BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BABI PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa dan masyarakat Indonesia. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tanah harus dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Tanah bukan hanya sebagai tempat tinggal dan bercocok tanam, tapi juga mempunyai nilai historis, religius, politik dan keamanan. Tanah juga merupakan salah satu faktor dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, menjaga keutuhan dan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. BPN-RI sebagai lembaga pemerintah yang ditugaskan dalam bidang pertanahan menyadari betul, bahwa seluruh jajaran BPN-RI harus bekerja keras bahu membahu dengan instansi pemerintah lainnya baik pusat maupun daerah, agar amanat UUD Tahun 1945 "tanah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat" dapat segera terwujud. Sebagai upaya untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa tersebut, Badan Pertanahan Nasional telah menetapkan program-program strategis, antara lain: 1. Percepatan legalisasi aset tanah, antara lain melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA), sertipikasi lintas sektor yaitu Usaha Mikro dan Kecil (UKM), Petani, Nelayan, serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR); 2. Redistribusi Tanah, yang termasuk dalam program pelaksanaan Reforma Agraria; 3. Penertiban tanah terlantar; 4. Percepatan penanganan kasus pertanahan; dan 5. Optimalisasi pelaksanaan Larasita; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 1

2 Kelima program strategis ini dilaksanakan secara simultan bersama dengan program-program teknis BPN lainnya. Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan program strategis BPN tersebut dan dalam rangka Reformasi Birokrasi, pada awal tahun 2013 kepala BPN-RI telah mengeluarkan Instruksi Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1/Ins/II/2013 tentang Percepatan Pelaksanaan Program Strategis BPN-RI Tahun Melalui Instruksi No. 1 Tahun 2013 ini Kepala BPN menargetkan kepada seluruh Kepala Kantor Wilayah BPN untuk menyelesaikan dan melaporkan pelaksanaan program strategis dalam 3 (tiga) tahap penyelesaian, yaitu tahap pertama, dilaporkan sampai dengan akhir Juni dengan target minimal sebesar 40% (empat puluh persen), tahap kedua sampai dengan akhir September target yang harus dicapai sebesar 70% (tujuh puluh persen), dan tahap ketiga pada akhir Desember sebesar 100% (seratus persen). Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan misi organisasi BPN-RI dalam mencapai tujuan dan sasaran tahun 2013 bagi pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang pertanahan dan umpan balik peningkatan kinerja tahun 2014, maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPN-RI Tahun 2013 dengan berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra) BPN-RI Tahun dan Rencana Kinerja Tahunan LAKIP BPN-RI Tahun 2013 ini merupakan pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang teknis penyusunannya mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.Dengan tersusunnya LAKIP ini, diharapkan sasaran Sistem Akuntabilitas Kinerja BPN-RIdapat tercapai, yaitu terwujudnya instansi yang akuntabel serta melaksanakan tugas dan fungsi secara efisien, efektif, responsif, dan transparan serta partisipatif. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2

3 B. MaksudDan Tujuan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPN-RI dimaksud untuk memberikan gambaran yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan tentang kinerja suatu instansi pemerintah. Hasilnya diharapkan dapat membantu pimpinan dan seluruh jajaran BPN-RI dalam mencermati berbagai permasalahan sebagai bahan acuan dalam menyusun program di tahun berikutnya. Dengan demikian program di tahun mendatang dapat disusun lebih fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat meningkatkan kinerja pembangunan bidang pertanahan. C. Kedudukan, Tugas,dan Fungsi Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional RIyang diperbaharui dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2012 dan terakhir diperbaharui dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2013, BPN-RI mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, BPN menyelenggarakan fungsinya: a. Penyusunan dan penetapan kebijakan nasional di bidang pertanahan; b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan; c. Pelaksanaan koordinasi kebijakan, rencana, program, kegiatan dan kerja sama di bidang pertanahan; d. Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN-RI; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 3

4 e. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survey, pengukuran, dan pemetaan; f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan pemerintah; g. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan; h. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dan pentapan hak tanah instansi; i. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengkajian dan penanganan sengketa danperkara pertanahan; j. Pengawasan dan pembinaan fungsional atas pelaksanaan tugas di bidang pertanahan; k. Pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan; l. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan ; m. Pelaksanaan penelitian dan pengembangandi bidang pertanahan; n. Pelaksanaan pembinaan, pendidikan, pelatihan, dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan; dan o. Penyelenggaraan dan pelaksanaan fungsi lain di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan pertauran perundang-undangan. D. Struktur Organisasi Adapun struktur Badan Pertanahan Nasional terdiri dari: a. Kepala; b. Sekretariat Utama; c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan; d. Deputi Bidang Hak Tanah, Pendaftaran Tanah, dan Pemberdayaan Masyarakat; e. Deputi Bidang Pengaturan dan Pengendalian Pertanahan; f. Deputi Bidang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 4

5 g. Deputi Bidang Penanganan Sengketa dan Perkara Pertanahan; dan h. Inspektorat Utama. Gambar 1.1 STRUKTUR ORGANISASIBPN-RI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIAT UTAMA INSP. WILAYAH I INSP. WILAYAH II INSP. WILAYAH III INSP. WILAYAH IV INSP. WILAYAH V BIRO PERENCANAAN DAN KLN BIRO KEUANGAN & PELAKSANAAN ANGGARAN BIRO ORGANISASI & KEPEGAWAIAN BIROTU PIMPINAN & PROTOKOL BIRO UMUM DEPUTI BIDANG SURVEY, PENGUKURAN DAN PEMETAAN DEPUTI BIDANG HAK TANAH DAN PENDAFTARAN TANAH DEPUTI BIDANG PENGATURAN DAN PENATAAN PERTANAHAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN PERTANAHAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN DAN PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN DIT. PENGUKURAN DASAR DIT. PENGATURAN & PENETAPANHAK TANAH DIT. PENATAGUNAAN TANAH DIT. PENGENDALIAN PENERAPAN KEBIJAKAN & PROGRAM DIT. KONFLIK PERTANAHAN DIT. PEMETAAN DASAR DIT. PEMETAAN TEMATIK DIT. PENGATURAN & PENGADAAN TANAH PEMERINTAH DIT. PENETAPAN BATAS BIDANG TANAH & RUANG DIT. LANDREFORM DIT. KONSOLIDASI TANAH DIT. PENGELOLAAN TANAH NEGARA, TANAH TERLANTAR & TANAH KRITIS DIT. SENGKETA PERTANAHAN DIT. SURVEY POTENSI TANAH DIT. PENDAFTARAN HAK TANAH& GUNA RUANG DIT.WIL. PESISIR, PULAU-PULAU KECIL, PERBATASAN &WIL. TERTENTU DIT. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT & KELEMBAGAAN DIT. PERKARA PERTANAHAN PUSAT DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN PUSAT HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL E. Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Efektif tidaknya suatu organisasi sangat bergantung dari "the man behind the system". Di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, sistem dan sumber daya manusianya secara berangsur dan pasti sudah mulai ditata. Dalam konteks penataan sumber daya manusia sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 1 tahun 2013 tentang Pola Jenjang Karier Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Jumlah pegawai di BPN sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 mencapai Orang, dengan rincian sebagai berikut: Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 5

6 a. Pegawai berdasarkan unit kerja: Tabel 1.1 Pegawai berdasarkan unit kerja UNIT KERJA JUMLAH PUSAT DAERAH Grafik 1.1 Pegawai berdasarkan Unit Kerja b. Pegawai berdasarkan golongan: Tabel 1.2 Pegawai berdasarkan Golongan GOLONGAN JUMLAH Golongan I 180 Golongan II Golongan III Golongan IV 934 Grafik 1.2 Pegawai berdasarkan Golongan c. Jumlah pegawai berdasarkan pendidikan: Tabel 1.3 Pegawai berdasarkan Pendidikan TINGKAT JUMLAH PENDIDIKAN SD 187 SLTP 430 SMA D D D S S S3 19 Grafik 1.3 Pegawai berdasarkan Pendidikan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 6

7 d. Pegawai berdasarkan Usia: Tabel 1.4 Pegawai berdasarkan Usia USIA JUMLAH PEGAWAI < 25Tahun > Grafik 1.4 Pegawai berdasarkan Usia e. Pegawai berdasarkan Jabatan: Tabel 1.5 Pegawai berdasarkan Jabatan Grafik 1.5 Pegawai berdasarkan Jabatan JABATAN JUMLAH Eselon I 6 Eselon II 63 Eselon III 720 Eselon IV Eselon V Jabatan Fungsional f. Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin: Tabel 1.6 Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin JENIS JUMLAH KELAMIN Laki-Laki Perempuan Grafik 1.6 Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 7

8 F. Sistimatika Penyajian LAKIP Penulisan LAKIP BPN-RI Tahun 2013 disusun dengan sistematika mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan akuntabilitas kinerja ini bertujuan menginformasikan capaian kinerja BPN-RI selama tahun Capaian kinerja (Performance Result) BPN-RI tahun 2013 tersebut dibandingkan dengan penetapan kinerja (Performance Plan) BPN-RI tahun 2013 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan organisasi. Adapun sistematika penyajian laporan sebagai berikut: 1. Ikhtisar Eksekutif, menguraikan ringkasan secara menyeluruh LAKIP BPN-RI; 2. BAB I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan LAKIP, tugas dan fungsi organisasi dan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi BPN-RI; 3. BAB II Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menguraikan tentang Gambaran Umum BPN-RI,Visi dan Misi BPN-RI, Tujuan, Sasaran, cara mencapai Tujuan dan Sasaran, serta Penetapan Kinerja Tahun 2013 yang menjadi acuan pengukuran kinerja; 4. BAB III Akuntabilitas Kinerja, menguraikan tentang Pengukuran Kinerja, Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja, Informasi keuangan yang terkait dengan pencapaian kinerja. Dalam bab ini juga diuraikan mengenai pencapaian sasaran-sasaran dengan pengungkapan dan penyajian dari hasil pengukuran kinerja BPN-RI; 5. BAB IV Penutup, mengemukakan tinjauan secara umum dengan mengemukakan keberhasilan/ kegagalan, permasalahan/kendala yang berkaitan dengan kinerja BPN-RI, dan strategi pemecahan masalah untuk meningkatkan kinerja periode berikutnya; dan 6. Lampiran, berisi lampiran hasil pengukuran kinerja BPN-RI Tahun 2013, Renstra, serta Penetapan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 8

9 1) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 9

10 BABII RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA BPN-RI dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya seperti dijelaskan pada bab sebelumnya berpedoman pada dokumen perencanaan yang tertuang pada: A. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Bidang Pertanahan merupakan RPJMN ke-2 dalam RPJP , dimana RPJMN ke-2 ini ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia disegala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Visi dan Misi pemerintah tahun dirumuskan dan dijabarkan ke dalam sebelas program aksi prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. BPN-RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertugas dalam bidang pertanahan memiliki tanggungjawab dalam beberapa aksi prioritas diantaranya: Prioritas Nasional 4 Prioritas Nasional5 Prioritas Nasional6 Prioritas Nasional7 Prioritas Nasional 8 Prioritas Nasional10 : Penanggulangan Kemiskinan : Ketahanan Pangan : Infrastruktur : Iklim Investasi Dan Iklim Usaha : Energi : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 10

11 Dalam upaya mewujudkan agenda `Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun , yaitu: 1) Menciptakan Indonesia yang Aman dan Damai; 2) Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis; dan 3) Menciptakan Kesejahteraan Rakyat Indonesia, maka dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan telah ditetapkan visi pembangunan pertanahan, yaitu: Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan Republik Indonesia. Berdasarkan visi dimaksud ditetapkan misi pembangunan pertanahan yang akan dilaksanakan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam tahun , sebagai berikut: 1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan; 2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T); 3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari; 4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat; dan 5. Penguatan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 11

12 Tujuan utama (ultimate goal) pembangunan bidang pertanahan pada dasarnya adalah: Mengelola tanah seoptimal mungkin untuk mewujudkan Tanah bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan utama tersebut dan mengacu pada Visi dan Misi Pembangunan Pertanahan , tujuan yang akan dicapai pada masa perencanaan jangka menengah tahun adalah sebagai berikut: 1. Melanjutkan pengembangan infrastruktur pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, yang diperlukan bagi seluruh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia; 2. Tetap berupaya mewujudkan suatu kondisi yang mampu menstimulasi, mendinamisasi dan memfasilitasi terselenggaranya survei dan pemetaan tanah secara cepat, modern dan lengkap serta tetap menjamin akurasi di seluruh wilayah Indonesia khususnya wilayah yang memiliki potensi ekonomi tinggi serta rawan masalah pertanahan; 3. Melanjutkan percepatan pendaftaran tanah dan penguatan hak atas tanah melalui program legalisasi aset pertanahan dengan biaya yang lebih murah, dengan waktu yang terukur, dan prosedur yang mudah; 4. Melanjutkan penataan dan mengendalikan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sehingga mengokohkan keadilan di bidang sumber daya agraria, mengurangi kemiskinan, serta membuka lapangan kerja melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (Reforma Agraria); 5. Tetap mengupayakan pengurangan jumlah konflik, sengketa dan perkara pertanahan serta mencegah terciptanya konflik, sengketa dan perkara pertanahan baru; 6. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas pada semua unit kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia; dan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 12

13 7. Melanjutkan peningkatan mutu pelayanan publik di bidang pertanahan agar lebih berkualitas, cepat, teliti, tepat, transparan dan akuntabel yang tetap menjaga kepastian hukum serta partisipatif. B. Rencana Strategis Dari awal penyusunan hingga saat ini Rencana Strategis BPN-RI tidak pernah direvisi. Hal ini mengakibatkan: 1. Kegiatan yang merupakan new initiative tidak tercantum pada Renstra; 2. Berkurangnya anggaran mengakibatkan target yang sebelumnya telah ditentukan pada Renstra terpaksa diturunkan. Sasaran-sasaran strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah: 1. Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah adalah: a. Tersedianya rumusan kebijakan di bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah; b. Bertambahnya jumlah bidang tanah terdaftar; dan c. Tersedianya database legalitas aset tanah yang berkualitas sesuai dengan standar. 2. Terwujudnya pengendalian, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi adalah: a. Luas Tanah hak dan tanah yang telah mempunyai dasar penguasaan yang terindikasi terlantar yang ditertibkan; b. Luas tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis yang dikelola; dan c. Jumlah masyarakat kurang mampu yang memperoleh akses penguatan HAT dan akses sumber-sumber ekonomi. 3. Terciptanya pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah secara berkeadilan adalah: Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 13

14 a. Tersusunnya kebijakan dan pelaksanaan penatagunaan tanah yang optimal; b. Neraca Penatagunaan Tanah (Kabupaten/Kota); c. Penyelenggaraan redistribusi tanah dalam rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan serta tersedianya data tekstual dan spasial bidang tanah tentang penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) dalam rangka penataan ketimpangan (bidang); d. Penyelenggaraan konsolidasi tanah untuk mewujudkan lingkungan yang berkualitas; dan e. Terciptanya Penataan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah di Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu. 4. Berkurangnya sengketa, konflik, dan perkara pertanahan di seluruh Indonesia adalah: a. Jumlah Pengkajian/analisa atas sengketa konflik dan perkara pertanahan; b. Jumlah Penanganan, Penyelesaian SengketaKonflik dan perkara pertanahan; dan c. Jumlah Percepatan Pengkajian, penanganan, penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan 5. Terpenuhinya infrastruktur pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral, di seluruh Indonesia adalah: a. Tersedianya cakupan kerangka dasar kadastral nasional di bidang pertanahan melalui kegiatan pengukuran dasar; b. Tersedianya cakupan wilayah jaringan referensi satelit pertanahan (JRSP) untuk mendukung akselerasi pelaksanaan kegiatan pertanahan melalui kegiatan pengukuran dasar; c. Tersedianya peta dasar pertanahan untuk pendaftaran tanah, pemetaan tematik, pemetaan nilai tanah dan kegiatan pertanahan lainnya melalui kegiatan pemetaan dasar; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 14

15 d. Tersedianya peta-peta tematik pertanahan mendukung perencanaan dan arah penyelenggaraan kegiatan pertanahan dan berkontribusi dalam penyusunan data spasial pertanahan nasional melalui kegiatan pemetaan tematik; e. Tersedianya peta dan informasi potensi nilai tanah dan kawasan sebagai referensi dan indicator ekonomi tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat melalui kegiatan survei potensi tanah (hektar); f. Tersedianya geospasial database pertanahan sesuai dengan standar infrastruktur data spasial nasional (Standar IDSN) melalui kegiatan pemetaan dasar pertanahan; dan g. Tersedianya kebijakan teknismengenai pembuatan dan pengelolaan data spasial pertanahan nasional melalui kegiatan penyusunan pedoman dan standardisasi. Dalam rangka mengukur dan meningkatkan kinerja serta untuk lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia perlu ditetapkan sasaran strategis dan indikator kinerja utama. Indikator Kinerja Utama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berikut ini adalah indikator kinerja utama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia sesuai Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 6 Tahun 2013 tersebut: 1. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan; 2. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah; 3. Meningkatnya jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 15

16 4. Meningkatnya prosentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah Jumlah masyarakat kurang mampu yang memperoleh akses penguatan HAT dan akses sumber-sumber ekonomi; 5. Meningkatnya jumlah Kasus pertanahan (Sengketa, Konflik dan Perkara) yang diselesaikan; 6. Bertambahnya persentase cakupan peta dasar di seluruh Indonesia; 7. Bertambahnya persentase cakupan Peta Tematik di seluruh Indonesia; dan 8. Bertambahnya persentase cakupan Peta Potensi di seluruh Indonesia. C. Penetapan Kinerja Tahun 2013 Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang disusun berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelolanya. Tujuan khusus Penetapan Kinerja antara lain adalah untuk: a. Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; b. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; c. Sebagai dasar penilaian keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; d. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan e. Sebagai dasar pemberian reward (penghargaan) dan punishment (sanksi). Penetapan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2013 telah disusun secara berjenjang sesuai dengan kedudukan tugas dan fungsi unit organisasi yang ada. Penetapan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 16

17 Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2013, disusun berdasarkan Rencana Kinerja Tahun 2013 yang telah ditetapkan. Secara substansi Penetapan Kinerja Tahun 2013 tidak ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Badan Pertanahan Nasional RI Tahun Penetapan Kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2013 selengkapnya terdapat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Penetapan Kinerja BPN-RI Tahun 2013 Sasaran Strategis (SS) IKU Target Realisasi % Sasaran Strategis 1 (SS-1) Terwujudnya jaminan kepastian hukum hak atas tanah Sasaran Strategis 2 (SS-2) Terwujudnya pengendalian dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi Sasaran Strategis 3 (SS-3) Terciptanya pengaturan, dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal dan berkeadilan Sasaran Strategis 4 (SS-4) Berkurangnya sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan di Indonesia Sasaran Strategis 5 (SS-5) Terpenuhinya infrastruktur pertanahan di Indonesia a. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan b. Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah Jumlah Keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan. a. Jumlah bidang tanah yang teratur dan tertata. b. Jumlah redistribusi tanah dalam rangka rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan Luas cakupan peta pertanahan Bidang 153 SK Bidang Bidang Bidang 90,44 B B 100, Kasus Ha 74 SK Bidang Bidang Kasus Ha 48,36 52,00 90,87 94,00 87,47 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 17

18 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 18

19 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja dilaksanakan berdasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sejak tahun 2009 BPN-RI telah membangun dan mengembangkan pengukuran kinerja melalui aplikasi "SKMPP" (Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan), dalam rangka mendorong peningkatan mutu kinerja pelaksanaan program-program pertanahan secara konsisten. SKMPP menjadi perangkat utama dalam sistem pengendalian mutu kinerja program-program pertanahan, baik dalam perspektif internal dan eksternal yang menjadi bagian integral dari sistem manajemen di lingkungan BPN-RI, yang disusun secara komprehensif dengan memperhatikan input, proses, output maupun outcome serta dalam 4 (empat) perspektif yaitu perspektif pemangku kepentingan, keuangan, internal kegiatan maupun kapasitas sumber daya manusia dan organisasi, menyajikan data capaian yang aktual terkait capaian hasil terhadap target yang telah ditetapkan. Prinsip penyusunan SKMPP disesuaikan dengan langkah proses pengendalian manajemen organisasi sektor publik. SKMPP diperlukan untuk memonitor dan mengevaluasi secara periodik mutu kinerja program pertanahan secara keseluruhan pada 33 Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan 436 Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia secara lebih efektif, efisien dan komprehensif. Dengan demikian dapat diperoleh otomatisasi pelaporan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 19

20 yang sekaligus memberikan umpan balik dari waktu ke waktu untuk meningkatkan mutu pelaksanaan program-program pertanahan. Desain Pengukuran Kinerja berbasis Sistem Kendali Mutu Program Pertanahan (SKMPP) dimulai dengan menguraikan penentuan Perspektif, Program/Kegiatan yang akan diukur kinerjanya, sasaransasaran strategis yang akan dicapai sampai dengan penentuan Indikator-Indikator Ukuran Kinerja setiap Perspektif. Data yang direkam oleh SKMPP menghasilkan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System) bagi pengambilan keputusan (decision making). Informasi tersebut berguna pula sebagai bahan bagi pertanggungjawaban publik serta bahan perencanaan, pembinaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan program pertanahan dan kinerja. Dalam SKMPP dapat dilihat progress setiap kegiatan di setiap unit kerja. Dari data tersebut selanjutnya dilakukan kategori kinerja sesuai dengan tingkat capaian kinerja yaitu: Tabel 3.1 Kategorisasi Kinerja N0. Rentang Nilai (%) Warna 1. 55,00 Merah 2. 55,01 75,00 Kuning 3. 75,01 84,99 Hijau 4. 85,00 Biru Berikut ini beberapa informasi terkait dengan pengukuran kinerja yang dapat dilihat pada SKMPP: Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 20

21 Gambar 3.1 Peta Kinerja Unit Kerja Daerah Tahun 2013 Gambar 3.2 Peta Output Fisik Unit Kerja Daerah Tahun 2013 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 21

22 B. Capaian Indikator Kinerja Utama Sebagaimana telah diuraikan pada BAB II, BPN-RI menetapkan 5 (lima) Sasaran Strategis. Setiap sasaran strategis tersebut memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU). Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tahun 2013 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masingmasing indikator kinerja. Pencapaian IKU dari kelima sasaran strategis tersebut disajikan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Capaian IKU Tahun 2013 Sasaran Strategis (SS) IKU Target Realisasi % Sasaran Strategis 1 (SS-1) Terwujudnya jaminan hukum hak atas tanah Sasaran Strategis 2 (SS-2) Terwujudnya pengendalian dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi Sasaran Strategis 3 (SS-3) Terciptanya pengaturan dan penataan pertanahan Sasaran Strategis 4 (SS-4) Berkurangnya sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan di Indonesia Sasaran Strategis 5 (SS-5) Terpenuhinya infrastruktur pertanahan diindonesia a. Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan b. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah Jumlah Keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan. a. Jumlah bidang tanah yang teratur dan tertata. b. Jumlah redistribusi tanah dalam rangka rangka tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan Luas cakupan peta pertanahan Bidang 153 SK Bidang Bidang Bidang 90,44 B B 100, Kasus Ha 74 SK Bidang Bidang Kasus ,78 Ha 48,36 52,00 90,87 94,00 87,47 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 22

23 C. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misibpn-ri. Evaluasi dan Analisis capaian kinerja tahun 2013 dari Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut: Sasaran 1: Terwujudnya jaminan kepastian hukumhak atas tanah. Untuk pencapaian sasaran ini, Gambar3.3 Penyerahan sertipikat di Palembang BPN mengidentifikasikan 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU), yaitu IKU-1 bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi dan IKU-2 meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah. IKU-1: Bertambahnya persentase jumlah bidang tanah yang dilegalisasi IKU-1 ini dijabarkan ke dalam 6 (enam) sub IKU yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam table 3.3. Sesungguhnya percepatan legalisasi aset merupakan sebuah keharusan untuk mewujudkan fokus dari arah pembangunan nasional di bidang pertanahan. Masih banyaknya bidang tanah yang belum terdaftar dan diberikan legalitas asetnya berupa sertipikat hak atas tanah, akan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 23

24 berpengaruh terhadap kepastian hukum atas aset tanah, baik bagi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Pada gilirannya pemilikan/penguasaan tanah yang belum terlegalisasi tersebut, akan rentan terhadap terjadinya sengketa dan konflik pertanahan. Dari tahun target untuk Kegiatan legalisasi aset yang tertera pada Penetapan Kinerja selalu lebih rendah dari Renstra, hal ini berkaitan dengan ketersediaan anggaran. Grafik 3.1 Perbandingan Target Renstra dan Penetapan Kinerja RENSTRA Penetapan Kinerja Tabel 3.3 Capaian IKU-1 pada SS-1 Terwujudnya Jaminan Kepastian HukumHak Atas Tanah (Bidang) IndikatorKinerja Target Realisasi % Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan ,59 a.sertipikasi Prona ,95 b. Sertipikasi UKM ,96 c. Sertipikasi Petani ,83 d. Sertipikasi Nelayan ,82 e. Sertipikasi Transmigrasi ,38 f. Sertipikasi MBR ,83 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 24

25 Grafik 3.2 Persentase Realisasi Capaian IKU ,95 95,96 93,83 91,82 93, ,38 Prona UKM Petani Nelayan Transmigrasi MBR Hingga berakhirnya tahun 2013, capaian untuk IKU-1 ini adalah sebesar 90,59% atau terealisasi sebesar bidang Apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 seperti yang ditabulasikan pada table 3.4, maka legalisasi aset tahun 2013 mengalami pertumbuhan negative sebesar 7,5. Tabel 3.4 Perbandingan Realisasi Legalisasi Aset tahun 2012 dan 2013 Indikator Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan Pertumbuhan Target Realisasi % Target Realisasi % Jumlah % , ,44 (68.365) -7,5 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 25

26 Pertumbuhan negatif ini disebabkan rendahnya capaian realisasi sertipikasi hak atas tanah transmigrasi yakni sebesar 60,38%. Berikut uraian untuk masing-masing sub IKU jumlah bidang tanah yang dilegalisasi/ disertipikatkan: Sertipikasi Tanah Prona PRONA, adalah singkatan dari Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi aset dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertipikat/ tanda bukti hak atas tanah dan diselenggarakan secara massal. Untuk tahun 2013 target Prona adalah bidang, terealisasi sebesar bidang atau 93,95%. Tabel 3.5 Capaian Sertipikasi Prona PRONA TAHUN TARGET REALISASI % , , , ,95 Jika dilihat dari jumlah bidang tanah yang disertipikatkan, dari tahun maka jelas terlihat antara target dan persentase realisasi berbanding terbalik, semakin besar target maka persentase realisasi menurun. Grafik 3.3 Capain Sertipikasi Prona Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 26

27 Kendala: 1. Daftar nama calon peserta yang diusulkan ternyata subyek dan obyeknya bermasalah/ sengketa 2. Sertipikat tanah belum dapat diserahterimakan kepada peserta, karena masih terdapat peserta kegiatan yang terhutang BPHTB. 3. Masih terdapat peserta yang alas haknya (data yuridisnya) belum lengkap 4. Terdapat lokasi kegiatan yang sebagian tumpang tindih dengan kawasan hutan contohnya Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Riau. Sertipikasi Tanah UKM Sertipikat Tanah UKM adalah kegiatan legalisasi aset dengan subyek hak adalah pengusaha kecil dan mikro. Legalisasi aset ini merupakan kerjasama antara Badan Pertanahan Nasional RI dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia serta Kementerian Dalam Negeri. Program ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi akses penguatan hak berupa sertipikasi tanah kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil. Sehingga diharapkan dengan program ini kedepan para penggiat UKM dapat meningkatkan pengembangan usaha dan iklim investasinya dan tentu saja diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat usaha kecil dan mikro. Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah UKM adalah bidang, terealisasi sebesar bidang atau 95,96%. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 27

28 Tabel 3.6 Capaian Sertipikasi UKM UKM TAHUN TARGET REALISASI % Grafik 3.4 Capain Sertipikasi UKM Kendala: 1. Masih ditemukan hambatan dalam penentuan lokasi kegiatan sesuai kriteria program; 2. Program sertipikasi kurang didukung kesiapan instansi terkait; 3. Usulan nama peserta dan aberkas alas hak terlambat disampaikan ke kantor pertanahan 4. Sering terjadi perubahan nama peserta dan lokasinya (daftar nominative peserta belum clean and clear ); 5. Terjadi peralihan penguasaan tanah transmigrasi kepada pihak lain secara di bawah tangan; 6. Letak lokasi yang jauh terkadang di luar pulau sehingga kesulitan transportasi; 7. Lokasi yang diusulkan ternyata masuk lokasi HGU; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 28

29 8. Usulan peserta bersifat sporadik (tidak mengelompok); dan 9. Bidang tanah calon peserta terindikasi sengketa dengan pihak lain. Sertipikasi Tanah Pertanian Sertipikat Tanah Petani adalah sub komponen dari komponen kegiatan legalisasi aset. Objek kegiatan ini adalah tanah yang dimiliki/dikuasai oleh petani sedangkan subjek kegiatan ini adalah petani (tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan). Seperti kegiatan legalisasi aset lainnya, sertipikasi tanah petani pada hakekatnya merupakan proses adminstrasi pertanahan yang meliputi adjudikasi, (pengukuran, pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman, penetapan/pemberian hak), pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat hak atas tanah. Sertipikasi tanah petani dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum kepemilikan tanah bagi petani, sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan modal usaha. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Kementerian Pertanian dengan Badan Pertanahan Nasional RI berdasarkan Keputusan bersama Menteri Pertanian dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 515/KPTS/HK.060/9/2004 dan Nomor: 2/SKB/BPN/2004 tanggal 02 September Maksud dan tujuan program ini adalah untuk: 1. Mendukung dan mempertahankan Program Ketahanan Pangan Nasional; 2. Memberikan kepastian hak atas tanah dan kepastian hukum atas kepemilikan tanah yang diusahakan masyarakat petani yang tinggal dipedesaan secara cepat, tepat, mudah, murah dan aman; 3. Meningkatkan nilai manfaat lahan yang semula berupa sebidang tanah predikat modal pasif menjadi modal aktif dapat terwujud, sehingga dapat digunakan sebagai alat penjaminan bagi petani Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 29

30 dalam rangka penguatan kemampuan permodalan usaha taninya; dan 4. Untuk mengendalikan laju alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian. Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Pertanian adalah bidang, terealisasi sebesar bidang atau 93,83%. Tabel 3.7 Capaian Sertipikasi Pertanian PERTANIAN TAHUN TARGET REALISASI % , , , ,83 Sertipikasi Tanah Nelayan Sertifikasi Tanah Nelayan adalah sub komponen dari komponen kegiatan legalisasi aset. Sertipikasi tanah nelayan pada hakekatnya adalah proses administrasi pertanahan yang meliputi adjudikasi, pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat hak atas tanah. Sertipikasi tanah nelayan merupakan kerjasama antara Badan Pertanahan Nasional RI dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan, berdasarkan Keputusan bersama Nomor: 04/MEN-KP/KB/XI/2007 dan Nomor: 7 SKB BPNRI 2007 tanggal 15 November 2007 Program ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi akses penguatan hak berupa sertipikasi tanah kepada nelayan dan usaha penangkapan ikan skala kecil dengan tujuan yang ingin dicapai: 1. Memberikan kepastian hukum hak atas tanah (aset) nelayan dan usaha penangkapan ikan skala kecil; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 30

31 2. Memberikan/meningkatkan akses permodalan berupa kemampuan jaminan kredit/pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha; dan 3. Meningkatkan minat dan kepercayaan lembaga keuangan/ perbankan untuk penyaluran kredit. Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Pertanian adalah bidang, terealisasi sebesar bidang atau 91,82%. Tabel 3.8 Capaian Sertipikasi Nelayan NELAYAN TAHUN TARGET REALISASI % , , , ,82 Sertipikasi Tanah Transmigrasi Tujuan pensertipikatan tanah transmigrasi adalah memastikan bahwa setiap kepala keluarga transmigrasi yang telah ditempatkan dan telah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan peraturan perundang-undangan, mendapat bidang tanah yang dijanjikan dengan status hak yang kuat (bersertipikat). Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Transmigrasi adalah bidang, terealisasi sebesar bidang atau 60,38%. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 31

32 Tabel 3.9 Capaian Sertipikasi Transmigrasi TRANSMIGRASI TAHUN TARGET REALISASI % , , , ,38 Rendahnya realisasi kegiatan ini disebabkan: a. Belum terbitnya SK HPLnya karena berkas yang diserahkan oleh instansi terkait belum sesuai dengan persyaratan antara lain: - belum ada pelepasan kawasan hutan (contoh: provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku, Provinsi Kalimantan Tengah); - belum selesainya proses ganti rugi; b. Obyeknya (tanah) sudah beralih tangan; c. Subyeknya (orang) sudah banyak yang berpindah; dan d. Transmigran tidak mampu membayar BPHTB; Sertipikasi Tanah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Gambar 3.4 Pelayanan Malam di daerah duren Sawit Legalisasi Aset ini, merupakan kerjasama antara BPN-RI dengan Kementrian Perumahan Rakyat RI berdasarkan kesepakatan bersama antara Kementrian Perumahan Rakyat RI dengan Kepala BPN-RI Nomor: 08/SKB/M/2010 dan Nomor: 7/SKB/XII/2010 tanggal 03 Desember Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 32

33 Untuk tahun 2013 target sertipikasi tanah Pertanian adalah bidang, terealisasi sebesar bidang atau 93,83%. Tabel 3.10 Capaian Sertipikasi MBR MBR TAHUN TARGET REALISASI % , , ,83 IKU-2: Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Legalisasi Aset Tanah BPN-RI berupaya menyajikan indeks kepuasan masyarakat secara rutin, dengan harapan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan di Badan Pertanahan Nasional kepada masyarakat. Indeks tersebut diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat terhadap pelayanan legalisasi aset tanah, dalam hal ini diprioritaskan untuk kegiatan prona. Pengolahan data indeks kepuasan masyarakat mengikuti petunjuk dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Pada tahun 2013, pengukuran IKM dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap, tahap I dilakukan pada bulan Maret di 32 Provinsi dan tahap II di 31 provinsi dengan mengambil sampel 1 (satu) kantor pertanahan kabupaten/kota di setiap provinsi. IKM terhadap pelayanan legalisasi aset tanah dinilai dari 13 unsur seperti tersaji pada table Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 33

34 Tabel 3.11 Kategorisasi Indeks Kepuasan Masyarakat Interval Mutu Kinerja 81, A SANGAT BAIK 61,26-81,25 B BAIK 43,76-61,25 C CUKUP BAIK 25-43,75 D KURANG BAIK 0-24 E TIDAK BAIK Dari pengolahan data, dapat diketahui bahwa indeks kepuasan masyarakat (IKM) tahun 2013 adalah 73,64 dengan mutu kinerja yang baik (B). Kode Unsur U13 U14 U9 Tabel 3.12 Unsur-unsur yang dinilai pada IKM Nama Unsur rasa aman karena sudah memiliki sertipikat (Prona) rasa yakin akan sertipikat (Prona) sebagai bukti otentik kesopanan dan keramahan petugas Median Unsur U7 kecepatan penyelesaian Prona 27 U3 kejelasan petugas Prona 30 Median Kategori DIPERBAIKI U4 kedisiplinan petugas prona 30 U1 prosedur Prona 31 U5 tanggung jawab petugas Prona 31 U8 keadilan mendapatkan Prona 32 U12 kepastian jadwal Prona 34 U2 persyaratan Prona 35 U10 kewajaran biaya Prona DIPERTAHANK AN Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 34

35 U6 kemampuan petugas Prona 38 U11 kepastian biaya Prona 39 Untuk kedepannya, dalam menentukan IKM terhadap pelayanan legalisasi aset, sebaiknya tidak hanya melibatkan responden yang ikut dalam program permerintah seperti prona, tetapi juga masyarakat yang langsung datang ke kantor pertanahan untuk mendaftarkan tanah hak miliknya sehingga diharapkan IKM yang didapatkan lebih berkualitas. Tabel 3.13 Peringkat Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Tahap II Tahun 2013 NO PROVINSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/KOTA SAMPLING INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) MUTU KINERJA 1 D.I. Yogyakarta Kabupaten Sleman 92,3000 A SANGAT BAIK 2 Sumatera Barat Kabupaten Lima Puluh Kota 92,0160 A SANGAT BAIK 3 Sulawesi Tengah Kabupaten Donggala 90,5960 A SANGAT BAIK 4 Jawa Timur Kabupaten Pasuruan 90,1700 A SANGAT BAIK 5 Maluku Kota Ambon 89,1760 A SANGAT BAIK 6 Sumatera Selatan Kabupaten Ogan Ilir 86,6200 A SANGAT BAIK 7 Sulawesi Barat Kabupaten Majene 86,3833 A SANGAT BAIK 8 Banten Kabupaten Pandeglang 86,3360 A SANGAT BAIK 9 NTB Kabupaten Lombok Tengah 84,9160 A SANGAT BAIK 10 Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Kartanegara 84,3480 A SANGAT BAIK 11 Sulawesi Selatan Kabupaten Gowa 83,7800 A SANGAT BAIK 12 Papua Barat Kabupaten Manokwari 82,7860 A SANGAT BAIK 13 Riau Kabupaten Pelalawan 82,5629 A SANGAT BAIK 14 Kalimantan Barat Kabupaten Pontianak 82,3600 A SANGAT BAIK 15 Sulawesi Utara Kota Tomohon 82,0760 A SANGAT BAIK 16 Lampung Kabupaten Pesawaran 82,0760 A SANGAT BAIK 17 Bengkulu Kabupaten Bengkulu Tengah 82,0760 A SANGAT BAIK 18 Kepulauan Riau Kota Batam 81,5080 A SANGAT BAIK 19 Aceh Kabupaten Aceh Besar 80,7371 B BAIK 20 Kepulauan Belitung Bangka Kabupaten Bangka 80,7033 B BAIK 21 Maluku Utara Kota Ternate 80,2300 B BAIK 22 Jawa Tengah Kabupaten Grobogan 79,5200 B BAIK 23 Kalimantan Tengah Kabupaten Pulang Pisau 78,6680 B BAIK Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 35

36 24 Jawa Barat Kabupaten Bandung 77,2480 B BAIK 25 Jambi Kabupaten Muaro Jambi 76,2743 B BAIK 26 Sulawesi Tenggara Kabupaten Konawe Selatan 73,8400 B BAIK 27 NTT Kabupaten Kupang 70,0533 B BAIK 28 Sumatera Utara Kabupaten Deli Serdang 69,0120 B BAIK 29 Gorontalo Kabupaten Gorontalo 68,5150 B BAIK 30 Bali Kabupaten Bangli 68,1600 B BAIK 31 Kalimantan Selatan Kabupaten Banjar 67,8760 B BAIK Sasaran 2:Terwujudnya pengendalian, penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan akses terhadap sumber ekonomi. Untuk pencapaian sasaran strategis ini, BPN-RI mengidentifikasikan 3 (tiga) indikator kinerja utama (IKU), yaitu: 1. IKU jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan; 2. IKU jumlah tanah yang dapat didayagunakan bagi masyarakat, program strategis dan pemerintah; dan 3. IKU Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat. IKU-1: Meningkatnya jumlah keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan Tabel 3.14 Pencapaian IKU Pada SS-2 IndikatorKinerja Jumlah Keputusan penetapan tanah terlantar yang ditetapkan. TARGET (Bidang) REALISASI (Bidang) % 153 SK 74 SK 48,36 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 36

37 Capaian realisasi SK penetapan tanah terlantar Tahun 2013 sebesar 48,36%, hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Obyek yang sedang dilakukan kegiatan penertiban tanah terlantar telah dimanfaatkan sesuai peruntukannya pada saat tahapan kegiatan penertiban berlangsung. Misalnya pada masa peringatan I, pemegang hak telah memanfaatkan tanahnya sesuai peruntukan sehingga oleh Kanwil BPN proses penertiban tersebut dihentikan karena kondisi tanah sudah tidak ada lagi yang ditelantarkan. Penghentian proses kegiatan penertiban ini menyebabkan obyek yang akan ditetapkan sebagai tanah terlantar melalui SK Penetapan Tanah Terlantar menjadi berkurang; 2. Selain alasan diatas, hasil analisa dan kajian BPN RI terhadap usulan penetapan tanah terlantar yang disampaikan daerah masih banyak ditemukan aspek tidak tertib administrasi dan tidak tertib hukum sehingga apabila dilanjutkan hingga penetapan, maka BPN berpeluang besar kalah di pengadilan apabila terdapat gugatan dari pemegang hak. Tidak tertibnya administrasi dan tidak tertib hukum dimaksud seperti obyek yang diusulkan banyak yang berasal dari tanah hak yang telah berakhir masa berlakunya, Izin lokasi dan Pelepasan Kawasan Hutan yang bukan termasuk dalam kriteria obyek tanah terlantar sesuai PP 11/2010, obyek yang diusulkan tidak memenuhi kelengkapan berkas; 3. Dari 422 usulan penetapan tanah terlantar yang disampaikan oleh daerah sejak tahun , telah ditetapkan sebanyak 48 obyek sebagai tanah terlantar dengan SK Penetapan sebanyak 96 SK, obyek yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai tanah terlantar yang berasal dari tanah bekas hak sebanyak 66 obyek, yang berasal dari ijin lokasi/pelepasan kawasan hutan sebanyak 74 obyek, telah dikeluarkan dari basis data tanah terlantar sebanyak 16 obyek, usulan yang belum lengkap data pendukungnya sebanyak 125 obyek, obyek yang layak dikerjakan sebanyak 93 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 37

38 obyek yang tahun ini menjadi target BPN RI untuk ditetapkan sebagai tanah terlantar melalui SK Penetapan Tanah Terlantar. IKU-2 : Meningkatnya Jumlah Tanah yang Dapat didayagunakan bagi masyarakat, program strategis dan pemerintah Tanah-tanah/bekas Hak yang sudah ditetapkan menjadi tanah terlantar akan didayagunakan untuk masyarakat, program strategis dan pemerintah. Tanah tersebut dapat didayagunakan apabila putusan penetapan Tanah Terlantar yang sudah terbit tidak lagi digugat oleh bekas pemegang Hak/ digugat juga, tapi sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (penetapan tanah sebagai Tanah Terlantar menang). Dengan demikian tanah tersebut sudah clear and clean dan dapat didayagunakan dengan penetapan berdasarkan SK Kepala BPN RI. Proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga sampai dengan Tahun 2013, belum ada SK Kepala BPN yang terbit tentang pendayagunaan di maksud. Namun, awal tahun 2014 (Januari) telah ditandatangani 1 buah SK Penetapan Dayaguna bekas Tanah Telantar, yaitu SK No. 51/KEP 23.3/I/2014 (tanggal 6 Januari 2014) lokasi di Kelurahan Mbay II, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, NTT. lokasi tersebut direncanakan akan dimanfaatkan untuk pengembangan Ladang Garam. IKU-3 : Bertambahnya akses terhadap sumber ekonomi yang akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat Berdasarkan IKU tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut : IKU tersebut di atas, dapat dikatakan terlaksana jika masyarakat yang telah memperoleh penguatan hak atas tanah atau sertipikasi atas tanah-tanah mereka telah dimanfaatkan sebagai sarana untuk melakukan akses ke sumber ekonominya. Namun Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 38

39 kenyataannya data penerima manfaat tersebut baru berupa penguatan hak atas tanah yang dapat dilaporkan sebanyak orang, dengan perincian, penerima dari lingkungan UKM sebanyak 4.882, Petani sebanyak 6.725, Nelayan sebanyak 3.667, MBR sebanyak 2.666, namun dari semua itu belum ditindaklanjuti dengan adanya akses terhadap sumber ekonomi. Jadi sampai dengan Tahun 2013, kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka akses terhadap sumber ekonomi yang akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat penerima manfaat, baru pada tahap penguatan hak atas tanah. Sasaran 3:Terciptanya pengaturan, dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara optimal dan berkeadilan(ss-3) Untuk pencapaian sasaran strategis ini, BPN-RI mengidentifikasikan 1 (satu) indikator kinerja utama (IKU), yaitu IKU Meningkatnya persentase jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah. IKU ini dijabarkan ke dalam 2 (dua) sub IKU yang masing-masing pencapaiannya ditabulasikan dalam table 3.15 Tabel 3.15 Pencapaian IKU Pada SS-3 Indikator Kinerja Jumlah wilayah/bidang/luas tanah yang dilakukan pengaturan dan penataan pertanahan serta redistribusi tanah - Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Konsolidasi Tanah - Jumlah bidang tanah yang ditata melalui Redistribusi Tanah TARGET (Bidang) REALISASI (Bidang) % 59,9 5 90,8 7 90,1 1 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 39

40 Berikut uraian untuk masing-masing sub IKU: Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui Konsolidasi Tanah Penyelenggaraan konsolidasi tanah merupakan kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. IKU ini merupakan salah satu indikator untuk menilai pelaksanaan penataan bidang tanah melalui konsolidasi tanah yang telah dilaksanakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Pengukuran atas IKU ini adalah Jumlah bidang tanah yang ditata melalui konsolidasi tanah dan dapat bermanfaat bagi institusi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya dan merupakan ukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi dari Deputi Bidang Pengaturan Dan Penataan Pertanahan. Pada tahun 2013 ini dilaksanakan penataan bidang tanah melalui konsolidasi tanah sebanyak bidang tanah. Capaian tersebut lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam Renstra sebanyak bidang tanah. Rendahnya capaian tersebut dikarenakan efisiensi keuangan dan kesiapan provinsi dalam menyelesaikan konsolidasi tanah sesuai waktu yang ditentukan. Untuk perbandingan tingkat capaian jumlah bidang tanah yang telah ditata melalui kegiatan konsolidasi tanah dari kurun waktu 2010 sampai dengan 2013 sebagai berikut: Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 40

41 Tabel 3.16 Capaian konsolidasi tanah Tahun Capaian Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah Target Realisasi Adapun pola jumlah bidang tanah yang ditata melalui kegiatan konsolidasi tanah dari kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik 3.5 Capaian konsolidasi tanah Tahun Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Target Realisasi Grafik 3.6 Jumlah bidang Hasil Konsolidasi Tanah Tahun Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 41

42 Dalam upaya untuk memenuhi target Renstra, maka akan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Melakukan analisis terhadap lokasi-lokasi yang potensial untuk dilaksanakan kegiatan konsolidasi tanah, sehingga dapat ditetapkan lokasi prioritas pelaksanaan konsolidasi tanah; 2. Penyempurnaan petunjuk teknis pelaksanaan konsolidasi tanah. Selain mendukung kebijakan pengaturan dan penataan pertanahan berkaitan dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah/kawasan (P4T) melalui pelaksanaan konsolidasi tanah, IKU ini juga dapat memberikan manfaat terhadap: a. Institusi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Badan Pertanahan Nasional dapat menunjukkan peran aktifnya di masyarakat melalui program konsolidasi tanah, di mana di dalam proses pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme kesepakatan yang melibatkan berbagai pihak (stakeholder) untuk mewujudkan tertatanya P4T. b. Masyarakat Melalui konsolidasi tanah, masyarakat dapat mewujudkan lingkungan yang tertata, berkeadilan dan berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, karena pada dasarnya konsolidasi tanah melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat pesertanya melalui mekanisme kesepakatan bersama. c. Pemangku Kepentingan Lainnya Dalam kegiatan konsolidasi tanah, pemangku kepentingan mulai dari institusi pusat sampai daerah yang terkait dengan pengembangan wilayah dan pembangunan fisik, sosial, ekonomi dan budaya dapat merasakan dampak dari konsolidasi.dampak pertama adalah pengejawantahan dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), di mana kesesuaian peruntukan tanah dengan RTRW merupakan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 42

43 syarat utama dari konsolidasi tanah. Yang kedua adalah penyediaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan melalui mekanisme pemberian Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP) dari masyarakat peserta, yang akan dimanfaatkan untuk prasarana jalan dan saluran, fasilitas dan utilitas umum maupun sosial. Lebih lanjut lagi melalui integrasi dan sinkronisasi program pembangunan ke dalam kegiatan konsolidasi tanah, pemerintah dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki daerah setempat dalam rangka mewujudkan rasa keadilan dan kesejahteraan di dalam masyarakat. Jumlah Bidang Tanah Yang Ditata Melalui RedistribusiTanah Jumlah Bidang Tanah yang Diberikan kepada Penerima Manfaat melalui Kegiatan Redistribusi Tanah merupakan salah satu indikator untuk menilai hasil pelaksanaan landreform, yaitu jumlah bidang yang telah diredistribusikan.direktorat Landreform sebagai pengemban kegiatan landreformdiharapkan mampu meningkatkan jumlah redistribusi tanah dalam rangka mengurangi ketimpangan penguasaan pemilikan tanah, kemiskinan sertameningkatkan kesejahteraan petani. Tabel 3.17 Target IKU pada Renstra Sasaran Strategis Meningkatnya pelaksanaan redistribusi tanah Indikator Kinerja Utama Jumlah bidang tanah yang diberikan kepada penerima manfaat melalui kegiatan Redistribusi Tanah Target Pencapaian IKU Cara pengukuran IKU ini adalah jumlah bidang yang diredistribusikankepada penerima manfaat dibandingkan dengan jumlah bidang yang diredistribusikan kepada penerima manfaat dalam target Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 43

44 pencapaian IKU. Jumlah bidang yang akan diredistribusikan menurut Renstra Direktorat Landreform adalah sebanyak bidang. BerdasarkanTabel 3.18 dan Grafik 3.7 berikut ini, realisasi bidang tanah yang diredistribusikan tahun 2013 adalah sebanyak bidang (90,87%) terhadap target Tapkin atau 75,94% terhadap target Renstra. Adapun jumlah bidang tanah yang telah diredistribusikan dari tahun sebanyak bidang (75,11%) terhadap Renstra. Dapat dilihat bahwa capaian tertinggi redistribusi tanah pada tahun 2010, sehingga bila dibandingkan dengan capaian tahun 2013 mengalami penurunan.penurunan capaian ini terjadi karena penurunan usulan redistribusi tanah dari satuan kerja. Penurunan usulan ini disebabkan semakin berkurangnya ketersediaan tanah obyek landreform. Tabel 3.18 Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja Jumlah Target RENSTRA Target TAPKIN Realisasi Berdasarkan Renstra bahwa rencana setiap tahun pelaksanaan redistribusi tanah adalah bidang. Namun pada kenyataannya redistribusi tanah yang dilaksanakan tidak mencapai Renstra. Diperkirakan hingga akhir periode Renstra (tahun 2014) realisasi pencapaian redistribusi tanah kemungkinan kecil tidak akan memenuhi Renstra. Perkembangan Realisasi IKU dari Tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013 dalam bentuk persentase secara grafik dapat dilihat dalam Grafik 3.8 berikut ini. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 44

45 Grafik 3.7 Realisasi Redistribusi Tanah Tahun ,00% 80,00% 60,00% 91,96% 69,61% 62,93% 75,94% 40,00% 20,00% 0,00% IKU 91,96% 69,61% 62,93% 75,94% Dalam upaya untuk memenuhi Renstra, maka BPN-RI akan meningkatkan jumlah redistribusi tanah untuk tahun Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan antara lain: 1. Melakukan identifikasi lokasi potensi TOL (Tanah Obyek Landreform) lebih awal agar dapat direncanakan untuk kegiatan redistribusi tanah 2014; 2. Mengidentifikasi SK TOL Lama (SK Kinag) yang tanahnya belum diredistribusikan untuk segera diredistribusikan; dan 3. Mencari sumber-sumber potensi obyek landreform baru, misalnya obyek hasil penyelesaian sengketa/pertanahan atau tanah negara bekas tanah terlantar. Sasaran 4: Berkurangnya sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan di Indonesia. Dalam rangka menindaklanjuti mandat Presiden Republik Indonesia kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada bulan Agustus 2012 yang antara lain agar menuntaskan Gambar 3.5 Peninjauan Lokasi sengketa di Mesuji Lampung kasus-kasus pertanahan di Indonesia. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 45

46 Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia telah mengambil langkah strategis untuk mendorong jajaran Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melakukan peningkatan dan percepatan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Untuk penanganan kasus yang bersifat strategis dan berdampak sosio politis telah dibentuk Tim Ad Hoc yang terdiri dari 14 tim sebagaimana Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 227/KEP-25.2/IV/2013 Tanggal 4 April 2013 Tentang Pembentukan Tim Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Yang Berpotensi Konflik Strategis jo. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 702/KEP-25.2/IX/2013 Tanggal 27 September 2013 Tentang Perubahan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 227/KEP-25.2/IV/2013 Tanggal 4 April 2013 Tentang Pembentukan Tim Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan Yang Berpotensi Konflik Strategis. Dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertenahan, telah ditetapkan beberapa keriteria terhadap kasus pertanahan yang dinyatakan selesai sebagaimana disebutkan dalam Pasal 72 Peraturan Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, yaitu: a. Kriteria Satu (K-1) berupa penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa; b. Kriteria Dua (K-2) berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah, atau perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan; c. Kriteria Tiga (K-3)berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang ditindaklanjuti mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain yang disetujui oleh para pihak; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 46

47 d. Kriteria Empat (K-4) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui proses perkara di pengadilan, karena tidak adanya kesepakatan untuk berdamai; e. Kriteria Lima (K-5) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui instansi lain. Selama tahun 2013, jumlah kasus pertanahan yang masuk ke Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia mencapai kasus, yang terdiri dari sisa kasus tahun 2012 yang belum diselesaikan sebanyak kasus serta kasus baru sebanyak kasus. Jumlah kasus yang telah selesai sebanyak kasus atau 57,92% dari seluruh kasus yang masuk yang tersebar di 33 Provinsi seluruh Indonesia. Jika dibandingkan dengan target penanganan dan penyelesaian kasus pertanahan tahun 2013 sebanyak kasus sebagaimana yang tercantum dalam Penetapan Kinerja tahun 2013, maka kasus-kasus yang telah diselesaikan adalah sebanyak kasus atau 94% dari yang ditargetkan(tabel 3. Penyelesaian kasus pertanahan tersebut dapat dirinci berdasarkan kriteria penyelesaian, sebagai berikut: 1. Kriteria Satu (K-1) sebanyak 762 Kasus; 2. Kriteria Dua (K-2) sebanyak 113 Kasus; 3. Kriteria Tiga (K-3) sebanyak 722 Kasus; 4. Kriteria Empat (K-4) sebanyak 653 Kasus; dan 5. Kriteria Lima (K-5) sebanyak 382 Kasus. Tabel 3.19 Tabulasi Jumlah Sengketa Konflik Perkara Pertanahan Nasional Keterangan Sisa Tahun 2012 Kasus Baru Jumlah Selesai Sisa K-1 K-2 K-3 K-4 K-5 Jumlah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 47

48 Tabel 3.20 Pencapaian IKU Tahun 2013 Indikator Kinerja Jumlah kasus pertanahan yang terselesaikan TARGET (Bidang) REALISASI (Bidang) Kasus Kasus 94,00 % Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: 1. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan dalam menyelesaikan konflik pertanahan; 2. Ketidakmampuan sebagian besar masyarakat untuk membayar biaya perkara di pengadilan; 3. Sikap arogansi dari suatu institusi dalam menghadapi masalah/konflik pertanahan; dan 4. Adanya tumpang tindih putusan pengadilan baik TUN, perdata maupun pidana yang saling bertentangan menyangkut obyek yang sama. Sasaran 5:Terpenuhinya infrastruktur pertanahan di Indonesia (SS-5) Sasaran ini dimaksudkan untuk mengembangkan infrastruktur pertanahan secara sektoral, regional dan nasional dalam hal ini cakupan wilayah peta pertanahan. Indikator dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.21 Pencapaian IKU pada SS-5 Tahun 2013 IndikatorKinerja Luas cakupan peta pertanahan: - Peta Dasar Pertanahan: ha - PetaTematik: ha - Peta Nilai Zona Tanah: ha TARGET (Bidang) REALISASI (Bidang) % Ha ,78 87,47 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 48

49 Untuk tahun 2013 target peta pertanahan adalah Ha, terealisasi sebesar ,78 atau 87,47%. peta pertanahan tersebut merupakan hasik kinerja unit kerja daerah. Selain target peta pertanahan diatas, unit kerja pusat (BPN Pusat) juga melaksanakan kegiatan pemetaan pertanahan dengan rincian sebagai berikut: Peta dasar pertanahan seluas hektar denga realisasi 100%, Rincian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat pada Gambar berikut: Gambar 3.6 Peta Dasar Pertanahjan Tahun 2013 Lokasi Kegiatan Pemetaan Dasar Peta Tematik Pertanahan seluas hektar dengan realisasi 100%. Rincian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat pada Gambar berikut: Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 49

50 Gambar 3.7 Peta Tematik Pertanahan Tahun 2013 Lokasi Kegiatan Peta Tematik Pertanahan Peta Zona Nilai Tanah dan Kawasan Hektar dengan realisasi 100%. Rincian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat pada Gambar berikut: Gambar 3.8 Peta Zona Nilai Tanah dan Kawasan Tahun 2013 Lokasi Kegiatan Peta Zona Nilai Tanah dan Kawasan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 50

51 Kendala dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah terbatasnya data tekstual dan data spasial terkini di seluruh wilayah Indonesia; Untuk meningkatkan pencapaian kinerja indikator ini BPN-RI melakukan langkah strategi dengan meningkatkan keterlibatan seluruh komponen di lingkungan BPN-RI termasuk di peningkatan kemampuan sumber-daya manusia di Kantor Wilayah BPN Provinsi maupun Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. D. Kinerja Lainnya 1. One Day Service Gambar 3. 9 Loket Khusus Pelayanan One Day Service Office Satu lagi bentuk inovasi layanan pertanahan, yaitu One Day Service.Ini merupakan layanan satu hari selesai dibidang pertanahan yang dilaksanakan pada Loket.Pelayanan Kantor Pertanahan maupun mobil LARASITA. Layanan ini dilaksanakan untuk jenis pelayanan yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 hari (1-8 jam) yang dilaksanakan pada hari kerja.tujuan dilaksanakannya One Day Service adalah untuk mempermudah pelayanan di bidang pertanahan, mempersingkat alur birokrasi pelayanan di bidang pertanahan, mewujudkan harapan masyarakat pengguna layanan dibidang pertanahan serta mewujudkan komitmen BPN-RI memberikan pelayanan yang cepat dan cermat. Dengan upaya ini diharapkan mampu memangkas peran para calo yang menyebabkan biaya tinggi dalam pengurusan layanan pertanahan. Dalam pelaksanaannya, Kantor Pertanahan menyediakan loket khusus One Day Service dan setiap berkas permohonan diberikan tanda khusus Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 51

52 (stempel One Day Service). One Day Service LARASITA dilaksanakan oleh Tim LARASITA pada lokasi tertentu sesuai jadwal penugasan tim yang telah ditetapkan dan diinformasikan kepada masyarakat. One Day Service telah dilaksanakan di banyak Kantor Pertanahan antara lain Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Serang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kubu Raya, Kota Padang, Kota Makasar dan Kantor Pertanahan lainnya. Jenis Layanan Pertanahan dalam One Day Serviceantara lain: Pengecekan Sertipikat Penghapusan Hak Tanggungan (Roya) Pendaftaran Hak Milik Berdasarkan Surat Keputusan Peningkatan Hak / Perubahan Hak Peralihan Hak Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) Perpanjangan Hak Tanpa Ganti Blanko Pencatatan Sita Pencatatan Blokir 2. Quick Service Satu bentuk inovasi layanan pertanahan yang dilaksanakan kantor Pertanahan adalah Quick Service atau Layanan Cepat. Ini merupakan layanan dibidang pertanahan yang dilaksanakan Kantor Pertanahan Kota Surabaya II.Dengan Quick Service layanan pertanahan dapat diselesaikan lebih cepat dari standar waktu yang telah ditentukan, layanan 1-5 hari kerja dapat diselesaikan dalam waktu 2-8 jam sehingga dapat ditunggu oleh pemohon layanan. Tujuan Quick Service adalah untuk percepatan layanan pertanahan tertentu serta membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu untuk datang sendiri ke Kantor Pertanahan, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 52

53 Gambar 3.10 Waktu Pelayanan Layanan Cepat (Quick Service) Kantor Pertanahan Kota Surabaya II menyelenggarakan Quick Service pada jam WIB. Gambar 3.11 Biaya dan Waktu Penyelesaian Layanan Cepat (Quick Service) 3. Weekend Service Gambar Weekend Service Program Layanan Akhir Pekan atau "Weekend Service" merupakan salah satu inovasi dibidang layanan pertanahan, dimana kantor pertanahan membuka pelayanan di luar hari kerja yaitu pada akhir pekan atau Hari Sabtu. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 53

54 Layanan Akhir Pekan atau "Weekend Service" pada Kantor Pertanahan Kota Surabaya II dikenal dengan "Saturday Open".Weekend Service dimaksudkan untuk percepatan layanan pertanahan tertentu serta membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu pada hari kerja.dengan upaya ini diharapkan mampu memangkas peran para calo atau perantara yang sering menyebabkan "biaya tinggi" dalam pengurusan layanan pertanahan. Kantor Pertanahan Kota Tangerang telah menerapkan layanan "Weekend Service" sejak april 2013 dengan jenis layanan Pengecekan Sertipikat Hak Atas Tanah, Pemberian Hak Milik atas Tanah untuk Rumah Tinggal, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah, Pendaftaran Blokir dan Hapusnya Hak Tanggungan (Roya). Waktu pelayanan pendaftaran pada jam WIB dan penyerahan produk dilakukan pada jam WIB. Kantor Pertanahan Surabaya II menyelenggarakan Weekend Service pada jam WIB untuk jenis layanan penghapusan Hak Tanggungan (Roya), perubahan HGB menjadi HM untuk luas tertentu, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) serta pengecekan sertipikat. Untuk pelayanan ini dilakukan pengaturan tim pelaksana secara bergiliran serta disediakan Loket Khusus yang memudahkan masyarakat/pemohon layanan. Gambar Suasana Layanan Dengan biaya yang sama dengan pelayanan di hari biasa serta selesai dalam hari yang sama (bisa ditunggu), layanan ini dimaksudkan agar masyarakat mendapat waktu lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 54

55 4. Layanan Tujuh Menit (Lantum) Lantum atau Layanan Tujuh Menit merupakan satu bentuk inovasi layanan pertanahan yang dilaksanakan Kantor Pertanahan Kota Surabaya II.Dengan Lantum layanan pertanahan dapat diselesaikan lebih cepat dari standar waktu yang telah ditentukan, layanan diselesaikan dalam waktu 7 menit sehingga dapat ditunggu oleh pemohon layanan. Tujuan dilaksanakannya Lantum adalah untuk percepatan layanan pertanahan tertentu serta membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu (kesibukan yang tinggi) untuk datang sendiri ke Kantor Pertanahan, sehingga diharapkan mampu memangkas peran para calo yang menyebabkan biaya tinggi dalam pengurusan layanan pertanahan. Gambar Layanan Tujuh Menit Layanan Tujuh Menit atau Lantum dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kota Surabaya II untuk wilayah kelurahan tertentu, dimana database pertanahannya atau data elektroniknya telah tervalidasi. Layanan ini dilaksanakan jam WIB pada hari kerja (Senin s/d Jumat) untuk jenis layanan tertentu yang meliputi penghapusan Hak Tanggungan (Roya) serta pengecekan sertipikat hak atas tanah. Disediakan Loket Khusus Lantum yang memudahkan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 55

56 masyarakat/pemohon layanan, tidak ada penambahan biaya untuk memperoleh layanan tujuh menit atau Lantum. Gambar Jenis, Waktu dan Biaya LANTUM 5. Layanan Informasi Online Dalam rangka membangun sistem pelayanan publik yang berlandaskan pada prinsip keterbukaan serta memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses informasi, Badan Pertanahan Nasional RI menyediakan layanan akses Informasi pertanahan secara online. Layanan informasi ini disediakan dalam berbagai bentuk media informasi, yaitu KiosK atau anjungan informasi mandiri, website BPN- RI, SMS Informasi Pertanahan serta aplikasi BPN Go Mobile pada perangkat berbasis android. Kios-K Gambar Pengguna Kiosk KiosK merupakan anjungan informasi mandiri yaitu suatu media informasi pertanahan yang tersedia di lobby atau ruang pelayanan Kantor Pertanahan. Melalui KiosK masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi secara mandiri dan gratis tanpa harus antri untuk bertemu petugas di loket. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 56

57 Informasi yang tersedia pada KiosK antara lain informasi jenis layanan pertanahan beserta persyaratan, jangka waktu serta alur proses penyelesaiannya, informasi biaya layanan serta simulasinya, informasi berkas permohonan, informasi pegawai, informasi PPAT serta informasi jadwal LARASITA. Website Media informasi online lainnya adalah website resmi BPN-RI, website ini disediakan berbagai fitur serta informasi terkait dengan tugas pokok dan fungsi BPN-RI. Terkait dengan layanan pertanahan, tersedia 2 fitur layanan informasi yaitu informasi tentang jenis layanan pertanahan beserta persyaratan, jangka waktu, alur proses penyelesaiannya dan informasi biaya layanan beserta simulasinya, serta informasi tentang berkas permohonan. Informasi syarat, waktu, proses dan biaya layanan Informasi ini menjelaskan tentang berbagai jenis layanan pertanahan yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia, yang meliputi layanan pendaftaran tanah pertama kali (sertipikasi tanah hak milik adat/tanah negara), pemeliharaan data pendaftaran tanah (perubahan subyek/pemegang hak maupun obyek hak atas tanah), pencatatan dan informasi pertanahan, pengukuran bidang tanah serta layanan pengaturan dan penataan pertanahan. Pada fitur ini dapat diperoleh informasi mengenai persyaratan, jangka waktu serta alur proses dari setiap layanan serta dapat menghitung biaya layanan melalui simulasi biaya. Informasi berkas permohonan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 57

58 Layanan ini merupakan salah satu wujud komitmen BPN-RI menyelenggarakan layanan publik yang transparan dan akuntabel serta menyediakan sistem layanan publik yang dapat diakses dengan mudah, bebas biaya dan cepat.melalui fasilitas ini masyarakat dapat memperoleh informasi status penyelesaian berkasnya. Untuk melakukan pencarian berkas, pemilik berkas harus mengisi form yang tersedia dengan benar dan memiliki nomor PIN yang diberikan oleh Kantor Pertanahan untuk setiap berkas permohonan. Nomor PIN ini dapat dilihat pada kuitansi pembayaran berkas permohonan yang diberikan kepada pemohon dan tercetak di bawah barcode. Informasi yang bisa diperoleh adalah Informasi tanggal masuk berkas, jenis kegiatan, tanggal update berkas terakhir, status permohonan (Selesai/Masih dalam Proses), nama pemilik, serta nama dan alamat penerima berkas. Dengan pelayanan ini masyarakat diharapkan dapat mendapat kemudahan dalam mendapatkan informasi status berkas permohonannya cepat, mudah diakses tanpa mengabaikan akurasi dan keamanan data. Aplikasi BPN Go Mobile Selain informasi melalui SMS Pertanahan "2409", terdapat juga aplikasi BPN Go Mobile yang tersedia pada perangkat komunikasi berbasis software Android.Ini merupakan inovasi layanan yang dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kota Surabaya II, untuk mempermudah masyarakat mendapatkan informasi dengan cepat dan murah.melalui aplikasi BPN Go Mobile ini masyarakat dapat memperoleh informasi mengenai persyaratan dan biaya layanan pertanahan, jadwal LARASITA serta informasi permohonan. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 58

59 Gambar BPN Go Mobile 6. SMS Informasi Pertanahan "2409" Layanan Informasi Mobile dalam bentuk Layanan SMS Informasi Pertanahan dengan kode akses "2409" merupakan salah satu bentuk inovasi layanan yang yang menunjukkan komitmen BPN untuk terus mencari bentuk-bentuk perbaikan mutu pelayanan. Inovasi ini akan memudahkan masyarakat yang sedang berurusan dengan Kantor Pertanahan untuk mengetahui perkembangan urusannya tanpa harus datang ke Kantor Pertanahan, begitu pula masyarakat dapat dengan mudahnya memperoleh informasi biaya layanan serta menyampaikan pengaduan tentang layanan pertanahan. Dengan demikian masyarakat tidak perlu kehilangan waktu dan biaya yang banyak.layanan ini dapat diakses dari manapun dan tersedia selama 24 jam. Layanan ini disajikan dengan biaya yang relatif murah, hanya Rp. 350 untuk setiap SMS, yang dibebankan langsung ke pulsa pengirim SMS dan berlaku sama untuk semua jenis penyedia layanan telekomunikasi. Layanan ini pun menggunakan kode akses yang singkat dan mudah diingat yakni "2409", merupakan penyatuan berbagai layanan SMS Pertanahan yang ada telah ada di masing-masing Kantor Pertanahan dengan nomor akses yang berbeda-beda.angka "2409" merepresentasikan tanggal dan bulan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 59

60 yakni 24 September 1960.SMS Informasi Pertanahan "2409" merupakan wujud nyata dari BPN baru dengan semboyan pelayanan pertanahan yang cepat, murah, sederhana, pasti dan tidak KKN.Untuk memperoleh informasi melalui SMS "2409", cukup mengirimkan SMS ke nomor khusus 2409 dengan mengetikkan kata kunci sesuai dengan format. Tabel 3.22 Kata Kunci/Prefix pada Layanan SMS Pertanahan No. Informasi Format Perintah Contoh 1. Informasi Berkas BERKAS(spasi)NOMOR 2. Informasi Biaya BERKAS/TAHUN(spasi)PIN Biaya Pengukuran UKUR(spasi)KODE PROPINSI(spasi)LUAS Biaya Hak Pemberian Biaya Konversi Biaya Hak Biaya Hak Pengakuan Peralihan TANAH PEMBERIAN(spasi)KODE PROPINSI(spasi)LUAS TANAH KONVERSI(spasi)KODE PROPINSI(spasi)LUAS TANAH PENGAKUAN(spasi)KODE PROPINSI(spasi)LUAS TANAH PERALIHAN(spasi)LUAS TANAH(spasi)NILAI TANAH 3. Pengaduan PENGADUAN#NAMA#NOMOR 4. Informasi Kode Propinsi TELEPON#ADUAN KODE(spasi)PROPINSI BERKAS 1001/ UKUR PEMBERIAN KONVERSI PENGAKUAN PERALIHAN PENGADUAN#BUDIMAN# #ISI PENGADUAN SAYA KODE PROPINSI 7. Layanan Anggota Masyarakat Layangmas atau Layanan Anggota Masyarakat, merupakan aplikasi layanan mandiri bagi masyarakat berbasis GeoSpatial dengan menggunakan teknologi komputer touchscreen, sebagai wujud pemanfaatan lebih lanjut dari aplikasi pelayanan pertanahan berbasis komputer (Komputerisasi Kantor Pertanahan/KKP).Layangmas terwujud berkat kerjasama antara Kantor Pertanahan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah, bertujuan untuk memonitor potensi di Kabupaten Karanganyar, seperti pertanian, perumahan, perindustrian, dan pariwisata. Layangmas dipasang di sejumlah tempat penting, seperti Kantor Pertanahan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 60

61 Kabupaten Karanganyar, bandara Adisumarmo, kantor Sekretaris Daerah Karanganyar dan rumah dinas Bupati Karanganyar. Informasi yang tersaji dalam Layangmas, antara lain: 1. Informasi Lokasi Industri 2. Informasi Lokasi Pertanian Unggulan 3. Informasi Rencana Tata Ruang (RTRW) 4. Informasi Zona Nilai Tanah 5. Informasi Wilayah Bencana 6. Informasi Pertanahan Gambar Layanan Anggota Masyarakat 7. Penandatanganan Kesepakatan Bersama Antara Badan Pertanahan Nasional RI Dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi Dan Pt. Pertamina (Persero) Gambar Penandatanganan MoU Penandatanganan Kesepakatan Bersama yang akan di lakukan merupakan pembaharuan dari Kesepa-katan Bersama yang telah berakhir masanya pada tanggal 21 Januari Dalam kesepakatan yang baru ini diperluas ruang lingkupnya, tidak hanya dalam proses pensertipikatan aset akan tetapi meliputi juga penanga- nan permasalahan tanah dan pengadaan tanah bagi PT Pertamina (Persero). Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 61

62 Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan bahwa tanah-tanah yang telah diperoleh baik oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan Gas Bumi (SKK Migas) maupun PT. Pertamina (Persero) dapat segera disertipikatkan, sehingga memperoleh kejelasan haknya dan terhindar dari sengketa. 8. Kesepakatan Bersama Kementerian Keuangan Ri Dengan Badan Pertanahan Nasional Ri, Guna Percepatan Sertipikat Barang Milik Negara (BMN) di Jajaran Kementerian Keuangan RI Sejak tahun 2004, Pemerintah telah mengamanatkan kepada seluruh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah agar mendaftarkan seluruh asetnya kepada Badan Pertanahan Nasional RI sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara jo Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 186/PMK.06/2009 dan Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pensertipikatan Barang Milik Negara Berupa Tanah. Sejalan dengan amanat Undang-undang tersebut di atas, maka perlu seluruh Kementerian dan Lembaga untuk dapat membangun database atas aset Barang Milik Negara, sehingga diharapkan dari database dimaksud Kita dapat memetakan aset kedalam 4 (empat) kategori aset Barang Milik Negara yaitu: Aset Barang Milik Negara yang telah didaftarkan (bersertipikat); Aset Barang Milik Negara yang belum didaftarkan; Aset barang Milik Negara yang masih bermasalah (termasuk sengketa); Aset Barang milik Negara sudah didaftar tetapi masih perlu dibalik nama kepada atas nama Pemerintah Republik Indonesia Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 62

63 9. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Sebagai upaya perlindungan terhadap hak-hak pihak yang berhak dan kepentingan pembangunan untuk kepentingan umum, Presiden Republik Indonesia pada tanggal 14 Januari 2012 telah mengesahkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Selanjutnya pada tanggal 7 Agustus 2012, presiden telah pula mengesahkan Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Peraturan Presiden ini merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 2 Tahun 2012, oleh karenanya peraturan presiden ini mengatur secara lebih rinci setiap tahap penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Selanjutnya Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah; Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 13/PMK.02/2013 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pengertian kepentingan umum menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 1 adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh Pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan Pasal 10 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 63

64 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012, tanah untuk kepentingan umum tersebut digunakan untuk pembangunan: Pertahanan dan keamanan nasional; Jalan umum, jalan tol, terowongan jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api; Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya; Pelabuhan, bandar udara, dan terminal; Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi; Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik; Jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah; Tempat pembuangan dan pengolahan sampah; Rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah; Fasilitas keselamatan umum; Tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah; Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik; Cagar alam dan cagar budaya; Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa; Penataan pemukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa; Prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah; Prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan Pasar umum dan lapangan parkir umum. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum bertujuan: 1. menjamin tersedianya tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum; Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 64

65 2. penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia; 3. pemberian ganti kerugian yang adil; dan 4. terjamin jangka waktu pelaksanaannya. Undang-undang ini dibuat dengan menimbang bahwa peraturan perundang-undangan dibidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum belum dapat menjamin perolehan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Banyak program pemerintah yang terhambat karena proses pengadaan tanah yang tidak selesai, karena banyaknya spekulasi atas tanah dan pihak-pihak yang tidak bersedia melepaskan tanahnya, padahal sebagaimana kita ketahui, tanah mempunyai fungsi sosial. Oleh karena itu, pemegang hak atau pihak yang berhak atas tanah wajib melepaskan hak atas tanahnya apabila diperlukan untuk kepentingan umum E. Akuntabilitas Keuangan. 1. Realisasi Anggaran BPN-RI Berdasarkan alokasi anggaran Badan Pertanahan Nasional RI tahun 2013, pagu anggaran adalah sebesar Rp ,- (empat triliun empat ratus empat puluh dua milyar enam ratus empat puluh tujuh juta sembilan ratus limapuluh ribu rupiah).realisasi penyerapan anggaran pada masing-masing program sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp (Tiga triliun enam ratus lima puluh delapan miliar dua ratus tiga puluh empat juta lima ratus enam puluh dua ribu lima ratus empat puluh dua rupiah) atau82,51% dari pagu anggaran. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 65

66 Tabel 3.23 Realisasi Anggaran BPN-RI Tahun 2013 NO PROGRAM TARGET REALISASI % Program Pengelolaan Pertanahan Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN Program Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Aparatur BPN-RI , , , ,18 Total ,51 Gambar 3.19 Peta Serapan AnggaranUnit Kerja Daerah Tahun 2013 < 55,00 55,01 75,00 75,01 85 > 85,01 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 66

67 No Program Tahun Program Pengelolaan Pertanahan Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN Program Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Aparatur BPN RI Jumlah Tabel 3.24 Alokasi Anggaran per Program Tahun Target Pagu Realisasi , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,51 % Grafik 3.8 Realisasi Anggaran BPN-RI tahun ,51 76,53 72,6 72, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 67

68 Alokasi anggaran BPN digunakan untuk membiayai kegiatan yang terbagi dalam 4 program dengan sumber dana rupiah murni dan PNBP. Jika dilihat pagu anggarannya dari tahun , anggaran BPN-RI selalu mengalami peningkatan yang rata-ratanya pertahun naik sekitar 5,94%, sedangkan realisasi dari tahun mengalami fluktuatif dengan rata-rata pertahun sebesar 5,65% seperti ditabulasikan pada tabel dan grafik Penerimaan PNBP Penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) merupakan salah satu sumber dana untuk membiayai kegiatan pertanahan seperti yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.Dari tahun penerimaan PNBP tidak pernah mencapai target. Hanya pada tahun 2013 penerimaan PNBP melebihi target dimana realisasinya sampai 120,59% seperti yang ditabulasikan pada table Tetapi apabila dilihat dari realisasinya dari tahun ke tahun selalu meningkat seperti ditabulasikan pada grafik 3.3. Tabel 3.24 Realisasi Penerimaan PNBP BPN-RI Tahun Tahun Target Realisasi % , , , ,59 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 68

69 Grafik 3.9 Persentase Realisasi Penerimaan PNBP Tahun % Realisasi Penerimaan PNBP 120,00 90,00 60,00 83,69 84,41 92,93 120,59 30,00 0, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 69

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Sapta Tertib Pertanahan Daftar Isi Daftar Tabel, Grafik dan Gambar Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif i ii iv vii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Sapta Tertib Pertanahan Daftar Isi Daftar Tabel, Grafik dan Gambar Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif i ii iv vii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

Lebih terperinci

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI Tahun 2010-2014. II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN A. Visi Pembangunan Pertanahan R encana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSTRUKSI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1/Ins/II/2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROGRAM STRATEGIS BADAN PERTANAHAN NASIONAL TAHUN 2013 KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Berdasarkan keputusan presiden nomor 96/M/1993 tentang pembentukan Kabinet Pembangunan IV kegiatan pertanahan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA A. Rencana Strategis BPN RI B. Penetapan Kinerja

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA A. Rencana Strategis BPN RI B. Penetapan Kinerja Daftar Isi PENGANTAR........... RINGKASAN EKSEKUTIF....... DAFTAR ISI............. i ii iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................. 1 B. Tugas dan Fungsi....... 2 C. Peran Strategis Sektor

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : BADAN PERTANAHAN NASIONAL 1 PROGRAM PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1.444,6 1.631,8 1.862,0 2.033,3 1.1 Pengelolaan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Tabel I. Alokasi Anggaran Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) KODE PROGRAM

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA,

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA, KATA PENGANTAR Assamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas ijinnya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perencanaan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 24 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan lagi di Semarang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Oleh : Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama selaku Plt. Sekretaris

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, 14 Maret 2013 KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA HENDARMAN SUPANDJI

PENGANTAR. Jakarta, 14 Maret 2013 KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA HENDARMAN SUPANDJI PENGANTAR Segala puja, puji, dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-nya pula maka Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pertanahan

Lebih terperinci

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

Tanah Untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat. Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun

Tanah Untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat. Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2010-2014 Tanah Untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat TANAH UNTUK KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 KATA PENGANTAR KEPALA BPN RI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya, kami dapat menyelesaikan Rencana Kerja (RENJA) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS BADAN PUSAT STATISTIK 2012 D A F T A R I S I hal Daftar Isi i Bab I Pendahuluan A Latar Belakang 1 B Pengertian 2 C Tujuan Penetapan Kinerja 2 D Ruang Lingkup Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT UTAMA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL BADAN PERTANAHAN NASIONAL PUSAT LAMPIRAN : PERATURAN RI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIS UTAMA DEPUTI BIDANG SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN (Deputi I) DEPUTI BIDANG HAK TANAH

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1 1 Pendahuluan D alam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan kinerjanya sebagaimana diamanatkan dalam inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), seluruh instansi

Lebih terperinci

Formulir 1 TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Formulir 1 TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Formulir 1 PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2014 BADAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NO PROGRAM/ KEGIATAN OUTCOME/OUTPUT INDIKATOR A PROGRAM : PENGELOLAAN NASIONAL 1 PUSAT a. DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN, DAN

Lebih terperinci

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN TAHUN 2010-2014 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Formulir 1 TARGET A PROGRAM : PENGELOLAAN PERTANAHAN NASIONAL 1 PUSAT a. DEPUTI BIDANG SURVEI, Outcome : PENGUKURAN, DAN DEPUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2016

PERJANJIAN KINERJA 2016 PERJANJIAN KINERJA 2016 Perjanjian Kinerja 2016 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENGERTIAN Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR 1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN JANUARI 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP)

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI (i) DAFTAR TABEL (ii) DAFTAR GAMBAR (iii) KATA PENGANTAR (v) IKHTISAR EKSEKUTIF (vii) I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1. GAMBARAN UMUM a. Kondisi Umum 1. Kedudukan Kecamatan Kandis merupakan bagian dari Kabupaten Siak, yang dibentuk berdasarkan pemekaran dari kecamatan Minas yang diundangkan sesuai Perda

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG PERTANAHAN MELALUI GERAKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGARAH SURAT TENTANG SINGKATAN ARAHAN SURAT SERTA PENOMORAN KEPUTUSAN YANG DITANDA TANGANI UNIT PENGOLAH A.N. KBPN

PETUNJUK PENGARAH SURAT TENTANG SINGKATAN ARAHAN SURAT SERTA PENOMORAN KEPUTUSAN YANG DITANDA TANGANI UNIT PENGOLAH A.N. KBPN PETUNJUK PENGARAH SURAT TENTANG SINGKATAN ARAHAN SURAT SERTA PENOMORAN KEPUTUSAN YANG DITANDA TANGANI UNIT PENGOLAH A.N. KBPN KLASIFIKASI ESELON I 100 SEKRETARIAT UTAMA 200 DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KEP-7.1/III/2012 TENTANG PRAKSIS REFORMA AGRARIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2018

PERJANJIAN KINERJA 2018 PERJANJIAN KINERJA 2018 Tahun Anggaran 2018 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2018 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 i

KATA PENGANTAR. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 i KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas semua limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sumedang Tahun 2016 dapat diselesaikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN)

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) BAB II PROFIL PERUSAHAAN 1. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional (BPN) Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

INSPEKTORAT AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR INSPEKTORAT JALAN SULTAN ALAM BAGAGARSYAH TELP 0752 71128 BATUSANGKAR 27281 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BATUSANGKAR JANUARI 2013 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.242, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Organisasi Badan Pertanahan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 DASAR HUKUM EVALUASI HASIL RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

PELAPORAN KINERJA dan PERJANJIAN KINERJA

PELAPORAN KINERJA dan PERJANJIAN KINERJA PELAPORAN KINERJA dan PERJANJIAN KINERJA DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL Tim Penyusun PK, LKj Kementerian, Setjen dan Biro Perencanaan dan Kerjasama pada Biro Perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci