BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Berdasarkan hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada 20 buah petak contoh di Arboretum PT Arara Abadi diperoleh jumlah tumbuhan bawah sebanyak 12 spesies yang termasuk ke dalam 4 famili. Seluruh spesies tumbuhan yang diperoleh disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Nama, famili dan habitus seluruh spesies yang dijumpai pada petak pengamatan vegetasi di Arboretum PT Arara Abadi No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Habitus 1 Sianik/cantel Sorgum halepense Poaceae Rumput 2 Jampang pait Paspalum conjugatum Poaceae Rumput 3 Jukut pait Axonopus compressus Poaceae Rumput 4 Jukut jampang Eleusine indica Poaceae Rumput 5 Grinting Cynodon dactylon Poaceae Rumput 6 Ilalang Imperata cylindrica Poaceae Rumput 7 Rumput teki Cyperus rotundus Poaceae Rumput 8 Paku antu Asplenium salignum Polypodiaceae Perdu 9 Pakis andam Nephrolepis cordifolia Polypodiaceae Perdu 10 Paku resam Gleichenia microphylla Polypodiaceae Perdu 11 Rayutan Artemisia vulgaris Vitaceae Perdu 12 Pandan Pandanus sp. Pandanaceae Perdu Dari 4 famili yang diperoleh, diketahui famili dengan jumlah spesies terbesar adalah Poaceae yaitu sebanyak 7 spesies. Spesies yang paling banyak ditemukan dari famili ini adalah sianik/cantel (Sorgum halepense). Jumlah famili yang terkecil yaitu Vitaceae dan Pandanaceae berjumlah 1 spesies. Berdasarkan Tabel 4, spesies tumbuhan yang dijumpai terdiri dari habitus yang berbeda. Bentuk dari habitus tumbuhan tersebut yaitu berupa rumput dan perdu. Hasil persentase bentuk habitus pada tumbuhan yang dijumpai pada petak pengamatan vegetasi di Arboretum PT Arara Abadi disajikan pada Gambar 2.

2 24 Persentase habitus terbesar pada tumbuhan di petak pengamatan berupa rumput yang didominasi oleh spesies rumputrumputan sebesar 58,33%. Persentase terkecil berupa perdu yang di dominasi oleh spesies pakupakuan sebesar 41,67%. 41,67% 58,33% Rumput Perdu Gambar 2 Diagram persentase habitus spesies. Lokasi arboretum ini didominasi oleh spesies rumputrumputan karena sebagian besar lokasi pengikatan gajah berupa daerah rawa gambut. Daerah rawa gambut dengan tanah yang memiliki drainase yang buruk atau cukup basah. Sebagian besar tumbuhan rumput dapat hidup di berbagai kondisi daerah dan pada umumnya cocok hidup di daerah yang terbuka, lembab, dan basah (Sastrapraja dan Afriastini 1980) hal yang berbeda bila dibandingkan dengan spesies paku pakuan yang hidup sebagian besar pada daerah lembab hingga kering Kerapatan Kerapatan menyatakan jumlah individu suatu spesies di dalam suatu unit areal/ruang. Tingkatan kerapatan suatu spesies dalam komunitas menentukan struktur dari komunitas tersebut. Kerapatan spesies tumbuhan sebagai salah satu.indikator untuk menduga kepadatan spesies tumbuhan dari hasil analisis vegetasi Kerapatan yang paling tinggi ditunjukkan oleh spesies sianik/cantel (Sorgum halepense) dengan nilai kerapatan sebesar ind/ha, sedangkan nilai kerapatan yang terkecil ditunjukan pada pandan (Pandanus sp..) sebesar ind/ha. Kerapatan dari semua spesies tumbuhan yang ditemukan pada petak pengamatan disajikan dalam Lampiran 1.

3 Dominansi spesies tumbuhan Peranan suatuu jenis dalam komunitas dapat dilihat dari besarnya INP. Jenis yang memiliki nilai INP tertinggi merupakan jenis dominan. Berdasarkan indeks nilai pentingnya spesies tumbuhan yang ditemukan didominasi oleh sianik/cantel (Sorgum halepense) ) sebesar 45,71%. Nilai dominansi yang tinggi pada sianik/cantel menunjukkan bahwa spesies ini memiliki tingkat kesesuaian terhadap lingkungan yang lebih tinggi atau dapat memanfaatkan lingkungan yang ditempatinya secara efisien dari spesies yang lain dalam tempat yang sama. Nilai INP dari semua spesies tumbuhan yang ditemukan di plot pengukuran disajikan pada Gambar 3. Indeks Nilai ,71 35,76 28,77 17,63 13,66 12,28 10,2510,01 9,27 9,27 6,,82 3,01 INP (%) Gambar 3 Indeks Nilai Penting spesies Keanekaragaman spesies Pada petak pengamatan didapat tumbuhan sebanyak 12 spesies. Nilai Indeks ShannonWiener atau Indeks Keanekaragaman (H ) sebesar 2,01 Menurut Soerianegara dan Indrawan (2005), nilai H diatas 3 menunjukkan keanekaragaman yang tinggi dan untuk nilai 13 dikatakan keanekaragaman sedang dan untuk nilai H kurang dari 1 keanekaragamannya rendah. Dengan demikian keanekaragaman spesies pada petak pengamatan tergolong sedang, perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

4 Spesies dan Bagian Tumbuhan Pakan Gajah Sumatera Gajah merupakan satwa herbivora yang pakannya bersumber pada tumbuhtumbuhan yang meliputi daun, batang, kulit batang, umbut, akar, buah dan bunga (Ciszek 1999). Di habitat alaminnya gajah menjelajah hutan untuk mencari pakan guna memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil analisis vegetasi diketahui terdapat 12 spesies tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai pakan gajah. Berdasarkan pengamatan terhadap bagian tumbuhan yang dimakan oleh gajah, gajah mengkonsumsi bagianbagian tertentu dari tumbuhan yang berupa batang, bunga, daun, dan akar. Bagian tumbuhan yang dimakan oleh gajah, baik yang dilihat secara langsung maupun tidak langsung disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Spesies pakan gajah sumatera dan bagian tumbuhan yang dimakan pada petak pengamatan vegetasi di Arboretum PT Arara Abadi No. Nama Lokal Bagian yang dimakan Batang Bunga Daun Akar 1 Cantel/Sianik v v v v 2 Jampang pait v v v v 3 Jukut pait v v v v 4 Jukut jampang v v v v 5 Grinting v v v v 6 Ilalang v v v v 7 Rumput teki v v v v 8 Paku antu v v 9 Pakis andam v v 10 Paku Resam v v Rayutan/baru cina Pandan v v v v v Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat 7 spesies tumbuhan yang seluruh bagiannya dimakan oleh gajah, sebanyak 4 spesies tumbuhan hanya dimakan bagian batang dan daunnya, dan sebanyak 1 spesies tumbuhan yang dimakan bagian batang, bunga dan daunnya. Persentase bagian tumbuhan yang di makan disajikan pada Gambar 4.

5 27 8,33% 58,33% 33, 33% Batang + bunga + daun Batang + daun Seluruh Bagian Gambar 4 Diagram persentase bagian tumbuhan yang dimakan. Berdasarkan Gambar 4, sebagian besar gajah mengkonsumsi lebih dari satu bagian tumbuhan pakan. Bagian tumbuhan pakan yang paling banyak dikonsumsi oleg gajah yaitu seluruh bagian dengan persentase 58,33%, bagian batang + daun sebesar 33,33%, dan bagian batang + bunga + daun sebesar 8,33%. Gajah memakan rumput mulai dari bagian atas hingga bagian akar, setelah dibersihkan dari tanah dan lumpur dengan cara mengkibaskan rumput tersebut. Pemilihan bagian tumbuhan pakan dipengaruhi oleh tingkat kesukaan gajah dan dipengaruhi oleh musim (Sukumar 2003). 5.3 Palatabilitas Pakan Gajah Sumatera Berdasarkan hasil pengamatan palatabilitas pakan gajah, khususnya tumbuhan bawah dengan cara membuat 20 plot berukuran 1x1m 2 dari plot analisis vegetasi diperoleh spesies tumbuhan pakan sebanyak 12 spesies. Spesies tumbuhan pakan tersebut terdiri dari rumputrumputan dan pakupakuan. Diantara 12 spesies tersebut 4 spesies yang paling disukai oleh gajah yaitu sianik/cantel (Sorgum halepense), jampang pait (Paspalum conjugatum), jukut pait (Axonopus compressus), dan jukut jampang (Eleusina indica). Masingmasinpalatabilitas sebesar 1,00; 0,86; 0,67; dan 0,60 yang berarti spesies memiliki tingkatan disukai oleh gajah. Spesies yang kurang disukai oleh gajah yaitu rayutan (Artemisia vulgaris) ) dengan tingkatan palatabilitasnya sebesar 0,25. Nilai palatabilitas spesies tumbuhan yang dimakan oleh gajah di petak pengamatan selengkapnya disajikan pada Tabel 6.

6 28 Tabel 6 Jenis pakan gajah dan tingkat palatabilitasnya di lokasi pengamatan Arboretum PT Arara Abadi No Nama Spesies Nama Ilmiah Palatabilitas 1 Sianik/cantel Sorgum helepense 1,00 2 Jampang pait Paspalum conjugatum 0,86 3 Jukut pait Axonopus compressus 0,67 4 Jukut jampang Eleusina indica 0,60 5 Grinting Cynodon dactylon 0,33 6 Ilalang Imperata cylindrica 0,50 7 Rumput teki Cyperus rotundus 0,33 8 Paku antu Asplenium saligum 0,33 9 Pakis andam Nephalepis cordifolia 0,33 10 Paku resam Gleichenia microphylla 0,50 11 Rayutan Artemisia vulgaris 0,25 12 Pandan Pandanus sp. 0,50 Menurut Adithya (2005) semakin tinggi tingkatan kesukaan satwa, makin tinggi pula potensi kegunaan pakan tersebut bagi satwa. Hal tersebut terjadi karena dengan tingkat kesukaan yang tinggi akan lebih memberikan kegunaan secara langsung bagi satwa bila dibandingkan dengan spesies yang tingkat kesukaannya lebih rendah walaupun spesies tersebut memiliki kegunaan yang cukup baik. Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa Sianik/cantel (Sorgum halepense) yang paling tinggi tingkat palatabilitasnya merupakan spesies tumbuhan pakan yang paling tinggi pula tingkat kegunaannya bagi gajah. Variasi pakan biasanya tergantung pada musim yang berpengaruh terhadap ketersediaan pakan di habitat alaminya. Menurut Zahrah (2002) gajah banyak mengkonsumsi rumput dan perdu pada musim hujan, dimana jenisjenis tersebut melimpah, sedangkan pada musim kemarau gajah lebih menyukai daundaunan yang lebih segar, disaat rumput mengering. Hal ini sesuai dengan REI (1992) dalam Agustian (2007) gajah lebih menyukai 3050% rumput di musim hujan lebih banyak daripada di musim kemarau. Gajah sumatera di arboretum selain mengkonsumsi pakan alami berupa pakan hijauan juga mengkonsumsi pakan tambahan berupa pelepah kelapa yang diberikan tiga kali seminggu sebanyak ± 250 buah. Pelepah diperoleh dari desa

7 29 yang berada disekitar arboretum. Selain itu diberikan pakan tambahan lain berupa dedak dan jagung yang dicampur dengan gula merah. Pemberian pakan tambahan campuran dedak dilakukan sebulan sekali. Setiap bahan pakan, baik yang sengaja kita berikan kepada satwa maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsurunsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh satwa, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh satwa untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal (Menristek 2005). Kandungan kimia yang terdapat pada beberapa spesies hijauan pakan gajah disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Komposisi kimia dari beberapa hijauan yang dikonsumsi oleh satwa (komponen disajikan secara DM) Nama Spesies Hijauan Axonopus compressus Berat Kering (%) Abu (%) Protein Kasar (%) Neutral Detergent Fibre (NDF) Gross energy (MJ/kg DM) Ca (%) 1.21 P (%) 0.31 Cynodon dactylon Eleusine indica Imperata clyndrica Paspalum conjugatum Cyperus rotundus *Sorgum halepense ,49 9,01 3, Sumber : Bakri et al *Deptan 1990 Spesies hijauan pakan termasuk yang disukai gajah dengan nilai palatabilitas yang tinggi yaitu sianik/cantel (Sorgum halepense), jampang pait (Paspalum conjugatum), jukut pait (Axonopus compressus), dan jukut jampang (Eleusina indica). Berdasarkan Tabel 7, kandungan kimia yang dimiliki oleh spesies yang paling disukai oleh gajah yaitu Sorgum halapense menunjukkan

8 30 kandungan kimia yang baik dengan kandungan protein kasar yang cukup sebesar 9,01% dan memiliki kandungan serat kasar (NDF) yang lebih rendah bila dibandingkan dengan spesies hijauan lain. Kandungan kimia yang terdapat pada sianik/cantel berupa abu (mineral total), protein kasar, NDF, gross energi, serta Ca, dan P yang merupakan mineral utama yang dibutuhkan. Berdasarkan kandungan yang dimiliki oleh Sorgum halepense spesies ini memiliki kandungan kimia yang dapat memenuhi kebutuhan gizi gajah. Jampang pait (Paspalum conjugatum), jukut pait (Axonopus compressus), dan jukut jampang (Eleusina indica) memiliki kandungan kimia yang cukup lengkap berupa abu, protein kasar, NDF, gross energi, serta Ca, dan P. Kandungan protein kasar pada masingmasing spesies menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu sebesar diatas 10%, dengan nilai protein yang cukup tinggi, spesies tersebut dapat memenuhi kebutuhan protein bagi gajah. Spesies yang memiliki kandungan protein kasar paling rendah adalah spesies Imperata cylindrica. Selain itu spesies ini memiliki nilai kandungan serat kasar paling tinggi diantara spesies hijauan lain, hal ini menunjukan bahwa spesies Imperata cylindrica kurang dapat memenuhi kebutuhan gizi gajah. Kebutuhan energi akan meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya kebutuhan NDF dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika pakan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak menjadi energi (Hartadi et al. 1993). Berdasarkan data palatabilitas pakan dan kandungan kimia pakan gajah di peroleh bahwa tingkat kesukaan gajah sangat berpengaruh dalam konsumsi gajah terhadap suatu spesies hijauan pakan. Walaupun suatu spesies pakan kandungan kimianya tinggi namun apabila gajah tidak menyukainya, maka spesies tersebut tidak akan memberikan manfaat dalam pemenuhan gizi pada gajah. Tumbuhan yang sangat disukai gajah belum tentu memiliki kandungan kimia yang baik namun pada penelitian ini terlihat bahwa tumbuhan sianik/cantel yang tingkat palatabel tinggi memiliki kandungan yang cukup baik untuk pemenuhan gizi gajah. Gajah merupakan satwa megaherbivor yang memiliki pakan yang sangat beragam sehingga gajah akan mengkonsumsi berbagai spesies hijauaqn lain selain

9 31 sianik/cantel dengan demikian gajah dapat memenuhi kebutuhan gizinya dari spesies tersebut. 5.4 Potensi Biomassa Hijauan Pakan Gajah Sumatera Pengukuran biomassa hijauan bahan pakan gajah dilakukan di lokasi masingmasing gajah diikat. Hasil penimbangan spesies tumbuhan pakan gajah disajikan pada Tabel 8 dan 9. Berdasarkan tabel tersebut diperoleh biomassa hijauan basah total sebesar 8,68 ton/ha dan berat kering total sebesar 2,68 ton/ha. Tabel 8 Berat basah pakan gajah pada petak pengamatan di Arboretum PT Arara Abadi Nama Spesies Nama Ilmiah Famili Berat Basah (ton/ha) Bunga Akar Batang Daun Sianik/cantel Sorgum helepense Poaceae 0,12 0,13 0,78 0,95 Jampang pait Paspalum conjugatum Poaceae 0,03 0,17 0,25 0,14 Jukut pait Axonopus compressus Poaceae 0,00 0,35 0,71 0,98 Grinting Cynodon dactylon Poaceae 0,00 0,02 0,09 0,30 Ilalang Imperata cylindrica Poaceae 0,00 0,06 0,45 0,65 Pakis andam Nephralepis cordifolia Polypodiaceae 0,00 0,02 0,29 0,07 Paku antu Asplenium salignum Polypodiaceae 0,00 0,02 0,15 0,11 Paku resam Gleichenia microphylla Polypodiaceae 0,00 0,00 0,30 0,15 Rayutan Artemisia vulgaris Vitaceae 0,01 0,02 0,38 0,20 Rumput teki Cyperus rotundus Poaceae 0,04 0,15 0,10 0,05 Jukut jampang Eleusine indica Poaceae 0,00 0,06 0,16 0,22 Total masingmasing bagian 0,20 1,00 3,66 3,82 Total berat basah = 8,68 ton/ha

10 32 Tabel 9 Berat kering pakan gajah pada petak pengamatan di Arboretum PT Arara Abadi Nama Spesies Nama Ilmiah Famili Berat Kering (ton/ha) Bunga Akar Batang Daun Sianik/cantel Sorgum helepense Poaceae 0,05 0,02 0,26 0,17 Jampang pait Paspalum conjugatum Poaceae 0,00 0,03 0,06 0,05 Jukut pait Axonopus compressus Poaceae 0,00 0,11 0,40 0,16 Grinting Cynodon dactylon Poaceae 0,00 0,00 0,01 0,04 Ilalang Imperata cylindrica Poaceae 0,00 0,01 0,25 0,37 Pakis andam Nephralepis cordifolia Polypodiaceae 0,00 0,00 0,12 0,02 Paku antu Asplenium salignum Polypodiaceae 0,00 0,00 0,06 0,01 Paku resam Gleichenia microphylla Polypodiaceae 0,00 0,00 0,01 0,05 Rayutan Artemisia vulgaris Vitaceae 0,00 0,01 0,09 0,04 Rumput teki Cyperus rotundus Poaceae 0,00 0,05 0,05 0,03 Jukut jampang Eleusine indica Poaceae 0,00 0,01 0,07 0,07 Total masingmasing bagian 0,05 0,24 1,38 1,01 Total barat kering = 2,68 ton/ha 5.5 Daya Dukung Habitat Gajah Sumatera Ketersediaan pakan di Arboretum PT Arara Abadi diperkirakan berdasar berat hijauan basah yang diperoleh pada saat pengukuran biomassa. Adapun berat basah hijauan pakan total keseluruhan pada lokasi pengamatan yaitu sebesar 8,68 ton/ha. Menurut McIlroy 1976 rumput daerah tropika ratarata membutuhkan waktu untuk dapat di panen selama 6 minggu (42 hari) untuk menghasilkan protein kasar yang tinggi, dengan demikian ketersediaan hijauan basah sebesar 8,68 ton/ha/42hari atau 0,21 ton/ha/hari. Ketersediaan diseluruh lokasi, dengan luasan 80 ha menggunakan properuse untuk kawasan arboretum adalah 60% karena merupakan daerah yang datar dan bergelombang (kemiringan 05 0 ), sehingga ketersediaan hijauan basah sebesar 0,21 ton/ha/hari x (60% x 80 ha) = 10,08 ton/hari untuk 80 ha. Menurut Leckagul dan McNeely (1977) Gajah di alam mengkonsumsi makanan sebanyak 250 kg/hari/ekor dengan berat kg. Berdasarkan berat ratarata gajah di arboretum 2800 kg atau 2,80 ton, maka kebutuhan pakan perharinya sebesar 10% x 2800 = 280 kg/hari/ekor atau 0,28 ton/hari/ekor.

11 33 Kebutuhan untuk seluruh gajah di arboretum sebesar 8 x 0,28 ton/hari/ekor = 2,24 ton/hari untuk 8 ekor gajah. Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan pakan dan kebutuhan pakan gajah di arboretum, dapat dilihat bahwa arboretum telah mampu menyediakan kebutuhan gajah berupa hijauan basah dengan nilai ketersediaan hijauan pakan yang lebih besar dari nilai kebutuhan pakan gajah, sehingga arboretum telah mampu menyediakan pakan untuk seluruh gajah bahkan berlebih sebesar 8,17 ton/hari untuk seluruh luasan. Daya dukung pakan di arboretum pada musim hujan adalah (ketersediaan x pu)/kebutuhan = (10,08 ton/hari/80ha x 60%)/0,28 ton/hari/ekor = 21 ekor untuk luasan 80 ha. 5.6 Karakteristik Lokasi Sumber Pakan Gajah Gajah merupakan satwa yang spesies pakannya cukup beranekaragam dari variasi spesies tumbuhan berupa liana, rumput, palem, rotan, semak belukar, hingga tumbuhan berkayu dan dengan variasi bagianbagian tumbuhan yang dimakannya, seperti buah, bunga, daun, kulit, daun, bahkan akarnya. Hal tersebut menunjukkan lokasi pakan gajah pun bervariasi dari semak belukar, padang rumput, hingga hutan primer. Gajah akan lebih banyak melakukan aktifitas makan pada lokasi yang ketersediaan pakannya tinggi. Dengan demikian gajah senantiasa melakukan penjelajahan untuk mencari pakan dengan wilayah jelajah yang cukup luas. Berdasarkan hasil pengamatan, setiap gajah memiliki lokasi tempat pengikatan yang berbedabeda. Lokasi sumber pakan gajah sebagian besar berbentuk rawa dengan spesies tumbuhan yang cukup melimpah yaitu perdu dan jenisjenis rerumputan. Lokasi pengikatan berada di sekitar arboretum di sepanjang sempadan sungai. Tempat pengikatan berbatasan dengan HTI PT Arara Abadi sehingga banyak dijumpai tegakan akasia dan eukaliptus Gajah jantan bernama Nando dan Sebanga mamiliki lokasi ikatan yang sangat terbatas. Hal ini dikarenakan statusnya dalam keadaan terancam oleh perburuan liar di sekitar arboretum, sehingga lokasi tempat kedua gajah ini diikat hanya sekitar kandang gajah atau camp gajah demi keamanan. Hal ini mengakibatkan keterbatasan pakan bagi kedua gajah tersebut karena jumlah pakan

12 34 yang berada di lokasi tersebut sangat kurang bila bila dibandingkan dengan gajah gajah betina yang diikatkan di daerah rawa dan sekitar arboretum. Pada Gambar 5 disajikan lokasi pengikatan yang dijadikan lokasi pakan bagi gajah. Untuk lokasi pakan di sekitar arboretum arboretum dan daerah sempadan sungai bagi gajah betina dan anaknya (5a) dan lokasi pakan gajah disekitar kandang gajah bagi gajah jantan (5b). (a) (b) Gambar 5 Lokasi pakan gajah betina (a) dan Lokasi pakan gajah jantan (b). Pada musim hujan gajah akan lebih banyak beraktifitas di lokasi rawa dan daerah riparian karena di lokasi tersebut akan melimpah jenisjenis rumput segar, sedangkan pada musim kemarau gajah mengkonsumsi daundaunan, rotan dan jenisjenis tumbuhan berkayu lain. Pada Pada musim kemarau ini gajah akan menggunakan lokasi pakan pada tipe vegetasi hutan, yaitu daerah sekitar arboretum dan HTI karena terdapat berbagai jenis tumbuhan pakan gajah yang lain berupa pohon. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tentang gajah di India oleh Sukumar (1985) dalam Zahrah (2002). 5.7 Permasalahan Gajah Sumatera di Arboretum Permasalahan yang telah terjadi di arboretum yaitu kegiatan perburuan gajah yang dilakukan oleh pemburu gading yang telah meracuni 2 gajah jantan yang terdapat di arboretum bernama Tongli dan Jakir. Kedua gajah tersebut diracun dan mati pada pertengahan tahun 2009.

13 35 Kejadian tersebut mengakibatkan kedua gajah jantan lain yang masih hidup diawasi secara intensif, dengan melakukan penjagaan yang ketat. Penjagaan ini dilakukan tim keamanan PT Arara Abadi yang dilakukan oleh dua orang security selama 24 jam. Kondisi keterancaman bagi gajah jantan di arboretum menyebabkan pengelola memberlakukan kebijakan agar kedua gajah jantan tersebut tidak diperkenankan untuk diikat di dalam hutan dengan lokasi yang jauh dari kandang gajah, namun kegiatan ini memberikan dampak yang tidak baik untuk kedua gajah tersebut yaitu dengan jumlah pakan dan keanekaragaman pakannya terbatas hanya disekitar lokasi tersebut. 5.8 Desain Pengelolaan Pakan Gajah Sumatera di Arboretum PT Arara Abadi Desain pengelolaan pakan gajah sumatera yang direkomendasikan di arboretum, disusun berdasarkan data mengenai pakan gajah, baik berupa jenis tumbuhan pakan, bagianbagian tumbuhan yang dimakan, tingkat kesukaan gajah atau palatabilitas pakan gajah, biomassa pakan gajah, serta ketersediaan dan kebutuhan pakan gajah. Berdasarkan hasil analisis vegetasi diperoleh 12 spesies yang didominasi oleh sianik/cantel (Sorgum halepense) dengan nilai kerapatan sebesar ind/ha dan INP sebesar 45,71% yang merupakan nilai tertinggi dari seluruh spesies tumbuhan. 12 spesies dari seluruh tumbuhan tersebut berpotensi sebagai pakan gajah. Bagian tumbuhan pakan yang paling banyak dimakan gajah yaitu seluruh bagian dengan persentase 58,33%. Berdasarkan hasil pengamatan palatabilitas pakan gajah sumatera diperolah 12 spesies merupakan tumbuhan yang disukai gajah. Adapun tumbuhan yang paling disukai diantaranya yaitu sianik/cantel (Sorgum halepense), jampang pait (Paspalum conjugatum), jukut pait (Axonopus compressus), dan jukut jampang (Eleusina indica). Ketersediaan pakan di Arboretum PT Arara Abaadi sebesar 10,08 ton/hari dan kebutuhan untuk seluruh gajah di arboretum 2,24 ton/hari untuk 8 ekor gajah, sehingga arboretum telah mampu mencukupi kebutuhan untuk gajah bahkan berlebih. Data yang telah diuraikan diatas menunjukkan potensi pakan yang sudah baik, terlihat dari jumlah jenis yang banyak tersedia merupakan jenis yang disukai

14 36 oleh gajah karena tinggi rendahnya potensi tumbuhan pakan ditentukan oleh banyak sedikitnya tumbuhan yang dimakan atau disukai. Tumbuhan yang banyak dimakan oleh gajah dengan kelimpahan yang tinggi maka akan mengakibatkan potensi tumbuhan pakan yang tinggi pula. Tempat ikatan gajah tersebut, selain digunakan sebagai tempat mencari pakan, juga digunakan untuk tempat minum, tempat mengasin, tempat beristirahat. Hal ini dikarenakan tempat pengikatan gajah terletak disepanjang sempadan sungai yang memiliki kelimpahan pakan yang cukup tinggi. Ketersediaan pakan gajah yang ada di lokasi ini sudah dapat dikatakan baik bahkan berlebih. Desain pengelolaan pakan gajah sumatera yang dapat dilakukan diantaranya yaitu 1) kegiatan mempertahankan keberadaan tumbuhan pakan, 2) pengelolaan lokasi pengikatan gajah, 3) peningkatan perlindungan dan pengamanan lokasi pakan gajah, 4) melakukan sistem rotasi pengikatan gajah, dan 5) pengawetan hijauan pakan gajah pada musim hujan. 1. Mempertahankan keberadaan tumbuhan pakan Mempertahankan keberadaan tumbuhan pakan dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan dan pemantauan tumbuhan pakan secara teratur. Tumbuhan pakan yang dipelihara dan dipantau merupakan tumbuhan pakan yang disukai oleh gajah. Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara penyiangan dan pemupukan tumbuhan pakan. Tumbuhan pakan gajah disiangi dari gangguan tumbuhan liar yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan tersebut. Pemupukan tumbuhan pakan dilakukan agar tumbuhan subur. Pemupukan ini dilakukan secara teratur. Pemupukan yang intensif dilakukan pada lokasi pengikatan yang kondisi tumbuhannya kurang subur. Pelaksanaan pemupukan dapat menggunakan pupuk alami atau pupuk kandang. Hal ini dapat menggunakan kotoran gajah itu sendiri. Penggunaan pupuk dari kotoran gajah selain mempermudah perolehan juga dapat menghemat pembiayaan pemeliharaan. Kegiatan lain dalam mempertahankan keberadaan tumbuhan pakan yaitu pemantauan. Pemantauan dilakukan secara rutin untuk memantai keadaan tumbuhan pakan agar tetap tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang cukup

15 37 baik. Pemantauan diharapkan dievaluasi secara berkala guna tercapainya keberhasilan kegiatan pengelolaan tersebut. 2. Pengelolaan lokasi pengikatan gajah Lokasi pengikatan ditentukan dari jumlah spesies tumbuhan pakan yang disukainya tinggi. Lokasi tersebut dipilih dengan jumlah ketersediaan pakan yang tinggi pula. Lokasi pengikatan terletak tidak jauh dengan sumber air. Tempat lokasi pakan yang ditentukan tidak berdekatan antara lokasi satu gajah dengan gajah lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan pakan dan menghindari pengurangan pakan secara tidak merata. Lokasi dengan jumlah dan kualitas spesies tumbhan pakan yang kurang, khususnya di lokasi Nando dan Sebanga diberi pakan tambahan berupa pakan alami yang disukai oleh gajah yang diambil dari lokasi pakan yang ketersediaannya tinggi. Pemberian pakan alami ini sangat bermanfaat untuk dapat memenuhi kebutuhan kedua gajah tersebut. Pemberian pakan dilakukan secara rutin setiap hari. 3. Peningkatan perlindungan dan pengamanan lokasi pakan Kegiatan yang dapat dilakukan untuk perlindungan dan keamanan lokasi pakan dengan cara penjagaan lokasi. Penjagaan dapat dilakukan dengan cara patroli secara rutin untuk dapat mengurangi kegiatan pemburuan liar dan dapat memantau apabila terjadi bencana alam seperti, banjir dan kebakaran hutan. Selain itu, dapat dibuat pospos jaga yang letaknya tidak jauh dengan tempat pengikatan gajah (hanya dilakukan pada tempat pengikatan gajah Nando dan Sebanga karena status keterancaman), pos diletakkan di tempat yang tidak menggangu aktivitas gajah. 4. Pengaturan sistem pengikatan Sistem pengikatan yang dimaksud yaitu pemindahan dari tempat ikatan yang satu ke tempat ikatan yang lain (sistem rotasi). Pemindahan pengikatan gajah dilakukan secara rutin, dua hari sekali. Di tempat pengikatan yang baru perlu diperhatikan jenis pakan yang ketersediaannya cukup, sehingga pakan yang ada di

16 38 arboretum dapat didistribusikan secara merata kepada seluruh gajah. Perlu diperhatikan pula tingkat pertumbuhan hijauan tempat ikatan untuk dapat kembali dilakukan pengikatan tersebut dengan memindahkan secara berkala. 5. Pengawetan hijauan pakan gajah pada musim hujan Musim sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pakan bagi gajah. Pada musim kemarau terjadi penurunan jumlah hijauan pakan, khususnya rumput dan pakupakuan sehingga penyediaannya berkurang. Sebaliknya pada musim hujan, keberadaan hijauan pakan gajah meningkat tajam sehingga persediaannya melimpah. Oleh karena itu, kegiatan pengawetan pakan gajah pada musim hujan merupakan salah satu alternatif sebagai pemasok kebutuhan pakan sepanjang tahun. Gajah menyukai hijauan pakan dalam bentuk segar sehingga pengawetan pakan yang dapat digunakan yaitu dengan teknologi pembuatan silase. Silase adalah hijauan pakan ternak yang diawetkan dengan cara peragian atau fermentasi asam laktat. Bahan hijauan yang cocok untuk dijadikan silase yaitu tanaman yang resiko kebusukannya lebih kecil, yang memiliki daun lebar, fisiknya agak kasar, ditanam pada lahan yang subur, dan dipotong menjelang berbunga. Salah satu spesies yang baik untuk dijadikan silase yaitu sianik/cantel (Sorgum halepense) (Siregar 1996).

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen utama dalam usaha peternakan hewan ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu perhatian utama dalam pembangunan nasional. Usaha peningkatan produksi bahan

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Limbah Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1 Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia dengan luas panen dan produksi pisang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan utama dalam segala bidang usaha ternak, termasuk dalam hal ternak ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karbon Biomassa Atas Permukaan Karbon di atas permukaan tanah, meliputi biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah (semak belukar berdiameter < 5 cm, tumbuhan menjalar dan

Lebih terperinci

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor R. Garsetiasih 1 dan Nina Herlina 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor 2 Sekretariat Jenderal Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat kasar yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, khususnya bagian

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI Oleh CICI KURNIATI 05 162 007 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN Leguminosa Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salahsatu tanaman pakan yang telah beradaptasi baik dan tersebar di

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia seiring dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan hutan biasanya sangat bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI Oleh : ETTY HARYANTI UTAMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Rumput dapat dikatakan sebagai salah satu tumbuh-tumbuhan darat yang paling berhasil dan terdapat dalam semua tipe tempat tumbuh dan pada bermacam-macam keadaan. Bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan hijauan,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan hijauan, PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia memiliki banyak ragam tumbuhan hijauan, diantaranya adalah jenis ketela pohon. Ketela pohon merupakan salah satu jenis tanaman pertanian utama di Indonesia.

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) PENDAHULUAN Sebagaimana kita ketahui, di negara Indonesia banyak ditumbuhi pohon nanas yang tersebar di berbagai

Lebih terperinci

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System)

Siti Nurul Kamaliyah. SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) Siti Nurul Kamaliyah SISTEM TIGA STRATA (Three Strata Farming System) DEFINISI Suatu cara penanaman & pemotongan rumput, leguminosa, semak & pohon shg HMT tersedia sepanjang rahun : m. hujan : rumput &

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif

Lebih terperinci

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KODE JUDUL : X.47 LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan

II.TINJAUAN PUSTAKA. laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1. Pisang (Musa paradisiaca L) Tanaman pisang merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan baik dilahan khusus maupun ditanam sembarangan, karena

Lebih terperinci

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar

JENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar JENIS PAKAN 1) Hijauan Segar Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda- beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Lawu adalah gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini mempunyai ketinggian 3265 m.dpl. Gunung Lawu termasuk gunung dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG 0999: Amir Purba dkk. PG-57 PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG Amir Purba 1, I Wayan Mathius 2, Simon Petrus Ginting 3, dan Frisda R. Panjaitan 1, 1 Pusat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK Bambang Kushartono dan Nani Iriani Balai Penelitian Ternak, Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Tanamanjagung (ZeamisL) mempunyai nilai

Lebih terperinci

Cynodon dactylon (L.) Pers.

Cynodon dactylon (L.) Pers. Cynodon dactylon (L.) Pers. Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Famili : Poaceae Genus : Cynodon Rich. Spesies : Cynodon dactylon (L.) Pers. Nama Ilmiah : Cynodon

Lebih terperinci

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN MEMBUAT SILASE Oleh : Drh. Linda Hadju BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2014 PENDAHULUAN Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Keragaman Vegetasi Mangrove Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 20 plot yang masing-masing petak ukur 5x5 m, 10x10 m dan 20x20 m diketahui bahwa vegetasi mangrove

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG SITI AMINAH, DAN ZULQOYAH LAYLA Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengenalan pemanfaatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Lembaga konservasi dunia yaitu IUCN (International

Lebih terperinci

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan SILASE TANAMAN JAGUNG SEBAGAI PENGEMBANGAN SUMBER PAKAN TERNAK BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan silase tanaman jagung sebagai alternatif

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa

Lebih terperinci

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP Pengertian Konservasi Konservasi sumber daya alam adalah penghematan penggunaan

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO Cathrien A. Rahasia 1, Sjenny S. Malalantang 2 J.E.M. Soputan 3, W.B. Kaunang 4, Ch. J.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus memikirkan ketersediaan pakan. Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam pemeliharaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer. TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Iklim Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara

Lebih terperinci

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di Indonesia, dihadapkan pada kendala pemberian pakan yang belum memenuhi kebutuhan ternak. Ketersediaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Sebaran Hotspot Tahunan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penggunaan api, iklim, dan perubahan tata guna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kaya kandungan gizi. Putri dkk., (2014) menyatakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan kawasan konservasi memiliki korelasi yang kuat. Suatu kawasan konservasi memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial sedangkan manusia memiliki peran

Lebih terperinci

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci