BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Gambaran Umum BLU TransJakarta Busway

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Gambaran Umum BLU TransJakarta Busway"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum BLU TransJakarta Busway Sejarah Perusahaan Badan Layanan Umum TransJakarta Busway merupakan perusahaan transportasi dengan bus sebagai kendaraan operasionalnya. Perusahaan transportasi ini mempunyai jalur bus tersendiri yang daerah cakupannya meliputi seluruh Jakarta dengan halte halte yang tersebar di sepanjang jalur bus tersebut. Perusahaan transportasi ini memiliki kantor pusat yang berlokasi di Jalan Trunojoyo 1 Gedung Walikota Lama Blok V Lantai 3 Jakarta Selatan. Badan Layanan Umum TransJakarta mengelola Busway dengan kewenangan yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta melalui Surat Keputusan (SK) Nomor 110 Tahun Surat ini berisi tentang Pembentukan Perusahaan dan Tata Kerja Badan Pengelola TransJakarta Busway dengan Pemprov DKI Jakarta. Bus ini bertujuan memberikan jasa angkutan yang cepat, nyaman, namun terjangkau oleh masyarakat. Bus TransJakarta Busway ini pertama kali beroperasi pada tanggal 15 Januari Badan Layanan Umum TransJakarta Busway pertama kali beroperasi hanya di Koridor 1 (Blok M Kota), kemudian menambahkan Koridor 2 (Pulo Gadung Harmoni), dan Koridor 3 (Kalideres Harmoni). Pada tahun 2005 jumlah koridornya bertambah menjadi total tujuh koridor, 54

2 55 yaitu Koridor 4 (Pulo Gadung Dukuh Atas), Koridor 5 (Kampung Melayu Ancol), Koridor 6 (Ragunan Kuningan), dan Koridor 7 (Kampung Rambutan Kampung Melayu). Dan pada tahun 2009 ditambahkan tiga koridor lagi sehingga totalnya menjadi sepuluh koridor yaitu Koridor 8 (Lebak Bulus Harmoni), Koridor 9 (Pinang Ranti Pluit), dan Koridor 10 (Cililitan Tanjung Priok). Namun sampai saat ini koridor yang aktif adalah koridor 1 sampai koridor Visi dan Misi Perusahaan Badan Layanan Umum TransJakarta Busway sebagai suatu perusahaan juga memiliki suatu visi dan misi perusahaan, dimana visi dan misi tersebut akan menopang seluruh kegiatan dan kinerja perusahaan, sehingga mampu mencapai suatu target di masa depan. Visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Visi Busway sebagai angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan publik yang cepat, aman, nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya dan bertaraf internasional. 2. Misi a. Melaksanakan reformasi sistem angkutan umum busway dan budaya penggunaan angkutan umum. b. Menyediakan pelayanan yang lebih dapat diandalkan, berkualitas tinggi, berkeadilan dan berkesinambungan di DKI Jakarta.

3 56 c. Memberikan solusi jangka menengah dan jangka panjang terhadap permasalahan di sektor angkutan umum. d. Menerapkan mekanisme pendekatan dan sosialisasi terhadap stakeholder, dan sistem transportasi terintegrasi. e. Mempercepat implementasi sistem jaringan busway di Jakarta sesuai aspek kepraktisan, kemampuan masyarakat untuk menerima sistem tersebut, dan kemudahan pelaksanaan. f. Mengembangkan struktur institusi yang berkesinambungan. g. Mengembangkan lembaga pelayanan masyarakat dengan pengelolaan keuangan yang berlandaskan good corporate governance, akuntabilitas dan transparansi Struktur Perusahaan Dalam sebuah perusahaan atau perusahaan selalu memiliki struktur penjelasan posisi dan pengaturan yang biasa disebut dengan struktur perusahaan. Struktur perusahaan memiliki penjelasan tentang pengaturan tugas, wewenang, dan tanggung jawab agar perusahaan dapat berjalan dengan teratur. Adapun struktur perusahaan dari Badan Layanan Umum TransJakarta Busway adalah sebagai berikut :

4 57 Kepala Badan Layanan Umum TransJakarta - Busway Ka. Sub. Bag. Tata Usaha dan Keuangan Manajer Operasional Manajer Pengendalian Manajer Sarana Prasarana Perlengkapan dan Urusan Rumah Tangga Asisten Manajer Perencanaan Operasional Asisten Manajer Pusat Kendali Asisten Manajer Perencanaan Sarana Prasarana Keuangan Asisten Manajer Oprasional Bus Asisten Manajer Pengendalian dan Pengawasan Asisten Manajer Evaluasi Sarana Prasarana Kepegawaian Asisten Manajer Operasional Tiket Asisten Manajer Verifikasi Data Asisten Manajer Evaluasi Kinerja Operator Asisten Manajer Pengamanan Operasional Asisten Manajer Pemeliharaan Sarana Prasarana Asisten Manajer Teknologi Informasi Umum Humas Gambar 3.1 Struktur Perusahaan BLU TransJakarta Busway 3.2 Analisis Permasalahan dan Solusi Analisa Sistem yang Berjalan Sekarang ini transportasi TransJakarta Busway semakin diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena TransJakarta Busway yang menjanjikan kecepatan, kenyamanan serta biaya yang terjangkau dalam hal bertransportasi yang dirasa lebih efisien dan efektif dibandingkan bila harus

5 58 menggunakan kendaraan bermotor pribadi. Seperti yang dapat kita lihat, penumpang TransJakarta Busway selalu nampak memadati halte terutama pada jam sibuk, yaitu pada saat jam pergi dan pulang kantor. Berhubungan dengan hal di atas, penumpang memerlukan suatu sarana informasi yang berhubungan dengan sistem yang sedang berjalan. Sarana informasi yang dapat diperoleh penumpang dalam hal rute, jalur, titik transit maupun hal lainnya dapat dilihat pada papan petunjuk yang dipajang di dalam halte yang juga terdapat dalam setiap bus TransJakarta. Selain itu penumpang juga dapat bertanya pada karyawan TransJakarta yang sedang bertugas di lapangan mengenai rute perjalanan yang ingin dilalui dan dituju termasuk halte halte yang terdekat dengan gedung / tempat umum yang penting yang ingin dituju oleh penumpang. Semua sarana informasi tersebut terdapat dalam masing masing halte Busway dan di dalam semua bus di setiap koridornya Analisa Hasil Pre Kuesioner Penulis membagikan pre kuesioner ini kepada 80 orang yang pernah menggunakan transportasi TransJakarta Busway. Adapun analisa dari pre kuesioner yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

6 59 Tabel 3.1 Pre Kuesioner No. 1 Pertanyaan 1. Berapa kali Anda menggunakan tranportasi TransJakarta Busway dalam seminggu? Tujuan Untuk mengetahui seberapa sering pengguna menggunakan tranportasi TransJakarta Busway. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Setiap hari 13 orang 16 % b. Seminggu < 3 kali 19 orang 24 % c. Jarang 42 orang 52 % d. Tidak tahu 6 orang 8 % Total 80 orang 100 % 1. Berapa kali Anda menggunakan tranportasi TransJakarta Busway dalam seminggu? 8% 16% Setiap hari Seminggu < 3 kali 52% 24% Jarang Tidak tahu Gambar 3.2 Diagram Pre Kuesioner No. 1

7 60 Tabel 3.2 Pre Kuesioner No. 2 Pertanyaan 2. Pada hari apa Anda biasanya menggunakan transportasi TransJakarta Busway? Tujuan Untuk mengetahui pada hari apa pengguna lebih banyak menggunakan transportasi TransJakarta Busway. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Setiap hari 12 orang 15 % b. Di antara hari kerja (Senin sampai dengan Sabtu) 38 orang 48 % c. Minggu atau hari libur 21 orang 26 % d. Tidak tahu 9 orang 11 % Total 80 orang 100 % 2. Pada hari apa Anda biasanya menggunakan transportasi TransJakarta Busway? 26% 11% 15% Setiap hari Di antara hari kerja Minggu atau hari libur Tidak tahu 48% Gambar 3.3 Diagram Pre Kuesioner No. 2

8 61 Tabel 3.3 Pre Kuesioner No. 3 Pertanyaan 3. Informasi apakah yang Anda butuhkan ketika berada di halte Busway? (Jawaban boleh lebih dari satu) Tujuan Untuk mengetahui informasi apa saja yang seharusnya ada di dalam halte. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Nama halte yang dituju % b. Jalur yang akan dilalui % c. Informasi lain, seperti % d. Tidak ada 10 6 % Total 80 orang 100 % Gambar 3.4 Diagram Pre Kuesioner No. 3

9 62 Tabel 3.4 Pre Kuesioner No. 4 Pertanyaan 4. Apakah media informasi yang ada di halte sudah memenuhi kebutuhan informasi Anda? Tujuan Untuk mengetahui media informasi yang sudah ada di dalam halte sudah memenuhi kebutuhan informasi pengguna atau belum. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Sangat memenuhi 7 orang 9 % b. Memenuhi 28 orang 35 % c. Kurang memenuhi 33 orang 41 % d. Tidak tahu 12 orang 15 % Total 80 orang 100 % 4. Apakah media informasi yang ada di halte sudah memenuhi kebutuhan informasi Anda? 15% 9% 41% 35% Sangat memenuhi Memenuhi Kurang memenuhi Tidak tahu Gambar 3.5 Diagram Pre Kuesioner No. 4

10 63 Tabel 3.5 Pre Kuesioner No. 5 Pertanyaan 5. Apakah Anda kesulitan memilih jalur yang hendak dilalui? Tujuan Untuk mengetahui berapa banyak pengguna yang kesulitan dalam memilih jalur yang akan dilalui. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Sangat mudah 11 orang 14 % b. Cukup mudah 23 orang 29 % c. Cukup kesulitan 36 orang 45 % d. Sangat kesulitan 10 orang 12 % Total 80 orang 100 % 5. Apakah Anda kesulitan memilih jalur yang hendak dilalui? 12% 14% 29% Sangat mudah Cukup mudah Cukup kesulitan Sangat kesulitan 45% Gambar 3.6 Diagram Pre Kuesioner No. 5

11 64 Tabel 3.6 Pre Kuesioner No. 6 Pertanyaan 6. Apakah Anda merasa perlu untuk mencari jalur tercepat untuk mencapai tempat tujuan Anda? Tujuan Untuk mengetahui kebutuhan pengguna mencari jalur tercepat dalam mencapai tempat tujuannya. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Sangat perlu 46 orang 57 % b. Cukup perlu 26 orang 32 % c. Tidak perlu 6 orang 8 % d. Sangat tidak perlu 2 orang 3 % Total 80 orang 100 % 6. Apakah Anda merasa perlu untuk mencari jalur tercepat untuk mencapai tempat tujuan Anda? 8% 3% 32% 57% Sangat perlu Cukup perlu Tidak perlu Sangat tidak perlu Gambar 3.7 Diagram Pre Kuesioner No. 6

12 65 Tabel 3.7 Pre Kuesioner No. 7 Pertanyaan 7. Apakah Anda kesulitan dalam mencari jalur tercepat untuk mencapai tempat tujuan Anda? Tujuan Untuk mengetahui berapa banyak pengguna yang kesulitan dalam mencari jalur tercepat. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Sangat mudah 6 orang 7 % b. Cukup mudah 13 orang 16 % c. Cukup kesulitan 31 orang 39 % d. Sangat kesulitan 30 orang 38 % Total 80 orang 100 % 7. Apakah Anda kesulitan dalam mencari jalur tercepat untuk mencapai tempat tujuan Anda? 7% 38% 16% Sangat mudah Cukup mudah Cukup kesulitan Sangat kesulitan 39% Gambar 3.8 Diagram Pre Kuesioner No. 7

13 66 Tabel 3.8 Pre Kuesioner No. 8 Pertanyaan 8. Apakah Anda membutuhkan suatu aplikasi di halte untuk mencari jalur tercepat? Tujuan Untuk mengetahui tingkat kebutuhan pengguna pada aplikasi pencarian jalur tercepat. Pilihan Jawaban Koresponden Presentase a. Perlu 56 orang 70 % b. Tidak perlu 13 orang 16 % c. Tidak tahu 11 orang 14 % Total 80 orang 100 % 9. Apakah Anda membutuhkan suatu aplikasi di halte untuk mencari jalur tercepat? 14% 16% Perlu Tidak Perlu Tidak tahu 70% Gambar 3.9 Diagram Pre Kuesioner No. 8

14 Kesimpulan Hasil Pre Kuesioner Sesuai pertanyaan pre kuesioner dengan koresponden sebanyak 80 orang, maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Penumpang transportasi TransJakarta Busway sebanyak 42 orang (52%) mengaku jarang menggunakan transportasi tersebut. Para penumpang ini mengatakan bahwa mereka hanya satu kali saja naik Busway atau tidak rutin menggunakan transportasi ini setiap minggunya. 2. Sebanyak 38 orang (48%) menggunakan transportasi ini pada hari Senin sampai dengan Sabtu dan 12 orang (15%) menggunakan transportasi ini setiap hari, sehingga jumlah orang yang menggunakan transportasi pada hari Senin sampai Sabtu totalnya 50 orang (63%). Hal ini menyatakan bahwa transportasi TransJakarta Busway lebih ramai penumpang pada hari tersebut dibanding dengan hari libur. 3. Sebanyak 58 orang (37%) yang memilih nama halte yang dituju sebagai informasi yang dibutuhkan ketika berada di halte Busway. 4. Sebanyak 33 orang (41%) menyatakan bahwa media informasi yang ada di halte Busway masih kurang memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh penumpang dan sebanyak 12 orang (15%) menyatakan tidak mengetahui adanya media informasi dalam halte. Hal ini membuktikan bahwa media informasi yang tersedia masih belum mencukupi kebutuhan informasi yang diperlukan penumpang.

15 68 5. Sebanyak 36 orang (45%) mengatakan bahwa mereka cukup kesulitan dalam memilih jalur yang akan dilalui dan 10 orang (12%) menyatakan mereka sangat kesulitan. Hal ini membuktikan bahwa penumpang masih kurang informasi mengenai jalur jalur yang dilewati oleh Busway. 6. Sebanyak 46 orang (57%) menyatakan bahwa mereka sangat memerlukan jalur tercepat untuk mencapai tujuannya dan 26 orang (32%) menyatakan mereka cukup memerlukan jalur tercepat. Hal ini membuktikan bahwa jalur Busway yang mereka lalui masih belum optimal untuk mencapai tempat tujuan mereka dalam waktu singkat. 7. Sebanyak 31 orang (39%) menyatakan bahwa mereka cukup kesulitan dalam mencari jalur tercepat untuk mencapai tempat tujuan mereka dan 30 orang (38%) menyatakan mereka sangat kesulitan dalam mencari jalur tercepat. Hal ini membuktikan bahwa pencarian jalur tercepat yang dilakukan oleh penumpang masih belum akurat atau penumpang tidak dapat mencari jalur tercepat tersebut. 8. Sebanyak 56 orang (70%) menyatakan bahwa mereka memerlukan suatu aplikasi untuk mencari jalur tercepat. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi untuk mencari jalur tercepat memang dibutuhkan oleh penumpang.

16 Identifikasi Masalah yang Dihadapi Berdasarkan hasil pre kuesioner di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yaitu : Media informasi yang tersedia dalam halte Busway masih belum mencukupi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh penumpang (pre kuesioner nomor 4). Penumpang masih kurang informasi mengenai halte mana yang akan menjadi halte tujuannya. Hal ini terjadi karena penumpang kadangkala hanya mengetahui nama tempat umum yang akan ditujunya saja, namun tidak mengetahui halte dimana ia harus turun (pre kuesioner nomor 5). Penumpang masih kurang informasi mengenai jalur jalur yang dilewati oleh Busway (pre kuesioner nomor 6). Penumpang membutuhkan informasi jalur Busway yang optimal untuk mencapai tempat tujuan mereka dalam waktu singkat (pre kuesioner nomor 7). Jika ingin mencari jalur tercepat, penumpang hanya dapat memperkirakan sendiri sehingga hasilnya masih belum akurat. Bahkan kebanyakan penumpang tidak dapat mencari jalur tercepat tersebut secara manual (pre kuesioner nomor 8) Analisis Pemecahan Masalah Melihat permasalahan yang timbul, maka penulis mempunyai usulan yang diharapkan mampu memecahkan permasalahan tersebut. Usulan penulis

17 70 yaitu penulis ingin membuat suatu aplikasi berupa kios informasi yang diharapkan dapat membantu penumpang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan, terutama dalam hal pencarian jalur tercepat. Aplikasi tersebut berupa program yang memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Pada saat aplikasi pertama kali dinyalakan, maka aplikasi akan meminta petugas halte untuk memasukkan nama halte asal. Nama halte asal disesuaikan dengan nama halte transit dimana aplikasi ini akan ditaruh. Aplikasi ini sebaiknya ditaruh hanya pada halte halte transit, sebab di halte halte transit biasanya penumpang mengalami kebingungan dalam menentukan halte atau jalur yang akan dilaluinya. 2. Penumpang dapat mencari jalur tercepat yang dapat ditempuhnya untuk mencapai tempat tujuan, dengan cara menentukan halte tujuannya saja. 3. Penumpang dapat melihat hasil pencarian dalam bentuk animasi bus dalam peta. 3.3 Perancangan Algoritma Dijkstra Pencarian Jalur Tercepat Penulis menggunakan algoritma Dijkstra untuk membuat kios informasi pencarian jalur tercepat ini karena penulis menganggap bahwa algoritma Dijkstra efektif untuk kasus pencarian jalur, dalam hal ini pencarian jalur tercepat. Hal ini disebabkan oleh teknik dari algoritma Dijkstra yang memeriksa seluruh node yang ada saat pencarian dilakukan pertama kali.

18 71 Walaupun waktu eksekusi yang dibutuhkan agak lama saat pertama kali dijalankan, namun karena teknik dari Dijkstra yang memungkinkan nilai dari masing masing node yang ada disimpan ke dalam suatu variabel, sehingga untuk selanjutnya waktu eksekusi cukup singkat Variabel Variabel dalam Pencarian Jalur Tercepat Variabel variabel yang digunakan dalam aplikasi ini yaitu : 1. Lampu lalu lintas. Adanya lampu lalu lintas yang berada pada lintasan Busway tentu ikut mempengaruhi waktu tempuh penumpang. 2. Jarak antar halte. Jarak antar halte pada masing masing koridor menjadi salah satu faktor penentu waktu tempuh. 3. Kecepatan bus. Kecepatan bus yang dikendarai rata rata 40 km/jam. 4. Jumlah pengunjung. Banyaknya jumlah pengunjung menentukan lamanya mereka harus menunggu bus. 5. Jam. Berdasarkan keramaiannya, maka jam yang digunakan dalam aplikasi ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu jam sibuk (jam dan jam ) dan jam tidak sibuk (jam dan jam ).

19 Pengolahan Data Untuk mendapatkan waktu yang dibutuhkan oleh penumpang untuk mencapai tempat tujuannya, maka penulis melakukan perhitungan perhitungan seperti di bawah ini, dimana hasil akhir dari perhitungan tersebut akan dimasukkan ke dalam matriks waktu tempuh. Perhitungan perhitungan tersebut adalah sebagai berikut : a. Rata rata lama kedatangan bus. Untuk mencari rata rata lamanya kedatangan bus didapat dari rumus sebagai berikut : Rata rata lama kedatangan bus = ½ * ( ) b. Jarak antar bus. Jarak antar bus didapat dari rumus berikut ini : Jarak antar bus =. c. Banyak pengunjung yang diperbolehkan menaiki sebuah bus. Perkiraan rata rata penumpang yang diperbolehkan naik ke dalam bus di halte halte awal seperti Harmoni, Dukuh Atas 2, dan Kampung Melayu sebanyak 40 orang. Sedangkan perkiraan rata rata penumpang yang naik di halte halte persimpangan seperti Indosiar, Senen, Senen Sentral, Dukuh Atas 1, Matraman 1, Matraman 2, dan Halimun sebanyak 15 orang.

20 73 d. Lamanya penumpang mengantri. Rata rata jumlah penumpang yang mengantri pada jam sibuk adalah 100 orang, sedangkan rata rata jumlah rata rata penumpang yang mengantri pada jam tidak sibuk adalah 50 orang. Perkiraan urutan bus yang akan dinaiki penumpang = pembulatan ke atas ( ). Berarti lamanya penumpang mengantri didapat dari rumus sebagai berikut: Lamanya penumpang mengantri = bus yg dinaiki * jarak antar bus. e. Lamanya perjalanan. Lamanya waktu yang dibutuhkan oleh bus untuk berjalan dari halte asal ke halte tujuan didapat dari rumus sebagai berikut : Lamanya perjalanan =. f. Lamanya bus berhenti di setiap halte lain yang dilalui Lamanya berhenti di 1 halte adalah 10 detik. Berarti lamanya berhenti di setiap halte yang dilalui didapat dari rumus sebagai berikut : Lamanya bus berhenti di setiap halte = 10 detik * banyaknya halte. g. Lamanya lampu lalu lintas Lampu lalu lintas yang penulis gunakan dalam aplikasi ini dibedakan menjadi dua yaitu jam sibuk dan jam tidak sibuk. Untuk jam sibuk, lampu hijau selama 45 detik dan lampu merah selama 135 detik. Sedangkan untuk jam tidak sibuk, lampu hijau selama 30 detik dan lampu merah selama 90 detik.

21 74 Berarti untuk mendapatkan rata rata lamanya lampu lalu lintas, maka didapat dari rumus sebagai berikut : Rata rata lama lampu lalu lintas jam sibuk = ½ * ( ) = 67.5 detik. Jadi, rata rata lamanya lampu lalu lintas jam sibuk (dibulatkan ke atas) adalah 68 detik. Rata rata lama lampu lalu lintas jam tak sibuk = ½ * (0 + 90) = 45 detik. h. Waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Untuk mendapatkan hasil akhir berupa waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan didapat dari rumus sebagai berikut : Waktu yang diperlukan = rata rata lamanya kedatangan bus + lamanya mengantri +lamanya perjalanan + lamanya bus berhenti di setiap halte + (rata rata lampu lalu lintas * banyaknya lampu lalu lintas). Berikut ini adalah contoh penerapan dari rumus rumus di atas, yaitu : Jika seseorang dari Halte Harmoni hendak menuju ke Halte Kota pada jam 18.00, maka waktu yang ia perlukan yaitu = {½ * ( ) * 3600 detik } + { * (( ) * 3600 detik)} + { } + {10 detik * 4} + {68 detik * 2} = 29 detik detik detik + 40 detik detik = 596 detik = 9 menit 56 detik

22 75 Keterangan : Dari halte Harmoni sampai ke halte Kota berada di koridor 1 dengan panjang koridor 12.9 km * 2 (pulang pergi), sementara panjang perjalanan dari Harmoni Kota sejauh 3.05 km. Koridor 1 ini memiliki jumlah bus yang beroperasi sebanyak 40 buah dengan kecepatan 40 km/jam. Jam termasuk jam sibuk, sehingga diperkirakan jumlah orang yang mengantri pada jam itu sebanyak 100 orang dan perkiraan jumlah orang yang naik ke dalam bus sebanyak 40 orang. Jumlah halte yang dilewati sepanjang Harmoni Kota sebanyak 4 halte. Jumlah lampu lalu lintas yang dilewati sepanjang Harmoni Kota sebanyak 2 buah Algoritma Algoritma Dijkstra yang digunakan untuk mencari jalur tercepat adalah sebagai berikut : BEGIN Inisialisasi variabel variabel Dijkstra(startnode); Calculate(matriks, path, distance) nextfound(distance, found); getpath(destnode, status); gettransit(destnode, status, listtransit); getdistance(destnode, status); END

23 Urutan Proses Pencarian Jalur Tercepat Sebuah jalur tercepat dapat dihasilkan setelah melakukan tahapan proses berikut ini (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran) : 1. Inisialisasi variabel variabel Pada tahapan ini, dilakukan inisialisasi variabel variabel yang dibutuhkan dalam selama proses pencarian jalur tercepat berlangsung. Berikut ini adalah variabel variabel yang digunakan : Matriks_sibuk = array{}; Matriks_netral = array{}; Loader_netral; Loader_sibuk; Startnode = number; Path_sibuk = array{}; Path_netral = array{}; Distance_sibuk = array {}; Distance_netral = array{}; Koridor = array{}; 2. Dijkstra(startnode) Dijkstra(startnode) MODULE BEGIN This.startnode = startnode; Loader_netral = LOAD ( matriks netral.txt ); Matriks_netral = array{ matriks netral.txt }; Path_netral = array{matriks_netral.length}; Distance_netral = array{matriks_netral.length}; Calculate(matriks_netral, path_netral, distance_netral);

24 77 Loader_sibuk = LOAD ( matriks sibuk.txt ); Matriks_ sibuk = array{ matriks sibuk.txt }; Path_ sibuk = array{matriks_ sibuk.length}; Distance_ sibuk = array{matriks_ sibuk.length}; Calculate(matriks_ sibuk, path_ sibuk, distance_ sibuk); END 3. Calculate(matriks, path, distance) Calculate(matriks, path, distance) MODULE BEGIN Found = new array(matriks.length); Batas bawah = indeks awal untuk pengecekan; Batas atas = panjang matriks; i = Batas bawah; WHILE i < batas atas Found[i] = false; Distance = matriks[startnode][i]; Path[i] = startnode; i++; END WHILE Found[startnode] = true; Distance[startnode] = 0; i = batas bawah; WHILE i < batas atas - 2 Next = nextfound(distance, found); Found[next] = true; j = batas bawah; WHILE j < batas atas

25 78 IF j belum dikunjungi dan distance[next] + matriks[next][j] + 10 < distance[j] THEN Distance[j]=distance[next]+matriks[next][j]+10; Path[j] = next; END IF j++; END WHILE i++; END WHILE END 4. Nextfound(distance, found) Nextfound(distance, found) MODULE BEGIN Min = ; Pos = -1; Batas bawah = indeks awal untuk pengecekan; batas atas = panjang distance; i = batas bawah; WHILE i < batas atas IF distance[i] < min && i belum dikunjungi THEN Min = distance[i]; Pos = i; END IF i++; END WHILE Return pos; END

26 79 5. Getpath(destnode, status) Getpath(destnode, status) MODULE BEGIN Path = new array{}; listpath = array{}; listdistance = array{}; Batas bawah = indeks awal untuk pengecekan; batas atas = panjang path; IF state = netral THEN listpath = path_netral; listdistance = distance_netral; ELSE listpath = path_sibuk; listdistance = distance_sibuk; END IF WHILE destnode tidak sama dengan startnode Masukkan [listpath[destnode], destnode]ke dalam array Path Update Destnode END WHILE Balik hasil array Path Return path; END 6. Gettransit(destnode, status, listtransit) Gettransit(destnode, status, listtransit[]) MODULE BEGIN Transit = new array{};

27 80 listpath = array{}; listdistance = array{}; path = new array{}; Batas bawah = indeks awal untuk pengecekan; batas atas = panjang listtransit; IF state = netral THEN listpath = path_netral; listdistance = distance_netral; ELSE listpath = path_sibuk; listdistance = distance_sibuk; END IF i = batas bawah; WHILE i < batas atas IF destnode ada dalam array listtransit ke i THEN Update destnode Break; END IF Masukkan destnode ke dalam array Path; WHILE destnode tidak sama dengan startnode Masukkan listpath[destnode] ke dalam array Path; Update destnode END WHILE Balik hasil array Path(); numtransit = 0; currkoridor = -1; Batas bawah = indeks awal untuk pengecekan; batas atas = panjang koridor;

28 81 i = batas bawah; WHILE i < batas atas j = 0; WHILE j < panjang koridor ke i IF koridor[i][j] = path[0] THEN currkoridor = i; break; END IF j++; END WHILE i++; IF currkoridor = -1 THEN Break; END IF END WHILE O = 0; WHILE o < panjang listtransit IF path[0] = listtransit[o].data THEN Jumlah transit bertambah break; END IF O++; END WHILE Var flag; i = 0; WHILE i < panjang path nextkoridor = -1; flag = false;

29 82 n = 0; WHILE n < panjang koridor dari currkoridor IF path[i] = koridor[currkoridor][n] THEN Tidak pindah koridor break; END IF n++; END WHILE IF n = koridor[currkoridor].length THEN n = 0; WHILE n < koridor.length m = 0; WHILE m < koridor[n].length IF koridor[n][m] = path[i] THEN nextkoridor = n; break; END IF m++; END WHILE; n++; END WHILE IF nextkoridor sudah dapat THEN break; END IF i++; END WHILE IF tidak pindah koridor THEN O = 0; WHILE o < panjang listtransit

30 83 IF path[i] = listtransit[o].data THEN IF jumlah numtransit tidak sama dengan panjang array transit THEN Hapus array Transit terakhir END IF Masukkan label listtransit ke o ke dalam array Transit Break; END IF O++; END WHILE ELSE O = 0; WHILE o < panjang listtransit IF path[i] = listtransit[o].data THEN Masukkan label listtransit ke o ke dalam array Transit END IF END WHILE END IF Update currkoridor Return transit; END 7. Getdistance(destnode, status) Getdistance(destnode, status) MODULE BEGIN listdistance = array{};

31 84 IF status = netral THEN listdistance = distance_netral; ELSE listdistance = distance_sibuk; END IF Return listdistance[destnode]; END 3.4 Perancangan Sistem Perancangan Struktur Menu Struktur menu pada Kios Informasi Pencarian Jalur Tercepat pada TransJakarta Busway dapat dilihat pada gambar berikut ini : Halte Asal Menu Utama Map Hasil Pencarian Gambar 3.10 Perancangan Struktur Menu Kios Informasi Perancangan State Transition Diagram (STD) Berikut ini adalah State Transition Diagram (STD) dari Kios Informasi Pencarian Jalur Tercepat pada TransJakarta Busway.

32 85 Halte Asal Tekan OK Munculkan Menu Utama Menu Utama Gambar 3.11 Perancangan STD Halte Asal Halte Asal Tekan OK Munculkan Menu Utama Tekan Map Tekan Cari Map Munculkan Map Menu Utama Munculkan Hasil Pencarian Hasil Pencarian Tekan Map Kembali ke Menu Utama Tekan Kembali Kembali ke Menu Utama Gambar 3.12 Perancangan STD Menu Utama

33 86 Map Tekan Map Munculkan Map Menu Utama Tekan Map Kembali ke Menu Utama Gambar 3.13 Perancangan STD Map Tekan Ulang Hasil Pencarian Ulangi Animasi Hasil Pencarian Menu Utama Tekan Kembali Kembali ke Menu Utama Gambar 3.14 Perancangan STD Hasil Pencarian

34 Perancangan Use Case Use case ini mempunyai 3 aktor yaitu pengguna dan sistem, dimana pengguna terdiri dari penumpang dan petugas halte. Pada saat sistem dinyalakan, maka sistem akan meminta input berupa nama halte asal. Nama halte asal ini dimasukkan oleh petugas halte dan disesuaikan dengan nama halte transit dimana kios informasi ini diletakkan. Sedangkan penumpang melakukan input pada Menu Utama, kemudian sistem akan menghasilkan output pada Hasil Pencarian dan penumpang dapat melihat hasilnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar Kios Informasi Pencarian Jalur Tercepat dalam TransJakarta Busway Input nama halte asal Penumpang Input Menu Utama Petugas halte Output Hasil Pencarian Gambar 3.15 Perancangan Use Case

35 Perancangan Layar Perancangan Layar Petugas Halte Gambar 3.16 Halaman Halte Asal Ukuran layar : 1024 x 768 piksel ID layar : Halaman Halte Asal Deskripsi layar : Dari Halaman Halte Asal ini, petugas halte memilih nama halte asal sesuai dengan nama halte transit dimana aplikasi ini diletakkan. Layar ini hanya muncul pada saat aplikasi dinyalakan. Jika sudah dimasukkan nama halte asal dan menekan OK, maka Halaman Menu Utama akan muncul. Text Attribute : Maiandra GD Warna : Kuning, oranye. Image : JPEG Animasi : Motion Tween Link : Halaman Menu Utama

36 Perancangan Layar Penumpang Gambar 3.17 Halaman Menu Utama Ukuran layar : 1024 x 768 piksel ID layar : Halaman Menu Utama Deskripsi layar : Dari layar Halaman Menu Utama ini, penumpang dapat memilih nama halte tujuan. Jika penumpang menekan tombol Cari, maka akan menampilkan layar Hasil Pencarian. Penumpang dapat melihat peta jalur Busway dengan cara menekan tombol Map. Text Attribute : Maiandra GD Warna : Kuning, oranye. Animasi : Motion Tween Video : Animasi Link : Halaman Hasil Pencarian dan Halaman Map

37 90 Gambar 3.18 Halaman Map Ukuran layar : 1024 x 768 piksel ID layar : Halaman Map Deskripsi layar : Dari layar Halaman Map ini, penumpang dapat melihat peta jalur Busway. Untuk kembali ke Halaman Menu Utama, penumpang dapat menekan tombol Map. Text Attribute : Maiandra GD Warna : Kuning, oranye. Animasi : Motion Tween Link : Halaman Menu Utama

38 91 Gambar 3.19 Halaman Hasil Pencarian Ukuran layar : 1024 x 768 piksel ID layar : Halaman Hasil Pencarian Deskripsi layar : Halaman ini akan menunjukkan hasil pencarian berupa animasi pergerakan bus pada peta. Penumpang dapat mengulangi animasi dan kembali ke Menu Utama. Text Attribute : Maiandra GD Warna : Kuning, oranye, putih, hitam. Image : JPEG. Animasi : Motion Tween Link : Halaman Menu Utama

39 Perancangan Modul Untuk merancang layar seperti yang telah digambarkan di atas, maka diperlukan modul modul agar dapat mengeksekusi input input yang dimasukkan oleh pengguna sistem. Berikut ini adalah modul modul dari perancangan layar secara garis besar, untuk modul modul yang lebih terperinci dapat dilihat pada Lampiran. Modul modul tersebut yaitu : a. Modul layar Halte Asal Halte_Asal MODULE IF nama_halte_asal = THEN Alert( Silakan masukkan halte asal! ); ELSE CALL Menu_Utama(); END IF END b. Modul layar Menu Utama Menu_Utama() MODULE BEGIN Nama_halte_asal.text == nama_halte_asal IF nama_halte_tujuan = THEN Alert( Silakan masukkan halte tujuan Anda! ); END IF IF cari_button = clicked && nama_halte_tujuan!= THEN CALL Hasil_Pencarian(); IF map_button = true THEN CALL Map();

40 93 ELSE CALL Menu_Utama(); END IF END c. Modul layar Hasil Pencarian Hasil_Pencarian() MODULE BEGIN LOAD peta_animasi from peta_animasi.fla SHOW peta_animasi Nama_halte_asal == halte_asal Nama_halte_transit == halte_transit Nama_halte_tujuan == halte_tujuan IF Ulang_button == clicked THEN SHOW peta_animasi END IF IF Kembali_button == clicked THEN CALL Menu_Utama() END

LAMPIRAN 1 PRE KUESIONER

LAMPIRAN 1 PRE KUESIONER LAMPIRAN 1 PRE KUESIONER 1. Berapa kali Anda menggunakan tranportasi TransJakarta Busway dalam seminggu? a. Setiap hari b. Seminggu < 3 kali c. Jarang d. Tidak tahu 2. Pada hari apa Anda biasanya menggunakan

Lebih terperinci

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Implementasi Kios Informasi 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Piranti Lunak Untuk mengimplementasikannya, aplikasi kios informasi ini memerlukan perangkat

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN Nama :Budi Santoso NPM : 11210474 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data kedatangan pengguna TransJakarta dilakukan sejak tanggal 12 Maret 2012 hingga 29 Juni 2012. Data waktu kedatangan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, mereka

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta

Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta Aplikasi Teori Graf dalam Optimasi Pembangunan Trayek Transjakarta Yosef Ardhito Winatmoko / 13509052 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena semakin banyaknya jumlah antrian,yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemaparan Data Data jumlah kedatangan penumpang diperoleh langsung dari pihak manajemen. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisis Masalah Terdapat dua kriteria permasalahan umum pada busway, yaitu faktor kriteria kenyamanan penumpang dan keekonomisan bus. Kriteria kenyamanan penumpang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Kegiatan Audit Kinerja Dalam melaksanakan audit kinerja terhadap suatu proses pelayanan atau operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada suatu waktu tertentu untuk melakukan suatu kegiata. Antrian merupakan salah satu pengalaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan Teknologi Informasi yang selalu berkembang menuntut perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada teknologi komputerisasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 ANALISIS SISTEM LALU LINTAS Pemahaman tentang sistem yang akan dirancang sangat diperlukan sebelum perangkat lunak dibangun. Pembangunan perangkat lunak dimulai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar sejak dia dilahirkan, baik diajarkan maupun belajar sendiri, hal ini dikarenakan manusia mempunyai jaringan saraf.

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Permasalahan Perusaan yang telah beroperasi sekitar 7 Tahun sejak tanggal 15 Januari 2004 yang diresmikan secarang langsung oleh Gubernur DKI Jakarta (dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Konsep Aplikasi Interaktif Panduan Pengguna TransJakarta

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Konsep Aplikasi Interaktif Panduan Pengguna TransJakarta 35 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Konsep Aplikasi Interaktif Panduan Pengguna TransJakarta Pada tahap konsep, penulis menentukan kebutuhan dasar pengguna (user), menentukan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S51

MIKROKONTROLER AT89S51 PALANG PINTU OTOMATIS BUS TRANSJAKARTA BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Nama : Ika Retnaningsih NPM : 23110406 Jurusan : Sistem Komputer Pembimbing : Yasman Rianto, SSi, MT UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semakin meningkat. Banyak pelajar, mahasiswa bahkan wisatawan (mancanegara maupun lokal) yang datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT USULAN MASTERPLAN ANGKUTAN MASSAL JABODETABEK

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT USULAN MASTERPLAN ANGKUTAN MASSAL JABODETABEK DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT USULAN MASTERPLAN ANGKUTAN MASSAL JABODETABEK 4 MARET 2013 KEBUTUHAN PERJALANAN DI JABODETABEK Kebutuhan perjalanan di wilayah Jabodetabek: 53 juta perjalanan pada

Lebih terperinci

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT DASAR HUKUM UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN 1. KM Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan berikut: Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kita memasuki kehidupan yang serba modern. Pada kehidupan modern ini tentulah selalu mengutamakan waktu, bahkan ada istilah waktu adalah uang. Salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kajian Potensi..., Agus Rustanto, Program Pascasarjana, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyediaan fasilitas infrastruktur merupakan tanggungjawab pemerintah dan dananya diambil dari anggaran tahunan pemerintah. Pada satu pihak anggaran pemerintah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat pertumbuhan kendaraan di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Pada jaman yang berkembang pesat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 22 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA Bab ini mendiskusikan implementasi simulasi kejadian diskrit untuk memodelkan Bus Rapid Transit (BRT). Pemodelan dibatasi pada dua kasus BRT. Yang pertama

Lebih terperinci

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA HALTE BUSWAY DI JAKARTA Abstrak ANDRI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Loket Bus merupakan tempat dimana masyarakat yang akan memesan atau membeli suatu tiket untuk menggunakan sarana transportasi bus sebagai keperluan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Sistem Hasil penentuan jarak terdekat akan menjadi sebuah pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan untuk menentukan jalur yang akan ditempuh. Perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi, dinas perhubungan menyediakan

Lebih terperinci

EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12

EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12 EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12 Rizal Satyadi 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440

Lebih terperinci

Prosedur instalasi aplikasi Tuntun adalah dengan mengunduh Tuntun.apk pada

Prosedur instalasi aplikasi Tuntun adalah dengan mengunduh Tuntun.apk pada Prosedur Instalasi Prosedur instalasi aplikasi Tuntun adalah dengan mengunduh Tuntun.apk pada website www.tuntun.web.id. Gambar 1 Website Tuntun Setelah selesai mengunduh file Tuntun.apk, akses file Tuntun.apk

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3.1 Rancangan Aplikasi Program aplikasi motion detection yang akan dirancang memiliki struktur hirarki di mana terdapat 3 sub menu dari menu utamanya yaitu sub menu file,

Lebih terperinci

Simulasi Pencarian Rute Terpendek Bagi Pengguna. Transportasi Bus Trans Jakarta Indonesia

Simulasi Pencarian Rute Terpendek Bagi Pengguna. Transportasi Bus Trans Jakarta Indonesia Novie Theresia Br. Pasaribu dan Ratnadewi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstract Traffic jams occur in the capital city of Jakarta. The price increase of

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 75 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan 3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Pada awalnya Dinas Perhubungan dikenal dengan nama DitJen (Direktorat Jenderal) Perhubungan.

Lebih terperinci

Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta)

Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta) Penerapan Graf pada Peta Jaringan Transjakarta (Moda Transportasi Bis di DKI Jakarta) Andreas Halim - 13516003 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

LOKASI MIX TRAFFIC PADA KORIDOR BUSWAY

LOKASI MIX TRAFFIC PADA KORIDOR BUSWAY PADA KORIDOR BUSWAY DAFTAR PADA LAJUR BUSWAY KORIDOR JURUSAN I BLOK M KOTA 1. Jl. Trunojoyo (dari Jl. Hasanudin s.d CSW) II PULOGADUNG HARMONI 1. Jl. Perintis Kemerdekaan (dari Terminal Pulogadung s.d.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada zaman sekarang, transportasi merupakan hal yang penting bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di kota besar seperti DKI Jakarta. Bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umum, ditemukan kesulitan untuk memilih kendaraan umum mana saja. kemacetan lalu lintas dan polusi udara.

BAB 1 PENDAHULUAN. umum, ditemukan kesulitan untuk memilih kendaraan umum mana saja. kemacetan lalu lintas dan polusi udara. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan Umum Bertrayek yang beroperasi di DKI Jakarta sangat banyak dan beraneka ragam, antara lain bus, mini bus, mikrolet, busway dan kendaraan umum-kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat yang tinggal di ibu Kota seperti DKI Jakarta membutuhkan akses Transportasi yang cepat untuk bisa mencapai tujuan. Masyarakat DKI Jakarta juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melayani 10 koridor dengan total panjang lintasan 123,35 km yang

BAB I PENDAHULUAN. melayani 10 koridor dengan total panjang lintasan 123,35 km yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah TransJakarta merupakan salah satu alat tranportasi dijakarta dengan jumlah armada atau kendaraan busway yang beroperasi di Jakarta sebanyak 278 unit. Sementara

Lebih terperinci

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI 3609100051 Latar Belakang Transjakarta sebagai angkutan transportasi yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor pelayanan publik yang perlu mendapatkan perhatian adalah sektor transportasi publik. Pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam menunjang

Lebih terperinci

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME LRT SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF MENGATASI KEMACETAN JABODETABEK DISHUBTRANS DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015 DISAMPAIKAN DALAM DIALOG PUBLIK DENGAN DTKJ 16 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Rute jalur terpendek merupakan suatu persoalan untuk mencari lintasan menuju toko Majestyk yang dilalui dengan jumlah yang paling minimum. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini mengkaji kerja sama antara PT. Jogja Tugu Trans dan Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan layanan Trans Jogja. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS Seminar Nasional Matematika V nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 13 Desember 2008 PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS 1 Winarni, dan 2 Subiono 1,2 Jurusan Matematika FMPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan perjalanan banyak mengalami perubahan dari sisi jumlah tetapi tidak diimbangi dengan kualitas pelayanannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk jiwa. Menjadi kota yang metropolitan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk jiwa. Menjadi kota yang metropolitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah D.K.I. Jakarta merupakan ibukota sekaligus kota terbesar di Indonesia. Menurut Kementrian Dalam Negeri (Permendagri nomor 66 tahun 2011), kota yang berlambangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaturan lampu lalu lintas di Indonesia masih bersifat kaku dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pengaturan lampu lalu lintas di Indonesia masih bersifat kaku dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemacetan merupakan masalah klasik yang sampai saat ini belum ditemukan solusi yang tepat. Hal ini disebabkan karena kemacetan lalu lintas dipengaruhi banyak faktor,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Transjakarta Busway 3.1.1 Latar Belakang Didirikannya Transjakarta Busway Saat ini dirasa jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta telah mencapai jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dari Arus Kendaraan (Vehicle Flow) Dalam mengevaluasi travel time dan headway, tidak akan terlepas dari tingkat kinerja jalan. Dimana ada 3 variabel yang menjadi kriteria

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. perangkat keras dan perangkat lunak dari Micromouse Robot dan aplikasi pada PC

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. perangkat keras dan perangkat lunak dari Micromouse Robot dan aplikasi pada PC BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari Micromouse Robot dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. 4.1 Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL PERUSAHAAN 4.1.1 TRANSJAKARTA BUSWAY BLUD Transjakarta Busway semula merupakan lemabaga non struktural Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola Transjakarta

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)

BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi

Lebih terperinci

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN No ( Kinerja RPJMD) Program Dedicated 2 Pembangunan Perhubungan dan Transportasi 14.c Program pembangunan Terminal Bus Pulogebang

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecamatan Senen termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 422 ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan

Lebih terperinci

Manajemen Angkutan Umum Perkotaan

Manajemen Angkutan Umum Perkotaan Manajemen Angkutan Umum Perkotaan Latar Belakang 2 Angkutan Umum sebagai Obat Mujarab Permasahalan Transportasi Perkotaan 1 3 Singapura di Tahun 1970-an 4 2 Singapura Saat Ini 5 Jakarta Tempoe Doeloe 6

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Struktur Menu Program aplikasi kriptografi yang dirancang memiliki struktur hirarki di mana terdapat 3 sub menu dari menu utamanya. Bentuk struktur menu program aplikasi kriptografi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Pendekatan Penelitian Dalam penulisan tesis ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini di rancang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi telah berkembang dengan cukup pesat. Perkembangan teknologi mengakibatkan pemanfaatan atau pengimplementasian teknologi tersebut dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di era modern saat ini, pekerjaan menjadi kebutuhan setiap orang. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi memaksa orang untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dalam

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PEMETAAN KEJADIAN DAN HAMBATAN DALAM MENENTUKAN WAKTU HEADWAY BUS TRANSJAKARTA

Universitas Bina Nusantara APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PEMETAAN KEJADIAN DAN HAMBATAN DALAM MENENTUKAN WAKTU HEADWAY BUS TRANSJAKARTA Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2007/2008 APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PEMETAAN KEJADIAN DAN HAMBATAN DALAM MENENTUKAN WAKTU HEADWAY

Lebih terperinci

TESTING PROGRAM. Pertemuan Nurul Adhayanti

TESTING PROGRAM. Pertemuan Nurul Adhayanti TESTING PROGRAM Pertemuan - 04 Nurul Adhayanti Proses Testing 01 System Testing Pengujian terhadap integrasi sub-system, yaitu keterhubungan antar sub-system. 02 Acceptance Testing Pengujian terakhir sebelum

Lebih terperinci

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA

STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA Anastasia Yulianti 1, Setia Kurnia Putri 2 dan Erika Hapsari 3 1 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sarana transportasi menjadi salah satu komponen pokok dalam kegiatan transportasi untuk memenuhi kebutuhan perjalanan manusia atau barang dari satu

Lebih terperinci

Halte yang dilalui bus Transjakarta koridor 1 adalah:

Halte yang dilalui bus Transjakarta koridor 1 adalah: LAMPIRAN Koridor Gambar L.1 Koridor 1 Bus Transjakarta koridor 1 beroperasi dengan rute Terminal Blok M sampai Halte Stasiun Kota. Jalan yang dilalui oleh koridor 1 adalah Jalan Sisingamangaraja, Jend.

Lebih terperinci

Gambar 4.26 Halaman Menu Utama

Gambar 4.26 Halaman Menu Utama 93 Gambar 4.26 Halaman Menu Utama Layar form 2 ini merupakan layar yang akan langsung terlihat ketika pengguna pindah dari layar form 1 setelah menekan tombol masuk. Disini pengguna akan disajikan peta

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. BLU TRANSJAKARTA 3.1.1. Sejarah Organisasi Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit di Jakarta, Indonesia.

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti) JurusanTeknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Pertemuan Ke 12 PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti) Mata Kuliah: Pengantar Perencanaan Transportasi Prof. Siti Malkhamah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANGKUTAN UMUM 2.1.1 Komponen Sistem Angkutan Umum Pada sistem angkutan umum, terdapat tiga komponen utama yang mempunyai peran dan kepentingan tertentu dan seringkali saling

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SALINAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data - Data Primer Data primer adalah data-data yang didapat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 18.000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 1.904,569 Km 2. Dengan wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Peningkatan Pelayanan Bus Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) Hasrina Puspitasari 1 dan Sardjito 2 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Fenomena Fenomena transportasi massal merupakan hal yang sedang hangat diperbicarakan oleh pemerintah kota Jakarta. Hal ini dikarenakan penggunaan kendaraan pribadi

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Bab ini berisi tinjauan terminal Tipe B di kawasan Stasiun Depok Baru yang dibahas melalui tinjauan tapak terminal, data umum angkutan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota metropolitan. Sebagai kota besar Jakarta pasti memiliki banyak masalah, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda hidup mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan BAB III LANDASAN TEORI A. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN Bab ini akan menjelaskan analisa sistem dan perancangan sebuah prototipe aplikasi android untuk melakukan pencarian rute terpendek dengan menggunakan algoritma dijkstra

Lebih terperinci

Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini.

Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini. Pemrograman LabVIEW 6.1 Istilah-Istilah Penting Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini. 1. G: dari kata graphical, merupakan sebutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3. 1 Tinjauan Umum Dalam menentukan tingkat kepuasan Bus Transjakarta terhadap pengguna perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan

Lebih terperinci