AHS : ONTOLOGI KOLABORASI DINAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AHS : ONTOLOGI KOLABORASI DINAMIS"

Transkripsi

1 AHS : ONTOLOGI KOLABORASI DINAMIS Anisa Herdiani 1, Husni S. Sastramihardja 2 1 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas YARSI Jakarta 2 Program Studi Sistem dan Teknologi Informasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung 1 anisa.herdiani@yarsi.ac.id, 2 husni@informatika.org Abstrak Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Namun demikian aktivitas ini merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berbagai partisipan beserta sumberdaya yang dimiliki dengan perilaku atau behavior yang beragam dan dinamis. Paper ini akan memba bagaimana proses kolaborasi yang efektif dan dinamis dimodelkan menggunakan ontologi. Konsep ontologi digunakan karena dapat memberikan kesepahaman atas struktur informasi antar pihak, dan memungkinkan penggunaan kembali (reuse) dari domain knowledge. Dalam merancang ontologi kolaborasi dinamis dilakukan elaborasi Collaborative network Ontology (CNO) terhadap Models of Collaboration. Metode ini dilakukan untuk menyempurnakan model CNO agar mampu mengakomodasi aspek dinamis sebagai konsekuensi dari interaksi yang dilakukan oleh para partisipan. Hasil akhir dari paper ini adalah sebuah ontologi kolaborasi dinamis yang diberi nama AHS. AHS merupakan deklarasi stuktur knowledge base yang merepresentasikan proses kolaborasi yang dinamis. Representasi ini telah memenuhi prasyarat kolaborasi dan mampu mengakomodasi persoalan yang muncul dalam proses kolaborasi. Kata kunci : kolaborasi, ontologi, collaborative network ontology (CNO), interaksi, dinamis 1. Pendahuluan Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area penelitian seperti seni, ilmu pengetahuan, industri, bisnis, pendidikan, teknologi, perancangan perangkat lunak, dan kedokteran. Namun di sisi lain ketertutupan institusional menghambat kapasitas untuk menemukan (discover) dan mensintesis penelitian di area ini. Hal ini memberikan tantangan untuk membangun framework teoritis lintas disiplin pada kolaborasi, yang memanfaatkan kolaborasi sebagai strategi penyelesaian masalah atau aplikasinya pada berbagai konteks [5]. Kolaborasi merupakan aktivitas yang terkoordinasi dari sejumlah partisipan, yang berfokus pada pencapaian tujuan bersama. Di dalamnya terdapat interaksi sosial dalam rangka membangun dan memelihara konsepsi bersama atas suatu permasalahan [3, 6, 12] Ted Panitz, seorang Profesor bidang Matematika dan Engineering mengungkapkan sejumlah dampak positif dari kolaborasi, terutama dalam bidang pembelajaran. Dari sisi akademis, kolaborasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan keterlibatan peserta ajar pada proses belajar, meningkatkan prestasi kelas, memodelkan teknik-teknik penyelesaian persoalan oleh siswa, membantu peserta ajar yang lemah untuk meningkatkan performansinya, meningkatkan pemahaman siswa pada materi ajar, dan sebagainya. Pada sisi sosial, kolaborasi mendorong terbentuknya dukungan sosial bagi peserta ajar, membuka wawasan dengan memahami bahwa setiap orang memiliki perspektifnya masing-masing, dan membangun suasana yang mendukung untuk berlatih bekerjasama. Kolaborasi juga berpengaruh pada sisi psikologi yaitu meningkatkan kepercayaan diri dan membangun budaya dan sikap saling menghargai satu sama lain [13]. Selain pada proses pembelajaran, kolaborasi juga memiliki dampak positif pada dunia kerja diantaranya meningkatkan produktivitas pekerja, menyelesaikan permasalahan lebih cepat, mempercepat Return of Investment (ROI), merampingkan proses bisnis, dan menjaga hubungan antara pekerja dan customer [6]. Terlepas dari berbagai berbagai dampak positif dari kolaborasi, proses ini merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berbagai partisipan

2 beserta sumberdaya yang dimiliki dengan perilaku atau behavior yang beragam dan dinamis. Menurut Dillenbourgh dan Scheneider, terdapat perbedaan budaya yang harus diadaptasi oleh masing-masing partisipan yang mungkin saja menimbulkan permasalahan diantaranya konflik ketidaksepakatan, internalisasi, pengambilan hak pihak lain, pembagian beban, peraturan bersama, dan landasan sosial. Proses kolaborasi yang efektif membutuhkan heterogenitas yang optimal dalam komposisi kelompok. Beberapa perbedaan diperlukan untuk memicu interaksi, dengan tetap menjaga kepentingan bersama dan pemahaman tanpa memicu konflik [13]. Dari uraian di atas, dimunculkan sebuah research question : Bagaimana mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis? Untuk menjawab research question tersebut dilakukan sebuah penelitian untuk membangun model proses kolaborasi berbasis ontologi yang mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis. Konsep ontologi digunakan karena dapat memberikan kesepahaman atas struktur informasi antar pihak. Konsep ini memungkinkan penggunaan kembali (reuse) domain knowledge [11]. Dalam ontologi didefinisikan kamus kata (vocabulary) beserta spesifikasi makna dari setiap kata tersebut. Ontologi juga meliputi definisi dan indikasi mengenai bagaimana suatu konsep saling berhubungan yang kemudian secara kolektif membangun sebuah struktur pada suatu domain dan membatasi interpretasi atas suatu istilah [9]. Konsep tersebut membentuk knowledge base yang mendukung proses kolaborasi yang efektif dan dinamis. Paper ini memba pengembangan ontologi kolaborasi dinamis. Ontologi dibangun dengan mengelaborasi dua reference model, bagian ini akan dijelaskan pada bagian penelitian terkait. Kemudian dilakukan pendefinisian elemen dan relasi pembentuk proses kolaborasi dinamis, hal ini dijelaskan pada bagian perancangan. Hasil dari perancangan tersebut adalah sebuah ontologi kolaborasi dinamis yang diberi nama AHS. Pada tahap akhir dilakukan evaluasi representasi elemen ontologi terhadap prasyarat (requirement) proses kolaborasi. Evaluasi ini menyatakan posisi dari model kolaborasi yang telah dibangun, hal ini dijelaskan pada bagian evaluasi. Diakhir tulisan terdapat kesimpulan dan saran atas pengembangan ontologi model proses kolaborasi dinamis. 2. Penelitian Terkait 2.1 Collaborative network Ontology Benaben dan Rajsiri pada tahun 2008 hingga 2009 telah membangun sebuah Collaborative network Ontology (CNO) yang dibentuk dalam rangka membangun knowledge based system yang menangani sebuah MIS (Mediated Information System) yang mendukung Enterprise Collaboration. MIS menghubungkan sistem informasi yang berbeda untuk mengatasi persoalan interoperability yang terjadi. Dengan demikian proses kolaborasi yang ditangani dalam model ini merupakan proses yang kompleks, yang menangani sejumlah besar elemen dan relasi yang berlainan (distinct relationship) [1, 7, 10]. Elemen dalam CNO dikelompokan atas dua bagian yaitu elemen yang tergabung Collaboration Ontology yang melihat dari sudut pandang organisasi dan elemen yang tergabung dalam Collaborative Process Ontology yang melihat dari sudut pandang proses. Elemen-elemen dalam CNO dapat dilihat pada Tabel 1. Collaboration Ontology Collaborative Process Ontology Tabel 1 Elemen dalam CNO [11] 2.2 Models of Collaboration Kategori Participant Participant Role Abstract Service Kategori Kolaborasi Collaborative Network Common Goal - Competition - Group of Interest - Supplier-customer - Exchange/sharing Topology - Kind of (Star, Chain, Peer to Peer(P2P)) - Duration (continuous, discontinuous) - Power (central, equal, hierarchic) Business Service Resource Coordination MIS Service Dependency between MIS (sequence flow) Models of Collaboration yang digagas oleh Timothy Butler dan David Coleman pada 2003 menjelaskan proses kolaborasi berdasarkan interaksi yang terjadi di dalamnya. Klasifikasi proses kolaborasi dilakukan untuk menentukan jenis kolaborasi yang dilakukan oleh sekelompok partisipan (dapat berupa individu, organisasi, perusahaan, atau entitas lainnya). Terdapat lima model utama yang didefinisikan dalam models of collaboration, masing-masing memiliki karakteristik yang spesifik [2]: a. Library Collaboration Model Library collaboration model merupakan model kolaborasi yang paling sederhana dan paling

3 umum, yaitu interaksi antara orang dengan data khususnya suatu content. b. Solicitation Collaboration Model Solicitation collaboration model melibatkan permintaan dari kumpulan kecil requestor data dan sejumlah tanggapan dari responden. c. Team Collaboration Model Team collaboration model digunakan untuk memfasilitasi aktivitas dari sebuah tim. d. Community Collaboration Model Model kolaborasi yang kurang umum namun mapan. Digunakan untuk memfasilitasi aktivitas dalam sebuah komunitas seperti Community of Practice (CoP) atau Community of Interest (CoI). e. Process Support Collaboration Model Pemanfaatan teknologi kolaborasi dalam proses atau aliran kerja (workflow). Dalam suatu situasi mungkin saja digunakan lebih dari satu model kolaborasi, atau disebut dengan hybrid model. Fokus dari model ini adalah interaksi antar pihak yang melakukan proses kolaborasi. Penentuan jenis kolaborasi ini dibutuhkan untuk mengetahui requirement proses kolaborasi yang digunakan dalam rangka menganalisis dan merancang sebuah sistem kolaborasi dalam suatu organisasi [2,7]. Secara holistik kelima model diilustrasikan dalam Gambar 1. konsekuensi dari interaksi yang dilakukan para partisipan. Tahapan yang dilakukan dalam pengembangan model kolaborasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Identifikasi elemen dalam CNO yang bersesuaian atau mampu merepresentasikan karakteristik Model of Collaboration. b. Elemen CNO dan karakteristik Model of Collaboration yang bersesuaian menunjukkan bahwa elemen yang telah terdefinisi dalam CNO tersebut akan digunakan untuk membangun model kolaborasi yang baru. c. Untuk karakteristik yang belum dapat direpresentasikan oleh elemen dalam CNO, diciptakan elemen baru yang melengkapi model kolaborasi. d. Setelah seluruh elemen yang dibutuhkan telah terdefinisi, dilakukan pendefinisian relasi yang bersesuaian untuk menghubungkan elemenelemen tersebut. Skema pengembangan model kolaborasi dapat dilihat pada Gambar 2. Karakteristik Models of Collaboration Karakteristik Ya Dipetakan pada Karakteristik-elemen bersesuaian Tidak Elemen Kolaborasi Collaborative Network Ontology Elemen Large Group Size Library Solicitation Process Support Community Penggunaan elemen yang telah terdefinisi dalam CNO Pendefinisian relasi Penciptaan elemen baru yang bersesuaian Gambar 2 Skema Pengembangan Model Kolaborasi Small Low Level of Interaction Gambar 1 Models of Collaboration [2] 3. Perancangan Team Berdasarkan deskripsi dan pemanfaatan Collaborative network Ontology terdapat peluang untuk mengembangkan model kolaborasi tersebut menjadi model yang dinamis, yaitu mampu menangani berbagai perubahan yang terjadi selama proses kolaborasi berlangsung, misalnya perubahan kepentingan dan juga perubahan interaksi. Dalam mengembangkan model kolaborasi ini dilakukan elaborasi Collaborative network Ontology (CNO) terhadap Models of Collaboration. Metode ini dilakukan untuk menyempurnakan CNO agar mampu mengakomodasi berbagai macam interaksi dalam kolaborasi dan aspek dinamis sebagai High Berdasarkan pemetaan model kolaborasi, diperlukan penciptaan sejumlah elemen dan relasi untuk melengkapi model kolaborasi. Elemen yang diciptakan adalah elemen dashboard, history, rule, event. Selain itu ditambahkan pula karakteristik dari elemen topology yaitu membership (open, closed), dan interaction (synchronous, asynchronous). Seluruh elemen tersebut menjadi bagian dari Collaboration Ontology (CO). Deskripsi dari elemen dan karakteristik elemen topology yang ditambahkan adalah sebagai berikut : a. Dashboard, elemen ini memberikan gambaran umum perkembangan proses/pekerjaan yang dilaksanakan setiap participant dalam collaborative network. b. Rule, berisi sejumlah aturan yang harus dipatuhi oleh setiap participant yang terlibat dalam collaborative network. Participant yang melanggar aturan yang ditetapkan (dalam batas tertentu) akan tidak disertakan dalam collaborative network.

4 c. Event adalah suatu kejadian penting yang terjadi di dalam atau di luar enterprise. Event juga dapat didefinisikan sebagai perubahan signifikan atas suatu kondisi dalam sistem atau environment. Konsep penciptaan event didasarkan pada aliran (flow), bukan kondisi dari resources, kondisi atau event pemicu yang merupakan pola penting pada event. Pola event dideskripsikan dalam rule: event-conditionaction (ECA). Misalnya: 1) Event : Permintaan pembeli untuk mengirimkan sejumlah material 2) Condition : Pesanan pembelian telah diterima dan belum diproses 3) Action : Kirimkan pesanan pembelian ke delivery. Rule ECA dapat diekspresikan sebagai berikut: when event is produced, if condition is satisfied, then action will be performed. Implementasi pendekatan berbasis event (event-based) akan membuat model proses kolaborasi menjadi semakin dinamis, lengkap, dan nyata. Ketika event terjadi atau berubah, definisi proses kolaborasi pun akan berubah. Dengan demikian pendekatan ini akan memberikan fleksibilitas pelaksanaan solusi. d. History, menjelaskan informasi mengenai aktivitas apa yang telah dilakukan dalam collaborative network. Dengan demikian participant yang baru terlibat dapat segera mengikuti alur pekerjaan dari awal. e. Membership, menjelaskan sifat kepesertaan participant dalam collaborative network. 1) Closed, menunjukkan bahwa participant yang diikutsertakan dalam collaborative network ditentukan oleh pengelola network. 2) Open, menunjukkan bahwa participant dapat bergabung dalam suatu network tanpa harus memenuhi kriteria tertentu. f. Interaction, menjelaskan cara setiap participant berkomunikasi dengan participant lainnya. 1) Synchronous, terjadi jika masing-masing participant berkomunikasi secara langsung dengan participant lainnya, artinya tidak ada (atau minimal) jeda antara serangkaian aksi-reaksi (same-time). 2) Asynchronous, terjadi jika masing-masing participant berkomunikasi secara tidak langsung dengan participant lainnya, artinya terdapat sejumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan reaksi dari suatu aksi (different-time). 4. AHS : Ontologi Kolaborasi Dinamis Ontologi kolaborasi dinamis merupakan deklarasi stuktur knowledge base yang merepresentasikan proses kolaborasi yang dinamis. Ontologi ini memberikan kesepahaman atas struktur informasi antar pihak yang terlibat dalam suatu proses kolaborasi. Elemen dalam ontologi didefinisikan sebagai ekstraksi dari proses kolaborasi itu sendiri. Ontologi kolaborasi dinamis merupakan pengembangan dari CNO, dengan penambahan elemen dashboard, history, rule, event, dan karakteristik dari elemen topology yaitu membership (open, closed), dan interaction (synchronous, asynchronous). Ontologi ini kemudian diberi nama AHS. Gambar 3 menunjukan AHS dengan metoda Is performed by Abstract perform achieve role provide Common Goal play rule event participant change P1/P2 Collaborative Network history Topology Kind of star P2P chain dashboard competition Group of interest Supplier-customer power duration Collaboration Ontology (CO) membership interaction central equal hierarchic discontinuous continuous open closed asynchronous synchronous Consist of Business Service Has input Has output from to resource contain Coordination Is a generic Service MIS Service Is coordinated by specific manage to from Dependency b/w of participants (message flow) manage Dependency b/w CIS (sequence flow) Collaborative Process Ontology (CPO) One to many One to one Gambar 3 AHS : Ontologi Kolaborasi Dinamis

5 representasi yang diadaptasi dari CNO. Penggunaan terminologi pada bagian collaboration ontology (CO) diekspresikan sebagai berikut : a. Dalam kolaborasi setiap participant memiliki role dengan melaksanakan sejumlah abstract untuk mencapai common goal yang dimiliki oleh collaborative network. b. Kondisi ketercapaian common goal dapat diketahui dengan melakukan pemantauan berkala terhadap dashboard. c. Participant yang baru bergabung dalam collaborative network dapat segera mengikuti alur pekerjaan dari awal dengan mempelajari history. d. Setiap participant yang terlibat dalam network ini terhubung dengan jenis relationship competition, group of interest atau suppliercustomer. e. Untuk menghindari konflik kepentingan, setiap participant harus mematuhi rule yang telah disepakati bersama. f. Ketika melakukan kolaborasi, terdapat topology relasi antar participant yang dapat berupa star, P2P (peer to peer), atau chain. g. Topology relasi dapat terjadi dalam ragam power (central, equal, hierarchic), duration (discontinuous, continuous). h. Keanggotaan (membership) dari model kolaborasi ini dapat bersifat tertutup (closed) atau terbuka (open), bergantung pada event yang menyebabkan terbentuknya collaborative network. i. Bentuk interaksi (interaction) yang terjadi dapat secara synchronous maupun asynchronous, disesuaikan dengan kebutuhan. Elemen dashboard berperan dalam memberikan informasi umum mengenai perkembangan/kemajuan proses yang sedang dilaksanakan. Dengan demikian proses evaluasi pencapaian target dapat lebih mudah dilakukan. Dinamika proses kolaborasi dapat ditangani dengan keberadaan elemen event. Elemen ini mengakomodasi setiap kondisi yang harus dihadapi dan ditangani melalui proses kolaborasi. Perubahan pada elemen event akan menyebabkan perubahan pada elemen-elemen lain yang berkaitan sedemikian sehingga tujuan proses kolaborasi akan tetap tercapai. Dengan demikian model kolaborasi dapat menangani proses kolaborasi yang dinamis. Dengan menggunakan konsep ontologi ini dapat disimpulkan bahwa suatu proses kolaborasi akan efektif apabila setiap elemen dan relasi pembangunnya teridentifikasi dan dapat didefinisikan dengan jelas. Sehingga tidak ada duplikasi peran, pekerjaan, dan sebagainya. Setiap partisipan pun mengetahui apa tujuan mereka, dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan terarah. 5. Evaluasi Untuk menilai keterpenuhan prasyarat kolaborasi dan menentukan posisi AHS, keseluruhan prasyarat kolaborasi direpresentasikan dalam elemen AHS. Prasyarat kolaborasi ditetapkan berdasarkan Requirements for Collaboration dari Collaborative network Reference Modelling dalam [8]. Tabel 2 menunjukkan representasi elemen AHS dalam memenuhi prasyarat kolaborasi. Tabel 2 Representasi Elemen Kolaborasi No. Prasyarat Elemen 1 Kolaborasi harus memiliki maksud Common goal 2 Masing-masing pihak yang terlibat sepakat untuk berkolaborasi 3 Masing-masing pihak mengetahui kapabilitas satu sama lain 4 Masing-masing pihak berbagi suatu tujuan dan menjaga visi bersama selama proses kolaborasi menuju tercapainya tujuan bersama 5 Masing-masing pihak memelihara pemahaman bersama atas suatu persoalan yang dihadapi. 6 Identifikasi pihak-pihak yang terkait dan pelibatan mereka bersama 7 Definisi dari ruang lingkup kolaborasi dan il yang diharapkan 8 Definisi struktur kolaborasi, meliputi kepemimpinan, peran, tanggung jawab, kepemilikan dari aset yang diilkan 9 Identifikasi resiko dan pengukuran atas rencana kontigensi 10 Membangun komitmen untuk berkolaborasi Participant, Participant, Role, Abstract s Participant, abstract, Common goal (Group of interest) Participant Abstract Topology - Selain prasyarat, adapula kesulitan yang harus dikelola dalam lingkungan kolaborasi. Tabel 3 menunjukkan representasi elemen kolaborasi dalam mengelola kesulitan dalam lingkungan kolaborasi.

6 Tabel 3 Representasi Elemen Kolaborasi dalam Persoalan Lingkungan Kolaborasi No. Kesulitan Elemen 1 Kepemilikan Resources, business, dan sharing coordination, sumberdaya dependency b/w of 2 Menentukan kontribusi individual 3 Menjaga komitmen 4 Ketidakjelasa n Tanggung jawab participant s, MIS Service Participant, Role, Abstract Participant, Role, Abstract Dari Tabel 2 dan Tabel 3 didapat bahwa AHS hampir memenuhi keseluruhan prasyarat kolaborasi dan juga mampu menangani keseluruhan persoalan lingkungan kolaborasi. Prasyarat yang belum terpenuhi adalah prasyarat nomor 9 yaitu identifikasi resiko dan pengukuran atas rencana kontigensi. Prasyarat tersebut menjadi salah satu requirement yang harus diakomodasi dalam pengembangan lingkungan kolaborasi, yaitu sistem yang mendukung participant dalam mencapai tujuannya secara kolaboratif. 6. Kesimpulan Berdasarkan il perancangan model kolaborasi didapat kesimpulan bahwa : a. Reference model dapat digunakan untuk membangun suatu model yang akan diimplementasikan pada suatu area manifestasi. b. Dalam membangun model kolaborasi, perlu diperhatikan komponen utama pembangunnya yaitu participant dan kriteria proses kolaborasi itu sendiri. Kriteria tersebut meliputi prasyarat proses kolaborasi dan kebutuhan organisasi atas suatu proses kolaborasi. c. Proses kolaborasi yang efektif dapat terjadi apabila setiap elemen pembangun proses kolaborasi beserta relasinya didefinisikan dengan jelas sebelum proses kolaborasi tersebut dilaksanakan. d. Aspek dinamis dalam proses kolaborasi dapat dikelola dengan mengidentifikasi setiap event yang terjadi selama proses kolaborasi tersebut berjalan. e. AHS mampu merepresentasikan prasyarat dan penyelesaian persoalan dalam proses kolaborasi. Acknowledgement Terima kasih pada Institut Teknologi Bandung atas bantuan dana Voucher ITB selama proses penelitian ini dilakukan. Daftar Pustaka [1] Benaben, F., Touzi, J., Rajsiri, V., Truptil, S., Lorré, J.P., Pingaud, H, 2008, Mediation Information Construction in a Collaborative SOA Context through a MDD Approach, Proceeding of MDISIS 2008, [2] Butler, T., dan Coleman, D., 2003, Models of Collaboration, Collaborative Strategies (LLC) Strategies for Electronic Collaboration and Knowledge Management. [3] Dillenbourg, P., Baker, M., Blaye, A. dan O'malley, C., 1996, The Evolution of Research on Collaborative Learning. In E. Spada & P. Reiman (Eds) Learning in Humans and Machine: Towards an interdisciplinary learning science, [4] Dillenbourg P., 1999, What do you mean by collaborative learning?, Collaborative-learning: Cognitive and Computational Approaches, [5] Elliot, M. A., 2006, Stigmergic Collaboration A Theoretical Framework for Mass Collaboration, Disertasi Program Doktoral, The University of Melbourne, 7-9. [6] Gurteen, D., 2002, Collaborative Working. The Gurteen Knowledge Website. diakses tanggal 14 September 2008 [7] Herdiani, Anisa., 2009, Perancangan Ensiklopedia dalam Pengembangan Collaborative Environment, Tesis Program Magister, Institut Teknologi Bandung. [8] Matos, L.M., Camarinha, Afsarmanesh, H., 2008, Collaborative networks Reference Modeling, New York, Springer Science & Business Media LLC. [9] Pérez, AG., López, MF, Corcho, O., 2004, Ontological Engineering, London, Springer Verlag. [10] Rajsiri, V, Lorre JP., Benaben, F., Pingaud, H., 2008, Ontology-based Methodology for Collaborative Process Definition of Enterprise Networks, Proceedings of the 17th World Congress The International Federation of Automatic Control, 17, [11] Rajsiri, V., 2009, Knowledge-Based System for Collaboration Process Specification, Disertasi Doktoral, Universite de Toulouse III Paul Sabatier, [12] Reed, C., 2002, Building an Enterprise Strategy for Digital Collaborations. Centra Software Inc. [13] Roberts, T.S., 2005, Computer-Supported Collaborative-Learning in Higher Education: An Introduction, London, Idea Group Publishing

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

Bab III Analisis dan Perancangan Model Proses Kolaborasi

Bab III Analisis dan Perancangan Model Proses Kolaborasi Is performed by Consist of perform achieve Consist of provide Has input Has output to from play change contain manage P1/P2 Is a Is coordinated by manage Kind of to from One to many One to one Bab III

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Lingkungan Kolaborasi

Bab IV Perancangan Lingkungan Kolaborasi Bab IV Perancangan Lingkungan Kolaborasi Perancangan lingkungan kolaborasi dilakukan dalam rangka menjawab turunan research question yang kedua dari tesis ini yaitu Bagaimana membangun lingkungan kolaborasi

Lebih terperinci

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI SATRIYO ADHY Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang satriyo@undip.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Bab VI Implementasi. VI.1 Protokol Implementasi

Bab VI Implementasi. VI.1 Protokol Implementasi Bab VI Implementasi Pada bab ini dirancang sebuah protokol untuk mengimplementasikan seluruh artifak (model kolaborasi, lingkungan kolaborasi, dan ensiklopedia) yang dihasilkan dalam pelaksanaan tesis.

Lebih terperinci

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab perancangan model ensiklopedia berisi pemetaan elemen dalam lingkungan kolaborasi ke dalam ensiklopedia. Pemetaan ini menghasilkan sebuah ensiklopedia lingkungan

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : - Tanggal Berlaku : September 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11. 54829 / Software Requirement Engineering 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ENSIKLOPEDIA DALAM PENGEMBANGAN COLLABORATIVE ENVIRONMENT TESIS ANISA HERDIANI NIM (Program Studi Magister Informatika)

PERANCANGAN ENSIKLOPEDIA DALAM PENGEMBANGAN COLLABORATIVE ENVIRONMENT TESIS ANISA HERDIANI NIM (Program Studi Magister Informatika) PERANCANGAN ENSIKLOPEDIA DALAM PENGEMBANGAN COLLABORATIVE ENVIRONMENT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: ANISA HERDIANI NIM

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Software Requirement Engineering Requirement Classification Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA

Lebih terperinci

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan Bab III Analisa dan Kerangka Usulan III.1 Perencanaan Strategis dalam Pengembangan CIF III.1.1 Kendala Pengembangan CIF Pembangunan dan pengembangan CIF tentunya melibatkan banyak sekali aspek dan kepentingan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : enterprise architecture, arsitektur sistem informasi, 8-Productions, TOGAF, TOGAF ADM

ABSTRAK. Kata Kunci : enterprise architecture, arsitektur sistem informasi, 8-Productions, TOGAF, TOGAF ADM ABSTRAK Perencanaan arsitektur sistem informasi organisasi adalah sebuah proses yang kompleks, karena itu proses perencanaan harus dikelola berdasarkan suatu petunjuk yang jelas dengan tujuan menyelaraskan

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Informatika

Dokumen Kurikulum Program Studi : Magister Informatika Dokumen Kurikulum 03-08 Program Studi : Magister Fakultas : Sekolah Teknik Elektro & Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode Dokumen Total Halaman Kur03-S-IF

Lebih terperinci

REKAYASA BERKOMPONEN

REKAYASA BERKOMPONEN REKAYASA BERKOMPONEN REVIEW SPECIFICATION OF SOFTWARE COMPONENT OLEH : Ramzi Attamimi (09560119) KELAS 7 C PROGRAM STUDY TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 Sebuah komponen

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFOR- MASI REKRUTMEN DAN SELEK- SI KARYAWAN BERBASIS WEB DI PT. QWORDS COMPANY INTER- NATIONAL

PERANCANGAN SISTEM INFOR- MASI REKRUTMEN DAN SELEK- SI KARYAWAN BERBASIS WEB DI PT. QWORDS COMPANY INTER- NATIONAL PERANCANGAN SISTEM INFOR- MASI REKRUTMEN DAN SELEK- SI KARYAWAN BERBASIS WEB DI PT. QWORDS COMPANY INTER- NATIONAL Wulan Ayu & Ilham Perdana JURNAL ABSTRAK Saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering

Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering BPR Tahap 1 (Persiapan) Telaahan Business Process Reengineering (BPR) Tahap 1 - Persiapan Kegunaan tahap ini adalah untuk memobilisasi dan mengorganisir g SDM yang akan melakukan Reengineering Apa yang

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA KULIAH 1. Pendahuluan 2. Data dan Informasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Systems thinking merupakan pendekatan dengan cara pandang yang menganggap bahwa suatu problem merupakan satu kesatuan sistem dalam dunia yang luas. Prinsip systems

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada, khususnya di dalam dunia teknik informatika, penting bagi pelaku industri yang berkecimpung di dunia

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini berisi kajian yang menjadi landasan pelaksanaan tesis atau state of the art. Kajian yang terkait antara lain konsep dasar kolaborasi, konsep ensiklopedia dalam rekayasa

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING RUANG LINGKUP MATAKULIAH Materi Pengantar ERP Sistem dan Rekayasa ERP Pemetaan Proses Siklus ERP ERP: Sales, Marketing & CRM ERP: Akuntansi, Keuangan ERP: Produksi, Rantai

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Software Requirement Engineering Requirements Negotiation Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan analisa proses bisnis dan pemodelan arsitektur bisnis, informasi, data, aplikasi, dan teknologi yang sudah dilakukan pada bagian sebelumnya,

Lebih terperinci

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP Rute Menuju Best Practice Catatan dari kegagalan implementasi ERP Setiap organisasi ingin menjadi yang terdepan. Untuk mencapai hal itu mereka harus meraih apa yang disebut best practice. Berbagai kasus

Lebih terperinci

Catatan Archimate 2.1

Catatan Archimate 2.1 Catatan Archimate 2.1 Versi 0.1 Referensi The Open Group, N131 Archimate 2.1 Reference Card.pdf, https://www2.opengroup.org/ogsys/catalog/n131 Archimate 2.1 Active Structural Behavioral Passive Structural

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Ian Sommerville 2004 Software Engineering, 7th edition. Chapter 1 Slide 1

Manajemen Proyek. Ian Sommerville 2004 Software Engineering, 7th edition. Chapter 1 Slide 1 Manajemen Proyek Ian Sommerville 2004 Software Engineering, 7th edition. Chapter 1 Slide 1 Overview Beberapa pertanyaan: Apa saja komponen-komponen dari manajemen proyek? Bagaimana perencanaan membantu

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

MANAGING RISK IN SOFTWARE PROCESS IMPROVEMENT: AN ACTION RESEARCH APPROACH

MANAGING RISK IN SOFTWARE PROCESS IMPROVEMENT: AN ACTION RESEARCH APPROACH RINGKASAN JURNAL MANAGING RISK IN SOFTWARE PROCESS IMPROVEMENT: AN ACTION RESEARCH APPROACH MIS Quarterly Vol. 28 No. 3, September 2004 Jakob H. Iversen, Lars Mathiassen, dan Peter Axel Nielsen Kelompok

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Minggu 3: Manajemen Modern

Minggu 3: Manajemen Modern Minggu 3: Manajemen Modern TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Tujuan Pembelajaran Mempelajari dasar-dasar yang menjadi pemikiran manajemen moderen Mengetahui arah pengembangan

Lebih terperinci

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO PRAKTEK PENILAIAN RISIKO 1; Pengantar Mengingat bahwa risiko adalah bagian integral dari pencapaian nilai strategis, maka perusahaan tidak berpikiran untuk menghilangkan risiko Sebaliknya, perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang

Lebih terperinci

Rational Unified Process (RUP)

Rational Unified Process (RUP) Universitas IGM HD-UIGM-FK-01 Fakultas : Ilmu Komputer Pertemuan ke : 8 Program Studi : Teknik Informatika Handout ke : 1 Kode Matakuliah : Jumlah Halaman : 25 Matakuliah : Rekayasa Perangkat Lunak Mulai

Lebih terperinci

PREDIKSI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY LOGIC

PREDIKSI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY LOGIC PREDIKSI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONSTRUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY LOGIC Elizar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Riau, Jl.Kaharuddin Nst 113 Pekanbaru Mahasiswa Program Doktor Teknik

Lebih terperinci

PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK)

PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK) PEMODELAN PROSES BISNIS B2B DENGAN BPMN (STUDI KASUS PENGADAAN BARANG PADA DIVISI LOGISTIK) Dewi Rosmala 1), Falahah 2) 1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan IS/IT yang pesat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan IS/IT yang pesat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan IS/IT yang pesat menyebabkan peningkatan resiko dalam mengembangkan inovasi. Hal ini menyebabkan perusahaan atau organisasi semakin dituntut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Proses Bisnis, Sistem Informasi, TOGAF Framework,. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Proses Bisnis, Sistem Informasi, TOGAF Framework,. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Pos Indonesia merupakan salah satu perusahaan jasa yang menjadi tulang punggung pemerintah Indonesia dalam bisnis layanan pengiriman dokumen dan barang. Dengan misi sosial untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL The Process By: U. Abd. Rohim, MT A Layered Technology Software Engineering tools methods process model a quality focus 2 1 Langkah-langkah SE v Definition (What?) System or Information Engineering, Software

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Object Oriented Analysis and Design Introduction to UML Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG Jurnal Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 65 SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG Tati Harihayati 1, Luthfi Kurnia 2 1,2 Program

Lebih terperinci

Model-Model Sistem Bisnis

Model-Model Sistem Bisnis Model-Model Sistem Bisnis SI-216 Analisa dan Desain Sistem Informasi II Rosa Ariani Sukamto, ST Kemampuan Analis Sistem Sistem analis: orang yang menganalisis sistem dengan mempelajari masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengembangan Model Arsitektur Enterprise Untuk Perguruan Tinggi dilakukan pengembangan model arsitektur enterprise untuk

Lebih terperinci

Kuliah#3 TSK-612 Sistem Embedded Terdistribusi - TA 2011/2012. Eko Didik Widianto

Kuliah#3 TSK-612 Sistem Embedded Terdistribusi - TA 2011/2012. Eko Didik Widianto Kuliah#3 TSK-612 Sistem Embedded Terdistribusi - TA 2011/2012 Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pokok bahasan di kuliah #2 Metodologi desain sistem: waterflow, v-model,

Lebih terperinci

Technologi Informasi Dan Sistem Informasi Manajemen

Technologi Informasi Dan Sistem Informasi Manajemen MODUL PERKULIAHAN Technologi Informasi Dan Sistem Informasi Manajemen Can IT contribute to competitive advantage? Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Dan Bisnis Magister Akuntansi

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika No. 2 Yogyakarta 1), 2),

Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika No. 2 Yogyakarta 1), 2), Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peningkatan Nilai Recall dan Precision pada Penelusuran Informasi Pustaka Berbasis Semantik (Studi Kasus : Sistem Informasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA Nur Aini Rachmawati, Iwan Vanany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tetapi juga harus didukung oleh lingkungan internal yang baik. Lingkungan internal

BAB 2 LANDASAN TEORI. tetapi juga harus didukung oleh lingkungan internal yang baik. Lingkungan internal BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Strategi Lingkungan dunia usaha yang terus berkembang menuntut hampir semua perusahaan untuk tidak hanya memikirkan lingkungan eksternal perusahaan saja, tetapi juga

Lebih terperinci

model abstrak grafis teks memahami fungsionalitas sistem media komunikasi

model abstrak grafis teks memahami fungsionalitas sistem media komunikasi System Modeling Pemodelan Sistem Aktivitas: Membuat model abstrak dari sistem berdasarkan sudut pandang tertentu. Representasi: Berupa notasi grafis maupun teks. Tujuan: Membantu analis memahami fungsionalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah situs web (website) di Internet berdasarkan hasil survey dari Netcraft (2013) menunjukkan peningkatan pesat dari 18 juta website pada tahun 2000

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH)

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH) PRESENTASI TUGAS AKHIR PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH) Nurma Prita Yanti NRP. 5207 100 034 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF

RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF RANCANGAN MODEL ARSITEKTUR TEKNOLOGI INFORMASI SISTEM PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TOGAF Ibrahim 1, Lela Nurpulaela 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Singaperbangsa Karawang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategis Perkembangan bisnis yang pesat telah memaksa hampir semua perusahaan untuk tidak hanya memikirkan lingkungan internal perusahaan saja, tetapi juga lingkungan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Basis data adalah Kumpulan data yang menggambarkan entitas-entitas beserta relasi-relasinya dari suatu organisasi, yang diorganisir dan disimpan dalam suatu

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Pendekatan Terstruktur dan alat-alat pemodelan Sistem

ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Pendekatan Terstruktur dan alat-alat pemodelan Sistem ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI Pendekatan Terstruktur dan alat-alat pemodelan Sistem Model Pendekatan Pendekatan terstruktur Mempertimbangkan data dan proses yang mentransformasikan data sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BISNIS ELEKTRONIS KA3262. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan

BISNIS ELEKTRONIS KA3262. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan BISNIS ELEKTRONIS KA3262 Modul Praktek Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan Program Studi D3 Komputerisasi Akuntansi Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom Daftar Penyusun Daftar Penyusun

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Management Information Semester Tiga Kode BMH2X3 System Prodi Manajemen Dosen Puspita Kencana Sari SKS 3 Capaian Pembelajaran Analisis Pengelolaan SI pada perusahaan

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI TUGAS INDIVIDU Sistem Informasi Manajemen PERBANDINGAN IMPLEMENTASI OUT SOURCING, INSOURCING DAN CO- SOURCING DAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Oleh : Luckhy Natalia Anastasye Lotte P.056091571.44

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Enterprise architecture, Zachman Framework, blueprint

ABSTRAK. Kata Kunci : Enterprise architecture, Zachman Framework, blueprint ABSTRAK PT. Indonesia Power merupakan sebuah perusahaan besar yang melakukan proses produksi tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, oleh karena itu perusahaan harus menentukan dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KANTIN MENGGUNAKAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (Studi Kasus : Kantin Fakultas Teknik Universitas Pasundan)

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KANTIN MENGGUNAKAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (Studi Kasus : Kantin Fakultas Teknik Universitas Pasundan) PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KANTIN MENGGUNAKAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (Studi Kasus : Kantin Fakultas Teknik Universitas Pasundan) TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan

BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Seluruh dasar teori yang dijelaskan akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan tahap

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com Referensi Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Roger S. Pressman, Ph.D, Andi Jogyakarta, 2012 Buku 1 Rekayasa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi ditandai dengan suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dapat mengalami penyempurnaan atau ilmu

Lebih terperinci

Infotek Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin

Infotek Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 Copyleft 2004 Digital Journal Al-Manär. Alif Muttaqin IDLN: Indonesia Digital Library Network Alif Muttaqin LISENSI DOKUMEN Copyleft: Digital Journal Al-Manär. Lisensi Publik. Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan dan penyebarluasan artikel

Lebih terperinci

KAJIAN PEMGEMBANGAN KERANGKA KERJA KOLABORASI EVALUASI DENGAN PENDEKATAN COLLABORATIVE BUSINESS PROCESS MANAGEMENT

KAJIAN PEMGEMBANGAN KERANGKA KERJA KOLABORASI EVALUASI DENGAN PENDEKATAN COLLABORATIVE BUSINESS PROCESS MANAGEMENT KAJIAN PEMGEMBANGAN KERANGKA KERJA KOLABORASI EVALUASI DENGAN PENDEKATAN COLLABORATIVE BUSINESS PROCESS MANAGEMENT Siti Aminah 1, Husni S. Sastramihardja 2 1 Program Magister Informatika, Bidang Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur, sistem informasi produksi yang efektif merupakan suatu keharusan dan tidak lepas dari persoalan persediaan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penyebaran Pengetahuan dan Communities of Practice. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penyebaran Pengetahuan dan Communities of Practice. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penyebaran Pengetahuan dan Communities of Practice Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Mengetahui komponen kunci komunitas praktik Menyebutkan fase utama dalam siklus hidup komunitas

Lebih terperinci

# $ !!" ! #$! $% # %!!!'(!! +!! % %+!'!! " #! # % #, #,-! #! )!! %" .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$

# $ !! ! #$! $% # %!!!'(!! +!! % %+!'!!  #! # % #, #,-! #! )!! % .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!' /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$ !!"! #$! $%!&!'!!" # %!!!'(!!!$)!" #* $%!++ +!! % %+!'!! " "" #! # % #'!$ #, #,-! #'-!!! #! )!! %" # $.'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$!!!%.!% % "!.!% % )!')!! %!+!.!% % & &

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

Teknik Informatika Universitas Trunojoyo

Teknik Informatika Universitas Trunojoyo Muhammad Yusuf Muhammad Yusuf Teknik Informatika Universitas Trunojoyo Http://yusufxyz.wordpress.com Email : muhammadyusuf@trunojoyo.ac.id Use Case Diagrams UML use case diagrams menggambarkan interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

DESAIN SIMULASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTIOBJECTIVE MENGGUNAKAN AGEN CERDAS

DESAIN SIMULASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTIOBJECTIVE MENGGUNAKAN AGEN CERDAS DESAIN SIMULASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULTIOBJECTIVE MENGGUNAKAN AGEN CERDAS Mohamad Iman Prajitno 1, Bambang Wahyu W 2, Muh. Chosyi'in 3, Supeno Mardi S 4, Moch. Hariadi 5 Pasca Sarjana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem informasi merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan

Lebih terperinci

Pemodelan Proses Bisnis (Lanjutan) Mia Fitriawati,M.Kom

Pemodelan Proses Bisnis (Lanjutan) Mia Fitriawati,M.Kom Pemodelan Proses Bisnis (Lanjutan) Mia Fitriawati,M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Menuangkan proses bisnis dalam bentuk diagram, sehingga: Terdokumentasi Dapat disampaikan kepada orang lain Memudahkan pemahaman

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) Agus Hermanto [9112205310] Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hari Ginardi, M.Kom PROGRAM

Lebih terperinci

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Sistem Informasi Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Teknologi Informasi Arsitektur teknologi informasi adalah seluruh aspek meliputi piranti keras, piranti lunak, perangkat jaringan dan

Lebih terperinci

Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method)

Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method) INFORMATION SYSTEM FOR EDUCATORS AND PROFESSIONALS Vol.1, No. 2, Juni 2016, 157-166 E-ISSN: 2548-3587 157 Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method) Rully Pramudita 1,*,Nadya

Lebih terperinci

# $ !!" ! # $! $ % !!" # %!!! '(!! # * $ %!+ + +!! % %+!'!! " " " #! # % # '!$ #, #,-! # '-!!! #! )!! %" .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!

# $ !! ! # $! $ % !! # %!!! '(!! # * $ %!+ + +!! % %+!'!!    #! # % # '!$ #, #,-! # '-!!! #! )!! % .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!! !!"! # $! $ %!&!'!!" # %!!! '(!!!$)!" # * $ %!+ + +!! % %+!'!! " " " #! # % # '!$ #, #,-! # '-!!! #! )!! %" # $.'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$!!!%.!% % "!.!% % )!')!! %!+!.!%

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Sumber : http://en.wikipedia.org http://yanuar.kutakutik.or.id/ngeweb/erp-masih- validkahditerapkan-di-perusahaan/ www.mikroskil.ac.id/~erwin/erp/00.ppt http://www.komputer-teknologi.net/syarwani/downloads/

Lebih terperinci

Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK

Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK 79 Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja merupakan perwujudan dari sebuah model, dengan maksud memberikan panduan terhadap pengerjaan sesuatu. Pada penelitian ini, kerangka

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PEMASOKKOMODITAS SAYURAN DI PERUSAHAAN PERDAGANGAN (STUDI KASUS PT. RIFAN GUNA SEMESTA)

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PEMASOKKOMODITAS SAYURAN DI PERUSAHAAN PERDAGANGAN (STUDI KASUS PT. RIFAN GUNA SEMESTA) PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PEMASOKKOMODITAS SAYURAN DI PERUSAHAAN PERDAGANGAN (STUDI KASUS PT. RIFAN GUNA SEMESTA) TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata

Lebih terperinci

CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE

CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE Reference : Whitten Bentley, Systems Analysis and Design Method, edisi 7, Bab 1. 1 8/27/2015 Perkenalan Nama : Anisa Herdiani, S.T., M.T. Kode dosen : NDN KK : SIDE Ruang

Lebih terperinci

Manajemen Proyek dan Teknologi Informasi

Manajemen Proyek dan Teknologi Informasi Manajemen Proyek dan Teknologi Informasi Sistem(1) Proyek dilaksanakan harus sebagai bagian dari organisasi yang dilayaninya, sehingga harus dipahami lingkungan proyek berjalan, agar proyek dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang tugas akhir mahasiswa, permasalahan, serta tujuan pembuatan tugas akhir. Selain itu akan dibahas pula mengenai ruang lingkup tugas akhir, metodologi

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN 2.1. Proses Bisnis Secara Umum Pemodelan proses bisnis suatu perusahaan untuk menggambarkan hubungan antara aktivitas satu dengan lainnya, dan setiap aktivitas ditentukan

Lebih terperinci

1. Konsep dan Prinsip Analisa

1. Konsep dan Prinsip Analisa 1. Konsep dan Prinsip Analisa Pendataan industri dan perdagangan merupakan salah satu bagian dari ketersediaan data statistik industri dan perdagangan. Data yang mencakup di dalamnya yaitu : data kecamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi adalah sebuah lembaga yang menyelenggarakan pendidikan profesional dan akademik dalam lingkup beberapa disiplin ilmu pengetahuan. Tujuan dari perguruan

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Computer Support Collaborative Learning (CSCL)

Model Pembelajaran Computer Support Collaborative Learning (CSCL) Model Pembelajaran Computer Support Collaborative Learning (CSCL) P-35 Eri Satria Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No 1 Garut email : eri2satria@yahoo.com Abstrak Makalah ini mendiskusikan

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran

SILABUS MATAKULIAH. Indikator Pokok Bahasan/Materi Aktifitas Pembelajaran SILABUS MATAKULIAH Revisi : 2 Tanggal Berlaku : Maret 2014 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : A11. 54405/ Rekayasa Perangkat Lunak 2. Program Studi : Teknik Informatika-S1 3. Fakultas : Ilmu Komputer 4.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : sistem informasi, Web.

ABSTRAK. Kata Kunci : sistem informasi, Web. ABSTRAK Cafe tongkrongan merupakan tempat makan yang selalu mengadakan interaksi dengan pelanggan. Prosedur dan proses pemesanan makanan pelanggan di cafe tongkrongan masih belum terurut dengan baik. Sehingga

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang digunakan dalam pemodelan Customer Relationship Management. Adapun teori yang akan dijelaskan antara lain adalah Customer

Lebih terperinci

Konsep E-Business. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom

Konsep E-Business. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Konsep E-Business Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Deskripsi Membahas mengenai bisnis internal, kolaborasi berbagai bentuk e-bisnis, serta keterkaitan e-business dengan e-commerce berbagai bentuk application.

Lebih terperinci