Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Investasi yang dilakukan secara tepat akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tantangan pelaksanaan investasi di daerah didorong melalui kebijakan otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah diatur dalam Undang-undang Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25/2007 tentang Penanaman Modal. Dalam kedua undang-undang tersebut disebutkan bahwa pemerintah pusat memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengelola urusan pemerintahannya sendiri. Salah satu implikasinya adalah setiap daerah dituntut untuk mampu mengelola keuangan daerahnya secara mandiri. Melalui otonomi daerah, kemandirian dalam menjalankan pembangunan sesuai kapasitas dan kebutuhan daerah diharapkan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien Kemandirian suatu daerah terletak pada kemampuan keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah, artinya tingkat ketergantungan kepada APBN mempunyai porsi yang semakin kecil. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah adalah dengan mendorong masuknya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya melalui pertumbuhan investasi. Investasi adalah sumber penting bagi tercapainya pembangunan. There is no (economic) growth without investment. Investasi menjadi aspek penting karena pengaruhnya bagi pertumbuhan agregat yaitu mendorong tingkat output dan kesempatan kerja; dan efeknya terhadap pembentukan kapital yang dalam jangka panjang akan meningkatkan potensi output dan menjaga pertumbuhan (Hamid, 2006: 165). 1

2 Dinamika yang terjadi dalam arus investasi melibatkan proses komunikasi antara pemerintah daerah sebagai komunikator dan investor sebagai komunikan. Pada situasi ini, pemerintah daerah dituntut untuk lebih pro aktif dan kreatif dalam memberikan pelayanan investasi kepada para investor. Untuk menarik perhatian para investor, pemerintah daerah merancang berbagai penawaran kepada investor untuk menanamkan modal di daerahnya. Komunikasi merupakan unsur penting dalam menunjang pemasaran yang efektif, sebab keberhasilan pemerintah dalam menjual potensi daerah ditentukan oleh pesan yang disampaikan kepada investor dan bagaimana pemahaman investor terhadap pesan yang disampaikan. Di wilayah ini fungsi Investor Relations memegang peranan penting. Pada mulanya fungsi Investor Relations dipakai dalam sebuah perusahaan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai-nilai perusahaan (Argenti, 2010: 235; Bragg, 2010: 3). Fungsi Investor Relations dituntut untuk memahami dan responsif terhadap kebutuhan perusahaan dan investor. Dalam tata kelola pemerintahan seperti saat ini, fungsi Investor Relations juga sangat dibutuhkan. Pada dasarnya, fungsi Investor Relations memiliki tujuan untuk menarik, merawat, dan mempertahankan investor. Dalam Komunikasi Korporat Paul A. Argenti menyatakan bagaimana fungsi Investor Relations dapat diterapkan pada sebuah organisasi, termasuk juga organisasi pemerintah. Menurutnya: Walaupun struktur dari sebuah fungsi Investor Relations berbeda dari satu organisasi ke organisasi lain berdasarkan ukuran, kompleksitas bisnisnya dan komposisi pemegang saham, tujuan utama dari fungsi Investor Relations adalah sama: untuk memposisikan organisasi agar berkompetisi secara efektif untuk mendapatkan investor (Argenti, 2010:39). 2

3 Berdasarkan argumentasi tersebut, fungsi Investor Relations dapat digunakan untuk menjelaskan institusi pemerintah daerah yang berinteraksi dengan investor. Dalam institusi pemerintah daerah, istilah kompleksitas bisnis dan komposisi pemegang saham tidak digunakan, karena ada perbedaan jenis audiens pada perusahaan dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah dalam hal ini tidak hanya bertindak sebagai regulator, tetapi juga sebagai koordinator, fasilitator, dan stimulator dalam investasi. Dalam posisi ini, pemerintah daerah dituntut untuk membuat kebjiakan-kebijakan yang menarik investor untuk menanamkan modalnya di daerah. Maka tidak menutup kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk melakukan praktik Investor Relations. Studi mengenai praktik Investor Relations pada pemerintah daerah menjadi penting karena tidak semua daerah memiliki potensi sumber daya alam yang dapat ditawarkan kepada investor. Daerah yang tidak memiliki potensi sumber daya alam dituntut untuk piawai menarik investor. Sementara itu, daerah-daerah di Indonesia juga tidak hanya dihadapkan pada persaingan sesama daerah di Indonesia untuk menarik investor, tetapi juga dengan seluruh daerah di setiap negara di dunia (Suryana & Marsuki, 2007: 11). Kota Surakarta adalah salah satu daerah yang memiliki keterbatasan sumber daya alam yang dapat ditawarkan kepada investor. Namun, Kota Surakarta mampu menunjukkan kemajuannya melalui tata kelola pemerintahan yang baik. Perbaikan dalam pelayanan publik dan sistem pelayanan perizinan terus menerus diupayakan untuk memberikan kemudahan bagi para investor. Keberhasilannya dapat dilihat dari hasil survei Doing Business 2012 yang dilakukan oleh World Bank dan International Finance Corporation sebagai tiga terbaik kota di Indonesia (di bawah Yogyakarta dan Palangkaraya) yang paling mudah untuk memulai bisnis ( diakses pada 20 Maret 2012). 3

4 Melalui Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT), Pemerintah Kota Surakarta meramu pengelolaan daerahnya sebagaimana mengelola produk. Event tahunan, seperti Carnival dan Solo Batik Fashion serta city branding menjadi magnet untuk menarik minat dunia internasional untuk menggelar event internasional di Kota Surakarta. (SWA17, XXVII, Agustus 2011). Melihat upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam menarik minat investor, maka peneliti mengambil objek penelitian Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Konsentrasinya terletak pada bagaimana praktik Investor Relations yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta untuk menarik minat investor. B. Rumusan Masalah Sesuai latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini akan diarahkan dengan rumusan masalah: Bagaimana praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta untuk menarik minat investor menanamkan modalnya. 4

5 D. Signifikansi Penelitian Signifikansi penelitian ini mencakup dua hal, yaitu: 1. Signifikansi Akademik Penelitian ini diharapkan menambah referensi mengenai praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) untuk menarik minat investor di daerah. 2. Signifikansi Praktis Hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dalam melakukan praktik Investor Relations sebagai upaya berkomunikasi dan membangun hubungan dengan investor. E. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta sebagai bagian dari institusi pemerintah daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal. F. Kerangka Pemikiran Titik fokus penelitian ini adalah praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta untuk menarik minat investor menanamkan modalnya. Untuk mendapatkan penjelasan mengenai hal itu dibutuhkan beberapa penjelasan teoretik yang menjadi kerangka pemikiran sekaligus teori pemandu selama proses penelitian berlangsung. Beberapa kerangka pemikiran yang menjadi alat bantu analisis dalam penelitian ini antara lain: Investor Relations yang menjelaskan 5

6 tentang sebuah fungsi yang berinteraksi kuat dengan investor; Praktik Investor Relations pada Perusahaan; dan Investor Relations Framework yang menjelaskan tentang cara fungsi Investor Relations berkomunikasi dengan investor. 1. Investor Relations Investor Relations pada mulanya lebih dikenal sebagai sebuah subfungsi penting dalam komunikasi korporat. Praktik tradisional yang dilakukan perusahaan untuk berkomunikasi dengan pemegang saham mereka adalah melalui fungsi Investor Relations. National Investor Relations Institute (NIRI) menyebutkan Investor Relations sebagai: Kegiatan pemasaran korporat yang menggabungkan disiplin komunikasi dan pemasaran untuk memberikan gambaran yang tepat mengenai kinerja dan prospek perusahaan kepada para investor dan calon investor (NIRI, 2003). Pemasaran dalam konteks ini bukan berarti selling, tetapi merupakan suatu proses identifikasi para pihak yang menjadi target audiens yang tertarik untuk melakukan investasi dengan menyajikan informasi historis dan prospektif mengenai suatu organisasi sehingga pihak-pihak tersebut dapat mengambil keputusan investasi berdasarkan informasi yang diperoleh. Hal ini dilakukan melalui rekomendasi secara hati-hati; menanggapi pertanyaan para investor, analis dan media massa melalui saluran-saluran komunikasi dan temu muka atau rapat. Investor Relations berujung pada pencapaian tujuan untuk memastikan nilai pasar yang baik terhadap perusahaan. Paul A. Argenti menyebutkan tujuan dari Investor Relations adalah memaksimalkan nilai-nilai perusahaan dengan terus mengkomunikasikan performa perusahaan kepada publik yang ingin berinvestasi (Argenti, 2010: 235). 6

7 Penjelasan senada juga diungkapkan oleh Charles D. Ellis dalam How to Manage Investor Relations. Menurutnya tujuan manajemen Investor Relations: help[ing] a well managed company gain appropriate recognition and credibility with the business community for its capabilities and longer term prospects [and to] help corporate executives to fulfill the fiduciary responsibility to ensure that investors who are selling or buying know they are able to do so at prices that fairly and reasonably reflect true value (Ellis, 1985: 34). Fungsi Investor Relations diposisikan untuk menanamkan kepercayaan terhadap investor, baik pada saat kondisi baik maupun buruk. Investor Relations dipacu untuk terus menyesuaikan perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis. Menurut Marcus dan Wallace (dalam Hockerts & Moir, 2004: 87): The nature of the role of Investor Relations has evolved through three phases. Initially there was a role of simple communication of the company s actions, then this developed into an increasing focus on the financial function and financial results and, finally, in more advanced companies, there is a trend towards active marketing, in order to encourage investors to buy or hold the company s stock as well as to ensure that firms are fairly valued. Praktik tradisional seperti menyediakan informasi bagi investor melalui press release, pertemuan rutin dan laporan-laporan mulai berkembang. Memelihara komunikasi yang positif dengan investor dan menjaga hubungan baik dengan media dan perantara juga penting sebagai langkah strategis untuk menarik investor dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan pemahaman tersebut, Investor Relations pada praktiknya memegang peranan sebagai sebuah fungsi yang berinteraksi dan menjalin hubungan dengan investor serta memiliki tujuan untuk menarik minat dan mempertahankan investor. Maka istilah Investor Relations dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan fungsi 7

8 Investor Relations pada institusi pemerintah daerah yakni Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta.Sebagaimana penjelasan Paul A. Argenti (2010), fungsi Investor Relations dapat digunakan dalam struktur organisasi yang berbeda-beda dengan tujuan agar organisasi dapat berkompetisi secara efektif untuk mendapatkan investor. Untuk dapat menarik minat dan mempertahankan investor, Investor Relations pada institusi pemerintah daerah mempunyai tugas dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal. Salah satu fungsinya adalah mempromosikan daerah melalui potensi-potensi yang tersedia. 2. Praktik Investor Relations pada Perusahaan Menurut Cutlip (2006: 25), Investor Relations merupakan bagian dari Public Relations (PR) dalam perusahaan korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunitas keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar. Sesuai definisi Investor Relations sebagai fungsi komunikasi sekaligus keuangan menekankan komunikasi dua arah yang berlangsung dalam fungsi ini. Untuk membangun hubungan yang kuat dengan investor, para praktisi PR harus melakukan beberapa tugastugas yang kompleks, biasanya dimulai dengan riset pasar untuk memahami persepsi investor dan merumuskan investment story, kemudian dilanjutkan untuk mengidentifikasi investor yang paling cocok dengan pesan yang telah dirancang tentang proposisi investasi di perusahaan. Setelah didentifikasi, strategi tersebut harus direvisi setiap tahunnya untuk memastikan kevalidannya (Corbin: 2004). Dalam 8

9 Nasdaq (2001: 32) disebutkan bahwa terdapat empat tahapan strategis program Investor Relations, yaitu: 1. Riset Pasar Riset pasar digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian dalam pasar modal, proses investasi, termasuk memahami persepsi dan sikap investor terhadap perusahaan, dan melacak kemajuan dalam proses komunikasi. Dalam riset pasar, terdapat tiga aktivitas yang dilakukan, yaitu: a. Market Intelligence, yaitu: mengumpulkan dan memelihara kecerdasan pasar untuk memahami bagaimana pandangan pasar terhadap perusahaan baik secara mutlak maupun relatif. Hal ini penting dilakukan baik untuk strategi perusahaan maupun komunikasi dalam rangka mengetahui bagaimana dan mengapa pasar berperilaku terhadap perusahaan serta bagaimana pasar menetapkan harga saham. b. Audience Analysis, yaitu: siapa saja target investor, mengapa mereka harus berinvestasi, apa yang harus dilakukan untuk membuat mereka membeli lagi atau menjual, dan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan bila investor menyukai atau tidak menyukai perusahaan. Dengan pengetahuan tersebut, Investor Relations akan dapat menemukan kesamaan tipe dan penerimaan, dan fokus komunikasi yang harus dilakukan bila berhadapan dengan para investor. c. Benchmark Surveys, survei ini merupakan hal penting dalam riset pasar. Survei ini dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan melacak perubahan tingkat pengetahuan, persepsi dan sikap investor melalui wawancara. Penelitian ini biasanya dilakukan oleh pihak ketiga (konsultan) agar investor lebih berterus terang dan mengarah ke hasil yang lebih baik. Survei ini dapat digunakan untuk mengukur kemajuan perusahaan baik dari segi manajemen bisnis maupun komunikasi. Hal ini kemudian dikorelasikan terhadap penilaian dan harga saham untuk menunjukkan nilai dan keputusan strategis maupun usaha komunikasi. 9

10 2. Pesan dan Pengembangan Informasi Pesan dan pengembangan informasi bertujuan untuk mengomunikasikan kekuatan investasi, faktor utama dan poin-poin dari informasi penting kepada pasar yang dapat membantu menciptakan nilai wajar (fair value). Pesan yang terkandung di dalamnya merupakan jawaban dari pertanyaan: mengapa saya harus berinvestasi di perusahaan tersebut?, atau mengapa saya harus melanjutkan atau membeli saham lagi?, atau bagi para analis, mengapa saya harus merekomendasikan saham perusahaan tersebut kepada pelanggan saya? Sebab, yang menjadi keinginan para investor adalah higher returns. Investor menanamkan modalnya karena mereka percaya apabila mereka berinvestasi mereka akan mendapatkan pendapatan dan laba yang lebih besar. Investor akan menganalisis bagaimana perusahaan akan meningkatkan pendapatan mereka, dengan analisis ini kemudian para investor akan mendefinisikan nilai dari perusahaan. Terdapat tiga kategori informasi yang dibutuhkan oleh investor, yaitu: keuangan dan informasi detail tentang operasi bisnis; visi, misi, strategi, arah dan program perusahaan; dan konteks industri untuk perusahaan. Informasi-informasi ini digunakan oleh para investor untuk memahami hasil bisnis lebih lanjut, dan juga untuk membandingkan dengan perusahaan lainnya. Melalui informasi tersebut mereka akan mengevaluasi kinerja dan mendapatkan wawasan tentang perusahaan. 3. Alat Komunikasi Yaitu media terbaik yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi kepada pasar, investor, analis, dan distributor dengan cara yang paling efektif. Terdapat beberapa media yang dapat digunakan sebagai media komunikasi, yaitu bahan cetak (printed materials), video, layanan informasi elektronik, pertemuan langsung, dan telepon. 10

11 a. Printed Materials (Bahan Cetak) Bahan cetak merupakan program komunikasi dasar pada Investor Relations. Hal ini termasuk dokumen Securities and Exchange Commission (SEC), laporan 10-K, laporan 8-K, laporan tahunan atau triwulan, profil perusahaan, newsletter, dan fact books. b. Electronic Information Services (Layanan Informasi Elektronik) Internet merupakan media baru yang tidak dapat diragukan kelebihannya dalam hal kecepatan dan tidak terbatasnya ruang dan waktu dalam berkomunikasi. Memasukkan informasi ke dalam database elektronik menambah kemampuan perusahaan dalam mencapai investor, analis, broker, dan calon pelanggan pada waktu yang cepat dan tepat. Hal ini membuat baik itu perusahaan maupun investor memiliki kesempatan dalam mengakses dan mendapatkan informasi dalam waktu yang bersamaan. Situs web merupakan salah satu bagian dari informasi elektronik. Yang penting dalam mengelola situs web Investor Relations perusahaan adalah menjaga ketepatan dan perbaharuan isi konten, dan mendorong investor untuk kembali melihat situs, dan membuat situs yang mudah digunakan. Selain situs web, perusahaan juga berhubungan dengan investor melalui . Biasanya perusahaan menggunakan untuk menguirimkan laporan triwulan keuangan surat pernyataan, dan pengumuman untuk conference calls. c. In-person Meetings (Pertemuan Pribadi) Hingga saat ini pertemuan tatap muka dengan perusahaan tetap menjadi pilihan favorit bagi para investor. Investor mengamati dan menilai dari presentasi yang diberikan oleh perusahaan, kemudian mereka juga menilai dari cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan. Biasanya pertemuan ini dilakukan oleh kelompok besar oleh konferensi yang diadakan oleh perantara dan analis untuk melakukan diskusi satu sama lain. Namun demikian, beberapa investor lebih senang bertemu 11

12 dalam kelompok kecil, sehingga investor berkesempatan untuk bertanya lebih banyak, daripada hanya mendengarkan presentasi. d. Telephone Contact (Kontak Telepon) Dari semua metode komunikasi, telepon juga menjadi media unggulan dalam pertukaran informasi antara perusahaan dan investor. Kontak telepon sangat efisien bagi kedua belah pihak dan memberikan kesempatan bagi Investor Relations untuk mendapatkan nilai tambah, membantu analis, dan membantu investor untuk lebih memahami perusahaan. Saat ini kontak telepon telah mengalami perkembangan majunya teknologi. Kontak telepon juga dapat berupa konferensi video dan percakapan yang disediakan dalam atau messanger. 4. Administrasi Perkantoran Yaitu melibatkan kegunaan staf, konsultan, pemasok, teknologi, dan alat-alat lain yang digunakan untuk mengelola proses Investor Relations pada tingkat efisiensi tertinggi. Kebanyakan departemen Investor Relations hanya memiliki sedikit staf bahkan beberapa perusahaan besar hanya memiliki satu atau dua staf. Pada perusahaan modern, Investor Relations digerakkan oleh komputer. Hampir semua informasi yang diperlukan diperoleh secara elektronik, dan hampir semua informasi dibuat, diproduksi, dan dikirimkan melalui komputer. Komputer memungkinkan Investor Relations untuk meningkatkan arus pesan dan informasi, dan lebih memahami bagaimana perilaku pasar terhadap perusahaan, komputer juga digunakan untuk memersiapkan presentasi dan laporan, dan juga untuk bekerjasama dengan manajemen lain dalam memajukan program Investor Relations. Dalam rangka mencapai kesuksesan usaha, sebuah perusahaan harus bisa memenuhi kebutuhan stakeholder-nya, termasuk kebutuhan akan informasi baik informasi mengenai keuangan maupun non keuangan uang dapat memberikan keyakinan bagi stakeholder atas 12

13 nilai jual perusahaan itu sendiri. Informasi yang diberikan pun harus dikembangan sedemikian rupa sehingga dapat menjawab kebutuhan informasi bagi para investor. Begitu pula dengan pemilihan media, agar pesan yang dikembangkan bisa tepat sasaran. Kelompok yang berperan penting dalam hal ini adalah investor potensial, pemegang saham, analis keamanan, dan media keuangan. Keberhasilan sebuah perusahaan bergantung pula pada keberhasilan pemegang saham dan keberhasilan keuangan sebuah perusahaan yang didukung oleh peran Investor Relations dalam memertahankan dukungan para pemangku kepentingan dengan tujuan untuk memeroleh keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan. Investor adalah pihak yang sangat penting, karena investor merupakan sumber dari modal perusahaan atas saham yang ditanamkan oleh investor. Pada umumnya para investor akan mencari informasi tentang suatu perusahaan terlebih dahulu sebelum menanamkan modalnya. Peran Investor Relations di sini adalah untuk menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh investor tentang perusahaan. Komunikasi dua arah yang dibangun akan menciptakan kesepahaman antara perusahaan dan investor. Pada era persaingan global yang semakin tangguh, perusahaan tidak disarankan untuk hanya berpangku tangan dan menunggu investor datang kepada mereka. Investor Relations bertanggung jawab untuk mengomunikasikan informasi keuangan mengenai perusahaan dan berusaha meyakinkan, menarik dan memertahankan minat investor terhadap perusahaan. Dalam rangka mendekatkan diri dan menjalin hubungan dengan investor perlu disiapkan berbagai macam hal yang menjadi alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan, di sinilah peran Investor Relations digunakan. Fungsi Investor Relations harus melaksanakan tugasnya dengan baik dan sebab, karena Investor Relations merupakan 13

14 representasi dari perusahaan di mata investor dan komunitas keuangan lainnya. Penjelasan di atas digunakan untuk mempermudah peneliti dalam memahami permasalahan, menganalisis dan mencari solusi pemecahan masalah yang akan diteliti. Peneliti kemudian mencoba menjabarkan kerangka pemikiran tersebut ke dalam model penelitian berikut ini: 3. Investor Relations Framework Investor Relations framework menggambarkan bagaimana cara fungsi Investor Relations berkomunikasi. Hal tersebut berkenaan dengan siapa saja pihak yang terkait dengan Investor Relations dan bagaimana Investor Relations menjangkau mereka. Dalam menjalin sebuah relasi, fungsi Investor Relations bekerja menggunakan dua cara: berkomunikasi dengan investor secara langsung dan berkomunikasi melalui perantara untuk menjangkau investor. Menentukan siapa investor dan perantara yang digunakan terkadang tampak jelas, tetapi perlu pertimbangan yang matang untuk menganalisis siapa saja mereka. Tak dapat dipungkiri bahwa setiap pihak memiliki kepentingan yang saling berkompetisi dan persepsi yang berbeda melihat sebuah organisasi (Argenti, 2010:39). a. Berkomunikasi langsung dengan investor Menentukan investor menjadi penting untuk mengetahui kebutuhan investor dan arah investasinya. Terkadang dipahami bahwa mempromosikan potensi daerah hanya kepada investor asing adalah baik. Namun, perlu diketahui bahwa banyak pelaku ekonomi domestik yang kuat dan memiliki standar internasional yang patut diperhitungkan. Investor terbagi menjadi: investor asing, domestik, dan kombinasi keduanya joint venture (Suryana & Marsuki, 2007: 14

15 19). Investor asing memiliki cakupan bisnis secara global sementara investor domestik mempunyai cakupan bisnis secara nasional dan lokal. Investor domestik dapat berbentuk BUMN atau perusahaan swasta. Investor lokal dapat berupa BUMD atau pelaku bisnis swasta daerah. Pemilahan investor dilakukan untuk memberi gambaran bahwa ada diversitas potensial yang harus dikejar. Sebagai contoh, pemerintah daerah yang mempunyai lahan yang berpotensi untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, karet, atau yang lainnya, dapat saja menggandeng PT Perkebunan Nusantara. Pemerintah daerah yang ingin mengembangkan BUMD perbankan dapat memilih untuk menarik Bank Mandiri. Untuk mengembangkan kerajinan lokal, Pemerintah daerah dapat menarik pelaku bisnis kecil yang potensial di daerahnya. Investor di daerah tidak hanya dipetakan berdasarkan jangkauannya (global, nasional, dan lokal). Paul A. Argenti mengkategorikan investor ke dalam dua tipe: investor individual dan investor institusional. Investor individual mencakup individuindividu yang aktif melakukan investasi; investor institusional meliputi perusahaan asuransi dan lembaga penyimpanan dana atau bank (Argenti, 2010: 241). Investor individual dan investor institusional, menurut Ellis (1985: 35), dipahami oleh fungsi Investor Relations dengan konsep yang berbeda. (1) Jika investor individual dijadikan sebagai target konstituen, maka strategi marketing yang tepat mengarah pada strategi konsumen. Sebagian besar investor menginginkan jangkauan yang luas, maka media periklanan memainkan peranan di wilayah ini. (2) Investor institusional mendominasi pasar saham, maka strategi yang efektif untuk menjangkaunya adalah melalui kontak langsung dan mengarahkan pada pemasaran industri. 15

16 Setelah mengidentifikasi siapa saja yang menjadi target investor, maka perlu diperhitungkan bagaimana upaya berkomunikasi dengan investor. Berkomunikasi langsung dengan investor dipahami sebagai sebuah proses komunikasi yang dilaksanakan secara langsung tanpa bantuan perantara atau media komunikasi. Proses komunikasi ini biasanya berlangsung secara tatap muka dan menghasilkan feedback. Setiap investor memerlukan pendekatan yang berbeda sesuai tingkat kebutuhannya. Upaya berkomunikasi dengan investor dikemukakan oleh Steven M. Bragg (2010: 4) melalui tiga pendekatan, yaitu: basic, intermediate, dan advanced. Pendekatan basic adalah salah satu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dasar Investor Relations. Pendekatan basic yang dilakukan oleh fungsi Investor Relations adalah menyampaikan laporan tahunan (annual report) dan mengadakan pertemuan tahunan (annual meeting). Dalam menyampaikan laporan tahunan, fungsi Investor Relations diharapkan dapat menunjukkan hasil pencapaian selama setahun terakhir dan memaparkan tujuan dan prospek masa yang akan datang. Selain itu, fungsi Investor Relations juga bertanggung-jawab untuk mengadakan pertemuan tahunan. Pertemuan tahunan ini membahas tentang evaluasi kegiatan investasi selama setahun. (Bragg, 2010: 4) Pendekatan basic merupakan upaya paling sederhana untuk berkomunikasi dengan investor. Maka, pendekatan intermediate perlu dilakukan untuk menjangkau investor lebih luas. Upaya yang dilakukan dalam pendekatan intermediate, yaitu mempersiapkan press release, situs web dan promosi. Fungsi Investor Relations perlu mempersiapkan press release yang berisi tentang informasi pendek tentang agenda-agenda penting. Pengelolaan situs web yang baik mempermudah fungsi Investor Relations untuk menyampaikan 16

17 sejumlah informasi utama kepada investor. Promosi menjadi hal penting untuk memperkenalkan tentang organisasi dan peluang investasi kepada calon investor. (Bragg, 2010: 5) Pendekatan advanced adalah pendekatan lanjutan setelah pendekatan intermediate untuk menarik minat investor dengan cara yang lebih aktif. Road show dan conference calls adalah upaya yang dilakukan oleh fungsi Investor Relations dalam pendekatan advanced.keduanya merupakan upaya paling efektif yang dapat dilakukan oleh fungsi Investor Relations. Dalam kegiatan road show dan conference calls biasanya dihadirkan pejabat-pejabat penting yang berkaitan dengan investasi untuk menghasilkan pertemuan terbaik dengan investor. (Bragg, 2010: 6) Berkomunikasi dengan investor secara langsung berarti melibatkan dua hal, yaitu: mengetahui siapa investor yang dikejar dan bagaimana pendekatan komunikasi yang diambil. Identifikasi target investor menjadi sangat penting bagi fungsi Investor Relations untuk menentukan upaya berkomunikasi dengan investor. Fungsi Investor Relations tidak hanya berkomunikasi dengan investor saja. Komunikasi tidak langsung juga muncul melalui perantara seperti media, analis, agen pemberi peringkat, dan konsultan pendamping. Komunikasi melalui perantara memberikan pengaruh yang kuat terhadap kredibilitas organisasi. Kredibilitas organisasi berkaitan dengan peran fungsi Investor Relations dalam menanamkan kepercayaan kepada investor. b. Berkomunikasi secara tidak langsung dengan investor Sebelum berinvestasi sering kali investor ingin mempelajari dan menggali informasi yang lebih dalam mengenai tempat tujuan investasi melalui sumber-sumber lain selain dengan organisasi itu 17

18 sendiri. Fungsi Investor Relations tidak hanya berkomunikasi langsung dengan investor, tetapi juga berkomunikasi tidak langsung melalui perantara. Dalam konteks perusahaan, Investor Relations sering kali berhubungan dengan media, analis, dan agen pemberi peringkat sebagai penghubung dengan investor. Media, analis, dan agen pemberi peringkat memiliki kesamaan fungsi, yaitu sebagai perantara yang menghubungkan fungsi Investor Relations dengan investor. Berkomunikasi secara langsung dengan investor maupun melalui perantara menjadi penting bagi Investor Relations dalam menjalankan fungsinya. Gambar 1.1 berikut ini menggambarkan bagaimana fungsi Investor Relations berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan para investor. Gambar 1.1. Investor Relations Framework Investor Strategi Investor Relations Media Perantara Analis Agen pemberi peringkat Sumber: Argenti, 2010: 24 i. Media Media merupakan komunikan sekaligus saluran komunikasi yang memberikan informasi kepada investor mengenai citra organisasi serta berperan dalam membentuk 18

19 reputasi organisasi (Argenti, 2010: 177). Untuk memiliki hubungan yang baik dengan media, fungsi Investor Relations harus menyediakan waktu untuk menjaga hubungan dengan orang-orang yang tepat di media. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan jangka panjang dan kredibilitas yang menguntungkan bagi organisasi (Bragg, 2010: 64). Promosi daerah mengenai keunggulan dan potensi semakin menarik perhatian media. Survei tentang daerahdaerah yang probisnis, peluang bisnis yang terbuka bagi investor, dan bagaimana merancang ekosistem bisnis yang menarik investor, membuka pengetahuan bagi investor untuk melihat daerah-daerah yang berpotensi untuk dijadikan tempat berinvestasi. Media memegang peranan kuat dalam hubungan ini. Kekuatan media di dalam wilayah hubungan investasi yaitu memengaruhi investor dalam membuat keputusan investasi. Hubungan media yang kuat dan dikoordinir dengan baik akan menguntungkan pemerintah daerah untuk memaksimalkan akses ke media dan memastikan konsistensi pesan yang dikirimkan ke media. Bagi daerah dengan visibilitas rendah yang ingin menarik investor, tetapi memiliki liputan media yang benar dapat menjadi sebuah komponen penting dari sebuah strategi Investor Relations. Berhubungan dengan media atau media relations tidak terlepas dari kegiatan public relations (PR). Stanley J. Baran (2004: 361) mengungkapkan: the public relations maintain good relations with professionals in the media, understand their deadlines and other restraints, and earn their trust. 19

20 Yosal Iriantara (2005: 32) mengartikan hubungan media (media relations) sebagai bagian dari PR eksternal yang membina hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dan publik untuk mencapai tujuan organisasi. Philip Lesly (dalam Iriantara, 2005:29) mengemukakan tujuan berhubungan dengan media adalah melakukan publisitas atau merespon kepentingan media terhadap organisasi. Dalam mengelola relasi dengan media, menjalin hubungan baik dengan media sebagai institusi sama pentingnya dengan menjalin hubungan baik dengan wartawan. Agar hubungan terjalin dengan baik, maka dibutuhkan komunikasi yang cukup intens di antara kedua belah pihak yang berhubungan. Meskipunberhubungan dengan media menjadi salah satu agenda humas (public relations), namun media juga mengambil peran penting dalam Investor Relations framework. Publisitas mengenai potensi investasi dan iklim investasi daerah diperlukan untuk meningkatkan daya tarik daerah tujuan investasi. Koordinasi dan kerjasama antara humas dan Investor Relations diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan investor yang terus berkembang. ii. Analis Dalam Komunikasi Korporat, Paul A. Argenti (2010: 246) menyebutkan, fungsi Investor Relations berhubungan dengan analis sisi-beli dan analis sisi-jual. Analis sisi-beli biasanya bekerja untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam manajemen keuangan (reksa dana atau dana pensiun) dan 20

21 perusahaan riset untuk portofolio investasi lembaga mereka sendiri. Analis sisi-beli menampilkan analisis hak milik, meliputi kunjungan-kunjungan perusahaan dan ulasan mereka sendiri dari keadaan finansial perusahaan. Analis sisi-beli berada dalam kelompok konstituen investor institusional, bukan perantara. Analis sisi-jual menangani saham di dalam industriindustri tertentu dan menghasilkan laporan-laporan riset detail yang menawarkan rekomendasi-rekomendasi beli, jual atau tahan. Dengan demikian, analis sisi-jual adalah perantara antara sebuah perusahaan dan investor. Berdasar riset Profesor Akuntansi UCLA Michael Brennan, Investor Relations yang kuat dapat meningkatkan ketertarikan pada investor dan analis sisi-jual (2010: 246). Visibilitas semacam ini berarti bahwa rekomendasi dari analis memiliki bobot penting. Meskipun krisis kepercayaan dalam objektivitas dari penilaian-penilaian juga bisa terjadi, informasi mengenai perusahaan sering digunakan oleh investor untuk membantu mereka dalam membuat keputusan investasi (2010: 249). iii. Agen pemberi peringkat Paul A. Argenti menjelaskan pentingnya agen pemberi peringkat sebagai perantara bagi Investor Relations. Beberapa agen pemberi peringkat yang sering melakukan penilaian meliputi Standard & Poor s (S&P) dari McGraw-Hill, Investors Service dari Moody, dan Fitch Ratings. Agen pemberi peringkat menganalisis perusahaan dengan cara yang hampir sama dengan yang para analis lakukan, tetapi dengan sebuah 21

22 fokus spesifik pada kelayakan kredit perusahaan. Penilaian yang ditetapkan mencerminkan pengukuran atas kemampuan perusahaan membayar obligasi-obligasi utangnya (2010: 249). Agen pemberi peringkat tidak hanya memberikan penilaian untuk perusahaan, tetapi juga untuk negara. Penilaian tertinggi bagi perusahaan atau negara diberi peringkat investment grade. Senior Research and Investment Analyst PT Infovesta Utama, Rudiyanto menjelaskan, Investment grade adalah kategori bahwa suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi utangnya. Sehingga bagi investor yang mencari investasi aman, umumnya mereka memilih rating investment grade ( pada 4 Agustus 2012). diakses Tahun 2012, agen pemberi peringkat Moody s Investors Service dan Fitch Ratings telah memberikan peringkat investment grade kepada Indonesia. Sementara Standard & Poor s (S&P) belum menaikkan peringkatnya hingga investment grade dikarenakan rendahnya defisit, menurunnya beban utang sektor publik, dan menguatnya likuiditas eksternal ( diakses pada 4 Agustus 2012). Penilaian semacam itu membuat Indonesia terus berupaya mempertahankan investment grade untuk menarik investor. Salah satunya adalah dengan mendorong pemerintah daerah untuk memperbaiki easy doing business. Dalam hal ini Investor Relations pada institusi daerah berperan dalam memperbaiki pelayanan penanaman modal seperti efektivitas perizinan usaha dan pelayanan satu atap. 22

23 Media, analis, dan pemberi peringkat merupakan perantara yang memiliki peran dalam Investor Relations framework. Tidak ada perusahaan yang hanya berhubungan dengan investor saja tanpa menjalin relasi dengan perantara, sebab investor bergerak aktif menggali informasi sebelum menentukan keputusan investasi melalui perantara. Media berperan paling penting sebagai penentu investasi. Media membentuk reputasi sebuah organisasi melalui rekaman pertemuan dan pencapaian yang dilakukan oleh fungsi Investor Relations. Penjelasan di atas digunakan untuk mempermudah peneliti dalam memahami permasalahan, menganalisis dan mencari solusi pemecahan masalah yang akan diteliti. Peneliti kemudian mencoba menjabarkan kerangka pemikiran tersebut ke dalam model penelitian berikut ini: Gambar1.2. Model Penelitian Praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta Seberapa jauh BPMPT Kota Surakarta mengadopsi praktik Investor Relations pada perusahaan Investor Relations Framework: Bagaimana cara BPMPT Kota Surakarta berhubungan dengan investor 23

24 G. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka fungsi Investor Relations yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah fungsi yang menjalin hubungan dengan investor pada level institusi pemerintah daerah. Investor Relations yang dimaksud merujuk pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Praktik Investor Relations pada perusahaan diadopsi oleh pemerintah daerah untuk menjelaskan bagaimana Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menjalankan fungsi Investor Relations sebagai upaya untuk menarik minat dan memertahankan investor. Aktivitas yang terjadi dalam Investor Relations tidak hanya berhenti pada menarik minat investor sebagai sebuah tujuan tetapi juga berkaitan dengan menentukan investor dan bagaimana Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menjalin hubungan dengan investor. H. Metode Penelitian 1. Studi Kasus Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sebagaimana dikemukakan Stake, strategi studi kasus dimaksudkan untuk mengeksplorasi suatu peristiwa, proses, aktivitas, organisasi, atau sekelompok individu sosial dan politik. Dalam konteks ini kasus yang menjadi objek penelitian dibatasi oleh waktu dan aktivitas (Creswell, 2010:20). Dalam metode ini, peneliti bisa memilih mengeksplorasi satu studi kasus untuk menjelaskan bagaimana praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta menarik minat investor. 24

25 Untuk mengungkap praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta, maka peneliti membutuhkan banyak data melalui observasi, penelusuran dokumen dan laporan tentang apa yang telah dilakukan, apa saja hasilnya, dan apa saja yang menjadi ekspektasi BPMPT Kota Surakarta berkaitan dengan menarik minat investor. Pendekatan studi kasus juga memungkinkan peneliti memperoleh data-data melalui wawancara tentang strategi yang dilakukan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta sebagai fungsi Investor Relations dan cara Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta berkomunikasi dengan investor. 2. Sumber Data Penelitian Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan, peneliti akan menggali melalui penelusuran dokumen mengenai peta potensi investasi Kota Surakarta dan susunan organisasi BPMPT Kota Surakarta. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan pihakpihak yang terkait dengan penelitian, di antaranya yaitu: Sekretaris BPMPT Kota Surakarta, Kepala Bidang Penanaman Modal, Sub- Bidang Promosi, dan Sub-Bidang Informasi dan Pengaduan. Pemilihan narasumber didasarkan pada kompetensi masing-masing pihak dengan tema wawancara. Penelusuran literatur juga dipakai sebagai bahan referensi penelitian. Penelitian mengenai praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta membutuhkan literatur lain sebagai pembanding hasil temuan. 25

26 3. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah proses sistematik mencari dan menyusun data hasil wawancara dan dokumentasi. Berbagai data akan diorganisasi ke dalam kategori, dijabarkan ke dalam unit-unit, disintesiskan untuk melahirkan kesimpulan. 4. Struktur Analisis Penelitian ini membahas mengenai bagaimana praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta dalam menarik minat investor. Penjelasan dimulai dari bagaimana fungsi Investor Relations bekerja pada institusi pemerintah daerah. Model Investor Relations yang digunakan oleh korporasi dipakai sebagai bahan acuan untuk melihat bagaimana Investor Relations bekerja pada level institusi pemerintah daerah. Struktur penelitian ini dimulai pada Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, objek penelitian, kerangka pemikiran, kerangka konsep dan metode penelitian. Bab II berisi fungsi Investor Relations di tubuh pemerintah daerah. Bab III berisi pelayanan publik dan dukungan investasi di Kota Surakarta. Bab IV berisi hasil penelitian bagaimana praktik Investor Relations pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta. Bab V penutup berisi kesimpulan dan saran. 26

Bab V PENUTUP A. Kesimpulan

Bab V PENUTUP A. Kesimpulan Bab V PENUTUP A. Kesimpulan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kota Surakarta terbentuk atas inisiasi dari Wali Kota Surakarta Joko Widodo pada tahun 2005 untuk memperpendek waktu pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setiap perusahaan yang telah go public dan melakukan penjualan saham tentu ingin mencapai nilai perusahaan yang maksimal. Nilai perusahaan dapat tercermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Terjalinnya hubungan baik dalam sebuah perusahaan dengan publiknya baik internal maupun eksternal merupakan salah satu kunci dalam mewujudkan visi dan misi sebuah perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations (PR) di Indonesia tidak terlampau pesat. Namun secara bertahap, fungsi dan peranan PR mulai diterapkan di banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah suatu sistem ekonomi yang terintegrasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah suatu sistem ekonomi yang terintegrasi di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi menuntut segala sesuatunya untuk bekerja lebih keras, masyarakat harus siap untuk berinteraksi dan bersaing dalam memenuhi kebutuhan dan mewujudkan kesjahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Public Relations Public Relations sebagai salah satu bentuk interaksi dalam kegiatan komunikasi yang di maksudkan untuk membangun citra positif Hal tersebut di perjelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu organisasi atau perusahaan tidak mungkin berdiri sendiri tanpa dukungan dan citra publik yang berkaitan dengan aktivitas dan perkembangan organisasi atau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan industri di Indonesia tidak ada habisnya, bahkan dapat dikatakan semakin ketat dan ramai. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat pasar bebas berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Jakarta perkembangan hotel sangat padat dan berkembang, ini dikarenakan sebagai ibu kota negara Republik Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi informasi saat ini, keberadaan informasi menjadi hal yang penting, bahkan diakui bahwa informasi bisa dijadikan komoditi yang turut diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS

BAB II PROSES BISNIS BAB II PROSES BISNIS 2.1 Proses Bisnis Utama Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Danareksa tidak terlepas dari institusi pasar modal yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu seluruh kegiatan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan revisi dari UU No. 22 Tahun 1999 mengenai otonomi daerah, dapat dilihat bahwa otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada sebuah perusahaan bahwa tanggungjawab seorang public relations sangat diperlukan dengan tujuan membina hubungan yang baik dengan stakeholder termasuk dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sales and Marketing

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sales and Marketing BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian 4.1.1 Wawancara 4.1.1.1 Wawancara terhadap Public Relations Executive dan Director of Sales and Marketing Ketika penulis mengajukan pertanyaan tentang

Lebih terperinci

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Modul ke: Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) PENGERTIAN KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Sejarah Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Public Relations 2.1.1. Definisi Public Relations Menurut Denny Griswold yang dikutip Ardianto (2011, p.14) yang menjelaskan bahwa PR sebagai fungsi manajemen yang mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih perlu merealisasikan pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang lainnya sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan penelitian maka berikut adalah simpulan dan saran, antara lain :

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan penelitian maka berikut adalah simpulan dan saran, antara lain : BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Setelah pengumpulan data kemudian analisa terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dengan narasumber dari PT. XL Axiata Tbk, khususnya divisi Marketing Communication

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya juga mengakibatkan hancurnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya juga mengakibatkan hancurnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada awal 1997 mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat hancur terhadap sistem perbankan nasional, yang akhirnya juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sarana dalam membangun suatu hubungan interpersonal dengan orang adalah dengan melakukan komunikasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar yang dilakukan

Lebih terperinci

Kebijakan Komunikasi dengan Pemegang Saham, Investor dan/atau Media Komunikasi. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Kebijakan Komunikasi dengan Pemegang Saham, Investor dan/atau Media Komunikasi. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Kebijakan Komunikasi dengan Pemegang Saham, Investor dan/atau Media Komunikasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. 2017 Page 0 PENDAHULUAN Mengingat komunikasi dengan pemegang saham dan komunitas pasar

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO)

BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) BAB 2 PROSES BISNIS PT DANAREKSA (PERSERO) 2.1. Proses Bisnis 2.1.1. Deskrisi Bisnis PT Danareksa (Persero) mempunyai dua deskripsi bisnis utama yang merupakan bisnis inti dari perusahaan. Yang pertama

Lebih terperinci

PEMASARAN ONLINE (Manfaat, Keuntungan & Cara Kerjanya)

PEMASARAN ONLINE (Manfaat, Keuntungan & Cara Kerjanya) PEMASARAN ONLINE (Manfaat, Keuntungan & Cara Kerjanya) PEMASARAN ONLINE FOR X SMK Copyriht by : Rio Widyatmoko,A.Md.Kom MANFAAT PEMASARAN ONLINE MANFAAT PEMASARAN ONLINE a. Melakukan perubahan dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

INVESTOR RELATIONS OFFICER POSITION. Presented by : Gita Novianti Suliawan Muhammad Radja Akbari Argafira Rasta Hameru

INVESTOR RELATIONS OFFICER POSITION. Presented by : Gita Novianti Suliawan Muhammad Radja Akbari Argafira Rasta Hameru INVESTOR RELATIONS OFFICER POSITION Presented by : Gita Novianti Suliawan Muhammad Radja Akbari Argafira Rasta Hameru POIN UTAMA Key Aspects of IRO Positon IRO Job Descripti on Investor Relations Team

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi, bertukar informasi, dan bertransaksi bisnis. Sebagian besar orang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkomunikasi, bertukar informasi, dan bertransaksi bisnis. Sebagian besar orang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi memberikan kemudahan manusia dalam berkomunikasi, bertukar informasi, dan bertransaksi bisnis. Sebagian besar orang telah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ruang lingkup perusahaan, terdapat serangkaian sumber daya yang tak berwujud (intangible resources) yang mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Objek dari penelitian ini adalah perusahaan multifinance di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Objek dari penelitian ini adalah perusahaan multifinance di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek dari penelitian ini adalah perusahaan multifinance di Indonesia. Berdasarkan data Biro Riset Infobank (biri), pada Januari 2010, posisi pembiayaan multifinance

Lebih terperinci

KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40%

KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40% MANAJEMEN PEMASARAN KONTRAK BELAJAR 14 KALI PERTEMUAN PENILAIAN : KEHADIRAN 10% UTS 30% TUGAS/DISKUSI 20% UAS 40% Materi Perkuliahan (1) BAGIAN 1 : MEMAHAMI MANAJEMEN PEMASARAN - Mendefinisikan Pemasaran

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Investor Relations Pemerintah Kabupaten Kendal

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Investor Relations Pemerintah Kabupaten Kendal BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Investor Relations Pemerintah Kabupaten Kendal Investor relations merupakan salah satu kegiatan bagian hubungan masyarakat. Dalam praktek yang dijalankan oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak terlampau pesat di Indonesia. Tetapi secara bertahap, fungsi dan peranan PR mulai diterapkan pada

Lebih terperinci

STRATEGI PROMOSI DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014

STRATEGI PROMOSI DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH ACEH STRATEGI PROMOSI DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 Speech by: Ir. Netty Muharni, MURP The Pade, 29 Agustus 2013 OUTLINE PAPARAN I II III VISI DAN MISI ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL STRATEGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain yang jeli melihat peluang yang tidak ditimbulkan pesaingnya.

BAB I PENDAHULUAN. lain yang jeli melihat peluang yang tidak ditimbulkan pesaingnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis di Indonesia telah penuh dengan kompleksitas persaingan, perubahan dan ketidakpastian yang sangat mempengaruhi aktivitas perusahaan. Keadaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri. Perubahan-perubahan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni mengakses laporan keuangan perusahaan melalui website

BAB I PENDAHULUAN. yakni mengakses laporan keuangan perusahaan melalui website BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia internet atau yang lebih dikenal dengan cyberspace, merupakan dunia yang tidak mengenal batas waktu maupun wilayah. Melalui jaringan internet, kemudahan memperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi adalah suatu bentuk interaksi manusia yang saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi adalah suatu bentuk interaksi manusia yang saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja dimana suatu ide atau informasi dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang aktif melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi, dimana perkembangan ekonomi Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit. Sumber dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk pembangunan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Public Relations 2.1.1.1 Definisi Public Relations Definisi Public Relations merupakan sarana promosi massal yang dilakukan dengan menjalin hubungan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public

BAB 1 PENDAHULUAN. asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations dalam dunia perhotelan telah menjadi hal yang tidak asing lagi. Terbukti beberapa hotel berbintang tidak melewatkan sosok Public Relations sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap manajemen dan organisasi atau perusahaan yang satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam bentuk strukturalisasi manajemen dan operasional usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka terjadi pula perubahan yang sangat signifikan diberbagai bidang dan masyarakat memerlukan saluran informasi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Tumbuhnya tingkat pembangunan saat ini menyebabkan semakin banyak berdirinya perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di berbagai macam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pupuk sangat penting dalam upaya pencapaian ketahanan pangan nasional. Segala cara dilakukan oleh Pemerintah sebagai regulator untuk dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses menuju dunia global, setiap perusahaan memerlukan aktualisasi visi dan misi demi memperoleh keberlanjutan bisnis di masa depan. Pada dasarnya, setiap perusahaan

Lebih terperinci

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK. PENDAHULUAN Tata kelola perusahaan yang baik merupakan suatu persyaratan dalam pengembangan global dari kegiatan usaha perusahaan dan peningkatan citra perusahaan. PT Duta

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations KESALAHAN ETIKA Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations Kesalahan Etika Modul 5 Syerli Haryati, SS. M.Ikom 0812-966 2614 Email:

Lebih terperinci

Oleh: Inayah B

Oleh: Inayah B ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bertugas untuk memberikan masukan tentang konsekuensi dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, khususnya di Jakarta, berpengaruh secara signifikan pada meningkatnya fungsi

Lebih terperinci

BAB V RENCANA BISNIS. pada tabel di bawah, dimana kegiatan yang akan dilakukan terbagi menjadi rencana

BAB V RENCANA BISNIS. pada tabel di bawah, dimana kegiatan yang akan dilakukan terbagi menjadi rencana BAB V RENCANA BISNIS 5.1. Waktu dan Kegiatan Kegiatan implementasi untuk rencana bisnis ini dibuat dalam kurun waktu terlampir pada tabel di bawah, dimana kegiatan yang akan dilakukan terbagi menjadi rencana

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi pada dasarnya terjadi dalam setiap aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi pada dasarnya terjadi dalam setiap aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi pada dasarnya terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Peristiwa komunikasi dapat terjadi tidak hanya antara manusia dengan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, sehingga peran dan fungsinya semakin maksimal. perusahaan salah satunya melalui kegiatan media relations.

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, sehingga peran dan fungsinya semakin maksimal. perusahaan salah satunya melalui kegiatan media relations. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah hubungan masyarakat atau humas sebagai profesi telah dikenal di Indonesia sejak awal kemerdekaan. Humas yang kemudian dikenal sebagai Public Relations (PR)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta saat ini, bermunculan pula berbagai jenis usaha yang berpotensi menghasilkan keuntungan. Beragamnya penduduk

Lebih terperinci

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Modul ke: Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC) Bentuk Khusus Media Komunikasi Pemasaran Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Marketing Public Relation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal keuangan yang dilakukan oleh pihak-pihak internal

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal keuangan yang dilakukan oleh pihak-pihak internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya skandal keuangan yang dilakukan oleh pihak-pihak internal perusahaan mengindikasikan pentingnya pengajaran etika bisnis kepada para mahasiswa fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi komunikasi tidak hanya diartikan secara harafiah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Strategi komunikasi tidak hanya diartikan secara harafiah dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kecakapan berkomunikasi adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Komunikasi yang baik membawa konsekuensi pada peningkatan profesionalisme.

Lebih terperinci

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian di Indonesia, bank merupakan salah satu lembaga yang menjadi fondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penilaian saham diketahui terdapat tiga jenis nilai saham, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penilaian saham diketahui terdapat tiga jenis nilai saham, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.a. Latar Belakang Masalah Dalam penilaian saham diketahui terdapat tiga jenis nilai saham, yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku adalah nilai yang tercatat dalam

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara untuk General Manager PT Microreksa Infonet

Transkrip Wawancara untuk General Manager PT Microreksa Infonet L 1 Transkrip Wawancara untuk General Manager PT Microreksa Infonet 1. Apa visi dan misi perusahaan? PT Microreksa Infonet memiliki visi untuk menjadi perusahaan terdepan dalam penyedia produk, jasa dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Pemasaran (Marketing) merupakan suatu rangkaian proses kegiatan yang tak hanya mencakup penjualan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan jasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROMOSI KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata,Wisatawan, Kepariwisataan, dan Kegiatan

BAB II TINJAUAN UMUM PROMOSI KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata,Wisatawan, Kepariwisataan, dan Kegiatan BAB II TINJAUAN UMUM PROMOSI KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata,Wisatawan, Kepariwisataan, dan Kegiatan Promosi Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil dari sebuah program komunikasi, pada dasarnya diawali oleh perencanaan yang matang di bidang komunikasi. Perencanaan yang baik, tepat, akurat akan mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya sekarang ini. Melalui komunikasi sejumlah individu mengadakan interaksi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BAB V KESIMPULAN & SARAN 162 BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam menghadapi era globalisasi yang erat kaitannya dengan persaingan bisnis mendorong setiap perusahaan untuk lebih maju serta mampu mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian populer. Good Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh

Lebih terperinci

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Untuk memaksimalkan laba dari investasi infrastruktur e-bisnis, perlu pemahaman tentang bagaimana perusahaan dalam menerapkan e-bisnis. Penelitian menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. III, maka pada bab ini akan disimpulkan perbandingan pengamatan empiris

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. III, maka pada bab ini akan disimpulkan perbandingan pengamatan empiris BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari analisa keadaan dan pembahasan yang sudah dijelaskan pada BAB III, maka pada bab ini akan disimpulkan perbandingan pengamatan empiris aktivitas Public Relation

Lebih terperinci

RINGKASAN CHAPTER 23 (BRINK S): BOARD AUDIT COMMITTEE COMMUNICATIONS

RINGKASAN CHAPTER 23 (BRINK S): BOARD AUDIT COMMITTEE COMMUNICATIONS RINGKASAN CHAPTER 23 (BRINK S): BOARD AUDIT COMMITTEE COMMUNICATIONS Hubungan auditor internal dengan board of audit committee menjadi tantangan tersendiri bagi tim auditor internal. Auditor internal bertanggungjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam era globalisasi, semua bidang industri saling bersaing untuk memperebutkan pasar. Tingginya tingkat persaingan dalam suatu industri mendorong perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha. Dengan adanya penghapusan batasan ini, persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar

I. PENDAHULUAN. Reksa Dana, yang merupakan salah satu instrumen alternatif berinvestasi di pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa saat setelah disahkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka mulailah bermunculan instumen investasi bernama Reksa Dana, yang merupakan

Lebih terperinci

PEMASARAN DAN STRATEGI PERSONAL SELLING

PEMASARAN DAN STRATEGI PERSONAL SELLING MODUL PERKULIAHAN PEMASARAN DAN STRATEGI PERSONAL SELLING Pokok Bahasan 1. Pemasaran Hubungan Massa 2. Strategi Personal Selling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). 1 Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). 1 Tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi di zaman modern ini telah memunculkan social media yang menyediakan wadah komunitas-komunitas dengan skala kecil dan skala besar baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya persaingan bisnis baik lokal maupun global menuntut adanya perubahan dari paradigma lama menjadi paradigma baru di segala sektor. Pertumbuhan bisnis di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 1.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan di PT Semen Indonesia (Persero), Tbk serta analisis peneliti terkait dengan strategi komunikasi pemasaran terpadu Semen Indonesia dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN MARKETING PUBLIC RELATIONS

STRATEGI DAN MARKETING PUBLIC RELATIONS Modul ke: 03 Fakultas Program Pascasarjana STRATEGI DAN MARKETING PUBLIC RELATIONS Pokok Bahasan 1. Strategi Pemasaran 2. Strategi Komunikasi 3. Marketing Public Relations Dr. Inge Hutagalung, M.Si Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

Profil Sarjana Humas. Edited by: Sumartono S.Sos., MSi

Profil Sarjana Humas. Edited by: Sumartono S.Sos., MSi Profil Sarjana Humas Edited by: Sumartono S.Sos., MSi Profil Lulusan Sarjana Komunikasi Lulusan Program Studi ini disiapkan untuk menjadi seorang generalis di bidang komunikasi yang memahami bidang penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. keseluruhan sistem pemasaran. sebelum dan sesudah kegiatan itu berjalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. keseluruhan sistem pemasaran. sebelum dan sesudah kegiatan itu berjalan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Volume Penjualan a. Penjualan Menurut Assuari (2004:5) penjualan adalah sebagai kegiatan manusia yang mengarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Maksud Dan Tujuan... 2 C. Acuan Pedoman... 3 D. Ruang Lingkup... 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis perbankan merupakan salah satu bidang bisnis yang menyediakan pelayanan jasa kepada customer. Tidak hanya sebatas pelayanan jasa perbankan saja, saat ini bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan keadaan ekonomi dunia yang sedang dilanda krisis ekonomi global menyebabkan banyak perusahaan (korporasi) di Indonesia diambang kehancuran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak terlibat dalam komunikasi. Begitu pentingnya komunikasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak terlibat dalam komunikasi. Begitu pentingnya komunikasi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dan merupakan aktifitas dasar manusia,melalui komunikasi dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan organisasi semakin meningkat, banyak sekali organisasi yang muncul dikalangan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh mudahnya mendirikan oganisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari perkembangan pasar modal yang baik dan dinamis. Pasar modal merupakan fasilitator yang memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kunci hubungan masyarakat dalam mengkomunikasikan pesan yang tepat kepada publik internal maupun eksternal. Melalui komunikasi, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk bersosialisasi, bekerjasama dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya. Untuk itu keberadaan

Lebih terperinci