BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL PERUSAHAAN TRANSJAKARTA BUSWAY BLUD Transjakarta Busway semula merupakan lemabaga non struktural Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola Transjakarta Busway yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur No 110 Tahun 003. Oleh karena adanya perubahan mekanisme keuangan, maka diubah menjadi lembaga structural dan menjadi unit pelaksana teknis Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta yang akan menerapkan PPK BLUD sesuai dengan SK Gubernur NO. 48/006. Transjakarta memulai operasinya pada 15 Januari 004 dengan tujuan memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, namun terjangkau bagi warga Jakarta. Untuk mencapai hal tersebut, bus Transjakarta diberikan lajur khusus di jalanjalan yang menjadi bagian dari rutenya dan lajur tersebut tidak boleh dilewati kendaraan lainnya (termasuk bus umum selain TransJakarta). Agar terjangkau oleh masyarakat, maka harga tiket disubsidi oleh pemerintah daerah. Pada saat awal beroperasi, TransJakarta mengalami banyak masalah, salah satunya adalah ketika atap salah satu busnya menghantam terowongan rel kereta api. Selain itu, banyak dari bus-bus tersebut yang mengalami kerusakan, baik pintu, tombol pemberitahuan lokasi halte, hingga lampu yang lepas. Selama dua minggu pertama, dari 15 Januari 004 hingga 30 Januari 004, bus Transjakarta memberikan pelayanan secara gratis. Kesempatan itu digunakan untuk 46

2 47 sosialisasi, di mana warga Jakarta untuk pertama kalinya mengenal sistem transportasi yang baru. Lalu, mulai 1 Februari 005, bus Transjakarta mulai beroperasi secara komersil. Sejak Hari Kartini (1 April) 005, TransJakarta memiliki pramudi perempuan sebagai wujud emansipasi wanita. Pengelola menargetkan bahwa nanti jumlah pramudi wanita mencapai 30% dari keseluruhan jumlah pramudi. Sampai dengan bulan Mei 006, sudah ada lebih dari 50 orang pramudi wanita SISTEM TRANSJAKARTA BUSWAY LATAR BELAKANG DIDIRIKANNYA TRANSJAKARTA BUSWAY: Jumlah kendaraan di DKI Jakarta 6.3 juta (rata-rata meningkat 11% per tahun) Penambahan kendaraan sebanyak 96 unit kendaraan roda empat per hari Setiap hari kendaraan dari Botabek (Bogor, Tangerang, Bekasi) masuk ke Jakarta (mengangkut 1. juta orang) Rasio kendaraan pribadi dibandingkan dengan kendaraan umum 9:8 Dari 17 juta perjalanan per hari, 47% ditempuh dengan kendaraan pribadi, sedangkan 53% dengan kendaraan umum. Kondisi angkutan umum sangat memprihatinkan dan setiap tahun jumlahnya berkurang TUJUAN PEMBANGUNAN SISTEM BUSWAY Meningkatkan jumlah perjalanan penumpang dengan menggunakan suatu sistem transportasi yang aman, nyaman dan handal Menciptakan system transportasi dengan jalur yang terpisah dari lalu lintas umum untuk kemudahan aksesibilitas

3 48 Menciptakan sistem transportasi dengan pelayanan yang terjadwal dengan baik Meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan penumpang bus umum Meningkatkan pelayanan angkutan umum yang terintegrasi Menciptakan sistem transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi operator bus Menerapkan system pengumpulan pendapatan tiket yang efektif STANDAR PELAYANAN PUBLIK YANG DIHARAPKAN DARI SISTEM BUSWAY Aksesibilitas Keamanan dan keselamatan Ruang tunggu yang nyaman Waktu tunggu yang minimum Kualitas pelayanan yang tinggi Tersedianya informasi yang dapat diandalkan JAJARAN PELAKSANA TRANSJAKARTA BUSWAY Kepala (Head of Agency) Kasubbag Tata Usaha dan Keuangan (Head of Administration and Finance Department) Manajer Sarana dan Prasarana (Manager of Infrastructure Department) Manajer Operasional (Manager of Operational Department) Manajer Pengendalian (Manager of Operatioanal Control Department)

4 VISI DAN MISI TRANSJAKARTA BUSWAY VISI TRANSJAKARTA BUSWAY Busway sebagai angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan publik yang cepat, aman, nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya, dan bertaraf internasional MISI TRANSJAKARTA BUSWAY Melaksanakan reformasi sitem angkutan umum- busway dan budaya penggunaan angkutan umum. Menyediakan pelayanan lebih dapat diandalkan, berkualitas tinggi, berkeadilan, dan berkesinambungan di DKI Jakarta. Memberikan solusi jangka menengah dan jangka panjang terhadap permasalahan di sektor angkutan umum. Menerapkan mekanisme pendekatan dan sosialisasi terhadap stakeholder dan system transportasi terintegrasi. Mempercepat implementasi system jaringan busway di Jakarta sesuai aspek kepraktisan, kemampuan masyarakat untuk menerima system tersebut, dan kemudahan pelaksanaan. Mengembangkan struktur institusi yang berkesinambungan. Mengembangkan lembaga pelayanan masyarakat dengan pengelolaan keuangan yang berlandaskan good corporate governance, akuntabilitas, dan transparansi.

5 DESAIN BUS TRANSJAKARTA Bus-bus Transjakarta dibangun dengan menggunakan bahan-bahan pilihan. Untuk interior langit-langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunakan Galvanil, suatu jenis logam campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat. Bus Transjakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lain sehingga hanya dapat dinaiki dari halte khusus busway (juga dikenal dengan sebutan shelter). Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri. Pintu bus menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Untuk bus koridor II dan III dan seterusnya, mekanisme pembukaan pintu telah diubah menjadi sistem geser untuk lebih mengakomodasi padatnya penumpang pada jam-jam tertentu, di dekat kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu, dipasang pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser. Setiap bus dilengkapi dengan papan pengumuman elektronik dan pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Setiap bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan pengemudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai kemacetan, kecelakaan, barang penumpang yang tertinggal, dan lain-lain. Untuk keselamatan penumpang disediakan 10 buah palu pemecah kaca yang terpasang di beberapa bingkai jendela dan buah pintu darurat yang bisa dibuka secara manual untuk keperluan evakuasi cepat dalam keadaan darurat, serta dua tabung pemadam api di depan dan di belakang. Untuk menjaga agar udara tetap segar, terutama pada jam-jam sibuk, mulai bulan Januari 005 secara bertahap di setiap bus telah di

6 51 pasang alat pengharum ruangan otomatis, yang secara berkala akan melakukan penyemportan parfum HALTE/ SHELTER TRANSJAKARTA Halte-halte Transjakarta berbeda dari halte-halte bus biasa. Selain letaknya yang berada di tengah jalan, bahkan di halte di depan gedung pertokoan Sarinah dan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, diberi fasilitas lift. Kontruksi halte didominasi oleh bahan alumunium, baja, dan kaca. Ventilasi udara diberikan dengan menyediakan kisi-kisi alumunium pada sisi halte. Lantai halte dibuat dari pelat baja. Pintu halte menggunakan sistem geser otomatis yang akan lansung terbuka pada saat bus telah merapat di halte. Jembatan penyebrangan yang menjadi penghubung halte dibuat landai (dengan perkecualian beberapa halte, seperti halte Bunderan HI) agar lebih ramah terhadap orang cacat. Lantai jembatan menggunakan bahan yang sama dengan lantai halte (dengan pengecualian pada beberapa jembatan penyeberangan seperti halte Jelambar dan Bendungan Hilir yang masih menggunakan konstruksi beton) Waktu beroperasi halte-halte ini adalah 05:00 :00. Apabila setelah pukul :00 masih ada penumpang di dalam halte yang belum terangkut karena kendala teknis operasional, maka jadwal operasi akan diperpanjang secukupnya untuk mengakomodasi kepentingan para penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket tersebut. 4. HASIL PENGUMPULAN DATA Data yang diperlukan pada penelitian ini ialah data primer dan juga data sekunder. Data primer diperoleh dari pemantauan langsung terhadap objek penelitian sehubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan dan wawancara dengan pihak-pihak yang

7 5 berkepentingan. Sedangkan untuk data sekunder, didapat dari studi kepustakaan dan informasi-informasi yang terkait. a. Data Primer Data-data mengenai gambaran umum perusahaan, seperti profile perusahaan, struktur organisasi, serta jumlah penumpang. b. Data Sekunder Data-data yang didapat dari studi kepustakaan, yaitu khususnya mengenai manajemen operasional yang didapat dari litaratur buku, jurnal, dokumentasi perusahaan, dan internet. 4.3 APLIKASI KINERJA OPERASIONAL BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Untuk menjalankan kinerja operasional perusahaan, BLU Transjakarta Busway menetapkan standar pelayanan publik untuk memberikan kepuasan pada para pengguna bus Transjakarta. Oleh karena itu BLU Transjakarta Busway menetapkan Aksesibilitas, Keamanan dan keselamatan, Ruang tunggu yang nyaman, Waktu tunggu yang minimum, Kualitas pelayanan yang tinggi, dan Tersedianya informasi yang dapat diandalkan. Dari keenam kinerja operasional tersebut, akan dicari tahu mana yang merupakan masalah paling kompleks yang dihadapi oleh BLU Transjakarta Busway. 4.4 DETERMINASI KINERJA OPERASIONAL BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Untuk menentukan kinerja operasional yang paling menjadi kendala utama yang dihadapi oleh BLU Transjakarta Busway, penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berikut ini akan dibagikan kuesioner yang berisi perbandingan 6 (enam) kinerja operasional terhadap Manajer Operasional BLU Transjakarta Busway. Enam kinerja operasional ditetapkan berdasarkan standar pelayanan publik yang diharapkan dari sistem busway. Kuesioner tersebut dapat dilihat pada bagian lampiran.

8 53 Sebagai panduan dalam pengisian kuesioner, berikut merupakan tabel yang berisi pengelompokan jenis kinerja operasional beserta contoh tindakan-tindakan yang mengarah pada kinerja operasional BLU Transjakarta Busway. Tabel 4.1 Pengelompokkan Kinerja Operasional No Jenis Kinerja Operasional Contoh Tindakan-tindakan Yang Mengarah Pada Kinerja Operasional 1 Aksesbilitas (AK) Jarak menuju halte Transjakarta dapat dijangkau Alat transportasi umum mampu menjangkau halte Transjakarta Keamanan dan Keselamatan (KK) Perusahaan menyediakan jasa keamanan (security) di setiap halte Perusahaan menjamin keselamatan para penumpang dengan asuransi keselamatan 3 Ruang Tunggu yang Nyaman (RT) Perusahaan menyediakan tempat duduk yang cukup memadai di setiap halte Perusahaan menggunakan jasa cleaning service untuk menjaga kebersihan di setiap halte Perusahaan menyediakan cukup tempat sampah di setiap halte 4 Waktu Tunggu yang Minimum (WT) Pelayanan antrian loket Transjakarta yang cepat Perusahaan menjalankan sistem kedatangan bus Transjakarta maksimal 3 menit Lanjutan Tabel Pengelompokkan Kinerja Operasional

9 54 5 Kualitas Pelayanan yang Tinggi (KP) Perusahaan telah memberikan pelatihan khusus bagi calon supir bus Transjakarta Perusahaan memberikan pelatihan dasar bagi calon karyawan (penjual tiket, penjaga pintu bus, penjaga tiket masuk) 6 Tersedianya informasi yang dapat diandalkan (IF) Karyawan sudah memiliki pengetahuan umum untuk dapat memberikan informasi kepada para penumpang bus Transjakarta Tersedianya jasa informasi yang yang jelas pada situs internet Informasi mengenai arah pemberhentian bus Transjakarta sudah tersebar dengan baik 4.5 HASIL KUESIONER JENIS-JENIS KINERJA OPERASIONAL PADA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Berdasarkan kuesioner perbandingan berpasangan kinerja operasional yang diberikan, maka berikut adalah hasil dari pengisian kuesioner tersebut : Tabel 4. Hasil Kuesioner Kode Keterangan Prioritas AK KK AK RT AK WT AK KP AK IF Aksesbilitas Keamanan dan keselamatan Aksesbilitas Ruang Tunggu yang Nyaman Aksesbilitas Waktu Tunggu yang Minimun Aksesbilitas Kualitas Pelayanan yang Tinggi Aksesbilitas Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan Skala Kepentingan KK RT WT 4 KP 5 AK

10 55 Lanjutan Tabel Hasil Kuesioner KK RT KK WT KK KP KK IF RT WT RT KP RT IF WT KP WT IF KP IF Keamanan dan Keselamatan Ruang Tunggu yang Nyaman Keamanan dan Keselamatan Waktu Tunggu yang Minimun Keamanan dan Keselamatan Kualitas Pelayanan yang Tinggi Keamanan dan Keselamatan Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan Ruang Tunggu yang Nyaman Waktu Tunggu yang Minimum Ruang Tunggu yang Nyaman Kualitas Pelayanan yang Tinggi Ruang Tunggu yang Nyaman Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan Waktu Tunggu yang Minimun Kualitas Pelayanan yang Tinggi Waktu Tunggu yang Minimum Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan Kualitas Pelayanan yang Tinggi Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan Sumber: Hasil Kuesioner KK 3 WT 3 KP 3 KK WT 5 KP 3 IF WT 3 WT 3 KP 3

11 PENGOLAHAN JAWABAN KUESIONER Kemudian Jawaban kuesioner tersebut diolah menggunakan bantuan software Expert Choice 000. Berikut adalah hasil pengolahannya : Gambar 4.1 Pengolahan Jawaban Kuesioner Sumber : Expert Choice 000 Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jenis kinerja operasional yang menurut manajer operasional dapat menjadi permasalahan utama bagi perusahaan Transjakarta Busway adalah waktu tunggu yang minimum dengan presentase sebesar 0,379 atau sebesar 37,9%. Untuk mendukung hasil perhitungan dari software Expert Choice 000 di atas, berikut adalah hitungan manual untuk mendapatkan nilai presentase prioritas kinerja operasional perusahaan Transjakarta Busway.

12 57 Hitungan Manual Pairwise Correlation Tabel 4.3 Perbandingan Berpasangan AK KK RT WT KP IF TOTAL AK KK RT WT KP IF TOTAL Sumber : Hitungan Pribadi Tabel 4.4 Normalisasi Bobot AK KK RT WT KP IF TOTAL AK KK RT WT KP IF TOTAL Sumber : Hitungan Pribadi Tabel 4.5 Perolehan Bobot Kinerja Operasional Total Pembagi Bobot Pembulatan = AK : = KK :

13 58 = RT : = WT.67 : = KP : = IF : = TOTAL 6 : 6 Sumber: Hitungan Pribadi 1 1 Tabel 4.6 Penghitungan Consistency Index AK KK RT WT KP IF TOTAL TO/BO AK KK RT WT KP IF TOTAL Sumber: Hitungan Pribadi (TO/BO) : 6 = : 6 = CI (Consistency Index) = ( N) : (N - 1)

14 59 = ( ) : 5 = : 5 = CI/RI = : 1.3 = Setelah mengetahui kendala operasional yang dihadapi BLU Transjakarta Busway selanjutnya ialah mencari letak penyebab dari kendala operasional tersebut. Untuk mendapatkan informasi mengenai penyebab kendala operasional Waktu Tunggu yang Minimum maka dilakukan wawancara terhadap Manajer Operasional. Menurut hasil wawancara kepada pihak terkait manajer operasional Bus Transjakarta, yang menjadi permasalahan paling kompleks dalam kinerja operasional BLU Transjakarta Busway berkaitan dengan standar pelayanan publik yang telah ditetapkan adalah waktu tunggu yang minimum. Hal ini dikarenakan Bus Transjakarta yang tersedia terbatas namun penumpang yang sangat banyak, dalam arti jumlah armada bus kurang sebanding dengan jumlah penumpang pengguna Bus Transjakarta, padahal jumlah armada bus sudah ditambah seiring berjalannya waktu dibandingkan pada saat pertama kali beroperasi yaitu sekitar 65 bus menjadi 8 bus sekarang ini. Pada hari kerja, jumlah armada bus yang beroperasi ada 8 buah, namun di hari Sabtu dan Minggu beroperasi 58 buah. Dikarenakan hari sabtu dan minggu sebagian besar masyarakat tidak bekerja maupun bersekolah sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penumpang lebih sedikit daripada hari kerja. Selain itu, kondisi lalu lintas jakarta sangat mempengaruhi waku tunggu para penumpang dimana dapat dilihat dari jalur umum yang harus memotong jalur busway untuk

15 60 ke jalur lain atau memutar kendaraannya, lalu adanya kemacetan pada jalur lain tersebut, sehingga mambuat Bus Transjakarta harus menunggu yang disebabkan oleh kendaraan lain. Oleh karena itu peneliti melakukan anlisis mengenai waktu tunggu yang minimum dikarenakan hal tersebut menjadi permasalahan pada Bus Transjakarta. Sehingga para penumpang tidak perlu khawatir atau harus menunggu Bus Transjakarta lebih lama dari waktu yang seharusnya sudah ditetapkan. 4.7 ANALISA DAN DETERMINASI DAMPAK KENDALA OPERASIONAL Dalam tahap ini, akan menganalisa lebih jauh mengenai dampak apakah yang dapat ditimbulkan dari kendala operasional dalam sistem busway ini. Pada awal misinya, pihak BLU Transjakarta Busway mengatakan bahwa Bus Transjakarta akan datang dalam waktu 3 menit sekali. Tetapi kenyataannya dalam prakteknya Bus Transjakarta tidak datang dalam waktu 3 menit sekali, Bus Transjakarta datang lebih dari 3 menit. Hal ini sangat merugikan bagi para penumpang juga sangat membuang waktu. Tentu saja para penumpang merasa dirugikan oleh waktu, terkadang para penumpang terlambat sampai ke tujuan di karenakan Bus Transjakarta yang kedatangannya cukup memakan waktu, walaupun dengan menggunakan Bus Transjakarta lebih cepat karena mempunyai jalur khusus. Hal ini lah yang menjadi dampak yang sangat menonjol dari kendala operasional pada Bus Transjakarta. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, dikhawatirkan akan mengurangi jumlah konsumen pengguna jasa layanan Transjakarta Busway. Dengan berkurangnya jumlah konsumen, maka pendapatan akan berkurang, meskipun BLU Transjakarta Busway merupakan milik pemerintah. Dan juga konsumen akan beralih menggunakan alternatif lain dibanding Bus Transjakarta. 4.8 PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil dari hitungan AHP diatas, ditemukan bahwa yang menjadi masalah yang paling kompleks dalam sistem operasional busway ialah waktu tunggu yang minimum.

16 61 Dalam hal ini yang dimaksud ialah waktu tunggu kedatangan Bus Transjakarta. Untuk itu dibawah ini akan dibahas dengan menggunakan metode Waiting Line. Data berikut diambil berdasarkan jumlah penumpang yang menggunakan layanan Bus Transjakarta pada hari Senin, 18 Mei 009. Data diambil pada hari senin karena pada umumnya masyarakat berasumsi bahwa hari senin merupakan hari pertama dalam satu minggu untuk beraktifitas kerja setelah melewati waktu libur. Tabel 4.7 Jumlah Data Penumpang Hari Senin, Tanggal 18 Mei 009 JAM OPERASIONAL NAMA HALTE Terminal Blok M Halte Al Azhar Halte Bundaran Senayan Halte Gelora Bung Karno Halte Polda Metro Jaya Halte Bendungan Hilir Halte Karet Halte Setiabudi Halte Dukuh Atas

17 6 Halte Tosari Halte Bundaran HI Halte Sarinah Halte Bank Indonesia Halte Monas Halte Harmoni Central Busway (HCB) Halte Sawah Besar Halte Mangga Besar Halte Olimo Halte Glodok Stasiun Kota TOTAL Total Keseluruhan orang/hari Sumber: Observasi Peneliti Tabel 4.8 Rata-rata sisa kursi NAMA HALTE RATA RATA SISA KURSI PINTU Terminal Blok M 85 1 Halte Al Azhar 8 1 Halte Bundaran Senayan 15 1 Halte Gelora Bung Karno 7 1 Halte Polda Metro Jaya 6 1 Halte Bendungan Hilir 9 1 Halte Karet 8 1 Halte Setiabudi 3 1 Halte Dukuh Atas 6 1 Halte Tosari 17 1

18 63 Halte Bundaran HI 18 1 Halte Sarinah 0 1 Halte Bank Indonesia 16 1 Halte Monas 8 1 Halte Harmoni Central Busway (HCB) 70 1 Halte Sawah Besar 9 1 Halte Mangga Besar 7 1 Halte Olimo 8 1 Halte Glodok 15 1 Stasiun Kota 85 1 Sumber: Observasi Peneliti Tabel 4.9 Data Tingkat Kedatangan Bus Pada 3 Halte Nama Halte Halte Blok M Halte Harmoni Central Busway (HCB) Halte Stasiun Kota Sumber: Observasi Peneliti Rata-rata Tingkat Kedatangan Bus 1 bus / jam 8 bus / jam 10 bus / jam 4.9 PENGOLAHAN DATA λ = jumlah penumpang ( ) 17 jam μ1 = rata-rata sisa kursi x 6, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = rata-rata sisa kursi x 1, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = rata-rata sisa kursi x 0, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali λ Po =, dimana k = jumlah saluran k. μ

19 64 1 λ Pw = k! μ k kμ Po kμ λ λμ λ μ λ Ls = Po + ( k 1)!( kμ λ) μ k λ Lq = Ls μ Ls Ws = λ Lq Wq = λ Dari data data diatas, maka apabila dimasukkan ke dalam rumus rumus antrian maka: Terminal Blok M λ = = 9048 : 17 = μ1 = 85 x 6 = 510, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 85 x 1 = 100, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 85 x 0 =1700, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali λ Po =, dimana k = jumlah saluran k. μ

20 65 Po ,70 = = Po 1708,70 = = Po ,70 = = Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa ketiga nilai Po > 1, berarti terjadi bulking maka penghitungan selanjutnya tidak dapat dilanjutkan. Bulking terjadi karena di halte hanya memiliki satu saluran mengantri masuk dalam Bus Transjakarta Halte Al Azhar λ = = 843 : 17 = μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 8 x 1 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 0 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Po 1 = = 1.03 (bulking) 1.48 Po = = = Po 3 = = Pada lampiran terlihat bahwa nilai Po = 0.5 terdapat pada angka sedangkan nilai Po3 = 0.30 terdapat pada angka λ Pw = k! μ k kμ Po kμ λ

21 Pw = 0.5 = ! Pw 3 = = ! λμ λ μ λ Ls = Po + ( k 1)!( kμ λ) μ k ( ) Ls 96 = = (1 1)!( ) 96 ( ) Ls = =0.451 (1 1)!( ) 160 λ Lq = Ls μ Lq = = Lq 3 = = Ls Ws = λ Ws = = Ws 3 = = Lq Wq = λ

22 Wq = = Wq 3 = = Hasil penghitungan waiting line menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada halaman lampiran Tabel 4.10 Waiting Line Halte Al Azhar μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Bundaran Senayan λ = = 101 : 17 = 59.5 μ1 = 15 x 6 = 90, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 15 x 1 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 15 x 0 = 300, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.11 Waiting Line Halte Bundaran Senayan μ1 μ μ3 Po

23 68 Pw Ls Lq Ws Wq Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Gelora Bung Karno λ = = 983 : 17 = 57.8 μ1 = 7 x 6 = 4, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 7 x 1 = 84, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 7 x 0 = 140, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.1 Waiting Line Halte Gelora Bung Karno μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Polda Metro Jaya λ =

24 69 = 809 : 17 = μ1 = 6 x 6 = 36, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 6 x 1 = 7, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 6 x 0 = 10, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.13 Waiting Line Halte Polda Metro Jaya μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Bendungan Hilir λ = = 1304 : 17 = μ1 = 9 x 6 = 54, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 9 x 1 = 108, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 9 x 0 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.14 Waiting Line Halte bendungan Hilir μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking

25 70 Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Karet λ = = 118 : 17 = μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 8 x 1 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 0 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.15 Waiting Line Halte Karet μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Setiabudi λ = = 1441 : 17 = μ1 = 3 x 6 = 18, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali

26 71 μ = 3 x 1 = 36, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 3 x 0 = 60, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.16 Waiting Line Halte Setiabudi μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Bulking Bulking Ls Bulking Bulking Bulking Lq Bulking Bulking Bulking Ws Bulking Bulking Bulking Wq Bulking Bulking Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Dukuh Atas λ = = 819 : 17 = μ1 = 6 x 6 = 36, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 6 x 1 = 7, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 6 x 0 = 10, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.17 Waiting Line Halte Dukuh Atas μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking

27 7 Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Tosari λ = = 100 : 17 = μ1 = 17 x 6 = 10, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 17 x 1 = 14, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 17 x 0 = 340, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.18 Waiting Line Halte Tosari μ1 μ μ3 Po Pw Ls Lq Ws Wq Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Bundaran HI λ = = 1501 : 17 = 88.9 μ1 = 18 x 6 = 108, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 18 x 1 = 16, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 18 x 0 = 360, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali

28 73 Tabel 4.19 Waiting Line Halte Bundaran HI μ1 μ μ3 Po Pw Ls Lq Ws Wq Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Sarinah λ = = 1863 : 17 = μ1 = 0 x 6 = 10, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 0 x 1 = 40, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 0 x 0 = 400, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.0 Waiting Line Halte Sarinah μ1 μ μ3 Po Pw Ls Lq Ws Wq

29 74 Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Bank Indonesia λ = = 1691 : 17 = μ1 = 16 x 6 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 16 x 1 = 19, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 16 x 0 = 30, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.1 Waiting Line Halte bank Indonesia μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Monas λ = = 690 : 17 = μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 8 x 1 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 0 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali

30 75 Tabel 4. Waiting Line Halte Monas μ1 μ μ3 Po Pw Ls Lq Ws Wq Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Harmoni Central Busway λ = = 139 : 17 = 15.8 μ1 = 70 x 6 = 40, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 70 x 1 = 840, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 70 x 0 = 1400, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.3 Waiting Line Halte Harmoni Central Busway μ1 μ μ3 Po Pw Ls Lq Ws Wq

31 76 Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Sawah Besar λ = = 13 : 17 = μ1 = 9 x 6 = 54, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 9 x 1 = 108, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 9 x 0 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.4 Waiting Line Halte Sawah Besar μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Mangga Besar λ = = 1477 : 17 = μ1 = 7 x 6 = 4, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 7 x 1 = 84, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 7 x 0 = 140, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali

32 77 Tabel 4.5 Waiting Line Halte mangga Besar μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Bulking 0.6 Ls Bulking Bulking 1.63 Lq Bulking Bulking 1.01 Ws Bulking Bulking Wq Bulking Bulking 0.01 Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Olimo λ = = 13 : 17 = μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 8 x 1 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 0 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.6 Waiting Line Halte Olimo μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking

33 78 Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Halte Glodok λ = = 1591 : 17 = μ1 = 15 x 6 = 90, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 15 x 1 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 15 x 0 = 300, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.7 Waiting Line Halte Glodok μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Stasiun Kota λ = = 753 : 17 = μ1 = 85 x 6 = 510, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 85 x 1 = 100, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali

34 79 μ3 = 85 x 0 = 1700, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.8 Waiting Line Shelter Stasiun Kota μ1 μ μ3 Po Pw Bulking Bulking Ls Bulking Bulking Lq Bulking Bulking Ws Bulking Bulking 0.01 Wq Bulking Bulking Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Berdasarkan penghitungan diatas, masih terdapat banyak halte yang mengalami kejadian bulking, terutama pada asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali. Menurut peneliti, jumlah penumpang yang datang dari waktu ke waktu semakin banyak, sedangkan kedatangan bus dinilai cukup jarang. Apalagi pada halte-halte dimana sebagian besar orang transit dalam arti pertukaran untuk naik bis Transjakarta dengan tujuan berbeda, sehingga terjadi penumpukkan orang di halte. Dari perhitungan dibawah ini, halte-halte yang mengalami bulking ialah Terminal Blok M, Halte Al Azhar, Halte Gelora Bung Karno, Halte Polda Metro Jaya, Halte Bendungan Hilir, Halte Karet, Halte Setia Budi (dimana pada setiap asumsi kedatangan bus mengalami bulking), Halte Dukuh Atas, Halte Bank Indonesia, Halte Sawah Besar, Halte Mangga Besar, Halte Olimo, Halte Glodok, dan Shelter Stasiun Kota. Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya bulking dalam antrian Bus Transjakarta Busway, maka peneliti mencoba dengan menambah saluran (k). Yang dimaksud dengan saluran (k) di setiap halte adalah pintu yang terletak pada setiap halte bus Transjakarta dimana setiap penumpang bus Transjakarta melewati pintu tersebut untuk

35 80 masuk ke dalam bus Transjakarta. Saluran yang tersedia sebelumnya memiliki 1 (satu) saluran. Agar mengurangi terjadinya bulking maka penulis mencoba meminimalkan hal tersebut dengan cara menambah saluran yang awalnya 1 (satu) saluran menjadi (dua) saluran. Halte yang sudah memiliki (dua) saluran sebelumnya tidak di tambahkan lagi menjadi 3 (tiga) saluran karena tidak mengalami bulking. Hal ini dilakukan agar dapat meminimalkan waktu tunggu yang minimum sehingga para penumpang bus Transjakarta tidak perlu berlama lama mengantri untuk masuk ke dalam bus Transjakarta. Terminal Blok M λ = = 9048 : 17 = μ1 = 85 x 6 = 510, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ = 85 x 1 = 100, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 85 x 0 =1700, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali λ Po =, dimana k = jumlah saluran = k. μ Po ,70 =.510 = Po 1708,70 =.100 = = 0.84 Po ,70 =.1700 = 0.50 Pada lampiran, dapat dilihat bahwa nilai Po = (0.84), terdapat pada angka , sedangkan nilai Po3 = 0.50 terdapat pada angka

36 81 Pw = = 0.774! Pw = = 0.338! ( ) Ls = = 5.66 ( 1)!( ) 100 ( ) Ls = = ( 1)!( ) 1700 Lq = = 3.98 Lq = = Ws 5.66 = = Ws 3 Wq = = = = Wq = = Pada perhitungan diatas, walaupun nilai k (saluran) sudah diubah menjadi, pada asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali masih mengalami bulking. Dalam hal ini, saluran tidak bisa diganti menjadi 3. Namun, untuk mengurangi tingkat bulking, perusahaan

37 8 perlu meningkatkan kedisiplinan kedatangan, dimana paling tidak bus harus ada atau datang pada 5 menit sekali. Karena, pada penghitungan ulang dengan asumsi kedatangan 5 menit dan 3 menit sekali, antrian tidak mengalami bulking. Untuk mencocokkan hasil penghitungan manual dan dengan menggunakan software QM for windows, bisa dilihat pada halaman lampiran. Halte Al azhar Mengikuti seperti hitungan diatas, maka hasil dari hitungan manual waiting line Halte Al Azhar adalah: Tabel 4.9 Waiting Line Halte Al Azhar dengan nilai k= μ1 Po Pw Ls Lq 0.37 Ws 0.08 Wq Halte Gelora Bung Karno Tabel 4.30 Waiting Line Halte Gelora Bung Karno dengan nilai k= μ1

38 83 Po Pw Ls.655 Lq 1.78 Ws Wq 0.0 Halte Polda Metro Jaya Tabel 4.31 Waiting Line Halte Polda Metro Jaya dengan nilai k= μ1 Po Pw 0.57 Ls.34 Lq Ws Wq 0.01 Halte Bendungan Hilir Tabel 4.3 Waiting Line Halte Bendungan Hilir dengan nilai k= μ1 Po Pw Ls.95 Lq Ws Wq Halte Karet Tabel 4.33 Waiting Line Halte Karet dengan nilai k=

39 84 μ1 Po Pw Ls.603 Lq 1.0 Ws Wq Halte Setiabudi Tabel 4.34 Waiting Line Halte Setiabudi dengan nilai k= μ1 μ μ3 Po Pw bulking Bulking Ls Bulking bulking.854 Lq Bulking Bulking Ws Bulking bulking Wq bulking bulking Halte Dukuh Atas Tabel 4.35 Waiting Line Halte Dukuh Atas dengan nilai k= μ1 Po Pw Ls.457 Lq Ws Wq 0.03 Halte Bank Indonesia Tabel 4.36 Waiting Line Halte Bank Indonesia dengan nilai k=

40 85 μ1 Po Pw Ls Lq Ws Wq Halte Sawah Besar Tabel 4.37 Waiting Line Halte Bank Sawah Besar dengan nilai k= μ1 Po Pw Ls.418 Lq Ws Wq Halte Mangga Besar Tabel 4.38 Waiting Line Halte Bank Mangga Besar dengan nilai k= μ1 μ Po Pw Bulking Ls Bulking Lq Bulking Ws Bulking Wq Bulking Halte Olimo Tabel 4.39 Waiting Line Halte Olimo dengan nilai k=

41 86 μ1 Po 0.81 Pw Ls Lq.911 Ws Wq Halte Glodok Tabel 4.40 Waiting Line Halte Glodok dengan nilai k= μ1 Po 0.5 Pw Ls 1.48 Lq Ws Wq Shelter Stasiun Kota Tabel 4.41 Waiting Line Shelter Stasiun Kota dengan nilai k= μ1 μ Po Pw Bulking Ls Bulking 4.04 Lq Bulking.616 Ws Bulking Wq Bulking

42 87 Setelah melakukan penghitungan ulang dengan menambah nilai k-nya, maka ditemukan hasil baru untuk halte yang mengalami bulking dalam penghitungan sebelumnya. Dari hitungan yang sudah dilakukan, ternyata masih ada halte yang mengalami bulking, diantaranya ialah Terminal Blok M, Halte Setiabudi, Mangga Besar, dan Shelter Stasiun Kota. Namun, sebagian besar terdapat pada asumsi waktu kedatangan Bus 10 menit sekali. Di Halte Setiabudi, asumsi pertama dan kedua tetap menghasilkan bulking. Hal tersebut dapat dilihat di bagian sebelumnya bahwa jumlah pendatang memang tidak banyak, namun, sisa tempat untuk penumpang dalam bus juga terbatas, hal ini lah yang menyebabkan terjadinya bulking pada halte setiabudi. Sednagkan pada halte-halte yang lain, kejadian bulking hanya terjadi pada asumsi kedatangan 10 menit sekali. Oleh karena itu, sangat diharapkan ketepatan waktu kedatangan bus agar hal ini dapat dengan cepat diantisipasi sehingga kepentingan para penumpang pun dalam terlaksana dengan baik Pengendalian Kinerja Operasional Dari permasalahan diatas, maka perlu diadakan pengendalian dalam sistem kinerja operasional. Pengendalian ini perlu dilakukan guna untuk menjaga standar pelayanan publik yang sudah ditetapkan BLU Transjakarta Busway. Namun dalam proses pengendalian ini, seluruh unit harus dikerahkan untuk saling bekerja sama dalam memberikan pelayanan terbaik kepada para penumpang. Langkah-langkah pengendalian kinerja operasional yang dapat dilakukan ialah:

43 88 o Adanya pemantauan di jalan untuk memonitor keadaan di sekitar jalan, sehingga jika ada masalah, langsung dapat dipecahkan o Perusahaan harus melakukan pengecekkan secara berkala atas segala perangkat yang berhubungan dengan operasional bus, dan juga pemantauan terhadap para karyawan, serta segala inventaris yang berhubungan. o Pengaturan distribusi penumpang agar dapat lebih tertib dalam proses antri o Pemberian informasi yang lengkap dan akurat kepada para penumpang untuk dapat lebih mengerti

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN

ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN Nama :Budi Santoso NPM : 11210474 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen

Lebih terperinci

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu BAB IV DATA DAN ANALISA 4. Presentasi Data 4.I. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu armada bus, peranan demand menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. BLU TRANSJAKARTA 3.1.1. Sejarah Organisasi Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit di Jakarta, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di Halte Bus Transjakarta koridor 1 Blok M-Kota, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena semakin banyaknya jumlah antrian,yang

Lebih terperinci

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SATYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, mereka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota Kegiatan pelayanan di terminal bustransjakarta tujuan Blok M Kota di mulai sejak pukul

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SALINAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Tinjauan pustaka merupakan dasar - dasar atau landasan teori yang akan dijadikan acuan pedoman dalam menganalisis data pendukung dan merencanakan suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Kegiatan Audit Kinerja Dalam melaksanakan audit kinerja terhadap suatu proses pelayanan atau operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota metropolitan. Sebagai kota besar Jakarta pasti memiliki banyak masalah, salah satunya

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI 3609100051 Latar Belakang Transjakarta sebagai angkutan transportasi yang tergolong

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS 2014 1 Peningkatan Pelayanan Bus Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta) Hasrina Puspitasari 1 dan Sardjito 2 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Perusahaan Sejak pertengahan juni 2009, kota Pekanbaru telah memiliki fasilitas angkutan umum dengan mengedepankan paradigma pelayanan angkutan umum yang baru dan

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (201) 1-6 1 Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT. Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di era modern saat ini, pekerjaan menjadi kebutuhan setiap orang. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi memaksa orang untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian

Lebih terperinci

Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI

Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI Taman SUropati Tugu TANi Stasiun JUanda Bundaran HI Mendukung Program Revitalisasi Angkutan Umum Bus Perkotaan DKI Jakarta Jakarta, 24 Agustus 2016 SMART Mobility

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan perjalanan banyak mengalami perubahan dari sisi jumlah tetapi tidak diimbangi dengan kualitas pelayanannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada

BAB I PENDAHULUAN. Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antrian adalah suatu bentuk barisan yang dilakukan oleh orang-orang pada suatu waktu tertentu untuk melakukan suatu kegiata. Antrian merupakan salah satu pengalaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Suatu proses bidang kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Suatu proses bidang kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu proses bidang kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang paling penting ialah transportasi. Transportasi sangatlah penting bagi masyarakat karena suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota Surabaya yang diikuti dengan pertumbuhan penduduk serta laju pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kebutuhan akan transportasi cukup tinggi. Saat ini

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. SPM. Angkutan Massal. Berbasis Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 10 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Munawar (2005), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Karakteristik pengguna jasa Stasiun Lempuyangan Yogyakarta dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Responden

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Proses analisis data dari pembahasan dilakukan setelah selesai melaksanakan inventarisasi atau pengumpulan data, baikyang berupa data primer maupun data sekunder.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota membutuhkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Mobilitas yang sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Transportasi darat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi, dinas perhubungan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bus perkotaan merupakan angkutan umum utama di berbagai kota di Indonesia. Kenaikkan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi harus diimbangi dengan perbaikan angkutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)

I. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angkutan umum merupakan suatu bentuk transportasi kota yang sangat esensial dan komplementer terhadap angkutan pribadi, tetapi pada kenyataannya hal ini tidak dapat sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. LokasiPengamatan Lokasi pengamatan berada pada terminal Arjosari Kota Malang dan terminal Blitar. Sedangkan survei statis dilakukan di dalam bus sepanjang rute Malang-Blitar.

Lebih terperinci

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Imam Basuki 1 dan Siti Malkhamah 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat pertumbuhan kendaraan di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Pada jaman yang berkembang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum Pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun 2006 sebesar 1,43% dengan jumlah penduduk 1.434.025 jiwa. Oleh karena itu, Semarang termasuk 5 besar kota yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini mengkaji kerja sama antara PT. Jogja Tugu Trans dan Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan layanan Trans Jogja. Berdasarkan

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menguraikan tentang angkutan umum, tujuan dan sifat angkutan umum, permasalahan angkutan umum, angkutan umum antar kota dalam provinsi AKDP dalam bentuk trayek,

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PELAYANAN TRANSIT ANTAR KORIDOR BUS RAPID TRANSIT TRANS SEMARANG

EVALUASI SISTEM PELAYANAN TRANSIT ANTAR KORIDOR BUS RAPID TRANSIT TRANS SEMARANG JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 505 511 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 505 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemaparan Data Data jumlah kedatangan penumpang diperoleh langsung dari pihak manajemen. Berikut adalah data kedatangan yang didapat dari pihak manajemen (Tabel yang lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Angkutan Umum Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan system sewa atau bayar. Dalam hal angkutan umum, biaya angkutan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Standar Pelayanan Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum dapat dikatakan baik apabila sesuai dengan standar-standar yang telah di keluarkan pemerintah. Pengoperasian angkutan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data - Data Primer Data primer adalah data-data yang didapat dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI Sistem didefinisikan sebagai seperangkat obyek (komponen, subsistem) dengan interaksi antar obyek dan secara keseluruhan mempunyai satu tujuan/fungsi. Contoh:

Lebih terperinci

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan perekonomian yang semakin meningkat dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi di wilayah DKI Jakarta, maka dampak masalah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP : 0421012 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini perkembangan suatu daerah dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi yang terjadi,

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tempat pusat pemerintahan Indonesia, dan juga merupakan pusat bisnis dan perdagangan, hal ini merupakan salah satu penyebab banyaknya penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PROGRAM. perusahaan dapat berjalan dengan baik.hal ini penting mengingat organisasi mencakup

BAB 3 ANALISIS PROGRAM. perusahaan dapat berjalan dengan baik.hal ini penting mengingat organisasi mencakup 24 BAB 3 ANALISIS PROGRAM 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Struktur Organisasi Transjakarta Setiap perusahaan perlu memiliki struktur organisasi yang sesuai agar perusahaan dapat berjalan dengan baik.hal ini penting

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Proses antrian, TransJogja

ABSTRAK. Kata Kunci : Proses antrian, TransJogja ABSTRAK Proses antrian merupakan suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, menunggu dalam baris antrian jika belum dapat dilayani, dilayani dan akhirnya

Lebih terperinci

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan 3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan

Lebih terperinci

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini sarana transportasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam aktivitas kehidupan manusia sehari hari. Bahkan dapat dikatakan keberadaannya sudah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Harapan/kebutuhan utama konsumen dalam menggunakan jasa kereta api Setelah melakukan penelitian, diperoleh bahwa kebutuhan konsumen dapat dikelompokkan ke

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Data Penumpang Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November 2014 dan minggu 16 November 2014 (data terlampir) diperoleh data naik dan turun penumpang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau daerah tertentu. Masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemacetan 2.1.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 249 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari uraian uraian sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menarik kesimpulan serta memberikan rekomendasi terhadap hasil studi. Adapun kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch

Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: 11 30 November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch Tanggal laporan: Desember 2013 Disusun oleh: Tim dari Nusaresearch

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANTRIAN UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA KEPADATAN JUMLAH ANTRIAN DI STASIUN BANYUWANGI BARU

PENERAPAN METODE ANTRIAN UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA KEPADATAN JUMLAH ANTRIAN DI STASIUN BANYUWANGI BARU PENERAPAN METODE ANTRIAN UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA KEPADATAN JUMLAH ANTRIAN DI STASIUN BANYUWANGI BARU Harliwanti Prisilia Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah lama ada dalam perkembangan kehidupan manusia, dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin meningkat. Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 75 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan 3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Pada awalnya Dinas Perhubungan dikenal dengan nama DitJen (Direktorat Jenderal) Perhubungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang tumbuh pesat dewasa ini, menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang tumbuh pesat dewasa ini, menuntut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang tumbuh pesat dewasa ini, menuntut manusia untuk bekerja secara efektif dan efisien, hal ini tentunya dilakukan agar semua orang dapat

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ketidakpuasaan dan perbaikan pelayanan DAMRI antara lain adalah : 1. Yang menjadi atribut layanan yang belum memuaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bus Way Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan bus pada jalur khusus. Bagaimana TransJakarta Beroperasi Para penumpang harus menggunakan

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

OPTIMASI HEADWAY DAN KECEPATAN BUS (Studi Kasus: Pengoperasian Transjakarta Koridor 1) LILI SURYANI WIDIYASTUTI

OPTIMASI HEADWAY DAN KECEPATAN BUS (Studi Kasus: Pengoperasian Transjakarta Koridor 1) LILI SURYANI WIDIYASTUTI OPTIMASI HEADWAY DAN KECEPATAN BUS (Studi Kasus: Pengoperasian Transjakarta Koridor 1) LILI SURYANI WIDIYASTUTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan berikut: Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi yang merupakan salah satu sektor industri yang bersentuhan langsung dengan lalu lintas dinyatakan sebagai salah satu industri dengan tingkat cedera dan

Lebih terperinci

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta Macet adalah keadaan yang hampir setiap saat dialami masyarakat Jakarta. Sebelumnya, macet hanya dialami, saat jam berangkat kantor atau jam pulang kantor. Namun kini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM INSTITUSI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM INSTITUSI PENELITIAN 38 BAB V GAMBARAN UMUM INSTITUSI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Bus TransJakarta Dengan mengedepankan konsep efisiensi dan kesetaraan pada penerapan sistem angkutan umum, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Rizal, 2012:2) yang menyatakan bahwa penerapan ilmu dan teknologi pada

BAB I PENDAHULUAN. (Rizal, 2012:2) yang menyatakan bahwa penerapan ilmu dan teknologi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana penting di era modernisasi saat ini, sehingga menimbulkan ketergantungan manusia terhadap alat transportasi baik pribadi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan di depan loket bioskop, bank, antrian untuk dilayani saat servis

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan di depan loket bioskop, bank, antrian untuk dilayani saat servis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan dengan kondisi antrian. Pada sistem non manufaktur kita jumpai kondisi antrian ketika menunggu pelayanan di depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah kendaraan pengangkut barang atau manusia di atas jarak yang diberikan (oleh kendaraan), misalnya transportasi manusia oleh kereta api, bis atau pesawat

Lebih terperinci