Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan dan secara teknis dibina oleh Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Hortikultura. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2006, BBPPMBTPH mempunyai tugas melaksanakan pengembangan pengujian mutu benih dan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura. Sebagai UPT Pusat BBPPMBTPH berupaya menjadikan lembaga yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi laboratorium pengujian benih daerah (khususnya BPSBTPH), memfasilitasi hal-hal yang terkait dengan aturan perbenihan internasional, penyusunan Dokumen Sistem Mutu berdasarkan sistem manajemen mutu yang mengacu pada SNI ISO/IEC 17025:2008. F. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Berdasarkan Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 46/M.PAN/2/2001 tanggal 26 Februari 2001 perihal Penyampaian Daftar Instansi 10

26 Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan LPND, serta Keputusan Menteri Pertanian Nomor 168/Kpts/PL.810/3/2001 tanggal 8 Maret 2001 tentang Penghapusan Barang Milik/Kekayaan Negara (BM/KN) Departemen Pertanian yang ditindaklanjuti dengan pengalihan kepada Pemerintah Daerah, kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih yang telah diserahkan ke daerah dan menjadi kewenangan daerah berjumlah 25 BPSB di 25 provinsi. Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur atau Peraturan Pemerintah Daerah, telah terbentuk institusi yang menangani pengawasan dan sertifikasi benih yang berbentuk UPTD yaitu UPTD BPSB. Dari hasil inventarisasi kelembagaan pengawasan dan sertifikasi benih, sampai dengan akhir November 2013, dari 33 provinsi di Indonesia telah terbentuk 32 UPTD Institusi Pengawasan dan Sertifikasi Benih, sementara 1 provinsi pengembangan yaitu Kepulauan Riau belum membentuk UPTD BPSB, untuk kegiatan pengawasan dan sertifikasi benih masih dilaksanakan di provinsi terdekat, oleh UPTD BPSB Riau. Secara rinci nama dan jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1. UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura memiliki tugas dan fungsi melaksanakan berbagai kegiatan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura, pengujian benih secara laboratories, penilaian varietas tanaman pangan dan hortikultura, pengawasan peredaran benih, tugastugas ketatausahaan dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka meningkatkan tugas dan fungsi serta kompetensi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) khususnya laboratorium benih, maka perlu menerapkan Sistem Manajemen Laboratorium berdasarkan SNI ISO/IEC , dengan tujuan didapatkan suatu standar yang sama dari hasil suatu pengujian laboratorium, untuk itu laboratorium BPSB perlu diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Dari Jumlah laboratorium pengujian benih di 33 Provinsi yang telah mendapatkan akreditasi sebanyak 18 laboratorium terdiri dari Balai Besar PPMBTPH Cimanggis, BPSBTPH Provinsi Jawa Barat, BPSBTPH Provinsi Jawa Tengah, BPSBTPH Provinsi Jawa Timur, BPSBTPH Provinsi DI Yogyakarta, BPSBTPH Provinsi DKI Jakarta, BPSBTPH Provinsi Sumatera Selatan, BPSBTPH Provinsi Sumatera Utara, BPSBTPH Provinsi Sumatera Barat, BPSBTPH Provinsi Kalimantan Selatan, BPSBTPH Provinsi Kalimantan Barat, 11

27 BPSBTPH Provinsi Sulawesi Selatan, BPSBTPH Provinsi Sulawesi Tenggara, BPSBTPH Provinsi Nusa Tenggara Barat dan BPSBTPH Provinsi Nusa Tenggara Timur, BPSBTPH Provinsi Aceh, BPSBTPH Provinsi Sulawesi Utara dan BPSBTPH Provinsi Maluku yang sedang dalam proses akreditasi 5 (lima) laboratorium yang terdiri dari BPSBTPH Provinsi Kalimantan Timur, BPSBTPH Provinsi Kalimantan Tengah, BPSBTPH Provinsi Banten, BPSBTPH Provinsi Bengkulu dan BPSBTPH Jambi. Pada tahun 2012, BPSBTPH Lampung dan Bali masih dalam status terakreditasi namun pada tahun 2013 kedua balai ini tidak lagi dalam status terakreditasi. G. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH) LSSMBTPH adalah lembaga yang melekat pada Direktorat Perbenihan pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura, yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu pada pelaku agribisnis perbenihan. LSSMBTPH dibentuk sejak tahun 1999, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor /Kpts/KP.150/10/1999 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 361/Kpts/KP.150/5/2002 Tahun 2002 sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, sedangkan operasional LSSMBTPH berlandaskan pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 Tahun 2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina. LSSMBTPH juga telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tanggal 28 Januari 2005 dengan Sertifikat Akreditasi Nomor LSSM-020-IDN, dengan ruang lingkup kegiatan Sertifikasi Benih Tanaman, dan Re-akreditasi oleh KAN yang terakhir telah dilaksanakan dengan Sertifikat Nomor LSSM-033-IDN tanggal 18 Agustus 2011 (acuan ISO 17021). Pada tanggal 1 Maret 2013 KAN telah melaksanakan survailen II terhadap LSSMBTPH. H. Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:61/Permentan/OT.140/11/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan 12

28 Perizinan Pertanian (Pusat PVTPP) merupakan unit organisasi Eselon II di lingkungan Kementerian Petanian yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pertanian yang secara adaministratif dibina oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian. Pusat PVTPP memiliki tugas melaksanakan pengelolaan Perlindungan Varietas Tanaman serta pelayanan perizinan dan rekomendasi teknis pertanian, yang dalam kegiatannya menyelenggarakan fungsi: (a) perumusan rencana, program dan anggaran, serta kerjasama; (b) pemberian pelayanan permohonan hak dan pengujian perlindungan varietas tanaman, serta pendaftaran varietas dan sumber daya genetik tanaman; (c) penerimaan, analisis, fasilitasi proses teknis penolakan atau pemberian izin, rekomendasi teknis, dan pendaftaran di bidang pertanian; (d) pelayanan penamaan, pemberian, penolakan permohanan, pembatalan hak, serta pelayanan permohonan banding, konsultasi, pertimbangan dan perlindungan hukum perlindungan varietas tanaman; dan (e) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Struktur organisasi Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian terdiri atas: Bagian Umum, Bidang Pelayanan Perlindungan Varietas Tanaman, Bidang Pelayanan Perizinan Pertanian dan Bidang Pelayanan Hukum. Pusat PVTPP memberikan penghargaan atas kekayaan intelektual dan kepastian hukum terhadap pemuliaan tanaman yang telah menghasilkan varietas baru melalui kegiatan pemuliaan dalam bentuk Hak Perlindungan Varietas Tanaman. Perlindungan diberikan terhadap seluruh genus dan spesies tanaman dari komoditas: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Pusat PVTPP juga melaksanakan pelayanan satu pintu (one stop service) guna mendorong tumbuh kembangnya industri dan investasi di sektor pertanian melalui perizinan pertanian. I. Pengedar Benih Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, yang dimaksud dengan pengedar benih bina adalah setiap orang, badan hukum, atau instansi Pemerintah yang melakukan kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan benih bina kepada masyarakat baik untuk maupun tidak diperdagangkan. 13

29 V. KEGIATAN TEKNIS A. Penilaian Varietas 1. Pengujian Adaptasi/Multilokasi Rencana pengiriman galur/mutan untuk kegiatan uji adaptasi/multilokasi yang dilaksanakan oleh BPSBTPH dibeberapa provinsi pada tahun 2013 sebanyak 87 galur. Rincian rencana dan realisasi pengiriman galur/mutan uji adaptasi/multilokasi ke provinsi seperti pada Tabel Lampiran 2. Realisasi pengiriman galur uji adaptasi ke seluruh provinsi pada tahun 2013 untuk padi sebanyak 67 unit dan palawija sebanyak 20 unit sehingga jumlahnya 87 unit atau 100% dari rencana 87 unit. Provinsi yang telah mengirim laporan pelaksanaan uji adaptasi dari 87 unit telah dilaporkan sebanyak 59 unit. 2. Pelepasan Varietas Pada tahun 2013 telah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Pelepasan Varietas Tanaman Pangan sebanyak 50 varietas terdiri dari 6 (enam) varietas padi inbrida, 2 (dua) varietas padi gogo, 7 (tujuh) varietas padi hibrida, 20 (dua puluh) varietas jagung hibrida dan 2 (dua) varietas jagung pulut komposit, 4 (empat) varietas kedelai, 1 (satu) varietas ubi jalar, 3 (tiga) varietas gandum, 3 (tiga) varietas sorgum, 1 (satu) varietas kacang tanah dan 1 (satu) varietas kacang hijau. Secara rinci terdapat pada Tabel Lampiran Inventarisasi Penyebaran Varietas a. Padi Penyebaran varietas padi pada MT 2012/MT 2013 dan MT 2013 seluas ha, sebesar 83,45% atau ha telah menggunakan varietas unggul yang produksinya tinggi (VPT), 7,75% atau ha menggunakan varietas unggul yang produksinya sedang (VPS) dan 8,81% atau ha menggunakan varietas yang produksinya rendah (VPR). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. 14

30 Tabel 1. Penyebaran Varietas Padi MT 2012/2013 dan MT 2013 No Varietas Luas Penyebaran (Ha) % 1. V P T ,45 2. V P S ,75 3. V P R ,81 Jumlah Keterangan : VPT ,00 : Varietas Produksi Tinggi, jika produksinya > 5 ton/ha VPS : Varietas Produksi Sedang, jika produksinya hingga < 5 ton/ha VPR : Varietas Produksi Rendah, jika produksinya < 4 ton/ha > 4 ton/ha Dari jumlah tersebut, varietas yang dominan di pertanaman adalah Ciherang (35,19%), Mekongga (10,41%) dan Cigeulis (7,56%). b. Jagung Penyebaran varietas jagung pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, sebanyak 82,40% atau ha menggunakan varietas unggul yang produksinya tinggi (VPT), 1,10% atau ha menggunakan varietas yang produksinya sedang (VPS) dan 16,50% atau ha menggunakan varietas produksinya rendah (VPR). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Penyebaran Varietas Jagung MT 2012/2013 dan MT 2013 No. Varietas Luas Penyebaran (Ha) % 1. VPT ,40 2. VPS ,10 3. VPR ,50 Jumlah ,00 Keterangan : VPT : Varietas Produksi Tinggi, jika produksinya > 8 ton/ha VPS : Varietas Produksi Sedang, jika produksinya > 6 ton/ha hingga < 8 ton/ha VPR : Varietas Produksi Rendah, jika produksinya < 6 ton/ha Dari jumlah tersebut, varietas yang dominan di pertanaman adalah Bisi 2 (20,00%), P21 (8,27%) dan Bisma 16 (6,38%). c. Kedelai Penyebaran varietas kedelai pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas 684,087 ha, sebanyak 81,04% atau , ha menggunakan varietas 15

31 unggul yang produksinya tinggi (VPT), 14,33% atau ha menggunakan varietas yang produksinya sedang dan 4,63% atau ha menggunakan varietas yang produksinya rendah (VPR). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penyebaran Varietas Kedelai MT 2012/2013 dan MT 2013 No. Luas Penyebaran (Ha) % 1. VPT ,04 2. VPS ,33 3. VPR ,63 Jumlah ,00 Keterangan : VPT : VPS : VPR : Varietas Varietas Produksi Tinggi, jika produksinya > 1,5 ton/ha Varietas Produksi Sedang, jika produksinya > 1,2 ton/ha hingga < 1,5 ton/ha Varietas Produksi Rendah, jika produksinya < 1,2 ton/ha Dari jumlah tersebut, varietas yang dominan di pertanaman adalah Wilis (34,80%), Anjasmoro (24,48%), dan Grobogan (11,78%). d. Palawija Lainnya Kacang Tanah Penyebaran varietas kacang tanah pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah varietas Gajah (24,78), Kelinci (9,26%), dan Kancil (7,63%). Kacang Hijau Penyebaran varietas kacang hijau pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah Parkit (18,02%), Bakti (14,42%) dan Walet (8,74%). Ubi Kayu Penyebaran varietas ubi kayu pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah varietas UJ5 (10,93%) dan Adira 4 (7,88%). Ubi Jalar Penyebaran varietas ubi jalar pada MT 2012/2013 dan MT 2013 seluas ha, dan varietas yang dominan adalah varietas Taiwan 45 (4,70%) dan Kuningan Putih (3,40%). 16

32 B. Pemasukan dan Pengeluaran Benih Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas nama Menteri Pertanian pada tahun 2013, telah menerbitkan Surat Izin Pemasukan (SIP) benih padi hibrida untuk 10 perusahaan swasta (PT DuPont Indonesia, PT Agrosid Manunggal Sentosa, PT Nusantara Surya Benih, PT Sumber Alam Sutera, PT Advanta Seed Indo, PT Triusaha Sari Tani, PT Devgen Seeds and Crop Technology, CV Agri Sarana Tekno Abadi, PT Biogen Plantation dan PT Sang Hyang Seri (Persero)) dan SIP benih jagung hibrida untuk 9 perusahaan (PT DuPont Indonesia, PT Branita Sandhini, PT Shriram Seed Indonesia, PT Advanta Seed Indonesia, PT Syngenta Seed Indonesia, PT Agri Mandiri Lestari, PT Java Seed Indonesia, PT Agrosid Manunggal S dan PT Nusantara Surya Benih). Dari sejumlah izin yang diberikan, realisasi pemasukan benih padi hibrida tahun 2013 untuk benih F1 sebanyak kg, galur sebanyak kg, dan induk sebanyak kg, sedangkan untuk benih jagung hibrida realisasi pemasukan benih F1 sebanyak kg, galur sebanyak 192 kg dan benih induk sebanyak kg. Tujuan pemasukan benih untuk: 1) ditanam dalam rangka uji adaptasi/uji multilokasi untuk pelepasan varietas, 2) dijual di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi, 3) memenuhi kebutuhan petani di Indonesia, 4) memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri, dan 5) untuk dijual dan didistribusikan ke distributor. Seperti pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Daftar Pemasukan Benih Tanaman Pangan Tahun 2013 No Komoditas Sesuai SIP Realisasi Kg Kg 1 Padi Hibrida -F , ,00 -Galur 2.083, ,00 -Induk 7.550, ,00 2 Jagung Hibrida -F , ,00 -Galur 1.370,00 192,00 -Induk Sumber data : Badan Benih Nasional , ,00 Selain itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan atas nama Menteri Pertanian telah menerbitkan Surat Izin Pengeluaran (SIP) benih padi hibrida untuk 2 perusahaan (PT DuPont Indonesia dan PT Sang Hyang Seri (Persero)) dan SIP benih jagung hibrida untuk 6 perusahaan (PT DuPont Indonesia, PT Agri Makmur Pertiwi, PT Asian Hybrid Seed Technologies Indonesia, PT Syngenta Seed Indonesia, PT 17

33 Branita Sandhini, dan PT BISI Internasional). Berdasarkan izin yang diberikan, realisasi pengeluaran benih padi hibrida tahun 2013 untuk benih galur sebanyak 79 kg, sedangkan untuk benih jagung hibrida realisasi pengeluaran benih F1 sebanyak kg dan benih galur sebanyak kg. Tujuan pengeluaran benih untuk: 1) pengujian adaptasi, 2) pengujian kemurnian genetik di laboratorium, dan 3) dipasarkan di luar negeri. Seperti pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Daftar Pengeluaran Benih Tanaman PanganTahun 2013 No Komoditas Sesuai SIP Realisasi Kg Kg 1 Padi Hibrida -F ,00 - -Galur 86,00 79,00 2 Jagung Hibrida -F , ,00 -Galur Sumber data : Badan Benih Nasional , ,00 C. Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih 1. Sertifikasi Benih Realisasi perbanyakan Benih Dasar (BD), Benih Pokok (BP) dan Benih Sebar (BR) yang dilaksanakan di Balai Benih dan beberapa Produsen Benih Swasta serta BUMN tahun 2013 adalah sebagai berikut: a. Luas Areal Sertifikasi Penangkaran Benih Kelas BD, BP, BR dan Hibrida 1) Padi Realisasi penangkaran benih tahun 2013 seluas ,83 ha dengan rincian kelas BD seluas 1.629,33 ha, BP seluas ,73 ha, BR seluas ,04 ha dan hibrida seluas 811,72 ha. Rincian penangkaran benih padi per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 4. 2) Jagung Realisasi penangkaran benih jagung tahun 2013 seluas ,86 ha dengan rincian kelas BD seluas 114,90 ha, BP seluas 701,46 ha, BR seluas 1.527,65 ha dan hibrida seluas ,85 ha. Rincian 18

34 penangkaran benih jagung per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 5. 3) Kedelai Realisasi penangkaran benih kedelai tahun 2013 seluas ,30 ha dengan rincian kelas BD seluas 265,65 ha, BP seluas 1.764,24 ha dan BR seluas ,41 ha. Rincian penangkaran benih kedelai per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 6. 4) Kacang Tanah Realisasi penangkaran benih kacang tanah tahun 2013 seluas 602,19 ha dengan rincian kelas BD seluas 42,84 ha, BP seluas 154,45 ha dan BR seluas 404,90 ha. Rincian penangkaran benih kacang tanah per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 7. 5) Kacang Hijau Realisasi penangkaran benih kacang hijau tahun 2013 seluas 108,19 ha dengan rincian kelas BD seluas 25,20 ha, BP seluas 50,57 ha sedangkan untuk kelas BR seluas 32,42 ha. Rincian penangkaran benih kacang hijau per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 8. Untuk ubi kayu dan ubi jalar sampai dengan akhir bulan Desember 2013 belum ada penangkaran. b. Produksi Benih Kelas BD, BP, BR dan Hibrida 1) Padi Realisasi produksi benih padi tahun 2013 sebanyak ,07 ton dengan rincian kelas BD sebanyak 3.030,71 ton, BP sebanyak ,53 ton, BR sebanyak ,08 ton dan hibrida sebanyak 1.316,75 ton. Rincian produksi benih padi per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 9. 2) Jagung Realisasi produksi benih jagung tahun 2013 sebanyak ,26 ton dengan rincian kelas BD sebanyak 118,13 ton, BP sebanyak 553,13 ton, BR sebanyak 3.220,18 ton dan hibrida sebanyak ,85 ton. Rincian 19

35 produksi benih jagung per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 10. 3) Kedelai Realisasi produksi benih kedelai tahun 2013 sebanyak ,92 ton dengan rincian kelas BD sebanyak 149,86 ton, BP sebanyak 746,96 ton dan BR sebanyak 9.460,10 ton. Rincian produksi benih kedelai per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 11. 4) Kacang Tanah Realisasi produksi benih kacang tanah tahun 2013 sebanyak 412,91 ton dengan rincian kelas BD sebanyak 19,99 ton, BP sebanyak 126,85 ton dan BR sebanyak 266,07 ton. Rincian produksi benih kacang tanah per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran 12. 5) Kacang Hijau Realisasi produksi benih kacang hijau tahun 2013 sebanyak 40,79 ton dengan rincian kelas BD sebanyak 7,39 ton, BP sebanyak 21,90 ton dan BR sebanyak 11,50 ton. Rincian produksi benih kacang hijau per kelas benih per provinsi terdapat pada Tabel Lampiran Pengecekan Mutu Benih Realisasi pengecekan mutu benih tahun 2013 adalah sebagai berikut : a. Padi Pengecekan mutu benih padi tahun 2013 sebesar 7.196,58 ton, dengan rincian yang memenuhi standar mutu benih sebesar 5.530,26 ton (76,85%) dan tidak memenuhi standar mutu benih sebesar 1.666,32 ton (23,15%). Rincian realisasi pengecekan mutu benih padi terdapat pada Tabel Lampiran 14. b. Jagung Komposit Pengecekan mutu benih jagung komposit tahun 2013 sebesar 271,69 ton, dengan rincian yang memenuhi standar mutu benih sebesar 158,93 ton (58,50%) dan tidak memenuhi standar mutu benih sebesar 112,76 ton (41,50%). Rincian realisasi pengecekan mutu benih jagung komposit terdapat pada Tabel Lampiran

36 c. Jagung Hibrida Pengecekan mutu benih jagung hibrida tahun 2013 sebesar 5.193,44 ton, dengan rincian yang memenuhi standar mutu benih sebesar 3.591,58 ton (69,16%) dan tidak memenuhi standar mutu benih sebesar 1.601,86 ton (30,84%). Rincian realisasi pengecekan mutu benih jagung hibrida terdapat pada Tabel Lampiran 16. d. Kedelai Pengecekan mutu benih kedelai tahun 2013 sebesar 871,41 ton, dengan rincian yang memenuhi standar mutu benih sebesar 508,15 ton (58,31%) dan tidak memenuhi standar mutu benih sebesar 363,27 ton (41,69%). Rincian realisasi pengecekan mutu benih kedelai terdapat pada Tabel Lampiran 17. e. Kacang Tanah Pengecekan mutu benih kacang tanah tahun 2013 sebesar 15,99 ton, dengan rincian yang memenuhi standar mutu benih sebesar 11,12 ton (69,52%) dan tidak memenuhi standar mutu benih sebesar 4,88 ton (30,48%). Rincian realisasi pengecekan mutu benih kacang tanah terdapat pada Tabel Lampiran 18. d. Kacang Hijau Pengecekan mutu benih kacang hijau tahun 2013 sebesar 0,93 ton, dengan rincian yang memenuhi standar mutu benih sebesar 0,68 ton (72,97%) dan tidak memenuhi standar mutu benih sebesar 0,25 ton (27,03%). Rincian realisasi pengecekan mutu benih kacang hijau terdapat pada Tabel Lampiran 19. Untuk benih gandum belum ada pengecekan sampai dengan akhir tahun Penyaluran Benih Pasar Bebas Pada tahun 2013, jumlah benih yang tersalur baik yang ada di produsen maupun pengedar benih adalah sebanyak ,27 ton yang terdiri dari benih padi sebanyak ,86 ton terdiri dari kelas BD sebanyak 2.198,60 ton, BP sebanyak ,69 ton, BR sebanyak ,27 ton dan Hibrida sebanyak 1.528,31 ton. Benih jagung sebanyak ,05 ton terdiri dari kelas 21

37 BD sebanyak 300,33 ton, BP sebanyak 2.694,29 ton, BR sebanyak 5.411,67 ton dan Hibrida sebanyak ,75 ton. Benih kedelai sebesar 9.562,32 ton terdiri dari kelas BD sebanyak 203,67 ton, BP sebanyak 996,82 ton dan BR sebanyak 8.361,83 ton. Benih kacang tanah jumlah 390,41 ton untuk kelas BD sebanyak 8,25 ton, BP sebanyak 19,01 ton dan untuk BR sebanyak 363,15 ton. Benih kacang hijau sebesar 11,62 ton terdiri dari kelas BD sebanyak 3,60 ton, BP sebanyak 5,04 ton dan BR sebanyak 3,68 ton. Rincian realisasi penyaluran benih pasar bebas terdapat pada Tabel Lampiran 20. D. Produksi Benih Sumber di UPTD Balai Benih Untuk memenuhi kebutuhan benih varietas unggul bersertifikat dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani, perlu dilakukan pengembangan areal produksi Benih Sumber padi dan palawija, khusus di Balai Benih sebagai sumber untuk memproduksi Benih Sebar (BR) dan untuk percepatan pengembangan varietas unggul sesuai dengan kebutuhan pengguna benih sumber. Benih sumber sebagai salah satu bagian dari sistem produksi benih varietas unggul bersertifikat oleh pemerintah dikelola dalam rangka pengawasan dan pembinaan sehingga diharapkan benih varietas unggul bersertifikat benar-benar sampai ke petani sesuai kondisi lingkungan dan keinginan petani. Lembaga/institusi pemerintah yang ditugasi untuk memproduksi benih sumber adalah Balai Benih yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dalam perkembangannya institusi ini menjadi UPTD Dinas Pertanian Provinsi. Tugas utama lembaga ini adalah perbanyakan benih sumber kelas Benih Dasar (BD) dan Benih Pokok (BP). Alur produksi benih dimulai dari beberapa urutan kelas benih yaitu: (1) Benih Penjenis (Breeder Seed/BS) yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, (2) Benih Dasar (Foundation Seed/BD), (3) Benih Pokok (Stock Seed/BP), dan (4) Benih Sebar (Extension Seed/BR). Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar diproduksi harus melalui proses sertifikasi dalam produksinya. 22

38 Sesuai dengan fungsinya, maka Balai Benih provinsi dapat memproduksi 2 (dua) kelas benih yaitu: 1) kelas benih BD (perbanyakan BS ke BD) dan 2) kelas benih BP (perbanyakan BD ke BP). Benih sumber untuk perbanyakan benih adalah Benih Penjenis (BS), biasanya berasal dari institusi Badan Litbangtan atau sumber lain yang diakui kualitas Benih Penjenisnya (BS). Selanjutnya Balai Benih memproduksi benih sumber (BD dan BP) sesuai aturan yang ditetapkan. Benih sumber yang dihasilkan balai benih provinsi dapat disalurkan ke Balai Benih kabupaten/kota atau produsen benih lainnya, BUMN dan penangkar benih yang memproduksi Benih Sebar (BR). Perbanyakan benih sumber padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan sorgum dilaksanakan di 32 provinsi dengan areal seluas 783,25 ha, namun karena adanya penghematan anggaran dan sesuai usulan dari daerah, maka perbanyakan benih sumber di Balai Benih untuk komoditas tanaman pangan direvisi menjadi 709,25 ha, dengan rincian sebagai berikut: 1) Areal tanam produksi benih sumber padi kelas BD semula seluas 124,00 ha direvisi menjadi 95,00 ha dan kelas BP semula seluas 195,00 ha direvisi menjadi 202,00 ha; 2) Areal tanam produksi benih sumber jagung kelas BD semula seluas 37,50 ha direvisi menjadi 32,50 ha dan kelas BP semula seluas 100,00 ha direvisi menjadi 90,00 ha; 3) Areal tanam produksi benih sumber kedelai kelas BD seluas 63,50 ha, direvisi menjadi 60,50 ha dan kelas BP yang semula seluas 161,00 ha direvisi menjadi 146,00 ha; 4) Areal tanam produksi benih sumber kacang tanah kelas BD semula seluas 17,00 ha direvisi menjadi 16,00 ha dan kelas BP semula seluas 39,00 ha direvisi menjadi 34,00 ha; 5) Areal tanam produksi benih kacang hijau kelas BD semula seluas 7,25 ha direvisi menjadi 6,25 ha dan kelas BP semula seluas 19,00 ha direvisi menjadi 11,00 ha; 6) Areal tanam produksi benih sumber ubi kayu kelas BD semula seluas 4 ha direvisi menjadi 3,00 ha dan kelas BP semula seluas 6,00 direvisi menjadi 5,00 ha; 7) Areal tanam produksi ubi jalar kelas BD seluas 4,00 ha (tetap tidak ada revisi) dan kelas BP semula seluas 4,00 ha direvisi menjadi 2,00 ha dan 8) Areal tanam benih sorgum kelas BD seluas 1,00 ha dan kelas BP seluas 1,00 ha. Dari rencana tanam perbanyakan benih sumber seluas 709,25 ha, tahun 2013 terealisasi seluas 627,25 ha (88,44%). Rekapitulasi rencana dan realisasi tanam untuk perbanyakan benih sumber dapat dilihat pada Tabel 6. 23

39 Tabel 6. Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Tanam untuk Perbanyakan Benih Sumber pada Areal Produksi Benih Sumber di Balai Benih TA 2013 Rencana Realisasi No Komoditas Kelas Benih Tanam Tanam % (Ha) (Ha) 1. Padi 2. Jagung 3. Kedelai 4. Kacang Tanah 5. Kacang Hijau 6. Ubi Kayu 7. Ubi Jalar 8. Sorgum Realisasi Produksi (Kg atau Stek) BS-BD 95,00 83,00 87, ,00 kg BD-BP 202,00 172,25 85, ,00 kg BS-BD 32,50 27,00 83, ,00 Kg BD-BP 90,00 85,00 94, ,00 Kg BS-BD 60,50 59,50 98, ,00 Kg BD-BP 146,00 138,00 94, ,00 Kg BS-BD 16,00 16,00 100, ,00 Kg BD-BP 34,00 31,00 91, ,00 Kg BS-BD 6,25 6,25 100, ,00 Kg BD-BP 11,00 11,00 100, ,00 Kg BS-BD 3,00 3,00 100, ,00 Stek BD-BP 5,00 4,00 80, ,00 Stek BS-BD 4,00 4,00 100, ,00 Stek BD-BP 2,00 2,00 100,00 0,00 Stek BS-BD 1, ,00 Kg BD-BP 1, ,00 Kg Jumlah 709,25 643,00 90,66 - Secara rinci rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber serta produksi benih per provinsi tahun 2013 sebagai berikut: 1. Padi Realisasi tanam perbanyakan benih sumber padi kelas BS ke BD seluas 83,00 ha dari rencana tanam seluas 95,00 ha (87,37%) dan produksi benih yang dihasilkan dari perbanyakan benih tersebut sebanyak ,00 kg. Sedangkan produksi benih dari APBN (carry over tahun 2012) sebanyak ,00 kg dan produksi benih dari APBD tahun 2013 sebanyak ,00 kg. Realisasi tanam perbanyakan benih sumber kelas BD ke BP seluas 172,25 ha dari rencana tanam 202,00 ha (85,27%) dan produksi benih yang dihasilkan dari perbanyakan benih tersebut sebanyak ,00 kg. Sedangkan produksi benih dari APBN (carry over tahun 2012) sebanyak ,00 kg dan produksi benih dari APBD tahun 2013 sebanyak 878,370,00 kg. Beberapa Balai Benih yang melakukan revisi penghematan anggaran perbanyakan benih sumber padi yaitu Balai Benih Provinsi Jambi, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber padi per provinsi pada Tabel Lampiran

40 2. Jagung Realisasi tanam perbanyakan benih sumber jagung kelas BS ke BD seluas 27,00 ha dari rencana tanam seluas 32,50 ha (83,08%) dan produksi benih yang dihasilkan sebanyak ,00 kg. Sedangkan realisasi tanam perbanyakan benih sumber kelas BD ke BP seluas 85,00 ha dari rencana tanam 90,00 ha (94,44%) dan produksi benih yang dihasilkan sebanyak ,00 kg. Beberapa Balai Benih yang melakukan revisi penghematan anggaran perbanyakan benih sumber jagung yaitu Balai Benih Provinsi Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber jagung per provinsi pada Tabel Lampiran Kedelai Realisasi tanam perbanyakan benih sumber kedelai kelas BS ke BD seluas 59,50 ha dari rencana tanam seluas 60,50 ha (98,35%) dan produksi benih yang dihasilkan sebanyak ,00 kg. Sedangkan realisasi tanam perbanyakan benih sumber kelas BD ke BP seluas 138,00 ha dari rencana tanam 146,00 ha (94,52%) dan produksi benih yang dihasilkan sebanyak ,00 kg. Beberapa Balai Benih yang melakukan revisi penghematan anggaran perbanyakan benih sumber kedelai yaitu Balai Benih Provinsi Jambi, Bali dan Kalimantan Tengah. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber kedelai per provinsi pada Tabel Lampiran Kacang Tanah Realisasi tanam perbanyakan benih sumber kacang tanah kelas BS ke BD seluas 16,00 ha dari rencana tanam seluas 16,00 ha (100,00%) dan produksi benih yang dihasilkan sebanyak 6.153,00 kg. Sedangkan realisasi tanam perbanyakan benih sumber kelas BD ke BP seluas 31,00 ha dari rencana tanam 34,00 ha (91,18%) dan produksi benih yang dihasilkan ,00 kg. Beberapa Balai Benih yang melakukan revisi penghematan anggaran perbanyakan benih sumber kacang tanah yaitu Balai Benih Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber kacang tanah per provinsi pada Tabel Lampiran

41 5. Kacang Hijau Realisasi tanam perbanyakan benih sumber kacang hijau kelas BS ke BD seluas 6,25 ha dari rencana tanam seluas 6,25 ha (100%) dan produksi benih yang dihasilkan 2.500,00 kg. Sedangkan realisasi tanam perbanyakan benih sumber kelas BD ke BP seluas 11,00 ha dari rencana tanam 11,00 ha (100%) dan produksi benih yang dihasilkan 6.320,00 kg. Balai Benih yang melakukan revisi penghematan anggaran perbanyakan benih sumber kacang hijau yaitu Balai Benih Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber kacang hijau per provinsi pada Tabel Lampiran Ubi Kayu Realisasi tanam perbanyakan benih sumber ubi kayu kelas BS ke BD seluas 3,00 ha dari rencana tanam seluas 3,00 ha (100%) dan produksi benih yang dihasilkan sebanyak stek. Realisasi tanam kelas BD ke BP seluas 4,00 ha dari rencana tanam 5,00 ha (80,00%) dan produksi benih yang dihasilkan sebanyak stek. Balai Benih yang melakukan revisi penghematan anggaran perbanyakan benih sumber ubi kayu yaitu Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Barat. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber ubi kayu per provinsi pada Tabel Lampiran Ubi Jalar Realisasi tanam perbanyakan benih sumber ubi jalar kelas BS ke BD seluas 4,00 ha dari rencana tanam seluas 4,00 ha (100,00%) dan kelas BD ke BP seluas 2,00 ha dari rencana tanam 2,00 ha (100,00%). Tahun 2013 produksi benih kelas BD yang dihasilkan sebanyak ,00 stek. Balai Benih yang melakukan revisi penghematan anggaran perbanyakan benih sumber ubi jalar yaitu Provinsi Jawa Barat. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber ubi jalar per provinsi pada Tabel Lampiran Sorgum Realisasi tanam perbanyakan benih sumber sorgum kelas BS ke BD seluas 1 Ha sebanyak 100 kg, kelas BD ke BP tahun 2013 belum ada realisasi. Rincian rencana dan realisasi tanam perbanyakan benih sumber sorgum per provinsi pada Tabel Lampiran

42 E. Pemberdayaan Penangkar Benih Dalam rangka menuju kemandirian ketahanan pangan, Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai. Penggunaan benih varietas unggul bersertifikat diyakini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam peningkatan produktivitas tanaman pangan. Dalam mendukung peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat tersebut diperlukan sistem pengelolaan produksi benih yang baik sehingga mampu menyediakan benih di tingkat lapangan sesuai dengan kebutuhan petani, yaitu jumlah, varietas, mutu, harga, lokasi dan waktu tanam. Peranan penangkar benih dalam penyediaan benih varietas unggul bersertifikat sangat penting tetapi disisi lain masih memiliki keterbatasan seperti luas areal produksi dan sumber daya manusia. Guna meningkatkan kinerja para penangkar benih tersebut maka lembaga/institusi di daerah seperti Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), Balai Benih Padi/Palawija dan Produsen Benih BUMN/Swasta tentunya harus selalu melakukan pembinaan dan memberikan dukungan kepada penangkar benih baik aspek teknis maupun manajemen. Tujuan dilaksanakannya kegiatan pemberdayaan penangkar benih adalah untuk : 1. Menumbuhkembangkan penangkar benih di daerah yang selama ini belum berkembang kelembagaan penangkar benih. 2. Meningkatkan kemampuan penangkar benih dalam pengelolaan produksi dan pemasaran benih unggul bersertifikat. Dalam upaya mendorong peningkatan kemampuan penangkar benih, pada TA 2013 telah dialokasikan kegiatan pemberdayaan penangkar benih padi seluas ha di 30 provinsi dan pemberdayaan penangkar benih kedelai seluas ha di 23 provinsi. Berdasarkan laporan yang diterima, realisasi pemberdayaan penangkar benih padi ,00 ha (92,41%) dan kedelai 3.014,00 ha (86,11%). Rincian alokasi pemberdayaan penangkar benih seperti terlihat pada Tabel Lampiran

43 F. Revitalisasi/Optimalisasi Balai Benih Dalam rangka peningkatan produksi benih sumber (BD dan BP) TA 2013 dilaksanakan kegiatan revitalisasi/optimalisasi Balai Benih di 11 provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Papua, Papua Barat dan Sulawesi Barat. Berdasarkan laporan yang diterima tahun 2013, provinsi yang melakukan revisi penghematan anggaran kegiatan optimalisasi Balai Benih sebagai berikut : 1. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Aceh Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Aceh dilaksanakan di UPB BBI Keumala. 2. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Sumatera Utara Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan di BBI Padi Tanjung Morawa dan BBI Palawija Gabe. 3. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Sumatera Barat 4. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Lampung Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Lampung dilaksanakan di BBI Tegineneng. 5. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Jawa Timur 6. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Bali 7. Optimalisasi Balai Benih Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Selatan Dalam rangka pelaksanaan optimalisasi Balai Benih, UPTD Balai Benih Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi melaksanakan pembangunan UPB di Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bantaeng. 8. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Sulawesi Barat 9. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Papua 10. Optimalisasi Balai Benih di Provinsi Papua Barat Untuk kegiatan optimalisasi balai benih di Provinsi Sumatera Selatan tidak dilaksanakan. Pencapaian Optimalisasi Balai Benih Tahun 2013 Dibanding Tahun 2012 terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Pencapaian Optimalisasi Balai Benih Tahun 2013 Dibanding Tahun 2012 Tahun Kegiatan Rencana (Unit) Realisasi (Unit) % Rencana (Unit) Realisasi (Unit) % Optimalisasi Balai Benih/Seed Center , ,91 28

44 G. Tingkat Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Tanaman Pangan Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu hasil ditempuh melalui penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Untuk itu pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat dan diharapkan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat selalu meningkat dari tahun ke tahun. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 30, 31 dan 32 dan Grafik Lampiran 1, 2 dan 3. Tingkat penggunaan benih varietas unggul bersertifikat padi pada tahun ton (46,63%), menurun dibandingkan pada tahun ton (55,93%), pada benih jagung tahun (47,29%), menurun dibandingkan pada tahun ton (61,20%), dan pada benih kedelai tahun ton (39,59%), menurun dibandingkan pada tahun ton (64,15%). Komponen yang digunakan dalam menghitung penggunaan benih varietas unggul bersertifikat, selain peredaran benih di pasar bebas (swadaya petani), komponen lainnya berasal dari bantuan pemerintah melalui Cadangan Benih Nasional dan Subsidi Benih, sehingga beberapa komponen tersebut akan mempengaruhi tingkat penggunaan benih tersebut. Belum optimalnya penggunaan benih varietas unggul bersertifikat antara lain disebabkan oleh: Masa transisi benih bersubsidi dari sebelumnya bantuan gratis, varietas benih subsidi yang tersedia belum seluruhnya sesuai keinginan petani, sistem penyediaan benih kedelai belum berjalan optimal sehingga penyediaan tidak sesuai jadwal tanam, sulitnya memperoleh benih kedelai di lapangan secara swadaya, revisi APBN Penghematan Anggaran, keterlambatan jadwal waktu tanam, dan kehati-hatian yang tinggi dari para pelaksana di lapangan. H. Insentif Pengawas Benih Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 09 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Benih Tanaman dan Angka Kreditnya, maka Pengawas Benih Tanaman (PBT) didefinisikan sebagai jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggungjawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengawasan benih tanaman yang diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban secara penuh yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 Pasal 46 ayat 1, 29

45 pengawas benih tanaman adalah pelaksana tugas pengawasan dibidang perbenihan yang diangkat oleh Menteri. Melihat definisi dari Pengawas Benih Tanaman berdasarkan peraturan perundangan diatas, maka tugas Pengawas Benih Tanaman memiliki tanggung jawab maupun tanggung gugat pada pengawasan benih tanaman. Tanggung jawab sebagai pemeriksa mutu benih dan pengawas peredaran benih dan tanggung gugat bila ada kesalahan dalam memeriksa mutu benih dan mengawasi peredaran benih. Dengan beban kinerja seperti itu, maka seorang Pengawas Benih Tanaman dituntut untuk mampu menunjukkan kompetensi dan pengalamannya, sehingga dalam melaksanakan tugas dapat berjalan secara akuntabel, transparan dan independen. Tugas pokok Pengawas Benih Tanaman adalah menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, mengembangkan dan melaporkan kegiatan pengawasan benih tanaman yang terdiri dari penilaian kultivar, sertifikasi, pengujian mutu benih, pengawasan peredaran benih tanaman, dan penerapan sistem manajemen mutu. Dalam rangka meningkatkan tugas dan fungsi serta kompetensi Pengawas Benih Tanaman di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) dilaksanakan kegiatan insentif pengawas benih tanaman dan alokasi anggaran pengadaan kendaraan roda dua. Rincian alokasi insentif PBT per provinsi seperti pada Tabel Lampiran 33. I. Rapat Koordinasi dan Workshop Fokus utama pengembangan perbenihan dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan adalah mendorong peningkatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat. Pemasyarakatan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat sejalan dengan pembangunan atau pengembangan kelembagaan perbenihan,peningkatan penyediaan/produksi benih varietas unggul bersertifikat, peningkatan/pemberdayaan penangkar benih dan kegiatan lain yang mendukung pengembangan perbenihan. Agenda rapat koordinasi dan workshop yang dilaksanakan selama tahun 2013, yang diselenggarakan oleh Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan antara lain sebagai berikut: A. Pertemuan Sosialisasi Subsidi Benih Tahun Anggaran Pertemuan Sosialisasi Subsidi Benih Tahun Anggaran 2013 diselenggarakan oleh Direktorat Perbenihan dilaksanakan di Hotel Horison 30

46 Semarang pada tanggal 31 Januari 2 Februari Dihadiri oleh Kepala Bidang Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi tanaman pangan, Kepala UPTD Balai Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih (BPSB), Kepala Kantor Regional/Kantor Wilayah PT.Sang Hyang Seri (Persero) dan PT. Pertani (Persero) dari 33 Provinsi, dengan jumlah peserta sebanyak 225 orang. 2. Subsidi Benih TA 2013 bertujuan untuk menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi, jagung, dan kedelai dengan mutu yang terjamin untuk kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan program pembangunan tanaman pangan (SL-PTT dan di luar SL-PTT) serta meringankan beban petani dalam mengeluarkan biaya usahataninya. 3. Pola pelaksanaan subsidi benih ini adalah Pola Tertutup, yaitu benih bersubsidi tidak dijual di pasar bebas (kios), tetapi disalurkan langsung ke kelompoktani yang telah mengusulkan membeli benih. Harga benih bersubsidi di tingkat kelompok tani ditetapkan dalam bentuk HET (Harga Eceran Tertinggi) dan ditetapkan oleh Menteri Pertanian. HET tersebut merupakan batas maksimal harga benih yang dibeli oleh petani sampai dengan titik bagi (kelompok tani). 4. Rencana pengadaan dan penyaluran subsidi benih TA 2013 meliputi : a Padi inbrida sebanyak kg. b. Padi hibrida sebanyak kg. c. Jagung hibrida sebanyak kg d. Jagung komposit sebanyak kg. e. Kedelai sebanyak kg. 5. Pengawalan produksi benih bermutu bersertifikat serta pengawasan peredarannya berada pada Instansi yang ditugasi dan mempunyai tupoksi tersebut, dalam hal ini BPSB. Guna mempermudah dan memperlancar pelaksanaan monitoring dan pengawasan peredaran benih kepada produsen/penyalur yang akan menyalurkan benih antar provinsi, wajib menyertakan surat pengantar benih dari BPSB asal benih kepada BPSB tujuan dengan tembusan kepada Direktur Perbenihan Tanaman Pangan di Jakarta. 31

47 6. Dalam surat pengantar benih tersebut memuat : jenis benih, varietas, volume, nomor lot, asal pengirim, tujuan penerima dan masa berlakunya label disertai hasil pengujian laboratorium awal. Petugas Pengawas Benih Tanaman (PBT) pada BPSB melakukan pengecekan fisik terhadap benih tersebut dan bila terjadi keraguan dengan mutu benih, baru dilakukan pengecekan mutu dengan menguji di laboratorium. 7. Untuk mempercepat proses pelaksanaan subsidi benih, maka diharapkan: Dinas Pertanian Provinsi segera melakukan sosialisasi Subsidi Benih kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, segera menyusun Jadwal Tanam (CPCL). Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, segera menyusun DU-PBB (Daftar Usulan Pembelian Benih Bersubsidi), diutamakan dilokasi SLPTT. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota segera berkoordinasi dengan BUMN pelaksana PSO Subsidi Benih. Berdasarkan Jadwal Tanam dan DU-PBB, BUMN pelaksana PSO Subsidi Benih segera memetakan dan merencanakan proses penyaluran/penjualan benih bersubsidi sampai ke tingkat kelompok tani. BUMN calon pelaksana PSO Subsidi Benih, agar secara pro aktif berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk meminta DU-PBB. B. Rapat Koordinasi Teknik Perbenihan 1. Pertemuan Koordinasi Teknis Perbenihan Tahun 2013 diselenggarakan pada tanggal 17 s/d 19 April 2013 di Hotel Aston Palembang. Dihadiri oleh Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Kepala UPTD Balai Benih Provinsi dan Kepala UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) seluruh Provinsi di Indonesia. 2. Pengelolaan sistem penyediaan benih tanaman pangan, pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan benih dari varietas unggul yang memenuhi persyaratan mutu dalam jumlah dan waktu yang sesuai dengan tingkat kebutuhan benih. Penyediaan benih meliputi benih varietas publik dan 32

48 benih varietas milik swasta. Koordinasi Teknis Perbenihan yang dilakukan untuk membahas penyediaan benih varietas publik. 3. Pemenuhan Benih Penjenis untuk padi dan jagung, secara umum tidak ada permasalahan baik dari varietas, jumlah dan waktu. Sedangkan untuk Benih Penjenis kedelai belum bisa terpenuhi dengan baik karena belum sinkronnya waktu permintaan dan ketersediaannya. 4. Perlu adanya klasifikasi standar minimal produktivitas dalam produksi benih berdasarkan kemampuan masing-masing Balai Benih sesuai kondisi lahan. 5. Benih sumber kelas BD dan BP yang diproduksi belum dapat tersalur dengan baik karena tidak semuanya sesuai dengan kebutuhan produsen/penangkar. 6. Pemerintah Daerah masih membebankan target PAD kepada Balai Benih atas anggaran APBD yang diperoleh, namun Balai Benih sudah memisahkan antara target PAD dan PNBP. 7. Alokasi anggaran Balai Benih agar ditetapkan secara proporsional sesuai dengan kapasitas dan kinerja masing-masing Balai Benih. 8. Rangkuman hasil diskusi kelompok Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih sebagai berikut : a. Untuk mendukung percepatan pengujian daya tumbuh kedelai, perlu diterbitkan aturan penggunaan metode uji TZ untuk pengisian data sertifikat benih. b. Untuk pengujian mutu benih dalam proses pelabelan ulang, komponen mutu benih yang diuji cukup daya tumbuh dan kadar air. c. Bagi kabupaten/kota yang belum menerbitkan daftar/ izin produksi dan pengedar benih, sambil menunggu Peraturan Menteri pengganti Permentan 39 Tahun 2006 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, maka BPSB dapat mengeluarkan surat keterangan kelayakan sebagai produsen/pengedar benih. d. Perlu diatur secara rinci tentang mekanisme kerjasama produksi dan pemasaran benih. e. Untuk menjaga kualitas benih sumber yang diproduksi dan beredar, perlu segera disusun persyaratan teknis (kriteria) produsen yang boleh 33

49 memproduksi benih sumber sesuai dengan kondisi di masing- masing daerah. f. Mengingat banyaknya PBT yang akan memasuki masa pensiun di tahun maka perlu segera dilakukan penambahan PBT. 9. Dari workshop kebutuhan benih sumber tanaman pangan kelas BS dan BD diperoleh hasil sebagai berikut : a. Kebutuhan Benih Sumber Tahun ) Padi kelas BS untuk varietas Ciherang sebanyak 402 kg, Mekongga 157 kg, Cilamaya Muncul 120 kg, Situbagendit 114 kg, Inpari 13 sebanyak 108 kg dan varietas lainnya 759 kg; kelas BD varietas Ciherang kg, Mekongga kg, IR 64 sebanyak kg, Inpari 13 sebanyak kg, Situbagendit kg dan varietas lainnya sebanyak kg. 2) Jagung kelas BS varietas Bisma sebanyak 235 kg, Sukmaraga 160 kg, Lamuru 160 kg, Srikandi Kuning 85 kg, Arjuna 35 kg dan varietas lainnya 90 kg; kelas BD varietas Bisma kg, Sukmaraga 405 kg, Lamuru 400 kg, Srikandi Kuning 125 kg, Gumarang 102,5 kg dan varietas lainnya sebanyak 212,5 kg. 3) Kedelai kelas BS varietas Anjasmoro sebanyak 820 kg, Grobogan 495 kg, Baluran 140 kg, Kaba 170 kg, Wilis 50 kg dan varietas lainnya 365 kg; kelas BD varietas Anjasmoro kg, Grobogan 810 kg, Wilis 205 kg, Argomulyo 240 kg, Kaba 300 kg dan varietas lainnya sebanyak 580 kg. 4) Kacang Tanah kelas BS varietas Bison 360 kg, Jerapah 220 kg, Domba 160 kg, Kancil 770 kg, Kelinci 240 kg dan varietas lainnya 280 kg; kelas BD varietas Kancil kg, Kelinci 720 kg, Jerapah 620 kg, Bison 400 kg, Domba 180 kg dan varietas lainnya 540 kg. 34

50 5) Kacang Hijau kelas BS varietas Sampoeng sebanyak 60 kg, Walet 35 kg, Sriti 25 kg, Vuno 25 kg, Vima 1 sebanyak 20 kg; kelas BD varietas Sriti 165 kg, Vima 1 sebanyak 90 kg, Sampoeng 60 kg, Camar 60 kg dan varietas lainnya sebanyak 163 kg. 6) Ubi Kayu kelas BS varietas UJ 5 sebanyak stek, UJ 3 sebanyak stek, Darul Hidayah stek, Malang stek, Adira 1 sebanyak stek; kelas BD varietas Adira 1 sebanyak stek. 7) Ubi Jalar kelas BS varietas Antin 1 sebanyak stek, Selosa stek, Beta 1 sebanyak stek; kelas BD varietas Antin 1 sebanyak stek, Patipi 250 stek, Selosa 250 stek. 8) Sorgum kelas BD varietas Numbu 25 kg. b. Kebutuhan Benih Sumber Tahun ) Padi kelas BS varietas Ciherang sebanyak 381 kg, Situbagendit 94 kg, Mekongga 209 kg, IR 64 sebanyak 73 kg, Cilamaya Muncul 75 kg dan varietas lainnya 906 kg; kelas BD varietas Ciherang kg, Mekongga kg, Situbagendit kg, IR 64 sebanyak kg, Inpari Sidenuk 494 kg dan varietas lainnya sebanyak kg. 2) Jagung kelas BS varietas Bima sebanyak 437,5 kg, Bisma 270 kg, Sukmaraga 210 kg, Lamuru 100 kg, Srikandi Kuning 125 kg dan varietas lainnya 125 kg; kelas BD varietas Bisma 785 kg, Sukmaraga 395 kg, Lamuru 290 kg, Bima 437,5 kg, Arjuna 205 kg dan varietas lainnya sebayak sebanyak 360,5 kg. 35

51 3) Kedelai Kelas BS varietas Anjasmoro kg, Grobogan 390 kg, Baluran 160 kg, Mutiara 1 sebanyak 80 kg, Burangrang 110 kg dan varietas lainnya 475 kg; Kelas BD varietas Anjasmoro kg, Grobogan kg, Mutiara 1 sebanyak 240 kg, Rajabasa 200 kg, Wilis 210 kg dan varietas lainnya sebanyak 740 kg. 4) Kacang Tanah kelas BS varietas Kancil kg, Jerapah 390 kg, Bison 360 kg, Gajah 280 kg, Kelinci 190 kg dan varietas lainnya 220 kg; kelas BD varietas Kancil kg, Jerapah 940 kg, Bison 420 kg, Kelinci 840 kg, Gajah 360 kg dan varietas lainnya sebanyak 420 kg. 5) Kacang Hijau kelas BS varietas Vima 1 60 kg, Vuno 25 kg, Sampoeng 38 kg, Walet 50 kg dan varietas lainnya 55 kg; kelas BD varietas Vima 1 sebanyak 130 kg, Sriti 165 kg, Sampoeng 90 kg, Murai 45 kg dan varietas lainnya sebanyak 140 kg. 6) Ubi Kayu kelas BS varietas UJ 5 sebanyak stek, UJ 3 sebanyak stek, Darul Hidayah stek, Malang stek, Adira 1 sebanyak stek; kelas BD varietas Adira 1 sebanyak stek. 7) Ubi Jalar kelas BS varietas Patipi stek, Selosa stek, Beta 1 sebanyak stek, Antin stek; kelas BD varietas Patipi stek, Selosa 250 stek, Beta 1 sebanyak 250 stek. 8) Sorgum : varietas Numbu 25 kg. 10. Untuk mendukung penyediaan benih tanaman pangan, Balai Besar Padi Sukamandi menetapkan target produksi benih sumber padi varietas publik tahun 2013 sebesar 15 ton kelas BS (50 varietas) dan 20 ton kelas BD (20 varietas), Balitsereal Maros menetapkan target produksi benih sumber jagung komposit sebesar 5 ton kelas BS dan 20 ton kelas BD, Balitkabi menetapkan 36

52 target produksi benih sumber kedelai sebesar 3,435 ton kelas BS (8 varietas) dan 4,625 ton kelas BD (6 varietas), benih sumber kacang tanah sebesar 4,130 ton kelas BS (8 varietas), benih sumber kacang hijau sebesar 0,355 ton kelas BS (8 varietas) dan 0,050 ton kelas BD (1 varietas), benih sumber ubi kayu sebesar stek (7 varietas) dan benih sumber ubi jalar sebesar stek (8 varietas). dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menetapkan target produksi benih sumber padi sebesar 6,60 ton kelas BS (8 varietas), kedelai 5,00 ton kelas BS (5 varietas), kacang hijau 0,20 ton kelas BS (1 varietas), sorgum 0,20 ton kelas BS (1 varietas) dan gandum 0,20 ton kelas BS (1 varietas). 11. Rakortek Perbenihan juga membahas penyediaan benih kedelai secara khusus. Benih kedelai memiliki karateristik cepat turun daya tumbuhnya sehingga umur benih relatif singkat. Oleh karena itu dalam pemenuhan kebutuhan benih kedelai perlu diupayakan dari produksi daerah sendiri. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai pada tahun 2013 antara lain: 1) segera melakukan inventarisasi keberadaan benih sumber kelas BD dan BP disesuaikan tempat dan waktu; 2) hasil pembinaan penangkar benih kedelai tahun 2013 dapat digunakan sebagai benih sumber untuk polygeneration flow. 12. Untuk mengantipasi kebutuhan benih kedelai di tahun 2014, mulai saat ini perlu dirancang langkah operasional antara lain : 1) mengidentifikasi sasaran luas areal dan proyeksi jumlah benih kedelai yang dibutuhkan; 2) melakukan inventarisasi keberadaan benih berlabel BD dan BP sebagai benih sumber untuk perbanyakan Benih Sebar; 3) merancang waktu tanam produksi benih dengan sistem Jalinan Benih Antar Lapang dan Antar Musim (JABALSIM) berdasarkan kelas benih untuk memenuhi kebutuhan Benih Sebar dengan tetap dilakukan proses sertifikasi; 4) menumbuhkan dan membina penangkar/kelompok penangkar benih di masing-masing provinsi penghasil kedelai untuk memproduksi Benih Sebar. 13. Kebijakan yang dapat diberikan untuk mendorong peningkatan produksi benih kedelai antara lain yaitu 1) merekomendasikan harga benih kedelai 1,5 2 kali harga konsumsi; 2) mengembangkan pusat-pusat penangkaran perbenihan di 37

53 masing-masing wilayah (provinsi/kabupaten) beserta fasilitas, sarana dan prasarana yang diperlukan; 3) menghidupkan kembali penangkar benih kedelai, melalui sistem JABALSIM, prosedur untuk mengakses modal kerja (kredit usaha) bagi petani dan swasta yang berusaha dalam bidang agribisnis kedelai; 4) peningkatan peran penangkar benih untuk memproduksi Benih Pokok dan Benih Sebar dan 5) peningkatan peran BUMN dan swasta untuk dapat bekerjasama dengan penangkar benih untuk membantu proses produksi dan pemasaran benih dengan harga yang layak di tingkat penangkar benih. C. Forum Perbenihan Nasional Tahun Forum Perbenihan Tahun 2013 pada tanggal Agustus 2013 bertempat di Hotel Sunan Solo, Provinsi Jawa Tengah, yang dihadiri oleh para Kepala Bidang Produksi yang membidangi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi, Kepala UPTD BPSBTPH, Kepala UPTD Balai Benih se-indonesia, perwakilan Produsen dan Asosiasi Benih Tanaman Pangan, Para Pakar Perbenihan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Perguruan Tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada dan Universitas Jember). 2. Pokok bahasan dalam pertemuan forum perbenihan tanaman pangan tahun 2013 adalah sebagai berikut: A. Pokok bahasan Pengembangan Sistem Perbenihan Tanaman Pangan 1) Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka tantangan ke depan adalah meningkatnya permintaan produk pertanian dan ketersediaan sumber daya alam (lahan dan air) makin terbatas. Untuk itu opsi pembangunan pertanian adalah meningkatkan produktivitas dan pelestarian lingkungan. 2) Sesuai dengan UU nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, bahwa petani bebas memilih dalam melaksanakan budidaya tanaman, namun demikian dalam upaya peningkatan produksi untuk mewujudkan ketahanan pangan, Pemerintah mengarahkan/mendorong penggunaan benih varietas unggul bersertifikat oleh petani. 3) Aspek sertifikasi benih yang tertuang dalam UU nomor 12 tahun1992, perlu ditinjau dan dikaji ulang untuk disesuaikan dengan dinamika atau perkembangan perbenihan saat ini. 38

54 4) Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan benih oleh petani maka pengembangan perbenihan, khususnya dalam sistem penyediaan benih dapat ditempuh melalui Sistem Perbenihan Formal (SPF) yang menghasilkan benih bersertifikat dan dikomersialkan dan Sistem Perbenihan Informal (SPI) non komersial untuk kebutuhan petani sendiri dan lingkungannya. 5) Sistem perbenihan tanaman pangan yang formal saat ini masih mengacu pada UU nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman sebagaimana tercantum pada pasal 8-16, yang mengatur dari pencarian pengumpulan plasma nutfah, sampai dengan pengadaan dan peredaran benih. 6) Benih varietas unggul bersertifikat dapat berkontribusi dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi dengan syarat varietas sesuai dengan agroekologi setempat, terjamin mutunya (genetik, fisik dan fisiologi) serta tepat waktu tanam 7) Sistem perbenihan tanaman pangan, saat ini belum berjalan secara optimal. Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap sub-sub sistem perbenihan dengan memperluas komponen penelitian, pembiayaan dan SDM. 8) Alur produksi benih belum berjalan berkesinambungan, sehingga berpengaruh terhadap penyediaan benih sumber dan benih sebar. Untuk itu regulasi terkait produksi dan sertifikasi benih perlu segera disempurnakan. 9) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan mutu benih diperlukan independensi bagi institusi penyelenggara pengawasan mutu benih agar dapat melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik. 10) Sistem sertifikasi pada penangkaran benih bina merupakan rangkaian proses pengendalian mutu yang utuh untuk menghasilkan benih varietas unggul bersertifikat. Untuk itu integritas, kejujuran, dan profesionalisme penangkar/produsen benih dan petugas sertifikasi mutlak diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, pelimpahan dalam proses sertifikasi benih yang belum selesai antar produsen benih tidak 39

55 dapat dilakukan lagi, dan selanjutnya berlaku mekanisme kerjasama produksi dan kerjasama pemasaran benih. B. Pokok bahasan Sistem Penyediaan Benih Kedelai 1) Program pengembangan kedelai selama ini belum selaras dengan proses penyediaan benih baik dari segi kualitas dan kuantitas yang tidak memadai, varietas yang tidak sesuai, serta ketersediaan benih yang tidak tepat waktu, selain itu juga belum terjalinnya komunikasi antara produsen/ penangkar dengan penentu kebijakan perbenihan. 2) Perencanaan pengembangan kedelai harus ada sinkronisasi dengan proses produksi benih kedelai, diantaranya melalui sinkronisasi program pengembangan kedelai yang dilaksanakan oleh Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Perbenihan dan Litbang/lembaga penyelenggara pemuliaan sebagai penyedia benih penjenis (BS). 3) Untuk meningkatkan penyediaan benih kedelai maka diupayakan langkahlangkah menuju kemandirian benih kedelai melalui perencanaan kebutuhan benih sesuai sasaran luas tanam setempat. 4) Dari hasil diskusi dan identifikasi permasalahan yang terjadi selama ini maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut : a. Belum adanya road map penyediaan benih kedelai secara nasional. b. Belum optimalnya perencanaan kebutuhan dan penyediaan benih kedelai yang mampu mendukung ke arah kemandirian benih kedelai. c. Terputusnya alur produksi benih yang disebabkan belum adanya kelembagaan benih yang terarah, terpadu dan berkesinambungan, mengingat sistem produksi benih melibatkan berbagai institusi. d. Belum optimalnya pelaksanaan pola jabalsim benih kedelai, sedangkan pola jabalsim saat ini dianggap pola yang paling sesuai mengingat benih kedelai yang tidak mempunyai masa dormansi sehingga daya simpannya relatif singkat. e. Belum adanya kebijakan pemerintah yang mampu merangkul kepentingan produsen benih kedelai maupun pengusaha produk berbahan baku kedelai. 40

56 f. Belum adanya media informasi yang dapat menghubungkan antara produsen benih dan petani (pengguna benih), yang dapat memudahkan pengguna benih untuk mengakses informasi ketersediaan benih pada saat diperlukan. g. Terbatasnya produsen swasta yang berperan dalam upaya penyediaan benih kedelai. h. Adanya regulasi mengenai kewajiban sertifikasi benih kedelai namun tidak ada jaminan pasar untuk benih kedelai yang bersertifikat, hal ini menyebabkan investor atau pengusaha enggan/jera menjadi produsen benih kedelai. i. Terbatasnya SDM perbenihan yang mampu mendukung upaya penyediaan benih kedelai dengan teknologi yang modern. 5) Beberapa langkah yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas dalam upaya menuju kemandirian benih kedelai antara lain sebagai berikut: a. Perlu dibentuk tim perancang kemandirian benih kedelai dari Pusat (Direktorat Perbenihan, Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Litbang, BUMN); tim provinsi yang bertanggung jawab atas produksi benih di daerahnya; dan BPSBTPH sebagai pandamping produksi benih sumber di daerah. b. Perlu dirancang kebutuhan dan penyediaan benih sebar (BR) di daerah dengan mengidentifikasi stok dan keberadaan benih. c. Program pengembangan perbenihan kedelai dari hulu sampai hilir harus lebih terarah, terpadu dan berkesinambungan. d. Menyusun road map penyediaan benih kedelai nasional dengan memperhatikan agroekologi. e. Perlu adanya pemisahan tanggung jawab yang jelas antara pelaku perbenihan dari hulu sampai hilir sehingga memudahkan mengurai permasalahan yang terjadi pada lini tertentu: 1) Penunjukkan penanggung jawab produksi benih (produsen benih) berdasarkan kelas benih: - Benih Penjenis/Breeder Seed (BS) penyelenggaran pemuliaan (yang merilis varietas). 41

57 - Benih Dasar (BD)/Fondation Seed (FS) UPTD BB dan UPBS BPTP - Benih Pokok (BP)/Stock Seed (SS) UPTD BB, BUMN, Penangkar - Benih Sebar (BR)/Extention Seed (ES) Penangkar, BUMN. 2) Penunjukkan lembaga yang bertanggung jawab atas berlangsungnya alur benih kedelai dari BS sampai ES Direktorat Perbenihan. 3) Sedangkan BUMN sebagai penjamin/penampung hasil kedelai dari penangkar (BUMN selama ini tidak memproduksi sendiri dan hanya membeli dari penangkar). 4) Penunjukkan lembaga perbenihan daerah (provinsi) yang bertanggung jawab dan mengawasi proses produksi dari klas FS ES. f. Proses produksi dapat dilakukan dengan kemandirian benih di setiap Provinsi sentra kedelai dengan melalui pendekatan Jalur Benih antar Lapang antar Musim (JABALSIM) (Tabel 8). Tabel 8. Alur produksi benih berdasarkan kelas benih, tipe lahan dan produsen dalam sistem JABALSIM No Kelas Benih Waktu Tanam Lahan Produsen Benih Tempat produksi 1 BS MK I Sawah Balitkabi/lem-baga penemu varietas Sentra Malang 2 BD MK II Sawah UPTD BB/UPBS Provinsi sasaran 3 BP MH I Lahan kering BUMN/ UPTD BB Provinsi/Kabupa-ten Sasaran 4 BR MH II Lahan kering/sawah tadah hujan BUMN Penangkar Provinsi/Kabupa-ten Sasaran g. Meninjau kembali regulasi tentang sertifikasi benih kedelai yang disesuaikan dengan budidaya setiap komoditas. h. Mengupayakan adanya media yang mampu menghubungkan antara produsen dengan konsumen dan memudahkan akses informasi ketersediaan benih kedelai yang up to date. i. Mengupayakan adanya jaminan pasar terhadap benih bersertifikat yang diproduksi. 42

58 j. Mengupayakan peningkatan SDM perbenihan melalui pendidikan, pelatihan, dan penyediaan beasiswa di bidang perbenihan. 6) Pemenuhan Benih Kedelai 2014 a. Apabila target luas tanam kedelai pada tahun 2014 seluas 1,6 juta ha dengan sasaran produksi 2,7 juta ton berarti akan diperlukan benih sebar ton (proyeksi kebutuhan benih dari dari BS, FS, SS dan ES di sentra produksi sudah di hitung dalam presentasi). b. Dengan kebutuhan benih sebar sebanyak ton tersebut dapat dihitung berapa target pemerintah untuk memberi bantuan benih bersubsidi. c. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus segera di rumuskan, untuk segera menyusun strategi pemenuhan kebutuhan benih kedelai tahun 2014, karena penyiapan benih tidak bisa instan, tetapi perlu proses produksi dan sertifikasi. d. Untuk keperluan 2014 maka sudah terlambat jika di mulai dari BS. e. Berdasarkan informasi dari Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, kebutuhan benih kedelai untuk pertanaman bulan Februari 2014 sebanyak ton guna memenuhi areal tanam seluas ha. Untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai sebanyak ton pada bulan Februari 2014 tersebut tidak bisa disiapkan mulai proses produksi BS, karena kurangnya waktu persiapan tanam (tinggal dua kali kesempatan yaitu periode pertanaman Juli September 2013 dan periode tanam Oktober 2013 Januari 2014). Proses produksi bisa dimulai dari pertanaman FS dan SS pada saat ini (Juli September 2013), sebagai persiapan ketersediaan benih untuk periode Oktober Januari f. Langkah langkah konkrit yang harus ditempuh untuk pemenuhan kebutuhan benih pada tahun 2014 adalah : - Menginventarisasi pertanaman FS dan SS saat ini yang akan menghasilkan SS dan ES, yang akan di tanam bulan Oktober Januari dan akan menghasilkan ES dan ES 1 pada bulan Februari

59 - Inventarisasi dengan target sasaran penangkar yang sudah mendaftar di BPSB, pertanaman SLPTT model (Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi), dan pertanaman pembinaan penangkar benih (Direktorat Perbenihan). Dari hasil inventarisasi perkiraan ketersediaan benih kedelai sementara yang dihasilkan pada pertemuan Forum Perbenihan sebagai berikut: kelas Benih Pokok (BP) sebanyak 396,7 ton, Benih Sebar (BR) sebanyak ,0 ton dan Benih Sebar 1 (BR1) sebanyak 5.475,0 ton yang diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan benih pada bulan Februari Langkah selanjutnya segera menyusun pertanaman produksi benih periode Oktober 2013 Januari Segera membentuk tim Pusat dan daerah yang bertanggung jawab menyusun strategi proses produksi dan anggaran. Tim Pusat dan daerah sentra produksi kedelai, segera berkoordinasi untuk pembagian tugas dan tanggung jawab. - Menentukan siapa yang akan menampung dan membeli produksi benih periode September Menentukan distribusi benih ke target areal yang sudah di tentukan tim pusat dan daerah seluas minimal ha untuk memproduksi benih sebar tahun Diperlukan komitmen yang tinggi bagi semua pihak yang terkait dalam proses produksi kedelai dan segera bertindak, mengingat waktu berjalan terus. D. Evaluasi Bantuan Benih Tahun Pertemuan Evaluasi Bantuan Benih Tahun 2013 pada tanggal November 2013 bertempat di Hotel New Saphire, Provinsi D.I Yogyakarta, dengan tujuan mengevaluasi dan menginventarisir kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Bantuan Benih (Subsidi Harga Benih dan CBN) padi, jagung dan kedelai tahun Pertemuan dihadiri oleh Direktur Perbenihan, Direktur Budidaya Serealia (diwakili oleh Kasubdit Padi), Kepala Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH), Kepala Dinas Pertanian DI Yogyakarta, Direksi PT Sang Hyang Seri (Persero), Direksi PT Pertani (Persero). Sedangkan peserta 44

60 pertemuan terdiri dari Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dari 27 provinsi, Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) dari 31 provinsi, Kepala Kantor Regional PT Sang Hyang Seri (Persero) dan Kepala Kantor Wilayah PT Pertani (Persero) seluruh Indonesia. Pertemuan secara resmi dibuka oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang sekaligus memberikan pengarahan dilanjutkan dengan pemaparan. Sedangkan narasumber yang hadir adalah Direktur Perbenihan, Direktur Budidaya Serealia (diwakili Kasubdit Padi), Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian (diwakili), Direksi PT Sang Hyang Seri (Persero) dan Kepala Divisi Pemasaran Korporasi PT Pertani (Persero). 2. Acara berlangsung tepat waktu dan sesuai dengan tujuan dan sasaran pertemuan yang telah ditetapkan. Materi yang disampaikan pada acara pertemuan Evaluasi Bantuan benih tersebut secara ringkas sebagai berikut: 1) Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, BUMN selaku penyalur benih sanggup melaksanakan sampai dengan bulan Desember untuk padi inbrida sejumlah 52,25 %, dengan rincian untuk PT Sang Hyang Seri (Persero) sejumlah 51,95 % dan untuk PT pertani (Persero) sejumlah 52,57%. Padi hibrida sejumlah 63,39 %, dengan rincian untuk PT Sang Hyang Seri (Persero) sejumlah 72,91% dan untuk PT pertani (Persero) sejumlah 51,43%. Jagung Hibrida sejumlah 71,62%, dengan rincian untuk PT Sang Hyang Seri (Persero) sejumlah 75,79% dan untuk PT pertani (Persero) sejumlah 65,56%. Jagung Komposit sejumlah 44,76%, dengan rincian untuk PT Sang Hyang Seri (Persero) sejumlah 76,68% dan untuk PT pertani (Persero) sejumlah 24,10%. Kedelai sejumlah 45,53%, dengan rincian untuk PT Sang Hyang Seri (Persero) sejumlah 69,71% dan untuk PT pertani (Persero) sejumlah 28,11%. 2) Dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman pangan terutama komoditas padi, jagung dan kedelai, benih termasuk yang memiliki berkontribusi banyak. Berdasarkan hasil pemaparan Direktur Perbenihan 45

61 untuk evaluasi kegiatan Direktorat Perbenihan selama tahun 2013 sebagai berikut: Varietas unggul tanaman yang dilepas padi, jagung, kedelai, dan ubi jalar sejumlah 25 varietas dengan rincian padi inbrida sejumlah 3 dan hibrida 3, jagung komposit sejumlah 51 dan hibrida 14, kedelai 4 dan ubi jalar 1. Rencana dan realisasi subsidi benih tahun 2013 sampai dengan bulan November sebesar atau 17,64% dari alokasi Penggunaan dan stok Cadangan Benih Nasional (CBN) sampai dengan bulan November sejumlah kg dan stok akhir sejumlah kg. Rencana dan realisasi pemberdayaan penangkar benih sampai dengan bulan November sebesar kg setara ha atau 58,19% dari alokasi ha untuk padi dan kedelai. Rencana dan realisasi optimalisasi balai benih sampai dengan November sebesar 6 UPB Balai Benih dari alokasi 10 UPB Balai Benih. Rencana dan realisasi perbanyakan benih sumber untuk komoditas padi sebesar 65,55 ha atau 69,00% dari alokasi 95 ha dengan produksi kg untuk kelas BS-BD sedangkan untuk kelas BD-BP 160,50 ha atau 78,68% dengan produksi kg. komoditas jagung komposit sebesar 27,00 ha atau 83,08% dari alokasi 32,50 ha dengan produksi kg untuk kelas BS-BD sedangkan untuk kelas BD-BP 85,00 ha atau 94,44% dengan produksi kg. Komoditas kedelai sebesar 38,50 ha atau 60,63% dari alokasi 63,50 ha dengan produksi kg untuk kelas BS-BD sedangkan untuk kelas BD-BP 82,00 ha atau 53,59% dengan produksi kg. komoditas Kacang tanah sebesar 9,50 ha atau 59,38% dari alokasi 16,00 ha dengan produksi kg untuk kelas BS-BD sedangkan untuk kelas BD- BP 15,00 ha atau 44,12% dengan produksi kg. komoditas Kacang hijau sebesar 5,00 ha atau 80,00% dari alokasi 6,25 ha dengan produksi kg untuk kelas BS- BD sedangkan untuk kelas BD- BP 10,00 ha atau 90,91% dengan produksi kg. komoditas ubi kayu sebesar 3,00 ha atau 75,00% dari alokasi 4,00 ha dengan produksi stek untuk kelas BS-BD 46

62 sedangkan untuk kelas BD- BP 2,00 ha atau 40,00% belum ada produksi. Komoditas ubi jalar sebesar 4,00 ha atau 100,00% dari alokasi 4,00 ha dengan produksi stek untuk kelas BS-BD sedangkan untuk kelas BD- BP 2,00 ha atau 100,00% belum ada produksi. Sedangkan untuk program kegiatan 2014 yaitu: Peningkatan ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat untuk mendukung pencapaian sasaran produksi tanaman pangan, Peningkatan mutu benih Pemutakhiran data dan informasi perbenihan melalui Sistem Informasi Perbenihan, Optimalisasi kinerja kelembagaan perbenihan untuk mendukung peningkatan ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat, Penyempurnaan peraturan perbenihan yang tidak relevan dengan kondisi perbenihan saat ini, Peningkatan penyebaran varietas unggul baru sesuai dengan agroekosistem masing-masing daerah dan keinginan petani, Mendorong berkembangnya produsen dan penangkar benih di daerah, Pengembangan sistem sertifikasi benih dengan standar nasional Indonesia (SNI) dan bergabung dengan The OECD Seed Schemes untuk ekspor-impor, dengan pengujian mutu benih berdasarkan peraturan ISTA (International Seed Testing Association), Membangun iklim yang kondusif untuk pengembangan industri perbenihan tanaman pangan. 3) Perkembangan luas panen dan produksi dan produktivitas padi rata-rata lima tahun sebagai berikut untuk luas panen terjadi peningkatan rata-rata 160 ribu ha/th atau 1,32% per tahun sedangkan untuk jagung 43 ribu ha/th atau 1,77% per tahun, produktivitas padi meningkat rata-rata 0,31 ku/ha/th atau 0,69% per tahun sedangkan jagung rat-rata 1,20 ku/ha/th atau 3,84% per tahun. Rata2 produktivitas padi ARAM II 2013 sebesar 51,46 ku/ha (36,42-59,56 ku/ha), rata2 padi sawah 53,10 ku/ha (36,83-62,99 ku/ha), rata2 padi ladang 33,59 ku/ha (18,75 47,55 ku/ha) ; rata2 jagung 47,99 ku/ha (17,10 71,99 ku/ha). Untuk meningkatkan produktivitas padi dan jagung upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu: hendaknya varietas yang digunakan disesuaikan dengan agroekosistem setempat, benihnya terjamin mutu baik genetik, fisik dan fisiologis, pemenuhanya tepat waktu 47

63 dan lokasi, benih selalu tersedia, tempatnya mudah terjangkau dan harga terjangkau oleh petani serta peningkatan paket teknologi yang sesuai rekomendasi. 4) Pencapaian produksi kedelai 2013 melalui kegiatan SL PTT yang didalamnya terdapat kontribusi dari benih subsidi dan Cadangan Benih nasional (CBN), selain itu peningkatan produksi melalui program Perluasan Areal Tanam (PAT), Perluasan Areal Tanam Baru (PATB), perluasan areal tanam swadaya petani, dan dukungan litbang, perlindungan tanaman, pasca panen, pengolahan dan pendampingan serta dukungan kebijakan harga, jaminan pasar dan pengendalian impor. Perkiraan pencapaian produksi kedelai ARAM II 2013 terhadap sasaran 2013 sebesar 53,84%, penurunan angka ARAM II disebabkan karena sebagian wilayah terjadi pergeseran jadwal tanam karena terlambat dalam penyediaan benih, harga jual kedelai rendah, dan curah hujan tinggi. 5) Evaluasi subsidi benih Tahun 2013 dari segi pengawasan berdasarkan pemaparan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian sebagai berikut: Realisasi penyaluran benih rendah, kurangnya minatnya petani dalam menyusun DUPBB, varietas yang tersedia tidak sesuai permintaan, ketersediaan benih tidak mencukupi kebutuhan, kesulitan pembayaran benih dengan anggaran APBD hal tersebut di karenakan kebijakan bantuan benih terlambat dilihat dari segi administrasi, penerima kelompok tani penerima bantuan tanpa identifikasi CP/CL, petani penerima tidak sesuai kriteria dalam program SL PTT dan Non SL PTT dan jumlah benih yang diajukan DUPBB lebih besar dibanding luas lahan. 6) Evaluasi Cadangan Benih Nasional (CBN) dari segi pengawasan berdasarkan pemaparan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian sebagai berikut: Tim verifikasi penggunaan dana penyegaran CBN belum dibentuk, metode pengelolaan benih CBN belum ditetapkan dalam pedum, SOP peminjaman benih CBN belum ditetapkan, mekanisme penyetoran jasa giro di rekening PT. Pertani dan PT. Sang Hyang Seri belum ditetapkan dan mekanisme penggunaan Dana Pengelolaan CBN belum ditetapkan serta terdapat temuan mengenai penggunaan dana penyegaran oleh PT Pertani senilai Rp ,00 dari realisasi senilai Rp ,00 tidak 48

64 melalui mekanisme yang ditetapkan dalam Pedum dan tidak terdapat dokumen pendukungnya, sehingga tidak diketahui kebenarannya. 7) Dari hasil Workshop diperoleh kesimpulan bahwa: a. Daftar Usulan Pembelian Benih Bersertifikat (DU-PBB) untuk benih padi inbrida sebanyak kg dengan realisasi penjualan sebanyak kg (51,01% terhadap DU-PBB atau 26,59% terhadap alokasi), padi hibrida sebanyak kg dengan realisasi penjualan sebanyak kg (52,26%% terhadap DU-PBB atau 15,07% terhadap alokasi), jagung hibrida sebanyak kg dengan realisasi penjualan sebanyak kg (39,86% terhadap DU-PBB atau 5,14% terhadap alokasi), jagung komposit sebanyak kg dengan realisasi penjualan sebanyak kg (32,08% terhadap DU-PBB atau 10,77% terhadap alokasi), dan kedelai sebanyak kg dengan realisasi penjualan sebanyak kg (39,37% terhadap DU-PBB atau 8,18% dari alokasi). b. Rendahnya realisasi penjualan benih bersubsidi antara lain disebabkan oleh : Perjanjian kerjasama pelaksanaan penjualan dan penyaluran benih bersubsidi baru ditandatangani tanggal 8 Juli 2013; Adanya kesulitan pengadaan benih oleh penyedia benih oleh BUMN; Daftar usulan pembelian benih bersubsidi (DUPBB) belum dibuat sesuai alokasi; Areal pertanaman sudah tidak banyak tersedia karena sudah melewati masa tanam; Kurangnya koordinasi antara pemangku kepentingan, yaitu antara Dinas Pertanian, UPTD BPSBTPH dan BUMN pelaksana penyaluran benih baik dalam segi teknis maupun non teknis (administrasi), Benih bersubsidi yang belum tersalur akan segera disalurkan oleh BUMN pada awal Desember sesuai DU-PBB. Batas akhir penyaluran dan penjualan benih paling lambat tanggal 31 Desember c. Realisasi penyaluran Cadangan Benih Nasional sampai dengan bulan November 2013 untuk benih padi inbrida sebanyak kg (73% dari penugasan sebanyak kg), padi hibrida belum ada 49

65 penyaluran (0% dari penugasan sebanyak kg), jagung hibrida sebanyak kg (13,92% dari penugasan sebanyak kg), dan kedelai sebanyak kg (47% dari penugasan sebanyak kg). d. Penyaluran CBN tersebut di atas guna memenuhi kebutuhan benih untuk kegiatan pemulihan pertanaman dan pengembangan tahun Untuk realisasi penyaluran CBN kegiatan pemulihan benih padi inbrida sebanyak kg (75% dari penugasan), sedangkan untuk kegiatan pengembangan terdiri dari benih padi inbrida sebanyak kg (66% dari penugasan), benih padi hibrida belum ada penyaluran, benih jagung hibrida sebanyak kg (14% dari penugasan), dan benih kedelai sebanyak kg (47% dari penugasan). e. Pemberdayaan penangkar untuk komoditas padi telah direalisasikan seluas ha (62,48% dari alokasi seluas ha), sedangkan untuk kedelai telah direalisasikan seluas ha (44,6% dari alokasi seluas ha). f. Realisasi penangkaran benih padi seluas ,07 ha dengan rincian kelas BD seluas 1.428,50 ha, BP seluas ,50 ha, BR seluas ,53 ha dan hibrida seluas 235,54 ha. Realisasi penangkaran benih jagung seluas 3.763,51 ha dengan rincian kelas BD seluas 102,75 ha, BP seluas 619,81 ha, BR seluas 1.218,89 ha dan hibrida seluas 1.822,06 ha, sedangkan realisasi penangkaran benih kedelai sampai dengan bulan Oktober 2013 seluas ,82 ha dengan rincian kelas BD seluas 239,53 ha, BP seluas 1.557,69 ha dan BR seluas ,61 ha. g. Permasalahan dalam pelaksanaan Cadangan Benih Nasional antara lain (1) Pengajuan proposal usulan CBN belum memenuhi persyaratan, sesuai dengan Petunjuk Teknis CBN (2) volume penyaluran CBN tidak sesuai dengan penugasan karena di beberapa lokasi sudah melewati jadwal tanam, (3) realisasi tanam yang dilaporkan relatif rendah, hal ini mengindikasikan bahwa tidak semua benih CBN yang disalurkan ditanam oleh petani, (4) laporan perkembangan dan laporan akhir 50

66 pelaksaan CBN belum disampaikan secara rutin sehingga menyulitkan evaluasi. h. Sedangkan permasalahan dalam kegiatan pemberdayaan penangkar benih antara lain sulitnya mencari pasar benih dari kegiatan pemberdayaan penangkar sehingga sebagian benih dijual sebagai barang konsumsi. Selain itu kesulitan penyimpanan benih dalam jumlah relatif banyak sehingga menyulitkan penangkar benih dalam proses pasca panen. i. Agar pelaksanaan kegiatan bantuan benih pada tahun mendatang dapat dilaksanakan dengan baik maka: j. Penyiapan benih agar diupayakan di masing-masing wilayah sehingga dapat memenuhi kebutuhan petani baik jumlah waktu dan varietas yang diinginkan. k. Dinas pertanian melakukan perencanaan kebutuhan benih dengan baik per kegiatan, per bulan per kabupaten yang meliputi jumlah waktu tanam yang diinginkan. l. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan CBN dari awal pelaksanaan sampai pelaporan sesuai prosedur yang berlaku. m. Untuk keberlanjutan kegiatan pemberdayaan penangkar benih pada tahun mendatang, diharapkan provinsi yang membutuhkan agar mengajukan proposal usulan kegiatan pemberdayaan penangkar tahun yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan disertai dengan hasil evaluasi dan analisa pelaksanaan kegiatan pemberdayaan penangkar tahun sebelumnya dan kesiapan pelaksanaan kegiatan yang akan datang. E. Pertemuan Koordinasi Dan Sinkronisasi Pelaksanaan Program Dan Kegiatan Tanaman Pangan Regional II 1. Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tanaman Pangan Regional II Tanaman Pangan pada tanggal Februari 2013 bertempat di Hotel Savoy Homann, Provinsi Jawa Barat, dengan tujuan meningkatkan koordinasi dan menyatukan persepsi dalam pelaksanaan program dan kegiatan tanaman pangan TA khususnya antara pusat dengan daerah di wilayah Regional II sesuai dengan arah kebijaksanaan dan 51

67 program yang telah ditetapkan serta merumuskan langkah-langkah kebijaksanaan dalam upaya meningkatkan pengembangan tanaman pangan. Peserta pertemuan terdiri dari Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), yang berasal dari Provinsi Jawa Barat, Banten, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat dan Bangka Belitung. Peserta yang hadir sebanyak 160 peserta dari target undangan sebanyak 180 peserta. 2. Pemantapan Pencapaian Produksi Tanaman Pangan Tahun 2013 a. Pencapaian produksi tanaman pangan merupakan akumulasi dari upaya yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan tanaman pangan. Untuk itu diperlukan komitmen seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkannya. Dalam rangka pencapaian surplus produksi padi, pelestarian swasembada jagung,dan pencapaian swasembada kedelai, serta peningkatan produksi tanaman pangan lainnya, maka sasaran produksi tanaman pangan nasional tahun 2013 telah ditetapkan sebagai berikut: padi sebesar 72,06 juta ton GKG, jagung sebesar 19,83 juta ton pipilan kering, kedelai sebesar 1,5 juta ton biji kering, kacang tanah sebesar 1,2 juta ton biji kering, kacang hijau sebesar 0,41 juta ton biji kering, ubi kayu sebesar 26,03 juta ton umbi basah dan ubi jalar sebesar 2,45 juta ton umbi basah. b. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas diperlukan upaya-upaya terobosan untuk peningkatan produksi antara lain dengan: penyempurnaan sistem penyediaan benih dari Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) menjadi subsidi harga, meningkatkan kualitas SL-PTT melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan, meningkatkan jumlah paket bantuan, meningkatkan pendampingan dan pengawalan, merevitalisasi kegiatan pengembangan kedelai melalui Perluasan Areal Tanam Baru (PATB), pengamanan produksi dari serangan OPT dengan prinsip Spot Stop, pengamanan dari dampak perubahan iklim, menekan susut hasil (losses), memperkuat manajemen pembangunan melalui restrukturisasi dan rasionalisasi/pengurangan jumlah satker, dan meningkatkan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait (Meneg BUMN, Kemen PU, Kemenperin, Kemendag, Perguruan Tinggi, dan TNI AD). 52

68 c. Dalam rangka mendukung penyediaan benih varietas unggul bersertifikat dan penguatan kelembagaan penangkar pada TA dialokasikan kegiatan Pemberdayaan penangkar Benih. Calon lokasi dan calon penangkar ditetapkan oleh Kepala dinas kabupaten/kota dengan mempertimbangan masukan dari Kepala BPSB. Varietas yang ditangkarkan adalah varietas yang memiliki potensi produksi tinggi sebagai upaya pergantian varietas. 3. Kesepakatan Hasil Workshop Pertemuan Regional II Tanaman Pangan meliputi (Provinsi Jawa Barat, Banten, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat dan Bangka Belitung). Kesepakatan hasil workshop pertemuan regional tersebut menyepakati hal-hal sebagai berikut : a. Luas Tanam Padi Tahun 2013 Sasaran nasional luas tanam padi tahun 2013 seluas ha. Dari sasaran nasional tersebut diharapkan dari Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ha sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann lebih rendah dari target awal seluas ha (99,69 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat seluas ha atau (96,99 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Banten seluas ha atau (97,47 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Bengkulu seluas ha atau (103,41 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Sumatera Selatan seluas ha atau (105,77 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Lampung seluas ha atau (98,06 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Kalimantan Barat seluas ha atau (97,94 %) dari sasaran nasional ( ha); dan Bangka Belitung seluas ha atau (158,35 %) dari sasaran nasional ( ha). b. Luas Tanam Jagung Tahun 2013 Sasaran nasional luas tanam jagung tahun 2013 seluas ha. Dari sasaran nasional tersebut diharapkan dari Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ha sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman 53

69 Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann melebihi target awal seluas ha (102,65 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat seluas ha atau (115,45 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Banten seluas ha atau 210,57 %) dari sasaran nasional (3.445 ha); Provinsi Bengkulu seluas ha atau (68,33 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Sumatera Selatan seluas ha atau (122,09 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Lampung seluas ha atau (95,29 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Kalimantan Barat seluas ha atau (119,69 %) dari sasaran nasional ( ha); dan Bangka Belitung seluas ha atau (204,07 %) dari sasaran nasional (711 ha). c. Luas Tanam Kedelai Tahun 2013 Sasaran nasional luas tanam kedelai tahun 2013 seluas ha. Dari sasaran nasional tersebut diharapkan dari Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ha sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann lebih tinggi dari target awal seluas ha (113,77 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat seluas ha atau (112,17 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Banten seluas ha atau (109,67 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Bengkulu seluas ha atau (135,82 %) dari sasaran nasional (6.000 ha); Provinsi Sumatera Selatan seluas ha atau (91,46 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Lampung seluas ha atau (178,00 %) dari sasaran nasional (7.500 ha); Provinsi Kalimantan Barat seluas ha atau (151,97 %) dari sasaran nasional (3.600 ha); dan Bangka Belitung tidak mendapat alokasi. d. Sasaran Produksi Padi Tahun 2013 Sasaran nasional produksi padi tahun 2013 sebesar ton. Wilayah Regional II (tujuh provinsi) awalnya ditargetkan dapat berkontribusi sebesar Ton terhadap sasaran produksi nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil workshop di Hotel Savoy Homann melebihi target awal, yaitu mencapai sebesar ton (105,32%) 54

70 terdiri dari provinsi Jawa Barat sebesar ton atau 108,01% dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Banten sebesar ton (100,00%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Bengkulu sebesar ton (103,75 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sumatera Selatan sebesar ton atau (106,15 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Lampung sebesar ton (100,20 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Kalimantan Barat sebesar ton (100,96 %) dari sasaran nasional ( ton); dan Bangka Belitung sebesar ton (109,23 %) dari sasaran nasional ( ton). e. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2013 Sasaran nasional produksi jagung tahun 2013 sebesar ton. Wilayah Regional II (tujuh provinsi) ditargetkan dapat berkontribusi sebesar Ton dari total sasaran nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil workshop di Hotel Savoy Homann melebihi target awal menjadi sebesar ton (102,00 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat sebesar ton (98,70 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Banten sebesar ton (241,08 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Bengkulu sebesar ton (100,00 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sumatera Selatan sebesar ton (141,32 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Lampung sebesar ton (100,05 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Kalimantan Barat sebesar ton (102,78 %) dari sasaran nasional ( ton); dan Bangka Belitung sebesar ton (214,30 %) dari sasaran nasional (2.488 ton). f. Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2013 Sasaran nasional produksi kedelai tahun 2013 sebesar ton. Wilayah Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann lebih tinggi dari target awal yaitu sebesar ton (115,17 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat sebesar ton (109,58 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Banten sebesar ton 55

71 (140,50 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Bengkulu sebesar ton atau (122,80 %) dari sasaran nasional (6.641 ton); Provinsi Sumatera Selatan sebesar ton atau (107,49 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Lampung sebesar ton atau (173,48%) dari sasaran nasional (8.764 ton); Provinsi Kalimantan Barat sebesar ton atau (154,29 %) dari sasaran nasional (4.771 ton); dan Bangka Belitung tidak mendapat alokasi. g. Sasaran Produksi Kacang Tanah Tahun 2013 Sasaran nasional produksi kacang tanah tahun 2013 sebesar ton. Wilayah Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann lebih rendah dari target awal yaitu sebesar ton (79,33 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat sebesar ton (84,35%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Banten sebesar ton (89,57 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Bengkulu sebesar ton atau (73,92 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sumatera Selatan sebesar ton atau (84,72 %) dari sasaran nasional (9.321 ha); Provinsi Lampung sebesar ton atau (46,75%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Kalimantan Barat sebesar ton atau (100,13 %) dari sasaran nasional (3.118 ton); dan Bangka Belitung 427 ton atau (62,33 %) dari sasaran nasional (685 ton). h. Sasaran Produksi Kacang Hijau Tahun 2013 Sasaran nasional produksi kacang hijau tahun 2013 sebesar ton. Wilayah Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann melebihi dari target awal yaitu sebesar ton (104,44 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat sebesar ton (127,54%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Banten sebesar ton (80,26 %) dari sasaran nasional (2.715 ton); Provinsi Bengkulu sebesar ton atau (97,33 %) dari sasaran nasional (1.950 ton); Provinsi Sumatera Selatan sebesar ton atau (64,09 %) dari sasaran nasional 56

72 (4.765 ha); Provinsi Lampung sebesar ton atau (84,44%) dari sasaran nasional (5.651 ton); Provinsi Kalimantan Barat sebesar ton atau (107,82 %) dari sasaran nasional (1.662 ton); dan Bangka Belitung tidak mendapat alokasi. i. Sasaran Produksi Ubi Kayu Tahun 2013 Sasaran nasional produksi ubi kayu tahun 2013 sebesar ton. Wilayah Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann melebihi dari target awal yaitu sebesar ton (100,47 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat sebesar ton (98,72%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Banten sebesar ton (71,56 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Bengkulu sebesar ton atau (90,51 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sumatera Selatan sebesar ton atau (79,04 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Lampung sebesar ton atau (102,57%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Kalimantan Barat sebesar ton atau (101,48 %) dari sasaran nasional (469 ton); dan Bangka Belitung ton atau (55,24 %) dari sasaran nasional ( ton). j. Sasaran Produksi Ubi Jalar Tahun 2013 Sasaran nasional produksi ubi jalar tahun 2013 sebesar ton. Wilayah Regional II (tujuh provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop di Hotel Savoy Homann lebih rendah dari target awal yaitu sebesar ton (88,04 %) terdiri dari Provinsi Jawa Barat sebesar ton (81,45%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Banten sebesar ton (89,56 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Bengkulu sebesar ton atau (197,37 %) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Sumatera Selatan sebesar ton atau (94,37 %) dari sasaran nasional ( ha); Provinsi Lampung sebesar ton atau (104,20%) dari sasaran nasional ( ton); Provinsi Kalimantan Barat sebesar

73 ton atau (124,20 %) dari sasaran nasional ( ton); dan Bangka Belitung ton atau (47,62 %) dari sasaran nasional (6.738 ton). F. Rapat Koordinasi dan Workshop yang diikuti oleh Direktorat Perbenihan lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan a. Rapat Kerja Nasional Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Rakernas dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2013 di Ruang Rapat P2BN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan dipimpin oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi seluruh Indonesia beserta Unit Pelaksana Teknis Dinas yang terkait dengan bidang tanaman pangan. b. Workshop Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Workshop penyusunan LAKIP diselenggarakan oleh Bagian Evaluasi dan Pelaporan Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan dihadiri oleh wakil dari unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pelaksanaan workshop pada tanggal 31 Januari - 2 Februari 2013 di Bogor dengan narasumber yang berasal dari Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian dan Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. c. Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Sementara Tahun 2012 dan Angka Prognosa Tahun 2013 Produksi Tanaman Pangan Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Sementara (ASEM) Tahun 2012 dan Angka Prognosa 2013 Produksi Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 8 Februari 2013 bertempat di Hotel Aston, Palembang. d. Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Ramalan II Tahun 2013 Produksi Tanaman Pangan Rapat Koordinasi Nasional Penyusunan Angka Ramalan II Tahun 2013 Produksi Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 9 sampai dengan 11 Oktober 2013 bertempat di Hotel Sahid Jaya, Makassar, Sulawesi Selatan. 58

74 J. Subsidi Benih TA 2013 Dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan, benih mempunyai peranan yang sangat strategis. Ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang memenuhi aspek kualitas dan kuantitas dibarengi dengan aplikasi teknologi budidaya lainnya seperti pupuk berimbang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produktivitas, produksi dan mutu hasil produk tanaman pangan. Untuk dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan tersebut, salah satu faktor yang berpengaruh adalah ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat serta penggunaannya secara konsisten oleh petani dalam setiap usaha taninya, sehingga akan dapat meningkatkan baik produktivitas, produksi maupun mutu produk yang dihasilkan. Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat secara nasional, guna memenuhi kebutuhan benih untuk melaksanakan program pembangunan tanaman pangan, pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi benih untuk benih padi inbrida (lahan sawah dan lahan kering), padi hibrida, jagung (komposit dan hibrida) dan kedelai. Tujuan diselenggarakannya subsidi benih adalah untuk : 1. Menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi, jagung dan kedelai dengan mutu yang terjamin untuk kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan program pembangunan tanaman pangan (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan atau di luar SL-PTT). 2. Membantu petani dari sisi pembiayaan permodalan khususnya berkurangnya biaya untuk pembelian benih, sehingga bebannya lebih ringan. 3. Berdasarkan penjelasan pada tujuan bahwa kriteria pemanfaatan benih bersubsidi diutamakan untuk memenuhi kebutuhan benih bagi petani/ kelompok tani pelaksana program pembangunan tanaman (SL-PTT), selebihnya digunakan untuk memenuhi areal tanam di luar SL-PTT. Untuk komoditas jagung komposit, diutamakan dialokasikan di daerah-daerah yang potensial untuk pengembangan jagung komposit, sedangkan untuk komoditas jagung hibrida diutamakan dialokasikan di daerah pengembangan baru jagung hibrida. 59

75 Rencana alokasi Subsidi Benih TA 2013 sebanyak kg terdiri dari benih padi inbrida kg, padi hibrida kg, jagung hibrida kg, jagung komposit kg dan kedelai kg. Realisasi penjualan benih bersubsidi padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida, jagung komposit, dan kedelai sebanyak kg (34,33%) terdiri dari benih padi inbrida kg (39,16%), padi hibrida kg (24,14%), jagung hibrida kg (7,98%), jagung komposit kg (18,24%) dan kedelai kg (16,17%). Secara rinci rencana dan realisasi penjualan benih bersubsidi padi inbrida, padi hibrida, jagung komposit, jagung hibrida dan kedelai TA 2013 terdapat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Rencana dan Realisasi Penjualan Benih Bersubsidi Padi Inbrida, Padi Hibrida, Jagung Hibrida, Jagung Komposit dan Kedelai TA 2013 RENCANA REALISASI PENJUALAN NO JENIS BENIH PT SHS PT PERTANI JUMLAH PT SHS PT PERTANI JUMLAH HA KG HA KG HA KG HA KG % HA KG % HA KG % 1 PADI INBRIDA , , ,16 2 PADI HIBRIDA , , ,14 3 JAGUNG HIBRIDA , , ,98 4 JAGUNG KOMPOSIT , , ,24 5 KEDELAI , , ,17 JUMLAH , , ,33 Secara rinci rencana dan realisasi penjualan benih bersubsidi padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida, jagung komposit, dan kedelai per provinsi per BUMN sebagai berikut : 1. Padi Inbrida Realisasi penjualan benih bersubsidi untuk benih padi inbrida sebesar kg dari rencana kg (39,16%). Realisasi penjualan benih bersubsidi padi inbrida dilakukan oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) sebesar kg (31,82%) dan PT Pertani (Persero) sebesar

76 kg (50,16%). Secara rinci rencana dan realisasi penjualan benih bersubsidi padi inbrida per provinsi per BUMN terdapat pada Tabel Lampiran Padi Hibrida Realisasi penjualan benih bersubsidi untuk benih padi hibrida sebesar kg dari rencana kg (24,28%). Realisasi penjualan benih bersubsidi jagung hibrida dilakukan oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) sebesar kg (22,38%) dan PT Pertani (Persero) sebesar kg (26,77%). Secara rinci rencana dan realisasi penjualan benih bersubsidi padi hibrida per provinsi per BUMN terdapat pada Tabel Lampiran Jagung Hibrida Realisasi penjualan benih bersubsidi untuk benih jagung hibrida sebesar kg dari rencana kg (7,98%). Realisasi penjualan benih bersubsidi jagung hibrida dilakukan oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) sebesar kg (7,52%) dan PT Pertani (Persero) sebesar kg (8,68%). Secara rinci rencana dan realisasi penjualan benih bersubsidi padi inbrida per provinsi per BUMN terdapat pada Tabel Lampiran Jagung Komposit Realisasi penjualan benih bersubsidi untuk benih jagung komposit sebesar kg dari rencana kg (18,40%). Realisasi penjualan benih bersubsidi jagung komposit dilakukan oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) sebesar kg (12,60%) dan PT Pertani (Persero) sebesar kg (26,17%). Secara rinci rencana dan realisasi penjualan benih bersubsidi jagung komposit per provinsi per BUMN terdapat pada Tabel Lampiran Kedelai Realisasi penjualan benih bersubsidi untuk benih kedelai sebesar kg dari rencana kg (16,17%). Realisasi penjualan benih bersubsidi kedelai dilakukan oleh PT Sang Hyang Seri (Persero) sebesar kg (15,57%) dan PT Pertani (Persero) sebesar kg (17,07%). Secara rinci rencana dan realisasi penjualan benih bersubsidi kedelai per provinsi per BUMN terdapat pada Tabel Lampiran

77 K. Cadangan Benih Nasional (CBN) Dalam upaya pemantapan ketahanan pangan, kendala yang sering dihadapi antara lain pertanaman yang rusak/puso sebagai akibat/dampak perubahan iklim (bencan alam), bencana non alam, serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) serta menurunnya minat dan kemampuan petani untuk melakukan budidaya akibat berbagai kendala teknis dan non teknis. Selain itu, penggunaan benih varietas unggul bersertifikat di beberapa daerah relatif belum berkembang sehingga produktivitas tanaman rendah. Mengingat benih varietas unggul bersertifikat merupakan salah satu komponen utama dalam usaha tani, maka untuk mengatasi kendala tersebut di atas diperlukan peningkatan ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan benih yang sifatnya mendesak dalam rangka pemulihan pertanaman (penanaman kembali), untuk pengembangan pada daerah-daerah yang belum menggunakan benih varietas unggul bersertifikat, dan untuk upaya khusus percepatan peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah menyediakan Cadangan Benih Nasional (CBN) yang meliputi benih padi (inbrida dan hibrida), benih jagung (komposit dan hibrida) dan benih kedelai, mengingat ketiga komoditas tersebut merupakan komoditas strategis. Stok CBN sampai dengan akhir tahun 2012 untuk komoditas padi inbrida sebesar ,70 ton, padi hibrida 1.200,84 ton, jagung hibrida 2.433,97 ton, jagung komposit 1.075,42 ton dan kedelai 8.524,48 ton. Realisasi penggunaan CBN berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangan sampai dengan akhir Desember 2013 untuk komoditas padi inbrida, 1.542,83 ton, padi hibrida 485,50 ton, jagung hibrida 454,42 ton dan kedelai 902,80 ton, sehingga sisa stok CBN sampai akhir Desember 2013 untuk komoditas padi inbrida sebesar ,87 ton, padi hibrida 715,34 ton, jagung hibrida 1.979,54 ton, jagung komposit 1.075,42 ton dan kedelai 7.621,68 ton. Secara rinci stok CBN berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. 62

78 Tabel 10. Stok Cadangan Benih Nasional (CBN) Berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangan s/d 31 Desember 2013 No I II III PT Sang Hyang Seri (Persero) Stok Akhir Tahun 2012*) Berdasarkan Surat Penugasan Setara Penggunaan Sisa Stock (ton) Setara (ha) (ha) s/d Des 2013 (ton) (ton) 1 Padi Inbrida 9.561, , ,82 2 Padi Hibrida 786, , ,49 3 Jagung Hibrida 1.648, , ,46 4 Jagung Komposit 1.013, ,43 5 Kedelai 7.842, , ,86 PT Pertani (Persero) 1 Padi Inbrida 5.801, , ,06 2 Padi Hibrida 414, , (1,15) 3 Jagung Hibrida 785, , ,08 4 Jagung Komposit 62, ,00 5 Kedelai 681, , ,82 Jumlah Produsen/ Komoditas 1 Padi Inbrida , , ,87 2 Padi Hibrida 1.200, , ,34 3 Jagung Hibrida 2.433, , , ,54 4 Jagung Komposit 1.075, ,43 5 Kedelai 8.524, , ,69 Keterangan: *) : Berdasarkan Audit BPK RI di gudang dan penangkaran Realisasi penggunaan CBN sampai dengan akhir Desember 2013 berdasarkan Surat Penugasan Direktur Jenderal Tanaman Pangan untuk kegiatan pemulihan komoditas padi inbrida 1.316,03 ton dan kegiatan pengembangan komoditas padi inbrida 226,80 ton, kegiatan pengembangan padi hibrida 485,50 ton, kegiatan pengembangan jagung hibrida 454,42 ton dan kegiatan pengembangan kedelai 902,80 ton. Stok dan realisasi penggunaan Cadangan Benih Nasional berdasarkan kegiatan sampai dengan 31 Desember 2013 seperti pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. NO 1. Stok Awal 2013 Stok dan Realisasi Penggunaan Cadangan Benih Nasional (CBN) s/d 31 Desember 2013 Uraian Stok (ton) Padi Inbrida Padi Hibrida Jagung Hibrida Jagung Komposit Kedelai Penggunaan (ton) Stok (ton) Penggunaan (ton) Stok (ton) Penggunaan (ton) Stok (ton) Penggunaan (ton) Stok (ton) a. Akhir Tahun , , , , ,48 b. Pengadaan/Penyediaan Tahun Jumlah (1) 2. Realisasi Berdasarkan Surat Penugasan , , , , ,48 Penggunaan (ton) a. Pemulihan 1.316, b. Pengembangan 226,80 485,51 454,43-902,80 c. SL-PTT d. LMDH e. Peningkatan Produktivitas & Produksi Jumlah (2) 3. Stok Akhir (Hingga 31 Desember 2013) Jumlah (1)- Jumlah (2) Komoditi 1.542,84 485,51-454, , ,87 715, , , ,68 63

79 L. Audit Sistem Manajemen Mutu Pada tahun 2013, LSSMBTPH telah melaksanakan 18 (delapan belas) audit sistem manajemen mutu, terdiri dari: 1. Audit Sertifikasi Awal sebanyak 3 (tiga) kali yaitu: ke PT Syngenta Seed Indonesia, UPBS Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi); 2. Audit Sertifikasi Ulang sebanyak 5 (lima) kali yaitu: ke PT Agri Makmur Pertiwi, PT East West Seed Indonesia, PT Sang Hyang Seri (Persero) cabang Khusus Sukamandi, PT Benih Citra Asia dan CV Aura Seed Indonesia; 3. Audit Survailen I sebanyak 8 (delapan) perusahaan/produsen benih tanaman pangan/hortikultura yaitu: ke PT Sang Hyang Seri (Persero) cabang Pasuruan, CV Aditya Sentana Agro, PT AHSTI, PT Branita Sandhini, PT DuPont Indonesia, PT Sang Hyang Seri (Persero) cabang Pujon, PT Agri Makmur Pertiwi dan PT BISI Internasional, dan 4. Audit Survailen II sebanyak 2 (dua) kali, yaitu: UPBS Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Sukamandi) dan PT Tunas Agro Persada. Hingga akhir Desember 2013, jumlah produsen benih yang telah mendapatkan sertifikat sertifikasi manajemen mutu sebanyak 16 (enam belas) perusahaan, yaitu: 1. PT DuPont Indonesia (memproduksi benih padi hibrida dan jagung hibrida). 2. PT BISI Internasional Tbk (memproduksi benih padi hibrida, jagung hibrida, jagung komposit dan hortikultura). 3. PT East West Seed Indonesia (memproduksi benih hortikultura). 4. PT Sang Hyang Seri (Persero) PBS Cabang Khusus Sukamandi (memproduksi benih padi non hibrida). 5. PT Branita Sandhini (memproduksi benih jagung hibrida). 6. PT Agri Makmur Pertiwi (memproduksi benih jagung hibrida dan hortikultura). 7. PT Benih Citra Asia (memproduksi benih jagung hortikultura). 8. UPBS Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Sukamandi) (memproduksi benih padi hibrida dan padi nonhibrida). 9. PT Tunas Agro Persada (memproduksi benih hortikultura). 10. CV Aditya Sentana Agro (memproduksi benih hortikultura). 64

80 11. PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Pasuruan (memproduksi benih padi inbrida). 12. CV Aura Seed Indonesia (memproduksi benih hortikultura). 13. PT Asian Hybrid Seed Technologies Indonesia (memproduksi benih jagung hibrida). 14. PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Pujon (memproduksi benih padi inbrida). 15. PT Syngenta Seed Indonesia (memproduksi benih jagung hibrida dan hortikultura). 16. UPBS Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang (memproduksi benih hortikultura). Selain perusahaan/produsen benih tersebut di atas, saat ini ada beberapa produsen benih yang telah mengajukan permohonan untuk menerapkan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu dan sedang dalam proses penilaian, yaitu PT Sang Hyang Seri (Persero) Cabang Sidrap dan UPBS Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Cipanas. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.48 Tahun 2012, setiap perusahaan/produsen benih yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu diharuskan membayar tarif jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Pertanian atas jasa audit/survailen yang diberikan, untuk disetorkan ke Kas Negara. Pada Tahun 2013, jumlah PNBP dari kegiatan audit/survailen Sistem Manajemen Mutu ke perusahaan/produsen benih yang telah disetorkan ke Kas Negara sebanyak Rp ,- (Seratus Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah). Rincian selengkapnya perusahaan/produsen yang diaudit, waktu pelaksanaan audit, dan PNBP yang disetorkan LSSMBTPH ke Kas Negara terdapat pada Tabel Lampiran 39. M. Jumlah Produsen dan Pengedar Benih 1. Produsen Benih Tanaman Pangan Berdasarkan hasil rekapitulasi sampai dengan akhir Desember 2013 secara nasional jumlah produsen benih tanaman pangan dari 33 provinsi sebanyak unit, yang terdiri atas produsen benih padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan palawija dengan kapasitas kemampuan produksinya ,46 ton. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 jumlah produsen

81 unit dengan kemampuan produksinya sebanyak ,98. Provinsi yang paling banyak terdapat produsen benih tanaman pangan adalah Provinsi Jawa Timur 639 unit, Jawa Tengah 224 unit dan NTB 160 unit, sedangkan provinsi yang paling sedikit produsen benih tanaman pangan adalah Bangka Belitung 10 unit, Sumatera Selatan 17 unit dan Sulawesi Barat 24 unit. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran Pengedar (Pedagang/ Penyalur) Benih Berdasarkan hasil rekapitulasi sampai dengan akhir Desember 2013 (benih padi, jagung dan kedelai) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 secara nasional jumlah pengedar (penyalur/pedagang) benih tanaman pangan dari 33 provinsi sebanyak unit, yang terdiri dari pengedar benih padi, jagung, kedelai. Provinsi yang paling banyak terdapat pengedar benih tanaman pangan adalah Provinsi Jawa Timur 313 unit, Jawa Tengah 215 unit dan Provinsi Kalimantan Selatan 204 unit. Provinsi yang paling sedikit pengedar benih tanaman pangan adalah Provinsi Papua Barat 3 unit, DKI Jakarta 13 unit dan Provinsi Papua 16 unit. Secara nasional kemampuan penyaluran benih oleh pengedar benih mencapai ,18 ton/tahun yang terdiri atas benih padi sebesar ,68 ton/tahun, benih jagung 6.906,00 ton/tahun, benih kedelai 7.001,50 ton/tahun. Provinsi yang paling tinggi dalam kemampuan penyaluran benihnya adalah Jawa Timur sebesar ,50 ton/tahun, Jawa Tengah ,00 ton/tahun dan Sumatera Selatan ,00 ton/tahun. Sedangkan yang paling rendah kemampuan penyaluran benihnya adalah Provinsi Bangka Belitung sebesar 39,00 ton/tahun, Papua Barat 73,50 ton/tahun dan DKI Jakarta 103,00 ton/tahun. Jumlah pengedar benih tanaman pangan dan kemampuan penyalurannya dapat dilihat pada Tabel Lampiran

82 VI. KEGIATAN ADMINISTRASI Peranan penting dalam pelayanan terhadap seluruh unit kerja terkait yang diemban oleh ketatausahaan cukup besar, selain itu tuntutan kelancaran sangat dibutuhkan, maka untuk mendukung pelaksanaan tugas secara baik dibantu dengan 5 koordinator ketatausahaan yaitu: A. Koordinator Kepegawaian B. Koordinator Pengurusan Surat C. Koordinator Rumah Tangga D. Koordinator Perlengkapan E. Koordinator Keuangan Adapun pelaksanaan tugas dari 5 Koordinator ketatausahaan tersebut selama tahun 2013 adalah sebagai berikut: A. Koordinator Kepegawaian 1. Keadaan Pegawai Jumlah pegawai yang mendukung pelaksanaan tugas Direktorat Perbenihan tahun 2013 sebanyak 64 (enam puluh empat) orang baik teknis maupun non teknis. Adapun nama-nama pegawai berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) seperti terlampir. Dari Jumlah tersebut dapat dilihat dari tingkat golongan yang ada seperti terlihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Golongan No Uraian Pegawai (Orang) Gol IV Gol III Gol II Gol I 1 Direktur Subdit PVPMB Subdit Produksi Benih Serealia Subdit Produksi benih Akabi Subdit Kelembagaan Benih Subbag Tata Usaha Jumlah No Sedangkan untuk jumlah pegawai Direktorat Perbenihan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. 1 Direktur 2 Subdit PV 3 Subdit Pr 4 Subdit Pr 5 Subdit Ke 6 Sekretar 7 Subbag T 67

83 Tabel 13. Rekapitulasi Jumlah Pegawai Direktorat Perbenihan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan Pegawai (Orang) Total Produksi Produksi Kelembagaan Tata Direktur PVPMB Benih Serealia Benih AKABI Benih Usaha (Orang) 1 Doktor (S3) 1 1 a. Teknis b. Non Teknis Magister (S2) a. Teknis b. Non Teknis Sarjana (S1) a. Teknis b. Non Teknis Sarjana Muda (D3) a. Teknis b. Non Teknis SLTA a. Teknis b. Non Teknis SLTP SD JUMLAH Sedangkan Jumlah Pegawai Direktorat berdasarkan status perkawinan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Rekapitulasi Jumlah Pegawai Direktorat Perbenihan Berdasarkan Status Perkawinan dan Jenis Kelamin No Unit Kerja Jenis Kelamin Status Perkawinan Pria Wanita Kawin Tidak Kawin 1 Direktur Subdit PVPMB Subdit Benih Serealia Subdit Benih Kabi Subdit Kelembagaan Sub Bagian Tata Usaha Jumlah Pengadaan Pegawai Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Tahun 2013 ini Direktorat Perbenihan tidak ada penambahan pegawai baru 68

84 3. Mutasi Pegawai a. Kenaikan Pangkat Pegawai yang telah memenuhi syarat untuk memperoleh kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara regular untuk periode April dan Oktober tahun 2013, sebanyak 16 orang terdiri dari: Golongan III d ke IV a Golongan III c ke III d Golongan III b ke III c Golongan III a ke III b Golongan II d ke III a Golongan II a ke II b Golongan I c ke I d : 1 orang : 2 orang : 3 orang : 6 orang : 1 orang : 2 orang : 1 orang b. Kenaikan Gaji Berkala Dalam tahun 2013 pegawai yang diusulkan untuk mendapatkan kenaikan gaji berkala sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2013 berjumlah 50 Orang terdiri dari: Januari : 8 orang Februari : 3 orang Maret : 10 orang April : 12 orang Mei : 2 orang Juni : 1 orang Juli : 1 orang Agustus : 2 orang September: 2 orang Oktober : 3 orang November : - orang Desember : 6 orang c. Perpindahan/Alih Tugas Selama tahun 2013 jumlah pegawai yang pindah atau beralih tugas di dalam dan di luar Direktorat Perbenihan sebanyak 2 orang, baik yang bersifat mengurangi maupun menambah jumlah pegawai. Rincian pegawai yang alih tugas atau mutasi dapat dilihat pada Tabel 15 berikut. 69

85 Tabel 15. Pegawai yang beralih tugas atau mutasi Direktorat Perbenihan No Nama/NIP Mutasi dari Ke Keterangan 1 Siklis, SP Direktorat BBPPMBTPH Perbenihan Cimanggis 2 Ir. Heri Adi Setiawan Direktorat BBPPMBTPH Perbenihan Cimanggis d. Purna Bakti SK Dirjen TP nomor 27/HK.310/C/5/2013 tanggal 28 Mei 2013 Purna Bakti merupakan hak bagi seluruh pegawai yang telah memenuhi syarat tertentu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan kepegawaian yaitu: Batas usia mencapai 56 tahun (staf s.d. pejabat Eselon III). Sedangkan bagi pejabat Eselon II diperpanjang sampai usia 58 tahun atau 60 tahun. Pada tahun 2013 ini terdapat 3 pegawai yang memasuki masa purna bakti seperti pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Pegawai yang Memasuki Masa Purna Bakti No Nama/NIP Pangkat/Gol Jabatan Keterangan 1 Karmo Penata Muda Fungsional Umum Pensiun Tk. I (III b) Subbag Tata Usaha 01-Mei-13 2 Suwesti Arianingsih, BSc Penata Fungsional Umum Pensiun (III c) Seksi Padi 01-Des-13 3 Muh Yazid Pengatur Tk I Fungsional Umum Meninggal (II d) Subbag Tata Usaha 03-Des-13 e. Penghargaan Berdasarkan masa kerja dan prestasi pegawai sebagaimana yang telah dipersyaratkan untuk mendapatkan Satya Lencana Karya Satya, maka tahun 2013 ini telah diusulkan sebanyak 13 (tiga belas) orang. Dari 13 orang yang diusulkan hanya 1 orang yang belum menerima penghargaan. B. Kesejahteraan Pegawai 1. Cuti Dalam tahun 2013 pegawai Direktorat Perbenihan yang telah menggunakan hak cuti sebanyak 37 orang dengan jenis pengambilan cuti sebagai berikut. Cuti Tahunan : 34 orang Cuti alasan Penting : - orang Cuti besar Cuti melahirkan : 2 orang : 1 orang 70

86 2. Pembinaan Pegawai a. Kedisiplinan Pegawai Berdasarkan pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, disiplin pegawai dilaksanakan dalam rangka meningkatkan tugas dan tanggung jawab selaku pegawai negeri sipil. Dengan peraturan pemerintah tersebut di atas diharapkan pegawai dapat menghayati dan mentaatinya. Kepada pegawai yang lalai dalam bertugas telah diberikan peringatan atau teguran antara lain : - Teguran lisan diberikan kepada pegawai yang tidak masuk 5 hari kerja sebanyak 1 orang yaitu Mochamad Shaldan Basari, A.Md; - Teguran tertulis diberikan kepada pegawai yang tidak masuk 6-10 hari kerja sebanyak 1 orang yaitu Sapto Mujoko; - Pernyataan tidak puas secara tertulis kepada pegawai yang tidak masuk hari kerja sebanyak 1 orang yaitu Indra Budhi Utomo. b. Pengawasan Melekat Pelaksanaan pengawasan melekat (Waskat) diterapkan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai, dengan demikian diharapkan aktivitas dinas berjalan efektif, efisien, lancar, tepat waktu, dan tepat sasaran. Pengawasan melekat dilaksanakan pada tiap unit kerja dimana setiap atasan melakukan bimbingan dan arahan kepada bawahan secara harmonis agar tercipta suasana kerja yang kondusif. 3. Pemeriksaan Kesehatan Pada Tahun 2013 tidak ada yang mendapat kesempatan untuk mengikuti tes kesehatan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan. 4. Pendidikan dan Pelatihan Pada TA 2013 ada 2 pegawai yang diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai instansi terkait seperti Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17. Pegawai yang mengikuti pendidikan dan pelatihan No Nama/NIP Jabatan Pendidikan Keterangan 1 Happy Suryati, SP, MSi Fungsional Umum Subdit Penilaian S3 Tugas Varietas dan Pengawasan Mutu Benih IPB Belajar 2 Ismanto, STP Fungsional Umum Subdit Penilaian S2 Tugas Varietas dan Pengawasan Mutu Benih IPB Belajar 71

87 5. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Dalam rangka lebih menjamin obyektifitas dan pembinaan pegawai berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja sesuai ketentuan PP Nomor 10 tahun 1997 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, maka setiap akhir tahun dibuat DP3 bagi 64 orang pegawai Direktorat Perbenihan. DP3 tersebut sebagai bahan informasi bagi pimpinan untuk penilaian dalam rangka pengembangan karier staf dan sebagai acuan bagi pegawai yang bersangkutan untuk meningkatkan disiplin dan prestasi kerja. C. Koordinator Pengurusan Surat Bentuk komunikasi kedinasan yang biasa dilakukan berupa surat menyurat dan pengiriman atau penerimaan berita melalui faximile. Sampai dengan bulan Desember 2013 surat masuk dan surat keluar adalah sebagai berikut. - Surat Masuk : buah - Surat Keluar : 735 buah - Surat Rahasia : - buah Secara rinci jumlah surat masuk dan surat keluar dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18. Surat Masuk dan Surat Keluar No Uraian Surat Masuk Surat Keluar Dinas Rahasia Biasa Dinas Rahasia Biasa 1 Direktur 1, Subdit PVPMB Subdit Serealia Subdit KABI Subdit Kelembagaan Subbag Tata Usaha Jumlah 4, D. Koordinator Rumah Tangga 1. Pemeliharaan Gedung dan Sarana Kantor - Pemeliharaan Telepon kantor telah dilakukan sebanyak 2 kali; - Pengecekan listrik telah dilakukan sebanyak 2 kali; - Pergantian Pintu ruangan telah dilakukan sebanyak 3 buah; - Pemeliharaan kamar mandi kantor telah dilakukan sebanyak 1 kali; - Pemeliharaan Air Conditioner telah dilakukan sebanyak 1 kali. 72

88 2. Pelayanan Rapat Pelayanan rapat dinas sampai dengan bulan Desember 2013 sebanyak 35 kali sebagaimana Tabel 19 berikut. Tabel 19. Pelayanan Rapat Dinas Tahun 2013 No Subdit Volume 1 Direktur / TU 6 2 PVPMB 1 3 Serealia 7 4 KABI 11 5 Kelembagaan 7 6 BBN Jumlah Telepon Telepon merupakan salah satu sarana komunikasi langsung yang dapat mempercepat sampainya informasi dalam memperlancar pelaksanaan tugas kedinasan. Penggunaan telepon baik lokal maupun interlokal sampai dengan Desember 2013 adalah sebagai berikut. - Pemakaian lokal : 61 kali - Pemakaian interlokal : 260 kali Secara rinci penggunaan telepon dapat dilihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20. Penggunaan Telepon Tahun 2013 No Subdit Lokal Interlokal 1 Direktur 2 PVPMB Produksi Benih Serealia Produksi Benih AKABI Kelembagaan Benih Tata Usaha Jumlah Faximili Faximili merupakan salah satu sarana yang dapat mempercepat sampainya informasi surat dinas dalam bentuk photo copy dengan waktu yang relatif singkat. Penggunaan faximile pada tahun 2013 sebagai berikut: - Penerimaan : kali - Pengiriman : kali Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 21 berikut. 73

89 Tabel 21. Penggunaan Faximile Tahun 2013 No Subdit Penerimaan Pengiriman Hal Hal 1 Direktur Tata Usaha PVPMB Produksi Benih Serealia Produksi Benih AKABI Kelembagaan Benih BBN 0 92 Jumlah E. Koordinator Perlengkapan Guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan kegiatan Direktorat Perbenihan sebagai operasional kelancaran tugas sehari-hari diperlukan adanya fasilitas kendaraan dinas roda 4 dan roda 2. Kendaraan dinas operasional roda 4 ada 7 buah dan roda 2 ada 10 buah. Kendaraan dinas roda 4 terdiri dari: 1. Operasional Direktur B 1155 SQP Toyota Kijang Innova 2. Operasional Subdit PVPMB B 1203 SQH Toyota Avanza 3. Operasional Subdit Serealia B 1054 SQH Suzuki Grand Vitara 4. Operasional Subdit Aneka Kacang dan Umbi B 2244 MQ Kijang Kapsul 5. Operasional Subdit Kelembagaan B 1205 SQH Toyota Avanza 6. Operasional Direktorat B 2721 JQ Suzuki Baleno 7. Operasional Subbag Tata Usaha B 1266 HQ Isuzu Panther Untuk kendaraan dinas roda 2 sebanyak 10 buah yang penggunaannya di masing masing Subdit dan Subbag Tata Usaha, namun belum semua Subdit ada operasional kendaraan roda 2 karena keterbatasan fasilitas yang ada. Sarana yang lain untuk membantu kelancaran tugas yaitu adanya pengadaan perangkat alat pengolah data (komputer) sebanyak 25 unit, pengadaan laptop 5 unit, kamera 4 unit, printer 25 unit dan infokus 3 unit. Untuk kenyamanan dalam pelaksanaan pertemuan intern/rapat kecil telah direhab Ruang Rapat Benih 2 dengan fasilitas yang cukup nyaman yaitu dengan fasilitas baru mulai dari meja rapat, kursi dan dinding layar untuk monitor/infocus. 74

90 F. Koordinator Keuangan Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tahun 2013, Direktorat Perbenihan dalam melaksanakan pembinaan/kegiatan melalui program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan mendapatkan alokasi dana Rp ,00. Realisasi keuangan pada tahun 2013 sebesar Rp ,00 (79,84%). 75

91 LAMPIRAN

92 Tabel Lampiran 1. Nama dan Jumlah UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tahun 2013 NO JENIS/NAMA INSTITUSI PROVINSI 1 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh 2 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Sumatera Utara 3 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Sumatera Barat 4 UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Riau 5 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Bengkulu 6 UPTD Balai Perbenihan Tanaman Sumatera Selatan 7 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Jambi 8 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih Bangka Belitung 9 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung 10 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Banten 11 UPTD Balai Pengujian Mutu Hasil Tanaman Pangan dan Hortikultura DKI Jakarta 12 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat 13 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah 14 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian DI Yogyakarta 15 UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur 16 UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat 17 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Tengah 18 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan 19 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Timur 20 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Bali 21 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Nusa Tenggara Barat 22 UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih Nusa Tenggara Timur 23 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Utara 24 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Gorontalo 25 UPTD Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tengah 26 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Barat 27 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara 28 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan 29 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih/Bibit Pertanian dan Peternakan Maluku 30 UPTD Balai Pengawasan, Pengujian dan Sertifikasi Benih Tanaman Pertanian Maluku Utara 31 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Papua Barat 32 UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Papua

93 Tabel Lampiran 2. Rencana dan Realisasi Pengiriman Galur/Mutan Uji No. Propinsi Adaptasi/Multilokasi Tahun 2013 Rencana (Unit) Realisasi (Unit) Laporan Pelaksanaan Padi Palawija Total Padi Palawija Total Padi Palawija Total 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Bangka Belitung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah

94 Tabel Lampiran 3. Pelepasan Varietas Tanaman Pangan No Komoditas Nama Varietas Pengusul Nomor Keputusan Menteri Pertanian 1 Padi Inbrida Inpari 31 Konsorsium Penelitian Padi 4995/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 18 Desember 2013 Nasional Inpari 32 HDB Konsorsium Penelitian Padi 4996/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 18 Desember 2013 Nasional Inpari 33 Konsorsium Penelitian Padi 4997/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 18 Desember 2013 Nasional Inpari Blas Balai Besar Penelitian dan 3916/Kpts/SR.120/3/2013, tanggal 26 Maret 2013 Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Inpari HDB Balai Besar Penelitian dan 3920/Kpts/SR.120/3/2013, tanggal 26 Maret 2013 Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian Siarang Pemerintah Daerah Kabupaten 5000/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 18 Desember 2013 Solok, Provinsi Sumatera Barat 2 Padi Gogo Sigudang Pemerintah Daerah Kabupaten 5001/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 18 Desember 2013 Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat Buyung Pemda/Dinas Pertanian Tanaman 4384/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 Pangan dan Hortikutura, Provinsi Kalimantan Selatan, Faperta UNLAM 3 Padi Hibrida Hipa 18 Balai Besar Penelitian Tanaman 4998/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 18 Desember 2013 Padi Hipa 19 Balai Besar Penelitian Tanaman 4999/Kpts/SR.120/12/2013, tanggal 18 Desember 2013 Padi H6444 Gold PT Limas Sejahtera Mandiri 4900/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 19 November 2013 Prima PT Limas Sejahtera Mandiri 4901/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 19 November 2013 Manna 2 PT Damai Agromanna Lestari 160/Kpts/SR.120/1/2013, tanggal 15 Januari 2013 Damai 3 PT Damai Agromanna Lestari 161/Kpts/SR.120/1/2013, tanggal 15 Januari 2013 SL 1 Chengdu Sunlight Seed Co. Ltd 162/Kpts/SR.120/1/2013, tanggal 15 Januari Jagung Hibrida SP 1 dan Fakultas PT Bhakti Pertanian Putra Sejati 4543/Kpts/SR.120/7/2013, tanggal 30 Juli 2013 Universitas Bengkulu SP 2 Fakultas Pertanian 4544/Kpts/SR.120/7/2013, tanggal 30 Juli 2013 Universitas Bengkulu SUPRA 1 Fakultas Pertanian 4545/Kpts/SR.120/7/2013, tanggal 30 Juli 2013 Universitas Bengkulu NK99S PT Syngenta Indonesia 4902/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 19 November 2013 NK212 PT Syngenta Indonesia 4903/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 19 November 2013 P30 PT Dupont Indonesia 3921/Kpts/SR.120/3/2013, tanggal 26 Maret 2013 P32 PT Dupont Indonesia 5002/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 P33 PT Dupont Indonesia 5003/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 RK 78 PT Parisonna Alam Sejahtera 4378/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 RK 45 PT Parisonna Alam Sejahtera 4379/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 RK 58 PT Parisonna Alam Sejahtera 4380/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 BIMA Provit A1 Balitsereal Maros 4381/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 BR2 BPPT 4382/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 BR4 BPPT 4383/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 BIMA 17 Balitsereal Maros 3918/Kpts/SR.120/3/2013, tanggal 26 Maret 2013 BIMA 18 Balitsereal Maros 3919/Kpts/SR.120/3/2013, tanggal 26 Maret 2013 BIMA 19 URI Balitsereal Maros 5004/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 BIMA 20 URI Balitsereal Maros 5005/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 DK 6999 PT Branita Sandhini 163/Kpts/SR.120/1/2013, tanggal 15 Januari 2013 DK 6818 PT Branita Sandhini 164/Kpts/SR.120/1/2013, tanggal 15 Januari Jagung Pulut Pulut Uri 2 Balitsereal Maros 4542/Kpts/SR.120/7/2013, tanggal 30 Juli 2013 Komposit Pulut Uri 1 Balitsereal Maros 4546/Kpts/SR.120/7/2013, tanggal 30 Juli Kedelai Gamasugen 1 PATIR BATAN - Balit Kabi 4387/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 Malang, Kementan Gamasugen 2 PATIR BATAN - Balit Kabi 4388/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 Malang, Kementan Detam 3 Prida BalitKabi Malang, Kementan 4385/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni 2013 Detam 4 Prida BalitKabi Malang, Kementan 4386/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 17 Juni Ubi Jalar Antin 1 BalitKabi Malang, Kementan 165/Kpts/SR.120/6/2013, tanggal 15 Januari Gandum GURI 1 Balitsereal Maros 5006/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 GURI 2 Balitsereal Maros 5007/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 GANESHA Patir BATAN Balitsereal Maros 5008/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember Sorgum Super 1 Balitsereal Maros 5009/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 Super 2 Balitsereal Maros 5010/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 Pahat PATIR BATAN 4904/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 19 November Kacang Tanah Litbang Garuda5 BalitKabi Malang, Kementan dan 5011/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 PT Tudung Putera Putri Jaya, Garudafood 11 Kacang Hijau Muri PATIR BATAN 5012/Kpts/SR.120/11/2013, tanggal 18 Desember 2013 mber data : Badan Benih Nasional Su

95 Tabel Lampiran 4. Realisasi Penangkaran Benih Padi Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ha) Kelas BP (Ha) Kelas BR (Ha) Kelas Hibrida (Ha) Jumlah (Ha) 1 Aceh 36,26 673, , ,79 2 Sumatera Utara 58,74 727, , ,55 3 Sumatera Barat 19,15 307, , ,93 4 Riau 10,49 185,80 467,35-663,64 5 Jambi 9,25 90, , ,90 6 Kepulauan Riau Sumatera Selatan 8,75 261, , ,20 8 Bengkulu 5,00 119,35 716,45-840,80 9 Bangka Belitung 5,00 19,00 25,50-49,50 10 Lampung 53, , , ,34 11 Banten 6,83 112,44 597,93-717,20 12 DKI Jakarta 0,50 4,00 28,50 6,00 39,00 13 Jawa Barat 551, , ,04 277, ,05 14 Jawa Tengah 164, , ,84 1, ,43 15 DI Yogyakarta 24,81 896,80 771,10 1, ,81 16 Jawa Timur 360, , ,82 492, ,97 17 Bali 15,75 620,79 872, ,02 18 Nusa Tenggara Barat 13, , , ,71 19 Nusa Tenggara Timur 5,58 124,86 938, ,67 20 Sulawesi Selatan 32,93 736, ,85 34, ,78 21 Sulawesi Utara 26,80 79,95 283,85-390,60 22 Sulawesi Tengah 15,45 260,13 812, ,15 23 Sulawesi Tenggara 2,94 44,24 807,50-854,68 24 Gorontalo 16,90 147,10 237,90-401,90 25 Sulawesi Barat 22,20 243,05 499,45-764,70 26 Kalimantan Barat 18,22 246,10 513,70-778,02 27 Kalimantan Selatan 31,55 689, , ,60 28 Kalimantan Tengah 16,95 160, , ,80 29 Kalimantan Timur 26,45 257,00 745, ,95 30 Maluku 15,10 200,49 213,25-428,84 31 Papua 6,00 24,00 100,80-130,80 32 Maluku Utara 40,50 64,50 367,50-472,50 33 Papua Barat 8,00 52,00 75,00-135,00 Jumlah 1.629, , ,04 811, ,83

96 Tabel Lampiran 5. Realisasi Penangkaran Benih Jagung Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ha) Kelas BP (Ha) Kelas BR (Ha) Kelas Hibrida (Ha) Jumlah (Ha) 1 Aceh ,50 0,50 2 Sumatera Utara 7,00 27,00 1,50-35,50 3 Sumatera Barat 1,00-15,00 617,82 633,82 4 Riau - 6, ,00 5 Jambi 1,00 10, ,00 6 Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bengkulu 5,00 1, ,00 9 Bangka Belitung Lampung 10, ,00 11 Banten - 1,00-2,00 3,00 12 DKI Jakarta Jawa Barat 5,70 16,00 21,00-42,70 14 Jawa Tengah - 6,00 1,20 26,80 34,00 15 DI Yogyakarta 2,10 7,00 1,70 81,90 92,70 16 Jawa Timur 9,20 137,78 513, , ,76 17 Bali 1,00 6, ,00 18 Nusa Tenggara Barat 1,00 69,50 4,50-75,00 19 Nusa Tenggara Timur 2,15 82,65 465,65-550,45 20 Sulawesi Selatan 16,50 19,00 8,00-43,50 21 Sulawesi Utara 7,50 6,00 40,00-53,50 22 Sulawesi Tengah 15,50 262,28 400,00-677,78 23 Sulawesi Tenggara 5,00 3,00 1,00-9,00 24 Gorontalo 17,00 16,00-3,00 36,00 25 Sulawesi Barat 3,50 3,00 17,00-23,50 26 Kalimantan Barat 0, ,50 27 Kalimantan Selatan 1,00 3, ,00 28 Kalimantan Tengah 0,90 3,00 5,00-8,90 29 Kalimantan Timur - 0, ,50 30 Maluku Papua 1,35 6,75 12,15-20,25 32 Maluku Utara - 9,00 20,00-29,00 33 Papua Barat 1, ,00 Jumlah 114,90 701, , , ,86

97 Tabel Lampiran 6. Realisasi Penangkaran Benih Kedelai Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ha) Kelas BP (Ha) Kelas BR (Ha) Jumlah (Ha) 1 Aceh 6,00 94, , ,00 2 Sumatera Utara 9,00 68,00 54,50 131,50 3 Sumatera Barat 1,00 1,00 7,50 9,50 4 Riau 16,75 28,00 165,40 210,15 5 Jambi 1,50 35,50 490,50 527,50 6 Kepulauan Riau Sumatera Selatan - - 1,00 1,00 8 Bengkulu 6,50 7,50 25,00 39,00 9 Bangka Belitung Lampung ,00 100,00 11 Banten 10,50 26,00 275,00 311,50 12 DKI Jakarta Jawa Barat 32,30 128, , ,15 14 Jawa Tengah 11,00 75, , ,90 15 DI Yogyakarta 10,45 38, , ,45 16 Jawa Timur 44,10 259, , ,86 17 Bali 2,00 11,50 50,50 64,00 18 Nusa Tenggara Barat 31,20 494, , ,65 19 Nusa Tenggara Timur 0,60 3,00 16,00 19,60 20 Sulawesi Selatan 16,20 28, , ,20 21 Sulawesi Utara 3,00 25,00 52,50 80,50 22 Sulawesi Tengah 12,50 276,03 475,00 763,53 23 Sulawesi Tenggara 3,50 7,00-10,50 24 Gorontalo - 26,00-26,00 25 Sulawesi Barat 4,00-200,00 204,00 26 Kalimantan Barat 6,00-28,00 34,00 27 Kalimantan Selatan 9,30 113,71 112,00 235,01 28 Kalimantan Tengah 5,40 6,00 18,00 29,40 29 Kalimantan Timur 3,00-18,00 21,00 30 Maluku 3,00-1,25 4,25 31 Papua 2,85 8,55 13,30 24,70 32 Maluku Utara 13,00 2,75 60,70 76,45 33 Papua Barat 1,00-60,00 61,00 Jumlah 265, , , ,30

98 Tabel Lampiran 7. Realisasi Penangkaran Benih Kacang Tanah Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ha) Kelas BP (Ha) Kelas BR (Ha) Jumlah (Ha) 1 Aceh 0,36 5,00 10,00 15,36 2 Sumatera Utara - 2,00-2,00 3 Sumatera Barat 2,50 7,00 9,75 19,25 4 Riau - - 2,00 2,00 5 Jambi - 4,50-4,50 6 Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung - 1,00-1,00 11 Banten 2,00 1,00 17,80 20,80 12 DKI Jakarta Jawa Barat 3,50 20,50 206,30 230,30 14 Jawa Tengah 3,00 34,00 19,00 56,00 15 DI Yogyakarta 1,00 2,00 1,25 4,25 16 Jawa Timur 12,50 40,80 84,20 137,50 17 Bali 1,00 6,00-7,00 18 Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur 0, ,60 20 Sulawesi Selatan 1, ,00 21 Sulawesi Utara 1,50 4,00-5,50 22 Sulawesi Tengah - 0,20 0,50 0,70 23 Sulawesi Tenggara Gorontalo 1,50 3,00-4,50 25 Sulawesi Barat Kalimantan Barat 1,00 1,00-2,00 27 Kalimantan Selatan 3,00 19,00 40,50 62,50 28 Kalimantan Tengah - 2,50-2,50 29 Kalimantan Timur Maluku 3, ,00 31 Papua 0,38 0,95 2,85 4,18 32 Maluku Utara 5,00-10,75 15,75 33 Papua Barat Jumlah 42,84 154,45 404,90 602,19

99 Tabel Lampiran 8. Realisasi Penangkaran Benih Kacang Hijau Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ha) Kelas BP (Ha) Kelas BR (Ha) Jumlah (Ha) 1 Aceh Sumatera Utara - 1,00-1,00 3 Sumatera Barat Riau Jambi Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bengkulu - 7,50-7,50 9 Bangka Belitung Lampung Banten 2,00 2,00-4,00 12 DKI Jakarta Jawa Barat 4,00 9,00-13,00 14 Jawa Tengah 0, ,50 15 DI Yogyakarta Jawa Timur 14,20 12,00 10,00 36,20 17 Bali Nusa Tenggara Barat 1,00 4,00-5,00 19 Nusa Tenggara Timur 1,00 12,07 21,42 34,49 20 Sulawesi Selatan 0,50 1,00-1,50 21 Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara 1,00 1,00-2,00 24 Gorontalo Sulawesi Barat Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah - 1,00 1,00 2,00 29 Kalimantan Timur Maluku Papua Maluku Utara 1, ,00 33 Papua Barat Jumlah 25,20 50,57 32,42 108,19

100 Tabel Lampiran 9. Realisasi Produksi Benih Padi Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 No Provinsi Kelas BD Kelas BP Kelas BR Hibrida TOTAL (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) JUMLAH 1 Aceh 65,70 778, , ,45 2 Sumatera Utara 166, , , ,79 3 Sumatera Barat 20,77 188, , ,96 4 Riau 13,57 116,44 196,12-326,13 5 Jambi 20,43 79,82 903, ,42 6 Sumatera Selatan 15,16 501, , ,16 7 Bengkulu 15,05 99,17 699,46-813,68 8 Lampung 86, , , ,14 9 Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta - 6,00 37,00-43,00 12 Jawa Barat 657, , ,87 319, ,12 13 Jawa Tengah 331, , , ,06 14 DI.Yogyakarta 54, , ,66 1, ,26 15 Jawa Timur 1.024, , ,63 996, ,79 16 Banten 8,64 113,24 525,79-647,67 17 Bali 14, , , ,45 18 Nusa Tenggara Barat 58, , , ,75 19 Nusa Tenggara Timur 15,19 281, , ,84 20 Kalimantan Barat 47,74 184,30 897, ,29 21 Kalimantan Tengah 13,76 95, , ,80 22 Kalimantan Selatan 69, , , ,59 23 Kalimantan Timur 49,80 388, , ,80 24 Sulawesi Utara 54,00 421, , ,10 25 Sulawesi Tengah 34,44 415, , ,12 26 Sulawesi Selatan 41,86 671, , ,66 27 Sulawesi Tenggara 5,93 65, , ,21 28 Gorontalo 24,91 40,31 513,81-579,03 29 Sulawesi Barat 43,26 754, , ,70 30 Maluku 2,50 187,45 315,45-505,40 31 Maluku Utara 1,13 12,00 487,70-500,83 32 Papua 58,88 11,51 278,19-348,58 33 Papua Barat 13,50 158,80 145,00-317,30 JUMLAH 3.030, , , , ,07

101 Tabel Lampiran 10. Realisasi Produksi Benih Jagung Kelas BD, BP, BR dan Hibrida Tahun 2013 No Provinsi Kelas BD (Ton) Kelas BP (Ton) Kelas BR (Ton) Hibrida (Ton) TOTAL (Ton) 1 Aceh Sumatera Utara 40,00 120,00 13,50-173,50 3 Sumatera Barat 1,63 5,20 1, , ,42 4 Riau 0,90 3,40 1,00-5,30 5 Jambi - 5, ,50 6 Sumatera Selatan Bengkulu 5,95 3, ,65 8 Lampung 1, ,00 9 Bangka Belitung Kep.Riau DKI Jakarta Jawa Barat 11,35 16,60 3,35 20,00 51,30 13 Jawa Tengah - 6, ,00 26, ,80 14 DI.Yogyakarta 0,90 5,63 1,25 6,87 14,65 15 Jawa Timur 14,83 218, , , ,05 16 Banten Bali 1,03 6, ,35 18 Nusa Tenggara Barat - 9, ,43 19 Nusa Tenggara Timur 1,99 60,65 354,64-417,28 20 Kalimantan Barat 1,00 1, ,00 21 Kalimantan Tengah 0,80 1,00 0,50-2,30 22 Kalimantan Selatan - 3, ,23 23 Kalimantan Timur - 0, ,50 24 Sulawesi Utara 3,00-15,20-18,20 25 Sulawesi Tengah 15,40 65,20 0,75-81,35 26 Sulawesi Selatan 14,20 14,00 0,35-28,55 27 Sulawesi Tenggara 1,40 0,72 3,00-5,12 28 Gorontalo 1,60 0,70 32,25 0,60 35,15 29 Sulawesi Barat Maluku 0, ,15 31 Maluku Utara ,00-24,00 32 Papua - 6,00 0,50-6,50 33 Papua Barat 1, ,00 JUMLAH 118,13 553, , , ,28

102 Tabel Lampiran 11. Realisasi Produksi Benih Kedelai Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ton) Kelas BP (Ton) Kelas BR (Ton) Jumlah (Ton) 1 Aceh 2,35 56,00 514,00 572,35 2 Sumatera Utara 4,00 66,60 50,00 120,60 3 Sumatera Barat 1,76 2,87 0,83 5,46 4 Riau 1,51-49,60 51,11 5 Jambi 1,50 25,02 75,60 102,12 6 Kepulauan Riau Sumatera Selatan - - 1,00 1,00 8 Bengkulu 1,17 0,80 3,00 4,97 9 Bangka Belitung Lampung 0,78 0,70 2,00 3,48 11 Banten 1,50-127,03 128,53 12 DKI Jakarta Jawa Barat 10,60 55, , ,49 14 Jawa Tengah 11,31 58, , ,43 15 DI Yogyakarta 1,20 17,83 272,78 291,80 16 Jawa Timur 28,28 171, , ,40 17 Bali 1,25 3,00 0,80 5,05 18 Nusa Tenggara Barat 27,46 187, , ,84 19 Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan 5,25 37,11 369,17 411,53 21 Sulawesi Utara - 2,00-2,00 22 Sulawesi Tengah 23,93 15,10 34,00 73,03 23 Sulawesi Tenggara 0,90 3,20-4,10 24 Gorontalo 5,18 0,95-6,13 25 Sulawesi Barat 3, ,88 26 Kalimantan Barat 0,72-6,50 7,22 27 Kalimantan Selatan 6,76 6,33 42,95 56,04 28 Kalimantan Tengah 1,25 0,55 31,50 33,30 29 Kalimantan Timur 0,52 2,50 6,00 9,02 30 Maluku 0, ,15 31 Papua 2,85 10,26 78,60 91,71 32 Maluku Utara 3,00-2,58 5,58 33 Papua Barat 0,80 23,30 27,50 51,60 Jumlah 149,86 746, , ,92

103 Tabel Lampiran 12. Realisasi Produksi Benih Kacang Tanah Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ton) Kelas BP (Ton) Kelas BR (Ton) Jumlah (Ton) 1 Aceh - 0,60-0,60 2 Sumatera Utara 1,00 3,50-4,50 3 Sumatera Barat 1,40 8,99 2,38 12,77 4 Riau - - 2,00 2,00 5 Jambi - 1,20 1,20 2,40 6 Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung - 0,64-0,64 11 Banten 0,55 0,35 5,35 6,25 12 DKI Jakarta Jawa Barat 2,55 32,10 40,00 74,65 14 Jawa Tengah 1,60 27,41 125,18 154,19 15 DI Yogyakarta - 2,10-2,10 16 Jawa Timur 8,45 44,37 66,82 119,63 17 Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan - 1,44-1,44 21 Sulawesi Utara Sulawesi Tengah - 0,10-0,10 23 Sulawesi Tenggara - - 3,00 3,00 24 Gorontalo 0, ,61 25 Sulawesi Barat Kalimantan Barat 0, ,15 27 Kalimantan Selatan 3,22 1,72 15,50 20,44 28 Kalimantan Tengah - 1,00-1,00 29 Kalimantan Timur Maluku Papua 0,48 1,33 4,56 6,37 32 Maluku Utara - - 0,08 0,08 33 Papua Barat Jumlah 19,99 126,85 266,07 412,91

104 Tabel Lampiran 13. Realisasi Produksi Benih Kacang Hijau Kelas BD, BP dan BR Tahun 2013 No. Provinsi Kelas BD (Ton) Kelas BP (Ton) Kelas BR (Ton) Jumlah (Ton) 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bengkulu - 1,62 0,15 1,77 9 Bangka Belitung Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat 1,70 5,23 0,15 7,08 14 Jawa Tengah DI Yogyakarta 0, ,69 16 Jawa Timur 4,35 9,00 5,10 18,45 17 Bali Nusa Tenggara Barat 0,65 2,64-3,29 19 Nusa Tenggara Timur - 1,81 5,60 7,41 20 Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Kalimantan Barat Kalimantan Selatan - 1,60-1,60 28 Kalimantan Tengah - - 0,50 0,50 29 Kalimantan Timur Maluku Papua Maluku Utara Papua Barat Jumlah 7,39 21,90 11,50 40,79

105 Tabel Lampiran 14. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Padi Tahun 2013 JML BENIH HASIL PENGECEKAN MUTU NO PROVINSI YANG DI CEK MEMENUHI STANDAR DIBAWAH STANDAR TON TON % TON % Aceh 61,00 49,00 80,33 12,00 19,67 2 Sumatera Utara 227,10 188,03 82,79 39,08 17,21 3 Sumatera Barat 340,89 115,27 33,81 225,62 66,19 4 Riau Jambi 76,53 57,63 75,30 18,90 24,70 6 Sumatera Selatan 254,65 253,30 99,47 1,35 0,53 7 Bengkulu 121,82 88,00 72,24 33,82 27,76 8 Lampung 96,61 88,14 91,23 8,47 8,77 9 Bangka Belitung 40,26 40,26 100, Banten DKI Jakarta Jawa Barat 301,64 270,60 89,71 31,05 10,29 13 Jawa Tengah 235,13 154,18 65,57 80,95 34,43 14 DI Yogyakarta 307,63 197,20 64,10 110,43 35,90 15 Jawa Timur 1.424, ,14 93,88 87,13 6,12 16 Bali 43,67 6,35 14,54 37,32 85,46 17 Nusa Tenggara Barat 466,10 430,28 92,31 35,82 7,69 18 Nusa Tenggara Timur 603,25 479,94 79,56 123,31 20,44 19 Kalimantan Barat 104,50 59,50 56,94 45,00 43,06 20 Kalimantan Tengah 26,86 18,50 68,88 8,36 31,12 21 Kalimantan Selatan 292,07 225,98 77,37 66,09 22,63 22 Kalimantan Timur 201,82 158,32 78,45 43,50 21,55 23 Sulawesi Selatan 947,77 718,22 75,78 229,55 24,22 24 Sulawesi Tenggara 243,59 25,00 10,26 218,59 89,74 25 Sulawesi Tengah 200,65 192,67 96,02 7,98 3,98 26 Sulawesi Utara 341,97 220,55 64,49 121,42 35,51 27 Sulawesi Barat Gorontalo 202,66 135,71 66,96 66,96 33,04 29 Maluku 25,48 11,83 46,42 13,65 53,58 30 Maluku Utara 8,65 8,65 100, Papua 0,03 0,03 100, Papua Barat TOTAL 7.196, ,26 76, ,32 23,15

106 Tabel Lampiran 15. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Jagung Komposit Tahun 2013 Jumlah Benih Hasil Pengecekan Mutu Benih No Provinsi Yang Dicek Memenuhi Standar Di Bawah Standar (Ton) Ton % Ton % 1 Aceh Sumatera Utara 27,74 7,50 27,04 20,24 72,96 3 Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu 1, ,23 100,00 8 Lampung Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah 50,08 13,06 26,07 37,03 73,93 14 DI Yogyakarta 0,06 0,06 100, Jawa Timur 54,95 50,80 92,45 4,15 7,55 16 Bali Nusa Tenggara Barat 4, ,98 100,00 18 Nusa Tenggara Timur 16,32 0,90 5,52 15,42 94,48 19 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan 17,65 6,50 36,81 11,15 63,19 22 Kalimantan Timur 1, ,36 100,00 23 Sulawesi Selatan 77,58 66,43 85,63 11,15 14,37 24 Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah 3,23 3,17 98,08 0,06 1,92 26 Sulawesi Utara 11,00 5,00 45,45 6,00 54,55 27 Sulawesi Barat Gorontalo Maluku 4,50 4,50 100, Maluku Utara 0,02 0,02 100, Papua 1,00 1,00 100, Papua Barat Total 271,69 158,93 58,50 112,76 41,50

107 Tabel Lampiran 16. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Jagung Hibrida Tahun 2013 Jumlah Benih Hasil Pengecekan Mutu Benih No Provinsi Yang Dicek Memenuhi Standar Di Bawah Standar (Ton) Ton % Ton % 1 Aceh 4, ,00 100,00 2 Sumatera Utara 275,55 232,30 84,30 43,25 15,70 3 Sumatera Barat 1.610, ,55 99,85 2,40 0,15 4 Riau Jambi 1,13 1,13 100, Sumatera Selatan 2,10 2,10 100, Bengkulu 4,52 4,02 88,94 0,50 11,06 8 Lampung 198,45 112,00 56,44 86,45 43,56 9 Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat 0,14 0,14 100, Jawa Tengah 106,19 35,55 33,47 70,65 66,53 14 DI Yogyakarta 85,40 44,00 51,51 41,41 48,49 15 Jawa Timur 132,15 129,36 97,88 2,80 2,12 16 Bali Nusa Tenggara Barat 68,60 68,60 100,00 0,00 0,00 18 Nusa Tenggara Timur 138,71 103,51 74,62 35,20 25,38 19 Kalimantan Barat 23,40 21,90 93,59 1,50 6,41 20 Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur 0,15 0,15 100, Sulawesi Selatan 1.010,68 632,16 62,55 378,52 37,45 24 Sulawesi Tenggara 0,90 0,90 100, Sulawesi Tengah 949,51 26,82 2,82 922,69 97,18 26 Sulawesi Utara 127,92 115,42 90,23 12,50 9,77 27 Sulawesi Barat 4,80 2,80 58,33 2,00 41,67 28 Gorontalo 452,94 452,94 100, Maluku 0,05 0,05 99,21 0,00 0,79 30 Maluku Utara 0,01 0,01 100, Papua Papua Barat Total 5.193, ,58 69, ,86 30,84

108 Tabel Lampiran 17. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Kedelai Tahun 2013 Jumlah Benih Hasil Pengecekan Mutu Benih No Provinsi Yang Dicek Memenuhi Standar Di Bawah Standar (Ton) Ton % Ton % 1 Aceh 6,00 1,00 16,67 5,00 83,33 2 Sumatera Utara 2,20 2,20 100, Sumatera Barat Riau Jambi 18,60 16,60 89,25 2,00 10,75 6 Sumatera Selatan 158, ,34 100,00 7 Bengkulu 6,77 4,32 63,81 2,45 36,19 8 Lampung 1, ,10 100,00 9 Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat 76,50 59,00 77,12 17,50 22,88 13 Jawa Tengah 159,00 159,00 100, DI Yogyakarta 0,30 0,10 32,20 0,20 67,80 15 Jawa Timur 167,44 135,22 80,76 32,22 19,24 16 Bali 14, ,16 100,00 17 Nusa Tenggara Barat 75,08 28,50 37,96 46,58 62,04 18 Nusa Tenggara Timur 20,00 20,00 100, Kalimantan Barat 60,00 52,00 86,67 8,00 13,33 20 Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur 5,50 0,90 16,36 4,60 83,64 23 Sulawesi Selatan 82,46 15,00 18,19 67,46 81,81 24 Sulawesi Tenggara 3,60 1,20 33,33 2,40 66,67 25 Sulawesi Tengah 1,94 0,68 35,14 1,26 64,86 26 Sulawesi Utara 2,68 2,68 100, Sulawesi Barat Gorontalo Maluku 6,50 6,50 100, Maluku Utara 0,25 0,25 100, Papua 3,00 3,00 100, Papua Barat Total 871,41 508,15 58,31 363,27 41,69

109 Tabel Lampiran 18. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Kacang Tanah Tahun 2013 Jumlah Benih Hasil Pengecekan Mutu Benih No Provinsi Yang Dicek Memenuhi Standar Di Bawah Standar (Ton) Ton % Ton % 1 Aceh 2,00 2,00 100, Sumatera Utara Sumatera Barat 5,29 1,41 26,72 3,88 73,28 4 Riau Jambi 1,15 1,15 100, Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta 0,05 0,05 100, Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan 0,40 0,40 100, Kalimantan Timur 7,00 6,00 85,71 1,00 14,29 23 Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Sulawesi Barat Gorontalo Maluku Maluku Utara 0,11 0,11 100, Papua Papua Barat Total 15,99 11,12 69,52 4,88 30,48

110 Tabel Lampiran 19. Realisasi Pengecekan Mutu Benih Kacang Hijau Tahun 2013 Jumlah Benih Hasil Pengecekan Mutu Benih No Provinsi Yang Dicek Memenuhi Standar Di Bawah Standar (Ton) Ton % Ton % 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat 0,40 0,40 100, Nusa Tenggara Timur 0, ,25 100,00 19 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan 0,26 0,26 100, Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Sulawesi Barat Gorontalo Maluku Maluku Utara 0,02 0,02 100, Papua Papua Barat Total 0,93 0,68 72,97 0,25 27,03

111 Tabel Lampiran 20. Realisasi Penyaluran Benih Pasar Bebas Tahun 2013 Padi (Ton) Jagung (Ton) Kedelai (Ton) Kacang Tanah (Ton) Kacang Hijau (Ton) No. Propinsi BD BP BR F1 Jumlah BD BP BR F1 Jumlah BD BP BR Jumlah BD BP BR Jumlah BD BP BR Jumlah Total 1 Aceh 27,66 192, ,45 24, ,39-1,20 46,80 0,70 48, ,80 18,80-1,20 28,00 29, ,08 2 Sumatera Utara 176,56 927, , ,69 10,00-131,54 138,22 279,77 8,00 1,60 86,98 96,58-1,00 0,35 1, ,38 3 Sumatera Barat 15,33 177, , ,67 125,05 132, ,56 707, ,19 2,76 1,65-4,41 1,78 4,86 6,99 13, ,90 4 Riau 16,78 66,89 162,68-246,34 2,05 0,56 6,55-9, ,98 21, ,56 5, ,03 5 Bengkulu 5,22 236,88 440,07-682,17 3,83-95,87 38,63 138,32 1,50 0,83 1,60 3, ,42 6 Jambi 10,41 103,09 445,38-558,88 2,65 8,88 8,55 0,27 20,34 6,48 26,40 52,26 85,14 0,25-4,00 4, ,61 7 Sumatera Selatan 0,86 92,54 780,84-874, ,23 8 Lampung 57, , ,33 188, , , , ,25 0,88 1,00 847,43 849, ,22 0,53 0,48 1, ,62 9 Bangka Belitung Banten 1,76 38,41 575,29-615, ,06 0, ,51 11 DKI Jakarta 0,57 7,24 4,46-12, ,50 321,00 601, ,76 12 Jawa Barat 262, , ,80 13, ,29 8,25 5,21 5,00 45,50 63,96 6,82 44,57 69,43 120,82 1,37 1,38 43,18 45,92 1,91 0,84 2,05 4, ,79 13 Jawa Tengah 562, , ,28 18, ,20 3,10 13,55 175,83 269,26 461,74 0,38 13,94 859,40 873,71 0,60 7,44 16,24 24, ,93 14 DI Yogyakarta 24,36 472,91 560,10 114, ,83-8,85 0,30 41,14 50,29 0,02 5,54 1,40 6,96-0,36-0, ,43 15 Jawa Timur 631, , ,40 937, ,21 64, , , , ,35 98,13 229, , , ,38 240, ,62 16 Bali 16,37 788,44 918, ,24-3,23 1,40 0,27 4,90 1,25 3,18-4,43 1,61 1,81-3, ,98 17 Nusa Tenggara Barat 276, , , ,59 59,80 44,24 21,49 116,77 242,29 62,48 634,77 873, , ,00 1, ,76 18 Nusa Tenggara Timur 0,03 38,75 106,45-145,23-4,70-11,30 16, ,35-2,35 163,58 19 Kalimantan Barat 1,50 6,60 297,32-305, ,72 15, ,00 17, ,50-0,50 338,64 20 Kalimantan Tengah 3,63 44,76 321,40-369, ,04-4,00 4, ,82 21 Kalimantan Timur 18,00 175,10 794,60 4,50 992, ,87 6,25 8, ,60 1, ,92 22 Kalimantan Selatan 26,91 506, , , ,75 4,75 1,64 10,41 1,50 13,55 2,51 0,82 15,50 18,83 1, , ,42 23 Sulawesi Utara - 20,85 99,06 3,58 123, ,30 90,43 128, ,00 1, ,21 24 Gorontalo ,65 101,73 360,38 0,80 0,76 45,88 47, ,82 25 Sulawesi Tengah 10,93 251,72 479,37 742,02 10,80 3,00-2,08 15,88 5,50 13,85 20,00 39, ,25 26 Sulawesi Tenggara 5,85 44,90 48,18-98,92 0, ,90 1, ,30 0, ,52 27 Sulawesi Selatan 30,36 551, ,51 223, ,96 1,13 1,60 7, , ,96 6,98 8,38 170,03 185, ,30 28 Maluku - 106,30 59,80-166, ,10 29 Maluku Utara 1,50 12,80 320,42-334, ,00-8, ,72 30 Papua - 5,98 289,50-295,48 8,98 11,26 4,88-25, ,13 0,15 2,96 3,24 0,08 0,83 0,15 1,05 324,88 31 Papua Barat 9,69 3,79 6,83-20, , , ,33 32 Sulawesi Barat 4,70 21,52 245,88-272, ,30 20, ,40 Jumlah 2.198, , , , ,86 300, , , , ,05 203,67 996, , ,32 8,25 19,01 363,15 390,41 3,60 5,04 3,68 12, ,97

112 Tabel Lampiran 21. Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Padi per Provinsi Tahun 2013 No Provinsi Rencana Tanam Realisasi Tanam Realisasi Produksi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) BS-BD (Ha) BD-BP (Kg) (Kg) 1 Aceh 1,00 10,00 1,00 100,00 10,00 100, , ,00 2 Sumatera Utara 8,00 6,00 4,00 50,00 6,00 100, , ,00 3 Sumatera Barat 4,00 16,00 4,00 100,00 16,00 100, , ,00 4 Riau 2,00 3,00 2,00 100,00 3,00 100, ,00-5 Jambi 1,00 4,00 1,00 100,00 4,00 100,00 750, ,00 6 Sumatera Selatan 2,00 30,00 2,00 100,00 9,00 30, ,00 7 Bengkulu 3,00 4,00 3,00 100,00 4,00 100, , ,00 8 Lampung 8,00 11,00 8,00 100,00 11,00 100, , ,00 9 Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat 5,00 15,00 5,00 100,00 15,00 100, , ,00 13 Jawa Tengah 9,00-7,00 77, ,00-14 DI Yogyakarta 3,00 4,00 3,00 100,00 4,00 100, , ,00 15 Jawa Timur Banten 2,00 2,00 2,00 100,00 2,00 100, Bali 1,00 8,00 1,00 100,00 8,00 100, , ,00 18 Nusa Tenggara Barat 5,00 15,00 5,00 100,00 7,25 48, , ,00 19 Nusa Tenggara Timur 3,00 4,00 3,00 100,00 4,00 100, , ,00 20 Kalimantan Barat 4,00 10,00 4,00 100,00 10,00 100, , ,00 21 Kalimantan Tengah 4,00 10,00 4,00 100,00 10,00 100, , ,00 22 Kalimantan Selatan 3,00 10,00 3,00 100,00 10,00 100, , ,00 23 Kalimantan Timur 2,00 2,00 2,00 100,00 2,00 100, , ,00 24 Sulawesi Utara 4,00 4,00 4,00 100,00 4,00 100, , ,00 25 Sulawesi Tengah 2,00 6,00 2,00 100,00 6,00 100, , ,00 26 Sulawesi Selatan 2,00 4,00 2,00 100,00 4,00 100, , ,00 27 Gorontalo 2,00 4,00 2,00 100,00 4,00 100, , ,00 28 Sulawesi Tenggara 1,00 6,00 1,00 100,00 6,00 100, , ,00 29 Sulawesi Barat 2,00 1,00 2,00 100, Maluku 7,00 7, ,00 100, ,00 31 Maluku Utara 2,00 2,00 2,00 100,00 2,00 100, , ,00 32 Papua 2,00 4,00 3,00 150,00 4,00 100, , ,00 33 Papua Barat 1,00-1,00 100, ,00 - Jumlah 95,00 202,00 83,00 87,37 172,25 85, , ,00

113 Tabel Lampiran 22. Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Jagung per Provinsi Tahun 2013 No Provinsi Rencana Tanam Realisasi Tanam Realisasi Produksi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) BS-BD (Ha) BD-BP (Kg) (Kg) 1 Aceh Sumatera Utara 2,00 15,00 2,00 100,00 15,00 100, , ,00 3 Sumatera Barat 1,00 1,00 1,00 100,00 1,00 100, , ,00 4 Riau 1,00 2,00 1,00 100,00 2,00 100, ,00 600,00 5 Jambi 1,00-1,00 100, ,00-6 Sumatera Selatan Bengkulu 1,00-1,00 100, ,00-8 Lampung - 3, ,00 100, Bangka Belitung - 1, ,00 100,00-25,00 10 Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat 1,00 20,00 1,00 100,00 21,00 105, , ,00 13 Jawa Tengah - 1, DI Yogyakarta 1,00 2,00 1,00 100,00 2,00 100,00 900, ,00 15 Jawa Timur 2,00 6,00 2,00 100,00 6,00 100, , ,00 16 Banten Bali 2,00 4,00 1,00 50,00 3,00 75, , ,00 18 Nusa Tenggara Barat 1,00 5,00 1,00 100,00 5,00 100, , ,00 19 Nusa Tenggara Timur 2,00 4,00 1,00 50,00 4,00 100, ,00 20 Kalimantan Barat 1,00 1,00 1,00 100, ,00-21 Kalimantan Tengah 1,00 2,00 1,00 100,00 2,00 100,00 400, ,00 22 Kalimantan Selatan 1,00 3,00 1,00 100,00 3,00 100, , ,00 23 Kalimantan Timur 0,50 1, ,00 100, ,00 24 Sulawesi Utara 3,00 3,00 3,00 100,00 3,00 100, , ,00 25 Sulawesi Tengah 1,00 1, ,00 100, ,00 26 Sulawesi Selatan 1,00 4,00 1,00 100,00 4,00 100,00 900, ,00 27 Gorontalo 1,00 2,00 1,00 100,00 1,00 50, ,00 600,00 28 Sulawesi Tenggara 1,00 1,00 1,00 100,00 1,00 100,00 340,00 320,00 29 Sulawesi Barat Maluku 2,00 2, Maluku Utara 2,00 2,00 2,00 100,00 2,00 100, , ,00 32 Papua 2,00 4,00 2,00 100,00 4,00 100, , ,00 33 Papua Barat 1,00-1,00 100, ,00 - Jumlah 32,50 90,00 27,00 83,08 85,00 94, , ,00

114 Tabel Lampiran 23. Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Kedelai per Provinsi Tahun 2013 Rencana Tanam Realisasi Tanam Realisasi Produksi No Provinsi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Kg) (Kg) 1 Aceh 1,00 8,00 1,00 100,0 8,00 100,00 260,0 proses 2 Sumatera Utara - 5,00 - #DIV/0! 5,00 100, ,0 3 Sumatera Barat 1,00 2,00 1,00 100,0 2,00 100, , ,0 4 Riau 1,00 2,00 1,00 100,0 2,00 100, ,0-5 Jambi 2,00 5,00 2,00 100,0 5,00 100, ,0 6 Sumatera Selatan #DIV/0! - #DIV/0! - 7 Bengkulu 3,00 2,00 3,00 100,0 2,00 100, ,0 400,0 8 Lampung 2,00 2,00 2,00 100,0 2,00 100,00 proses 780,0 9 Bangka Belitung #DIV/0! - #DIV/0! Kepulauan Riau #DIV/0! - #DIV/0! DKI Jakarta #DIV/0! - #DIV/0! Jawa Barat 1,00 24,00 1,00 100,0 24,00 100,00 940, ,0 13 Jawa Tengah 4,00 8,00 4,00 100,0 5,00 62,50 765, ,0 14 DI Yogyakarta 1,00 2,00 1,00 100,0 2,00 100,00 650, ,0 15 Jawa Timur 8,00 16,00 8,00 100,0 16,00 100, , ,0 16 Banten 2,00 2,00 2,00 100,0 2,00 100,00 800,0 800,0 17 Bali 2,00 8,00 2,00 100,0 8,00 100, , ,0 18 Nusa Tenggara Barat 5,00 10,00 5,00 100,0 10,00 100, , ,0 19 Nusa Tenggara Timur 1,00 2, Kalimantan Barat 2,00 1,00 2,00 100, ,0-21 Kalimantan Tengah 1,00 2,00 1,00 100,0 2,00 100,00 TL 500,0 22 Kalimantan Selatan 5,00 15,00 5,00 100,0 15,00 100, ,0 23 Kalimantan Timur 0,50 1,00 0,50 100, Sulawesi Utara 2,00 2,00 2,00 100,0 2,00 100, ,0 600,0 25 Sulawesi Tengah 2,00 2,00 2,00 100,0 2,00 100, ,0-26 Sulawesi Selatan 4,00 12,00 4,00 100,0 12,00 100, , ,0 27 Gorontalo 2,00 3,00 2,00 100,0 3,00 100, , ,0 28 Sulawesi Tenggara 2,00 2,00 2,00 100,0 2,00 100,00 620,0-29 Sulawesi Barat #DIV/0! - #DIV/0! Maluku 1,00 1,00 1,00 100, Maluku Utara 2,00 2,00 2,00 100,0 2,00 100, , ,0 32 Papua 2,00 4,00 2,00 100,0 4,00 100, Papua Barat 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,00 942,0 650,0 TOTAL NASIONAL 60,50 146,00 59,50 98,3 138,00 94, , ,0

115 Tabel Lampiran 24. Rencana dan Realisasi Perbanyakan Benih Sumber Kacang Tanah per Provinsi Tahun 2013 Rencana Tanam Realisasi Tanam Realisasi Produksi No Provinsi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Kg) (Kg) 1 Aceh #DIV/0! - #DIV/0! Sumatera Utara #DIV/0! - #DIV/0! Sumatera Barat 1,00 4,00 1,00 100,0 4,00 100, , ,0 4 Riau #DIV/0! - #DIV/0! Jambi #DIV/0! - #DIV/0! Sumatera Selatan #DIV/0! - #DIV/0! Bengkulu #DIV/0! - #DIV/0! Lampung 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,0-640,0 9 Bangka Belitung #DIV/0! - #DIV/0! Kepulauan Riau #DIV/0! - #DIV/0! DKI Jakarta #DIV/0! - #DIV/0! Jawa Barat 1,00 3,00 1,00 100,0 3,00 100,0 965, ,0 13 Jawa Tengah 2,00 12,00 2,00 100,0 10,00 83, ,0 14 DI Yogyakarta 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,0 600,0 700,0 15 Jawa Timur 2,00 4,00 2,00 100,0 4,00 100, ,0 16 Banten 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,0 800,0-17 Bali 2,00 4,00 2,00 100,0 4,00 100, , ,0 18 Nusa Tenggara Barat #DIV/0! - #DIV/0! Nusa Tenggara Timur #DIV/0! - #DIV/0! Kalimantan Barat 1,00 1,00 1,00 100, ,0-21 Kalimantan Tengah 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,0 TL 500,0 22 Kalimantan Selatan #DIV/0! - #DIV/0! Kalimantan Timur #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Utara #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Tengah 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,0 310,0-26 Sulawesi Selatan 1,00-1,00 100,0 - #DIV/0! 200,0-27 Gorontalo 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,0 367,0-28 Sulawesi Tenggara #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Barat #DIV/0! - #DIV/0! Maluku #DIV/0! - #DIV/0! Maluku Utara #DIV/0! - #DIV/0! Papua #DIV/0! - #DIV/0! Papua Barat #DIV/0! - #DIV/0! - - TOTAL NASIONAL 16,00 34,00 16,00 100,0 31,00 91, , ,0

116 Tabel Lampiran 25. Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Kacang Hijau per Provinsi Tahun 2013 Realisasi Rencana Tanam Realisasi Tanam Produksi No Provinsi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Kg) (Kg) 1 Aceh #DIV/0! - #DIV/0! Sumatera Utara #DIV/0! - #DIV/0! Sumatera Barat #DIV/0! - #DIV/0! Riau #DIV/0! - #DIV/0! Jambi #DIV/0! - #DIV/0! Sumatera Selatan #DIV/0! - #DIV/0! Bengkulu #DIV/0! - #DIV/0! Lampung #DIV/0! - #DIV/0! Bangka Belitung #DIV/0! - #DIV/0! Kepulauan Riau #DIV/0! - #DIV/0! DKI Jakarta #DIV/0! - #DIV/0! Jawa Barat 1,00 4,00 1,00 100,0 4,00 100,0 850, ,0 13 Jawa Tengah #DIV/0! - #DIV/0! DI Yogyakarta #DIV/0! - #DIV/0! Jawa Timur 2,00 2,00 2,00 100,0 2,00 100,0 250,0-16 Banten 1,00 1,00 1,00 100,0 1,00 100,0 300,0 300,0 17 Bali #DIV/0! - #DIV/0! Nusa Tenggara Barat 1,00 4,00 1,00 100,0 4,00 100,0 650, ,0 19 Nusa Tenggara Timur #DIV/0! - #DIV/0! Kalimantan Barat #DIV/0! - #DIV/0! Kalimantan Tengah 0,25-0,25 100,0 - #DIV/0! 100,0-22 Kalimantan Selatan #DIV/0! - #DIV/0! Kalimantan Timur #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Utara #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Tengah #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Selatan 1,00-1,00 100,0-350,0-27 Gorontalo #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Tenggara #DIV/0! - #DIV/0! Sulawesi Barat #DIV/0! - #DIV/0! Maluku #DIV/0! - #DIV/0! Maluku Utara #DIV/0! - #DIV/0! Papua #DIV/0! - #DIV/0! Papua Barat #DIV/0! - #DIV/0! - - TOTAL NASIONAL 6,25 11,00 6,25 100,0 11,00 100, , ,0

117 Tabel Lampiran 26. Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Ubi Kayu per Provinsi Tahun 2013 No Provinsi Rencana Tanam Realisasi Tanam Realisasi Produksi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) BS-BD (Ha) BD-BP (Stek) (Stek) 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung - 2, ,00 100, Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat 1,00-1,00 100, ,00-13 Jawa Tengah - 1, DI Yogyakarta Jawa Timur 2,00 2,00 2,00 100,00 2,00 100, Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah 3,00 5,00 3,00 100,00 4,00 80, ,

118 Tabel Lampiran 27. Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Ubi Jalar per Provinsi Tahun 2013 No Provinsi Rencana Tanam Realisasi Tanam Realisasi Produksi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) BS-BD (Ha) BD-BP (Stek) (Stek) 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat 1,00-1, ,00-13 Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur 2,00 2,00 2, ,00 100, ,00-16 Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat 1,00-1, Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah 4,00 2,00 4,00 100,00 2,00 100, ,00 -

119 Tabel Lampiran 28. Rencana dan Realisasi Tanam Perbanyakan Benih Sumber Sorgum per Provinsi Tahun 2013 No Provinsi Rencana Tanam Realisasi Tanam Realisasi Produksi BS-BD BD-BP BS-BD % BD-BP % BD BP (Ha) (Ha) (Ha) BS-BD (Ha) BD-BP (Kg) (Kg) 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur 1,00 1,00 1, ,00-20 Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Jumlah 1,00 1,00 1,00 100, ,00 -

120 Tabel Lampiran 29. Rencana dan Realisasi Pemberdayaan Penangkar Benih Padi Inbrida dan Kedelai TA 2013 No. Provinsi Padi Inbrida Kedelai Jumlah Kab unit Rencana (ha) Realisasi (ha) (%) Jumlah Kab unit Rencana (ha) Realisasi (ha) (%) 1 Aceh ,00 500,00 100, ,00 250,00 100,00 2 Sumatera Utara ,00 500,00 100, ,00 220,00 88,00 3 Sumatera Barat ,00 400,00 100, ,00 4 Riau ,00 250,00 83, ,00 50,00 100,00 5 Jambi ,00 200,00 66, ,00 180,00 65,45 6 Sumatera Selatan ,00 400,00 100, ,00 9,00 12,00 7 Bengkulu ,00 350,00 100, ,00 25,00 100,00 8 Lampung ,00 400,00 100, ,00 125,00 100,00 9 Jawa Barat ,00 750,00 100, ,00 275,00 91,67 10 Jawa Tengah ,00 500,00 66, ,00 300,00 70,59 11 DI. Yogyakarta ,00 200,00 100, ,00 75,00 100,00 12 Jawa Timur ,00 690,00 92, ,00 400,00 94,12 13 Banten ,00 250,00 100, ,00 75,00 100,00 14 Kalimantan Barat ,00 290,00 82, ,00-0,00 15 Kalimantan Selatan ,00 256,00 73, ,00 35,00 28,00 16 Kalimantan Timur ,00 300,00 100, Kalimantan Tengah ,00 300,00 100, ,00 25,00 100,00 18 Sulawesi Selatan ,00 550,00 100, ,00 375,00 100,00 19 Sulawesi Utara ,00 280,00 93, ,00 50,00 100,00 20 Sulawesi Tengah ,00 400,00 100, ,00 200,00 100,00 21 Sulawesi Tenggara ,00 300,00 100, Gorontalo ,00 200,00 100, ,00 25,00 100,00 23 Bali ,00 300,00 100, Nusa Tenggara Barat ,00 341,00 85, ,00 145,00 0,00 25 Nusa Tenggara Timur ,00 350,00 100, Maluku ,00 200,00 80, Maluku Utara ,00 150,00 60, Papua ,00 250,00 100, ,00 50,00 100,00 29 Papua Barat ,00 200,00 100, ,00 25,00 100,00 30 Sulawesi Barat ,00 200,00 100, ,00 100,00 100,00 Jumlah , ,00 92, , ,00 86,11

121 Volume (Ton) Grafik Lampiran 1. Perkembangan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Padi Tahun 2012 s/d Tahun CBN BLBU/APBD SWADAYA "SUBSIDI" SWADAYA "NON SUBSIDI"

122 Tabel Lampiran 30. Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Padi Tahun 2012 s/d 2013 NO TAHUN LUAS TANAM (HA) KEBUTUHAN BENIH BANTUAN PEMERINTAH PENGGUNAAN BENIH VARIETAS UNGGUL BERSERTIFIKAT SWADAYA (TON) CBN BLBU/APBD JUMLAH SUBSIDI NON SUBSIDI JUMLAH TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % , , , , , , , , , , , , , ,63 TOTAL

123 Volume (Ton) Grafik Lampiran 2. Perkembangan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Jagung Tahun 2012 s/d Tahun CBN BLBU/APBD/MBR SWADAYA "SUBSIDI" SWADAYA "NON SUBSIDI"

124 Tabel Lampiran 31. Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Jagung Tahun 2012 s/d 2013 NO TAHUN LUAS TANAM (HA) KEBUTUHAN BENIH BANTUAN PEMERINTAH PENGGUNAAN BENIH VARIETAS UNGGUL BERSERTIFIKAT SWADAYA (TON) CBN BLBU/OPTIMALISASI/APBD/MBR JUMLAH SUBSIDI NON SUBSIDI JUMLAH TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % TON HA % , , , , , , , , , , , , , ,29 TOTAL

125 Volume (Ton) Grafik Lampiran 3. Perkembangan Penggunaan Benih Varietas Unggul Bersertifikat Kedelai Tahun 2012 s/d Tahun CBN BLBU/APBD SWADAYA "SUBSIDI" SWADAYA "NON SUBSIDI"

LAPORAN TAHUNAN 2015 DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN

LAPORAN TAHUNAN 2015 DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN LAPORAN TAHUNAN 2015 DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun 2014. Laporan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun. Laporan Tahunan ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Direktorat Perbenihan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Tahun

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT PERBENIHAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk besar sangat perlu memantapkan kestabilan pangan secara berkelanjutan, oleh karenanya perlu melakukan strategi dan upaya-upaya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATAKERJA BALAI BENIH PADI DAN PALAWIJA PADA DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/Permentan/HK.140/2/2016 TENTANG PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG SUBSIDI BENIH PADI, KEDELAI, JAGUNG HIBRIDA DAN JAGUNG KOMPOSIT BERSERTIFIKAT HASIL

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA BALAI BENIH HORTIKULTURA DAN ANEKA TANAMAN PADA DINAS

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1322, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Benih Hortikultura. Produksi. Sertifikasi. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/SR.120/11/2013

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan secara nasional, Pemerintah telah memprogramkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D 29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN 2003 Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 19 TAHUN 2003 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN/KOTA SE-NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016 - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016 PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus mampu mengantisipasi persaingan ekonomi yang semakin ketat di segala bidang dengan menggali sektor-sektor yang

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Policy Brief PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI Pendahuluan 1. Produksi benih tanaman pangan saat ini, termasuk benih padi dan benih kedelai, merupakan

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016

PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016 PROVINSI SUMATERA SELATAN WALIKOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PROSPEK BALAI PENGEMBANGAN BENIH PALAWIJA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI DAN JAGUNG

PROSPEK BALAI PENGEMBANGAN BENIH PALAWIJA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI DAN JAGUNG PROSPEK BALAI PENGEMBANGAN BENIH PALAWIJA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI DAN JAGUNG PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UPTD BALAI PENGEMBANGAN BENIH PALAWIJA Jalan Raya Plumbon

Lebih terperinci

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERTANIAN PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 113 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017

KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017 KEGIATAN UPTD PSBTPH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2017 Oleh : Kepala UPTD PSBTPH Prov. KALTIM Disampaikan pada : Rapat Koordinasi Pangan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR i2- TAHUN 2014 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014

PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014 PEDOMAN TEKNIS KEGIATAN PENGEMBANGAN SISTEM PERBENIHAN HORTIKULTURA 2014 DIREKTORAT JENDERAL HOLTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 75/Permentan/OT.140/11/2011 TENTANG LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Laporan Tahunan 2013 2013 Laporan Tahunan RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam rangka mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi, jagung dan kedelai telah ditetapkan sasaran produksi padi

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 81/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 81/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 81/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH

PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH PENYELENGGARAAN UJI PROFISIENSI TAHUN 2017 OLEH PUP BALAI BESAR PPMB-TPH Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 78/Permentan/OT.140/11/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERBENIHAN DAN PEMBIBITAN PADA DINAS TANAMAN PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN JOMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 46/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN BENIH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENGAWAS BENIH TANAMAN BAB I PENDAHULUAN

PENGAWAS BENIH TANAMAN BAB I PENDAHULUAN 5 2013, No.20 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PERMENTAN/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah untuk melaksanakan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.4-/217 DS21-98-8-666 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci