BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.
|
|
- Hendri Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca. Frasa adalah kata-kata dalam kalimat yang disusun berdasarkan hierarki menjadi satuan yang lebih besar (Haegeman, 1992: 26). Sejalan dengan itu Radford (dalam Mulyadi, 2008: 23) mengatakan bahwa frasa adalah perangkat elemen yang membentuk suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen. Frasa preposisi adalah frasa yang terbentuk dari preposisi yang digunakan untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori lain, terutama nomina (Tarigan, dalam Mulyadi, 2010: 2 bdk. Ramlan, 1997: 178; Chaer, 1994: 373). Kategori leksikal adalah kategori kata dan kategori ini menentukan kategori frasanya. Misalnya, FP terbentuk dari sebuah preposisi dan sebuah kategori lain sebagai komplemennya (Radford, dalam Mulyadi, 2010: 2). Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-bar dan kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari properti leksikal. Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur frasa (Mulyadi, 2010: 5).
2 Keterangan adalah konstituen opsional yang dapat berulang atau rekursif. Dalam skema X-bar, keterangan berkombinasi dengan X untuk membentuk proyeksi X (Haegeman, 1992: 81-82, 95). Spesifier adalah argumen eksternal yang posisinya dibawahi langsung oleh X-bar ganda atau frasa X. Umumnya spesifier terletak di awal frasa dan di akhir frasa. Spesifier di awal berfungsi untuk menerangkan frasa di depannya, sedangkan spesifier di akhir berfungsi untuk menutup frasa (Mulyadi, 2008). Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen secara hierarkis dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu kepada kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai komplemen, keterangan, dan spesifier (Haegeman, 1992: 87, 95). 2.2 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan teori X-bar. Dalam teori X-bar semua frasa didominasi oleh satu inti leksikal. Inti merupakan simpul akhir yang mendominasi kata. Inti leksikal dari proyeksi adalah proyeksi kosong (Haegeman, 1992: 95). Kategori sintaksis dari konstituen frasa, seperti FN, FP, FA, FV, dan FP ditentukan secara leksikal. Misalnya, inti FN adalah nomina, inti FP adalah preposisi, begitu seterusnya. Jadi, inti FP di juma di ladang adalah di. Inti juga terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Dalam hierarki X-bar, P sebagai inti dari FP terletak satu level lebih rendah daripada frasanya (Mulyadi, 2008: 23).
3 Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon. (5) X... X X... (Haegeman, 1992: 95) Simbol X pada diagram di atas merupakan pengganti dari sebuah kategori leksikal seperti nomina, verba, preposisi, atau adjektiva dan tanda titik di sebelah kiri dan di sebelah kanan diisi oleh tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen, spesifier, dan keterangan. Format untuk struktur frasa terlihat dalam kaidah berikut. a. X YP; X b. X X ; ZP c. X X; WP Keterangan: YP ZP WP : Spesifier : Keterangan : Komplemen Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar (X ); keterangan yang berkombinasi dengan X-bar (X ) membentuk proyeksi X-bar (X ) lebih tinggi, dan spesifier yang berkombinasi dengan X-bar (X ) yang lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X (X ). Kategori bar adalah proyeksi X dan frasa dengan bar tertinggi adalah proyeksi maksimal dari kategori X. Dalam hal ini, spesifier tidak hanya terletak di awal, tetapi juga terletak di akhir. Demikian juga dengan keterangan.
4 Dalam bahasa Batak Toba, keterangan dan komplemen agak sulit dibedakan. Komplemen merupakan argumen internal yang bersifat wajib dan posisinya dibawahi langsung oleh X-bar serta selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya sesudah inti leksikal, sedangkan keterangan bersifat opsional dan letaknya sebelum atau sesudah inti leksikal. Contohnya dapat dilihat dalam kalimat berikut. (6) a. Laho ibana [tu juma.] pergi 3.tg P ladang Dia pergi ke ladang. b. Laho ibana [tu juma dohot amangna.] pergi 3.tg P ladang P ayahnya Dia pergi ke ladang dengan ayahnya. Pada (6.a) nomina juma tidak bisa diletakkan di depan inti leksikal sebab elemen tersebut dibutuhkan FP untuk menerangkan inti leksikal. Pada (6.b) dohot amangna tergolong keterangan sebab walaupun diletakkan sebelum inti leksikal, konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal. Perubahan yang terjadi dapat dilihat di bawah ini. (7) a.*laho ibana [juma tu.] pergi 3.tg ladang P * Dia pergi ladang ke. b. Laho ibana [dohot amangna tu juma.] pergi 3.tg P ayahnya P ladang Dia pergi dengan ayahnya ke ladang. Spesifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak di awal atau di akhir frasa. Pada posisi awal, spesifier berfungsi menerangkan FP
5 di depannya dan pada posisi akhir spesifier berfungsi menutup frasa tersebut. Contohnya tampak pada kalimat berikut. (8) [Di pansur an] ma ho maridi! P pancuran DET PART 2.tg mandi! Di air pancuran itu lah kamu mandi! (9) [Tongon di tonga ni alaman] do hami hundul. tepat P tengah Pos halaman T 1.jm duduk. Kami duduk tepat di tengah halaman. Pada (8) an merupakan spesifier yang terletak di akhir dan berfungsi menutup frasa. Pada (9) tongon merupakan spesifier yang terletak di akhir frasa dan berfungsi menerangkan FP di depannya. Fungsi gramatikal komplemen, keterangan, dan spesifier berhubungan juga dalam pembentukan kaidah struktur FP. Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh P-bar (P ). Keterangan juga terletak di bawah P-bar, tetapi tatarannya berbeda. Spesifier sebagai satuan argumen dibawahi langsung oleh P-bar ganda (P ). Hubungan ketiganya dijelaskan sebagai berikut, Komplemen memperluas P menjadi P-bar Keterangan memperluas P-bar menjadi P-bar Spesifier memperluas P-bar menjadi P-bar ganda (FP). (Radford dalam Mulyadi, 2010: 5) Kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba dicontohkan pada (10). (10) FP P + N
6 Preposisi dapat membentuk FP apabila berkombinasi dengan nomina. Pada (11) nomina jabu rumah merupakan komplemen sebab argumen tersebut dibutuhkan olen inti leksikal di di untuk membentuk FP. (11) Mansai godang jolma [di jabu.] sangat banyak orang [P rumah.] Orang sangat banyak di rumah. (12) FP P P N di di jabu rumah Inti leksikal di berkombinasi dengan komplemen jabu untuk membentuk P-bar (P ). P dibawahi langsung oleh proyeksi maksimal FP. 2.3 Tinjauan Pustaka Mulyadi (2010) telah menerapkan teori X-bar dalam artikelnya yang berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia Analisis X-Bar. Data dalam tulisan ini diperoleh dari sumber tertulis, seperti surat kabar dan majalah. Kemudian, untuk memperoleh data tulis digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Data FP kemudian dianalisis dengan metode agih yang didukung oleh teknik ganti, sisip, perluas, dan lesap. Mulyadi menjelaskan bahwa FP mempunyai perilaku yang berbeda pada tiap-tiap bahasa. Perilaku FP lazimnya direpresentasikan pada level sintaksis dan
7 hal ini bergantung pada karakter morfologi dari bahasa yang bersangkutan. Mulyadi mengatakan bahwa dalam teori X-bar semua frasa memiliki sebuah inti leksikal. Inti mempunyai dua properti. Pertama, inti memarkahi ciri kategorinya. Contohnya, inti dari FP adalah preposisi, inti dari FN adalah nomina, dan seterusnya. Kedua, inti terletak satu level lebih rendah dari frasanya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa struktur internal FP bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur mendasar FP ialah preposisi plus komplemen. Kategori komplemen tidak terbatas pada FN, tetapi juga pada FP. Struktur FP memungkinkan diperluas dengan keterangan untuk membentuk P-bar yang lain. Kategori leksikal yang berfungsi sebagai keterangan adalah FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau di kanan inti leksikal dan jumlahnya tidak terbatas. Spesifier muncul berulang sehingga dalam skema X-bar ada dua proyeksi maksimal yang dibentuknya. Teknik analisis data dalam tulisan Mulyadi menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian FP bahasa Batak Toba. Selain itu, data bahasa Indonesia dalam penelitian tersebut sebagian digunakan untuk menyusun sebuah kuesioner. Siagian (2007) dalam skripsinya Struktur Frasa Adjektiva Bahasa Batak Toba Analisis Teori X-Bar menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data. Selain itu, dia juga menggunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat. Pada tahap analisis dia menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, teknik perluas, dan teknik balik.
8 Siagian menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama frasa adjektiva adalah adjektiva plus komplemen dan kategori komplemen biasanya terdiri atas frasa preposisi (misalnya, sonang di son senang di sini ). Posisi komplemen dalam FA bahasa Batak Toba selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal dan kategori yang mendampingi inti leksikal pada frasa adjektiva bahasa Batak Toba dapat berupa satu kata atau dua kata. Dalam skripsinya, Siagian menyebutkan dua belas struktur FA bahasa Batak Toba. Perilaku frasa adjektiva bahasa Batak Toba terbatas pada kategori-kategori yang berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah adverbia dan frasa preposisi. Metode penelitian dalam tulisan Siagian bermanfaat untuk meneliti FP bahasa Batak Toba. Data bahasa Batak Toba yang mengandung preposisi dalam tulisan itu juga menjadi data penelitian. Misalnya, mansai burju tu inongna dakdanak i anak-anak itu sangat baik kepada ibunya. Pengujian teori X-bar juga dilakukan Situmorang (2010) dalam skripsinya yang berjudul Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis X-bar. Data dikumpulkannya melalui studi pustaka dengan menggunakan metode simak. Kemudian, data dianalisis dengan (1) metode padan referensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan dua hal pokok dan (2) metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik ganti, dan teknik balik.
9 Situmorang menjelaskan bahwa FN bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen FN berkategori numeralia, nomina, dan verba. Keterangan berkategori FN, FP, FA, FV, dan adverbia. Spesifier berkategori adverbia dan determiner. Wahyuni (2004) dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa komplemen FNum bahasa Indonesia tidak terbatas pada nomina dan numeralia, tetapi juga dapat berupa adjektiva. Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas pada kategori kata, tetapi juga pada kategori frasa. Selain itu, inti leksikal pada FNum bahasa Indonesia tidak hanya terdiri atas satu kata, tetapi juga terdiri atas dua kata. Dalam penelitiannya, Wahyuni menggunakan data tulis yang diperoleh dari surat kabar, buku, dan novel. Data dikumpulkan melalui penyimakan. Disediakan pula data intuitif. Selanjutnya, dia menganalisis data dengan menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik perluas, dan teknik balik. Wahyuni menyebutkan sembilan struktur FNum bahasa Indonesia. Menurut Wahyuni struktur internal FNum bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama FNum adalah numeralia plus komplemen. Struktur FNum dapat diperluas dengan elemen keterangan untuk membentuk Num-bar yang lain sebab keterangan merupakan konstituen yang bersifat opsional sehingga elemen ini dapat terletak di kiri atau di kanan inti
10 leksikal dalam skema X-bar. Posisi komplemen dalam FNum bahasa Indonesia selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal. Mulyadi (2008) juga menerapkan teori X-bar dalam artikelnya Struktur Frasa Adjektival dalam Bahasa Indonesia. Data penelitian dalam tulisan ini diperoleh dari surat kabar, majalah, dan novel dengan menggunakan metode simak. Data dikelompokkan berdasarkan kesamaan tipe dan perilakunya dan dikaji dengan menggunakan metode distribusional. Teknik analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik ganti, lesap, sisip, perluas, balik, dan ubah wujud. Cara kerja teori X-bar dalam tulisan ini menjadi acuan bagi peneliti untuk menerapkan teori X-bar pada FP bahasa Batak Toba. Mulyadi menyebutkan bahwa struktur FA bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur FA yang paling sederhana tidak memuat komplemen, keterangan, ataupun spesifier untuk membentuk unit konstituen yang lebih besar. Misalnya, pintar, mudah, dan adil. Dalam struktur FA, komplemen berkategori FP, spesifier berkategori adverbia, dan keterangan berkategori FP dan FN. Posisi komplemen selalu mengikuti inti leksikal, sementara spesifier dapat terletak di awal, di akhir, serta di awal dan di akhir FA.
BAB I PENDAHULUAN. Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah preposisi selalu mendapat perhatian di dalam buku-buku tata bahasa, baik dalam tata bahasa bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 288; Chaer, 1994: 373; Lapoliwa,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2002:588) konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sistematis untuk menemukan jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI ANALISIS X-BAR
STRUKTUR FRASA VERBA BAHASA PAKPAK DAIRI ANALISIS X-BAR SKRIPSI OLEH WIDARTI S. PASARIBU 070701035 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 . Struktur Frasa
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA ADJEKTIVAL DALAM BAHASA INDONESIA
Halaman 22 Struktur Frasa djektival dalam Bahasa Indonesia STRUKTUR FRS DJEKTIVL DLM BHS INDONESI Mulyadi Fakultas Sastra bstract This article discusses the internal structure of adjectival phrase in Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA. frasa pemerlengkap. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari
6 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur, kalimat tanya, infleksi, frasa infleksi, komplemen, spesifier,
Lebih terperinciFRASA NOMINA BAHASA BATAK TOBA : ANALISIS TEORI X-BAR SKRIPSI. Oleh NOVA SABAR MENANTI SITUMORANG NIM
FRASA NOMINA BAHASA BATAK TOBA : ANALISIS TEORI X-BAR SKRIPSI Oleh NOVA SABAR MENANTI SITUMORANG NIM 070701021 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 FRASA NOMINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala
Lebih terperinciANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS)
ANALISIS FRASE NOMINAL BAHASA JEPANG BERDASARKAN TEORI X BAR (SUATU KAJIAN SINTAKSIS) Oleh Mhd. Pujiono Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU Abstrak Penelitian ini membahas tentang frase nominal
Lebih terperinciFRASE VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA (ANALISIS TEORI X-BAR) SKRIPSI OLEH IRMA F.K SIHOMBING NIM
FRASE VERBA DALAM BAHASA BATAK TOBA (ANALISIS TEORI X-BAR) SKRIPSI OLEH IRMA F.K SIHOMBING NIM 100701053 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 1 PERNYATAAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
FRASA VERBA DALAM NOVEL SEBUAH LORONG DI KOTAKU KARYA NH. DINI : ANALISIS TEORI X-BAR SKRIPSI OLEH SRI YOHANNA ARITONANG 080701020 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang didiami oleh berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep
Lebih terperinciBAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang
BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas
Lebih terperinciKAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebab kalimat tanya tidak pernah lepas dari penggunaan bahasa sehari-hari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat tanya selalu mendapat perhatian di dalam buku tata bahasa Indonesia (lihat Alwi dkk., 2003: 357; Chaer, 2000: 350). Hal ini dapat dimengerti sebab kalimat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena bersifat deskriptif dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam
Lebih terperinciFRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR
FRASA ADJEKTIVA BAHASA JEPANG: ANALISIS X-BAR Puti Novianti Aristia Magister Linguistik, Universitas Sumatera Utara Jl. A. Hakim no. 1 Kampus USU Medan 20155 Email: putiaristia@yahoo.com Abstract: The
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan disertai data-data yang akurat serta kepustakaan yang lengkap sebagai buku acuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, lalu lintas informasi berada pada tingkat kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Demi memenuhi hasrat masyarakat akan informasi yang terus
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pesebab (Payne, 2002: 175). Ketiga, konstruksi tersebut menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari kajian tipologi gramatikal, konstruksi kausatif cukup menarik untuk dikaji. Hal itu dilandaskan pada beberapa alasan. Pertama, konstruksi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,
Lebih terperinciFRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI
FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Verba kejadian
Lebih terperinciBAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE
BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciKLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D
KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI Ekawati A1D1 10 129 Abstrak Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Struktur fungsi klausa verbal bahasa Menui, Struktur kategori klausa
Lebih terperinciBAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :
Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM : 1402408239 BAB 6 SINTAKSIS Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan kata tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologi sintaksis berarti
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciJenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)
Lecture: Kapita Selekta Linguistik Date/Month/Year: 25 April 2016 Semester: 104 (6) / Third Year Method: Ceramah Credits: 2 SKS Lecturer: Prof. Dr. Dendy Sugono, PU Clues: Notes: Kapita Selekta Linguistik
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR
STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM STIKER VULGAR Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: KARTIKA WAHYUNINGTYAS A310
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,
654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.
Lebih terperinci5 Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu penjelasan tentang teori Lexical Functional Grammar (subbab 2.1) dan penjelasan tentang struktur kalimat dalam bahasa Indonesia (subbab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa selain bahasa ibu merupakan hal yang sangat penting di zaman ini. Belajar bahasa asing merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS
Lebih terperinciRELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI
RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA
Lebih terperincianak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciKALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat
KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat
Lebih terperinci04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6
Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciKONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA
HUMANIORA Suhandano VOLUME 14 No. 1 Februari 2002 Halaman 70-76 KONSTRUKSI OBJEK GANDA DALAM BAHASA INDONESIA Suhandano* 1. Pengantar ahasa terdiri dari dua unsur utama, yaitu bentuk dan arti. Kedua unsur
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan, disesuaikan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adverbia merupakan kata yang dipakai untuk menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lain. Disamping itu, adverbia termasuk kategori yang dapat mendampingi numeralia
Lebih terperinciSTRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN
STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN SKRIPSI OLEH ROHFINTA OKTORIA SINAGA NIM 100701024 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STRUKTUR SEMANTIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia untuk menyampaikan suatu informasi yang bermutu atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan bahasa,
Lebih terperinciFRASA DALAM BAHASA INDONESIA. Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK
Surastina STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengajaran bahasa tidak dapat Iepas sama.sekali daripada pertumbuhan ilmu bahasa pada umumnya. Kaum Brahma di India beberapa abad sebelum Masehi mendapat pelajaran"
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
KESALAHAN STRUKTUR DAN PEMAKAIAN KATA PADA TUTURAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TKIT AMANAH UMMAH 3 DUWET KECAMATAN WONOSARI DAN TK ABA JAMBU KULON KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa dalam kehidupan seharihari selalu digunakan,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana
Lebih terperinciAnalisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia
Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS
Kode/Nama Rumpun Ilmu** :741/ Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN
Lebih terperinciKATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015
KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis
Lebih terperinciSTRUKTUR FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA : ANALISIS TEORI X-BAR SKRIPSI OLEH ASMIRA RAHMA SARI LUBIS
STRUKTUR FRASA NUMERALIA DALAM BAHASA PESISIR SIBOLGA : ANALISIS TEORI X-BAR SKRIPSI OLEH ASMIRA RAHMA SARI LUBIS 070701030 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Peneliti telah melakukan analisis data pada bab sebelumnya. Berdasarkan
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Peneliti telah melakukan analisis data pada bab sebelumnya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan tentang struktur kalimat hikaku hyougen yori dalam novel Kinkakuji karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and Taylor (1975) menjelaskan definisi metode kualitatif yaitu: qualitative methodologies
Lebih terperinciHUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA
HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARUNSUR DALAM FRASE BAHASA INDONESIA Efri Yades dan Leni Syafyahya Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas email: efriyades@ymail.com email: lenisyafyayah@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berinteraksi dengan sesama. Baik untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada semua bahasa. Hal itu juga terdapat pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia, termasuk bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Sunda (BS)1) memiliki kedudukan dan fungsi tertentu di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1). Di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa adalah suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh indera pengucapan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerangkan nomina dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, kategori yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kajian lintas bahasa, adjektiva merupakan kategori yang memberikan keterangan terhadap nomina (Scrachter dan Shopen, 2007: 18). Senada dengan pernyataan tersebut,
Lebih terperinciArtikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK
Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS
ANALISIS STRUKTUR FUNGSIONAL PADA PERIBAHASA INDONESIA: TINJAUAN SINTAKSIS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK
ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK Analisis klausa dalam surat kabar harian Media Indonesia ini dilatarbelakangi keragaman penggunaan klausa yang
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini memaparkan mengenai simpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian ini. Simpulan dan rekomendasi ini dapat digunakan untuk evaluasi dan masukan para peneliti selanjutnya
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)
DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciPEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI
PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan
Lebih terperinci