IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di
|
|
- Harjanti Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara maritim. Sebagai bagian dari negara maritim, Pulau Jawa dikelilingi oleh berbagai perairan, baik samudera, laut, maupun selat. Secara geografis, letak Pulau Jawa berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Selat Bali di sebelah Timur, Samudera Hindia di sebelah Selatan, sedangkan disebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda, sebagaimana dijelaskan oleh gambar berikut Sumber : BPS, 2011 Gambar 4.1. Peta Indonesia Pulau Jawa membentang dari Barat ke Timur sepanjang km dengan luas ,28 km 2 (berdasarkan Peraturan Dalam Negeri No. 6 Tahun 2008 Tanggal 31 Januari 2008) atau sekitar 6,77 persen dari luas total wilayah Indonesia. Secara administrasi sampai dengan akhir tahun 2010 Pulau Jawa
2 52 tercatat memiliki 6 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, dan Banten yang meliputi 116 kabupaten/kota (84 kabupaten dan 32 kota). Pada awalnya provinsi Banten merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun saat ini telah menjadi provinsi sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun Ditinjau dari segi luas wilayahnya, provinsi Jawa Timur menempati urutan pertama (terluas) di Pulau Jawa dibandingkan kelima provinsi yang lainnya, sedangkan provinsi DKI Jakarta ada di urutan terakhir (rincian luas wilayah dan pembagian daerah administrasi masing-masing provinsi di Pulau Jawa dapat dilihat pada tabel 4.1). Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Pembagian Daerah Administrasi Masingmasing Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2010 Provinsi Luas 1 Wilayah (km 2 ) Persen luas (%) Jumlah 1 Kab Jumlah 1 Kota Jumlah 2 Kecamatan Jumlah desa 2 DKI Jakarta 664,01 0, Jawa Barat ,76 1, Jawa Tengah ,69 1, D.I Yogyakarta 3.133,15 0, Jawa Timur ,75 2, Banten 9.662,92 0, Jawa , Indonesia ,32 100, Sumber : Statistik Indonesia 2011 Keterangan : 1 Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 2008 pada Tanggal 31 Januari Berdasarkan Laporan BPS Provinsi sampai dengan 31 Desember Kondisi Kependudukan Penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam menjalankan aktivitas pembangunan. Berdasarkan data BPS, diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tabel 1.1 berdasarkan SP 2000, SUPAS 2005, dan SP 2010 sekitar kurang lebih 58 persen masih terpusat di Pulau Jawa yang luasnya hanya sebesar
3 53 6,77 persen dari luas total Indonesia. Jumlah penduduk Pulau Jawa terbesar ada pada provinsi Jawa Barat (31,51 persen), lalu diikuti oleh provinsi Jawa Timur (27,43 persen), provinsi Jawa Tengah (23,70 persen), provinsi Banten (7,78 persen), provinsi DKI Jakarta (7,03 persen), dan terendah provinsi DI Yogyakarta (2,53 persen). Laju rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk selama 10 (sepuluh) tahun tertinggi ada pada provinsi Banten 3,12 persen, lalu diikuti oleh provinsi Jawa Barat 2,05 persen, Provinsi DKI Jakarta 1,45 persen, provinsi DI Yogyakarta 1,07 persen, provinsi Jawa Timur 0,77 persen, dan terendah provinsi Jawa Tengah 0,37 persen. Secara umum, laju rata-rata pertumbuhan penduduk Pulau Jawa selama sepuluh tahun hampir mendekati dengan laju rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia yaitu sebesar 1,25 persen. Tabel 4.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Pada Masing-masing Provinsi di Pulau Jawa Tahun Provinsi Jumlah Penduduk Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk tahun (%) DKI Jakarta ,45 Jawa Barat ,05 Jawa Tengah ,37 D.I Yogyakarta ,07 Jawa Timur ,77 Banten ,12 Jawa ,25 Indonesia ,52 Sumber : Statistik Indonesia (2010) Keterangan : 1 Hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 dan Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 Sampai saat ini, sebagian besar penduduk Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa. Jumlah penduduk Pulau Jawa begitu besar dan selalu bertambah setiap tahunnya, namun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran
4 54 penduduk. Data pada tahun 2010 yang menunjukkan bahwa Pulau Jawa dengan luas yang hanya mencapai 6,77 persen dari total luas daratan Nusantara, dihuni sekitar 58 persen dari total penduduk Indonesia. Dari Jumlah tersebut, 18,12 persen penduduk tinggal di Jawa Barat, 15,77 persen di Jawa Timur, 13,63 persen di Jawa Tengah, 4,47 persen di Banten, 4,04 persen di DKI Jakarta, dan 1,45 persen di DI Yogyakarta. Besarnya jumlah penduduk di Pulau Jawa menyebabkan kepadatan pulau tersebut menjadi sangat tinggi, yaitu 938 jiwa/ km 2 (tahun 2000) dan menjadi 1,030 jiwa/km 2 di tahun 2010 (lihat tabel 4.3 berikut). Tabel 4.3. Distribusi Presentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2000 dan 2010 Provinsi Persentase Penduduk * (%) Kepadatan Penduduk/km DKI Jakarta 4,08 4, Jawa Barat 17,42 18, Jawa Tengah 15,22 13, DI Yogyakarta 1,52 1, Jawa Timur 16,95 15, Banten 3,95 4, JAWA 59,14 57, INDONESIA 100,00 100, Sumber : Statistik Indonesia (2011) Keterangan : * Persentase penduduk terhadap total jumlah penduduk nasional 1 Hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2000 dan 2010 Dari data yang disajikan pada tabel 4.3. diatas, dapat dilihat bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi di Pulau Jawa dengan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi, yaitu mencapai /km 2 pada tahun Berdasarkan data persentase penduduk pada tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari tahun 2000 sampai 2010 proporsi penduduk di DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur terhadap jumlah penduduk nasional secara konsisten
5 55 mengalami penurunan, sementara di provinsi Jawa Barat dan Banten secara konsisten mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa di Pulau Jawa dari tahun ke tahun terjadi pemusatan sebaran penduduk ke wilayah BODETABEK (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sebagai wilayah penyangga Jakarta yang notabene masuk ke dalam wilayah administrasi provinsi Jawa Barat dan Banten. Sementara apabila dilihat proporsi jumlah penduduk Pulau Jawa terhadap jumlah penduduk nasional, proporsi penduduk Pulau Jawa sedikit mengalami penurunan. Kecenderungan ini tentunya cukup baik untuk mendorong keberimbangan sebaran jumlah penduduk secara nasional. Namun untuk wilayah BODETABEK justru terus terjadi pemusatan sehingga proporsi jumlah penduduk provinsi Jawa Barat dan Banten semakin meningkat Perkembangan Upah Minimum Provinsi di Pulau Jawa Tahun Upah merupakan balas jasa tenaga kerja yang diberikan oleh produsen atau perusahaan sebagai imbalan atas hasil jasa tenaga kerja dalam memproduksi barang ataupun jasa. Upah juga merupakan salah satu indikator penting untuk melihat tingkat hidup pekerja. Upah riil pekerja merupakan suatu upah yang telah disesuaikan dengan memperhitungkan tingkat kebutuhan penduduk secara umum. Tingkat upah minimum masing-masing provinsi di wilayah Pulau Jawa relatif mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan gambar 4.2. upah minimum paling tinggi ada di provinsi DKI Jakarta yang mencapai Rp per orang pada tahun 2010, sedangkan terendah ada di provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar Rp Tingginya tingkat upah di DKI Jakarta tersebut dapat dikarenakan adanya pertimbangan biaya hidup di Jakarta yang lebih tinggi dibandingkan biaya hidup di provinsi-provinsi lain di pulau Jawa. Peningkatan
6 56 upah minimum menunjukkan peningkatan yang cukup tajam di DKI Jakarta dan Banten dari tahun 2000 sampai ,400,000 1,200,000 1,000, , , , , DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber : BPS, 2011 (diolah) Gambar 4.2. Tingkat Upah Minimum Provinsi di Pulau Jawa Tahun Perkembangan Kontribusi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Tahun Produk Domestik Regional bruto (PDRB) biasanya diukur dalam bentuk nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor perekonomian wilayah tersebut secara total dalam bentuk rupiah. Kondisi pertumbuhan ekonomi yang baik, secara tidak langsung akan mempengaruhi penyerapan pada tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi yang baik juga dapat menjadi sebuah daya tarik bagi para investor untuk melakukan investasi sehingga akan berdampak pada peningkatan lapangan pekerjaan dan menurunkan jumlah pengangguran. Kontribusi rata-rata sektor industri di Pulau Jawa setiap tahunnya masih menduduki urutan pertama yaitu sebesar 31,03 persen sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki urutan kedua sebesar 23,25 persen. Besarnya kontribusi setiap tahunnya di kedua sektor tersebut memiliki
7 57 pertumbuhan yang relatif berbeda setiap tahunnya. Pada gambar 4.3 dalam kurun waktu 2002 hingga 2010 sektor industri di Pulau Jawa terlihat memiliki pertumbuhan positif cenderung menurun. Semenjak krisis tahun 1997/1998 pertumbuhan PDRB sektor industri di Pulau Jawa terlihat lebih lambat. Pertumbuhan tertinggi sektor industri sebesar 6,03 persen tahun 2005 dan terendah sebesar 0,42 persen tahun Rata-rata pertumbuhan sektor industri setiap tahunnya sebesar 4,38 persen. Menurunnya pertumbuhan setelah tahun 2005 dikarenakan adanya ketidakstabilan dalam kondisi perekonomian indonesia seperti terjadinya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di bulan Oktober 2005 serta adanya krisis finansial global Ketidakstabilan kondisi perekonomian tersebut membuat aktivitas produksi di sektor industri menurun sehingga menyebabkan produk industri dalam negeri tidak mampu bersaing di pasaran. Setelah tahun 2010 sektor industri terlihat relatif mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan menjadi sebesar 4,98 persen, hal ini dapat dikarenakan oleh relatif membaiknya penyerapan pasar domestik terhadap hasil produksi serta diiringi dengan tingginya permintaan domestik. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa setiap tahunnya cenderung fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi sebesar 7,62 pada tahun 2003 dan terendah 5,96 tahun Pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 6,84 persen. Pertumbuhan di sektor perdagangan, hotel dan restoran yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan sektor industri dapat dikarenakan relatif tingginya aktivitas perdagangan antar daerah di wilayah Pulau Jawa. Selain itu, pertumbuhan sektor ini juga disebabkan karena tingginya
8 58 permintaan masyarakat atas barang atau jasa sektor perdagangan, hotel dan restoran yang didukung juga oleh subsektor perdagangan kecil, hotel dan restoran yang jumlahnya semakin hari kian meningkat untuk memenuhi kebutuhan para konsumen. % Pertumbuhan Ratarata Industri Perdagangan, hotel dan restoran Sumber : BPS, (diolah) Gambar 4.3. Pertumbuhan Ekonomi sektor industri dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Tahun Selama kurun waktu 2001 hingga 2010 Provinsi Jawa Barat selalu memiliki kontribusi terbesar dalam memberikan kontribusi PDRB di sektor industri. Pada tahun 2001 kontribusinya sebesar 35,09 persen kemudian meningkat pada tahun 2010 sebesar 35,53 persen dengan rata rata presentase setiap tahunnya sebesar 35,33 persen. Besarnya PDRB tersebut dikarenakan provinsi Jawa Barat memiliki kawasan industri yang cukup luas sehingga menyebabkan tingginya aktivitas di sektor industri yang digambarkan dalam bentuk nilai tambah atau PDRB. Demikian sebaliknya rendahnya kontribusi PDRB sektor industri di DI Yogyakarta dikarenakan provinsi ini tidak memiliki
9 59 kawasan industri yang cukup luas serta industri yang berkembang hanya industri kecil dan menengah sehingga kontribusi terhadap PDRB paling rendah seperti terlihat pada gambar 4.4. Persentase DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber : BPS, (diolah) Gambar 4.4. Kontribusi PDRB Sektor Industri Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun Pertumbuhan ekonomi sektor industri masing-masing provinsi di Pulau Jawa ditunjukkan pada gambar 4.5. Pada tahun 2009 seluruh provinsi di Pulau Jawa terlihat mengalami penurunan dalam pertumbuhan akibat dari krisis global Provinsi yang mengalami penurunan cukup signifikan yaitu Jawa Barat sebesar 1,74 persen. Hal ini dikarenakam provinsi tersebut memiliki ketergantungan yang kuat terhadap pangsa pasar ekspor. Sehingga disaat negara tujuan ekspor tersebut terkena krisis, berdampak pada menurunnya permintaan barang-barang industri Jawa Barat. Provinsi yang lebih tahan dari imbas krisis global tahun 2008 yaitu DI Yogyakarta. Di saat seluruh provinsi mengalami penurunan, provinsi tersebut justru mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 1,87 persen. Hal ini dikarenakan industri yang berkembang di provinsi DI Yogyakarta merupakan industri kecil dan menengah yang hanya memiliki pangsa pasar domestik
10 60 sehingga ketika terjadi krisis global tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhannya. Rata-rata pertumbuhan sektor industri setiap tahunnya terbesar ada di provinsi Jawa Tengah sebesar 5,77 persen dan terendah provinsi DI Yogyakarta 2,71 persen. Pertumbuhan Ratarata DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber : BPS, (diolah) Gambar 4.5. Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun Kontribusi PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran tiap-tiap provinsi di Pulau Jawa disajikan pada gambar 4.6. Selama kurun waktu 2001 hingga 2010 Provinsi Jawa Timur selalu memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2001 kontribusinya sebesar 30,59 persen kemudian meningkat pada tahun 2010 sebesar 31,62 persen dengan rata rata persentase setiap tahunnya sebesar 31,92 persen. Besarnya PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi Jawa Timur dikarenakan kontribusi subsektor perdagangan besar dan kecil yang setiap tahunnya besarnya kurang lebih mencapai 80 persen. Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, hotel dan restoran masing-masing provinsi di Pulau Jawa ditunjukkan pada gambar 4.7. Pertumbuhan diseluruh provinsi setiap tahunnya terlihat lebih stabil. Pertumbuhan
11 61 rata-rata tertinggi setiap tahunnya ada di provinsi Banten sebesar 7,87 persen, sedangkan pertumbuhan terendah di provinsi Jawa Tengah sebesar 5,02 persen. Persentase DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber : BPS, (diolah) Gambar 4.6. Kontribusi PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun Pertumbuhan Rata rata DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Sumber : BPS, (diolah) Gambar 4.7. Pertumbuhan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun
12 Perkembangan Investasi Sektor industri dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Tahun Salah satu aspek yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan penyerapan tenagakerja adalah investasi. Investasi dapat digunakan sebagai modal dalam kegiatan pembangunan. Kebijakan yang diambil pemerintah daerah seperti menciptakan iklim investasi yang aman, perbaikan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang dilakukan secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan akan berdampak pada penyerapan investasi baik asing maupun domestik yang pada akhirnya akan meningkatkan lapangan pekerjaan dan mengurangi jumlah pengangguran. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan bahwa konsentrasi investasi di Indonesia baik pada tahun-tahun sebelum otonomi maupun pada saat otonomi daerah saat ini, Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sekitar kurang lebih 60 persen masih terpusat di wilayah padat penduduk yaitu Pulau Jawa. Selain memiliki kaya akan potensi serta sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai bila dibandingkan dengan pulau lainnya, Pulau Jawa juga memiliki jumlah penduduk terbesar sekitar kurang lebih 60 persen dari jumlah total penduduk Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor untuk berinvestasi di wilayah Pulau Jawa karena dengan jumlah penduduk yang besar akan berpotensi dalam meningkatkan daya beli yang besar pula sehingga akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih cepat bagi para investor.
13 63 Tabel 4.4. Nilai Realisasi investasi dan Daya Serap Tenaga Kerja Sektor Industri PMA dan PMDN di Pulau Jawa Tahun PMA Tahun Jumlah Pertumbuhan (Rp Milyar) (%) Tenaga Kerja (orang) Jumlah (Rp Milyar) PMDN Pertumbuhan (%) Tenaga Kerja (orang) ,16-19, , ,54 5, , ,48 20, , ,83 85, , ,28-19, , ,36 31, , ,41 8, , ,59-2, , ,22-10, , Ratarata ,61 11, , Sumber : BKPM, (diolah) Perkembangan realisasi investasi PMA dan PMDN sektor industri di Pulau Jawa dapat diamati pada tabel 4.3. Nilai PMA pada sektor industri terlihat lebih besar dibandingkan dengan PMDN. Pertumbuhan nilai PMA dan PMDN dalam kurun waktu tahun cenderung fluktuatif. Rata-rata pertumbuhan nilai realisasi PMA di sektor industri dalam kurun waktu mencapai 11,07 persen per tahun, meningkat dari Rp ,26 Milyar pada tahun 2001 menjadi Rp ,22 Milyar pada tahun Pertumbuhan nilai realisasi investasi yang memberikan pertumbuhan negatif pada tahun 2002, 2006, 2009, dan 2010 dapat dikarenakan oleh adanya iklim investasi serta kondisi politik dan perekonomian indonesia yang kurang mendukung, selain itu dapat dikarenakan juga adanya pengembangan sektorsektor industri di koridor luar Jawa sehingga jumlah investasi dialihkan ke
14 64 wilayah luar Jawa untuk menciptakan adanya unsur pemerataan dalam rangka memperluas dan mempercepat pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. Meskipun iklim PMA terlihat cenderung fluktuatif, namun cukup memberikan kontribusi yang cukup baik dalam menyerap tenaga kerja dan relatif cenderung meningkat dari tahun sebesar 949 orang menjadi orang dengan rata-rata per tahunnya sebesar orang. Besarnya tenaga kerja yang terserap oleh adanya PMA di sektor industri dapat dikarenakan PMA tersebut memiliki nilai realisasi yang relatif lebih besar serta jumlah proyek yang dijalankannya juga besar sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor industri tersebut. Perkembangan realisasi PMDN sektor industri di Pulau Jawa dalam kurun waktu sama halnya dengan PMA menunjukkan nilai fluktuatif dan cenderung memberikan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan negatif hanya terjadi pada tahun 2003 dan Penurunan nilai investasi yang terjadi pada saat krisis global tahun 2008 tidak terlihat signifikan bila dibandingkan dengan PMA, namun investasi kembali tumbuh membaik seiring pemulihan perekonomian pasca krisis. Rata-rata pertumbuhan nilai realisasi PMDN adalah mencapai 58,80 persen per tahun, meningkat dari Rp miliar pada tahun 2001 menjadi Rp tahun Dampak dari adanya investasi PMDN yang terjadi pada sektor industri di Pulau Jawa yaitu, dayaserap tenagakerja masih menunjukkan trend relatif mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga tahun Rata-rata daya serap tenaga kerja sektor industri dari PMDN adalah sebesar orang per tahun. Jumlah rata-rata tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan daya serap
15 65 tenaga kerja PMA. Hal ini dapat dikarenakan nilai PMDN yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan PMA serta dapat mengindikasikan pula bahwa PMDN yang terserap pada sektor industri di Pulau Jawa lebih dialokasikan untuk proyekproyek padat karya seprti pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur pendukung serta belanja barang modal untuk kebutuhan tahap awal produksi. Tabel 4.5. Jumlah PMA dan PMDN Sektor Industri Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2001, 2005 dan 2010 (persen) Provinsi PMA PMDN PMA PMDN PMA PMDN DKI Jakarta 8,70 4,11 3,30 5,70 5,62 1,66 Jawa Barat 35,85 16,56 56,87 30,81 47,00 33,05 Jawa Tengah 2,41 26,49 0,65 10,31 1,18 2,32 DI Yogyakarta 0,01 0,27 0,01 0,19 0,05 0,00 Jawa Timur 8,71 42,38 20,78 39,05 30,93 38,38 Banten 44,28 10,61 18,36 13,90 15,20 24,55 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber :BKPM, (diolah) Pada tahun 2001 PMA sektor industri tertinggi ada di Provinsi Banten sebesar 44,28 persen. Pada tahun 2005 dan 2010 mulai bergeser ke Jawa barat sebesar 56,87 persen dan 47 persen. Untuk PMDN sektor industri pada tahun 2001, 2005 dan 2010 dialokasikan paling besar di Provinsi Jawa Timur sebesar 42,38 persen; 39,05 persen dan 38,38 persen. Pada tahun 2001 hingga 2010, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta terlihat selalu mendapat alokasi investasi baik PMA maupun PMDN yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan provinsi lainnya. Rendahnya investasi sektor industri di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta pada tahun mengindikasikan bahwa di provinsi tersebut memiliki kawasan industri yang relatif kecil bila dibandingkan dengan provinsi lainnya, selain itu
16 66 dapat dikarenakan juga industri yang lebih berkembang di wilayah tersebut merupakan industri kecil dan menengah yang mungkin tidak membutuhkan modal investasi dalam jumlah yang besar. Subsektor Industri yang terlihat mengalami peningkatan cukup besar dalam kurun waktu lima tahun yaitu subsektor industri makanan. Pada tahun 2005 jumlah PMA subsektor industri makanan sebesar 13,25 persen lalu mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi sebesar 30,28 persen. Sama halnya dengan PMDN subsektor industri makanan juga mengalami peningkatan dengan jumlah yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2005 sebesar 19,83 persen menjadi 63,87 persen pada tahun Besarnya proporsi investasi di subsektor tersebut mengindikasikan bahwa subsektor industri makanan di Pulau Jawa semakin berkembang cukup prospektif dan memberikan keuntungan (return) yang relatif lebih cepat sehingga menimbulkan minat yang besar kepada para investor untuk berinvestasi di sektor tersebut. Akan tetapi investasi dalam industri makanan baik PMA maupun PMDN tersebut cenderung lebih padat modal dan lebih menggunakan teknologi (mesinmesin) dalam proses produksinya. Berdasarkan data terlihat jumlah proporsi investasi yang selalu lebih besar, akan tetapi belum diiringi dengan jumlah penyerapan teaga kerja yang terlihat lebih besar. Sedangkan subsektor industri yang memiliki proporsi paling kecil dalam menyerap nilai investasi adalah subsektor industri instrumen kedokteran, presisi, optik dan jam. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor tersebut kurang diminati oleh investor asing maupun dalam negeri.
17 67 Tabel 4.6. Jumlah PMA dan PMDN dan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri di Pulau Jawa Tahun 2005 dan 2010 (persen) Subsektor Industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik Industri Instrumen kedokteran, presisi, optik dan jam PMA (%) TK PMDN TK PMA TK PMDN TK (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 14,45 20,17 11,86 11,88 21,78 17,07 2,02 29,03 0,03 0, , Industri Kayu 0,11 1,15 1,23 3,95 0,26 0,57 0 0,37 Industri Kertas, barang dari kertas, dan percetakan Industri Kimia Dasar, barang kimia dan farmasi Industri dari karet, barang karet dan plastik Industri mineral non logam Industri alat angkutan dan transportasi lainnya Industri Makanan 0,13 0,64 24,62 14,43 1,68 1,17 5,96 24,31 36,4 13,7 9,06 22,63 17,02 6,6 12,94 15,3 12,3 8,29 4,8 6,83 4,07 5,71 2,81 18,73 2,0 2,53 7,98 12,9 1,21 0,6 8,52 8,27 11,42 9,06 2,93 5,97 15,93 8,13 1,55 9,53 13,25 9,88 19,83 35,09 30,28 8,0 63,87 45,63 Industri Tekstil 2,18 18,61 16,7 45,07 6,6 22,94 2,21 21,81 Industri kulit, barang dari kulit dan sepatu 1,5 6,81 0,15 8,31 6,1 22,78 0,07 2,5 Industri lainnya 6,15 9,06 0,81 6,87 1,12 6,38 0,02 2,82 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BKPM, (diolah)
18 68 Perkembangan realisasi investasi PMA dan PMDN sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa dapat diamati pada tabel 4.6. pada sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki nilai PMA lebih besar dibandingkan dengan nilai PMDN. Nilai dari kedua investasi tersebut cenderung fluktuatif setiap tahunnya. Pertumbuhan nilai Investasi PMA yang terjadi dalam kurun waktu tahun mencapai 36,98 persen per tahun, meningkat dari Rp. 847,63 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp ,89 pada tahun Rata-rata penyerapan tenaga kerja dari adanya investasi PMA di sektor tersebut sebesar orang setiap tahunnya. Tabel 4.7. Nilai Realisasi investasi PMA dan PMDN dan Daya Serap Tenaga Kerja Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Tahun PMA PMDN Tahun Jumlah (Rp Milyar) Pertumbuhan (%) Daya Serap Tenaga Kerja (orang) Jumlah Pertumbuhan (Rp Milyar) (%) Daya Serap Tenaga Kerja (orang) , , ,31 73, , ,83 128, ,69 295, ,70-38, ,74-11, ,43 111, ,66-42, ,50-6, ,99 137, ,52 24, ,60-50, ,51 15, ,71 115, ,55 25, ,27 246, ,89-0, ,77 14, Rata ,78 36, ,30 69, rata Sumber : BKPM, (diolah)
19 69 Pertumbuhan rata-rata nilai investasi PMDN setiap tahunnya sebesar 69,09 persen lebih tinggi dibandingkan dengan PMA. Besar nilainya meningkat dari Rp 604,34 miliar pada tahun 2001 menjadi Rp ,77 miliar pada tahun Rata-rata penyerapan tenaga kerja dari adanya investasi PMDN di sektor tersebut sebesar orang setiap tahunnya. Selama kurun waktu lima tahun, proporsi nilai PMA sektor perdagangan, hotel dan restoran tertinggi ada di Provinsi DKI Jakarta sebesar 66,16 persen; 78,95 persen; dan 71,98 persen. Untuk PMDN sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2001 dan 2005 juga dialokasikan paling besar di Provinsi DKI Jakarta 85,50 persen dan 54,30 persen. Namun, pada tahun 2010 jumlah PMDN terbesar bergeser pada provinsi Banten sebesar 95,40 persen. Bergesernya alokasi nilai PMDN ke provinsi Banten dapat dikarenakan telah banyaknya penawaran (over supply) terhadap perdagangan, pusat perbelanjaan, hotel dan restoran di DKI Jakarta sehingga menurunkan minat investor untuk berinvestasi di provinsi tersebut. Besarnya nilai PMA dan PMDN sektor perdagangan, hotel dan restoran di karenakan provinsi DKI Jakarta merupakan pusat pemerintahan sekaligus ibu kota yang memiliki pusat perdagangan atau perbelanjaan, hotel serta restoran yang cukup prospektif yang setiap tahun mengalami perkembangan. Pada tahun 2001 hingga 2010, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta terlihat selalu mendapat alokasi investasi baik PMA maupun PMDN yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan provinsi lainnya. Rendahnya investasi sektor perdagangan, hotel dan restoran di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta pada tahun mengindikasikan bahwa di provinsi tersebut tidak memiliki kawasan
20 70 perkotaan yang luas bila dibandingkan dengan provinsi DKI Jakarta sehingga belum cukup prospektif untuk dialokasikan di provinsi tersebut. Tabel 4.8. Jumlah PMA dan PMDN Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Menurut Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2001, 2005 dan 2010 (persen) Provinsi PMA PMDN PMA PMDN PMA PMDN DKI Jakarta 66,16 85,50 78,95 54,30 71,98 1,95 Jawa Barat 7,94 14,47 10,29 0,00 22,09 2,65 Jawa Tengah 12,25 0 0,11 0,00 1,61 0,00 DI Yogyakarta 0 0 3,62 0,00 0,19 0,00 Jawa Timur 7,82 0,03 3,50 1,48 0,89 0,00 Banten 5,84 0 3,53 44,21 3,23 95,40 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BKPM, (diolah) Berdasarkan data pada tabel 4.8 subsektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami peningkatan cukup signifikan setiap lima tahun yaitu subsektor perdagangan. Pada tahun 2005 jumlah PMA subsektor perdagangan sebesar 83,14 persen lalu mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi sebesar 90,66 persen. Nilai PMDN untuk subsektor tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 41,47 persen pada tahun 2005 menjadi 98,28 persen tahun Hal ini juga mengindikasikan bahwa subsektor perdagangan baik perdagangan kecil maupun besar di Pulau Jawa semakin berkembang cukup prospektif. Terlebih lagi dengan adanya provinsi DKI Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan sekaligus terkenal sebagai icon kota perdagangan yang sampai saat ini masih melekat dan mampu menciptakan kesempatan kerja disamping adanya berbagai tempat pusat perbelanjaan yang menyediakan segala kebutuhan masyarakat DKI Jakarta seperti berbagai pusat grosir, pasar induk, Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan pusat perbelanjaan mewah lainnya. Selain itu kota Jakarta juga
21 71 memiliki banyak tempat rekreasi yang cukup luas dan terkenal beberapa diantaranya seperti dunia fantasi, taman impian jaya ancol, wisata kota tua, dan musium yang juga memiliki fasilitas-fasilitas penginapan untuk para wisatawan domestik maupun asing. Melihat adanya potensi tersebut, dapat memberikan inisiatif tersendiri bagi para investor untuk menanamkan modalnya di wilayah Pulau Jawa. Konsentrasi pusat-pusat perdagangan di provinsi DKI Jakarta diantaranya wilayah Jakarta Pusat yaitu Pasar Baru, ITC Cempaka Mas, ITC Roxy; di Jakarta Selatan yaitu Pondok Indah Mall, Mayestik, Blok M mall, ITC Fatmawati, ITC cipulir; di Jakarta Utara yaitu WTC Mangga Dua, Mall kelapa Gading, SCBD pluit; dan di Jakarta Timur yaitu Pusat Grosir Jatinegara, Kampung Melayu, Cibubur, Pasar Induk Beras Cipinang, Pasar Induk Beras Keramat Jati; dan di Jakarta Barat yaitu Jembatan Lima, Pasar Induk Rawa Buaya, ASEMKA, Lokasari-Mangga Besar. Banyaknya berbagai pusat perdagangan di setiap wilayah DKI Jakarta juga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meyerap tenaga kerja di Pulau Jawa. Berdasarkan data pada tabel 4.7 provinsi DKI Jakarta mendominasi dalam menyerap PMA dan PMDN khsusnya pada sektor perdagangan. Tabel 4.9. Jumlah PMA dan PMDN dan Tenagakerja Menurut Subsektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Tahun 2005 dan 2010 (persen) Subsektor PMA TK PMDN TK PMA TK PMDN TK Perdagangan 83,14 85,66 41,47 18,39 90,66 93,4 98,28 77,02 Hotel dan Restoran 16,85 14,33 58,52 81,6 9,33 6,5 1,71 22,98 Jumlah Sumber : BKPM, 2011
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur
57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Nilai proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan
41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
49 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai
Lebih terperinciDAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,
Lebih terperinciDINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG
IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau
Lebih terperinciDATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017
DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT
BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30 Lintang Selatan dan antara 108 30 dan 111 30 Bujur Timur (temasuk Pulau Karimunjawa). Sebelah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah
5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 0 08 LU serta 3 0 02 LS serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung kegiatan industri serta
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kedudukan Propinsi DKI Jakarta adalah sangat strategis dan juga menguntungkan, karena DKI Jakarta disamping sebagai ibukota negara, juga sebagai pusat
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara memiliki beberapa tujuan termasuk Indonesia, yang mana salah satu tujuannya ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu ukuran dari
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013
No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, dan tingkat pengangguran. Sasaran yang ingin dicapai adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013
BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2013 tumbuh 5,80 persen. Pada tahun 2013, besaran Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciKinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara
No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA YOGYAKARTA No. 32/08/34/Th. XI, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2009 SEBESAR -4,91 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN
2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciGambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya
Lebih terperinci3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan
3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014 Perekonomian suatu daerah tidak dapat terlepas dengan perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan perekonomian global. Ada faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha meningkatan taraf hidup masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata yang diukur melalui tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan
Lebih terperinciBPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 34/08/34/Th. XIII, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2011 SEBESAR -3,89 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pusat perbelanjaan yang tumbuh semakin pesat di Jakarta setelah berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun 1998 merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014
No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa. Negara tropis tersebut memiliki jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011
No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/14/Th.IV, 15 September 2014 TINJAUAN PDRB MENURUT KONSUMSI MENCAPAI 69,42 Triliun Rupiah, Net Ekspor 53,44 Triliun Rupiah Dari Harga Berlaku Produk Domestik Regional
Lebih terperinciV. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi
131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk di suatu negara dalam jangka panjang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80
62 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Keadaan Geografis DIY Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah setingkat provinsi yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil kedua di Republik
Lebih terperinci