INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012"

Transkripsi

1 INDIKATOR MAKRO KABUPATEN SUBANG 2012 (INFLASI DAN GINI RATIO) Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KAB. SUBANG Dan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUBANG Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 ii

2 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur ke khadirat Alloh SWT. Publikasi Indikator Makro Kabupaten Subang Tahun 2012 dapat diterbitkan. Publikasi Indikator Makro ini memuat Data Inflasi dan Gini Ratio. Disamping itu Publikasi ini berisi tabel tabel pokok yang disertai dengan ulasan ulasan sehingga memudahkan konsumen data dalam memahami dan menafsirkan data yang disajikan. Diharapkan publikasi ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengguna yang berkepentingan. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan dan kesempurnaan analisis di masa yang akan datang. Subang, Oktober 2012 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUBANG, Soegiri Soetardi, MA NIP Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 iii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv vi vii I. Inflasi Umum Metodologi Inflasi Kab. Subang Tahun II. Gini Rasio Umum Metodologi Gini Rasio Kab. Subang Tahun Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 iv

4 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 1.2. IHK dan laju Inflasi di Kabupaten Subang Bulan Oktober 2012 menurut Kelompok Pengeluaran (IHK 2007=100) Perbandingan Inflasi Beberapa Kota Inflasi di Jawa Barat Tabel 2.1. Gini Rasio Kabupaten Subang Menuru Daerah, Tabel Perbandingan Gini Ratio Antar Wilayah di Kabupaten Subang Tahun Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 v

5 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Inflasi Kabupaten Subang Tahun Grafik 1.2. Andil Inflasi/Deflasi Beberapa Komoditi Oktober Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 vi

6 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1. Inflasi Subang 2012 menurut Kelompok Pengeluaran 95 Lampiran 1.2. IHK Subang menurut Kelompok Pengeluaran Tahun Lampiran 1.3. Andil Inflasi Subang Tahun Lampiran 2.1. Persentase Pengeluaran Konsumsi Menurut Jenis 101 Lampiran 2.2. Pengeluaran Tahun Jumlah Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran dan Tipe Wilayah Tahun Lampiran 2.3. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan 103 Lampiran 2.4. Pengeluaran dan Tipe Wilayah Tahun 2011 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran dan Tipe Wilayah Tahun Lampiran 2.5. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan 105 Pengeluaran dan Tipe Wilayah Tahun 2012 Lampiran 2.6. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan 106 Pengeluaran dan Tipe Daerah Tahun 2011 Lampiran 2.7. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Golongan 107 Lampiran 2.8. Pengeluaran dan Tipe Daerah Tahun 2012 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan dan Tipe Daerah Tahun Lampiran 2.9. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan dan 109 Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 vii

7 Lampiran Lampiran Tipe Daerah Tahun 2012 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan dan Kategori Wilayah Tahun 2012 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan dan Kategori Wilayah Tahun Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang 2012 viii

8 I n f l a s i I. INFLASI 1.1 UMUM Di dalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya. Dengan adanya pergeseran perencanaan pembangunan ke Pemerintah Daerah, maka jika selama ini data dan indikator-indikator yang tersedia hanya sampai tingkat Nasional dan Provinsi, maka Pemerintah daerah memerlukan tersedianya indikator-indikator sampai tingkat Kabupaten/Kota. Data dan indikatorindikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan kebutuhan disetiap daerah sehingga dapat direncanakan pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Inflasi merupakan salah satu data makro ekonomi yang mencerminkan kondisi ekonomi di suatu wilayah. Seperti indikator ekonomi lainnya lainnya, inflasi dapat digunakan sebagai early warning system sehingga dapat dijadikan alat untuk memonitor secara dini anomali perubahan harga yang terjadi di masyarakat yang diakibatkan oleh adanya konsumsi masyarakat yang berlebihan pada hari-hari raya agama, karena dampak kebijakan pemerintah atau lainnya. Monitoring harga biasanya dilakukan pada komoditi tertentu yang strategis seperti beras, minyak goreng, gula dan sebagainya. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

9 I n f l a s i Pada tahun 2007 BPS telah menyelenggarakan salah satu kegiatan Nasional yang penting yaitu Survei Biaya Hidup (SBH) 2007 di 66 kota di Indonesia termasuk diantaranya 7 kota di Jawa Barat yaitu Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok dan tasikmalaya. Tujuan dari SBH 2007 adalah untuk mendapatkan diagram timbang dan paket komoditas baru, yang akan digunakan dalam penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar 2007, sebagai ganti diagram timbang dan paket komoditas tahun 2002 yang kurang sesuai lagi. IHK yang akan dihasilkan berdasar tahun dasar yang baru, merupakan salah satu indikator makro ekonomi, yang dapat diambil manfaatnya oleh masingmasing Pemerintah Daerah Mengingat SBH 2007 hanya dilakukan di 66 kota di Indonesia, padahal disadari bahwa dampak pembangunan tidak hanya dirasakan di 66 kota tersebut tetapi juga dirasakan di wilyah lainnya termasuk Kabupaten Subang, maka dirasakan perlu oleh Pemerintah Kabupaten Subang untuk menghitung tersendiri IHK dengan memanfaatkan data SBH 2007 tersebut, yaitu menggunakan atau meminjam hasil SBH 2007 untuk menghitung IHK atau inflasi Cakupan a. Penghitungan Diagram Timbang dan penyusunan paket komoditas IHK di Kabupaten Subang menggunakan hasil Survei Biaya Hidup 2007 dari Kota yang dekat dengan Kabupaten Subang yaitu Kota Tasikmalaya. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

10 I n f l a s i Asumsinya bahwa pola konsumsi masyarakat di Kabupaten Subang sama dengan pola konsumsi masyarakat di Kota Tasikmalaya. Paket komoditas IHK masing-masing kota diperkirakan meliputi sekitar jenis barang/jasa yang dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Bahan Makanan; Makan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; Sandang; Kesehatan; Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga; Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan. b. Komoditas yang dicakup dalam pengumpulan data Harga Konsumen didasarkan pada Paket Komoditas yang telah disusun berdasar paket komoditas dari Kota Tasikmalaya Jenis Kuesioner/Daftar Isian Dalam pengumpulan data harga konsumen, ada 5 jenis kuesioner/daftar isian (HK-1.1, HK-1.2, HK-2.1, HK-2.2, dan HK-3) yang di gunakan dengan tujuan dan frekuensi pencacahan yang berbeda-beda. Jenis Kuesioner / daftar isian tersebut adalah : a. Daftar HK-1.1 Daftar isian HK-1.1 berisi jenis barang seperti beras, ikan asin/kering, telur, bawang, cabe, minyak goreng, gula pasir, semen dan emas perhiasan. Jenis barang tersebut merupakan kebutuhan pokok yang dikonsumsi setiap hari oleh rumah tangga dan diperkirakan sering Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

11 I n f l a s i berfluktuasi harganya setiap saat. Waktu pencacahan dengan daftar isian ini adalah mingguan pada hari Senin dan Selasa (selama 2 hari). Catatan : apabila hari Selasa jatuh pada tanggal 1 dan hari Senin adalah tanggal terakhir bulan sebelumnya, maka pelaksanaan pencacahan tetap dimulai hari Senin. Dan hasil pencatatan pada hari Senin minggu terakhir dianggap minggu pertama bulan berikutnya. b. Daftar HK-1.2 Daftar isian HK-1.2 berisi jenis barang seperti tepung terigu, daging sapi, ayam ras, daging sapi, ikan segar, susu kental manis, susu bubuk, sayuran segar, buah segar, garam, gula merah, kecap, minyak tanah, sabun cuci, bahan celana & baju dan batik. Jenis barang tersebut merupakan kebutuhan konsumsi sehari-hari rumah tangga dan harganya diperkirakan tidak begitu berfluktuasi dibandingkan dengan isi daftar HK Waktu pencacahan daftar isian ini adalah 2 mingguan atau 2 kali dalam sebulan pada minggu I dan minggu III. Waktu pencacahan (dalam minggu I atau III) dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis (selama 2 hari) Catatan: Yang disebut minggu I adalah minggu dimana tanggal 1 nya jatuh pada hari Senin atau selasa. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

12 I n f l a s i c. Daftar HK-2.1 Daftar isian HK-2.1 berisi jenis barang bahan makanan dan bukan makanan. Waktu pencacahan dengan daftar ini dilaksanakan setiap bulan, yaitu mulai hari Selasa yang terdekat dengan tanggal 15 sampai dengan hari Kamis (selama 3 hari). d. Daftar HK-2.2 Daftar isian HK-2.2 berisi jenis barang bukan makanan, yang termasuk dalam kelompok perumahan dan sandang. Waktu pencacahan dengan daftar ini dilaksanakan setiap bulan, dimulai tanggal 5 sampai dengan 15 (selama 11 hari). e. Daftar HK-3 Daftar isian HK-3 berisi jenis barang, seperti bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga, alat elektronik, suku cadang serta jasa. Waktu pencacahan dengan daftar ini dilaksanakan setiap bulan, dimulai tanggal 1 sampai dengan 10 (selama 10 hari) Waktu Pencacahan/Observasi Waktu pencacahan atau observasi data HK untuk setiap komoditi telah disesuaikan menurut fluktuasi harga yang sering terjadi pada akhirakhir ini. Komoditi tersebut telah dikelompokkan ke dalam beberapa daftar isian dan waktu pencacahannya telah ditetapkan dalam mingguan, 2 mingguan dan bulanan. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

13 I n f l a s i Daftar isian dan jadwal pencacahan HK Jenis Frekuensi Daftar Pencacahan Isian Hari Pencacahan Lamanya HK-1.1 mingguan Senin dan Selasa 2 hari HK mingguan Rabu dan Kamis dalam Minggu I & III 2 hari HK-2.1 Bulanan Mulai hari Selasa yang terdekat dengan tanggal 15, sampai dengan hari kamis 3 hari HK-2.2 Bulanan Awal bulan, tanggal 5 s.d hari HK-3 Bulanan Awal bulan, tanggal 1 s.d hari Konsep dan Definisi Dalam pengumpulan data HK ada beberapa konsep dan defenisi yang perlu diketahui oleh petugas pencacah. Konsep dan definisi ini sangat penting diketahui oleh petugas pengumpul data harga konsumen agar data harga yang dihasilkan adalah benar-benar data harga yang dimaksud dan konsisten antar waktu maupun antar daerah. Harga Konsumen (HK) Harga Konsumen (HK) adalah harga transaksi yang terjadi antara penjual (pedagang eceran) dan pembeli (konsumen) secara eceran. Eceran yang dimaksud adalah membeli suatu barang atau jasa dengan menggunakan satuan terkecil untuk dipakai/dikonsumsi.contoh : sayuran dengan satuan ikat, beras Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

14 I n f l a s i dengan satuan kg/liter, emas dengan satuan suku/gram dan sebagainya. Dalam pencatan data HK perlu diketahui bahwa suatu komoditi bisa dijual dalam bentuk kemasan, misalkan dalam bentuk bungkus, botol, pak dan sebagainya. Demikian pula ada komoditi yang langsung dikenakan PPn atau pajak-pajak lain. Data harga yang dicatat adalah adalah yang benar-benar biasa dibayar, tanpa melihat bentuk kemasan, sudah dikenakan PPn atau belum dan sebagainya, sejauh satuannya adalah standar yang biasa di jual. Namun apabila suatu komoditi dibebani biaya tambahan lain, seperti dana, kupon, sumbangan dan sebagainya, maka biaya tersebut tidak perlu dimasukkan kedalam harga barang barang/jasa tersebut. Satuan Satuan yang digunakan dalam kuesioner adalah satuan standar. Apabila suatu daerah menggunakan satuan setempat yang berlainan dengan yang tersebut di dalam kuesioner haruslah dikonversikan ke dalam satuan standar yang dimaksud. Contoh : kg, ons, meter, lembar, eksemplar, buah, helai, per orang, per pasien, dan sebagainya. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

15 I n f l a s i Kualitas/Merek barang Kualitas atau merek barang adalah merupakan spesifikasi barang. Satu macam barang dan jasa umumnya mempunyai lebih dari satu kualitas/merek. Contoh: - Ikan dalam kaleng merek mackarel, botan A1, sardines, dan sebagainya. - Celana dalam pria merek hing s, rider, dan sebagainya. - Celana dalam wanita merek diana, amo, triumph, dan sebagainya. - Angkutan antar kota kualitas ekonomi, eksekutif, bisnis, dan sebagainya. - Tarif PAM/PDAM kualitas rumah tangga sederhana, menengah, mewah dan sebagainya. Pedagang Eceran Pedagang eceran adalah orang/pihak yang menyerahkan barang/jasanya langsung kepada konsumen atas dasar harga yang telah disetujui bersama antara kedua belah pihak. Biasanya para konsumen/pembeli mengkonsumsi barang-barang yang dibeli tersebut dan tidak untuk diperdagangkan lagi. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

16 I n f l a s i 1.2 METODOLOGI Penyusunan Paket Komoditas dan Diagram Timbang IHK. 1. Kota yang akan dijadikan sebagai rujukan dalam penghitungan IHK Kabupaten Subang adalah Kota Tasikmalaya yang telah memiliki diagram timbang dan paket komoditas hasil SBH tahun 2007 serta rata-rata harga per jenis barang/jasa periode Januari- Desember Paket komoditas yang ada di Kota Tasikmalaya diteliti kembali apakah barang/jasa tersebut juga banyak dikonsumsi oleh masyarakat Kabupaten Subang, dan tersedia data harganya di (lokasi) pasar yang telah ditentukan. 3. Apabila ada jenis barang/jasa yang termasuk dalam paket komoditas IHK di Kota Tasikmalaya, ternyata tidak dikonsumsi di Kabupaten Subang, dilakukan penyesuaian atau modifikasi dengan cara : a) Diganti langsung dengan jenis barang substitusinya. b) Apabila substitusinya juga tidak ada karena barang tersebut tidak dikonsumsi di kota bersangkutan, maka jenis barang tersebut tidak perlu dimasukkan dalam paket komoditas yang akan digunakan untuk kota yang bersangkutan. Nilai konsumsi komoditas tersebut tidak dihilangkan, tetapi akan diimputasikan secara proporsional ke dalam sub kelompoknya. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

17 I n f l a s i 4. Selanjutnya akan diperoleh paket komoditas IHK sekitar jenis barang/jasa untuk Kabupaten Subang. Tahap berikutnya adalah melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh kualitas barang/jasa yang diwakili oleh sebanyak 1-3 kualitas untuk setiap jenis barang/jasa. 5. Menghitung rata-rata harga per jenis barang/jasa untuk tahun dasar (periode Januari Desember 207 sebagai P oi ) di Kabupaten Subang 6. Menghitung Diagram Timbang pada tahun dasar (Januari Desember 2007) dengan rumus : P' Q oi oi P' oi P oi P Q oi oi dimana : P' Q oi oi = Nilai konsumsi barang/jasa i di Kota Subang periode Januari Desember P' = Harga rata-rata barang/jasa i pada periode oi Januari Desember 2007 di Kabupaten Subang. P = Harga rata-rata barang/jasa i pada periode oi Januari Desember 2007 di Kota Tasikmalaya. P Q oi oi = Nilai konsumsi barang/jasa i di Kota Tasikmlaya, pada periode Januari-Desember Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

18 I n f l a s i Perbandingan antara P oi dan P oi biasa disebut dengan faktor koreksi harga (FKH) Pengumpulan Data Harga Tahun Dasar. Untuk menyusun diagram timbang dan paket komoditas IHK, diperlukan data harga/tarif dari sekitar jenis barang/jasa yang tercakup dalam paket komoditas IHK, pada tahun dasar (Januari- Desember 2007) di Kabupaten Subang. Dalam hal ini setiap sub kelompok minimal diwakili 3 sampai 4 komoditas. Data harga tersebut diperoleh dengan cara mengumpulkan data harga hasil pencacahan dengan daftar isian HK yang selama ini sudah dilakukan Penghitungan IHK Tahun Dasar. Setelah paket komoditas dan diagram timbang IHK dengan menggunakan tahun dasar Januari-Desember 2007 di Kabupaten Subang tersusun, maka kemudian dilakukan penghitungan IHK pada tahun dasar, dengan menggunakan rumus Modifikasi Laspeyres, yaitu : Im k i1 P P k i1 mi oi P P oi oi Q Q oi oi 100 Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

19 I n f l a s i Keterangan : Im = IHK pada bulan ke-m (m : bulan Januari 2007, Februari 2007,, Desember 2007). P mi = Harga komoditas i pada bulan ke m P oi = Harga rata-rata komoditas i pada periode tahun dasar (Januari-Desember 2007). P oi.q oi = Nilai konsumsi komoditas i pada tahun dasar, atau NK oi k = Banyaknya komoditas yang termasuk dalam sub kelompok/kelompok/total pengeluaran Penghitungan IHK Periode Berjalan. Setelah dilakukan penghitungan IHK tahun dasar, maka dapat dihitung IHK pada tahun berjalan dengan rumus sebagai berikut : In k i1 P P ni ( n1) i k i1 P P oi ( n1) i Q oi Q oi 100 Keterangan : In = IHK pada bulan ke-n (n : bulan Januari 2008, Februari 2008,,, ). Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

20 I n f l a s i P ni = Harga komoditas i pada bulan ke n P (n-1)i = Harga komoditas i pada bulan ke-(n-1) P (n-1)i.q oi = Nilai konsumsi komoditas i pada bulan ke (n-1), atau biasa disebut NK (n-1) P 0i.Q oi = Nilai konsumsi komoditas i pada tahun dasar, atau biasa disebut NK oi k = Banyaknya komoditas yang termasuk dalam sub kelompok/kelompok/total pengeluaran. a. Indeks Harga Konsumen (IHK) Bulan Berjalan. Indeks harga konsumen (IHK) bulan berjalan adalah perbandingan nilai konsumsi berjalan (NK n ) dengan nilai konsumsi dasar (NKD = NK o ) dikalikan 100. Penghitungan IHK bulan berjalan dapat dilakukan menurut jenis barang, sub kelompok, kelompok dan umum. Formula IHK untuk jenis barang adalah sebagai berikut : IHK i n NK i n NKD i x 100 dimana : IHK i n = Indeks harga konsumen jenis barang i pada bulan ke-n. NK i n = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan ke-n. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

21 I n f l a s i NKD i = Nilai konsumsi dasar jenis barang i. Formula IHK untuk sub kelompok adalah sebagai berikut : IHK sn ΣNKsn ΣNKDs x 100 dimana : IHK sn = Indeks harga konsumen pada sub kelompok s pada bulan ke-n. NK sn = Jumlah nilai konsumsi pada sub kelompok s pada bulan ke-n. NKD s = Jumlah nilai konsumsi dasar pada sub kelompok s. Formula IHK untuk kelompok adalah sebagai berikut : IHK k n Σ NK k n Σ NKD k x 100 dimana : IHK k n = Indeks harga konsumen pada kelompok ke-k pada bulan ke-n. NK k n = Jumlah nilai konsumsi pada kelompok ke-k pada bulan ke-n. NKD k = Jumlah nilai konsumsi dasar pada kelompok ke-k. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

22 I n f l a s i Formula IHK untuk umum adalah sebagai berikut : IHK dimana : t n Σ NK t n Σ NKD t x 100 IHK t n = Indeks harga konsumen umum di kota t pada bulan ke-n. NK t n = Jumlah nilai konsumsi seluruh jenis barang (umum) di kota t pada bulan ke-n. NKD t = Jumlah nilai konsumsi dasar seluruh jenis barang (umum) di kota t. b. Sumbangan Inflasi / Deflasi. Untuk mengetahui berapa persen dampak/pengaruh dari perubahan harga/tarif suatu jenis barang/jasa terhadap inflasi/deflasi umum di suatu kota digunakan formula share (sumbangan) inflasi/deflasi. Penjabaran formula share (sumbangan) inflasi/deflasi adalah sebagai berikut : S I/D in Δ RH Bobot in i n ; Bobot i n1 NK Σ NK i n1 i n1 x 100 dimana : Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

23 I n f l a s i S (I/D) in = Share (sumbangan) inflasi/deflasi jenis barang i terhadap inflasi/deflasi umum pada bulan ke-n. RH in = = RH in 100. Persentase perubahan relatif harga jenis barang i pada bulan ke-n. Bobot i (n-1) = Bobot jenis barang i pada bulan ke-(n-1). NK i (n-1) = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan ke-(n- 1). NK i (n-1) = Jumlah nilai konsumsi dari seluruh jenis barang (umum) pada bulan ke-(n-1). c. Laju Inflasi / Deflasi Per bulan. Untuk mendapatkan laju inflasi/deflasi setiap bulan, penjabaran formulanya adalah sebagai berikut : L IHK IHK n n1 I/D n IHK n1 x 100, atau IHK IHK n n1 x dimana : L (I/D) n = Laju inflasi/deflasi pada bulan ke-n. IHK n = Indeks harga konsumen pada bulan ke-n. IHK (n-1) = Indeks harga konsumen pada bulan ke-(n-1). Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

24 I n f l a s i d. Laju Inflasi / Deflasi Kumulatif. Untuk menghitung laju inflasi/deflasi kumulatif beberapa bulan dapat digunakan metode Cummulative, point to point, atau average to average. Formula untuk laju inflasi/deflasi dari bulan a hingga bulan l dengan metode Cummulative adalah sebagai berikut : L I/DC L I/Da L I/Db... L I/D l dimana : L (I/D)-C = Kumulatif inflasi/deflasi dari bulan a hingga bulan l. L (I/D) a = Laju inflasi/deflasi bulan a. L (I/D) b = Laju inflasi/deflasi bulan b. L (I/D) l = Laju inflasi/deflasi bulan l. Formula untuk laju inflasi dari bulan b hingga bulan k dengan metode point to point adalah sebagai berikut : L IHK I/DPTP k x IHK a dimana : L (I/D)PTP = Kumulatif inflasi/deflasi dari bulan b hingga bulan k. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

25 I n f l a s i IHK l = Indeks harga konsumen bulan k. IHK a = Indeks harga konsumen bulan a. Formula untuk laju inflasi/deflasi selama periode y dengan metode average to average adalah sebagai berikut : L I/D ATA IHK y IHK x x ; IHK y IHK y1 IHK y2 n... IHK yn IHK x IHK Χ1 IHK... IHK Χ2 Χn n dimana : L (I/D)ATA = Kumulatif inflasi/deflasi selama periode y. IHK y = Rata-rata indeks harga konsumen pada periode y. IHK x = Rata-rata indeks harga konsumen pada periode x. IHK y1 = Indeks harga konsumen pada bulan 1 pada tahun y. IHK y2 = Indeks harga konsumen pada bulan 2 pada tahun y. IHK yn = Indeks harga konsumen pada bulan n pada tahun y. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

26 I n f l a s i IHK x1 = Indeks harga konsumen pada bulan 1 pada tahun x. IHK x2 = Indeks harga konsumen pada bulan 2 pada tahun x. IHK xn = Indeks harga konsumen pada bulan n pada tahun x. n = Banyaknya bulan. e. Laju Inflasi/Deflasi Year on Year Laju inflasi/deflasi year on year (yoy) adalah perbandingan indeks harga konsumen (IHK) bulan l pada tahun y terhadap IHK bulan l pada tahun (y-1) yang berarti adalah laju inflasi dari bulan (l+1) pada tahun (y-1) hingga bulan l pada tahun y. Formula untuk laju inflasi/deflasi year on year adalah sebagai berikut : L IHK ly I/DYOY x IHK l (y-1) dimana : L (I/D)YOY = Kumulatif inflasi/deflasi dari bulan (l+1) pada tahun (y-1) hingga bulan l pada tahun y. IHK ly = Indeks harga konsumen bulan l pada tahun y. IHK l (y-1) = Indeks harga konsumen bulan l pada tahun (y-1). Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

27 I n f l a s i 1.3 INFLASI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2012 Dari hasil pendataan harga konsumen di Kabupaten Subang tercatat bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 129,55 pada bulan September menjadi 130,80 pada bulan Oktober Inflasi pada bulan Oktober 2012 dipicu oleh naiknya harga barang dan jasa yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada beberapa kelompok pengeluaran. Dari tujuh kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran yaitu perumahan, kesehatan, pendidikan dan transportasi tidak mengalami perubahan indeks, kelompok pengeluaran untuk sandang mengalami deflasi -0,01, sedangkan dua kelompok pengeluaran lainnya yaitu bahan makanan dan makanan jadi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 2,29 persen disusul oeh kelompok bahan makanan sebesar 1,87 persen. Jika diamati Grafik 2.1. terlihat gerakan inflasi selama tahun 2012 (year to date) yaitu dari bulan Januari sampai Oktober 2012 dimana terjadi akumulasi inflasi sebesar 2,82 persen dengan rata-rata inflasi perbulannya sebesar 0,28 persen. Sedangkan infasi selama dua belas bulan terakhir (year on year) yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Oktober 2012 terjadi akumulasi inflasi sebesar 1,63 persen. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

28 I n f l a s i 1,20 1,00 Grafik 1.1. Inflasi Kabupaten Subang Tahun ,80 0,60 0,40 0,20 0,00-0,20-0,40 Tabel 1.1. IHK dan laju Inflasi di Kabupaten Subang Bulan Oktober 2012 menurut Kelompok Pengeluaran (IHK 2007=100) Kelompok Pengeluaran IHK Sept 2012 IHK Okt 2012 Inflasi Okt 2012 Inflasi Tahun 2012 Inflasi y-on-y 2012 Andil Inflasi Tahun 2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Umum 129,55 130,80 0,97 2,82 2,62 2,82 1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 165,75 120,63 168,84 123,39 1,87 2,29 6,70 3,23 5,65 3,26 1,54 0,77 3. Perumahan, Air, listrik, 136,83 136,84 0,00 1,23 1,38 0,28 Gas dan Bahan Bakar 4. Sandang 5. Kesehatan 130,68 94,16 130,66 94,16-0,01 0,00 0, , ,01-0,08 6. Pendidikan, rekreasi & 102,04 102,04 0,00 2,57 2,56 0,24 Olahraga 7. Transpor, Komunikasi & jasa keuangan 122,04 122,04 0,00 0,64 0,64 0,08 Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

29 I n f l a s i Pada Tabel 2.1. dapat dilihat bahwa Inflasi selama tahun 2012 (year to date) dipicu oleh naiknya harga barang dan jasa yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok pengeluaran mengalami inflasi sedangkan kelompok pengeluaran sisanya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 6,07 persen disusul oeh kelompok pengeluaran untuk makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,23 persen dan kelompok pengeluaran untuk pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 2,57 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi terjadi pada kelompok pengeluaran untuk kesehatan sebesar -2,25 persen. Inflasi selama Januari sampai dengan Oktober 2012 sebesar 2,82 persen dipengaruhi oleh tujuh kelompok pengeluaran masyarakat tetapi hanya empat kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan inflasi terbesar yaitu bahan makanan mempunyai sumbangan terbanyak sebesar 1,54 persen, disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang menyumbang inflasi sebesar 0,77 persen, kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menyumbang sebesar 0,28 persen, dan kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga menyumbang sebesar 0,24 persen. Sedangkan kelompok kesehatan memberikan sumbangan deflasi sebesar -0,08 persen. Jika kita telaah gejolak harga menurut komoditi, selama bulan Oktober 2012 tercatat beberapa komoditi mengalami kenaikan dan Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

30 I n f l a s i penurunan harga. Seperti terlihat pada Grafik 2, beberapa komoditi yang mempunyai andil kenaikan terbesar terhadap inflasi yaitu mie instant mempunyai andil inflasi sebesar 0,46 persen, daging sapi sebesar 0,44 persen, soto sebesar 0,07 persen kue basah sebesar 0,06 persen, beberapa komoditi lainnya seperti tahu mentah, roti manis, tempe, bubur kacang hiju dan lainnya memberikan sumbangan terhadap infasi dibawah 0,05 persen. Sedangkan beberapa komoditi yang tercatat mempunyai andil berupa deflasi pada Oktober 2012 adalah beras mempunyai andil sebesar -0,13 persen, air kemasan sebesar -0,07 persen dan telur ayam ras yang mempunyai andil deflasi sebesar -0,04 persen. Sedangkan beberapa komoditi lainnya seperti cabe merah, cabe rawit, es, minyak goreng dan emas masing-masing mempunyai andil deflasi sebesar -0,01 persen. Grafik 2.2. Andil Inflasi/Deflasi Beberapa Komoditi Oktober ,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0-0,1-0,2 Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

31 I n f l a s i Inflasi bulan Oktober 2012 dapat diuraikan menurut kelompok pengeluaran dan jenis komoditi yang memberikan andil inflasi atau deflasi sebagai berikut: Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan IHK dari 165,75 pada September menjadi 168,84 pada Oktober 2012 atau terjadi inflasi sebesar 1,87 persen. Besarnya Inflasi pada kelompok bahan makanan ini utamanya dipicu oleh naiknya harga tiga sub kelompok pengeluaran yaitu daging dan hasil-hasilnya sebesar 9,91 persen, sub kelompok pengeluaran sayur-sayuran sebesar 6,90 persen dan sub kelompok pengeluaran untuk kacang-kacangan sebesar 5,02 persen,. Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi dalam kelompok pengeluaran bahan makanan ini pada bulan yang sama adalah sub kelompok padi-padian, bumbu-bumbuan dan telur, susu dan hasil-hasilnya yang mengalami deflasi masing-masing sebesar -1,73 persen, -0,93 persen dan -0,88 persen. Kelompok bahan makanan memberikan andil inflasi sebesar 0,44 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini antara lain tepung terigu, mie kering instant, daging sapi, telur itik, bawang putih, kelapa, tomat sayur dan kelapa. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

32 I n f l a s i Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan IHK dari 120,63 pada September menjadi 123,39 pada Oktober 2012 atau terjadi inflasi sebesar 2,29 persen. Besarnya Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ini dipicu oleh naiknya harga makanan jadi sebesar 4,00 persen dan diimbangi oleh turunnya harga sub kelompok pengeluaran makanan yang tidak mengandung alkohol sebesar -1,97 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberikan andil inflasi sebesar 0,55 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini antara lain bubur kacang hijau, kue basah, mie, roti manis dan soto Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada bulan Oktober 2012 mengalami kenaikan IHK dari 136,83 pada September menjadi 136,84 pada Oktober 2012 atau terjadi inflasi sebesar 0.00 persen. Besarnya Inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar ini dipicu oleh naiknya harga sub kelompok pengeluaran penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,04 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

33 I n f l a s i yang mengalami kenaikan harga pada kelompok ini adalah sabun cair/cuci piring. Kelompok Sandang Kelompok Sandang pada bulan Oktober 2012 mengalami penurunan IHK dari 130,68 pada September menjadi 130,66 pada Oktober 2012 atau terjadi deflasi sebesar 0.01 persen. Besarnya deflasi pada kelompok sandang ini dipicu oleh turunnya harga sub kelompok sandang laki-laki sebesar 0,11 persen. Kelompok sandang memberikan andil deflasi sebesar 0,00 persen terhadap inflasi secara keseluruhan. Komoditi yang mengalami penurunan harga pada kelompok ini adalah celana dalam pria dan daster. Kelompok kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, dan transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang merupakan kelompok pengeluaran masyarakat lainnya komponen pembentuk inflasi, selama bulan Oktober 2012 tidak menunjukkan kenaikan atau penurunan IHK yang berarti bahwa ketiga kelompok pengeluaran tersebut selama Oktober 2012 tidak mempunyai andil terhadap inflasi bulan Oktober 2012 dan semua komoditi dalam kelompok pengeluaran tersebut tidak mengalami perubahan harga. Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

34 I n f l a s i Perbandingan Inflasi dengan Kota IHK di Jawa Barat Dalam penyusunan tahun dasar IHK, Kabupaten Subang meminjam pola konsumsi Kota Tasikmalaya yang mempunyai pola konsumsi relatif lebih mirip dengan Kabupaten Subang dibandingkan kota-kota inflsi lainnya di Jawa Barat. Seperti dapat dilihat pada Tabel 2, dibandingkan dengan inflasi di kota lainnya di Jawa Barat, pada bulan Oktober 2012 Kabupaten Subang mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,97 persen sedangkan Kota Bekasi mengalami deflasi terendah sebesar -0,29 persen. Tabel 2.2. Perbandingan Inflasi Beberapa Kota Inflasi di Jawa Barat Inflasi No. Kota/Kab IHK Okt 2012 Okt 2012 Tahun 2012 y-to-date Tahun 2012 y-on-y (1) (2) (3) (4) (5) (6) Bogor Sukabumi Bandung Cirebon Bekasi Depok Tasikmalaya 135,03 134,68 128,46 138,36 132,12 132,90 136,73 0,27 0,42 0,34 0,09-0,29-0,14 0,18 3,96 3,57 3,93 2,99 3,05 3,62 3,74 4,44 4,55 5,30 4,20 4,42 4,61 4,93 Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

35 I n f l a s i 8 Subang 130,80 0,97 2,82 2,62 Jawa Barat 131,86 0,02 3,56 4,73 Walaupun Kabupaten Subang mengalami inflasi tertinggi pada Oktober 2012, akan tetapi inflasi kabupaten Subang selama tahun 2012 (year to date) dan inflasi selama 12 bulan tahun 2012 (year on year) merupakan inflasi yang terendah dibandingkan inflasi kota IHK di Jawa Barat yaitu sebesar 2,82 persen dan 2,62 persen. Sementara itu inflasi tertinggi selama tahun 2012 (year to date) dan inflasi tertinggi selama 12 bulan Tahun 2012 (year on year) di alami oleh Kota Bogor sebesar 3,96 persen dan Kota Bandung sebesar 5,30 persen Inflasi dan Indeks Gini Ratio Kabupaten Subang

36 Lampiran II. Gini Rasio 2.1. Umum Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek dalam rangka mencapai kesejahteraan. Pengukuran keberhasilan pembangunan setidaknya meliputi tiga aspek yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Tri widodo). Laju pertumbuhan ekonomi pada pelaksanaannya di daerah merupakan terjemahan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara makro akan meningkatkan kekokohan struktur perekonomian daerah. Keberhasilan pembangunan ekonomi dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada kenyataannya tidak dapat menggambarkan kesejahteraan rakyat pada seluruh kelompok masyarakat. Permasalahan yang sering dihadapi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah tidak meratanya distribusi pendapatan atau terjadi ketimpangan yang cukup tinggi antar kelompok masyarakat yang kaya dengan kelompok masyarakat yang miskin. Ketimpangan pendapatan antar golongan (kaya dan miskin) yang tinggi tentunya mendorong kecemburuan yang pada akhirnya menimbulkan konflik yang dapat menggangu pembangunan secara keseluruhan dalam berbagai aspeknya. Indikator Makro Kabupaten Subang

37 Lampiran Kabupaten Subang dengan laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,45 persen pada tahun 2011 dan dengan perkembangan sektor industri pengolahan yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya dapat dikatakan cukup berhasil dalam menggerakkan roda perekonomian daerah. Pertanyaan yang harus dikaji lebih mendalam adalah apakah keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro di kabupaten Subang juga menyebabkan kehidupan masyarakatnya lebih sejahtera? Apakah hasil pembangunan tersebut dinikmati oleh seluruh penduduk kabupaten Subang? Untuk mengkaji permasalahan tersebut perlu diukur dengan melihat indikator-indikator yang menggambarkan kondisi secara umum permasalahan ketimpangan. Gini Rasio adalah salah satu indikator yang bisa menggambarkan kondisi ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat di kabupaten Subang. Dalam rangka memenuhi indikator ketimpangan tersebut maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Subang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang menyusun Publikasi dengan Judul Gini Rasio Kabupaten Subang. Indikator Makro Kabupaten Subang

38 Lampiran 2.2. Metodologi Koefisien Gini (Gini Rasio) adalah ukuran yang sering digunakan untuk menggambarkan ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat secara menyeluruh pada suatu daerah. Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Untuk membentuk koefisien Gini, gambarlah grafik persentase kumulatif rumahtangga (dari termiskin hingga terkaya) pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) pada sumbu vertikal. Ini menghasilkan kurva Lorenz seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Garis diagonal mewakili pemerataan sempurna. Koefisien Gini didefinisikan sebagai A/(A+B), dimana A dan B seperti yang ditunjukkan pada grafik. Jika A=0 koefisien Gini bernilai 0 yang berarti pemerataan sempurna, sedangkan jika B=0 koefisien Gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna. Koefisien Gini tidak sepenuhnya memuaskan. Indikator Makro Kabupaten Subang

39 Kumulatif Pengeluaran (%) Lampiran GAMBAR 1 KOEFISIEN GINI MENURUT KURVA LORENZ Kumulatif Penduduk (%) Formula yang digunakan untuk menghitung Koefisien Gini (Gini Rasio) adalah sebagai berikut: GR = Koefesien Gini (Gini Rasio) fpi = Frekuensi Penduduk dalam kelas pengeluaran ke i Fpi = Frekuensi Kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke i Indikator Makro Kabupaten Subang

40 Lampiran Fpi-1 = Frekuensi Kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke i-1 Daimon dan Thorbecke (1999:5) berpendapat bahwa penurunan ketimpangan (perbaikan distribusi pendapatan) selalu tidak konsisten dengan bertambahnya insiden kemiskinan kecuali jika terdapat dua aspek yang mendasari inkonsistensi tersebut. Pertama, variasi distribusi pendapatan dari kelas terendah meningkat secara drastis sebagai akibat krisis. Kedua, merupakan persoalan metodologi berkaitan dengan keraguan dalam pengukuran kemiskinan dan indikator ketimpangan. Beberapa kriteria bagi sebuah ukuran ketimpangan yang baik misalnya: Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Ini berarti bahwa jika semua pendapatan bertambah dua kali lipat, ukuran ketimpangan tidak akan berubah. Koefisien Gini memenuhi syarat ini. Tidak tergantung pada jumlah penduduk (population size independence). Jika penduduk berubah, ukuran ketimpangan seharusnya tidak berubah, jika kondisi lain tetap (ceteris paribus). Koefisien Gini juga memenuhi syarat ini. Simetris. Jika antar penduduk bertukar tempat tingkat pendapatannya, seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuranketimpangan. Koefisien Gini juga memenuhi hal ini. Indikator Makro Kabupaten Subang

41 Lampiran Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalam kriteria ini, transfer pandapatan dari si kaya ke si miskin akan menurunkan ketimpangan. Gini juga memenuhi kriteria ini. Ukuran ketimpangan yang baik juga diharapkan mempunyai sifat: Dapat didekomposisi Hal ini berarti bahwa ketimpangan mungkin dapat didekomposisi (dipecah) menurut kelompok penduduk atau sumber pendapatan atau dalam dimensi lain. Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak bersifat aditif antar kelompok. Yakni nilai total koefisien Gini dari suatu masyarakat tidak sama dengan jumlah nilai indeks Gini dari sub-kelompok masyarakat (subgroup). Dapat diuji secara statistik Seseorang harus dapat menguji signifikansi perubahan indeks antar waktu. Hal ini sebelumnya menjadi masalah, tetapi dengan teknik bootstrap interval (selang) kepercayaan umumnya dapat dibentuk Gini Rasio Kabupaten Subang Meratanya distribusi pendapatan adalah salah satu aspek dari keberhasilan pembangunan. Pengukuran distribusi pendapatan didekati dengan nilai pengeluaran konsumsi, karena data mengenai pendapatan sangat sulit didapatkan. Indikator Makro Kabupaten Subang

42 Lampiran Pengeluaran konsumsi dibagi ke dalam dua kelompok pengeluaran konsumsi yaitu pengeluaran konsumsi makanan dan pengeluaran konsumsi bukan makanan. Masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi umumnya memiliki pengeluaran konsumsi non makanan yang tinggi. Dengan kata lain akan terjadi pergeseran pola konsumsi dari konsumsi makanan menuju konsumsi bukan makanan apabila terjadi penambahan pendapatan pada suatu kelompok masyarakat. Hal tersbut diakibatkan oleh elastisitas permintaan makanan yang umumnya rendah. Ketika berada pada titik jenuh konsumsi makanan maka orang cenderung untuk membelanjakan pendapatannya terhadap konsumsi non makanan (yang umumnya memiliki elastisitas permintaan yang tinggi). Sehingga seringkali pola konsumsi juga digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa analisis yang digunakan dalam mengukur distribusi pengeluaran, salah satunya adalah analisis gini rasio. Gini Rasio merupakan indikator yang menggambarkan kesenjangan antar kelompok pengeluaran penduduk. Ukuran kesenjangan indeks gini berada pada kisaran 0 sampai dengan 1, semakin tinggi indeks gini rasio maka semakin tinggi pula ketimpangan pendapatan di wilayah tersebut. Indeks gini bernilai 0 menggambarkan bahwa di wilayah tersebut terjadi pemerataan sempurna, sedangkan apabila indeks gini bernilai 1 maka terjadi ketimpangan yang sempurna. Apabila indeks gini Rasio kurang dari 0,4 maka dikategorikan memiliki ketimpangan yang rendah, nilai indeks gini rasio yang berada pada range antara 0,4 sampai dengan 0,5 maka dikategorikan memiliki ketimpangan Indikator Makro Kabupaten Subang

43 Lampiran sedang (moderat), sedangkan apabila memiliki indeks gini rasio lebih dari 0,5 maka dikategorikan memiliki ketimpangan tinggi. Walaupun berfluktuasi, secara umum indeks gini Kabupaten Subang nilainya selalu di bawah 0,4. Artinya di Kabupaten Subang ketimpangan pendapatan yang terjadi selalu dalam kategori rendah dengan kemerataan yang cukup tinggi. Pada tahun 2012 angka Gini Rasio Kabupaten Subang mencapai 0,254, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan angka gini rasio tahun 2011 yang mencapai 0,261. Penurunan ini mengindikasikan bahwa antara tahun di Kabupaten Subang terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran penduduk. Hal ini terjadi akibat meningkatnya rata-rata pengeluaran riil penduduk miskin yang memiliki laju peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pegeluaran riil penduduk kaya. Walaupun tidak selamanya penurunan koefisien gini dapat diinterpretasikan sebagai membaiknya distribusi pendapatan, akan tetapi kalau melihat struktur pengeluaran tahun 2012 dan 2011 maka terlihat terjadi perbaikan distribusi pendapatan di Kabupaten Subang. Tabel 3.1. Gini Rasio Kabupaten Subang Menurut Daerah Tahun Tahun Gini Rasio Kota Desa Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Indikator Makro Kabupaten Subang

44 Lampiran ,278 0,251 0, ,262 0,246 0,254 Jika angka gini ratio ditinjau menurut tipe daerah maka penduduk yang tinggal diperkotaan memiliki ketimpangan pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di pedesaan. Pada tahun 2012 gini rasio penduduk Kabupaten Subang yang tinggal di perkotaan mencapai 0,271 sedangkan angka gini rasio di daerah pedesaan mencapai 0,258. Ada korelasi positif antara jenis lapangan pekerjaan dengan tinggi rendahnya koefisien gini. Umumnya penduduk di pedesaan memiliki pekerjaan yang lebih homogen dibandingkan dengan penduduk perkotaan yang relatif lebih bervariasi. Persentase lapangan usaha pertanian di pedesaan juga lebih tinggi dibandingkan dengan diperkotaan. Pada tahun 2012, 47,30 persen penduduk pedesaan bekerja pada lapangan usaha pertanian. Sedangkan di perkotaan yang bekerja pada lapangangan Usaha pertanian hanya mencapai 21,09 persen, mayoritas pekerjaan penduduk perkotaan adalah perdagangan yang mencapai 31,10 persen disusul pertanian, industri pengolahan (16,67 persen), dan jasa kemasyarakatan sebanyak 11,37 persen. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka terjadi penurunan Gini rasio di kedua tipe daerah, baik perkotaan maupun pedesaan, hal ini menggambarkan terjadinya perbaikan distribusi pendapatan di kedua tipe daerah tersebut. Indikator Makro Kabupaten Subang

45 Lampiran Terlihat di kedua tipe wilayah tersebut, bahwa laju pendapatan kelompok masyarakat miskin lebih cepat dibandingkan dengan laju pendapatan kelompok masyarakat yang kaya, terlihat juga perbaikan pendapatan di kedua kelompok masyarakat tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan distribusi pendapatan di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Tabel 3.2. Perbandingan Gini Ratio Antar Wilayah di Kabupaten Subang Tahun Wilayah Gini Rasio (1) (2) (3) Pegunungan 0,220 0,261 Pedataran 0,262 0,273 Pesisir 0,291 0,214 Total 0,261 0,254 Kabupaten Subang memiliki tiga kategori wilayah, yaitu pegunungan, pedataran dan pesisir. Bila dilihat dari ketiga wilayah tersebut maka wilayah pedataran memiliki gini rasio yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua wilayah lainnya yaitu mencapai 0,273 sedangkan wilayah pegunungan dan pesisir memiliki angka gini rasio sebesar 0,261 dan 0,214. Penduduk di wilayah pedataran memiliki pekerjaan yang lebih heterogen dibandingkan penduduk di kedua wilayah lainnya, walaupun pertanian masih Indikator Makro Kabupaten Subang

46 Lampiran merupangan pekerjaan mayoritas penduduk di pedataran akan tetapi persentasenya lebih sedikit bila dibandingkan dengan penduduk di kedua wilayah lainnya. Pada tahun 2012 penduduk pedataran memiliki pekerjaan dalam sektor pertanian sebanyak 36,79 persen, sektor perdagangan 18 persen dan industri pengolahan sebanyak 16 persen. Sedangkan di pegunungan mayoritas penduduknya adalah petani yang mencapai 44,67 persen, perdagangan 21,80 persen dan industri pengolahan hanya 7,52 persen. Walaupun jumlah pedagang memiliki persentase yang cukup tinggi, tapi umumnya adalah pedagang kecil. Demikian pula di daerah Pesisir, mayoritas penduduknya adalah petani (42,69 persen). Dibandingkan tahun 2011 di wilayah pesisir mengalami perbaikan koefisien gini. Walaupun demikian belum bisa dikatakan bahwa laju distribusi pendapatan di Pesisir megalami perbaikan lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lainnya. Perbaikan ini bukan hanya karena adanya peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin akan tetapi juga karena terjadi penurunan pengeluaran dan konsumsi penduduk kaya. Di kedua wilayah lainnya, walaupun terjadi peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin, ketimpangan malah sedikit meningkat, hal ini disebabkan karena laju peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk kaya di wilayah pegunungan dan pedataran lebih tinggi dibandingkan laju peningkatan pengeluaran dan konsumsi penduduk miskin di kedua wilayah itu. Indikator Makro Kabupaten Subang

47 Lampiran Indikator Makro Kabupaten Subang

48 Lampiran LAMPIRAN -LAMPIRAN Indikator Makro Kabupaten Subang

49 Lampiran LAMPIRAN 1.1. INFLASI SUBANG 2012 MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN INFLASI Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Sum Average U M U M / T O T A L 0,39 0,33 0,15 0,08-0,08 0,59 0,47-0,15 0,07 0,97 0,00 0,00 2,82 0,28 I BAHAN MAKANAN 1,13 1,40 0,23 0,21-0,37 1,14 1,59-0,74 0,25 1,87 0,00 0,00 6,70 0,67 PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN 1 HASILNYA 2,05 2,46 0,97-0,32-2,70 3,05 1,99 0,63-0,10-1,73 0,00 0,00 6,29 0,63 2 DAGING DAN HASIL-HASILNYA -1,16 3,26 0,96 0,13 0,67 0,19 1,02 2,79 0,55 9,91 0,00 0,00 18,31 1,83 3 IKAN SEGAR 0,15 0,15 0,28 0,45 0,21 2,18-0,18 0,10 0,40-0,68 0,00 0,00 3,05 0,30 4 IKAN DIAWETKAN -0,38 0,12 0,02 0,05 0,00 0,01 0,01 0,82 0,00 2,63 0,00 0,00 3,30 0,33 5 TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 2,92 0,00 0,17 0,88-0,16 0,66 6,91-3,20 0,12-0,88 0,00 0,00 7,41 0,74 6 SAYUR-SAYURAN -1,17 0,00 0,00 0,90-1,09-0,11-2,26 1,70 0,45 6,90 0,00 0,00 5,33 0,53 7 KACANG - KACANGAN 0,12 0,00 0,00 0,02-0,02 0,00-3,42-13,32 1,14 5,02 0,00 0,00-10,47-1,05 8 BUAH - BUAHAN 1,21 0,00-3,88 0,99 0,00 1,42 0,00 0,00 0,00-0,23 0,00 0,00-0,49-0,05 9 BUMBU - BUMBUAN 1,28 2,18 0,45 0,38 6,12 1,26 6,69-0,72 1,02-0,93 0,00 0,00 17,73 1,77 10 LEMAK DAN MINYAK 5,02 0,00 0,00 0,11 3,39-2,87-0,37-2,58 0,02 1,44 0,00 0,00 4,16 0,42 11 BAHAN MAKANAN LAINNYA -1,44 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-1,44-0,14 II MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,27 0,01 0,25 0,15-0,02 0,20 0,00 0,08 0,01 2,29 0,00 0,00 3,23 0,32 1 MAKANAN JADI -1,16 0,00 0,40 0,21 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00 0,00 0,00 3,45 0,34 2 MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 4,03 0,05-0,05 0,11-0,11 1,34 0,00 0,54 0,05-1,97 0,00 0,00 3,98 0,40 3 TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 2,24 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,24 0,22 III PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0,39 0,00 0,26 0,00 0,05 0,00 0,47 0,01 0,04 0,00 0,00 0,00 1,23 0,12 1 BIAYA TEMPAT TINGGAL 0,97 0,00 0,70-0,69 0,00 0,00 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,18 0,22 BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN 2 AIR 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA -2,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-2,30-0,23 Indikator Makro Kabupaten Subang

50 Lampiran 4 PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 1,43 0,00-0,12 2,92 0,50 0,00 0,00 0,13 0,38 0,04 0,00 0,00 5,28 0,53 IV SANDANG 0,24 0,00 0,08-0,19 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03-0,01 0,00 0,00 0,14 0,01 1 SANDANG LAKI-LAKI 0,12 0,00 0,82-0,77 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11-0,11 0,00 0,00 0,17 0,02 2 SANDANG WANITA 1,44 0,00-0,58 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07 0,00 0,00 0,92 0,09 3 SANDANG ANAK-ANAK 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,33 0,03 BARANG PRIBADI DAN SANDANG 4 LAIN -0,39 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,39-0,04 V KESEHATAN -2,44 0,00-0,77 0,30-0,12 0,78 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-2,25-0,23 1 JASA KESEHATAN -6,37 0,00-3,41 0,55-0,55 3,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-6,24-0,62 2 OBAT-OBATAN -8,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-8,05-0,81 3 JASA PERAWATAN JASMANI 6,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6,08 0,61 4 PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0,11 0,00 0,00 0,36 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,47 0,05 VI PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA -0,15 0,00-0,01-0,03 0,00 2,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,57 0,26 1 PENDIDIKAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,72 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,72 0,37 2 KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 PERLENGKAPAN / PERALATAN 3 PENDIDIKAN 0,00 0,00 0,20-0,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 REKREASI -1,18 0,00-0,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-1,46-0,15 5 OLAHRAGA 1,12 0,00 0,75-0,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,13 0,11 VII TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0,57 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,64 0,06 1 TRANSPOR 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,12 0,01 2 KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN -0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,33-0,03 SARANA DAN PENUNJANG 3 TRANSPOR 5,17 0,61 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,78 0,58 4 JASA KEUANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Indikator Makro Kabupaten Subang

51 Lampiran LAMPIRAN 1.2. IHK SUBANG MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN TAHUN 2012 I H K Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Rata-rata U M U M / T O T A L 127,18 127,68 128,09 128,28 128,39 128,29 129,04 129,65 129,46 129,55 130,80 0,00 0,00 107,44 I BAHAN MAKANAN 157,99 159,77 162,01 162,38 162,73 162,12 163,97 166,57 165,34 165,75 168,84 0,00 0,00 136,62 PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN 1 HASILNYA 181,60 185,32 189,87 191,72 191,11 185,95 191,62 195,43 196,67 196,47 193,06 0,00 0,00 159,77 2 DAGING DAN HASIL-HASILNYA 183,04 180,91 186,81 188,60 188,85 190,11 190,47 192,41 197,78 198,86 218,57 0,00 0,00 161,11 3 IKAN SEGAR 122,04 122,22 122,40 122,74 123,28 123,54 126,23 126,00 126,14 126,64 125,78 0,00 0,00 103,75 4 IKAN DIAWETKAN 170,86 170,21 170,41 170,45 170,55 170,55 170,58 170,60 171,99 171,99 176,52 0,00 0,00 142,82 TELUR, SUSU DAN HASIL- 5 HASILNYA 133,94 137,85 137,85 138,09 139,30 139,07 139,99 149,66 144,87 145,04 143,76 0,00 0,00 117,96 6 SAYUR-SAYURAN 162,37 160,48 160,48 160,48 161,92 160,15 159,98 156,37 159,03 159,75 170,77 0,00 0,00 134,12 7 KACANG - KACANGAN 160,25 160,43 160,43 160,43 160,47 160,43 160,43 154,95 134,31 135,83 142,65 0,00 0,00 127,53 8 BUAH - BUAHAN 128,31 129,86 129,86 124,82 126,06 126,06 127,85 127,85 127,85 127,85 127,56 0,00 0,00 106,30 9 BUMBU - BUMBUAN 134,98 136,71 139,69 140,31 140,85 149,46 151,35 161,47 160,31 161,94 160,44 0,00 0,00 125,21 10 LEMAK DAN MINYAK 142,74 149,91 149,91 149,91 150,07 155,16 150,71 150,14 146,27 146,30 148,40 0,00 0,00 124,73 11 BAHAN MAKANAN LAINNYA 109,42 107,85 107,85 107,85 107,85 107,85 107,85 107,85 107,85 107,85 107,85 0,00 0,00 89,87 II MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 119,49 119,81 119,82 120,12 120,31 120,29 120,52 120,52 120,62 120,63 123,39 0,00 0,00 100,50 1 MAKANAN JADI 115,97 114,63 114,63 115,08 115,33 115,33 115,33 115,33 115,33 115,33 119,94 0,00 0,00 96,35 2 MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 120,08 124,93 125,00 124,93 125,07 124,93 126,60 126,59 127,27 127,34 124,83 0,00 0,00 104,79 3 TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 132,06 135,02 135,02 135,02 135,02 135,02 135,02 135,02 135,02 135,02 135,02 0,00 0,00 112,52 III PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 135,17 135,70 135,70 136,06 136,06 136,12 136,12 136,76 136,78 136,83 136,84 0,00 0,00 113,58 1 BIAYA TEMPAT TINGGAL 106,71 107,74 107,74 108,49 107,74 107,74 107,74 109,04 109,04 109,04 109,04 0,00 0,00 90,28 BAHAN BAKAR, PENERANGAN 2 DAN AIR 194,06 194,06 194,06 194,06 194,06 194,06 194,06 194,06 194,06 194,06 194,06 0,00 0,00 161,72 3 PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 99,67 97,38 97,38 97,38 97,38 97,38 97,38 97,38 97,38 97,38 97,38 0,00 0,00 81,15 Indikator Makro Kabupaten Subang

52 Lampiran 4 PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 110,02 111,58 111,58 111,46 114,71 115,29 115,29 115,29 115,44 115,88 115,92 0,00 0,00 95,20 IV SANDANG 130,48 130,79 130,79 130,89 130,64 130,64 130,64 130,64 130,64 130,68 130,66 0,00 0,00 108,92 1 SANDANG LAKI-LAKI 120,85 121,00 121,00 121,99 121,05 121,05 121,05 121,05 121,05 121,19 121,05 0,00 0,00 100,96 2 SANDANG WANITA 103,01 104,49 104,49 103,88 103,88 103,88 103,88 103,88 103,88 103,88 103,95 0,00 0,00 86,67 3 SANDANG ANAK-ANAK 111,45 111,82 111,82 111,82 111,82 111,82 111,82 111,82 111,82 111,82 111,82 0,00 0,00 93,19 BARANG PRIBADI DAN SANDANG 4 LAIN 179,79 179,09 179,09 179,09 179,09 179,09 179,09 179,09 179,09 179,09 179,09 0,00 0,00 149,24 V KESEHATAN 96,34 93,98 93,98 93,26 93,54 93,43 94,16 94,16 94,16 94,16 94,16 0,00 0,00 78,25 1 JASA KESEHATAN 99,71 93,37 93,37 90,18 90,68 90,18 93,37 93,37 93,37 93,37 93,37 0,00 0,00 77,05 2 OBAT-OBATAN 101,15 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00 93,00 0,00 0,00 77,50 3 JASA PERAWATAN JASMANI 100,00 106,08 106,08 106,08 106,08 106,08 106,08 106,08 106,08 106,08 106,08 0,00 0,00 88,40 4 PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 92,65 92,75 92,75 92,75 93,08 93,08 93,08 93,08 93,08 93,08 93,08 0,00 0,00 77,49 VI PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 99,49 99,35 99,35 99,34 99,31 99,31 102,04 102,04 102,04 102,04 102,04 0,00 0,00 83,90 1 PENDIDIKAN 99,42 99,42 99,42 99,42 99,42 99,42 103,11 103,11 103,11 103,11 103,11 0,00 0,00 84,39 2 KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 103,09 103,09 103,09 103,09 103,09 103,09 103,09 103,09 103,09 103,09 103,09 0,00 0,00 85,91 PERLENGKAPAN / PERALATAN 3 PENDIDIKAN 95,91 95,91 95,91 96,10 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 0,00 0,00 79,94 4 REKREASI 101,41 100,21 100,21 99,93 99,93 99,93 99,93 99,93 99,93 99,93 99,93 0,00 0,00 83,32 5 OLAHRAGA 105,51 106,70 106,70 107,50 106,70 106,70 106,70 106,70 106,70 106,70 106,70 0,00 0,00 88,98 VII TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 121,27 121,96 122,04 122,04 122,04 122,04 122,04 122,04 122,04 122,04 122,04 0,00 0,00 101,69 1 TRANSPOR 132,02 132,18 132,18 132,18 132,18 132,18 132,18 132,18 132,18 132,18 132,18 0,00 0,00 110,15 2 KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 100,55 100,22 100,22 100,22 100,22 100,22 100,22 100,22 100,22 100,22 100,22 0,00 0,00 83,52 SARANA DAN PENUNJANG 3 TRANSPOR 121,03 127,29 128,07 128,07 128,07 128,07 128,07 128,07 128,07 128,07 128,07 0,00 0,00 106,66 4 JASA KEUANGAN 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 0,00 0,00 83,33 Indikator Makro Kabupaten Subang

53 Lampiran LAMPIRAN 1.3. ANDIL INFLASI SUBANG TAHUN 2012 INFLASI Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 U M U M / T O T A L 0,39 0,33 0,15 0,08-0,08 0,59 0,47-0,15 0,07 0,97 0,00 0,00 2,82 I BAHAN MAKANAN 0,25 0,32 0,05 0,05-0,08 0,26 0,37-0,17 0,06 0,44 0,00 0,00 1,54 1 PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0,14 0,18 0,07-0,02-0,19 0,22 0,15 0,05-0,01-0,12 0,00 0,00 0,46 2 DAGING DAN HASIL-HASILNYA -0,04 0,12 0,04 0,01 0,03 0,01 0,04 0,11 0,02 0,43 0,00 0,00 0,75 3 IKAN SEGAR 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00-0,01 0,00 0,00 0,03 4 IKAN DIAWETKAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,02 0,00 0,00 0,02 TELUR, SUSU DAN HASIL- 5 HASILNYA 0,09 0,00 0,01 0,03 0,00 0,02 0,22-0,10 0,00-0,03 0,00 0,00 0,23 6 SAYUR-SAYURAN -0,02 0,00 0,00 0,01-0,02 0,00-0,03 0,03 0,01 0,12 0,00 0,00 0,09 7 KACANG - KACANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,06-0,19 0,02 0,07 0,00 0,00-0,15 8 BUAH - BUAHAN 0,02 0,00-0,06 0,02 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,01 9 BUMBU - BUMBUAN 0,01 0,02 0,00 0,00 0,07 0,01 0,08-0,01 0,01-0,01 0,00 0,00 0,20 10 LEMAK DAN MINYAK 0,06 0,00 0,00 0,00 0,04-0,03 0,00-0,03 0,00 0,02 0,00 0,00 0,05 11 BAHAN MAKANAN LAINNYA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 II MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,06 0,00 0,06 0,04 0,00 0,05 0,00 0,02 0,00 0,55 0,00 0,00 0,77 1 MAKANAN JADI -0,18 0,00 0,06 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,63 0,00 0,00 0,54 2 MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0,14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,02 0,00-0,07 0,00 0,00 0,14 3 TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 III PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0,09 0,00 0,06 0,00 0,01 0,00 0,11 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,28 1 BIAYA TEMPAT TINGGAL 0,09 0,00 0,06-0,06 0,00 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,20 BAHAN BAKAR, PENERANGAN 2 DAN AIR 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA -0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,03 Indikator Makro Kabupaten Subang Jumlah

54 Lampiran 4 PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 0,03 0,00 0,00 0,06 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,12 IV SANDANG 0,01 0,00 0,00-0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 1 SANDANG LAKI-LAKI 0,00 0,00 0,01-0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 SANDANG WANITA 0,02 0,00-0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 3 SANDANG ANAK-ANAK 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 BARANG PRIBADI DAN SANDANG 4 LAIN -0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,01 V KESEHATAN -0,08 0,00-0,03 0,01 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,08 1 JASA KESEHATAN -0,05 0,00-0,03 0,00 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,05 2 OBAT-OBATAN -0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,05 3 JASA PERAWATAN JASMANI 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 4 PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 VI PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA -0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,26 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,24 1 PENDIDIKAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,26 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,26 2 KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 REKREASI -0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,02 5 OLAHRAGA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 VII TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0,07 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 1 TRANSPOR 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,01 2 KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN -0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,01 SARANA DAN PENUNJANG 3 TRANSPOR 0,07 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 4 JASA KEUANGAN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Indikator Makro Kabupaten Subang

55 Lampiran LAMPIRAN 2.1. PERSENTASE PENGELUARAN KONSUMSI MENURUT JENIS PENGELUARAN TAHUN Pengeluaran Konsumsi Tahun (1) (2) (3) (4) Padi-padian Umbi-umbian Ikan/cumi/kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi Lainnya Makanan/Minuman jadi Tembakau dan Sirih Konsumsi Makanan Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Pakaian Barang tahan lama Pajak, pungutan dan asuransi Keperluan Pesta dan Upacara Konsumsi Non Makanan Konsumsi Makanan dan Non makanan Indikator Makro Kabupaten Subang

56 Lampiran LAMPIRAN 2.2. JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN PENGELUARAN DAN TIPE WILAYAH TAHUN 2011 No. Golongan Pengeluaran Tipe Wilayah Pegunungan Pedataran Pesisir Kab. Subang (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 < Juta Jumlah Indikator Makro Kabupaten Subang

57 Lampiran LAMPIRAN 2.3. PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN PENGELUARAN DAN TIPE WILAYAH TAHUN 2011 No. Golongan Pengeluaran Wilayah Pegunungan Pedataran Pesisir Kab. Subang (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 < Juta Total Indikator Makro Kabupaten Subang

58 Lampiran LAMPIRAN 2.4. JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN PENGELUARAN DAN TIPE WILAYAH TAHUN 2012 No. Golongan Pengeluaran Wilayah Pegunungan Pedataran Pesisir Kab. Subang (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 < Juta Jumlah Indikator Makro Kabupaten Subang

59 Lampiran LAMPIRAN 2.5. PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN PENGELUARAN DAN TIPE WILAYAH TAHUN 2012 No. Golongan Pengeluaran Wilayah Pegunungan Pedataran Pesisir Kab. Subang (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 < Juta Total Indikator Makro Kabupaten Subang

60 Lampiran LAMPIRAN 2.6. PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN PENGELUARAN DAN TIPE DAERAH TAHUN 2011 No. Golongan Pengeluaran Tipe Daerah Kota Desa Kota + desa (1) (2) (3) (4) (5) 1 < Juta Total Indikator Makro Kabupaten Subang

61 Lampiran LAMPIRAN 2.7. PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN PENGELUARAN DAN TIPE DAERAH TAHUN 2012 Tipe Daerah No. Golongan Pengeluaran Kota Desa Kota + desa (1) (2) (3) (4) (5) 1 < Juta Total Indikator Makro Kabupaten Subang

62 Lampiran LAMPIRAN 2.8. JUMLAH PENDUDUK MENURUT PEKERJAAN DAN TIPE DAERAH TAHUN 2012 Tipe Daerah No. Jenis Pekerjaan Kota Desa Kota + desa (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian tanaman padi & palawija 2 Holtikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan dan pertanian lainnya 7 Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan gas Konstruksi/bangunan Perdagangan Hotel dan rumah makan Transportasi dan pergudangan Informasi dan konstruksi Keuangan dan asuransi Jasa pendidikan Jasa kesehatan Jasa Kemasyarakatan, pem dan perorangan 19 Lainnya Total Indikator Makro Kabupaten Subang

63 Lampiran LAMPIRAN 2.9. PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MENURUT PEKERJAAN DAN TIPE DAERAH TAHUN 2012 Tipe Daerah No. Jenis Pekerjaan Kota Desa Kota + desa (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian tanaman padi & palawija 2 Holtikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan dan pertanian lainnya Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan gas Konstruksi/bangunan Perdagangan Hotel dan rumah makan Transportasi dan pergudangan Informasi dan konstruksi Keuangan dan asuransi Jasa pendidikan Jasa kesehatan Jasa Kemasyarakatan, pem dan perorangan 19 Lainnya Total Indikator Makro Kabupaten Subang

64 Lampiran LAMPIRAN JUMLAH PENDUDUK MENURUT PEKERJAAN DAN KATEGORI WILAYAH TAHUN 2012 Kategori Wilayah No. Jenis Pekerjaan Pegunungan Pedataran Pesisir (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian tanaman padi & palawija 2 Holtikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan dan pertanian lainnya 7 Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan gas Konstruksi/bangunan Perdagangan Hotel dan rumah makan Transportasi dan pergudangan Informasi dan konstruksi Keuangan dan asuransi Jasa pendidikan Jasa kesehatan Jasa Kemasyarakatan, pem dan perorangan 19 Lainnya Total Indikator Makro Kabupaten Subang

65 Lampiran LAMPIRAN PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MENURUT PEKERJAAN DAN KATEGORI WILAYAH TAHUN 2012 Kategori Wilayah No. Jenis Pekerjaan Pegunungan Pedataran Pesisir (1) (2) (3) (4) (5) 1 Pertanian tanaman padi & palawija 2 Holtikultura Perkebunan Perikanan Peternakan Kehutanan dan pertanian lainnya 7 Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan gas Konstruksi/bangunan Perdagangan Hotel dan rumah makan Transportasi dan pergudangan Informasi dan konstruksi Keuangan dan asuransi Jasa pendidikan Jasa kesehatan Jasa Kemasyarakatan, pem dan perorangan 19 Lainnya Total Indikator Makro Kabupaten Subang

66 Data Mencerdaskan Bangsa BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SUBANG Jl. Aipda KS. Tubun No. 12 Subang Bps3213@mailhost.bps.go.id

I. PENJELASAN UMUM. bahan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya

I. PENJELASAN UMUM. bahan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya I. PENJELASAN UMUM Perencanaan yang akurat sangat diperlukan Pemerintah Daerah untuk bahan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukan. Dengan adanya pergeseran perencanaan pembangunan ke Pemerintah Daerah,

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 02/02/33/79/Th.XVI, 1 FEBRUARI 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TASIKMALAYA JANUARI 2013 JANUARI 2013 KOTA TASIKMALAYA INFLASI 1,15 PERSEN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR OKTOBER PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor September sebesar 0,09 persen Inflasi pada bulan September di Kota Bogor relatif cukup rendah yakni hanya

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR JUNI 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Bulan Mei 2016 sebesar 0,37 persen Setelah pada April 2016 di Kota Bogor mengalami deflasi yang cukup rendah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR MARET 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Kota Bogor Alami Deflasi bulan Februari 2016 sebesar 0.02 persen Setelah pada Januari 2016 di Kota Bogor mengalami inflasi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR MARET 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor Februari 2017 sebesar 0,34 persen Februari 2017 Kota Bogor masih mengalami kenaikan harga sehingga secara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,25 PERSEN September 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 127,19 di Bulan Agustus 2016 menjadi 127,51

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN INFLASI KOTA BOGOR APRIL SEBESAR 0,07 PERSEN MEI Kota Bogor masih mengalami kenaikan harga sehingga secara umum masih terjadi kenaikan

Lebih terperinci

METODOLOGI. 2.1 Penyusunan Paket Komoditas dan Diagram Timbang IHK. Kabupaten Subang adalah Kota Tasikmalaya yang telah memiliki

METODOLOGI. 2.1 Penyusunan Paket Komoditas dan Diagram Timbang IHK. Kabupaten Subang adalah Kota Tasikmalaya yang telah memiliki II. METODOLOGI 2.1 enyusunan aket Komoditas dan Diagram Timbang. 1. Kota yang akan dijadikan sebagai rujukan dalam penghitungan Kabupaten Subang adalah Kota Tasikmalaya yang telah memiliki diagram timbang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/09/Th. XVII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2015 INFLASI 0,82 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,82

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 DEFLASI 0,03 PERSEN Pada Februari 2016 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 07/1107/TH.III, 1 Agustus PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI INFLASI 0,41 PERSEN Pada bulan Juli di Kota Meulaboh terjadi inflasi sebesar 0,41 persen, di Kota Banda Aceh terjadi inflasi

Lebih terperinci

KATALOG BPS NO

KATALOG BPS NO KATALOG BPS NO. 7102004.8104 KATALOG BPS NO. 7102004.8104 INFLASI KABUPATEN BURU TAHUN 2015 Katalog BPS : 7102004.8104 Nomor Publikasi : 81044.1302 Ukuran Buku : 21 x 14.8 cm Jumlah Halaman : vi + 43 halaman

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,37 PERSEN Desember 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 128,32 di Bulan November 2016 menjadi 128,80

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi Kota Bogor bulan Desember 2015 sebesar 1,86 persen Bulan Desember 2014 di Kota Bogor terjadi inflasi sebesar 1,86

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/10/Th. XVII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0,38 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,38

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 19/3373/4/10/15/Th.VII, 6 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN SEPTEMBER 2015 DEFLASI 0,16 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,90 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,90 PERSEN BPS KOTA TEGAL 7 Juli 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2017 INFLASI 0,90 PERSEN di Kota Tegal terjadi Inflasi sebesar 0,90 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 01/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2015 MAMUJU INFLASI 1,70 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 03/08/Th. XVII, 3 AGUSTUS 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2015 INFLASI 0,81 PERSEN Pada Juli 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,81

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/07/Th. XVII, 1 JULI 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 INFLASI 0,43 PERSEN Pada Juni 2015 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,43 persen

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN OKTOBER 2015 DEFLASI 0,18 PERSEN

BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN OKTOBER 2015 DEFLASI 0,18 PERSEN BPS KABUPATEN KENDAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KABUPATEN KENDAL BULAN OKTOBER 2015 DEFLASI 0,18 PERSEN Bulan Oktober 2015 di Kabupaten Kendal terjadi deflasi 0,18 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/01/Th. XVII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2014 DEFLASI 0,80 PERSEN Pada 2014 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,80 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 2 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 INFLASI 0,26 PERSEN Pada September 2017 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2017 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,13 PERSEN April 2017 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 129,93 di Bulan Maret 2017 menjadi 130,10 di Bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 19/3373/4/10/16/Th.VIII, 5 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,10 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,32 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,32 PERSEN BPS KOTA TEGAL 3 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,32 PERSEN di Kota Tegal terjadi inflasi sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 12/33/09/Th.III, 10 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN BOYOLALI Bulan November 2016 Inflasi 0,67 persen Pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 15/04/TH.XIX, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,26 persen, Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,19 persen, dan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Februari 2015 sebesar 0.14 persen Bulan Februari 2015 di Kota Bogor terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 61/11/76/Th. X, 1 November 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 MAMUJU DEFLASI 0,17 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,06 PERSEN Oktober 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 127,51 di Bulan September 2016 menjadi 127,59 di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/11/Th. XVII, 2 November 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2015 DEFLASI 0,32 PERSEN Pada 2015 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar 0,32 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 09/3373/4/05/16/Th.VIII, 10 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN APRIL 2016 DEFLASI 0,49 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 02/74/32/ThXIX, 2 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2017 KOTA CIREBON INFLASI 0,43 PERSEN Pada Februari 2017 Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,43 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 4 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN Pada Agustus 2017 di Kota Bekasi terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA No. 06/07/2103/Th. IV, 03 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI RANAI BULAN JUNI INFLASI 0,58 PERSEN Pada Bulan di Ranai terjadi inflasi sebesar 0,58 persen.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA No. 10/14/2103/Th.III, 03 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN NATUNA BULAN OKTOBER DEFLASI -0,25 PERSEN Pada Bulan Oktober di Kabupaten

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN PEMALANG

BPS KABUPATEN PEMALANG BPS KABUPATEN PEMALANG No. 05/04/3327/Th.IV, 16 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI PEMALANG BULAN MARET 2016 INFLASI 0,46 PERSEN Pada di Pemalang terjadi inflasi sebesar 0,46 persen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 01/09/32/78/Th.XIX, 2 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2017 KOTA TASIKMALAYA INFLASI 0,24 PERSEN Bulan 2017 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 1/5/3312/Th 217, Mei 217 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN APRIL 217 SEBESAR,9% Bulan April 217, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi sebesar,9

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 12/74/32/ThXVIII, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 KOTA CIREBON INFLASI 0,06 PERSEN Pada Desember 2016 Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,06 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 INFLASI 0,27 PERSEN Pada Desember 2016 di Kota Bekasi terjadi Inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI DI KOTA SRAGEN Bulan Januari 2017 Inflasi 1,10 persen

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI DI KOTA SRAGEN Bulan Januari 2017 Inflasi 1,10 persen KERJASAMA BPS DAN BAPPEDA KABUPATEN SRAGEN No. 01/II/2017, 3 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI DI KOTA SRAGEN Inflasi 1,10 persen di Kota Sragen terjadi inflasi sebesar 1,10 persen

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Agustus 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Juli 2015 sebesar 0.49 persen Bulan Juli 2015 di kota Bogor terjadi inflasi sebesar 0.49

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 01/33/10/Th.IV, 10 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI KABUPATEN BOYOLALI Bulan Desember 2016 Inflasi 0,23 persen Pada bulan Desember

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR Februari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN Inflasi/Deflasi Kota Bogor bulan Januari 2015 sebesar -1,17 persen Bulan Januari 2015 di Kota Bogor terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET DEFLASI 0,06 PERSEN Pada bulan Maret di Kota Meulaboh terjadi deflasi sebesar 0,06 persen, di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,15 persen dan di

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER BANTEN INFLASI 0,11 PERSEN Mengakhiri tahun harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara

Lebih terperinci

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Di Kabupaten Kendal Bulan April 2017 INFLASI 0,16 Persen Bulan April 2017 di Kabupaten Kendal terjadi inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 INFLASI 0,37 PERSEN Pada Januari 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Oktober 2017, Mamuju Deflasi 0,48 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JULI 2016 INFLASI 1,52 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JULI 2016 INFLASI 1,52 PERSEN BPS KOTA TEGAL 2 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JULI 2016 INFLASI 1,52 PERSEN di Kota Tegal terjadi inflasi sebesar 1,52 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 43/08/TH.XVIII, 1 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,22 persen, Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,15 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 11/3373/4/06/16/Th.VIII, 6 Juni 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MEI 2016 TERCATAT INFLASI 0,11 PERSEN Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 1/6/3312/Th 217, Juni 217 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN MEI 217 SEBESAR,42% Bulan Mei 217, Kabupaten Wonogiri mengalami inflasi sebesar,42

Lebih terperinci

Maret 2016 IHK Karawang mengalami peningkatan indeks. IHK dari 125,30 di Bulan Februari 2016 menjadi 125,65 di Bulan Maret 2016. Dengan demikian, terjadi inflasi sebesar 0,28 persen. Laju inflasi tahun

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN BPS KOTA TEGAL 4 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,07 PERSEN di Kota Tegal terjadi inflasi sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN MARET 2016 INFLASI 0,32 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN MARET 2016 INFLASI 0,32 PERSEN BPS KOTA TEGAL 03 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN MARET 2016 INFLASI 0,32 PERSEN di Kota Tegal terjadi inflasi sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2017 INFLASI 0.07 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2017 INFLASI 0.07 PERSEN No.1/10/3504/Th.XVII, 3 Oktober 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN TULUNGAGUNG SEPTEMBER 2017 INFLASI 0.07 PERSEN Pada bulan 2017 Kabupaten Tulungagung mengalami Inflasi sebesar 0.07 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 18/05/TH.XIX, 2 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 1,09 persen, Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,39 persen, dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 16/04/91 Th. VIII, 01 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan Maret 2014, Kota Manokwari mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 50/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama Agustus 2015, Deflasi Sebesar 0,75 Persen Dari 82 kota pantauan secara nasional, 59 kota mengalami inflasi sedangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VIII, 01 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN Pada Bulan Maret 2017 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA No. 02/03/2103/Th.IV, 03 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI RANAI BULAN FEBRUARI DEFLASI 0,48 PERSEN Pada Bulan Februari di Ranai terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA No. 08/09/2103/Th. IV, 03 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI RANAI BULAN AGUSTUS DEFLASI 0,27 PERSEN Pada Bulan di Ranai terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 47/10/TH.XVIII, 1 Oktober PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,36 persen, Kota Lhokseumawe inflasi sebesar 0,22 persen,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 6/11/76/Th. IX, November 015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 015 MAMUJU INFLASI 0,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 8 kota di Indonesia

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen BPS KOTA TEGAL Tegal, 4 Maret BULAN FEBRUARI KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen - Pada bulan Februari Kota Tegal terjadi inflasi 0,79 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47, sedikit lebih

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,66 PERSEN

BPS KOTA TEGAL PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,66 PERSEN BPS KOTA TEGAL 12 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA TEGAL BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,66 PERSEN yang bertepatan dengan Bulan Ramadlan, di Kota Tegal terjadi inflasi sebesar 0,66

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,47 PERSEN Juli 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 126,69 di Bulan Juni 2016 menjadi 127,29 di Bulan Juli

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN PEMALANG

BPS KABUPATEN PEMALANG BPS KABUPATEN PEMALANG No. 01/02/3327/Th.IV, 15 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DI PEMALANG BULAN JANUARI 2016 INFLASI 0,48 PERSEN Pada di Pemalang terjadi inflasi sebesar 0,48

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,26 PERSEN Pada September 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 01/3373/4/01/17/Th.IX, 5 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,20 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 05/02/36/Th.VIII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2014 BANTEN INFLASI 1,23 PERSEN Mengawali tahun harga barang-barang/jasa kebutuhan pokok masyarakat di Banten secara

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 03/03/32/78/Th.XIX, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2016 KOTA TASIKMALAYA DEFLASI 0,31 PERSEN Bulan Februari 2016 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 47/11/TH.XIX, 1 Nopember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi deflasi sebesar 0,02 persen, Kota Lhokseumawe inflasi sebesar 0,22 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI ACEH No. 11/03/TH.XIX, 1 Maret PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,02 persen, Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0,13 persen, dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 INFLASI 0,23 PERSEN Pada Maret 2017 di Kota Bekasi terjadi Inflasi sebesar 0,23

Lebih terperinci

Januari 2016 IHK Karawang mengalami peningkatan indeks. IHK dari 124,29 di Bulan Desember 2015 menjadi 125,35 di Bulan Januari 2016. Dengan demikian, terjadi inflasi sebesar 0,85 persen. Laju inflasi tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 38/07/76/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 MAMUJU INFLASI 0,95 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BEKASI No. 01/12/Th. XVII, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 INFLASI 0,26 PERSEN Pada Juli 2016 di Kota Bekasi terjadi inflasi sebesar 0,26

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN BERITA RESMI STATISTIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 05/3373/4/03/17/Th.IX, 2 Maret 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN FEBRUARI 2017 INFLASI 0,43 Bulan di Kota Salatiga terjadi inflasi sebesar 0,43 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 16/03/76/Th. IX, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2015 MAMUJU DEFLASI -1,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

http.//sragenkab.bps.go.id

http.//sragenkab.bps.go.id Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi di Kota Sragen Maret 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SRAGEN BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SRAGEN No. 15/03/3314/Th.X, 1 April 2016

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 24/05/72/Th.XVIII, 04 Mei 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama April 2015, Inflasi Sebesar 0,37 Persen Dari 82 kota pantauan secara nasional, 72 kota mengalami inflasi sedangkan 10

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 09/3373/4/05/17/Th.IX, 4 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,22 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 06/02/76/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2016 MAMUJU DEFLASI -0,06 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 01/03/3312/Th 2017, Maret 2017 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN FEBRUARI 2017 SEBESAR 0,47% Bulan Februari 2017, Kabupaten Wonogiri mengalami

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA TASIKMALAYA No. 05/05/32/78/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2016 KOTA TASIKMALAYA DEFLASI 0,32 PERSEN Bulan April 2016 Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 03/3373/4/02/17/Th.IX, 3 Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN JANUARI 2017 INFLASI 1,09 Bulan di Kota Salatiga terjadi inflasi sebesar 1,09 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 01/04/62/Th. IX, 1 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan Maret 2015 di Kota Palangka Raya terjadi deflasi sebesar 0,25 persen. Laju inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 07/74/32/ThXVIII, 1 Agustus 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2016 KOTA CIREBON INFLASI 0,24 PERSEN Pada Juli 2016 Kota Cirebon mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dengan Indeks

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA No. 11/3373/4/06/13/Th.V, 04 Juni 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MEI 2013 DEFLASI 0,07 PERSEN Pada bulan di Kota Salatiga tercatat bahwa perkembangan harga kebutuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 07/3373/4/04/16/Th.VIII, 5 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN MARET 2016 INFLASI 0,37 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada bulan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I No. 1/4/3312/Th 217, April 217 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN MARET 217 SEBESAR -,27% Bulan Maret 217, Kabupaten Wonogiri mengalami deflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN 01/01/73/Th. XVIII, 1 Januari 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI DESEMBER KOTA MAKASSAR INFLASI SEBESAR 0,84 PERSEN Pada ember, di Kota Makassar terjadi inflasi

Lebih terperinci