Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang"

Transkripsi

1 INVENTARISASI GULMA DI BAWAH TEGAKAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq.) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGENDALIAN GULMA DI KABUPATEN MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN 1) Oleh : Sri Utami 2), Asmaliyah 2), dan Fatahul Azwar 2) ABSTRAK Tanaman pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi, multifungsi, dan mempunyai prospek besar untuk dikembangkan. Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan pulai darat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat (A. angustiloba Miq.) yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun dan mengetahui dominansinya yang sangat diperlukan dalam tindakan pengelolaan dan pengendalian gulma. Penelitian ini dilakukan di pertanaman pulai darat, areal hutan rakyat milik PT. Xylo Indah Pratama di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, dari bulan September sampai Desember Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat relatif sama dan didominasi famili Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae. Imperata cylindrica, Melastoma affine, Chromolaena odorata, dan Clibadium surinamense merupakan gulma penting dan sangat dominan di semua areal pertanaman pulai darat, baik yang berumur 1, 2, 3, maupun 4 tahun. Oleh karena itu tindakan pengendaliannya perlu diperhatikan dengan tetap mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya. Kata kunci : Pulai darat, Alstonia angustiloba Miq., gulma, pengendalian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pulai darat (Alstonia angustiloba Miq.) merupakan tanaman yang bernilai ekonomis, multifungsi, dan mempunyai prospek besar untuk dikembangkan. Salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan pulai darat yaitu adanya gulma. Dalam hal ini gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkannya untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan (Fryer, 1977). Rumusan kerugian yang ditimbulkan dalam definisi gulma tidak terbatas hanya pada produksi tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia lainnya di dalam mencapai tujuan, termasuk nilai-nilai estetika. Pada tanaman pulai darat, gulma dapat menghambat pertumbuhan dan produksi serta menimbulkan gangguan bagi kegiatan pengusahaan tanaman pulai. Gulma umum yang terdiri dari Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, dan Digitaria adscendes, yang dibiarkan tumbuh di pembibitan dapat mengakibatkan 85 % bibit karet tidak memenuhi syarat untuk diinokulasi karena pertumbuhan batangnya tertekan (Nasution, 1981). Bentuk atau pola komunitas gulma di suatu pertanaman tidak tetap tetapi berubah-ubah sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya mengikuti 1 Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

2 Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 kaidah umum dinamika populasi tumbuhan. Sungguhpun bentuk komunitas gulma berubah-ubah tetapi bentuk umum komunitas gulma di suatu pertanaman seperti pertanaman pulai darat perlu diketahui. Oleh karena itu kegiatan inventarisasi jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat perlu dilakukan. Dengan diketahuinya jenis-jenis gulma sangat menentukan kebijaksanaan pengelolaan gulma di pertanaman pulai darat. B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun dan mengetahui dominansinya yang sangat diperlukan dalam tindakan pengelolaan dan pengendalian gulma. II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di pertanaman pulai darat, areal hutan rakyat milik PT. Xylo Indah Pratama di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan dari bulan September sampai Desember B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang diperlukan adalah tegakan pulai darat yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun. Alat yang diperlukan adalah hand counter, meteran, pita ukur, dan buku determinasi gulma. C. Metodologi 1. Pengambilan Data Lapangan Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan teknik sampling. Dalam pelaksanaan teknik sampling ini dilakukan dengan pembuatan petak-petak contoh/plot. Petak-petak contoh ini dibuat dengan memperhatikan kondisi keseluruhan populasi tempat penelitian sehingga peletakan dari petakpetak contoh yang dibuat harus tersebar pada seluruh areal penelitian. Penentuan ukuran petak-petak contoh dalam penelitian ini dengan menggunakan kurva spesies area. Ukuran petak contoh yang dibuat sebesar 2 x 2 m sebanyak 20 plot untuk tiap luasan pertanaman pulai darat. 2. Analisa Data Dari hasil pengambilan data lapangan dilakukan analisis kuantitatif, antara lain: a. Kerapatan Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis pada suatu lokasi tertentu, yang dirumuskan : Jumlah jenis Kerapatan = Luas total petak contoh b. Kerapatan Relatif Kerapatan relatif adalah persentase kerapatan jenis terhadap kerapatan dari seluruh jenis, dirumuskan : Kerapatan suatu jenis Kerapatan Relatif = x 100 % Kerapatan seluruh jenis 136

3 Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar) c. Frekuensi Frekuensi adalah pembandingan banyaknya petak contoh yang ditemui suatu jenis terhadap petak contoh yang dibuat, dirumuskan : Jumlah plot diketemukan suatu jenis Frekuensi = Jumlah seluruh plot pengamatan d. Frekuensi Relatif Frekuensi relatif adalah persentase frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis, dirumuskan : Frekuensi suatu jenis Frekuensi Relatif = x 100 % Frekuensi seluruh jenis e. Indeks Nilai Penting (INP) Nilai ini menunjukkan dominansi suatu jenis dalam suatu tegakan atau areal tertentu, dirumuskan : INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Inventarisasi dan Dominansi Gulma di Pertanaman Pulai Darat (A. angustiloba) Hasil inventarisasi gulma menunjukkan bahwa di bawah tegakan pulai darat yang berumur 1, 2, 3, dan 4 tahun ditemukan masing-masing 24 jenis (spesies) gulma dari 12 famili, 37 jenis dari 15 famili, 36 jenis dari 18 famili, dan 28 jenis dari 12 famili (Tabel 1, 2, 3, 4). Famili tumbuhan yang mendominasi komunitas gulma tersebut adalah Asteraceae, Melastomataceae, dan Poaceae. Jenis tumbuhan dari Asteraceae dan Melastomataceae adalah gulma berdaun lebar dan dari famili Poaceae adalah jenis rumput-rumputan. Keragaman gulma yang terdapat di keempat lokasi pertanaman pulai darat relatif sama. Ada beberapa jenis gulma berdaun lebar habitus semak berkayu yang selalu dijumpai di semua pertanaman pulai darat, seperti senggani (Melastoma affine), kirinyuh (Chromolaena odorata), putihan (Clibadium surinamense), akar kala (Clidemia hirta), dan sembung rambat (Mikania micrantha). Adapun jenis rumput-rumputan yang selalu ditemukan di semua pertanaman pulai darat yaitu alang-alang (Imperata cylindrica), jaringan (Paspalum commersonii), dan rumput malela (Brachiaria mutica). Selain itu ditemukan juga jenis gulma dari pohon atau kayu-kayuan, yang ditemukan di semua pertanaman pulai darat, yaitu anakan kayu kandri (Bridelia monoica) dan anakan akasia (Acacia mangium). Kedua jenis kayu tersebut umum dijumpai di Sumatera (Heyne, 1987). Sedangkan gulma dari jenis teki-tekian dan pakis-pakisan hanya ditemukan di beberapa lokasi pertanaman pulai darat. Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman komunitas gulma di antaranya yaitu jenis tanah. Komposisi gulma dan penutupannya pada pertanaman yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah Alluvial atau hidromorfik dijumpai gulma golongan tekitekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan dibanding dengan yang dijumpai pada tanah Podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada pertanaman yang jenis tanahnya Podsolik (Nasution, 1981). Jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian ini adalah asosiasi Podsolik, Podsolik Coklat Kekuningan, Latosol Coklat Kemerahan, dan Alluvial Kekuningan. Dengan tipe tanah seperti itu, pada pertanaman pulai darat dominan dijumpai gulma berdaun 137

4 Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 lebar dengan jenis yang beragam dan sedikit teki-tekian. Seperti halnya pada perkebunan karet PN/PT. Perkebunan Wilayah 1 Sumatera Utara dan Aceh menunjukkan bahwa gulma berdaun lebar lebih dominan pada tanah Podsolik (Nasution, 1981; Nasution, 1984). Gulma berdaun lebar seperti C. hirta, M. micrantha, dan M. affine sangat mendominasi. Sedangkan gulma golongan tekitekian, seperti Cyperus kyllingia dan Cyperus rotundus lebih sedikit dijumpai pada tanah Podsolik tetapi dominan pada ekologi dengan jenis tanah Alluvial. Faktor lain yang mempengaruhi keragaman komunitas gulma yaitu ketinggian di atas permukaan laut. Komposisi gulma beragam pada pertanaman yang mempunyai ketinggian berbeda. Di kawasan Sumatera Utara dan Aceh, kebun karet yang terletak pada ketinggian 0-30 m di atas permukaan laut (m dpl) dijumpai lebih banyak jenis gulma dari golongan teki-tekian, sedangkan pada kebun yang terletak m dpl, jenis rumput-rumputan lebih banyak (Nasution, 1981). Ketinggian rata-rata lokasi penelitian ini 120 m dpl dengan keadaan topografi sebagian besar relatif bergelombang dengan kelerengan antara 0-15 % dan curah hujan sebesar mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 24 0 C. Ternyata dengan ketinggian tanah dan iklim seperti itu gulma yang dominan di bawah tegakan pulai darat dengan beragam tahun tanam, yaitu gulma berdaun lebar seperti senggani (M. affine), putihan (C. surinamense), kirinyuh (C. odorata), dan rumput alang-alang (I. cylindrica) (Tabel 1, 2, 3, dan 4). Pola kultur teknis juga mempengaruhi keragaman komunitas gulma di bawah tegakan pulai darat. Faktor-faktor kultur teknis yang mempengaruhi sifat komunitas gulma adalah adanya vegetasi penutup tanah (kacang-kacangan), cara pengendalian gulma, pemupukan, drainase, intensitas naungan (yang erat hubungannya dengan bentuk dan kepadatan tajuk tanaman dan jarak tanam), dan lain-lain. Di lokasi penelitian tidak dilakukan penanaman tumbuhan kacangkacangan penutup tanah. Efek yang ditimbulkan oleh tumbuhan tersebut bisa menguntungkan dan merugikan tetapi kerugian yang ditimbulkan sangat kecil dibandingkan dengan keuntungannya. Hanya Crotalaria striata saja yang ditemukan di bawah tegakan pulai darat yang berumur 2, 3, dan 4 tahun, itu pun dengan nilai INP yang sangat kecil, yaitu 4,38; 1,02; dan 0,66. Padahal adanya tumbuhan kacang-kacangan penutup tanah dapat menekan pertumbuhan gulma terutama selama masa awal pertumbuhan tanaman di mana tajuknya belum menutup sehingga biaya pengendalian gulma dapat ditekan. Drainase sangat mempengaruhi kepadatan dan dominansi jenis gulma. Apabila drainasenya baik maka akan menghambat pertumbuhan gulma. Pada pertanaman pulai darat yang berbeda intensitas naungannya maka komposisi dan INP-nya besar perbedaannya. Gulma di bawah tegakan pulai darat yang berumur 4 tahun, jenisnya paling sedikit (28 jenis) dibandingkan dengan 3 lokasi pertanaman lainnya (Tabel 4). Demikian juga di bawah tegakan yang sama, gulma berdaun lebar dan rumput-rumputan paling sedikit komposisi dan dominansinya dibandingkan dengan gulma pada pertanaman lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan bertambahnya umur pulai darat tersebut maka lebar penutupan tajuk semakin bertambah yang mengakibatkan intensitas cahaya semakin kecil sehingga keragaman gulma juga semakin kecil. Pada pertanaman pulai darat yang berumur 2 tahun dijumpai paling banyak jenis gulma (37 jenis). Sedangkan pada pertanaman pulai darat yang berumur 1 tahun hanya ditemukan 24 jenis. Hal ini terkait dengan faktor pembersihan gulma yang dilakukan sebanyak 138

5 Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar) 2 kali dalam setahun dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman pulai darat. Dominansi senggani (M. affine) di bawah tegakan pulai darat yang berumur 2 tahun paling besar dibandingkan 3 lokasi lainnya (Tabel 2). M. affine merupakan tumbuhan perdu tahunan berbunga sepanjang tahun, tumbuh pada tanah lembab atau kering, lokasi terbuka atau agak ternaung dan penyebarannya meliputi m dpl. Dengan lokasi pertanaman yang terletak m dpl ditunjang dengan kondisi iklim yang cocok, maka M. affine ini mendominasi di semua pertanaman pulai darat. M. affine termasuk gulma penting karena efek persaingannya dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus. Kirinyuh (C. odorata) merupakan gulma berdaun lebar yang juga mendominasi pertanaman pulai darat dengan nilai INP di bawah M. affine. C. odorata merupakan tumbuhan perdu berkayu tahunan dan salah satu jenis gulma yang tangguh karena batangnya keras berkayu dan perakarannya kuat dan dalam. Selain itu C. odorata menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin karena adanya rambut papus. C. odorata tumbuh pada tanah lembab sampai kering, lokasi terbuka maupun ternaung, biasanya berbunga pada bulan Agustus- September, dan penyebarannya meliputi m dpl. C. odorata juga merupakan gulma penting karena efek persaingan yang ditimbulkan besar dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus. Bahaya lainnya adalah mudah menimbulkan kebakaran di musim kemarau. Pada pertanaman pulai darat yang berumur 1 dan 2 tahun, dominansi putihan (C. surinamense) sangat besar, dengan nilai INP masing-masing 29,70 dan 14,85. C. surinamense merupakan gulma perdu tahunan yang tingginya dapat mencapai 3 m, perakarannya kuat, dalam, dan menyebar. C. surinamense ini mempunyai kemampuan bersaing yang tinggi, berbunga sepanjang tahun, berkembang biak dengan biji, dan dapat tumbuh pada ketinggian m dpl. Gulma ini sangat merugikan pertanaman karena efek persaingan yang berat. Dari Melastomataceae, selain M. affine, ada juga akar kala (C. hirta) yang mempunyai nilai INP tinggi pada pertanaman pulai darat yang berumur 4 tahun, yaitu sebesar 14,54. C. hirta merupakan tumbuhan perdu tahunan, gulma yang tangguh, perakarannya kuat, batangnya keras, dan bila ditebas akan tumbuh tunas-tunas baru. Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau agak kering, lokasi terbuka atau ternaung, berbunga sepanjang tahun, dan penyebarannya meliputi m dpl. Sedangkan dari Asteraceae, selain C. odorata, terdapat juga buyung (Vernonia cinerea) yang mempunyai nilai INP tinggi, yaitu 25,51 pada pertanaman pulai darat umur 1 tahun. Pada pertanaman lainnya, gulma tersebut tidak dominan. V. cinerea ini merupakan terna yang tumbuh di dataran rendah dan sangat cocok tumbuh di daerah yang cukup mendapat cahaya matahari dengan sedikit naungan (Heyne, 1987). Dengan demikian pada pertanaman pulai darat berumur 1 tahun dengan kondisi tajuk belum menutup menyebabkan intensitas naungan lebih kecil. Oleh karena itu gulma tersebut lebih kompetitif untuk tumbuh. Sedangkan dari jenis rumput-rumputan yang mendominasi hampir semua pertanaman pulai darat yaitu alang-alang (I. cylindrica), dengan nilai INP yang sangat tinggi, yaitu 35,88 pada pertanaman pulai darat berumur 2 tahun; 44,03 pada pertanaman pulai darat berumur 3 tahun; dan 38,16 pada pertanaman pulai darat berumur 4 tahun. I. cylindrica merupakan rumput tahunan yang tangguh, tumbuh tegak dan berumpun rapat. Gulma ini merupakan tumbuhan pawang atau pioneer, sangat tangguh, toleran terhadap kekeringan dan panas sehingga tidak 139

6 Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 mati walaupun daunnya di atas permukaan tanah terbakar. Bijinya ringan dan mempunyai papus sehingga mudah diterbangkan angin. Daun kering dan papus sering dipergunakan burung untuk membuat sarangnya sehingga dapat membantu penyebaran alang-alang. Gulma ini toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan, terbakar, dan hara yang miskin, tetapi tidak toleran terhadap air tergenang dan suasana ternaung. Daerah penyebarannya sangat luas meliputi m dpl. I. cylindrica ini merupakan gulma yang penting karena merupakan saingan tanaman pulai darat dalam perebutan unsur hara dan air. Selain itu juga mengeluarkan zat allelopati dari rimpang dan daunnya berupa senyawa phenol, asam valinik, dan asam karbolik (Eussen et al., 1976). Karena bahaya yang ditimbulkannya, I. cylindrica tidak dapat ditolerir tumbuh di areal pertanaman pulai darat. Gulma lainnya yang mengeluarkan zat allelopati yaitu teki (Cyperus rotundus) dan sembung rambat (Mikania micrantha). M. micrantha mengeluarkan zat ekskresi yang mengandung phenol dan flavon yang bisa menekan pertumbuhan tanaman. Selain menimbulkan efek allelopati, M. micrantha membelit tanaman pulai darat yang bisa menghambat pertumbuhan batang dan menurunkan nilai estetika karena merusak keindahan pertanaman. Namun demikian gulma tersebut tidak mendominasi pertanaman pulai darat, bisa dilihat dari rendahnya nilai INP. Begitu juga dengan C. rotundus yang keberadaannya tidak begitu penting karena tidak mendominasi pertanaman. Gulma ini hanya ditemukan pada pertanaman pulai darat umur 3 tahun dengan nilai INP yang kecil yaitu sebesar 3,42. B. Hubungan Keragaman dan Dominansi Gulma dengan Kebijaksanaan Pengendaliannya Adanya keragaman dan dominansi gulma pada masing-masing pertanaman pulai darat tersebut memberi petunjuk bahwa tindakan pengendalian gulma perlu diperhatikan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya. Dalam pengusahaan pertanaman pulai darat, pengendalian gulma harus ditujukan untuk menekan kerugian dan gangguan yang ditimbulkan oleh gulma hingga sekecil mungkin agar pertumbuhan dan produksi tanaman serta manajemennya tidak terganggu. Untuk mencapai hal tersebut metode pengendalian yang perlu dilakukan yaitu teknik pengendalian terpadu. Berdasarkan definisi tersebut terlihat ada dua aspek penting, yaitu pertama, pengendalian gulma dilakukan tidak hanya mutlak dengan satu metode saja tetapi dengan gabungan beberapa metode yang mungkin secara tepat, dan kedua metode terpadu ditujukan untuk menekan populasi gulma, bukan untuk memberantas atau memusnahkan gulma secara total. Pengertian pengendalian gulma dengan gabungan beberapa metode yang mungkin secara tepat adalah menetapkan gabungan beberapa metode yang sesuai dengan keadaan tanaman dan lingkungan disesuaikan dengan ketersediaan peralatan, tenaga terampil, bahan-bahan, dan yang tak kalah pentingnya yakni dengan pengeluaran biaya semurah mungkin dan aman terhadap lingkungan terutama manusia. Menekan populasi gulma dan mempertahankan pada tingkat yang tidak merugikan berarti mengendalikan gulma agar tumbuh pada tingkat kerapatan dan tinggi tertentu agar hanya terdiri dari jenis-jenis yang tidak menimbulkan kerugian yang berarti. Melihat dominansi gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat tersebut, pengendalian gulma harus dilakukan terutama terhadap gulma penting dan dominan. Sedangkan tindakan pemberantasan gulma, seperti yang kita ketahui, 140

7 Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar) cenderung mengakibatkan gundulnya permukaan tanah sehingga mendorong erosi dan cenderung pula mengakibatkan penggunaan herbisida secara berlebihan. Dengan demikian bisa mencemari lingkungan dan yang tak kalah penting adalah mengakibatkan pemborosan. Oleh karena itu pemberantasan gulma hanya dikenakan pada gulma tertentu yang sangat merugikan apabila tumbuh di pertanaman terutama tanaman pulai darat produktif, yaitu 1). I. cylindrica karena efek persaingan, efek alellopati, cepatnya berkembang biak, dan sulit pengendaliannya; 2). M. affine karena efek persaingannya dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus; 3) C. surinamense karena efek persaingan yang berat; dan 4) C. odorata karena efek persaingan yang ditimbulkan besar dan pengendaliannya memerlukan perhatian khusus. Demikian juga hal yang tidak kalah penting yang harus dilakukan yaitu membuat program pengendalian gulma jangka panjang disusun berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan pengendalian gulma di pertanaman pulai darat. Dalam program pengelolaan gulma jangka panjang termasuk tindakan-tindakan pencegahan maupun pengendalian dengan pertimbangan yang diperlukan dalam segi ekonomi dan ekologi. Tabel 1. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah tegakan pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 1 tahun No Nama jenis Nama lokal Famili Kerapatan Kerapatan Frekuensi per plot relatif relatif INP 1 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomatace ,786 13,043 31,830 ae 2 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae ,373 12,319 29,692 3 Imperata cylindrica BEAUV Alang alang Poaceae ,373 10,870 28,243 4 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae ,539 7,971 25,510 5 Erigeron sumatrensis Retz. Jabung Euphorbiaceae ,136 13,043 25,180 6 Chromolaena odorata (L.) Kirinyuh Asteraceae 49 4,073 7,971 12,044 R.M. King & H. Robinson 7 Trema orientale Bl. Anggrung Ulmaceae 9 0,75 5,07 5,82 8 Cynodon dactylon PRESL. Grintingan Poaceae 29 2,41 2,17 4,59 9 Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 11 0,91 3,62 4,54 rambat 10 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 6 0,50 3,62 4,12 11 Ageratum swaviolens Nyawon Asteraceae 23 1,91 2,17 4,09 12 Arcangelisia flava MERR Peron Menispermace 14 1,16 2,90 4,06 ae 13 Scleria sumatrensis Retz Kerisan Cyperaceae 8 0,67 2,90 3,56 14 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 5 0,42 2,90 3,31 15 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 20 1,66 0,73 2,39 16 Brachiaria mutica (Forsk.) Rumput Poaceae 8 0,67 1,45 2,11 Stapf malela 17 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 8 0,67 1,45 2,11 18 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 2 0,17 1,45 1,62 19 Cyrtococcum acrescens Kretekan Poaceae 6 0,50 0,73 1,22 (Trin.) Stapf 20 Borreria latifolia (Aubl.) K.Sch. Kentangan Rubiaceae 4 0,33 0,73 1,06 21 Solanum torvum Sw. Terong Solanaceae 2 0,17 0,73 0,89 terongan 22 Acacia mangium Willd Akasia Fabaceae 1 0,08 0,73 0,81 23 Helminthostachys zeylanica Manon Filices ,73 0,81 HOOK 24 Lygodium scandens SWARZ Rotan cacing Filices 1 0,08 0,73 0,81 141

8 Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 Tabel 2. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah tegakan Pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 2 tahun No Nama jenis Nama lokal Famili Kerapatan Kerapatan Frekuensi per plot relatif relatif INP 1 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomataceae ,62 9,14 43,52 2 Imperata cylindrica BEAUV Alang-alang Poaceae ,22 9,65 35,81 3 Chromolaena odorata (L.) R.M. Kirinyuh Asteraceae 109 7,49 8,12 15,08 King & H. Robinson 4 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 98 6,73 8,12 14,85 5 Clidemia hirta DON Akar kala Melastomataceae 19 1,31 5,08 6,38 6 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 12 0,82 4,57 5,39 7 Acacia mangium Akasia Fabaceae 18 1,24 3,55 4,79 8 Brachiaria distachya (Linn.) Gajihan Poaceae 25 1,72 3,05 4,76 Stapf 9 Trema orientale Bl. Anggrung Ulmaceae 17 1,17 3,55 4,72 10 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 15 1,03 3,55 4,58 11 Lygodium scandens SWARZ Rotan cacing Filices 15 1,03 3,55 4,58 12 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 13 0,89 3,55 4,45 13 Crotalaria striata DC. Kacangkacangan Fabaceae 12 0,82 3,55 4,38 14 Axonopus compressus (Swartz) Rumput pait Poaceae 21 1,44 2,54 3,98 Beauv 15 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 27 1,85 2,03 3,89 16 Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 10 0,69 3,05 3,73 rambat 17 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 14 0,96 2,54 3,50 18 Scleria sumatrensis Retz Kerisan Cyperaceae 19 1,31 2,03 3,34 19 Gleichenia linearis CLARKE Paku kawat Gleicheniaceae 23 1,58 1,52 3,10 20 Helminthostachys zeylanica Manon Filices 13 0,89 2,03 2,92 HOOK 21 Helicteres sp. Jelumpang Sterculiaceae 8 0,55 2,03 2,58 22 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 7 0,48 2,03 2,51 23 Solanum torvum Sw. Terongterongan Solanaceae 4 0,28 2,03 2,31 24 Croton hirtus L'Herit Jarakan Euphorbiaceae 20 0,28 0,51 1,88 25 Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf Rumput malela Poaceae 9 0,62 1,02 1,63 26 Paspalum conjugatum Berg Paitan Poaceae 7 0,48 1,02 1,50 27 Starchytarpheta indica (L.) Vahl Ngadi rengga Verbenaceae 4 0,28 1,02 1,29 28 Erechtites valerianifolia RAF. Sintrong Asteraceae 10 0,69 0,51 1,19 29 Saurpopus androgynus MERR. Katu Euphorbiaceae 2 0,14 1,02 1,15 30 Sida rhombifolia L. Sidaguri Malvaceae 6 0,41 0,51 0,92 31 Euphorbia hirta L. Patikan Euphorbiaceae 3 0,21 0,51 0,71 32 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae 2 0,14 0,51 0,65 33 Ageratum swaviolens Nyawon Asteraceae 2 0,14 0,51 0,65 34 Erigeron sumatrensis Retz. Jabung Euphorbiaceae 2 0,14 0,51 0,65 35 Ficus alba REINW. Kebak Moraceae 2 0,14 0,51 0,65 36 Schima bancana MIQ Ciru Saxifragaceae 1 0,07 0,51 0,58 37 Salvinia pubescens Rumput perahu Salvinaceae 1 0,07 0,51 0,58 142

9 Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat (Sri Utami, Asmaliyah, dan Fatahul Azwar) Tabel 3. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah tegakan Pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 3 tahun No Nama jenis Nama lokal Famili Kerapatan Kerapatan Frekuensi per plot relatif relatif INP 1 Imperata cylindrica BEAUV Alang alang Poaceae ,39 8,64 44,03 2 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomataceae ,64 9,09 26,73 3 Chromolaena odorata (L.) Kirinyuh Asteraceae 124 6,65 9,09 15,74 R.M. King & H. Robinson 4 Helminthostachys zeylanica HOOK Manon Filices 119 6,38 7,27 13,65 5 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae ,00 9,77 6 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 32 1,72 5,91 7,63 7 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 43 2,31 5,00 7,31 8 Clidemia hirta DON Akar kala Melastomataceae 50 2,68 4,55 7,23 9 Gleichenia linearis CLARKE Paku kawat Gleicheniaceae 91 4,88 2,27 7,15 10 Erechtites valerianifolia RAF. Sintrong Asteraceae 37 1,98 5,00 6,98 11 Salvinia pubescens Rumput Salvinaceae 21 1,13 4,55 5,67 perahu 12 Cyclosorus aridus (Don.) Pakis kadal Thelypteridaceae 48 2,57 2,73 5,30 Ching 13 Borreria laevis (Lamk) Patikan Rubiaceae 17 0, Mikania micrantha H.B.K. Sembung Asteraceae 16 0, rambat 15 Oxalis barrelieri L. Kemangian Lamiaceae 31 1, Cyperus rotundus LINN. Teki Poaceae 13 0,70 2,73 3,42 17 Nephrolepis biserrata Paku harupat Dennsteadtiaceae 26 1,39 1,82 3,21 SCHOTT. 18 Hyptis rhomboidea Mart. & Godong puser Lamiaceae 19 1,02 1,82 2,84 Gal. 19 Mimosa sp. Putri malu Mimosaceae 8 0,43 2,27 2,70 20 Helicteres sp. Jelumpang Sterculiaceae 6 0,32 1,82 2,14 21 Borreria latifolia (Aubl.) K. Kentangan Rubiaceae 13 0,07 1,36 2,06 Sch. 22 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 7 0,38 1,36 1,74 23 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 6 0,32 1,36 1,69 24 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 5 0,27 1,36 1,63 25 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 4 0,21 1,36 1,58 26 Selaginella plana HIERON Lengkonai Selaginellaceae 19 1,02 0,46 1,47 27 Starchytarpheta indica (L.) Vahl Ngadi rengga Verbenaceae 8 0,43 0,91 1,34 28 Poperromia pellucida KUNTH Piper Piperaceae 6 0,32 0,91 1,23 29 Crotalaria striata DC. Kacangkacangan Leguminosae 2 0,11 0,91 1,02 30 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae 6 0,32 0,46 0,78 31 Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput belulang Poaceae 3 0,16 0,46 0,62 32 Ocimum basilicum LINN. Kemangian Lamiaceae 3 0,16 0,46 0,62 33 Azadirachta indica JUSS. Mimba Meliaceae 1 0,05 0,46 0,51 34 Echinochloa colonum (L.) Tuton Poaceae 1 0,05 0,46 0,51 Link. 35 Dioscorea alata LINN. Uwi liar Dioscoreaceae 1 0,05 0,46 0,51 36 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 1 0,05 0,46 0,51 143

10 Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 Tabel 4. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting (INP) gulma di bawah tegakan pulai darat (A. angustiloba) yang berumur 4 tahun No Nama jenis Nama lokal Famili Kerapatan Kerapatan Frekuensi INP per plot relatif relatif 1 Imperata cylindrica BEAUV Alang-alang Poaceae ,73 8,43 38,16 2 Melastoma affine D. Don Senggani Melastomataceae ,65 9,55 22,20 3 Bridelia monoica MERR Kandri Euphorbiaceae 82 7,92 9,55 17,47 4 Chromolaena odorata (L.) R.M. Kirinyuh Asteraceae 93 8,98 7,87 16,84 King & H. Robinson 5 Clidemia hirta DON Akar kala Melastomataceae 75 7,24 7,30 14,54 6 Clibadium surinamense L. Putihan Asteraceae 39 3,76 7,87 11,63 7 Lygodium scandens SWARZ Rotan cacing Filices 33 3,18 7,87 11,05 8 Nephrolepis biserrata SCHOTT. Paku harupat Dennsteadtiaceae 45 4,34 5,61?.96 9 Starchytarpheta indica (L.) Vahl Ngadi rengga Verbenaceae 57 5,50 2,25 7,75 10 Mikania micrantha H.B.K. Sembung rambat Asteraceae 26 2,51 4,49 7,00 11 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 31 2,99 3,93 6,93 12 Macaranga sp. Mahang Euphorbiaceae 14 1,35 3,93 5,28 13 Ottochloa nodosa (KUNTH.) Rumput kawatan Poaceae 15 1,45 3,37 4,82 DANDY 14 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 9 0,87 3,37 4,24 15 Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf Rumput malela Poaceae 15 1,45 1,69 3,13 16 Acacia mangium Willd Akasia Fabaceae 5 0,48 2,25 2,73 17 Gleichenia linearis CLARKE Paku kawat Gleicheniaceae 17 1,64 0,56 2,20 18 Hyptis rhomboidea Mart. & Gal. Godong puser Lamiaceae 11 1,06 1,12 2,19 19 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 4 0,39 1,69 2,07 20 Oxalis barrelieri L. Calincing Oxalidaceae 6 0,58 1,12 1,70 21 Hevea brasiliansis MUELL. ARG. Karet Euphorbiaceae 5 0,48 1,12 1,61 22 Paspalum conjugatum Berg. Paitan Poaceae 2 0,19 1,12 1,32 23 Passiflora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 2 0,19 1,12 1,32 24 Cyrtococcum acrescens (Trin.) Kretekan Poaceae 5 0,48 0,56 1,04 Stapf 25 Vernonia cinerea Lass. Buyung Asteraceae 5 0,48 0,56 1,04 26 Brachiaria distachya (Linn.) Stapf Gajihan Poaceae 1 0,10 0,56 0,66 27 Crotalaria striata DC. Kacangkacangan Leguminosae 1 0,10 0,56 0,66 28 Helicteres sp. Jelumpang Sterculiaceae 1 0,10 0,56 0,66 IV. KESIMPULAN Keragaman gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat relatif sama dan didominasi famili Asteraceae, Melastomataceae dan Poaceae. I. cylindrica, M. affine, C. odorata, dan C. surinamense merupakan gulma penting dan sangat dominan di semua areal pertanaman pulai darat, baik yang berumur 1, 2, 3, maupun 4 tahun. Oleh karena itu tindakan pengendaliannya perlu diperhatikan dengan tetap mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya. DAFTAR PUSTAKA Fryer, J.D. and R.J. Makepeace Weed Control Handbook. Vol. 1. Blackwell Scientific Publication. London. Heyne, K Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Nasution, U Inventarisasi Gulma di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Hubungannya dengan Pengelolaan Gulma. Pros. Kongres ke-6 Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Medan. Nasution, U Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Pros. Lokakarya Karet 1984 PN/PT Perkebunan Wilayah I. P4TM. Tanjung Morawa. 144

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot)

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot) Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 R (%) F FR (%) INP 1 Clidemia hirta Akar kala 57.25 3.177907299 0.64 13.73390558 16.91181288 2 Imperata cylindrica Alang-alang 21.5 1.193449903 0.1 2.145922747

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Suatu tumbuhan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA PERTANAMAN PADI GOGO (Studi Kasus di Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Utara)

IDENTIFIKASI JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA PERTANAMAN PADI GOGO (Studi Kasus di Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Utara) IDENTIFIKASI JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA PERTANAMAN PADI GOGO Dosen Agroforestri Politeknik Perdamaian Halmahera - Tobelo ABSTRACT The aim of this research was to make an inventory of weed types found

Lebih terperinci

INVENTARISASI GULMA PADA TEGAKAN TANAMAN MUDA Eucalyptus spp. (Weed Inventory on stand of young Eucalyptus spp.) ABSTRACT

INVENTARISASI GULMA PADA TEGAKAN TANAMAN MUDA Eucalyptus spp. (Weed Inventory on stand of young Eucalyptus spp.) ABSTRACT INVENTARISASI GULMA PADA TEGAKAN TANAMAN MUDA Eucalyptus spp. (Weed Inventory on stand of young Eucalyptus spp.) Rahmat Faisal, Edy Batara Mulya Siregar, Nelly Anna Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Abstrak

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Abstrak IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Wahyunita; Syahnen; Muklasin; Christina O. Matondang POPT Ahli Muda di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

No Spesies F FR % K KR % INP %

No Spesies F FR % K KR % INP % Lampiran 1. Nilai Frekuensi, Frekuensi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif, dan Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah Umur 1 Tahun. 1 Eleusine indica (L.) Gearth. 0,8 7,41 100,5 24,81 32,22 2 Digitaria

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sering kali tumbuh pada tempat dimana menimbulkan kerugian pada

TINJAUAN PUSTAKA. sering kali tumbuh pada tempat dimana menimbulkan kerugian pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Para ahli Ekologi memberi batasan gulma sebagai tumbuhan yang mempunyai kemampuan khusus menimbulkan gangguan pada lokasi tertentu terhadap tujuan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda- beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 29 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Keterangan : ------------ = Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas = RPH Mandirancan 30 Lampiran 2. Spesifikasi bahan dan peralatan No Nama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis

Lebih terperinci

STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen

STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Jl. Asrama No. 124 Kel. Cinta

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 STRUKTUR KOMUNITAS TUMBUHAN HERBA DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii) DI TAHURA POCUT MEURAH INTAN Yusra 1), Muslich Hidayat 2) dan Eriawati

Lebih terperinci

LAMPIRAN. a. Dibawah Tegakan Agroforestri Kopi Dengan Tanaman Pokok Suren No Plot (1) Nama Lokal (3)

LAMPIRAN. a. Dibawah Tegakan Agroforestri Kopi Dengan Tanaman Pokok Suren No Plot (1) Nama Lokal (3) 42 LAMPIRAN Lampiran1. Inventarisasi Tumbuhan Bawah a. Dibawah Tegakan Agroforestri Kopi Dengan Tanaman Pokok Suren No Plot (1) No Petak (2) Nama Lokal (3) Nama Latin (4) Jumlah (5) I 1 Cileket Bidens

Lebih terperinci

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi PEMBAHASAN Sebagian besar perubahan jenis gulma pada setiap perlakuan terjadi pada gulma golongan daun lebar, sedangkan golongan rumput relatif tetap pada 3 MST dan 6 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN KERAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI BAWAH TANAMAN BINUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq.) DI KHDTK HAURBENTES, JASINGA, BOGOR

KOMPOSISI DAN KERAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI BAWAH TANAMAN BINUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq.) DI KHDTK HAURBENTES, JASINGA, BOGOR KOMPOSISI DAN KERAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI BAWAH TANAMAN BINUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq.) DI KHDTK HAURBENTES, JASINGA, BOGOR Oleh Rina Bogidarmanti Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan Jl. Gunung

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu kawasan dilindungi yang pengelolaannya lebih diarahkan untuk melindungi sistem penyangga kehidupan,

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Gulma yang Ditemukan di Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Roxb.) Desa Rimbo Datar Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat

Jenis-Jenis Gulma yang Ditemukan di Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Roxb.) Desa Rimbo Datar Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat ISSN 2302-1616 Vol 1, No. 1, Juni 2013, hal 28-32 Jenis-Jenis Gulma yang Ditemukan di Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Roxb.) Desa Rimbo Datar Kabupaten 50 Kota Sumatera Barat HAMIDA FEBRA MAYA SARI

Lebih terperinci

VEGETASI GULMA PADA EKOSISTEM RAWA GAMBUT DI PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, RIAU

VEGETASI GULMA PADA EKOSISTEM RAWA GAMBUT DI PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, RIAU VEGETASI GULMA PADA EKOSISTEM RAWA GAMBUT DI PERKEBUNAN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, RIAU Siti Aisyah Nur Anjani Biologi FMIPA Universitas Riau Latar Belakang Memiliki sumber

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Umur 7 tahun Jenis Tumbuhan Bawah Dominan pada Tegakan Jati ( T. grandis L. f.) Umur 27 tahun... 14

DAFTAR TABEL. Umur 7 tahun Jenis Tumbuhan Bawah Dominan pada Tegakan Jati ( T. grandis L. f.) Umur 27 tahun... 14 DAFTAR ISI PRAKATA... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SATUAN DAN SINGKATAN... viii RINGKASAN... 1 SUMMARY... 2 I. PENDAHULUAN... 3 II. METODE PENELITIAN... 5 III.

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan

Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan Vegetation analysis of weed at rubber plantation (Hevea brasiliensis Mull.Arg.)

Lebih terperinci

GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA TANAMAN NILAM

GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA TANAMAN NILAM GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA TANAMAN NILAM Agus Sudiman Tjokrowardojo dan Endjo Djauhariya Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Gulma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, pertama kali ada di Indonesia sebagai tanaman koleksi yang ditanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA KEBUN SEMANGKA (Citrullus lanatus) DI DESA TIMBANGAN KECAMATAN INDERALAYA KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA KEBUN SEMANGKA (Citrullus lanatus) DI DESA TIMBANGAN KECAMATAN INDERALAYA KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS VEGETASI GULMA PADA KEBUN SEMANGKA (Citrullus lanatus) DI DESA TIMBANGAN KECAMATAN INDERALAYA KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN Restiana 1) dan Inka Dahlianah 2) Alumni Jurusan Biologi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL INTEGRASI SAINS. herba yaitu : Talas, singkong,, kangkung, patikan kebo, pandan, rimbang

BAB V PEMBAHASAN HASIL INTEGRASI SAINS. herba yaitu : Talas, singkong,, kangkung, patikan kebo, pandan, rimbang 82 BAB V PEMBAHASAN HASIL INTEGRASI SAINS A. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan herba yang sudah ditemukan di lingkungan kampus Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Palangka Raya, dengan areal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara Weeds Control on Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Plantation in Padang Halaban Estate,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Berdasarkan hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada 20 buah petak contoh di Arboretum PT Arara Abadi diperoleh jumlah tumbuhan bawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah sungai Amazon. Beberapa diantara spesies tersebut mempunyai morfologi yang

Lebih terperinci

*

* Ecogreen Vol. 3 No. 1, April 2017 Halaman 49 58 ISSN 2407-9049 ANALISIS KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN LINDUNG JOMPI (KELURAHAN WALI KECAMATAN WATOPUTE KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA) Analysis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total LAMPIRAN Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total Parameter Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Nilai F Pr > F KK (MSA) Bebas Kuadrat Tengah (%) Ulangan 3 19.50000 0.50000 9.7** 0.00 Perlakuan

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN PLOT PERMANEN DI SAVANA BEKOL

PENDAYAGUNAAN PLOT PERMANEN DI SAVANA BEKOL Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan PENDAYAGUNAAN PLOT PERMANEN DI SAVANA BEKOL Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES TUMBUHAN SEBAGAI ASSOSIAN PADA TEMPAT TUMBUH Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl DI PULAU KEPALA JERI DAN PEMPING BATAM

KERAGAMAN SPESIES TUMBUHAN SEBAGAI ASSOSIAN PADA TEMPAT TUMBUH Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl DI PULAU KEPALA JERI DAN PEMPING BATAM KERAGAMAN SPESIES TUMBUHAN SEBAGAI ASSOSIAN PADA TEMPAT TUMBUH Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl DI PULAU KEPALA JERI DAN PEMPING BATAM Plant Species Diversity as Assosiant on The growing Area of Stachytarpheta

Lebih terperinci

INVENTARISASI GULMA DAN SEEDBANK

INVENTARISASI GULMA DAN SEEDBANK INVENTARISASI GULMA DAN SEEDBANK PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN (TM) DI KEBUN SEI GALUH PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V KAMPAR RIAU INVENTORY OF WEEDS AND SEEDBANK ON PALM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah iklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN HERBA PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI KAWASAN HUTAN ALAM GIRIMANIK DESA SETREN WONOGIRI

INVENTARISASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN HERBA PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI KAWASAN HUTAN ALAM GIRIMANIK DESA SETREN WONOGIRI INVENTARISASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN HERBA PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA DI KAWASAN HUTAN ALAM GIRIMANIK DESA SETREN WONOGIRI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

Lebih terperinci

GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN JAHE

GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN JAHE GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN JAHE Agus Sudiman Tjokrowardojo dan Endjo Djauhariya Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor, 16111 I. PENDAHULUAN Gulma didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elais quineensis jacq.) di

Analisis Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elais quineensis jacq.) di 108 Analisis Vegetasi Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elais quineensis jacq.) di Kilangan, Muaro Bulian, Batang Hari Vegetation analysis of weed in palm oil plantation (Elaeis quineensis Jacq.) in

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936

Lebih terperinci

Cynodon dactylon (L.) Pers.

Cynodon dactylon (L.) Pers. Cynodon dactylon (L.) Pers. Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Famili : Poaceae Genus : Cynodon Rich. Spesies : Cynodon dactylon (L.) Pers. Nama Ilmiah : Cynodon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara yang kaya akan keanekaragaman jenis flora di dunia. Keanekaragaman hayati di Indonesia jauh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

Warlinson Girsang Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK USI

Warlinson Girsang Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK USI PENGARUH TINGKAT DOSIS HERBISIDA Isopropilamina glifosat DAN SELANG WAKTU TERJADINYA PENCUCIAN SETELAH APLIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) TBM ABSTRAK

Lebih terperinci

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang diperlukan. Oleh karena itu, untuk keberhasilan dalam

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit berbentuk pohon, tingginya dapat mencapai 24 meter. Bagian-bagian dari tanaman kelapa sawit seperti system perakaran,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (2) METODOLOGI 4/4/2012 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDAHULUAN (2) METODOLOGI 4/4/2012 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL SPESIES TUMBUHAN ASING INVASIF DI CAGAR ALAM KAMOJANG ANGGA ZAELANI HIDAYAT E34070032 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dibuktikan dengan terdapat berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan endemik yang hanya dapat

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA DAN KEBUN KELAPA SAWIT, CIKABAYAN KAMPUS IPB RIZKI KURNIA TOHIR E

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA DAN KEBUN KELAPA SAWIT, CIKABAYAN KAMPUS IPB RIZKI KURNIA TOHIR E KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA DAN KEBUN KELAPA SAWIT, CIKABAYAN KAMPUS IPB RIZKI KURNIA TOHIR E34120028 Dosen Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA PROGRAM STUDI KONSERVASI BIODIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 : PETA LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 : PETA LOKASI PENELITIAN 36 LAMPIRAN 1 : PETA LOKASI PENELITIAN Keterangan: Lokasi I ketinggian : 1000 mdpl Lokasi II ketinggian : 1100 mdpl Lokasi III ketinggian : 1200 mdpl 37 LAMPIRAN 2 : PLOT PENELITIAN Lokasi 1 (1000 mdpl)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PADA BERBAGAI TEGAKAN HUTAN TANAMAN DI BENAKAT, SUMATERA SELATAN

KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PADA BERBAGAI TEGAKAN HUTAN TANAMAN DI BENAKAT, SUMATERA SELATAN Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 10. 2, Juni 2013: 85-98 ISSN: 1829-6327 Terakreditasi.: 482/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PADA BERBAGAI TEGAKAN HUTAN TANAMAN DI BENAKAT, SUMATERA

Lebih terperinci

JENIS DAN STUKTUR GULMA PADA TEGAKAN Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT (STUDI KASUS PADA HPHTI PT ARARA ABADI, RIAU)

JENIS DAN STUKTUR GULMA PADA TEGAKAN Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT (STUDI KASUS PADA HPHTI PT ARARA ABADI, RIAU) JENIS DAN STUKTUR GULMA PADA TEGAKAN Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT (STUDI KASUS PADA HPHTI PT ARARA ABADI, RIAU) Weed and it Structure at Acacia crassicarpa Plantation on Peatland (Case Study at Plantation

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar

TINJAUAN PUSTAKA. adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar 15 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung (Poales) mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit Faktor yang mempengaruhi produksi dan pertumbuhan kelapa sawit, antara lain adalah bahan tanam (bibit kelapa sawit),

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu tanaman pokok perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Keberadaan gulma disekitar tanaman dapat menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

Pengertian Gulma dan Penggolongan Gulma

Pengertian Gulma dan Penggolongan Gulma Pengertian Gulma dan Penggolongan Gulma Definisi Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma Pada Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L.) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat

Analisis Vegetasi Gulma Pada Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L.) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat Analisis Vegetasi Gulma Pada Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L.) di Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat Vegetation analysis of weed in red dragon fruit (Hylocereus

Lebih terperinci

Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma

Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma Tamin: Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang (Imperata... Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma (The Effect of Alang-alang [Imperata

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR HIJAUAN PAKAN TERNAK DI BAWAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Forage Structure and Composition Under Oil Palm Plantation)

KOMPOSISI DAN STRUKTUR HIJAUAN PAKAN TERNAK DI BAWAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Forage Structure and Composition Under Oil Palm Plantation) AGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011: 25 30 ISSN: 2088-8643 KOMPOSISI DAN STRUKTUR HIJAUAN PAKAN TERNAK DI BAWAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Forage Structure and Composition Under Oil Palm Plantation) Hutwan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur vegetasi adalah suatu organisasi individu-individu di dalam ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur vegetasi adalah suatu organisasi individu-individu di dalam ruang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur dan Komposisi Jenis Struktur vegetasi adalah suatu organisasi individu-individu di dalam ruang yang membentuk suatu tegakan (Muller-Dombois dan Ellenberg, 1974; Nabilah,

Lebih terperinci

KEMIRIPAN KOMUNITAS TUMBUHAN BAWAH PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM PERKEBUNAN DI KABUPATEN LABUHAN BATU

KEMIRIPAN KOMUNITAS TUMBUHAN BAWAH PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM PERKEBUNAN DI KABUPATEN LABUHAN BATU KEMIRIPAN KOMUNITAS TUMBUHAN BAWAH PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM PERKEBUNAN DI KABUPATEN LABUHAN BATU T. Alief Aththorick Staf Pengajar Departemen Biologi FMIPA USU Abstract The similarity of ground vegetation

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kacang Hijau Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005) adalah sebagai berikut Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae :

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling Weed Control of Oil Palm Plantation (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate Budi Yadhika Sarjono

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Januari sampai Juni 2010. Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 23.2 o C-31.8 o C. Curah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GULMA DAN SERASAH KARET SEBAGAI PUPUK CAIR ORGANIK TANAMAN KARET

PEMANFAATAN GULMA DAN SERASAH KARET SEBAGAI PUPUK CAIR ORGANIK TANAMAN KARET PEMANFAATAN GULMA DAN SERASAH KARET SEBAGAI PUPUK CAIR ORGANIK TANAMAN KARET Rudianda Sulaeman 1, Yossi Oktorini 1, dan Gulat ME Manurung 2 1 Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda),

I. PENDAHULUAN. dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Moenandir, (1993). Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan berasosiasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh di daerah iklim sub-tropis, tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh di daerah iklim sub-tropis, tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Tanaman Pakchoy Pakchoy (Brassica chinensis L.) merupakan sejenis tanaman sayuran yang tumbuh di daerah iklim sub-tropis, tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada iklim

Lebih terperinci

SKRIPSI. Pemetaan Flora dan Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di. Sekitar Daerah Gua Ngguwo Gunungkidul Sebagai Daerah. Ekowisata

SKRIPSI. Pemetaan Flora dan Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di. Sekitar Daerah Gua Ngguwo Gunungkidul Sebagai Daerah. Ekowisata SKRIPSI Pemetaan Flora dan Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di Sekitar Daerah Gua Ngguwo Gunungkidul Sebagai Daerah Ekowisata Disusun oleh: Yohanes De Britto Wicaksono Sugita NPM: 100801136 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERGESERAN KOMPOSISI GULMA PADA TANAMAN PAPAYA (Carica papaya) YANG DIBERI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

PERGESERAN KOMPOSISI GULMA PADA TANAMAN PAPAYA (Carica papaya) YANG DIBERI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK PERGESERAN KOMPOSISI GULMA PADA TANAMAN PAPAYA (Carica papaya) YANG DIBERI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK The Composition of Weed on Papaya Plants Fed Organic Fertilizer (Pukana) and Inorganic Fertilizer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang dapat memenuhi kebutuhan akan minyak nabati. Tanaman lain yang

Lebih terperinci

POTENSI, RAGAM GULMA SEBAGAI HIJAUAN PAKAN DAN PALATABILITASNYA DI AREAL TANAMAN UBI KAYU

POTENSI, RAGAM GULMA SEBAGAI HIJAUAN PAKAN DAN PALATABILITASNYA DI AREAL TANAMAN UBI KAYU POTENSI, RAGAM GULMA SEBAGAI HIJAUAN PAKAN DAN PALATABILITASNYA DI AREAL TANAMAN UBI KAYU Asep Indra Munawar Ali Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Email:

Lebih terperinci

POTENSI PEMANFAATAN GULMA SEBAGAI PAKAN TERNAK PADA INTEGRASI TERNAK RUMINANSIA DENGAN PERKEBUNAN

POTENSI PEMANFAATAN GULMA SEBAGAI PAKAN TERNAK PADA INTEGRASI TERNAK RUMINANSIA DENGAN PERKEBUNAN POTENSI PEMANFAATAN GULMA SEBAGAI PAKAN TERNAK PADA INTEGRASI TERNAK RUMINANSIA DENGAN PERKEBUNAN ALI, A.I.M. 1, A. IMSYA 1, dan YAKUP 2 1 Program Studi Peternakan, 2 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

Edy Syahputra 1, Sarbino 1, Siti Dian 2

Edy Syahputra 1, Sarbino 1, Siti Dian 2 Perkebunan & Lahan Tropika ISSN: 20886381 J. Tek. Perkebunan & PSDL Vol. 1, Juni 2011, Hal 3742 WEEDS ASSESSMENT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT LAHAN GAMBUT Edy Syahputra 1, Sarbino 1, Siti Dian 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea brasiliensis, famili Euphorbiaceae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea brasiliensis, famili Euphorbiaceae II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Karet Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea brasiliensis, famili Euphorbiaceae yang ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan sebelum di bawa ke benua lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L. BAB II TINJAUAN PUSTAKA D. Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) 1. Klasifikasi Menurut Rahayu, Estu dan Berlian (2006) Tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam golongan berikut : Divisi Subdivisi Class

Lebih terperinci

KOMPOSISI VEGETASI DASAR PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI TRIMULYA KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL E-JURNAL

KOMPOSISI VEGETASI DASAR PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI TRIMULYA KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL E-JURNAL KOMPOSISI VEGETASI DASAR PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI TRIMULYA KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL E-JURNAL RITA RAHMADAYANTI NIM. 11010009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS PENGENDALIAN GULMA. KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di DUSUN SUKA DAMAI DESA PONDOK MEJA KABUPATEN MUARO JAMBI

UJI EFEKTIFITAS PENGENDALIAN GULMA. KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di DUSUN SUKA DAMAI DESA PONDOK MEJA KABUPATEN MUARO JAMBI UJI EFEKTIFITAS PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI dan MANUAL pada LAHAN REPLANTING KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di DUSUN SUKA DAMAI DESA PONDOK MEJA KABUPATEN MUARO JAMBI Hayata 1*, Araz Meilin

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode belt transek. Metode ini sangat cocok digunakan untuk mempelajari suatu kelompok

Lebih terperinci

Mengenal Gulma di Pertanaman Tebu

Mengenal Gulma di Pertanaman Tebu Mengenal Gulma di Pertanaman Tebu Gulma tumbuh di sela barisan tanaman tentu merupakan pemandangan yang seringkali terlihat di lahan tebu. Meskipun lumrah namun keberadaannya ternyata cukup mengganggu,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

DENSITY VEGETATION BASE IN GOLD MINING LOCATIONS IN MOUNTAIN FIELD OF SITIUNG DHARMASRAYA

DENSITY VEGETATION BASE IN GOLD MINING LOCATIONS IN MOUNTAIN FIELD OF SITIUNG DHARMASRAYA BioCONCETTA Vol. II No.1 Tahun 2016 ISSN: 2460-8556/E-ISSN:2502-1737 BioCONCETTA: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/bioconcetta DENSITY VEGETATION

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB IX. PENGENDALIAN GULMA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua biji/polong), ukuran polong dan biji sedang. Keunggulannya potensi hasil mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Jumlah Dominansi (NJD). a. Analisis vegetasi sebelum Aplikasi. Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa sebelum dilakukan aplikasi, atau pemberian herbisida glifosat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Surya, (2013). Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksud

Lebih terperinci