KARYA AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh Rudi Kencana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARYA AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh Rudi Kencana"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PENGOLAHAN MINYAK SAWIT DENGAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) PADA PTP. NUSANTARA IV PKS ADOLINA KARYA AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh Rudi Kencana PROGRAM STUDI TEKNIK MANEJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A I V F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 2009

3

4

5 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah. atas segala limpahan taufiq,dan inayah-nya yang tiada putus dan henti-hentinya. Segala puji bagi Allah maha pengasih yang menginginkan kebaikan bagi hamba-nya, dan mentakdirkan apa yang terbaik bagi hambanya yang jikalau seluruh pohon di bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, maka tiada akan habis ilmu Allah. Dengan izin Nya lah karya akhir ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam penulis hanturkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW. Rasul yang menjadi rahmat seluruh alam. Dalam suatu proses produksi diharapkan produk yang dihasilkan memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya terdapat penyimpangan kualitas yang terjadi. Penulis mencoba menganalisis permasalahan yang timbul dalam pengendalian mutu pada pabrik kelapa sawit PTP Nusantara IV Adolina. Pada pengamatan yang dilakukan penulis menemukan variasi-varisai penyimpangan kualitas dari produk Crude Palm Oil yang dihasilkan. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan standart mutu dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penyimpangan kualitas yang terjadi. Peneliti mencoba untuk meneliti penyimpangan kualitas yang terjadi dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, yaitu data kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran serta data-data yang dapat mendukung penelitian.

6 Penulis berharap agar karya akhir ini akan memberikan manfaat yang besar bagi pihak pabrik, fakultas, maupun penulis. Semoga karya akhir ini mendapat ridho Allah SWT, menjadi amal jariyah bagi semua pihak. Amin. Medan, Juli 2009 Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur tak terhingga kepada Allah Swt yang mentakdirkan apa yang terbaik bagi hamba Nya. Sholawat dan salam pada Baginda Rasulullah SAW. Dalam penulisan karya akhir penulis banyak sekali menerima masukan, kritikan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Rosnani Ginting MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri yang telah memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian yang diberikan kepada penulis. 2. Bapak Nimpan S Depari. Selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing penulis, serta memberikan arahan selama penyelesaian karya akhir ini. 3. Ibu Ir. Nurhayati Sembiring, MT. Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak membimbing penulis, dan memberikan arahan serta masukan-masukan selama penyelesaian karya akhir ini. 4. Ucapan terima kasih yang mendalam kepada Bapak dan Ibunda serta keluarga yang dengan rasa cinta dan do a, dan dengan kesabaran, serta selalu memberikan motivasi pada ananda untuk menyelesainya Karya Akhir ini. Ananda persembahkan karya akhir ini pada keluarga tercinta. Maafkan ananda karena tidak bisa memberikan yang terbaik.

8 5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak Pabrik Kelapa Sawit PTP.Nusantara IV Adolina yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian ini. 6. Ucapan teima kasih kepada teman-teman yang banyak membantu dan membeikan motivasi dalam menyelesaikan karya akhir ini dan pihak Departemen Teknik Industri yang telah membantu dalam menyelesaikan karya akhir ini serta pihak lain yang tak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat dan menjadi amal jariyah bagi semua pihak. Amin. Medan, 2009 Penulis

9 DAFTAR ISI BAB Halaman KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii RINGKASAN... xiv I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Pokok Permasalahan... I Tujuan Penelitian... I Manfaat Penelitian... I Pembatasan Masalah... I Asumsi-asumsi yang Digunakan... I Sistematika Penulisan Laporan Kerja Magang... I-4 II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... II Sejarah Perusahaan...II Ruang Lingkup Bidang Usaha...II-2

10 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB Halaman 2.3. Organisasi dan Manajemen......II Proses Produksi...II Organisasi dan Manajemen...II Struktur Organisasi Perusahaan......II Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab......II Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja......II Jumlah Tenaga Kerja......II Jam Kerja......II Sistem Pengupahan dan Fasilitas......II Proses Produksi......II Standar Mutu Produk......II Bahan Yang Digunakan......II Uraian Proses Produksi......II Mesin dan Peralatan..... II Mesin Produksi.... II Mesin Produksi.... II Utilitas..... II Safety and Fire Protection.... II Waste Treatment..... II Pengolahan Limbah Cair.... II-28

11 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB Halaman Pengolahan Limbah Padat.... II-30 III LANDASAN TEOR..I......III Defenisi Mutu......III Analisis Pengendalian Mutu......III Langkah-langkah Pengendalian mutu......iii Pengertian Statistical Quality Control (SQC)......III Data Atribut dan Data Variabel......III Data Variabel......III Data Atribut..... III Alat-Alat Pengendalian Kualitas......III Metode Statistical Quality Control......III Peta Kontrol (Control Chart)......III Peta Kontrol Untuk Data Variabel......III Peta Kontrol Untuk Data Atribut......III Peta Kontrol Revisi.... III Kapabilitas Proses......III-24

12 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB Halaman IV METODOLOGI PENELITIAN......IV Lokasi dan Waktu Penelitian......IV Rancangan Penelitian......IV Variabel Penelitian......IV Metode Pengumpulan Data......IV Pengolahan Data......IV Analisa dan Pemecahan Masalah...IV Kesimpulan dan Saran...IV-5 V PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA......V Pengumpulan Data......V Metode Pengumpulan Data......V Data Hasil Pengujian......V Pengolahan Data V Histogram......V Histogram Kadar Asam Lemak Bebas...V Histogram Kadar...V Histogram Kadar Kotoran...V Uji Normalitas Data...V-10

13 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB Halaman Uji Kenormalan Untuk Kadar Asam Lemak Bebas V Peta X dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas... V Peta X dan R untuk Kadar Air... V Peta X dan R untuk Kadar Kotoran...V-35 VI ANALISA DAN EVALUASI......VI Analisa......VI Analisa Histogram VI Analisa Peta Kendali X dan R VI Analisa Kondisi Data di Luar Batas Kendali Dengan Diagram Sebab Akibat VI Analisa Kemampuan Proses..... VI Evaluasi VI Evaluasi Peta Kendali X dan R VI Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar ALB VI Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar Air VI Evaluasi Peta Kendali X dan R Kadar Kotoran... VI Evaluasi Histogram VI-12

14 DAFTAR ISI (Lanjutan) BAB Halaman Evaluasi Kemampuan Proses VI Evaluasi Cause efect Diagram VI Evaluasi Cause efect Diagram diagram kadar ALB VI Evaluasi Cause efect Diagram diagram kadar Air VI Evaluasi Cause efect Diagram diagram kadar Kotoran VI-15 VII KESIMPULAN DAN SARAN.....VII Kesimpulan.....VII Saran.....VII-2 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Struktur Organisasi PTPN IV PKS Adolina...II Bagan Batas Kendali Out of Control... III Langkah-langkah Penelitian... IV Histogram Kadar Asam Lemak Bebas... V Histogram Kadar Air... V Histogram Kadar Kotora... V Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)... V Peta Kendali R Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)... V Peta Kendali X Revisi I Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)... V Peta Kendali R Revisi I Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)... V Peta Kendali X Revisi II Kadar Asam Lemak Bebas (ALB). V Peta Kendali R Revisi II Kadar Asam Lemak Bebas (ALB).. V Peta Kendali X Kadar Air... V Peta Kendali R Kadar Air... V Peta Kendali X Revisi I Kadar Air... V Peta Kendali R Revisi I Kadar Air... V Peta Kendali X Revisi II Kadar Air... V Peta Kendali X Kadar Kotoran... V Peta Kendali R Kadar Kotoran... V-39

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Peta Kendali X Revisi I Kadar Kotoran... V Peta Kendali X Revisi I Kadar Kotoran... V Diagram Sebab Akibat Kadar Asam Lemak Bebas... VI Diagram Sebab Akibat Kadar Air... VI Diagram Sebab Akibat Kotoran... VI-10

17 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1. Komposisi Tenaga Kerja PTP Nusantara IV Unit Adolina...II Kriteria Matang Panen...II Hubungan Langkah Pengendalian Mutu,tujuh alat pengendalian Kualitas dan siklus PDCA......III Data Hasil Pengujian Kadar ALB,Kadar Air, dan Kadar Kotoran......V Data Distribusi Frekuensi Kadar Asam Lemak Bebas... V Data Luas Kurva Untuk Kadar Kotoran...V Data Revisi Luas Kurva Dan Frekuensi Ekspektasi Kadar ALB..... V Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data... V Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas......V Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Air... V Perhitungan X dan R pada Pengujian Kadar Kotoran... V Analisis Hasil Pengolahan Kadar ALB di luar Batas Kendali... VI Analisis Hasil Pengolahan Kadar Air di luar Batas Kendali... VI Analisis Hasil Pengolahan Kadar Kotoran di luar Batas Kendali..... VI Jenis Uji Karakteristik dan Jumlah Data Di Luar

18 Batas Kendali... VI-6

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Mesin Produksi... L-1 2. Peralatan Produksi..... L-2 3. Tabel Wilayah Di Bawah Kurva Normal... L-3 4. Tabel Nilai Kritik Sebaran Che-Kuadrat... L-4 5. Surat Penjajakan Ke PKS PTPN IV Adolina... L-5 6. Balasan Perusahaan... L-6 7. Surat Keputusan Tugas Akhir... L-7 8. Form Tugas Akhir... L-8 9. Lembar Asistensi... L-9

20 RINGKASAN Kualitas produk yang baik merupakan persyaratan penting bagi perusahaan untuk memperoleh daya saing produknya di pasaran. Kemampuan bersaing yang tinggi merupakan kunci yang menentukan perusahaan dapat bertahan dan dapat memenangkan persaingan dalam perdagangan bebas. Mutu produk yang baik perlu diciptakan dan program pengawasan kualitas yang efektif dilakukan agar dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Metode Statistical Quality Control (SQC)digunakan untuk evaluasi kinerja kontrol kualitas proses produksi sehingga dihasilkan produk yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan di PTP. Nusantara IV PKS Adolina, dimana perusahaan ini memproduksi minyak mentah kelapa sawit (Crude palm Oil). Data yang digunakan adalah data syarat mutu, yaitu kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode SQC dengan diagram control chart mean (X) dan control chart range (R), dilanjutkan dengan membuat diagram sebab akibat guna mengetahui penyebab produk berada diluar batas kendali statistik. Hasil penelitian yang dilakukan mulai dari 27 mei -25 juni 2009 menunjukkan untuk kadar ALB dan kadar air 59,25 % tidak memenuhi standar mutu, Sedangkan kadar kotoran sebesar 18,51 % tidak memenuhi persyaratan mutu. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan dengan diagram sebab akibat dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab penyimpangan kualitas seperti faktor bahan baku yang terlalu matang, faktor metode kerja yang terjadi penyimpangan pada pelaksanaan kerja, faktor mesin yang kurang mendapatkan perawatan yang preventif, faktor operator dimana kurang mematuhi standart operasi pabrik.

21 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan dalam persaingan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih produk. Bila konsumen merasa produk tertentu jauh lebih baik kualitasnya dari produk pesaing, maka konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut. Tuntutan konsumen yang senantiasa berubah inilah yang perlu direspon perusahaan. Oleh karena itu perusahaan haruslah menerapkan pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. PTP. Nusantara IV PKS Adolina merupakan perusahaan yang memproduksi minyak mentah kelapa sawit ( Crude Palm Oil ). Faktor-faktor yang menentukan mutu CPO yaitu, kadar asam lemak bebas, kadar air, kadar kotoran. Keadaan saaat ini menunjukkan dalam melakukan pengolahan minyak sawit mutu yang dihasilkan ternyata selalu bervariasi dan sering tidak memenuhi spesifikasi standard mutu yang ditetapkan perusahaan. Hal ini dapat diketahui dari data yang didapat untuk bulan mei sampai dengan juni, dimana untuk kadar asam lemak bebas terdapat 144 sampel data yang berada diluar batas normal kadar ALB yang ditetapkan perusahaan. Sedangkan untuk kadar air sebanyak 114 sampel data berada diluar batas normal kadar air yang

22 ditentukan perusahaan. Untuk kadar kotoran jumlah sampel data yang berada diluar batas normal yaitu 66 sampel. Berdasarkan data-data diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas minyak sawit dan cara penanggulangannya agar mutu minyak sawit yang diproduksi dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Mengacu pada uraian di atas maka dapat diketahui bahwa masalah pengendalian mutu terhadap kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan merupakan suatu hal yang penting dan membutuhkan kajian yang lebih mendalam, Oleh karena itu peneliti menganggap penelitian dibidang pengendalian mutu ini sangat penting dalam mendukung perusahaan untuk memiliki daya saing dengan produk perusahaan lain. Dalam hal ini bentuk penelitian tentang penerapan Statistical Quality Control (SQC) Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka pokok permasalahan yang di dapat adalah variasi standard mutu yang sering tidak memenuhi spesifikasi syarat mutu minyak sawit. Spesifikasi syarat mutu minyak sawit dalam penelitian ini yaitu kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air dan kadar kotoran yang terdapat pada minyak sawit. Dimana untuk menghasilkan standar mutu pada minyak sawit dilakukan dengan menggunakan teknik pengendalian mutu dengan menggunakan statistic quality control.

23 1.3. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu minyak sawit yang diproduksi. b. Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain : - Menentukan jumlah sampel yang diluar batas kendali pada setiap faktor mutu sesuai dengan nilai rata-rata dan range dari data syarat mutu CPO yaitu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. - Menentukan nilai kapabilitas proses (Cp) untuk pengolahan crude palm oil. - Mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas dengan diagram sebab akibat Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Dapat memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah kepada PTP. Nusantara IV PKS Adolina dalam mengatasi masalah pengendalian kualitas. b. Sebagai pedoman bagi perusahaan untuk mengendalikan dan mengontrolan kualitas produk yang dihasilkan.

24 1.5. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam dalam penelitian ini adalah : 1. Karakteristik kualitas yang diteliti dibatasi hanya untuk karakteristik kualitas yang berlaku di perusahaan. 2. Syarat mutu yang diteliti adalah kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. 3. Penelitian dilakukan pada produk akhir yaitu Crude Palm Oil (CPO). 4. Penelitian dilakukan dari tanggal 27 Mei s/d 25 Juni Penelitian dibatasi hanya pada shift kerja pertama mulai dari jam sampai jam WIB Asumsi-asumsi yang Digunakan Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Proses produksi yang berlangsung pada perusahaan dianggap berjalan dengan lancar. 2. Tidak terjadi perubahan prosedur pengendalian kualitas selama penelitian berlangsung. 3. Seluruh data yang diperoleh dari pihak perusahaan dianggap benar Sistematika Penulisan

25 Agar tulisan ini mudah dipahami maka diadakan pembagian beberapa bab. Sistematika penulisan ini disusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan karya akhir. BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, jenis produk dan spesifikasinya, bahan yang digunakan, proses produksi, mesin dan peralatan, serta organisasi dan manajemen. BAB III : LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang, penyelesaian masalah yaitu studi kepustakaan yang berkaitan dengan teori-teori yang merupakan landasan bagi pemecahan persoalan dan hasil studi kepustakaan lainnya yang dianggap turut membantu pemecahan masalah. BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam melakukan penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam landasan teori.

26 BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisikan prosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dan cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang telah ditetapkan dan langkah-langkah yang digunakan. BAB VI : ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada bab ini akan diuraikan tentang pemecahan masalah dari hasil pengumpulan dan pengolaham data. BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang dilakukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak perusahaan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

27 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan. Unit usaha Adolina pertama kali didirikan pada tahun 1962 oleh pemerintahan Belanda. Unit usaha ini diberi nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV CMO). Unit usaha NV CMO ini bergerak dalam budu daya tembakau. Sejak tahun 1983 budi daya tembakau ini di rubah menjadi budi daya kelapa sawit dan karet, dan berubah nama menjadi NV Serdang Cultuur Maatschappy (NV SCM). Pada tahun 1973 budi daya karet diganti dengan budi daya kakao. Pada tahun 1942 pemerintah Jepang mengambil alih unit usaha NV SCM dari tangan pemerintahan Belanda, dan pada tahun 1046 diambil alih lagi oleh pemerintahan Belanda. Pada tahun 1958 perusahaan unit usaha ini di ambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan berganti nama menjadi Perusahaan Perkebunan Negara

28 (PPN). Pada tahun 1960 PPN berganti nama menjadi PPN Baru SUMUT V. Pada Tahun 1963 PPN Baru Sumut V dipisah atas dua kesatuan, yaitu : 1. PPN Karet III Kebun Adolina Hulu, Kantor Kesatuan di Tanjung Morawa 2. PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, Kantor Kesatuan di Pabatu Tahun 1968 PPN Baru Sumut berganti nama menjadi PNP VI dengan penggabungan kembali PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dengan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir. Pada tahun 1978 PNP VI dirubah menjadi bentuk Persero dengan nama PT. Perkebunan VI. Tahun 1994 PTP VI, PTP VII, PTP VIII digabung menjadi satu dan di pimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tahun 1996 sampai dengan sekarang gabungan PTP VI, PTP VII, PTP VIII diberi nama PTP Nusantara IV (Persero), dimana Adolina merupakan salah satu unit usaha dari PTP Nusantara IV (Persero) dan merupakan badan usaha milik negara (BUMN) Ruang Lingkup Bidang Usaha Pabrik kelapa sawit PTP Nusantara IV Adolina merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO). PTP Nusantara IV PKS Adolina ini memperoleh bahan baku kelapa sawit dari kebunkebun PPT Nusantara IV unit Adolina sendiri dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat atau swasta sekitarnya. Selain memproduksi Crude Palm Oil (CPO) PTP Nusantara juga memproduksi inti sawit yang selanjutnya tidak

29 dipasarkan, akan tetapi diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit di Pabatu Lokasi Perusahaan Lokasi Pabrik pengolahan Kelapa Sawit PTP Nusantara IV Unit Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai tepatnya di pinggir jalan raya Medan- Pematang Siantar Perbaungan dengan jarak 38 Km dari kota Medan. Sesuai Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) No : 04.13/Kpts/Org/93/XII/1998 tanggal 17 Desember 1998 memutuskan terhitung tanggal 01 Januari 1999 melebur Kebun Bangun Purba dan merubah statusnya menjadi Afdeling unit kebun Adolina. Luas area hak guna kebun Adolina Seluas 8.965,69 Ha. Dimana dibagi atas dua bagian yaitu Ha untuk lahan kelapa sawit dan 329,69 Ha untuk Emplasmaent, pondok, bibitan, pabrik,dll Daerah Pemasaran Produk minyak sawit CPO yang dihasilkan PTP Nusantara IV PKS Adolina ini dipasarkan dengan sistem pemesanan oleh pihak konsumen dimana selanjutnya pesanan minya sawit CPO dikirim kepada pihak konsumen. Daerah pemasaran CPO dari unit usaha Adolina ini di ekspor ke beberapa negara seperti Belanda, Jepang, Belgia dan sebagian dikirim untuk dijual ke pasar lokal. Sedangkan untuk produk inti

30 sawit tidak dipasarkan melainkan diproses lebih lanjut ke pabrik pengolahan inti sawit (PPIS) di PTP Nusantara IV Pabatu Organisasi dan Manajemen Struktur organisasi dan manajemen perusahaan merupakan landasan beroperasinya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya struktur organisasi dan manajemen, maka semua aktivitas, baik proses produksi maupun administrasi tidak akan berjalan dengan lancar. Struktur organisasi merupakan sistem yang mengatur masalah penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga diperoleh suatu bentuk kerja sama yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Kata organizing berasal dari kata organisum/ organ, yang artinya adalah suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga satu sama lainnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan adanya hubungan secara keseluruhan. Organisasi biasa diartikan sebagai adanya sekelompok orang yang mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi dapat didefenisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan pola hubungan diantara bagian-bagian atau posisi-posisi, yang menunjukkan kedudukan,

31 tugas dan wewenang, serta tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Pembentukan struktur organisasi dapat dengan melakukan pembagian maupun kombinasi sehingga terbentuk departemen atau unit. Struktur ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha, dan sistem produksi perusahaan tersebut. Ada beberapa struktur organisasi yang umum yaitu: 1. Organasi garis (Line Organization) Organisasi garis adalah suatu bentuk struktur organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahannya. Dalam bentuk organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Pada struktur organisasi garis, prinsip unity of commond atau kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberinya perintah. 2. Organisasi fungsional Dalam struktur organisasi fungsional, setiap petugas memiliki fungsi yang telah ditentukan oleh pemimpin perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam organisasi ini dibagi menurut fungsi masing-masing. Pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada semua pelaksanaan yang menyangkut bidang kerjanya. Petugaspetugas yang setingkat mempunyai wewenang dan tangung jawab yang sama.

32 3. Organisasi Garis dan Staf Organisasi garis dan staf paling banyak diterapkan karena dianggap paling dapat memenuhi kebutuhan terutama perusahaan-perusahaan besar. Hal ini disebabkan karena penggabungan dari kebaikan organisasi garis dan fungsional, yakni terdapat Prinsip Unity Of Commond dan spesialisasi bidang pekerjaan Struktur Organisasi Perusahaan Organisasi dan manajemen yang baik akan memberikan pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang seimbang. Dengan mengetahui tugas dan wewenang yang dibebaninya maka diharapkan kepada setiap personil akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik sehingga organisasi dapat berjalan dengan sistematis dan dan efisien. Struktur organisasi yang digunakan oleh PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah struktur organisasi campuran lini/garis, fungsional dan staf. Dalam struktur organisasi ini pembagian tugas dilakukan menurut fungsi-fungsi dari tiap karyawan. Dalam struktur organisasi hubungan lini dapat dijumpai pada a. Hubungan Manager Unit dengan Kepala dinas tanaman, kepala dinas teknik, kepala dinas pengolahan dan kepala dinas tata usaha. b. Hubungan Kepala dinas tanaman dengan asisten afdeling

33 Asisten Asisten Asisten Asisten c. Hubungan kepala dinas teknik dengan asisten teknik. d. Hubungan kepala dinas pengolahan dengan asisten pengolahan dan asisten laboratorium. Untuk hubungan fungsional dalam struktur organisasi ini dapat dijumpai pada kelompok asisten afdeling, asisten teknik, asisten pengolahan, asisten laboratorium. Untuk hubungan staf dapat dijumpai pada hubungan Manager unit dengan asisten SDM, dan perwira keamanan. Dalam struktur organisasi ini setiap bawahan/karyawan harus berhubungan pada beberapa atasan. Bawahan tersebut hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari atasannya dan sesuai fungsinya. Adapun alasan struktur organisasi ini digunakan adalah karena : a. Pembidangan tugas yang sesuai dengan lingkungan dan mempertinggi efisiensi kerja. b. memberikan kesempatan bagi karyawan spesialisasi untuk dapat memperingan tugas karena hanya bertugas sesuai keahliannya. Struktur organisasi PTP. Nusantara IV PKS Adolina dapat dilihat pada Gambar 2.1. MANAGER UNIT Ka.Dinas Tanaman Ka.Dinas Tanaman Ka.Dinas Tanaman Ka.Dinas Teknik Ka.Dinas Pengolahan Ka.Dinas Tata Usaha Asisten Afdeling 1 Asisten Afdeling 5 Asisten Afdeling 11 Asisten Teknik Sipil Asisten Pengolahan Asisten SDM Perwira Pengamanan

34 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Adapun uraian wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing bagian sesuai dengan struktur organisasi perusahaan, yakitu sebagai berikut: 1. Manager Unit Tugas dari Manager Unit adalah memimpin dan mengelola seluruh sektor produksi dan biaya yang ada di perusahaan yang berpedoman pada kebijakan perusahaan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Adapun wewenang dan tanggung jawab dari Manager Unit adalah sebagai berikut :

35 a. Memimpin dan pengelola seluruh sektor produksi dan pemakaian biaya yang ada di perusahaan berpedoman kepada kebijakan perusahaan. b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum kebun sesuai dengan pedoman dan instruksi kerja direksi. c. Mengkoordinir penyusunan anggaran belanja tahunan perkebunan. d. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan. 2. Kepala Dinas Tanaman Kepala Dinas Tanaman bertugas sebagaia wakil manager uunit pengolahan di bidang tanaman perkebunan yang dibantu oleh asisten. Tugas dan tanggung jawab Kepala Dinas Tanaman adalah sebagai berikut : a. Membuat dan menyusun recana kerja tahunan atau bulanan yang meliputi target produksi, rencana panen, pemeliharaan dan rehabilitasi. b. Merencanakan penyediaan tenaga kerja bagi jenis pekerjaan di tiap-tiap afdeling c. Merancanakan penyediaan alat, pupuk, obat dan pemberantasan hama. d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit. 3. Kepala Dinas Teknik Kepala Dinas teknik bertugas sebagai wakil dari Manager Unit di bidang teknik yang dibantu oleh asisten teknik. Tugas dan tanggung jawab dari Kepala Dinas Teknik adalah sebagai berikut : a. Menyusun dan merencanakan segala kegiatan dibidang teknik. b. Mengkoordinasi semua kegiatan dibidang teknik.

36 c. Menyusun dan merencanakan penyediaan bahan-bahan untuk untuk bagian teknik pengolahan. d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit. 4. Kepala Dinas Pengolahan Kepala Dinas Pengolahan bertugas sebagai wakil Manager Unit dalam memimpin pekerjaaan dibidang pengolahan. Tugas dan tanggung jawab dari Kepala Dinas Pengolahan adalah sebagai berikut : a. Menyusun dan merencanakan kegiatan bagian pengolahan dan laboratoroium. b. Mengkoordinir kerja dari bagian laboratorium. c. Bertanggung jawab kepada Manager Unit. 5. Kepala Dinas Tata Usaha Kepala Dinas Tata Usaha bertugas sebagai wakil Manager Unit dalam bidang administrasi. Kepala Dinas Tata Usaha memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. Mengkoordini segala kegiatan dibidang administrasi. b. Mengkoordinir segala pembayaran dan penyediaan barang-barang. c. Menyusun anggaran belanja tahunan. d. Menyusun daftar gaji, memeriksa dan meneliti keluar masuknya barang dari gudang. e. Bertanggung jawab kepada Manager Unit. 6. Asisten SDM dan Umum

37 Asisten Tata Usaha dan SDM bertugas sebagai wakil dari manager Unit dalam bidang SDM dan penerimaan tenaga kerja. Tugas dan tanggung jawab dari Asisten SDM dan Umum adalah sebagai berikut : a. Melakukan pengawasan dan penerimaan tenaga kerja berpedoman kepada standard yang ditetapkan direksi. b. Mengkoordinir kegiatan dalam peningkatan kesejahtraan karyawan. c. Membina semua hubungan baik dengan semua pihak didalam dan diluar perusahaan. d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit. 7. Perwira Pengaman (Pa.Pam) Perwira Pengaman bertugas memimpin bagian pengamanan di dalam perusahaan dibantu oleh satuan keamanan. Tugas dan tanggung jawab dari satuan pengamanan adalah sebagai berikut : a. Mengkoordinir segala kegiatan penjagaan keamanan dan ketertiban pabrik dan perkebunan. b. Menjaga keamanan informasi dan inventaris perusahaan. c. Mengatur dan memberikan instruksi kepada satuan keamanan pabrik dan perkebunan. d. Bertanggung jawab kepada Manager Unit. 8. Asisten Afdeling

38 Asisten afdeling bertugas membantu Kepala Dinas Tanaman memimpin kegiatan di afdeling. Tugas dan tanggung jawab dari asisten afdeling adalah sebagai berikut : a. Memimpin segala kegiatan di afdeling sesuai dengan petunjuk Kepala Dinas Tanaman dan Manager Unit. b. Mengawasi produksi hasil panen di lapangan. c. Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Tanaman. 9. Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor bertugas membantu Kepala Dinas memimpin kegiatan transportasi, dan pengadaan sarana pabrik. Tugas dan wewenang dari Asisten Teknik Sipil/Trans/Motor, yaitu : a. Mengkoordinir pemakaian kendaraan transportasi/traktor. b. Mengawasi pemeliharaan kendaraan transportasi/traktor. c. Merencanakan prsarana yang diperlukan dalam pabrik d. Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik. 10. Asisten Pengolahan Asisten pengolahan bertugas membantu memimpin segala kegiatan dibidang pengolahan. 11. Asisten Tata Usaha Asisten Tata Usaha bertugas membantu Kepala Dinas tata usaha dalam menjalankan kegiatan administrasi pada perusahaan.

39 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Jumlah Tenaga Kerja Karyawan di PTP Nusantara IV PKS Adolina Tenaga kerja atau karyawan direkrut oleh pihak PTP Nusantara IV. Tenaga kerja ditempatkan sesuai dengan keahliandan kemampuan dari masing-masing karyawan terssebut. Jumlah tenaga kerja yang terdapat pada PTP Nusantara Unit Adolina baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi berjumlah orang. Tenaga kerja di PTP Nusantara Unit Adolina terbagi dalam 2 golongan yaitu : 1. Pegawai Staf Pegawai staf merupakan pegawai yang terdiri atas para pimpina, kepala dinas, asisten. 2. Pegawai Pelaksana Pegawai pelaksana adalah karyawan harian yang bekerja pada perusahaan, surat pengangkatannya dikeluarkan oleh kantor direksi PTP Nusantara IV. Dapat diangkat menjadi pegawai staff berdasarkan usulan dan penilaian prestasi kerja pegawai. Komposisi tenaga kerja di PTP Nusantara Unit Adolina dapat dilihat pada tabel 2.1.

40 Tabel 2.1 Komposisi Tenaga Kerja PTP Nusantara IV Unit Adolina Afdeling/Bagian Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Total Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Manager Unit Kep.Dinas Tanaman K.Dinas Tata Usaha K.Dinas Pengolahan K.Dinas Teknik Ass.SDM - Umum Ass. Tata Usaha Ass. Teknik Ass. Pabrik Ass. Tanaman Afd Afd Afd Afd Afd Afd Afd Afd

41 Afd Afd Afd Afd Afd Dinas Sipil Kantor Bengkel Total 1454 Sumber : Pabrik PTPN IV PKS Adolina Jam kerja bagian, yaitu : Jam kerja yang berlaku di PTP Nusantara IV PKS Adolina dibagi atas dua 1. Bagian Kantor Untuk bagian kantor diberlakukan 1 shift dengan 7 jam/hari dan dan 40 jam/minggu dengan rincian sebagai berikut :

42 a. Hari Senin s/d Kamis Pukul : Kerja aktif Pukul : Istirahat Pukul : Kerja aktif b. Hari Jum at Pukul : Kerja aktif Pukul : Istirahat Pukul : Kerja aktif c. Hari Sabtu Pukul : Kerja aktif Pukul : Istirahat Pukul : Kerja aktif 2. Bagian Pabrik Untuk Bagian pabrik terbagi atas 2 shift, yaitu : Shift I : Pukul Shift II : Pukul bahan baku habis

43 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Sistem pengupahan atau gaji pada PTP Nusantara IV PKS Adolina dilakukan sebanyak 2 kali pada setiap bulannya, yaitu pada tanggal 4 yang disebut gaji besar dan pada tanggal 15 yang disebut dengan gaji kecil. Sistem pengupahan kepada karyawan dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah melalui Surat keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian. Jumlah gaji yang dibeikan kepada karyawan disesuaikan berdasarkan golongan pegawai. Dimana karyawan terdiri dari golongan IA s/d IVD. Selain gaji bulanan karyawan mendapatkan upah lembur dihitung diluar jam kerja serta setiap karyawan akan mendapatkan 39 Kg beras. Untuk meningkatkan kesejahtraan karyawan perusahaan menyediakan fasilitas seperti : 1. Perumahan untuk setiap karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana yang berada di sekitar lokasi perkebunan pabrik. 2. Air dan listrik untuk keperluan rumah tangga. 3. Rumah sakit yang memberikan palayanan kesehatan bagi karyawan. 4. Tunjangan keselamatan kerja, duka cita, dan tunjangan harian lainnya 5. Tempat penitipan bayi. 6. Sarana Pendidikan/sekolah bagi anak karyawan. 7. Tempat ibadah disekitar perumahan karyawan. 8. Sarana olahraga. 9. Tansportasi.

44 2.6. Proses Produksi Standar Mutu Produk PTP Nusantara IV PKS Adolina memproduksi minyak kelapa sawit dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu dari minyak kelapa sawit berhubungan dengan aspek kadar asam lemak, kelembapan, kotoran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, kotoran, Logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan. Kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % - 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah), kadar air 0,150 % (tertinggi), kotoran 0,020 %. Sedangkan Syarat mutu inti kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Kadar minyak minimum (%): 48; cara pengujian SP SMP Kadar air maksimum (%):8,5 ; cara pengujian SP SMP Kontaminasi maksimum (%):4,0; cara pengujian SP SMP Kadar inti pecah maksimum (%):15; cara pengujian SP SMP Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Adapun untuk analisa angka mutu dan kerugian pada minyak kelapa sawit dilakukan pada beberapa titik sampel saat produksi mulai dari loading ramp, stasiun perebusan, stasiun

45 penebahan, pengempaan buah, klarifikasi, pengolahan biji, vacum dryer, dan tangki timbun Bahan yang Digunakan a. Bahan Baku Bahan baku yang diolah oleh PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh dari kebun-kebun PTP Nusantara IV unit Adolina dan sebagian lagi diperoleh dari kebun-kebun rakyat disekitarnya. Kelompok varietas tertentu memiliki mutu buah tertentu yang sudah dikenal baik dalam seleksi. Kelompok-kelompok tersebut diklarifikasikan berdasarkan ketebalan relatif dari perikarp, cangkang dan inti dari tandan buah segar. Adapun jenis kelapa sawit yang dibudidayakan adalah : 1. Kongo : Perikrap tipis % dari bobot buah, tebal cangkang 0,4-0,85 cm, inti tipis hingga tebal. 2. Dura (Dura Deli di Sumatera) : Perikrap % dari bobot buah, tebal cangkang 0,2-0,5 cm 3. Tenera : Perikrap agak tebal ± 60 % dari bobot buah, tebal cangkang 0,1-0,25 cm,, ketebalan initi bervariasimenurut tebal cangkang. 4. Pisifera : Buah tanpa cangkang, memiliki serat mengelilingi cangkang yang sangat tipis, jarang terdapat diperkebunan. 5. Diwakkawakka : Buah ditandai oleh mantel yang terdiri dari 6 carpel sekeliling buah.

46 Tandan buah segar yang matang memiliki kriteria panen seperti perubahan warna dalam membrondolnya buah dari tandan. Adapun kriterian matang panen dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Kriteria Matang Panen Fraksi Panen 00 Kriteria Matanga Panen Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam pekat Derajat Kematangan Sangat merah ,5 % dari buah luar, buah berwarna hitam kemerahan Merah 1 12,5-25 % dari buah luar membrondol, buah berwarna kemerahan Kurang matang % buah luar membrondol, buah berwarna merah mengkilat Matang % buah luar membrondol, buah berwarna orange Matang % buah luar membrondol, buah Lewat matang

47 berwarna dominan orange 5 Buah bagian dalam ikut membrondol Lewat matang Sumber : PTPN IV PKS Adolina Fraksi panen ini sangat mempengaruhi rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas. Semakin tinggi fraksi panen maka rendemen minyak akan semakin meningkat. b. Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi, yang di tambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga dapat meningkatkan mutu produk. Bahan yang di tambahkan dalam proses pembuatan CPO antara lain adalah: 1. Air Air di gunakan untuk memudahkan pemisahan antara minyak dari daging buah sawit disaat perebusan berlangsung Uraian Proses Produksi Produk yang dihasilkan pabrik pengolahan minyak sawit PTP Nusantara IV Adolina berupa minyak mentah kelapa sawit atau juga disebut CPO (Crude Palm Oil). CPO diolah dari daging buah kelapa sawit oleh pabrik pengolahan minyak sawit PTP Nusantara IV Adolina yang berkapasitas 30 Ton/jam.

48 Dalam proses pengolahan kelapa sawit dari tandan buah segar kelapa sawit hingga dihasilkan CPO harus melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Stasiun Penerimaan Buah. Kelapa sawit yang berasal dari perkebunan diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk. Setelah sampai di pabrik, kelapa sawit beserta truk ditimbang terlebih dahulu di jembatan timbang dengan kapasitas 50 ton yang dilengkapi denga sistem komputerisasi. Dengan menggunakan LAN (Local aarea Network) hasil penimbangan dapat dipantau langsung dari kantor manager, KDP, KDT, dan bagianbaian lain yang berkaitan. Kelapa sawit yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke loading ramp. Loading ramp ini digerakkan dengan elektromotor dengan sistem hidrolik untuk membuka dan menutup pintu (Door Sliding). Terdapat 13 pintu loading ramp yang masing-masing berkapasitas 15 ton. Adapun fungsi dari loading ramp ini adalah : a. Sebagai tempat penampungan TBS untuk disortasi sebelum proses. b. Mengurangi kadar kotoran dengan memasang kisi-kisi dari reil eks pakai. c. Mengatur TBS yang akan dimasukkan kedalam lory sebelum direbus Dari loading ramp TBS dimasukkan kedalam rangkaian lori untuk dimasukkan kedalam stasiun perebusan. 2. Stasiun Perebusan. Di dalam stasiun perebusan ini TBS yang berasal dari loading ramp dimasukkan kedalam lori untuk selanjutnya direbus didalam mesin sterilizer. Lori

49 tersebut didipindahkan menuju sterilizer dengan menggunakan transfer Carrier. Sterilizer berbentuk silinder yang berjumlah 3 unit dengan sistem 2 pintu dan memakai sistem PLC (Program Local Control) dengan waktu merebus buah ± 90 menit. Masing-masing sterilizer berkapasitas 10 lori (± 25 ton TBS). Sistem perebusan yang digunakan memakai sistem perebusan 3 puncak (Treapel Peak). Dengan menggunakan mikrokontroler ATMEL AT89S51 yang mengatur pembuangan uap dengan waktu yang sudah ditentukan untuk mencapai tekanan yang dibutuhkan, yaitu : a. Puncak I : 2,0 Kg/cm 2 b. Puncak II : 2,5 Kg/cm 2 c. Puncak III : 3,0 Kg/cm 2 Sterilizer ini memiliki fungsi sebagai berikut : a. Merebus TBS agar buah mudah lepas dari janjangan. b. Mematikan enzim-enzim yang menyebabkan kenaikan asam lemak bebas. c. mengurangi kadar air yang terdapat pada buah d. Memudahkan pada proses penebahan. Dari sterilizer lori-lori yang berisi TBS hasil rebusan ditarik menuju tempat hosting crane dengan menggunakan mesin capstand. 3. Stasiun Penebahan. Stasiun penebahan memiliki fungsi untuk memisahkan brondolan dari tandannya. Buah yang terdapat di lori diatur masuk kedalam threser dengan bantuan

50 hosting crane. Hosting crane ini akan mengangkat lori berisi TBS ke auto feeder. Didalam threser dipisahkan antara tandan dan brondolan matang dengan cara dibantingkan/dijatuhkan dari atas kebawah sambil diputar. Brondolan sawit diteruskan ke stasiun kempa dengan menggunakan fruit elevator, sedangkan janjangan kosong dikeluarkan dengan menggunakan conveyor untuk diperiksa kembali. Jika terdapat brondolan di janjangan yang belum terlepas maka janjangan akan kembali direbus untuk menghndari losis. Batas minimal brondolan sisi untuk dikembalikan sekitar 5 %. Janjangan yang benar-benar kosong di bawa ke hooper untuk dibawa ke perkebunan sebagai pupuk organik, selain itu janjangan kosong juga dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler. 4. Stasiun Kempa. Distasiun ini brondolan yang telah dibawa fruit elevator diteruskan ke mesin digester. Fungsi dari mesin digester ini untuk mencincang dan melumat brondolan sehingga daging an biji mudah dipisahkan. Selain itu degister juga berfungsi mengeluarkan sebagian minyak dari brondolan yang timbul akibat proses pengadukan. Degister juga memudahkan untuk mengelurakan minyak di screw press. Buah yang sudah di lumat di digester dipress untuk mengeluarkan minyak dan memisahkan daging buah dengan biji. Hasil minyak kasar dari screw press dialirkan menuju Sand Trap Tank dan oil gutter. Sedangkan biji yang telah terpisah dari daging dibawa ke Cake Brake Conveyor (CBC) menuju stasiun pabrik biji. 5. Stasiun Klarifikasi

51 Di stasiun klarifikasi minyak kasar tersebut menuju San Trap Tank. Sand Trap Tank adalah suatu alat berbentuk silinder yang bekerja dengan berdasarkan berat jenis antara air dengan minya, dimana berat jenis air lebih tinggi dbandingkan dengan berat jenis minyak sehinggan dengan mudah minyak yang berada diatas air mengalir masuk ke saringan getar (Circular Vibrating Screen). Untuk pengiriman minyak kasar ke San Trap Tank dibatu dengan air panas dari Hot Water Tank. Di saringan getar minyak akan disaringdan dipisahkan dari kotoran. Hasil saringan akan dimasukkan ke Crude Oil Tank (Bak RO), sedang kotoran yang masih mengandung minyak dikembalikan untuk diolah kembali di digester. Di bak RO minyak akan diendapkan sementara, dimana minyak bersih yang berada pada lapisan atas dipompakan menuju Continous Settling Tank (CST). Sedangkan kotoran yang masih mengandung minyak dialirkan ke parit untuk dikutip kebali di bak Vet Vit. Minyak yang berada di CST dipanaskan 95 0 C dan diaduk untuk memisahkan minyak, air, dan kotoran. Minyak bersih yang berada di lapisan paling atas sekitar 60 cm dari permukaaan. Kadar minyak yang 99 % di masukkan ke Oil Tank untuk di reduksi kadar airnya dengan oil purifer. Minyak murni dari Oil Purifier di alirkan ke Vacum Dryer untuk dimurnikan kembali sebelum ke tangki timbun. Sedangkan minyak kotor yang bercampur lumpur (sludge) yang berada pada lapisan bawah dialirkan menuju sludge tank untuk memisahkan minyak lumpur dan kotoran halus seperti pasir. Setelah dari sludge tank minyak kotor menuju Balancing Tank sebagai penampung cairan sludge sebelum diolah sludge seperator. Pada sludge seperator

52 minyak yang bercampur dipisahkan dengan sistem centrifugal dan prinsip berat jenis. Minyak yang berat jenisnya rendah akan tersisi didalam dan dialirkan ke oil tank untuk selanjutnya kembali ke oil purifier dan dialirkan ke vacum dryer. Sedangkan lumpur dibuang sebagai limbah. Minyak murni yang berada di vacum dryer dikurangai kadar airnya dengan sistem pemanasan dan vakum. Minyak murni kemudian dikirimkan ke tangki timbun. 6. Stasiun Penimbunan Minyak. Di stasiun penimbunan minyak terdiri dari tangki timbun yang terdiri dari 2 unit dengan kapasitas 500 ton dan 1 unit berkapasitas 950 ton. Setiap tangkinya dilengkapi dengan pipa pemanas uap. Pipa ini juga dilengkapai dengan pompa minyak sebanyak 2 unit dengan kapasitas 30 dan 60 m 3 /jam. Fungsi dari tangki timbun ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat penimbunan minyak CPO. 2. Tempat pengukuran hasil CPO pada setiap pengolahan. 3. Tempat pegiriman minya via truk. 7. Stasiun Pengutipan Minyak. Stasiun pengutipan minyak merupakan tempat untuk mengutip minyak dari limbah yang diperkirakan masih mengandung minyak. Di stasiun pengutipan minyak ini terdiri dari bak Vet Vit dengan kapasitas 2 x 84 m 3 dilengkapi pemanas dan pompa-pompa dengan kapasitas 20 m 3 /jam. Limbah yang diperkirakan masih

53 mengandung minyak ditampung di bak dan diendapkan untuk diambil sisa minyak yang kemudian akan diolah kembali di stasiun klarifikasi. Minyak yang masih terbawa dari buangan Vet Vit menuju rodos, yaitu alat yang berupa drum-drum yang ditempatkan dalam bak yang ditambahkan air untuk memisahkan minyak dan kotoran berdasarkan berat jenisnya sehingga minya berada di lapisan permukaan. Rodos dilengkapi talang untuk mengalirkan minyak ke crude oil tank Mesin dan Peralatan Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PTP Nusantara IV Unit Adolina dapat dilihat pada Lampiran Peralatan Produksi Adapun spesifikasi peralatan produksi yang ada di di PTP Nusantara IV Unit Adolina dilihat pada Lampiran Utilitas Utilitas adalah pendukung kelancaran proses produksi disuatu pabrik. Kebutuhan akan utilitas di di PTP Nusantara IV PKS Adolina meliputi :

54 1. Air Air yang digunakan untuk di PTP Nusantara IV Unit Adolina adalah berasal dari sungai. Air yang berasal dari sungai di pompa dengan mesin diesel yang berjumlah 3 unit dengan kapasitas pompa masing-masing m 3 /jam. Jarak yang ditempuh dari sungai ke lokasi pabrik 1,6 Km. Air yang diterima akan masuk ke Water Clarifier Tank. Disini air akan diendapkan untuk memisahkan kandungan lumpur dan dialirkan ke Water Basin untuk dijernihkan dengan memakai tawas. Setelah dijernihkan di Water Basin air dialirkan ke Sand Filter untuk disaring kembali agar siap pakai. Air yang telah siap pakai dipompa ke menara air untuk mengirim air ke pabrik, kantor dan perumahan. 2. Tenaga Listrik Tenaga listrik sangat diperlukan dalam menjalankan proses produksi. Sumber tenaga listrik pada di PTP Nusantara IV Unit Adolina adalah sebagai berikut : 1. Ketel Uap Ketel uap adalah alat yang digunakan untk mengubah air menjadi uap dan dengan jalan pemanasan yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar dengan proses heat transfer. Ketel uap dipanaskan dengan membakar bahan bakar yang dikirim berupa ampas dan cangkang ataupun janjangan kosong. Ketel uap yang digunakan di PTP Nusantara IV PKS Adolina adalah pipa air vertikal. Jenis ketel uap yang terdapat di PKS Adolina adalah jenis TAKUMA Type N-600 SA dengan kapsitsa 20 ton/jam. Hasil dari ketel uap ini berupa tenaga uap yang berfungsi untuk menggerakkan turbin

55 2. Generator Diesel Merupakan pembangkit listrik cadangan denga menggunakan bahan bakar solar. Jumlah Generator diesel ini 3 unit dengan kapasitas 270 Hp 2 unit dan unit dengan tipe 3306 B Safety and Fire Protection PTP Nusantara IV telah memiliki standar keselamatan dan kesehatan kerja yang barada dibawah pengawasan P2K3 ( Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Adapun Penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja di PTP Nusantara IV Adolina adalah sebagai berikut : 1. Pengenalan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kepada tamu yang dilakukan oleh SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berada dibawah P2K3 ( Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja). 2. Lingkungan P2K3 yaitu 1400: Surat ijin kerja karyawan terhadap 3 kategori pekerjaan, yaitu : a. Panas : Areal vet vit b. Kedalaman : Tangki timbun minyak c. Ketinggian : Pencucian atap seng pabrik

56 4. Prosedur keadaan darurat dimana apabila lonceng darurat berbunyi maka seluruh pekerja harus menuju ke titik evakasi. 5. Pelaporan sumber bahaya/cidera. 6. Menyediakan kotak P3K sebanyak dua buah di setiap lingkungan pabrik. 7. Diharuskan memakai alat pelindung diri setiap memasuki area pabrik 8. Mematuhi pembatas akses yang berada di daerah terlarang bagi tamu terkecuali didampingi oleh penyelia Waste Treatment Limbah yang dihasilkan pada pabrik kelapa sawit terdri atsa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat yang dihasilkan terdiri dari cangkang dan tandan kosong. Limbah cair yang dihasilkan terdiri dari air kondensat, air cucian, air hydroclone. Pengolahan limbah kelapa sawit meliputi pengendalian oil plant control, sistem pengendalian pada kolam limbah sehingga air yang keluar dari pabrik memenuhi persyaratan Pengolahan Limbah Cair Dalam penanggulangan limbah cair pada PTP Nusantara IV PKS Adolina ini terdiri dari 5 proses. 1. Bak Vet Vit

57 Bak Vet Vit berfungsi sebagai tempat penampungan sementara losses minyak hasil dari pengolahan. Bak Vet Vit ini menampung sisa hasil olahan dari air kondensat/rebusan, air buangan klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone. Bak Vet Vit terdiri dari dua bak dimana setiap bak terbagi menjadi 3 bagian yang diskat antara satu dengan yang lainnya. Dimana tiap bagian yang diskat menampung sisa olahan sebagai berikut : a. Bagian pertama : bagian ini tempat pertama masuknya losses minyak hasil pembuangan dari pabrik. b. Bagian Kedua : Bagian ini tempat sisa lumpur dan air dari bagian pertama yang masih mengandung minyak. c. Bagian Ketiga : Bagia ini terdiri dari sisa lumpur dan air dari bagian kedua yang masih mengandung minyak. Untuk mengoptimalkan pemisahan, pengutipan minyak dan menurunkan viscositas cairan minyak dijaga agar suhu minyak tetap tinggi dengan cara injeksi uap hasil dari BPV ke setiap ruangan dengan tekanan 3 Kg/Cm 3. Pada bagian ketiga bak Vet Vit dipasang pipa pengeluaran ke Deoling Pond untuk mengalirkan cairan yang mengandung sedikit minyak ke kolam limbah. Lapisan minyak yang terdapat di permukaan dari tiap-tiap ruangan pada akhir pengolahan akan di kutip dan dialirkan ke pompa untuk seanjutnya ke pabrik untuk diolah kembali. 2. Deoling Pond

58 Deoling Pond berfungsi sebagai tempat penampungan sisa pemisahan minyak dan lumpur serta yang berasal dari kolam vet vit sebelum dialirkan ke kolam limbah. Deoling Pond terdiri dari bak yang berbentuk trapesium dimana bagian bawah lebih kecil dari bagian atas. Untuk pengutipan minyak yang dibagian atas maka dipasang rodos yang berputar yang digerakkan dengan elektromotor. Letak rodos berada di ujung Deoling Pond dan berada diatas permukaan cairan yang disanggah oleh dua buah tiang dan tali penahan serta untuk mengatur naik-turun rodos. Cairan yang mengandung minyak yang ditampung oleh Deoling Pond setelah beberapa hari kendungan minyak akan semakin banyak sehingga dapat dikutip dan diolah kembali. 3. Kolam Limbah Kolam limbah berfungsi sebagai penampung aktif sisa pengolahan cairan yang masih mengandung PH 4 untuk selanjutnya diolah kembali agar dapat dimanfaatkan dan di salurkan ke bagian penerimaan. Limbah cairan yang dikutip dari Deoling Pond mempunyai karakteristik asam dengan PH 4-4,5 dengan suh C agar bakteri isopilik dapat berkembang biak dengan baik. Selanjutnya akan di alirkan ke kolam limbah pengasaman yang berfungsi sebagai prakondisi bagi limbah sebelum masuk ke kolam anaerobik. Pada kolam ini limbah akan dirubah menjadi VFA (Valuttie Fatty Acid) atau asam lemak mudah menguap. Resirklasi dlakukan dengan mengalirkan cairan dari kolam anaerobik yang terakhir ke saluran masuk kolam pengasaman yang bertujuan untuk menaikan PH, menambah bakteri,

59 membantu pendinginan. Di kolam anaerobik nilai BOD akan diturunkan berkisar antara mg/l dengan PH Proses Fakultatif Proses yang terjadi pada kolam ini adalah penonaktifan bakteri anaerobik dan proses pra kondisi aerobik. Indikasi dari aktivitas ini dapat dilihat pada permukaan kolam dengan tidak dijumpai scum pada cairan yang berwarna kehijau-hijauan. 5. Proses Aerobik Proses yang berlangsung pada kolam aerobik adalah penumbuhan ganggangdan mikro heterotrof yang membentuk flok. Ini merupakan proses penyedian oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam metoda pengadaan oksigen yang dilakukan secara alami. ± hari. Dari rangkaian proses pengolahan limbah cair membutuhkan waktu selama Pengolahan Limbah Padat Limbah pada yang dihasilkan dari pengolahan minyak sawit berupa cangkang, tandan kosong. Tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan akan dikumpulkan dan akan dijadikan sebagai pupuk di perkebunan, sebagian akan dijadikan bahan bakar ketel. Sedangkan limbah padat yang berupa cangkang digunakan sebagai bahan bakar ketel.

60 BAB III LANDASAN TEORI

61 3.1. Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing. Mutu merupakan sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh pemasaran atau manajemen. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, dimana diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut dinyatakan atau tidak dinyatakan, secara teknis atau bersifat subyektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan. Mutu adalah keseluruhan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembikinan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan. Harapan disini mencakup kemudahan perawatan, kemudahan dalam penggunaannya, desain yang baik, harga yang ekonomis, daya tahan dan ketersediaan produk tersebut. Pengendalian mutu adalah pengunaan teknik-teknik dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu produk atau jasa. Pengendalian mutu juga dapat dikatakan yaitu suatu proses pengaturan secara standar yang telah ditentukan, dan melakukan tindakan tertentu jika terdapat perbedaan. Maksud dari kebanyakan pengukuran mutu ini adalah menentukan dan mengevalusi tingkatan dimana produk atau jasa mendekati keinginan atau harapan dari konsumen Analisis Pengendalian Mutu

62 Analisis peningkatan mutu merupakan aktivitas teknik dan manajemen dimana kita mengukur karakteristik dari kualitas suatu barang atau jasa, kemudian membandingkan hasil pengukuran dengan spesifikasi produk yang diinginkan oleh pelanggan dan mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan diantara kinerja aktual dan standar. Berdasarkan uraian diatas pengendalian mutu merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri untuk meningkatkan kualitas produk guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dengan demikian pengertian peningkatan dan pengendalian manajemen mutu lebih menekankan pada aspek peningkatan proses industri dengan menggunakan data kualitas yang dikumpulkan dan diinterpretasikan dengan menggunakan alat-alat analisis termasuk teknik-teknik statistika. Dalam konteks pembahasan tentang analisis data untuk peningkatan proses dengan menggunakan teknik-teknik statistika, terminologi kualitas didefenisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan Langkah-Langkah Pengendalian Mutu Standardisis sangat diperlukan sebagai tindakan pencegahan untuk memunculkan kembali masalah kualitas yang pernah ada dan telah diselesaikan. Hal

63 ini sesuai dengan konsep pengendalian mutu berdasarkan sistem manajeme mutu yang berorientasi pada strategi pencegahan, bukan pada strategi pendeteksian saja. Berikut ini adalah langkah-langkah yang sering digunakan dalam analisis dan solusi masalah mutu. 1. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas Langkah awal dalam peningkatan kualitas adalah bahwa manajemen harus secara jelas memahami kebutuhan untuk peningkatan mutu. Manajemen harus secara sadar memiliki alasan-alasan untuk peningkatan mutu dan peningkatan mutu merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar. Tanpa memahami kebutuhan untuk peningkatan mutu, peningkatan kualitas tidak akan pernah efektif dan berhasil. Peningkatan kualitas dapat dimulai dengan mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi atau kesempatan penigkatan apa yang mungkin dapat dilakukan. Identifikasi masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan menggunakan alat-alat bantu dalam peningkatan kualitas seperti brainstrorming, Check sheet, atau pareto diagram. 2. Menyatakan masalah kualitas yang ada Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam langkah pertama perlu dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik. Apabila berkaitan dengan masalah kualitas, masalah itu harus dirumuskan dalam bentuk informasiinformasi spesifik, jelas, tegas dan dapat diukur. Diharapkan dihindari pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak dapat diukur. 3. Mengevaluasi penyebab utama

64 Penyebab utama dapat dievaluasi dengan menggunakan diagram sebab akibat dan menggunakan teknik brainstrorming. Dari berbagai faktor penyebab yang ada, kita dapat mengurutkan penyebab-penyebab dengan menggunakan diagram pareto berdasarkan dampak dari penyebab tehadap kinerja produk, proses, atau sistem manajemen mutu secara keseluruhan. 4. Merencanakan solusi atas masalah Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus pada tindakan-tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang ada. Rencana peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada diisi dalam suatu formulir daftar rencana tindakan. 5. Melaksanakan perbaikan Implementasi rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar rencana tindakan peningkatan kualitas. Dalam tahap pelaksanaan ini sangat dibutuhkan komitmen manajemen dan karyawan serta partisipasi total untuk secara bersamasama menghilangkan akar penyebab dari masalah kualitasyang telah teridentifikasi. 6. Meneliti hasil perbaikan Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan studi dan evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan unutk mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau berkurang. Analisis terhadap hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan akan memberikan

65 tambahan informasi bagi pembuatan keputusan dan perencanaan peningkatan berikutnya. 7. Menstandardisasikan solusi terhadap masalah Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan pengendalian kualitas harus distandardisasikan, dan selanjutnya melakukan peningkatan terus menerus pada jenis masalah yang lain. Standardisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama terulang kembali. 8. Memecahkan masalah selanjutnya Setelah selesai masalah pertama, selanjutnya beralih membahas masalah selanjutnya yang belum terpecahkan (jika ada). Hubungan delapan langkah pengendalian mutu diatas dengan tujuh alat pengendali kualitas dan siklus PDCA dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah ini. Tabel 3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu, Tujuh Alat Pengendalian Kualitas, Siklus PDCA Delapan Langkah Pengendalian Mutu 1. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas 2. Menyatakan masalah kualitas yang ada 3. Mengevaluasi penyebab utama 4. Merencanakan solusi atas masalah Tujuh alat pengendali kualitas Check sheet, pareto diagram, histogram, cause effect diagram, scatter diagram PDCA PLAN

66 Tabel 3.1. Hubungan Langkah Pengendalian Mutu, Tujuh Alat Pengendalian Kualitas, Siklus PDCA Delapan Langkah Pengendalian Mutu Tujuh alat pengendali kualitas PDCA 5. Melaksanakan perbaikan DO 6. Meneliti hasil perbaikan Check sheet, pareto diagram, histogram, cause effect diagram, scatter diagram 7. Menstandardisasikan solusi terhadap masalah CHECK ACTION 8. Memecahkan masalah selanjutnya 3.4. Pengertian Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di dalam suatu sampel dari populasi. Metode statistik memegang peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode statistik memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasi dan informasi di dalam data yang digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan. Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen dimana mengukur karakteristik kualitas dari produk atau jasa, kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan serta mengambil

67 tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan kinerja aktual dan standar. Pengendalian kualitas produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan penggunaan bahan/material yang bagus, penggunaan mesinmesin/peralatan produksi yang memadai, tenaga kerja yang terampil, dan proses produksi yang tepat. Dalam hal ini pengendalian kualitas secara statistik (Statistical Quality Control) dapat digunakan untuk menemukan kesalahan produksi yang mengakibatkan produk tidak baik, sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk mengatasinya. Statistic Quality Control (pengendalian kualitas statistik) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola proses baik manafaktur maupun jasa melalui penggunaan metode statistik (Dorothea. W.A,2003). Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Dalam banyak proses produksi bagaimanapun baiknya suatu rancangan atau pemeliharaan akan selalu ada variabilitas dasar. Variabilitas dasar atau gangguan dasar ini merupakan pengaruh komulatif dari banyak sebab-sebab kecil yang pada dasarnya tidak terkendali. Variabilitas yang dimaksud adalah variabilitas antar sampel dan variabilitas dalam sampel. Apabila sampel diambil dari populasi yang sama, variasi statistik akan terjadi dari sampel kesampel dan variasi range dapat dihitung. Bentuk ini merupakan

68 dasar dari batas yang dihitung pada peta kendali atau control chart dan banyaknya penerimaan. Dimana tujua akhir dari pengendalian kualitas statistik adalah menyingkirkan atau mengurangi variabilitas dalam proses. Pendendalian kualitas statistik (statistic quality control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu pengendalian proses statistik (statistic process control) dan recana penerimaan sampel produk (acceptance sampling). Berdasarkan jenis data yang digunakan pengendalian kualitas statistik dapat dibagi atas dua golongan, yaitu pengendalian kualitas untuk data variabel dan pengendalian kualitas untuk data atribut Data Atribut dan Data Variabel Data Variabel Pengumpulan data adalah langkah dalam prosedur pengendalian mutu. Dengan data yang relevan maka dapat disajikan suatu informasi yang dapat memenuhi objek dari pengendalian mutu, yaitu mendeteksi, mencegah dan mengoreksi produk yang cacat. Didalam pengumpulan data terdapat dua jenis data yaitu data variable dan data atribut. Data variable merupakan data kuantitatif yang diukur untuk keperluan analisis. Contoh dari data variable karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk, berat produk dan lain-lain. Ukuran-ukuran berat, panjang, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel.

69 Pengendalian kualitas statistik untuk data variable sering disebut dengan metode peta kendali (control chart) variabel. Manfaat pengendalian kualitas proses untuk data variabel adalah memberikan informasi mengenai perbaikan kualitas, menentukan kemampuan proses setelah perbaikan kualitas tercapai, membuat keputusan yang berkaitan dengan spesifikasi produk, membuat keputusan yang berkaitan dengan proses produksi, dan membuat keputusan terbaru yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Peta kontrol yang umum digunakan untuk data variable adalah peta X-Bar R, dan peta X-MR Data Atribut Banyak karakteristik kualitas tidak dapat diklasifikasikan sesuai kuantitasnya. Dalam suatu kasus kita selalu mengklasifikasikan tiap-tiap item yang diperiksa sebagai data yang seragam dan data yang tidak seragam kedalam suatu spesifikasi dalam suatu karakteristik. Karakteristik dalam jenis ini yang disebut data atribut. Data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan, banyaknya jenis cacat. Data atribut iasanya diperoleh dalam bentuk unitunit yang ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. Pada umumnya data atribut digunakan dalam peta kontrol p, np, c, dan u Alat-Alat Pengendali Kualitas

70 Alat-alat pengendalian kualitas diperlukan untuk melakukan pengendalian kualitas dimana untuk mendeteksi adanya cacat dari suatu produk. Fungsi alat pengendalian kualitas adalah meningkatkan kemampuan perbaikan proses sehingga akan diperoleh peningkatan kemampuan berkompetensi, dan meningkatkan produktifitas sumber daya. Alat-alat pengendalian kualitas yang digunakan adalah statistik proses kontrol (Statistical process Control-SPC). statistik proses kontrol ini dibuat dengan tujuan untuk mendeteksi penyebab khusus yang mengakibatkan terjadinya kecacatan atau proses diluar kontrol sedini mungkin sehingga kualitas produk dapat dipertahankan. Statistik proses kontrol ini terdiri dari 7 alat pengendalian kualitas yang lebih dikenal dengan nama seven tools. Tujuh alat pengendalian kualitas yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Check Sheet (Lembar Pemeriksaan) Check Sheet merupakan alat praktis yang digunakan untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan menganalisa data sederhana dan mudah. Ada beberapa jenis check sheet yang dikenal dan umum digunakan untuk keperluan pengumpulan data yaitu : a. Production Process Distribution Check Sheet. Check Sheet ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga akhirnya secara langsung akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi.

71 b. Defective check Sheet Mengurangi jumlah kesalahan atau cacat yang ada dalam suatu proses kerja maka terlebih dahulu kita harus mampu mengidentifikasi jenis kesalahan yang ada dan persentasenya. Setiap kesalahan biasanya akan diperoleh dari faktor-faktor penyebab yang berbeda sehingga tindakan korektif yang tepat harus diambil sesuai dengan jenis kesalahan dan penyebabnya tersebut. c. Defect Location Check Sheet Check Sheet ini berupa lembaran pemeriksaan dimana gambar skets dari benda kerja disertakan sehingga lokasi cacat yang terjadi bisa segera diidentifikasikan check sheet seperti ini akan dapat mempercepat proses analisis dan pengumpulan tindakantindakan korektif yang diperlukan. Tujuan utama dari check sheet adalah untuk memastikan bahwa data dikumpulkan dengan hati-hati dan teliti untuk pengendalian proses dan pemecahan masalah. 2. Histogram Histogram adalah salah satu metode statistik untuk mengatur data sehingga dapat dianalisa dan diketahui distribusinya. Histrogram merupakan tipe grafik batang yang jumlah datanya dikelompokkan ke dalam beberapa kelas dengan interval tertentu. Setelah data dalam setiap kelas diketahui, maka dapat dibuat histrogram dari data tersebut. Histrogram tersebut dapat dilihat gambaran penyebaran data masih sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Penggambaran histogram dapat digunakan untuk ianalisa tentang beberapa hal yaitu :

72 a. Berapa persen produk atau hasil kerja lainnya yang keluar dari standart spesifikasi yang ditetapkan? b. Apakah produk atau output kerja lainnya benar-benar bisa memenuhi spesifikasi yang direncanakan? c. Apakah harga rata-rata dari ukuran output kerja yang diperoleh benar-benar sudah sesuai dengan nilai nominal yang di spesifikasikan? d. Apakah penyimpangan atau penyebaran data (disperse) masih berada dalam batasbatas toleransi yang diizinkan? 3. Diagram Pareto Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto ( ) dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas. Pareto diagram dibuat untuk menemukan dan mengetahui masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah. Dengan mengetahui penyebab yang dominan maka dapat ditetapkan prioritas perbaikan. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas. 4. Stratifikasi Stratifikasi adalah usaha mengelompokkan data ke dalam kelompokkelompok yang mempunyai karakteristik yang sama, untuk mengurai atau mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan. Kegunaan stratifikasi adalah sebagai berikut :

73 a. Mencari faktor-faktor penyebab utama kualitas secara mudah. b. Membantu pembuatan Scatter Diagram. c. Mempermudah pengambilan keputusan-keputusan di dalam penggunaan peta kontrol. d. Mempelajari secara menyeluruh masalah yang dihadapi. 5. Scatter Diagram (Diagram Pencar) Scatter Diagram (Diagram Pencar) digunakan untuk melihat korelasi atau hubungan dari suatu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu karakteristik kualitas hasil kerja. Apabila membicarakan tentang hubungan antara dua jenis data, maka secara langsung akan membicaraakan tentang hal sebagai berikut : a. Hubungan sebab akibat. b. Suatu hubungan antara satu dan lain sebab. c. Hubungan antara satu sebab dengan dua sebab lainnya. Rumus untuk,menentukan korelasi (hubungan) dua variable sapat digunakan rumus berikut ini: r xy = [ N ( X 2 N ) XY ( X ) 2 X ] x[ N Y ( Y 2 )] ( Y ) 2 ] 6. Cause and Effect Diagram (Digram Sebab Akibat) Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (Fish BoneDiagram) yang diperkenalkan pertama kali oleh Prof. Kaoru Ishkawa (Tokyo University) pada

74 tahun Diagram ini berguna untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja. Dalam hal ini metode sumbang saran (brainstorming method) akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail. Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Manusia (man) 2. Metode kerja (work method) 3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine) 4. Bahan-bahan baku (raw material) 5. Lingkungan kerja (work environment) Diagram ini digunakan untuk melihat korelasi (hubungan) dari satu faktor penyebab yang berkesinambungan terhadap suatu karakteristik kualitas hasil kerja. Peta kontrol (control chart). 7. Peta kontrol (control chart) Peta kontrol pertama kali ditemukan oleh Walter A. Shewart ketika sedang bekerja untuk perusahaan Western Electrik. Shewart telah lama meneliti cara untuk mengembangkan reliabilitas dari sistem transmisi telepon. Peta kontrol secara rutin digunakan untuk memeriksa kualitas, tergantung pada jumlah karakteristik yang akan diperksa. Jadi, peta kontrol adalah teknik pengendali proses pada jalur yang

75 digunakan secara luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Peta kontrol merupakan penggambaran secara visual mengenai mutu atau kualitas suatu barang atau jasa. Teknik yang paling umum dilakukan dalam pengontrolan kualitas adalah menggunakan peta kontrol Shewart. Peta ini bentuknya sangat sederhana, yaitu terdiri dari tiga buah garis yang sejajar : 1. Garis tengah, yang menggambarkan nilai rata-rata proses. 2. Batas kontrol atas ditarik nilai tiga kali standar deviasi diatas garis tengah. 3. Batas kontrol bawah yang teletak pada nilai tiga kali standar deviasi dibawah Garis tengah. Out of control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan ataupun keinginan pelanggan dan posisinya pada peta kontrol berada di luar batas kendali. Tipe-tipe out of control meliput i : 1. Aturan satu titik Terdapat satu titik data yang berada diluar batas kendali, baik yang berada diluar UCL maupun LCL, maka data tersebut out of control. 2. Aturan tiga titik Terdapat tiga titik data yang berurutan dan dua diantaranya berada di daerah A, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits.

76 3. Aturan lima titik Terdapat lima titik data yang berurutan dan empat diantaranya berada berurutan di daerah B, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. 4. Aturan delapan titik Terdapat delapan titik data yang berurutan dan berada berurutan di daerah C dan di daerah UCL maka satu data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. Untuk lebih memperjelas mengenai penjelasan tipe-tipe out of control diatas, dapat diperhatikan pada gambar di bawah: A B C UCLL 2/3 UCL 1/3 UCL A B C CCL 2/3 LCL 2/3 LCL LCL Gambar 2.1. Bagan Batas Kendali Out of Control

77 Peta kontrol berdasarkan jenis data yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni : 1. Peta kontrol Variabel a. Peta untuk rata-rata ( X chart) b. Peta untuk rentang (R chart) c. Peta untuk standar deviasi (S chart) 2. Peta kontrol Atribut, terdiri dari : a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan antara produk yang cacat dengan total produksi. b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total produksi c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit produksi Metode Statistical Quality Qontrol Peta Kontrol (Control Chart) Tujuan pokok pengendalian kualitas statistik adalah menemukan dengan cepat terjadinya sebab-sebab atau pergeseran proses yang sedemikian hinggapenyelidikan terhadap proses dan tindakan perbaikan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Dalam hal ini peta kontrol adalah salah satu metode pengendalian kualitas statistik yang dapat digunakan untuk memberi informasi dalam meningkatkan atau memperbaiki kualitas.

78 Bentuk dasar peta kontrol merupakan pragaan grafik suatu karakteristik mutu yang telah diukur dari suatu sampel. Peta kontrol adalah teknik pengendali proses pada jalur yang digunakan secara luas untuk menyelidiki secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap proses itu dan tindakan perbaikan dapat dilakukan sebelum telalu banyak unit yang tidak sesuai diproduksi. Peta kontrol dapat diklasifiksikan kedalam dua tipe umum. Apabila karakteristik kualitas dapat diukur dan dinyatakan dalam bilangan disebut dengan peta kontrol variabel. Dalam hal ini tepat sekali untuk melukiskan karakteristik kualitas dengan ukuran tengah dan ukuran variabilitas. Sedangkan untuk karakteristik kualitas yang tidak dapat diukur dengan skala kuantitatif, dimana keadaan ini dinilai sebagai data yang sesuai atau tidak sesuai atas dasar pada tiap unitnya disebut peta kontrol atribut Peta Kontrol Untuk Data Variabel Grafik pengendalian atau peta kontrol untuk data variabel dapat digunakan secara luas. Biasanya peta kontrol ini merupakan prosedur pengendali yang lebih efisien dan memberikan informasi tentang proses yang lebih banyak. Apabila bekerja dengan karakteristik kualitas yang variabel, sudah merupakan standar untuk mengendalikan nilaimean karakteristik kualitas dan variabilitasnya. Pengendalian rata-rata proses atau mean tingkat kualitas biasanya dengan grafik pengendalan mean

79 atau peta kontrol x. Variabilitas atau pemencaran proses dapat dikendalikan dengan grafik pengendali untuk standar deviasi atau peta kontrol S. Grafik pengendali untuk rentang dinamakan peta kontrol R. 1. Peta Kendali ( chart) Peta kendali digunakan untuk proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu. Peta ini menggambarkan variasi harga rata-rata (mean) dari data yang diklasifikasikan dalam suatu kelompok. Pengelompokan data ini bisa dilakukan berdasarkan satuan waktu hari atau satuan waktu lainnya dimana sampel berasal dari kelompok yang melakukan pekerjaan yang sama, dan lain-lain. Langkah-langkah untuk membuat peta kontrol dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Menentukan harga rata-rata X. Nilai rata-rata X didapatkan dengan rumus: X g i= = 1 g X i dimana: X X i g = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup = nilai rata-rata subgroup ke-i = jumlah subgroup b. Batas kontrol untuk peta ini adalah : Menghitung batas kontrol pada peta dapat dengan rumus : Batas kontrol atas (BKA) = + A 2 Batas kontrol bawah (BKB) = - A 2

80 dimana : BKA = batas kontrol atas BKB A 2 R = batas kontrol bawah = nilai koefisien = selisih harga Xmaks dan Xmin c. Menggambarkan Peta X menggunakan batas kontrol dan sebaran data. Peta ini sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan mengenai penolakan atau penerimaan produk yang dihasilkan atau diteliti. 2. Peta R (R-chart) Peta kendali rata-rata dan jarak (range) merupakan dua peta kendali yang saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses. Peta kendali jarak (range) digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi atau ketepatan proses yang diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil. Seperti halnya peta kendali rata-rata peta kendali jarak tersebut juga digunakan untuk mengetahui dan menghilangkan sebab yang membuat terjadinya penyimpangan. Peta kontrol R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu sub group, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Langkah-langkah Penetuan garis central, yakni sebagai berikut : a. Menentukan rentang rata-rata Untuk menentukan rentang rata-rata dapat digunakan dengan rumus :

81 g R i R = = 1 g i dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup R i g = nilai rentang subgroup ke-i = jumlah subgroup b. Menentukan batas-batas kontrol untuk peta R ini adalah: Batas kontrol atas (BKA) = D 4. Batas kontrol bawah (BKB) = D 3. dimana BKA = batas kontrol atas BKB = batas kontrol bawah D 4, D 3 = nilai koefisien c. Menggambarkan garis dan garis batas kontrol pada peta serta sebaran data Range (R) Peta kendali Untuk Data Atribut Data yang diperlukan disini hanya diklasifikasikan sebagai data dalam kondisi baik atau cacat. Seperti halnya dengan peta control variabel, maka suatu proses akan dikatakan terkendali bila data berada dalam batas-batas control. Perbedaan yang ada adalah bahwa disini karakteristik peta kendali atribut sudah mencerminkan harga rata-rata (mean) dan penyimpangan dari proses kerja yang berlangsung. a. Peta p atau np chart

82 Peta P (p chart) dan peta np atau banyaknya kesalahan yang digunakan (np chart) digunakan untuk mengetahui apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang diijinkan. Peta kendali proporsi banyak digunakan bila memakai ukuran cacat berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Bila sampel yang diambil untuk untuk setiap kali melakukan observasi jumlahnya sama maka dapat digunakan peta kendali proporsi kesalahan (p chart) maupun banyaknya kesalahan (np chart). Namun bila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali melakukan observasi berubah-ubah jumlahnya atau memang perusahaan tersebut akan melakukan seratus persen inspeksi maka harus menggunakan peta kendali proporsi kesalahan (p chart). Peta P akan berkaitan dengan fraction defective, yaitu jumlah cacat dibagi dengan jumlah items (sample) yang diinspeksi. Sedangkan np chart akan berkaitan dengan number of defektive atau jumlah cacat yang ditemukan dalam sample lot sizes (n) tidak sama dengan np chart besarnya n dari masing-masing sample lot akan sama. b. Peta c chart atau u-chart Peta kendali ini digunakan untuk mengadakan pengujian terhadap kualitas proses produksi dengan mengetahui banyaknya kesalahan pada satu unit produk sebagai sampelnya. Bedanya untuk jumlah sampel yang konstan dapat digunakan peta kendali banyaknya kesalahan dalam satu unit produk yang sama atau peta kendali c (c chart) maupun peta kendali u chart, tetapi apabila sample yang diambil bervariasi atau seluruh produk yang dihasilkan akan diuji, maka digunakan peta kendali banyaknya kesalahan dalam satu unit produk yang berbeda atau peta kendali u (u

83 chart). Cacat produk yang diuji dengan menggunakan peta kendali c (c chart) dan peta kendali u (u chart) ini misalnya mengetahui jumlah bercak pada sebidang tembok, jumlah kesalahan pengetikan yang ditemukan dalam satu lembar ketikan dan sebagainya Peta Kontrol Revisi Untuk peta kontrol yang memiliki data diluar batas kendali atau out of kontrol maka dilakukan perbaikan dengan menggunakan peta kontrol revisi. Adapun tujuan dari pemakaian peta kontrol revisi ini untuk mendapatkan peta kontrol dimana datadata berada dalam batas pengendalian. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta kontrol revisi untuk peta X dan R adalah sebagai berikut : 1. Meletakkan data pendahuluan pada peta kontrol Apabila terjadi nilai-nilai maupun subgroup-subgroup yang menyimpang dari garis sentral maka perlu dihitung garis sentral baru terhadap data yang ada. Dimana data yang diluar batas kendali di hilangkan dari peta kontrol. Untuk peta X rata-rata dan R perhitungannya dengan menggunakan rumus: x new = g i= x i x d 1 dan R g g d new = g i= 1 R i g g R d d dimana: x d = jumlah rata-rata subgroup yang ditolak

84 R d g d = jumlah range subgroup yang ditolak = jumlah subgroup yang ditolak 2. Menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah rumus: Untuk menghitung batas kontrol yang baru maka dapat digunakan dengan Dimana : x 0 = xnew R = 0 R new 0 σ 0 = R d 2 Batas Kontrol Atas Untuk Peta Revisi x new : UCL x = x0 + Aσ 0 Batas Kontrol Bawah Untuk Peta x new : UCL x = x0 Aσ 0 Batas Kontri Atas Untuk Peta R : UCL R = σ new D 2 Batas Kontri Bawah Untuk Peta R : LCL R = D 1 σ 0 new 3. Menggambarkan peta kontrol x new dan R new dengan batas control yang telah direvisi Kapabilitas Proses (C p )

85 Kapabilitas proses digunakan untuk melihat kapabilitas atau kemampuan proses. Indeks kapabilitas proses hanya layak dihitung apabila proses berada dalam pengendalian. Adapun kriteria penilaian indeks kapabilitas proses sebagai berikut : 1. Jika C p > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik. 2. Jika 1.00 C p 1,33 maka kapabilitas proses baik, namun perlu pengendalian ketat apabila C p mendekati Jika C p < 1.00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan kinerjanya melalui peningkatan proses. berikut : Perumusan untuk perhitungan nial indeks kapabilitas ini adalah sebagai σ = Cp = Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit USL = Upper specification limit Kriteria penilaian : a. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik.

86 b. Jika 1,00 Cp 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00 c. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses.

87 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang dan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan teori-teori yang mendukung dalam memecahan permasalahan yang diteliti Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pabrik pengolahan kelapa sawit PTP Nusantara IV Adolina, berada di jalan raya Medan-Pematang Siantar Kabupaten Serdang Bedagai dengan jarak Km dari kota Medan. Sesuai dengan surat izin pelaksanaan penelitian yang dikeluarkan oleh pihak PTP Nusantara IV No 04.12/X/213/V/2009 maka penelitian dapat dilakukan pada tanggal 27 Mei s/d 10 Juni Jika perlu mengadakan peninjauan ulang maka pihak pabrik dapat memberikan izin demi kelancaran penelitian Rancangan Penelitian

88 Penelitian dilakukan dengan penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif yang dilakukan dengan data non-eksperimen dengan tujuan membuat interpretasi dalam bentuk narasi yang menunjukkan kualitas dari objek penelitian untuk memecahkan serta menjawab permasalahan yang dihadapi Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu variabel dengan variabel yang lain, maka terdapat variabel penyebab atau variabel bebas (Indevenden Variable) dan variabel akibat atau variabel terikat (Dependen Variable). Adapun vaiabel-variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Independen (variabel bebas, sebab mempengaruhi) Variabel bebas merupakan variabel penelitian yang mempengaruhi dan menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel akibat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar asam lemak bebas dan kadar air pada minyak mentah kelapa sawit. 2. Variabel dependen (variabel tergantung, akibat, terpengaruh) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas minyak mentah kelapa sawit.

89 4.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu prosedur dalam menentukan sumber data yang telah direncanakan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dimana peneliti sangat perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti tenaga, waktu, dana, dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat. Pada penelitian ini teknik penentuan pengumpulan data yang dilakukan adalah berupa: 1. Data historis Mencatat prosedur pemeriksaan dan hasil pengukuran kadar asam lemak bebas dan kadar air, data gambaran umum perusahaan dan inventaris mesin dan peralatan. 2. Studi kepustakaan Mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan cara pemecahan masalah Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode pengendalian kulaitas statistik. Data yang digunakan adalah data variabel yaitu data yang berdasarkan karakteristik yang diukur secara sebenarnya. Data yang diambil adalah

90 kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran yang terkandung dalam Crude Palm Oil (CPO). Data variabel yang diperoleh dari perusahaan diolah dengan cara: 1. Menghitung normalitas data, dilakukan untuk menguji apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal, berdasarkan uji chi square. 2. Menghitung X rata-rata, rentang, dan R rata-rata dengan rumus: X g i= = 1 g X i Dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup X i = nilai rata-rata subgroup ke-i g = jumlah subgroup g R i R = = 1 g i Dimana : R = jumlah rata-rata rentang subgroup R i = nilai rentang subgroup ke-i g = jumlah subgroup 3. Menentukan batas kontrol untuk pembuatan peta kendali X dan R.

91 Batas kontrol peta X : Batas kontrol atas (BKA) = + A 2 Batas kontrol bawah (BKB) = - A 2 dimana : BKA = Batas Kontrol Atas BKB A 2 R = Batas Kontrol = Nilai Koefisien = Selisih Harga Xmaks dan Xmin Batas kontrol peta R : Batas kontrol atas (BKA) = D 4. Batas kontrol bawah (BKB) = D 3. Dimana : BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah D 4, D 3 = Nilai Koefisien 4. Menghitung harga Xnew, Rnew dan batas kendali untuk membuat peta kontrol revisi. Peta revisi dilakukan bila terdapat data di luar batas kontrol. 5. Menghitung kapabilitas proses untuk mengetahui kemampuan Analisis Data dan Pemecahan Masalah Adapun analisa dan pemecahan masalah dilakukan dalam penelitian ini dengan menganalisa hasil pengolahan data pada data yang berada pada kondisi diluar batas kendali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas dengan menggunakan alat pengendali kualitas.

92 4.7. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini akan berguna sebagai landasan dalam perbandingan hasil penelitian dngan keadaan yang ada di pabrik. Adapun flow diagram metodologi penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

93 Penetapan Masalah Menetapkan Permasalahan yang terjadi dalam perusahaan (pengendalian mutu minyak mentah ke;apa sawit) Studi Lapangan Melakukan pengamatan langsung pada perusahaan yang diteliti Studi Literatur Menyediakan literatur yang mendukung perumusan masalah 1. Pengendalian kualitas statistik 2. Metode analisis untuk peningkatan kualitas 3. Pengantar pengendalian kualitas statistik Pengumpulan Data Pengumpulan data kadar Asam Lemak Bebas (ALB), Kadar Air Pengolahan Data 1. Menghitung normalitas data 2. Menghitung nilai X rata-rata 3. Menghitung nilai R (rentang) 4. Menghitung garis sentral ( X dan R) dari jumlah rata-rata 5. menghitung batas kendali peta x dan R untuk masing-masing karakteristik data 6. menggambarkan peta kendali x dan R untuk masing-masing karakteristik 7. Membuat peta revisi bila ada data di luar batas kendali. 8. Menghitung indeks kapabilitas proses Analisa dan pemecahan masalah 1. Menganalisa sebab data yang berada di luar batas kendali 2. Analisa terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas 3. Usulan perbaikan sesuai dengan analisa perbaikan kualitas Kesimpulan dan Saran Gambar 4.1. Flow Diagram Metodologi Penelitian

94 BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian, data merupakan kunci untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan metode pengumpulan data sangat berpengaruh untuk mendapatkan data yang benar. Adapun data yang telah diperoleh dalam penelitian ini melalui beberapa metode pengumpulan data yaitu: 1. Data historis Mencatat nilai batas normal dan hasil pengukuran terhadap kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran. 2. Studi kepustakaan Mempelajari teori-teori tentang hal-hal yang berhubungan dengan cara pemecahan masalah. Adapun data nilai batas normal kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran adalah sebagai berikut: 1. Kadar Normal Asam Lemak Bebas (ALB) : 2,5% - 3,0 % 2. Kadar Normal Air : 0,1% - 0,15 %

95 3. Kadar Normal Kotoran : 0,01 % - 0,02 % Dalam hal ini perusahaan melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan syarat mutu untuk mewakili produk. Pengambilan sampel dilakukan dengan rentang 1 jam sekali selama proses produksi berlangsung Data Hasil Pengujian No Tanggal Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Air Kadar Kotoran 1 27 Mei ,86 0,136 0,02 3,31 0,131 0,02 3,27 0,134 0,021 3,31 0,141 0,021 3,24 0,131 0,021 3,32 0,148 0,02 3,1 0,14 0, Mei ,15 0,138 0,021 2,9 0,146 0,02 2,96 0,135 0,017 2,93 0,174 0,017 2,91 0,159 0, ,163 0,021 2,89 0,153 0,02

96 3 29 Mei ,38 0,165 0,021 3,18 0,157 0,019 3,31 0,151 0,019 3,12 0,148 0,017 3,2 0,158 0,021 3,35 0,163 0,022 3,35 0,147 0, Mei ,87 0,155 0,023 2,61 0,154 0,023 3,43 0,159 0,021 3,21 0,16 0,02 2,79 0,154 0,023 2,9 0,153 0,02 2,77 0,153 0,021 Data yang digunakan dalam penelitian adalah hasil pengujian kualitas CPO dengan syarat mutu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran pada laboratorium PTP. Nusantara IV dari tanggal 27 Mei 2009 hingga 25 Juni Data hasil pengujian kadar asam lemak bebas, kadar air dan kotoran dapat dilihat pada Tabel 5.1.

97 Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian Kadar ALB, Kadar Air dan Kadar Kotoran Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan) No Tanggal Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Air Kadar Kotoran 5 01-Jun-09 3,86 0,145 0,022 4,17 0,156 0,021 3,59 0,148 0,023 3,56 0,149 0,022 3,65 0,159 0,022 3,99 0,155 0,021 2,65 0,166 0, Juni ,48 0,142 0,016 3,45 0,131 0,017 3,12 0,136 0,02 3,09 0,138 0,021 2,78 0,141 0,022 3,42 0,127 0,025 3,16 0,142 0, Juni ,24 0,139 0,021 3,46 0,139 0,019

98 2,71 0,144 0,02 4 0,145 0,023 3,57 0,147 0,025 3,14 0,141 0,02 4,21 0,147 0, Juni ,07 0,146 0,02 3,01 0,159 0,023 3,05 0,163 0,021 3,07 0,154 0,022 3,05 0,157 0,022 3,08 0,151 0,02 3,08 0,152 0, Juni ,87 0,13 0,017 2,81 0,145 0,018 3,16 0,131 0,02 2,73 0,136 0,016 2,81 0,131 0,016 2,84 0,142 0,017 3,24 0,138 0,018

99 Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan) No Tanggal Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Air Kadar Kotoran 10 6 Juni ,46 0,141 0,021 2,65 0,147 0,025 3,23 0,143 0,022 2,91 0,159 0,023 2,85 0,146 0,019 2,81 0,142 0,017 2,77 0,153 0, Juni ,97 0,164 0,017 3,09 0,176 0,018 3,09 0,164 0,019 2,99 0,178 0,019 3,24 0,173 0,019 3,18 0,166 0,02 3,12 0,183 0,019

100 12 9 Juni ,09 0,15 0,019 3,59 0,158 0,018 3,68 0,151 0,02 3,55 0,157 0,022 3,19 0,15 0, ,161 0,021 3,21 0,163 0, Juni ,34 0,138 0,021 2,43 0,149 0,018 2,89 0,143 0,018 2,49 0,148 0,019 2,47 0,149 0,02 2,88 0,138 0,021 2,84 0,158 0, Juni ,22 0,137 0,021 3,69 0,133 0,02 3,14 0,138 0,022 3,04 0,131 0,023 2,88 0,138 0,021 3,21 0,128 0,023 3,04 0,141 0,021

101 Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan) No Tanggal Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Air Kadar Kotoran Juni ,2 0,143 0,02 2,94 0,141 0,02 3,47 0,148 0,019 4,28 0,143 0,019 3,33 0,145 0,021 3,15 0,139 0,021 2,96 0,14 0, Juni ,96 0,149 0,016 3,13 0,164 0,017 3,05 0,155 0,016 3,05 0,164 0,018

102 3,07 0,166 0,016 3,02 0,16 0,018 3,07 0,166 0, Juni ,11 0,172 0,02 3,42 0,169 0,019 3,68 0,166 0,018 3,43 0,173 0,016 3,19 0,169 0,017 3,66 0,18 0,02 3,19 0,167 0, Juni ,46 0,155 0,021 3,56 0,163 0,022 3,71 0,161 0,021 3,69 0,159 0,02 3,35 0,152 0,019 2,96 0,157 0,018 2,95 0,156 0, Juni ,36 0,163 0,018 3,43 0,164 0,018 3,52 0,179 0,019 3,45 0,175 0,019 3,41 0,181 0,017 3,45 0,173 0,016

103 3,7 0,172 0,016 Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan) No Tanggal Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Air Kadar Kotoran Juni ,51 0,181 0,02 3,73 0,168 0,019 3,76 0,169 0,02 3,45 0,158 0,016 3,63 0,161 0,017 3,7 0,153 0,018 3,62 0,159 0, Juni ,34 0,147 0,016 3,07 0,147 0,018

104 3,39 0,16 0,02 3,37 0,173 0,021 3,39 0,186 0,022 3,35 0,162 0,022 3,09 0,149 0, Juni ,91 0,177 0,02 4,02 0,171 0,021 4,46 0,182 0,019 4,33 0,184 0,017 4,41 0,176 0,017 3,73 0,169 0,019 3,56 0,172 0, Juni ,71 0,154 0,021 4,21 0,153 0,02 3,61 0,178 0,021 3,43 0,168 0,022 3,57 0,153 0,02 3,88 0,162 0,02 3,09 0,179 0, Juni ,6 0,182 0,019 3,93 0,143 0,018 4,57 0,171 0,016 3,63 0,146 0,018

105 2,94 0,151 0,02 3,41 0,139 0,017 3,34 0,144 0,017 Tabel 5.1. Data Hasil Pengujian... (Lanjutan) No Tanggal Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Air Kadar Kotoran Juni ,45 0,158 0,018 3,71 0,161 0,018 3,79 0,143 0,02 3,71 0,153 0,019 3,64 0,15 0,019 3,6 0,151 0,02 3,44 0,185 0, Juni ,79 0,166 0,019 3,99 0,166 0,019 3,77 0,155 0,021

106 3,6 0,172 0,018 3,44 0,164 0,019 3,92 0,159 0,017 3,53 0,153 0, Juni ,57 0,186 0,021 3,65 0,182 0,02 3,29 0,176 0,018 3,46 0,182 0,02 3,39 0,186 0,021 3,24 0,176 0,017 3,41 0,17 0, Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan melakukan uji kenormalan data, penentuan batas kendali X dan R untuk masing-masing syarat mutu CPO yang diamati dan menghitung kapabilitas proses Histogram Histogram Kadar Asam Lemak Bebas Dari data hasil pengujian kadar asam lemak bebas diatas, maka histogram kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 5.1. berikut.

107 Gambar 5.1. Histogram Kadar Asam Lemak Bebas Histogram Kadar Air Dari data hasil pengujian kadar air diatas, maka histogram kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.2. berikut. Gambar 5.2. Histogram Kadar Air Histogram Kadar Kotoran

108 Dari data hasil pengujian kadar kotoran diatas, maka histogram kadar kotoran dapat dilihat pada Gambar 5.3. berikut. Gambar 5.3. Histogram Kadar Air Uji Normalitas Data Uji Kenormalan Data Kadar Asam Lemak Bebas Adapun langkah langkah yang dilakukan untuk uji kenormalan pada Y Max = 4,57 Y min = 2,34 R = Y maks Y min = 4,57 2,34 = 2,23 K (Jumlah Kelas) :

109 K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (189) = 1 + 3,3 (2,276) = 8,51 9 kelas I = interval kelas : I = R K 2,23 = 9 = 0, Dari hasil perhitungan tersebut maka data distribusi frekuensi kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dapat dihitung seperti yang tertera pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Data Distribusi Frekuensi Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) INTERVAL BKB Titik Tengah(Xi) BKA Fi fi.xi 2,34-2,58 2,335 2,46 2, ,3 2,59-2,83 2,585 2,71 2, ,52 2,84-3,08 2,835 2,96 3, ,32 3,09-3,33 3,085 3,21 3, ,61 3,34-3,58 3,335 3,46 3, ,32 3,59-3,83 3,585 3,71 3, ,59

110 3,84 4,08 3,835 3,96 4, ,68 4,09-4,33 4,085 4,21 4, ,26 4,34-4,59 4,335 4,465 4, ,86 Total ,46 Besarnya X rata-rata data kadar Asam Lemak Bebas (ALB): X = fi. xi 628,46 = = 3,3149 fi 189 Besarnya standar deviasi ditentukan dengan persamaan : ( Xi X ) fi Sd = n 1 2 Sd = 5(2,455-3,320) = 0, (2,69 3,325) (4,345 3,325) (189 1) 2 Skor baku ditentukan oleh persamaan : Z = X X σ

111 Dari persamaan tersebut, maka skor baku dari masing-masing batas kelompok kontinu dapat ditentukan. Sebagai contoh diambil batas kelompok kontinu 2,335-2,585 sebagai berikut : Z Z 2,335 2,335 2,335 3,325 = 0,4164 = 2,38 dan Z Z 2,575 2,575 2,585 3,325 = 0,4164 = 1,78 Luas Kurva = P (-2,38 < Z < -1,78) = P (Z < -1,78) P(Z <-2,38) = 0,0375 0,0087 = Dari hasil di atas, maka diperoleh pula ekspektasi untuk masing-masing batas kontinu (ei), yang ditentukan dengan persamaan : ei = Pi x N P i = Luas Kurva N = jumlah data pengamatan Contoh : Untuk kelas I, ei = Pi x N = x 189 = 5, Nilai ekspektasi dari masing-masing batas kontinu dapat dilihat pada Tabel Tabel 5.3. Data Luas Kurva Untuk Kadar Kotoran

112 Batas Kontinu (x) P(Z BKB ) P(Z BKA ) Luas kurva F i e i 2,335-2,585-2,38-1,78 0, ,4432 2,585-2,835-1,78-1,18 0, ,4035 2,835-3,085-1,18-0,58 0, ,6180 3,085-3,335-0,58 0,02 0, ,9030 3,335-3,585 0,02 0,62 0, ,4116 3,585-3,835 0,62 1,22 0, ,5596 3,835 4,085 1,22 1,83 0, ,6664 4,085-4,335 1,83 2,43 0, ,9329 4,335-4,595 2,43 3,05 0, , Dari hasil perhitungan luas kurva pada Tabel di atas, akan digabung sehingga akan diperoleh kelas baru seperti ditunjukkan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Data Revisi Luas Kurva Dan Frekuensi Ekspektasi Kadar ALB Batas Kontinu (x) P(Z BKB ) P(Z BKA ) Luas kurva F i e i (Fi-ei)^2/ei 2,335-2,585-2,38-1,78 0, ,4432 0,036 2,585-2,835-1,78-1,18 0, ,4035 0,752

113 2,835-3,085-1,18-0,58 0, ,6180 4,231 3,085-3,335-0,58 0,02 0, ,9030 0,084 3,335-3,585 0,02 0,62 0, ,4116 0,004 3,585-3,835 0,62 1,22 0, ,5596 0,011 3,835 4,085 1,22 1,83 0, ,6664 3,030 4,085-4,595 1,83 3,05 0, ,1425 2, ,5709 Tahap pengujian : 1. Rumusan Hipotesa Ho : Data berdistribusi normal Hi : Data tidak berdistribusi normal 2. Jumlah Kelas (k) = (batas kontiniu) = 8 V (derajat kebebasan) = 8 3 = 5 Level of significance (α) = Nilai Chi Kuadrat hitung 4 2 ( Oi ei) χ = ei i= 1 2 = 10, Nilai Chi Kuadrat tabel untuk V = 5 dan (α) = 0.05 adalah X = Chi Kuadrat hitung < Chi Kuadrat tabel (10,5709 < ) 0.05

114 Karena chi kuadrat hitung < Chi kuadrat tabel, maka Ho diterima. Sehingga diperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas data masing-masing karakteristik Crude Palm Oil (CPO) dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Jenis Karakteristik Σ Fi Chi Kuadrat Hitung Chi Kuadrat Tabel Keterangan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) , Data Normal Kadar Air 189 7, ,592 Data Normal Kadar Kotoran 189 7, ,070 Data Normal Peta dan R untuk Kadar Asam Lemak Bebas Membuat peta kontrol dengan mencari nilai rata-rata X. Nilai rata-rata X yang juga merupakan garis tengah didapatkan dengan rumus: X g i= = 1 g X i dimana: X X i = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup = nilai rata-rata subgroup ke-i

115 g = jumlah subgroup Batas kontrol untuk peta ini adalah : Batas kontrol atas (BKA) = + A 2 Batas kontrol bawah (BKA) = - A 2 Peta kontrol R merupakan peta untuk menggambarkan rentang data dari suatu sub group, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g R i R = = 1 g i dimana: R R i g = jumlah rata-rata rentang subgroup = nilai rentang subgroup ke-i = jumlah subgroup Batas-batas kontrol untuk peta R ini adalah: Batas kontrol atas (BKA) = D 4. Batas kontrol bawah (BKB) = D 3. Nilai A2 dapat dilihat pada tabel faktor untuk peta dan tabel faktor D 3 dan D 4 untuk peta R. Penggunaan peta dan R secara bersama-sama dapat dilakukan tanpa menggunakan standar deviasi, tetapi dengan menggunakan faktor-faktor yang

116 terdapat dalam table pengendalian variabel yang tertera pada lampiran. Perhitungan X danr dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Perhitungan x dan R Pada Pengujian Kadar Asam Lemak Bebas Tanggal No Sampel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 R 11-Mei ,86 3,31 3,27 3,31 3,24 3,32 3,1 3,20 0,46 12-Mei ,15 2,9 2,96 2,93 2,91 3 2,89 2,96 0,26 13-Mei ,38 3,18 3,31 3,12 3,2 3,35 3,55 3,30 0,43 14-Mei ,87 2,61 3,43 3,21 2,79 2,9 2,77 2,94 0,82 15-Mei ,86 4,17 3,59 3,56 3,65 3,99 2,65 3,64 1,52 16-Mei ,48 3,45 3,12 3,09 2,78 3,42 3,16 3,21 0,70 18-Mei ,24 3,46 2,71 4 3,57 3,14 4,21 3,48 1,50 19-Mei ,07 3,01 3,05 3,07 3,05 3,08 3,08 3,06 0,07 20-Mei ,87 2,81 3,16 2,73 2,81 2,84 3,24 2,92 0,51 21-Mei ,46 2,65 3,23 2,91 2,85 2,81 2,77 2,81 0,77 22-Mei ,97 3,09 3,09 2,99 3,24 3,18 3,12 3,10 0,27 23-Mei ,09 3,59 3,68 3,55 3,19 3 3,21 3,33 0,68 25-Mei ,34 2,43 2,89 2,49 2,47 2,88 2,84 2,62 0,55 26-Mei ,22 3,69 3,14 3,04 2,88 3,21 3,04 3,32 1,34

117 27-Mei ,2 2,94 3,47 4,28 3,33 3,15 2,96 3,34 1,34 28-Mei ,96 3,13 3,05 3,05 3,07 3,02 3,07 3,05 0,17 29-Mei ,11 3,42 3,68 3,43 3,19 3,66 3,19 3,40 0,57 30-Mei ,46 3,56 3,71 3,69 3,35 2,96 2,95 3,56 0,76 01-Jun ,36 3,43 3,52 3,45 3,41 3,45 3,7 3,62 0,95 02-Jun ,51 3,73 3,76 3,45 3,63 3,7 3,62 3,63 0,31 03-Jun ,34 3,07 3,39 3,37 3,39 3,35 3,09 3,29 0,32 04-Jun ,91 4,02 4,46 4,33 4,41 3,73 3,56 3,92 1,55 05-Jun ,71 4,21 3,61 3,43 3,57 3,88 3,09 3,69 1,12 06-Jun ,6 3,93 4,57 3,63 2,94 3,41 3,34 3,63 1,63 08-Jun ,45 3,71 3,79 3,71 3,64 3,6 3,44 3,62 0,35 09-Jun ,79 3,99 3,77 3,6 3,44 3,92 3,53 3,64 0,55 10-Jun ,57 3,65 3,29 3,46 3,39 3,24 3,41 3,43 0,41 Total 89,69 19,91 Membuat peta kontrol menggunakan rata-rata X. Nilai rata-rata X yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus: X g i= = 1 g X i

118 dimana: X X i g = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup = nilai rata-rata subgroup ke-i = jumlah subgroup X g i= = 1 g X i 89,69 X = = 3, Penetuan garis tengah R yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g R i R = = 1 g i dimana: R R i g = jumlah rata-rata rentang subgroup = nilai rentang subgroup ke-i = jumlah subgroup g R i R = = 1 g i R 19,91 = = 0, Nilai dari A2 = 0,419, D3 = 5,204 dan D4 = 1,924 untuk ukuran sub grup 7 didapat dari table faktor A dan D pembentuk peta kendali adalah: Batas kendali untuk kadar kotoran adalah:

119 BKA = X + A2. R = 3,32 + (0,419 x 0,737) = 3,63 BKB = X - A2. R = 3,32 - (0,419 x 0,728) = 3,02 Batas kendali Peta R adalah: BKA = D4. R = 1,924 x 0,728 = 1,42 BKB = D3 x R = 5,204 x 0,728 = 0,058 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali X dan R yang tertera pada Gambar 5.4. dan Gambar 5.5.

120 Gambar 5.4. Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Gambar 5.5. Peta Kendali R Kadar Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Dari peta kendali X dan R diatas terdapat data yang out of control, yaitu data untuk peta kendali X dengan nomor sampel 2,4,5,9,10,13,22,23,26 untuk data peta kendali R dengan nomor sampel 5,9,22,24. Karena terdapat data yang out of control maka dilakukan revisi terhadap peta kendali X dan R. Revisi I untuk peta X adalah :

121 X new Xo = Xnew 89,69 2,96 2,94...3,64 = ,55 Xnew = 18 = 3,364 R new = Ro = R new Ro = 19,65 1,520 1,5 1,55 1, = 13, = 0,585 Untuk ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: Batas kendali untk peta X adalah : σo = = 0,585 2,704 = 0,216

122 Maka BKA = o +A.σo = 3, ,134. 0,216 = 3,61 Maka BKB = o - A.σo = 3,364-1,134. 0,216 = 3,11 Batas kendali untuk peta R adalah: BKA R = D2. σo = 5,204 x 0,216 = 1,125 BKB R = D1. σo = 0,204 x 0,216 = 0,044 Peta revisi I dari peta X dan R untuk kadar Asam Lemak Bebas dapat dilihat pada Gambar 5.6. dan Gambar 5.7 berikut.

123 Gambar 5.6. Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Asam Lemak Bebas Gambar 5.7. Peta Kontrol R Revisi I untuk Kadar Asam Lemak Bebas Setelah dilakukan revisi I masih terdapat data yang diluar batas kendali yaitu peta kendali X pada data nomor sampel 5,6,10,13,14,16,17. Sedangakan pada peta R setelah dilakukan revisi terdapat data yang diluar kendalai yaitu pada nomor sampel 12,13. Maka akan kembalidilakukan revisi untuk mendapatkan data yang berada dalam batas kendali.

124 Revisi II untuk Peta X adalah: X new = = 60,55 3,06 3,10 3,05 3,62 3,63 3,63 3, = 36,85 11 = 3,35 R new = = 13,45 1,340 1, = 0,513 Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: Batas kendali untuk peta kendali X adalah : σo = = 0,513 2,704 = 0,190

125 BKA = o +A.σo = 3,35 + 1,134. 0,190 = 3,56 BKB = o - A.σo = 3,35-1,134. 0,190 = 3,13 Batas kendali untuk peta R adalah: BKA R = D2. σo = 5,204. 0,194 =0,987 BKB R = D1. σo = 0,204. 0,194 = 0,039 Peta revisi II dari peta X untuk kadar ALB dapat dilihat pada Gambar 5.8. Gambar 5.8. Peta Kontrol X Revisi II untuk Kadar Asam Lemak Bebas

126 Peta revisi II dari peta R untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.9. Gambar 5.9. Peta Kontrol R Revisi II untuk Kadar Asam Lemak Bebas Setelah dilakukan revisi II maka pada peta kendali X dan R tidak terdapat data yang diluar batas kendali. Berdasarkan hasil revisi dapat dilihat bahwa data sudah berada dalam batas pengendalian, selanjutnya dapat ditentukan proses kapabilitasnya. Cp = Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit

127 USL = Upper specification limit Kriteria penilaian : 1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik. 2. Jika 1,00 Cp 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00 3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses. Cp = Cp = 3,0 2,5 6.0,19 = 0,43 Cpl = = 3,35 2,5 3.0,19 = 1,49 Cpu =

128 Cpu = 3,0 3,35 3.0,19 = -0,61 min Cpk = {( ( cpu) or( cpl)} 3σ 0 {( USL X ) min or( X LSL) = 3σ (3,0 3,35) 0r (3,35 2,5) = = 3(0.19) 0,35 = = 0,61 0,57 Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cpk, Cp, < 1,33 menunjukkan bahwa proses rendah dan tidak tidak mampu memenuhi spesifikasi Peta dan R untuk Kadar Air Data kadar air yang telah dikelompokan dalam 7 sub group kemudian dicari nilai X rata-rata dan range. berikut perhitungan X rata-rata dan range yang dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7. Perhitungan dan R Pada Pengujian Kadar Air Tanggal No Sampel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 R

129 11-Mei ,136 0,131 0,134 0,141 0,131 0,148 0,14 0,137 0,46 12-Mei ,138 0,146 0,135 0,174 0,159 0,163 0,153 0,153 0,26 13-Mei ,165 0,157 0,151 0,148 0,158 0,163 0,147 0,156 0,43 14-Mei ,155 0,154 0,159 0,16 0,154 0,153 0,153 0,155 0,82 Tabel 5.7. Perhitungan dan R... (Lanjutan) Tanggal No Sampel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 R 15-Mei ,145 0,156 0,148 0,149 0,159 0,155 0,166 0,154 1,52 16-Mei ,142 0,131 0,136 0,138 0,141 0,127 0,142 0,137 0,70 18-Mei ,139 0,139 0,144 0,145 0,147 0,141 0,147 0,143 1,50 19-Mei ,146 0,159 0,163 0,154 0,157 0,151 0,152 0,155 0,07 20-Mei ,13 0,145 0,131 0,136 0,131 0,142 0,138 0,136 0,51 21-Mei ,141 0,147 0,143 0,159 0,146 0,142 0,153 0,147 0,77 22-Mei ,164 0,176 0,164 0,178 0,173 0,166 0,183 0,172 0,27 23-Mei ,15 0,158 0,151 0,157 0,15 0,161 0,163 0,156 0,68 25-Mei ,138 0,149 0,143 0,148 0,149 0,138 0,158 0,146 0,55 26-Mei ,137 0,133 0,138 0,131 0,138 0,128 0,141 0,135 1,34 27-Mei ,143 0,141 0,148 0,143 0,145 0,139 0,14 0,143 1,34

130 28-Mei ,149 0,164 0,155 0,164 0,166 0,16 0,166 0,161 0,17 29-Mei ,172 0,169 0,166 0,173 0,169 0,18 0,167 0,171 0,57 30-Mei ,155 0,163 0,161 0,159 0,152 0,157 0,156 0,158 0,76 01-Jun ,163 0,164 0,179 0,175 0,181 0,173 0,172 0,172 0,95 02-Jun ,181 0,168 0,169 0,158 0,161 0,153 0,159 0,164 0,31 03-Jun ,147 0,147 0,16 0,173 0,186 0,162 0,149 0,161 0,32 04-Jun ,177 0,171 0,182 0,184 0,176 0,169 0,172 0,176 1,55 05-Jun ,154 0,153 0,178 0,168 0,153 0,162 0,179 0,164 1,12 06-Jun ,182 0,143 0,171 0,146 0,151 0,139 0,144 0,154 1,63 08-Jun ,158 0,161 0,143 0,153 0,15 0,151 0,185 0,157 0,35 09-Jun ,166 0,166 0,155 0,172 0,164 0,159 0,153 0,162 0,55 10-Jun ,186 0,182 0,176 0,182 0,186 0,176 0,17 0,180 0,41 Total 4,203 0,537 Membuat peta kontrol menggunakan rata-rata X. Nilai rata-rata X yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus : X g i= = 1 g X i dimana: X = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup

131 X i g = nilai rata-rata subgroup ke-i = jumlah subgroup X g i= = 1 g X i X = 4, = 0,156 Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g R i R = = 1 g i dimana: R R i g = jumlah rata-rata rentang subgroup = nilai rentang subgroup ke-i = jumlah subgroup g R i R = = 1 g i = 0, = 0,020 Nilai A2= 0,419, D3= 0,076 dan D4= 1,924 didapat dari table faktor A dan D pembentuk peta kendali untuk ukuran sub grup 7 Batas kendali untuk kadar abu adalah:

132 BKA = X + A2. R = 0, ,419 x 0,02 = 0,164 BKB = X - A2. R = 0,156-0,419 x 0,02 = 0,147 Batas kendali Peta R adalah: BKA = D4. R = 1,924 x 0,020 = 0,038 BKB = D3 x R = 0,076 x 0,020 = 0,002 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali X dan R yang tertera pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11.

133 Gambar Peta Kendali x untuk Kadar Air Gambar Peta Kendali R untuk Kadar Air

134 Dari peta kendali X di atas terdapat data yang out of control, data dengan nomor sampel1,4,6,10,11,13,14,17,19,21,22,27. Untuk peta R data yang out of control dengan nomor sampel 2,21,24,25 untuk data R. Karena terdapat data yang diluar batas kendali maka perlu dilakukan revisi. Revisi I untuk peta x dan R adalah: X new = Xo = Xnew = 4,203 0,138 0,167 0,137 0,136 0, , = 2, = 0,155 R new = Rnew = 0,537 0,039 0,039 0,043 0, = 0, = 0,0163

135 Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: Batas kendali untuk peta X adalah: σo = = 0,0163 2,704 = 0,0060 BKA = o +A.σo = 0, ,134. 0,0060 = 0,161 BKB = o - A.σo = 0, ,134. 0,0060 = 0,148 Batas kendali untuk peta R adalah: BKA R = D2. σo = 5,204 x 0,0060 = 0,0313

136 BKB R = D1. σo = 0,204 x 0,0060 = 0,0012 Peta revisi I dari peta X untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar Gambar Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Air Peta revisi I dari peta R untuk kadar abu dapat dilihat pada Gambar 5.13.

137 Gambar Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Air Setelah dilakukan revisi pada peta X masih ada data yang diluar batas kendali yaitu data nomor sampel 1,7,10, maka dilakukan revisi kembali untuk mendapatkan data yang berada dalam batas kendali. Sedangkan pada peta R data suadah berada dalam batas kendali. Revisi II untuk Peta X adalah: X new = = 2,165 0,138 0,147 0, = 1, = 0,156

138 Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga: σo = = 0,0163 2,704 = 0,0060 BKA = o +A.σo = ,134. 0,0060 = 0,166 BKB = o - A.σo = ,134. 0,0060 = 0,146 Peta revisi II dari peta X untuk kadar air dapat dilihat pada Gambar 5.14.

139 Gambar Peta Kontrol X Revisi II untuk Kadar air kendali. Setelah dilakukan revisi II maka semua data pada peta X terdapat dalam batas Cp = Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit USL = Upper specification limit Kriteria penilaian : 1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik. 2. Jika 1,00 Cp 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00

140 3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses. Cp = Cp = 0,15 0,05 6.0,006 = 2,77 Cpl = = 0,156 0,05 3.0,006 = 5,89 Cpu = Cpu = 0,15 0, ,006 = -0,33

141 min Cpk = {( ( cpu) or( cpl)} 3σ 0 {( USL X ) min or( X LSL) = 3σ (0,10 0,156) 0r (0,156 0,05) = 3(0.006) 0,056 = = 3,11 0,018 Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cp = 2,77 menunjukkan bahwa Cp >1,00 maka proses sangat baik, ssedangkan Cpk < 1,00 sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses dimana spesifikasi berada diluar batas Peta dan R untuk Kadar Air Data kadar air yang telah dikelompokan dalam 7 sub group kemudian dicari nilai X rata-rata dan range. berikut perhitungan X rata-rata dan range yang dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.8. Perhitungan dan R Pada Pengujian Kadar Kotoran Tanggal No Sampel R

142 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 11-Mei ,02 0,02 0,021 0,021 0,021 0,02 0,02 0,02 0, Mei ,021 0,02 0,017 0,017 0,019 0,021 0,02 0,017 0, Mei ,021 0,019 0,019 0,017 0,021 0,022 0,021 0,017 0, Mei ,023 0,023 0,021 0,02 0,023 0,02 0,021 0,02 0, Mei ,022 0,021 0,023 0,022 0,022 0,021 0,022 0,021 0, Mei ,016 0,017 0,02 0,021 0,022 0,025 0,022 0,016 0, Mei ,021 0,019 0,02 0,023 0,025 0,02 0,022 0,019 0,006 Tabel 5.8. Perhitungan dan R... ( Lanjutan) Tanggal No Sampel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 R 19-Mei Mei ,02 0,023 0,021 0,022 0,022 0,02 0,019 0,019 0,004 0,017 0,018 0,02 0,016 0,016 0,017 0,018 0,016 0,004

143 21-Mei ,021 0,025 0,022 0,023 0,019 0,017 0,016 0,016 0, Mei ,017 0,018 0,019 0,019 0,019 0,02 0,019 0,017 0, Mei ,019 0,018 0,02 0,022 0,019 0,021 0,02 0,018 0, Mei ,021 0,018 0,018 0,019 0,02 0,021 0,022 0,018 0, Mei ,021 0,02 0,022 0,023 0,021 0,023 0,021 0,02 0, Mei ,02 0,02 0,019 0,019 0,021 0,021 0,023 0,019 0, Mei ,016 0,017 0,016 0,018 0,016 0,018 0,018 0,016 0, Mei ,02 0,019 0,018 0,016 0,017 0,02 0,021 0,016 0, Mei Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun ,021 0,022 0,021 0,02 0,019 0,018 0,019 0,018 0,004 0,018 0,018 0,019 0,019 0,017 0,016 0,016 0,016 0,003 0,02 0,019 0,02 0,016 0,017 0,018 0,019 0,016 0,004 0,016 0,018 0,02 0,021 0,022 0,022 0,025 0,016 0,009 0,02 0,021 0,019 0,017 0,017 0,019 0,02 0,017 0,004 0,021 0,02 0,021 0,022 0,02 0,02 0,021 0,02 0,002 0,019 0,018 0,016 0,018 0,02 0,017 0,017 0,016 0,004 0,018 0,018 0,02 0,019 0,019 0,02 0,018 0,018 0,002 0,019 0,019 0,021 0,018 0,019 0,017 0,018 0,017 0,004 0,021 0,02 0,018 0,02 0,021 0,017 0,02 0,017 0,004 Total 0,5313 0,112

144 Nilai rata-rata X yang juga merupakan garis sentral didapatkan dengan rumus: X g i= = 1 g X i dimana: X X i g = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup = nilai rata-rata subgroup ke-i = jumlah subgroup X g i= = 1 g X i X 0,5313 = 27 = 0,02 Penetuan garis sentral, yakni rentang rata-rata adalah sebagai berikut: g R i R = = 1 g i dimana: R = jumlah rata-rata rentang subgroup R i g = nilai rentang subgroup ke-i = jumlah subgroup

145 g R i R = = 1 g i = 0, = 0,004 Harga A2 = 0,419, D3 = 0,076 dan D4 = 1,924 dari table faktor A dan D pembentuk peta kendali untuk ukuran sub grup 4 adalah: Batas kendali untuk kadar zat menguap adalah: BKA = X + A2. R = 0,02+ 0,419 x 0,004 = 0, ,017 = 0,021 BKB = X - A2. R = 0,02-0,419 x 0,004 = 0,4016 0,017 = 0,0181 Batas kendali Peta R adalah:

146 BKA = D4. R = 1,924 x 0,004 = 0,008 BKB = D3 x R = 0,076 x 0,0163 = 0,0003 Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan peta kendali x dan R yang tertera pada Gambar 5.15 dan Gambar Gambar Peta Kendali X untuk Kadar Kototan

147 Gambar Peta Kendali R untuk Kadar Kotoran Dari peta kendali X diatas terdapat data yang out of control, data dengan nomor sampel 4,5,9,14,16. Untuk peta R data yang out of control adalah data dengan nomor sampel 6,10,21. Karena terdapat data yang out of control maka perlu dilakukan revisi. Revisi I untuk X dan R adalah: X new = Ro = Xnew = 0,5313 0,022 0,022 0,022 0,017 0, = 0,431 22

148 = 0,022 R new = Rnew = 0,112 0,009 0,009 0, = 0, = 0,0035 Karena ukuran sampel n=7, maka d2= 2,704 (harga ini dapat dilihat pada lampiran), sehingga batas kendali untuk revisi peta X adalah : σo = = 0,0035 2,704 = 0,00131 BKA = o +A.σo = 0, ,134. 0,00131 = 0, ,0015 = 0,021

149 BKB = o - A.σo = 0,022-1,134.( 0,00131) = 0,022-0,0015 = 0,018 Batas kendali untuk revisi peta R adalah : BKA R = D2. σo = 5,204 x 0,00131 = 0,007 BKB R = D1. σo = 0,204 x 0,00131 = 0, Peta revisi I dari peta X untuk kadar zat menguap dapat dilihat pada Gambar

150 Gambar Peta Kontrol X Revisi I untuk Kadar Kotoran Peta revisi I dari peta R untuk kadar zat menguap dapat dilihat pada Gambar Gambar Peta Kontrol R Revisi I untuk Kadar Kotoran Berdasarkan hasil revisi dapat dilihat bahwa data sudah berada dalam batas pengendalian, selanjutnya dapat ditentukan proses kapabilitasnya.

151 Cp = Cp = Process capability LSL = Lower specificati limit USL = Upper specification limit Kriteria penilaian : 1. Jika Cp > 1,33 maka kapabilitas proses sangat baik. 2. Jika 1,00 Cp 1,33 maka kapabilitas baik, namun perlu pengendalian ketat apabila Cp mendekati 1,00 3. Jika Cp < 1,00 maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu diperhatikan tingkat kinerjanya melalui peningkatan proses. Cp = Cp = 0,020 0,01 6.0,001 = 1,6 Cpl =

152 = 0,022 0,01 3.0,001 = 4 Cpu = Cpu = 0,02 0, ,001 = -0,66 min Cpk = {( ( cpu) or( cpl)} 3σ 0 {( USL X ) min or( X LSL) = 3σ (0,02 0,022) 0r (0,022 0,01) = 3(0.001) 0,02 = = 0,66 0,003 Berdasarkan ukuran indeks kerja, dapat diketahui bahwa Cp > 1,6 menunjukkan bahwa kapabilitas proses sangat baik. Sedangkan Cpk <1,00 menunjukkan kinerja proses yang rendah dimana berada diluar batas spesifikasi.

153 BAB VI ANALISA DAN EVALUASI 6.1. Analisa Analisa dilakukan dengan menganalisis hasil Statistical Quality Control (SQC) yaitu dari diagram histogram, hasil perhitungan peta pengendalian kualitas, dan menganalisa faktor yang mempengaruhi kualitas dengan menggunakan alat pengendalian kualitas diagram sebabakibat.

154 Analisa Histogram Berdasarkan hasil histogram pada kadar asam lemak bebas, maka dapat dilihat bahwa terdapat 123 data yang berada pada luar batas normal untuk standar mutu kadar asam lemak bebas yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan untuk kadar air terdapat 109 data yang berada diluar batas normal untuk standar mutu dari perusahaan. Untuk kadar kotoran terdapat data sebanyak 67 data berada diluar batas normal syarat mutu yang telah ditetapkan Analisa Peta Kendali X dan R Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) dapat dianalisa bahwa masih banyak data yang berada diluar batas kendali seperti yang tertera pada Tabel 6.1 sampai Analisis hasil pengolahan untuk kadar Asam Lemak Bebas. Batas kendali peta X untuk kadar asam lemak bebas adalah: BKA = 3,56 BKB = 3,13

155 Batas kendali peta R untuk kadar asam lemak bebas adalah: BKA = 0,987 BKB = 0,039 Hasil pengolahan kadar asam lemak bebas yang berada diluar batas kendali dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut ini. Tabel 6.1. Analisis Hasil Pengolahan Kadar ALB di Luar Batas Kendali No R 1 3,20 0, ,96 (di luar batas kendali) 0, ,30 0, ,94 (di luar batas kendali) 0, ,64 (di luar batas kendali) 1,520 (di luar batas kendali) 6 3,21 0, ,48 1,500 (di luar batas kendali)

156 8 3,06 (di luar batas kendali) 0, ,92 (di luar batas kendali) 0, ,81 (di luar batas kendali) 0, ,10 (di luar batas kendali) 0, ,33 0, ,62 (di luar batas kendali) 0, ,32 1,340 (di luar batas kendali) 15 3,34 1,340 (di luar batas kendali) 16 3,05 (di luar batas kendali) 0, ,40 0, ,56 0, ,62 (di luar batas kendali) 0, ,63 (di luar batas kendali) 0, ,29 0, ,92 (di luar batas kendali) 1,550 (di luar batas kendali) 23 3,69 (di luar batas kendali) 0,860 Tabel 6.1. Analisis Hasil... (Lanjutan)

157 No R 24 3,63 (di luar batas kendali) 1,630 (di luar batas kendali) 25 3,62 (di luar batas kendali) 0, ,64 (di luar batas kendali) 0, ,43 0,410 Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai 3,56 dan data yang berada dibawah nilai 3,13 berada diluar batas kendali. Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,987 dan dibawah nilai 0,039 berada diluar batas kendali. 2. Analisis hasil pengolahan untuk kadar air. Batas kendali peta X rata-rata untuk kadar air adalah: BKA = 0,166 BKB = 0,146 Batas kendali peta R untuk kadar air adalah: BKA = 0,031 BKB = 0,0012 Hasil pengolahan kadar air yang berada diluar batas kendali dapat dilihat pada Tabel 6.2 berikut ini.

158 Tabel 6.2. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Air di Luar Batas Kendali No R 1 0,138 (di luar batas kendali) 0, ,152 0,039 (di luar batas kendali) 3 0,156 0, ,167 (di luar batas kendali) 0, ,150 0, ,137 (di luar batas kendali) 0, ,144 0, ,155 0, ,136 (di luar batas kendali) 0, ,146 (di luar batas kendali) 0, ,169 (di luar batas kendali) 0, ,155 0, ,146 (di luar batas kendali) 0, ,142 (di luar batas kendali) 0, ,147 (di luar batas kendali) 0, ,161 0, ,168 (di luar batas kendali) 0, ,157 0, ,170 (di luar batas kendali) 0, ,164 (di luar batas kendali) 0, ,167 (di luar batas kendali) 0,039 (di luar batas kendali) 22 0,174 (di luar batas kendali) 0,015

159 23 0,160 0, ,155 0,043 (di luar batas kendali) 25 0,157 0,042 (di luar batas kendali) 26 0,160 0, ,172 (di luar batas kendali) 0,016 Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai 0,166 dan data yang berada dibawah nilai 0,146 berada diluar batas kendali. Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,031 dan dibawah nilai 0,0012 berada diluar batas kendali. 3. Analisis hasil pengolahan untuk kadar kotoran Batas kendali peta X rata-rata untuk kadar kotoran adalah: BKA = 0,021 BKB = 0,018 Batas kendali peta R untuk kadar kotoran adalah: BKA = 0,007 BKB = 0,0003 Hasil pengolahan kadar kotoran yang berada diluar batas kendali dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini.

160 Tabel 6.3. Analisis Hasil Pengolahan Kadar Kotoran di Luar Batas Kendali No R 1 0,020 0, ,019 0, ,020 0, ,022 (di luar batas kendali) 0, ,022 (di luar batas kendali) 0, ,021 0,009 (di luar batas kendali) 7 0,021 0, ,021 0, ,017 (di luar batas kendali) 0, ,020 0,009 (di luar batas kendali) 11 0,018 0, ,020 0, ,020 0, ,022 (di luar batas kendali) 0, ,020 0, ,017 (di luar batas kendali) 0, ,019 0, ,020 0,004

161 Tabel 6.3. Analisis Hasil Pengolahan... (Lanjutan ) No R 19 0,018 0, ,018 0, ,021 0,009 (di luar batas kendali) 22 0,019 0, ,021 0, ,018 0, ,019 0, ,019 0, ,020 0,004 Berdasarkan hasil revisi batas kendali mean (X) maka data yang diatas nilai 0,021 dan data yang berada dibawah nilai 0,018 berada diluar batas kendali. Sedangkan untuk peta kendali range (R) data yang berada diatas nilai 0,007 dan dibawah nilai 0,0003 berada diluar batas kendali. Berikut adalah jenis uji karakteristik dan jumlah data yang berada diluar batas kendali dimana dapat dilihat pada Tabel 6.4.

162 Tabel 6.4. Jenis Uji Karakteristik Dan Jumlah Data Di Luar Batas Kendali No Jenis uji Kerakteristik Jumlah kondisi di luar batas kendali Peta kendali Peta kendali R 1 Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Kadar Air Kadar Kotoran Analisa Kondisi Data di Luar Batas Kendali dengan Diagram Sebab Akibat Dari histogram terlihat bahwa jumlah data diluar batas kendali terbesar adalah data kadar asam lemak bebas dan kadar air diikuti dengan kadar kotoran. Dengan demikian akan dilakukan analisa penyebab kerusakan tersebut dengan menggunakan cause and effect diagram.

163 1. Kadar Asam Lemak Bebas Kadar asam lemak bebas (ALB) mengandung enzim penstimulir yang bersifat katalisator, dimana enzim ini dapat membentuk asam lemak bebas. Kadar asam lemak bebas merupakan hal pokok dalam penentuan kualitas Crude palm oil. Dimana semakin tinggi kadar asam lemak bebas maka semakin rendah nilai kualitas dari crude palm oil. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat. a. Bahan baku, yaitu dapat disebabkan langsung dari induk pohonnya, kematangan yang tepat, penanganan pasca panen terhadap bahan baku, lama penyimpanan bahan baku. b. Manusia, yaitu ketidaktelitian pada saat pelaksanaan produksi. c. Metode kerja, yaitu pembentukan asam lemak bebas karena perebusan yang tidak sempurna. d. Mesin, yaitu kurangnya kebersihan disebabkan sisa kotoran produksi, kurangnya perawatan mesin. e. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan yang kotor. Diagram sebab akibat untuk kadar asam lemak bebas dapat dilihat pada Gambar 6.1.

164 Manusia Kurang memperhatikan pekerjaan ketelitian Mesin Kurangnya perwawatan pada mesin Produktivitas mesin rendah Bahan Baku Tidak dilakukan sortasi Kematangan yang tidak tepat Lama penyimpanan bahan baku Induk pohon kelapa sawit Penanganan pasca panen Sisa produksi,sampah Lingkungan yang kotor Telalu lama dalam tangki timbun Perebusan tidak maksimal Tingginya kadar ALB Kadar ALB Lingkungan Kerja Metode Kerja Gambar 6.1. Diagram Sebab Akibat Kadar Asam Lemak Bebas 2. Kadar air Kadar air yang terkandung dalam minyak sawit akan mempengaruhi nilai kadar asam lemak bebas. Semakin tinggi nilai kadar air semakin tinggi pula kadar asam lemak bebeas yang terbentuk. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat. a. Bahan baku, bahan baku yang terlalu matang mengandung kadar air yang tinggi. b. Metode kerja, yaitu perebusan bahan baku yang tidak sempurna di satasiun perebusan. pengurangan kadar air yang yang tidak sempurna pada mesin oil purifier. Pemisahan kadar air dengan kadar kotoran yang berdasarkan berat jenis yang tidak sempurna.

165 c. Manusia, yaitu kurangnya ketelitian pada saat bekerja, hal tersebut dikarena pekerja tidak terlalu memperhatikan pekerjaan dan kurangnya konsentrasi terhadap pekerjaan, kelehan pada saat bekerja disebabkan jam kerja yang terlalu tinggi. d. Mesin, yaitu mesin yang kurang terawat sehingga menyebabkan kurangnya performa mesin tersebut. MESIN BAHAN BAKU Performa mesin kurang Kematangan yang tidak tepat Induk pohon Kurang perawatan Tidak dilakukan sortasi Penanganan pasca panen Kelelahan dan kurang knsentrasi Pemisahan berat jenis kadar air Kadar air tinggi Kadar Air Kurangnya ketelitian MANUSIA performa blow disk rendah METODE KERJA Perebusan kadar air yang tidak sempurna Gambar 6.2. Diagram Sebab Akibat Kadar Air 3. Kadar Kotoran Kadar kotoran dipengaruhi oleh proses pengolahan. Selain itu kandungan pasir, ampas serat daging pada buah sawit. Untuk memperoleh sebab lainnya ditelusuri melalui alat pengendalian kualitas yaitu diagram sebab akibat. a. Bahan baku, disebabkan penyimpanan bahan baku yang tidak bersih, bahan baku yang memiliki serat yang tebal.

166 b. Manusia, yaitu operator yang kurang teliti dalam bekerja, hal tersebut dikarena pekerja tidak bekerja sesuai dengan standar operasi pabrik yang diberikan,dan kelehan pada saat bekerja. c. Metode kerja, yaitu penyaringan yang tidak maksimal pada saringan getar dengan ayaka mesh 30 dan 40. Tercampurnya minyak dengan kotoran pada saat pengendapan di crude oil tank dan continuous settling tank. d. Mesin, yaitu pengaturan waktu dan putaran yang tidak sesuai dengan standar operasi. e. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan kerja yang kotor, banyaknya sisa produksi. Diagram sebab akibat untuk kadar kotoran dapat dilihat pada Gambar 6.3. pasir pada buah Tempat penyimpanan kotor Produktivitas mesin rendah Mesin Kurangnya perwawatan pada mesin Bahan Baku Lingkungan yang kotor Sisa produksi Lingkungan Kerja Kelelaha Manusia Pengadukan tidak sempurna pemisahan otorandan minyak tidak sempurna Metode Kurang memperhatikan pekerjaan Kurang ketelitian Pengendapan tidak sempurna Penyaringan kadar kotoran yang tidak sempurna Kadar Kotoran Gambar 6.3. Diagram Sebab Akibat Kadar Kotoran Analisa kemampuan Proses

167 Dari penggunaan batas atas spesifikasi (USL) dan batas bawah spesifikasi (LSL) yang telah ditentukan, maka didapat hasil perhitungan Cp dan Cpk sebagai berikut: a. Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dimana nilai Cp = 0,43 sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -0,61. Dapat dilihat nilai CP, Cpk < 1 maka kapabilitas proses dan kinerja proses sangat rendah. b. Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar air dimana nilai Cp = 1,38 sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -3,11. Dapat dilihat nilai CP >1,33 maka kapabilitas proses sangat baik dan nilai Cpk < 1 maka kinerja proses sangat rendah. c. Untuk nilai indeks proses kapabilitas dari kadar air dimana nilai Cp = 1,6 sedangkan nilai indeks kinerja proses Cpk = -0,66. Dapat dilihat nilai CP >1,33 maka kapabilitas proses sangat baik dan nilai Cpk < 1 maka kinerja proses sangat rendah Evaluasi Evaluasi Peta kendali X dan R Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Asam Lemak Bebas

168 Pada peta kontrol X dan R terdapat data yang out of control sehingga perlu dilakukan revisi sebanyak 2 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar asam lemak bebas sudah berada di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi.. Hal ini dipengaruhi data yang digunakan selalu berubah-ubah yang tidak tersebar normal sehingga tidak dapat dikendalikan dan menyebebkan data banyak yang melewati batas controlnya Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Air Pada peta kontrol X terdapat data yang out of control sehingga perlu dilakukan revisi sebanyak 2 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar air sudah berada di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi. Hal ini dipengaruhi data yang digunakan selalu berubah-ubah. sehingga tidak dapat dikendalikan dan menyebebkan data banyak yang melewati batas controlnya. Pada peta R dilakukan sekali revisi,setelah itu data range kadar air sudah didalam batas kontrol Evaluasi Peta Kendali X dan R kadar Kotoran

169 Pada peta kontrol X dan R terdapat data yang out of control sehingga perlu dilakukan revisi sebanyak 1 kali. Setelah di revisi seluruh data kadar air sudah berada di dalam batas kontrol sehingga tidak perlu direvisi lagi. Hal ini dipengaruhi data yang digunakan selalu berubah-ubah akan tetapi masih tersebar normal Evaluasi Histogram Pada analisis histogram dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran memiliki data tertinggi dan terendah dalam diagram ini terlihat data kadar air dan data kadar ALB merupakan data yang tertinggi yang berada diluar batas normal Evaluasi Kemampuan Proses a. Kadar Asam Lemak Bebas Untuk kadar asam lemak bebas kemampuan proses dan kinerja proses sangat rendah. Hal ini mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih meningkatkan pengendalian dan kontrol terhadap proses yang berlangsung mulai dari penanganan pasca panen sampai pada lantai produksi. b. Kadar Air

170 Untuk kadar air kemampuan proses sangat baik. akan tetapi untuk kemampuan kinerja proses sangat rendah. Kemampuan kinerja yang rendah tersebut mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih meningkatkan kontrol terhadap pekerja untuk lebih memenuhi standard operasi yang telah ditetapkan perusahaan. c. Kadar Air Untuk kadar Kotoran kemampuan proses sangat baik. akan tetapi untuk kemampuan kinerja proses sangat rendah. Kemampuan kinerja yang rendah tersebut mengakibatkan banyaknya data yang berada diluar batas normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini perusahaan harus lebih meningkatkan kontrol terhadap pekerja untuk lebih memenuhi standard operasi yang telah ditetapkan perusahaan Evaluasi cause and effect diagram Evaluasi cause and effect diagram Kadar Asam Lemak Bebas Evaluasi untuk cause and effect diagram adalah perbaikan beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan tersebut yaitu manusia, peralatan, metode kerja, lingkungan, dan bahan bakunya. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram untuk kadar ALB, yaitu pengolahan bahan baku mulai dari pasca panen sangat perlu dilakukan suatu evaluasi yakni dengan menjaga agar buah

171 yang telah dipanen agar segera dapat diproduksi karena semakin lama disimpan maka kadar ALB akan semakin tinggi. Selain itu juga perlu kontrol yang ketat saat dilakukan sortasi agar terhindar dari kematangan yang tidak tepat. Induk kelapa sawit juga sangat diperhatikan, karena terdapat jenis induk pohon yang memang memiliki kandungan ALB yang besar Evaluasi cause and effect diagram Kadar Air Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram untuk kadar air, yaitu pengolahan bahan baku dan metode kerja sangat mempengaruhi nilai kadar air yang terkandung didalam buah. Evaluasi yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga agar buah yang telah dipanen agar segera dapat diproduksi karena semakin lama disimpan maka kadar air akan semakin tinggi. Selain itu dalam penyimpanan harus berada pada tempat yang kering untuk menjaga agar kadar air tidak meninggi. Induk kelapa sawit juga sangat diperhatikan, karena terdapat jenis induk pohon yang memang memiliki kandungan air yang besar. Untuk metode kerja perlu diperhatikan sistem perebusan yang harus sesuai dengan standard operasi pabrik dari perusahaan sehingga dapat menjaga atau mengurangi kadar air yang terkandung dalam buah saat proses produksi Evaluasi cause and effect diagram Kadar Kotoran

172 Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada cause and effect diagram untuk kadar kotoran, metode kerja sangat mempengaruhi nilai kadar air yang terkandung didalam buah. Evaluasi yang dapat dilakukan yakni dengan menjaga agar penyaringan kotoran yang dilakukan pada saat proses produksi harus sempurna dan pengadukan minyak yang mengandung kotoran harus dilakukan sesuai standard yang telah ditetapkan sehingga proses pemisahan minyak dan kotoran dengan metode berat jenis dapat berjalan dengan baik. Faktor lingkungan kerja juga sangat mempengaruhi kadar kotoran dimana lingkungan kerja yang kotor dan sisa-sisa produksi yang masih terdapat dimesin dapat mempengaruhi kadar kotoran. Untuk faktor manusis diharapkan untuk lebih memperhatikan pekerjaan yang dilakukan agar metode kerja yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

173 Berdasarkan pengolahan dan pembahasan data yang telah dilakukan pada, maka dapat disimpulkan: 1. Hasil analisis Statistical Quality Control (SQC) dengan metode peta X dan R diketahui tingkat pencapaian standar yang diharapkan oleh perusahaan belum tercapai. Dimana hasil pemeriksaan sampel syarat mutu masih terdapat jumlah produk yang diluar batas persyaratan mutu atau penyimpangan kualitas. 2. Jumlah sampel yang diluar batas kendali untuk kadar ALB sebanyak 16 sampel,kadar air yaitu 16 sampel dan kadar kotoran yaitu 5 sampel. 3. Nilai proses kapabilitas (Cp) untuk kadar ALB sebesar 0.43, kadar air sebesar 1.38 dan kadar kotoran sebesar Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab penyimpangan kualitas adalah faktor bahan baku, metode kerja, manusia, mesin, dan lingkungan kerja. Dimana penyebab yang paling berpengaruh adalah bahan baku, metode kerja, mesin Saran Untuk memperbaiki kualitas produk, saran yang diberikan adalah: 1. Perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan sebaiknya lebih terfokus pada faktor penyebab utama penyimpangan kualitas yaitu faktor bahan baku, metode kerja dan mesin.

174 2. Pihak perusaahaan lebih memperhatikan pemilihan bahan baku yang masuk, mengelompokkan bahan baku yang sejenis, dan segera diolah. 3. Membuat urutan prioritas dalam melaksanakan pengendalian kualitas yang terencana dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam produksi. DAFTAR PUSTAKA

175 Gaspert. V. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001 Harinaldi. Prinsip-Prinsip Statistika Untuk Teknik dan Sains. Erlangga, Jakarta, Husaini Usman, R. Purnomo. Pengantar Statistik, Edisi kedua. Penerbit Bumi Aksara, Wilfrid.J.Dixon. Pengantar Analisis Statistik. Gajah mada University Press, 2005 LAMPIRAN I

176 Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PTPN IV Pabrik Kelapa Sawit Adolina adalah sebagai berikut: A. Stasiun penerimaan buah 1. Jembatan Timbang Fungsi : untuk menimbang TBS<CPO<inti,dan lain- lain Panjang Lebar Type Kapasitas : mm : 3000 mm : hybrid system : 50 ton 2. Loading Ramp Fungsi : Tempat penimbunan TBS sebelum diolah, tempat untuk melakukan serotasi terhadap TBS, mempermudah dalam pengisian lori Panjang Lebar : 2500 mm : 220 mm Kemiringan : 25 0 Jumlah pintu Kapasitas : 13 buah : 15 ton0buys D. Sterilisasi (Rebusan)

177 1. Sterilizer Fungsi : Merebus TBS agar mudah lepas dari janjangan sehingga memudahkan proses penebahan. Jumlah Kapasitas Diameter Panjang : 3 unit 25 Ton/siklus mm : mm Tekanan : 3 Kg/cm 2 2. Lori rebusan Fungsi Berat Kosong Kapasitas : Tempat perebusan TBS : 750 Kg : 2,5 Ton 3. Alat Penarik Fungsi : Alat penarik lori untuk keluar masuk sterilizer Daya Volt Arus Putaran : 10 Hp : 380 Volt : 16 A : 965 rpm 4. Jembatan Pemindah Fungsi : Untuk medekatkan lori ke rel sterilizer

178 Kapasitas Daya Volt Arus Putaran : 3 lori ( 7,5 ton) : 7,5 Hp : 380 V : 12,1 A : 1450 rpm E. Stasiun Penebahan 1. Hosting Crane Fungsi : Mengangkat lori yang berisi TBS matang ke autofeeder Jumlah Kapasitas : 3 unit : 5 Ton 2. Auto Feeder fungsi Jumlah Kapasitas : Mengatur TBS matang ke dalam threser : 3 unit : 20 ton TBS/jam 3. Thereser Fungsi : Memisahkan brondolan dengan janjangan kosong jumlah Kapasitas Diameter : 3 unit : 20 Ton/jam : 1938 mm

179 Panjang putaran : 4730 mm : 23 Rpm 4. Fruit Elevator Fungsi Jumlah Jumlah Timba Kapasitas Tinggi Putaran : Mengangkut brondolan ke digester : 2 Unit : 40 buah : 2 Kg/timba : mm : 24 Rpm 5. Transportasi janjangan Fungsi : Mengantar janjangan kosong ke hopper kosong Jumlah Kapasitas Panjang Lebar Putaran : 2 unit : 30 ton /jam : mm : mm : 24 Rpm 6. Hopper Kosong Fungsi Jumlah Kapasitas : Menampung janjangan kosong : 1 unit : 72 ton ( 6 pintu x 12 ton janjangan D. Stasiun Pengempa (Press)

180 1. Digester (ketel adukan) Fungsi : Memisahkan daging buah dengan biji dengan cara diaduk Jumlah Kapasitas Tekanan Putaran Dimensi : 4 unit : 1 ton/jam : 120 Bar : 14 rpm : 4,87 m x 1,47 m x 0.95 m E. Stasiun Klarifikasi 1. Sand Trap Tank Fungsi : Untk memisahkan pasir dari minyak kasar yang berasal dari pressan Jumlah Kapasitas panjang : 1 unit : 10 Ton : 2 m 2. Vibrating Screen Fungsi : Memisahkan benda-benda padat yang terikut dengan minyak kasar Jumlah Kapasitas Putaran : 2 unit : 18 Ton/Jam : 1450 rpm

181 3. Tangki Minyak Kasar Fungsi : Menampung minyak yang telah disaring untuk kemudian dipompakan ke tangki pemisah Jumlah Kapasitas Suhu Panjang Lebar Tinggi : 1 unit : 10 Ton : C : 3 m : 1,6 m : 1,2 m 4. Continous Setting Tank (CST) Fungsi : Mempermudah pemisahan minyak dengan sludge Jumlah Kapasitas Suhu Tinggi : 2 unit : 70 ton : C : 8.3 m 5. Oil Tank Fungsi : Menampung minyak yang telah terpisah dengan sludge

182 Jumlah Kapasitas Suhu Tinggi : 1 unit : 10 ton : C : m 6. Sludge Tank Fungsi : Menampung sludge dari tangki pemisah yang masih mengandung minyak Jumlah Kapasitas Suhu Tinggi : 2 unit : 20 Ton : C : 3.26 m 7. Oil Purifier Fungsi : Untuk pemurnian minyak yang berasal dari tangki masakan Jumlah Kapasitas Suhu : 3 unit : 4.5 Ton : C Tekanan : 3 Kg/Cm 2 Putaran Jumlah piringan : 5000 Rpm : 100 Buah

183 8. Sludge Seperator Fungsi Jumlah Kapasitas Suhu : Untuk memisahkan minyak dari kotoran : 3 Unit : 8 Ton : C Tekanan : 3 Kg/cm 2 Putaran Jumlah piringan : 5000 rpm : 94 Buah 9. Pre Cleaner Fungsi : Untuk memisahkan minyak dari kotoran- kotoran Jumlah Kapasitas Tinggi : 2 unit : 4.5 Ton : 800 mm Diameter Piringan Tinggi Saringan : 330 mm : 6450 mm 10. Brush Strainer Fungsi : Memisahkan kotoran dari minyak yang masih terikut setelah melalui pre cleaner Jumlah Kapasitas : 2 unit : 4.5 Ton

184 Suhu : C Tekanan : 3 Kg/cm 2 Putaran : 1500 rpm 11. Vacum Dryer Fungsi : memompa minyak kasar murni ke oil storage tank. Jumlah Kapasitas Suhu : 2 unit : 9 Ton : C 12. Oil Storage Tank Fungsi : Tempat penyimpanan CPO murni sebelum dipasarkan Jumlah Kapasitas Suhu Tinggi : 3 unit : 500 ton (2 unit), 1000 ton (1 unit) : C : 8.5 m

185 Lampiran 2 Peralatan Produksi 1. Stasiun Kempa Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Kempa: a. Ulir PK Meal di Bawah Kempa Fungsi : Membawa inti ke bagian Jumlah : 2 Buah Merk : PMT Asal : PMT b. Timba PK Meal Fungsi : Membawa inti ke bagian Jumlah : 2 Buah

186 Merk : PMT Asal : PMT c. Ularan Pembawa Minyak Fungsi : Membawa inti ke bagian Jumlah : 3 Buah Merk : PMT Asal : PMT 2. Stasiun Pengutipan Minyak Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Pengutipan Minyak a. Ularan pengumpul Minyak Fungsi : Pengumpul Minyak Jumlah : 1 Buah Merk : PMT Asal : PMT b. Tangki Minyak Screaning Fungsi : Menyimpan Minyak Jumlah : 1 Buah Merk : PMT

187 Asal : PMT c. Pompa Minyak kasar ke Niagara Fungsi : Memompa minyak ke Niagara Jumlah : 2 Buah Merk : Southerm croos Asal : MAS 4. Tangki Minyak Bersih Fungsi : Menyimpan Minyak Bersih Jumlah : 1 Buah Merk : PMT Asal : PMT 3. Pompa Minyak Bersih Fungsi : Memompa Minyak ke Tangki Minyak Jumlah : 2 Buah Merk : EBS RAY PUMPS Asal : MAS

188 5 Stasiun Penimbunan Minyak Peralatan-peralatan yang digunakan dalam stasiun Penimbunan Minyak a. Tangki Timbun Minyak Fungsi : Menimbun Minyak Jumlah : 4 Buah Merk : PMT Asal : PMT b. Pompa Pengiriman Minyak Bersih Fungsi : Memompa Minyak bersih Jumlah : 2 Buah Type : T 24 V 30 P Asal : Sidney

189 Lampiran 4 Tabel Che-Kuadrat df

190

191

192

193

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Belanda. Unit usaha ini diberi nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Belanda. Unit usaha ini diberi nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming (NV BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan. Unit usaha Adolina pertama kali didirikan pada tahun 1962 oleh pemerintahan Belanda. Unit usaha ini diberi nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

LAMPIRA N. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRA N. Universitas Sumatera Utara LAMPIRA N 134 DAFTAR TABEL KONVERSI TEMPERATUR TERHADAP BERAT JENIS (BJ) CRUDE PALM OIL (CPO) Temperatur( o C) Berat Jenis BJ Faktor Koreksi (FK) 35 0,9002 0,9997216 36 0,8995 0,9997564 37 0,8989 0,9997912

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil Perusahaan 2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM: EVALUASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY (Sudi Kasus Pada Stasiun Produksi PT.Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PKS ADOLINA

V. GAMBARAN UMUM PKS ADOLINA V. GAMBARAN UMUM PKS ADOLINA 5.1. Profil Perusahaan 5.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ahmad Raya Lubis NIM.

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ahmad Raya Lubis NIM. ANALISIS TINGKAT KAPABILITAS DAN LEVEL SIGMA DALAM PENENTUAN TINGKAT KUALITAS BIODIESEL KERJA SAMA OPERASI (KSO) PT. PAMINA ADOLINA - PT. GANESHA ENERGY 77 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah PT. ATMINDO Medan di mulai sekitar tahun 1920-an, dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah PT. ATMINDO Medan di mulai sekitar tahun 1920-an, dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN II.1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT. ATMINDO Medan di mulai sekitar tahun 1920-an, dengan pendirian NV Medannsche Machinen Fabriek (MMF) oleh pengusaha Belanda. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi terbaru. Perusahaan yang terbuka terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemajuan dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN PERHITUNGAN TINGKAT EFEKTIFITAS MESIN CANE MILL DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USULAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT. Perkebunan Sumatera Utara pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai Uraian tugas dan tanggung jawab struktur organisasi Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: 1. Manager/ ADM Manager/ADM diangkat langsung oleh Direksi dan merupakan pimpinan tertinggi

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

ANALISIS KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR KONDENSAT UNIT PEREBUSAN DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH DEWI LESTARI AGUSTINA

ANALISIS KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR KONDENSAT UNIT PEREBUSAN DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH DEWI LESTARI AGUSTINA ANALISIS KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR KONDENSAT UNIT PEREBUSAN DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH DEWI LESTARI AGUSTINA 072401054 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN UNIT STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KAPASITAS PENGOLAHAN 30 TON/JAM

PRA RANCANGAN UNIT STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KAPASITAS PENGOLAHAN 30 TON/JAM PRA RANCANGAN UNIT STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KAPASITAS PENGOLAHAN 30 TON/JAM KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Sains Terapan O L E H RAHMADSYAH NIM: 005201040

Lebih terperinci

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

!  # $ % % & # ' #  # ( % $ i ! " $ & ' " ( $ i !" ) " " * ' " ' ' ' ' ' ' + ' ", -, - 1 ) ". * $ /0,1234/004- " 356, " /004 "/7 ",8+- 1/3 /0041/4 /009) /010 400 /6 $:, -,) /007- ' ' ",-* " ' '$ " " ;" " " 2 " < ' == ":,'- ',""" "-

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ASTIA BUDI PERDANA PUTRI

TUGAS AKHIR ASTIA BUDI PERDANA PUTRI PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN ANALISA TINGKAT KEANDALAN SUKU CADANG MESIN PEREBUSAN (STERILIZER) PADA PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Kualitas CPO yang dihasilkan pabrik merupakan integrasi dan keterkaitan antara seluruh bagian yang terlibat di kebun, pengangkutan, pabrik maupun kegiatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Sejarah PTPN IV Unit Usaha Kebun Pabatu berasal dari Hak Konsensi Pabatu Gunung Hataran dan dolok merawan milik Handless Vereninging Amsterdam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian kualitas merupakan taktik strategi perusahaan dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian kualitas merupakan taktik strategi perusahaan dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengendalian kualitas merupakan taktik strategi perusahaan dalam persaingan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PKS RAMBUTAN, PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 badan usaha milik negara (BUMN) yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Profil Perusahaan PTPN V (Persero) PT Perkebunan Nusantara V (Persero ) merupakan BUMN Perkebunan yang didirikan tanggal 11 Maret 1996

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Sawit Langkat ini merupakan unit kebun sawit langkat (disingkat SAL) berdiri sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produsen utama kelapa sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. Produksi mencapai 23,521,071

Lebih terperinci

Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-Tiap Jabatan pada Struktur. Organisasi. Menurut data bagian kantor Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT.

Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-Tiap Jabatan pada Struktur. Organisasi. Menurut data bagian kantor Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. L-1 Tugas dan Tanggung Jawab Tiap-Tiap Jabatan pada Struktur Organisasi Menurut data bagian kantor Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. Multimas Nabati Asahaan, pembagian tugas dan wewenang berdasarkan jabatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN PENGARUH PROSES PENGOLAHAN TERHADAP MUTU CRUDE PALM OIL (CPO) YANG DIHASILKAN DI PTPN IV PKS ADOLINA PERBAUNGAN-MEDAN TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN 052409076 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU PENENTUAN KADAR MINYAK BRONDOLAN BUAH SAWIT PADA KEADAAN MENTAH, AGAK MATANG, MATANG, DAN LEWAT MATANG DI PTP. NUSANTARA III PKS ( PABRIK KELAPA SAWIT ) SEI MANGKEI TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sawit dan Inti Sawit 2.1.1 Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Tani Jaya Sumatera merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi kayu untuk menghasilkan produk tepung tapioka yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Sejarah perkebunan kelapa sawit Kelapa sawit (Elacis guineensis jascg) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan baker (biodisel).

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari 1 A. Sejarah singkat perusahaan BAB III Gambaran Umum Perusahaan PT. Surya Agrolika Reksa suatu perusahaan swasta yang didirikan oleh Adimulya Group pada tahun 1999, berlokasi di Desa Beringin Jaya, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukam maka simpulan dari penelitian ini adalah : 1. Bahan Baku. a. Pelaksanaan pengendalian kualitas penerimaan TBS (Tandan Buah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Berdiri Perusahaan PT. Rohul Sawit Industri (RSI) PKS -Sukadamai adalah bagian dari perusahaan besar yakni anak perusahaan dari BGA Group (Bumitama Gunajaya

Lebih terperinci

2013, No.217 8

2013, No.217 8 2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014 PERSETUJUAN Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun Di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung Kategori : Karya Ilmiah Nama : Marina Batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sumatra Industri Cat merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang produksi cat. PT Sumatra Industri Cat didirikan pada bulan Juni tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Salix Bintama Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah kayu menjadi bahan bakar pelet kayu (wood pellet). Perusahaan

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN SHEETER DENGAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA DI PTPN III GUNUNG PARA TEBING TINGGI.

PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN SHEETER DENGAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA DI PTPN III GUNUNG PARA TEBING TINGGI. PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN SHEETER DENGAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA DI PTPN III GUNUNG PARA TEBING TINGGI. TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh KRISMES SIMANJUNTAK

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh KRISMES SIMANJUNTAK ANALISA PENGARUH FAKTOR SHIFT KERJA DAN TEMPERATUR TERHADAP JUMLAH KESALAHAN YANG TERJADI PADA PENGANGKATAN LORI DENGAN HOISTING CRANE DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TUGAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. Perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang berdiri pada tahun 1980 atas usaha dari tiga pendiri utama yaitu: 1. H.A. Basyah Ibrahim (almarhum) 2. H.M.

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses II.TINJAUAN PUSTAKA A. Perebusan Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) KAPASITAS 1000 KG/JAM

PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) KAPASITAS 1000 KG/JAM PRA RANCANGAN PABRIK CRUMB RUBBER (KARET REMAH) KAPASITAS 1000 KG/JAM KARYA AKHIR Diajukan Untuk Syarat Ujian Sarjana Sains Terapan Disusun Oleh : ANDY NIM : 005201003 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan cikal bakal berdirinya Kebun/Unit PT. Perkebunan Nusantara V

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan cikal bakal berdirinya Kebun/Unit PT. Perkebunan Nusantara V BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1979 PT. Perkebunan Nusantar II dengan kantor pusat di Tanjung Morawa Medan Sumatera Utara, melaksanakan pengembangan areal tanaman

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) ADOLINA PTPN IV PERBAUNGAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN 128 BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lampiran 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. Manager Bunut Rubber Factory Manager Factory merupakan pimpinan tertinggi di pabrik yang mengelola kebijakan di pabrik, penanggung jawab utama atas jalannya

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 6 penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi. Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang sangat potensial di Indonesia terutama untuk meningkatkan pendapatan negara. Saat

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci