RELASI GRAMATIKAL BAHASA BATAK TOBA: ANCANGAN TIPOLOGI. Beslina Afriani Siagian Universitas HKBP Nommensen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RELASI GRAMATIKAL BAHASA BATAK TOBA: ANCANGAN TIPOLOGI. Beslina Afriani Siagian Universitas HKBP Nommensen"

Transkripsi

1 Telangkai Bahasa dan astra, pril 2014, Copyright 2014, rogram tudi Linguistik FIB UU, IN Tahun ke-8, No 1 RELI GRMTIKL BH BTK TOB: NCNGN TIOLOGI Beslina friani iagian Universitas HKB Nommensen beslina_siagian@yahoo.com bstract This paper criticizes about grammatical relation in Batak Toba language. The problem will be discussed is word order, case marking, and semantic role in Batak Toba language. Therefore, the purpose of the paper is to determine the relation of grammatical in Batak Toba language, and it is observed from word order, case marking, and semantic role. Data collection is take from written language, namely myth i Boru Deang arujar. This myth is representative data for subject study because this myth is story about origin of human being in a Batak Toba s etnic belief, and this myth take from ustaha Tumbaga Holing in The result of discussion to point out that the word order in Batak Toba language have form --O. This point supported by the kind of diathesis in Batak Toba Language is active diathesis, passive diathesis, and reflexive diathesis. In order that, the product of discussion point out that grammatical relation and semantic role in Batak Toba Language is = / and = /. The meaning of this point is Batak Toba language make the same relation with is and is. The form of grammatical relation and semantic role prove that Batak Toba language have the pattern case marking is nominative-accusative and ergative absolutive. ENDHULUN Kajian linguistik mikro dan makro telah dan terus berkembang dengan dasar filosofis dan teoretis yang memungkinkan para peneliti dan ahli bahasa dapat membedah apa itu bahasa. alah satu kajian itu telah melahirkan kajian baru yang disebut tipologi linguistik, yakni muncul pada tahun 1980-an. Kajian tersebut adalah kajian yang mengelompokkan bahasa berdasarkan tipe tertentu yang berkaitan dengan kesemestaan dan kekhasan tatabahasa secara lintas bahasa. Hal itu merupakan hal yang menarik dan menantang untuk ditelaah. ada bidang linguistik mikro, kajian tipologi linguistik terhadap bahasa-bahasa nusantara masih memerlukan pencermatan dan kesungguhan karena banyak sekali sifatperilaku gramatikal bahasa-bahasa daerah tersebut yang belum terungkap. Kekhasan dan kerumitan tatabahasa bahasa-bahasa nusantara tidak hanya menjadi tantangan bagi para peneliti dan ahli bahasa untuk mengungkapkannya, tetapi juga menjadi tantangan tersendiri untuk konsep dan teori ketatabahasaan yang ada. Terkumpulnya beragam data dari berbagai jenis bahasa dan adanya tantangan baru terhadap teori linguistik yang ada merupakan tanda baik bagi perkembangan linguistik secara umum.

2 Besliana friani iagian endeskripsian gramatika lahiriah suatu bahasa secara cermat untuk memperoleh gambaran seperti apa bahasa x itu menjadi dasar dan tujuan pengkajian linguistik tipologi, khususnya tipologi gramatikal. engkajian tipologi gramatikal terhadap bahasa (atau bahasa-bahasa) dapat dilakukan pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Bahasa Batak Toba yang termasuk dalam rumpun bahasa Melayu secara gramatikal adalah khas, yaitu mempunyai sistem tata bahasa sendiri dan arti kata sendiri. Bahasa ini memiliki banyak penutur. Beberapa ahli linguistik telah mengadakan pengkajian terhadap bahasa ini, namun belum ada pengkajian terhadap relasi gramatikal dalam bahasa tersebut. enelitian dan pembahasan tentang tipologi sintaksis bahasa Batak Toba secara khusus belum menjadi perhatian para peneliti dan pengamat bahasa Batak Toba dengan kerangka kerja sesuai dengan tipologi linguistik. Oleh karena itu, melalui tulisan ini akan dicoba memaparkan jenis bahasa Batak Toba ditinjau dari tipologi sintaksis. Berdasarkan pemaparan di atas, maka jurnal ini akan mencoba menelaah sifatperilaku gramatikal bahasa Batak Toba berdasarkan kerangka teori tipologi linguistik yang diutamakan pada tataran sintaksis, meskipun untuk beberapa hal akan turut menyentuh tataran morfologi. Maka secara khusus, masalah yang dikaji adalah tipe tataurutan kata, kalimat, dan peran semantis yang mengisi slot fungsi sintaksis dalam bahasa Batak Toba? etakat dengan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membahas, memahami, dan menjelaskan tata urutan kata, sintaksis dan juga peran semantis bahasa Batak Toba melalui kajian relasi gramatikal dan peran semantik. ecara teoretis, penelitian ini akan memperkaya khazanah linguistik, terutama di bidang tipologi bahasa dan sintaksis. Hasil penelitian ini dapat saja dijadikan bahan perbandingan dan tempat pijakan untuk penelitian lanjutan, baik mengenai relasi gramatikal, maupun mengenai bahasa Batak Toba yang terkait dengan itu. enelitian ini telah merekam, dan mencatat, serta mengumpulkan informasi dan data bahasa tulis yang berkaitan dengan relasi gramatikal dan bahasa Batak Toba. KJIN UTK engertian Dasar dan rah Kajian Tipologi Linguistik Model kajian lintas bahasa yang berupaya untuk mengelompokkan dan membuat generalisasi sifat-prilaku gramatikal bahasa-bahasa manusia di dunia telah sedang menjadi arah baru penelitian pendeskripsian bahasa sejak awal tahun 1980-an. Kajian linguistik seperti itu memberikan sumbangan pemikiran dasar terhadap tipologi linguistik (linguistic typology) yang bertujuan untuk mengelompokkan bahasa-bahasa ke dalam tipologi tertentu. Tipologi itu sendiri adalah klasifikasi ranah (classification of domain), yang pengertiannya bersinonim dengan istilah taksonomi. Istilah teknis yang dikenal dalam linguistik merujuk ke pengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan ciri khas tatakata dan tatakalimatnya. elain itu, bahasa-bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan batasan-batasan ciri khas strukturalnya. Kajian tipologi linguistik berusaha menetapkan pengelompokkan secara luas berdasarkan sejumlah fitur gramatikal yang saling berhubungan. entipologian bahasa diperlukan untuk pembuatan asumsi-asumsi tentang kesemestaan bahasa (lihat Comrie, 1989) Dasar dan arah kajian tipologi linguistik juga berasal dari pemikiran adanya perbedaan dalam kesemestaan dan kesemestaan dalam perbedaan-perbedaan secara lintas bahasa. Dasar pemikiran seperti ini berkembang sedemikian rupa sehingga membangun kerangka kerja teoretis dan praktis sebagai upaya pengelompokkan bahasa (-bahasa)

3 Telangkai Bahasa dan astra, Tahun Ke-8, No 1, pril 2014 melalui perbandingan lintas bahasa. ong (2001:2), misalnya, mengemukakan pendapat menarik yang didasarkan pada pemikiran tersebut. Menurutnya, terlepas dari adanya perbedaan-perbedaan di antara bahasa-bahasa di muka bumi ini, mesti ada sifat-perilaku tertentu yang menjadi milik bersama antar bahasa-bahasa tersebut yang merupakan ciri umum sebagai bahasa manusia. Oleh karena itu, ada sebagian ahli bahasa yang bersentuhan langsung dengan penyelidikan kesatuan tersebut dengan mempelajari beragam variasi struktural yang begitu banyak secara lintas bahasa. hli inilah yang dikenal sebagai ahli tipologi linguistik (typologist). enemuan mereka tentang variasi lintas bahasa itu dirujuk sebagai tipologi linguistik (tipologi). Tipologi, dalam pengertian umumnya, adalah pengelompokan bahasa-bahasa atau komponen-komponen bahasa berdasarkan ciri-ciri formal (bentuk lahiriah) yang dimiliki bersama. Tipologi bertujuan untuk menentukan pola-pola lintas-bahasa dan hubungan di antara pola-pola tersebut. Dengan demikian, metodologi dan hasil-hasil penelitian tipologis, pada dasarnya, bersesuaian dengan teori tatabahasa apa saja. da tiga proposisi penting yang terkemas dalam pengertian tipologi, yakni: (a) tipologi memanfaatkan perbandingan lintas-bahasa; (b) tipologi mengelompokkan bahasa-bahasa atau aspek bahasa-bahasa tersebut; dan (c) tipologi mencermati fitur-fitur lahiriah (formal) bahasabahasa. Comrie (1989) menyatakan bahwa tujuan tipologi linguistik adalah untuk mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan sifat-perilaku struktural bahasa-bahasa tersebut. Tujuan pokoknya adalah untuk menjawab pertanyaan: seperti apakah bahasa x itu? Menurutnya, ada dua asumsi pokok tipologi linguistik, yaitu: (a) semua bahasa dapat dibandingkan berdasarkan strukturnya; dan (b) ada perbedaan di antara bahasa-bahasa yang ada. Bahasa-bahasa dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (tipologi), seperti bahasa bertipologi akusatif, bertipologi ergatif, bertipologi aktif, dan sebagainya. ong (2001:4) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan kerjanya, ada empat tahap analisis tipologis tersebut. Tahap pertama adalah penentuan fenomena yang akan dikaji. Dalam hal ini diperlukan pembatasan dan kejelasan gejala variasi struktural bahasa yang akan dikaji. Langkah ini amat penting karena begitu rumitnya pertautan antar unsur-unsur bahasa, baik dalam bahasa itu sendiri maupun antar bahasa. Tahap kedua adalah pengelompokan tipologis fenomena yang sedang diteliti. Tahap ini memerlukan pencermatan dan penelaahan data secara sungguh-sungguh disertai pemahaman teori yang memadai. Tahap ketiga adalah perumusan generalisasi terhadap pengelompokkan tersebut. Tahap ini memerlukan kepekaan dan kejelian linguistik untuk dapat merumuskan simpulan-simpulan teoretis yang bersesuaian dengan keadaan dan watak data. Tahap terakhir adalah penjelasan atas tiap generalisasi atau rumusan teoretis yang dibuat. Tahap ini menjadi ukuran dan penentu akan kebermaknaan temuan yang diperoleh. Dengan menggunakan teori tipologi linguistik dan cara kerja yang bersifat deskriptif-alamiah, para ahli berupaya melakukan pengelompokan bahasa-bahasa (pentipologian) yang melahirkan tipologi bahasa. Dengan demikian, istilah bahasa akusatif, bahasa ergatif, bahasa aktif, dan yang lainnya merupakan sebutan tipologis untuk bahasa-bahasa yang kurang lebih (secara gramatikal) mempunyai persamaan (lihat Comrie, 1989). entipologian bahasa-bahasa berdasarkan sifat-prilaku gramatikalnya itu, oleh sebagian ahli, disebut sebagai tipologi gramatikal. enyebutan ini dilakukan untuk membedakannya dari sebutan tipologi fungsional yang mendasarkan pentipologian bahasa-bahasa atas dasar fungsi-fungsi pragmatis atau fungsi-fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan demikian, dalam perkembangannya, tipologi linguistik dan pentipologian bahasa-bahasa dapat dibedakan menjadi tipologi gramatikal dan tipologi fungsional (Jufrizal, 2004). entipologian bahasa-bahasa, terutama pada tataran sintaksis, berkaitan dengan sistem aliansi gramatikal (grammatical alliance). engertian dasar dari

4 Besliana friani iagian aliansi gramatikal itu adalah sistem atau kecenderungan persekutuan gramatikal di dalam atau antar klausa dalam satu bahasa secara tipologis; apakah persekutuan itu =,, atau =,, atau a =, p = atau sistem yang lainnya (lihat Jufrizal, 2004). Dixon (1994) mengemukakan bahwa sistem aliansi gramatikal yang menjadi titik perhatian untuk menentukan tipologi gramatikal yang mungkin untuk bahasa-bahasa di dunia dapat dibagi tiga, yaitu sistem akusatif, sistem ergatif, dan sistem -terpilah (bahasa aktif). Tiga sistem aliansi gramatikal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ini. kusatif Ergatif aktif istem liansi Gramatikal dan Tipologi Bahasa entipologian bahasa pada tataran sintaksis (tipologi sintaksis) berkaitan erat dengan penentuan relasi-relasi gramatikal dan sistem pengelompokan peran sintaktissemantis,, dan klausa bahasa yang bersangkutan. ecara umum relasi-relasi gramatikal adalah hubungan-hubungan antara argumen-argumen dengan predikat pada tataran struktur yang bebas (lepas) dari pengaruh-pengaruh semantis dan pragmatis. Bagi ahli linguistik deskriptif adalah penting untuk mengetahui bahwa relasi-relasi gramatikal mempunyai fungsi-fungsi semesta (universal) dalam komunikasi, sementara pada saat bersamaan berupaya membatasinya dalam pengertian sifat-perilaku formal yang khas pada bahasa tertentu. ifat-perilaku gramatikal yang paling banyak secara langsung menentukan ralasi-relasi gramatikal tersebut adalah: (i) pemarkah kasus; (ii) pemarkah referensi pelibat (participant) pada verba; dan (iii) tataurutan konstituen. Istilah-istilah umum yang digunakan untuk merujuk ke relasi-relasi gramatikal adalah subjek (), objek langsung (OL), objek tak langsung (OTL), ergatif (ERG), dan absolutif (B), serta oblik (OBL) yang merujuk ke nominal yang lemah relasi gramatikalnya terhadap predikat. istem pengelompokan peran-peran sintaktis-semantis,, dan, yang juga sering disebut sistem aliansi gramatikal, penting diketahui untuk menetapkan tipologi suatu bahasa pada tataran gramatikal (terutama pada tataran sintaksis). ejumlah bahasa dapat memperlakukan dan dengan cara yang sama, dan perlakuan yang berbeda diberikan pada ( =, ). Contoh klausa bahasa Inggris berikut memperlihatkan kenyataan ini melalui kasus bentuk pronomina orang ketiga tunggal laki-laki, baik untuk maupun. ementara itu, bentuk yang berbeda him digunakan untuk. (a) He left (b) He hit him ebuah bahasa yang mempunyai sistem aliansi gramatikal akusatif dikatakan sebagai bahasa bertipologi akusatif; (satu-satunya argumen pada klausa intransitif) diperlakukan sama secara gramatikal dengan argumen (gen) klausa transitif, dan perlakuan yang berbeda diberikan kepada (pasien) klausa transitif. Bahasa dengan sistem aliansi ergatif dikatakan sebagai bahasa bertipologi ergatif; diperlakukan sama dengan, dan perlakuan yang berbeda diberikan kepada. ebuah bahasa dikatakan

5 Telangkai Bahasa dan astra, Tahun Ke-8, No 1, pril 2014 sebagai bahasa aktif apabila sistem aliansi gramatikalnya menunjukkan bahwa sekelompok berprilaku sama dengan (a) dan sekelompok yang berprilaku sama dengan (p) dalam satu bahasa. erlakuan yang sama (atau berbeda) dalam hal ini dapat terjadi pada tataran morfologi dan/atau sintaksis. erlu diingat bahwa tidak semua bahasa bertipologi ergatif secara morfologis, misalnya, adalah juga ergatif secara sintaktis, dan begitu pula pada tipologi yang lainnya. ayne (dalam Jufrizal, 2008) berdasarkan kemungkinan logis sistem pengelompokan,, dan bahasa-bahasa di dunia, menyebutkan ada lima kemungkinan yang ada, yaitu: (i) =, ; (ii) =, ; (iii), ; (iv) =, ; dan (v) =, =. istem pengelompokan seperti (i) dan (ii) dimiliki oleh banyak bahasa, sistem seperti (iii) dan (v) sangat jarang adanya, dan sistem seperti (iv) tidak ada ditemukan (lihat juga Dixon, 1994). elain itu, pada banyak bahasa yang mempunyai lebih dari satu sistem aliansi gramatikal dikenal dengan sebutan sistem -terpilah dan sistem -alir. istem terpilah ini berkaitan dengan sifat-perilaku gramatikal dan sifat-perilaku semantis verba yang menjadi poros utama klausa, baik intransitif maupun transitif (lihat juga Dixon, 1994). METODOLOGI ENELITIN Data dan sumber data Data utama penelitian ini ialah kalimat. Data-data kalimat yang digunakan dalam kajian ini diperoleh dari sumber data mitos Batak Toba yakni i Boru Deang arujar. Mitos tersebut dijadikan bahan kajian karena merupakan bukti tertulis dari bahasa Batak Toba dan juga untuk menghindarkan perekayasaan terhadap penyesuaian data yang diinginkan. Metode yang digunakan adalah metode pustaka dengan mengembangkan teknik catat. EMBHN Bahasa Batak Toba dikenal sebagai bahasa yang unik sekaligus kompleks. alah satu contoh keunikan bahasa Batak Toba yakni banyak kata yang tidak memiliki padanan atau sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. ecara gramatikal bahasa Batak Toba sangat khas, karena mempunyai sistem tata-bahasa tersendiri. da kalanya penggunaan bahasa ini lebih sederhana daripada bahasa Indonesia, tetapi terkadang bisa lebih rumit atau kompleks. Dalam hal ini, temuan penelitian yang berhasil dikumpulkan adalah sebagai berikut. a) Tataurutan kata dalam bahasa Batak Toba berpola -. Hal itu ditunjukkan oleh klausa dasar bahasa Batak Toba yang berdiatesis aktif dan konstruksi turunannya yang berdiatesis pasif. elain itu, bahasa dengan pivot / dan konstruksi klausa dasar berdiatesis aktif (pasangannya adalah diatesis pasif) adalah ciri-ciri utama bahasa akusatif secara lintas-bahasa. b) Relasi gramatikal dan peran semantis bahasa Batak Toba adalah = / dan = /. Hal ini berarti bahwa bahasa Batak Toba memperlakukan adalah dan adalah. ola relasi gramatikal dan peran semantis yang seperti ini membuktikan bahwa bahasa Batak Toba secara sintaktis bertipologi nominatifakusatif dan ergatif-absolutif.

6 Besliana friani iagian Tataurutan Kata Bahasa Batak Toba Menurut ong (2001), urutan kata adalah penempatan kata dalam deretan tertentu menurut norma suatu bahasa baik dalam tingkat klausa dan kalimat, maupun dalam tingkat frasa. Menurutnya, ada enam kemungkinan pola yang muncul dalam urutan itu, yakni --O, -O-, --O, -O-, O--, dan O--. Bahasa Indonesia memiliki tataurutan berpola --O. Namun hal itu tidak sama dengan urutan yang ada pada bahasa Batak Toba. Hal itu akan dipaparkan dalam penjelasan berikut ini. Kata kerja merupakan kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Dalam tataran fungsi, verba cenderung berdiri sebagai predikat. Menurut inaga (2002), kata kerja adong secara standar berada di depan kalimat pada bahasa Batak Toba seperti contoh di bawah ini. dong ma sada jabu. dalah (terdapatlah) sebuah rumah. dong do guru na bisuk. dalah guru yang bijaksana. dong do sada hauma di rura ni bagas on. dalah sebidang sawah di lembah yang dalam itu. Data di atas menunjukkan bahwa kata kerja dalam bahasa Batak Toba sudah mendahului nomina dan kategori kata yang lain. Namun hal ini tentu belum representatif. erlu penjelasan dan pemerian data yang lebih akurat dalam membuktikan hal itu. Berkaitan dengan hal itu, dikenal sebuah istilah dalam linguistik yang disebut diatesis. Diatesis merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa. Tumanggor (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk diatesis aktif dalam bahasa Batak Toba, yakni man-, man-hon, man-i, masi-, masi-hon, masi-i, pa-hon, mampar-hon, dan mangha-hon. elain itu, diatesis pasif juga ditemukan dalam bahasa Batak Toba dengan bentuk di-, tar-, dan ni. enjelasan mengenai diatesis aktif dan pasif juga akan menyinggung diatesis medial, yakni diatesis yang menunjukkan makna refleksif atau resiprokal. Dalam bahasa Batak Toba, diatesis tersebut diwakili oleh afiks mang-, mar-, man- atau alomorf lain yang dikenai adanya kegiatan resiprokal. Berkenaan dengan hal itu, verba tanfa afiks (verba zero) juga merupakan bagian dari diatesis medial dalam bahasa Batak Toba, seperti laho, ro, jongjong, morot, sahat, dan dungo. ejumlah diatesis tersebut akan mengawali klausa dalam bahasa Batak Toba yang membuat tataurutan kata dalam bahasa Batak Toba berpola --O seperi contoh yang disadur dari mitos i Boru Deang arujar berikut ini. a) Dung i mulak ma ileangleang Mandi patolhashon tona i. etelah itu pulanglah ileangleang Mandi menyampaikan pesan itu Ket. Ø () O

7 Telangkai Bahasa dan astra, Tahun Ke-8, No 1, pril 2014 Konstruksi di atas merupakan kontruksi kalimat majemuk bertingkat yang memiliki pola --Ket., dan Ket. tersebut memperluas fungsi sintaksisnya dengan klausa berpola (Ø)- -O. Namun, kalimat di atas terlihat tidak lengkap sebab tidak adanya konjungtor yang memisahkan antara klausa induk dengan klausa bawahan. Maka, kontruksi sebenarnya dari kalimat di atas adalah sebagai berikut. Dung i, mulak ma ileangleang Mandi laho patolhashon tona i. etelah itu, pulanglah ileangleang Mandi agar menyampaikan pesan itu. elain penjelasan di atas, hal itu juga dapat dibuktikan dengan pemahaman bahwa verba mulak dan laho merupakan verba zero tanpa afiks yang berfungsi sebagai predikat dalam tataran fungsi gramatikal. Dari data di atas dapat ditemukan ada dua predikat dalam satu kalimat, yakni verba mulak dan patolhashon pada kalimat (1) dan verba laho dan verba pasahathon. Kedua verba tersebut dapat menjadi pewatas dalam membentuk kalimat tersebut ke dalam dua klausa seperti contoh berikut ini. 1.a. Dung i mulak ma ileangleang Mandi asa patolhashon tona i. etelah itu pulanglah ileangleang Mandi agar Ø menyampaikan pesan itu. konj. O induk klausa anak klausa Kalimat tersebut terdiri atas dua klausa yang berfungsi - pada anak klausa, sedangkan pada induk klausa berfungsi --O dengan pelesapan subyek yang ditandai dengan Ø. emaparan di atas hanya ingin membuktikan bahwa tataurutan kata pada kalimat di atas pada anak klausa berpola -. Berdasarkan data pertama di atas, dapat dilihat bahwa tataurutan kata dalam bahasa Batak Toba berpola -. b) Jadi laho ma ileangleang mandi pasahothon tona i. Jadi pergilah ileangleang Mandi menyampaikan pesan itu. Ket. Ø() O Konstruksi di atas sama dengan konstruksi pada contoh sebelumnya. Klausa bawahan terbentuk dari keterangan yang memperluas diri menjadi pola (Ø) O. Kedua klausa seharusnya dibatasi oleh konjungtor subordinatif seperti contoh di atas. Dengan demikian, tataurutan kata dalam contoh kedua juga berpola -. c) Jala dibahen i Boru Deang arujar ma songon i. Dan dibuat i Boru Deang arujarlah seperti itu. O

8 Besliana friani iagian d) Dung i ditona ibana ma ileangleang Mandi. etelah itu disuruh dialah ileangleang Mandi. O Verba dibahen dan disuru merupakan verba dalam diatesis pasif karena diawali dengan prefiks di-, juga berfungsi sebagai predikat dalam tataran fungsi gramatikal. Jenis verba dengan diatesis pasif ini mendominasi teks mitos i Boru Deang arujar. Oleh karena itu, data ketiga dan keempat juga menunjukkan bahwa tataurutan kata dalam bahasa Batak Toba berpola --O. e) Marsidalian ma i Boru Deang arujar tu oroan na i. Beralasanlah i Boru Deang arujar kepada tunangannya itu. O Verba marsidalian merupakan diatesis aktif karena diawali dengan prefiks mar- yang merupakan alomorf dari man-. Tataurutan kata pada kalimat kelima juga menunjukkan bahwa bahasa Batak Toba membentuk pola --O. elain itu, bentuk lain yang tidak terdapat pada teks mitos i Boru Deang arujar yang dapat mendukung data di atas adalah sebagai berikut. a) Marsak ibana di na laho anakna i. Gelisah dia ketika pergi anaknya. Konj. b) Mararta na godang do ibana. Berharta banyak dia. c) Marende ibana di jolo ni na torop. Bernyanyi dia di hadapan orang banyak. Ket. d) Marsiboanon do nasida tu jabunta. Membawa makanannya mereka ke rumah kita. Ket. e) Ndang marnaloja ibana. Tidak kunjung lelah dia. f) Mansai balga luhutan ni emena. Besar sekali kumpulan padi sabitnya.

9 Telangkai Bahasa dan astra, Tahun Ke-8, No 1, Januari 2014 g) Mansai timbo jabu nasida. angat tinggi rumah mereka Berdasarkan pemaparan yang didukung dengan data di atas, dapat disimpulkan bahwa bahwa klausa dasar bahasa Batak Toba berdiatesis aktif dan konstruksi turunannya berdiatesis pasif. Tataurutan kata dalam bahasa Batak Toba berpola -. elain itu, bahasa dengan pivot / dan konstruksi klausa dasar berdiatesis aktif (pasangannya adalah diatesis pasif) adalah ciri-ciri utama bahasa akusatif secara lintas-bahasa. Namun, untuk membuktikan hal itu, perlu adanya pengujian tipologi linguistik yang lebih mendalam lagi. Tipologi intaksis Bahasa Batak Toba Menurut Jufrizal (2008: 11) pengujian tipologi sintaksis untuk sampai pada simpulan mengenai tipe sebuah bahasa dilakukan dengan mencermati konstruksi sintaktis (verbal) bahasa Batak Toba, yakni konstruksi dengan verba tak terbatas, konstruksi pemerlengkap jusif, konstruksi koordinatif, konstruksi subordinatif, dan pembentukkan kalimat tanya. engujian tipologis tersebut juga dilakukan melalui uji pivot dan kajian diatesis bahasa Batak Toba. Kajian diatesis seperti di atas sudah membuktikan bahwa klausa dasar bahasa Batak Toba berdiatesis aktif dan konstruksi turunannya berdiatesis pasif. Di bawah ini akan disajikan data mengenai struktur gramatikal bahasa Batak Toba yang terdapat dalam teks mitos i Boru Deang arujar. Tipe kusatif 1) Marsidalian ma i Boru Deang arujar tu oroanna i Raja Odapodap, Beralasanlah i Boru Deang arujar kepada tunangannga i Raja Odapodap, Klausa transitif hatina manjua. hatinya mengelak. Klausa intransitif = / merupakan tipe akusatif 2) ongon i ma sidalianna, hatina manjua tu oroanna. eperti itulah alasannya, hatinya mengelak kepada tunangannya. klausa intransitif = / merupakan tipe akusatif klausa transitif

10 Besliana friani iagian 3) lai ndang olo be i Boru Deang arujar ala Tetapi tidak mau lagi i Boru Deang arujar karena klausa intransitif konj. gigi ni rohana tu oroanna i. ketidaksukaannya terhadap tunangannya. klausa transitif = / merupakan tipe akusatif Data dalam teks mitos i Boru Deang arujar menunjukkan bahwa beberapa kalimat menunjukkan konstruksi yang tergolong tipe akusatif. Meskipun pada dasarnya, sangat sulit menentukan hal itu sebab teks ini lebih didominasi umpasa atau pantun daripada narasi atau dialog. Tipe Ergatif uatu bahasa dikatakan bertipe ergatif apabila pasien () dari verba transitif diperlakukan sama dengan atau koreferensial dengan subyek () pada klausa intransitif dan berbeda dengan gen () dari verba transitif. Bahasa ergatif memperlakukan sama dengan. Biasanya sama-sama tidak bermarkah. 1) Jadi marsak ma roha ni i Boru Deang arujar ala ni murukna. Jadi sedihlah hati i Boru Deang arujar karena marahnya. klausa intransitif konj. klausa intransitif = / adalah tipe ergatif 2) lai dung pate roha ni i Boru Deang arujar na so olo be ibana mulak, Tetapi setelah bersikukuh hati i Boru Deang arujar dia tidak mau pulang, klausa intransitif gabe dioloi Ompu Mulajadi Nabolon ma pangidoanna i. maka disetujui Ompu Mulajadi Nabolonlah permintaannya itu. klausa transitif eran emantis Bahasa Batak Toba Bahasa Batak Toba memiliki perilaku gramatikal yakni diperlakukan sama dengan. elain itu bahasa Batak Toba juga memiliki perilaku gramatikal yang memperlakukan sama dengan. ejauh pembahasan yang dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik suatu simpulan bahwa relasi gramatikal dan peran semantis bahasa Batak Toba adalah = / dan = /. Hal ini berarti bahwa bahasa Batak Toba memperlakukan adalah

11 Telangkai Bahasa dan astra, Tahun Ke-8, No 1, Januari 2014 dan adalah. ola relasi gramatikal dan peran semantis yang seperti ini membuktikan bahwa bahasa Batak Toba secara sintaktis bertipologi nominatif-akusatif dan ergatifabsolutif. KEIMULN Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Batak Toba memiliki tataurutan kata berpola --O. elain itu, bahasa Batak Toba juga termasuk dalam tipe akusatif dan ergatif ditinjau dari segi tipologi sintaksis dan peran semantis. ejauh pembahasan yang dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik suatu simpulan bahwa relasi gramatikal dan peran semantis bahasa Batak Toba adalah = / dan = /. Hal ini berarti bahwa bahasa Batak Toba memperlakukan adalah dan adalah. ola relasi gramatikal dan peran semantis yang seperti ini membuktikan bahwa bahasa Batak Toba secara sintaktis bertipologi nominatif-akusatif dan ergatif-absolutif. DFTR UTK Comrie, Bernard Language Universals and Linguisitc Typology. Oxford: Basil Blackwell ublisher Limited. Dixon, R.W.M Ergativity. Cambridge: Cambridge University ress. Jufrizal truktur rgumen dan liansi Gramatikal Bahasa Minangkabau (Disertasi Doktor belum terbit). Denpasar: rogram ascasarjana Universitas Udayana. Jufrizal Konstruksi Zero Klausa Bahasa Minangkabau: asif, entopikalan, atau Ergatif? (makalah disajikan pada LU-4 di Universitas umatera Utara; eptember 2005). Medan: Universitas umatera Utara. Jufrizal Fenomena Tipologi Gramatikal Bahasa Minangkabau. Linguistika, 15 (28): inaga,. B Tata Bahasa Batak Toba. Medan: Bina Media. ong, Jae Jung Linguistic Typology: Morphology and yntax. Harlow, Essex: earson Education. Tumanggor, I. B. T Diatesis Bahasa Batak Toba. Englonesian, 2 (1):

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

FENOMENA TIPOLOGI GRAMATIKAL BAHASA MINANGKABAU: Akusatif, Ergatif, atau Campur? 1. Jufrizal 2 Universitas Negeri Padang

FENOMENA TIPOLOGI GRAMATIKAL BAHASA MINANGKABAU: Akusatif, Ergatif, atau Campur? 1. Jufrizal 2 Universitas Negeri Padang FENOMENA TIPOLOGI GRAMATIKAL BAHASA MINANGKABAU: Akusatif, Ergatif, atau Campur? 1 Abstrak Jufrizal 2 Universitas Negeri Padang e-mail: juf_ely@yahoo.com Dikotomi tipologis struktur gramatikal bahasa-bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang / Masalah Penelitian Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi (selanjutnya disingkat BPD) tidak hanya berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Masyarakat awam, dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlalu peduli dengan berbagai fenomena bahasa beserta kerumitan lain yang menyertainya. Kebanyakan

Lebih terperinci

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA Oleh F.X. Sawardi sawardi_fransiskus@mailcity.com 1. Pengantar Paper ini mencoba mengungkap celah-celah untuk meneropong masalah ergativitas bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

KALIMAT KOORDINASI BAHASA BATAK TOBA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKSIS. Nurhayati Sitorus

KALIMAT KOORDINASI BAHASA BATAK TOBA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKSIS. Nurhayati Sitorus Telangkai Bahasa dan astra, Juli 2014, 120-126 Copyright 2014, rogram tudi Linguistik FIB UU, IN 1978-8266 Tahun ke-8, No 2 KALIMAT KOORDINAI BAHAA BATAK TOBA: EBUAH ANCANGAN TIOLOGI INTAKI Nurhayati itorus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang berhubungan dengan penelitian mengenai pelesapan argumen dilakukan Sawardi pada tahun 2011 dengan judul Pivot dan

Lebih terperinci

STRUKTUR INFORMASI PADA KLAUSA BAHASA MINANGKABAU Sebuah telaah tipologi grammatical dan struktur informasi 1. Abstract

STRUKTUR INFORMASI PADA KLAUSA BAHASA MINANGKABAU Sebuah telaah tipologi grammatical dan struktur informasi 1. Abstract STRUKTUR INFORMASI PADA KLAUSA BAHASA MINANGKABAU Sebuah telaah tipologi grammatical dan struktur informasi 1 Jufrizal FBSS Universitas Negeri Padang Rusdi FBSS Universitas Negeri Padang Lely Refnita (FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari kajian tipologi gramatikal, konstruksi kausatif cukup menarik untuk dikaji. Hal itu dilandaskan pada beberapa alasan. Pertama, konstruksi tersebut

Lebih terperinci

HIPOTESIS SAPIR-WHORF, PENTOPIKALAN, DAN KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BAHASA MINANGKABAU

HIPOTESIS SAPIR-WHORF, PENTOPIKALAN, DAN KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BAHASA MINANGKABAU Halaman 79 HIPOTESIS SAPIR-WHORF, PENTOPIKALAN, DAN KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BAHASA MINANGKABAU Jufrizal, Zul Amri, dan Refnaldi Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang Abstract Linguistic

Lebih terperinci

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1 PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA 1 F. X. Sawardi Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret saward2012@gmail.com Abstrak Artikel ini membicarakan perilaku tipe

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA

SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA Anstrak SISTEM KOREFERENSIAL KLAUSA SUBORDINATIF BAHASA INDONESIA I Made Netra, Petrus Pita, I Wayan Mandra, Paulus Subiyanto Universitas Udayana, Univeritas Flores, IHDN, PNB Artikel ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan disertai data-data yang akurat serta kepustakaan yang lengkap sebagai buku acuan

Lebih terperinci

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA

NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Sebuah Ancangan Tipologi Sintaktis

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Sebuah Ancangan Tipologi Sintaktis Halaman 90 KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA Mulyadi Fakultas Sastra Abstract This article discusses behaviour of syntactic argument in the sentence structure of coordination in bahasa Indonesia. By

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

RELASI DAN PERAN GRAMATIKAL BAHASA PAKPAK DAIRI : KAJIAN TIPOLOGI

RELASI DAN PERAN GRAMATIKAL BAHASA PAKPAK DAIRI : KAJIAN TIPOLOGI RELASI DAN PERAN GRAMATIKAL BAHASA PAKPAK DAIRI : KAJIAN TIPOLOGI IDA BASARIA 078107004 SEKOLAH PASCASARJANA MEDAN 2011 Judul Disertasi : Relasi dan Peran Gramatikal Bahasa Pakpak Dairi : Kajian Tipologi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27

BAB I PENDAHULUAN. dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republica Democratica de Timor Leste yang (selanjutnya disebut RDTL) dulunya pernah menjadi bagian dari Republik Indonesia, yaitu provinsi ke-27 yang bernama Timor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).

Lebih terperinci

ALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA

ALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA ALIANSI GRAMATIKAL BAHASA DAWAN: KAJIAN TIPOLOGI BAHASA I Wayan Budiarta STIBA Mentari Kupang Jalan Mentari II/4 Km 06 Oesapa Kupang Telepon 0380-823132 budy4rt4@yahoo.com ABSTRAK Artikel ini berjudul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan

Lebih terperinci

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKTIS Mulyadi Universitas Sumatera Utara

KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKTIS Mulyadi Universitas Sumatera Utara KALIMAT KOORDINASI BAHASA INDONESIA: SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKTIS Mulyadi Universitas Sumatera Utara Abstrak Artikel ini membahas perilaku argumen sintaktis pada struktur kalimat koordinasi bahasa

Lebih terperinci

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Analisis data pada penelitian ini meliputi : (i) perilaku argumen pada perubahan struktur klausa bahasa Indonesia, (ii) pelesapan argumen pada penggabungan klausa bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

DIATESIS DALAM BAHASA BATAK TOBA

DIATESIS DALAM BAHASA BATAK TOBA DIATESIS DALAM BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI OLEH: NICCO ERIANTO HUTAPEA 040701020 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 DIATESIS DALAM BAHASA BATAK TOBA Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat tanya selalu mendapat perhatian di dalam buku tata bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 357; Chaer, 2000: 350). Hal ini dapat dimengerti sebab kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KLAUSA VERBAL DALAM HIKAYAT INDRANATA MAKALAH NONSEMINAR MEGAWATI CAHYANI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KLAUSA VERBAL DALAM HIKAYAT INDRANATA MAKALAH NONSEMINAR MEGAWATI CAHYANI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERITA INDONEIA ANALII KLAUA VERBAL DALAM HIKAYAT INDRANATA MAKALAH NONEMINAR diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana MEGAWATI CAHYANI 1006699436 FAKULTA ILMU ENGETAHUAN BUDAYA

Lebih terperinci

TESIS. Oleh SARMA PANGGABEAN /LNG

TESIS. Oleh SARMA PANGGABEAN /LNG KONSTRUKSI TIPOLOGI SINTAKSIS BAHASA BATAK TOBA TESIS Oleh SARMA PANGGABEAN 117009013/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 KONSTRUKSI TIPOLOGI SINTAKSIS BAHASA BATAK TOBA TESIS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Tipologi bahasa pada umumnya dimaksudkan untuk mengelompokkan bahasa melalui perilaku struktural berdasarkan kekhasan bahasa tersebut. Pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tesis ini menguraikan analisis mengenai konstruksi gramatikal, makna, dan fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini dimulai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada semua bahasa. Hal itu juga terdapat pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia, termasuk bahasa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penilitian Refleksif dengan Kata Diri, Dirinya, Dan Diriya Sendiri dalam Bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan

Lebih terperinci

PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati. Abstrak

PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati. Abstrak PEMERIAN TENTANG DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA (RUMUSAN TENTANG TIPE BAHASA INDONESIA) Oleh: Dra. Rahayu Sulistyowati Abstrak Tulisan ini membahas tentang rumusan tipe-tipe deiksis dalam bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Sunda (BS)1) memiliki kedudukan dan fungsi tertentu di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). Di samping

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO Ni Kadek Nomi Dwi Antari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk hubungan makna yang terdapat dalam satuan bahasa yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia biasanya disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia butuh berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi dibutuhkan norma-norma

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kata kerja bantu modal atau modal memiliki fungsi sebagai pengungkap sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana pembicara menyatakan sikapnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah mempelajari kembali temuan penelitian terdahulu atau yang sudah ada dengan menyebutkan dan membahas seperlunya hasil penelitian

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

Relasi Gramatikal BahasaMelayu Klasik dalam Hikajat Abdullah

Relasi Gramatikal BahasaMelayu Klasik dalam Hikajat Abdullah Relasi Gramatikal BahasaMelayu Klasik dalam Hikajat Abdullah Muhammad Yusdi (Mahasiswa) Prof. Dr.Aron Meko Mbete (Promotor) Prof. Dr. Drs. I Ketut Artawa, M.A., Ph.d. (Kopromotor I) Prof. Dr. I Wayan Pastika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata

BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,

Lebih terperinci

TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS

TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI SINTAKSIS ANTONIO CONSTANTINO SOARES PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i TESIS RELASI GRAMATIKAL BAHASA MAKASAE: KAJIAN TIPOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: analisis kontrastif, kalimat aktif, kalimat pasif

ABSTRAK. Kata Kunci: analisis kontrastif, kalimat aktif, kalimat pasif ABSTRAK ANALISIS KONTRASTIF POLA KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PEMBUATAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN BAHASA Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

PERGESERAN TIPOLOGI GRAMATIKAL DAN NILAI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KLAUSA BAHASA MINANGKABAU: BAGAIMANA HARUS DISIKAPI? 1

PERGESERAN TIPOLOGI GRAMATIKAL DAN NILAI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KLAUSA BAHASA MINANGKABAU: BAGAIMANA HARUS DISIKAPI? 1 PERGESERAN TIPOLOGI GRAMATIKAL DAN NILAI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KLAUSA BAHASA MINANGKABAU: BAGAIMANA HARUS DISIKAPI? 1 Jufrizal Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris FBS Universitas Negeri Padang juf_ely@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Relasi gramatikal BMk kajian tipologi sintaksis dipilih sebagai topik dalam penelitian ini karena sejauh ini belum

Lebih terperinci

VOLUME 12, NOMOR 1, APRIL 2013 ISSN

VOLUME 12, NOMOR 1, APRIL 2013 ISSN VOLUME 12, NOMOR 1, APRIL 2013 ISSN 1412-2596 Berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor: 66b/DIKTI/Kep/2011, tanggal 9 September 2011 tentang Hasil Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah, LITERA dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

Analisis Kontruksi Verbal Dan Mekanisme Perubahan Valensi Verba Bahasa Batak Toba. Asridayani

Analisis Kontruksi Verbal Dan Mekanisme Perubahan Valensi Verba Bahasa Batak Toba. Asridayani ISSN: 2580-0728 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/krinok/index Analisis Kontruksi Verbal Dan Mekanisme Perubahan Valensi Verba Bahasa Batak Toba Asridayani Faculty of Language, English Department University

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki berbagai karakteristik sendiri termasuk dalam aspek fonologi, morfologi, semantik atau sintaksisnya.

Lebih terperinci

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi) Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas bahasa Angkola dengan menggunakan konsep

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas bahasa Angkola dengan menggunakan konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini membahas bahasa Angkola dengan menggunakan konsep teoretis Tata Bahasa Fungsional. Bahasa Angkola adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan penuturnya

Lebih terperinci

MORFOSINTAKSIS BAHASA MELAYU BATUBARA (Kajian Pada Verba Persepsi: Teŋok (lihat) dan doŋo (dengar)

MORFOSINTAKSIS BAHASA MELAYU BATUBARA (Kajian Pada Verba Persepsi: Teŋok (lihat) dan doŋo (dengar) MORFOSINTAKSIS BAHASA MELAYU BATUBARA (Kajian Pada Verba Persepsi: Teŋok (lihat) dan doŋo (dengar) Basyaruddin Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Dalam bahasan linguistik terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting bagi manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa percakapan (lisan) dan tulisan. Apabila pesan yang disampaikan oleh penutur tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

5 Universitas Indonesia

5 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab

Lebih terperinci