AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN
|
|
- Susanto Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 42 DAMPAK PENGHAPUSAN KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) TERHADAP PERILAKU USAHATANI PADI DAN PERDAGANGAN BERAS DI INDONESIA: SUATU SIMULASI Oleh: Budiyanto 1) ABSTRACT Rice is one of the staple foods for the Indonesian people, therefore, the Indonesian government s intervention on the rice market through HPP is considered essential. However, such a policy has been criticized by many experts, so if the policy is deregulated, what s the effect of such deregulation on the pady-rice farming practices and rice trade in Indonesia. This article analized the time series data from 1981 to 2005 by using the econometrics model that was formulated into a simultaneous equation. The prediction from the model showed that some variables of the paddy-rice farming practices and the rice trade decreased, but such a decrease was relatively small, namely less than 1%. Key words : HPP, pady-rice farming, rice trading PENDAHULUAN Panganmerupakankebutuhan dasar yang pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda, karena itu permasalahan pangan di berbagai negara meminta perhatian khusus dari bangsa tersebut. Indonesia, yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi pangan pokok beras, maka beras menjadi komoditas strategis politis dalam pembangunan bangsa. Pengalaman tahun 1966 dan 1998 menunjukkan bahwa goncangan politik dapat berubah menjadi krisis politik yang dasyat karena harga beras melonjak tinggi dalam waktu yang singkat (Suryana, Mardianto, Ikhsan, 2001). Selain dinilai sebagai komoditas strategis politis, Amang dan Sawit (1999) menyatakan bahwa beras bagi Indonesia menjadi komoditas unik tidak saja dilihat dari sisi produsen, konsumen, pemerintah tetapi juga pemanfaatan investasi yang dikeluarkan pemerintah. Berdasarkan karakteristik beras dan kondisi tersebut, pemerintah memang selalu dihadapkan pada posisi yang sulit. Di satu sisi pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas, dan di sisi lain juga harus memperhatikan (meningkatkan pendapatan) petani padi yang jumlahnya cukup besar (sekitar 21 juta rumahtangga). Melihat kelemahan dalam mekanisme pasar, sejak Orde Baru, pemerintah memandang perlu untuk melakukan intervensi pada pasar beras sehingga apabila terjadi gangguan di pasar tidak terlalu merugikan petani. Dalam rangka pengendalian harga beras, kebijakan harga dirumuskan dalam penetapan harga dasar atau harga pembelian pemerintah. Harga pembelian pemerintah ini hampir setiap tahun direvisi dengan alasan inflasi dan memperbaiki kesejahteraan petani. Di sisi lain, kebanyakan ekonom menganggap bahwa intervensi pemerintah untuk mestabilkan harga bukan suatu gagasan yang baik. Bahkan, ada ekonom yang melihat tak mungkin pemerintah bisa menstabilkan harga dalam suatu periode panjang (Ravallion, 1987 dalam Amang dan Sawit, 1999). Atau ada juga yang berfikir keuntungan sosial dari stabilisasi harga sangat kecil atau bahkan negatif. Selain tidak bermanfaat, beberapa pakar menyebutkan biaya kelembagaan (institutional cost) untuk melakukan pengendalian harga, termasuk korupsi dan kecenderungan yang kuat bahwa kebijakan pengendalian dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang memiliki hak istimewa (vested interest) untuk dapat 1 )Staf Pengajar Pada Fakultas PertanianUniversitas Haluoleo,Kendari. 42
2 43 menentukan harga lebih tinggi atau lebih rendah, jauh lebih besar daripada manfaat stabilisasi (Anderson dan Hayami, 1986 dalam Amang dan Sawit, 1999). Dalam tulisan ini dilakukan simulasi kebijakan jika pemerintah menghapus atau tidak menetapkan harga gabah pembelian pemerintah. Dengan kata lain, harga gabah dan beras dibiarkan sesuai mekanisme pasar tanpa campurtangan pemerintah. Tujuannya adalah untuk: (1) meramalkan dampak penghapusan kebijakan penetapan harga gabah pembelian pemerintah terhadap kinerja usahatani padi di Indonesia; (2) meramalkan dampak penghapusan kebijakan penetapan harga gabah pembelian pemerintah terhadap kinerja perdagangan beras di Indonesia. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS Spesifikasi Model Dalam studi ini dirumuskan model ekonometrika perilaku usahatani padi dan perdagangan beras yang merupakan persamaan simultan yang terdiri dari beberapa persamaan struktural dan persamaan identitas. Perilaku usahatani padi Perilaku usahatani padi dideskripsikan dengan persamaan produksi dan permintaan input pupuk. Model perilaku usahatani padi adalah sebagai berikut: 1. PROD = AP * PUP 2. AP = a 0 + a 1 HGPR + a 2 UTPR + a 3 HJPR + a 4 CHJ + a 5 T + a 6 LAP + e 1 3. PUP = b 0 + b 1 LHGPR + b 2 JPU + b 3 JPT + b 4 AIN + b 5 IRG + b 6 LPUP + e 2 4. JPU = c 0 + c 1 HPUR + c 2 HGPR + c 3 IRG + c 4 LJPU + e 3 5. JPT = d 0 + d 1 HPTR + d 2 HGPR + d 3 AIN + d 4 LJPT + e 4 keterangan: PROD = jumlah produksi padi/gabah (kg); AP = luas areal panen padi (ha); HGPR = harga gabah tingkat petani riil (Rp kg -1 ) (2000=100); HPUR = harga pupuk urea riil (Rpkg -1 ) (2000=100); UTPR = upah tenaga kerja di sektor pertanian riil (Rpha -1 ); HJPR = harga jagung tingkat petani riil (Rp kg -1 ) (2000=100); CHJ = Jumlah curah hujan (mmtahun -1 ); IRG = luas areal irigasi (ha); PUP = produktivitas usahatani padi (kgha -1 ); JPU = jumlah penggunaan pupuk urea (kgha -1 ); JPT = jumlah penggunaan pupuk TSP (kgha -1 ); HPTR= harga pupuk TSP riil (Rp kg -1 ) (2000=100); AIN= luas areal intensifikasi tanam-an padi (ha); LAP = luas areal panen padi tahun sebelumnya (ha); LPUP = produktivitas usahatani padi tahun sebelumnya (kgha -1 ); LJPU= jumlah penggunaan pupuk urea tahun sebelumnya (kgha -1 ); LJPT = jumlah penggunaan pupuk TSP tahun sebelumnya (kgha -1 ); LHGPR= harga gabah tingkat petani riil tahun t-1 (Rp kg -1 ); T= teknologi (trend waktu). Perdagangan beras Perdagangan beras dalam makalah ini digambarkan dengan persamaan penawaran beras, permintaan beras dan harga beras. Karena export beras tidak setiap tahun dilakukan oleh Indonesia, maka persamaan export tidak dideskripsikan. Model perilaku perdagangan beras disajikan sebagai berikut: 6. QB = 0.65 * (0.9 PROD) 7. MB = f 0 + f 1 HBR + f 2 NTR + f 3 POP + f 4 LPROD + f 6 LMB + e 4 8. SB = QB + MB XB 9. DB = g 0 + h 1 HBR + g 2 HJPR + g 3 PPK + g 4 POP + g 5 LDB + e HBR = h 0 + h 1 HPPR + h 2 QB + h 3 LHBR + e HGPR = j 0 + j 1 HBR + j 2 SB + j 3 LHGPR + e 8 keterangan: QB = jumlah produksi beras (kg); MB = jumlah impor beras (kg); HBWR = harga beras dunia riil (Rpkg -1 ); NTR = nilai tukar rupiah dengan US dolar (RpUS$ -1 ); TM = tarif impor (%); POP = jumlah penduduk (juta jiwa); LPROD = produksi padi tahun t-1 (kg); HBR = harga beras eceran riil (Rpkg -1 ) (2000=100); HPPR = harga gabah pembelian pemerintah riil (Rpkg -1 ) (2000=100); XB= jumlah expor beras (kg); SB = jumlah penawaran beras (kg); DB = jumlah permintaan beras (kg); PPK = pendapatan penduduk riil (Rp); LMB = jumlah impor beras tahun t-1(kg); LXB = jumlah expor beras tahun t-1 (kg); LDB = jumlah permintaan beras tahun
3 44 t-1(kg); LHBR = harga beras eceran riil tahun t-1 (Rpkg -1 ). Metode Pendugaan Model Pendugaan model dilakukan dengan metode 2SLS (Two Stage Least Squares) karena metode 2SLS cocok untuk persamaan simultan yang over identified, dapat digunakan pada jumlah sampel yang relatif sedikit dan tidak sensitif terhadap modifikasi (respesifikasi) model, baik untuk analisis struktural maupun untuk analisis simulasi dan peramalan. Pengolahan data dilakukan menggunakan program software komputer SAS versi 9.1. Simulasi Model Simulasi terutama ditujukan untuk keperluan analisis kebijakan historis (historical policy analysis). Analisis simulasi kebijakan yang dimaksud adalah untuk mengetahui dampak penghapusan kebijakan harga gabah pembelian pemerintah terhadap perilaku usahatani padi dan perdagangan beras di Indonesia. Skenario yang dilakukan adalah: (1) Menyamakan harga beras eceran sama dengan harga beras dunia. (2) Menyamakan nilai variabel harga gabah pembelian pemerintah pada persamaan sama dengan nol. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dan rentang waktu penelitian dari tahun 1981 sampai Data dalam Penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi terkait yaitu Biro Pusat Statistik (BPS), Badan Urusan Logistik (Bulog), dan Departemen Pertanian, dan beberapa publikasi seperti FAO (Food Agricultural Organization), IRRI (International Rice Research Institute) dan IMF (International Monetary Fund) serta publikasipublikasi lainnya dalam Kusumaningrum (2008). HASIL PENDUGAAN MODEL Perilaku Usahatani Padi Perilaku usahatani padi dalam hal ini dideskripsikan dengan persamaan produksi padi dan penggunaan pupuk dalam usahatani padi. Hasil estimasi parameter variabel persamaan struktural dalam model perilaku usahatani padi disajikan pada Tabel 1. Persamaan luas areal panen padi Tabel 1 menunjukkan bahwa respon luas areal panen padi berhubungan positif dengan harga gabah di tingkat petani, biaya tenaga kerja dalam usahatani, jumlah curah hujan, teknologi (trend waktu), luas areal panen tahun sebelumnya, dan memberikan respon negatif terhadap harga jagung di tingkat petani. Kecuali respon terhadap biaya tenaga kerja dalam usahatani, semua tanda respon tersebut sesuai harapan. Respon luas areal panen padi diduga berhubungan negatif dengan biaya tenaga kerja dalam usahatani, tetapi hasil estimasi menunjukkan respon positif. Walaupun secara statistik tidak signifikan pada α = 0.05 maupun 0.10; hal ini bisa berarti bahwa semakin meningkat biaya tenaga kerja dalam usahatani maka luas areal panen padi juga semakin meningkat. Dengan demikian dapat diduga bahwa semakin meningkatnya biaya tenaga kerja dalam usahatani selama ini tidak mengurangi keuntungan usahatani padi. Atau dengan kata lain, peningkatan biaya tenaga kerja dalam usahatani lebih kecil dari peningkatan penerimaan usahatani. Koefisien semua variabel penjelas pada persamaan luas areal panen padi, tidak signifikan pada α = 0.05 maupun 0.10; kecuali koefisien variabel luas areal panen tahun sebelumnya. Hal ini dapat diduga bahwa dalam penggunaan lahan sawah, berusahatani tanaman padi adalah yang paling menguntungkan dibanding peruntukan usahatani tanaman pangan lainnya. Elastisitas luas areal panen padi terhadap variabel penjelasnya, semuanya lebih kecil dari 1 (satu) atau inelastic, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
4 45 Tabel 1. Hasil estimasi parameter dan elastisitas variabel persamaan struktural dalam model perilaku usahatani padi Variabel Parameter t -hit Prob. t Elastisitas Jgk.Pendek Jgk.Panjang Persamaan Luas Areal Panen Padi Intersep Harga gabah di petani riil Biaya tenaga kerja riil Harga jagung di Petani riil Curah hujan Trend waktu Luas areal panen th. lalu Durbin-Watson F-Hitung R-Square Prob>F < Persamaan Produktivitas Usahatani Padi Intersep Harga gabah riil th. lalu Jmlh penggunaan urea Jmlh penggunaan TSP Luas areal intensifikasi Luas areal irigasi Produktivitas th. Lalu < Durbin-Watson F-Hitung R-Square Prob>F < Persamaan Jumlah Penggunaan Pupuk Urea Intersep Harga pupuk urea riil Harga gabah di petani riil Luas areal irigasi Penggunaan urea th. lalu Durbin-Watson F-Hitung R-Square Prob>F < Persamaan Jumlah Penggunaan Pupuk TSP Intersep Harga pupuk TSP riil Harga gabah di petani riil Luas areal intensifikasi 8.197E Penggunaan TSP th. lalu Durbin-Watson F-Hitung R-Square Prob>F < Persamaan produktivitas usahatani padi Hasil estimasi menunjukkan bahwa produktivitas usahatani padi memberikan respon positif terhadap harga gabah di tingkat petani, luas areal intensifikasi, luas areal irigasi, dan tingkat produktivitas tahun sebelumnya, tetapi memberikan respon negatif terhadap jumlah penggunaan pupuk urea dan TSP. Walaupun secara statistic tidak signifikan pada α = 0.05 maupun 0.10; hal ini bisa bisa diduga bahwa peningkatan dosis penggunaan pupuk urea maupun TSP per tidak lagi dapat meningkatkan
5 46 produktivitas usahatani padi. Seperti pada persamaan luas areal panen padi, elastisitas produksi usahatani padi terhadap variabel penjelasnya, semuanya juga lebih kecil dari 1 (satu) atau inelastic, baik jangka pendek maupun jangka panjang.kecuali koefisien variabel tingkat produktivitas tahun sebelumnya, koefisien semua variabel penjelas pada persamaan produktivitas usahatani padi, tidak signifikan pada α = 0.05 maupun Hal ini dapat diduga bahwa produktivitas usahatani padi lebih ditentukan oleh faktor teknologi. Persamaan jumlah penggunaan pupuk urea Hasil pendugaan parameter pada Tabel 1 diketahui bahwa jumlah penggunaan pupuk urea mempunyai hubungan negatif dengan harga pupuk urea. Sebaliknya, jumlah penggunaan pupuk urea berhubungan positif dengan harga gabah tingkat petani, luas areal irigasi, dan jumlah penggunaan pupuk urea tahun sebelumnya. Pada persamaan jumlah penggunaan pupuk urea, variabel harga pupuk urea dan harga gabah tingkat petani berpengaruh tidak nyata, sedangkan variabel luas areal irigasi berpengaruh nyata pada α = 0.10; dan koefisien jumlah penggunaan pupuk urea tahun sebelumnya berpengaruh nyata pada α = Dengan demikian jumlah penggunaan pupuk urea tidak responsif terhadap harga pupuk urea dan harga gabah tingkat petani, tetapi responsive (walaupun relatif kecil) terhadap luas areal irigasi, dengan elastisitas jangka pendek sebesar dan elastisitas jangka panjang sebesar Hal ini berarti bahwa kenaikkan luas areal irigasi sebesar satu persen akan meningkatkan penggunaan pupuk urea masing-masing persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Persamaan jumlah penggunaan pupuk TSP Harga pupuk TSP berhubungan negatif dengan jumlah penggunaan pupuk TSP tetapi tidak signifikan pada α = 0.05 maupun Sedangkan harga gabah di tingkat petani dan luas areal intensifikasi berhubungan positif, serta signifikan pada α = 0.10 dan 0.05; dengan jumlah penggunaan pupuk TSP. Begitu juga variabel jumlah penggunaan pupuk TSP tahun sebelumnya, berhubungan positif. Elastisitas jumlah penggunaan pupuk TSP terhadap harga gabah di tingkat petani, jangka pendek = dan jangka panjang = Hal ini berarti bahwa peningkatan harga gabah di tingkat petani sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk TSP sebesar persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Sedangkan elastisitas jumlah penggunaan pupuk TSP terhadap luas areal intensifikasi, jangka pendek = dan jangka panjang = Hal ini berarti bahwa peningkatan harga gabah di tingkat petani sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk TSP sebesar persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Perilaku Perdagangan Beras Perilaku perdagangan beras dalam hal ini digambarkan dengan persamaan penawaran beras, permintaan beras dan harga beras. Hasil estimasi parameter variabel persamaan structural dalam model perilaku perdagangan beras disajikan pada Tabel 2. Persamaan impor beras Secara statistik, jumlah impor beras Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh jumlah harga beras eceran, dan nilai tukar rupiah terhadap US$ pada taraf α < Variabel jumlah penduduk, jumlah produksi padi tahun sebelumnya, dan impor beras tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah impor beras. Elastisitas impor beras terhadap harga gabah beras eceran, jangka pendek = dan jangka panjang = , yang berarti bahwa peningkatan harga beras eceran sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah impor beras sebesar persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Sedangkan elastisitas jumlah impor beras terhadap nilai tukar rupiah, jangka pendek = dan jangka panjang = , yang berarti bahwa jika mata uang rupiah terdepresiasi sebesar sebesar satu persen maka
6 47 jumlah impor beras akan turun sebesar persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Persamaan permintan beras Estimasi parameter persamaan permintaan beras mempunyai hubungan negatif dengan harga beras eceran. Sebaliknya, permintaan beras berhubungan positif dengan harga jagung di tingkat petani, pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan jumlah permintaan beras tahun sebelumnya. Variabel harga beras eceran dan harga jagung berpengaruh nyata terhadap jumlah permintan beras, pada α = 0.05; sedangkan variabel pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan jumlah permintaan beras tahun sebelumnya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah permintan beras. Dengan demikian kenaikkan harga beras eceran satu persen akan menurunkan permintaan beras sebesar persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Kenaikan harga jagung sebesar satu persen akan meningkatkan permintaan beras sebesar persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Tabel 2. Hasil estimasi parameter dan elastisitas variabel persamaan struktural dalam model perilaku perdagangan beras Variabel Parameter t hit Prob. t Elastisitas Jgk.Pendek Jgk.Panjang Persamaan Jumlah Impor Beras Intersep -6.63E Harga beras eceran riil Nilai tukar rupiah Jumlah penduduk Produksi padi th. lalu Jmlh impor beras th. lalu Durbin-Watson F-Hitung 6.19 R-Square Prob>F Persamaan Jumlah Permintaan Beras Intersep E Harga beras eceran riil Harga jagung di petani riil Pendapatan penduduk 8.567E Jumlah penduduk Permintaan beras th. lalu Durbin-Watson F-Hitung R-Square Prob>F <0.0001
7 48 Tabel 2. Lanjutan Variabel Parameter t -hit Prob. t Elastisitas Jgk.Pendek Jgk.Panjang Persamaan Harga Beras Eceran Riil Intersep Hrg. pembel.pemrnth. Riil Produksi beras -1.91E Hrg. beras ecer riil th. lalu Durbin-Watson F-Hitung R-Square Prob>F < Persamaan Harga Gabah Tingkat Petani Riil Intersep Harga beras eceran riil Penawaran beras -2.53E Hrg gbah petani riil th. Lalu Durbin-Watson F-Hitung R-Square Prob>F < Persamaan harga beras eceran Harga gabah pembelian pemerintah berhubungan positif dengan harga beras eceran dan berpengaruh signifikan pada α = Sedangkan produksi beras dan harga beras eceran tahun sebelumnya berhubungan positif, serta tidak signifikan pada α = 0.05 maupun Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan harga gabah pembelian pemerintah sebesar satu persen akan meningkatkan harga beras eceran sebesar persen pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Persamaan harga gabah petani Hasil pendugaan parameter diketahui bahwa variabel harga beras eceran berpengaruh positif dan nyata dengan harga gabah di tingkat petani pada α = Sedangkan penawaran beras berpengaruh negatif dan nyata dengan harga gabah di tingkat petani pada α = Dengan demikian kenaikan harga beras eceran sebesar satu persen akan meningkatkan harga gabah di tingkat petani sebesar pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. Kenaikan penawaran beras sebesar satu persen akan menurunkan harga gabah di tingkat petani sebesar 0.858pada jangka pendek dan persen pada jangka panjang. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN Validasi Model Perilaku Usahatani Padi dan Perdagangan Beras Indonesia Sebelum melakukan alternatif simulasi kebijakan terlebih dahulu dilakukan validasi model untuk melihat apakah nilai dugaan sesuai dengan nilai aktual masing-masing peubah endogen (Pindyck dan Rubinfield, 1991). Hasil validasi model dengan menggunakan data periode 1981 sampai 2005 disajikan pada Tabel 3.
8 49 Tabel 3. Hasil validasi model perilaku produksi usahatani padi dan perdagangan beras di Indonesia tahun 1981 sampai 2005 Variabel RMSPE Bias Reg Dist Var Covar (UM) (UR) (UD) (US) (UC) Koef. U Produksi padi Luas areal panen padi Produktivitas padi Penggunaan pupuk urea Penggunaan pupuk TSP Produksi beras Impor beras Penawaran beras Permintaan beras Harga beras eceran Harga gabah petani Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 10 persamaan dalam model mempunyai nilai RMSPE lebih kecil dari 25 persen, dan hanya 1 persamaan yang mempunyai nilai RMSPE lebih besar dari 100 persen. Berdasarkan kriteria U- Theil s terdapat 10 persamaan dari 11 persamaan mempunyai nilai U lebih kecil dari 0.1; dan hanya terdapat 1 persamaan yang mempunyai nilai U = Dengan demikian jika dilihat secara keseluruhan, model ini cukup baik digunakan sebagai model pendugaan, dan dapat digunakan untuk simulasi alternatif kebijakan. Dampak Penghapusan Kebijakan Harga Gabah Pembelian Pemerintah Terhadap Perilaku Usahatani Padi dan Perdagangan Beras di Indonesia Dampak dihapuskannya kebijakan harga gabah pembelian pemerintah dalam hal ini disimulasikan dengan dua skenario, yaitu: (1) harga beras eceran sama dengan harga beras dunia, yang mana pemerintah tidak melakukan intervensi harga beras, (2) harga gabah pembelian pemerintah sama dengan 0 (nol). Hasil simulasi dampak dihapuskannya kebijakan harga gabah pembelian pemerintah terhadap perubahan nilai rata-rata variabel endogen disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil skenario pertama, yaitu menetapkan harga beras eceran sama dengan harga beras dunia lebih baik atau lebih logis dibandingkan dengan menetapkan variabel harga gabah pembelian pemerintah sama dengan nol. Tabel 4 menunjukkan pula bahwa dengan simulasi bahwa harga beras eceran sama dengan harga beras dunia, dampaknya terhadap variabel endogen tidak besar, kecuali variabel impor beras yang menurun sampai 66%. Dengan menyamakan harga beras eceran sama dengan harga beras dunia maka akan menurunkan luas areal panen dan produktivitas usahatani padi. Penurunan produksi padi secara langsung akan menurunkan produksi beras dan selanjutnya akan berdampak pada peningkatan jumlah impor beras Indonesia, karena permintaan beras naik, tetapi yang terjadi sebaliknya jumlah impor juga mengalami penurunan. Hal ini bisa terjadi karena kenaikan permintaan beras akan dipenuhi dari stok beras. Jika stok beras semakin berkurang, akan dilakukan impor dengan jumlah yang besar, akan menyebabkan kenaikan harga eceran beras. Kenaikan harga eceran beras akan berdampak pada kenaikan harga gabah di tingkat petani, dan selanjutnya akan meningkatkan luas areal panen dan produktivitas, sehingga produksi gabah dan beras akan meningkat kembali. Disisi perdagangan beras, dihapuskannya harga gabah pembelian pemerintah maka akan menurunkan penawaran beras dan harga gabah di tingkat petani, tetapi penurunan tersebut relatif kecil. Dengan penurunan harga gabah di tingkat petani maka akan menyebabkan permintaan beras akan meningkat.
9 50 Tabel 4. Dampak penghapusan kebijakan harga gabah pembelian pemerintah terhadap perilaku usahatani padi dan perdagangan beras di Indonesia tahun 1981 sampai 2005 Variabel Satuan Dasar Simulasi Perubahan (%) Harga beras eceran sama dengan harga beras dunia Produksi padi kg Luas areal panen padi ha Produktivitas padi kg/ha Penggunaan pupuk urea kg/ha Penggunaan pupuk TSP kg/ha Produksi beras kg Impor beras kg Penawaran beras kg Permintaan beras kg Harga gabah petani riil Rp/kg Harga gabah pembelian pemerintah sama dengan nol Produksi padi kg Luas areal panen padi ha Produktivitas padi kg/ha Penggunaan pupuk urea kg/ha Penggunaan pupuk TSP kg/ha Produksi beras kg Impor beras kg Penawaran beras kg Permintaan beras kg Harga beras eceran riil Rp/kg Harga gabah petani riil Rp/kg KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kajian disimpulkan bahwa: (1) Penghapusan kebijakan harga gabah pembelian pemerintah menurunkan nilai variabel-variabel usahatani padi, yaitu menurunkan: luas areal panen, produktivitas usahatani, jumlah penggunaan pupuk urea, dan jumlah penggunaan pupuk TSP per hektar, serta produksi padi. Walaupun demikian, penurunan variabel-variabel tersebut relatif kecil, dibawah 1%.(2) Penghapusan kebijakan harga gabah pembelian pemerintah menurunkan nilai variabel-variabel perdagangan beras, yaitu menurunkan : impor beras yang relatif besar. Penawaran beras dan harga gabah di tingkat petani turun relatif kecil. Tetapi penghapusan kebijakan harga gabah pembelian pemerintah meningkatkan permintaan beras yang relatif kecil juga. Berdasarkan hasil simulasi bahwa dengan dihapuskannya kebijakan harga gabah pembelian pemerintah yang mengakibatkan penurunan yang relatif kecil pada variabel-variabel usahatani padi dan perdagangan beras, maka disarankan agar tidak membebani pemerintah sebaiknya kebijakan tersebut dihapuskan saja. Dengan dihapuskannya kebijakan harga gabah pembelian pemerintah, yang berarti bahwa pemerintah mengurangi intervensinya di pasar beras, maka terbentuknya harga dan kuantitas beras di pasar akan lebih ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan beras. Jika harga beras turun maka petani akan mengusahakan komoditas yang lain, dan sebaliknya. Di sisi konsumen, jika harga
10 51 meningkat maka konsumen akan mengurangi permintaan beras. Konsumen akan mengganti bahan pangan pokoknya dengan bahan pangan pokok lain, seperti jagung atau ubi. Dengan demikian diversifikasi bahan pangan pokok akan terjadi dengan sendirinya, tanpa harus terus dikampanyekan, yang tidak membawa hasil. Selama harga beras relatif murah maka program diversifikasi pangan pokok tidak akan tercapai. DAFTAR PUSTAKA Amang, B Dampak Kebijakan Diversifikasi terhadap Produksi dan Konsumsi Pangan di Indonesia. Majalah Pangan, 1 (1): Amang, B. dan H. Sawit Kebijakan Beras dan Pangan Nasional: Pelajaran dari Orde Baru dan Era Reformasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Urusan Logistik Statistik Data Operasional Bulog. opr.htm. [15 Februari 2007] Biro Pusat Statistik Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Biro Pusat Statistik Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Departemen Pertanian Perumusan Kebijakan Harga Gabah dan Pupuk dalam Era Pasar Bebas. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Handewi, P. S. R. Dan Erwidodo Kajian Sistem Permintaan Pangan di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 13 (2): Hutauruk, J Analisis Kebijakan Harga Dasar Padi dan Subsidi Pupuk terhadap Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Indrawati, S. M Kebijaksanaan Harga dan Ketahanan Pangan Nasional. Di dalam: 30 Tahun Peranan Bulog dalam Ketahanan Pangan. Badan urusan Logistik, Jakarta. Intriligator, M. D Econometric Model, Techniques, and Applications. Prentice Hall Inc., New Jersey. Kariyasa, K Dampak Tarif Impor dan Kinerja Kebijakan Harga Dasar serta Implikasinya terhadap Daya Saing Beras Indonesia di Pasar Dunia. Analisis Kebijakan Pertanian, 1 (4) : Koutsoyiannis Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. The MacMillan Press Ltd., London. Marlian, A. H., S. Mardianto dan M. Ariani Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi, dan Harga Beras Serta Inflasi Bahan Makanan. Jurnal Agro Ekonomi, 22 (2): Nuryanti, S Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 23 (1): Pindyck, R. S. dan D. L. Rubinfeild Econometric Models and Economic Forcasts. Third Edition. McGarw-Hill Inc., New York. Ritonga, E Analisis Keefektifan Kebijakan Harga Dasar Beras. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suryana, A., J. Winoto, B. Krisnamurthi, dkk Bunga Rampai Ekonomi Beras. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.
IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM
DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan
Lebih terperinciV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran
Lebih terperinciKEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI
KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia. Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Situasi Penawaran dan permintaan Beras di Indonesia Kondisi penawaran dan permintaan beras di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan perkembangan komponen utamanya yaitu produksi,
Lebih terperinciBAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan
BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN 6.1 Validasi Model Simulasi Awal. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan simulasi model, validasi model dilakukan untuk melihat apakah
Lebih terperinciVI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN
VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN 6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam analisis ini adalah adanya kesesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI RIAU
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI RIAU Partini, Suardi Tarumun, Ermi Tety Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT The purpose of this research is
Lebih terperinciPENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG
PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (The Impacts of Government s Policies on Cassava Economic Stockhorders Welfare In Lampung Provience) Septaria
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA
66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM
DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan
Lebih terperinciVIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA DI INDONESIA FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF PEPPER IN INDONESIA
1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA DI INDONESIA FACTORS THAT INFLUENCE THE PRODUCTION OF PEPPER IN INDONESIA Hamdani 1), Ermi Tety 2), Eliza 2) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciIndonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)
Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN
Lebih terperinciIndonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)
Volume 6, Nomor 1, Juli 2015 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) ANALISIS RESPON PENAWARAN DAN PERMINTAAN KARET ALAM INDONESIA Agrippina Sinclair,* Djaimi Bakce,** dan Jum
Lebih terperinciSKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA RICE SELF-SUFFICIENCY POLICY SCENARIO IN INDONESIA ABSTRACT
HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013 ISSN: 0853-5167 SKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA RICE SELF-SUFFICIENCY POLICY SCENARIO IN INDONESIA Dwi Apriyanti Kumalasari 1). Nuhfil Hanani
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series
35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai 2010. Data dalam penelitian
Lebih terperinciVII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI
84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap
Lebih terperinciAdreng Purwoto, Handewi P.S. Rachman, dan Sri Hastuti Suhartini. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No.
KORELASI HARGA DAN DERAJAT INTEGRASI SPASIAL ANTARA PASAR DUNIA DAN PASAR DOMESTIK UNTUK KOMODITAS PANGAN DALAM ERA LIBERALISASI PERDAGANGAN (Kasus Provinsi Sulawesi Selatan) Adreng Purwoto, Handewi P.S.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Tarif Bawang Merah Sejak diberlakukannya perjanjian pertanian WTO, setiap negara yang tergabung sebagai anggota WTO harus semakin membuka pasarnya. Hambatan perdagangan
Lebih terperinciDAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
DAMPAK PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) PADI JAGUNG KEDELAI (PAJALE) PADA KOMODITAS PADI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR Rizki Gemala Busyra Fakultas Pertanian Universitas Batnghari Email
Lebih terperinciVII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN
VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi
Lebih terperinciMETODE ANALISIS HARGA PANGAN 1
METODE ANALISIS HARGA PANGAN 1 Handewi P.S. Rachman Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 Abstrak Harga dan kaitannya dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Riau. Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2007- Maret 2008. Kegiatannya meliputi penyusunan proposal,
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE
ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu
Lebih terperinciIX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan
Lebih terperinciDAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER
P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas
Lebih terperinciDept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)
ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan
Lebih terperinciAnalisis Penyebab Kenaikan Harga Beras
Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Ascarya Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Alkadri. 1999. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama 1969-1996. Jurnal Studi Indonesia, 9 (2): 1-13. www.psi.ut.ac.id/jsi/92alkadri Ascarya. 2002. Instrumen-Instrumen Pengendalian
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1
Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras bagi bangsa Indonesia dan negara-negara di Asia bukan hanya sekedar komoditas pangan atau
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN PERKEDELAIAN TERHADAP KINERJA EKONOMI KEDELAI DI INDONESIA
Habitat Volume XXV, No. 2, Bulan Agustus 2014 ISSN: 0853-5167 DAMPAK KEBIJAKAN PERKEDELAIAN TERHADAP KINERJA EKONOMI KEDELAI DI INDONESIA THE IMPACT OF SOYBEAN POLICY FOR SOYBEAN ECONOMICAL PERFORMANCE
Lebih terperinciDAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR
DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA BERAS SERTA INFLASI BAHAN MAKANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA BERAS SERTA INFLASI BAHAN MAKANAN A. Husni Malian, Sudi Mardianto dan Mewa Ariani Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi
Lebih terperinciVI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA
101 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan gula Indonesia dalam penelitian
Lebih terperinciseperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi
1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian memegang peranan penting dalam tatanan pembangunan nasional. Peran yang diberikan sektor pertanian antara
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara
III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan
Lebih terperinciKAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI
KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN HARGA BERAS DAN LUAS AREAL IRIGASI TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 91-106 91 DAMPAK KEBIJAKAN HARGA BERAS DAN LUAS AREAL IRIGASI TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA Dudi Septiadi 1, Harianto 2,
Lebih terperinciDisusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan
SIMULASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI System of Rice Intensification (SRI) - Non SRI (Studi Kasus di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan) Disusun Oleh: Wenny Mamilianti
Lebih terperinciVI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA
VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Boedi~mo Ekonomi Internasional. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, S. 1997. Revolusi Hijau dengan Swasembada Beras dan Jagung. Sekretariat Badan Pengendali Bimas. Departemen Pertanian Indonesia, Jakarta. Amang, B. dan M. Husein Sawit, 2001. Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian padi bagi Indonesia sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk, sementara
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah
15 II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai beras di Indonesia telah banyak dilakukan. Namun demikian, berikut disarikan beberapa temuan hasil penelitian yang terkait dengan konversi lahan sawah, ketersediaan
Lebih terperinciANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROPINSI JAMBI. Edison dan Pera Nurfathiyah
ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROPINSI JAMBI Edison dan Pera Nurfathiyah Staf pengajar program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Email: edison@yahoo.com Abstrak The rice
Lebih terperinciV. ANALISIS MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN
V. ANALISIS MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN 5.1. Analisis Umum Pendugaan Model Dalam proses spesifikasi, model yang digunakan dalam penelitian ini mengalami beberapa modifikasi karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah negara. Peran sektor pertanian sebagai penyedia bahan makanan utama merupakan peran strategis terkait
Lebih terperinciDAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
2004 Dwi Haryono Makalah Falsafah Sains (PPs-702) Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Nopember 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto
Lebih terperinciDAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYESUAIAN HPP GABAH
DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA PERTANIAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYESUAIAN HPP GABAH Ketut Kariyasa Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebiijakan Pertanian Jln. A. Yani No. 70 Bogor 16161
Lebih terperinci30 Dampak Revitalisasi Perkebunan pada Komoditas Kelapa Sawit terhadap Perekonomian Provinsi Jambi
DAMPAK REVITALISASI PERKEBUNAN PADA KOMODITAS KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI Rizki Gemala Busyra 1 Abstract In 2006 minister of agriculture policy, the Jambi province activities focused
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Serta Proyeksinya 5.1.1.1 Produksi Produksi rata - rata ubi kayu di sampai dengan tahun 2009 mencapai
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciVII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis
VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis simulasi beberapa alternatif kebijakan dengan tujuan untuk mengevaluasi perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi
Volume 17, Nomor 2, Hal. 01-08 Januari Juni 2015 ISSN:0852-8349 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI Ardhiyan Saputra Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciV. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model.
V. EVALUASI MODEL BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. Pembahasan dibedakan untuk masing-masing blok, yang terdiri dari: (1) blok makroekonomi, (2) blok deforestasi, dan (3) blok
Lebih terperinciPROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA
PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 1981-2006 Skripsi Ini Disusun Guna Melengkapi Syarat Sarjana Strata Satu Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan
Lebih terperinciVolume 3, Nomor 2, Desember 2012 Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)
Volume 3, Nomor 2, Desember 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KAKAO DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... i iv v vi vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciRib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167
Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciRib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167
Rib,, ti p., : ANALISIS ENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1 SERTAKECENDE RSI LAHAN SAWM Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOlMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciProduktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang,
Lampiran 1. Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang, 2004-2010 Tahun Semester Produktivitas Padi (ton/ha) Luas Panen (ha) Produksi Padi (ton) 2004 1 4.585 40.187 184257.4
Lebih terperinciMODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL
2002 Arief RM Akbar Posted 7 November, 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Oktober 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai kurun waktu 1976 Indonesia masih termasuk salah satu negara pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah kurun waktu tersebut,
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA BERAS SERTA INFLASI BAHAN MAKANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA BERAS SERTA INFLASI BAHAN MAKANAN A. Husni Malian, Sudi Mardianto dan Mewa Ariani Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri beras merupakan kebutuhan pokok paling penting dimasyarakat Indonesia. Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat
Lebih terperinciPENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D
PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN Oleh: M. Rondhi, Ph.D Standar Kompetensi Kompetensi dasar Metode Pembelajaran : Mahasiswa dapat menganalisis model simultan : 1. Mahasiswa menjelaskan contoh perekonomian
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN EKONOMl DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TER IADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA. Oleh : RASIDIN KARO-KARO SITEPU
DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMl DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TER IADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA Oleh : RASIDIN KARO-KARO SITEPU PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK RASIDIN
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA BERAS SERTA INFLASI BAHAN MAKANAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, KONSUMSI DAN HARGA BERAS SERTA INFLASI BAHAN MAKANAN A. Husni Malian, Sudi Mardianto dan Mewa Ariani Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah
III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan
Lebih terperinciDAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PUPUK TERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA WIDARTO RACHBINI
DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN PUPUK TERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA WIDARTO RACHBINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 Bacalah, dengan nama Tuhanmu
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA
V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
P r o s i d i n g 24 ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KINERJA MAKROEKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN M. Rizal Taufikurahman (1) (1) Program Studi Agribisnis Universitas Trilogi Jakarta
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia. beras. Perkembangan dari hal-hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia Kondisi permintaan dan penawaran beras di Indonesia dapat diidentifikasi berdasarkan perkembangan yang berkaitan dengan produksi, konsumsi,
Lebih terperinci