IDENTIFIKASI JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA PERTANAMAN PADI GOGO (Studi Kasus di Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Utara)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA PERTANAMAN PADI GOGO (Studi Kasus di Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Utara)"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA PERTANAMAN PADI GOGO Dosen Agroforestri Politeknik Perdamaian Halmahera - Tobelo ABSTRACT The aim of this research was to make an inventory of weed types found in upland rice crops and to determine the importance of the value index and the dominant types requiring action in management and control of weeds. Retrieval of data was done using vegetation analytical method or square method, i.e. the observation of sample plots in the fi eld. The result of the weed inventory indicated that in areas of rice paddy crop in West Tobelo sub district, 21 types (species) of weeds were found from 11 family groups. The predominant family sets of weeds were Poaceae, Passifloraceae and Euphorbiaceae. These plant types from Passifl oraceae, Euphorbiaceae and amaranthaceae are broadleaved weeds from the Poaceae family included in the grass weed type. Important value index of weeds in Kusuri village indicates that broad-leaved weeds Borreria laevis (Lamk), Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf, Borreria latifolia (Aubl.) K. Sch., Phyllanthus niruri L. were the dominant weed types in upland rice, while at Togoli village the highest important value index there was type of grass weed i.e. Paspalum commersonii Lamk with a value of 6.93, followed by Ottochloa nodosa at Also at Wawongira and Birinoa villages, the highest important value index there was a type of grass weed Imperata cylindrica BEAUV with values of and Key words : Upland rice, weed, dominancy, Important Value Index, West Tobelo PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk dan kenaikan pendapatan secara luas menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan bahan pangan dan produk pertanian lain. Peningkatan permintaan tersebut terutama terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Seiring dengan hal tersebut pembangunan di berbagai bidang berkembang pesat, sehingga mengakibatkan tekanan yang kuat terhadap sumberdaya lahan, salah satunya adalah perubahan lahan pertanian menjadi pusat industri dan pemukiman penduduk. Ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai makanan pokok menyebabkan kebutuhan beras nasional semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan beras nasional saat ini dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri dan impor, di mana ketergantungan pemenuhan beras melalui impor dapat mengakibatkan rentannya ketahanan pangan nasional dan dapat berdampak terhadap semua aspek baik ekonomi, sosial maupun politik bangsa. Salah satu upaya mengatasi kekurangan pasokan beras adalah dengan intensifikasi budidaya padi. Usaha ini telah dilakukan beberapa dekade yang lalu sejak dicetuskannya revolusi hijau yang dimulai tahun 1960-an, di mana dititikberatkan pada penggunaan pupuk dan obat-obatan kimiawi dalam usaha budidaya padi. Pada awal program ini dilaksanakan, produktivitas padi dapat ditingkatkan secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Akibatnya produktivitas budidaya padi dapat mengimbangi peningkatan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk, namun di tingkat petani, pemakaian pupuk dan pestisida kimia cenderung meningkat dari waktu ke waktu untuk memperoleh produktivitas yang sama. Pada akhirnya terjadilah gejala pelandaian peningkatan produksi padi. Pelandaian atau levelling off merupakan kondisi dimana penambahan input tidak lagi mampu meningkatkan produksi tanaman (Wigena, 2006). Di lain pihak pemakaian pestisida dan fungisida yang berlebihan mengakibatkan timbulnya hama dan penyakit yang resisten serta tingginya tingkat serangan gulma.

2 Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil beras baik kualitas dan kuantitas adalah gangguan gulma. Gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Penurunan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6-87 %. Data yang lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma % untuk padi sawah dan padi gogo % (Pitoyo, 2006). Program pengendalian gulma yang tepat untuk memperoleh hasil yang memuaskan perlu dipikirkan terlebih dahulu. Pengetahuan tentang biologis dari gulma (daur hidup), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan gulma, pengetahuan mengenai cara gulma berkembang biak, menyebar dan bereaksi dengan perubahan lingkungan dan cara gulma tumbuh pada keadaan yang berbeda-beda sangat penting untuk diketahui dalam menentukan arah program pengendalian. Keberhasilan dalam pengendalian gulma harus didasari dengan pengetahuan yang cukup dan benar dari sifat biologi gulma tersebut, misalnya a) dengan melakukan identifikasi, b) mencari dalam pustaka tentang referensi gulma tersebut c) serta bertanya pada para pakar atau ahli gulma. Ketiga cara ini merupakan langkah pertama untuk menjajaki kemungkinan cara pengendalian yang tepat (Sukma dan Yakup, 2002). Kecamatan Tobelo Barat Kabupaten Halmahera Utara, merupakan daerah yang sebagian penduduknya membudidayakan padi gogo untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu permasalahan besar yang saat ini dihadapi oleh sebagian besar petani di Kecamatan Tobelo Barat adalah penurunan hasil panen padi gogo akibat serangan gulma. Pengendalian gulma yang saat ini diterapkan oleh petani di kecamatan tersebut sebagian besar bersifat manual, akibatnya jika petani terlambat melakukan kegiatan penyiangan akan berpengaruh terhadap produksi padi gogo. Berawal dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan identifikasi jenis gulma yang terdapat pada lahan petani di Kecamatan Tobelo Barat. Identifikasi dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi padi dapat ditingkatkan sebagaimana yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk 41 (1) menginventarisir jenis-jenis gulma yang terdapat pada pertanaman padi gogo milik masyarakat, (2) mengetahui indeks nilai penting dan dominansinya yang sangat diperlukan dalam tindakan pengelolaan dan pengendalian gulma. METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tobelo Barat Kabupaten Halmahera Utara. Sampel yang dipilih adalah desa dengan luas usaha budidaya padi gogo terbesar yaitu Desa Kusuri, Togoli, Birinoa dan Wawongira. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dan pengumpulan data secara langsung di lapangan dengan menggunakan metode analisis vegetasi di mana digunakan metode kuadrat yaitu dengan cara pengamatan plot sampel di lapangan. Contoh gulma diambil dengan cara menempatkan petak kuadrat berukuran 1 m x 1 m sebanyak tiga kali pada setiap desa terpilih. Pada setiap desa terpilih diambil contoh gulma pada lokasi pertanaman padi gogo. Setiap spesies gulma yang terdapat pada petak kuadrat diidentifikasi berdasarkan spesies, kemudian dihitung jumlahnya dan ditimbang bobot keringnya. Analisis Data Jenis gulma yang diinventarisir akan ditampilkan dalam bentuk deskriptif dengan mengacu pada referensi Sastrapradja dan Afriastini (1980), Barnes dan Chandapillai (1972), Anonim (1987), sedangkan data yang diperoleh dari hasil pelemparan frame dilakukan digunakan untuk menghitung kerapatan relatif, frekuensi relatif, Summed Dominance Ratio (SDR) dan Koofesien komunitas (C) dengan formula sebagai berikut (Pablico dan Moody 1983): a. Kerapatan Kerapatan mutlak adalah jumlah individu suatu jenis pada suatu lokasi tertentu, yang dirumuskan : Kerapatan mutlak (KM) = jumlah individu jenis gulma tertentu dalam petak contoh (1) b. Kerapatan Nisbi Kerapatan nisbi adalah perbandingan kerapatan mutlak jenis gulma tertentu

3 42 Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 dengan total kerapatan mutlak semua jenis, rumuskan : Kerapatan mutlak Jenis (2) Kerapatan Nisbi = Kerapatan X100% mutlakseluruh Jenis c. Frekuensi Frekuensi Mutlak adalah perbandingan banyaknya petak contoh yang ditemui suatu jenis terhadap petak contoh yang dibuat, dirumuskan : Jumlah plot diketemukan suatu jenis (3) Frekuensi Mutlak = Jumlah seluruh plot pengamatan X100% d. Frekuensi Nisbi Frekuensi Nisbi adalah persentase frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis, dirumuskan : Frekuensisuatu jenis Frekuensi Nisbi = X100% Frekuensiseluruh jenis e. Indeks Nilai Penting () Nilai ini menunjukkan dominansi suatu jenis dalam suatu lahan pertanaman atau areal budidaya tertentu dan dirumuskan : = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif. (4) (5) HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Tobelo Barat merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Halmahera Utara dengan luas wilayah Km 2, di mana jarak tempuh dari ibu kota Kabupaten ± 25 Km. Kecamatan Tobelo Barat terdiri dari 6 desa, dan memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa. Berdasarkan dominasi formasi geologis batuan sedimen dan batuan beku basa maupun intermediate, jenis tanah dijumpai di Kecamatan Tobelo Barat antara lain: Aluvial, Regosol, dan Latosol (Anonim, 2004). Kemiringan lereng (topografi) di wilayah ini sangat bervariasi mulai dari kelas lereng 0 persen sampai lebih besar dari 40 persen Luas area dengan kelas kemiringan lereng didominasi oleh lahan datar dengan kemiringan lereng 0 8 persen daerah landai/berombak dengan kemiringan persen dan daerah dengan kemiringan lereng curam yaitu > 40 persen. Keadaan yang terjadi adalah iklim musim yaitu iklim yang dipengaruhi oleh musim barat/utara yang berlangsung dari bulan Oktober Maret dan musim selatan/timur yang berlangsung dari bulan April September dan diselilingi oleh musim pancaroba pada bulan April yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Data hasil analisis Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Halmahera Utara tahun 2010, menunjukkan bahwa di wilayah Tobelo Barat dapat dibudidayakan berbagai jenis komoditi dominan unggulan yang mempunyai nilai ekonomi antara lain: Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (padi, kacang tanah, jagung, cabe, semangka, rambutan, langsat dan durian). Bidang Perkebunan (kelapa, kakao dan cengkeh). Bidang Peternakan (sapi, kambing dan unggas). Potensi lahan kering yang terdapat pada kecamatan tersebut cukup besar yakni Ha, dimana Ha diantaranya dikembangkan usaha pertanian padi gogo. Secara detail usahatani tanaman pangan yang telah diusahakan oleh petani di Tobelo Barat disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pangan di Kecamatan Tobelo Barat No Jenis Tanaman Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Padi gogo Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah 6 Kacang Kedelai Jenis dan Deskripsi Gulma Pada Pertanaman Padi Gogo di Kecamatan Tobelo Barat Hasil inventarisasi gulma menunjukkan bahwa pada lahan tanaman padi di Kecamatan Tobelo Barat ditemukan masing-masing 21 jenis (spesies) gulma dari 11 famili. Famili tumbuhan yang mendominasi komunitas gulma tersebut Identifikasi Jenis dan Dominansi Gulma Pertanaman Padi Gogo

4 Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 adalah Poaceae, Passifloraceae, Euphorbiaceae. Jenis tumbuhan dari Passifloraceae, Euphorbiaceae dan amaranthaceae adalah gulma berdaun lebar dan dari family Poaceae termasuk dalam gulma golongan rumputan. Keragaman gulma yang terdapat di empat lokasi pertanaman padi gogo relatif sama. Terdapat beberapa jenis gulma berdaun lebar yang dijumpai pada lahan padi gogo seperti; babadotan (Ageratum conyzoides L.), bayam duri (Amaranthus gracilis), meniran (Phyllanthus niruri L.), ceplukan (Passifl ora foetida L.) Sedangkan jenis rumput-rumputan ditemui hampir pada keempat lokasi pertanaman padi gogo. Jenis-jenis rumput-rumputan tersebut antara lain; jaringan (Paspalum commersonii Lamk), rumput kawatan (Ottochloa nodosa), rumput belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn., alang-allang (Imperata cylindrica BEAUV), paitan (Paspalum conjugatum Berg.). Selain itu ditemukan juga jenis teki-tekian pada Desa Togoli dan Birinoa. Holm et al., 1972 cit Moenandir 2002 menggolongkan beberapa spesies gulma menjadi gulma sangat jahat, gulma jahat, dan gulma setengah jahat. Gulma jenis Cyperus rotundus L., Eleusine indica (L.) Gaertn., Paspalum conjugatum Berg., Imperata cylindrica BEAUV yang terdapat pada pertanaman padi gogo tergolong gulma sangat jahat karena memiliki distribusi yang luas dan mempunyai frekuensi pemunculan yang cukup tinggi. Sedang jenis gulma yang tergolong setengah jahat dan tumbuh pada pertanaman padi gogo milik petani adalah Ageratum conyzoides L. Mimosa pudica. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keragaman komunitas gulma diantaranya adalah jenis tanah. Komposisi gulma dan penutupannya pada pertanaman yang berbeda jenis tanahnya di suatu daerah ekologi tertentu menunjukkan perbedaan yang besar. Pada tanah Alluvial atau hidromorfik dijumpai gulma golongan tekittekian lebih banyak jenisnya dan lebih dominan dibanding dengan yang dijumpai pada tanah Podsolik. Jenis gulma berdaun lebar dijumpai lebih dominan pada pertanaman yang jenis tanahnya Podsolik (Nasution, 1981). 43 Indeks Nilai Penting Gulma dan Dominansinya Adanya gulma pada pertanaman padi gogo sangat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi yang akhirnya dapat menurunkan hasil panen baik kualitas maupun kuantitas. keragaman dan dominansi gulma pada masing-masing pertanaman padi gogo tersebut memberi petunjuk bahwa tindakan pengendalian gulma perlu diperhatikan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan ekologinya. Dalam pengusahaan pertanaman padi gogo, pengendalian gulma harus ditujukan untuk menekan kerugian dan gangguan yang ditimbulkan oleh gulma hingga sekecil mungkin agar pertumbuhan dan produksi tanaman serta manajemennya tidak terganggu. Indeks nilai penting gulma di Desa Kusuri menunjukkan bahwa gulma berdaun lebar jenis Borreria laevis (Lamk), Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf, Borreria latifolia (Aubl.) K. Sch., Phyllanthus niruri L. merupakan jenis gulma dominan pada lahan pertanaman padi gogo. Hasilnya disajikan pada tabel 2. Hasil pada tabel 1 juga menunjukkan bahwa nilai kerapatan relatif gulma tertinggi pada Desa Kusuri terdapat pada jenis Phyllanthus niruri L. yakni 3,32%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis gulma tersebut memiliki tingkat kerapatan tertinggi dibanding dengan jenis gulma lain yang terdapat pada desa tersebut. Sedangkang nilai kemunculan terbanyak atau frekuensi relative terbesar terdapat pada jenis gulma Borreria laevis (Lamk) yakni 2,73 %. Kedua jenis gulma ini merupakan jenis gulma yang kebanyakan tumbuh pada lahan kering. Pada Desa Togoli indeks nilai penting tertinggi terdapat pada golongan gulma rumputan yaitu Paspalum commersonii Lamk sebesar 6,93 diikuti gulma Ottochloa nodosa sebesar 4,82. Selanjutnya pada Desa Wawongira dan Birinoa, indeks nilai penting tertinggi terdapat pada golongan gulma rumputan Imperata cylindrica BEAUV yakni 35,81 dan 38,16. Hal ini menunjukkan bahwa gulma alang-alang mendominasi pertanaman padi gogo milik petani karena pada lahan tersebut kebanyakan didominasi oleh tanah-tanah alluvial.

5 44 Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 Tabel 2. Jenis, Nilai Kerapatan, Frekuensi dan Indeks Nilai Penting () Gulma Di Desa Kusuri Nama Jenis Nama Lokal Famili Kerapatan Frekuensi Relatif Relatif Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 0,16 1,46 1,62 Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf Rumput malela Poaceae 1,45 1,69 3,13* Digitaria ciliaris Jalamparan Panicum 0,21 1,36 1,58 Mimosa pudica Putri malu Mimosaceae 0,43 2,27 2,70 Borreria latifolia (Aubl.) K. Sch. Kentangan Rubiaceae 3,07 1,36 4,43* Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 3,32 1,36 4,68* Passifl ora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 0,27 1,36 1,63 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae 0,11 0,91 1,02 Borreria laevis (Lamk) Jugul Rubiaceae 2, * Tabel 2. Jenis, Nilai Kerapatan, Frekuensi dan Indeks Nilai Penting () Gulma di Desa Togoli Nilai kerapatan atau densitas gulma yang tumbuh pada lahan padi gogo di Desa Togoli bervariasi. Pada lahan padi gogo di Desa tersebut menunjukkan bahwa kerapatan srelatif terbesar Identifikasi Jenis dan Dominansi Gulma Pertanaman Padi Gogo terdapat pada jenis gulma Paspalum commersonii Lamk sebesar 2,99%. Sedangkan nilai frekuensi relatif terbesar juga terdapat pada jenis gulma yang sama. Tabel 3. Jenis-jenis gulma, nilai kerapatan, frekuensi dan Indeks Nilai Penting () gulma Di Desa Wawongira. No Nama Jenis Nama Lokal Famili Kerapatan Frekuensi Relatif Relatif 1 Borreria alata Rumput setawar Rubiaceae 1,17 3,55 4,58 2 Imperata cylindrica BEAUV Alang-alang Poaceae 26,22 9,65 35,81* 3 Crotalaria striata DC. Kacang-kacangan Fabaceae 0,82 3,55 4,38 4 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 1,31 5,08 6,38* 5 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae 0,82 4,57 5,39* 6 Hyptis brevipes Poit. Genggeyan Lamiaceae 1,24 3,55 4,79 7 Passifl ora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 0,82 4,57 5,39* 8 Amaranthus gracilis Bayam Amaranthaceae 0,89 3,55 4,45 9 Ocimum basilicum LINN. Kemangian Lamiaceae 0,16 0,46 0,62 Kerapatan Relatif Frekuensi Relatif No Nama Jenis Nama Lokal Famili 1 Cyperus rotundus LINN. Teki Poaceae 1,70 2,73 4,43* 2 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 2,99 3,93 6,93* 3 Ottochloa nodosa Rumput kawatan Poaceae 1,45 3,37 4,82* 4 Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput belulang Poaceae 0,38 1,36 1,74 5 Mimosa pudica Putri malu Mimosaceae 0,43 2,27 2,70 6 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 0,87 3,37 4,24* 7 Passifl ora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 0,19 1,12 1,32 8 Amaranthus spinosus Bayam duri Amaranthaceae 0,32 0,93 1,25

6 Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 Nilai densitas dan frekuensi relatif pada Desa Wawongira menunjukkan bahwa jenis gulma Imperata cylindrica BEAUV merupakan jenis gulma yang paling tinggi yakni sebesar 26,22% dan 9,65%. Sembodo (2010) menyatakan bahwa jenis gulma alang-alang (Imperata Tabel 4. Jenis, Nilai Kerapatan, Frekuensi dan Indeks Nilai Penting () Gulma di Desa Birinoa. No Nama jenis Nama lokal Famili Kerapatan Frekuensi relatif relatif 1 Cyperus rotundus LINN. Teki Poaceae 1,70 2,73 4,43* 2 Imperata cylindrica BEAUV Alang-alang Poaceae 29,73 8,43 38,16* 3 Paspalum conjugatum Berg. Paitan Poaceae 1,19 1,12 2,31 4 Paspalum commersonii Lamk Jaringan Poaceae 2,99 3,93 6,93* 5 Lantana camara L. Tembelekan Verbenaceae 0,39 1,69 2,07 6 Phyllanthus niruri L. Meniran Euphorbiaceae 0,87 2,47 3,34 7 Ageratum conyzoides L Babadotan Asteraceae 0,48 0,56 1,04 8 Passifl ora foetida L. Ceplukan Passifloraceae 0,19 1,12 1,32 (Moenandir, 2010). Gulma tersebut dikatakan jahat karena dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman budidaya di sekitarnya. Jenis gulma ini sangat merugikan apabila tumbuh di pertanaman padi gogo, mampu melakukan persaingan, mengeluarkan efek alellopati, cepatnya berkembang biak, dan sulit pengendaliannya. Selain itu pengendalian gulma yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Tobelo Barat belum intensif, bahkan hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa kebanyakan petani sering terlambat melakukan penyiangan. Akibatnya pertumbuhan Imperata cylindrica BEAUV yang relatif tinggi menyebabkan pertumbuhan padi gogo menjadi terhambat bahkan dapat menyebabkan kehilangan hasil padi gogo. Metode pengendalian gulma yang nantinya dilakukan harus berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman karena: 1) komunitas gulma lebih seragam, 2) merugikan tanaman sejak awal sampai panen, 3) gulma berasosiasi dengan hama, pathogen dan musuh alami, 4) gulma tumbuh berasosiasi dengan tanaman (Pane dan Jatmiko, 2008). Selain itu teknik pengendalian gulma harus efisien, ekonomis dan berkelanjutan. 45 cylindrical) merupakan salah satu jenis gulma yang mengeluarkan senyawa kimia atau alelopati. Senyawa ini mampu meningkatkan daya saing gulma dengan cara menekan pertumbuhan gulma yang berada di sekitarnya. Selama ini metode pengendalian gulma yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Tobelo Barat bersifat manual, di mana pengendalian dilakukan hanya dengan menggunakan alat bantu seperti kored. Cara yang dilakukan oleh petani pada ke empat desa tersebut ternyata banyak membutuhkan waktu dan tenaga. Pane dan Jatmiko, 2008 menyatakan bahwa; pengendalian gulma padi gogo dapat dilakukan dengan cara olah tanah dalam (25 cm atau lebih) pada akhir musim hujan agar biji-biji gulma dapat terkubur lebih dalam sehingga tidak berkecambah. Selain itu penggunaan varietas yang kuat bersaing dengan gulma, tahan kekeringan, tahan penyakit blas, toleran kekahatan besi dan keracunan Al. Di lahan kering, gulma dapat digunakan sebagai mulsa. Pemberian mulsa berfungsi untuk menghalangi cahaya matahari yang dibutuhkan biji-biji gulma, sehingga perkecambahannya terhambat atau menghalangi gulma tumbuh terhambat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Famili tumbuhan gulma yang mendominasi komunitas gulma tersebut adalah Poaceae, Passifloraceae, Euphorbiaceae. Jenis tumbu-

7 46 Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 han dari Passifloraceae, Euphorbiaceae dan amaranthaceae adalah gulma berdaun lebar dan dari family Poaceae termasuk dalam gulma golongan rumputan. 2. Keragaman gulma yang terdapat di empat lokasi pertanaman padi gogo relatif sama yakni gulma berdaun lebar seperti; babadotan (Ageratum conyzoides L.), bayam duri (Amaranthus gracilis), meniran (Phyllanthus niruri L.), ceplukan (Passiflora foetida L.), gulma golongan rumputan ditemui hampir pada keempat lokasi pertanaman padi gogo. Jenis-jenis rumput-rumputan tersebut antara lain; jaringan (Paspalum commersonii Lamk), rumput kawatan (Ottochloa nodosa), rumput belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn., alang-allang (Imperata cylindrica BEAUV), paitan (Paspalum conjugatum Berg.), sedangkan gulma golongan tekian ditemukan pada Desa Togoli dan Birinoa. DAFTAR PUSTAKA Anonim Weeds of rice in Indonesia. In M. Soerjani, J.G.H. Kostermans, and G. Tjitrosoepomo (Eds.). Balai Pustaka, Jakarta. Moenandir. H.J Ilmu Gulma. Universitas Brawijaya Press, Malang. Nasution, U Inventarisasi Gulma di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Hubungannya dengan Pengelolaan Gulma. Pros. Kongres ke-6 Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, Medan. Sembodo. R. J Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu, Yogyakarta. Pablico, P.P. and K. Moody Sampling of weeds and vegetation analysis. Lecture prepared for participants attending the integrated pest management training course held at the International Rice Research Institute, 15 August-24 November Los Banos, Laguna, Philippines. Pitoyo Mesin Penyiang Gulma Padi Sawah. http// Diakses pada tanggal 4 Oktober Sukma, Y dan Yakup gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Wigena, I.G.P., E. Tuherkih, T. Suhartini Peningkatan Produktivitas Lahan sawah dengan Intensifikasi di Sukabumi Dengan Pemanfaatan Pupuk Organik dan Hayati. Prosiding Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. Identifikasi Jenis dan Dominansi Gulma Pertanaman Padi Gogo

ANALISIS KOMPOSISI GULMA PADA LAHAN TANAMAN SAYURAN. Ariance Yeane Kastanja

ANALISIS KOMPOSISI GULMA PADA LAHAN TANAMAN SAYURAN. Ariance Yeane Kastanja ANALISIS KOMPOSISI GULMA PADA LAHAN TANAMAN SAYURAN Ariance Yeane Kastanja Politeknik Perdamaian Halmahera Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi gulma dominan pada lahan tanaman sayuran

Lebih terperinci

ISSN : JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA LAHAN JAGUNG MANIS (Studi Kasus Di Kecamatan Tobelo) Ariance Y. Kastanja, ABSTRAK

ISSN : JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA LAHAN JAGUNG MANIS (Studi Kasus Di Kecamatan Tobelo) Ariance Y. Kastanja, ABSTRAK ISSN : 1907-7556 JENIS DAN DOMINANSI GULMA PADA LAHAN JAGUNG MANIS (Studi Kasus Di Kecamatan Tobelo) Politeknik Perdamaian Halmahera Tobelo ABSTRAK Jenis dan Dominansi gulma pada lahan jagung manis di

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN P R O S I D I N G 30 PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA Husni Thamrin Sebayang 1) dan Wiwit Prihatin 1) 1) Jurusan Budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda- beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian ini dilakasanakan pada bulan Januari sampai Juni 2010. Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 23.2 o C-31.8 o C. Curah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena mempunyai kandungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah iklim tropis. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai

Lebih terperinci

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman

Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisis Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering dan Lahan Sawah di Kabupaten Pasaman Solfiyeni, Chairul dan Rahmatul Muharrami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan berumpun. Umur tanaman padi mulai dari benih sampai bisa dipanen kurang lebih 4 bulan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gulma Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Suatu tumbuhan

Lebih terperinci

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam

Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam Oleh: Nurlaili Abstract This study titled plant growth response of maize (Zea mays L.) and weed to various plant

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN EFIKASI, EFISIENSI DAN PERKEMBANGAN GULMA JANGKA PENDEK DARI 3 HERBISIDA PADA KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU DR. IR. WAHYU WIBAWA,

Lebih terperinci

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang INVENTARISASI GULMA DI BAWAH TEGAKAN PULAI DARAT (Alstonia angustiloba Miq.) DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGENDALIAN GULMA DI KABUPATEN MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN 1) Oleh : Sri Utami 2), Asmaliyah 2), dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, pertama kali ada di Indonesia sebagai tanaman koleksi yang ditanam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir di semua jenis tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, mulai tanah bertekstur ringan (berpasir), bertekstur sedang (lempung berpasir), hingga bertekstur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot)

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot) Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 R (%) F FR (%) INP 1 Clidemia hirta Akar kala 57.25 3.177907299 0.64 13.73390558 16.91181288 2 Imperata cylindrica Alang-alang 21.5 1.193449903 0.1 2.145922747

Lebih terperinci

Mengenal Gulma di Pertanaman Tebu

Mengenal Gulma di Pertanaman Tebu Mengenal Gulma di Pertanaman Tebu Gulma tumbuh di sela barisan tanaman tentu merupakan pemandangan yang seringkali terlihat di lahan tebu. Meskipun lumrah namun keberadaannya ternyata cukup mengganggu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen

Lebih terperinci

III. I, II, m. Lampiran 1. Bagan percobaan di lapangan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial. Ulangan E,F, E,F, E,Fi E2F2 E,F2

III. I, II, m. Lampiran 1. Bagan percobaan di lapangan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial. Ulangan E,F, E,F, E,Fi E2F2 E,F2 35 Lampiran 1. Bagan percobaan di lapangan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial Ulangan E3F2 II E2F, III E2F3 U E,F2 E3F, E3F2 E,F3 E3F3 E,F, E2F2 E,F, E2F, E3F3 E2F3 E3F3 E2F, E3F2 E2F2

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Kultivar Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)

Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Kultivar Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) Vegetalika. 2017. 6(3): 24-36 24 Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Kultivar Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) The Effect of Weeding Frequencies on Growth and Yield of Two Soybean

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU (The Diversity of Bamboo (Bambusodae) In Riam Odong Waterfall Forest

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

No Spesies F FR % K KR % INP %

No Spesies F FR % K KR % INP % Lampiran 1. Nilai Frekuensi, Frekuensi Relatif, Kerapatan, Kerapatan Relatif, dan Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah Umur 1 Tahun. 1 Eleusine indica (L.) Gearth. 0,8 7,41 100,5 24,81 32,22 2 Digitaria

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI GULMA DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS, KABUPATEN BANTUL, DIY SKRIPSI

IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI GULMA DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS, KABUPATEN BANTUL, DIY SKRIPSI IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI GULMA DI LAHAN PASIR PANTAI SAMAS, KABUPATEN BANTUL, DIY SKRIPSI Oleh : Junaidi Ilham 20100210010 Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas Angiospermae, subkelas Monocotyledonae, ordo Palmales, famili Palmae, genus Elaeis,

Lebih terperinci

UJI MULSA Tithonia diversifolia A. Gray TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill)

UJI MULSA Tithonia diversifolia A. Gray TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) UJI MULSA Tithonia diversifolia A. Gray TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) Solfiyeni, Fauziah Safitri, Zuhri Syam Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA 478 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 6 JANUARI-2014 ISSN: 2338-3976 PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA THE EFFECTS OF ORGANIC MULCHE TO WEEDS AND SOYBEAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Nisbi Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan (%)

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Nisbi Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan (%) IV. BASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kerapatan Nisbi Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan (%) Hasil pengamatan terhadap kerapatan nisbi yang dihasilkan dari kesembilan perlakuan baik pra maupun pasca perlakuan

Lebih terperinci

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN JAGUNG. (Zea mays L.) DI LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI MALAMPAH KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI SARJANA BIOLOGI

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN JAGUNG. (Zea mays L.) DI LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI MALAMPAH KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI SARJANA BIOLOGI ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI MALAMPAH KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH: RAHMATUL MUHARRAMI B.P. 07 133 059 JURUSAN BIOLOGI

Lebih terperinci

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis AGROTROP, 3(1): 99-103 (2013) ISSN: 2088-155X Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis KETUT AYU YULIADHI, TRISNA AGUNG PHABIOLA DAN MADE SRITAMIN Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Identifikasi Gulma Dan Potensinya Untuk Pakan Ternak Pada Lahan Kering Dataran Tinggi Di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

Identifikasi Gulma Dan Potensinya Untuk Pakan Ternak Pada Lahan Kering Dataran Tinggi Di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu Identifikasi Gulma Dan Potensinya Untuk Pakan Ternak Pada Lahan Kering Dataran Tinggi Di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu Harwi Kusnadi 1)*, Aulia Evi 2) dan Zul Efendi 1) 1 Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISISDA TIGOLD 10 WP (pirizosulfuron etil 10%) TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISISDA TIGOLD 10 WP (pirizosulfuron etil 10%) TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISISDA TIGOLD 10 WP (pirizosulfuron etil 10%) TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA PADI SAWAH Uum Umiyati 1*, Ryan Widianto 2, Deden 3 1. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi dan gandum. Jagung sebagai salah satu tanaman yang memiliki sumber karbohidrat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK

PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK PERGESERAN DOMINANSI SPESIES GULMA PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT SETELAH APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK Araz Meilin 1 ABSTRACT This research aims at identification of 1) weeds domination in palm oil plantation

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Sub sektor perkebunan mempunyai peranan

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

EFFECT TIME OF WEEDING IN INTERCROPPING SYSTEM PEANUTS (Arachis hypogaea L.) WITH CASSAVA (Manihot esculenta Crantz.)

EFFECT TIME OF WEEDING IN INTERCROPPING SYSTEM PEANUTS (Arachis hypogaea L.) WITH CASSAVA (Manihot esculenta Crantz.) PENGARUH WAKTU PENYIANGAN GULMA PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DENGAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) EFFECT TIME OF WEEDING IN INTERCROPPING SYSTEM PEANUTS (Arachis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di Kabupaten Lima Puluh Kota

Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di Kabupaten Lima Puluh Kota Analisa Vegetasi Gulma pada Pertanaman Jagung (Zea mays L) pada Lahan Olah Tanah Maksimal di Kabupaten Lima Puluh Kota Vegetation Analysis of Weeds in Corn (Zea mays L.) Plantation in Maximal Prepared

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara luas di Indonesia. Tebu sendiri adalah bahan baku dalam proses pembuatan gula. Dalam

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kaya kandungan gizi. Putri dkk., (2014) menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang dapat memenuhi kebutuhan akan minyak nabati. Tanaman lain yang

Lebih terperinci

Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma

Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma Tamin: Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang (Imperata... Pengaruh Ekstrak Rimpang Alang-alang ( Imperata cylindrica L.) pada Bobot Kering dan Persen Penutupan Gulma (The Effect of Alang-alang [Imperata

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA Identifikasi Gulma

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA Identifikasi Gulma LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA Identifikasi Gulma Oleh : JANSEN TOCHIGI LINGGA 05111007130 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2014 I. PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POPULASI GULMA PADA PADI SAWAH ORGANIK DAN AN-ORGANIK DI DESA JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POPULASI GULMA PADA PADI SAWAH ORGANIK DAN AN-ORGANIK DI DESA JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN IDENTIFIKASI DAN ANALISIS POPULASI GULMA PADA PADI SAWAH ORGANIK DAN AN-ORGANIK DI DESA JATILUWIH, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN Marianus Sarifin 1*) I Putu Sujana 2), Nyoman Labek Suyasdi Pura

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pengambilan sampel dilakukan di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Godean pada lahan bekas tanaman jagung, kedelai, padi, dan tebu dengan jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting sebagai bahan pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan industri dan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis terutama dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara,

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN WAKTU PENYIANGAN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GROBOGAN

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN WAKTU PENYIANGAN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GROBOGAN PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN WAKTU PENYIANGAN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GROBOGAN THE EFFECT OF SOIL TILLAGE AND WEEDING PERIOD ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi PEMBAHASAN Sebagian besar perubahan jenis gulma pada setiap perlakuan terjadi pada gulma golongan daun lebar, sedangkan golongan rumput relatif tetap pada 3 MST dan 6 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

Pengaruh Jeluk Muka Air Genangan dalam Parit pada Berbagai Fase Pertumbuhan Padi terhadap Gulma dan Hasil Padi (Oryza sativa L.)

Pengaruh Jeluk Muka Air Genangan dalam Parit pada Berbagai Fase Pertumbuhan Padi terhadap Gulma dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Pengaruh Jeluk Muka Air Genangan dalam Parit pada Berbagai Fase Pertumbuhan Padi terhadap Gulma dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) The Effect of Depth of Water Level on Saturated Soil Culture in Different

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Abstrak

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Abstrak IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI GULMA PENTING KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Oleh: Wahyunita; Syahnen; Muklasin; Christina O. Matondang POPT Ahli Muda di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primernya tersebut adalah makanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen

STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen STUDI KOMUNITAS GULMA PADA BEBERAPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Muklasin dan Syahnen Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Jl. Asrama No. 124 Kel. Cinta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil minyak masak, bahan industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunan kelapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kacang Hijau Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005) adalah sebagai berikut Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae :

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua biji/polong), ukuran polong dan biji sedang. Keunggulannya potensi hasil mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest

Lebih terperinci

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam ANNY MULYANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber : SINAR TANI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

KERAGAMAN VEGETASI POTENSIAL HIJAUAN PAKAN DI AREAL PERSAWAHAN PADA KONDISI KETINGGIAN YANG BERBEDA

KERAGAMAN VEGETASI POTENSIAL HIJAUAN PAKAN DI AREAL PERSAWAHAN PADA KONDISI KETINGGIAN YANG BERBEDA KERAGAMAN VEGETASI POTENSIAL HIJAUAN PAKAN DI AREAL PERSAWAHAN PADA KONDISI KETINGGIAN YANG BERBEDA Nur Rochmah Kumalasari, Sunardi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut

Lebih terperinci

INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN TINGGI DI DESA PALELON DAN DATARAN RENDAH DI KELURAHAN KIMA ATAS.

INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN TINGGI DI DESA PALELON DAN DATARAN RENDAH DI KELURAHAN KIMA ATAS. INVENTARISASI GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN TINGGI DI DESA PALELON DAN DATARAN RENDAH DI KELURAHAN KIMA ATAS Oleh: Keren Selia Amy Assa 1, Pemmy Tumewu 2, A. Grace Tulungen 2 1). Mahasiswa

Lebih terperinci