PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT PADA PROSES FAT LIQUORING
|
|
- Yanti Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT PADA PROSES FAT LIQUORING TERHADAP MUTU FISIK FUR KELINCI (THE EFFECT OF SULPHITED FISH OIL PRESENT ON FAT LIQUORING PROCESS TO PHYSICAL QUALITY OF RABBIT FUR) Dian Nurdiansyah Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di PD. Putra Setra, Garut dan Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, Yogyakarta mulai tanggal 15 Maret sampai 19 April Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan minyak ikan tersulfit terbaik pada proses fat liquoring terhadap mutu fisik fur kelinci. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam (Anava) dan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Sebanyak 20 lembar kulit awet garaman kelinci peranakan New Zealand White dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan bobot kulit. Perlakuan yang diberikan adalah penggunaan minyak ikan tersulfit sebanyak 2% dari bobot kulit (P1), 4% minyak ikan tersulfit (P2), 6% minyak ikan tersulfit (P3), 8% minyak ikan tersulfit (P4), dan 10% minyak ikan tersulfit (P5) pada proses fat liquoring. Variabel yang diamati adalah kekuatan tarik, kemuluran, dan ketahanan sobek kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggunaan minyak ikan tersulfit pada proses fat liquoring memberikan pengaruh terhadap mutu fisik fur kelinci. Penggunaan minyak ikan tersulfit sebanyak 6% menghasilkan mutu fisik fur kelinci terbaik: kekuatan tarik 168,95 kg/cm 2, kemuluran 47,51%, dan ketahanan sobek 19,06 kg/cm. Kata kunci: minyak ikan tersulfit, fat liquoring, fur ABSTRACT This research was performed in PD. Putra Setra, Garut and Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, Yogyakarta from 15 th March until 19 th April The objectives of the research were to know best dosage of sulphited fish oil present on fat liquoring process to physical quality of rabbit fur. The research used experimental method is Randomized Block Design (RAK). The data were analyzed by Analysis of variance (Anava) and followed by Duncan's Multiple Range Test. A total of 20 pieces of New Zealand White crossbred rabbit skin which durable of salt were divided into four groups based on skin weight. The treatment given is the use of 2% sulphited fish oil based on the skin weight (P1), 4% sulphited fish oil (P2), 6% sulphited fish oil (P3), 8% sulphited fish oil (P4), and 10% sulphited fish oil (P5) on fat liquoring process. The observed variables which measured are tensile strength, elongation, and tear resistance of the leather. The results showed that use level of sulphited fish oil on fat liquoring process give influence on the physical quality of rabbit fur. The use of 6% sulphited fish oil produces the best physical quality of rabbit fur: 168,95 kg/cm 2 of tensile strength, 47,51% of elongation, and 19,06 kg/cm of tear resistance. Key words: sulphited fish oil, fat liquoring, fur PENDAHULUAN Kulit berbulu yang telah mengalami proses penyamakan disebut fur, biasanya digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan barang-barang kerajinan kulit, interior mobil, aksesoris rambut, tas, sepatu, boneka, topi, gantungan kunci, dan mantel bulu. Kebutuhan akan kulit dan produkproduknya meningkat karena selera masyarakat terhadap produk kulit dan jumlah penduduk yang terus meningkat. Kulit menjadi salah satu komoditas ekspor non-migas yang berpotensi dalam menghasilkan devisa negara, jika ditinjau dari produk fur ternyata memiliki pasar tersendiri di antaranya Eropa, Rusia, China, Amerika Utara, dan Asia Utara, yang memiliki nilai jual tinggi. Sumbangan produk fur yang berasal dari ternak kambing dan domba di Indonesia masih rendah (Raharjo dan Thahir, 2002). Kelinci merupakan salah satu ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan karena dapat berkembang biak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif cepat. Beberapa jenis di antaranya dapat menghasilkan fur yang indah, menarik, dan berpotensi ekspor. Penyamakan kulit bulu sama dengan penyamakan kulit-kulit lainnya kecuali epidermis berikut bulu tidak dibuang, jadi tidak dilakukan pengapuran karena kapur akan merusak epidermis (Mann, 1980). Setelah selesai penyamakan, kulit samak yang masih basah belum dapat dipakai sebelum melalui proses penyelesaian (Judoamidjojo, 1974).
2 Kulit samak yang tidak diberi minyak akan menjadi keras dan kaku setelah dikeringkan. Penambahan lemak atau minyak dimaksudkan untuk membuat kulit lebih lemas dan tahan air. Bila serat yang telah tersamak dilumas oleh minyak atau lemak, maka seratserat akan mudah bergeseran dan kulit menjadi lebih lemas (Mann, 1980). Kulit yang disamak krom pada umumnya serat-seratnya lebih rapat, sehingga keadaannya menjadi kering dan kaku. Oleh karena itu perlu dilakukan peminyakan supaya lebih lemas dan lebih luwes (Purnomo, 1991). Tingkat kualitas fisik kulit salah satunya dipengaruhi oleh faktor pemberian minyak dalam proses akhir penyamakan. Mengingat terdapatnya kandungan lemak netral yaitu trigliserida dalam minyak yang diberikan akan berpengaruh terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit (Hadi, 1985). Jumlah minyak yang tepat serta emulgator yang benar menentukan kualitas fat liquoring (Mann, 1980). Konsentrasi yang kurang tepat akan menyebabkan kekuatan fisik kulit menurun (O Flaherty, dkk., 1978). Minyak tersulfit lebih stabil dalam larutan elektrolit daripada dalam bentuk tersulfatasi. Emulsi yang terbentuk lebih stabil pada media asam, air sadah, bahkan pada bahan penyamak krom (Irsal, dkk., 2010). Minyak sulfit menghasilkan suatu efek fat liquoring lebih lembut dibandingkan minyak sulfat atau minyak sulfonasi (Fandriawati, dkk., 2010). Komposisi protein serabut-serabut dalam kulit akan berpengaruh terhadap kekuatan fisik kulit samak, yaitu daya regang dan kekuatan tarik kulit. Makin tinggi kekuatan tarik, maka makin rendah kemulurannya atau sebaliknya (Kanagy, 1977). Putusnya serabut kolagen akan mengurangi kemampuan kulit menahan beban tarikan, sehingga kekuatan tarik turun tetapi nilai kemuluran naik (Roddy, 1978). Semakin rendah jumlah serat kulit yang dilapisi oleh emulsi minyak akan menghasilkan nilai kemuluran kulit yang rendah atau sebaliknya (Oetojo, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat penggunaan minyak ikan tersulfit pada proses fat liquoring terhadap mutu fisik fur kelinci serta mengetahui jumlah penggunaan minyak ikan tersulfit yang tepat sehingga dihasilkan fur kelinci yang memiliki mutu fisik terbaik. BAHAN DAN METODE Kulit Kelinci Penelitian ini menggunakan 20 lembar kulit kelinci peranakan New Zealand White jantan yang telah diawetkan dengan penggaraman kering. Bobot kulit berkisar gram. Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan pada penelitian yaitu Sandozin NIL, anti jamur, Formalin, Soda abu, garam, Asam formiat (HCOOH), Asam sulfat (H 2 SO 4 ), Chromosal B, Soda kue (NaHCO 3 ), Basyntan DLX, dan minyak ikan tersulfit (Derminol SPE). Prosedur penelitian mengacu pada metode penyamakan kulit yang dilakukan oleh Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik (BBKKP) tahun Perendaman (Soaking) Kulit di aduk bersama 400% air, 0,5% Sandozin NIL, dan 0,1% anti jamur selama 1 jam kemudian direndam selama semalam. Penguatan Bulu (Furtightening) Kulit di aduk bersama 200% air dan 2% Formalin selama 1 jam, lalu ditambahkan 0,5% Soda abu yang telah diencerkan dengan air (1:10) dan di aduk selama 30 menit. Pengasaman (Pickling) Kulit di aduk bersama 100% air dan 12% garam selama 10 menit, lalu ditambahkan 1% Asam formiat encer (1:10) dan di aduk selama 30 menit. Kemudian 1,5% Asam sulfat encer (1:10) ditambahkan secara bertahap 3 kali pemberian tiap 15 menit sambil kulit di aduk sampai ph kulit mencapai 3,0-3,5. Penyamakan (Tanning) Kulit di aduk bersama 100% larutan pickling, dan 10% bahan penyamak Chromosal B selama 2 jam, lalu ditambahkan 1% Soda abu encer (1:10) dan di aduk selama 30 menit sampai ph kulit mencapai 3,8-4,2. Kulit digantung di atas papan kuda-kuda selama semalam. Netralisasi (Neutralization) Kulit di aduk bersama 200% air dan 2% Soda kue encer (1:10) selama 1 jam sampai ph kulit mencapai 5,5-6,0.
3 Kekuatan Tarik (kg/cm 2 ) Penyamakan Ulang (Retanning) Kulit di aduk bersama 200% air dan 4% Basyntan DLX selama 1 jam. Peminyakan (Fat Liquoring) Kulit dipisahkan satu sama lain. Masing-masing kulit di aduk bersama 200% air hangat (60 C) dan minyak ikan tersulfit (Derminol SPE) sebanyak 2%, 4%, 6%, 8% dan 10% selama 2 jam. Fiksasi (Fixation) Masing-masing kulit di aduk bersama 100% larutan fat liquoring dan 1% Asam formiat encer (1:10) selama 30 menit. Analisis Statistik Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Pengelompokan berdasarkan bobot kulit kelinci yaitu gram, gram, gram, dan gram, dengan 5 perlakuan tingkat penggunaan minyak ikan tersulfit (P 1 = 2%, P 2 = 4%, P 3 = 6%, P 4 = 8%, dan P 5 = 10%). Model persamaan yang digunakan (Gasperz, 2006), sebagai berikut: Y ij = μ + τ i + β j + ε ij Y ij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j μ = nilai tengah populasi = pengaruh perlakuan ke-i τ i β j ε ij = pengaruh kelompok ke-j = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada kelompok ke-j Untuk menguji perbedaan antar perlakuan, dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan (Gasperz, 2006). Variabel Pengamatan Pengamatan terhadap mutu fisik kulit mengacu pada Departemen Perindustrian (1990) mengenai cara uji kekuatan tarik dan kemuluran kulit (SNI ) dan cara uji kekuatan sobek kulit (SNI ). a. Kekuatan Tarik Kulit (kg/cm 2 ) Kekuatan tarik kulit adalah besarnya gaya maksimal yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus untuk tiap satuan luas kulit. G = Beban maksimal tarikan A = Luas penampang cuplikan b. Kemuluran Kulit (%) Kemuluran kulit adalah pertambahan panjang kulit pada saat ditarik sampai putus dibagi dengan panjang semula, dinyatakan dalam persen. L 0 = Panjang semula L 1 = Panjang waktu putus c. Ketahanan Sobek (kg/cm) Ketahanan sobek adalah banyaknya gaya maksimal yang diperlukan untuk menyebabkan cuplikan sampai sobek. G = Beban maksimal tarikan T = Tebal cuplikan HASIL DAN PEMBAHASAN Kekuatan Tarik Fur Kelinci Hasil Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan tarik fur kelinci. Gambaran hasil penelitian disajikan pada ilustrasi ,00 200,00 100,00 0,00 P1 P2 P3 P4 P5 Perlakuan Ilustrasi 1. Grafik Perlakuan Terhadap Kekuatan Tarik Fur Kelinci
4 Kemuluran (%) Nilai rata-rata kekuatan tarik kulit kelinci hasil penelitian berkisar 168,29 kg/cm 2 hingga 239,09 kg/cm 2. Nilai kekuatan tarik kulit tertinggi dihasilkan dari penggunaan 4% minyak ikan tersulfit (P2) sebesar 239,09 kg/cm 2, sedangkan nilai kekuatan tarik kulit terendah dihasilkan dari penggunaan 10% minyak ikan tersulfit (P5) sebesar 168,29 kg/cm 2. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Kekuatan Tarik Fur Kelinci Perlakuan Rata-rata Signifikansi 0,05 kg/cm 2 P2 239,09 a P1 215,14 ab P4 180,15 b P3 168,95 b P5 168,29 b Huruf kecil yang tidak sama ke arah vertikal pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa penggunaan 4% minyak ikan tersulfit (P2) = 239,09 kg/cm 2 tidak berbeda nyata dengan penggunaan 2% minyak ikan tersulfit (P1) = 215,14 kg/cm 2, tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P4 (180,15 kg/cm 2 ), P3 (168,95 kg/cm 2 ), dan P5 (168,29 kg/cm 2 ). Sedangkan antara P1, P4, P3, dan P5 satu sama lain tidak berbeda nyata. Penggunaan dosis minyak yang tinggi menghasilkan nilai kekuatan tarik kulit yang rendah. Semakin banyak minyak ikan tersulfit yang digunakan pada proses fat liquoring maka semakin banyak pula bagian permukaan serat kulit yang terlumasi minyak sehingga kulit menjadi lemas dan mudah diregangkan. Keadaan inilah yang menyebabkan ikatan serat kulit menjadi mengendur, sehingga kemampuan kulit dalam menahan beban tarikan semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan pendapat Kanagy (1977) yang menyatakan bahwa komposisi protein serabut-serabut dalam kulit akan berpengaruh terhadap kekuatan fisik kulit samak, yaitu daya regang dan kekuatan tarik kulit. Makin tinggi kekuatan tarik, maka makin rendah kemulurannya atau sebaliknya. Hal ini didukung oleh pendapat Roddy (1978) yang menyatakan bahwa putusnya serabut kolagen akan mengurangi kemampuan kulit menahan beban tarikan, sehingga kekuatan tarik turun tetapi nilai kemuluran naik. Mengingat belum adanya standar uji fisik kekuatan tarik fur kelinci, maka hasil penelitian mengacu pada SNI tentang Kulit Jaket Domba/Kambing. Persyaratan mutu fisik kekuatan tarik untuk bahan jaket dari kulit domba/kambing minimal 14 N/mm 2 atau 143 kg/cm 2. Berdasarkan nilai rata-rata kekuatan tarik perlakuan pada Tabel 1, semua perlakuan memenuhi persyaratan kekuatan tarik pada SNI tentang Kulit Jaket Domba/Kambing. Kemuluran Fur Kelinci Hasil Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kemuluran fur kelinci. Gambaran hasil penelitian disajikan pada ilustrasi 2. 60,00 40,00 20,00 0,00 P1 P2 P3 P4 P5 Perlakuan Ilustrasi 2. Grafik Perlakuan Terhadap Kemuluran Fur Kelinci Nilai rata-rata kemuluran kulit kelinci hasil penelitian berkisar 22,66% hingga 55,14%. Nilai kemuluran kulit tertinggi dihasilkan dari penggunaan 8% minyak ikan tersulfit (P4) sebesar 55,14%, sedangkan nilai kemuluran kulit terendah dihasilkan dari penggunaan 2% minyak ikan tersulfit (P1) sebesar 22,66%. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 2.
5 Ketahanan Sobek (kg/cm) Tabel 2. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Kemuluran Fur Kelinci Perlakuan Rata-rata Signifikansi 0,05 % P4 55,14 a P5 52,20 ab P3 47,51 ab P2 31,48 bc P1 22,66 c Huruf kecil yang tidak sama ke arah vertikal pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa penggunaan 8% minyak ikan tersulfit (P4) = 55,14%, 10% minyak ikan tersulfit (P5) = 52,2%, dan 6% minyak ikan tersulfit (P3) = 47,51% satu sama lain tidak berbeda nyata, tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P2 (31,48%) dan P1 (22,66%). Sedangkan antara P5, P3, dan P2 tidak berbeda nyata satu sama lain, demikian pula antara P2 dan P1. Penggunaan dosis minyak yang tinggi menghasilkan nilai kemuluran kulit yang tinggi pula. Semakin banyak minyak yang melumasi permukaan serat kulit maka kulit menjadi semakin fleksibel dan mudah dilekuklekukan sehingga nilai kemuluran kulit bertambah. Hal ini sejalan dengan pendapat Oetojo (1996) yang menyatakan bahwa semakin rendah jumlah serat kulit yang dilapisi oleh emulsi minyak akan menghasilkan nilai kemuluran kulit yang rendah atau sebaliknya. Demikian pula dengan pendapat Kanagy (1977) yang menyatakan bahwa makin tinggi kekuatan tarik, maka makin rendah kemulurannya atau sebaliknya. Persyaratan mutu fisik kemuluran untuk kulit domba/kambing bahan jaket maksimal 60%. Berdasarkan nilai rata-rata kemuluran perlakuan pada Tabel 2, semua perlakuan memenuhi persyaratan kemuluran pada SNI tentang Kulit Jaket Domba/ Kambing. Ketahanan Sobek Fur Kelinci Hasil Analisis Sidik Ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kekuatan sobek fur kelinci. Gambaran hasil penelitian disajikan pada ilustrasi 3. 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 P1 P2 P3 P4 P5 Ilustrasi 3. Grafik Perlakuan Terhadap Ketahanan Sobek Fur Kelinci Nilai rata-rata ketahanan sobek kulit kelinci hasil penelitian berkisar 10,78 kg/cm hingga 19,63 kg/cm. Nilai ketahanan sobek kulit tertinggi dihasilkan dari penggunaan 8% minyak ikan tersulfit (P4) sebesar 19,63 kg/cm, sedangkan nilai ketahanan sobek kulit terendah dihasilkan dari penggunaan 2% minyak ikan tersulfit (P1) sebesar 10,78 kg/cm. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Ketahanan Sobek Fur Kelinci Perlakuan Rata-rata Signifikansi 0,05 kg/cm Perlakuan P4 19,63 a P3 19,06 a P5 15,79 ab P2 11,31 b P1 10,78 b Huruf kecil yang tidak sama ke arah vertikal pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata Berdasarkan Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa penggunaan 8% minyak ikan tersulfit (P4) = 19,63 kg/cm, 6% minyak ikan tersulfit (P3) = 19,06 kg/cm, dan 10% minyak ikan tersulfit (P5) = 15,79 kg/cm satu sama lain tidak berbeda nyata, tetapi nyata lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan 4% minyak ikan tersulfit (P2) = 11,31 kg/cm dan 2% minyak ikan tersulfit (P1) = 10,78 kg/cm. Sedangkan antara P5, P2, dan P1 tidak berbeda nyata satu sama lain. Penggunaan dosis minyak yang tepat dapat menghasilkan nilai ketahanan sobek
6 kulit yang tinggi. Penggunaan 6-10% minyak ikan tersulfit cukup terpenetrasi kedalam kulit secara optimal sehingga proses fat liquoring berjalan sempurna. Emulsi minyak mampu melapisi serat kulit dengan baik, sehingga serat-serat kulit tersamak menjadi kompak dan kulit tidak mudah sobek. Hal ini sejalan dengan pendapat Untari, dkk., (1995) bahwa besarnya kekuatan sobek menunjukkan derajat kestabilan antara bahan penyamak dengan lapisan kulit. Demikian pula dengan pendapat O Flaherty, dkk., (1978) yang menyatakan bahwa konsentrasi yang kurang tepat akan menyebabkan kekuatan fisik kulit menurun. Persyaratan mutu fisik ketahanan sobek untuk kulit domba/kambing bahan jaket minimal 12,5 N/mm atau 12,7 kg/cm. Berdasarkan nilai rata-rata ketahanan sobek perlakuan pada Tabel 3, maka P3, P4, dan P5 memenuhi persyaratan ketahanan sobek pada SNI tentang Kulit Jaket Domba/ Kambing. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan minyak ikan tersulfit pada proses fat liquoring memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu fisik fur kelinci. Penggunaan minyak ikan tersulfit sebanyak 6% dari bobot kulit mampu menghasilkan mutu fisik fur kelinci terbaik (kekuatan tarik 168,95 kg/cm 2, kemuluran 47,51%, dan ketahanan sobek 19,06 kg/cm). DAFTAR PUSTAKA Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik Pedoman Pengawetan Kulit Mentah. Kanisius, Yogyakarta. Departemen Perindustrian. 1990a. Cara Uji Kekuatan Sobek Kulit dan Kekuatan Sobek Lapis Kulit. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta b. Cara Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta Kulit Jaket Domba/Kambing. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Fandriawati, D., V. Krissandra, dan H. Indriyani Presentasi Teknik Pembuatan Fatliquor [online]. Tersedia: /definisi-fatliquor. [22 Agustus 2011] Gaspersz, V Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Cetakan ke- III. Tarsito, Bandung. Hadi Pengetahuan Bahan dan Obat Penyamakan Kulit. Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, Yogyakarta. Irsal, Chichi, dan Ratna Klasifikasi Fatliquor [online]. Tersedia: kasi-fatliquor-new. [17 Juni 2012] Judoamidjojo, R.M Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, IPB, Bogor. Kanagy, J.R Physical and Performance Properties of Leather. Robert E. Krieger Publishing Company Huntington, New York. Mann, I Teknik Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Diterjemahkan oleh Judoamidjojo.Angkasa, Bandung. Oetojo, B Penggunaan Campuran Kuning Telur dan Putih Telur Untuk Peminyakan Kulit. Majalah Barang Kulit, Karet, dan Plastik. 12 (24): O Flaherty, F., W.T. Roddy, and R.M. Lollar The Chemistry and Technology of Leather. Vol. I. Reinhold Publishing Co., New York. Purnomo, E Penyamakan Kulit Reptil. Kanisius, Yogyakarta. Raharjo, Y.C. dan R. Thahir Kulit-Bulu Kelinci Eksotis, Sebuah Peluang Bisnis yang Menarik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor. Roddy, W.T Histology of Animal Skin. Robert E. Krieger Publishing Company Huntington, New York. Untari, S., M. Lutfie, dan Dadang Pengaruh Pelarut Lemak di Dalam Proses Pelarutan Lemak Pada Penyamakan Kulit Itik Ditinjau Dari Sifat Fisiknya. Jurnal Nusantara Kimia. 10 (1.2).
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN MINYAK DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Fatliquoring with Material and Oil Concentration on Quality
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING
KAJIAN PEMANFAATAN LEMAK AYAM RAS PEDAGING DAN MINYAK KELAPA SEBAGAI BAHAN PERMINYAKAN KULIT SAMAK KAMBING (Study of broiler fat and coconut oil as material fatliquoring the quality of goat tanning leather)
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK
PENGARUH LAMA PERENDAMAN DENGAN ENZIM PAPAIN PADA PROSES BATING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Long Soaking with Papain Enzyme on Bating Process to Quality
Lebih terperinciPERBEDAAN KONSENTRASI MIMOSA PADA PROSES PENYAMAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
PERBEDAAN KONSENTRASI MIMOSA PADA PROSES PENYAMAKAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN KIMIA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) The Difference Concentration of Mimosa in Tanning Process on Physical and Chemical
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN MINYAK IKAN TERSULFIT TERHADAP NILAI KELEMASAN DAN KUALITAS KULIT IKAN PARI MONDOL (Himantura gerardi) TERSAMAK
Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Saintek Perikanan Vol.12 No.1 : 24-29, Agustus 2016 PENGARUH PENGGUNAAN
Lebih terperinciPENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK
PENGARUH JENIS BAHAN PENYAMAK TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA TERSAMAK Maya Astrida 1), Latif Sahubawa 1), Ustadi 1) Abstract Tanning agent influenced to leather quality and the influence is difference
Lebih terperinciKUALITAS KULIT SARUNG TANGAN GOLF DARI KULIT DOMBA PRIANGAN YANG BERASAL DARI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN GARUT
KUALITAS KULIT SARUNG TANGAN GOLF DARI KULIT DOMBA PRIANGAN YANG BERASAL DARI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT DI KABUPATEN GARUT Jajang Gumilar, Wendry S. Putranto, dan Eka Wulandari Fakultas Peternakan Unpad.
Lebih terperincireversible yaitu kulit awetan harus dapat dikembalikan seperti keadaan semula (segar). Untari, (1999), mengemukakan bahwa mikro organisme yang ada pad
METODA PENGAWETAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX DENGAN CARA PENGGARAMAN KERING (DRY SALTING) ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Berbagai metoda pengawetan
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK
PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK ZULQOYAH LAYLA DAN SITI AMINAH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor RINGKASAN Kulit mentah diantaranya
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN
PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT CRUST DOMBA PRIANGAN Jajang Gumilar, Wendri S. Putranto, Eka Wulandari Fakultas Peternakan
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT JADI (LEATHER) DOMBA GARUT
PENGARUH PENGGUNAAN ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) DAN ASAM FORMIAT (HCOOH) PADA PROSES PIKEL TERHADAP KUALITAS KULIT JADI (LEATHER) DOMBA GARUT Jajang Gumilar, Wendri S. Putranto, Eka Wulandari Fakultas Peternakan
Lebih terperinciJajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2005, VOLUME 5 NOMOR 2, (70 74) Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) pada Proses Pikel terhadap Kualitas Kulit (The Effects of Sulfuric Acid (H 2 SO
Lebih terperinciTINGKAT PENGGUNAAN BAHAN SAMAK CHROME PADA KULIT KELINCI SAMAK BULU DITINJAU DARI KEKUATAN SOBEK, KEKUATAN JAHIT, PENYERAPAN AIR DAN ORGANOLEPTIK
TINGKAT PENGGUNAAN BAHAN SAMAK CHROME PADA KULIT KELINCI SAMAK BULU DITINJAU DARI KEKUATAN SOBEK, KEKUATAN JAHIT, PENYERAPAN AIR DAN ORGANOLEPTIK The Use Level of Chrome Tannage For Rabbit Fur Leather
Lebih terperinciALUR PROSES PENYAMAKAN
PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK
KAJIAN PENGGUNAAN BAHAN PENYAMAK NABATI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS FISIK KULIT KAKAP MERAH TERSAMAK Oleh: Melawati Susanti 1), Latif Sahubawa 1), Iwan Yusuf 1), Abstrak Kulit ikan kakap merah mempunyai
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,
PENYAMAKAN KULIT Suatu kegiatan untuk mengubah kulit yang sifatnya labil menjadi kulit yang sifatnya stabil, yaitu dengan cara menghilangkan komponen-komponen yang ada didalam kulit yang tidak bermanfaat
Lebih terperinciJajang Gumilar, Wendri S. Putranto, Eka Wulandari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjran
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2010, VOL. 10 NO. 1, 1-6 Pengaruh Penggunaan Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) dan Asam Formiat (H COOH) pada Proses Pikel terhadap Kualitas Kulit Jadi (Leather) Domba Garut (The Effect
Lebih terperinciPERBEDAAN KUALITAS KULIT KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DAN PERANAKAN BOOR(PB) YANG DISAMAK KROM
PERBEDAAN KUALITAS KULIT KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DAN PERANAKAN BOOR(PB) YANG DISAMAK KROM Mustakim, Aris SW. dan A.P. Kurniawan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya ABSTRAK
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH MINYAK TERHADAP SIFAT FISIS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UNTUK BAGIAN ATAS SEPATU
PENGARUH JUMLAH MINYAK TERHADAP SIFAT FISIS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) UNTUK BAGIAN ATAS SEPATU ( THE INFLUENCE OF FATLIQUOR AMOUNTS ON PHYSICAL CHARACTERISTICS OF NILA SKIN (Oreochromis niloticus)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan baku utama dan bahan pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel dan
Lebih terperinciD. Teknik Penyamakan Kulit Ikan
D. Teknik Penyamakan Kulit Ikan 1. Teknik Pengawetan Kulit mentah adalah kulit yang didapat dari hewan dan sudah dilepas dari tubuhnya (Anonim, 1996a). Kulit segar yang baru lepas dari tubuh hewan mudah
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8
KARAKTERISTIK PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN GAMBIR PADA ph 4 DAN 8 (Characteristics of Tanning Leather Using Gambir on ph 4 and 8) Ardinal 1, Anwar Kasim 2 dan Sri Mutiar 3 1 Baristand Industri Padang,
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA
Volume 5 No. 3 Oktober 2017 PENYAMAKAN KULIT IKAN PARI (DASYATIS SP.) DALAM PEMBUATAN PRODUK VAS BUNGA Khaeriyah Nur, Fahrullah, Selfin Tala dan Nur Asia Ibrahim khaeryahnur@gmail.com FAKULTAS PETERNAKAN,
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI NATRIUM PERKARBONAT DAN JUMLAH AIR PADA PENYAMAKAN KULIT SAMOA TERHADAP MUTU KULIT SAMOA
Jurnal Teknologi Industri Pertanian (1):1-9 (1) Ono Suparno dan Eko Wahyudi PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM PERKARBONAT DAN JUMLAH AIR PADA PENYAMAKAN KULIT SAMOA TERHADAP MUTU KULIT SAMOA THE EFFECTS OF
Lebih terperinciPENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT ADE KOMALASARI
1 PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcalifer) DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT ADE KOMALASARI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK
101 Full Paper Abstract PENGARUH KONSENTRASI MIMOSA TERHADAP SIFAT FISIK KULIT IKAN PARI TERSAMAK THE INFLUENCE OF MIMOSA CONCENTRATIONS ON THE PHYSICAL PROPERTIES OF TANNED STINGRAY LEATHER Ruth Y. Situmorang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Komoditas kulit digolongkan menjadi dua golongan yaitu : (1) kulit yang berasal dari binatang besar (hide) seperti kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN JENIS ASAM PADA PROSES PICKLE TERHADAP KUALITAS KIMIA KULIT KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE
PENGARUH PENGGUNAAN JENIS ASAM PADA PROSES PICKLE TERHADAP KUALITAS KIMIA KULIT KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE USE EFFECT OF TYPE ACID ON THE PICKLE PROCESSING ON CHEMICAL QUALITY FROM THE SKINS OF
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR Sarah Mayang Surgawi, Wendry Setyadi Putranto, dan Kusmajadi Suradi Fakultas
Lebih terperinciTEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM
Temu Teknis FungsionalNon Peneliti 2001 TEKNIK PENYAMAKAN KULIT BULU KELINCI REX DENGAN BAHAN PENYAMAK KHROM R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Kulit mentah dapat
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI TERHADAP MUTU KIMIAWI KULIT KAMBING SKRIPSI. Oleh : JASRI HELSON
PENGARUH PEMBERIAN GAMBIR SEBAGAI BAHAN PENYAMAK NABATI TERHADAP MUTU KIMIAWI KULIT KAMBING SKRIPSI Oleh : JASRI HELSON 07 163 003 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011 KATA PENGANTAR Puji dan syukur
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK
PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK The Effect of Natural Binder on the Proses Finishing of Skin Tanning to Quality of
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.
KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) SAHID MAS WIJAYA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis) ABDUL HALIM
KARAKTERISTIK KULIT CEKER AYAM YANG DISAMAK DENGAN KOMBINASI KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis) ABDUL HALIM DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciJurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): ISSN:
Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XV (2): 62-67 ISSN: 0853-6384 Full Paper PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oreochromis sp.) DENGAN PERLAKUAN PEMUCATAN (BLEACHING) MENGGUNAKAN PEROKSIDA TANNNING FOR FISH SKIN
Lebih terperinciPENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit
BAB IV PENGGUNAAN AIR PADA INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 4.1. Sumber Air Yang Digunakan Pada Industri Penyamakan Kulit Air yang digunakan pada industri penyamakan kulit biasanya didapat dari sumber : air sungai,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Keamanan dan Mutu Pangan Universitas Brawijaya Malang. Penelitian
Lebih terperinciEVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch
EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerupuk adalah bahan cemilan bertekstur kering, memiliki rasa yang enak dan renyah sehingga dapat membangkitkan selera makan serta disukai oleh semua lapisan masyarakat.
Lebih terperinciJajang Gumilar. Key word: salty, blotten, wet blue, leather area
Judul Hubungan Antara Berat Kuilt Domba Garaman, Berat Blotten dan Berat Wet Blue dengan Luas Kulit Jadi Nama Penulis Jajang Gumilar, S.Pt.,MM. Alamat Penulis Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran,
Lebih terperinciPENENTUAN KONSENTRASI KROM DAN GAMBIR PADA PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus albacore) JONATHAN PURBA
PENENTUAN KONSENTRASI KROM DAN GAMBIR PADA PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus albacore) JONATHAN PURBA DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciJurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2009, Hal Vol. 4, No. 1 ISSN :
PENGARUH PENGGUNAAN KUNING TELUR AYAM RAS DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEMULURAN, PENYERAPAN AIR DAN KEKUATAN JAHIT KULIT CAKAR AYAM PEDAGING SAMAK KOMBINASI (KROM-NABATI) The Effect
Lebih terperinciPENENTUAN WAKTU OKSIDASI UNTUK PROSES PENYAMAKAN KULIT SAMOA DENGAN MINYAK BIJI KARET DAN OKSIDATOR NATRIUM HIPOKLORIT*
PENENTUAN WAKTU OKSIDASI UNTUK PROSES PENYAMAKAN KULIT SAMOA DENGAN MINYAK BIJI KARET DAN OKSIDATOR NATRIUM HIPOKLORIT* Ono Suparno*, Irfina Febianti Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BERAT KULIT KAMBING GARAMAN DAN BERAT BLOTEN DENGAN LUAS KULIT PIKEL
1 HUBUNGAN ANTARA BERAT KULIT KAMBING GARAMAN DAN BERAT BLOTEN DENGAN LUAS KULIT PIKEL Abstract Jajang Gumilar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: jgumilar@unpad.ac.id The aims of this
Lebih terperinciJurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :
PENGARUH PRESENTASE KUNING TELUR ITIK DAN ASAM FORMIAT DALAM PROSES PEMINYAKAN TERHAAP KEKUATAN FISIK KULIT AYAM PEDAGING SAMAK KHROM Effect of Ducks Yolk and Formic Acid in Fat Liquoring Process on the
Lebih terperinciPENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat
PENDAHULUAN LatarBelakang Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat sebanyak 2.298.864 sapi potong, 175.741 kerbau, 2.790.472 kambing dan 1.299.455 domba. Dari angka itu diperkirakan
Lebih terperinciKAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG
KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,
Lebih terperinciPengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos
Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Yuli Astuti Hidayati, Eulis Tanti Marlina, Tb.Benito A.K, Ellin Harlia 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciB. Struktur Kulit Ikan
B. Struktur Kulit Ikan 1. Struktur Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh hewan yang merupakan suatu kerangka luar dan tempat bulu hewan tumbuh atau tempat melekatnya sisik (Sunarto, 2001). Kulit tidak
Lebih terperinciPROSES PEMINYAKAN (FATLIQUORING) PADA PROSES PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp) UNTUK BAHAN BAGIAN ATAS SEPATU ANDRIAN SAPUTRA
PROSES PEMINYAKAN (FATLIQUORING) PADA PROSES PENYAMAKAN KULIT IKAN TUNA (Thunnus sp) UNTUK BAHAN BAGIAN ATAS SEPATU ANDRIAN SAPUTRA DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG
PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG PROPOSAL SKRIPSI OLEH : TANYA WIJAYA 6103006040 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciPENGARUH PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT
PENGARUH PENYAMAKAN KHROM KULIT IKAN KAKAP PUTIH DIKOMBINASI DENGAN EKSTRAK BIJI PINANG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK KULIT Chrome Tanning Leather of Giant Sea Perch Combined with Seed Extract Areca Nut
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu. Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit kambing pikel
Lebih terperinciBATIK KULIT DAN PRODUK BARANG-BARANG BATIK KULIT SEBAGAI PRODUK BERCIRI INDONESIA
BATIK KULIT DAN PRODUK BARANG-BARANG BATIK KULIT SEBAGAI PRODUK BERCIRI INDONESIA 1,2 & 3 Staf Pengajar. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Alamat Korespondensi
Lebih terperinciPengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro
Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro (Influence of using Urea in pod cacao amoniation for dry matter and organic digestibility
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciJ. Peng. & Biotek. Hasil Pi. Vol. 5 No. 3 Th Hasil Penelitian ISSN :
MINYAK BIJI ANGGUR SEBAGAI BAHAN PEMINYAKAN PADA PROSES PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) TERHADAP KUALITAS FISIK Grapeseed Oil as Fatliquoring Materials on Physical Quality of Tilapia
Lebih terperinciPerbedaan Kualitas Kulit Samak Dari Berbagai Provenans Akasia (Acacia mangium Willd) dan Kepekatan
Perbedaan Kualitas Kulit Samak Dari Berbagai Provenans Akasia (Acacia mangium Willd) dan Kepekatan Oleh : Panji Probo Saktianggi, Kasmudjo, Rini Pujiarti 1 )Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan
Lebih terperinciPengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)
Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN
PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN S.M. Hadi Saputra, Sri Minarti, dan M.Junus Jurusan Produksi
Lebih terperinciMateri-1. PENGANTAR Manik-manik
Materi-1. PENGANTAR Manik-manik JENIS IKAN PARI DENGAN KULIT PUNGGUNG YANG MEMILIKI MANIK-MANIK DAN MUTIARA I. PENDAHULUAN A. POTENSI PERIKANAN LAUT 1. POTENSI LESTARI (MSY) = 6,4 JUTA TON/THN. 2. POTENSI
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung
11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung Hidroponik dengan Media Perendaman dan Penggunaan Dosis Pupuk yang Berbeda sebagai Pakan Alternatif Ruminansia
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
BAB III PROSES PRODUKSI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 3.1. Industri Penyamakan Kulit Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah berbagai macam kulit mentah, kulit setengah jadi (kulit pikel, kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah Yang Diketengahkan Di Era persaingan pasar global yang sangat keras pada saat ini membuat ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang mengalami kemajuan pesat. Kemajuan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Relugan GT 50, minyak biji karet dan kulit domba pikel. Relugan GT adalah nama produk BASF yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kulit. 2.2 Proses Penyamakan (Kurst)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004
PENGARUH PROTEIN RANSUM PADA FASE PRODUKSI TELUR II (UMUR 52 64 MINGGU) TERHADAP KUALITAS TELUR TETAS DAN PERTUMBUHAN ANAK ITIK TEGAL SAMPAI UMUR SATU MINGGU (Effects of Protein Ratio a Phase II of Eggs
Lebih terperinciPENAMBAHAN ASAM SITRAT PADA PEMBUATAN TEPUNG PUTIH TELUR ITIK TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK ANGEL FOOD CAKE SKRIPSI
PENAMBAHAN ASAM SITRAT PADA PEMBUATAN TEPUNG PUTIH TELUR ITIK TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK ANGEL FOOD CAKE SKRIPSI DIAN APRIANDINI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciS) PADA PROSES PENGAPURAN TERHADAP UJI FISIK KULIT SAMAK IKAN BUNTAL (Arothon reticularis)
79 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XVII (2): 79-84 ISSN: 0853-6384 PENGARUH NATRIUM SULFIDA (Na 2 S) PADA PROSES PENGAPURAN TERHADAP UJI FISIK KULIT SAMAK IKAN BUNTAL (Arothon reticularis) THE EFFECT
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni
BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe dalam Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni Agustus 2016 di kandang Fakultas Peternakan
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER
PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This research was conducted to investigate
Lebih terperinciPengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707
Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707 Dede Risnajati 1 1Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Bandung Raya Jalan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini
Lebih terperinciBAB III PROSES PRODUKSI KULIT
11 BAB III PROSES PRODUKSI KULIT 3.1 Proses Produksi Selama magang penulis mengikuti secara langsung kegiatan proses dan melakukan beberapa percobaan dengan beberapa side kulit, tetapi dalam hal ini penulis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat bulu binatang itu tumbuh. Ensiklopedia Indonesia menjelaskan bahwa kulit adalah lapisan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA
PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciUlangan 1 Ulangan 2 (%)
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik
Lebih terperinciMATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan
Lebih terperinciAfriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**
PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciPengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6 ISSN : 477-398 Pengaruh Buang Bulu Cara Painting Terhadap Sifat Fisis dan Morphologi Kulit Jaket Dona Rahmawati, Gresy Griyanitasari, Prayitno Besar
Lebih terperinciDIVERSIFIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN KULIT BULU KELINCI
DIVERSIFIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN KULIT BULU KELINCI SRI USMIATI, CHRISTINA WINARTI dan DJAJENG SUMANGAT Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No.
Lebih terperinciPENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI
PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI OLEH: ERLINDA ANDRIANI L. 6103006067 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
Lebih terperinciPENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS SKRIPSI
PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS SKRIPSI Oleh: Ivan Wibisono 6103006041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.
1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terhadap Awal Kebusukan Daging Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi daun salam sebagai perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK DENGAN KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK KULIT BUAH SALAK (Salacca Edulis Reinw) YUSUF JAFAR RIZALI
KARAKTERISTIK KULIT KAKI AYAM YANG DISAMAK DENGAN KROM DAN MIMOSA SERTA EKSTRAK KULIT BUAH SALAK (Salacca Edulis Reinw) YUSUF JAFAR RIZALI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciMulai. Pembersihan batang pisang. Pencacahan batang pisang. Penimbangan. pemasakan serat batang pisang. Penambahan NaOH 10%
27 Lampiran 1. Flow Chart Prosedur Penelitian Mulai Pembersihan batang pisang Sampah kertas 0%, 10%, 20%, 30%, 40% 50% dari massa seluruh bahan baku Perendaman 15 menit dan dihancurkan Pencacahan batang
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,
Lebih terperinciPENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 97-101 (2002) Komunikasi (Communication) PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method
Lebih terperinciSIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI
SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI OLEH: MARCELIA LEMBONO 6103008014 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan
IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi
Lebih terperinciKajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing
Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2013 Vol 15 (1) ISSN 1907-1760 Kajian Penambahan Gambir sebagai Bahan Penyamak Nabati terhadap Mutu Kimiawi Kulit Kambing Study of Gambier Addition as Vegetable Tanner
Lebih terperinciPadang, Maret Putri Lina Oktaviani
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Substitusi Tepung Keluwih (Artocarpus camansi)
Lebih terperinciMETODE. Waktu dan Tempat
14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
Lebih terperinciPENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oerochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT KAYU TINGI (Ceriops tagal) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK ULANG
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENYAMAKAN KULIT IKAN NILA (Oerochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK KULIT KAYU TINGI (Ceriops tagal) SEBAGAI BAHAN PENYAMAK
Lebih terperinciPENGGUNAAN KAYU SECANG (Caesalpinia sappan) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI RAPID DALAM PEWARNAAN KULIT SAMAK IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Jurnal Saintek Perikanan Vol.11 No.1 :34-40, Agustus 2015 PENGGUNAAN
Lebih terperinci