STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen"

Transkripsi

1 STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Jl. Asrama No. 124 Kel. Cinta Damai, Kec. Medan Helvetia, Medan Telp. (061) , Fax (061) , , ABSTRAK Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Propinsi Sumatera Utara bertujuan untuk (1) mengetahui jenis gulma dan komposisinya, meliputi kerapatan, frekuensi, dominasi (mutlak dan nisbi) dari gulma pada tanaman kelapa sawit milik rakyat, dan (2) mengetahui indeks kesamaan (homogenitas) jenis gulma pada beberapa kebun. Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode kuadrat yang merupakan metode paling sederhana dan sering digunakan. Berdasarkan data kerapatan, frekuensi, dan berat kering gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan nisbah jumlah dominansi (NJD) atau summed dominance ratio (SDR). Selain dominasi gulma dihitung juga koefisien komunitas (C) atau indeks kesamaan yang dapat digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal/daerah. Jenis gulma dominan pada beberapa perkebunan kelapa sawit berdasarkan nilai SDR adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy), Suplir (Adiantum sp.), Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.) dan Tectaria sp. Nilai koefisien komunitas gulma (C) pada seluruh lokasi pengambilan sampel gulma <75% yang berarti bahwa komposisi komunitas gulma antar lokasi pada ke empat lokasi tidak homogen. Teknik pengendalian gulma untuk setiap lokasi berbeda-beda karena jenis gulma yang mendominasi juga berbedabeda. Kata kunci: gulma, koefisien komunitas, SDR PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman kelapa sawit, salah satu kendala yang selalu dihadapi adalah gulma. Apalagi di Indonesia yang tergolong ke dalam kawasan tropis dengan iklim yang sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman maupun gulma. Pengelolaan perkebunan 1

2 merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar. Untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman yang baik, diperlukan usaha pemeliharaan tanaman secara intensif, antara lain pemupukan secara tepat dosis maupun waktu, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman maupun gulma (Barus, 2003). Gulma dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu rumputrumputan (grasses), teki-tekian (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves) dan gulma pakis-pakisan (fern) (Barus, 2003). Beberapa jenis gulma dominan pada tanaman kelapa sawit adalah Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, Mikania micrantha dan Imperata cylindrica (Soedarsan, 1984). Pengenalan jenis-jenis gulma dominan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Untuk itu perlu adanya penelitian tentang komposisi jenis gulma pada areal pertanaman kelapa sawit, sehingga dapat menjadi data dasar penentuan cara pengendalian gulma secara tepat. Kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk: 1) Mengetahui jenis gulma dan komposisinya pada tanaman kelapa sawit milik rakyat, dan 2) Mengetahui indeks kesamaan (homogenitas) jenis gulma pada beberapa kebun. METODOLOGI Kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Oktober Perkebunan kelapa sawit yang diamati adalah perkebunan kelapa sawit yang telah menghasilkan (TBM). Pengambilan sampel dilakukan pada 4 (empat) lokasi kebun milik rakyat di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah vegetasi gulma di bawah tegakan tanaman kelapa sawit. Alat yang digunakan adalah 2

3 kuadran yang berukuran 0,5 m x 0,5 m, gunting rumput, pisau, kertas koran, kantong kertas, spidol, pinsil, kertas label, kamera digital dan oven. Metode analisis yang digunakan dalam kegiatan Studi Komunitas Gulma pada Beberapa Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Sumatera Utara adalah metode kuadrat yang merupakan metode paling sederhana dan sering digunakan. Yang dimaksud kuadrat adalah suatu ukuran luas yang diukur dalam satuan kuadrat (m 2 ) berbentuk bujur sangkar. Langkahlangkah pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan petak contoh pada lahan percobaan yang akan dianalisis vegetasi gulmanya. Petak contoh diambil secara acak dengan cara melemparkan kuadrat (0,5 cm x 0,5 cm) pada lahan perkebunan kelapa sawit. Petak kuadrat dilemparkan pada daerah piringan. Pada kegiatan ini, jumlah sampel gulma diambil dari 4 (empat) lokasi kebun. Pada masing-masing kebun diambil petak contoh sebanyak 5 petak contoh. Jarak antara petak contoh lebih kurang 100 meter. 2. Selanjutnya, dilakukan pemanenan gulma yang tumbuh pada petak contoh tepat setinggi permukaan tanah untuk menetapkan kerapatan, frekuensi, dan berat kering biomassa gulma. Gulma yang tumbuh menjalar melewati kuadrat dipotong tepat pada luasan kuadrat tersebut. 3. Gulma yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan spesies. 4. Gulma yang telah dipisahkan berdasarkan spesies dimasukkan ke dalam kantong kertas untuk dikeringkan dengan cara dioven untuk menentukan berat kering biomassa. 5. Kerapatan ditentukan dengan cara menghitung jumlah individu tiap spesies gulma pada tiap petak contoh. 6. Frekuensi ditentukan dengan cara menghitung jumlah petak contoh (dalam persen) yang memuat spesies gulma tersebut. 7. Penentuan berat kering biomassa gulma dilakukan dengan cara menimbang tiap spesies gulma yang telah dioven selama 24 jam pada suhu 115 o C. 3

4 Berdasarkan data kerapatan, frekuensi, dan berat kering gulma, selanjutnya dilakukan penghitungan nisbah jumlah dominansi (NJD) atau summed dominance ratio (SDR). Untuk menghitung kerapatan dan frekuensi serta dominansi gulma, maka digunakan rumus menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984 dalam Tanasale, 2012) sebagai berikut: Selain dominasi gulma dihitung juga koefisien komunitas atau indeks kesamaan yang dapat digunakan untuk membandingkan dua komunitas vegetasi dari dua areal/daerah. Perhitungan koefisien komunitas dilakukan dengan rumus: Dimana: C = nilai koefisien komunitas gulma 4

5 W = jumlah semua pasangan SDR yang rendah a = jumlah SDR pada komunitas A b = jumlah SDR pada komunitas B Koefisien tersebut dapat diperoleh dari nilai SDR. Nilai C penting dalam suatu percobaan herbisida. Nilai C berguna untuk melihat seberapa jauh homogenitas petak percobaan. Nilai C sebesar 75% atau lebih menunjukkan vegetasi di suatu areal relatif homogen. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan studi komunitas gulma tanaman kelapa sawit dilaksanakan di 2 (dua) kabupaten pada 4 (empat) lokasi kebun, yaitu Kabupaten Langkat dan Serdang Bedagai. Empat lokasi tersebut berbeda umur tanam, luas dan system budidaya. Gambaran lokasi tempat pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Kebun Lokasi Pengambilan Sampel Gulma No Uraian Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 1. Kabupaten Langkat Langkat Serdang Bedagai Serdang Bedagai 2. Kecamatan Selesai Selesai Dolok Masihol Dolok Masihol 3. Desa Kuala Air Kuala Air Durian Durian Hitam Hitam Puloan Puloan 4. Stadia Tanaman TM TM TM TM 5. Umur Tanaman (thn) Luas Kebun (ha) Kabupaten Langkat dan Serdang Bedagai merupakan kabupaten sentra komoditas kelapa sawit di Propinsi Sumatera Utara. Kedua kabupaten tersebut memiliki karakteristik iklim yang relatif sama karena sama-sama berada pada dataran rendah. 5

6 A. Komposisi dan Sebaran Gulma Komposisi dan sebaran gulma dapat digambarkan oleh beberapa parameter, yaitu kerapatan, frekuensi, dan dominasi suatu gulma yang tumbuh pada lahan perkebunan. Nilai kerapatan mutlak jenis suatu gulma menunjukkan banyaknya individu atau jumlah suatu spesies gulma pada lokasi kebun tertentu. Kerapatan memberi petunjuk tentang berapa jumlah suatu jenis gulma terdapat di dalam suatu satuan luas tertentu. Parameter ini juga memberi petunjuk tentang tingkat penguasaan suatu jenis gulma di dalam lingkungannya (Nasution, 1986). Nilai kerapatan mutlak dan nisbi berbagai jenis gulma pada empat lokasi kebun dapat dilihat pada Tabel 2. Kerapatan nisbi (KN) gulma adalah persentase jumlah individu satu jenis gulma tertentu dalam suatu komunitas gulma. Artinya semakin tinggi nilai KN, maka semakin banyak jumlah gulma tersebut dalam komunitas gulma. Nilai KN ini penting dipertimbangkan dalam pengendalian gulma di dalam suatu lokasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada lokasi 1 jumlah spesies gulma yang paling banyak ditemukan adalah Kentangan (Borreria alata), yaitu sebanyak 531 individu, selanjutnya Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) sebanyak 136 individu dan Babadotan (Ageratum conyzoides) sebanyak 27. Kerapatan nisbi ketiga jenis individu gulma tersebut mencapai 95.74% dari seluruh jenis gulma yang tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis gulma ini merupakan gulma paling rapat pada lokasi 1. Pada lokasi 2, gulma yang paling banyak ditemukan adalah jenis Suplir (Adiantum sp.) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea), yaitu masing-masing sebanyak 35 dan 32 individu. Pada lokasi 3 jenis gulma yang paling banyak juga dari jenis Suplir (Adiantum sp.), yaitu sebanyak 122 individu, kemudian Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) sebanyak 39 individu. Sedangkan pada lokasi 4 gulma yang paling banyak ditemukan adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa), yaitu sebanyak 236 individu, kemudian Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) sebanyak 143 individu. 6

7 Tabel 2. Nilai Kerapatan Mutlak dan Kerapatan Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Jenis Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 KM KN KM KN KM KN KM KN 1 Kentangan (Borreria alata Daun lebar (Aubl.) DC.) 2 Babadotan (Ageratum Daun lebar conyzoides L.) 3 Synedrella nodiflora Daun lebar Rumput Johor Barat (Asystasia Daun lebar intrusa Bl.) 5 Suket Lorodan (Centotheca Daun sempit lappacea (L.) Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Daun sempit Berg.) 7 Pakisan (Dryopteris filix mas) Pakisan Putri Malu (Mimosa pudica L.) Daun lebar Lompong (Caladium bicolor) Daun lebar Patik Emas (Euphorbia Daun lebar prunifolia Jacq.) 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) Daun lebar Rumput Rawa (Ottochloa Daun sempit nodosa (Kunth.) Dandy) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Daun lebar Suplir (Adiantum sp.) Pakisan Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Teki Jampang Kerincing (Oplismenus Daun sempit compositus (L.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Daun lebar Don.) 18 Legetan (Urena lobata L.) Daun lebar Kacangan (Mucuna bracteata) Daun lebar Harendong (Clidemia hirta (L.) Daun lebar D. Don) 21 Pakis panjang (Nephrolepis Pakisan biserrata Schott.) 22 Tectaria sp. Pakisan Spesies 1 Pakisan Spesies 2 Daun lebar Spesies 3 Pakisan Spesies 4 Daun lebar Spesies 5 Pakisan Spesies 6 Pakisan Spesies 7 Pakisan Spesies 8 Daun sempit Spesies 9 Pakisan Jumlah Keterangan: KM=Kerapatan Mutlak, KN=Kerapatan Nisbi 7

8 Nilai frekuensi mutlak (FM) menunjukkan keberadaan suatu jenis gulma pada suatu komunitas gulma. Sedangkan nilai frekuensi nisbi (FN) adalah persentase suatu jenis gulma yang ditemukan dalam sejumlah petak pengambilan sampel pada suatu komunitas gulma. Semakin tinggi nilai FN berarti semakin sering gulma tersebut ditemukan pada lokasi pengambilan sampel, dengan kata lain semakin tinggi nilai FN, berarti semakin luas penyebaran atau semakin merata pertumbuhan gulma tersebut pada suatu komunitas gulma. Sedangkan semakin rendah nilai frekuensi gulma, berarti gulma tumbuh berkelompok pada lokasi-lokasi tertentu. Nilai frekuensi gulma secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa beberapa jenis gulma tumbuh secara merata pada hamparan kebun, yaitu Kentangan (Borreria alata), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) dan Suplir (Adiantum sp.). Salah satu jenis gulma yang tumbuh berkelompok adalah Harendong (Clidemia hirta). Nilai frekuensi gulma ini 1, artinya hanya ditemukan pada wilayah tertentu walaupun populasinya banyak. Nilai dominasi mutlak (DM) merupakan nilai yang didapat dari berat kering/biomassa (mg)suatu jenis gulma. Sedangkan nilai dominasi nisbi (DN) adalah persentase berat kering (biomassa) suatu jenis gulma terhadap jumlah keseluruhan berat kering gulma pada suatu komunitas. Semakin tinggi nilai DN berarti semakin besar biomassa suatu jenis gulma di dalam suatu komunitas. Artinya semakin besar tingkat persaingan atau perebutan unsur hara, ruang, cahaya dan udara antara gulma dan tanaman budidaya. Oleh karena itu gulma yang nilai DN-nya tinggi harus mendapat prioritas utama dalam pengendalian. Nilai dominasi mutlak dan nisbi gulma pada keempat lokasi dapat dilihat pada Tabel 4. 8

9 Tabel 3. Nilai Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 FM FN FM FN FM FN FM FN 1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Synedrella nodiflora Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) Pakisan (Dryopteris filix mas) Putri Malu (Mimosa pudica L.) Lompong (Caladium bicolor) Patik Emas (Euphorbia prunifolia Jacq.) Sidagori (Sida rhombifolia L.) Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Suplir (Adiantum sp.) Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Jampang Kerincing (Oplismenus compositus (L.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) Legetan (Urena lobata L.) Kacangan (Mucuna bracteata) Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) Pakis panjang (Nephrolepis biserrata Schott.) 22 Tectaria sp Spesies Sesies Spesies Spesies Spesies Spesies Spesies Spesies Spesies Jumlah Keterangan: FM=Frekuensi Mutlak, FN=Frekuensi Nisbi 9

10 Tabel 4. Nilai Dominasi Mutlak (mg) dan Nisbi (%) Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 DM DN DM DN DM DN DM DN 1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Synedrella nodiflora Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) 5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) Pakisan (Dryopteris filix mas) Putri Malu (Mimosa pudica L.) Lompong (Caladium bicolor) Patik Emas (Euphorbia prunifolia Jacq.) Sidagori (Sida rhombifolia L.) Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.)) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Suplir (Adiantum sp.) Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Jampang Kerincing (Oplismenus compositus (L.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) Legetan (Urena lobata L.) Kacangan (Mucuna bracteata) Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) Pakis panjang (Nephrolepis biserrata Schott.) 22 Tectaria sp Spesies Sesies Spesies Spesies Spesies Spesies Spesies Spesies Spesies Jumlah Keterangan: DM=Dominasi Mutlak, DN=Dominasi Nisbi 10

11 Tabel 4 menunjukkan bahwa pada lokasi 1 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Kentangan (Borreria alata) Rumput Rawa (Ottochloa nodosa) dan Paitan (Paspalum conjugatum Berg.), yaitu masing-masing mg, mg dan 4.60 mg. Pada lokasi 2 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), Tectaria sp. dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), yaitu mg, mg dan mg. Pada lokasi 3 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.)) dan Paitan (Paspalum conjugatum Berg.), yaitu mg, mg dan 7.0 mg. Sedangkan pada lokasi 4 jenis gulma dengan nilai dominasi tertinggi adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.)), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don), yaitu mg, mg dan mg. Nilai penting (NP) gulma adalah jumlah KN, FN, dan DN. Jumlah dari rasio nilai penting dibagi 3 disebut nilai SDR. Nilai SDR adalah komposisi jenis penyusun vegetasi gulma dalam kebun. Jumlah nilai SDR dalam suatu komunitas gulma adalah 100%. Semakin tinggi nilai SDR semakin perlu dipertimbangkan keberadaan jenis gulma tersebut dalam upaya pengendaliannya. Gulma dengan nilai SDR tinggi mempunyai daya saing tinggi terhadap tanaman utama. Nilai SDR secara lengkap pada keempat lokasi dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan nilai SDR dari lokasi 1, jenis gulma yang mendominasi adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.). Ketiga jenis gulma tersebut merupakan gulma tahunan. Keberadaan gulma tahunan sangat menekan pertumbuhan dari gulma semusim sehingga gulma yang mampu bersaing dan bertahan hidup adalah gulma tahunan yang mampu berkembang secara vegetatif dan generatif (Tanasale, 2012). Oleh sebab itu jika diperhatikan pada lokasi 1 nilai SDR ketiga jenis gulma ini mencapai 78.1% (Tabel 6). Jenis gulma tahunan berkembang baik pada kondisi dengan intensitas cahaya yang tinggi, tajuk yang agak ternaungi (Tanasale, 2012), kondisi lahan yang lembab (Prawirosukarto, 2005). 11

12 Tabel 5. Nilai SDR Jenis Gulma di Empat Lokasi Kebun Kelapa Sawit No Spesies Gulma Jenis Gulma Summed Dominance Ratio (SDR) Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 1 Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) Daun lebar Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Daun lebar Synedrella nodiflora Daun lebar Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Daun lebar Bl.) 5 Suket Lorodan (Centotheca lappacea Daun sempit (L.) Desv.) 6 Paitan (Paspalum conjugatum Berg.) Daun sempit Pakisan (Dryopteris filix mas) Pakisan Putri Malu (Mimosa pudica L.) Daun lebar Lompong (Caladium bicolor) Daun lebar Patik Emas (Euphorbia prunifolia Daun lebar Jacq.) 11 Sidagori (Sida rhombifolia L.) Daun lebar Rumput Rawa (Ottochloa nodosa Daun sempit (Kunth.) Dandy) 13 Belimbingan (Oxalis barrelieri L.) Daun lebar Suplir (Adiantum sp.) Pakisan Teki (Cyperus kyllingia Endl.) Teki Jampang Kerincing (Oplismenus Daun sempit compositus (L.) Beauv.) 17 Senduduk (Melastoma affine D. Don.) Daun lebar Legetan (Urena lobata L.) Daun lebar Kacangan (Mucuna bracteata) Daun lebar Harendong (Clidemia hirta (L.) D. Don) Daun lebar Pakis panjang (Nephrolepis biserrata Pakisan Schott.) 22 Tectaria sp. Pakisan Spesies 1 Pakisan Sesies 2 Daun lebar Spesies 3 Pakisan Spesies 4 Daun lebar Spesies 5 Pakisan Spesies 6 Pakisan Spesies 7 Pakisan Spesies 8 Daun sempit Spesies 9 Pakisan Jumlah

13 Pada lokasi 2, jenis gulma dengan nilai SDR tertinggi adalah Suplir (Adiantum sp.), dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Tectaria sp. Dua dari tiga jenis gulma dengan SDR tertinggi ini adalah golongan pakis-pakisan (Phylum Pterophyta). Gulma yang termasuk dalam phylum ini merupakan gulma penting dari tanah pertanian daerah sub-tropis (Sukman dan Yakup, 2002). Nilai SDR tertinggi pada lokasi 3 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.). Ketiga jenis gulma ini termasuk dalam jenis gulma tahunan. Nilai SDR Suplir (Adiantum sp.) pada lokasi ini sangat tinggi, yaitu mencapai 49.06%, artinya separuh dari lahan di lokasi ini ditumbuhi suplir. Sedangkan pada lokasi 4 nilai SDR tertinggi adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Suplir (Adiantum sp.). Tabel 5 menunjukkan bahwa pada keempat lokasi perkebunan kelapa sawit dari berbagai lokasi, umur tanaman dan teknik budidaya, jenis gulma yang dominan berbeda-beda, namun seluruhnya termasuk jenis gulma tahunan. Gulma tahunan (perennial) hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas. Sebagian besar sangat sulit dikendalikan terutama yang mampu berkembang biak baik secara vegetatif maupun generatif. Banyak biji dari gulma ini yang mampu dorman beberapa tahun dan tetap viabel (Sukman dan Yakup, 2002). B. Koefisien Komunitas Gulma Nilai koefisien komunitas atau indeks kesamaan suatu jenis gulma merupakan nilai yang menunjukkan homogenitas komunitas gulma pada lokasi yang berbeda. Nilai ini digunakan untuk menentukan cara pengendalian. Koefisien komunitas antara dua lokasi kebun ditentukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Czekanowski 13

14 (Tjitrosoedirjo 1984 dalam Tanasale, 2012). Nilai koefisien komunitas beberapa lokasi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Jenis Gulma Penting pada Setiap Lokasi Kebun Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3 Lokasi 4 Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Jenis Gulma SDR Kentangan Suplir (Adiantum Suplir (Adiantum Rumput Rawa (Borreria alata sp.) sp.) (Ottochloa (Aubl.) DC.) nodosa (Kunth.) Dandy) Rumput Rawa Rumput Johor Rumput Rawa Rumput Johor (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) Barat (Asystasia intrusa Bl.) (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) Barat (Asystasia Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) intrusa Bl.) 6.35 Tectaria sp Suket Lorodan 5.92 Suplir (Centotheca (Adiantum sp.) lappacea (L.) Desv.) Dari hasil perhitungan nilai koefisien gulma pada keempat lokasi (Tabel 7) menunjukkan bahwa nilai C <75%, artinya indeks komunitas atau indeks kesamaan gulma antar lokasi rendah atau tidak homogen. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas gulma pada setiap lokasi memiliki komposisi yang tidak sama sehingga pengendalian gulma untuk setiap lokasi juga tidak sama. Tabel 7. Nilai Koefisien Komunitas Gulma (C) pada Beberapa Lokasi No Lokasi Koefisien Komunitas (%) Keterangan 1 Lokasi 1 dan Lokasi Komunitas Tidak Homogen 2 Lokasi 1 dan Lokasi Komunitas Tidak Homogen 3 Lokasi 1 dan Lokasi Komunitas Tidak Homogen 4 Lokasi 2 dan Lokasi Komunitas Tidak Homogen 5 Lokasi 2 dan Lokasi Komunitas Tidak Homogen 6 Lokasi 3 dan Lokasi Komunitas Tidak Homogen 14

15 Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keragaman gulma, diantaranya adalah: 1. Jenis Tanah. Komposisi gulma dan penutupannya pada kebun-kebun yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah alluvial/hidromorfik dijumpai gulma golongan teki-tekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan disbanding dengan yang dijumpai pada tanah podsolik. Sedangkan gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada kebunkebun di tanah podsolik (Nasution, 1986) 2. Ketinggian Tempat (dpl). Komposisi gulma pada kebun yang terletak pada 0-30 m dpl, ternyata ada perbedaanya dengan yang dijumpai pada kebun yang terletak pada m dpl. Pada kebun-kebun yang terletak pada 0-30 m dpl dijumpai lebih banyak jumlah jenis gulma dari golongan teki-tekian, sedangkan pada kebun-kebun yang terletak m dpl jenis rumput-rumputan lebih banyak (Nasution, 1986). 3. Pola Kultur Teknis. Diantara faktor-faktor kultur teknis yang mempengaruhi siat komunitas gulma diperkebunan adalah intensitas naungan, adanya tanaman penutup tanah, cara pengendalian gulma, pemupukan, drainase, dan sebagainya (Nasution, 1986). 4. Tingkat Kemasaman (ph) Tanah. Tingkat kemasaman (ph) tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman jenis gulma (Tanasale, 2012). 5. Kelembaban Tanah. Pada kondisi tajuk yang rapat, memungkinkan intensitas cahaya tidak sampai pada permukaan tanah sehingga menyebabkan kelembaban tanah di bawah tajuk tinggi. Gulma jenis paku-pakuan menyukai kondisi tanah yang agak lembab dan ternaungi (Tanasale, 2012). 15

16 GULMA UTAMA TANAMAN PERKEBUNAN A. Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) Kentangan (Borreria alata) merupakan gulma tahunan yang umumnya tumbuh di daerah lembab dan terlindung (Prawirosukarto, 2005). Gulma ini lazim terdapat di areal pembibitan, di areal TM baik di antara kacangan penutup tanah maupun sepanjang jalur dan gawangan (Nasution, 1986). Gambar 1. Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.) B. Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) Rumput tahunan berdaun pita yang menjalar. Di lapangan umumnya tumbuh rapat berjalin-jalin membentuk sheet. Perbungaanya merupakan malai dengan cabang-cabang yang mirip bentuk kawat duri tumbuh ke segala arah berwarna ungu. Helai daun bagian ujung memiliki penggentingan. Bijinya agak banyak, kecil dan mudah terbawa alat-alat pengolahan. Buku-bukunya terutama dibagian bawah membentuk akar dan tunas baru. Karena itu dengan pembabatan sulit memberantasnya. Sering terdpat pada tanah-tanah lembab atau rendahan, di pinggir parit dan tepi jalan (Nasution, 1986). 16

17 Gambar 2. Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy) C. Babadotan (Ageratum conyzoides L.) Pada areal perkebunan gulma ini ditemukan mulai dari lahan pembibitan sampai tanaman tua. Ciri khasnya di lapangan adalah daun berbentuk bulat telur ditumbuhi rambut-rambut halus dan jarang dengan tepinya bergerigi, dan daunya berbau khas bila diremas, kepala bunga dan bongkol berbentuk mangkok, tajuk bunga berwarna putih atau lembayung. Tumbuhan ini sangat mudah dijumpai karena lazim di pinggir jalan, di halaman rumah, di tepi parit bahkan di pot bunga (Nasution, 1986). Gambar 3. Babadotan (Ageratum conyzoides L.) 17

18 D. Suplir (Adiantum sp.) Adiantum sp. merupakan salah satu marga tumbuhan paku yang cukup dikenal. Bentuk daunya beraneka ragam dan penampilannya menarik sehingga banyak jenis Adiantum sp. yang digunakan sebagai tanaman hias ( Gambar 4. Suplir (Adiantum sp.) E. Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.) Gulma ini masuk dalam kelompok gulma berdaun sempit (rumputrumputan). Merupakan gulma tahunan yang tumbuh berumpun dan rapat. Tanda pengenalnya yang agak khas adalah helai daun yang pangkalnya tidak simetris, tepi daun berombak nyata berwarna keungu-unguan, dan bunganya mudah melekat pada pakaian karena adanya rambut-rambut tegar pada bulirnya. Merupakan gulma yang kurang penting dan tidak memerlukan perhatian khusus dalam usaha pengendaliannya (Nasution, 1986). 18

19 Gambar 5. Suket Lorodan (Centotheca lappacea) F. Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) Gulma ini menjadi masalah yang serius di areal perkebunan kelapa sawit. Gulma ini tumbuh dengan cepat baik pada areal yang terbuka maupun areal yang terlindung. Pada areal terbuka gulma ini akan lebih banyak menghasilkan organ reproduktif, sedangkan pada areal yang terlindung cenderung akan memproduksi organ vegetatif. Gulma ini berbatang lunak dengan tinggi mencapai 1.5 m. Daun berpasangan berbentuk lonjong dengan ujung runcing, berukuran bervariasi. Tangkai daun bulat, malai bunga tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, bunga kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Perkembang-biakan dengan biji dan tunas pada ruas-ruas batang akan segera berkembang menjadi tanaman baru apabila menyentuh tanah (Prawirosukarto, 2005). 19

20 Gambar 6. Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa) KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan nilai penting (NP) dan nilai SDR komunitas gulma pada beberapa perkebunan kelapa sawit dari yang tertinggi untuk lokasi 1 adalah Kentangan (Borreria alata (Aubl.) DC.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) dan Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.); lokasi 2 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.) dan Tectaria sp.; lokasi 3 adalah Suplir (Adiantum sp.), Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.) dan Suket Lorodan (Centotheca lappacea (L.) Desv.); lokasi 4 adalah Rumput Rawa (Ottochloa nodosa (Kunth.), Rumput Johor Barat (Asystasia intrusa Bl.), dan Suplir (Adiantum sp.). Nilai koefisien komunitas gulma (C) pada seluruh lokasi pengambilan sampel gulma (C) <75% yang berarti bahwa komposisi komunitas gulma antar lokasi pada keempat lokasi tidak homogen. B. Saran Untuk melangkapi informasi yang diperoleh dari kegiatan ini maka disarankan untuk melakukan beberapa kegiatan, yaitu: 20

21 1. Perlu dilakukan kegiatan yang serupa pada tanaman muda (TBM) agar diketahui apakan komposisi keragaman gulma sama dengan tanaman menghasilkan. 2. Perlu dilakukan kegiatan yang serupa pada kebun di dataran menengah dan dataran tinggi untuk melihat perbedaan komposisi keragaman gulma. DAFTAR PUSTAKA Barus, E Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta. Nasution, U Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa, Medan. Prawirosukarto, S., E. Syamsuddin, W. Darmosarkoro dan A. Purba Tanaman Penutup Tanah dan Gulma pada Kebun Kelapa Sawit, PPKS, Medan. Soedarsan, A., Basuki, S. Wirjahardja, M. Rifai Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting pada Tanaman Perkebunan. Jakarta. Sukman, Y dan Yakup Gulma dan Teknik Pengendaliaannya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tanasale, V. L Studi Komunitas Gulma di Pertanaman Gandaria (Bouea macrophylla Griff.) pada Tanaman Belum Menghasilkan dan Menghasilkan di Desa Urimessing Kecamatan Nusaniwe Pulau Ambon. Jurnal Budidaya Pertanian 8:

22 Filename: Directory: Template: Studi Komunitas Gulma website D:\tulisan ilmiah\mei 2016\untuk web m Title: Subject: Author: winlite Keywords: Comments: Creation Date: 16/05/ :20:00 Change Number: 11 Last Saved On: 17/05/2016 8:45:00 Last Saved By: ASUS Total Editing Time: 9 Minutes Last Printed On: 24/05/2016 8:10:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 21 C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot Number of Words: (approx.) Number of Characters: (approx.)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Abstrak

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Abstrak IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Wahyunita; Syahnen; Muklasin; Christina O. Matondang POPT Ahli Muda di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Suatu tumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 7 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab. Rokan Hulu, Riau. Tambusai

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit Desa Mujimulyo, Kecamatan Natar, Lampung Selatan dan di Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan Sumatera Utara

Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan Sumatera Utara Manajemen Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan Sumatera Utara Weed Control Management of Palm Oil Based on ISPO and RSPO Criteria in Rambutan Plantation

Lebih terperinci

ANALISIS KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN Oleh: Muklasin dan Syahnen

ANALISIS KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN Oleh: Muklasin dan Syahnen ANALISIS KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN 2015 Oleh: Muklasin dan Syahnen Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Jl. Asrama No. 124, Kel.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian survei ini dilaksanakan di perkebunan nenas PT.GGP Platation Group 3

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian survei ini dilaksanakan di perkebunan nenas PT.GGP Platation Group 3 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian survei ini dilaksanakan di perkebunan nenas PT.GGP Platation Group 3 dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Penelitian Bataranila Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yaitu pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pengambilan sampel dilakukan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Godean pada lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu dengan jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Januari sampai Juni 2010. Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 23.2 o C-31.8 o C. Curah

Lebih terperinci

No Spesies F FR % K KR % INP %

No Spesies F FR % K KR % INP % Lampiran 1. Nilai Frekuensi, Frekuensi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif, dan Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah Umur 1 Tahun. 1 Eleusine indica (L.) Gearth. 0,8 7,41 100,5 24,81 32,22 2 Digitaria

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi PEMBAHASAN Sebagian besar perubahan jenis gulma pada setiap perlakuan terjadi pada gulma golongan daun lebar, sedangkan golongan rumput relatif tetap pada 3 MST dan 6 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, Sumatera Utara Weeds Control on Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Plantation in Padang Halaban Estate,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sering kali tumbuh pada tempat dimana menimbulkan kerugian pada

TINJAUAN PUSTAKA. sering kali tumbuh pada tempat dimana menimbulkan kerugian pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Para ahli Ekologi memberi batasan gulma sebagai tumbuhan yang mempunyai kemampuan khusus menimbulkan gangguan pada lokasi tertentu terhadap tujuan yang diinginkan

Lebih terperinci

Manajemen gulma di Kebun Kelapa Sawit Bangun Bandar: Analisis Vegetasi dan Seedbank Gulma

Manajemen gulma di Kebun Kelapa Sawit Bangun Bandar: Analisis Vegetasi dan Seedbank Gulma Manajemen gulma di Kebun Kelapa Sawit Bangun Bandar: Analisis Vegetasi dan Seedbank Gulma Weed Manajemen in Oil Palm Plantation of Bangun Bandar: Weespecies and Seedbank Aditya Wira Tantra dan Edi Santosa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah iklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), kebun percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling

Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling Pengendalian Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling Weed Control of Oil Palm Plantation (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate Budi Yadhika Sarjono

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Genus Hevea terdiri dari berbagai spesies, yang keseluruhannya berasal dari lembah sungai Amazon. Beberapa diantara spesies tersebut mempunyai morfologi yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada areal perkebunan kopi menghasilkan milik Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian di Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN DOMINANSI GULMA KEBUN KELAPA SAWIT PADA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN DAN TANAMAN MENGHASILKAN

KOMPOSISI DAN DOMINANSI GULMA KEBUN KELAPA SAWIT PADA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN DAN TANAMAN MENGHASILKAN AGROISTA Jurnal Agroteknologi, 2017. 01 (2): 171-180 171 KOMPOSISI DAN DOMINANSI GULMA KEBUN KELAPA SAWIT PADA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN DAN TANAMAN MENGHASILKAN COMPOSITION AND DOMINANCE OF WEEDS AT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma merupakan tumbuhan pengganggu tanaman pokok perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pengendalian. Keberadaan gulma disekitar tanaman dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kebun Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena mempunyai kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, pertama kali ada di Indonesia sebagai tanaman koleksi yang ditanam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total LAMPIRAN Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total Parameter Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Nilai F Pr > F KK (MSA) Bebas Kuadrat Tengah (%) Ulangan 3 19.50000 0.50000 9.7** 0.00 Perlakuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

KEBERAGAMAN PERTUMBUHAN VEGETASI PENUTUP TANAH PADA KEMIRINGAN LAHAN YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DANY JEFANYA TARIGAN A

KEBERAGAMAN PERTUMBUHAN VEGETASI PENUTUP TANAH PADA KEMIRINGAN LAHAN YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DANY JEFANYA TARIGAN A i KEBERAGAMAN PERTUMBUHAN VEGETASI PENUTUP TANAH PADA KEMIRINGAN LAHAN YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DANY JEFANYA TARIGAN A24144004 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L. BAB II TINJAUAN PUSTAKA D. Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) 1. Klasifikasi Menurut Rahayu, Estu dan Berlian (2006) Tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam golongan berikut : Divisi Subdivisi Class

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda- beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih dan Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

Edy Syahputra 1, Sarbino 1, Siti Dian 2

Edy Syahputra 1, Sarbino 1, Siti Dian 2 Perkebunan & Lahan Tropika ISSN: 20886381 J. Tek. Perkebunan & PSDL Vol. 1, Juni 2011, Hal 3742 WEEDS ASSESSMENT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT LAHAN GAMBUT Edy Syahputra 1, Sarbino 1, Siti Dian 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK

PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK Araz Meilin 1 ABSTRACT This research aims at identification of 1) weeds domination in palm oil plantation

Lebih terperinci

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

METODELOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung III. METODELOGI PERCOBAAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi : METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot)

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot) Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 R (%) F FR (%) INP 1 Clidemia hirta Akar kala 57.25 3.177907299 0.64 13.73390558 16.91181288 2 Imperata cylindrica Alang-alang 21.5 1.193449903 0.1 2.145922747

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Umur 7 tahun Jenis Tumbuhan Bawah Dominan pada Tegakan Jati ( T. grandis L. f.) Umur 27 tahun... 14

DAFTAR TABEL. Umur 7 tahun Jenis Tumbuhan Bawah Dominan pada Tegakan Jati ( T. grandis L. f.) Umur 27 tahun... 14 DAFTAR ISI PRAKATA... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SATUAN DAN SINGKATAN... viii RINGKASAN... 1 SUMMARY... 2 I. PENDAHULUAN... 3 II. METODE PENELITIAN... 5 III.

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 STRUKTUR KOMUNITAS TUMBUHAN HERBA DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii) DI TAHURA POCUT MEURAH INTAN Yusra 1), Muslich Hidayat 2) dan Eriawati

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai bulan November 2011 sampai Februari 2012. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS PENGENDALIAN GULMA. KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di DUSUN SUKA DAMAI DESA PONDOK MEJA KABUPATEN MUARO JAMBI

UJI EFEKTIFITAS PENGENDALIAN GULMA. KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di DUSUN SUKA DAMAI DESA PONDOK MEJA KABUPATEN MUARO JAMBI UJI EFEKTIFITAS PENGENDALIAN GULMA SECARA KIMIAWI dan MANUAL pada LAHAN REPLANTING KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) di DUSUN SUKA DAMAI DESA PONDOK MEJA KABUPATEN MUARO JAMBI Hayata 1*, Araz Meilin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 29 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Keterangan : ------------ = Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas = RPH Mandirancan 30 Lampiran 2. Spesifikasi bahan dan peralatan No Nama

Lebih terperinci

GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA TANAMAN NILAM

GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA TANAMAN NILAM GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA TANAMAN NILAM Agus Sudiman Tjokrowardojo dan Endjo Djauhariya Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 I. PENDAHULUAN Gulma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma

Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma Tamin: Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang (Imperata... Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma (The Effect of Alang-alang [Imperata

Lebih terperinci

DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI GATRA SATRIA PUTRA

DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI GATRA SATRIA PUTRA DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI GATRA SATRIA PUTRA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas merupakan tanaman yang telah lama dikenal dikalangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas merupakan tanaman yang telah lama dikenal dikalangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tanaman Nanas Tanaman nanas merupakan tanaman yang telah lama dikenal dikalangan masyarakat Indonesia walaupun tanaman ini bukan asli tanaman Indonesia, melainkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit II. TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit Faktor yang mempengaruhi produksi dan pertumbuhan kelapa sawit, antara lain adalah bahan tanam (bibit kelapa sawit),

Lebih terperinci

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU DR. IR. WAHYU WIBAWA,

Lebih terperinci

Warlinson Girsang Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK USI

Warlinson Girsang Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK USI PENGARUH TINGKAT DOSIS HERBISIDA Isopropilamina glifosat DAN SELANG WAKTU TERJADINYA PENCUCIAN SETELAH APLIKASI TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KARET (Hevea brasiliensis) TBM ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang dapat memenuhi kebutuhan akan minyak nabati. Tanaman lain yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kacang Hijau Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005) adalah sebagai berikut Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di lahan tanaman tebu PT. PG. Rajawali II Unit PG. Subang yang terletak di blok Cidangdeur, desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Gulma. budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Gulma. budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam Oleh: Nurlaili Abstract This study titled plant growth response of maize (Zea mays L.) and weed to various plant

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan

Lebih terperinci

GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN JAHE

GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN JAHE GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN JAHE Agus Sudiman Tjokrowardojo dan Endjo Djauhariya Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor, 16111 I. PENDAHULUAN Gulma didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Surya, (2013). Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari fungsi tanaman hias yang kini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan

Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan Vegetation analysis of weed at rubber plantation (Hevea brasiliensis Mull.Arg.)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua biji/polong), ukuran polong dan biji sedang. Keunggulannya potensi hasil mencapai

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN I PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Fokus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh di daerah iklim sub-tropis, tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh di daerah iklim sub-tropis, tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Tanaman Pakchoy Pakchoy (Brassica chinensis L.) merupakan sejenis tanaman sayuran yang tumbuh di daerah iklim sub-tropis, tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada iklim

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar

I. TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar I. TINJAUAN PUSTAKA A. Penggolongan Gulma 1. Penggolongan Berdasarkan Bentuk Daun Penggolongan berdasarkan bentuk daun ini berpatokan atas lebar atau sempitnya daun. Gulma berdaun lebar yaitu apabila lebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN P R O S I D I N G 30 PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA Husni Thamrin Sebayang 1) dan Wiwit Prihatin 1) 1) Jurusan Budidaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Jumlah Dominansi (NJD). a. Analisis vegetasi sebelum Aplikasi. Hasil analisis vegetasi menunjukan bahwa sebelum dilakukan aplikasi, atau pemberian herbisida glifosat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Produksi Kelapa Sawit Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit mulai dari faktor kesesuaian lahan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan yang Berbeda Wanra Abdul Gafur D 1, Wawan Pembengo 2, Fauzan Zakaria 2 1 Mahasiswa Program Studi Agroteknologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POPULASI GULMA PADA PADI SAWAH ORGANIK DAN AN-ORGANIK DI DESA JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POPULASI GULMA PADA PADI SAWAH ORGANIK DAN AN-ORGANIK DI DESA JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POPULASI GULMA PADA PADI SAWAH ORGANIK DAN AN-ORGANIK DI DESA JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN Marianus Sarifin 1*) I Putu Sujana 2), Nyoman Labek Suyasdi Pura

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci