BAB I PENDAHULUAN. Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi Indonesia dewasa ini. Memberantas korupsi tidak mudah, karena sudah menjadi budaya yang berurat berakar dalam segala level masyarakat. Namun berbagai pemberantasannya tetap dilakukan secara bertahap. Berikut peneliti tampilkan beberapa kasus suap dan korupsi di Indonesia yang dilakukan oleh PNS : Tabel 1.1. Kasus Suap dan Korupsi di Indonesia No. Kasus Tahun Pelaku 1. Proyek Pembangunan Jaringan Irigasi dan Tata Air Mikro (Rp ,-) Suap Sengketa Pilkada Kab. Gunung Mas dan Lebak (Rp. 3 M ) Korupsi Pengadaan Buku Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Kupang Tahun Anggaran 2010 (Rp. 1,4 M) Korupsi Pengadaan Al-Qur an (Rp. 4 M) dan Lab Computer Madrasah Tsanawiyah (Rp. 31 M) Kemenag Suap Restitusi Pajak (Rp. 21 M) Suap penanganan perkara korupsi Bansos Kota Bandung ($ ) Kadis Pertanian Kabupaten Labura, Maros Efendi S Ketua MK Akil Mochtar 2010 PPK Cornelis Kapitan Suap Mafia Pajak Suap dan Pencucian Uang Bea Cukai (Rp. 11 M) Direktur Urusan Agama Islam Pembinaan Syariah, Ahmad Jauhari Pegawai Pajak : Denok T dan Totok H Hakim Pengadilan Tinggi Jabar dan Hakim Pengadilan Negeri Bandung Gayus Tambunan dan 12 Pegawai Ditjen Pajak, 2 petinggi POLRI, Inspektur Bidang Kinerja dan Kelembagaan Bappenas Kasubdit Penindakan dan Penyidikan Ditjen Bea Cukai, Heru S 1

2 2 Tabel 1.1 (Lanjutan) Suap kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), ($ ) Suap Pajak PT Master Steel (6000 USD), PT.Delta Internusa (3,25M), PT. Nusaraya Cipta ( USD) (Sumber : Media cetak elektronik) 2008 Jaksa Urip Tri Gunawan PPNS Kemenkeu Moh.Dian Eko D Dari tabel di atas, kasus terbanyak adalah kasus suap pajak dimana nilai suapnya mencapai milyaran rupiah. Begitu banyak jumlah kasus suap dan korupsi di negeri ini dengan jumlah nominal yang besar sehingga menurut peneliti ini dapat menggambarkan istilah korupsi sudah menjadi budaya. Peranan pemerintah dalam memberantas korupsi sangatlah penting. Dalam hal ini diperlukan good governance yang demokratis, kredibel, akuntabel dan transparan dalam mengelola sektor publik. Untuk itu diperlukan kebijakan kebijakan yang mendukung dalam memberantas atau paling tidak mengurangi korupsi. Langkah langkah yang dapat ditempuh pemerintah dalam memberantas atau mengurangi korupsi adalah membangun birokrasi yang berdasarkan ketentuan hukum dengan struktur penggajian yang menghargai kejujuran para pegawai negeri, menutup kemungkinan bagi para pegawai untuk melakukan tindakan-tindakan korupsi dengan mengurangi otoritas penuh mereka, baik dalam merumuskan kebijakan maupun dalam mengelola keuangan serta strategi memberdayakan fungsi kontrol dan pengawasan. Beberapa negara yang telah menerapkan Good Governance untuk mengurangi tingkat korupsi salah satunya adalah Singapura dan Hongkong. Berdasarkan Kajian Lembaga Administrasi Negara ( 2007 ) yang berjudul Strategi

3 3 Penanganan Korupsi di Negara-Negara Asia Pasifik, kedua negara tersebut telah berhasil mengurangi korupsi di negaranya dengan peningkatan sistem pengendalian internal yaitu dengan membentuk suatu lembaga yang bertugas untuk melakukan pencegahan, penindakan dan evaluasi korupsi. Selain itu kedua negara tersebut mengurangi tingkat korupsi dengan meningkatkan kultur organisasi terutama di sektor publik dengan melakukan transparansi, edukasi, punishment dan reward. Dalam hal pencegahan korupsi, selain dengan cara penerapan good governance, dapat juga dilakukan dengan pemberian tunjangan kinerja. Pemberian tunjangan kinerja pegawai negeri sipil di Indonesia dimulai sejak tahun Kementerian atau Lembaga Negara yang menjadi pilot project adalah Kementerian Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan dan Mahkamah Agung kemudian diikuti oleh Kementerian atau Lembaga (K/L) lainnya. Berikut adalah daftar K/L yang telah menerima tunjangan kinerja dari tahun 2007 hingga sebagai berikut : Tabel 1.2 Daftar Remunerasi Instansi Pemerintah No Tahun Pemberian Instansi (K./L) 1. September 2007 Kemenkeu, BPK dan MA 2. Januari 2009 Setkab dan Setneg 3. Juni 2010 TNI, Polri, Kemenhan, BPKP, Kemenko Perekonomian, Polhulkam, Kesra, Kemenpan dan RB, Bappenas 4. Januari 2011 Kejaksaan dan Kemenkumham 5. Januari 2012 Kementerian Perindustrian, Ristek, Pertanian, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA), serta Perumahan Rakyat. Sedangkan 15 LPNK meliputi BKPM, BPPT, Badan POM, BKN, BPS, BATAN, LAN, LEMHANAS, ANRI, BKKBN, LEMSANEG, LKPP, BNN, BNPT serta LIPI.

4 4 Tabel 1.2 (Lanjutan) 6. TMT 1 Juli Kemenlu, Kemendag, Kemenkes, Kemendikbud, KemenParekraf, Kemenhut, Kemendagri, Watannas, LAPAN, Kemen KP, Kemen LH, Kemenhub, Kemenakertrans, BAPETEN, Kemen PU, Kemenkominfo, BMKG, Bakorkamla, BNP2TKI, KemenPDT, Perpusnas, BIN, Setjen DPR, Basarnas, Kemensos, ESDM, BSN. Setjen Ombudsman. (sumber : setagu. ) Pada tabel 1.2 di atas, menampilkan data Kementerian dan Lembaga Pemerintah yang telah menerima tunjangan kinerja atau remunerasi. Ada 65 ( enampuluh lima ) K/L yang telah memperoleh tunjangan kinerja pada tahun 2007 hingga tahun dari 75 K/L. Besaran tunjangan kinerja yang diberikan bervariasi. K/L yang paling besar menerima tunjangan kinerja adalah Kementerian Keuangan. Khusus pegawai Dirjen Pajak ada tambahan tunjangan lain yaitu Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) dan Imbalan Prestasi Kerja (IPK). Pada tabel 1.3 menampilkan daftar tunjangan kinerja Kementerian Keuangan yang disebut juga Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara yang tercantum dalam Kepmenkeu No. 289/KMK.01/2007. Tabel Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara No Grade Tunjangan Gol/Ruang Eselon ,950, ,550, ,770,000 IV/e Eselon I ,540, ,100, ,330,000 IV/d Eselon II ,880, ,700, ,370,000 IV/b Eselon III

5 5 Tabel 1.3 (Lanjutan) ,760, ,360, ,930,000 III/d Eselon IV ,030, ,240, ,370,000 III/b Eselon V ,800,000 III/b Pelaksana ,450, ,140, ,850, ,550,000 II/c Pelaksana ,360, ,140, ,950, ,770, ,610,000 I/c Pelaksana ,460, ,330,000 I/a Pelaksana (sumber : Kepmenkeu. 2007) Tunjangan kinerja yang diberikan kepada pegawai Kementerian Keuangan pada tabel 1.3 cukup besar dengan nilai terendah adalah Rp ,- pada grade 27. Menurut peneliti nilai ini lebih besar dibandingkan dengan tunjangan kinerja K/L lainnya yang nilai terendahnya adalah Rp ,- pada grade 17. Nilai ini terutama untuk pegawai Direktorat Jenderal Pajak dimana perolehan tunjangannya lebih besar dibandingkan dengan Direktorat Jenderal lainnya di Kementerian Keuangan karena ditambahkan Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) dan Imbalan Prestasi Kerja (IPK). Bertolak belakang dari pemberian tunjangan kinerja yang cukup besar ini, kasus suap dan korupsi terbanyak dilakukan oleh pegawai Direktorat Jenderal Pajak ( tabel 1.1 ).

6 6 Salah satu harapan pemberian tunjangan kinerja ini adalah meningkatkan kinerja dan mengurangi tingkat fraud khususnya korupsi atau kebocoran anggaran Negara. Menurut M.Theodorus ( 2010 ) menyebutkan bahwa Negara-negara donor dan organisasi internasional seringkali menganjurkan Negara berkembang salah satunya Indonesia untuk menaikkan gaji pegawai negeri mereka untuk mengurangi tingkat korupsi. Cara ini sudah diterapkan di Swedia dan berhasil untuk mengurangi tingkat korupsi. Tetapi ini bertolak belakang dengan data penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh KPK. Berikut pada tabel 1.4 ditampilkan data statistik tentang penanganan korupsi KPK mulai tahun (per 31 September ). Tabel 1.4. Data Penanganan Korupsi Berdasarkan Instansi Tahun (per 30 September ) Instansi Jumlah DPR RI K/L BUMN/BUMD Komisi PemProv Pemda Jumlah (Sumber : KPK. ) Pada tabel 1.4 dapat dilihat jumlah kasus yang ditangani oleh KPK di Instansi pemerintah. Jumlah kasus cenderung meningkat dari tahun 2007 hingga tahun. Hanya mengalami penurunan pada tahun 2009 dan Jumlah kasus terbanyak terdapat pada Kementerian / Lembaga Pemerintahan dengan jumlah 126 kasus. Sedangkan untuk jenis perkaranya dapat dilihat pada tabel 1.5.

7 7 Tabel 1.5. Data Jenis Perkara Korupsi Tahun (per 30 September ) Jenis Perkara Jumlah Pengadaan Barjas Perijinan Penyuapan Pungutan Penyalahgunaan Anggaran TPPU Merintangi proses KPK Jumlah Keseluruhan (Sumber : KPK. ) Dalam tabel 1.5, jenis perkara yang paling banyak ditangani adalah kasus penyuapan dengan jumlah 147 kasus. Kasus tersebut cenderung meningkat dari tahun 2007 hingga. Hanya mengalami penurunan pada tahun Kasus terbanyak berikutnya adalah pengadaan barang dan jasa yang mencapai 87 kasus. Jumlahnya cenderung menurun dari 2007 hingga. Hanya mengalami peningkatan di tahun Selanjutnya adalah kasus penyalahguanaan anggaran ( 33 kasus), perijinan ( 8 kasus ), pungutan dan TPPU ( 5 kasus) dan merintangi proses KPK ( 2 kasus ). Total kasus yang ditangani KPK adalah 287 kasus dari tahun 2007 hingga. Kasus-kasus suap atau korupsi juga mulai bermunculan di media massa salah satunya adalah kasus Gayus Tambunan dan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Kasus-kasus tersebut melibatkan pegawai negeri sipil yang notabennya telah diberi tunjangan kinerja yang cukup tinggi.

8 8 Fenomena diatas juga terjadi di Direktorat LLAJ Kementerian Perhubungan. Pemberian tunjangan kinerja, pelaksanaan sistem pengawasan dan pengendalian internal maupun eksternal salah satunya dengan audit rutin baik dari Inspektorat Jenderal maupun BPK. Selain itu pemerintah juga telah mengaplikasikan sistem e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa. Direktorat LLAJ Kementerian Perhubungan memperoleh tunjangan kinerja pada bulan Juli tahun dengan besaran seperti yang termuat dalam tabel 1.6. Tabel 1.6. Daftar Tunjangan Kinerja Kementerian Perhubungan No. Kelas Jabatan Tunjangan Kinerja (Rp.) (Sumber : Perpres Nomor 90. ) Jumlah tunjangan kinerja yang diterima oleh Kementerian Perhubungan tidaklah sebesar nilai yang diterima oleh Kementerian Keuangan. Nilai diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai dan mengurangi korupsi di

9 9 lingkungan Kementerian Perhubungan. Tetapi harapan ini bertolak belakang dengan hasil temuan BPK yang termuat dalam IHPS pada tabel 1.7. Tabel 1.7. Daftar Temuan BPK berdasarkan IHPS No Tahun Jenis Perkara Keterangan 1. Semester I - Berdasarkan Laporan 2011 IHPS BPK tidak 2. Semester II - ditemukan laporan 2011 berkaitan dengan 3. Semester I - Fraud, hanya 2012 masalah asset yang belum diserahterimakan 4. Semester II Semester I (Sumber : IHPS BPK ) Kelebihan perhitungan pekerjaan rehabilitasi terminal Tipe A Pakupatan Serang Tahun 2012, tetapi kelebihan perhitungan tersebut bisa diperhitungkan pada realisasi keuangan berikutnya sehingga mengakibatkan potensi kerugian negara senilai Rp532,49 juta. 1. Kelebihan pembayaran karena kekurangan volume fisik senilai Rp ,52 dan kelebihan pembayaran jasa konsultansi pada 6 (enam) kontrak konsultan pengawas sebesar Rp ,67 pada Satker Pengembangan LLAJ Jawa Barat 2. Kelebihan pembayaran sebesar Rp ,76 pada Satker Pengembangan LLAJ Banten. 3. Kelebihan pembayaran sebesar Rp ,02 dan denda keterlambatan sebesar Rp ,00 pada tiga satker di Direktorat LLAJ. Sumber : IHPS II Semester 2012 BPK Sumber : IHPS I Semester dan LK Kementerian Perhubungan Semester 1 Tahun Pada tabel 1.7 yang berisi tentang temuan yang termuat dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Badan Pemeriksa Keuangan menyebutkan ada beberapa temuan pada tahun 2012 dan semester awal di tahun yang merupakan salah satu indikasi terjadinya fraud di lingkungan Direktorat LLAJ.

10 10 Temuan tersebut pada bidang Pengadaan Barang dan Jasa dimana jumlah kasus dan nilainya cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, membuat peneliti ingin menggali lebih dalam hubungan variabel yang dapat mengurangi fraud. Untuk itu peneliti dalam penelitian ini mengambil judul Pengaruh Tunjangan Kinerja, Sistem Pengendalian Internal, Kultur Organisasi Terhadap Fraud Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Di Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan) B. RUMUSAN MASALAH Korupsi di Indonesia merupakan masalah besar di negeri ini yang perlu diberantas. Melihat banyaknya kasus korupsi di Indonesia terutama dilakukan oleh pegawai negeri sipil ( PNS ), korupsi diibaratkan sudah menjadi budaya yang sulit untuk diberantas. Swedia, Singapura dan Hongkong, tiga negara yang telah berhasil mengurangi tingkat korupsi di negaranya. Ketiga negara tersebut menenerapan tata kelola pemerintahan yang baik yaitu dengan pemberian tunjangan kinerja, peningkatan sistem pengendalian internal dan peningkatan kultur organisasi, dimana hal tersebut dapat menekan faktor penyebab fraud yaitu tekanan, rasionalisasi dan kesempatan terutama di lingkungan pemerintahan. Untuk itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah tunjangan kinerja mempunyai hubungan negatif dengan fraud pegawai negeri sipil?

11 11 2) Apakah sistem pengendalian intern mempunyai hubungan negatif dengan fraud pegawai negeri sipil? 3) Apakah kultur organisasi mempunyai hubungan negatif dengan fraud pegawai negeri sipil? 4) Apa saja bentuk-bentuk fraud yang dilakukan pegawai negeri sipil? C. TUJUAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : a) Tunjangan kinerja mempunyai hubungan negatif dengan fraud pegawai negeri sipil b) Sistem pengendalian internal mempunyai hubungan negatif dengan fraud pegawai negeri sipil c) Kultur organisasi mempunyai hubungan negatif dengan fraud pegawai negeri sipil d) Mengetahui bentuk-bentuk fraud yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil 2. Kontribusi Penelitian a) Pemerintah Sebagai bahan referensi pemerintah dalam menentukan kebijakan di bidang remunerasi agar pemberian tunjangan kinerja dapat mengurangi fraud dan meningkatkan kinerja pegawai. Selain itu juga untuk

12 12 mengoptimalkan implementasi pengendalian internal dan mengubah kultur organisasi menjadi lebih baik. b) Pegawai Negeri Sipil Sebagai bahan referensi untuk dapat meningkatkan kinerja dan mengurangi tindakan fraud. c) Masyarakat Sebagai referensi untuk membantu mengawasi atau berfungsi sebagai pengawas dalam pelaksanaan program pemerintah dan pengurangan fraud terutama korupsi di lingkungan pemerintahan. d) Pembaca Sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan tentang pemerintahan.

PM-RB Sekretariat Jenderal DPR RI Jakarta, 30 Mei 2012

PM-RB Sekretariat Jenderal DPR RI Jakarta, 30 Mei 2012 Penganggaran Reformasi Birokrasi PM-RB Sekretariat Jenderal DPR RI Jakarta, 30 Mei 2012 1 Mekanisme & Prinsip2 Penganggaran Reformasi Birokrasi Usulan RB KL mengusulkan Reformasi Birokrasi yang telah dilaksanakan

Lebih terperinci

WEEK 4. Birokrasi Aparatur Sipil Negara

WEEK 4. Birokrasi Aparatur Sipil Negara WEEK 4 Birokrasi Aparatur Sipil Negara 2 BASIC DEFINITIONS! Birokrasi merupakan seperangkat aturan yang dijalankan oleh para pejabat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat! Birokrasi sebagai

Lebih terperinci

Kondisi LPP RRI. DasarHukum : UU no 32 tahun2002 tentangpenyiaran PP 11 tahun 2005 tentanglembagapenyiaranpublik PP 12 tahun 2005

Kondisi LPP RRI. DasarHukum : UU no 32 tahun2002 tentangpenyiaran PP 11 tahun 2005 tentanglembagapenyiaranpublik PP 12 tahun 2005 OLEH : MARTOYO 1 DasarHukum : UU no 32 tahun2002 tentangpenyiaran PP 11 tahun 2005 tentanglembagapenyiaranpublik PP 12 tahun 2005 Kondisi LPP RRI dimana RRI dikukuhkansebagaisatu-satunya lembaga penyiaran

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN BIROKRASI BERSIH, KOMPETEN DAN MELAYANI. PROF. DR. WIRMAN SYAFRI, M.Si Dr. YUDI RUSFIANA, M.Si

MEWUJUDKAN BIROKRASI BERSIH, KOMPETEN DAN MELAYANI. PROF. DR. WIRMAN SYAFRI, M.Si Dr. YUDI RUSFIANA, M.Si MEWUJUDKAN BIROKRASI BERSIH, KOMPETEN DAN MELAYANI PROF. DR. WIRMAN SYAFRI, M.Si Dr. YUDI RUSFIANA, M.Si 2 2 26/09/2016 26/09/2016 3 Tujuan Reformasi Birokrasi 4 Menciptakan birokrasi pemerintah yg profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini menganalisis implementasi program remunerasi berbasis kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini menganalisis implementasi program remunerasi berbasis kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tesis ini menganalisis implementasi program remunerasi berbasis kinerja yang diterapkan oleh salah satu organisasi publik di Indonesia melalui program pemberian

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA EVALUASI AKHIR TAHUN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 (BERDASARKAN DATA TRIWULAN IV LAPORAN PP 39/2006)

REPUBLIK INDONESIA EVALUASI AKHIR TAHUN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 (BERDASARKAN DATA TRIWULAN IV LAPORAN PP 39/2006) REPUBLIK INDONESIA EVALUASI AKHIR TAHUN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 (BERDASARKAN DATA TRIWULAN IV LAPORAN PP 39/2006) KEDEPUTIAN EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA EVALUASI AKHIR RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 (BERDASARKAN DATA TRIWULAN IV LAPORAN PP 39/2006)

REPUBLIK INDONESIA EVALUASI AKHIR RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 (BERDASARKAN DATA TRIWULAN IV LAPORAN PP 39/2006) REPUBLIK INDONESIA EVALUASI AKHIR RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 (BERDASARKAN DATA TRIWULAN IV LAPORAN PP 39/2006) KEDEPUTIAN EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS

Lebih terperinci

Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Efisien Akuntabel Efektif Adil/Tidak Diskriminatif Prinsip pengadaan barang/jasa Transparan Bersaing Terbuka KORUPSI dalam Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

KETIMPANGAN GENDER DI 34 KEMENTERIAN

KETIMPANGAN GENDER DI 34 KEMENTERIAN PAPARAN AWAL RISET GENDER & BIROKRASI: KETIMPANGAN GENDER DI 34 KEMENTERIAN PERKUMPULAN CAKRA WIKARA INDONESIA JAKARTA, 29 MEI 2017 DATA POSTUR PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI 34 KEMENTERIAN 2 Jumlah dan

Lebih terperinci

TABEL 4 * JUMLAH TENAGA PENGADAAN BERSERTIFIKAT DI PUSAT

TABEL 4 * JUMLAH TENAGA PENGADAAN BERSERTIFIKAT DI PUSAT Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 0 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 0 Kepresidenan 0 Mahkamah Agung 0 Mahkamah Konstitusi 0 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 0 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI 0 0 Dewan

Lebih terperinci

MONITORING TENGAH TAHUN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 (DATA TRIWULAN II LAPORAN K/L BERDASARKAN PP 39/2006)

MONITORING TENGAH TAHUN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 (DATA TRIWULAN II LAPORAN K/L BERDASARKAN PP 39/2006) MONITORING TENGAH TAHUN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 (DATA TRIWULAN II LAPORAN K/L BERDASARKAN PP 39/2006) DIREKTORAT EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN SEKTORAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS

Lebih terperinci

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: KEMENTERIAN BAD AN USAHA MILIK NEGA REPUBLIK INDONESIA GEDUNG KEMENTERIAN BUMN LANTAI M, JALAN MEDAN MERDEKA SELATAN NO. 13, JAKARTA TELEPON (021) 29935678 FAKSIMILI (021) 29935740, SITUS www.bumn.go.id

Lebih terperinci

Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Peneliti

Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Peneliti Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Peneliti DATA YANG DIPERLUKAN 1. Dokumen Penetapan Kinerja (IKK) unit kerja. 2. Data kelompok kegiatan penelitian beserta jumlah dan jenjang peneliti existing. 2 Butir

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013 1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi

Lebih terperinci

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL Oleh : Direktur Keuangan Negara dan Analisa

Lebih terperinci

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 Direktorat Litbang, Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi www.kpk.go.id Agenda 1. Latar Belakang 2. Definisi, Tujuan dan Metodologi 3. Fakta Hasil

Lebih terperinci

PMK NOMOR 250/PMK.06/2011

PMK NOMOR 250/PMK.06/2011 PMK NOMOR 250/PMK.06/2011 Tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi Kementerian/Lembaga D I R E K T O R A T B A R A N G M I L I K N

Lebih terperinci

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya-upaya ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Undang Undang Pelayanan Publik No. 25/2009

Undang Undang Pelayanan Publik No. 25/2009 1 Undang Undang Pelayanan Publik No. 25/2009 Pengelolaan Pengaduan ada didalam pasal 36,37, 40 s/d 50 Isinya membahas: (1) Kewajiban menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan pelaksana yang kompeten

Lebih terperinci

Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah

Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah BAB 1 INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi pekerjaan yang tidak pernah terselesaikan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

RPP tentang Gaji, Tunjangan, Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian PANRB

RPP tentang Gaji, Tunjangan, Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian PANRB RPP tentang Gaji, Tunjangan, dan Fasilitas PNS Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian PANRB 1 Kondisi Saat ini 1. Perbandingan Gaji Pangkat Terendah : Gaji Pangkat Tertinggi sangat rendah 1 : 3,781 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah populasi penduduk yang sangat besar, dimana

Lebih terperinci

Jakarta, 2 Februari 2015

Jakarta, 2 Februari 2015 Jakarta, 2 Februari 2015 PENDAHULUAN Perpres No. 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014

Lebih terperinci

URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, KAJIAN DAN PENELITIAN

URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING, KAJIAN DAN PENELITIAN LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2015-2019 NO ARAH KERANGKA REGULASI DAN/ATAU KEBUTUHAN REGULASI URGENSI PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN OPEN GOVERNMENT PARTNERSHIP (OGP)

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN OPEN GOVERNMENT PARTNERSHIP (OGP) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN OPEN GOVERNMENT PARTNERSHIP (OGP) A. Pengantar B. Regulasi Pendukung Pemerintahan Terbuka C. Pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, BNN DAN PPATK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkait dengan kesejaheteraan hidup, gaji yang diterima betul-betul harus

I. PENDAHULUAN. terkait dengan kesejaheteraan hidup, gaji yang diterima betul-betul harus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem penggajian Pegawai Negeri di Indonesia masih menjadi persoalan penting terkait dengan kesejaheteraan hidup, gaji yang diterima betul-betul harus menjamin

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 110 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN PRESIDEN

Lebih terperinci

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan barang dan jasa pemerintah memiliki posisi yang strategis, bukan hanya dalam mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 9/2004, PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PAN & RB 1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA Terwujudnya peningkatan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 173 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 173 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000 KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 173 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA LEMBAGA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aspek yang paling penting dalam tata pemerintahan yang baik (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan pengawasan yang memadai terhadap fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementrian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012

Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012 Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012 1 KERANGKA KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI GRAND DESIGN ROAD MAP PEDOMAN- PEDOMAN PERPRES NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November PENEGAKAN HUKUM Selasa, 24 November 2015 09.00 17.00 PESERTA PERTEMUAN Kementerian/Lembaga 1. Sekretariat Jenderal Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan 2. Sekretariat Jenderal Kementerian

Lebih terperinci

INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN November 2016

INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN November 2016 INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017 14 November 2016 OUTLINE PAPARAN PENDAHULUAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENAJAMAN TINDAK

Lebih terperinci

EKSPOSE HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL TAHUN 2016 SEKRETARIS UTAMA

EKSPOSE HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL TAHUN 2016 SEKRETARIS UTAMA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA EKSPOSE HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL TAHUN 2016 SEKRETARIS UTAMA PENDAHULUAN 1. Pemantauan dan evaluasi

Lebih terperinci

3. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyampaikan beberapa hal diantaranya sebagai berikut:

3. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyampaikan beberapa hal diantaranya sebagai berikut: TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENAMAAN, SINGKATAN, DAN AKRONIM INSTANSI PEMERINTAH

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENAMAAN, SINGKATAN, DAN AKRONIM INSTANSI PEMERINTAH PEDOMAN PENAMAAN, SINGKATAN, DAN AKRONIM INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN TAHUN 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI i PERATURAN MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENAMAAN, SINGKATAN,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum, Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamualaikum, Wr. Wb. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 mengamanatkan kepada para pimpinan Kementerian/Lembaga, Gubernur, dan Bupati/Walikota untuk melakukan pemantauan terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TA 2014

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TA 2014 LAPORAN AKHIR KEGIATAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TA 214 Kedeputian Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

EAS SISTEM AKUNTANSI HIBAH. Dit.EAS DITJEN PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO

EAS SISTEM AKUNTANSI HIBAH. Dit.EAS DITJEN PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO EAS SISTEM AKUNTANSI HIBAH Dit.EAS DITJEN PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO SEMARANG 26 Oktober 2016 SISTEM AKUNTANSI HIBAH AKUNTANSI HIBAH PELAPORAN HIBAH KONFIRMASI POTENSI TEMUAN 1. AKUNTANSI HIBAH

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Page 1 of 5 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 110 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara pemerintah berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat di antaranya ketersediaan barang dan jasa dan pembangunan infrastruktur.selain

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT PERTAHANAN KEAMANAN AGAMA YUSTISI POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL URUSAN PEMERINTAHAN UMUM 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3.

Lebih terperinci

POKOK-POKOK NOTA KEUANGAN DAN RAPBN 2011

POKOK-POKOK NOTA KEUANGAN DAN RAPBN 2011 POKOK-POKOK NOTA KEUANGAN DAN RAPBN 2011 Paparan Menteri Keuangan Pada Konferensi Pers Jakarta, 16 Agustus POKOK BAHASAN DASAR HUKUM PENYUSUNAN RAPBN 2011 2 ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO, - 2011 3 POSTUR

Lebih terperinci

Drs. SIH WAHYUDI, MM. Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyuwangi

Drs. SIH WAHYUDI, MM. Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyuwangi Drs. SIH WAHYUDI, MM. Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Banyuwangi 25 Kecamatan 189 Desa 28 kelurahan STATISTIK PEGAWAI STATISTIK PEGAWAI PERSYARATAN KHUSUS IPK > 3 PT dengan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 110 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN PRESIDEN

Lebih terperinci

PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI

PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI PERMASALAHAN SAMPAH SAAT INI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN STRATEGI NASIONAL MEWUJUDKAN INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 DIREKTUR JENDERAL, LIMBAH DAN B3 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

2013, No.11 2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tent

2013, No.11 2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tent LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2013 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Unit Organisasi. Tugas Eselon I. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

STATISTIK APARATUR INDONESIA 2013

STATISTIK APARATUR INDONESIA 2013 STATISTIK APARATUR INDONESIA 2013 Penanggung Jawab : Kepala PKP2A I Lembaga Administrasi Negara Tim Penyusun : Shafiera Amalia, S.IP. Dr.H. Baban Sobandi, SE., M.Si. Syarifudin Hidayat, Drs., M.Si. Rosita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa untuk melaksanakan fungsinya dan untuk mencapai kinerjanya. Instansi atau organisasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 110 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

Tren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi

Tren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi Tren Pemberantasan Korupsi 2014 Divisi Investigasi Dan Publikasi Tujuan 3 2 Melakukan pemetaan terhadap perkara yang ditangani Aparat Penegak Hukum yang meliputi: sektor, modus, jabatan pelaku, kerugian

Lebih terperinci

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi No.106, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Barang Jasa. Penyedia. Proses Pemilihan. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI (BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN KEUANGAN, KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS, BANK INDONESIA, PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK (LKBB), BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

Format Matriks Sistem Pemantauan KSP Contoh Pengisian Format Matriks Sistem Pemantauan KSP

Format Matriks Sistem Pemantauan KSP Contoh Pengisian Format Matriks Sistem Pemantauan KSP Lampiran 2 Surat Undangan Deputi ll Kepala Staf Kepresidenan Nomor : Und-66/D,ll/05/ :29Mei Format Matriks Sistem Pemantauan KSP Contoh Pengisian Format Matriks Sistem Pemantauan KSP KEGIATAN PRIORITAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK

PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK KEMRISTEKDIKTI JAKARTA, 19 AGUSTUS 2015 Pemberantasan Korupsi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 43 TAHUN 2001 (43/2001) TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 178 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS LEMBAGA PEMERINTAH NON

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA LEMBAGA PEMERINTAH

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN ANGGARAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN

KETERSEDIAAN ANGGARAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN K E M E N T E R I A N R E P U B L I K K E U A N G A N I N D O N E S I A KETERSEDIAAN ANGGARAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN DISAMPAIKAN DALAM RAKORBANGPUS JAKARTA, 11 APRIL 2017 Outline KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 21.106.197 305.536.058 24.747.625 0 351.389.880 13.550.500

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)

Lebih terperinci

PENYESUAIAN/INPASSING (PERATURAN MENTERI PANRB NO. 26 TAHUN 2016 )

PENYESUAIAN/INPASSING (PERATURAN MENTERI PANRB NO. 26 TAHUN 2016 ) PENGANGKATAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING (PERATURAN MENTERI PANRB NO. 26 TAHUN 2016 ) Kepala Bagian Perencanaan Kepegawaian, Biro Kepegawaian dan Organisasi. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 42 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 166 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PEMERINTAH

Lebih terperinci

KONFIGURASI KEANGGOTAAN DPR 560 ANGGOTA

KONFIGURASI KEANGGOTAAN DPR 560 ANGGOTA KONFIGURASI KEANGGOTAAN DPR 560 ANGGOTA 109 9 1 73 61 49 47 40 39 35 16 KELEMBAGAAN DPR DAN UNSUR PENDUKUNGNYA FUNGSI Legislasi Anggaran Pengawasan O UT PU T SEKRETARIAT JENDERAL DAN BKD TENAGA AHLI &

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 79.185.200 117.232.724 20.703.396 0 217.121.320 13.993.473

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 RINCIAN ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS Halaman : 1 001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 21.106.197 281.961.663 34.630.463 0 337.698.323 10.833.500

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN 2015 s.d 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT INSPEKTORAT JENDERAL CATATAN HASIL PENGAWASAN YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN Masih banyak pengaduan terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah berkewajiban untuk memberikan layanan publik yang memuaskan bagi setiap warga negara.kualitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sangat menentukan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut:

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga seluruhnya berbunyi sebagai berikut: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2001 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2001 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2001 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 178 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN SEBAGAIMANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian ini akan mengkaji strategi pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta hingga mampu mendapatkan predikat Wilayah Bebas Korupsi untuk dua unit kerjanya,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PERCEPATAN PEMBUKAAN BLOKIR ANGGARAN BELANJA K/L APBN 2013

LANGKAH-LANGKAH PERCEPATAN PEMBUKAAN BLOKIR ANGGARAN BELANJA K/L APBN 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN LANGKAH-LANGKAH PERCEPATAN PEMBUKAAN BLOKIR ANGGARAN BELANJA K/L APBN 2013 Disampaikan Dalam Rapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini sangat menunjang proses bisnis dan menciptakan berbagai peluang dan inovasi. Teknologi hadir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian dan kontribusi penelitian. Bab ini juga menjelaskan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 178 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN PRESIDEN Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur

Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012 1 KATA PENGANTAR engan mengucap puji syukur ke hadirat Alah SWT, atas rahmat dan ridho-nya, penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2012

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI GURU

PERSYARATAN SERTIFIKASI GURU PERSYARATAN SERTIFIKASI GURU Syarat mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan: 1. Memiliki kualifikasi pendidikan S1 atau D4, kecuali telah berusia lebih dari 50 tahun dan pengalaman kerja lebih dari 20

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif sasaran strategis

Ringkasan eksekutif sasaran strategis Ringkasan eksekutif Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah bertanggung jawab untuk terus mengawal perjalanan Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan serta mendorong tercapainya

Lebih terperinci

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 SELASA, 15 NOVEMBER 2016 RABU, 16 NOVEMBER 2016 KAMIS, 17 NOVEMBER 2016 JUM AT, 18 NOVEMBER 2016 RUANG RAPAT 3.2 - KSP RUANG RAPAT 3.2 - KSP RUANG RAPAT 3.2 -

Lebih terperinci

BAB. Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

BAB. Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Pemerintahan Negara BAB 1 Nilai-Nilai Pancasila dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Selamat ya, atas keberhasilan kalian yang telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang sekolah menengah pertama/madrasah

Lebih terperinci

Daftar Jabatan Fungsional Khusus (Tertentu)

Daftar Jabatan Fungsional Khusus (Tertentu) Daftar Jabatan Fungsional Khusus (Tertentu) Dilihat: 17394 Update Per Mei NO INSTANSI PEMBINA No. Urut 1 Kementerian Dalam Negeri 1 1 JABATAN FUNGSIONAL JML NAMA JABATAN FUNGSIONAL PER MEN PAN & RB Pengawas

Lebih terperinci

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM Pokok Bahasan Pendahuluan Gambaran Reformasi Birokrasi dan Permasalahannya

Lebih terperinci

SABER PUNGLI SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENDUKUNG GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL SATGAS SABER PUNGLI

SABER PUNGLI SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENDUKUNG GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL SATGAS SABER PUNGLI SATGAS SABER PUNGLI SABER PUNGLI SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENDUKUNG GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL SATGAS SABER PUNGLI Jakarta, 23 Maret 2017 COMPANY PROFILE 2 PENGERTIAN PUNGLI? ADALAH PENGENAAN BIAYA

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 30/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG WILAYAH TERTIB ADMINISTRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Paparan Draft Rencana Aksi

Paparan Draft Rencana Aksi Paparan Draft Rencana Aksi 2016-2017 Open Government Indonesia Jakarta, 4 April 2016 Alur Pikir Renaksi CLUSTER I Penegakan Hukum dan Pencegahan Korupsi No Aksi Kementerian / Lembaga Sasaran Indikator

Lebih terperinci

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 51 BELANJA PEGAWAI 52 BELANJA BARANG 53 BELANJA MODAL 57 BELANJA BANTUAN SOSIAL KEMENTERIAN/LEMBAGA, UNIT PAGU REALISASI PAGU

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI Rapat Koordinasi Pengawasan Bersama Itjen Kemenristekdikti - BPKP 28 30 September 2016 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci