Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini berisi kajian yang menjadi landasan pelaksanaan tesis atau state of the art. Kajian yang terkait antara lain konsep dasar kolaborasi, konsep ensiklopedia dalam rekayasa informasi, dan konsep pemodelan sistem yaitu ontologi dan deduction rules. I.1. Konsep Dasar Kolaborasi Konsep dasar kolaborasi meliputi definisi umum dan prasyarat (requirement) kolaborasi. Konsep dasar kolaborasi disusun berdasarkan Collaborative Network Reference Modelling dalam (Matos, 2008). I.1.1. Definisi Terdapat sejumlah gagasan dalam istilah kolaborasi. Istilah ini juga seringkali disama-artikan dengan kooperasi. Walaupun pembedaan kedua istilah tersebut telah didefinisikan, terdapat berbagai penggunaan istilah kolaborasi dalam literatur yang ada. Ambiguitas mencapai tingkat yang lebih tinggi ketika dihadirkan istilah lain yang berkaitan seperti networking, komunikasi, dan koordinasi. Walaupun masingmasing konsep tersebut merupakan komponen yang penting dalam kolaborasi, konsep tersebut tidak memiliki nilai yang sama dan tidak sepadan dengan konsep kolaborasi. Untuk mengklarifikasi penggunaan konsep tersebut dikemukakan working definition sebagai berikut : Definisi 1. Networking : meliputi komunikasi dan pertukaran informasi yang saling menguntungkan. Istilah ini digunakan dalam berbagai konteks dan seringkali memiliki arti yang berlainan. Misalnya ketika orang berbicara berkenaan dengan enterprise network atau enterprise networking maka arti yang diharapkan adalah collaborative network of enterprises. Contoh sederhana dari networking adalah ketika sekelompok entitas berbagi informasi mengenai pengalamannya menggunakan suatu perangkat. Mereka dapat memperoleh manfaat dari informasi yang tersedia, 12

2 13 tanpa perlu memiliki tujuan bersama atau struktur yang mempengaruhi bentuk dan waktu kontribusi individu. Definisi 2. Coordinated Networking : meliputi komunikasi dan pertukaran informasi, dan juga adanya keselarasan aktivitas sehingga dicapai hasil yang lebih efektif. Koordinasi yang merupakan tindakan bekerja bersama-sama secara harmonis, adalah hal utama dari Coordinated Networking. Contoh sederhana dari aktivitas Coordinated Networking terjadi ketika sejumlah entitas heterogen berbagi informasi dan menetapkan kerangka waktu, misalnya aktifitas lobi pada subyek baru untuk memaksimalkan pengaruh. Namun demikian masing-masih entitas dapat memiliki tujuan yang berbeda, serta menggunakan sumberdaya dan metode sendiri dalam menciptakan pengaruh. Definisi 3. Kooperasi : tidak hanya melibatkan pertukaran informasi dan pengaturan aktivitas, melainkan juga berbagi sumberdaya untuk mencapai tujuan yang sesuai. Kooperasi dicapai dengan melakukan pembagian pekerjaan antara partisipan. Contoh proses kooperasi, sebuai rantai pasok (supply chain) tradisional berdasarkan hubungan client-supplier dan peran-peran yang telah didefinisikan dalam value chain. Setiap partisipan melakukan bagian pekerjaannya, seolah-olah melakukan hal yang independen. Tetapi bagaimanapun terdapat perencanaan bersama, yang dalam banyak kejadian tidak didefinisikan bersama melainkan oleh masing-masing entitas, dan membutuhkan suatu kerjasama low-level setidaknya pada titik dimana hasil dari suatu entitas disampaikan pada entitas berikutnya. Dengan demikian tujuan mereka sesuai, dalam hal ini bahwa hasil yang diperoleh dapat ditambahkan atau tersusun dalam suatu value chain menuju produk akhir atau layanan. Definisi 4. Kolaborasi : merupakan sebuah proses dimana sejumlah entitas berbagi informasi, sumberdaya, dan tanggung jawab untuk bersama-sama merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program, untuk mencapai tujuan bersama. Konsep ini diturunkan dari bahasa Latin collaborare yang berarti bekerja bersama, dan dapat dilihat sebagai sebuah proses penciptaan bersama; dengan demikian sebuah

3 14 proses dapat dilalui apabila sekelompok entitas meningkatkan kapabilitas satu sama lain. Hal tersebut termasuk berbagi resiko, sumberdaya, tanggung jawab, dan penghargaan. Kolaborasi melibatkan perjanjian antar partisipan yang saling menguntungkan untuk menyelesaikan suatu persoalan bersama-sama, termasuk saling mempercayai kemudian meluangkan waktu, upaya, dan dedikasi. Contoh dari proses kolaborasi terjadi dalam concurrent engineering, yaitu ketika sekelompok tim ahli bersama-sama mengembangkan suatu produk baru. Dalam hal ini meskipun sejumlah koordinasi dibutuhkan, terjadi proses pencarian yang divergen dan spontan, dan bukan suatu harmoni yang terstruktur. Keempat definisi tersebut membangun sebuah building block untuk definisi selanjutnya, yaitu koordinasi merupakan perluasan dari networking, kooperasi merupakan perluasan dari koordinasi, dan kolaborasi merupakan perluasan dari kooperasi. Berbagai tingkat interaksi tersebut dapat dipandang sebagai Collaborative Maturity Level. Dengan kata lain building block ini dapat dijadikan basis dalam menilai sejauh mana kematangan proses kolaborasi dalam suatu organisasi. Ilustrasi building block dapat dilihat pada Gambar II.1. Gambar II.1 Collaborative Maturity Level (Matos, 2008)

4 15 II.1.1 Prasyarat Kolaborasi (Requirements for Collaboration) Kolaborasi merupakan proses yang sulit, sehingga peluang kesuksesannya bergantung pada pemenuhan prasyarat sebagai berikut: a. Kolaborasi harus memiliki maksud. Biasanya diwujudkan dalam suatu tujuan bersama atau persoalan yang harus diselesaikan bersama. Tidaklah cukup apabila pihak terkait memiliki tujuannya masing-masing. b. Prasyarat dasar atau prekondisi dari kolaborasi meliputi : a. Masing-masing pihak yang terlibat sepakat untuk berkolaborasi. b. Masing-masing pihak mengetahui kapabilitas satu sama lain. c. Masing-masing pihak berbagi suatu tujuan dan menjaga visi bersama selama proses kolaborasi menuju tercapainya tujuan bersama. d. Masing-masing pihak memelihara pemahaman bersama atas suatu persoalan yang dihadapi. Hal ini berarti harus terjadi diskusi mengenai posisi kemajuan masing-masing (harus ada kepedulian (awareness) satu sama lain). Proses sharing (berbagi) meliputi tanggung jawab bersama dalam partisipasi dan pengambilan keputusan, sumberdaya bersama, dan akuntabilitas bersama atas hasil baik berupa penghargaan atau kekurangan, percaya satu sama lain. Sharing tidak berarti persamaan. Pihak yang berbeda mungkin memiliki porsi keterlibatan yang berbeda, sesuai dengan peran dan komitmennya. c. Sebagai sebuah proses, kolaborasi membutuhkan pengaturan atas sejumlah langkah dasar yaitu: a. Identifikasi pihak-pihak yang terkait dan libatkan mereka bersama. b. Definisi dari ruang lingkup kolaborasi dam hasil yang diharapkan c. Definisi struktur kolaborasi, meliputi kepemimpinan, peran, tanggung jawab, kepemilikan dari aset yang dihasilkan. d. Identifikasi resiko dan pengukuran atas rencana kontigensi. e. Membangun komitmen untuk berkolaborasi.

5 16 d. Kolaborasi membutuhkan ruang kolaborasi yaitu sebuah lingkungan yang mendukung dan memfasilitasi proses kolaborasi. Karakteristik dan sifat dasar dari ruang ini bergantung dari bentuk kolaborasi. Kolaborasi dapat berlangsung dalam waktu yang bersamaan (synchronous collaboration) atau dalam waktu yang berbeda (asynchronous collaboration). Kolaborasi juga dapat terjadi dalam waktu yang sama (collocated collaboration), atau dalam tempat berbeda (remote atau virtual collaboration). Remote Collaboration merupakan kejadian yang paling relevan dalam collaborative network, yang dapat terjadi dalam interaksi synchronous maupun asynchronous. e. Poin utama kesulitan dalam kolaborasi meliputi : a. Sumberdaya. Kepemilikan dan sharing sumberdaya merupakan kesulitan yang umum. Baik sumberdaya yang dibawa oleh anggota, maupun sumberdaya yang diperoleh dari koalisi ketika menjalankan suatu task. b. Penghargaan. Menemukan cara yang adil dalam menentukan kontribusi individual dalam penciptaan suatu kekayaan intelektual merupakan persoalan yang lebih harus diperhitungkan. Penciptaan kekayaan intelektual tidak secara linear berkaitan dengan proporsi investasi yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak. Hal yang mendasar dalam persoalan ini adalah kebutuhan dalam mencapai persepsi bersama atas nilai yang ditukarkan, yang membutuhkan definisi dari model manfaat dan sistem insentif, berdasarkan sistem nilai yang disepakati. c. Komitmen. Ketika ada hambatan yang menghadang kolaborasi setiap pihak harus menanggapi dengan sungguh-sungguh, menghadapi konsekuensinya bersama. d. Tanggung jawab. Fenomena umum dalam usaha yang dilakukan secara kolektif adalah ketidakjelasan tanggungjawab. Keberhasilan kolaborasi bergantung pada pembagian tanggung jawab, baik selama

6 17 proses pencapaian tujuan, maupun pertanggung jawaban setelah kolaborasi berakhir. Keseluruhan persoalan tersebut harus diposisikan melalui sekumpulan pekerjaan bersama dan kesamaan prinsip. Terlepas dari berbagai kesulitan yang telah didefinisikan sebelumnya, faktor yang memotifasi adalah harapan untuk dapat mencapai hasil yang tidak dapat dicapai jika dilakukan sendiri. II.2 Lingkungan Kolaborasi Lingkungan kolaborasi adalah sistem yang mendukung user dalam melaksanakan tasks secara kolaboratif (DARPA, 1999). Karakteristik dan sifat lingkungan ini bergantung dari bentuk kolaborasi yang dijalankan. Kolaborasi dapat berlangsung dalam waktu yang sama (synchronous collaboration), atau dalam waktu yang berbeda (asynchronous collaboration). Kolaborasi juga dapat berlangsung pada tempat yang sama (collocated collaboration) atau pada tempat yang berbeda (remote atau virtual collaboration) (Winkler, 2002 dalam (Matos, 2008)). Remote Collaboration adalah keadaan yang paling relevan dalam collaborative network, yang melibatkan baik interaksi synchronous maupun interaksi asynchronous. (Matos, 2008) Dalam tesis ini lingkungan kolaborasi dibangun berdasarkan framework kolaborasi dari The Defense Advanced Research Project Agency (DARPA) Intelligent Collaboration and Visualization (IC&V) Program. DARPA IC&V memiliki tujuan untuk membangun generation-after-next collaboration middleware dan perangkat yang memungkinkan komponen militer dan kelompok yang bekerja sama untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi dengan cara: a. Mengumpulkan kolaborator bersama-sama, lintas ruang dan waktu, dengan respon yang cepat dalam situasi waktu yang kritis. b. Memberikan sumberdaya informasi yang tepat, lintas ruang dan waktu, sesuai dengan konteks pekerjaanya (task).

7 18 Sebuah framework kemudian dibangun dalam rangka menstrukturkan way of thinking dalam collaborative system dan evaluasi dari sistem tersebut. Framework ini dapat membantu para peneliti dalam membuat suatu penilaian pendahuluan atas suatu sistem atau kegunaannya dalam mendukung pekerjaan suatu grup. Framework ini dibangun oleh Pinsonneault dan Kraemer (1989) untuk menganalisa pengaruh teknologi dalam suatu proses grup ketika mengendalikan pengaruh variabel kontekstual lain (DARPA, 1999). Framework dari collaborative system dapat dilihat pada Gambar II.2. Gambar II.2 Collaborative Framework (DARPA, 1999) Level Requirement Level requirement dari collaborative framework terdiri atas requirements yang dihasilkan dari task yang dilaksanakan oleh grup dan dukungan yang diperlukan dari karakteristik grup. Requirements yang mendukung sejumlah tipe grup meliputi

8 19 dukungan terhadap interaksi sosial atas grup. Level requirements meliputi work tasks dan transition tasks. Level Capability Level capability dari framework mendeskripsikan fungsionalitas yang dibutuhkan untuk mendukung requirements yang berbeda. Fungsionalitas yang dideskripsikan dalam capability dapat dipenuhi oleh layanan yang berbeda. Misalnya kebutuhan untuk melakukan komunikasi secara sinkron antar partisipan dapat dipenuhi oleh layanan text chat atau telepon. Level Service (layanan) Level layanan mendeskripsikan layanan seperti , audio, video, sharing aplikasi, dan layanan jaringan, yang dapat digunakan untuk memenuhi suatu capability yang diperlukan dalam sistem CSCW (Computer Supported Collaborative Work). Layanan yang berbeda dapat mendukung suatu capability yang sama, yang mendukung suatu requirements. Level Technology Level technology mendeskripsikan implementasi dari layanan. Level ini dapat dipandang sebagai kumpulan komponen yang mungkin dibutuhkan untuk membangun suatu sistem CSCW, juga integrasi dan antarmukanya. Implementasi yang spesifik dapat dibandingkan performansi, biaya, fungsionalitas, dan usability. Keempat komponen tersebut dapat digabungkan dalam sebuah contoh berikut: Untuk memenuhi kebutuhan (requirement) berbagi informasi dengan rekan kerja, sebuah kelompok dapat menggunakan kapabilitas (capability) kolaborasi yaitu komunikasi synchronous. Salah satu service yang mungkin digunakan untuk mencapai maksud tersebut adalah audio conferencing. Salah satu teknologi yang mendukung audio conferencing adalah Lawrence Berkeley Laboratory s Visual Audio Tool (DARPA, 1999).

9 20 Menilai requirement dan capability yang didukung oleh lingkungan kolaborasi, dan service dan teknologi khusus yang digunakan, merupakan salah satu cara untuk membentuk kategorisasi fungsional dari lingkungan kolaborasi. Kategorisasi ini dapat digunakan untuk membentuk dan menentukan jenis sistem kolaborasi yang sesuai bagi aktivitas yang akan dilakukan (DARPA, 1999). II.3 Information Engineering Information Engineering (IE) menurut James Martin didefinisikan sebagai metode formal untuk perencanaan, analisis, perancangan, dan konstruksi sistem informasi pada sebuah enterprise-wide meliputi sektor-sektor utama pada enterprise tersebut (Martin, 1989). IE juga seringkali didefinisikan sebagai an organization-wide set of automated disciplines for getting the right information for to the right people at the right time. Beberapa karakteristik dari IE adalah sebagai berikut: 1. IE mengaplikasikan teknik terstruktur berbasis pada enterprise-wide atau sektor yang lebih besar dalam sebuah enterprise, tidak hanya berbasis pada suatu projek tertentu saja (project-wide basis). 2. IE dibentuk secara top-down dengan tahapan sebagai berikut: a. Perencanaan enterprise strategic system b. Perencanaan enterprise information c. Business area analysis d. System design e. Construction f. Cutover 3. Selama proses pelaksanaan tahapan tersebut, IE membangun sebuah repository pengetahuan yang terus berkembang mengenai enterprise, model data, model proses, dan system design yang dimilikinya.. 4. IE menciptakan framework untuk membangun enterprise terkomputerisasi. 5. Pembangunan sistem harus sesuai dengan framework yang telah dirancang.

10 21 6. Dengan menggunakan framework, sistem dapat dibangun dan dimodifikasi dengan cepat menggunakan perangkat terotomasi (automated tools). 7. Pendekatan enterprise-wide memungkinkan koordinasi dari sejumlah sistem berbeda, dan memfasilitasi penggunaan ulang desain (reusable design) dan kode (reusable code). 8. IE melibatkan end user dalam setiap tahapan. 9. IE memfasilitasi evaluasi sistem jangka panjang. 10. IE mengidentifikasi bagaimana proses komputerisasi dapat membantu pencapaian tujuan strategis perusahaan secara optimal. Framework IE diilustrasikan dalam Gambar II.3. Framework terluar berhubungan dengan perencanaan strategis, berfokus pada bagaimana teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan competitive advantage dan mencapai tujuannya dengan lebih baik. Framework yang berada di dalam, berlabel data administration, data models, dan process models. Data models dan process models dari suatu area bisnis diciptakan secara independen dari aplikasi spesifik. Sejumlah aplikasi komputer akan dirancang dan dibangun dan hal ini akan dilakukan dengan perangkat terkomputerisasi yang akan selalu sesuai dengan framework. Kelompok berbeda di tempat berbeda pada waktu yang berbeda akan membangun sistem yang berhubungan dengan framework yang terkomputerisasi. Strategic Planning; Enterprise Models Data Administration, Data Models, Process Models System Planning Analysis Design Code Generation Database Generation Maintenance Gambar II.3 Framework IE (Martin, 1989)

11 22 Untuk merepresentasikan aktivitas sistem informasi perusahaan dapat digambarkan sebuah piramida seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.4. Dari dalam gambar dapat dilihat bahwa terdapat empat tahap dalam IE, yaitu sebagai berikut: Tahap 1 : Information Strategy Planning Fokus pada tujuan top management dan critical success factors (CSF). Dalam tahap ini dirumuskan bagaimana teknologi digunakan untuk menciptakan peluang baru atau competitive advantages. Disusun pula high-level overview mengenai enterprise, fungsi-fungsinya, data, dan kebutuhan informasi. Tahap 2 : Business Area Analysis Fokus pada proses yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu business area, keterkaitan antar proses, dan data yang dibutuhkan. Tahap 3 : System Design Fokus pada implementasi proses pada suatu business area ke dalam suatu prosedur dan cara kerja dari prosedur tersebut. Dalam merancang prosedur dibutuhkan keterlibatan user secara langsung. Tahap 4 : Construction Implementasi prosedur yang digunakan menggunakan code generator, fourth-generation languages, dan end-user tools. Design dihubungkan dengan construction untuk melakukan proses prototyping. Tahap 1 dan 2 merupakan proses yang tidak bergantung pada faktor teknologi (independent of technology), sedangkan tahap 3 dan 4 bergantung pada lingkungan implementasi (Dependent on the Target Environment).

12 23 Gambar II.4 Empat Tahapan IE II.4 Ensiklopedia Secara umum ensiklopedia merupakan ikhtisar tertulis yang komprehensif, yang memuat informasi dari seluruh cabang ilmu pengetahuan atau cabang tertentu dari pengetahuan. Maksud pembuatan sebuah ensiklopedia adalah untuk mengumpulkan pengetahuan yang tersebar, kemudian menyusunnya dalam suatu sistem dan menyampaikannya pada generasi selanjutnya. Dengan demikian kerja manusia dari abad ke abad tidak akan percuma, sehingga diharapkan generasi selanjutnya akan menjadi lebih baik, dan manusia tidak boleh mati tanpa kontribusi bagi masa yang akan datang (Diderot, 2007). Istilah ensiklopedia kemudian digunakan James Martin dalam konteks Rekayasa Informasi. Ensiklopedia adalah inti dari rekayasa informasi, merupakan tempat penyimpanan terkomputerisasi yang mengakumulasi informasi yang berkaitan dengan proses perencanaan, analisis, desain, konstruksi, dan pemeliharaan sistem. Ensiklopedia memuat informasi kamus (yang berisi nama dan deskripsi item data,

13 24 proses, variabel, dan sebagainya) dan representasi lengkap dari rencana, model, dan desain, yang memiliki kemampuan untuk melakukan cross-checking, analisis keterhubungan, dan validasi. Ensiklopedia memuat banyak rules yang berkaitan dengan pengetahuan yang disimpannya, kemudian melakukan pemrosesan terhadap rules, teknik artificial-intelligence (kecerdasan buatan), untuk mendukung pencapaian keakuratan, integritas, dan kelengkapan dari rencana, model, dan perancangan. Ensiklopedia merupakan knowledge base yang tidak hanya menyimpan informasi mengenai pengembangan sistem, melainkan juga membantu mengontrol keakuratan dan validitasnya (Martin, 1989). Ilustrasi pengetahuan yang dikelola oleh ensiklopedia dapat dilihat pada Gambar II.5. Gambar II.5 Ensiklopedia Dalam pengembangannya, ensiklopedi tersusun atas empat layer sebagaimana dapat dilihat pada Tabel II.1.

14 25 Tabel II.1 Layer dalam Ensiklopedi (Martin, 1989) Layer Business Strategy Planning Business Area Analysis Design of system Construction Komponen Strategic opportunities Critical Success Factors Enterprise Model Hierarchy of goals Function decomposition Information planning Detailed data model Detailed process model Data flow diagrams Program structures Screen design Dialog design Report design Database design Input to a Code generator II.5 Pemodelan Sistem Model merupakan representasi abstrak dari suatu lingkungan (environment), sistem, atau entitas dalam dunia nyata, sosial, atau logis. Umumnya model digunakan untuk sejumlah aspek pada fenomena yang dimodelkan. Dua model dari fenomena yang sama dapat sangat berbeda. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan requirement, perbedaan pendekatan konseptual, preferensi estetika, dan juga pengalaman yang berbeda. Untuk itu pengguna model harus memahami tujuan dari suatu model beserta asumsi atau batas validitasnya. Pemodelan dapat dilakukan pada berbagai tingkat abstraksi, dari pengembangan teoritis yang sangat abstrak, hingga representasi detail yang mendekatai entitas atau implementasi yang dimodelkan (Matos, 2008). II.5.1 Reference Model Reference model merupakan framework umum yang digunakan dalam memahami konsep, entitas, dan relasi dari suatu domain, dan merupakan pondasi dari area yang ditelaah. Reference model merepresentasikan konsep dari suatu area manifestasi, dan

15 26 diharapkan dapat memberikan inspirasi terhadap suatu area, melalui analogi terhadap domain dari collaborative network (Matos, 2008). Reference model dibentuk atas dua faktor utama, yaitu reusability dan authority. Reusability dari elemen dalam suatu reference model terdiri atas beberapa faktor yaitu generality suatu model, ruang lingkup dan cakupan sudut pandang, tingkat abstraksi dan kesederhanaan (simplicity), bentuk ketersediaan/kemudahan untuk mengakses informasi, adanya panduan penggunaan dan contoh aplikasi pada suatu kondisi. Faktor authorship (kepengarangan) meliputi reputasi dari kontributor yang terlibat, basis yang diadopsi dan sumber referensi, daftar pengguna, kualitas proses pengujian, saluran penyebaran, lembaga profesional, dan proyek yang terlibat dalam penyebarannya. Kedua faktor tersebut secara umum diilustrasikan dalam Gambar II.6. Gambar II.6 Dasar Pembentukan Reference Model (Matos, 2008) Terdapat sejumlah besar elemen yang dapat dipertimbangkan sebagai reference model. Elemen tersebut secara umum terbagi atas dua kelompok, yaitu logistik dari reference model dan dimensi dari reference model. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar II.7.

16 27 Logistik dari reference model mencakup tujuan (istilah dan entitas, perilaku, siklus hidup, dan keterhubungan), dan perangkat/bahasa pemodelan. Kelompok kedua terdiri atas empat dimensi pemodelan yaitu: 1. Dimensi struktural : mengakomodasi elemen struktur dari collaborative network seperti aktor/partisipan dan peran, dan keterhubungannya. 2. Dimensi komponen : mencakup sumberdaya (resource), ontologi, dan data dan pengetahuan yang representatif. 3. Dimensi fungsional : meliputi fungsi, proses, prosedur dan metodologi. 4. Dimensi perilaku (behavioral) : meliputi sejumlah elemen dari perilaku serta batasan terhadap perilaku tersebut. (misalnya kebijakan, kontrak, perjanjian) Gambar II.7 Peta Pengembangan Model (Matos, 2008) II.5.2 Ontologi Pengertian ontologi sangat beragam dan berubah sesuai dengan perjalanan waktu. Beberapa paragraf berikut menguraikan berbagai definisi dengan mengacu kepada Benjamins dalam (Wicaksono, 2004).

17 28 Salah satu definisi awal dari Neches dan rekan mengatakan Sebuah Ontologi merupakan definisi dari pengertian dasar dan relasi vocabulary dari sebuah area sebagaimana aturan dari kombinasi istilah dan relasi untuk mendefinisikan vocabulary. Beberapa tahun kemudian Gruber memberikan definisi yang banyak diacu oleh beberapa paper. Definisi tersebut adalah Ontologi merupakan sebuah spesifikasi eksplisit dari konseptualisme. Berdasarkan definisi Gruber banyak definisi yang coba diusulkan. Guarino dan Giaretta pada 1995 mengumpulkan hingga tujuh definisi yang berkoresponden dengan syntactic dan semantic interpretasi. Pada 1997, Borst melakukan modifikasi dari definisi Gruber dengan mengatakan Sebuah ontologi adalah spesifikasi formal dari sebuah konseptual yang diterima (share). Dua definisi dari Gruber dan Borst kemudian dijelaskan oleh Studer dengan pengertian sebagai berikut : Konseptualisasi mengacu kepada sebuah model abstrak dari beberapa fenomena di dunia dengan memiliki identifikasi konsep yang relevan dari fenomena tersebut. Eksplisit dimaksud adalah tipe dari konsep yang digunakan, dan batasan dari eksplisit yang digunakan. Shared adalah merefleksikan sebuah ontologi mencoba menangkap pengetahuan secara konsesus yang tidak merupakan hal yang hanya terkait pada individu tetapi diterima oleh sebuha group / domain. Ada juga definisi yang diberikan berdasarkan proses pengembangan dari ontologi, hal ini seperti yang dilakukan oleh Bernaras pada KACTUS proyek. Definisi yang diberikan adalah Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base. SENSUS proyek juga memberikan definisi : Sebuah ontologi adalah sebuah struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah knowledge base. Dalam konsep formal semantic, sebuah ontologi mungkin dapat dalam berbagai bentuk, tetapi yang penting ini akan meliputi kumpulan istilah dan beberapa spesifikasi dari arti yang bersangkutan. Ini akan meliputi definisi dan sebuah indikasi

18 29 dari bagaimana konsep hubungan dari kumpulan sebuah struktur pada sebuah domaind an batasan yang mungkin dalam interpretasi istilah. Dari berbagai definisi ontologi, perbedaan ini adalah sebagai pelengkap dari berbagai sudut pandang untuk hal yang sama. Sehingga perbedaan tersebut akan semakin memperkaya pengertian untuk ontologi bukan merupakan pengotakan dari ontologi tersebut. Deskripsi ontologi secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran A. II.5.3 Deduction Rules Rules merefleksikan dugaan konsekuensi dan mendefinisikan langkah pemikiran. Rules direpresentasikan dengan ekspresi if-then. Representasi ini beroperasi pada fakta dan sesuai untuk pemikiran mengenai instance data yang konkrit. Rules dapat digunakan dalam problem solving dan dynamic behaviours dari knowledge-based system dengan melakukan deductive reasoning dari pengetahuan baru atau fakta baru. Rules banyak digunakan dalam aplikasi bisnis seperti computer-aided training, diagnostic fact finding, compliance monitoring, dan process control. Selain itu, rules dapat digunakan untuk sejumlah tujuan tidak hanya untuk reasoning instances, tetapi juga querying, sebagaimana menghubungkan rules untuk reasoning across domains.

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab perancangan model ensiklopedia berisi pemetaan elemen dalam lingkungan kolaborasi ke dalam ensiklopedia. Pemetaan ini menghasilkan sebuah ensiklopedia lingkungan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

Bab VI Implementasi. VI.1 Protokol Implementasi

Bab VI Implementasi. VI.1 Protokol Implementasi Bab VI Implementasi Pada bab ini dirancang sebuah protokol untuk mengimplementasikan seluruh artifak (model kolaborasi, lingkungan kolaborasi, dan ensiklopedia) yang dihasilkan dalam pelaksanaan tesis.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Rekayasa Informasi Saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang sudah memanfaatkan sistem informasi untuk mendukung aktivitas perusahaan. Sebagian besar pemanfaatan sistem

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan Bab III Analisa dan Kerangka Usulan III.1 Perencanaan Strategis dalam Pengembangan CIF III.1.1 Kendala Pengembangan CIF Pembangunan dan pengembangan CIF tentunya melibatkan banyak sekali aspek dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TERKAIT

BAB II KAJIAN TERKAIT BAB II KAJIAN TERKAIT II.1 Pertanian Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Yang termasuk ke

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN MOXIE

BAB V PERANCANGAN MOXIE BAB V PERANCANGAN MOXIE Bab ini berisi penjabaran dari hasil perancangan Moxie. Pembahasan pada bab ini mencakup perancangan arsitektur dan model skenario untuk Moxie. Model skenario merupakan produk dari

Lebih terperinci

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI SATRIYO ADHY Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang satriyo@undip.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #2 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBUATAN METODOLOGI

BAB III ANALISIS DAN PEMBUATAN METODOLOGI III BAB III ANALISIS DAN PEMBUATAN METODOLOGI Pada bab ini dilakukan pembuatan metodologi untuk pembangunan dashboard. Metodologi difokuskan pada tahap identifikasi kebutuhan, perencanaan, dan perancangan

Lebih terperinci

Catatan Archimate 2.1

Catatan Archimate 2.1 Catatan Archimate 2.1 Versi 0.1 Referensi The Open Group, N131 Archimate 2.1 Reference Card.pdf, https://www2.opengroup.org/ogsys/catalog/n131 Archimate 2.1 Active Structural Behavioral Passive Structural

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam suatu perusahaan memerlukan biaya yang besar dan memungkinkan terjadinya resiko kegagalan yang cukup tinggi. Di sisi lain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tetapi juga harus didukung oleh lingkungan internal yang baik. Lingkungan internal

BAB 2 LANDASAN TEORI. tetapi juga harus didukung oleh lingkungan internal yang baik. Lingkungan internal BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Strategi Lingkungan dunia usaha yang terus berkembang menuntut hampir semua perusahaan untuk tidak hanya memikirkan lingkungan eksternal perusahaan saja, tetapi juga

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Pengembangan Sistem Informasi Mulyadi, S.Kom, M.S.I Proses dalam Pengembangan Sistem Proses pengembangan sistem - serangkaian kegiatan, metode, praktik, dan alat-alat terotomatisasi

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

Kerekayasaan Informasi Dalam Proses Bisnis

Kerekayasaan Informasi Dalam Proses Bisnis Kerekayasaan Informasi Dalam Proses Bisnis Diana Effendi Program Studi Manajemen Informatika, Universitas Komputer Indonesia, Indonesia diana.effendi@email.unikom.ac.id Abstract Business process is a series

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

Tugas Rekayasa Perangkat Lunak

Tugas Rekayasa Perangkat Lunak Tugas Rekayasa Perangkat Lunak Disusun Oleh : M Ikhsan Ariya Girinata 41813120052 Dosen : Wachyu Hari Haji, S.Kom, MM FAKULTAS ILMU KOMPUTER JURUSAN SISTEM INFORMASI Mata Kuliah : REKAYASA PERANGKAT LUNAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategis Perkembangan bisnis yang pesat telah memaksa hampir semua perusahaan untuk tidak hanya memikirkan lingkungan internal perusahaan saja, tetapi juga lingkungan

Lebih terperinci

Kolaborasi (Collaboration)

Kolaborasi (Collaboration) Kolaborasi (Collaboration) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Topik Organisasi logistik Pengembangan hubungan kolaborasi Manajemen hubungan/relasi

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Sistem Informasi Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Teknologi Informasi Arsitektur teknologi informasi adalah seluruh aspek meliputi piranti keras, piranti lunak, perangkat jaringan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com REKAYASA PERANGKAT LUNAK 3 sks Sri Rezeki Candra Nursari reezeki2011.wordpress.com Referensi Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi, Roger S. Pressman, Ph.D, Andi Jogyakarta, 2012 Buku 1 Rekayasa

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era informasi ini, suatu organisasi membutuhkan informasi yang mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan itu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh

Lebih terperinci

Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering)

Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Graha Prakarsa, ST. MT. Sekolah Tinggi Teknologi Bandung Memahami arti pengembangan perangkat lunak. Mengetahui aktivitas pengembangan perangkat lunak. Memahami

Lebih terperinci

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Sistem Informasi Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Desain Sistem "Desain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengembangan Model Arsitektur Enterprise Untuk Perguruan Tinggi dilakukan pengembangan model arsitektur enterprise untuk

Lebih terperinci

http://www.brigidaarie.com INPUT [ Source ] [ Requirements ] Process ACTIVITIES (TASKS), CONSTRAINTS, RESOURCES PROCEDURES TOOLS & TECHNIQUES OUTPUT [ Results ] [ Product ] [ Set of Goals ] [ Standards

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

Sistem Enterprice SASARAN : Sistem Enterprise. Sistem Informasi Enterprise. Information Systems Today

Sistem Enterprice SASARAN : Sistem Enterprise. Sistem Informasi Enterprise. Information Systems Today Sistem Informasi Enterprise Information Systems Today Leonard Jessup and Joseph Valacich 1 2 SASARAN : Memahami bagaimana teknologi informasi mendukung aktifitas bisnis Memahami System Enterprise dan bagaimana

Lebih terperinci

III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER

III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER III. METODE KONVENS IONAL 11. REKAYASA SISTEM BERBASIS KOMPUTER 11.1 Sistem Berbasis Komputer (Computer-based System) Sistem berbasis komputer bertujuan untuk mendukung berbagai fungsi bisnis atau untuk

Lebih terperinci

Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK

Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK 79 Bab V Perancangan Kerangka Kerja Analisis Kebutuhan SPPK Kerangka kerja merupakan perwujudan dari sebuah model, dengan maksud memberikan panduan terhadap pengerjaan sesuatu. Pada penelitian ini, kerangka

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian 36 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan mengacu pada kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang merupakan kerangka kerja arsitektur di

Lebih terperinci

SOFTWARE ENGINEERING (REKAYASA PERANGKAT LUNAK)

SOFTWARE ENGINEERING (REKAYASA PERANGKAT LUNAK) SOFTWARE ENGINEERING (REKAYASA PERANGKAT LUNAK) SOFTWARE Software merepresentasikan masalah di dunia nyata Masalah di dunia nyata lebih komplek dari pertukaran dua nilai Software program Software meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Persaingan di dunia bisnis semakin kompleks, banyak hal yang harus diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis yang mereka kembangkan.

Lebih terperinci

Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method)

Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method) INFORMATION SYSTEM FOR EDUCATORS AND PROFESSIONALS Vol.1, No. 2, Juni 2016, 157-166 E-ISSN: 2548-3587 157 Integrasi Zachman Framework dan TOGAF ADM (Architecture Development Method) Rully Pramudita 1,*,Nadya

Lebih terperinci

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK )

MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK ) MAKALAH REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( SIKLUS HIDUP PERANGKAT LUNAK ) Disusun Oleh : MUKHAMAT JAFAR 41813120014 MATA KULIAH : REKAYASA PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS MERCUBUANA 2015 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP)

Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP) Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP) Yohana Dewi Lulu W yohana@pcr.ac.id Jurusan Komputer Politeknik Caltex Riau Abstrak Perkembangan enterprise saat ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian menggunakan metode The Open Group Architecture Framework (TOGAF) terkait perancangan Enterprise Architecture, yaitu: Penelitian

Lebih terperinci

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP

Rute Menuju Best Practice. Catatan dari kegagalan implementasi ERP Rute Menuju Best Practice Catatan dari kegagalan implementasi ERP Setiap organisasi ingin menjadi yang terdepan. Untuk mencapai hal itu mereka harus meraih apa yang disebut best practice. Berbagai kasus

Lebih terperinci

MAKALAH DESAIN PERANGKAT LUNAK. NAMA : RANI JUITA NIM : DOSEN : WACHYU HARI HAJI. S.Kom.MM

MAKALAH DESAIN PERANGKAT LUNAK. NAMA : RANI JUITA NIM : DOSEN : WACHYU HARI HAJI. S.Kom.MM MAKALAH DESAIN PERANGKAT LUNAK NAMA : RANI JUITA NIM : 41813120165 DOSEN : WACHYU HARI HAJI. S.Kom.MM JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 A. DESAIN PERANGKAT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia 2.1.1 Pengertian Multimedia Menurut Vaughan(2011,p1), Multimedia adalah kombinasi teks, gambar, suara, animasi dan video yang disampaikan kepada user melalui komputer.

Lebih terperinci

STRATEGI. KONTEKS ORGANISASI STRATEGI, STRUKTUR, dan BUDAYA STRATEGIC MANAGEMENT. Konsep dan Proses Manajemen Proyek Sistem Informasi

STRATEGI. KONTEKS ORGANISASI STRATEGI, STRUKTUR, dan BUDAYA STRATEGIC MANAGEMENT. Konsep dan Proses Manajemen Proyek Sistem Informasi PERTEMUAN 2 KONTEKS ORGANISASI STRATEGI, STRUKTUR, dan BUDAYA Konsep dan Proses Manajemen Proyek Sistem Informasi STRATEGIC MANAGEMENT STRATEGI Ilmu merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompleks saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompleks saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompleks saat ini menyebabkan perusahaan-perusahaan harus mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan efektif dan efisien

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya)

PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) PENGUKURAN KESENJANGAN DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN TOGAF (Studi Kasus : Politeknik Surabaya) Agus Hermanto [9112205310] Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Hari Ginardi, M.Kom PROGRAM

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Strategik SI/TI 1 Tantangan Pengelolaan IT Perubahan teknologi (TI) semakin cepat. Aplikasi dan data semakin banyak overload informasi. Perkembangan bisnis yang semakin

Lebih terperinci

CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE

CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE CSG3A3/ SISTEM INFORMASI KK SIDE Reference : Whitten Bentley, Systems Analysis and Design Method, edisi 7, Bab 1. 1 8/27/2015 Perkenalan Nama : Anisa Herdiani, S.T., M.T. Kode dosen : NDN KK : SIDE Ruang

Lebih terperinci

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) Pengertian Cobit COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology) adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sedemikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi proses akses, pengelolaan, dan

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Software Requirement Engineering Requirement Classification Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021 SILABUS MATA

Lebih terperinci

REKAYASA SISTEM. Konsep dan Prinsip Analisis

REKAYASA SISTEM. Konsep dan Prinsip Analisis REKAYASA SISTEM Konsep dan Prinsip Analisis Cakupan Materi Pengertian rekayasa sistem Pemodelan sistem Hierarki sistem Bussiness Process Engineering Arsitektur sistem Perencanaan strategi infomasi Penentuan

Lebih terperinci

B6 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016

B6 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 B6 Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 PERANCANGAN MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES MANAJEMEN RESIKO KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN ISO 27005 DAN ISO 33020. Studi Kasus: PUSAT KOMUNIKASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2.1 Definisi Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan adalah proses menemukan permasalahan dan menghasilkan alternatif pemecahan yang relevan.

2.1 Definisi Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan adalah proses menemukan permasalahan dan menghasilkan alternatif pemecahan yang relevan. Topik 3 : Analisis 2.1 Definisi Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan adalah proses menemukan permasalahan dan menghasilkan alternatif pemecahan yang relevan. Tujuan tahap analisis adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi Basis Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Perancangan Aplikasi Basis Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan 02 Perancangan Aplikasi Basis Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Latar Belakang 2 Metodologi perancangan basis data dapat menggunakan alat bantu seperti Designer 2000 dari Oracle, ERWin, BPWin, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #10 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #10 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #10 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan, komponen, penyimpanan, dan tatakelola arsitektur TOGAF dalam rangka pengembangan dokumen

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Pendahuluan. Membangun sebuah DSS, apalagi yang besar, merupakan proses yang rumit. Melibatkan hal-hal: teknis (hardware, jaringan) dan perilaku (interaksi manusiamesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telah mengubah manusia dalam menyelesaikan semua pekerjaan dan segala aspek kehidupan manusia. Dimana teknologi informasi dan komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak

Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak Jenis Metode Pengembangan Perangkat Lunak by webmaster - Tuesday, January 05, 2016 http://anisam.student.akademitelkom.ac.id/?p=123 Menurut IEEE, Pengembangan software (software engineering ) adalah :

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MODEL PIRAMIDA REKAYASA INFORMASI SEBAGAI UPAYA STRATEGI PEMBELAJARAN

PEMANFAATAN MODEL PIRAMIDA REKAYASA INFORMASI SEBAGAI UPAYA STRATEGI PEMBELAJARAN PEMANFAATAN MODEL PIRAMIDA REKAYASA INFORMASI SEBAGAI UPAYA STRATEGI PEMBELAJARAN Malabay Fakultas Teknik Universitas Islam Attahiriyah, Jakarta Jl. Melayu Kecil III No. 15, Tebet, Jakarta malabay1971@gmail.com

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI Reza Pahlava reza.pahlava@gmail.com :: http://rezapahlava.com Abstrak Penelitian yang dilakukan MIT (Massachusetts Institute of Technology) menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis

Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Siklus Adopsi & Model Operasi e-bisnis Untuk memaksimalkan laba dari investasi infrastruktur e-bisnis, perlu pemahaman tentang bagaimana perusahaan dalam menerapkan e-bisnis. Penelitian menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK LANJUT DESIGN ENGINEERING. Defri Kurniawan M.Kom

REKAYASA PERANGKAT LUNAK LANJUT DESIGN ENGINEERING. Defri Kurniawan M.Kom REKAYASA PERANGKAT LUNAK LANJUT DESIGN ENGINEERING Defri Kurniawan M.Kom Content Pengenalan Perancangan Model Analysis to Model Design Design Concept Design Model Pengenalan Perancangan Perancangan PL

Lebih terperinci

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Karya Ilmiah E-Business SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Manajemen Siklus Hidup Produk SAP Disusun oleh : Nama : Achmad Mustagfiri NIM : 09.11.2962 Kelas : 09-S1TI-06 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #5 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #5 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #5 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan teknik analisis arsitektur enterprise yang digunakan untuk dapat mengoptimalkan efektivitas proses

Lebih terperinci

Pembangunan Enterprise Architecture (EA) berbasis SOA Tahap II

Pembangunan Enterprise Architecture (EA) berbasis SOA Tahap II TOR (Term of Reference) Pembangunan Enterprise Architecture (EA) berbasis SOA Tahap II Tahun Anggaran 2015 Divisi Manajemen Sistem Informasi SKKMIGAS LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TERM OF REFERENCE (TOR) SPESIFIKASI

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari

Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari PENGEMBANGAN SISTEM Disusun Oleh : Dr. Lily Wulandari LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SISTEM Kebutuhan Pengembangan g Sistem Terstruktur Proses Konstruksi Sistem 1. Mengidentifikasi masalah besar TI untuk

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sistem informasi saat ini telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini mengakibatkan timbulnya persaingan yang semakin ketat pada sektor bisnis

Lebih terperinci

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM

ANALISA & PERANCANGAN SISTEM ANALISA & PERANCANGAN SISTEM Analisis System Mulyadi, S.Kom, M.S.I Analisa Sistem Analisis sistem - teknik pemecahan masalah yang menguraikan sistem ke dalam beberapa komponen dengan tujuan mempelajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pemanfaatan enterprise Architecture planning (EAP) untuk perencanaan system informasi melibatkan pemahaman dan kejelasan beberapa definisi

Lebih terperinci

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution

Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution TUGAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc Ringkasan Chapter 12 Developing Business/ IT Solution Oleh : Shelly Atriani Iskandar P056121981.50 KELAS R50 PROGRAM PASCA SARJANA

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK A. Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak (RPL, atau dalam bahasa Inggris: Software Engineering atau SE) adalah satu bidang profesi yang mendalami cara-cara

Lebih terperinci

Prinsip dan Konsep Desain Perangkat Lunak

Prinsip dan Konsep Desain Perangkat Lunak Prinsip dan Konsep Desain Perangkat Lunak Desain adalah salah satu langkah dalam fase pengembangan bagi setiap produk atau sistem yang direkayasa. Desain dapat didefinisikan berbagai proses aplikasi berbagai

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK MATERI TM 10

REKAYASA PERANGKAT LUNAK MATERI TM 10 MATA KULIAH: REKAYASA PERANGKAT LUNAK MATERI TM 10 DESAIN PERANGKAT LUNAK DAN REKAYASA PERANGKAT LUNAK ( PRINSIP DAN KONSEP DESAIN) NAMA : RAHMAT JAENURI NIM : 41814120237 Rekayasa Perangkat Lunak Page

Lebih terperinci

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University Ratna Wardani Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University S/W Process Model Tahapan S/W Process Model Proses S/W Materi Model Waterfall Model Prototype Model Rapid Application Development

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL

The Process. A Layered Technology. Software Engineering. By: U. Abd. Rohim, MT. U. Abd. Rohim Rekayasa Perangkat Lunak The Process RPL The Process By: U. Abd. Rohim, MT A Layered Technology Software Engineering tools methods process model a quality focus 2 1 Langkah-langkah SE v Definition (What?) System or Information Engineering, Software

Lebih terperinci

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT)

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT) with COBIT Framework introductory IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT) Oleh: Ahmad Syauqi Ahsan 1 Tujuan Memahami manfaat IT Governance Mengerti kapan perlu mengaplikasikan IT Governance Mengerti prinsip2 dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Teknologi mengalami kemajuan yang pesat termasuk di bidang pendidikan. Pembelajaran online menjadi terobosan yang menggembirakan di bidang pendidikan. Namun,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Persoalan tata kelola TI menyangkut beberapa hal yang perlu dipahami agar dapat membantu analisis dan pengembangan solusi. Beberapa hal yang akan mendasari untuk membantu pencapaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Informasi Sistem informasi merupakan sekumpulan orang, prosedur, dan sumber daya dalam mengumpulkan, melakukan proses, dan menghasilkan informasi dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo

SDLC Concepts. Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo SDLC Concepts Muhammad Yusuf D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo Http://yusufxyz.wordpress.com Email: muhammadyusuf@trunojoyo.ac.id IVS Task Group Produk terdiri dari : hardware, software, dokumentasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV Trianom Agrotektur merupakan perusahaan yang bergerak pada industri pengolahan biji kopi. CV Trianom Agrotektur merupakan perusahaan yang sedang berada dalam tahap

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.2. Enterprise Arsitektur Arsitektur enterprise adalah sebuah pendekatan yang didirikan berdasarkan model dan manajemen holistik TI sebagai kerangka kerja untuk menunjukan penciptaan

Lebih terperinci

Membangun Strategi SI/TI

Membangun Strategi SI/TI Pendahuluan Membangun Strategi SI/TI Hendri Sopryadi, M.T.I Informasi telah menjadi agen integrasi dan enabler bagi kompetensi baru untuk perusahaan dalam persaingan saat in Namun apakah paradigma perencanaan

Lebih terperinci