BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau secara sengaja yaitu di Kota Medan yang merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Sumatera Utara, dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Daftar Jumlah Penduduk Pada Kota Yang Ada di Provinsi Sumatera Utara No Nama Kota Luas Wilayah (km 2 ) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2 ) 1 Sibolga 41, Tanjung Balai 107, Pematang Siantar 55, Tebing Tinggi 31, Medan 265, Binjai 59, Padang Sidempuan 114, Gunungsitoli 280, Sumber : BPS Kota Medan dalam angka, Melihat hal tersebut, peneliti memilih Kota Medan sebagai daerah penelitian dan di sebabkan juga karena tidak adanya data mengenai jumlah pengguna biosolar di Provinsi Sumatera Utara yang menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Cluster Sampling dengan pengelompokan berdasarkan perwilayah Kota Medan terbagi atas 5 kelompok wilayah yaitu Medan bagian barat, timur, utara, selatan dan pusat kota Medan. Dari masing masing wilayah dipilih 1 SPBU dgn rata-rata 21

2 22 penjualan terbanyak setiap hari, yaitu: 1. Medan Bagian Utara : Jl KL. Yos Sudarso 2. Medan Bagian Selatan : Jl Ringroad, Tanjung Sari 3. Medan Bagian Barat : Jl Pinang Baris 4. Medan Bagian Timur : Jl. Sisingamangaraja, Teladan B 5. Pusat Kota Medan : Jl. Bridjen Katamso Selanjutnya di setiap SPBU diambil 12 sampel pengguna biosolar. Dengan demikian total besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel konsumen biosolar Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara langsung dengan konsumen melalui beberapa SBPU yang tersedia di Kota Medan yang menyediakan varian bahan bakar kendaraan bermesin diesel yaitu Biosolar, Dexlite dan Pertamina DEX yang dijadikan sampel dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan (kuesioner) yang dipersiapkan sebelumnya. Data primer diperoleh dari. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait serta literatur yang berhubungan dengan penelitian Metode Analisis Data Untuk membahas identifikasi masalah 1 (satu), dianalisis dengan analisis deskriptif. Menurut Nazir (1998), tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta

3 23 serta hubungan dari fenomena yang diteliti. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji bagaimana perkembangan volume distribusi konsumsi biosolar di Kota Medan. Untuk membahas identifikasi masalah 2 (dua), dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi logistik biner. Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, akan ditabulasikan kemudian dianalisis. Data tersebut akan diuji dengan metode regresi logistik. Menurut Gujarati (2012), model logistik adalah prosedur permodelan yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon (Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prekdiktor (X), baik itu yang bersifat kategori maupun kontiniu. Adapun rumus dari metode logit ini adalah: ln = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 Dimana : Pi 1-Pi Y xx1 xx2 xx3 xx4 xx5 xx6 = Peluang konsumen menggunakan biosolar (Y=1) = Peluang konsumen tidak menggunakan biosolar (Y=0) = Keputusan konsumen = Umur (tahun) = Tingkat pendidikan (tahun) = Pendapatan (Rp/bln) = Jumlah pengeluaran (Rp/bln) = Pengalaman membeli (tahun) = Jenis kendaraan (k. pribadi, a. barang, a. penumpang) ββ0, ββ1, ββ2, ββ3, ββ4, ββ5, ββ6 adalah Parameter.

4 24 Kriteria Uji a. Uji Hosmer and Lemeshow H0 : (1-B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/observasi) = 1. Artinya tidak ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan layak digunakan. H1 : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi. Sig. > 0,05 ; tolak H1, terima H0 Sig. 0,05 ; terima H1, tolak H0 b. Uji seluruh model (uji G) H0 : ββ1 = ββ2 = ββ3 = ββ4 = ββ5 = ββ6 = 0, dimana tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat. H1 : ββ1 = ββ2 = ββ3 = ββ4 = ββ5 = ββ6 0, sekurang -kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Sig. > 0,05 ; tolak H1, terima H0 Sig. 0,05 ; terima H1, tolak H0 c. Uji Wald Uji ini untuk menguji signafikansi setiap variabel bebas. H0 : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1, 2, 3, 4, 5, 6..p maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. H1 : βj 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Wj χ 2 aa,1 atau Sig. > 0,05; terima H0, tolak H1

5 25 Wj > χ 2 aa,1 atau Sig. < 0,05; terima H1, tolak H0 d. Efek Marginal Efek marginal dapat melihat rata-rata perubahan dengan cara menghitung suatu variabel bebas yang mempengaruhi sementara variabel lain dianggap konstan. Untuk model logit, tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah peristiwa adalah sebagai berikut : Efek Marjinal = βi. Pi. (1 - Pi) Dimana : P = probabilitas konsumen menggunakan biosolar β = koefisien dari variabel independen 3.5. Defenisi Dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional Defenisi 1. Solar adalah bahan bakar minyak yang berasal dari fosil yang berada dalam bumi yang sudah ada ribuan tahun dan diolah menjadi bahan bakar mesin kendaraan ataupun kegiatan transportasi. 2. Biosolar ialah bahan bakar campuran untuk kendaraan bermesin diesel yang terdiri dari minyak hayati non fosil sebesar 15% yang telah dibentuk menjadi fatty acid methyl ester (FAME) dan 85% solar murni bersubsidi. 3. Sampel adalah responden yang menggunakan/tidak menggunakan biosolar. 4. Keputusan Konsumen yang dimaksud adalah suatu pilihan konsumen dalam

6 26 membeli biosolar. Keputusan pembelian ini merupakan tahap dimana konsumen benar-benar membeli produk ataupun tidak yang dihitung dengan metode regresi logistik biner. 5. Umur adalah usia masyarakat sampel dari mulai lahir hingga pada saat penelitian dilaksanakan dinyatakan dalam tahun. 6. Tingkat pendidikan masyarakat sampel adalah jumlah tahun pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh sampel, yang dinyatakan dalam satuan tahun. 7. Pendapatan adalah jumlah penghasilan total dari seluruh anggota keluarga yang diperoleh dari hasil kinerja seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab oleh sebuah perusahaan atau tempat seorang bekerja yang menghasilkan upah atau gaji dari hasil bekerja yang dinyatakan dalam satuan rupiah/bulan. 8. Jumlah pengeluaran adalah jumlah uang atau biaya yang dikeluarkan oleh sampel dalam memenuhi kebutuhan hidup yang dinyatakan dalam satuan rupiah/bulan. 9. Pengalaman membeli adalah lamanya seorang konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi biosolar dan menjadi pembelajaran yang didapat secara tidak langsung dari kegiatan sehari-hari yang dinyatakan dalam satuan tahun. 10. Jenis kendaraan adalah perbedaan ukuran dan bentuk dari kendaraan yang digunakan konsumen dalam menggunakan biosolar yang dinyatakan dalam kategori kendaraan pribadi, angkutan barang dan angkutan penumpang yang menggunakan biosolar.

7 Batasan Operasional 1. Sampel penelitian adalah masyarakat konsumen biosolar di Kota Medan. 2. Waktu penelitian adalah tahun Untuk penelitian ini, dibahas tentang faktor-faktor keputusan konsumen di Kota Medan mengenai penggunaan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel.

8 BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Geografis Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30' 3 43' Lintang Utara dan 98 35' ' Bujur Timur. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deliserdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km 2, yang secara administrasi dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar 23,3 0 C- 24,4 0 C dan suhu maksimum berkisar antara 30,9 0 C- 33,6 0 C. Hari hujan di Kota Medan menurut Stasiun Sampali rata- rata perbulan 19 hari dengan rata- rata curah hujan per bulannya 171,2 mm. Selain itu, dari 160 SPBU yang tersedia di Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan merupakan kota yang memiliki SPBU sebagai tempat distribusi terbanyak dalam menyediakan biosolar yaitu sebanyak 88 unit. 28

9 Perkembangan Biosolar di Medan Pertama kali Biosolar diperkenalkan PT. Pertamina ke pasar pada periode Juni 2010, dalam masa perkenalan ini pihak PT. Pertamina melakukan sosialisasi kepada pemilik SPBU seputar kelebihan dari Biosolar dan alasan kenapa Biosolar ditunjuk mengantikan Solar, dengan harapan agar pihak SPBU dapat memberikan informasi kepada pihak konsumen tentang kelebihan dari Biosolar. Untuk penyaluran Biosolar pihak pemilik SPBU tidak perlu merubah atau membeli mesin baru, karena mesin masih dapat dipergunakan untuk menyalurkan biosolar karena sifatnya yang sama dengan Solar. UPMS atau sering disebut dengan Marketing Operasional Region - 1 (MOR-1) Sumbagut adalah suatu Kantor Cabang yang di buka oleh PT. Pertamina sebagai kantor pemasaran bisnis frenchise di Sumatera bagian utara sebagai wadah bagi konsumen yang ingin berbisnis SPBU maupun wadah bagi konsumen dalam melakukan pelaporan masalah maupun perolehan informasi sekitar tentang pemasaran bahan bakar biosolar dan lainnya oleh pihak Pertamina yang beroperasi di Provinsi Sumatera Utara dalam menggunakan produk yang dikeluarkan oleh pihak Pertamina. Harga yang dipatokkan untuk produk Biosolar sama halnya dengan harga Solar yang dijual di SPBU sebelumnya karena Biosolar memang dipersiapkan untuk menganti peran Solar di lapangan, yang nantinya secara perlahan akan ditarik dari pasaran dikarenakan persediaan Solar yang terbatas. Pada awal pemasarannya tahun 2006, banyak konsumen yang bertanya-tanya tentang produk tanggapan konsumen terhadap biosolar saat pertama kali

10 30 dipasarkan beraneka ragam ada yang langsung memakainya ada yang masih raguragu karena produk Biosolar ini belum pernah dicoba, namun setelah dijelaskan oleh pihak SPBU mengenai semakin terbatasnya persediaan Solar maka konsumen beralih ke Biosolar (Sinurat, 2014). Maka dari itu sekarang semua Solar yang ada di pasaran akan berganti dengan Biosolar sebagai bentuk implementasi dari kebijakan pemerintah yaitu Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang perluasan pemasaran Biosolar di SPBU yang mewajibkan semua SPBU di Kota Medan yang berjumlah 88 unit wajib mendistribusikan Biosolar sebagai pengganti Solar di lapangan Penduduk Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Laki- Laki Perempuan Jumlah Umur (Tahun) Jiwa % Jiwa % (Jiwa) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah , , Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016

11 31 Jumlah penduduk di Kota Medan adalah jiwa dengan rincian laki-laki (49,70 %) dan perempuan (50,30%) menunjukkan bahwa di Kota Medan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Tabel 4.1. menunjukkan jumlah penduduk yang paling tinggi adalah kelompok umur tahun sebanyak jiwa (11,71%) dan jumlah penduduk yang paling rendah adalah kelompok umur tahun sebanyak jiwa (2,03%). Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Komposisi penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Pegawai Negeri ,88 2 Pegawai Swasta ,81 3 TNI/ POLRI ,93 4 Tenaga Pengajar ,38 5 Tenaga Kesehatan ,63 6 Lain lain ,37 Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016 Tabel 4.2. menunjukkan penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar jiwa (11,38%), pegawai negeri sebesar jiwa (4,88%), dan pegawai swasta sebesar jiwa (3,81%). Dan lain-lainnya sebesar (78,37%) yang tidak diketahui apa yang menjadi pekerjaannya. Sedangkan penduduk Kota Medan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah terendah adalah sebagai Tenaga Kerja bagian Kesehatan yaitu sebesar jiwa (0,63%). Hal tersebut menyatakan sedikitnya peminat masyarakat di Kota Medan

12 32 yang bekerja di bagian kesehatan. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi penduduk Kota Medan berdasrka tingkat pendidikan terdiri dart tamat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Untuk mrngetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 SD ,51 2 SLTP ,65 3 SLTA ,94 4 Perguruan Tinggi ,90 Jumlah Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016 Tabel 4.3. menunjukkan tingkat pendidikan Kota Medan berada pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar orang (39,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar orang (32,65%), Sekolah Dasar berjumlah orang (21,51%) dan Perguruan Tinggi sebanyak orang (10,90%). Jumlah penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan paling terbanyak adalah pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar orang (39,94). Dan jumlah penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan yang paling rendah adalah pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebesar orang (10,90). Hasil tersebut menunjukkan masih minimumnya tingkat pendidikan sarjana di Kota Medan.

13 Keadaan SPBU a. Komposisi SPBU Menurut lama berusaha dan jenis Badan Usaha Pada data yang terdapat dilapangan komposisi SPBU terdiri dari beberapa klasifikasi menurut lama berusaha dan jenis badan usaha. Untuk melihat lebih jelas jumlah SPBU di Kota Medan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 4.4. Komposisi SPBU Kota Medan menurut jenis badan usaha. No Jenis Badan Usaha Jumlah SPBU (Unit) 1 Swasta 82 2 Koperasi PT. Pertamina 6 Jumlah 88 Sumber: PT. Pertamina Persero, 2017 Tabel 4.4. menunjukkan usaha SPBU di Kota Medan berjumlah 88 SPBU yang didominan oleh SPBU yang status kepemilikannya di usahakan oleh swasta dalam hal ini bukan merupakan milik dari koperasi karyawan PT. Pertamina. Hal tersebut terjadi karena pembagian saham oleh PT. Pertamina sebagian besar di dimiliki oleh perusahaan asing, sehingga untuk mengurangi biaya operasional pihak Pertamina melakukan sistem pemasaran pada setiap SPBU adalah sistem perorangan, atau milik pribadi/franchise. b. Komposisi SPBU menurut jumlah Biosolar yang terjual Tabel 4.5. Komposisi SPBU di Kota Medan menurut tingkat penjualan Biosolar No Jumlah Biosolar yang terjual Jumlah SPBU (Unit) (Liter) Jumlah 88 Sumber : PT. Pertamina Persero 2017.

14 34 Tabel 4.5. menunjukkan SPBU yang menjual Biosolar paling sedikit berkisar antara liter sebanyak 12 unit sedangkan SPBU yang menjual Biosolar liter sebanyak 76 unit. SPBU Medan B t SPBU Medan Ut SPBU Medan S l t SPBU Pusat K t SPBU Medan Ti Gambar 4.1. Peta Lokasi SPBU yang menyediakan Biosolar di Kota Medan Gambar 4.1. menunjukkan bahwa terdapat beberapa SPBU yang tersebar di Kota Medan yang menyediakan Biosolar pada setiap unitnya. Terdapat 21 SPBU yang menyediakan Biosolar dan Dexlite, Biosolar dan Pertamina Dex maupun Biosolar, Dexlite dan Pertamina Dex Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasaran di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat kita lihat dari kesehatan, trasnsportasi dan pasar yang sudah cukup

15 35 memadai. Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik di dalam kota, ke luar kota maupun ke luar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus, Angkutan Kota, Kereta Api), laut (Kapal) serta udara (pesawat). Untuk transportasi di dalam kota, sebagian besar memanfaatkan jasa angkutan kota (angkot) dengan trayek yang bermacam- macam. Untuk transportasi laut, pelabuhan yang terkenal di Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan. Untuk transportasi udara, di Kota Medan terdapat Bandara Polonia Medan dan Bandara Internasional Kuala Namu Medan. Untuk mengetahui lebih jelas sarana dan prasarana di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana Kota Medan No Sarana dan Prasarana Satuan Jumlah 1 Sekolah a. SD Unit 797 b. SLTP Unit 335 c. SLTA Unit 322 d. Perguruan Tinggi Unit 28 2 Kesehatan a. Puskesmas Unit 39 b. Pustu Unit 41 c. BPU Unit 375 d. Rumah Bersalin Unit 270 e. Rumah Sakit 68 3 Transportasi a. Jalan Baik Km 1.869,60 b. Jalan Sedang Km 446,15 c. Jalan Rusak Km 128,37 4 Pasar a. Pasar Tradisional Unit 56 b. Pasar Swalayan Unit 30 Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2016 Tabel 4.6. menunjukkan sarana pendidikan di kota Medan sangat lengkap mulai dari yang terendah hingga tertinggi sehingga status skolah pun beragam mulai

16 36 dari negeri, swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok kota Medan. Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana Kesehatan yang ada yaitu BPU 375 unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit dan puskesmas 39 unit yang tersebar di seluruh kecamatan Kota Medan. Sarana tempat ibadah di Kota Medan sangat memadai. Tempat- tempat ibadah berdiri megah di setiap sudut kota sesuai dengan agama yang dianut masing- masing masyarakat. Adapun tempat ibadah yang ada di Kota Medan adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah agama kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai rumah ibadah agama Hindu. Pasar- pasar atau pusat perbelanjaan di kota Medan juga sangat banyak dan sangat cukup memadai. Pasar- pasar yang ada di kota Medan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional identik dengan bangunanbangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah. Sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan- bangunan yang besar dan megah Karakteristik Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen pengguna kendaraan berbahan bakar solar yang membeli biosolar maupun tidak membeli biosolar di SPBU tempat penelitian. Karakteristik sampel yang dimaksud adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah pengeluaran, pengalaman membeli, dan jenis kendaraan.

17 Umur Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Tingkat pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel di berikut. Tabel 4.7. Komposisi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , ,34 Jumlah Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Tabel 4.7. menunjukkan jumlah sampel yang paling tinggi adalah sampel kelompok umur tahun sebanyak 26 orang (43,33%), dan yang paling rendah adalah sampel kelompok umur tahun sebanyak 11 orang (18,34%). Hal tersebut menunjukkan penduduk Kota Medan paling dominan sebagai konsumen pengguna biosolar adalah di kisaran umur tahun dimana umur tersebut adalah umur penduduk yang termasuk sudah rata-rata bisa dibilang sudah memiliki dapat mengendarai kendaraan yang menggunakan biosolar serta sudah memiliki pekerjaan dan pendapatan Tingkat Pendidikan Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan responden tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat

18 38 pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir responden. Tingkat pendidikan masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.8. Komposisi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 SD SMP 7 11,67 3 SMA Diploma 11 18,33 5 S ,67 6 S-2 5 8,33 Jumlah Sumber : Data diolah dari lampiran 1 Tabel 4.8. menunjukkan jumlah tingkat pendidikan sampel yang paling tinggi adalah S-1 sebanyak 25 orang (41,67%) dan yang paling rendah adalah SMP sebanyak 7 orang (11,67%). Pendidikan responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu produk baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Sehingga sangat penting pendidikan di tingkatkan dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat kota Medan Pendapatan Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan akan suatu produk. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa produk dan mungkin pula terhadap biosolar. Pendapatan masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

19 39 Tabel 4.9. Komposisi Sampel Berdasarkan Pendapatan No Pendapatan (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) X < , X < , X < > Jumlah Sumber : Data diolah dari lampiran 1 Tabel 4.9. menunjukkan jumlah pendapatan yang paling tinggi adalah Rp Rp sebanyak 18 orang (30%) dan paling rendah adalah > Rp sebanyak 12 orang (33,33%). Pendapatan penduduk di Kota Medan banyak diperoleh dari pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Dan termasuk kota yang penduduknya memiliki pendapatan yang relatif besar dibandingkan daerah lain yang ada di provinsi Sumatera Utara Jumlah Pengeluaran Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi mereka (Sukirno, 1994). Pengeluaran masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Komposisi Sampel Berdasarkan Jumlah Pengeluaran No Pengeluaran (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) X < X < > Jumlah Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Tabel menunjukkan jumlah pengeluaran yang paling tinggi adalah

20 40 Rp Rp sebanyak 33 orang (55%) dan paling rendah adalah > Rp sebanyak 9 orang (15%) Pengalaman Membeli Biosolar Hubungan lama menggunakan Biosolar (pengalaman) responden dengan sikapnya terhadap solar sebagai energi alternatif adalah salah satu karakteristik sosial ekonomi yang perlu diperhatikan dalam penentuan sikap responden terhadap solar sebagai energi alternatif. Solar sudah dipasarkan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pada awal Juli 2006 di Kota Medan. Lama menggunakan solar (pengalaman) responden dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel Komposisi Sampel Berdasarkan Lamanya Menggunakan Solar No Lama Menggunakan Biosolar (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , , , ,67 Total Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Tabel menunjukkan jumlah sampel yang paling banyak adalah sampel yang menggunakan solar selama 6 tahun yaitu sebanyak 25 orang (41,67%) dan yang paling sedikit yaitu sampel yang menggunakan solar selama 2 tahun sebanyak 4 orang (6,67%). Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk di Kota Medan memiliki pengalaman yang lama dalam membeli Biosolar yaitu rata-rata 6 tahun bahkan lebih mulai dari diberlakukannya penyediaan Biosolar tahun 2006 pada seluruh SPBU yang tersedia di Kota Medan.

21 Jenis Kendaraan Jenis kendaraan merupakan perbedaan bentuk, ukuran, dan fungsi dari suatu kendaraan yang digunakan oleh sampel pada setiap harinya dalam beraktivitas maupun bekerja yang menggunakan solar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan tersebut. Jenis kendaraan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Komposisi Sampel Berdasarkan Jenis Kendaraan yang digunakan No Jenis Kendaraan (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 Angkutan Barang Angkutan Penumpang 16 26,67 3 Kendaraan Pribadi 38 63,33 Jumlah Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Tabel menunjukkan jenis kendaraan yang paling banyak menggunakan Biosolar adalah kendaraan pribadi sebanyak 38 orang (63,33%) dan yang paling sedikit menggunakan Biosolar adalah jenis kendaraan angkutan barang sebanyak 6 orang (10%). Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk di Kota Medan yang memiliki kendaraan yang paling banyak menggukan Biosolar adalah kendaraan pribadi karena jumlah kendaraan terbanyak yang beredar di Kota Medan adalah kendaraan pribadi dibandingkan angkutan barang maupun angkutan penumpang.

22 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Volume Distribusi Konsumsi Biosolar di Kota Medan Perkembangan penjualan ataupun pemasaran biosolar oleh pihak PT. Pertamina melalui setiap SPBU yang tersedia di kota Medan dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Volume Distribusi Konsumsi Biosolar di Kota Medan Sumber: PT Pertamina Persero, Gambar 5.1. memperlihatkan grafik volume distribusi konsumsi Biosolar di kota Medan yang disalurkan oleh PT. Pertamina mengalami fluktuasi jumlah yang disalurkan setiap bulannya, hanya pada bulan tertentu saja terjadi peningkatan penjualan yang terlihat tinggi maupun rendah. Adapun jumlah volume distribusi konsumsi biosolar terbanyak di kota Medan terjadi pada bulan September liter dikarenakan menjelang pada musim akhir tahun banyak kendaraan pribadi maupun perusahaan melakukan ekspedisi baik itu kendaraan angkutan pengiriman barang maupun kendaraan angkutan penumpang yang menggunakan Biosolar. Namun pada waktu penelitian dilakukan yang menjadi sampel kebanyakan yang dijumpai adalah kendaraan pribadi 42

23 43 dikarenakan jumlah kendaraan yang paling banyak di Kota Medan adalah kendaraan pribadi dan dikarenakan adanya peraturan tata Kota Medan yang tidak memperbolehkan kendaraan angkutan barang maupun angkutan penumpang memasuki daerah Kota kecuali adanya surat izin dari pemerintah Kota Medan. Adapun jumlah volume distribusi konsumsi biosolar terendah di kota Medan terjadi pada bulan Maret 2016 yaitu sebanyak liter. dikarenakan pada musim memasuki awal tahun tidak banyak kendaraan pribadi maupun perusahaan yang melakukan ekspedisi yang baik itu kendaraan angkutan pengiriman barang maupun kendaraan angkutan penumpang yang melakukan perjalanan padat yang menggunakan Biosolar. Namun setelah diberlakukannya penetapan kuota pada bulan Juni 2011 terhadap Biosolar maka setiap SPBU hanya diperbolehkan memesan tidak lebih dari liter per hari per SPBU hal ini menurut hasil wawancara terhadap pihak pemilik SPBU dikarenakan pihak PT. Pertamina menggolongkan Biosolar dalam golongan BBM bersubsidi, sehingga jumlah penyalurannya harus diawasi dan dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari liter per hari hal ini diberlakukan kepada semua SPBU yang menyalurkan Biosolar agar tidak terjadinya kesenjangan (Permadi, 2012) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Menggunakan Biosolar di Kota Medan Distribusi Keputusan Konsumen dalam Menggunakan Biosolar di Kota Medan Distribusi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar di kota Medan dapat dilihat dari Tabel 5.1.

24 44 Tabel 5.1. Distribusi Keputusan Konsumen dalam Menggunakan Biosolar Keputusan Keputusan untuk Menggunakan Biosolar Total (orang) Persentase (%) Ya 41 68,33 Tidak 19 31,67 Total Sumber: Data diolah dari Lampiran 1 Tabel 5.1. memperlihatkan jumlah persentase keputusan konsumen di daerah penelitian dalam memilih bahan bakar solar, yaitu sebanyak 41 sampel atau sebesar 68,33%, konsumen di Kota Medan memilih biosolar sebagai bahan bakar kendaraannya. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 19 sampel atau sebesar 31,67%, konsumen di kota Medan memilih untuk tidak menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraannya adapun jenis bahan bakar yang digunakan adalah Dexlite dan Pertamina Dex. Adapun kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 60 kuesioner Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Konsumen dalam Menggunakan.Biosolar di Kota Medan Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar dengan menggunakan regresi model logistik biner. Analisis ini bertujuan untuk melihat peluang variabel bebas yaitu Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Jumlah Pengeluaran, Pengalaman Membeli, dan Jenis Kendaraan apakah memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar (1) dan keputusan konsumen untuk tidak menggunakan biosolar (0). Melalui uji yang dianalisis dengan software SPSS 17.0 maka didapatkan hasil pada Tabel 5.2.

25 45 Tabel 5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen dalam Menggunakan Biosolar di Kota Medan Variabel B Exp (B) Signifikansi Constant -12,686 0,000 0,226 Umur 0,449 1,567 0,078 Tingkat Pendidikan 0,244 1,276 0,733 Pendapatan 0,000 1,000 0,042 Jumlah Pengeluaran 0,000 1,000 0,546 Pengalaman Membeli 2,520 12,426 0,046 Jenis Kendaraan 2,944 18,998 0,198 Sumber: Data diolah dari Lampiran 2 Negelkerke R-square = 0,922 G = 64,264 (sig = 0,000) Chi-square = 1,154 (sig = 0,997) Persamaan Logit : Adapun rumus dari metode logit ini adalah: ln = -12, ,449X1 + 0,244X2 + 0,000X3 + 0,000X4 + 2,520X5 + 2,944X6 Dimana : Pi 1-Pi Y xx1 xx2 xx3 xx4 xx5 xx6 = Peluang konsumen menggunakan biosolar (Y=1) = Peluang konsumen tidak menggunakan biosolar (Y=0) = Keputusan konsumen = Umur (tahun) = Tingkat pendidikan (tahun) = Pendapatan (Rp/bln) = Jumlah pengeluaran (Rp/bln) = Pengalaman membeli (tahun) = Jenis kendaraan (a. barang, a. penumpang, k. pribadi)

26 46 a. Uji Hosmer and Lemeshow Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji kelayakan dari model regresi logistik biner yang digunakan. Analisis ini didasarkan pada uji Hosmer Lemeshow Test. Hasil uji Hosmer Lemeshow Test dapat ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 5.3. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig Sumber: Data diolah dari Lampiran 2 Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.3. dapat dilihat bahwa nilai Chi-square yang diperoleh adalah sebesar 1,154 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,997. Tingkat signifikansi yang diperoleh > 0,05, sehingga tolak H1, terima H0 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi. Sehingga dapat disimpulkan model logit sesuai untuk digunakan. b. Uji Seluruh Variabel (uji G) Hasil uji seluruh variabel dapat ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel 5.4. Uji Seluruh Variabel (uji G) Step 1 Chi-square df Sig. Model Sumber: Data diolah dari Lampiran 2 Pada hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa nilai G yang diperoleh adalah sebesar 64,264 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan yang telah dibuat maka terima H1 dan tolak H0. Sehingga

27 47 dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat. c. Uji Wald Pada hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.4., dapat dilihat nilai Wald dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai Wald antara variabel umur terhadap keputusan yaitu sebesar 0,449 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,078. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,078 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Nilai Wald antara variabel tingkat pendidikan terhadap keputusan yaitu sebesar 0,244 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,733. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,733 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Nilai Wald antara variabel pendapatan terhadap keputusan yaitu sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,042. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,042 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Nilai Wald antara variabel jumlah pengeluaran terhadap keputusan yaitu sebesar 0,0000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,546. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,546 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah pengeluaran tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Nilai Wald antara variabel pengalaman membeli terhadap keputusan yaitu sebesar

28 48 2,520 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,046. Dari tingkat signifikansi diperoleh yakni 0,046 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman membeli berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Nilai Wald antara variabel jenis kendaraan terhadap keputusan yaitu sebesar 2,944 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,198. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,198 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jenis kendaraan tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen. Dari hasil uji regresi logistik kita bisa menarik kesimpulan bahwa variabel tingkat pendapatan dan pengalaman membeli ditingkat konsumen mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Adapun variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Perbedaan umur konsumen akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu merek produk. Namun dari sisi pemasaran, semua penduduk yang ada diwilayah pemasaran, berapapun umurnya tetap merupakan konsumen. (Ildrakasih, 2013). Tabel 5.5. Persentase konsumen menurut Umur yang menggunakan Biosolar No Umur (tahun) Biosolar % Dexlite/Pertamina % Persentase Dex (%) , , , , ,91 1 9, Total 41 68, , Sumber : Data diperoleh dari kuesioner. Tabel 5.5. menunjukkan rentang persentase konsumen menurut umur konsumen

29 49 lebih banyak memakai biosolar dibandingkan produk solar lainnya. Berapapun umur konsumen lebih memilih menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraannya. dan dari hasil wawancara yang dilakukan pada saat penelitian, alasan dari keputusan konsumen memilih biosolar adalah bagian dukungan dalam program pemerintah yang menggunakan bahan bakar nabati (BBN) bagi kendaraannya dan penggunaan produk ramah lingkungan bukan disebabkan karena selera ataupun kesukaan. Adapun variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena dalam pendidikan formal yang diperoleh konsumen tidak mempelajari tentang bagaimana memilih bahan bakar kendaraan yang baik bagi pengguna kendaraan berbahan bakar solar melainkan diperoleh dari pendidikan non-formal seperti media cetak maupun media elektronik. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Muhibbin (2002) yaitu bahwa tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan. Adapun variabel jumlah pengeluaran tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Hal itu dikarenakan pada saat penelitian, konsumen tidak mengetahui jumlah pengeluaran yang dikeluarkan untuk menggunakan biosolar setiap bulannya, melainkan hanya mengetahui jumlah pengeluaran total dalam memenuhi kebutuhan hidup setiap bulannya. Sehingga berbeda dengan hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.

30 50 Adapun variabel jenis kendaraan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Tabel 5.6. Persentase Jumlah Jenis Kendaraan yang menggunakan Biosolar Jenis Biosolar % Dexlite/Pertamina % Kendaraan Dex (Unit) Kendaraan Sendiri Sendiri 13 81,25 Pribadi Kantor Kantor 3 18,75 Total (61%) (39%) Angkutan Sendiri 2 20 Sendiri 1 33,33 Penumpang Kantor 8 80 Kantor 2 66,67 Total (77%) (23%) Angkutan Sendiri 2 33,33 Sendiri 0 0 Barang Kantor 4 66,67 Kantor 0 0 Total (100%) (0%) Sumber : Data diperoleh dari kuesioner. Tabel 5.6. menunjukkan rentang persentase jenis kendaraan yang digunakan oleh konsumen lebih banyak memakai biosolar dibandingkan produk solar lainnya. Apapun jenis kendaraannya baik angkutan barang, angkutan penumpang, maupun kendaraan pribadi yang dimiliki pribadi ataupun milik perusahaan kebanyakan lebih memilih memakai Biosolar dibandingkan produk lainnya seperti Dexlite maupun Pertamina Dex. Sehingga jenis kendaraan tidak mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar. d. Efek Marginal Adapun nilai marginal efek dari variabel pendapatan adalah sebesar 0,001 artinya setiap peningkatan satu rupiah/bulan, maka akan meningkatkan probabilitas pengambilan keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan

31 51 bakar kendaraan yang digunakan sebesar 0,09%. Hasil analisis ini juga sesuai dengan teori yang disampaikan Sahidu (1998) bahwa pendapatan konsumen merupakan sumber motivasi bagi konsumen dan merupakan faktor kuat yang mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi konsumen. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi tingkat daya beli konsumen terhadap suatu produk barang atau jasa. Adapun nilai marginal efek dari variabel pengalaman membeli adalah 2,520 artinya setiap peningkatan satu tahun pengalaman, maka akan meningkatkan probabilitas pengambilan keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraannya sebesar 71,6%. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang nyata pengalaman membeli konsumen terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, konsumen yang selalu menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraannya enggan mengganti dengan produk solar lainnya dikarenakan harganya yang terjangkau sebab biosolar adalah pemberian subsidi oleh pemerintah. Dan pemakaian biosolar dapat mengurahi pencemaran lingkungan yang menyebabkan polusi udara, dengan itu secara tidak langsung ikut mendukung program pemerintah yaitu penggunaan bahan bakar nabati (BBN). Hal ini sesuai dengan pendapat Gilaraso (1989) bahwa pengalaman membeli juga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan jangka pendek dalam suatu industri. Adapun faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan jenis kendaraan tidak berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk

32 52 menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. Faktor tersebut menjadi tidak berpengaruh disebabkan karena tidak adanya perbedaan yang signifikan dari konsumen yang menjadi sampel penelitian, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis variabel yang menyatakan bahwa umur, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran dan jenis kendaraan mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan.

33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1. Pada grafik volume distribusi konsumsi Biosolar yang disalurkan oleh PT. Pertamina terjadi fluktuasi jumlah yang disalurkan dan adapun jumlah permintaan terbanyak terjadi pada bulan September liter dikarenakan menjelang pada musim akhir tahun banyak perusahaan melakukan ekspedisi menggunakan kendaraan angkutan pengiriman barang maupun kendaraan angkutan penumpang yang menggunakan Biosolar. 2. Dari hasil uji regresi logistik, variabel tingkat pendapatan dan pengalaman membeli ditingkat konsumen mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang dimiliki. Adapun faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah pengeluaran, dan jenis kendaraan tidak berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan. 6.2 Saran 1. Kepada Masyarakat/Konsumen Energi/Biodiesel Diharapkan kepada responden untuk memperhatikan inovasi atau teknologi baru yang disediakan oleh pemerintah seperti biosolar yang merupakan campuran dari tanaman yaitu tanaman kelapa sawit sebagai bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan agar memiliki wawasan yang lebih luas. 53

34 54 2. Kepada Pemerintah Sebaiknya pemerintah lebih berperan aktif serta mendukung dalam pengembangan inovasi yang mengedepankan ekonomi dan teknologi yang berbasis ramah lingkungan untuk sumber energi alternatif seperti biosolar. Pemerintah hendaknya rutin memberikan pengetahuan dengan melakukan sosialisasi tentang penggunaan bahan bakar nabati seperti biosolar kepada masyarakat tentang penggunaan energi alternatif dan inovasi-inovasi baru melalui bidang terkait seperti Pertamina sebagai BUMN yang dikelola oleh pemerintah sehingga bisa membuat pengetahuan masyarakat semakin meningkat dan kehidupannya bisa lebih sejahtera, serta mengurangi pemakaian bahan bakar minyak bumi. Serta pemerintah harus tepat dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam mengambil suatu keputusan, serta melihat apa yang akan muncul akibat dari suatu kebijakan tersebut, seperti setiap dalam menentukan persentase campuran kandungan biosolar. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan biosolar sebagai bahan bakar kendaraan yang digunakan dengan isu atau masalah yang berbeda, karena dilihat dari hasil Negelkerke R-square yaitu 0,922 yang artinya variabel yang telah ditentukan sudah mewakili sebesar 92,2%. Sehingga untuk memilih variabel lain hanya memiliki peluang yang baik dalam penggunaan hanya 7,8%.

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakarnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu kebutuhan yang semakin penting hal ini dapat diketahui dari meningkatnya jumlah kenderaan bermotor yang menggunakan bahan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di enam kelurahan di Kota Depok, yaitu Kelurahan Pondok Petir, Kelurahan Curug, Kelurahan Tapos, Kelurahan Beji, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di dua pasar tradisional di kota Medan yaitu Pasar Pagi Padang Bulan dan Pasar Sei Kambing Kecamatan

Lebih terperinci

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan

dimana: n1= jumlah sampel dalam tiap kecamatan IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Bogor merupakan kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Biodiesel dapat dibuat dari minyak kelapa sawit ( crude palm oil ) ( CPO ) dan minyak jarak ( crude

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia modern, bahkan akan terus meningkat akibat semakin banyaknya populasi penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Persaingan di dalam dunia bisnis untuk saat ini sudah tidak bisa dihindarkan lagi. Namun, disamping adanya persaingan bisnis tersebut, juga terdapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki total konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi. Konsumsi bahan bakar tersebut digunakan untuk menjalankan kendaraan seperti kendaraan bermotor

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Karakteristik Konsumen Penelitian NO KEPUTUSAN UMUR PENDIDIKAN PENDAPATAN PENGELUARAN PENGALAMAN JENIS (TAHUN) (TAHUN) (Rp) (Rp) MEMBELI (TAHUN) KENDARAAN 1 1 34 12 3.000.000 2.500.000 6 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia, menyebabkan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan)

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaram Umum Objek Penelitian 1. Kota Bandar Lampung a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 4.1. Peta Administrasi Bandar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 No Publikasi : 2171.15.24 Katalog BPS : 1102001.2171.041 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 9 hal. Naskah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatau metode penelitian dalam meneliti status sekelompok manusia,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Sejarah Kecamatan Siantar Selatan Sebagai tindak lanjut dari pasal 8 UU No. 5 tahun 1974, lahirlah UU No. 5 tahun 1979 yang mengatur Pemerintahan Desa/Kelurahan dimana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional dalam penelitian ini mencakup seluruh definisi yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a bahwa dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci

BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci 15 BAB II SOSIAL DEMOGRAFIS TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Ukui 1. Geografis Kecamatan Ukui Kecamatan Ukui yang ibukotanya pangkalan Kerinci merupakan salah satu Kecamatan yang termasuk dalam

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GALANG 2015 No Publikasi : 2171.15.22 Katalog BPS : 1102001.2171.030 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 12 hal. Naskah :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pola hidup masyarakat yang menyadari pentingnya kesehatan menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan citarasa yang enak,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di desa Paluh Sibaji, Kecamatan Pantai Labu. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan 100 orang responden dengan karakteristik demografi

ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan 100 orang responden dengan karakteristik demografi ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan 100 orang responden dengan karakteristik demografi responden sebagai berikut: 1. Jenis kelamin responden, 66 orang wanita

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta A. Metode Dasar III. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode dasar deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di beberapa wilayah terutama Jakarta, Depok dan Bogor untuk pengambilan sampel responden

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 51 61. PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA (Studi kasus di desa Dolok Mariah Kabupaten Simalungun) Oktani Haloho, Pasukat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengenai persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Profil Kabupaten Banyumas 1. Kondisi Geografis Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak 42 Km dengan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak 42 Km dengan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Aspek Geografis Wilayah Kecamatan Cicalengka merupakan salah satu Kecamatan yang ada di sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bandung yang berjarak

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI DAGING AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Pasar Sambas, Medan) SKRIPSI BIMA OSKAR SAPUTRA HUTAGALUNG 080304052 AGRIBISNIS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

METODE PENELITIAN Definisi dan Pengukuran Variabel Definisi dan pengukuran variabel penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1. III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada 11 Maret 2015 sampai 11 Mei 2015. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada sektor jasa semakin meningkat. Perkembangan ini dapat diamati pada aktivitas sehari-hari, dimana sebagian besar aktivitas tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas Untuk mengetahui tingkat validitas dari setiap pernyataan dalam kuisioner, digunakan rumus korelasi product

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Depok Jawa Barat. Depok sebagai penyangga DKI Jakarta dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen dengan tingkat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi plastik tahun 2009 hingga tahun 2010 di seluruh dunia meningkat dari 15 juta ton hingga mencapai 265 juta ton, hal ini menegaskan kecenderungan jangka panjang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN IV.

METODE PENELITIAN IV. IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Lalabata Rilau. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Ba b 3 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 3.1. Kecamatan Kuala Kampar 3.1.1. Administrasi Kecamatan Kuala Kampar terbentang seluas 1.000,39 km 2. Secara administrasi wilayah Kecamatan Kuala Kampar berbatasan dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang 4 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran umum penelitian yang meliputi lokasi penelitian dan aktivitas orang lanjut usia di kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sumatera Utara dalam pendistribusian CPO selain menggunakan jasa transportasi mobil

BAB III METODE PENELITIAN. Sumatera Utara dalam pendistribusian CPO selain menggunakan jasa transportasi mobil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian akan dilakukan di PT KAI Divre 1 Sumatera Utara yang beralamat jalan Prof M.Yamin No.30 Medan. Alasan pemilihan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi studi merupakan salah satu pemukiman padat penduduk yang dekat dengan pusat kota dan tingkat pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan bakar diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari seperti 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi peluang bisnis di Indonesia sangat bagus. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan perusahaan, baik itu bergerak di bidang jasa ataupun barang. Produk-produk

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair) Nurul Ildrakasih 1), Diana Chalil 2), dan Sri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Benai terletak antara LS dan BT BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Benai terletak antara 0000-10 00 LS dan 1010 02-1010 55 BT dengan luas wilayah 249,36 km2 atau sekitar 3,26% dari keseluruhan luas Kabupaten

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci