FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun
|
|
- Leony Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE TANGGAL 26 OKTOBER 2017 Dr. M Yusuf S Barusman Hotel Aryaduta, Jakarta 23 November 2017 Forum Koordinasi Dewan Riset Daerah Se-Sumatera Periode , merupakan Lembaga non struktural Forum konsultasi dan koordinasi DRD Se-Sumatera membahas isu-isu actual dan strategis di Sumatera dan nasional untukmendukung pembangunan di Sumatera dan Nasional. 1
2 Proses Pembentukan Forum Koordinasi DRD se-sumatra HASIL EKSPOS DRD REGIONAL SUMATERA TANGGAL 28 APRIL 2016 DI PROVINSI JAMBI 1. Mendorong Kemenristekdikti melalui DRN untuk menyusun Peraturan Pemerintah tentang DRN dan DRD sebagai dasar Pemerintah dalam pembentukan DRD. Pembentukan DRD diputuskan melalui Peraturan Daerah (Provinsi Lampung dalam proses ) 2. Mengusulkan kepada DRN untuk menyusun Juklak dan acuan tentang pembentukan dan tupoksi guna meningkatkan peran DRD dalam pembangunan daerah 3. Mengusulkan kepada Kemenristekdikti melalui DRN untuk melakukan koordinasi dengan Kemendagri guna optimalisasi peran Balitbangda dalam pengembangan IPTEK. 2
3 4. Mengukuhkan Forum Koordinasi DRD Se- Sumatera dan memutuskan DRD Provinsi Jambi sebagai sekretariat sementara. 5. Provinsi Lampung sebagai tempat penyelenggara Rapat Forum Koordinasi DRD Se- Sumatera I Tahun 2017 dan telah dilaksanakan pada Oktober Mendorong Pemerintah daerah untuk merealisasikan anggaran riset didaerah sesuai surat edaran Mendagri sebesar 1 % dari APBD Sekretariat Forum Koordinasi Dewan Riset Daerah Se-Sumatera Periode di Bandar Lampung 3
4 Tugas Forum Koordinasi Dewan Riset Daerah Se- Sumatera Periode a. Mempersiapkan bahan tentang arah dan prioritas program riset dan teknologi daerah serta bergerak pada aspek kebijakan dan sistem kelembagaan yang perlu dikembangkan untuk menstimulasi, menghimpun, dan mensinergikan kapasitas elemen pembentuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. Menganalisis berbagai aspek kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertumbuhan kapasitas prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi dalam skala daerah maupun kaitannya dengan skala nasional; c. Menampung kepentingan stakeholder yang meliputi pemerintah, lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi, institusi akademik, industri, dan masyarakat dalam proses pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi; Tugas Forum Koordinasi Dewan Riset Daerah Se- Sumatera Periode , yaitu : d. Menganalisis strategi maupun mengevaluasi efektivitas proses difusi ilmu pengetahuan dan teknologi pada program pemerintah; e. Merumuskan dan menilai program/kegiatan daerah dalam bidang pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4
5 Fungsi Dewan Riset Daerah a. Menilai kemajuan berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam skala daerah maupun nasional, kinerja prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengkaji pengaruhnya bagi pembangunan daerah; b. Memantau berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan keterkaitan elemen-elemen perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah; Fungsi Dewan Riset Daerah (lanjutan) c. Mengkaji prioritas dan agenda pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah degan mendayagunakan sumber daya riset dan teknologi seefektif-efektifnya; d. Menyusun Prioritas Utama Daerah bidang Riset dan Teknologi yang mencakup penelitian, pengembangan dan rekayasa 5
6 Strategi Implementasi a. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan memberikan rekomendasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling tepat guna pemecahan masalah tersebut; b. Memfungsikan jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga bersinergi dalam rangka keberhasilan pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi daerah; Strategi Implementasi (lanjutan) c. Melakukan upaya penggalakan komersialisasi kegiatan dan hasil riset dengan mendayagunakan secara maksimal sistem insentif pemerintah yang terkait; d.mengupayakan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangkaian kegiatan sistem penghargaan atau lainnya. 6
7 Susuanan Pengurus Forum Koordinasi DRD se- Sumatra periode Dewan Penasehat: Ketua DRN Anggota DRN Dewan Pembina: Gubernur se-sumatra Wakil Gubernur se-sumatra Ketua: Dr. M Yusuf S Barusman Sekretaris: Dr Citra Persada Anggota: DRD Propinsi se-sumatra Topik dan Issue Relevan 7
8 PDRB NASIONAL 2016 Sumber: Badan Pusat Statistik (katalog ) KONTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI TERHADAP NASIONAL Sumber: Badan Pusat Statistik 8
9 PERBANDINGAN PDRB PULAU SUMATERA PER TAHUN (HARGA KONSTAN) PERBANDINGAN PDRB (HARGA KONSTAN) SUMATERA 2016 Kep Riau; Aceh; ,55; Bangka Belitung; ,76; 8% 6% ,82; 2% Lampung; ,73; 10% Bengkulu; ,83; 2% Sumatera Utara; ,86; 23% Sumatera Selatan; ,74; 13% Sumatera Barat; ,47; 7% Jambi; ,09; 6% Riau; ,72; 23% Paling Tinggi Riau, Paling Rendah Bengkulu PERBANDINGAN PDRB PULAU SUMATERA PER TAHUN (HARGA KONSTAN) ,00 Perbandingan PDRB Sumatera Harga Konstan (2010) , , , , ,00 0, ( pred) PDRB (Juta Rp) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep Riau Paling Tinggi Riau, Paling Rendah Bengkulu 9
10 IPM PULAU SUMATERA Indeks Pembangunan Manusia ( IPM -%) PULAU SUMATERA PROVINSI ACEH 67,09 67,45 67,81 68,3 68,81 69,45 70 SUMATERA UTARA 67,09 67,34 67,74 68,36 68,87 69,51 70 SUMATERA BARAT 67,25 67,81 68,36 68,91 69,36 69,98 70,73 RIAU 68,65 68,9 69,15 69,91 70,33 70,84 71,2 JAMBI 65,39 66,14 66,94 67,76 68,24 68,89 69,62 SUMATERA SELATAN 64,44 64,12 65,79 66,16 66,75 67,46 68,24 BENGKULU 65,35 65,96 66,61 67,5 68,06 68,59 69,33 LAMPUNG 63,71 64,2 64,87 65,73 66,42 66,95 67,65 KEP. BANGKA BELITUNG 66,02 66,59 67,21 67,92 68,27 69,05 69,55 KEP. RIAU 71,13 71,61 72,36 73,02 73,4 73,75 73,99 RATA RATA SUMATERA 66,61 67,01 67,68 68,36 68,85 69,45 70,03 IPM SUMATERA (%) IPM % Tahun ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEP. BANGKA BELITUNG KEP. RIAU IPM PULAU TERHADAP NASIONAL IPM PULAU DIBANDINGKAN NASIONAL Maluku dan Papua; 63,62 Sumatera; 70,03 Sulawesi; 67,91 Jawa; 71,82 Kalimantan; 69,57 Bali dan Nusa Tenggara; 67,53 10
11 TINGKAT KEMISKINAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 10,64% Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2016 sebesar 7,73 persen, turun menjadi 7,72 persen pada Maret Sementara, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2016 sebesar 13,96 persen, turun menjadi 13,93 persen pada Maret Selama periode September 2016 Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 188,19 ribu orang (dari 10,49 juta orang pada September 2016 menjadi 10,67 juta orang pada Maret 2017). Sementara, di daerah perdesaan turun sebanyak 181,29 ribu orang (dari 17,28 juta orang pada September 2016 menjadi 17,10 juta orang pada Maret 2017). Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2017 tercatat sebesar 73,31 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi September 2016 yaitu sebesar 73,19 persen. TINGKAT KEMISKINAN PULAU SUMATERA 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SUMATERA 2017 (RIBU JIWA) KEP, RIAU; 125,37; 2% KEP, BANGKA BELITUNG; 74,09; 1% LAMPUNG; 1131,73; 18% ACEH; 872,61; 14% BENGKULU; 316,98; 5% SUMATERA UTARA; 1453,87; 23% SUMATERA SELATAN; 1086,92; 18% JAMBI; 286,55; 5% RIAU; 514,62; 8% SUMATERA BARAT; 364,51; 6% 11
12 TINGKAT KEMISKINAN PULAU JAWA 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA 2017 ( RIBU JIWA) BANTEN; 675,04; 5% DKI JAKARTA; 389,69; 3% JAWA TIMUR; 4617,01; 31% JAWA BARAT; 4168,44; 28% DI YOGYAKARTA; 488,53; 3% JAWA TENGAH; 4450,72; 30% TINGKAT KEMISKINAN NASIONAL JUMLAH PENDUDUK MISKIN PULAU TERHADAP NASIONAL Sulawesi; 2116,66; 8% Kalimantan; 990,15; 4% Bali Nusa Tenggara; 2124,7; 8% Maluku Papua; 1523,05; 5% Sumatera; 6227,25; 22% Jawa; 14789,43; 53% 12
13 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN SUMATERA (2014) 3,50 3,00 3,14 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Pulau Sumatera 2,85 2,50 2,41 2,30 2,00 1,71 1,50 1,20 1,12 1,00 0,50 0,86 0,45 0,75 0,15 0,29 0,23 0,62 0,75 0,56 0,60 0,12 0,74 0,18 0,00 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau Indeks Kedalaman Indeks Keparahan TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN JAWA (2014) 2,50 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Pulau Jawa 2,35 2,09 2,00 1,86 1,50 1,39 1,00 0,79 0,50 0,60 0,13 0,33 0,51 0,61 0,45 0,18 0,00 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Indeks Kedalaman Indeks Keparahan 13
14 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN NASIONAL (2014) 5,00 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Indonesia 4,50 4,40 4,00 3,50 3,00 2,50 2,35 2,00 1,50 1,68 1,51 1,99 1,42 1,00 0,50 0,42 0,37 0,59 0,92 0,23 0,51 0,00 Sumatera Jawa Bali dan NTT Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua Indeks Kedalaman Indeks Keparahan GARIS KEMISKINAN PULAU SUMATERA Garis Kemiskinan Menurut Provinsi (Rupiah/kapita/bulan) Provinsi Perkotaan Pedesaan Semester 1 Semester 1 Rata-Rata (Maret) (Maret) ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEP. BANGKA BELITUNG KEP. RIAU INDONESIA GARIS KEMISKINAN MENURUT PROVINSI PULAU SUMATERA (Rupiah/ Kapita/ Bulan) Perkotaan Pedesaan Rata-Rata
15 GARIS KEMISKINAN PULAU JAWA Provinsi Garis Kemiskinan Menurut Provinsi (Rupiah/kapita/bulan) Perkotaan Pedesaan Semester 1 (Maret) Semester 1 (Maret) Rata- Rata GARIS KEMISKINAN MENURUT PROVINSI PULAU JAWA ( Rupiah/ Kapita/ Bulan) DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH DI JAWA TIMUR YOGYAKARTA BANTEN INDONESIA Perkotaan Pedesaan Rata-Rata INDEKS PENDIDIKAN Secara geografis, rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke atas bervariasi. Provinsi dengan rata-rata lama sekolah di atas 9 tahun tersebar di berbagai wilayah (ditandai dengan area berwarna hijau). DKI Jakarta menempati posisi teratas dengan rata-rata lama sekolah penduduknya lebih dari 10 tahun. Di sisi lain, penduduk 15 tahun ke atas di Papua rata-rata bersekolah sampai kelas 6 SD/sederajat. Berbeda dengan Papua, provinsi Maluku dan Papua Barat yang juga merupakan provinsi di Kawasan Timur Indonesia, rata-rata penduduknya bersekolah sampai tamat pendidikan dasar. 15
16 INDEKS PENDIDIKAN PULAU SUMATERA Angka PertisipasiSekolah (APS) Menurut Provinsidan Kelompok Umur, Pulau Sumatera 2016 Perkotaan +Pedesaan Provinsi Aceh 99,82 87,89 81,82 33,94 Sumatera Utara 99,42 96,48 76,43 26,62 Sumatera Barat 99,43 96,17 82,62 34,71 Riau 98,87 94,62 75,68 26,18 Jambi 99,57 95,35 71,2 23,86 Sumatera Selatan 99,61 93,68 68,67 18,07 Bengkulu 99,7 96,96 78,37 28,93 Lampung 99,63 94,32 69,31 19,72 Bangka Belitung 99,25 92,03 66,35 13,81 Kep Riau 99,33 98,78 82,04 18,58 Sumatera 99,46 94,63 75,25 24, APS Pulau Sumatera INDEKS PENDIDIKAN PULAU JAWA Angka Pertisipasi Sekolah (APS) Menurut Provinsi dan Kelompok Umur, Pulau Jawa 2016 Perkotaan +Pedesaan Provinsi DKI Jakarta 99,61 97,47 70,83 23,06 Jawa Barat 99,54 93,41 65,82 20,37 Jawa Tengah 99,58 95,41 67,95 21,59 DI Yogyakarta 99,84 99,62 87,20 49,95 Jawa Timur 99,46 96,69 70,54 22,67 Banten 99,43 95,59 67,00 20,74 120,00 Jawa 99,58 96,37 71,56 26,40 100,00 APS Pulau Jawa 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Jawa Timur Banten Jawa Yogyakarta
17 INDEKS PENDIDIKAN Angka Putus Sekolah Menurut Daerah Tempat Tinggal, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2016 Karakteristik Jenjang Pendidikan SD/Sederajat SMP/Sederajat SM/Sederajat Total 0,76 4,6 4,98 Daerah Tempat Tinggal Perkotaan 0,68 3,85 3,99 Pedesaan 0,84 5,34 6,37 Jenis Kelamin Laki-laki 1,01 5,89 5,34 Perempuan 0,5 3,3 4,6 INDEKS PENDIDIKAN PULAU SUMATERA Jumlah Sekolah Pulau Sumatera Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep Riau Sumatera SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK 17
18 INDEKS PENDIDIKAN PULAU JAWA Jumlah Sekolah Pulau Jawa DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Jawa SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK ISU YANG TERJADI DI PULAU SUMATERA ISU: Kontribusi PDRB antar pulau di Indonesia mengalami ketimpangan, contohnya Pulau Jawa berkontribusi 58,5% dan Pulau Sumatera berkontribusi 22%. Tingkat Kedalaman Kemiskinan Pulau Jawa 1,51% dan Keparahan Kemiskinan 0,37%, sedangkan Maluku dan Papua 4,40% dan 1,42% HIPOTESIS Ada ketimpangan atau gap antar daerah atau pulau. Sehingga ada ketidakmerataan. 18
19 Terdapat gap atau ketimpangan baik antar provinsi di dalam pulau, maupun antar pulau SOLUSI : KETERHUBUNGAN Pembangunan Infrastruktur Konektivitas Pembangunan Teknologi dan Komunikasi 19
20 SOLUSI: KEUNGGULAN Maping Potensi Keunggulan Kolaborasi ANTAR DAERAH Adanya Kawasan Bersama Pembentukan satu badan untuk memantau Kawasan Pariwisata yang ada di di banyak kawasan kota kabupaten. Ex: Lampung Bisa lintas kota kabupaten bahkan lintas provinsi. Dengan memanfaatkan keunggulan masingmasing daerah SOLUSI RISET YANG MENGKOORDINASIKAN POTENSI SE-SUMATERA Mengenai Infrastruktur, Politik, Keamanan dan Pendidikan 20
21 TEMA : RAPAT FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA I TAHUN 2017 DI PROVINSI LAMPUNG TANGGAL OKTOBER 2017 REVITALISASI AGRIBISNIS UBIKAYU HULU-HILIR MENUJU KEMANDIRIAN PANGAN, ENERGI, DAN INDUSTRI NASIONAL HASIL DAN SIMPULAN RAPAT FORUM KOORDINASI DRD SE-SUMATERA I TAHUN 2017 DI PROVINSI LAMPUNG 1. Ubikayu merupakan komoditas masa depan Indonesia. Terbuka peluang sangat besar untuk meningkatkan peran komoditas ubikayu dalam pembangunan ekonomi nasional 2. Perlu didorong percepatan riset dan inovasi di hulu, onfarm, dan hilir untuk meningkatkan kinerja agribisnis ubikayu, termasuk pengembangan dan penataan rantai nilai ubikayu yang memberikan insentif yang adil kepada pelaku bisnis. 21
22 HASIL DAN SIMPULAN RAPAT FORUM KOORDINASI DRD SE-SUMATERA I TAHUN 2017 DI PROVINSI LAMPUNG 3.Diperlukan kebijakan nasional untuk mengangkat komoditas ubikayu menjadi setara padi, jagung, dan kedelai (PAJALE), yang mampu mengonsolidasikan peran stakeholders dalam percepatan pembangunan agribisnis ubikayu yang berkeadilan. 4.Dewan Riset Daerah (DRD) perlu lebih diberdayakan sehingga dapat meningkatkan perannya dalam menunjang pembangunan daerah berbasis riset dan inovasi. PROGRAM KERJA FORUM DRD SE-SUMATERA No Permasalahan Isu Strategis Regional Program Kerja Output A Penguatan Kelembagaan dan Peran Forum DRD se-sumatera 1 Eksistensi dan peran DRD dalam percepatan pembangunan di daerah belum optimal 2 Potensi kelembagaan DRD se- Sumatera belum termanfaatkan secara optimal untuk percepatan pembangunan regional dan nasional 3 Forum Gubernur se-sumatera telah lama terbentuk. Namun, program kerja yang terkait dengan pengembangan dan pemanfaatan iptek masih sangat terbatas Perlu peningkatan kapasitas dan peran DRD, sehingga berkontribusi terhadap efektivitas dan kualitas pembangunaan di daerah Potensi kelembagaan DRD se- Sumatera perlu dihimpun dan disinergikan, sehingga dapat berperan optimal dalam percepatan pembangunan regional Sumatera Forum DRD se-sumatera perlu berkontribusi terhadap perumusan muatan pengembangan dan pemanfaatan iptek dalam program kerja Forum Gebernur se-sumatera 1. Penguatan kelembagaan dan kapasitas DRD (SDM, sarana/prasarana, dan biaya operasional) sehingga mampu menjalankan tugas dan fungsinya 2. Peningkatan jaringan kerjasama eksternal dan interaksi DRD dengan stakeholders. 1. Merumuskan arah dan fokus prioritas riset (agenda riset) di wilayah regional Sumatera 2. Menganalisis aspek kemampuan iptek dan kebutuhan pengembangannya untuk menunjang percepatan pembangunan regional dan nasional 3. Mengonsolidasikan potensi kelembagaan iptek di daerah untuk menunjang percepatan pembangunan regional dan nasional 4. Merumuskan strategi percepatan difusi dan inovasi teknologi untuk meningkatkan keunggulan produk dan nilai tambah sumber daya 5. Mengevaluasi serta menyusun masukan dan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas programprogram pembangunan di daerah 1. Merumuskan dan menyusun kebutuhan dukungan iptek untuk percepatan pembangunan regional Sumatera 2. Membangun kemitraan dengan Forum Gubernur se- Sumatera dan stakeholders lainnya untuk percepatan pembangunan regional Sumatera 22
23 B Kajian Pembangunan Unggulan Regional Sumatera 1 Arah pembangunan regional Sumatera belum terumuskan secara fokus sehingga terwujud potensi sinergi kawasan 2 Agenda pembangunan regional Sumatera belum secara eksplisit terintegrasi dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional (RPJPN dan RPJMN) 3 Posisi geostrategis Sumatera belum termanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kemakmuran rakyat Perlu dirumuskan fokus sinergi pembangunan ekonomi menuju keunggulan kawasan regional Sumatera, yang teragendakan dalam RPJPN dan RPJMN Percepatan pembangunan Kawasan Ekonomi Unggulan Sumatera harus teragendakan dalam RPJPN dan RPJMN Eksplorasi potensi geostrategis Sumatera menuju percepatan pembangunan regional berkelanjutan di berbagai bidang 1. Merumuskan fokus sinergi pembangunan regional Sumatera di bidang konektivitas wilayah 2. Merumuskan fokus sinergi pembangunan regional Sumatera di bidang pariwisata 3. Merumuskan fokus sinergi pembangunan regional Sumatera di bidang kemandirian pangan dan energi Memasukkan agenda pembangunan Kawasan Ekonomi Unggulan Sumatera dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional (RPJPN dan RPJMN) Penyusunan roadmap peningkatan peran geostrategis Sumatera dalam kerjasama ekonomi regional ASEAN C Seminar/Lokakaya 1 Belum maksimalnya sinergitas dan kolaborasi pembangunan provinsi-provinsi di Pulau Sumatera. DRD se Sumatera perlu menggali potensi Sumatera yang dapat menjadi percepatan dan pemersatu pembangunan provinsi se Sumatera Seminar SEMINAR SINERGITAS PEMBANGUNAN Se Sumatera TERIMA KASIH 23
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciFungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154
ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014
BADAN PUSAT STATISTIK No. 52/07/Th. XVII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 28,28 JUTA ORANG Pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017
PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 10,64 PERSEN No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017 Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 28,55 JUTA ORANG Pada bulan September 2013, jumlah
Lebih terperinciVisi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT
Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 94 TAHUN 1999 (94/1999) TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 94 TAHUN 1999 (94/1999) TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai hasil pelaksanaan pembangunan nasional
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciCATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,
CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT
No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan prioritas pembangunan nasional karena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi, kemiskinan tidak terbatas sekedar pada ketikdakmampuan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN
No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciPREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi
LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016
SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk
Lebih terperinciBAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL
BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciU r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN
Lebih terperinciRekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)
Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian
Lebih terperinciJUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015
JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN NO PROVINSI LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 ACEH 197 435 632 2 SUMATERA UTARA 1,257 8,378 9,635 3 SUMATERA BARAT 116 476 592
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)
PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015
Lebih terperinciSensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013
No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku
Lebih terperinci. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.
S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ /II.04/HK/2015 TENTANG
GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ /II.04/HK/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN RISET DAERAH PROVINSI LAMPUNG MASA BHAKTI TAHUN 2015-2018 Menimbang : a. bahwa dalam rangka menumbuhkembangkan
Lebih terperinciDEWAN RISET DAERAH PROVINSI LAMPUNG
DEWAN RISET DAERAH PROVINSI LAMPUNG Visi Dewan Riset Daerah Provinsi Unggul dan Berdaya Saing Berbasis IPTEK Tahun 2025 Misi Dewan Riset Daerah Memberi pertimbangan dan dukungan kepada pemerintah daerah
Lebih terperinciALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan
Lebih terperinciPEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember
Lebih terperinciRapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018
REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,
Lebih terperinciRENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016
RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016 OLEH : SEKRETARIS BADAN PPSDMP Disampaikan pada : Pra-Musrenbangtannas Kementerian Pertanian Jakarta, 12 Mei 2015 ARAH KEBIJAKAN 2015-2019
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 1999 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 1999 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai hasil pelaksanaan pembangunan nasional telah terjadi perubahan
Lebih terperinciPAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN
MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada
Lebih terperinciPOKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017
POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017 Kepala Subdirektorat Keuangan Daerah Bappenas Februari 2016 Slide - 1 KONSEP DASAR DAK Slide - 2 DAK Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK
No. 35/07/91 Th. XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,390 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciKOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN
KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun
Lebih terperinciDISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012
DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012 DKI JAKARTA BALI KALIMANTAN SELATAN BANGKA BELITUNG BANTEN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN RIAU SULAWESI UTARA KALIMANTAN BARAT SUMATERA
Lebih terperinciSOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial
SEMINAR 20 Agustus 2015 S. 401 SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial Tadjuddin Noer Effendi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.
No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1652, 2014 KEMENDIKBUD. Mutu Pendidikan. Aceh. Sumatera Utara. Riau. Jambi. Sumatera Selatan. Kepulauan Bangka Belitung. Bengkulu. Lampung. Banten. DKI Jakarta. Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011
No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum
Lebih terperinciAntar Kerja Antar Daerah (AKAD)
Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011
Lebih terperinciRINGKASAN DATA DAN INFORMASI KEMISKINAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2016 ISSN : 2528-2271 Nomor Publikasi : 53520.1702 Katalog : 3205008.53 Jumlah halaman : viii + 24 halaman Ukuran : 21 cm x 14,5 cm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu
Lebih terperinciRencana Strategis Bidang Pemerintahan Desa
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Rencana Strategis Bidang Pemerintahan Desa Disampaikan oleh: Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014
No. 04/ 01/ 94/ Th.IX, 2 Januari 2015 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 864,11 RIBU ORANG. Jumlah penduduk miskin di Papua pada bulan September
Lebih terperinci- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018
- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016
No. 37/ 07/ 94/ Th.VIII, 18 Juli 2016 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 28,54 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam bulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)
No. 08/02/15/Th.IV, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) DESEMBER 2009 NILAI TUKAR PETANI PROVINSI JAMBI SEBESAR 94,82 Pada bulan Desember 2009, NTP Provinsi Jambi untuk masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian
Lebih terperinciPerkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017 NTP September 2017 sebesar 96,17 atau turun 0,46 persen dibanding
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi
Lebih terperinciArah Kebijakan Program PPSP 2015-2019. Kick off Program PPSP 2015-2019 Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas
Arah Kebijakan Program PPSP 2015-2019 Kick off Program PPSP 2015-2019 Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas Jakarta, 10 Maret 2015 Universal Access Air Minum dan Sanitasi Target RPJMN 2015-2019 ->
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN
No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung
Lebih terperinciMENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PEMBUKAAN Oleh : Ir. Abdul Kadir Damanik, MM Staf Ahli Menteri Bidang Penerapan Nilai Dasar Koperasi Disampaikan Dalam Rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di setiap wilayah maupun negara. Ini adalah tentang bagaimana negara membangun sumber daya manusianya.
Lebih terperinciBAPPEDA Planning for a better Babel
DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh
No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016
PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/12/18/Th. IX, 1 Desember 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung November 2015 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar
Lebih terperinciFormulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014
Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan Merupakan NTP tertinggi, dengan Angka 116,18 NTP Provinsi Lampung Oktober
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016
SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan setiap individu. Pangan merupakan sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI Jakarta 2011 Sasaran program K/L Kesesuaian lokus program dan kegiatan K/L & daerah Besaran anggaran program dan kegiatan K/L Sharing pendanaan daerah
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016
No. 05/01/Th. XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 10,70 PERSEN Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 SEBANYAK 153,21 RIBU JIWA Persentase penduduk
Lebih terperinciSTATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014
STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat
Lebih terperinciKONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016
KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Ketahanan Air, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi. ***
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.
No.526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017
No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur
Lebih terperinci