Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ambon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan masalah tersendiri dalam pelaksanaan program Kependudukan dan Keluarga Berencana. Program ini tidak semata-mata bertujuan untuk mengendalikan jumlah pertumbuhan penduduk, tetapi lebih mendasar adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang andal dikemudian hari. Berbagai bukti emperis menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan dan kemajuan bangsa ditentukan oleh kualitas SDM dan bukan oleh yang lain termasuk melimpahnya sumber daya alam. Seiring dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya mempunyai tugas fungsi penyelenggaraan bidang keluarga berencana saja tetapi juga mencakup bidang penyerasian kebijakan kependudukan, kerjasama dan pendidikan kependudukan, pendidikan dan latihan kependudukan dan peningkatan penyediaan data informasi kependudukan. Grand Desain Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku Tahun merupakan dokumen perencanaan penting yang nantinya menjadi pedoman dan menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam menyelenggarakan Pengendalian Kuantitas Penduduk di Provinsi Maluku. Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berikut telah dapat dirumuskan Grand Desain Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku yang diharapkan dapat memberikan arah bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk di Provinsi Maluku dari tahun 2010 sampai dengan tahun Disamping itu, rancangan induk pengendalian kuantitas penduduk ini dimaksudkan untuk menjadi pendoman bagi penyusunan peta kerja (road map) pengendalian kuantitas penduduk untuk kurun waktu sampai dengan tahun Selain itu, Grand Design ini juga diharapkan dapat membangun komitmen para pemangku kepentingan dan penentu kebijakan (prime stakeholder) tentang pentingnya upaya pengendalian kuantitas penduduk bagi keberhasilan pembangunan. Diharapkan rancangan induk ini dapat menjadi pedoman bagi kemeterian, lembaga pemerintah, serta pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Akhir kata, Kami sampaikan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada Koalisi Kependudukan Provinsi Maluku dan SKPD di Provinsi Maluku, Perwakilan SKPD KB Kab/Kota di Maluku dan semua pihak yang telah banyak menyumbangkan pikiran dan tenaganya hingga Grand Desain Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku Tahun tersusun dengan baik. ii

3 Semoga buku ini bermanfaat bagi upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan demi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan termasuk kesejahteraan generasi mendatang. Ambon, 20 Mei 2013 Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku iii

4 KATA PENGANTAR Pembangunan di berbagai bidang tidaklah berdiri sendiri melainkan bertumpu pada aspek kependudukan. Sebuah negara terbentuk karena memiliki tiga pilar utama yaitu wilayah, penduduk, pemerintahan, sehingga pengabaian terhadap aspek kependudukan sama artinya dengan mengabaikan pilar utama terbentuknya negara. Pembangunan sebagai suatu proses yang berlangsung terus menerus bertujuan menciptakan kesejahteraan penduduk. Namun peningkatan kesejahteraan penduduk akan sulit tercapai tanpa memperhatikan situasi kependudukan sebagai asumsi dasar dan pijakan utama pembangunan. Penduduk harus menjadi titik sentral dan perlu disadari tentang pentingnya mengintegrasikan berbagai variable kependudukan dalam setiap proses pembangunan, sehingga terwujud pembangunan berwawasan kependudukan. Masalah utama yang dihadapi adalah belum adanya persepsi atau pemahaman yang sama antara daerah tentang penting dan strategisnya program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuan daerah di masa depan. Program ini tidak semata-mata bertujuan untuk mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk, tetapi lebih mendasar adalah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang handal dikemudian hari. Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku Tahun merupakan pedoman penting yang nantinya menjadi pedoman dan menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dan mitra kerja dalam menyelenggarakan pengendalian kuantitas penduduk di Provinsi Maluku. Kami berharap Grand Design ini dapat memberikan arah bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk di Provinsi Maluku dari tahun Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh anggaota tim kerja Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk serta berbagai pihak bagi upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berwawsan kependudukan demi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ambon, 20 Mei 2013 Ir. Marits Th. Hetharia, M.Si Ketua Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan Pembangunan Provinsi Maluku iv

5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii v vii viii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dasar Hukum Konsep dan Definisi Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diinginkan Permasalahan Tujuan Grand Design 15 BAB II. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 2.1. Visi Misi Kebijakan Tujuan Sasaran Umum Ukuran Keberhasilan Strategi Pelaksanaan Alur Pikir 19 BAB III. POKOK-POKOK PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK 3.1. Pengaturan Fertilitas Penurunan Mortalitas Pengarahan Mobilitas Penyerasian Kebijakan Pengendalian Kuantitas Penduduk Target Pencapaian 24 (a). Fertilitas 24 (b). Mortalitas 26 BAB IV. ROAD MAP GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK 4.1. Tujuan Road Map Sasaran Lima Tahun Keterkaitan Grand Design dengan Road Map 32 v

6 BAB V. PENUTUP 34 DAFTAR PUSTAKA 37 vi

7 DAFTAR BAGAN Bagan I Alur Pikir Pengendalian Kuantitas Penduduk 19 vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tahapan Pencapaian Road Map Tahun viii

9 DAFTAR GAMBAR Tabel. 1. Jumlah Pus dan Peserta KB Provinsi Maluku 10 Tahun 2010 Tabel. 2. Sasaran Grand Design 33 Pengendalian Kuantitas Penduduk Provinsi Maluku Tahun ix

10 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahirnya undang undang Repubik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga maka BKKBN tidak hanya mengurusi Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera tetapi mengurusi juga Program yang kaitannya dengan kependudukan. Secara umum, penduduk mempunyai tiga matra pokok, yaitu aspek kuantitas, kualitas, serta mobilitas penduduk. Di samping ketiga matra ini, ada aspek pendukung lainnya yaitu masalah administrasi kependudukan yang berkenaan dengan ketiga matra tersebut. Di Indonesia, keempat aspek kependudukan ini masih menghadapi kendala dan tantangan yang cukup berat. Dari sisi kuantitas, penduduk Maluku berjumiah sangat kecil jika dibandingkan dengan Provinsi Provinsi lainya di Indonesia. Saat ini, penduduk Maluku diperkirakan berjumiah sekitar jiwa dengan angka laju pertumbuhan penduduk sesuai hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu sebesar 2,80%. Masalah kedua berkenaan dengan kualitas penduduk yang relatif masih rendah. Dari sisi kualitas, jumlah penduduk Maluku yang sangat kecil, ternyata tidak diimbangi dengan mutu sumber daya manusia yang memadai. Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Maluku pada tahun 2010 masih berada ditataran bawah yaitu sebesar 2

11 71, 42 atau peringkat 20 secara Nasional. Kualitas penduduk yang masih rendah ini ditandai antara lain dengan angka kematian yang masih tinggi, tingkat pendidikan yang rendah, serta angka kemiskinan yang masih besar jumlahnya. Kondisi Kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar tapi dengan tingkat kualitas yang rendah akan menjadikan penduduk sebagai beban pembangunan. Fenomena ketiga adalah masalah persebaran penduduk. Dari sisi persebaran dan mobilitas penduduk, dijumpai ketimpangan persebaran penduduk yang tidak merata dan terkonsentrasi hanya di Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah. Secara umum lingkungan banyak memberikan pengaruh pada kualitas kehidupan penduduk. Pada kondisi sekarang ini terjadi pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan, seperti : penebangan liar dan pembakaran hutan, pemanfaatan lahan liar (tempat tinggal di bantaran sungai, daerah kumuh perkotaan), ketidakdisiplinan dalam koordinasi dan pelaksanaan pembangunan tata kota yang menyebabkan banjir, beban pemerintah bertambah berat dengan semakin bertambahnya penduduk miskin. Masalah keempat adalah masalah data, informasi, dan administrasi kependudukan. Dari sisi data/administrasi kependudukan, catatan rutin kependudukan atau registrasi vital 3

12 penduduk belum terdokumentasi secara lengkap dan komprehensif. Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan pencatatan atau registrasi belum bisa dilakukan dengan tertib, disiplin, serta cermat sesuai ketentuan. Di sisi lain, penduduk sebagai modal dasar pembangunan adalah titik sentral dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah serta diiringi dengan laju pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya tujuan pembangunan. Sebaliknya, keberhasilan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kualitas penduduk akan mendorong pembangunan di semua aspek dan mempercepat terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Dengan demikian arah kebijakan pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan senantiasa memperhatikan aspek kependudukan, dan lingkungan hidup. Negara-negara maju saat ini pada umumnya tidak memilki Sumber Daya Alam (SDA) yang memadai namun memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh dan berkualitas. Sebaliknya banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) memiliki SDA yang melimpah akan tetapi belum diimbangi dengan SDM yang tangguh dan berkualitas, tetap tertinggal dari negara-negara yang sudah berkembang. Pada saat ini diharapkan terjadi pergeseran paradigma yang mengedepankan pola pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pembangunan yang demikian mengandung dua makna, pertama: pembangunan yang disesuaikan dengan potensi 4

13 dan kondisi penduduk yang ada; Kedua: pembangunan sumber daya manusia, yaitu pembangunan yang lebih menekankan kualitas sumber daya manusia dibandingkan peningkatan infrastruktur semata. Kedepan perencanaan pembangunan maupun implementasinya tidak dapat lagi mengabaikan peran penduduk sebagai objek maupun subjek atau agen pembangunan. Untuk mengatasi masalah kependudukan di Maluku yang demikian kompleks, serta sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pemerintah perlu membuat semacam Grand Design Pembangunan Kependudukan di Maluku. Grand Design Pembangunan Kependudukan di Maluku hanya 1 (satu) aspek pembangunan kependudukan, yaitu Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk. Berikut adalah pokok-pokok pikiran tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan, yaitu Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Dasar Hukum Berbagai landasan hukum yang mendasari pelaksanaan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: a. Undang-Undang Dasar tahun 1945; b. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional; 5

14 c. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) ; d. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga; e. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional; f. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan; g. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) h. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 27 Tahun 2011 tentang Tim Penyusun Grand Design Pembangunan Kependudukan Tahun Konsep dan Definisi Berbagai konsep dan definisi dari beberapa parameter kependudukan yang digunakan dalam penyusunan Grand Design antara lain : 1. Penduduk didefinisikan bahwa setiap orang yang berdomisili atau bertempat tinggal di dalam wilayah suatu negara dalam waktu yang cukup lama. 2. LPP (Laju Pertumbuhan Penduduk) adalah pertambahan penduduk pada daerah tertentu dan dalam periode tertentu. 3. TFR (Total Fertility Rate) adalah angka kelahiran total yaitu rata-rata anak yang dimiliki oleh seseorang perempuan 6

15 sampai pada akhir masa reproduksinya dengan ketentua perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung. 4. NRR (Net Reproduction Rate) adalah angka fertilitas yang telah memperhitungkan faktor mortalitas, yaitu kemungkinan bayi perempuan meninggal sebelum mencapai akhir masa reproduksinya. 5. CBR (Crude Birth Rate) adalah angka kelahiran kasar atau banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahun) per 1000 penduduk pada periode yang sama. 6. CPR (Contraceptive Prevalence Rate) proporsi perempuan usia reproduksi yang menggunakan (atau mitra yang menggunakan metode kontrasepsi pada titik tertentu dalam waktu tertentu. 7. IMR (Infant Mortality Rate) Angka Kematian Bayi atau banyaknya kematian bayi (anak usia kurang satu tahun) pada suatu periode (tahun) tertentu per 1000 kelahiran hidup periode/tahun yang sama. 8. CDR (Crude Death Birth Rate) Angka Kematian Kasar, banyaknya kematian pada suatu periode (tahun) tertentu per 1000 penduduk tengah periode/tahun yang sama. 9. Life Expectancy adalah usia harapan hidup seorang yang dihitung berdasarkan statistik probabilitas. 10. Migrasi Masuk adalah masuknya penduduk dari suatu daerah asal ke suatu daerah dengan tujuan menetap. 7

16 11. Migrasi Keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu daerah asal ke suatu daerah dengan tujuan menetap. 12. Migrasi Neto adalah selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar, 13. Migrasi Bruto adalah jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar. 14. Migrasi semasa hidup adalah migrasi berdasarkan tempat kelahiran. 15. Migrasi Risen adalah migrasi berdasarkan tempat tinggal lima tahun yang lalu 1.4. Kondisi Saat Ini Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi Maluku yang mencakup penduduk yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak jiwa (37,13 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak jiwa (62,87 persen). Tingginya jumlah penduduk tersebut masih bisa bertambah pesat seiring laju pertumbuhan penduduk (LPP) dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,80 persen pertahun disertai total fertility rate (TFR) sebesar 3,7 berdasarkan data SDKI Selain itu salah satu faktor penyebab meningkatnya jumlah penduduk adalah karena semakin kondusifnya wilayah Maluku setelah berakhirnya konflik sosial pada tahun Laju pertumbuhan penduduk Maluku tahun 2010 menunjukkan angka 2,80, hal ini cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi yang lain di Indoensia. Kemungkinan besar penyebabnya adalah arus 8

17 migrasi balik dan migrasi keluar yang merupakan akibat dari konflik sosial yang pernah terjadi. Kontribusi dari pertumbuhan alamiah (natural increase) tidak dapat disangkal sangat mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di Maluku. Sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk yang tidak memenuhi harapan ini tidak terlepas dari melemahnya Program Keluarga Berencana Nasional sejak satu dekade belakangan setelah berlakunya otonomi daerah, terutama setelah penyerahan kewenangan program KB diberikan ke kabupaten/kota. Undang- Undang otonomi daerah pada awalnya memang tidak menyatakan urusan KB sebagai urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Dengan demikian keberlangsungan program KB di daerah sangat tergantung dari pemahaman dan persepsi Pemerintah Kabupaten/Kota tentang penting dan strategisnya Program KB bagi kemajuan daerah. Kondisi ini menyebabkan kelembagaan KB di daerah sangat lemah, tenaga program yang tercerai berai, serta dukungan sarana, prasarana dan anggaran KB yang sangat tidak memadai. Melemahnya Program KB ini kemudian terbukti dari stagnannya pencapaian peserta KB di Maluku yang tetap sekitar 34% serta tingginya angka fertilitas total (Total Fertility Rate/TFR) sebesar 3,7 anak per wanita pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2007). Di sisi lain angka unmet need KB meningkat menjadi 22,4% (SDKI 2007). 9

18 Selain itu, pencapaian Program KB tidak merata antar Kabupaten/Kota. Disparitas pencapaian program ini sangat besar yang antara lain dapat ditunjukkan dari range peserta KB yang berkisar dari 56,2% (Kota Tual) sampai 86,5% (Kabupaten Maluku Tenggara) lebih jelasnya dilihat pada table berikut ini : Tabel. 1 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dan Peserta KB Maluku Tahun 2010 No Kabupaten/Kota PUS Peserta KB Prevalensi 1 Maluku Tengah 60,851 44,266 72,74 2 Maluku Tenggara 32,111 27,780 85,51 3 A m b o n 39,946 31,292 78,34 4 Maluku Tengara Barat 15,044 10,871 72,26 5 B u r u 20,300 14,625 72,04 6 Seram Bagian Barat 29,339 20,970 71,47 7 Seram bagian Timur 20,339 14,420 70,69 8 Kepulauan Aru 17,945 13,031 72,62 9 T u a l 7,082 3,982 56,23 10 Buru Selatan 12,481 9,759 78,19 11 Maluku Barat Daya 10,696 6,593 61,64 Maluku 266, ,589 74,23 Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kependudukan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Program KB Nasional yang telah dirintis sejak tahun 1970 merupakan rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sebagai upaya penting dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan sebagai upaya 10

19 pengendalian kuantitas penduduk melalui keluarga berencana, serta peningkatan dan pengembangan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang diharapkan menjadi dasar tumbuhnya keluarga berkualitas yang memberi peluang pada pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang lebih handal, tangguh dan mandiri. Kondisi yang kurang menguntungkan bagi Program KB ini kemudian disadari sehingga Pemerintah dan DPR merevisi Undang- Undang Pemerintah Daerah yang kemudian diikuti dengan keluarnya Peraturan Pemerintah yang mencakup penetapan urusan KB sebagai urusan yang wajib dilakukan di daerah. Kondisi program KB yang semakin menguat kemudian ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mencakup antara lain penguatan program KB dan sekaligus mengukuhkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kondisi Yang Diinginkan Dalam jangka panjang kondisi kependudukan yang diinginkan adalah tercapainya penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Dari kondisi ini diharapkan bahwa jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian sehingga 11

20 penduduk menjadi stasioner. Untuk mencapai kondisi penduduk tumbuh seimbang (PTS), diharapkan angka kelahiran total (TFR) akan menjadi 2,1 per wanita atau Net Reproduction Rate (NRR) sebesar 1 per wanita pada tahun Selanjutnya secara berlanjut angka fertilitas total menjadi 2,08 per wanita dan NRR NRR menjadi 0,99 pada tahun Kemudian pada tahun 2035, angka fertilitas total diharapkan menjadi 2,01 per wanita dan NRR sebesar 0,96. Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk terus menurun sampai dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi maka pada jangka panjang penduduk Maluku bisa mengalami penurunan seperti fenomena yang terjadi di negara-negara maju yang TFR nya telah di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di bawah 1 per wanita. Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas yang sangat rendah akan mengakibatkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) akan sangat besar sehingga akan menyebabkan masalah tersendiri yang tidak kalah peliknya. Di sisi lain, angka kematian di Maluku diharapkan terus menurun sedangkan angka harapan hidup secara konsisten terus meningkat. Angka kematian bayi pada kurun waktu diharapkan akan turun menjadi 29,8 per 1000 kelahiran hidup dan terus menurun secara berlanjut sehingga pada periode menjadi 20,7 per 1000 kelahiran hidup. Sejalan dengan menurunnya angka kematian bayi, angka harapan hidup juga meningkat, menjadi 72,4 pada periode tahun

21 Selain tingkat kelahiran, mobilitas penduduk juga mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di Maluku. Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 3,50 persen di Kabupaten Buru Selatan hingga yang tertinggi sebesar 23,59 persen di Kabupaten Maluku Tengah. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyebaran penduduk di Provinsi Maluku sangat tidak merata. Tingkat kepadatan penduduk di Maluku rata-rata adalah 33 jiwa/km² dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota Ambon yaitu 879 jiwa/km², sedangkan tingkat kepadatan terendah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu 10 jiwa/km². Hal ini menunjukkan gejala bahwa arus urbanisasi dari desa ke kota sangat besar. Pertambahan penduduk di Kota Ambon yang tidak memiliki pendidikan dan keterampilan yang memadai kelak akan menjadi beban bagi lingkungan pemukiman, perumahan, lapangan kerja dan sanitasi. Usaha pembangunan perkotaan menjadi sulit karena derajat hidup, kesehatan dan pendapatan penduduk yang rendah akan menjadi beban pemerintah kota. Penduduk yang pindah dari desa ke kota tidak siap menghadapi berbagai tantangan dan persaingan keras dalam kehidupan masyarakat kota sehingga menimbulkan daerah miskin perkotaan (slum areas), kriminalitas yang meningkat dan penyandang masalah sosial bertambah. 13

22 1.6. Permasalahan Program utama untuk mengendalikan kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Masalah utama yang dihadapi dalam program ini adalah belum adanya persamaan persepsi dan pemahaman tentang pentingnya program kependudukan dan Keluarga Berencana ini bagi pembangunan bekelanjutan di daerah. Pemahaman yang keliru tentang program ini mengakibatkan kurangnya prioritas yang diberikan Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap masalah kependudukan dan keluarga berencana. Kurangnya perhatian dan prioritas dari pemerintah daerah ini tercermin dari lemahnya lembaga yang menangani masalah kependudukan dan KB, tidak disediakannya tenaga yang memadai (terutama penyuluh KB di lapangan), serta tidak tersedianya sarana, prasarana, dan anggaran yang cukup untuk pengelolaan program di daerah. Masalah utama dari upaya peningkatan kesehatan atau penurunan angka mortalitas antara lain berkaitan dengan masalah akses dan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk akibat dari kondisi geografis Maluku yang memang sangat sulit. 14

23 1.7. Tujuan Grand Design Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini dimaksudkan untuk: (a) Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk di Provinsi Maluku ; (b) Menjadi pedoman bagi penyusunan Road Map pengendalian kuantitas penduduk , , , , dan (c) Menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. 15

24 BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 2.1. Visi Visi dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk adalah: Terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah, struktur, dan persebaran penduduk dengan lingkungan hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tampung lingkungan, tetapi juga dengan kondisi perkembangan sosial dan budaya masyarakat Misi Misi dari Grand Design pengendalian Kuantitas Penduduk mencakup dua hal berikut: (a) Membangun komitmen para pemangku kepentingan dan penentu kebijakan (prime stakeholders) tentang penting dan strategisnya upaya pengendalian kuantitas penduduk bagi pembangunan berkelanjutan; (b) Membentuk atau menyempurnakan peraturan perundangundangan (regulasi) yang mendukung upaya pengendalian kuantitas penduduk Kebijakan Terdapat tiga arah kebijakan yang dirumuskan dalam Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk, yaitu: 16

25 (a) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui penetapan perkiraan angka fertilitas, mortalitas, dan mobilitas penduduk; (b) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dimaksudkan agar kuantitas penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan; (c) Bahwa pengendalian kuantitas penduduk dilakukan tidak hanya pada tingkat Provinsi tetapi juga pada tingkat Kabupaten/kota secara berkelanjutan Tujuan Tujuan utama dari pengendalian kuantitas penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut: (a) Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui rekayasa kondisi penduduk optimal yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi, pertumbuhan, serta persebaran penduduk; (b) Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan secara kedaerahan melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk. 17

26 2.5. Sasaran Umum Pada hakekatnya, pengendalian kuantitas penduduk mempunyai tiga sasaran pokok kuantitatif, yang mencakup fertilitas, mortalitas, dan persebaran penduduk. Sasaran fertilitas diarahkan pada pencapaian kondisi penduduk tumbuh seimbang (PTS) pada tahun 2015 yang ditandai dengan TFR sebesar 3,0 per wanita dan NRR sebesar 1,39 per wanita. Kondisi perlu secara konsisten diturunkan sehingga tahun 2020 TFR mencapai 2,9 per wanita sedangkan NRR menjadi 1,34 per wanita. Kondisi ini terus dipertahankan untuk kurun waktu yang lama untuk mencapai kondisi penduduk stabil (stasioner). Dari sisi mortalitas angka kematian bayi diharapkan terus menurun sehingga pada periode waktu menjadi 24,5 per 1000 kelahiran hidup dan menjadi 20,7 per 1000 kelahiran hidup pada kurun waktu Dari aspek persebaran penduduk diaharapkan akan terjadi persebaran yang lebih merata sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan Ukuran Keberhasilan Keberhasilan dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini akan dilihat dari sejauh mana sasaran-sasaran kependudukan tersebut dapat dicapai pada setiap periode waktu, seperti pemakaian kontrasepsi, angka kelahiran total, Net Reproduction Rate, angka kelahiran kasar, laju pertumbuhan 18

27 penduduk, serta jumlah penduduk. Termasuk juga di dalamnya adalah sasaran-sasaran mortalitas seperti angka kematian bayi dan angka harapan hidup Strategi Pelaksanaan Di tingkat daerah, strategi pelaksanaan dari Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup dua hal pokok, yaitu: (1) Melalui penyelesaian Peraturan Pemerintah dan regulasi ikutan sebagai penjabaran Undang-Undang No. 52 tahun (2) Implementasi kebijakan atau program yang berkaitan dengan komponen-komponen pengendalian kuantitas penduduk dan pelaksanaan upaya pengendalian fertilitas, penurunan mortalitas, dan pengarahan mobilitas penduduk. 2.8 Alur Pikir Catatan : *) PKP : Pengendalian Kuantitas Penduduk 19

28 BAB III POKOK-POKOK PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan tiga komponen utama kependudukan, yaitu: (1) pengaturan fertilitas; (2) penurunan mortalitas; dan (3) pengarahan mobilitas Pengaturan Fertilitas Pengaturan fertilitas dilakukan melalui Program Keluarga Berencana yang mengatur tentang: (a) Usia ideal perkawinan; (b) Usia ideal melahirkan; (c) Jarak ideal melahirkan; dan (d) Jumlah ideal anak yang dilahirkan. Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program keluarga berencana pada hakekatnya dilaksanakan untuk membantu pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan memenuhi hak-hak reproduksi yang berkaitan dengan: (a) Pengaturan kehamilan yang diinginkan; (b) Penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu; (c) Peningkatan akses dan kualitas pelayanan; (d) Peningkatan kesertaan KB pria; dan (e) Promosi pemanfaatan air susu ibu. 20

29 Pengaturan fertilitas melalui program keluarga berencana juga dilakukan dengan: (a) Larangan aborsi sebagai upaya pengaturan kehamilan; (b) Peningkatan akses dan kualitas KIE dan pelayanan kontrasepsi di daerah; (c) Larangan pemaksaan pelayanan KB, karena bertentangan dengan HAM; (d) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama, budaya, etika, dan juga kesehatan; dan (e) Perhatian bagi penyediaan kontrasepsi bagi penduduk miskin di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan Penurunan Mortalitas Penurunan angka kematian bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka kematian ini diprioritaskan kepada upaya: (a) Penurunan angka kematian ibu hamil; (b) Penurunan angka kematian ibu melahirkan; (c) Penurunan angka kematian pasca melahirkan; dan (d) Penurunan angka kematian bayi dan anak. Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundangundangan dan norma agama. 21

30 Di samping itu, upaya penurunan angka kematian difokuskan pada: (a) Kesamaan hak reproduksi pasangan suami istri (pasutri); (b) Keseimbangan akses dan kualitas KIE dan pelayanan; (c) Pencegahan dan pengurangan resiko kesakitan dan kematian; dan (d) Partisipasi aktif keluarga dan masayarkat Pengarahan Mobilitas Pengarahan mobilitas penduduk bertujuan untuk mewujudkan persebaran penduduk optimal yang didasarkan pada keseimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan. Mobilitas penduduk dibagi menjadi dua kategori, yaitu mobilitas penduduk lokal dan mobilitas penduduk regional. Mobilitas Lokal Mobilitas penduduk lokal mencakup hal-hal berikut: (1) Mobilitas penduduk permanen dan non permanen; (2) Mobilitas penduduk ke daerah penyangga dan ke pusat pertumbuhan ekonomi baru; (3) Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah; (4) Urbanisasi; dan (5) Persebaran penduduk ke daerah perbatasan dan daerah tertinggal serta pulau-pulau kecil terluar. 22

31 Mobilitas penduduk lokal dilakukan dengan menghormati hak setiap penduduk untuk bebas bergerak, berpindah, dan bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemerintah daerah menetapkan kebijakan mobilitas penduduk sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan nasional. Perencanaan pengarahan mobilitas penduduk dan/atau persebaran penduduk dilakukan dengan menggunakan data dan informasi persebaran penduduk dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah. Pengembangan sistem informasi kesempatan kerja yang memungkinkan penduduk untuk melakukan mobilitas ke daerah tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Mobilitas Nasional Pelaksanaan mobilitas penduduk regional dilaksanakan melalui kerjasama antar Provinsi pengirim dan penerima migran Provinsi ke dan dari Maluku sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah diterima dan disepakati oleh pemerintah daerah Maluku. 3.4 Penyerasian Kebijakan Pengendalian Kuantitas Penduduk Dengan kuantitas penduduk yang sedikit dan kualitas yang rendah akan sangat sulit mencapai sasaran-sasaran pembangunan seperti antara lain yang tertuang di dalam sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Oleh karena itu, upaya untuk 23

32 mengendalikan kuantitas penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk adalah menjadi tanggung jawab semua sektor. Pengendalian kuantitas penduduk tidak mungkin dilakukan oleh satu atau beberapa lembaga saja. Namun membutuhkan dukungan dan komitmen yang besar dari semua sektor dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, setiap perundang-undangan, regulasi, kebijakan, program maupun kegiatan sektor harus selaras dengan upaya pengendalian penduduk. Melalui penyelarasan kebijakan ini diharapkan sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk seperti tertuang dalam road map akan lebih mudah dicapai. 3.5 Target Pencapaian Dalam Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini telah ditetapkan sasaran-sasaran kependudukan yang harus dicapai yang mencakup hal-hal berikut: (a) Fertilitas Pada tahun 2015 diharapkan peserta KB di Maluku akan berjumlah sebesar 73,83% dari pasangan usia subur (PUS). Peserta KB ini secara konsisten diharapkan meningkat sehingga pada tahun 2020 peserta KB di Maluku akan berjumlah 74,81% dari PUS. Kondisi ini akan ditingkatkan sampai dengan tahun 2035 sebesar 77,6%. Sejalan dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi, angka fertilitas total (TFR) juga diharapkan menurun dengan konsisten. 24

33 Pada tahun 2015 diperkirakan angka fertilitas total akan menurun mencapai sebesar TFR sebesar 3,0 per wanita atau net reproduction rate (NRR) sebesar 1.39 per wanita. Angka fertilitas ini secara konsisten diharapkan terus menurun sehingga pada tahun 2035, angka fertilitas total di Maluku mencapai 2,6 anak per wanita dan net reproduction rate sebesar 1,19 per wanita. Di sisi lain angka kelahiran kasar (crude birth rate/cbr) juga menurun dari sekitar 23,7 kelahiran per 1000 penduduk pada tahun 2015 menjadi sekitar 19,8 kelahiran per 1000 penduduk pada tahun Sejalan dengan keberhasilan meningkatkan pemakaian kontrasepsi dan penurunan angka fertilitas, maka laju pertumbuhan penduduk juga menurun secara konsisten. Pada tahun 2015 diharapkan laju pertumbuhan penduduk akan menurun menjadi 1,80% dan menurun secara terus menerus sehingga pada tahun 2035 laju pertumbuhan penduduk akan menjadi 1,33%. Dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk tersebut, maka diperkirakan total penduduk Maluku pada tahun 2015 menjadi jiwa dan meningkat menjadi sekitar jiwa pada tahun

34 (b) Mortalitas Penurunan angka fertilitas tersebut di atas juga akan diikuti oleh penurunan angka mortalitas secara berlanjut. Angka kematian bayi (IMR) akan menurun dari sekitar 28,3 kematian per 1000 kelahiran pada kurun waktu menjadi sekitar 20,7 kematian per 1000 kelahiran pada periode tahun Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth) juga meningkat. Pada tahun diharapkan angka harapan hidup mencapai 70,20. Pada periode tahun diperkirakan angka harapan hidup mencapai 71,3 tahun Kemudian pada periode tahun , angka harapan hidup mencapai 72,4 tahun. Patut dicatat bahwa penurunan angka fertilitas akan menyebabkan proporsi penduduk usia muda akan semakin menurun dan sebaliknya proporsi penduduk usia tua akan semakin meningkat. 26

35 BAB IV ROAD MAP GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup besaran-besaran yang harus diperhatikan dalam upaya untuk mengatasi atau mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk. Secara operasional, untuk setiap periode atau tahapan 5 (lima) tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road map) yang mencakup tentang tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya pengendalian kuantitas penduduk. Road map ini diharapkan berfungsi sebagai acuan setiap sektor serta pemerintah daerah dalam penyusunan langkah-langkah kegiatan dalam mendukung upaya pengendalian kuantitas penduduk. Secara garis besar, tujuan road map, sasaran lima tahunan serta keterkaitan Grand Design dengan road map dapat dilihat dalam uraian berikut: 4.1 Tujuan Road Map Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup kurun waktu 2010 sampai dengan Pada setiap periode lima tahun dari tahun 2010 akan dibuat semacam road map untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk yang harus dicapai pada setiap periode, serta kebijakan, strategi, dan program yang perlu dilakukan, baik yang mencakup fertilitas, mortalitas 27

36 maupun persebaran. Dengan demikian tujuan dari road map ini dapat berjalan secara sistematis dan terencana. 4.2 Sasaran Lima Tahunan Tahun dasar yang digunakan dalam menyusun Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk adalah tahun 2010 yang bertepatan dengan dilaksanakannya Sensus Penduduk. Pada tahun 2010 ini berbagai indikator kependudukan diperkirakan sebagai berikut : a. Penduduk : - Total : Laju Pertumbuhan : 2,80. b. Fertilitas : - Total Fertility Rate (TFR) : 3,20. - Net Reproduction Rate (NRR) : 1,44. - Crude Birth Rate (CBR) : 24, 5 kelahiran per 1000 kelahiran. - Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 34% c. Mortalitas - Infant Mortality Rate (IMR) : 30,1 kematian per 1000 kelahiran hidup. - Crude Death Rate (CDR) : 4,9 kematian per 1000 penduduk. - Life expectancy (angka harapan hidup) : 69,80 tahun. 28

37 Pada tahun 2015 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator kependudukan adalah sebagai berikut : a. Penduduk : - Total : Laju Pertumbuhan : 1,80. b. Fertilitas : - Total Fertility Rate (TFR) : 3,08. - Net Reproduction Rate (NRR) : 1,39. - Crude Birth Rate (CBR) : 23,7 kelahiran per 1000 kelahiran. - Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 73,83% c. Mortalitas - Infant Mortality Rate (IMR) : 28,3 kematian per 1000 kelahiran hidup. - Crude Death Rate (CDR) : 5,7 kematian per 1000 penduduk. - Life expectancy (angka harapan hidup) : 70,2 tahun. Pada tahun 2020 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator kependudukan adalah sebagai berikut : a. Penduduk : - Total : Laju Pertumbuhan : 1,72. b. Fertilitas : - Total Fertility Rate (TFR) : Net Reproduction Rate (NRR) : 1,34. - Crude Birth Rate (CBR) : 22,9 kelahiran per 1000 kelahiran. - Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 74,81% 29

38 c. Mortalitas - Infant Mortality Rate (IMR) : 26,4 kematian per 1000 kelahiran hidup. - Crude Death Rate (CDR) : 5,8 kematian per 1000 penduduk. - Life expectancy (angka harapan hidup) : 70,8 tahun. Pada tahun 2025 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator kependudukan adalah sebagai berikut : a. Penduduk : - Total : Laju Pertumbuhan : 1,64. b. Fertilitas : - Total Fertility Rate (TFR) : Net Reproduction Rate (NRR) : 1,29. - Crude Birth Rate (CBR) : 22,3 kelahiran per 1000 kelahiran. - Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 75,77% c. Mortalitas - Infant Mortality Rate (IMR) : 24,5 kematian per 1000 kelahiran hidup. - Crude Death Rate (CDR) : 5,9 kematian per 1000 penduduk. - Life expectancy (angka harapan hidup) : 71,3 tahun. 30

39 Pada tahun 2030 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator kependudukan adalah sebagai berikut : a. Penduduk : - Total : Laju Pertumbuhan : 1,51. b. Fertilitas : - Total Fertility Rate (TFR) : Net Reproduction Rate (NRR) : 1,24. - Crude Birth Rate (CBR) : 21,3 kelahiran per 1000 kelahiran. - Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 76,73% c. Mortalitas - Infant Mortality Rate (IMR) : 22,6 kematian per 1000 kelahiran hidup. - Crude Death Rate (CDR) : 6,2 kematian per 1000 penduduk. - Life expectancy (angka harapan hidup) : 71,9 tahun. Pada tahun 2030 sasaran yang hendak dicapai untuk berbagai indicator kependudukan adalah sebagai berikut : a. Penduduk : - Total : Laju Pertumbuhan : 1,33. b. Fertilitas : - Total Fertility Rate (TFR) : Net Reproduction Rate (NRR) : 1,19. - Crude Birth Rate (CBR) : 19,8 kelahiran per 1000 kelahiran. - Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : 77,69% 31

40 c. Mortalitas - Infant Mortality Rate (IMR) : 20,7 kematian per 1000 kelahiran hidup. - Crude Death Rate (CDR) : 6,6 kematian per 1000 penduduk. - Life expectancy (angka harapan hidup) : 72,4 tahun. 4.3 Keterkaitan Grand Design dengan Road Map Road Map Pengendalian Kuantitas Penduduk periode , , , dan akan disusun sesuai dengan hasil pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode sebelumnya serta dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintah. Gambar 1 Tahapan Pencapaian Sasaran Road Map Tahun Pada periode tahun 2010 sampai dengan 2015, diharapkan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di Maluku mulai terkendali sehingga pada tahun 2030 akan dicapai kondisi penduduk tumbuh 32

41 seimbang (PTS). Kondisi PTS ini diindikasikan dengan pencapaian sasaran TFR sebesar 2,19 atau NRR sebesar 1.03 per wanita. Pada tahap berikutnya, kondisi PTS ini dapat tetap dipertahankan sampai dengan tahun 2035 sehingga struktur penduduk menjadi terkendali. Angka fertilitas (TFR) tidak dimaksudkan untuk terus menurun menjadi di bawah 2 per wanita karena hal ini akan menyulitkan dikemudian hari seperti dialami di negara-negara maju dengan pertumbuhan penduduk yang minus. TABEL 2 SASARAN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK MALUKU TAHUN * NO INDIKATOR TAHUN PENDUDUK - TOTAL LPP FERTILITAS - TFR 3,20 3,08 2,96 2,84 2,72 2.,6 - NRR 1,44 1,39 1,34 1,29 1,24 1,19 - CBR 24,5 23,7 22,9 22,3 21,3 19,8 - CPR 34 73,83 74,81 75,77 76,73 77,69 3 MORTALITAS - IMR 30,1 28,3 26,4 24,5 22,6 20,7 - CDR 5.8 5,7 5,8 5,9 6,2 6,6 - LIFE EXPECTANCY 69,80 70,2 70,8 71,3 71,9 72,4 *) Sasaran Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini diolah dari berbagai sumber seperti Proyeksi Penduduk tahun (Bappenas), serta berbagai sumber lainnya seperti Sensus Penduduk 2010, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDK!) 2007, sasaran MDG s dansebagainya. 33

42 BAB V P E N U T U P Penduduk sebagai pelaku dan sasaran pembangunan oleh karena itu di samping sebagai subyek (pelaku) pembangunan, penduduk sekaligus adalah obyek (penikmat) hasil pembangunan. Kebijakan pembangunan pada hakekatnya dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yaitu kebijakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk saat ini, dan sekaligus juga mempertimbangkan kesejahteraan penduduk di masa mendatang. Kebijakan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk saat ini tidak boleh mengorbankan kesejahteraan penduduk generasi mendatang. Pembangunan berawawasan kependudukan adalah pembangunan yang mengintegrasikan berbagai variable kependudukan ke dalam proses perencanaan, penanggaran, pengawasan, dan evaluasi pembangunan. Tanpa pengintegrasian ini, pembangunan dapat kehilangan maknanya dan bisa gagal untuk menjadi penduduk sebagai pelaku dan sasaran pembangunan. Apa kaitan antara pembangunan berwawasan kependudukan dengan pembangunan berkelanjutan? Konsep dasar dari pembangunan secara berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan pada masa ini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi pada masa yang akan datang. 34

43 Dalam konsep pembangunan berkelanjutan tersirat makna pentingnya memperhatikan aspek penduduk dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa memperhatikan pengelolaan jumlah penduduk secara baik, jumlah kelahiran akan tinggi dan berdampak pada ketersediaan sumber daya yang terbatas pada jangka panjang. Tanpa kualitas penduduk yang baik dan pembangunan masih mengandalkan pada ekploitasi sumber daya alam secara massif dalam jangka pendek akan menyebabkan pembangunan berkelanjutan sulit terwujud. Oleh karena itu, pendekatan kependudukan berbeda dari kebijakan yang ada sebelumnya karena beberapa alasan, pertama, kebijakan kependudukan memasukkan aspek reproduksi dan seksualitas manusia sebagai komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan manusia dan pembangunan berkelanjutan. Kedua, strategi pemberdayaan dan pelayanan kesehatan reproduksi akan melengkapi program pembangunan manusia yang sedang dijalankan sekarang ini. Ketiga, pendekatan ini bersifat inklusif dan partisifatif, memberi suara dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan kepada mereka yang berperan dalam reproduksi manusia dan seksualitas. Karena pentingnya masalah kependudukan ini dalam pembangunan maka pada tahun 2009 telah diterbitkan Undang- Undang Nomor 52 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Sebagai tindak lanjut dari terbitnya undangundang ini, Pemerintah memandang perlu membuat Grand Design 35

44 Pembangunan Kependudukan yang mencakup lima aspek, yaitu: kuantitas, kualitas, mobilitas, data-base, serta keluarga. Dari sisi kuantitas, jumlah penduduk Maluku sangat kecil dengan laju pertumbuhan penduduk yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Hasil sensus penduduk tahun 2010 yang lalu menunjukkan jumlah penduduk Maluku jiwa dengan laju pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian baik target jumlah penduduk dan laju pertumbuhan tidak dapat dicapai. Untuk mengatasi masalah tersebut, serta dalam rangka memberikan arah pelaksanaan pengendalian kuantitas penduduk sampai dengan dua puluh lima tahun ke depan, telah disusun Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk tahun Diharapkan Grand Design ini dapat memberikan arah kebijakan bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kependudukan di bidang pengendalian kuantitas. Di samping itu, Grand Design ini hendaknya menjadi acuan bagi penyusunan "road map" pengendalian kuantitas penduduk dan sekaligus menjadi pedoman bagi kementerian dan lembaga, serta pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Dengan demikian, apa yang tertuang dalam Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mempunyai keterkaitan yang erat dan menjadi salah satu acuan untuk bidang kependudukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang dirumuskan setiap lima tahun sesuai tahapan rencana pembangunan. 36

45 DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pusat Statistik (BPS), Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia Population Projection) Tahun , Bappenas,- BPS. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasioanl 2006, Ringkasan Proyeksi Penduduk Indonesia untuk Intern BKKBN Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pusat Statistik dan United Nations Population Fund Proyeksi Penduduk Indonesia , Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan 2008, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, Macro Internasional, Maryland. Badan Pusat Statistik (BPS) 2011, Data Penduduk Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk2010, diakses melalui internet pada tanggal 04 Juni 2012, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010, Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan KB Tahun (Renstra) BKKBN, Jakarta. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010, Survey Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Dasar-dasar Demografi, Jakarta Salemba Empat

46 Puslitbang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 2009, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Provinsi Maluku Puslitbang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi 2010, Survey Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional 38

47 39

PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA

PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA PENYUSUNAN PROFIL DAN DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN/KOTA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan yang tepat sasaran dan

Lebih terperinci

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi

Lebih terperinci

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035

PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kependudukan dan pembangunan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Penduduk merupakan penggerak roda pembangunan, dan pembangunan itu sendiri pada akhirnya mempengaruhi

Lebih terperinci

GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010-2035 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA TENGAH Bekerjasama dengan PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG GRAND DESIGN PENGENDALIAN PENDUDUK PROVINSI JAMBI TAHUN 2011-2035 PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden

Lebih terperinci

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat

Lebih terperinci

] GIANI'DESICJY. Trhrff, Pcrodrtil lirhprbr Worojlrl. Trlra 201er$5. I(mlH toeacrarhr Krtnprbr W.r{lrl. kfnr 1

] GIANI'DESICJY. Trhrff, Pcrodrtil lirhprbr Worojlrl. Trlra 201er$5. I(mlH toeacrarhr Krtnprbr W.r{lrl. kfnr 1 ] GIANI'DESICJY PENGEI{DALIAIIT I(IIANIITAS PEITTIiIJDTTK IilBTIPATEN WOITOGIRI Trlra 201er$5 kfnr 1 Pcrodrtil lirhprbr Worojlrl I(mlH toeacrarhr Krtnprbr W.r{lrl Trhrff, - KATA PENGANTAR Berkat rahmat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan angka fertilitas atau total fertility rate (TFR) 2,6. Indonesia masih berada 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia semakin meningkat. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksikan tahun 2016 jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 miliyar, tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP MASALAH KEPENDUDUKAN Oleh: Wahyu Roma Ratnasari Ada cita-cita besar yang ingin diraih oleh pemerintah dalam hal pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) hingga

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG GRAND DESIGN PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2010-2035 BUPATI BARITO

Lebih terperinci

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan

Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Artikel Potret KB DIY dan Tantangan ke Depan Arkandini & Mardiya Tahun 2010 yang baru saja kita lewati merupakan tahun pertama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014. Sama

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN. Oleh. Riny Handayani

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN. Oleh. Riny Handayani KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN BAGI STAKEHOLDERS DAN MITRA KERJA DI PROVINSI BANTEN Oleh Riny Handayani gmriny@yahoo.co.id Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat diserahkan kepada daerah otonom

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk

I. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial

Lebih terperinci

Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan

Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan Author: Junaidi Junaidi Abstract Visi Indonesia 2030 yang ingin menempatkan Indonesia pada posisi ekonomi nomor lima terbesar

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.310, 2014 WARGA NEGARA. Kependudukan. Grand Design. Pembangunan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

1. Tren Nasional: Peningkatan Jumlah Penduduk Disertai LPP yang Menurun

1. Tren Nasional: Peningkatan Jumlah Penduduk Disertai LPP yang Menurun PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA DISERTAI PENURUNAN LPP (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Indonesia akan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sampai dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA UNDANG-UNDANG NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk mengatasi masalah kependudukan,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KEPALA BKKBD KAB.MINAHASA TENGGARA. Dr.SAUL E ARIKALANG,M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA NIP

KATA PENGANTAR KEPALA BKKBD KAB.MINAHASA TENGGARA. Dr.SAUL E ARIKALANG,M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Kasih dan Penyertaannya, sehingga Rencana Kerja ( RENJA ) dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB?

Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB? Artikel Visi Misi Baru, Mengembalikan Kejayaan KB? Mardiya Ada hal penting yang disampaikan Kepala BKKBN Pusat Dr. Sugiri Syarief, MPA pada saat memberi sambutan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang merupakan Negara dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi keempat dengan

Lebih terperinci

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga Nama Inovasi Pengaturan Akses Serta Penyelenggaraan Pelayanan dan Pembiayaan KB MOP dan MOW di Kota Salatiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga Berencana ditandai dengan penurunan fertilitas dari 3% hasil

Lebih terperinci

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS SERTA PEMUDA DAN OLAHRAGA Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah mengurangi jumlah kemiskinan dengan menggunakan berbagai cara baik melalui peningkatkan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Human Development Indeks (HDI) terukur dari beberapa komponen antara lain: tingkat pendidikan masyarakat, tingkat kesehatan dan daya beli atau pendapatan perkapita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fertilitas (kelahiran) sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan misalnya bernafas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi Jawa Tengah

Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi Jawa Tengah SAMBUTAN KEPALA BIRO BINA SOSIAL SETDA PROVINSI JAWA TENGAH SEKALIGUS MEMBUKA SECARA RESMI ACARA Advokasi Penyusunan Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten/ Kota se- Bakorwil III Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: ) ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

Policy Brief: Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Anomali TFR dan CPR

Policy Brief: Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Anomali TFR dan CPR LATAR BELAKANG Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, 2007, dan 2012, menunjukkan TFR konstan pada tingkat 2,6 anak per wanita usia subur. Terkait CPR di Indonesia, SDKI 2012 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017 2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan fungsi SKPD Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pengendalian Kependudukan dan

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DI KABUPATEN BUTON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1 yang bersifat menyeluruh. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA SEMINAR SEHARI OPTIMALISASI PEMANFAATAN DATA SDKI 2007 DAN HASIL SENSUS 2010 PROVINSI SULAWESI TENGAH SABTU, 26 MARET 2011 ASSALAMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA ii Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2007-2011 PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA 2009 KATA PENGANTAR Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum ada kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang termasuk didalamnya adalah pembangunan bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang ada di hampir setiap negara berkembang termasuk Indonesia. Pengaturan jumlah anak tersebut diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium Development Goals (MDG s) dengan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang baik hanya akan bisa diwujudkan oleh penduduk yang berkualitas baik pula

Lebih terperinci

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL Oleh : Drs. Andang Muryanta PENDAHULUAN Banyak negara diberbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam menggapai target MDGs (Millenium Development

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

Yang kami hormati: Assalamu alaikum wr wb; Selamat Pagi dan Salam Sejahtera, Oom swastiastu,

Yang kami hormati: Assalamu alaikum wr wb; Selamat Pagi dan Salam Sejahtera, Oom swastiastu, SAMBUTAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PADA PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2013 Jakarta, 30 Januari 2013. Yang kami hormati:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia merupakan contoh program yang paling berhasil di dunia. Meski begitu, ternyata laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah

Lebih terperinci

(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana

(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana (S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana Jurusan Statistika FMIPA UNISBA E-mail : yayatkaryana@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan hasil Sensus Penduduk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2013

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2013 LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2013 Tahun 2014 KATA PENGANTAR Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci