METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di dua pasar tradisional di kota Medan yaitu Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing Kecamatan Medan Helvetia. Penentuan daerah sampel ditentukan secara purposive dengan pertimbangan perbedaan pengelolaan. Pasar tradisional Pajak Pagi Padang Bulan milik swasta sedangkan pasar tradisional Sei Kambing milik pemerintah. Pasar tradisional Pajak Pagi Padang Bulan dan Pajak Sei kambing relatif sudah lama dan cukup besar (lihat lampiran 5). Metode Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasar tradisional. Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta yang ada dan mencari keterangan-keterangan tentang keadaan yang sebenarnya. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dipasar tradisional dan pasar modern serta wawancara kepada pedagang dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Perusahaan Daerah Pasar Petisah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Medan dan buku-buku pendukung lainnya.

2 Metode Analisis Data Untuk masalah (1) digunakan analisis deskriptif dengan mendiskripsikan perkembangan pasar tradisional di Kota Medan dari data yang akan didapat dari instansi terkait. Untuk masalah (2) digunakan analisis deskriptif, yaitu dengan matriks SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pasar tradisional disesuaikan dengan kelemahan yang dimilikinya. Analisis SWOT meyediakan pemahaman realistis tentang hubungan suatu organisasi dengan lingkungannya untuk mendapatkan terciptanya strategi yang dapat memaksimunkan kekuatan dan peluang serta meminimunkan kelemahan dan ancaman yang ada. Dengan gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana strategi pengembangan pasar tradisional di Medan. Langkah-langkah pembuatan SWOT 1. Menentukan penelitian tujuan untuk mengetahui seberapa besar perkembangan pasar tradisional di kota Medan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar. Dengan itu kita akan menemukan beberapa variabel yang akan menentukan perkembangan suatu pasar tersebut. Data ini diperoleh dari data sekunder penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar antara lain : 1. Sistem tawar-menawar 2. Sebagai sarana pendukung ekonomi rakyat kecil 3. Adanya gotong-royong dalam pasar tradisional 4. Harga barang yang murah di pasar tradisional

3 5. Adanya pedagang kaki lima 6. Fasilitas-fasilitas yang dibangun pemerintah dalam pasar tradisional 7. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 8. Kondisi dan keadaan pasar tradisional 9. Adanya konsumen tetap yang berbelanja di pasar tradisional 10. Kenyamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 11. Jumlah modal yang dimiliki pedagang pasar tradisional 12. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 13. Waktu buka pasar tradisional 14. Promosi yang dilakukan pedagang pasar tradisional terhadap barang dagangan 15. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 16. Kualitas barang yang rendah 17. Tempat strategis dekat dengan pemukiman penduduk 18. Kelalaian pemerintah dalam mengelola pasar tradisional 19. Keragaman barang yang lengkap 20. Jam operasional pasar yang terbatas 3. Setelah di peroleh faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar tradisional, kemudian dipilih faktor-faktor yang lebih strategis dalam mempengaruhi perkembangan pasar. Pemilihan variabel ini ditentukan setelah melakukan pra survei yaitu dengan mewawancarai 12 pedagang dan pengamatan langsung ke pasar tradisional. Daari hasil pra survei tersebut disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan pasar tradisional adalah:

4 1. Sistem tawar menawar 2. Adanya pedagang kaki lima 3. Fasilitas-fasilitas yang dibangun pemerintah dalam pasar tradisional 4. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 5. Kondisi dan keadaan pasar tradisional 6. Adanya konsumen tetap yang berbelanja di pasar tradisional 7. Kenyamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 8. Jumlah modal yang dimiliki pedagang pasar tradisional 9. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 10. Waktu buka pasar tradisional 11. Promosi yang dilakukan pedagang pasar tradisional terhadap barang dagangan 12. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 4. Setelah di ketahui faktor-faktor strategis, kemudian faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian yaitu : a. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang tidak dapat di kendalikan oleh pedagang pasar tradisional. b. faktor Internal, yaitu faktor yang dapat dikendalikan oleh pedagang pasar tradisional. 5. Setelah diklasifikasi faktor-faktor yang intenal dan eksternalnya, kemudian disusun kuisioner untuk menentukan skor setiap faktor. Skor tersebut menentukan apakah faktor tersebut masuk kedalam faktor Internal menjadi kekuatan dan kelemahan atau Faktor Eksternal menjadi peluang dan ancaman.

5 Faktor dibagi menjadi 4 kategori yaitu 1dan 2 nilai rendah dan 3 dan 4 nilai tinggi. Pada internal 1 dan 2 = Kelemahan, 2 dan 4 = Kekuatan, sedangkan pada eksternal : 1 dan 2 = Ancaman dan 2 dan 4 = Peluang. 6. Setelah diperoleh skor tiap faktor, kemudian dilakukan pembobotan dalam tiap faktor. Pembobotan ini dilakukan untuk dengan cara tehnik komparasi berpasangan dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1991) pada menggunakan model AHP (Analytical Hierarchy Process) yaitu membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu tingkat hirarki berpasangan sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala banding berpasangan yang diemukan oleh Saaty (1991) dengan tingkat perbandingan : Kepentingan Defenisi Penjelasan Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu lebih pentng dari elemen yang lainnya Satu faktor mutlak lebih penting dari faktor lainnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan di capai Penilaian lebih sedikit mempengaruhi satu faktor dibanding faktor lainnya. Faktor tersebut paling penting dari pada faktor lainnya yang memilki tingkat penegasan tertinggi 7. Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden dengan memakai tehnik pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1991), kemudian dibuat matrik penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.

6 8. Setelah diperoleh penilaian tiap faktor dari seluruh responden, kemudian dicari rata-rata perbandingan dari seluruh responden yang disebut dengan ratarata geometris. Nilai dan rata-rata geometris dicari dengan menggunakan rumus: G = n x1 x x3... x 2 n Ket : X 1 = Nilai untuk responden 1 X 2 = Nilai untuk responden 2 X n = Nilai untuk responden n 9. Setelah di ketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut di normalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis Pasar Tradisional. 10. Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor. Nilai dari skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana reaksi pasar tradisional terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor strategis internalnya. 11. Kemudian di lakukan penyusunan faktor-faktor strategis dengan menggunakan matrik SWOT.

7 Defenisi dan Batasan Operasional Adapun defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Defenisi 2. Modal merupakan biaya atau sejumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian barang atau komoditi sayuran yang akan diperdagangkan (Rupiah) 3. Pasar Tradisional adalah suatu tempat bagi para pembeli dan penjual melakukan transaksi perdagangan sembako dengan sistem tawar menawar hingga terjadi kesepakatan akan harga. 4. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeliya tidak berinteraksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum pada barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga. Swalayan, minimarket, supermarket, hipermarket termasuk dalam kategori pasar modern. 5. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkomsumsi sembako dan memenuhi kebutuhan hidupnya dan anggota keluarganya. 6. Jumlah pedagang (responden) adalah jumlah pedagang yang menjual dagangannya yang ada di pasar tradisional dalam kurun waktu penelitian. 7. Matriks SWOT, matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh pasar tradisional sesuai dengan kekuatan dan kelemahan pasar. 8. Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar tradisional yang yang tidak dapat dikontrol oleh pasar.

8 9. Faktor Internal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan pasar tradisional yang dapat dokontrol oleh pasar tradisional. 10. Jumlah kios yaitu jumlah tempat berjualan pedagang dimana dilakukan sebagai tempat pedagang berjualan. 11. Perkembangan yaitu kondisi keadaan suatu daerah yang dilihat dari pembangunan yang dilakukan dalam kurun waktu penelitian. 12. Strategi yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui bagaimana cara untuk mencapai tujuan. Batasan Operasional 1. Daerah penelitian dilakukan di Kota Medan. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun Sampel yang di teliti adalah Pedagang Pasar Tradisional : Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing

9 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geografis Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara dan BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 m 37,5 m di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar antara 23,3 0 C 24,4 0 C dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 0 C 33,6 0 C. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2004 menurut Stasiun sampali rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 171,2 mm. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km 2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Menurut batas administratifnya, Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang baik di sebelah utara, sebelah selatan, sebelah barat maupun sebelah timur.

10 Tata guna Tanah/Lahan Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelajaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak. Keadaan Penduduk a. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Penduduk Kota Medan berjumlah orang dengan rumah tangga yang tersebar disetiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah (Jiwa) Jiwa Persen(%) Jiwa Persen(%) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah , , Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2006

11 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2006 adalah sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa lakilaki (49,70 %) dan jiwa perempuan (50,30 %). Jadi jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Dari Tabel 2 juga menunjukkan jumlah umur produktif (15-54 tahun) adalah sebanyak jiwa (63,25 %). Umur produktif adalah umur dimana seseorang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Sedangkan umur tidak produktif (0-14 tahun) sebanyak jiwa (29,28 %) dan manula (>55 tahun) sebanyak jiwa (7,47 %). b. Penduduk menurut Jenis Pekerjaan Untuk mengetahui jumlah penduduk Kota Medan menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2008 No Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri ,88 2 Pegawai Swasta ,81 3 TNI/ POLRI ,93 4 Tenaga Pengajar ,38 5 Tenaga Kesehatan ,63 6 Lain-lain ,37 Sumber : BPS Medan Dalam Angka, 2008 Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar jiwa (11,08 %), pegawai negeri jiwa (4,88 %), pegawai swasta jiwa (3,81 %).

12 c. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Medan berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD,SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 SD ,51 2 SLTP ,65 3 SLTA ,94 4 Perguruan Tinggi ,90 Jumlah Sumber : BPS Medan Dalam Angka, Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar orang (34,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar orang (32,65%), Sekolah Dasar (SD) berjumlah orang (21,51%), dan perguruan tinggi (PT) orang (10,90%). Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat kita lihat dari kesehatan, transportasi dan pasar yang sudah cukup memadai. Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik didalam kota, keluar kota maupun ke luar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus, Angkutan Kota, dan Kereta Api), laut (Kapal) serta udara (Pesawat). Untuk transportasi didalam kota, sebagian besar masyarakat Kota Medan memanfaatkan jasa angkutan kota (angkot) dengan trayek yang bermacam-macam.

13 Untuk transportasi laut, pelabuhan yang terkenal di Kota Medan adalah pelabuhan Belawan. Untuk transportasi udara, di Kota Medan terdapat bandara Polonia Medan. Untuk mengtahui lebih jelas sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sarana dan Prasarana Kota Medan Tahun 2008 No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) Sekolah a. SD b. SLTP 335 c. SLTA 322 d. Perguruan Tinggi 28 Kesehatan a. Puskesmas 39 2 b. Pustu 41 c. BPU 375 d. Rumah Bersalin 270 e. Rumah Sakit 68 Transportasi 3 a. Jalan Baik 1.869,60 Km b. Jalan Sedang 446,15 Km c. Jalan Rusak 128,37 Km 4 Pasar a. Pasar Tradisional 56 b. Pasar Swalayan 30 Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2006 Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskam bawa sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas hingga Perguruan Tinggi. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit, pustu 41 unit dan puskesmas 39 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

14 Sarana tempat ibadah di Kota Medan juga sangat memadai. Tempattempat ibadah berdiri dengan megah di setiap sudut kota sesuai dengan agama yang dianut masing-masing masyarakat. Adapun tempat-tempat ibadah yang ada di Kota Medan adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah agama Kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai rumah ibadah agama Hindu. Pasar-pasar atau pusat perbelanjaan di Kota Medan juga sangat banyak dan sangat cukup memadai. Pasar-pasar yang ada di Kota Medan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional indentik dengan bangunan-bangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah. Sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan-bangunan yang besar dan megah.

15 Karakteristik Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang di pasar Sei Kambing Medan. Karakteristik Pedagangg sampel yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan jenis komoditi yang di perdagangkan. Karakteristik pedagang sampel dijelaskan secara rinci pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Pedagang Sampel di Pasar Sei Kambing Medan No Karakteristik Satuan Rataan Rentang Bulan 1 Umur Tahun 40, Pendidikan Tahun Jumlah Tanggungan Jiwa Pengalaman Tahun 6, Berdagang 5 Jenis Komoditi - Pedagang Ikan Jiwa - Pedagang Telur - Pedagang Sayur - Pedagang Kelontong 6 Jam Buka WIB Oktober 7 Jam Tutup WIB Oktober Sumber : Data diolah dari lampiran 3 Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat jumlah pedagang sampel memiliki ratarata umur 40 tahun 2 bulan 4 hari (40,27 tahun) dengan rentang umur antara tahun. Artinya, umur pedagang sampel bersifat produktif, hal ini dikarenakan umur produktif secara umum adalah tahun. Pendidikan pedagang sampel memiliki rata-rata 10 tahun dengan rentang antara 6-12 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan 10 (sepuluh) tahun berarti tingkat pendidikan pedagang sampel adalah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Rata-rata tingkat pendidikan pedagang masih dikatakan sedang, hal ini

16 dikarenakan rata-rata pendidikan pedagang sudah mengecap program Pemerintah Wajib Belajar 9 (sembilan) tahun. Jumlah tanggungan pedagang sampel memiliki rata-rata 4 jiwa dengan rentang antara 1-8 jiwa. Jumlah tanggungan pedagang sampel dikatakan besar karena rata-rata jumlah tanggungan pedagang lebih besar dari 2 jiwa, yaitu program yang dicanangkan Pemerintah melalui Program KB. Pengalaman berdagang pedagang sampel memiliki rata-rata 6,67 tahun dengan rentang antara3-11 tahun. Jenis pedagang sampel terdiri dari 4 (empat), yaitu pedagang telur, pedagang ikan, pedagang sayur dan pedagang kelontong. Karakteristik pedagang sampel dapat dilihat juga pada waktu jam buka dan jam tutup. Pedagang sampel memiliki rata-rata jam buka adalah pukul 6.33WIB dengan rentang WIB. Sedangkan waktu jam tutup memiliki rata-rata sebesar WIB dengan rentang WIB.

17 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pasar Tradisional di Kota Medan Perkembangan pasar tradisional dilihat dari beberapa aspek. Aspek yang dilihat dalam penelitian ini adalah jumlah pasar tradisional di kota Medan, jumlah kios dan jumlah pedagang. Jumlah pasar tradisional di kota Medan dilihat selama selang 3 (tiga) tahun terakhir yaitu tahun Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional dilihat selama 3 (tiga) tahun terakhir juga yaitu Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang dilihat dari pasar yang menjadi studi kasus penelitian ini yakni pasar Sei Kambing dan pasar Pagi Padang Bulan. Perkembangan pasar tradisional, jumlah kios dan jumlah pedagang dianalisis secara deskriptif dengan metode tabulasi sederhana. Kemudian dicari persentase perkembangannya. Untuk mencari persentase perkembangan digunakan metode tahun dasar. Tahun dasar yaitu tahun yang bersifat konstan yang menjadi dasar perhitungan. Perkembangan jumlah pasar tradisional di kota Medan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7. Tabel 7. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional di Kota Medan Tahun Keterangan Jumlah Pasar Perkembangan (%) Tahun Jumlah Sumber : Diolah dari lampiran 5,6

18 Dari Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa jumlah pasar taradisional di kota Medan tahun sebanyak 50 unit pasar. Jumlah pasar tradisional di kota Medan tidak mengalami perkembangan, karena persentase perkembangannya adalah 0 %. Artinya mulai tahun tidak ada terjadi pembangunan pasar tradisional oleh Pemerintah kota Medan. pada Tabel 8. Perkembangan jumlah kios di pasar Sei Kambing dapat dilihat secara rinci Tabel 8. Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun Pasar Sei Kambing Jumlah Kios Perkembangan (%) Tahun Jumlah Sumber : Diolah dari lampiran 7 Dari Tabel 8 diketahui bahwa jumlah kios tahun sebesar 640 unit. Jumlah kios di pasar Sei Kambing tidak mengalami perkembangan, karena jumlah kios dari tahun adalah konstan. Perkembangan jumlah pedagang di Pasar Sei Kambing dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Sei Kambing Tahun Pasar Sei Kambing Jumlah Pedagang Perkembangan (%) Tahun Jumlah Sumber : Diolah dari lampiran 7 Dari Tabel 9 diketahui bahwa jumlah pedagang tahun sebesar 480 pedagang. Jumlah pedagang di pasar Sei Kambing tidak mengalami perkembangan, karena jumlah kios dari tahun adalah konstan.

19 Dari Tabel 8 dan 9 dapat diketahui bahwa jumlah kios tidak sama dengan jumlah pedagang, atau dengan kata lain jumlah kios lebih banyak dari jumlah pedagang. Perbedaan ini disebabkan karena ada beberapa pedagang yang memiliki lebih dari 1 (satu) kios. Perkembangan jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar Pasar Pagi Padang Bulan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 10 dan 11. Tabel 10. Perkembangan Jumlah Kios Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun Pasar Pagi Padang Bulan Jumlah Kios Perkembangan (%) Tahun Jumlah ,29 Sumber : Diolah dari lampiran 8 Dari Tabel 10 diketahui bahwa jumlah kios tahun 2007 sebesar 140 unit, tahun 2008 sebesar 140 dan tahun 2009 sebesar 160 unit. Jumlah kios di pasar Pagi Padang Bulan tidak mengalami perkembangan dari tahun Sedangkan pada tahun 2009, jumlah kios mengalami perkembangan sebesar 20 unit, atau sebesar 14,29 % dari tahun Perkembangan jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan dapat dilihat secara jelas pada Tabel 11. Tabel 11. Perkembangan Jumlah Pedagang di Pasar Pagi Padang Bulan Tahun Pasar Pagi Padang Bulan Jumlah Pedagang Perkembangan (%) Tahun Jumlah ,67 Sumber : Diolah dari lampiran 8 Dari Tabel 11 diketahui bahwa jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan tahun 2007 sebesar 120 jiwa, tahun 2008 sebesar 120 jiwa dan tahun 2009 sebesar 140 jiwa. Jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan tidak mengalami

20 perkembangan dari tahun , karena persentase perkembangan adalah 0%. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah pedagang mengalami perkembangan sebesar 20 pedagang, atau sebesar 16,67 % dari tahun Dari Tabel 10 dan 11 dapat diketahui bahwa jumlah kios tidak sama dengan jumlah pedagang, atau dengan kata lain jumlah kios lebih banyak dari jumlah pedagang. Perbedaan ini disebabkan karena ada beberapa pedagang yang memiliki lebih dari 1 (satu) kios.

21 Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan Penentuan strategi pasar tradisional memiliki tahapan-tahapan. Tahapan pertama adalah mengidentifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Pada tahapan pengidentifikasian faktorfaktor eksternal dan internal dilakukan dengan pembuatan parameter penilaian. Pembuatan parameter penilaian dalam penelitian ini terdiri dari 12 (dua belas) parameter. Kedua belas parameter penilaian diberi batasan penilaian yang terdiri dari empat kriteria. Setiap kriteria diberi nilai dengan rentang 1-4. Sehingga dapat diperoleh parameter yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor kekuatan terdiri atas 4 (empat) parameter, kelemahan terdiri atas 3 (tiga) parameter, peluang terdiri atas 2 (dua) parameter, dan ancaman terdiri atas 3 (tiga) parameter. Tahapan kedua adalah penentuan strategi pengembangan pasar tradisional. Strategi pengembangan Pasar Tradisonal di daerah penelitian dapat dilihat dengan analisis SWOT yaitu dengan melihat kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Oppurtunity), dan ancaman (Treaths). Penentuan strategi pengembangan pasar tradisional adalah membuat matriks kombinasi keempat faktor yaitu kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (Oppurtunity), dan ancaman (Treaths). Strategi yang dibuat dari kombinasi keempat faktor adalah kekuatanpeluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-peluang (W-O), dan kelemahan ancaman (W-T). Tahapan ketiga adalah evaluasi strategi pengembangan pasar tradisional. Evaluasi strategi faktor eksternal dan internal dilakukan dengan membuat tabel Matriks Evaluasi Faktor eksternal dan faktor internal. Hal-hal yang dilakukan

22 dalam evaluasi faktor eksternal dan internal adalah membuat bobot, menentukan nilai rating, dan mencari nilai bobot dikali dengan rating. Besarnya bobot dapat dicari melalui perbandingan antara banyaknya jumlah sampel yang menyatakan tentang parameter yang diuji dengan total sampel. Rating dibuat oleh peneliti sendiri yang sesuai dengan literatur dan sesuai dengan data yang diperoleh. Identifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan internal (kekuatan dan kelemahan) strategi pengembangan pasar tradisional yang diolah dari lampiran 8-11 sebagai berikut : Adapun beberapa faktor strategis eksternal yang mempengaruhi Strategi pengembangan pasar tradisional beserta pembobotannya dapat dilihat pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Pembobotan Faktor Strategis Eksternal Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Adanya pedagang kaki lima 0.11 Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pengembangan pasar tradisional 0.13 Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 0.09 Kondisi dan keadaan pasar tradisional 0.17 Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) yang berbelanja di pasar tradisional 0.21 Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional 0.19 Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang 0.1 Total 1 Sumber : Diolah dari lampiran 14 Adapun alasan pembobotan beberapa faktor strategis eksternal pada tabel 12 di atas adalah sebagai berikut: 1. Adanya pedagang kaki lima Pedagang Kaki Lima merupakan pedagang yang berjualan di pinggiran atau yang membuka lapak di tempat yang tidak termasuk dalam pasar tradisional

23 karena pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di daerah yang dapat mengganggu ketertiban lalu lintas dan merusak pemandangan pasar trdisional menjadi kumuh sehingga dapat menjadi suatu ancaman. 2. Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pasar tradisional Fasilitas pasar tradisional juga merupakan suatu faktor dalam menilai pengembangan pasar tradisional. Tetapi jika tidak adanya fasilitas atau rusaknya fasilitas pasar tradisional dapat menjadi suatu ancaman pasar tradisional dalam pengembangannya. 3. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional Keberadaan pasar modern merupakan hal yang wajar pada masa ini dimana melihat kebutuhan konsumen yang tidak terbatas. Tetapi dalam hal ini, pasar modern bisa menjadi ancaman bagi pasar tradisional karena pasar modern dapat melemahkan perekonomian pasar tradisional bahkan dapat mengurangi tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional. 4. Kondisi dan keadaan pasar tradisional Kondisi dan keadaan pasar tradisional merupakan bagian yang dari fisik pasar tradisional. Kondisi dan keadaan fisik pasar tradisional dapat menjadi peluang serta dapat juga menjadi ancaman pasar tradisional. Jika kondisi fisik pasar tradisional rapi dan teratur serta bersih dapat menjadi peluang pasar tradisional dalam berkembang, tetapi sebaliknya jika kondisi dan keadaan pasar yang tidak teratur, kotor, serta bau dapat menjadi ancaman bagi pasar tradisional. 5. Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) Konsumen adalah orang yang memenuhi kebutuhannya dengan membeli keperluan hidupnya. Konsumen bersifat dinamis yaitu selalu bergerak. Konsumen

24 tetap merupakan konsumen yang selalu berbelanja pada satu tempat yang di anggap murah atau menguntungkan sehingga dapat menjadi peluang bagi pedagang dalam menjual dagangannya. 6. Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional Keamanan pedagang tradisional dalam berjualan dapat menjadi peluang jika di dalam pasar tradisional tidak terjadi hal-hal negatif yang dapat merudikan pedagang. Misalnya tidak adanya pencurian atau premanisme dapat meningkatkan kepercayaan pedagang dalam berjualan dan kepercayaan pembeli terhadap suatu pasar tradisional. 7. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang. Biaya retribusi merupakan biaya yang tidak terduga yang dikeluarkan pedagang dalam menjalankan usahanya. Jika biaya retribusi yang di bayar pedagang tinggi dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan pasar tradisional. Adapun beberapa faktor strategis Internal yang mempengaruhi strategi pengembangan pasar tradisional beserta pembobotannya dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13. Pembobotan Faktor Strategis Internal Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional 0.24 Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional 0.2 Waktu buka pasar tradisional 0.25 Promosi terhadap barang dagangan 0.15 Ada proses tawar menawar 0.16 Total 1 Sumber : Diolah dari lampiran 13 Adapun alasan pembobotan beberapa faktor strategis internal pada tabel 14 di atas adalah sebagai berikut:

25 1. Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional Modal merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam menjalankan usaha pedagang. Jumlah modal sangat mempengaruhi pendapatan pedagang serta dapat menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangakan pasar tradisional. 2. Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional Pendapatan pedagang pasar tradisional dapat menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangkan pasar tradisional dimana jumlah pendapatan pedagang dipengaruhi oleh penjualan hasil dagangannya yang menghasilkan laba bagi pedagang pasar tradisional 3. Waktu buka pasar tradisional Waktu buka suatu pedagang dapat menjadi kekuatan dalam mengembangakan pasar tradisional. Semakin cepat pedagang pasar tradisional membuka usahanya semakain banyak pembeli/konsumen yang memiliki keterbatasan waktu di dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan. 4. Promosi terhadap Barang/Produk Dagangan Promosi merupakan pengenalan suatu produk/barang yang dijual kepada konsumen agar konsumen mengetahui keberadaan/tempat serta harga suatu barang. Tidak adanya promosi yang dilakukan dapat menjadi suatu kelemahan dalam pengembangan pasar tradisional. 5. Ada proses tawar menawar Budaya tawar menawar dapat menjadi sebuah kekuatan dalam pengembangan pasar tradisional. Karena hanya di dalam pasar tradisional konsumen dan penjual dapat saling berinteraksi dan menentukan harga suatu barang yang diperjualbelikan sampai di dapat kesepatan harga antara kedua pihak.

26 Menentukan rating dan skoring faktor-faktor strategis Pada tahap penentuan rating, identifikasi faktor strategis eksternal ditinjau dari peluang dan ancaman yang ada dan identifikasi faktor strategis internal ditinjau dari kekuatan dan kelemahan yang ada. Rating diberikan kepada masingmasing faktor strategis internal dan eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif pengolah merespon faktor-faktor strategis. Hasil skor dapat diperoleh dari pengalian bobot dengan rating yang telah di dapat. Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor strategis eksternal pengembangan pasar tradisional di daerah penelitiandapat dilihat pada tabel 15 berikut ini: Tabel 14. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS) Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating PELUANG Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) yang berbelanja di pasar tradisional Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional ANCAMAN Adanya pedagang kaki lima Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pengembangan pasar tradisional Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional Kondisi dan keadaan pasar tradisional Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang Total Sumber : Diolah dari lampiran Peluang (Opportunities) Pasar Tradisional di Kota Medan Dalam pengembangannya dijumpai berbagai peluang pada pasar tradisional di kota Medan. Adapun peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan pasar tradisional sebagai pengembangannya adalah :

27 Adanya Konsumen yang Suka dan Setia (Konsumen Tetap) Berbelanja di Pasar Tradisional Ada beberapa konsumen memiliki pola pikir yang sama, yaitu berbelanja di pasar tradisional merupakan suatu tradisi. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pasar tradisional memiliki konsumen tetap, konsumen tetap ini biasanya berasal dari kalangan orang tua, yang masih memiliki pola pikir lebih senang berbelanja di pasar tradisional. Hal ini merupakan peluang bagi pasar tradisional karena masih memiliki diminati oleh pembeli tetap.yang masih potensial. Keamanan Pedagang Berjualan di Pasar Tradisional Tingkat keamanan di pasar tradisional mulai terjamin, hal ini ditandai dengan masih telah berkurangnya tindakan premanisme atau kriminalisme. Tindakan premanisme yang terjadi di pasar tradisional meliputi pungutan liar, pencurian barang dagangan. Hal ini membuat pedagang maupun pembeli sudah mulai merasa nyaman. 3. Ancaman (Threats) Pasar Tradisional di Kota Medan Pengembangan pasar tradisional di kota Medan memiliki ancaman yang merupakan tantangan dalam usaha pengembangan pasar tradisional. Adapun ancaman-ancaman yang dihadapi pasar tradisional adalah : Adanya pedagang kaki lima Pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di depan pasar tradisional yang tidak memiliki kios untuk berdagang. Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan suatu ancaman bagi pedagang di pasar tradisional. Karena pedagang kaki lima ini berjualan di depan dari suatu pasar. Dengan berjualan di depan pedagang kaki lima menjadi pilihan para pembeli mengingat dengan efektifitas waktu pembeli dan dengan harga yang relatif murah.

28 Fasilitas-fasilitas yang dibangun oleh pemerintah dalam pengembangan pasar tradisional Pasar tradisional belum memiliki fasilitas yang mendukung, seperti tidak ada kamar mandi umum dan atau tidak terawatnya kamar mandi umum dan kios pedagang. Fasilitas yang belum lengkap ini membuat pedagang dan pembeli menjadi tidak nyaman. Adanya pasar modern di sekitar Pasar Tradisional Pasar modern meliputi pasar swalayan dan pasar hipermarket. Kehadiran pasar modern mengakibatkan dampak yang negatif bagi pasar tradisional. Letak pasar modern yang jaraknya berdekatan merupakan suatu ancaman bagi pasar tradisional. Hal ini dikarenakan sebagian pembeli pasar tradisional diserap oleh pasar modern. Sehingga pembeli pada pasar tradisional menjadi lebih sedikit. Kondisi dan Keadaan Pasar Tradisional Kondisi fisik pasar tradisional merupakan suatu kelemahan, karena kondisi fisik pasar tradisional ini bau, becek dan masih kotor. Kondisi ini menyebabkan pembeli kadang enggan untuk berbelanja ke pasar tradisional. Besarnya Retribusi yang Dikeluarkan Pedagang Biaya rutin/retribusi adalah hal yang memberatkan bagi setiap pedagang pasar tradisional. Karena pedagang harus membayar setiap hari biaya yang tidak dapat dinikmati kembali. Hal ini membuat citra pasar tradisional menjadi negatif menurut pedagang maupun pembeli. Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor strategis internal usaha pengolahan ikan asin di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:

29 Tabel 15. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFAS) Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating KEKUATAN Bobot x Rating Jumlah modal yang dimiliki oleh pedagang pasar tradisional Pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional Waktu buka pasar tradisional Ada proses tawar menawar KELEMAHAN Promosi terhadap barang dagangan Total Sumber : Diolah dari lampiran Kekuatan (Strenghts) Pasar Tradisional di Kota Medan Dalam pengembangannya dijumpai berbagai kekuatan pada pasar tradisional di kota Medan. Adapun kekuatan yang dapat dimanfaatkan pasar tradisional sebagai pengembangannya adalah : Jumlah Modal yang Dimiliki Pedagang Pasar Tradisional Modal merupakan faktor yang penting dalam kegiatan berdagang. Modal yang digunakan pada saat berdagang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan usaha. Modal yang digunakan tergantung paada kemampuan pribadi dan keluarga pedagang. Jumlah modal yang digunakan untuk pembelian barang dagangan dihitung dalam rupiah per bulan. Besarnya jumlah modal ditentukan jenis pedagang. Jenis pedagang yang ada di pasar tradisional adalah pedagang sayur, pedagang daging/ikan, pedagang kelontong dan pedagang telur. Untuk pedagang telur dab pedagang sayur memiliki modal berkisar antara Rp Rp , sedangkan pedagang ikan dan pedagang kelontong memiliki modal levih besar dari Rp

30 Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Pendapatan pedagang diperleh dari selisih dari jumlah barang yang laku terjual dikali dengan harga jual masing-masing barang dengan harga beli barang ditambah dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang selama sebulan. Tingkat pendapatan yang tinggi akan membuat pedagang menjadi lebih serius dalam melaksanakan usahanya. Pendapatan pedagang pasar tradisional adalah lebih besar dari Rp per bulan. Waktu Buka Pasar Tradisional Pedagang pasar tradisional Pasar tradisional biasanya buka lebih cepat dibandingkan dengan pasar tradisional. Sejalan dengan komoditi dagangan pasar tradisional yakni kebutuhan pokok dengan waktu buka yang cepat, menjadikan pasar tradisional prioritas berbelanja masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Adanya proses tawar menawar Tawar menawar harga merupakan budaya yang terjadi di pasar tradisional. Tawar menawar ini merupakan daya tarik bagi pembeli/konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen memiliki pemikiran akan bisa mendapatkan harga yang diinginkan dan juga dapat berinteraksi dengan pedagang. 5. Kelemahan (Weakness) Pasar Tradisional di Kota Medan Dalam pengembangannya dijumpai berbagai kelemahan pada pasar tradisional di kota Medan. Adapun kelemahan yang terdapat pada pasar tradisional sebagai pengembangannya adalah :

31 Promosi terhadap barang dagangan Pedagang pasar tradisional tidak pernah melakukan promosi atas barang dagangan kepada konsumen, sehingga konsumen tidak mengetahui barang dagangan yang dijual oleh pedagang tersebut dengan pasti. Hal ini menyebabkan konsumen yang sering berbelanja di pasar tradisional saja yang menjadi pembeli. Padahal, banyak konsumen lain yang bersifat potensial yang tidak mengetahui letak untuk tiap jenis barang dagangan Dari penjelasan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan maka dapat ditentukan strategi alternatif untuk pengembangan pasar tradisional di kota Medan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17. Penentuan Alternatif Strategi Strategi pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan dilakukan dengan cara membuat SWOT matriks. SWOT matriks ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi, baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan ancaman).berdasarkan matriks posisi analisis SWOT yang ada maka dapat disusun 4 (empat) strategi utama, yaitu Strenghts-Opportunities (S-O), Weaknesses-Oppurtunities (W-O), Strenghts-Threats (S-T), dan Weaknesses- Threats (W-T).

32 Tabel 16. EFAS Peluang (O) 1. Adanya konsumen yang suka dan setia (konsumen tetap) berbelanja di pasar tradisional 2. Keamanan pedagang berjualan di pasar tradisional Ancaman (T) 1. Adanya pedagang kaki lima (PKL) yang mengurangi pendapatan pedagang pasar tradisional 2. Tidak adanya fasilitas yang dibangun oleh pemerintah 3. Adanya pasar modern di sekitar pasar tradisional 4. Kondisi dan keadaan pasar tradisional dari hari kehari semakin rusak 5. Besarnya retribusi yang dikeluarkan pedagang per bulannya Penentuan Strategi Pengembangan Pasar Tradisional di Kota Medan IFAS Kekuatan (S) 1. Jumlah modal yang dimiliki setiap pedagang Kelemahan (W) 2. Pendapatan yang 1. Pedagang tradisional Sumber : Diolah dari Lampiran 9-11 diperoleh pedagang pasar tradisional 3. Waktu buka pedagang pasar tradisional 4. Ada proses tawar menawar Strategi SO Memamfaatkan keamana pasar untuk mempertahankan waktu buka yang lebih awal (S 3, O 2 ) Memamfaatkan modal dan pendapatan pedagang untuk menambah dagangan yang dapat meningkatkan pelayanan bagi konsumen (S 1, S 2 O1) Strategi ST Mempertahankan dan meningkatkan budaya yang telah lama terjadi di pasar tradisional yang bersifat positif (S 3, S 4, T 3, T 4 ) Melengkapi fasilitas penerangan dan kebijakan harga (S 2, S 3, T 1, T 2, T 5 ) Meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dagangan dan tetap mempertahankan harga yang yang bersaing (S 3, S 4 T 1, T 3 ) tidak ada melakukan promosi terhadap barang dagangan Strategi WO Meningkatkan keamanan konsumen dan pedagang dengan memperbaiki sistem yang ada di pasar tradisional, misalnya penertiban parkir dan kebersihan, dan melakukan piket pagi bagi pegawai Dinas Pasar (W 2, O 1, O 2 ) Strategi WT Memamfaatkan layanan promosi dalam bentuk kerjasama dengan Perusahaan Pelayanan Iklan(W 1, T 2, T 3, ) Perlu perhatian Pemerintah dalam memperbaiki fasilitas pasar tradisional dan menertibkan pedagang kaki lima (PKL) yang mengganggu kenyamanan konsumen (W 1, W 2, T 1, T 2, T 3, T 4 )

33 Strategi SO Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kekuatan dengan peluang sebagai berikut : Membina pedagang pasar tradisional agar dapat mengetahui harga pasar (S 1, O 2 ) Meningkatkan jumlah modal pedagang, dengan jumlah modal yang besar pedagang dengan menambah dagangan yang dapat menarik minat konsumen (S 1, S 2 O1) Mempercepat waktu buka pedagang berjualan dan meningkatkan pelayanan kepada konsumen (S 1, S 3, O 1 ) Strategi WO Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kekuatan dengan kelemahan dengan peluang sebagai berikut : Meningkatkan keamanan konsumen dan pedagang dengan memperbaiki sistem yang ada di pasar tradisional, misalnya penertiban parkir dan kebersihan, dan melakukan piket pagi bagi pegawai Dinas Pasar (W 2, O 1, O 2 ) Strategi ST Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kekuatan dengan ancaman sebagai berikut : Mempertahankan dan meningkatkan budaya yang telah lama terjadi di pasar tradisional yang bersifat positif (S 3, S 4, T 3, T 4 ) Melengkapi fasilitas penerangan dan kebijakan harga (S 2, S 3, T 1, T 2, T 5 )

34 Meningkatkan kualitas dan kuantitas barang dagangan dan tetap mempertahankan harga yang yang bersaing (S 3, S 4 T 1, T 3 ) Strategi WT Adapun strategi yang dilaksanakan pada pasar tradisional dengan melihat antara kelemahan dengan ancaman sebagai berikut : Memamfaatkan layanan promosi dalam bentuk kerjasama dengan Perusahaan Pelayanan Iklan(W 1, T 2, T 3, ) Perlu perhatian Pemerintah dalam memperbaiki fasilitas pasar tradisional dan menertibkan pedagang kaki lima (PKL) yang mengganggu kenyamanan konsumen (W 1, W 2, T 1, T 2, T 3, T 4 )

35 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. a. Pasar Tradisional yang diteliti selama 3 (tiga) tahun yakni tidak mengalami perkembangan dalam jumlah kios dan jumlah pedagang. Hal ini disebabkan karena jumlah pasar di kota Medan tetap. b. Jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional Sei Kambing selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun tidak mengalami perkembangan. c. Jumlah kios di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun mengalami perkembangan. Sedangkan jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 (tiga) tahun terakhir yakni tahun juga mengalami perkembangan 2. a. Pasar tradisional dalam usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan pasar tradisional dalam memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai total skoring sebesar 2,40. c. Pasar tradisional dalam usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan pasar tradisional dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan meminimilisasi kelemahan adalah masih di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari nilai skor pembobotan adalah 2,86. d. Jika dibandingkan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), maka nilai skor faktor strategis eksternal lebih kecil dari nilai skor faktor strategis internal. Artinya

36 strategi pengembangan pasar tradisional lebih memanfaatkan kekuatan dan meminimalisasi kelemahan daripada peluang dan ancaman yang terjadi 1. Saran a) Kepada Pemerintah Disarankan kepada Pemerintah agar memperbaiki fasilitas-fasilitas pasar tradisional, menertibkan petugas parkir dan kebersihan, menertibkan pedagang kaki lima (PKL). b) Kepada Pedagang Tradisional Disarankan agar mempertahankan budaya yang bersifat positif misalnya tawar-menawar harga dan waktu buka usaha yang lebih cepat meningkatkan kualitas produk dengan cara membuat promosi. c) Kepada PeneLiti Diharapkan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Dampak Sosial dan Ekonomi atas Keberadaan Pasar Modern di sekitar Pasar Tradisional.

BAB V SOLUSI MENINGKATKAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PENGEMBANGAN PASAR

BAB V SOLUSI MENINGKATKAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PENGEMBANGAN PASAR BAB V SOLUSI MENINGKATKAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN PENGEMBANGAN PASAR 5.1 Satrategi Jaringan Distribusi di Kabupaten Serdang Bedagai Langkah berikutnya dalam memilih strategi distribusi adalah menentukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pedagang Sampel di Pasar Sei Sikambing

Lampiran 1. Daftar Pedagang Sampel di Pasar Sei Sikambing Lampiran 1. Daftar Pedagang Sampel di Pasar Sei Sikambing Sampel Nama Jenis Kelamin Jenis Pedagang 1 Tiurma Perempuan Pedagang Sayur 2 Erlina Br. Pardede Perempuan Pedagang Ikan 3 B. Simarmata Laki - Laki

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 STRATEGI PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA MEDAN (Kasus :Pasar tradisional Sei Kambing Kec. Medan Helvetia, Pajak Pagi Pasar Lima Padang Bulan Kec. Medan Baru Kota Medan) SKRIPSI OLEH : EKO ARISTON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional di Indonesia masih merupakan wadah utama masyarakat dalam membeli suatu kebutuhan, karena dalam pasar inilah sesungguhnya perputaran ekonomi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Parameter No. Indikator SWOT 1 2 3 4 Faktor Internal 1. Modal (S) (W) 2. Produksi

Lebih terperinci

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR 88 BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR 7.1 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal ditujukan untuk mengidentifikasi faktorfaktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang atau jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan kepemilikan (Tjiptono,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor yang memiliki visi menjadi kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintahan yang amanah merupakan visi yang harus di jalankan oleh pemerintah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Namun dalam perkembangannya,

TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Namun dalam perkembangannya, TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Pasar adalah suatu tempat bertemunya pembeli dan penjual dalam usaha memenuhi kebutuhan pokok hidup sehari-hari. Namun dalam perkembangannya, kemudian pasar menjadi pusat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. budaya masyarakat sudah mulai bergeser dan beralih ke pasar modern ritel

PENDAHULUAN. budaya masyarakat sudah mulai bergeser dan beralih ke pasar modern ritel PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar tradisional merupakan ciri bagi negara berkembang dengan tingkat pendapatan dan perekonomian masyarakat yang relatif rendah sehingga lebih sering berbelanja ke pasar tradisional.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Kota Medan yang merupakan daerah dengan jumlah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG

BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG BAB II DESKRIPSI KELURAHAN GEDAWANG. Kondisi Alam Kelurahan Gedawang merupakan kelurahan yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Kondisi daratan Kelurahan Gedawang

Lebih terperinci

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR 80 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner untuk KUISIONER DATA UMUM DI KOTA BOGOR A. IDENTIFIKASI RESPONDEN A.1. Nama Responden : A.2. Alamat : A.3. Jenis Kelamin : 1 Laki-laki 2 Perempuan A.4. Umur Bapak/Ibu :.Tahun

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak 42 Km dengan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak 42 Km dengan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Aspek Geografis Wilayah Kecamatan Cicalengka merupakan salah satu Kecamatan yang ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam

BAB V HASIL PENELITIAN. Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam suatu populasi. Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan mengenai

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 68 `BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Medan. Zaman dahulu kota Medan dikenal dengan Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih 4 ha. Beberapa sungai melintasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Pelindo I di Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Pelindo I di Provinsi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pemilihan Lokasi Penelitian Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara, untuk menganalisis bagaimana strategi dan sikap masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis Data 1. Batasan Operasional Pedagang adalah seseorang yang berpotensi memasarkan barang atau jasa. Pedagang dalam penelitian ini adalah pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah terjadi revolusi supermarket global yang merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar Jawa. Hal ini menimbulkan sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung yang ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli dan terjadi proses tawar-menawar.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO Mukhamad Johan Aris, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk 36 BAB IV HASIL ANALISIS DATA 4.. Gambaran Umum Perusahaan Bisnis Air Isi Ulang BERKAH merupakan salah satu UKM yang bergerak di bidang air minum isi ulang dan didirikan pada tanggal Mei 204 dengan pemilik

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Dalam membuat strategi pengembangan sanitasi di Kabupaten Grobogan, digunakan metode SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Letak Pasar Tradisional Ngaliyan Pasar Ngaliyan secara administratif terletak di kecamatan Ngaliyan yang berada di bagian barat kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan pembelian produk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan pembelian oleh pembeli tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Obyek penelitian ini adalah Evan s Bakery yang berlokasi di Jalan Kaligarang, Semarang. Evan s Bakery berdiri sejak tahun 2005 sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT

PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT PERMOHONAN DUKUNGAN DANA PEMERINTAH PUSAT UNTUK KEGIATAN : REHABILITASI PASAR KANDANGAN KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI &

Lebih terperinci

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang

tahun ke tahun. Demand bidang perdagangan dan perekonomian kota Sragen dalam kurun waktu mencapai peningkatan 60%. Namun perkembangan yang 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah disertai pertambahan penduduk dengan pergerakan yang tinggi mempengaruhi peningkatan mobilitas antar Propinsi, Kabupaten, Kecamatan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti, Andi Ishak dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan di Pasar Modern Hypermart Binjai Super Mall

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan di Pasar Modern Hypermart Binjai Super Mall BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penentuan lokasi dilakukan di Pasar Modern Hypermart Binjai Super Mall (BSM) dan Pasar Tradisional Tavip Kelurahan Pekan Binjai, Kota Binjai.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena 90 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan 1. Pasar Tiban a. Pengertian Pasar Tiban Pasar tiban berasal dari kata pasar dan tiban, pengertian pasar secara sederhana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis eceran merupakan bagian dari saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau perantara antara konsumen dam produsen.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia

Lebih terperinci