KATA PENGANTAR. Denpasar, 30 Nopember 2015 Tim Penyusun: 1. I Ketut Sudibia 2. AAIN Marhaeni 3. I Gusti Ayu Manuati Dewi 4. I Nyoman Dayuh Rimbawan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Denpasar, 30 Nopember 2015 Tim Penyusun: 1. I Ketut Sudibia 2. AAIN Marhaeni 3. I Gusti Ayu Manuati Dewi 4. I Nyoman Dayuh Rimbawan"

Transkripsi

1

2 Kerja sama antara: Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Udayana Dengan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali 2015

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dan tuntunannya kami dapat merampungkan penyusunan Profil Kuantitas dan Kualitas Penduduk Provinsi Bali Tahun 2015 sesuai dengan rencana. Penyusunan buku profil kuantitas dan kualitas penduduk di Provinsi Bali tahun 2015 bertujuan untuk (1) memberikan gambaran tentang kuantitas penduduk Bali, baik dari segi jumlah, komposisi, distribusi, dan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali dengan data penduduk yang terbaru; dan (2) memberikan gambaran tentang kualitas penduduk, baik berkenaan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta komponen-komponennya (seperti pendidikan, kesehatan, paritas daya beli), kondisi ketenagakerjaan, dan penduduk miskin. Terwujudnya buku profil kuantitas dan kualitas penduduk Provinsi Bali tahun 2015 adalah hasil kerjasama antara Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Udayana dengan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) P rovinsi Bali, dan kerjasama diantara sesama anggota tim penulis. Selain itu, penyelesaian penyusunan buku profil kuantitas dan kualitas penduduk Provinsi Bali tahun 2015 juga sangat ditentukan oleh peranan para pengumpul data atau informasi di lapangan. Atas bantuan dan kerjasama yang diberikan oleh Perwakiltan BKKBN Provinsi Bali, dan semua pihak yang telah membantu merampungkan penyusunan buku profil ini, melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga buku Profil Kuantitas dan Kualitas Penduduk Provinsi Bali Tahun 2015 bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Denpasar, 30 Nopember 2015 Tim Penyusun: 1. I Ketut Sudibia 2. AAIN Marhaeni 3. I Gusti Ayu Manuati Dewi 4. I Nyoman Dayuh Rimbawan ii

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar...ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel...iv Daftar Gambar...v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Metode Penulisan... 3 BAB II KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI BALI Jumlah Penduduk Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Distribusi Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan Penduduk...11 BAB III KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI Komponen IPM Tingkat pengetahuan/ pendidikan Paritas Daya Beli (rata-rata pengeluaran riil per kapita) Angka Harapan Hidup Perkembangan IPM...21 BAB IV KONDISI KETENAGAKERJAAN Perkembangan Ketenagakerjaan Tingkat Pendidikan, Lapangan Pekerjaan, dan Produktivitas Angkatan Kerja yang Bekerja Pengangguran Penduduk Miskin BAB V PENUTUP Simpulan Saran-saran DAFTAR PUSTAKA...40 iii

5 DAFTAR TABEL No. Judul Hlm. Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Provinsi Bali Dirinci Menurut 6 Kabupaten/Kota Tahun Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Nonproduktif, Usia Produktif, dan Rasio Beban 9 Ketergantungan (RBK) Selama Periode Kepadatan Penduduk di Provinsi Bali Dirinci Menurut 10 Kabupaten/Kota Pada Tahun 2010 dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali Menurut 13 Kabupaten/Kota Selama Periode s.d Perkembangan tingkat pengetahuan/pendidikan penduduk Provinsi 16 Bali, Perkembangan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Bali, Perkembangan tingkat pendidikan angkatan kerja yang bekerja, 26 Provinsi Bali, Distribusi angkatan kerja yang bekerja menurut sektor, Provinsi 27 Bali, Perkembangan produktivitas pekerja menurut lapangan usaha, 28 Provinsi Bali, (harga konstan 2000). 4.5 Perkembangan angkatan kerja yang bekerja menurut lama jam 32 kerja, Provinsi Bali, Perkembangan jumlah penduduk miskin Provinsi Bali, iv

6 DAFTAR GAMBAR No. Judul Hlm. Gambar 3.1 AMH dan RLS per kabupaten/kota, Provinsi Bali, Perkembangan paritas daya beli penduduk Provinsi Bali, Paritas daya beli penduduk per kabupaten/kota, Provinsi Bali, Perkembangan AHH penduduk Provinsi Bali, AHH penduduk per kabupaten/kota, Provinsi Bali, Perkembangan IPM Provinsi Bali, Pembagian penduduk usia kerja Perkembangan pengangguran terbuka Provinsi Bali, Perkembangan tingkat pengangguran terbuka dan pertumbuhan 31 PDRB Provinsi Bali, Perkembangan tingkat pengangguran terbuka per kabupaten/kota 31 di Provinsi Bali, Perkembangan proporsi penduduk miskin per kabupaten/kota, 35 Provinsi Bali, Perkembangan proporsi penduduk miskin menurut kota desa, Provinsi Bali, v

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berbagai tulisan tentang penduduk sering dijumpai berbagai sebutan untuk penduduk. Misalnya ada yang menyebutkan bahwa penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Di sisi lain ada pula yang menyebutkan bahwa penduduk menjadi subyek dan sekaligus juga sebagai obyek pembangunan. Lebih jauh, ada pula yang menyebutkan bahwa penduduk merupakan modal pembangunan dan di pihak lain disebutkan penduduk menjadi beban pembangunan. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena keterlibatan penduduk dalam pembangunan sudah dimulai pada proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan, serta pembagian yang adil terhadap hasil-hasil pembangunan. Artinya, pada saat penduduk sebagai perencana, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksana, dan pengawas pembangunan penduduk berperan sebagai subyek pembangunan. Pada akhirnya hasil-hasil pembangunan tersebut harus didistribusikan secara merata kepada seluruh penduduk, agar dapat dinikmati oleh semua penduduk. Pada saat penduduk berperan sebagai penikmat hasil-hasil pembangunan maka saat itulah penduduk sebagai obyek pembangunan. Selanjutnya, penduduk dapat dikatakan sebagai modal pembangunan apabila struktur penduduk menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada usia produktif (kisaran umur tahun). Sebaliknya, jika sebagian besar penduduk memiliki usia nonproduktif (umur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas), maka dalam kondisi seperti ini penduduk akan menjadi beban pembangunan. Namun demikian, jangan disalahartikan bahwa semua penduduk usia tahun akan otomatis produktif, karena masih harus diperhatikan kualitas penduduknya dan tersedianya lapangan pekerjaan yang siap menyerap tenaga kerja produktif. Dalam kaitan dengan pembangunan, hampir semua program pembangunan membutuhkan data penduduk, baik yang bersifat total maupun secara parsial. Misalnya untuk menyusun perencanaan kebutuhan akan bahan pangan, kebutuhan akan perumahan, kebutuhan akan kesehatan, kebutuhan akan transportasi publik, kebutuhan akan tempat rekreasi, semuanya membutuhkan data penduduk secara total. Sementara itu, untuk menyusun perencanaan pendidikan Pra Sekolah (Taman Kanak-kanak), Sekolah Dasar, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi, dibutuhkan data PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

8 penduduk secara (menurut kelompok umur). Misalnya untuk pendidikan Pra Sekolah dibutuhkan data 4-6 tahun, untuk pendidikan Sekolah Dasar dibutuhkan data penduduk 7-12 tahun, untuk pendidikan SLTP diperlukan data penduduk usia tahun, dan untuk SLTA diperlukan data penduduk tahun, dan seterusnya. Demikian pula jika dikaitkan dengan penyusunan program keluarga berencana (KB) dibutuhkan data tentang pasangan usia subur (PUS), yaitu pasangan yang istrinya berusia tahun. Untuk perencanaan program bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja (BKB). dan bina keluarga lansia (BKL), dibutuhkan data penduduk menurut kelompok umur. Penyusunan program-program ketenagakerjaan terkait dengan jumlah penduduk usia kerja, penduduk yang bekerja, penduduk yang menganggur, juga membutuhkan data penduduk menurut umur. Memperhatikan uraian di atas, secara implisit tampak bahwa keseluruhan kegiatan pembangunan yang dirancang dan dilaksanakan di Indonesia sangat berkepentingan dengan data penduduk. Hal ini sejalan dengan pemikiran konsep pembangunan berwawasan kependudukan, yang menekankan pembangunan direncanakan dan dilaksanakan oleh penduduk, dan hasil-hasil pembangunan juga dinikmati oleh penduduk. Sehubungan dengan hal tersebut, maka data dan informasi tentang profil penduduk yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas penduduk sangat penting dalam merancang program-program pembangunan. 1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang yang dipaparkan di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dikaji dalam penulisan profil penduduk di Provinsi Bali tahun ) Bagaimanakah profil penduduk Provinsi Bali tahun 2015 ditinjau dari aspek kuantitas penduduk? 2) Bagaimanakan profil penduduk Provinsi Bali tahun 2015 ditinjau dari aspek kualitas penduduk, baik yang berkenaan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kondisi ketenagakerjaan, dan penduduk miskin? 1.3 Tujuan Penulisan Penyusunan profil penduduk di Provinsi Bali tahun 2015 memiliki beberapa tujuan seperti berikut ini. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

9 1) Untuk memberikan gambaran tentang kuantitas penduduk Bali, baik dari segi jumlah, komposisi, distribusi, dan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali dengan data penduduk yang terbaru. 2) Untuk memberikan gambaran tentang kualitas penduduk, baik berkenaan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta komponenkomponennya (seperti pendidikan, kesehatan, paritas daya beli), maupun kondisi ketenagakerjaan, dan penduduk miskin. 1.4 Manfaat Penulisan 1) Secara akademis, akan menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang kependudukan, dan dapat menjadi referensi bagi para pemerhati tentang persoalan kuantitas dan kualitas penduduk. 2) Secara praktis, akan dapat digunakan oleh para perencana programprogram pembangunan agar perencanaan pembangunan yang dihasilkan selalu mengedepankan pembangunan berwawasan kependudukan. 1.5 Metode Penulisan Penulisan Profil Kuantitas dan Kualitas Penduduk Provinsi Bali Tahun 2015 didasarkan pada data penduduk hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 dan Bali Dalam Angka Tahun Data penduduk yang diperoleh dari Bali Dalam Angka Tahun 2014 sangat terbatas, dan itupun merupakan hasil proyeksi penduduk dengan periode terakhir tahun Berangkat dari keterbatasan informasi tersebut, maka data yang dijadikan dasar analisis dalam penyusunan profil ini adalah data penduduk hasil SP 2010 dan hasil proyeksi penduduk Bali tahun Proyeksi penduduk Bali tahun 2015 disusun berdasarkan laju pertumbuhan penduduk yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali untuk menghitung hasil proyeksi penduduk selama periode Hal ini dilakukan, karena dalam penyusunan profil penduduk tahun 2015, semestinya menggambarkan data atau kondisi kependudukan pada tahun yang bersangkutan (tahun 2015). Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk tahun 2015, selanjutnya dihitung pula berbagai perubahan beberapa aspek kependudukan yang penting antara lain berkaitan dengan jumlah, komposisi, distribusi, dan laju pertumbuhan penduduk selama periode Hasil-hasil perhitungan yang telah selesai dikerjakan kemudian dianalisis secara deskriptif. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

10 BAB II KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI BALI 2.1 Jumlah Penduduk Pada Bab sebelumnya telah diungkapkan bahwa data penduduk sangat dibutuhkan pada hampir semua aktivitas pembangunan. Berdasarkan pernyataan tersebut tersirat bahwa data penduduk merupakan hal yang sangat penting, karena kenyataannya data penduduk tidak sekedar hanya sebagai pelengkap, melainkan menjadi data dasar dalam penyusunan setiap perencanaan pembangunan. Patut dicatat, bahwa pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia berpusat pada penduduk. Penduduk dapat bertindak sebagai perencana, pelaksana, dan sekaligus sebagai penikmat hasil-hasil pembangunan atau secara ringkas pembangunan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jumlah penduduk Provinsi Bali sangat dinamis, dan senantiasa menunjukkan peningkatan dari sensus ke sensus penduduk berikutnya. Misalnya, pada waktu sensus penduduk pertama kali dilaksanakan di Indonesia (SP 1961), jumlah penduduk Provinsi Bali saat itu hanya mencapai orang. Selanjutnya, pada masa Orde Baru jumlahnya terus meningkat; yaitu menjadi orang (SP 1971), naik lagi menjadi orang (SP 1980), dan pada tahun 1990 mencapai orang (Sudibia, 1992). Meskipun pada masa Orde Baru, jumlah penduduk Bali selalu menunjukkan peningkatan, namun sesungguhnya dilihat dari laju pertumbuhan penduduknya sudah mulai menggambarkan penurunan. Perlu dicatat bahwa perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah ditentukan oleh beberapa komponen kependudukan seperti kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Komponen kependudukan yang disebut terakhir masih dapat dibedakan menjadi migrasi masuk dan migrasi keluar. Walaupun semua komponen kependudukan yang disebutkan di atas berpengaruh terhadap laju pertumbuhan penduduk, namun komponen kependudukan yang berkontribusi secara signifikan dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk adalah komponen kelahiran. Betapa tidak, karena pada awal pelaksanaan program keluarga berencana (KB) yaitu tahun 1970-an, angka fertilitas total atau total fertility rate (disingkat TFR) Provinsi Bali mencapai sekitar 6 orang anak per wanita. Setelah sekitar dua dasawarsa program KB dilaksanakan di Indonesia (termasuk Provinsi Bali), angka fertilitas total yang dicapai di Provinsi Bali mencapai 2,28 orang anak PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

11 per wanita pada tahun Di sisi lain, laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Bali mengalami penurunan dari 1,71 persen per tahun (periode ) menjadi 1,18 persen per tahun (periode ). Periode selanjutnya, laju pertumbuhan penduduk Bali kembali mengalami peningkatan menjadi 1,26 persen per tahun (periode ), dan tambah pesat lagi menjadi 2,15 persen per tahun (periode ). Laju pertumbuhan penduduk setinggi itu tidak pernah terjadi sepanjang sejarah pelaksanaan sensus penduduk di Provinsi Bali. Pada periode jumlah penduduk Provinsi Bali mengalami peningkatan dari orang pada tahun 2000 menjadi orang pada tahun Salah satu penyebab penting dari keadaan di atas adalah faktor migrasi masuk yang jauh lebih besar daripada migrasi keluar. Tingginya arus migrasi masuk menuju Bali pada waktu itu adalah dampak dari eksodus penduduk dari Pulau Jawa sebagai akibat adanya kerusuhan pada akhir masa pemerintahan Orde Baru sekitar tahun Sementara itu, pada periode tahun 2000-an di Provinsi Bali sendiri terjadi penundaan pemberangkatan transmigrasi (migrasi keluar), mengingat daerah-daerah tujuan transmigrasi adalah rawan konflik. Dalam pelaksanaan program KB juga timbul kesulitan dalam melakukan koordinasi pada era desentralisasi karena adanya berbagai bentuk pelembagaan program KB di tingkat kabupaten/kota. Persoalan-persoalan yang disebut terakhir berdampak pada meningkatnya proporsi PUS yang tergolong unmet need dan menurunnya proporsi peserta KB aktif. Keadaan yang disebut terakhir berdampak pada tingginya TFR penduduk, yaitu 2,3 anak per wanita (SDKI 2012), padahal hasil SDKI 2002/2003 dan SDKI 2007 menunjukkan angka TFR yang stagnan pada 2,1 anak per wanita. Selanjutnya, dengan mengadopsi asumsi proyeksi penduduk yang digunakan oleh BPS Provinsi Bali maka dapat diperoleh jumlah penduduk Bali pada tahun 2015 adalah sebesar orang. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2010, terungkap bahwa jumlah penduduk Bali bertambah sebesar orang selama periode Secara rinci jumlah penduduk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bali pada tahun 2015 disajikan pada Tabel 2.1. Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak dijumpai di Kota Denpasar, yaitu sebesar orang. Atau Kota Denpasar yang luasnya hanya 2,3 persen dari luas daratan seluruh Provinsi Bali dihuni oleh lebih dari 20 persen penduduk. Hal ini tentu sangat ironis dibandingkan dengan Kabupaten Buleleng yang luasnya sekitar 24 persen dari luas seluruh daratan di Provinsi Bali, hanya dihuni oleh sekitar 16 PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

12 persen penduduk Provinsi Bali. Sementara itu, Kabupaten Klungkung yang memiliki penduduk paling sedikit (4,2 persen), menempati wilayah yang luasnya 5,6 p ersen dari seluruh luas daratan Provinsi Bali. Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Provinsi Bali Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Kabupaten/ Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kota Km 2 Persen Orang *) Persen 1. Jembrana 841,80 14, ,53 2. Tabanan 839,33 14, ,48 3. Badung 418,52 7, ,90 4. Gianyar 368,00 6, ,92 5. Klungkung 315,00 5, ,22 6. Bangli 520,81 9, ,35 7. Karangasem 839,54 14, ,82 8. Buleleng 1.365,88 24, ,52 9. Denpasar 127,78 2, ,26 Jumlah: 5.636,66 100, ,00 *) Catatan: Jumlah penduduk dihitung dengan menggunakan asumsi pertumbuhan penduduk yang dibuat BPS Provinsi Bali periode Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur adalah pengklasifikasian penduduk ke dalam berbagai kelompok umur. Misalnya, penggolongan umur 0-4 tahun disebut kelompok balita, penggolongan umur 0-14 tahun disebut anak-anak, penggolongan umur tahun sebagai penduduk usia kerja, dan umur 60 tahun ke atas digolongkan sebagai penduduk lanjut usia (lansia). Secara umum penduduk usia kerja menurut patokan internasional adalah penduduk yang berumur antara tahun, sedangkan penduduk lansia adalah mereka yang berumur 65 tahun ke atas. Dengan demikian berdasarkan data pada Tabel 2.2, diperoleh bahwa jumlah penduduk balita di Provinsi Bali pada tahun 2015 mencapai orang atau sekitar 8 persen dari seluruh penduduk Provinsi Bali. Apabila diperhatikan jumlah penduduk yang tergolong anak-anak (0-14 tahun), jumlahnya mencapai orang atau sekitar 25 persen dari seluruh penduduk Bali tahun Selanjutnya berdasarkan batasan penduduk lansia di Indonesia khususnya atau di negara-negara Asia umumnya, maka besarnya jumlah penduduk lansia (60 tahun ke atas), mencapai orang atau sekitar 10 persen dari seluruh penduduk Provinsi Bali tahun Sementara itu, jumlah penduduk usia kerja dengan kisaran umur tahun adalah sebesar orang atau sekitar 65 PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

13 persen dari seluruh penduduk Provinsi Bali tahun Selanjutnya, jika digunakan patokan internasional maka diperoleh jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas adalah orang atau 7 persen penduduk Bali tahun Dengan demikian proporsi penduduk usia kerja (15-64 tahun) mencapai sekitar 68 persen. Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Kelompok Jumlah Penduduk (orang) Rasio Jenis Umur (Tahun) Total Laki-laki Perempuan Kelamin*) Seluruhnya: *) Catatan : Rasio Jenis Kelamin = (Penduduk laki-laki/penduduk perempuan) X 100 Setelah memperoleh gambaran tentang komposisi penduduk menurut umur, berikut ini disajikan pula informasi tentang komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat diperoleh dari rasio jenis kelamin (RJK) penduduk, yaitu jumlah penduduk laki -laki dibandingkan jumlah penduduk perempuan dan hasil akhir dikalikan 100. Apabila RJK-nya 100 berarti jumlah penduduk laki-laki akan sama dengan jumlah penduduk perempuan, sedangkan jika RJK-nya lebih besar dari 100 berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Sebaliknya jika RJK-nya kurang dari 100, berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Pada awal-awal kehidupan, RJK penduduk umumnya lebih besar dari 100, artinya bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dilahirkan dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sebaliknya, menjelang akhir kehidupan RJK penduduk umumnya lebih kecil dari 100, Artinya, bahwa jumlah penduduk PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

14 perempuan cenderung lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Dengan perkataan lain bahwa penduduk perempuan cenderung memiliki harapan hidup lebih panjang daripada laki-laki. Selain beberapa pola umum RJK yang digambarkan di atas, masih perlu dibahas mengenai pola RJK yang lain. Daerah-daerah yang menjadi tujuan kaum migran cenderung memiliki RJK lebih besar dari 100, dan begitu pula sebaliknya daerah-daerah yang menjadi sumber migran cenderung memiliki RJK kurang dari 100. Hal ini tentu tidak terlepas dari pola umum migrasi, yang oleh Ravenstein disebut sebagai hukum-hukum migrasi. Bahwa penduduk laki-laki cenderung lebih banyak yang melakukan migrasi daripada penduduk perempuan. Hal ini disebabkan oleh posisi laki-laki yang umumnya menjadi tiang ekonomi rumah tangga, sehingga akan berakibat RJK penduduk di daerah tujuan lebih besar dari 100. Sebaliknya daerah-daerah yang ditinggalkan cenderung memiliki RJK kurang dari 100. Tentu saja pola umum yang diungkapkan di atas bukan harga mati, karena hukum-hukum migrasi di atas sudah cukup lama dan belum mempertimbangkan mengenai emansipasi wanita dan kesetaraan gender. Misalnya, dewasa ini Indonesia terkenal sebagai pengirim pekerja migran wanita atau tenaga kerja wanita (TKW). Semakin besarnya migran TKW yang meninggalkan daerahnya, sementara para suami atau penduduk laki-laki memilih tetap tinggal di daerah asal, maka RJK penduduk di daerah asal (daerah pengirim) akan lebih besar dari 100. Komposisi penduduk berikutnya yang akan dibahas adalah komposisi penduduk menurut rasio beban ketergantungan (RBK). Rasio beban ketergantungan adalah perbandingan antara penduduk usia nonproduktif dengan penduduk usia produktif. Penduduk usia nonproduktif merupakan jumlah antara penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah penduduk lansia (umur 60 tahun ke atas), sedangkan penduduk usia produktif adalah mereka yang berusia antara tahun. Rasio beban ketergantungan menunjukkan banyaknya jumlah penduduk nonproduktif yang ditanggung oleh setiap 100 orang penduduk usia produktif. Semakin besar proporsi penduduk nonproduktif (anak -anak umur 0-14 tahun dan penduduk lansia) dibandingkan dengan penduduk usia produktif, maka semakin berat beban pembangunan di suatu wilayah atau suatu negara. Kondisi penduduk Provinsi Bali jika dikaitkan dengan besarnya RBK, dapat diikuti pada Tabel 2.3. Gambaran tentang komposisi penduduk nonproduktif dan penduduk produktif dalam kurun waktu lima tahun terakhir tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

15 Selama periode proporsi penduduk umur 0-14 tahun mengalami penurunan, penduduk lansia mengalami peningkatan, dan di pihak lain proporsi penduduk usia produktif (15-59 tahun) mengalami sedikit peningkatan. Perubahanperubahan yang digambarkan di atas tidak berdampak besar terhadap perubahan rasio beban ketergantungan selama periode RBK penduduk hanya menurun dari 56 menjadi 54 selama periode lima tahun terakhir. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Nonproduktif, Usia Produktif, dan Rasio Beban Ketergantungan (RBK) Selama Periode Kelompok Hasil SP 2010 Hasil Proyeksi 2015 Umur (tahun) Orang Persen Orang Persen , , , , , ,97 Jumlah: , ,00 (0-14) dan RBK: Sumber: Data Penduduk Tabel 2.2. Besarnya rasio beban ketergantungan (RBK) penduduk di suatu daerah juga dapat digunakan untuk menggambarkan pencapaian bonus demografi di daerah tersebut. Bonus demografi yang sering pula disebut demographic gift merupakan keuntungan ekonomis yang diperoleh dengan menurunnya proporsi anak-anak dan di pihak lain meningkatnya proporsi penduduk produktif. Logikanya adalah, apabila jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita semakin berkurang, maka berkurang pula waktu yang dikonsumsi untuk memelihara dan membesarkan anak. Dengan demikian akan terbuka peluang yang lebih besar bagi wanita untuk memasuki pasar kerja atau sektor publik, sehingga dapat membantu meningkatkan penghasilan keluarga. Meningkatnya penghasilan keluarga dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi keluarga untuk menabung sebagian penghasilannya, dan hal ini akan dapat mendorong terjadinya pemupukan modal. Pemupukan modal ini sangat penting sebagai sumber investasi yang sangat berguna untuk meningkatkan laju pembangunan ekonomi. Pertanyaannya adalah: apakah Provinsi Bali sudah mencapai bonus demografi selama periode ? Bonus demografi akan terjadi, apabila RBK penduduk di suatu daerah sudah mencapai kurang dari 50, artinya apabila setiap PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

16 100 orang penduduk usia produktif menanggung kurang dari 50 orang penduduk nonproduktif. Berdasarkan data hasil SP 2010 dan hasil proyeksi penduduk tahun 2015 secara berturut-turut diperoleh RBK sebesar 56 dan 54. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Bali belum mencapai bonus demografi. Salah satu penyebabnya adalah belum tercapainya angka kelahiran total sesuai dengan target MDGs (Millenium Development Goals) yang mencanangkan TFR sebesar 2,1 anak per wanita tahun Hasil SDKI 2012 untuk Provinsi Bali cukup mencengangkan karena TFR Bali saat itu mencapai 2,3 anak per wanita. Padahal, menurut hasil SDKI 2002/2003 dan SDKI 2007, TFR yang dicapai Bali sudah stagnan pada 2,1 anak per wanita. Implikasi dari kondisi tersebut adalah masih dibutuhkan kerja keras untuk memantapkan pelaksanaan program KB secara konsisten dan berkelanjutan. 2.3 Distribusi Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Kemampuan suatu daerah untuk menghidupi masyarakatnya berkaitan erat dengan distribusi penduduk pada tingkat kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan. Salah satu indikator kependudukan yang lazim digunakan untuk menggambarkan distribusi penduduk di suatu wilayah/daerah adalah kepadatan penduduknya. Berkaitan dengan kajian ini, kepadatan penduduk di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Bali dapat diikuti pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk di Provinsi Bali Dirinci Menurut Kabupaten/Kota Pada Tahun 2010 dan 2015 Kabupaten/ Luas Tahun 2010 Tahun 2015 Kota Wilayah Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan (Km 2 ) (Orang) (Orang/km 2 ) (Orang) (Orang/km 2 ) 1. Jembrana 841, Tabanan 839, Badung 418, Gianyar 368, Klungkung 315, Bangli 520, Karangasem 839, Buleleng 1.365, Denpasar 127, Jumlah: 5.636, Sumber: Hasil SP 2010 Provinsi Bali dan Hasil Proyeksi Penduduk Tahun Secara keseluruhan ditemukan bahwa kepadatan penduduk Provinsi Bali mengalami peningkatan dari 690 orang menjadi 740 orang per km 2 selama periode Ditinjau dari segi polanya, terdapat kemiripan kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota di Provinsi Bali antara tahun 2010 dan Kabupaten PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

17 yang memiliki kepadatan penduduk terendah dijumpai di Kabupaten Jembrana, sementara kabupaten dengan kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kota Denpasar. Terdapat tiga kabupaten/kota yang memiliki kepadatan penduduk di atas orang per km 2 ; seperti Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar. Tingginya kepadatan penduduk di ketiga kabupaten/kota yang disebutkan di atas tidak dapat dilepaskan dari pesatnya perkembangan aktivitas pariwisata di ketiga wilayah yang diungkapkan di atas. Perkembangan aktivitas pariwisata di ketiga wilayah tersebut juga memberikan imbas terhadap munculnya kegiatankegiatan ekonomi lainnya, dan pada gilirannya akan meningkatkan peluang kerja di wilayah-wilayah tersebut. Bertambahnya peluang kerja sejalan dengan semakin menggeliatnya kegiatan ekonomi di ketiga wilayah di atas akan menjadi penarik utama para migran, baik dari kabupaten lain di Bali maupun migran dari luar Bali. Akibatnya, ketiga wilayah tujuan para migran tersebut akan semakin padat. Kehadiran migran yang semakin banyak di daerah tujuan, tidak hanya membawa dampak positif, akan tetapi juga akan muncul dampak negatif. Dari segi penyediaan tenaga kerja, kehadiran para migran tersebut akan memudahkan dalam merekrut tenaga kerja. Di pihak lain, kehadiran para migran tersebut justru akan menimbulkan permasalahan apabila mereka kurang berpendidikan, tidak memiliki keterampilan tertentu. Mereka tidak mampu bersaing di sektor formal, dan akibatnya sebagian diantara mereka memilih melakukan kegiatan di sektor informal. Ciri umum pekerja sektor informal adalah skala usahanya kecil, pendapatannya rendah upahnya rendah, dan jam kerjanya panjang. Sisanya, yang tidak terserap di sektor formal maupun informal akan terpaksa menganggur. Rendahnya pendapatan migran yang bekerja di sektor informal akan menyebabkan mereka terpaksa menempati rumah yang tidak layak huni atau sering disebut sebagai permukiman kumuh. Demikian pula jika sebagian para migran tidak memperoleh pekerjaan, baik di sektor formal maupun informal akan mengakibatkan mereka terpaksa menjadi penganggur. Permukiman kumuh dan pengangguran merupakan masalah-masalah sosial yang segera harus dipecahkan oleh pemerintah, agar tidak memicu munculnya berbagai tindak kriminalitas yang dapat meresahkan masyarakat. 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk suatu daerah atau negara adalah salah satu indikator penting dalam pembangunan, karena laju pertumbuhan penduduk yang PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

18 tinggi akan menghambat laju pembangunan ekonomi. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akan mendorong jumlah penduduk di suatu daerah atau negara semakin besar, akibatnya unsur pembagi dalam penentuan pendapatan per kapita akan semakin besar. Hasilnya, tentu saja pendapatan per kapita di daerah atau negara tersebut akan semakin merosot. Dalam hal ini tentu tidak dapat dilupakan hipotesis penduduk Malthus yang hingga kini mengundang pendapat yang kontroversial. Menurut Malthus, penduduk bertambah menurut deret ukur, sementara bahan makanan bertambah menurut deret hitung. Mereka yang pro dengan pendapat Malthus, berupaya memberikan bukti-bukti yang mendukung pendapat tersebut dengan mengambil contoh kejadian-kejadian di Afrika. Bahwa terjadinya bahaya kelaparan, bencana alam yang tidak berkesudahan disebabkan oleh terganggunya keseimbangan alam karena semakin banyaknya penduduk. Menariknya pembahasan tentang laju pertumbuhan penduduk, mendorong para ahli untuk mengaitkan laju pertumbuhan penduduk dengan jangka waktu penduduk menjadi dua kali lipat. Dalam kaitan ini ditemukan formula penduduk menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu: t = 70/r (t adalah jangka waktu, r adalah laju pertumbuhan penduduk, dan 70 adalah bilangan konstan). Misalnya jika laju pertumbuhan penduduk adalah 2 persen, maka jangka waktu lipat duanya adalah 70/2 = 35 tahun, sementara jika laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan menjadi 1 persen maka penduduk akan menjadi dua kali lipat dalam jangka waktu 70/1 atau 70 tahun. Konsekuensi dari keadaan di atas adalah sangat penting untuk melakukan upaya-upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Sebelum membahas lebih jauh berbagai upaya yang dilakukan dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk, terlebih dahulu akan disoroti tentang laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali sejak sensus penduduk pertama kali dilakukan (1961) sampai dengan tahun 2015 (Tabel 2.5). Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali selama kurun waktu 55 tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menarik. Jika digambarkan, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali menyerupai gelombang, yaitu turun, naik, dan turun kembali. Selama periode , laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan yang signifikan, yaitu dari 1,75 persen per tahun (periode ) menjadi 1,71 persen per tahun (periode ) dan turun lagi menjadi 1,18 persen per tahun (periode ). Pada dua periode berikutnya, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali kembali meningkat menjadi 1,26 persen per tahun PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

19 (periode ) dan naik lagi menjadi 2,15 persen per tahun (selama periode ). Selanjutnya berdasarkan hasil proyeksi BPS Provinsi Bali periode , maka diperkirakan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali sebesar 1,40 persen per tahun selama periode (BPS Provinsi Bali, 2014). Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota Selama Periode s.d Kabupaten/ Laju Pertumbuhan Penduduk (dalam persen per tahun) Kota Jembrana 2,88 1,95 0,60 0,63 1,22 0,80 Tabanan 1,83 0,49 0,19 0,73 1,13 0,76 Badung 2,57 2,58 2,78 2,33 4,62 2,73 Gianyar 1,56 1,33 0,96 1,56 1,80 1,14 Klungkung 0,86 0,72 0,12 0,31 0,95 0,65 Bangli 1,10 1,72 0,88 0,94 1,06 0,71 Karangasem 0,23 1,80 0,89 0,49 0,96 0,65 Buleleng 2,24 2,10 1,04 0,33 1,12 0,75 Denpasar *) *) *) 3,20 4,00 2,38 Bali: 1,75 1,71 1,18 1, ,40 Sumber : Sudibia, dkk (2012) dan BPS Provinsi Bali (2014). *) Catatan: Kota Denpasar masih bergabung dengan Kabupaten Badung. Seperti diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk suatu daerah ditentukan oleh tiga komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk, sedangkan kematian berpengaruh sebaliknya, yaitu akan menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Sementara itu komponen migrasi penduduk memiliki dua pengaruh yaitu positif dan negatif. Migrasi masuk akan meningkatkan laju pertumbuhan penduduk, sedangkan migrasi keluar akan menurunkan laju pertumbuhan penduduk di daerah tersebut Memperhatikan pengaruh masing-masing komponen demografi terhadap laju pertumbuhan penduduk, maka sejak awal tahun 1970-an Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan program KB dengan komitmen yang tinggi. Upaya yang dilakukan pemerintah ternyata membuahkan hasil, yaitu menurunnya TFR Bali dari 6,0 anak menjadi sekitar 2, 3 anak per wanita periode (Sudibia, 1992). Berikutnya, pada tahun 2000-an ditemukan TFR Provinsi Bali stagnan pada 2,1 anak per wanita, baik menurut hasil SDKI 2002/2003 maupun SDKI 2007, dan akhirnya menurut hasil SDKI 2012 TFR Bali justru naik lagi menjadi 2,3 anak per wanita. Sementara itu pada variabel mortalitas, khususnya angka mortalitas bayi atau infant PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

20 mortality rate (IMR), juga berhasil diturunkan dari sekitar 121 kematian menjadi 51 kematian masing-masing per 1000 kelahiran hidup selama periode Menurut hasil SDKI 2012, angka mortalitas bayi turun lagi menjadi 30 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di pihak lain, data migrasi risen neto pada periode menunjukkan tanda ( -) orang, yang berarti bahwa jumlah migran risen yang keluar lebih banyak daripada yang masuk ke Bali pada periode yang sama. Pada periode migrasi risen neto berubah tanda menjadi (+) orang, yang berarti migran risen yang masuk ke Bali lebih banyak daripada yang keluar Bali pada periode yang sama. Pada periode-periode berikutnya jumlah migrasi risen neto positif semakin bertambah besar, yaitu (+) orang (SP 2000), meningkat lagi menjadi (+) orang (SUPAS 2005), dan naik lagi menjadi (+) orang (SP 2010). Memperhatikan perubahan komponen-komponen demografi selama periode , terungkap bahwa komponen yang menonjol peranannya terhadap pertumbuhan penduduk Bali periode adalah komponen migrasi. Tahun 2000-an merupakan awal dari pelaksanaan otonomi daerah yang diwarnai oleh berkurangnya arus migrasi keluar, karena adanya penundaan pemberangkatan transmigran asal Bali mengingat daerah-daerah tujuan tersebut rawan konflik. Di sisi lain perkembangan sektor pariwisata di Provinsi Bali telah berhasil sebagai motor penggerak ekonomi Bali. Perkembangan sektor pariwisata, terutama di kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar telah menjadi penarik bagi para migran yang berasal dari kabupaten lain di Bali dan dari luar Bali. Kondisi ini tercermin dari tingginya pertumbuhan penduduk di ketiga kabupaten/kota di atas. Berbeda dengan keadaan periode , laju pertumbuhan penduduk Bali periode diproyeksikan oleh BPS Provinsi Bali sebesar 1,40 persen per tahun. Periode kemungkinan dipandang lebih kondusif daripada awal periode yang baru menapaki desentralisasi, diwarnai oleh munculnya masalah kelembagaan kependudukan (termasuk program KB). Namun demikian, dewasa ini masalah kelembagaan kependudukan sudah mulai mendapat perhatian dengan munculnya kebijakan-kebijakan yang terkait dengan masalah tersebut. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

21 BAB III KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI Sejarah perkembangan ekonomi negara-negara di dunia menunjukkan bahwa yang menjadi penentu perkembangan tersebut adalah kualitas Sumber Daya Manusia-nya (SDM), bukan jumlah dan ragam Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki suatu negara. Seperti misalnya Jepang dan Singapura, kedua negara ini miskin SDA tetapi kemajuan ekonominya jauh diatas Indonesia yang sangat kaya SDA. United Nation Development Programe ( UNDP) mengukur kualitas SDM menggunakan HDI (Human Development Index) atau di Indonesia disebut dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mengukur pencapaian hasil pembangunan dari suatu negara/daerah dalam tiga dimensi dasar pembangunan yaitu lamanya hidup, pengetahuan/tingkat pendidikan (melek huruf dan lama sekolah), serta paritas daya beli. Makin tinggi nilai IPM suatu negara/daerah menunjukkan pencapaian pembangunan manusianya makin baik. Tahun 2013 IPM Indonesia mencapai 68,4 naik tipis dari tahun sebelumnya sebesar 68,1. IPM Indonesia tahun 2013 menempati urutan ke-108 dari 187 negara di dunia. Pada tahun yang sama IPM Singapura menempati urutan ke-9, Malaysia urutan ke-62, Brunei urutan ke-30, dan Thailand urutan ke-89. Yang berada dibawah Indonesia antara lain Laos (urutan ke -139), Vietnam (121), Kamboja (136), dan Filipina (117). Angka IPM suatu negara/daerah baru bermakna jika dilihat menurut cross section atau time series data. Cross section data, artinya kita membandingkan IPM antar negara/daerah pada satu tahun tertentu. Hasil perbandingan ini akan menggambarkan dari sekian negara/daerah yang dibandingkan akan diketahui negara/daerah yang mana lebih tinggi, sama, atau lebih rendah IPM-nya. IPM yang lebih rendah mencerminkan negara/daerah tersebut kualitas SDM-nya lebih rendah. Sedangkan dari time series data, kita melihat IPM satu negara/daerah dari tahun ketahun. Jika IPM-nya makin tinggi, berarti kualitas SDM negara/daerah tersebut makin baik. Untuk memperoleh gambaran yang lebih kongkrit dari kualitas SDM suatu negara/daerah, perlu dilihat masing-masing komponen yang membentuk IPM. Seperti disebutkan diatas komponen IPM meliputi tiga hal yaitu, tingkat PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

22 pengetahuan/pendidikan (angka melek huruf & rata -rata lama sekolah), umur harapan hidup, dan paritas daya beli Komponen IPM Tingkat pengetahuan/pendidikan Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan/pendidikan penduduk suatu daerah dilihat dari dua aspek yaitu Angka Melek Huruh (AMH) dan rata rata lama sekolah (RLS). Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk umur 15 tahun keatas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan hurruf lainnya, tanpa harus mengerti apa yang dibaca/ditulisnya terhadap seluruh penduduk usia 15 tahun keatas. AMH merupakan indikator dasar karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu pengetahuan, sedangkan RLS adalah jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun keatas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). Tabel 3.1 Perkembangan tingkat pengetahuan/pendidikan penduduk Provinsi Bali, Komponen tingkat pengetahuan AMH (%) RLS (tahun) Tahun ,22 88,40 89,17 90,17 91,03 7,83 8,21 8,35 8,57 8,58 Periode tingat pengetahuan/pendidikan penduduk Bali menunjukkan tren yang makin tinggi, tetapi dua tahun terakhir baik AMH ataupun RLS peningkatannya melambat. Tahun 2013 AMH penduduk Bali mencapai 91,03 persen. Ini berarti sekitar 9,0 persen penduduk Bali umur 15 tahun keatas tidak bisa baca tulis huruf latin atau lainnya. Hal ini sudah tentu menghambat mereka untuk memperoleh/memperluas ilmu pengetahuannya. Pada tahun yang sama RLS-nya 8,58 tahun (Tabel 4.1). Ini berarti rata rata tingkat pendidikan penduduk Bali setara kelas tiga SLTP. Hal ini mencerminkan Program Wajib Belajar sembilan tahun di Bali belum tuntas. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

23 Gambar 3.1 AMH dan RLS per kabupaten/kota, Provinsi Bali, AMH dan RLS Jembrana Tabanann Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng AMH (%) 91,36 90,86 93,01 88,79 84,15 85,83 76,03 89,94 RLS (tahun) 7,86 8,39 9,47 8,9 7,43 6,68 5,88 7,54 Denpasar BALI 97,52 90,17 10,94 8,57 Jika dilihat menurut kabupaten/kota hanya dua dari sembilan daerah yang sudah menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun. Dua daerah tersebut adalah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Di kedua daerah tersebut angka RLS-nya sudah diatas sembilan tahun (Kota Denpasar: 10,94 tahun dan Kabupaten Badung: 9,47 tahun). RLS yang paling rendah dialami oleh Kabupaten Karangasem yaitu 5,88 tahun (setara kelas enam SD). Kabupaten ini AMH -nya juga paling rendah yaitu 76,03 persen. Ini berarti sekitar 24,0 persen penduduk umur 15 tahun keatas di Kabupaten Karangasem tidak bisa baca-tulis huruf latin atau huruf lainnya (Gambar 3.1). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sampai pada posisi tahun 2013 tingkat pengetahuan/ /pendidikan penduduk yang paling tinggi adalah di Kota Denpasar, sebaliknya yang paling rendah adalah Kabupaten Karangasem Paritas Daya Beli (rata rata pengeluaran riil per kapita) UNDP menghitung standar hidup layak mengacu pada PDB (Produk Domistik Bruto) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan rata rata pengeluaran per kapita riil per bulan yang disesuaikan. Penyesuaian tersebut dilakukan dengann menggunakan formula Atkinson. Pengeluaran riil yang dimaksud adalah pengeluaran untuk berbagai komoditas kebutuhan pokok masyarakat untuk makanan dan non makanan. Data pengeluaran untuk kedua kebutuhan pokok tersebut dijaring melalui Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional). PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

24 Gambar 3.2 menunjukkan bahwa paritas daya beli (standar hidup layak) penduduk Provinsi Bali dari tahun ketahun trennya makin meningkat dari Rp ,- (2009) menjadi Rp ,- pada tahun Ini berarti selama periode tumbuh rata rata 0,46 persen per tahun. Relatif rendahnya pertumbuhan paritas daya beli tersebut dapat mengakibatkan perbaikan kualitas fisik penduduk juga berjalan lambat. Gambar 3.2 Perkembangan paritas daya beli penduduk Provinsi Bali, ,86 643,78 Paritas daya beli (Rp.000) ,15 634,67 637, Jika dilihat menurut kabupaten/kota paritas daya beli di Provinsi Bali sangat bervariasi. Tiga daerah yaitu Kabupaten Klungkung, Karangasem, dan Kota Denpasar angkanya jauh diatas rata rata Bali. Empat daerah setara dengan angka Bali, sedangkan yang berada dibawah Bali hanya Kabupaten Jembrana (Gambar 3.3). Makin tinggi paritas daya beli menjadi indikasi bahwa konsumsi masyarakat baik untuk makanan atau non makanan kualitasnya makin baik. Peningkatan kualitas ini berdampak positif terhadap kualitas phisik penduduk yang pada akhirnya bermuara pada angka harapan hidup yang makin panjang. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

25 Gambar 3.3 Paritas daya beli penduduk per kabupaten/kota, Provinsi Bali, 2013 Paritas daya beli (Rp.000) , ,79 652,54 648,25 647,37 645,69 643,78 643,38 643,24 640, Angka Harapan Hidup (AHH) AHH adalah angkaa yang menunjukkan perkiraan usia seseorang dihitung sejak ia dilahirkan. AHH merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Makin tinggi AHH menjadi indikasi bahwa pembangunan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan sudah berada pada jalur yang benar. Sepanjang periode angka harapan hidup penduduk Bali trennya tumbuh secara linier, tetapi tahun 2013 naik signifikan (Gambar 3.4). Meningkatnya AHH berimplikasi pada makin banyaknya penduduk lansia (umur 65 tahun keatas). Masalahnya sekarang adalah bagaimana menjadikan lansia tersebut tetap sehat dan produktif sehingga beban yang ditimbulkan menjadi minimal. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

26 71,3 71,2 Gambar 3.4 Perkembangan AHH penduduk Provinsi Bali, ,2 71,1 AHH (TAHUN) 71 70,9 70,8 70,7 70,67 70,72 70,78 70,84 70,6 70,5 70, AHH per kabupaten/kota di Bali bervariasi antara 68,32 74,91 tahun. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5, tiga daerah AHH-nya dibawah rata rata Bali, sedangkan enam yang lain berada diatasnya. Tiga daerah dengan AHH yang rendah adalah (1) Kabupaten Karangasem, (2) Klungkung, dan (3) Buleleng. Walaupun demikian ketiga daerah tersebut AHH-nya sudah melampui usia 65 tahun. Oleh karena demikian dimasa yang akan datang semua daerah di Provinsi Bali akan menghadapi masalah baru yaitu jumlah penduduk lansia yang makin banyak. Hal ini berimplikasi pada meningkatnya dependency ratio sehingga beban tanggungan penduduk usia produktif makin berat. Akibatnya kemampuan penduduk usia produktif meningkatkan kualitas SDM bisa menurun. Padahal peningkatan kualitas SDM merupakan syarat penting dalam proses pembangunan. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

27 AHH (TAHUN) Gambar 3.5 AHH penduduk per kabupaten/kota, Provinsi Bali, ,91 73,46 72,56 72,31 72,24 72,18 71, ,52 68, Perkembangan IPM Seperti disebutkan sebelumnya ketiga komponen yang membentuk IPM dari tahun ketahun trennya meningkat. Oleh karena demikian dapat dipastikan bahwa IPM Provinsi Bali juga akan makin tinggi. Peningkatan IPM mencerminkan pembangunan manusia berjalan pada jalur yang benar (on the track). Gambar 3.6 Perkembangan IPM Provinsi Bali, , ,5 73,49 74, ,84 IPM 72, ,5 71,52 72, , PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

28 Pada Gambar 3.6 terungkap IPM Provinsi Bali trennya makin meningkat dari 71,52 pada tahun 2009 dan tahun 2013 naik menjadi 74,11. Ini berarti selama periode IPM Bali tumbuh rata rata 0,89 persen per tahun. Makin meningkatnya IPM tersebut mencerminkan pembangunan manusia di Provinsi Bali sudah berjalan baik. Tetapi secara umum kualitas SDM Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara negara lainnya di dunia. Pada tahun 2013 IPM Indonesia seperti disebutkan diatas baru mencapai 68,4. Posisi ini berada pada urutan 108 dari 187 negara di dunia. Jadi saat ini Indonesia termasuk Bali harus bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan tersebut dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap pembangunan dibidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sekali lagi kualitas SDM yang baik merupakan syarat penting dalam proses pembangunan. PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

29 BAB IV KONDISI KETENAGAKERJAAN 4.1 Perkembangan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Kemudian penduduk umur 15 tahun keatas tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Masing masing kelompok ini kemudian dirinci lagi seperti yang disajikan pada Gambar 4.1. Angkatan kerja yang berstatus bekerja dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain (a) menuru t lapangan pekerjaan, (b) status pekerjaan, dan (c) lama jam kerja. Dari aspek yang terakhir ini akan diperoleh gabaran angkatan kerja yang berstatus sebagai pekerja penuh dan setengah pengangguran (under utilized). Penduduk usia kerja ( 15 tahun) Angkatan kerja Bukan angkatan kerja Bekerja Menganggur Sekolah Mengurus rumah tangga Lainnya (pensiunan, cacat jasmani, bisu, dll) Gambar 4.1. Pembagian penduduk usia kerja Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ( ) kondisi ketengakerjaan di Provinsi Bali tidak menunjukkan perubahan yang signifikann kecuali angka pengangguran dan TPAK (Tabel 4.1). Angka pengangguran baik secara absolut ataupun prosentase menunjukkan tren yang menurun dari orang (3,06 persen) menjadi orang (1,90 persen). Menurunnya angkaa pengangguran karena pertumbuhan angkatan kerja yang berstatus bekerja lebih tinggi PROFIL KUANTITAS DAN KUALITAS PENDUDUK PROVINSI BALI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan pesat. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/51/Th. II, 5 Mei 2017 IPM Provinsi Bali Tahun 2016 Progres pembangunan manusia pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 40/06/51/Th. I, 15 Juni 2016 Pembangunan manusia pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan yang mencolok masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan yang siginifikan selama lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GBHN, bahwa penduduk merupakan modal dasar pembangunan yang potensial. kualitas sumber daya manusia yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. GBHN, bahwa penduduk merupakan modal dasar pembangunan yang potensial. kualitas sumber daya manusia yang baik pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aspek kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia yang handal. Karena itu dalam pembangunan jangka panjang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011 No. 60/11/51/Th. V, 7 Nopember 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011 Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011, tercatat sebanyak 2.952,55 ribu penduduk usia kerja,

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Permasalahan Universitas Indonesia

1.1. Latar Belakang Permasalahan Universitas Indonesia 1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Proses perencanaan pembangunan mutlak memerlukan integrasi antara variabel demografi dan variabel pembangunan. Perubahan yang terjadi dalam jumlah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI

Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI Latar belakang. Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI BPS mendefinisikan umur perkawinan pertama sebagai umur pada saat wanita melakukan perkawinan secara hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang memiliki penduduk 230 juta dengan beraneka ragam budaya, sosio-ekonomi dan letak geografis menduduki peringkat 107 dari 177 negara untuk indeks pembangunan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah

Lebih terperinci

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Bonus Demografi Menjelaskan Hubungan antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi Sri Moertiningsih Adioetomo Kuliah Penduduk dan Pembangunan S2KK, Semester Gasal 2011/2012. 30 September 2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN Oleh: Wahyu Roma Ratnasari Ada cita-cita besar yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang mengakibatkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang yang diikuti oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu negara berkembang

Lebih terperinci

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur Di Indonesia proses transisi demografi dapat dikatakan berhasil yang ditunjukkan dengan penurunan tingkat kematian bayi dan kematian maternal secara konsisten. Di sisi yang lain, terjadi peningkatan angka

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan

Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan Author: Junaidi Junaidi Abstract Visi Indonesia 2030 yang ingin menempatkan Indonesia pada posisi ekonomi nomor lima terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH

PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH PEMANFAATAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB/KOTA SE JAWA TENGAH DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN ADVOKASI PENYUSUNAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

PROFIL LANSIA DI BALI DAN KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN (Deskripsi berdasarkan hasil Supas 2005 dan Sakernas 2007)

PROFIL LANSIA DI BALI DAN KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN (Deskripsi berdasarkan hasil Supas 2005 dan Sakernas 2007) PROFIL LANSIA DI BALI DAN KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN (Deskripsi berdasarkan hasil Supas 2005 dan Sakernas 2007) Oleh Nyoman Dayuh Rimbawan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar Abstract Discussions

Lebih terperinci

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat

Lebih terperinci

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/05/33.08/Th. I, 04 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN MAGELANG 2016 1. Perkembangan IPM Kabupaten Magelang, 2010-2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI

RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI Tedi Erviantono FISIP Universitas Udayana, Bali Jl. PB Sudirman Bali E-mail : erviantono2@yahoo.com Abstrak Kondisi kemiskinan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA SEMINAR SEHARI OPTIMALISASI PEMANFAATAN DATA SDKI 2007 DAN HASIL SENSUS 2010 PROVINSI SULAWESI TENGAH SABTU, 26 MARET 2011 ASSALAMU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KB DALAM PENINGKATAN HDI PROVINSI DIY. Oleh ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA

KONTRIBUSI KB DALAM PENINGKATAN HDI PROVINSI DIY. Oleh ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA KONTRIBUSI KB DALAM PENINGKATAN HDI PROVINSI DIY Oleh ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA UU 17/2007: RPJPN Program Pembangunan Nasional periode 2005 2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Nasional. Arah pembangunan

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1.PENDAHULUAN Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM

Kata Kunci: PAD, Belanja Modal, DAU, IPM Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal pada Indeks Pembangunan Manusia dengan Dana Alokasi Umum sebagai Variabel Pemoderasi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Putu Milan Pradnyantari

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Agus Joko Pitoyo, S.Si., M.A. Fakultas Geografi, UGM 1 Data Sosial Ekonomi a) Kondisi Fisik Wilayah b) Kondisi Kependudukan c) Kondisi Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI PROPINSI BENGKULU : SEKILAS TENTANG UPAYA PENGENDALIAN KUANTITAS DAN PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK DAN KELUARGA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI PROPINSI BENGKULU : SEKILAS TENTANG UPAYA PENGENDALIAN KUANTITAS DAN PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK DAN KELUARGA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI PROPINSI BENGKULU : SEKILAS TENTANG UPAYA PENGENDALIAN KUANTITAS DAN PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK DAN KELUARGA Oleh : Kahar Hakim Disampaikan dalam Seminar Cost Benefit

Lebih terperinci

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii

Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii KATA PENGANTAR Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih memiliki masalah pengangguran dan kemiskinan. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan dan tantangan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci