Banking Weekly Hotlist (13 Oktober 17 Oktober 2014)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (13 Oktober 17 Oktober 2014)"

Transkripsi

1 Banking Weekly Hotlist (13 Oktober 17 Oktober 2014) Senin, 13 Oktober 2014 Kinerja Kuartal III Masih Tertekan Hingga kuartal III tahun 2014 diperkirakan industri perbankan masih akan tertekan seiring dengan perlambatan kredit. Achmad Baiquni, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mengakui walaupun terdapat indikasi perlambatan saat ini, namun pihaknya optimis dapat mencapai target tahun ini yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank (RBB). Selain itu, kebijakan suku bunga deposito oleh OJK tidak mempengaruhi indikator NIM (Net Interest Margin) PT BRI Tbk. Hingga akhir kuartal II 2014, PT BRI Tbk berhasil mencatat NIM sebesar 8,93%, jauh di atas NIM rata-rata bank umum yang mencapai 4,21%. Optimisme juga dirasakan oleh PT BRI Agroniaga Tbk. Menurut Heru Sutanto, Direktur Utama PT BRI Agroniaga Tbk, target perusahaan saat ini sudah hampir tercapai, seperti contoh pihaknya menargetkan penyaluran kredit hingga akhir tahun mencapai Rp 4,6 triliun dan hingga September 2014, realisasi penyaluran kredit tersebut telah mencapai Rp 4,5 triliun. Hal yang sama juga terjadi pada DPK, hingga September 2014 DPK yang terkumpul mencapai Rp 4,6 triliun. Adapun besarnya target DPK yang ditetapkan perusahaan tahun ini mencapai Rp 4,7 triliun. Menurut survei Bank Indonesia, nilai saldo bersih timbang (SBT) dalam survei kegiatan usaha pada kuartal III 2014 hanya mencapai 11,25%, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 21,05%. Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Aviliani, mengungkapkan bahwa regulator seharusnya berhati-hati dalam menetapkan kebijakan baru pada industri perbankan karena saat ini situasi ekonomi belum cukup kondusif. Aviliani menambahkan OJK perlu mengkaji efektivitas kebijakan pembatasan suku bunga deposito sehingga tidak berdampak buruk bagi industri perbankan dan ekonomi saat ini. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Oktober 2014: 23) Bank Kecil Berebut Dana Murah Pada semester II tahun ini, kalangan perbankan dengan modal inti dibawah Rp 5 triliun mulai gencar memacu perolehan giro dan tabungan untuk menghimpun dana murah. Beberapa bank

2 bahkan memberikan insentif berupa hadiah dalam rangka mengejar dana murah (current account Saving Account/CASA). Bank Pundi mempromosikan produk giro bernama payroll dengan menawarkan keunggulan berupa biaya murah, suku bunga kompetitif, pengelolaan pembayaran gaji, tunjangan hari raya (THR) dan bonus karyawan. Adapun bagi perusahaan berkesempatan mnedapatkan telefon seluler jenis terbaru dan berkeliling eropa. Rika Djoenandi, Chief of Funding Bank Pundi, mengatakan upaya ini perusahaan lakukan untuk mengincar jumlah nasabah yang besar. Sementara itu PT Bank Victoria Internasional Tbk saat ini pun tengah berupaya meningkatkan CASA dengan mengeluarkan produk simpanan Tabungan Victoria International Personalized (VIP) safe. Keunggulan produk ini adalah bunga yang kompetitif dan perlindungan asuransi dengan uang pertanggungan mencapai Rp 5 miliar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Oktober 2014: 24) Promosi Khusus Masih jadi Andalan Kebijakan pembatasan suku bunga deposito OJK mendorong kalangan perbankan untuk meningkatkan pertumbuhan DPK melalui menghimpun dana murah. Seperti contoh, PT Bank Central Asia Tbk saat ini tengah melakukan promosi tabungan melalui hadiah langsung dan mempermudah proses pembukaan tabuangan dengan program layanan digital BCA, mybca. Lilik Winarni Soedarso selaku Kepala Divisi Strategi dan Pengembangan Operasi Layanan PT Bank Central Asia Tbk mengatakan layanan digital BCA diluncurkan mengingat karakterisik masyarakat yang cenderung lebih modern yang cukup sibuk dan memiliki waktu yang terbatas. Layanan ini ini masih diujicobakan di beberapa mall di Jakarta dan Surabaya. Hingga akhir tahun BCA menargetkan pertumbuhan DPK sebesar 12%, sedangkan kredit 15%. Dengan tujuan yang sama, DBS Bank pada periode kuartal I 2014 hingga III 2014 memberikan insentif pembukaan tabungan berupa hadiah atau cashback serta bonus bunga sebesar 25%. Destry Damayanti, Ekonom PT Bank Mandiri Tbk mengatakan dengan adanya kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh OJK mendorong deposan untuk beralih ke instrumen investasi lain, sehingga bank akan mencari cara lain untuk menghimpun DPK. Persaingan ini akan mendorong perang hadiah bahkan black market. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Oktober 2014: 24)

3 Bunga Kredit dan Korporasi dan Ritel Belum Turun Beberapa kalangan perbankan mengaku belum akan menurunkan suku bunga kredit koorporasi dan ritel karena nilainya yang masih kompetitif. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk mengatakan suku bunga kredit korporasi dan ritel NISP masih berada di bawah rata-rata nasional, sehingga pihaknya belum akan menaikan tingkat suku bunga kredit tersebut. Adapun suku bunga kredit koorporasi NISP mencapai 11,5% sedangkan suku bunga kredit ritel berada pada posisi 12,25%. Hingga semester I 2014, OCBC NISP mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 155 menjadi Rp 65,5 triliun. Pertumbuhan kredit ini terutama bersumber dari kredit investasi dan modal kerja. Hal yang sama juga diungkapkan oleh PT CIMB Niaga Tbk. Tony Tardjo, Head of Consumer Lending PT CIMB Niaga Tbk mengatakan pihaknya belum akan menurunkan kredit koorporasi dan ritel. Berdasarkan SBDK, bunga kredit koorporasi Bank CIMB Niaga Tbk sebesar 9,85% sementara suku bunga kredit ritel sebesar 10,75%. Hingga Juni 2014, total kredit CIMB Niaga tercatat naik 9,1% menjadi Rp 164,66 triliun. Tony menambahkan bahwa pihaknya mengestimasi kredit koorporasi dan ritel dapat tumbuh 15% pada tahun depan. Berdasarkan data dari Statistik Moneter dan Fiskal Bank Indonesia, pertumbuhan kredit perbankan pada bulan Agustus 2014 sebesar 13,4% cenderung melambat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 15%. David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk mengatakan faktor gejolak politik yang mendorong perusahaan menunda ekspansi merupakan faktor utama perlambatan kredit perbankan. Oleh karena itu, David menyarankan perbankan untuk lebih selektif dalam menyalurkan kredit. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengaku saat ini pihaknya akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit. Meitra N Sari, Corporate Secretary PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, mengatakan pihaknya akan lebih fokus menyalurkan kredit di sektor energi dan jasa karena kedua sektor tersebut dinilai tidak rentan terhadap krisis politik. Di sisi lain, Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank central Asia Tbk mengatakan tahun ini bank tidak akan ekspansi menyalurkan kredit korporasi karena ketatnya likuiditas bank. Oleh karena itu, BCA saat ini akan lebih banyak menyalurkan kredit modal kerja dibandingkan investasi. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Oktober 2014: 8)

4 Selasa, 14 Oktober 2014 Bank Syariah Incar Dana Valas Untuk menurunkan rasio pembiayaan terhadap simpanan yang tinggi, beberapa pelaku perbankan syariah berupaya untuk menghimpun dana murah dalam mata uang asing. PT Bank Panin Syariah saat ini tengah mengurus perubahan statusnya menjadi Bank Devisa. Subeni, Corporate Communication Bank Panin Syariah, mengungkapkan bahwa izin tersebut ditargetkan dapat selesai pada semester I Selain itu, pihaknya mengungkapkan bahwa pada tahun 2016 perusahaan akan meluncurkan tabungan dalam bentuk valas. Untuk mendukung hal tersebut, PT Panin Syariah tengah memperbaiki operasional bank dan teknologi informasi. Dengan adanya produk ini diharapkan rasio pembiayaan terhadap simpanan (Financing to Deposit Ratio/FDR) akan menurun. Adapun pada Juli 2014, FDR PT Panin Syariah mencapai 140,48%. Hal yang sama juga akan dilakukan oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. Menurut Koko T. Rachmadi, Head of Syaria Business Bank OCBC NISP, pihaknya juga akan membuka tabungan valas dan saat ini tengah mengurus perizinan dari OJK. Selain itu, pihaknya juga akan membuka cabang di lokasi dengan potensi valas yang besar. Setelah meluncurkan tabungan valas, Bank OCBC NISP pun berniat untuk menyalukan pembiayaan dalam bentuk valas karena pembiayaan valas akan berpotensi lebih murah. Terkait FDR, Koko menambahkan perusahaan akan menargetkan FDR di bawah 100%. Menurut Data SPI, Bank Umum Syariah hingga Juli 2014 mencatatkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 188 triliun, sedangkan DPK sebesar Rp 185 triliun. Dengan perolehan tersebut maka besaran FDR unit dan bank syariah mencapai 101,37%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 Oktober 2014: 19) Kredit Sindikasi Melesat Berdasarkan data Indonesia Loan Book Runner Bloomberg yang dihimpun Bisnis Indonesia, bank persero yakni PT BNI Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk masing-masing mencatatkan kredit sindikasi sebesar US$263,42 Juta dan US$130 Juta. Menurut Fransisca Nelwan Mok, Direktur Corporate Banking Bank, mengatakan selain melakukan club deal dengan bank persero, pihaknya juga menggandeng bank swasta dan multinasional. Adapun NPL kredit koorporasi PT Bank Mandiri Tbk masih berada di bawah 2% yakni 1,6%. Fransisca menambahkan pihaknya berharap agar NPL tidak meningkat mengingat kondisi sektor riil saat ini cukup sulit, lebih lanjut apabila terjadi kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dan tarif dasar listrik. Hal ini didukung oleh Juniman, Ekonom PT Bank Internasional Indonesia yang mengungkapkan bahwa

5 akan terjadi perlambatan kredit investasi tahun ini akibat dari gejolak perekonomian Indonesia. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat dan mencapai 5,1% hingga akhir tahun. Perlambatan ini terutama bersumber dari melambatnya ekonomi global dan berkurangnya keinginan investor masuk ke emerging market karena realisasi proyek infrastruktur yang masih cenderung rendah. Dalam data tersebut disebutkan pula penyalur kredit sindikasi terbesar ke Indonesia adalah bank dan manajemen yang berasal dari Swiss yakni Credit Suisse sebesar US$988,08 juta dan disusul oleh Standard Chartered Bank senilai US$864,66 Juta dan Mitsubishi UFJ Financial sebesar US$751,96 Juta. Adapun bank swasta nasional lain yang terlibat kredit sindikasi adalah PT CIMB Niaga mencapai US$142,91 Juta. (Sumber: Bisnis Indonesia, 14 Oktober 2014: 20) Rabu, 15 Oktober 2014 Pendapatan Bank Makin Tergerus pada 2015 Beberapa ekonom dan bankir memperkirakan pendapatan bank akan semakin tergerus pada tahun Net Interest Margin (NIM) akan menurun ke level 4% hingga akhir tahun 2014 dan diperkirakan semakin tertekan di tahun 2015 karena kondisi makro ekonomi yang semakin menantang. Juniman, ekon PT Bank Internasional Indonesia Tbk mengatakan bahwa pendapatan bank akan semakin tergerus seiring dengan penurunan NIM pada akhir tahun Menurut data dari Bank Indonesia, NIM pada Agustus 2014 mencapai 4,21%. Adapun pertumbuhan kredit perbankan pada Agustus 2014 mencapai 13,34% (year on year), melambat jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 15%. Pertumbuhan kredit hingga akhir tahun diperkirakan akan mencapai 14,4%. Juniman menambahkan bank sulit mendulang pendapatan berlimpah jika penyaluran kredit melambat. Pendapatan pun dapat semakin tergerus pada tahun 2015 karena tekanan ekonomi yang tinggi, seiring kemungkinan pemerintah melakukan kenaikan harga BBM bersubsidi. Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan pertumbuhan pendapatan perbankan akan melambat seiring dengan perlambatan kredit. Tahun ini diperkirakan laba bersih perusahaan mencapai 13%-15%, tidak terpaut jauh dari proyeksi pertumbuhan kredit sebesar 15%-17%. Glen Glenardi, Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk, menambahkan dampak perlambatan kredit terhadap perolehan pendapatan sudah terasa sejak semester pertama Selain itu, pendapatan bank juga turun sebagai akibat dari penurunan NIM. Menurutnya, bank berupaya

6 untuk menjaga NIM pada level 4% dengan menurunkan bunga deposito sebesar 50 basis poin. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, bahwa bank akan lebih cepat menurunkan suku bunga deposito dibandingkan suku bunga kredit. Hingga akhir tahun 2014, BCA memperkirakan pertumbuhan kredit mencapai 10%-12% lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang mencapai 13%-15%. Di sisi lain, Fitch Ratings menyatakan bahwa dengan pengawasan perbankan yang ketat menempatkan sektor perbankan Indonesia dalam posisi yang baik. Dalam laporannya, disebutkan bahwa ditengah tekanan profitabilitas perbankan dan kualitas aset pada tahun lalu, bank-bank besar Indonesia tetap mempnyai kapitalisasi yang baik. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 Oktober 2014: 8) Tingkatkan KPR, Bank Bidik Captive Market Institusi PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Tabungan Negara Tbk membidik captive market dalam rangka meningkatkan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). BSM membidik perusahaan ritel, sedangkan BTN membidik segmen pensiunan. Edwin Dwijajanto, Senior Executive Vice President BSM mengatakan pihaknya menggandeng koperasi karyawan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart). Potensi awal kerjasama ini mencapai Rp 20 miliar untuk menfasilitasi pembiayaan perumahan pegawai tetap Alfamart, baik kepemilikan rumah baru, rumah kedua, renovasi rumah, maupun take over dan kavling siap bangun. Hingga September 2014, penyaluran kredit rumah BSM Griya mencapat Rp 5,4 triliun, meningkat lebih dari 3 kali lipat dibandingkan Desember Selain penyaluran pembiayaan perumahan, kerjasama ini juga membuka peluang untuk meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK), terutama dana murah tabungan karyawan Alfamart. Di lain pihak, BTN saat ini tengah melebarkan pasar pembiayaan perumahan kepada nasabah Taspen. Menurut Maryono, Direktur Utama BTN, mekanisme pembiayaan melalui skema pembayaran angsuran dipotong langsung dari uang pensiunan. Potensi pasar yang kecil menyebabkan BTN hanya menyediakan fasilitas pembiayaan untuk harga rumah maksimal Rp 250 Juta. Selain Taspen, BTN juga mengincar penyaluran KPR kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan. Skema yang digunakan adalah BPJS Ketenagakerjaan menalangi uang muka KPR. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 Oktober 2014: 9)

7 Pembukaan Data Nasabah Tunggu Revisi Undang- Undang Perbankan Sejumlah kalangan perbankan menilai bahwa permintaan pembukaaan data nasabah oleh Ditjen Pajak harus menunggu revisi undang-undang perbankan dan memiliki hukum yang kuat. Sebelumnya dalam wawancara dengan Bloomberg, Ahmad Fuad Rahmany, Direktur Jendral Pajak Kementerian Keuangan, meminta DPR untuk mengamandemen UU Perbankan agar Ditjen Pajak dapat mengakses data nasabah. Data nasabah ini dapat dimanfaatkan untuk menggali potensi penerimaan pajak. Berdasarkan APBN 2015, penerimaan pajak yang ditargetkan mencapai Rp triliun. Eko Budiwiyono, Direktur Utama PT Bank DKI mengatakan bank akan taat pada peraturan yang berlaku apabila hukum terkait pembukaan data nasabah bank sudah jelas dan disesuaikan dengan revisi Undang-undang Perbankan. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa mewajibkan perbankan untuk menjaga kerahasiaan nasabah dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penimpan dan simpanannya. Menurut Undang-undang tersebut bank bisa membuka kerahasiaannya untuk kepentingan perpajakan dengan syarat pimpinan Bank Indonesia (regulator pengawas perbankan) atas permintaan Menteri Keuangan mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan mengenai keadaan keuangan nasabah kepada pejabat bank. Glen Glenardi, Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk, mengatakan akan mematuhi peraturan yang berlaku. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Taswin Zakaria, Direktur Utama PT Bank Internasional Indonesia Tbk. Pihaknya akan mematuhi peraturan yang berlaku sepanjang hukumnya sudah jelas. Namun terkait hal ini, perlu ada pembatasan mengenai pembukaan data nasabah. Selain itu, pihaknya juga mengatakan apabila unutk mencapai target penerimaan pajak, pemerintah seharusnya memperbaiki kondisi ekonomi agar masyarakat menjadi lebih produktif sehingga memperluas basis pajak. Selain itu aturan mengenai perpajakan harus dibuat sederhana dan mudah dimengerti oleh wajib pajak. Gatot M. Suwondo, Direktur Utama PT BNI Tbk mengatakan perbankan masih cenderung sulit membuka data nasabah. Untuk meningkat penerimaan pajak, seharusnya industri dalam negeri harus tumbuh, sehingga dapat meningkatkan potensi sumber pajak dan perlu ditingkatkan pula kualitas pegawai pajak. Senada dengan Gatot, David Sumual, Ekonom PT BCA Tbk pembukaan data nasabah perbankan dapat mendorong pelarian modal dan dapat berdampak negatif pada perekonomian. Oleh karena itu perlu infrastruktur yang memdai untuk mencegah pelarian modal dan tax amnesty. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 Oktober 2014: 9)

8 Bank Perlu Diversifikasi Untuk mengantisipasi situasi ekonomi yang tidak menentu, perbankan disarankan untuk memupuk likuiditas melalui diversifikasi, seperti merilis surat utang. Hal tersebut dikemukakan oleh Agustinus Prasetyantoko, Ekonom Universitas Atmajaya. Lebih lanjut, Agustinus mengatakan bahwa bank-bank cenderung memupuk likuiditas tanpa berencana menyalurkannya kembali karena indikator LDR yang sudah tergolong tinggi. Menurutnya, instrumen di pasar uang saat ini cukup menarik dipertimbangan sebagai salah satu sumber dana untuk ekspansi kredit, salah satunya Medium Term Note (MTN). Sebelumnya PT BRI Tbk telah menerbitkan MTN Tahap I yang dijual ke 49 pihak. PT BRI Tbk juga berencana untuk menerbitkan MTN dalam jangka pendek dan jangka panjang melalui penawaran terbatas dengan nilai maksimum Rp 2 triliun dan jangka waktu maksimal 3 tahun. (Sumber: Bisnis Indonesia, 15 Oktober 2014: 24) Aturan PLS Masuk Cetak Biru OJK telah memasukkan aturan profit and loss sharing (PLS) ke dalam cetak biru industri perbankan. Edy Setiadi, Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, mengatakan tujuan penerapan PLS ini adalah agar penyediaan pencadangan bank syariah bisa diringankan. Sebelumnya dalam Peraturan Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Syariah, pada pasal 5 dalam resiko investasi menjelaskan apabila bank memberikan pembiayaan berbasis bagi hasil kepada nasabah maka bank ikut menanggung resiko atas kerugian usaha nasabah yang dibiayai. Taufik Machrus, Corporate Secretary PT Bank Syariah Mandiri, mengatakan penerapan PLS ini merupakan wewenang regulator dana apabila aturan tersebut ditetapkan, pihaknya siap menaati peraturan. Agus Sudiarto, Direktur Utama BSM, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya berencana menambah pencadangan, sehingga ekspansi tahun ini kemungkinan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk menjaga kualitas aset, perseroan telah menyediakan rektorat aset. Jika pemburukan aset sudah mulai terlihat, maka direktorat akan mengingkat nasabah sesuai dengan akad, kalau tidak jaminan akan dilikuidasi. Terkait dengan ketidakpastian di tahun depan, kalangan perbankan syariah mulai meningkatkan kewaspadaan dengan meninjau kembali aspek resiko dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan. Subeni, Corporate Communication PT Bank Panin Syariah Tbk mengungkapkan pihaknya sedang memulai proses identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, pemantauan dan telaah ulang resiko menghadapi tahun Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Bank Muamalat Indonesia. Menurut Meitra Ninanda Sari, Corporate Secretary PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, pihaknya sedang memperkuat aspek manajemen resiko. (Sumber: Bisnis Indonesia, 15 Oktober 2014: 24)

9 Kredit Perbankan Terus Melambat Berdasarkan survei perbankan pada triwulan III 2014 yang dilakukan Bank Indonesia, pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan melambat. Perlambatan ini terutama bersumber dari rendahnya permintaan pembiayaan baru dari nasabah dan meningkatnya potensi resiko kredit. Survei yang dilakukan terhadap 42 bank umum menyatakan bahwa pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan IV akan mencapai 14,4%, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang mencapai 18,2%. Terkait suku bunga, responden memproyeksinya bahwa akan terjadi kenaikan rata-rata suku bunga kredit modal kerja, investasi dan konsumsi pada triwulan IV Respoden juga memproyeksikan bahwa pertumbuhan DPK akan membaik. Sementara itu, Enny Sri Hartati, Direktur INDEF menjelaskan perbankan perlu melakukan terobosan untuk memperluas jangkauan layanan keuangan, seperti dengan bermitra dengan lembaga keuangan mikro. (Sumber: Kompas, 15 Oktober 2014: 20) Kamis, 16 Oktober 2014 BI Tak Perlu Agresif Bank Indonesia (BI) diharapkan tidak agresif dalam mengambil keputusan menaikkan BI Rate. Kekhawatiran BI diperkirakan berasal dari respon kenaikan harga BBM dan Fed Funds Rate. Kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin ke level 7,75% dirasakan cukup untuk meredam tekanan dua kekhawatiran tersebut. Destry Damayanti, Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, mengungkapkan walaupun dengan kenaikan BI Rate 25 basis poin akan mendorong Real Interest Rate (RIR) yang diterima BI akan negatif namun kenaikan itu cukup hanya untuk memberi sinyal bahwa kondisi saat ini prudent dan menahan pengeluaran konsumtif agar ekonomi seimbang. Sebelumnya Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia, mengatakan bahwa BI akan melakukan kebijakan moneter lebih lanjut apabila pemerintah tidak fokus mendorong sektor riil. (Sumber: Bisnis Indonesia, 16 Oktober 2014: 5)

10 Indonesia Butuh Bank Besar Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Indonesia (MEA) 2015, Indonesia memerlukan bank kuat dan bermodal besar agar dapat bersaing dengan bank-bank asing. Upaya tersebut dapat terwujud melalui upaya konsolidasi. Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, mengungkapkan hal tersebut di sela-sela peluncuran bukunya yang berjudul Mimpi Punya Bank Besar. Menurutnya untuk dapat bersaing dengan bank asing Indonesia harus memiliki bank besar dengan modal minimum Rp 100 triliun. Terdapat tujuh skema skenario konsolidasi yakni: (i) Mendirikan Bank Pembangunan Indonesia (BPI) yang fokus membiayai proyek infrastruktur dan proyek jangka panjang; (ii) Megamerger Bank Pembangunan Daerah (BPD); (iii) Merger PT Bank Mandiri Tbk dengan PT BNI Tbk serta penggabungan bank ini mengakuisisi PT BTN Tbk; (iv) Menfokuskan bank BRI sebagai bank UMKM dan mendukung sektor pertanian dan perikanan; (v) Penguatan permodalan dan tata kelola bank komersial swasta nasional; (vi) Menggabungkan bank-bank syariah milik BUMN dan membentuk Bank Syariah Indonesia; dan (vii) Membentuk perusahaan induk yang membawahi bank-bank BUMN. Menanggapi konsolidasi, Budi Gunandi Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengatakan bahwa konsolidasi sangat penting dilakukan agar mendorong kapasitas bank nasional sehingga dapat bersaing dalam MEA. Oleh karena itu, Budi menyarankan agar pemerintah memperkecil deviden untuk memenuhi kebutuhan modal. Hal yang senada diungkapkan oleh Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk, yang setuju terkait konsolidasi PT Bank Mandiri dan BNI karena penggabungan dua bank ini akan menghasilkan bank besar yang dapat bersaing secara regional. Sementara itu, Aviliani, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional mengungkapkan bahwa cetak biru perbankan yang diusulkan Sigit Pramono dalam bukunya perlu memiliki konektivitas yang kuat terhadap sektor riil. Raden Pardede, Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional mengatakan perlu adanya undang-undang ataupun peraturan untuk meciptakan bank besar yang dapat bersaing dengan bank asing. (Sumber: Bisnis Indonesia, 16 Oktober 2014: 20) Perbanas Berharap RI Punya Bank Kelas Dunia Pemerintah dihimbau untuk melakukan langkah strategis dalam memperkuat perbankan nasional, salah satunya melalui konsolidasi Bank. Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, dalam sela-sela peluncuran bukunya yang berjudul "Mimpi Punya Bank Besar" mengatakan pemerintah bisa melakukan megamerger antara PT Bank Mandiri Tbk dan PT BNI Tbk, kemudian hasil merger tersebut dapat mengakuisisi PT BTN Tbk. Nantinya portofolio kredit perumahan PT Bank Mandiri Tbk dan PT BNI Tbk akan diserahkan kepada PT BTN dan PT BNI Mandiri tetap menjadi bank komersial yang kuat. Selain itu, Sigit juga mengusulkan proyek

11 megamerger lainnya yaitu pengabungan semua Bank Pembangunan Daerah (BPD) menjadi Bank Pembangunan Infrastruktur (BPI) dimana saham BPI akan dikuasai oleh Pemerintah. Lebih lanjut BPI akan difokuskan untuk membangun daerah. Menanggapi usulan Sigit Pramono, Aviliani, ekonom Perbanas mengungkapkan upaya ini harus dapat diselesaikan melalui cetak biru perbankan nasional. Selain itu, cetak bisa tersebut harus memuat konektivitas perbankan dengan sektor riil. Oleh karena itu, pemerintah melalui Bank Indonesia maupun OJK perlu memberikan insentif dan disinsentif. (Sumber: Koran Sindo, 16 Oktober 2014) Dirut Mandiri pasrah soal penggabungan Mandiri-BNI Sigit Pramono, Ketua Perbanas, mengusulkan megamerger antara PT Bank Mandiri Tbk dengan PT BNI Tbk dan hasil penggabungan tersebut bernama PT BNI Mandiri. Konsolidasi ini dilakukan agar Indonesia mempunyai bank yang besar dan kuat, khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun Lebih lanjut, penggabungan ini lalu mengakuisisi PT BTN Tbk, sehingga kredit perumahan PT Bank Mandiri Tbk dan PT BNI Tbk akan diserahkan kepada PT BTN Tbk. Menanggapi hal ini, Budi Gunandi Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk menyambut baik rencana konsolidasi ini. Bahkan pihaknya memperkirakan penggabungan kedua bank ini dapat menjadi bank terbesar di Asia pada lima hingga sepuluh tahun mendatang. Namun, keputusan akan konsolidasi ini tergantung pada pemerintah karena hanya pemerintah yang mempunyai wewenang dalam konsolidasi ini. (Sumber: 16 Oktober 2014) Jumat, 17 Oktober 2014 Bank ramai-ramai Obral KPR Beberapa kalangan perbankan mengakui bahwa saat ini pihaknya sedang menfokuskan pembiayaan perumahan, salah satunya PT BCA Tbk. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT BCA Tbk mengungkapkan bahwa tahun ini perusahaan akan fokus kepada pembiayaan perumahan karena kebutuhan KPR masih sangat besar. Adapun hingga semester I 2014, PT BCA Tbk mencatat penyaluran KPR mencapai Rp 40 Triliun dengan NPL sebesar 0,45%. Hal yang senada juga diungkapkan oleh PT BTN Tbk. Maryono, Direktur Utama PT BTN Tbk mengatakan

12 pada tahun 2015, pihaknya mentargetkan pertumbuhan kredit rumah sebesar 17%. Lebih lanjut, pihaknya akan mentargetkan pembangunan 7,5 juta rumah di Indonesia tahun PT BNI Tbk menargetkan pertumbuhan KPR sebesar 10% pada tahun ini dan 15% pada tahun depan. Berbeda halnya dengan PT BCA Tbk, PT BNI Tbk mengakui pertumbuhan KPR hingga saat ini cenderung lemah yaitu hanya berkisar 3%. Darmadi Sutanto, Direktur Konsumer dan Ritel PT BNI Tbk, mengakui saat ini pihaknya tidak memiliki rencana untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga KPR. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Oktober 2014: 24) Potensi Rp 90 Triliun Per Tahun Destry Damayanti, ekonom PT Bank Mandiri Tbk, meminta perbankan untuk lebih mengoptimalkan peluang branchless banking. Berdasarkan hasil uji coba pelaksanaan branchless banking PT Bank Mandiri Tbk, terdapat sekitar 120 Juta orang yang belum tersentuh perbankan. Jika 30%nya dapat tergarap oleh branchless banking dan menabung minimal Rp 10 Ribu maka terdepat potensi Rp 90 Triliun setiap tahunnya. Hal ini dapat menurunkan tekanan likuiditas yang dialami oleh Perbankan. Menanggapi branchless banking, PT BRI Tbk saat ini tengah fokus pada layanan branchless banking yang bernama BRI Link. Saat ini pihaknya sedang dalam proses perekrutan agen-agen. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Oktober 2014: 24) ***

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (26 Januari 30 Januari 2015) Senin, 26 Januari 2015 BI Pertahankan Kebijakan Moneter Ketat Bank Indonesia akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ketat sebagai upaya untuk menjaga

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015) Senin, 2 Februari 2015 BI Punya Ruang Pelonggaran Seiring melambatnya tingkat inflasi, analis Morgan Stanley memperkirakan Bank Indonesia akan menurunkan

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebelum krisis moneter pada tahun 1997, sebagian besar. perbankan di Indonesia berekspansi usaha ke kredit korporasi dan

I. PENDAHULUAN. Sebelum krisis moneter pada tahun 1997, sebagian besar. perbankan di Indonesia berekspansi usaha ke kredit korporasi dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum krisis moneter pada tahun 1997, sebagian besar perbankan di Indonesia berekspansi usaha ke kredit korporasi dan pembiayaan yang berorientasi pada ekspor-impor.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global juga belum menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. global juga belum menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lingkungan Eksternal Perusahaan Perekonomial global pada tahun 2015 secara umum mengalami perlambatan. Perekonomian negara negara besar yang melambat, seperti Tiongkok, AS, dan negara-negara

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari sejak awal perkembangan perbankan syari ah di Indonesia memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1992 dan 1997 dengan tingkat pertumbuhan aset sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan bermunculan bank-bank umum syariah maupun unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank-bank konvensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (19 Januari 23 Januari 2015) Senin, 19 Januari 2015 Bank Siap Turunkan Bunga Seiring stabilnya beban bunga perbankan dan dampak dari kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni diawali dengan didirikannya bank Muamalat pada tahun 1992 dan terus berkembang sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 51% harus dikuasai oleh pemerintah (Wikipedia, 2017). Persero

BAB IV GAMBARAN UMUM. 51% harus dikuasai oleh pemerintah (Wikipedia, 2017). Persero BAB IV GAMBARAN UMUM A. Bank Persero Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT. Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus dikuasai oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Krisis keuangan yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang melanda kawasan Asia Tenggara, akhirnya melanda Indonesia dan dampaknya sangat terasa sejak awal

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (5 Januari 9 Januari 2015) Senin, 5 Januari 2015 Kredit Melemah hingga Akhir Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pertumbuhan kredit cenderung melambat seiring dengan perlambatan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015)

Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Banking Weekly Hotlist (12 Januari 16 Januari 2015) Senin, 12 Januari 2015 Pendatang Baru Kian Ekspansif Sejumlah bank pendatang baru di segmen mikro tengah aktif berekpansi menyalurkan kredit. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dunia akhir-akhir ini berpengaruh terhadap melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial Crisis tahun 2008.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Nega No.152, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5712).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta 1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelian rumah bisa dilakukan dengan cara tunai ataupun kredit. Seseorang dapat membeli rumah secara tunai apabila orang tersebut memiliki uang yang nilainya sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha. sejak tahun 1897 dengan nama Postspaarbank. Di era kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian lndonesia tahun 2002, selama kurun

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya ekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. Perkembangan ini terjadi setelah Krisis Perbankan Indonesia sebagai akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Bank yang pada awal kemunculannya di Indonesia sejak penjajahan Belanda

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan lembaga keuangan khususnya perbankan di Indonesia memiliki tempat yang strategis dalam upaya membatu penyaluran dan penyimpanan dana masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan untuk menunjang pembangunan nasional khususnya dalam bidang perekonomian suatu negara. Masyarakat

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bank sebagai urat nadi dari sistem keuangan yang menerima

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bank sebagai urat nadi dari sistem keuangan yang menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam sistem perekonomian, sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat dapat dikatakan bank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta infrastruktur sistem keuangan. Bank merupakan suatu bagian dari sistem keuangan tersebut. Jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dalam menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dalam menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri keuangan syariah Indonesia telah memasuki dekade ketiga sejak diperkenalkan sistem perbanakan syariah dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menguntungkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan 2011-2016.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan daripada lembaga keuangan lainnya. Secara umum kegiatan perbankan di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015 mengalami perlambatan, yaitu sebesar 4,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,02% (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th.XIX,

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) PERATURAN PERBANKAN Soal Keterbukaan Pajak, Perbanas Harap Data Nasabah Tak Tersebar Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) meminta pemerintah dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lainnya dari pihak

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015) Senin, 02 Maret 2015 Protokol Krisis Harus Segera Diperbaiki Ketua Umum Perbanas mengungkapkan kinerja industri perbankan sepanjang lima tahun terakhir sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

BELI. Kang Iman cari. Perbankan Tresuri dan Internasional. Tinjauan Bisnis. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan. 05 Tata Kelola Perusahaan

BELI. Kang Iman cari. Perbankan Tresuri dan Internasional. Tinjauan Bisnis. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan. 05 Tata Kelola Perusahaan 01 Ikhtisar Data 02 Laporan 03 Profil Tinjauan Bisnis 04 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola 06 Tanggung Jawab Sosial Pendukung Bisnis Tinjauan Perbankan Tresuri dan Internasional Kang Iman cari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangannya untuk tetap menjaga kepercayaan dari nasabahnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keuangannya untuk tetap menjaga kepercayaan dari nasabahnya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bank merupakan salah satu lembaga keuangan dalam sebuah perekonomian Negara, yang berfungsi sebagai penunjang kelancaran pembayaran, pelaksana kebijakan moneter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010]

I PENDAHULUAN. 1 Jumlah bank di Indonesia.21 Maret inibank.wordpress.com [3 Juni 2010] I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tingkat perekonomiannya sedang berkembang. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan perbankan yang didirikan, baik itu bank BUMN maupun

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa indikator ekonomi yang bisa mencerminkan tingkat kegiatan ekonomi di masyarakat. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, selain membuka peluang bisnis yang kian mendunia, pelaku bisnis juga dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) KEBIJAKAN MONETER Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017) BI: GWM Averaging Cegah Bubble Likuiditas Bank Indonesia (BI) mengakui, adanya risiko menggelembungnya (bubble) likuiditas. Maka dari itu bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir mulai dari praderegulasi sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada Maret 2015 menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan perekonomian di Indonesia hanya tumbuh 4,71%. Namun, bukan hanya pertumbuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan sangat penting peranannya dalam perekonomian suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam industri perbankan sendiri, bank memiliki peranan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun

10,3% Perbankan Komersial dan UKM. Tinjauan Bisnis. Rp 164,7 triliun Ikhtisar Data Keuangan Laporan Manajemen Profil Perusahaan Analisis dan Pembahasan Manajemen Tinjauan Bisnis Pendukung Bisnis Tinjauan Keuangan Tinjauan Bisnis BCA terus meningkatkan kapabilitas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan

Lebih terperinci