Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur"

Transkripsi

1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

2 KATA PENGANTAR engan mengucap puji syukur ke hadirat Alah SWT, atas rahmat dan ridho-nya, penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2012 Deputi Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dapat diselesaikan. LAKIP merupakan media untuk menginformasikan segala pertanggungjawaban upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian sasaran strategis melalui program dan kegiatan yang telah ditetapkan, secara transparan dan benar dalam pelaksanaan tugas dan fungsi suatu organisasi Pemerintah. Penyusunan LAKIP Deputi Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Tahun 2012 dilaksanakan atas dasar analisis pengukuran dari kegiatan, program dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Tahun Penetapan Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya termasuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Berdasarkan PK yang telah diperjanjikan tersebut, LAKIP Deputi Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur berisikan informasi mengenai pertanggungjawaban atas keberhasilan/kegagalan pelaksanaan tugas fungsi yang di amanahkan. Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas ini bermanfaat dan akan digunakan sebagai bahan peningkatan serta perbaikan kinerja selanjutnya. Plt. Deputi Menteri PAN dan RB Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur, 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

3 Drs. Wiharto, MBA. IKHTISAR EKSEKUTIF eputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur telah menetapkan 4 (empat) sasaran yang akan dicapai dalam tahun Ke empat sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan mengaplikasikan 18 indikator kinerja dan 27 target kinerja. Realisasi pada akhir tahun menunjukkan bahwa keseluruh sasaran yang ada dapat dicapai dengan baik, sedangkan dari 18 indikator kinerja dengan 27 target terdapat 12 (dua belas) target indikator kinerja pencapaiannya berhasil dan 6 (enam) target indikator kinerja tidak berhasil. Kriteria pencapaian indikator kinerja dinyatakan berhasil adalah jika pencapaiannya melebihi 80%. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel berikut : NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1. Meningkatnya kualitas dan implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (SPIP, pengawasan fungsional, pengawasan masyarakat, pemberantasan korupsi) 1 PermenPAN & RB 1 PermenPAN & RB Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (RUU tentang penyelenggaraan pengendalian administrasi pemerintahan (PPAP)) Persentase APIP yang melaporkan hasil pengawasan Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP 100% 1 RUU 1 Draft RUU 80% 40 K/L 33 prov 33 kab 33 kota 40 K/L 33 Prov 33 Kab 33 Kota 80% K/L 33 prov 33 kab 41 K/L 2 prov 7 Kab 6 Kota 0 K/L 0 Prov 0 Kab 0 Kota 56,5% K/L 2 prov 7 Kab 102% K/L 0,6% prov 2,1% kab, 1,8% kota Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun % 70,63%KL 0,6% prov 2,1% kab,

4 fungsional (pusat dan daerah) 33 kota 6 Kota 1,8% kota 2. Meningkatnya efektivitas pengaduan masyarakat dan pemberantasan korupsi 3. Meningkatnya implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Instansi Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase K/L dan Pemda yang telah menandatangani Pakta Integritas Jumlah K/L Pemda yang telah menetapkan Zona Integritas Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi melalui hasil evaluasi Persentase Aparatur Sipil yang menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) Persentase Pejabat minimal eselon II dan/atau pos-pos strategis yang menempati jabatan baru atau selesai menjabat yang menyampaikan LHKPN Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja (RUU tentang akuntabilitas kinerja penyelenggara negara (AKPN)) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan sistem akuntabilitas kinerja sesuai aturan Persentase instansi pemerintah yang menyusun indikator kinerja utama (pusat dan daerah) Persentase LAKIP yang diterima (pusat dan daerah) 75% 84% 110% 604 IP % 139 (40K/L; 33 Prov; 33 Kab; 33 Kota) 459 (75% dari 612 IP) 5% ASN 80% Pejabat 87 (29 K/L; 9 Prov; 32 Kab; 15 Kota) 62% 83 IP 19% 0% (dalam proses menunggu RUU ASN disahkan) 0% 79,35% 99% 3 Peraturan 2 Peraturan 66,67% 1 RUU 1 draft RUU 80% 50% 63.82% % 22% 22.71% % 87% 90.83% % Persentase PK yang 55% 63.83% % 4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

5 4. Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah *) Data sementara diterima (pusat dan daerah) Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik 44% 53% *) 120% *) Berbagai upaya telah dilaksanakan serta telah memberikan hasil sebagaimana diharapkan. Disisi lain juga masih mengalami beberapa kendala yang lebih banyak disebabkan kurangnya komitmen dari para pimpinan instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah dalam penguatan pengawasan dan akuntabilitas kinerja. Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja Deputi V pada tahun mendatang, beberapa langkah strategis yang akan dilakukan antara lain adalah : Menyelaraskan berbagai peraturan perundangan yang terkait dengan penguatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur. Hal ini akan dilakukan dengan berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah yang terkait seperti Kementerian Keuangan. Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, BPKP dan sebagainya; Lebih meningkatkan kualitas pemberian bimbingan teknis kepada instansi pemerintah yang telah memenuhi ketaatan terhadap pemenuhan azas pengawasan dan akuntabilitas aparatur; Memperluas cakupan sosialisasi untuk lebih mendorong penguatan pengawasan dan akuntabilitas di berbagai instansi pemerintah. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR IKHTISAR EKSEKUTIF DAFTAR ISI i iii vii BAB I PENDAHULUAN 1 1. Umum 1 2. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 3 3. Peran Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur 4 BAB II RENSTRA dan PENETAPAN KINERJA 7 1. Rencana Strategis Penetapan Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran Capaian Kinerja Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Akuntabilitas Keuangan 64 BAB IV PENUTUP 65 6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

7 BAB I PENDAHULUAN 1. UMUM egara kita telah mengalami perubahan-perubahan pada segala segi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Perubahan-perubahan tersebut menyangkut segi kepatuhan kepada hukum, hidup secara berkeadilan, rasa aman, kehidupan politik, dan ekonomi, serta kehidupan berbudaya. Perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya menimbulkan desakan reformasi yang menuntut suatu kepemerintahan yang baik, akuntabel dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) agar dapat bersaing dalam kompetisi global saat ini. Dalam menghadapi perubahan-perubahan ini, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB) harus mampu menciptakan nilai yang ada manfaatnya bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan produk yang dihasilkan yakni menciptakan aparatur yang akuntabel, bersih, dan bebas dari KKN. Jika Kementerian PAN dan RB tidak mampu mengantisipasi kondisi yang berkembang dan berubah setiap saat, maka eksistensi organisasi tidak ada gunanya bagi pemerintah dan masyarakat dan eksistensinya tentu akan segera berakhir. Dengan adanya keadaan yang penuh tantangan dan banyaknya hal yang berkaitan dengan ketidakpastian akibat perubahan-perubahan yang sering terjadi, pelaksanaan peran Kementerian PAN dan RB sebagai unit utama pembantu Presiden dalam menciptakan pemerintahan yang akuntabel sudah harus jelas peran dan fungsinya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

8 Deputi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur (selanjutnya disebut Deputi V) merupakan salah satu unit kerja di bawah Kementerian PAN dan RB yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara dan Peraturan Menteri Negara PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PAN dan RB. Deputi V ini merupakan penggabungan dari dua deputi yaitu Deputi Bidang Pengawasan dan Deputi Bidang Akuntabilitas Aparatur. Sebagai organisasi yang merupakan gabungan dari dua kedeputian yang dilebur, Deputi V melanjutkan beberapa kondisi telah dicapai dua organisasi sebelumnya. Pencapaian tersebut merupakan berbagai hasil dari upaya-upaya yang telah dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban organisasi. lain adalah : Beberapa peraturan perundangan yang melandasi tugas dan fungsi antara a. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan ini mewajibkan setiap instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah menyusun suatu laporan keuangan dan laporan kinerja yang terintegrasi dengan berbagai sistem manajemen pemerintahan lainnya; b. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang mengamanatkan Kementerian PAN dan RB untuk mengoordinasikan pelaksanaannya di berbagai instansi pemerintah; c. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan ini mengamanatkan agar setiap unit kerja instansi pemerintah mulai eselon II ke atas menyusun laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah; d. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi yang mengamanatkan Kementerian PAN dan RB untuk mengoordinasikan pelaksanaannya di berbagai instansi pemerintah. Selain berbagai peraturan perundangan di atas, juga terdapat berbagai peraturan perundangan lainnya yang menyaratkan adanya akuntabilitas kinerja 8 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

9 yang baik, seperti pada Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta berbagai peraturan perundangan lainnya dan berbagai peraturan turunannya. Berbagai peraturan perundangan tersebut jelas menyiratkan perlunya penguatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja bagi berbagai instansi pemerintah. 2. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI Deputi V mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur. Fungsi Deputi V adalah: a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur; b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur; c. Pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah atau kegiatan di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Negara PAN dan RB. Struktur organisasi Deputi V terdiri dari : a. Asisten Deputi Pengembangan Sistem Pengawasan dan Akuntabilitas; b. Asisten Deputi Pengembangan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah; c. Asisten Deputi Pengawasan Masyarakat dan Pemberantasan Korupsi; d. Asisten Deputi Pemantauan dan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Aparatur Pemerintah Pusat; e. Asisten Deputi Pemantauan dan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah. Bagan organisasi Deputi V dapat dilihat pada peraga sebagai berikut: Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

10 3. PERAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan (institutional reform) dan reformasi manajemen publik (public management reform). Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di pusat dan daerah baik struktur maupun infrastrukturnya. Reformasi manajemen sektor publik terkait dengan perlunya digunakan model manajemen pemerintahan yang baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman, karena perubahan tidaklah sekedar perubahan paradigma, namun juga perubahan manajemen. Konsep manajemen baru berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi pada kebijakan. Konsep tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah diantaranya adalah kewajiban instansi pemerintah untuk menerapkan sistem akuntabilitas kinerja. Dengan sistem ini setiap instansi pemerintah dituntut memiliki suatu tatanan, instrumen, metode 10 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

11 pertanggungjawaban yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan pelaporan dalam bentuk siklus akuntabilitas kinerja yang terpadu. Sistem ini juga merupakan infrastruktur bagi proses pemenuhan kewajiban instansi pemerintah dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian misi organisasi. Deputi V memiliki peran penting dalam menunjang terlaksananya reformasi birokrasi, yaitu dengan merumuskan berbagai kebijakan dalam rangka mendorong peningkatan pengawasan serta penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi secara utuh pada semua unit instansi pemerintah pusat dan daerah; memantau pelaksanaan implementasi sistem akuntabilitas kinerja dan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja secara berkala. Pada setiap sosialisasi ataupun bimbingan teknis penerapan akuntabilitas kinerja di instansi pemerintah pusat/daerah, Deputi V menjelaskan tentang kompleksitas dari akuntabiltas sektor publik (pemerintah) yang menuntut adanya sistem dan mekanisme pertanggungjawaban pemerintah yang kompleks juga. Sistem dan mekanisme pertanggungjawaban yang semata-mata menekankan pada pertanggungjawaban keuangan atau pertanggungjawaban anggaran, dewasa ini dianggap tidak memadai lagi sebagai media akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik juga harus mencakup pertanggungjawaban non keuangan (kinerja) yang memfokuskan pertanggungjawaban pada hasil-hasil yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, apa yang diharapkan Deputi V menjadi lebih nyata, mengingat kebijakan (Perpres) penerapan sistem akuntabilitas kinerja yang akan disusun sebagaimana amanat dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah tersebut, harus dapat mengintegrasikan laporan kinerja dengan laporan keuangan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

12 BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA 1. RENCANA STRATEGIS eputi V, sebagai unit di bawah Kementerian PAN dan RB yang bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara PAN dan RB dalam membentuk aparatur (pegawai dan instansi pemerintah) yang akuntabel diharapkan mampu untuk mendorong efektivitas pengawasan, akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah baik pusat dan daerah serta bebas dari KKN. Visi dan Misi Dalam rangka menunjang dan membantu Kementerian PAN dan RB dalam menuju kesuksesan pelaksanaan fungsi tersebut, Deputi V menyusun visinya yang menunjukkan jati diri dan fungsinya sebagai unit utama di bawah Kementerian PAN dan RB dalam mewujudkan aparatur yang akuntabel, berkinerja tinggi dan bebas dari KKN sebagai berikut: Terwujudnya kepemerintahan yang baik melalui pengawasan yang efektif dan efisien serta aparatur yang akuntabel, berkinerja tinggi, dan bebas dari KKN Terwujudnya visi, merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh segenap personil Deputi V. Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, maka ditetapkanlah misi yang menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih terlihat abstrak pada visi akan lebih nyata pada misi 12 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

13 tersebut. Lebih jauh, pernyataan misi Deputi V memperlihatkan kebutuhan apa yang hendak dipenuhi oleh organisasi, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut, dan bagaimana organisasi memenuhi kebutuhan tersebut. Misi Deputi V ditetapkan sebagai berikut : 1. Merumuskan kebijakan nasional di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan nasional di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur. Misi tersebut disusun dengan mempertimbangkan adanya kebutuhan ataupun tuntutan pada masyarakat yang menginginkan adanya peningkatan akuntabilitas dan kinerja penyelenggara pemerintahan, adanya aparatur yang bersih, dan terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik. Pemenuhan kebutuhan publik itu dijadikan misi yang hendak dicapai oleh Deputi V yakni melalui upaya meningkatkan akuntabilitas dan kinerja aparatur sebagai salah satu pilar dari good governance, bersama dengan dua pilar lainnya yaitu transparansi dan partisipasi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan oleh Deputi V dengan jalan mengimplementasikan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada segenap jajaran manajemen pemerintahan dan melalui pemberian layanan akuntabilitas yang prima serta mendorong terselenggaranya prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik secara berkelanjutan. Aspek peningkatan akuntabilitas kinerja dalam misi Deputi V tersebut juga sebagai upaya organisasi untuk membantu pihak manajemen pemerintah dalam upaya meningkatkan kinerja instansi pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Kemudian, misi tersebut juga mengisyaratkan adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan Deputi V dalam rangka pelayanan di bidang penyelenggaraan akuntabilitas, baik kepada intern Kementerian PAN dan RB Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

14 maupun kepada pihak ekstern yaitu kepada semua instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Sedangkan dari aspek pengawasan, pernyataan misi ini menunjukkan aspek-aspek penting yang terkait dengan keberadaan organisasi, stakeholders maupun peran yang dapat dilakukan oleh Deputi V. Selanjutnya pernyataan misi tersebut secara tegas dan singkat menggambarkan peranan dan posisi strategis Deputi V dalam arti Kebijakan Pengawasan Nasional (Jakwasnas) yang berlaku untuk APIP, haruslah dirumuskan secara terpadu dan melalui due-careprocedure. Hal ini penting untuk diperhatikan, sebab kebijakan-kebijakan tersebut dapat mempengaruhi kinerja aparat pengawasan dalam upaya untuk memperbaiki kinerja birokrasi maupun menurunkan kasus KKN. Selain itu dalam meningkatkan kualitas pengawasan pada instansi pemerintah, sangat diperlukan ukuran mutu dan moral pengawasan. Hal ini bergantung pada tersedianya standar, pedoman maupun kode etik tentang pengawasan yang dapat menjadi standar bersama bagi setiap institusi maupun insan pengawasan. Dengan demikian, penyusunan standar, pedoman dan kode etik di bidang pengawasan oleh Deputi V akan semakin menunjukkan peran Kementerian PAN dan RB di dalam merumuskan dan mengkoordinasikan pengawasan secara nasional. Tujuan Strategis Dalam rangka mencapai visi dan misi V seperti yang dikemukakan terdahulu, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan strategis ini maka Deputi V dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang 14 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

15 dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Deputi V untuk mengukur sejauh mana visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi misi organisasi. Adapun tujuan strategis dari Deputi V adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya pengawasan instansi pemerintah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi; 2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka percepatan reformasi birokrasi. Tujuan pertama Meningkatnya pengawasan instansi pemerintah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi, menekankan pada upaya menurunkan kasus KKN sesuai dengan ekspektasi para stakeholders, dalam arti keberhasilan Deputi V dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya bergantung pada perbaikan kinerja birokrasi dan penurunan kasus KKN di Indonesia. Tujuan kedua Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka percepatan reformasi birokrasi memfokuskan pada akuntabilitas kinerja. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Peningkatan akuntabilitas dimaksudkan pada peningkatan kemampuan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan atau menjawab dan menerangkan mengenai kinerjanya. Kinerja instansi pemerintah pada dasarnya adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

16 penjabaran dari visi,misi dan strategi instansi pemerintah. Sasaran ataupun tujuan dalam konteks manajemen berbasis kinerja adalah hasil-hasil yang akan dicapai oleh instansi pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya. Peningkatan kinerja dimaksudkan pada peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil, sehingga kinerja instansi pemerintah benar-benar akan dapat dirasakan kemanfaatannya bagi masyarakat (stakeholders). Indikator Kinerja Tujuan dan Target Jangka Menengah Untuk mengukur sejauh mana Deputi V telah mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan, pada masing-masing tujuan strategis ditetapkan indikator kinerja dan target kinerja yang harus dicapai pada akhir tahun ke lima (2014). Indikator kinerja masing-masing tujuan tersebut merupakan Indikator Kinerja Utama Deputi V. Indikator Kinerja Utama berikut target yang ingin dicapai di tahun 2014 adalah sebagai berikut: No Tujuan Indikator Kinerja Target Meningkatnya pengawasan instansi pemerintah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai pengawasan dan pemberantasan korupsi yang disusun Persentase instansi pemerintah yang SPIP-nya baik Persentase APIP yang menerapkan kode etik dan standar audit Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan Persentase pengaduan masyarakat yang dilanjutkan Persentase pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti Persentase instansi pemerintah peserta island of integrity yang berhasil Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan pemberantasan korupsi sesuai dengan pedoman 1 RUU 4 PERMEN 90% 90% 90% 98% 65% 45% 90% 2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka percepatan reformasi birokrasi Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai akuntabilitas kinerja yang disusun Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik 1 RUU 10 PERMEN 80% 16 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

17 Persentase instansi pemerintah yang menyusun PK Persentase instansi pemerintah yang menyusun IKU Persentase instansi pemerintah yang menyusun LAKIP Penyusunan LKjPP tepat waktu 70% 60% 80% 5 Lap Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Sasaran strategis Deputi V merupakan penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (Performance Plan). Penetapan sasaran strategis ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan program, kegiatan, dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran strategis Deputi V merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis Deputi V dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Deputi V serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh, yang berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Deputi V. Sasaransasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian, apabila seluruh sasaran yang ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis terkait juga telah dapat dicapai. Tujuan 1: Meningkatnya pengawasan instansi pemerintah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi Penjabaran dari tujuan ini secara lebih spesifik adalah sebagai berikut : SASARAN Meningkatnya kualitas dan implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah INDIKATOR KINERJA Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai SPIP yang disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

18 Meningkatnya efektivitas pengaduan masyarakat dan pemberantasan korupsi Persentase Instansi yang melaporkan penerapan SPI Persentase instansi pemerintah yang SPI-nya baik Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai Kormonev yang disusun Persentase penyelesaian tindak lanjut pengaduan masyarakat Persentase pengaduan masyarakat yang ditangani Persentase instansi pemerintah yang melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan pemberantasan korupsi sesuai dengan pedoman Persentase instansi pemerintah peserta island of integrity yg berhasil Tujuan 2: Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam rangka percepatan reformasi birokrasi Penjabaran dari tujuan ini secara lebih spesifik adalah sebagai berikut: SASARAN Meningkatnya implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah INDIKATOR KINERJA Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai akuntabilitas kinerja yang disusun Persentase instansi pemerintah yang menyusun Renstra Persentase instansi pemerintah yang menyusun RKT Persentase instansi pemerintah yang menyusun PK Persentase instansi pemerintah yang mempunyai IKU Persentase instansi pemerintah yang menyampaikan LAKIP Tersusunnya LKjPP tepat waktu Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik 2. PENETAPAN KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

19 Penetapan kinerja tahun 2012 Kedeputian V adalah sebagai berikut : NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET ANGGARAN 1. Terwujudnya instansi yang akuntabel dan berkinerja tinggi 2. Jumlah penyelenggaraan pengawasan instansi pemerintah yang terintegrasi, efisien, dan efektif Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja (RUU tentang akuntabilitas kinerja penyelenggara negara (AKPN)) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan sistem akuntabilitas kinerja sesuai aturan Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Persentase instansi pemerintah yang menyusun indikator kinerja utama (pusat dan daerah) Persentase LAKIP yang diterima (pusat dan daerah) Persentase PK yang diterima (pusat dan daerah) Persentase instansi peserta model island of integrity yang berhasil Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (SPIP, pengawasan fungsional, pengawasan masyarakat, pemberantasan korupsi) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (RUU tentang penyelenggaraan pengendalian administrasi pemerintahan (PPAP)) Persentase APIP yang melaporkan hasil pengawasan Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP fungsional (pusat dan daerah) 3 PermenPAN & RB 1 RUU Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun % 44% 22% 87% 55% 32% 1 PermenPAN & RB RUU Pusat: 30% Daerah: 15% Pusat: 50% Daerah: 20% 75% Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah 65%

20 ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres percepatan pemberantasan korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman 65% Terdapat perbedaan antara Sasaran yang dicantumkan dalam Penetapan Kinerja dengan Sasaran dalam Rencana Strategis. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini: SASARAN PK Jumlah penyelenggaraan pengawasan instansi pemerintah yang terintegrasi, efisien, dan efektif Terwujudnya instansi yang akuntabel dan berkinerja tinggi SASARAN RENSTRA Meningkatnya kualitas dan implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Meningkatnya efektivitas pengaduan masyarakat dan pemberantasan korupsi Meningkatnya implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Dalam bab Akuntabilitas Kinerja, Sasaran yang akan diakuntabilitaskan realisasinya adalah Sasaran menurut dokumen Rencana Strategis. Selain perbedaan antara Sasaran yang dicantumkan dalam Penetapan Kinerja dengan Sasaran dalam Rencana Strategis, juga terdapat penyesuaian indikator kinerja. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini: INDIKATOR KINERJA RENSTRA Indikator Kinerja Pengawasan Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai SPIP yang disusun Persentase Instansi yang melaporkan penerapan SPI INDIKATOR KINERJA PK Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (SPIP, pengawasan fungsional, pengawasan masyarakat, pemberantasan korupsi) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (RUU tentang penyelenggaraan pengendalian administrasi pemerintahan (PPAP)) Persentase APIP yang melaporkan hasil pengawasan 20 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

21 Persentase instansi pemerintah yang SPI-nya baik Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai Kormonev yang disusun Persentase penyelesaian tindak lanjut pengaduan masyarakat Persentase pengaduan masyarakat yang ditangani Persentase instansi pemerintah yang melaporkan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan pemberantasan korupsi sesuai dengan pedoman Persentase instansi pemerintah peserta island of integrity yang berhasil Indikator Kinerja Akuntabilitas Jumlah kebijakan dan peraturan perundang-undangan mengenai akuntabilitas kinerja yang disusun Persentase instansi pemerintah yang menyusun Renstra Persentase instansi pemerintah yang menyusun RKT Persentase instansi pemerintah yang menyusun PK Persentase instansi pemerintah yang mempunyai IKU Persentase instansi pemerintah yang menyampaikan LAKIP Tersusunnya LKjPP tepat waktu Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP fungsional (pusat dan daerah) Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan dan melaporkan Inpres percepatan pemberantasan korupsi yang dievaluasi sesuai pedoman Persentase instansi peserta model island of integrity yang berhasil Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja (RUU tentang akuntabilitas kinerja penyelenggara negara (AKPN)) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan sistem akuntabilitas kinerja sesuai aturan Persentase PK yang diterima (pusat dan daerah) Persentase instansi pemerintah yang menyusun indikator kinerja utama (pusat dan daerah) Persentase LAKIP yang diterima (pusat dan daerah) Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Dalam bab Akuntabilitas Kinerja, indikator kinerja yang akan diakuntabilitaskan realisasinya adalah indikator kinerja menurut dokumen Penetapan Kinerja. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

22 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 1. Pengukuran Capaian Kinerja ada tahun anggaran 2012, Deputi V telah menetapkan 4 (empat) sasaran yang akan dicapai. Ke empat sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan mengaplikasikan 18 indikator kinerja dan 27 target kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi V tahun 2012 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel berikut : NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1. Meningkatnya kualitas dan implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (SPIP, pengawasan fungsional, pengawasan masyarakat, pemberantasan korupsi) 1 PermenPAN & RB 1 PermenPAN & RB Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (RUU tentang penyelenggaraan pengendalian administrasi pemerintahan (PPAP)) Persentase APIP yang melaporkan hasil pengawasan Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP fungsional (pusat dan daerah) 100% 1 RUU 1 Draft RUU 80% 40 K/L 33 prov 33 kab 33 kota 40 K/L 33 Prov 33 Kab 33 Kota 80% K/L 33 prov 33 kab 33 kota 41 K/L 2 prov 7 Kab 6 Kota 0 K/L 0 Prov 0 Kab 0 Kota 56,5% K/L 2 prov 7 Kab 6 Kota 102% K/L 0,6% prov 2,1% kab, 1,8% kota 0% 70,63%KL 0,6% prov 2,1% kab, 1,8% kota 22 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

23 2. Meningkatnya efektivitas pengaduan masyarakat dan pemberantasan korupsi 3. Meningkatnya implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Instansi Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Persentase K/L dan Pemda yang telah menandatangani Pakta Integritas Jumlah K/L Pemda yang telah menetapkan Zona Integritas Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi melalui hasil evaluasi Persentase Aparatur Sipil yang menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) Persentase Pejabat minimal eselon II dan/atau pos-pos strategis yang menempati jabatan baru atau selesai menjabat yang menyampaikan LHKPN Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja Jumlah peraturan/kebijakan di bidang akuntabilitas kinerja (RUU tentang akuntabilitas kinerja penyelenggara negara (AKPN)) Persentase instansi pemerintah yang menerapkan sistem akuntabilitas kinerja sesuai aturan Persentase instansi pemerintah yang menyusun indikator kinerja utama (pusat dan daerah) Persentase LAKIP yang diterima (pusat dan daerah) Persentase PK yang diterima (pusat dan daerah) 75% 84% 110% 604 IP % 139 (40K/L; 33 Prov; 33 Kab; 33 Kota) 459 (75% dari 612 IP) 5% ASN 80% Pejabat 87 (29 K/L; 9 Prov; 32 Kab; 15 Kota) Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun % 83 IP 19% 0% (dalam proses menunggu RUU ASN disahkan) 0% 79,35% 99% 3 Peraturan 2 Peraturan 66,67% 1 RUU 1 draft RUU 80% 50% 63.82% % 22% 22.71% % 87% 90.83% % 55% 63.83% % 4. Meningkatnya Persentase instansi 44% 53% *) 120% *)

24 akuntabilitas kinerja instansi pemerintah *) Data sementara pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik Realisasi pada akhir tahun menunjukkan bahwa keseluruh sasaran yang ada dapat dicapai dengan baik, sedangkan dari 18 indikator kinerja dengan 27 target terdapat 12 (dua belas) target indikator kinerja pencapaiannya berhasil dan 6 (enam) target indikator kinerja tidak berhasil. Kriteria pencapaian indikator kinerja dinyatakan berhasil adalah jika pencapaiannya melebihi 80%. 2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Analisis dan evaluasi capaian kinerja masing-masing sasaran tahun 2012 dari Deputi V dapat dijelaskan sebagai berikut : Sasaran 1: Meningkatnya kualitas dan implementasi SPIP Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pengawasan intern di lingkungan instansi pemerintah. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (SPIP, pengawasan fungsional, pengawasan masyarakat, pemberantasan korupsi) Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (RUU tentang penyelenggaraan pengendalian administrasi pemerintahan (PPAP)) Persentase APIP yang melaporkan hasil pengawasan Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan 1 PermenPAN & RB 1 PermenPAN & RB 100% 1 RUU 1 Draft RUU 80% 40 K/L 33 prov 33 kab 33 kota 40 K/L 33 Prov 33 Kab 43 K/L 2 prov 7 Kab 6 Kota 0 K/L 0 Prov 0 Kab 108% K/L 0,6% prov 2,1% kab, 1,8% kota 0% 0% 0% 24 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

25 Persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP fungsional (pusat dan daerah) 33 Kota 0 Kota 0% 80% K/L 56,5% K/L 70,63%KL 33 prov 2 prov 0,6% prov 33 kab 7 Kab 2,1% kab, 33 kota 6 Kota 1,8% kota Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut: Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (PerMenPAN dan RB) Dalam tahun 2012, Kedeputian V telah menyusun 1 (satu) peraturan di bidang pengawasan yaitu satu PermenPAN dan RB Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pedoman Telaahan Sejawat Hasil Audit APIP. Peraturan tersebut telah ditandatangani dan diterbitkan per tanggal 25 Mei 2012, sehingga capaian kinerja untuk penyusunan peraturan ini adalah 100%. Peraturan ini disusun berdasarkan pasal 55 PP No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang menyebutkan bahwa dalam rangka menjaga mutu hasil audit, secara berkala perlu dilakukan telaahan sejawat. Peraturan ini disusun dalam rangka untuk memberikan kepastian bahwa pelaksanaan tugas audit telah sesuai dengan standar audit dan kendali mutu audit yang dilakukan oleh APIP. Dengan demikian, akan mendukung pencapaian outcome yaitu meningkatnya efisiensi dan efektivitas pengawasan intern pemerintah. Peraturan ini disusun melalui kegiatan rapat koordinasi dan seminar. Dalam rapat koordinasi diundang juga beberapa wakil dari Irjen K/L untuk mendapatkan masukan dan dalam seminar, yang dilaksankaan di lingkungan Kementerian PAN dan RB, diikutkan beberapa wakil Inspektorat K/L dan Daerah untuk menyempurnakan isi dari pedoman telaahan Sejawat. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

26 Jumlah peraturan/kebijakan di bidang pengawasan (RUU PPAP) Sampai dengan akhir tahun 2012, Draft RUU PPAP masih belum dapat diselesaikan mengingat belum adanya kesepakatan dari instansi terkait dalam pelaksanaan RUU. Berdasarkan hasil rapat dengan beberapa instansi terkait pada tanggal 14 November 2012, seperti BPKP, Kementerian Dalam Negeri, dan beberapa Inspektorat Jenderal K/L, telah disepakati untuk melakukan revisi terhadap RUU PPAP dan menggantinya dengan RUU Sistem Pengawasan. Menurut rencana, kegiatan penyusunan RUU Sistem Pengawasan ini akan mulai dilaksanakan pada Januari Persentase instansi yang melaporkan penerapan SPI Jumlah APIP yang melaporkan hasil pengawasan, sampai dengan akhir tahun 2012 telah mencapai realisasi sebesar 41 K/L (102,5%), 2 Provinsi (6,1%), 7 Kabupaten (21,2%), dan 6 Kota (18,2%) dari jumlah IP Pusat dan Daerah yang ditargetkan. APIP yang melaporkan hasil pengawasannya adalah sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan dalam PermenPAN No. 42 Tahun 2011 dalam hal mana APIP di lingkungan pemerintah pusat (K/L) dan APIP Daerah harus menyampaikan laporan hasil pengawasan. Masih sedikitnya APIP Daerah yang menyampaikan laporannya, antara lain disebabkan oleh adanya kebijakan pengawasan pemerintah daerah yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri yaitu Permendagri No. 79 Tahun 2005 dan PermenPAN No. 42 Tahun 2011 relatif merupakan kewajiban baru bagi APIP Daerah. 26 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

27 INSTANSI PEMERINTAH JUMLAH KETERANGAN 1. KEMENTERIAN/ LEMBAGA 2. PEMERINTAH DAERAH 41 Kemenakertrans, Bakosurtanal, BPPOM, Kemenkopolhukam, Kemenlu, Kemenperin, Kemenkumham, BNPB, Kemenpera, BKKBN, Kementerian PDT, Mabes Polri, Kemenristek, Kementerian Kehutanan, Kemenpora, BNN, Kementerian Kominfo, Kementerian Pertahanan, BPN, Menko Perekonomian, LIPI, Kementerian Agama, Kejaksaan Agung, LAN, Mabes TNI AU, Sekjen KY, Sekjen MK, Bapertarum PNS, Kementerian Perhubungan, Kementerian Koperasi UKM, Kementerian ESDM, Sekjen MPR, Mabes TNI AD, Kementerian Pertanian, Bapeten, KKP, Bappenas, KPPU, BKN, Setneg, Kemendagri 15 Prov Jambi, Prov Kaltim, Kab bangka Barat, Kota malang, Kab Sigi, Kota Palu, Kab Kulon Progo, Kota Lampung, Kab Demak, Kota Salatiga, Kota Kediri, Kab Solok, Kab Paser, Kab Sidoarjo, Kota Metro Faktor yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kebijakan sistem pengendalian intern dan memperbaiki kinerja instansi pemerintah di masa mendatang adalah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah untuk menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI). PP tersebut menyebutkan peran penyelenggaraan pembinaan SPIP yang meliputi penyusunan pedoman teknis, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

28 pembimbingan dan konsultansi, dan peningkatan kompetensi Auditor APIP menjadi tugas Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Oleh karena itu pada masa yang akan datang diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama antara BPKP dalam peran tersebut dengan Kementerian PAN dan RB selaku koordinator dalam perumusan kebijakan di bidang pengawasan. Kondisi di atas menunjukkan bahwa masih diperlukan berbagai langkah oleh pemerintah untuk memperbaiki penerapan SPIP. Oleh sebab itu, Kementerian PAN dan RB selaku perumus kebijakan telah membuat Surat Edaran Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penerapan Sistem Pengendaliam Intern di Lingkungan Instansi Pemerintah. Persentase IP yang melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Secara ringkas, peran Kementerian PAN dan RB dalam penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sebagai perumus kebijakan yang mendorong diterapkannya SPIP oleh instansi pemerintah, baik secara mandiri maupun peningkatan peran APIP sebagai evaluator SPIP pada seluruh instansi pemerintah secara konsisten dan berkelanjutan. Oleh karenanya, kegiatan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan SPIP serta melakukan koordinasi pelaksanaan SPIP dengan pihak yang terkait dengan pembinaan dan penerapan SPIP pada instansi pemerintah. Jumlah instansi pemerintah yang melaksanakan sistem pengendalian intern (SPI) sesuai dengan ketentuan adalah sebesar 0 IP Pusat dan 0 IP Daerah sehingga capaian kinerjanya masing-masing adalah sebesar 0% IP Pusat dan 0% IP Daerah dari targetnya. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, BPKP ditunjuk untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian/lembaga maupun pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Sampai dengan akhir tahun 2012, implementasi atas SPI di lingkungan instansi 28 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

29 pemerintah daerah masih tergolong sangat rendah kalau tidak dapat dikatakan belum ada. Hal ini disebabkan masih dalam tahap sosialisasi oleh BPKP. Lahirnya PP Nomor 60 Tahun 2008 telah merubah peran pembinaan SPIP. Hal ini secara tegas tertuang dalam Pasal 59 ayat (2) bahwa pembinaan penyelenggaraan SPIP dilakukan oleh BPKP. Namun demikian dalam konteks peran Menpan sebagai perumus kebijakan nasional di bidang pengawasan maka kegiatan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan SPIP tetap harus berada di bawah kendali Menpan. Sehubungan dengan hal ini Menpan aktif dalam Tim Koordinasi Pembinaan Penyelenggaraan SPIP sebagaimana yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 175/KMK.01/2009 tanggal 8 Mei 2009 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penyelenggaraan SPIP. Melalui Tim ini diharapkan akan diperoleh kesepahaman antara berbagai instansi mengenai posisi strategis MenPAN dan RB dalam melahirkan rumusan kebijakan pengawasan intern pemerintah untuk mempercepat penerapan SPIP. Dalam pelaksanaan pengawasan intern oleh Pemerintah, terdapat Kelemahan menonjol sebagai berikut: a. Kurangnya pemahaman sebagian besar pimpinan instansi dan staf terhadap SPIP secara keseluruhan yang berdampak pada tidak efektifnya sistem pengendalian intern di instansi. Diharapkan dengan sosialisasi dan asistensi secara berkesinambungan yang dilakukan oleh BPKP sesuai dengan amanah pasal 59 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, kendala ini akan bisa diatasi. b. SPIP sebagai bagian dari proses manajemen yang dinamis harus direviu secara berkesinambungan. Proses reviu belum dapat berjalan dengan baik sebab umumnya SDM APIP yang berfungsi sebagai evaluator belum memiliki pengetahuan mendasar mengenai konsepsi SPIP sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. c. Dalam hal pengawasan fungsional, masih terdapat kendala yaitu belum sinkronnya pengaturan atas kewenangan pada masing-masing jenjang APIP. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

30 Untuk mengatasi hal ini maka langkah yang ditempuh terkait dengan aspek pengawasan, sebagai berikut: a. Menata kembali dan menyempurnakan kebijakan, sistem kelembagaan, prosedur, mekanisme, dan koordinasi pengawasan fungsional menuju tersusunnya Undang-undang Sistem Pengawasan yang akan menggantikan UU PPAP; b. Melakukan reformasi terhadap konsep dan implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) yaitu dengan diterbitkan Surat Edaran (SE) Menteri Kementerian PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Instansi Pemerintah; Kondisi di atas menunjukkan bahwa masih diperlukan berbagai langkah oleh pemerintah untuk memperbaiki penerapan SPIP. Oleh sebab itu, Kementerian PAN dan RB selaku perumus kebijakan telah membuat Surat Edaran Nomor 12 Tahun 2010 tentang Tentang Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Instansi Pemerintah. Persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP fungsional Banyaknya APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP Fungsional didasarkan pada jumlah laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan yang diterima selama tahun anggaran Selama tahun 2012, persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan Tindak Lanjut adalah sebanyak 56,5% K/L atau sebesar 70,63% dari targetnya yang sebesar 80% K/L. Sedangkan jumlah IP Daerah yang melaksanakan pemantauan tindak lanjut masing-masing adalah sebanyak 2 provinsi, 7 kabupaten, dan 6 kota atau 6,1% provinsi, 21,2% kabupaten, dan 18,2% kota. Strategi yang ditempuh untuk mewujudkan sasaran ini adalah dengan melaksanakan kegiatan Koordinasi pemantauan dan evaluasi TLHP fungsional. 30 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

31 Pengukuran target indikator ini dilakukan dengan menghitung instansi pemerintah yang menindaklanjuti hasil temuan dalam waktu satu tahun. Pengukuran target indikator ini dilakukan dengan menghitung jumlah instansi pemerintah yang diperiksa (auditee) BPK dan APIP yang dapat dikoordinasikan, dan menyampaikan laporan kepada MenPAN dan RB sesuai pedoman/kebijakan. Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas pemantauan, pelaporan, dan evaluasi TLHP merupakan bagian integral dari siklus manajemen pengawasan. Titik kritis atau kunci sukses dari kinerja pengawasan terletak pada komitmen dari pejabat yang berkepentingan (auditi) untuk melaksanakan tindak lanjut hasil pengawasan. Dengan kata lain, kebijakan pengawasan nasional haruslah meliputi dan selaras dengan kebijakan pemantauan TLHP fungsional. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan dengan melihat kondisi faktual masih adanya kendala-kendala dalam pelaksanaan TLHP fungsional, maka kegiatan pengembangan kebijakan pemantauan TLHP fungsional haruslah diintegrasikan ke dalam kebijakan pengawasan nasional. Oleh karena itu, sepantasnya kebijakan pengawasan nasional juga mencakup kebijakan pemantauan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan. Hal ini merupakan bentuk komitmen Deputi V dalam rangka meningkatkan kinerja pengawasan. Kendala yang masih dihadapi dalam mengefektifkan penyelesaian TLHP adalah kendala yang sama dihadapi pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu antara lain: a. Belum semua instansi pemerintah memahami tujuan dan manfaat dari pembuatan dan pelaporan TLHP; b. Kurangnya komitmen pimpinan instansi pemerintah dalam membuat dan mengirimkan laporan TLHP; c. Belum adanya aturan mengenai tata hubungan koordinasi antara elemen pengawasan baik secara intern maupun ekstern; d. Kurangnya koordinasi antara auditi, unit pemantau dan auditor, sehingga sulit untuk menentukan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun

32 Kendala lain yang ada dalam pelaksanaan kegiatan Koordinasi pemantauan dan evaluasi TLHP fungsional, antara lain koordinasi atas pemantauan TLHP APIP Daerah yang pada saat ini menjadi kewenangan Departemen Dalam Negeri sebagaimana diatur dalam PP Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sehingga data pelaksanaan TLHP APIP Daerah belum dapat dikompilasi oleh Kementerian PAN dan RB. Dalam hal ini diharapkan UU PPAP dapat segera terbit sehingga terdapat kejelasan dan setidak-tidaknya kendala tersebut dapat teratasi. Sasaran 2: Meningkatnya efektivitas pengaduan masyarakat dan pemberantasan korupsi Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan kinerja instansi pemerintah dalam mempercepat pemberantasan korupsi. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh 75% 84% 110% instansi pemerintah Persentase K/L dan Pemda yang telah menandatangani Pakta Integritas 604 IP % Jumlah K/L dan Pemda yang telah menetapkan Zona Integritas 62% Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan Inpres Percepatan Pemberantasan Korupsi melalui hasil evaluasi Persentase Aparatur Sipil yang menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) Persentase Pejabat minimal eselon II dan/atau pos-pos strategis yang menempati jabatan baru atau selesai menjabat yang menyampaikan LHKPN 139 (40K/L; 33 Prov; 33 Kab; 33 Kota) 459 (75% dari 612 IP) 5% ASN 87 (29 K/L; 9 Prov; 32 Kab; 15 Kota) 83 IP 19% 0% (dalam proses menunggu RUU ASN disahkan) 0% 80% Pejabat 79,35% 99% Evaluasi dan analisis atas capaian indikator-indikator kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut: 32 Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012

Rencana Strategis Tahun KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Tahun KATA PENGANTAR KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAA DAN REFORMASI BIROKRASI RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 21 214 (REVISI 212) DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR JAKARTA, MEI 212 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) SAKIP adalah rangkaitan sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT - 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP Inspektorat Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan ridho yang telah diberikan, penyusunan LAKIP Tahun 2014 dapat selesai tepat waktu. Penyusunan LAKIP sebagai

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar REFORMASI BIROKRASI Pengantar Keterpihakan serta dukungan terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara merupakan suatu amanah yang harus diikuti dengan akuntabilitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1465, 2015 BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U No.1465, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Laporan Kinerja. Pemerintah Daerah. Rencana Tindak Pengendalian Penyajian. Asistensi Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 700/Kep. 87 Insp/2016 Tentang PENETAPAN RENCANA

Lebih terperinci

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP PROVINSI KALIMANTAN BARAT LAP-86/PW14/6/17 3 APRIL 2017 PERWAKILAN BPKP KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya, penyusunan Rencana Kinerja (Renja) Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat Tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas managerial dalam lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pada tiap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan mencurahkan rahmat-nya kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing.

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan mencurahkan rahmat-nya kepada kita semua dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat rahmat Nya Laporan Kinerja Inspektorat Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan ini dalam

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PAN & RB 1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA Terwujudnya peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA

Lebih terperinci

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan

Lebih terperinci

I N S P E K T O R A T

I N S P E K T O R A T PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU I N S P E K T O R A T Alamat :Jalan Nilam No. 7 Kotabaru Telp. (0518) 21402 Kode Pos 72116 KOTABARU ( LKj) TAHUN 2016 PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT KABUPATEN KOTABARU DAFTAR

Lebih terperinci

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM INTERNAL AUDIT (INTERNAL AUDIT CHARTER) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 A. Latar Belakang RPJMD Kota Tangerag tahun 2014-2018 adalah merupakan tahapan ke- III dalam rangka mewujudkan Visi Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kinerja Pemerintah Daerah semakin mendapat sorotan masyarakat. Pemerintah dituntut mampu untuk menunjukan akuntabilitas kinerjanya kepada masyarakat sebagai

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.859 Insp/2015 Tentang PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 LKIP Inspektorat Kabupaten Pandeglang Tahun 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu

Lebih terperinci

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah

Lebih terperinci

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Sulawesi Utara. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Utara telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran,

Lebih terperinci

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812 TAHUN 2OI5 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ; I... WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun Anggaran 2016 Inspektorat Kota Pagar Alam Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN

I. Pengertian BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29

Lebih terperinci

User [Pick the date]

User [Pick the date] RENCANA KERJA KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG TAHUN 2016 User [Pick the date] KECAMATAN KIARACONDONG KOTA BANDUNG Jl babakan sari no.177 Bandung telepon (022) 7271101 2015 Rencana Kerja Kecamatan Kiaracondong

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Rencana Strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategik, sehingga

Lebih terperinci

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan petunjuk, taufik dan hidayah-nya, Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Kota Jambi Tahun 2017

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012 SERI LAPORAN TEKNIS OT 01 04 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada no. 8 Jakarta 10120 Telp. (62-21) 63858269-70

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia

LAPORAN KINERJA BPKP untuk Indonesia LAPORAN KINERJA 2014 BPKP untuk Indonesia Nomor: LKIN- 502/K.SU/01/2015 Tanggal: 26 Februari 2015 Ringkasan Eksekutif B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 NOMOR : LAP - 04/PW17.1/2013 TANGGAL : 7 JANUARI 2013 Ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH. KATA PENGANTAR Penyusunan Renstra (Rencana Strategis) Badan Pengawasan Mahkamah Agung RI Tahun 200 204, dimaksudkan guna mencapai tujuan dan sasaran strategis dalam rangka pencapaian visi dan pelaksanaan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BPKP TAHUN 2013 RINGKASAN EKSEKUTIF B adan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Meningkatnya Kualitas 1 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, 95% Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga, dan 95% Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan indikator kinerja dan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012

Deputi Bidang Tata Laksana LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 DEPUTI BIDANG TATA LAKSANA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2012 TANGGAL : 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sebagai titik tolak pembenahan sistem sosial politik di tanah air semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice.

BAB I PENDAHULUAN. An evaluation version of novapdf was used to create this PDF file. Purchase a license to generate PDF files without this notice. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap pelaksanaan urusan kepemerintahan akan selalu dikaitkan dengan pengelolaan kepemrintahan yang baik (good governance) dengan tiga pilar utama yaitu, Partisipasi,

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA No.873, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015 INSPEKTORAT KABUPATEN LABUHANBATU JL. SISINGAMANGARAJA No.062 RANTAUPRAPAT KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia pada akhir abad 20 tidak dapat dilepaskan dari kegagalan pemerintah dalam mengembangkan sistem manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci